Post on 07-Jul-2020
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGANKEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
PembangunanKesatuanPengelolaanHutan
TANANKEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUREPUBLIK INDONESIA
Sebuah keniscayaan untuk mencapai pengelolaan hutan lestari yang menyejahterakan masyarakat. Sebagai sebuah unit pengelola hutan terkecil yang berada di tingkat tapak, KPH bisa secara efektif dan
tan.
Menjadi amanat dari berbagai peraturan perundang-undangan sektor kehutanan. Meski demikian, pembangunan KPH, khususnya pada hutan di luar Jawa, baru mulai benar-benar direalisasikan sejak tahun 2009.
Sebagai langkah awal, Kementerian Kehutanan (kini bertransformasi menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) membagi habis wilayah hutan produksi dan hutan lindung ke dalam 600 wilayah KPH. Selanjutnya 120 KPH berhasil didorong untuk beroperasi hingga akhir tahun 2014.
Pembangunan
KPH
Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan dalam 600 wilayah KPH. Selanjutnya 120 KPH (KPH) adalah sebuah keniscayaan untuk berhasil didorong untuk beroperasi hingga akhir mencapai pengelolaan hutan lestari yang tahun 2014. KPH tersebut menjadi model/rintisan
menyejahterakan masyarakat. Sebagai sebuah dan diharapkan bisa menyeret KPH lain untuk ikut unit pengelola hutan terkecil yang berada di beroperasi.tingkat tapak, KPH bisa secara efektif dan efisien dalam mengelola sumber daya hutan. Mulai dari Berbagai tantangan pun dihadapi. Maklum, penataan, penyusunan rencana pengelolaan, sebagai 'barang baru', belum semua pihak pemanfaatan, rehabilitasi dan reklamasi, hingga memahami pentingnya eksistensi KPH. Termasuk melakukan perlindungan dan konservasi di internal pemerintah baik Pusat dan Daerah. Di keanekaragaman hayati. sisi lain, belum banyak referensi di dalam negeri
tentang bagaimana sebuah KPH bisa terbangun Menjadi bagian dari pelajaran mendasar ilmu- dan beroperasi dengan baik.ilmu kehutanan, sejumlah negara membangun KPH untuk mengelola hutan. Langkah tersebut Ringkasan ini mengungkap bagaimana proses terbukti sukses, seperti apa yang telah dicapai pembangunan KPH pada periode 2009-2014 dan oleh Jerman. pembelajaran yang bisa dipetik. Juga diuraikan
tentang landasan yang menjadi basis Di Indonesia, pembangunan KPH pun sejatinya pembangunan dan operasionalisasi KPH pada telah menjadi amanat dari berbagai peraturan periode tersebut.perundang-undangan sektor kehutanan. Meski demikian, pembangunan KPH, khususnya pada Pembelajaran yang ada bisa menjadi panduan hutan di luar Jawa, baru mulai benar-benar dalam proses pembangunan KPH ke depan. direalisasikan sejak tahun 2009. Pemberlakukan Undang-undang No 23 tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah dipastikan akan Sebagai langkah awal, Kementerian Kehutanan mempengaruhi proses pembangunan KPH ke (kini bertransformasi menjadi Kementerian depan sehingga perlu ada transformasi dalam Lingkungan Hidup dan Kehutanan) membagi habis pembangunan dan operasionalisasi KPH. wilayah hutan produksi dan hutan lindung ke
Kesatuan Pengelolaan Hutan
3
Penanggung Jawab:
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata LingkunganKementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Dilaksanakan dan diterbitkan oleh:
Direktorat Rencana Penggunaan dan Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan (Direktorat RPPWPH) Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata LingkunganKementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Bekerja sama dengan:
Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH Forests and Climate Change Programme - FORCLIME
Gedung Manggala Wanabakti, Blok VII, Lantai 6 Jln. Jenderal Gatot Subroto, Jakarta 10270, Indonesia Tel: +62 (0)21 572 0212, +62 (0)21 572 0214 Fax: +62 (0)21 572 0193
Internet: www.forclime.org
Disusun oleh:
Ali DjajonoSugiharto
Desain dan Tata Letak:
SugihartoBintoro
Dicetak oleh:
FORCLIME
Foto-foto:
1. Cover: KPHP Berau Barat + Forclime (Ali Mustofa)2. Koleksi Direktorat RPPWPH
Distribusi oleh:
Direktorat RPPWPH
Jakarta, Agustus 2016
Pembangunan KPH
AmanatPerundang-Undangan
ImplementasiPembangunan KPH
PembantukanWilayah KPH
Pengelolaan Hutanpada KPH
KebijakanPembangunan KPH
PerkembanganPembangunan KPH
Operasionalisasi KPH
Daftar Isi
08
06
04
08
20
18
16
14
Sebuah keniscayaan untuk mencapai pengelolaan hutan lestari yang menyejahterakan masyarakat. Sebagai sebuah unit pengelola hutan terkecil yang berada di tingkat tapak, KPH bisa secara efektif dan
tan.
Menjadi amanat dari berbagai peraturan perundang-undangan sektor kehutanan. Meski demikian, pembangunan KPH, khususnya pada hutan di luar Jawa, baru mulai benar-benar direalisasikan sejak tahun 2009.
Sebagai langkah awal, Kementerian Kehutanan (kini bertransformasi menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) membagi habis wilayah hutan produksi dan hutan lindung ke dalam 600 wilayah KPH. Selanjutnya 120 KPH berhasil didorong untuk beroperasi hingga akhir tahun 2014.
Pembangunan
KPH
Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan dalam 600 wilayah KPH. Selanjutnya 120 KPH (KPH) adalah sebuah keniscayaan untuk berhasil didorong untuk beroperasi hingga akhir mencapai pengelolaan hutan lestari yang tahun 2014. KPH tersebut menjadi model/rintisan
menyejahterakan masyarakat. Sebagai sebuah dan diharapkan bisa menyeret KPH lain untuk ikut unit pengelola hutan terkecil yang berada di beroperasi.tingkat tapak, KPH bisa secara efektif dan efisien dalam mengelola sumber daya hutan. Mulai dari Berbagai tantangan pun dihadapi. Maklum, penataan, penyusunan rencana pengelolaan, sebagai 'barang baru', belum semua pihak pemanfaatan, rehabilitasi dan reklamasi, hingga memahami pentingnya eksistensi KPH. Termasuk melakukan perlindungan dan konservasi di internal pemerintah baik Pusat dan Daerah. Di keanekaragaman hayati. sisi lain, belum banyak referensi di dalam negeri
tentang bagaimana sebuah KPH bisa terbangun Menjadi bagian dari pelajaran mendasar ilmu- dan beroperasi dengan baik.ilmu kehutanan, sejumlah negara membangun KPH untuk mengelola hutan. Langkah tersebut Ringkasan ini mengungkap bagaimana proses terbukti sukses, seperti apa yang telah dicapai pembangunan KPH pada periode 2009-2014 dan oleh Jerman. pembelajaran yang bisa dipetik. Juga diuraikan
tentang landasan yang menjadi basis Di Indonesia, pembangunan KPH pun sejatinya pembangunan dan operasionalisasi KPH pada telah menjadi amanat dari berbagai peraturan periode tersebut.perundang-undangan sektor kehutanan. Meski demikian, pembangunan KPH, khususnya pada Pembelajaran yang ada bisa menjadi panduan hutan di luar Jawa, baru mulai benar-benar dalam proses pembangunan KPH ke depan. direalisasikan sejak tahun 2009. Pemberlakukan Undang-undang No 23 tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah dipastikan akan Sebagai langkah awal, Kementerian Kehutanan mempengaruhi proses pembangunan KPH ke (kini bertransformasi menjadi Kementerian depan sehingga perlu ada transformasi dalam Lingkungan Hidup dan Kehutanan) membagi habis pembangunan dan operasionalisasi KPH. wilayah hutan produksi dan hutan lindung ke
Kesatuan Pengelolaan Hutan
3
Pengukuran Pohon di KPHL Rinjani BaratFoto: Koleksi Direktorat RPPWPH
Berdasarkan UU No 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, kegiatan konservasi
dilakukan demi kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistem sehingga dapat mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan konservasi salah satunya dilakukan dengan pemanfaatan lestari sumber daya alam dan ekosistemnya.
Sesuai UU No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, kewenangan penyelenggaraan pengurusan sumber daya hutan diberikan kepada pemerintah. Di dalamnya terdapat pengelolaan hutan yang mencakup penataan hutan, penyusunan rencana pengelolaan, pemanfaatan, rehabilitasi dan reklamasi, serta perlindungan dan konservasi alam. Untuk itu diperlukan wilayah pengelolaan hutan baik untuk tingkat Dalam pembangunan dan pelaksanaannya, ada provinsi, kabupaten/kota, atau di tingkat unit pembagian kewenangan antara pemerintah Pusat pengelolaan. dan Daerah sesuai dengan UU No 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah. Berdasarkan Unit pengelolaan hutan itu sendiri terdiri atas ketentuan tersebut dan petunjuk KPH Konservasi (KPHK), KPH Lindung (KPHL) dan pelaksanaannya, maka ada KPH yang menjadi KPH Produksi (KPHP). Ini diatur dalam Peraturan bagian pemerintah Pusat, yaitu KPHK, sementara Pemerintah (PP) Nomor 44 tahun 2004 tentang KPHL dan KPHP berada di bawah kendali Perencanaan Kehutanan pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota..
