Post on 28-Apr-2015
Dominansi apical
Pembahasa point 4.
Dominansi apikal mengontrol pertumbuhan tunas dalam tahap perkembangan vegetatif
pada tanaman vaskuler dan tahap juvenil pada tanaman berkayu. Siklus musiman untuk
pertumbuhan dan dormansi terjadi di seluruh tunas pada tanaman berkayu. Misalnya, pada akhir
musim tanam, tanaman perenial akan mengalami dormansi ketika suhu meningkat. Strategi ini
digunakan sebagai perlindungan terhadap perubahan lingkungan yang terjadi secara tiba-tiba.
Oleh karena itu, suhu lingkungan akan mempengaruhi dominansi apikal dan pertumbuhan tunas-
tunas axillari pada tanaman (Catala et al., 2000).
Pengaruh auksin terhadap pertumbuhan jaringan tanaman diduga melalui:
Mengiduksi sekresi ion H+ keluar sel melalui dinding sel. Pengasaman dinding sel
menyebabkan K+ diambil dan pengambila ini mengurangi potensial air dalam sel. Akibatnya
air masuk ke dalam sel dan sel membesar
Mempengaruhi metabolisme RsNA yang berarti metabolisme protein mungkin melalui
trasnkripsi molekul RNA
Memacu terjadinya dominansi apikal
Dalam jumlah sedikit memacu pertumbuhan akar (Catala et al., 2000).
Catala, C., Rose, J.K.C., Bennett, A.B., 2000. Auxin-Regulated Genes Encoding Cell Wall-Modifying Proteins are Expressed During Early Tomato Fruit Growth-Plant. Physiol 122 : 527 – 534.
Stek
Pembahasan point 4
Menurut Delvin (1975), pengaruh auksin terhadap perkembangan sel yaitu dapat
menaikkan tekanan osmotik, meningkatkan permeabilitas sel terhadap air, menyebabkan
pengurangan tekanan pada dinding sel, meningkatkan sintesis protein, meningkatkan plastisitas
dan pengembangan dinding sel. Menurut Abidin (1985), auksin berpengaruh terhadap
pengembangan sel, fototropisme, geotropisme, dominansi apikal, pertumbuhan akar
perthenocarpy, absission, pembentukan kalus dan respirasi. Menurut Kusumo (1984) auksin
mempengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan akar,
perkembangan buah, dominansi apikal, fototropisme, dan geotropisme. Arinasa (2006),
menyatakan bahwa auksin berfungsi untuk mendorong pembelahan sel, pembesaran sel,
perpanjangan sel, dan pembentukan akar samping sehingga sangat efektif untuk merangsang
pertunasan dan pertumbuhan perakaran stek.
Menurut Lovelles (1990), auksin yang paling berpotensi adalah Asam Indol Asetet atau
Indole Asetic Acid (IAA) yang berasal dari asam amino triptofan. Ujung-ujung koleoptil maupun
yang bertunas lain mempunyai enzim-enzim yang diperlukan untuk pengubahan triptofan
menjadi IAA. Auksin banyak terdapat pada ujung koleoptil maupun tunas lain. NAA (α-
naphthalene aretic acid) adalah zat pengatur tumbuh yang dikelompokkan ke dalam golongan
auksin. Penambahan NAA akan mempengaruhi pertumbuhan akar, yaitu mengenai banyaknya
akar maupun kualitas akar yang dihasilkan. NAA lebih stabil sifat kimia dan mobilitasnya pada
tanaman rendah. Sifat-sifat yang menyebabkan NAA pemakaiannya berhasil adalah sifat kimia
yang mantap dan pengaruhnya yang lama. Hormon ini tetap berada pada tempat di mana NAA
diberikan, tidak menyebar ke bagian lain, sehingga tidak mempengaruhi pertumbuhan bagian
lain
Abidin, Z. 1985. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Penerbit Angkasa, Bandung.
Arinasa, I. B. K. dan I. N. Peneng. 2006. Pengaruh Konsentrasi Rootone-F Dan Macam Stek Batang Pada Pertumbuhan Bibit Bambu Betung Hitam (Dendrocalamus asper (Schult) Backer ex Heyne cult, Hitam). Laporan Teknik Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam Kebun Raya “Eka Karya” Bali, 110-115.
Delvin, R. M. 1975. Plant Physiology Third edition. D van Nostrad Company, New York.
Kusumo, S. 1984. Zat Pengatur Tumbuh (Phytohormon). PT. Soeroengan, Jakarta.
Lovelles, A. R. 1990. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik. Gramedia, Jakarta.