Dominansi Apical Dan Stek

3
Dominansi apical Pembahasa point 4. Dominansi apikal mengontrol pertumbuhan tunas dalam tahap perkembangan vegetatif pada tanaman vaskuler dan tahap juvenil pada tanaman berkayu. Siklus musiman untuk pertumbuhan dan dormansi terjadi di seluruh tunas pada tanaman berkayu. Misalnya, pada akhir musim tanam, tanaman perenial akan mengalami dormansi ketika suhu meningkat. Strategi ini digunakan sebagai perlindungan terhadap perubahan lingkungan yang terjadi secara tiba-tiba. Oleh karena itu, suhu lingkungan akan mempengaruhi dominansi apikal dan pertumbuhan tunas-tunas axillari pada tanaman (Catala et al., 2000). Pengaruh auksin terhadap pertumbuhan jaringan tanaman diduga melalui: Mengiduksi sekresi ion H+ keluar sel melalui dinding sel. Pengasaman dinding sel menyebabkan K+ diambil dan pengambila ini mengurangi potensial air dalam sel. Akibatnya air masuk ke dalam sel dan sel membesar Mempengaruhi metabolisme RsNA yang berarti metabolisme protein mungkin melalui trasnkripsi molekul RNA Memacu terjadinya dominansi apikal Dalam jumlah sedikit memacu pertumbuhan akar (Catala et al., 2000). Catala, C., Rose, J.K.C., Bennett, A.B., 2000. Auxin-Regulated Genes Encoding Cell Wall-Modifying Proteins are Expressed

Transcript of Dominansi Apical Dan Stek

Page 1: Dominansi Apical Dan Stek

Dominansi apical

Pembahasa point 4.

Dominansi apikal mengontrol pertumbuhan tunas dalam tahap perkembangan vegetatif

pada tanaman vaskuler dan tahap juvenil pada tanaman berkayu. Siklus musiman untuk

pertumbuhan dan dormansi terjadi di seluruh tunas pada tanaman berkayu. Misalnya, pada akhir

musim tanam, tanaman perenial akan mengalami dormansi ketika suhu meningkat. Strategi ini

digunakan sebagai perlindungan terhadap perubahan lingkungan yang terjadi secara tiba-tiba.

Oleh karena itu, suhu lingkungan akan mempengaruhi dominansi apikal dan pertumbuhan tunas-

tunas axillari pada tanaman (Catala et al., 2000).

Pengaruh auksin terhadap pertumbuhan jaringan tanaman diduga melalui:

Mengiduksi sekresi ion H+ keluar sel melalui dinding sel. Pengasaman dinding sel

menyebabkan K+ diambil dan pengambila ini mengurangi potensial air dalam sel. Akibatnya

air masuk ke dalam sel dan sel membesar

Mempengaruhi metabolisme RsNA yang berarti metabolisme protein mungkin melalui

trasnkripsi molekul RNA

Memacu terjadinya dominansi apikal

Dalam jumlah sedikit memacu pertumbuhan akar (Catala et al., 2000).

Catala, C., Rose, J.K.C., Bennett, A.B., 2000. Auxin-Regulated Genes Encoding Cell Wall-Modifying Proteins are Expressed During Early Tomato Fruit Growth-Plant. Physiol 122 : 527 – 534.

Stek

Pembahasan point 4

Menurut Delvin (1975), pengaruh auksin terhadap perkembangan sel yaitu dapat

menaikkan tekanan osmotik, meningkatkan permeabilitas sel terhadap air, menyebabkan

pengurangan tekanan pada dinding sel, meningkatkan sintesis protein, meningkatkan plastisitas

dan pengembangan dinding sel. Menurut Abidin (1985), auksin berpengaruh terhadap

pengembangan sel, fototropisme, geotropisme, dominansi apikal, pertumbuhan akar

perthenocarpy, absission, pembentukan kalus dan respirasi. Menurut Kusumo (1984) auksin

mempengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan akar,

Page 2: Dominansi Apical Dan Stek

perkembangan buah, dominansi apikal, fototropisme, dan geotropisme. Arinasa (2006),

menyatakan bahwa auksin berfungsi untuk mendorong pembelahan sel, pembesaran sel,

perpanjangan sel, dan pembentukan akar samping sehingga sangat efektif untuk merangsang

pertunasan dan pertumbuhan perakaran stek.

Menurut Lovelles (1990), auksin yang paling berpotensi adalah Asam Indol Asetet atau

Indole Asetic Acid (IAA) yang berasal dari asam amino triptofan. Ujung-ujung koleoptil maupun

yang bertunas lain mempunyai enzim-enzim yang diperlukan untuk pengubahan triptofan

menjadi IAA. Auksin banyak terdapat pada ujung koleoptil maupun tunas lain. NAA (α-

naphthalene aretic acid) adalah zat pengatur tumbuh yang dikelompokkan ke dalam golongan

auksin. Penambahan NAA akan mempengaruhi pertumbuhan akar, yaitu mengenai banyaknya

akar maupun kualitas akar yang dihasilkan. NAA lebih stabil sifat kimia dan mobilitasnya pada

tanaman rendah. Sifat-sifat yang menyebabkan NAA pemakaiannya berhasil adalah sifat kimia

yang mantap dan pengaruhnya yang lama. Hormon ini tetap berada pada tempat di mana NAA

diberikan, tidak menyebar ke bagian lain, sehingga tidak mempengaruhi pertumbuhan bagian

lain

Abidin, Z. 1985. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Penerbit Angkasa, Bandung.

Arinasa, I. B. K. dan I. N. Peneng. 2006. Pengaruh Konsentrasi Rootone-F Dan Macam Stek Batang Pada Pertumbuhan Bibit Bambu Betung Hitam (Dendrocalamus asper (Schult) Backer ex Heyne cult, Hitam). Laporan Teknik Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam Kebun Raya “Eka Karya” Bali, 110-115.

Delvin, R. M. 1975. Plant Physiology Third edition. D van Nostrad Company, New York.

Kusumo, S. 1984. Zat Pengatur Tumbuh (Phytohormon). PT. Soeroengan, Jakarta.

Lovelles, A. R. 1990. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik. Gramedia, Jakarta.