Landasan Kebijakan
Peraturan Menteri Kehutanan No P.6/Menhut-II/2009 Tentang Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan
Permenhut No P.6/Menhut-II/2010 tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) Pengelolaan Hutan Pada KPHL dan KPHP
Permendagri No 61 tahun 2010 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja KPHL dan KPHP
Permenhut No P.41/Menhut-II/2011 tentang Standarisasi Fasilitasi Sarana dan Prasarana KPHL Model dan KPHP Model
Permenhut No P.42/Menhut-II/2011 tentang Standar Kompetensi Bidang Teknis Kehutanan pada KPHL dan KPHP
Permenhut No P.46/Menhut-II/2013 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL dan KPHP
Permenhut No P.47/Menhut-II/2013 tentang Pedoman, Kriteria dan Standar Pemanfaatan Hutan di Wilayah Tertentu Pada KPHL dan KPHP.
Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada KPHL dan KPHP
PERUNDANG-UNDANGAN
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah pilar penting untuk mengelola sumber daya hutan lestari demi kemakmuran rakyat. Hal itu menjadi amanat dari peraturan perundang-undangan yang mengatur sumber daya hutan. Ada beberapa UU yang menjadi landasan kebijakan pembangunan KPH. Sementara landasan pembangunannya diatur dalam sejumlah peraturan pemerintah. Sedangkan landasan teknis penyelenggaraannya sudah diatur pada sejumlah peraturan menteri
“
Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, kegiatan konservasi dilakukan demi kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistem sehingga dapat mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan konservasi salah satunya dilakukan dengan pemanfaatan lestari sumber daya alam dan ekosistemnya.
UU No 5 tahun 1990
Tentang Kehutanan, kewenangan penyelenggaraan pengurusan sumber daya hutan diberikan kepada pemerintah. Di dalamnya terdapat pengelolaan hutan yang mencakup penataan hutan, penyusunan rencana pengelolaan, pemanfaatan, rehabilitasi dan reklamasi, serta perlindungan dan konservasi alam.
UU No 41 tahun 1999
Tentang Tata Hutan, Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan. Dalam ketentuan tersebut ditegaskan Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota berbagi tanggung jawab pembangunan KPH sesuai dengan kewenangannya.
“
PP 6 tahun 2007 jo PP No 3 tahun 2008
AMANAT
Teknis Pendukung Pembangunan KPHPeraturan Perundang-Undangan
45
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah pilar penting untuk mengelola sumber daya hutan lestari demi kemakmuran rakyat. Hal itu menjadi amanat dari peraturan perundang-undangan yang mengatur sumber daya hutan. Ada beberapa UU yang menjadi landasan kebijakan pembangunan KPH. Sementara landasan pembangunannya diatur dalam sejumlah peraturan pemerintah. Sedangkan landasan teknis penyelenggaraannya sudah diatur pada sejumlah peraturan menteri
“
Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, kegiatan konservasi dilakukan demi kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistem sehingga dapat mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan konservasi salah satunya dilakukan dengan pemanfaatan lestari sumber daya alam dan ekosistemnya.
UU No 5 tahun 1990
Tentang Kehutanan, kewenangan penyelenggaraan pengurusan sumber daya hutan diberikan kepada pemerintah. Di dalamnya terdapat pengelolaan hutan yang mencakup penataan hutan, penyusunan rencana pengelolaan, pemanfaatan, rehabilitasi dan reklamasi, serta perlindungan dan konservasi alam.
UU No 41 tahun 1999
Tentang Tata Hutan, Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan. Dalam ketentuan tersebut ditegaskan Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota berbagi tanggung jawab pembangunan KPH sesuai dengan kewenangannya.
“
PP 6 tahun 2007 jo PP No 3 tahun 2008
4
AmanatPerundang-Undangan
Berdasarkan UU No 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, kegiatan konservasi
dilakukan demi kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistem sehingga dapat mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan konservasi salah satunya dilakukan dengan pemanfaatan lestari sumber daya alam dan ekosistemnya.
Sesuai UU No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, kewenangan penyelenggaraan pengurusan sumber daya hutan diberikan kepada pemerintah. Di dalamnya terdapat pengelolaan hutan yang mencakup penataan hutan, penyusunan rencana pengelolaan, pemanfaatan, rehabilitasi dan reklamasi, serta perlindungan dan konservasi alam. Untuk itu diperlukan wilayah pengelolaan hutan baik untuk tingkat Dalam pembangunan dan pelaksanaannya, ada provinsi, kabupaten/kota, atau di tingkat unit pembagian kewenangan antara pemerintah Pusat pengelolaan. dan Daerah sesuai dengan UU No 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah. Berdasarkan Unit pengelolaan hutan itu sendiri terdiri atas ketentuan tersebut dan petunjuk KPH Konservasi (KPHK), KPH Lindung (KPHL) dan pelaksanaannya, maka ada KPH yang menjadi KPH Produksi (KPHP). Ini diatur dalam Peraturan bagian pemerintah Pusat, yaitu KPHK, sementara Pemerintah (PP) Nomor 44 tahun 2004 tentang KPHL dan KPHP berada di bawah kendali Perencanaan Kehutanan pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota..
Landasan Kebijakan
Peraturan Menteri Kehutanan No P.6/Menhut-II/2009 Tentang Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan
Permenhut No P.6/Menhut-II/2010 tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) Pengelolaan Hutan Pada KPHL dan KPHP
Permendagri No 61 tahun 2010 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja KPHL dan KPHP
Permenhut No P.41/Menhut-II/2011 tentang Standarisasi Fasilitasi Sarana dan Prasarana KPHL Model dan KPHP Model
Permenhut No P.42/Menhut-II/2011 tentang Standar Kompetensi Bidang Teknis Kehutanan pada KPHL dan KPHP
Permenhut No P.46/Menhut-II/2013 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL dan KPHP
Permenhut No P.47/Menhut-II/2013 tentang Pedoman, Kriteria dan Standar Pemanfaatan Hutan di Wilayah Tertentu Pada KPHL dan KPHP.
Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada KPHL dan KPHP
PERUNDANG-UNDANGAN
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah pilar penting untuk mengelola sumber daya hutan lestari demi kemakmuran rakyat. Hal itu menjadi amanat dari peraturan perundang-undangan yang mengatur sumber daya hutan. Ada beberapa UU yang menjadi landasan kebijakan pembangunan KPH. Sementara landasan pembangunannya diatur dalam sejumlah peraturan pemerintah. Sedangkan landasan teknis penyelenggaraannya sudah diatur pada sejumlah peraturan menteri
“
Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, kegiatan konservasi dilakukan demi kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistem sehingga dapat mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan konservasi salah satunya dilakukan dengan pemanfaatan lestari sumber daya alam dan ekosistemnya.
UU No 5 tahun 1990
Tentang Kehutanan, kewenangan penyelenggaraan pengurusan sumber daya hutan diberikan kepada pemerintah. Di dalamnya terdapat pengelolaan hutan yang mencakup penataan hutan, penyusunan rencana pengelolaan, pemanfaatan, rehabilitasi dan reklamasi, serta perlindungan dan konservasi alam.
UU No 41 tahun 1999
Tentang Tata Hutan, Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan. Dalam ketentuan tersebut ditegaskan Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota berbagi tanggung jawab pembangunan KPH sesuai dengan kewenangannya.
“
PP 6 tahun 2007 jo PP No 3 tahun 2008
AMANAT
Teknis Pendukung Pembangunan KPHPeraturan Perundang-Undangan
45
Pengukuran diameter pohon di KPH Berau
Foto
: Kol
eksi
Dire
ktor
at R
PPW
PH
B
pengelolaan hutan konservasi untuk selanjutnya ditetapkan menjadi KPHK.
Sementara untuk KPHP dan KPHL, diusulkan oleh Gubernur dengan pertimbangan dari Bupati/Walikota. Usulan disusun berdasarkan kriteria dan standar yang ditetapkan oleh
agaimana sebuah KPH dibangun? Menteri LHK. Berdasarkan usulan tersebut Berdasarkan PP No 44/2004 tentang Menteri akan menetapkan arahan pencadangan Perencanaan Kehutanan usulan KPH. Selanjutnya, berdasarkan arahan
pembangunan KPH datang dari dua pihak. Untuk pencadangan, Gubernur akan membentuk KPH KPHK, usulan pembangunan datang dari instansi yang kemudian disampaikan kepada Menteri kehutanan Pusat di Daerah yang bertanggung untuk ditetapkan.jawab di bidang konservasi. Usulan dibuat berdasarkan kriteria dan standar yang Pembangunan KPH juga diatur pada PP No sebelumnya sudah ditetapkan oleh Menteri 6/2007 Jo PP No 3/2008 tentang Tata Hutan, Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta
Pemanfaatan Hutan. Dalam ketentuan tersebut Berdasarkan usulan tersebut, Menteri LHK akan ditegaskan Pemerintah Pusat, Provinsi, dan menetapkan arahan pencadangan unit Kabupaten/Kota berbagi tanggung jawab
Landasan Implementasi Pembangunan
pembangunan KPH sesuai dengan kewenangannya. Untuk pendanaannya bisa Sementara pemerintah Provinsi memiliki urusan berasal dari APBN, APBD atau dan/atau dana lain untuk melaksanakan penyusunan rancang yang tidak mengikat, sesuai peraturan bangun, pembentukan dan pengusulan perundang-undangan. penetapan wilayah KPHP dan KPHL serta
memberikan pertimbangan teknis institusi KPH.Pada setiap KPH nantinya akan dibentuk institusi pengelola. Institusi inilah yang akan bertanggung Meski pembangunan KPH adalah wujud dari jawab terhadap penyelenggaraan pengelolaan desentralisasi pengelolaan hutan, namun hutan. Secara hirarki, institusi ini akan pemerintah Pusat tetap memiliki peran penting. bertangggung jawab kepada Pemerintah Pemerintah Pusat menetapkan Norma, Standar, Kabupaten/Kota jika wilayahnya berada dalam Prosedur dan Kriteria untuk pengelolaan KPH. satu Kabupaten/Kota. Jika wilayahnya Pemerintah Pusat juga melaksanakan penetapan merupakan lintas Kabupaten/Kota maka institusi pembentukan wilayah dan institusi KPH. Selain akan bertanggung jawab kepada Pemerintah itu pemerintah Pusat juga menyusun tata hutan Provinsi. dan rencana pengelolaannya untuk mendukung
operasionalisasi KPH.PP No 6/2007 tersebut juga menegaskan sifat KPH yang harus profesional dan kompeten. KPH Dalam melaksanakan urusannya, termasuk soal juga harus lentur untuk menyesuaikan dengan pembangunan KPH, pemerintah Provinsi dan kondisi setempat serta perubahan perubahan Kabupaten/Kota bisa membentuk lembaga teknis lingkungan strategis yang berpengaruh terhadap daerah atau lembaga lainnya seperti diatur pengelolaan hutan. dalam PP No 41/2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah. Sementara tata kerjanya akan Bagaimana persisnya pembagian urusan antara ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri, setelah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota dalam mendapat pertimbangan dari Menteri pembangunan KPH, diatur dalam PP No 38/2007 Pendayagunaan Aparatur Negara.tentang Pembagian Urusan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Untuk mendukung pembangunan dan Kabupaten/Kota. operasionalisasi KPH, kemudian diterbitkan
sejumlah peraturan-peraturan teknis. Peraturan-Dalam ketentuan tersebut pemberian peraturan teknis ini mengatur hal-hal yang lebih pertimbangan, penyusunan rancang bangun, detil untuk memastikan KPH terbangun dan pengusulan wilayah pengelolaan KPHP dan KPHL beroperasi demi mencapai sumber daya hutan serta institusi pengelolanya menjadi urusan lestari dan kemakmuran rakyat.pemerintah Kabupaten/Kota.
IMPLEMENTASI Pembangunan KPH
PP NO. 44/2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN
Kehutanan Pusat di DaerahSebagai Penanggung Jawab
Konservasi mengusulkan sesuai kriteria dan standar
Menteri LHK
Menteri LHKMenetapkan arahan pencadangan unit pengeloaan hutan konservasi
untuk selanjutnya ditetapkan menjadi KPHK
Usulan Penetapan
Pertimbangan Usulan Arahan Pembentukan Penetapan
Menteri LHKMenetapkan KPH
Menteri LHKMenetapkan arahan pencadangan KPH
GubernurMengusulkan sesuai kriteria
dan standar Menteri LHK
Bupati/WalikotaMemberikan pertimbangan
1 2
1 2 3 4 5
KPHK
KPHP&
KPHLGubernur
Membentuk KPH
67
B
pengelolaan hutan konservasi untuk selanjutnya ditetapkan menjadi KPHK.
Sementara untuk KPHP dan KPHL, diusulkan oleh Gubernur dengan pertimbangan dari Bupati/Walikota. Usulan disusun berdasarkan kriteria dan standar yang ditetapkan oleh
agaimana sebuah KPH dibangun? Menteri LHK. Berdasarkan usulan tersebut Berdasarkan PP No 44/2004 tentang Menteri akan menetapkan arahan pencadangan Perencanaan Kehutanan usulan KPH. Selanjutnya, berdasarkan arahan
pembangunan KPH datang dari dua pihak. Untuk pencadangan, Gubernur akan membentuk KPH KPHK, usulan pembangunan datang dari instansi yang kemudian disampaikan kepada Menteri kehutanan Pusat di Daerah yang bertanggung untuk ditetapkan.jawab di bidang konservasi. Usulan dibuat berdasarkan kriteria dan standar yang Pembangunan KPH juga diatur pada PP No sebelumnya sudah ditetapkan oleh Menteri 6/2007 Jo PP No 3/2008 tentang Tata Hutan, Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta
Pemanfaatan Hutan. Dalam ketentuan tersebut Berdasarkan usulan tersebut, Menteri LHK akan ditegaskan Pemerintah Pusat, Provinsi, dan menetapkan arahan pencadangan unit Kabupaten/Kota berbagi tanggung jawab
Landasan Implementasi Pembangunan
pembangunan KPH sesuai dengan kewenangannya. Untuk pendanaannya bisa Sementara pemerintah Provinsi memiliki urusan berasal dari APBN, APBD atau dan/atau dana lain untuk melaksanakan penyusunan rancang yang tidak mengikat, sesuai peraturan bangun, pembentukan dan pengusulan perundang-undangan. penetapan wilayah KPHP dan KPHL serta
memberikan pertimbangan teknis institusi KPH.Pada setiap KPH nantinya akan dibentuk institusi pengelola. Institusi inilah yang akan bertanggung Meski pembangunan KPH adalah wujud dari jawab terhadap penyelenggaraan pengelolaan desentralisasi pengelolaan hutan, namun hutan. Secara hirarki, institusi ini akan pemerintah Pusat tetap memiliki peran penting. bertangggung jawab kepada Pemerintah Pemerintah Pusat menetapkan Norma, Standar, Kabupaten/Kota jika wilayahnya berada dalam Prosedur dan Kriteria untuk pengelolaan KPH. satu Kabupaten/Kota. Jika wilayahnya Pemerintah Pusat juga melaksanakan penetapan merupakan lintas Kabupaten/Kota maka institusi pembentukan wilayah dan institusi KPH. Selain akan bertanggung jawab kepada Pemerintah itu pemerintah Pusat juga menyusun tata hutan Provinsi. dan rencana pengelolaannya untuk mendukung
operasionalisasi KPH.PP No 6/2007 tersebut juga menegaskan sifat KPH yang harus profesional dan kompeten. KPH Dalam melaksanakan urusannya, termasuk soal juga harus lentur untuk menyesuaikan dengan pembangunan KPH, pemerintah Provinsi dan kondisi setempat serta perubahan perubahan Kabupaten/Kota bisa membentuk lembaga teknis lingkungan strategis yang berpengaruh terhadap daerah atau lembaga lainnya seperti diatur pengelolaan hutan. dalam PP No 41/2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah. Sementara tata kerjanya akan Bagaimana persisnya pembagian urusan antara ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri, setelah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota dalam mendapat pertimbangan dari Menteri pembangunan KPH, diatur dalam PP No 38/2007 Pendayagunaan Aparatur Negara.tentang Pembagian Urusan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Untuk mendukung pembangunan dan Kabupaten/Kota. operasionalisasi KPH, kemudian diterbitkan
sejumlah peraturan-peraturan teknis. Peraturan-Dalam ketentuan tersebut pemberian peraturan teknis ini mengatur hal-hal yang lebih pertimbangan, penyusunan rancang bangun, detil untuk memastikan KPH terbangun dan pengusulan wilayah pengelolaan KPHP dan KPHL beroperasi demi mencapai sumber daya hutan serta institusi pengelolanya menjadi urusan lestari dan kemakmuran rakyat.pemerintah Kabupaten/Kota.
IMPLEMENTASI Pembangunan KPH
PP NO. 44/2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN
Kehutanan Pusat di DaerahSebagai Penanggung Jawab
Konservasi mengusulkan sesuai kriteria dan standar
Menteri LHK
Menteri LHKMenetapkan arahan pencadangan unit pengeloaan hutan konservasi
untuk selanjutnya ditetapkan menjadi KPHK
Usulan Penetapan
Pertimbangan Usulan Arahan Pembentukan Penetapan
Menteri LHKMenetapkan KPH
Menteri LHKMenetapkan arahan pencadangan KPH
GubernurMengusulkan sesuai kriteria
dan standar Menteri LHK
Bupati/WalikotaMemberikan pertimbangan
1 2
1 2 3 4 5
KPHK
KPHP&
KPHLGubernur
Membentuk KPH
67
B
pengelolaan hutan konservasi untuk selanjutnya ditetapkan menjadi KPHK.
Sementara untuk KPHP dan KPHL, diusulkan oleh Gubernur dengan pertimbangan dari Bupati/Walikota. Usulan disusun berdasarkan kriteria dan standar yang ditetapkan oleh
agaimana sebuah KPH dibangun? Menteri LHK. Berdasarkan usulan tersebut Berdasarkan PP No 44/2004 tentang Menteri akan menetapkan arahan pencadangan Perencanaan Kehutanan usulan KPH. Selanjutnya, berdasarkan arahan
pembangunan KPH datang dari dua pihak. Untuk pencadangan, Gubernur akan membentuk KPH KPHK, usulan pembangunan datang dari instansi yang kemudian disampaikan kepada Menteri kehutanan Pusat di Daerah yang bertanggung untuk ditetapkan.jawab di bidang konservasi. Usulan dibuat berdasarkan kriteria dan standar yang Pembangunan KPH juga diatur pada PP No sebelumnya sudah ditetapkan oleh Menteri 6/2007 Jo PP No 3/2008 tentang Tata Hutan, Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta
Pemanfaatan Hutan. Dalam ketentuan tersebut Berdasarkan usulan tersebut, Menteri LHK akan ditegaskan Pemerintah Pusat, Provinsi, dan menetapkan arahan pencadangan unit Kabupaten/Kota berbagi tanggung jawab
Landasan Implementasi Pembangunan
pembangunan KPH sesuai dengan kewenangannya. Untuk pendanaannya bisa Sementara pemerintah Provinsi memiliki urusan berasal dari APBN, APBD atau dan/atau dana lain untuk melaksanakan penyusunan rancang yang tidak mengikat, sesuai peraturan bangun, pembentukan dan pengusulan perundang-undangan. penetapan wilayah KPHP dan KPHL serta
memberikan pertimbangan teknis institusi KPH.Pada setiap KPH nantinya akan dibentuk institusi pengelola. Institusi inilah yang akan bertanggung Meski pembangunan KPH adalah wujud dari jawab terhadap penyelenggaraan pengelolaan desentralisasi pengelolaan hutan, namun hutan. Secara hirarki, institusi ini akan pemerintah Pusat tetap memiliki peran penting. bertangggung jawab kepada Pemerintah Pemerintah Pusat menetapkan Norma, Standar, Kabupaten/Kota jika wilayahnya berada dalam Prosedur dan Kriteria untuk pengelolaan KPH. satu Kabupaten/Kota. Jika wilayahnya Pemerintah Pusat juga melaksanakan penetapan merupakan lintas Kabupaten/Kota maka institusi pembentukan wilayah dan institusi KPH. Selain akan bertanggung jawab kepada Pemerintah itu pemerintah Pusat juga menyusun tata hutan Provinsi. dan rencana pengelolaannya untuk mendukung
operasionalisasi KPH.PP No 6/2007 tersebut juga menegaskan sifat KPH yang harus profesional dan kompeten. KPH Dalam melaksanakan urusannya, termasuk soal juga harus lentur untuk menyesuaikan dengan pembangunan KPH, pemerintah Provinsi dan kondisi setempat serta perubahan perubahan Kabupaten/Kota bisa membentuk lembaga teknis lingkungan strategis yang berpengaruh terhadap daerah atau lembaga lainnya seperti diatur pengelolaan hutan. dalam PP No 41/2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah. Sementara tata kerjanya akan Bagaimana persisnya pembagian urusan antara ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri, setelah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota dalam mendapat pertimbangan dari Menteri pembangunan KPH, diatur dalam PP No 38/2007 Pendayagunaan Aparatur Negara.tentang Pembagian Urusan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Untuk mendukung pembangunan dan Kabupaten/Kota. operasionalisasi KPH, kemudian diterbitkan
sejumlah peraturan-peraturan teknis. Peraturan-Dalam ketentuan tersebut pemberian peraturan teknis ini mengatur hal-hal yang lebih pertimbangan, penyusunan rancang bangun, detil untuk memastikan KPH terbangun dan pengusulan wilayah pengelolaan KPHP dan KPHL beroperasi demi mencapai sumber daya hutan serta institusi pengelolanya menjadi urusan lestari dan kemakmuran rakyat.pemerintah Kabupaten/Kota.
IMPLEMENTASI Pembangunan KPH
PP NO. 44/2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN
Kehutanan Pusat di DaerahSebagai Penanggung Jawab
Konservasi mengusulkan sesuai kriteria dan standar
Menteri LHK
Menteri LHKMenetapkan arahan pencadangan unit pengeloaan hutan konservasi
untuk selanjutnya ditetapkan menjadi KPHK
Usulan Penetapan
Pertimbangan Usulan Arahan Pembentukan Penetapan
Menteri LHKMenetapkan KPH
Menteri LHKMenetapkan arahan pencadangan KPH
GubernurMengusulkan sesuai kriteria
dan standar Menteri LHK
Bupati/WalikotaMemberikan pertimbangan
1 2
1 2 3 4 5
KPHK
KPHP&
KPHLGubernur
Membentuk KPH
67
B
pengelolaan hutan konservasi untuk selanjutnya ditetapkan menjadi KPHK.
Sementara untuk KPHP dan KPHL, diusulkan oleh Gubernur dengan pertimbangan dari Bupati/Walikota. Usulan disusun berdasarkan kriteria dan standar yang ditetapkan oleh
agaimana sebuah KPH dibangun? Menteri LHK. Berdasarkan usulan tersebut Berdasarkan PP No 44/2004 tentang Menteri akan menetapkan arahan pencadangan Perencanaan Kehutanan usulan KPH. Selanjutnya, berdasarkan arahan
pembangunan KPH datang dari dua pihak. Untuk pencadangan, Gubernur akan membentuk KPH KPHK, usulan pembangunan datang dari instansi yang kemudian disampaikan kepada Menteri kehutanan Pusat di Daerah yang bertanggung untuk ditetapkan.jawab di bidang konservasi. Usulan dibuat berdasarkan kriteria dan standar yang Pembangunan KPH juga diatur pada PP No sebelumnya sudah ditetapkan oleh Menteri 6/2007 Jo PP No 3/2008 tentang Tata Hutan, Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta
Pemanfaatan Hutan. Dalam ketentuan tersebut Berdasarkan usulan tersebut, Menteri LHK akan ditegaskan Pemerintah Pusat, Provinsi, dan menetapkan arahan pencadangan unit Kabupaten/Kota berbagi tanggung jawab
Landasan Implementasi Pembangunan
pembangunan KPH sesuai dengan kewenangannya. Untuk pendanaannya bisa Sementara pemerintah Provinsi memiliki urusan berasal dari APBN, APBD atau dan/atau dana lain untuk melaksanakan penyusunan rancang yang tidak mengikat, sesuai peraturan bangun, pembentukan dan pengusulan perundang-undangan. penetapan wilayah KPHP dan KPHL serta
memberikan pertimbangan teknis institusi KPH.Pada setiap KPH nantinya akan dibentuk institusi pengelola. Institusi inilah yang akan bertanggung Meski pembangunan KPH adalah wujud dari jawab terhadap penyelenggaraan pengelolaan desentralisasi pengelolaan hutan, namun hutan. Secara hirarki, institusi ini akan pemerintah Pusat tetap memiliki peran penting. bertangggung jawab kepada Pemerintah Pemerintah Pusat menetapkan Norma, Standar, Kabupaten/Kota jika wilayahnya berada dalam Prosedur dan Kriteria untuk pengelolaan KPH. satu Kabupaten/Kota. Jika wilayahnya Pemerintah Pusat juga melaksanakan penetapan merupakan lintas Kabupaten/Kota maka institusi pembentukan wilayah dan institusi KPH. Selain akan bertanggung jawab kepada Pemerintah itu pemerintah Pusat juga menyusun tata hutan Provinsi. dan rencana pengelolaannya untuk mendukung
operasionalisasi KPH.PP No 6/2007 tersebut juga menegaskan sifat KPH yang harus profesional dan kompeten. KPH Dalam melaksanakan urusannya, termasuk soal juga harus lentur untuk menyesuaikan dengan pembangunan KPH, pemerintah Provinsi dan kondisi setempat serta perubahan perubahan Kabupaten/Kota bisa membentuk lembaga teknis lingkungan strategis yang berpengaruh terhadap daerah atau lembaga lainnya seperti diatur pengelolaan hutan. dalam PP No 41/2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah. Sementara tata kerjanya akan Bagaimana persisnya pembagian urusan antara ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri, setelah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota dalam mendapat pertimbangan dari Menteri pembangunan KPH, diatur dalam PP No 38/2007 Pendayagunaan Aparatur Negara.tentang Pembagian Urusan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Untuk mendukung pembangunan dan Kabupaten/Kota. operasionalisasi KPH, kemudian diterbitkan
sejumlah peraturan-peraturan teknis. Peraturan-Dalam ketentuan tersebut pemberian peraturan teknis ini mengatur hal-hal yang lebih pertimbangan, penyusunan rancang bangun, detil untuk memastikan KPH terbangun dan pengusulan wilayah pengelolaan KPHP dan KPHL beroperasi demi mencapai sumber daya hutan serta institusi pengelolanya menjadi urusan lestari dan kemakmuran rakyat.pemerintah Kabupaten/Kota.
IMPLEMENTASI Pembangunan KPH
PP NO. 44/2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN
Kehutanan Pusat di DaerahSebagai Penanggung Jawab
Konservasi mengusulkan sesuai kriteria dan standar
Menteri LHK
Menteri LHKMenetapkan arahan pencadangan unit pengeloaan hutan konservasi
untuk selanjutnya ditetapkan menjadi KPHK
Usulan Penetapan
Pertimbangan Usulan Arahan Pembentukan Penetapan
Menteri LHKMenetapkan KPH
Menteri LHKMenetapkan arahan pencadangan KPH
GubernurMengusulkan sesuai kriteria
dan standar Menteri LHK
Bupati/WalikotaMemberikan pertimbangan
1 2
1 2 3 4 5
KPHK
KPHP&
KPHLGubernur
Membentuk KPH
67
B
pengelolaan hutan konservasi untuk selanjutnya ditetapkan menjadi KPHK.
Sementara untuk KPHP dan KPHL, diusulkan oleh Gubernur dengan pertimbangan dari Bupati/Walikota. Usulan disusun berdasarkan kriteria dan standar yang ditetapkan oleh
agaimana sebuah KPH dibangun? Menteri LHK. Berdasarkan usulan tersebut Berdasarkan PP No 44/2004 tentang Menteri akan menetapkan arahan pencadangan Perencanaan Kehutanan usulan KPH. Selanjutnya, berdasarkan arahan
pembangunan KPH datang dari dua pihak. Untuk pencadangan, Gubernur akan membentuk KPH KPHK, usulan pembangunan datang dari instansi yang kemudian disampaikan kepada Menteri kehutanan Pusat di Daerah yang bertanggung untuk ditetapkan.jawab di bidang konservasi. Usulan dibuat berdasarkan kriteria dan standar yang Pembangunan KPH juga diatur pada PP No sebelumnya sudah ditetapkan oleh Menteri 6/2007 Jo PP No 3/2008 tentang Tata Hutan, Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta
Pemanfaatan Hutan. Dalam ketentuan tersebut Berdasarkan usulan tersebut, Menteri LHK akan ditegaskan Pemerintah Pusat, Provinsi, dan menetapkan arahan pencadangan unit Kabupaten/Kota berbagi tanggung jawab
Landasan Implementasi Pembangunan
pembangunan KPH sesuai dengan kewenangannya. Untuk pendanaannya bisa Sementara pemerintah Provinsi memiliki urusan berasal dari APBN, APBD atau dan/atau dana lain untuk melaksanakan penyusunan rancang yang tidak mengikat, sesuai peraturan bangun, pembentukan dan pengusulan perundang-undangan. penetapan wilayah KPHP dan KPHL serta
memberikan pertimbangan teknis institusi KPH.Pada setiap KPH nantinya akan dibentuk institusi pengelola. Institusi inilah yang akan bertanggung Meski pembangunan KPH adalah wujud dari jawab terhadap penyelenggaraan pengelolaan desentralisasi pengelolaan hutan, namun hutan. Secara hirarki, institusi ini akan pemerintah Pusat tetap memiliki peran penting. bertangggung jawab kepada Pemerintah Pemerintah Pusat menetapkan Norma, Standar, Kabupaten/Kota jika wilayahnya berada dalam Prosedur dan Kriteria untuk pengelolaan KPH. satu Kabupaten/Kota. Jika wilayahnya Pemerintah Pusat juga melaksanakan penetapan merupakan lintas Kabupaten/Kota maka institusi pembentukan wilayah dan institusi KPH. Selain akan bertanggung jawab kepada Pemerintah itu pemerintah Pusat juga menyusun tata hutan Provinsi. dan rencana pengelolaannya untuk mendukung
operasionalisasi KPH.PP No 6/2007 tersebut juga menegaskan sifat KPH yang harus profesional dan kompeten. KPH Dalam melaksanakan urusannya, termasuk soal juga harus lentur untuk menyesuaikan dengan pembangunan KPH, pemerintah Provinsi dan kondisi setempat serta perubahan perubahan Kabupaten/Kota bisa membentuk lembaga teknis lingkungan strategis yang berpengaruh terhadap daerah atau lembaga lainnya seperti diatur pengelolaan hutan. dalam PP No 41/2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah. Sementara tata kerjanya akan Bagaimana persisnya pembagian urusan antara ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri, setelah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota dalam mendapat pertimbangan dari Menteri pembangunan KPH, diatur dalam PP No 38/2007 Pendayagunaan Aparatur Negara.tentang Pembagian Urusan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Untuk mendukung pembangunan dan Kabupaten/Kota. operasionalisasi KPH, kemudian diterbitkan
sejumlah peraturan-peraturan teknis. Peraturan-Dalam ketentuan tersebut pemberian peraturan teknis ini mengatur hal-hal yang lebih pertimbangan, penyusunan rancang bangun, detil untuk memastikan KPH terbangun dan pengusulan wilayah pengelolaan KPHP dan KPHL beroperasi demi mencapai sumber daya hutan serta institusi pengelolanya menjadi urusan lestari dan kemakmuran rakyat.pemerintah Kabupaten/Kota.
IMPLEMENTASI Pembangunan KPH
PP NO. 44/2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN
Kehutanan Pusat di DaerahSebagai Penanggung Jawab
Konservasi mengusulkan sesuai kriteria dan standar
Menteri LHK
Menteri LHKMenetapkan arahan pencadangan unit pengeloaan hutan konservasi
untuk selanjutnya ditetapkan menjadi KPHK
Usulan Penetapan
Pertimbangan Usulan Arahan Pembentukan Penetapan
Menteri LHKMenetapkan KPH
Menteri LHKMenetapkan arahan pencadangan KPH
GubernurMengusulkan sesuai kriteria
dan standar Menteri LHK
Bupati/WalikotaMemberikan pertimbangan
1 2
1 2 3 4 5
KPHK
KPHP&
KPHLGubernur
Membentuk KPH
67
KEPASTIAN WILAYAH KELOLA(1) Berada dalam kawasan hutan tetap setelah tahap penunjukan atau panataan batas, atau penetapan kawasan hutan; (2) Mempunyai letak, luas dan batas yang jelas dan relatif permanen; (3) Setiap areal unit pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan wajib meregister arealnya dalam wilayah KPH; dan (4) Batas wilayah KPH sejauh mungkin mengikuti batas-batas alam.
(1) Posisi dan letak wilayah KPH mempertimbangkan kesesuaian terhadap DAS atau Sub DAS; (2) Mempertimbangkan homogenitas geomorfologi dan tipe hutan; dan (3) Bentuk areal mengarah ke ideal dari aspek ekologi, yaitu areal yang kompak lebih baik dari pada bentuk terfragmentasi dan bentuk membulat lebih baik daripada bentuk memanjang
(1) Luas wilayah KPH dalam batas rentang kendali yang optimum; (2) Luas wilayah KPH mempertimbangkan intensitas pengelolaan dari aspek produksi; dan (3) Mempertimbangkan keutuhan batas izin pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, serta lembaga pengelolaan hutan lain yang telah ada.
(1) Mempertimbangkan kemungkinan pemanfaatan potensi sumber daya hutan; (2) Merupakan areal yang kompak atau memiliki tingkat fragmentasi areal yang rendah; dan (3) Memiliki tingkat aksesibilitas yang memadai.
KELAYAKAN EKOLOGI
KELAYAKAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
KELAYAKAN PENGEMBANGAN PEMANFAATAN
Keterangan:
- Gambaran di samping merupakan contoh deliniasi wilayah KPH di suatu Provinsi yang terdiri dari 2 Kabupaten
- Provinsi tersebut terdapat: 2 kelompok hutan produksi (HP), 4 kelompok hutan lindung (HL), 3 kelompok hutan konservasi (CA, TB, TN)
- Di Provinsi tersebut kawasan hutannya dibagi dalam 5 wilayah KPH, sbb: 1 KPHP, 2 KPHL dan 2 KPHK.
1
2
3
4
HP
HP
HL
HL
TN
TN
TBCA
KPHP
KPHK
KPHK
KPHL
KPHLKABUPATEN A
KABUPATEN B
HL
HL
9
Sebagai sebuah unit pengelolaan di tingkat tapak, KPH diharapkan bisa mengelola setiap jengkal wilayahnya secara efektif. Itu
sebabnya, pembentukan wilayah KPH menjadi salah satu kunci keberhasilan. Secara teknis, bagaimana pembentukan wilayah KPH dipandu dalam Peraturan Menteri Kehutanan No P.6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan Wilayah KPH.
Tahapannya diawali dengan menyiapkan rancang bangun. Pada KPHP dan KPHL, rancang bangun disiapkan oleh Dinas dengan dukungan UPT Ditjen Planologi Kehutanan Kementerian Kehutanan serta pertimbangan dari Bupati/Walikota. Selanjutnya rancang bangun itu dan disampaikan oleh Gubernur kepada Menteri Kehutanan. Tahap selanjutnya penetapan wilayah KPH.
Penetapan ini dipersiapkan oleh Ditjen Planologi Pada KPHK, rancang bangun disiapkan oleh UPT Kehutanan untuk kemudian ditetapkan oleh Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Menteri Kehutanan.(PHKA) dengan dukungan UPT Planologi kehutanan. Selanjutnya rancang bangun KPH itu Dalam pembentukan KPH, banyak hal yang mesti disampaikan oleh Dirjen PHKA kepada Menteri dipertimbangkan untuk menentukan cakupan Kehutanan. luasnya. Pertimbangan tersebut termasuk
Karakteristik lahan; Tipe dan fungsi hutan; Kondisi Tahap selanjutnya adalah Kementerian Kehutanan daerah aliran sungai (DAS); Kondisi sosial, budaya, menyiapkan arahan pencadangan KPH. Dokumen ekonomi masyarakat; dan Kelembagaan tersebut disiapkan oleh Ditjen Planologi masyarakat setempat termasuk masyarakat Kehutanan untuk selanjutnya disampaikan kepada hukum adat. Gubernur sebagai bahan penyusunan usulan penetapan KPH. Selain itu juga harus mempertimbangkan Batas
administrasi pemerintahan; Hamparan yang Setelah mendapat pertimbangan dari secara geografis merupakan satu kesatuan; Batas Bupati/Walikota, serta masukan lebih lanjut dari alam atau buatan yang bersifat permanen; dan UPT Planologi Kehutanan, Gubernur Penguasaan lahan.menyampaikan usulan penetapan KPH kepada Menteri Kehutanan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka kriteria
pembentukan wilayah KPH adalah Kepastian Pada KPHK setelah adanya usulan rancang bangun wilayah kelola; Kelayakan ekologi; Kelayakan KPH, maka Ditjen Planologi menyiapkan arahan pengembangan kelembagaan pengelolaan hutan; pencadangan setelah menerima masukan dari dan Kelayakan pengembangan pemanfaatan Eselon I terkait. hutan (lihat grafis)
8
Pemanfaatan lahan di bawah tegakan Jati di KPH Yogyakarta
PembentukanWilayah KPH
Foto
: Kol
eksi
Dire
ktor
at R
PPW
PH
KEPASTIAN WILAYAH KELOLA(1) Berada dalam kawasan hutan tetap setelah tahap penunjukan atau panataan batas, atau penetapan kawasan hutan; (2) Mempunyai letak, luas dan batas yang jelas dan relatif permanen; (3) Setiap areal unit pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan wajib meregister arealnya dalam wilayah KPH; dan (4) Batas wilayah KPH sejauh mungkin mengikuti batas-batas alam.
(1) Posisi dan letak wilayah KPH mempertimbangkan kesesuaian terhadap DAS atau Sub DAS; (2) Mempertimbangkan homogenitas geomorfologi dan tipe hutan; dan (3) Bentuk areal mengarah ke ideal dari aspek ekologi, yaitu areal yang kompak lebih baik dari pada bentuk terfragmentasi dan bentuk membulat lebih baik daripada bentuk memanjang
(1) Luas wilayah KPH dalam batas rentang kendali yang optimum; (2) Luas wilayah KPH mempertimbangkan intensitas pengelolaan dari aspek produksi; dan (3) Mempertimbangkan keutuhan batas izin pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, serta lembaga pengelolaan hutan lain yang telah ada.
(1) Mempertimbangkan kemungkinan pemanfaatan potensi sumber daya hutan; (2) Merupakan areal yang kompak atau memiliki tingkat fragmentasi areal yang rendah; dan (3) Memiliki tingkat aksesibilitas yang memadai.
KELAYAKAN EKOLOGI
KELAYAKAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
KELAYAKAN PENGEMBANGAN PEMANFAATAN
Keterangan:
- Gambaran di samping merupakan contoh deliniasi wilayah KPH di suatu Provinsi yang terdiri dari 2 Kabupaten
- Provinsi tersebut terdapat: 2 kelompok hutan produksi (HP), 4 kelompok hutan lindung (HL), 3 kelompok hutan konservasi (CA, TB, TN)
- Di Provinsi tersebut kawasan hutannya dibagi dalam 5 wilayah KPH, sbb: 1 KPHP, 2 KPHL dan 2 KPHK.
1
2
3
4
HP
HP
HL
HL
TN
TN
TBCA
KPHP
KPHK
KPHK
KPHL
KPHLKABUPATEN A
KABUPATEN B
HL
HL
9
KriteriaPembentukan Wilayah KPH
Pembentukan Wilayah KPH
dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan
Hasil koordinasi dan konsultasi Kementerian Kehutanan dengan Kementerian Dalam Negeri
mengungkapkan, seharusnya peraturan perundangan-undangan teknis hanya mengatur hal-
hal teknis terkait dengan sektor masing-masing. Oleh karena itu seharusnya peraturan perundang-undangan
bidang kehutanan hanya mengatur hal-hal terkait teknis sektor kehutanan.Tidak boleh mengatur tata cara penyusunan kelembagaan suatu institusi. Dengan demikian kewenangan penetapan organisasi harus mengikuti peraturan perundangan-undangan tentang tata cara penetapan Organisasi. Hal ini berarti PP No 6/2007 Jo PP No 3/2008 harus tunduk pada peraturan perundang-undangan yang mengatur Organisasi. Salah satunya adalah PP No 41/2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.
Ini memastikan urusan pemerintahan pada HL dan HP yang memang lebih banyak menjadi urusan Daerah, dapat diselenggarakan oleh Organisasi perangkat daerah.Ini juga berarti pembentukan organisasi KPHL dan KPHP mengikuti PP No 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.
Penyelenggaraan tata hutan.
Penyelenggaraan penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan.
Penyelenggaraan Pemanfaatan hutan.
Penyelenggaraan Rehabilitasi dan reklamasi hutan lahan.
Penyelenggaraan Perlindungan dan konservasi alam.
Kegiatan yang belum
11
Pembentukan kelembagaan KPH Pemerintah Provinsi dan Pemerintah memunculkan kompleksitas. Namun Kabupaten/Kota. Diperlukan kejelasan ada beberapa peraturan perundang- wewenang dan peran masing-masing
undangan yang bisa diperhatikan, institusi penyelenggaraan dan pengelolaan dipertimbangkan dan diacu untuk hutan. Terdapat perbedan tupoksi antara menyelesaikan kompleksitas tersebut. "penyelenggaraan pengurusan/administrasi" Pembagian urusan diatur dalam PP No dan "penyelenggaraan 38/2007 tentang Pembagian Urusan manajemen/pengelolaan hutan".Pemerintahan antara Pemerintah,
Sedangkan bagian pengelolaan hutan yang seharusnya dilakukan oleh KPH sesuai dengan PP No 6/2007 Jo PP No 3/2008, sebagian telah diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, yaitu: Rehabilitasi dan Reklamasi serta Perlindungan dan Konservasi Alam.
Kewenangan Pusat, Provinsi, atau Kabupaten/Kota?
Penyelenggara Tata Hutan (di PP No 38/2007 tidak diatur) tetapi di PP lain, tugas ini menjadi kewenangan KPH.
Penyelenggara Penyusunan Rencana Pengelolaan (di PP No 38/2007 tidak diatur) tetapi di PP lain, tugas ini menjadi kewenangan KPH.
Penyelenggara pemanfaatan wilayah tertentu (areal dalam kawasan hutan yang tidak/belum dibebani izin serta oleh menteri pemanfatannya diberikan kepada KPH).
Sesuai dengan amanat dari UU No 32/2004, Namun dalam penetapan organisasi KPH pemerintah daerah menyelenggarakan terdapat indikasi perbedaan, khususnya urusan pemerintahan yang menjadi KPHP dan KPHL. Berdasarkan PP No 6/2007 kewenangannya. Itu berarti urusan-urusan Jo PP No 3/2008, penetapan organisasi yang dalam PP No 38/2007 merupakan KPHK, KPHL dan KPHP oleh Menteri urusan Pemerintahan Provinsi atau Kehutanan. Ini berarti dapat Kabupaten/Kota, maka penyelenggaraan diinterpretasikan KPH adalah Organisasi urusan tersebut adalah Perangkat Daerah Pusat. Meski demikian, HL dan HP adalah baik itu Provinsi atau Kabupaten/Kota. kewenangan Daerah (Provinsi/Kab/Kota), Dengan demikian terlihat bahwa Organisasi sehingga juga dapat diinterpretasikan KPHL KPH melaksanakan kegiatan yang berbeda dan KPHP adalah Organisasi Daerah. dengan yang akan dilakukan oleh Dinas.
10
PembentukanKelembagaan KPH
dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan
Hasil koordinasi dan konsultasi Kementerian Kehutanan dengan Kementerian Dalam Negeri
mengungkapkan, seharusnya peraturan perundangan-undangan teknis hanya mengatur hal-
hal teknis terkait dengan sektor masing-masing. Oleh karena itu seharusnya peraturan perundang-undangan
bidang kehutanan hanya mengatur hal-hal terkait teknis sektor kehutanan.Tidak boleh mengatur tata cara penyusunan kelembagaan suatu institusi. Dengan demikian kewenangan penetapan organisasi harus mengikuti peraturan perundangan-undangan tentang tata cara penetapan Organisasi. Hal ini berarti PP No 6/2007 Jo PP No 3/2008 harus tunduk pada peraturan perundang-undangan yang mengatur Organisasi. Salah satunya adalah PP No 41/2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.
Ini memastikan urusan pemerintahan pada HL dan HP yang memang lebih banyak menjadi urusan Daerah, dapat diselenggarakan oleh Organisasi perangkat daerah.Ini juga berarti pembentukan organisasi KPHL dan KPHP mengikuti PP No 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.
Penyelenggaraan tata hutan.
Penyelenggaraan penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan.
Penyelenggaraan Pemanfaatan hutan.
Penyelenggaraan Rehabilitasi dan reklamasi hutan lahan.
Penyelenggaraan Perlindungan dan konservasi alam.
Kegiatan yang belum
11
Proses penyulingan minyak kayu putih di KPH Yogyakarta
Aktivitas masyarakat di sekitar hutan
Foto
-fot
o Ko
leks
i Dire
ktor
at R
PPW
PH
Adanya kompleksitas pengaturan kelembagaan Sesuai amanat peraturan perundang-KPH dengan pengaturan Organisasi Perangkat undangan bahwa, kelembagaan/ daerah tersebut, perlu suatu solusi untuk organisasi KPH merupakan organisasi mempercepat amanat peraturan perundang- yang mempunyai tanggung jawab sangat undangan dalam mewujudkan KPH. Solusi itu besar, serta benar-benar bisa diperoleh dengan mempertimbangkan menyelenggarakan 'pengelolaan' yang paradigma penyelenggaraan pengelolaan hutan sangat berbeda dengan penyelenggaraan oleh KPH. Pardigma itu adalah: 'pengurusan'. Oleh karena itu apabila
Fungsi pengelolaan hutan merupakan menggunakan pendekatan desentralisasi perangkat untuk membangun hutan maka kelembagaan/organisasi KPH harus lestari dengan mendekatkannya kepada berdiri sendiri dan berada langsung di penyelenggara pemerintahan di Daerah. bawah tanggung jawab pimpinan daerah Oleh karena itu implementasinya (Gubernur atau Bupati). menggunakan falsafah desentralisasi Berdasarkan analisis serta argumen yang telah penyelenggaraan pengelolaan namun diuraikan, bisa disimpulkan bahwa Organisasi dengan tetap memperhatikan kriteria- KPH merupakan Organisasi tertentu sebagai kriteria atau syarat-syarat menuju suatu perangkat daerah seperti apa yang telah diatur pengelolaan hutan yang benar. dalam PP No 41/2007 tentang Organisasi Setiap wilayah daerah mempunyai Perangkat Daerah khususnya pasal 45. Lewat kekhasan/ciri-ciri yang berbeda antara koordinasi, sinergi dan sinkronisasi antara daerah satu dengan daerah lainnya, Kementerian Kehutanan, Kementerian Dalam sehingga setiap daerah mempunyai Negeri serta Kementerian Pendayagunaan kekhasan masing-masing dalam Aparatur Negera dan Reformasi Birokrasi,
mengelola hutan. disepakati bahwa Organisasi KPHK adalah Organisasi Pusat. Sementara Organisasi KPHL dan KPHP adalah Organisasi Perangkat daerah, serta berada langsung di bawah Gubernur/Bupati/Walikota, dan bukan dalam bentuk UPT Dinas.
Selanjutnya disusun sebuah peraturan tentang kelembagaan KPH. Adapun kedua peraturan Organisasi KPH oleh Mendagri melalui tersebut adalah:permendagri. Juga diatur Norma, Standar, Permenhut No. P.6/Menhut-II/2010 Prosedur dan Kriteria (NSPK) bagaimana teknis tentang NSPK Pengelolaan Hutan pada mengelola hutan oleh Organisasi KPH oleh KPHL dan KPHPMenteri Kehutanan melalui peraturan menteri kehutanan (Permenhut). Kedua peraturan Permendagri No. 61 tahun 2010 tentang menteri itu akan digunakan sebagai pedoman Pedoman Organisasi dan Tata Kerja KPHL pemerintah daerah dalam membangun dan KPHP di Daerah.
* Penyelenggaraan meliputi membina kegiatan, mengendalikan meliputi membina kegiatan, mengendalikan kegiatan dan melakukan kegiatan dan melakukan kegiatan.Sebagai contoh: Apabila terdapat kegiatan.Sebagai contoh: Apabila terdapat ijin pemanfaatan di ijin pemanfaatan di wilayah kelola KPH, maka fungsi wilayah kelola KPH, maka fungsi penyelenggaraan adalah penyelenggaraan adalah melakukan pembinaan dan pengendalian melakukan pembinaan dan pengendalian (dalam konteks memantau (dalam konteks memantau kegiatan). Namun apabila belum terdapat kegiatan). Namun apabila belum terdapat izin di wilayah kelolanya izin di wilayah kelolanya maka KPH harus melakukan kegiatan. maka KPH harus melakukan kegiatan.
** Pemanfaatan hutan meliputi: pemanfaatan kawasan, pemanfaatan ** Pemanfaatan hutan meliputi: pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu, pemanfaatan hasil jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu, pemanfaatan hasil hutan non kayu, pemungutan hasil hutan. Sedangkan penggunaan hutan non kayu, pemungutan hasil hutan. Sedangkan penggunaan kawasan hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan diluar kawasan hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan diluar kehutanan (misal: tambang, saluran irigasi dll)* Penyelenggaraan kehutanan (misal: tambang, saluran irigasi dll)
PENGURUSAN
(Diselenggarakan oleh Departemen/ Kementerian,Dinas Prov, Dinas Kab/Kota)
PENGELOLAAN
(Diselenggarakan oleh KPH)
Perencanaan
- Inventarisasi Nasional, Provinsi, Kab/kota - Pengukuhan hutan (penunjukan, penataan batas,
pemetaan, penetapan kawasan hutan - Pembentukan wilayah KPH - Penyusunan Rencana Kehutanan
-
Pengelolaan
- Tata hutan dan penyusunan rencana Pengelolaan hutan (pada posisi penyusunan NSPK dan pengesahan terhadap RP, bukan penyelenggara)
- Pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan** (pada posisi pemberian izin-izin, bukan penyelenggara)
- Rehabilitasi dan reklamasi termasuk pemberdayaan masyarakat, perbenihan (saat ini dilaksanakan Dinas seharusnya oleh organisasi KPH)
- Perlindungan dan konservasi alam (saat ini dilaksanakan Dinas seharusnya oleh organisasi KPH)
- Penyelenggaraan* tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan
- Penyelenggaraan* Pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan
- Penyelenggaraan* Rehabilitasi dan reklamasi.
- Penyelenggaraan* perlindungan dan konservasi alam.
Litbang, Diklat dan Penyuluhan -
Pengawasan -
1213
Adanya kompleksitas pengaturan kelembagaan Sesuai amanat peraturan perundang-KPH dengan pengaturan Organisasi Perangkat undangan bahwa, kelembagaan/ daerah tersebut, perlu suatu solusi untuk organisasi KPH merupakan organisasi mempercepat amanat peraturan perundang- yang mempunyai tanggung jawab sangat undangan dalam mewujudkan KPH. Solusi itu besar, serta benar-benar bisa diperoleh dengan mempertimbangkan menyelenggarakan 'pengelolaan' yang paradigma penyelenggaraan pengelolaan hutan sangat berbeda dengan penyelenggaraan oleh KPH. Pardigma itu adalah: 'pengurusan'. Oleh karena itu apabila
Fungsi pengelolaan hutan merupakan menggunakan pendekatan desentralisasi perangkat untuk membangun hutan maka kelembagaan/organisasi KPH harus lestari dengan mendekatkannya kepada berdiri sendiri dan berada langsung di penyelenggara pemerintahan di Daerah. bawah tanggung jawab pimpinan daerah Oleh karena itu implementasinya (Gubernur atau Bupati). menggunakan falsafah desentralisasi Berdasarkan analisis serta argumen yang telah penyelenggaraan pengelolaan namun diuraikan, bisa disimpulkan bahwa Organisasi dengan tetap memperhatikan kriteria- KPH merupakan Organisasi tertentu sebagai kriteria atau syarat-syarat menuju suatu perangkat daerah seperti apa yang telah diatur pengelolaan hutan yang benar. dalam PP No 41/2007 tentang Organisasi Setiap wilayah daerah mempunyai Perangkat Daerah khususnya pasal 45. Lewat kekhasan/ciri-ciri yang berbeda antara koordinasi, sinergi dan sinkronisasi antara daerah satu dengan daerah lainnya, Kementerian Kehutanan, Kementerian Dalam sehingga setiap daerah mempunyai Negeri serta Kementerian Pendayagunaan kekhasan masing-masing dalam Aparatur Negera dan Reformasi Birokrasi,
mengelola hutan. disepakati bahwa Organisasi KPHK adalah Organisasi Pusat. Sementara Organisasi KPHL dan KPHP adalah Organisasi Perangkat daerah, serta berada langsung di bawah Gubernur/Bupati/Walikota, dan bukan dalam bentuk UPT Dinas.
Selanjutnya disusun sebuah peraturan tentang kelembagaan KPH. Adapun kedua peraturan Organisasi KPH oleh Mendagri melalui tersebut adalah:permendagri. Juga diatur Norma, Standar, Permenhut No. P.6/Menhut-II/2010 Prosedur dan Kriteria (NSPK) bagaimana teknis tentang NSPK Pengelolaan Hutan pada mengelola hutan oleh Organisasi KPH oleh KPHL dan KPHPMenteri Kehutanan melalui peraturan menteri kehutanan (Permenhut). Kedua peraturan Permendagri No. 61 tahun 2010 tentang menteri itu akan digunakan sebagai pedoman Pedoman Organisasi dan Tata Kerja KPHL pemerintah daerah dalam membangun dan KPHP di Daerah.
* Penyelenggaraan meliputi membina kegiatan, mengendalikan meliputi membina kegiatan, mengendalikan kegiatan dan melakukan kegiatan dan melakukan kegiatan.Sebagai contoh: Apabila terdapat kegiatan.Sebagai contoh: Apabila terdapat ijin pemanfaatan di ijin pemanfaatan di wilayah kelola KPH, maka fungsi wilayah kelola KPH, maka fungsi penyelenggaraan adalah penyelenggaraan adalah melakukan pembinaan dan pengendalian melakukan pembinaan dan pengendalian (dalam konteks memantau (dalam konteks memantau kegiatan). Namun apabila belum terdapat kegiatan). Namun apabila belum terdapat izin di wilayah kelolanya izin di wilayah kelolanya maka KPH harus melakukan kegiatan. maka KPH harus melakukan kegiatan.
** Pemanfaatan hutan meliputi: pemanfaatan kawasan, pemanfaatan ** Pemanfaatan hutan meliputi: pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu, pemanfaatan hasil jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu, pemanfaatan hasil hutan non kayu, pemungutan hasil hutan. Sedangkan penggunaan hutan non kayu, pemungutan hasil hutan. Sedangkan penggunaan kawasan hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan diluar kawasan hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan diluar kehutanan (misal: tambang, saluran irigasi dll)* Penyelenggaraan kehutanan (misal: tambang, saluran irigasi dll)
PENGURUSAN
(Diselenggarakan oleh Departemen/ Kementerian,Dinas Prov, Dinas Kab/Kota)
PENGELOLAAN
(Diselenggarakan oleh KPH)
Perencanaan
- Inventarisasi Nasional, Provinsi, Kab/kota - Pengukuhan hutan (penunjukan, penataan batas,
pemetaan, penetapan kawasan hutan - Pembentukan wilayah KPH - Penyusunan Rencana Kehutanan
-
Pengelolaan
- Tata hutan dan penyusunan rencana Pengelolaan hutan (pada posisi penyusunan NSPK dan pengesahan terhadap RP, bukan penyelenggara)
- Pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan** (pada posisi pemberian i zin-izin, bukan penyelenggara)
- Rehabilitasi dan reklamasi termasuk pemberdayaan masyarakat, perbenihan (saat ini dilaksanakan Dinas seharusnya oleh organisasi KPH)
- Perlindungan dan konservasi alam (saat ini dilaksanakan Dinas seharusnya oleh organisasi KPH)
- Penyelenggaraan* tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan
- Penyelenggaraan* Pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan
- Penyelenggaraan* Rehabilitasi dan reklamasi.
- Penyelenggaraan* perlindungan dan konservasi alam.
Litbang, Diklat dan Penyuluhan -
Pengawasan -
1213
Lansekap hutan di KPH Gularaya Provinsi Sulawesi TenggaraFoto: Koleksi Direktorat RPPWPH
Adanya kompleksitas pengaturan kelembagaan Sesuai amanat peraturan perundang-KPH dengan pengaturan Organisasi Perangkat undangan bahwa, kelembagaan/ daerah tersebut, perlu suatu solusi untuk organisasi KPH merupakan organisasi mempercepat amanat peraturan perundang- yang mempunyai tanggung jawab sangat undangan dalam mewujudkan KPH. Solusi itu besar, serta benar-benar bisa diperoleh dengan mempertimbangkan menyelenggarakan 'pengelolaan' yang paradigma penyelenggaraan pengelolaan hutan sangat berbeda dengan penyelenggaraan oleh KPH. Pardigma itu adalah: 'pengurusan'. Oleh karena itu apabila
Fungsi pengelolaan hutan merupakan menggunakan pendekatan desentralisasi perangkat untuk membangun hutan maka kelembagaan/organisasi KPH harus lestari dengan mendekatkannya kepada berdiri sendiri dan berada langsung di penyelenggara pemerintahan di Daerah. bawah tanggung jawab pimpinan daerah Oleh karena itu implementasinya (Gubernur atau Bupati). menggunakan falsafah desentralisasi Berdasarkan analisis serta argumen yang telah penyelenggaraan pengelolaan namun diuraikan, bisa disimpulkan bahwa Organisasi dengan tetap memperhatikan kriteria- KPH merupakan Organisasi tertentu sebagai kriteria atau syarat-syarat menuju suatu perangkat daerah seperti apa yang telah diatur pengelolaan hutan yang benar. dalam PP No 41/2007 tentang Organisasi Setiap wilayah daerah mempunyai Perangkat Daerah khususnya pasal 45. Lewat kekhasan/ciri-ciri yang berbeda antara koordinasi, sinergi dan sinkronisasi antara daerah satu dengan daerah lainnya, Kementerian Kehutanan, Kementerian Dalam sehingga setiap daerah mempunyai Negeri serta Kementerian Pendayagunaan kekhasan masing-masing dalam Aparatur Negera dan Reformasi Birokrasi,
mengelola hutan. disepakati bahwa Organisasi KPHK adalah Organisasi Pusat. Sementara Organisasi KPHL dan KPHP adalah Organisasi Perangkat daerah, serta berada langsung di bawah Gubernur/Bupati/Walikota, dan bukan dalam bentuk UPT Dinas.
Selanjutnya disusun sebuah peraturan tentang kelembagaan KPH. Adapun kedua peraturan Organisasi KPH oleh Mendagri melalui tersebut adalah:permendagri. Juga diatur Norma, Standar, Permenhut No. P.6/Menhut-II/2010 Prosedur dan Kriteria (NSPK) bagaimana teknis tentang NSPK Pengelolaan Hutan pada mengelola hutan oleh Organisasi KPH oleh KPHL dan KPHPMenteri Kehutanan melalui peraturan menteri kehutanan (Permenhut). Kedua peraturan Permendagri No. 61 tahun 2010 tentang menteri itu akan digunakan sebagai pedoman Pedoman Organisasi dan Tata Kerja KPHL pemerintah daerah dalam membangun dan KPHP di Daerah.
* Penyelenggaraan meliputi membina kegiatan, mengendalikan meliputi membina kegiatan, mengendalikan kegiatan dan melakukan kegiatan dan melakukan kegiatan.Sebagai contoh: Apabila terdapat kegiatan.Sebagai contoh: Apabila terdapat ijin pemanfaatan di ijin pemanfaatan di wilayah kelola KPH, maka fungsi wilayah kelola KPH, maka fungsi penyelenggaraan adalah penyelenggaraan adalah melakukan pembinaan dan pengendalian melakukan pembinaan dan pengendalian (dalam konteks memantau (dalam konteks memantau kegiatan). Namun apabila belum terdapat kegiatan). Namun apabila belum terdapat izin di wilayah kelolanya izin di wilayah kelolanya maka KPH harus melakukan kegiatan. maka KPH harus melakukan kegiatan.
** Pemanfaatan hutan meliputi: pemanfaatan kawasan, pemanfaatan ** Pemanfaatan hutan meliputi: pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu, pemanfaatan hasil jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu, pemanfaatan hasil hutan non kayu, pemungutan hasil hutan. Sedangkan penggunaan hutan non kayu, pemungutan hasil hutan. Sedangkan penggunaan kawasan hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan diluar kawasan hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan diluar kehutanan (misal: tambang, saluran irigasi dll)* Penyelenggaraan kehutanan (misal: tambang, saluran irigasi dll)
PENGURUSAN
(Diselenggarakan oleh Departemen/ Kementerian,Dinas Prov, Dinas Kab/Kota)
PENGELOLAAN
(Diselenggarakan oleh KPH)
Perencanaan
- Inventarisasi Nasional, Provinsi, Kab/kota - Pengukuhan hutan (penunjukan, penataan batas,
pemetaan, penetapan kawasan hutan - Pembentukan wilayah KPH - Penyusunan Rencana Kehutanan
-
Pengelolaan
- Tata hutan dan penyusunan rencana Pengelolaan hutan (pada posisi penyusunan NSPK dan pengesahan terhadap RP, bukan penyelenggara)
- Pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan** (pada posisi pemberian izin-izin, bukan penyelenggara)
- Rehabilitasi dan reklamasi termasuk pemberdayaan masyarakat, perbenihan (saat ini dilaksanakan Dinas seharusnya oleh organisasi KPH)
- Perlindungan dan konservasi alam (saat ini dilaksanakan Dinas seharusnya oleh organisasi KPH)
- Penyelenggaraan* tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan
- Penyelenggaraan* Pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan
- Penyelenggaraan* Rehabilitasi dan reklamasi.
- Penyelenggaraan* perlindungan dan konservasi alam.
Litbang, Diklat dan Penyuluhan -
Pengawasan -
1213
Lansekap hutan di KPH Gularaya Provinsi Sulawesi Tenggara
Pengukuran Plot Sample Permanent (PSP) di KPH Rinjani Barat
Foto
: Kol
eksi
Dire
ktor
at R
PPW
PH
Menyelenggaraan fungsi rehabilitasi hutan dan reklamasi
Menyelenggarakan fungsi perlindungan hutan
Pemberdayaan masyarakat
Informasi peluang investasi
Measuring, Reporting dan Verification (MRV)
Tindakan nyata organisasi KPHMenata wilayah kelolanya
Merencanakan pengelolaan hutan berdasarkan hasil inventarisasi dan penataan hutan
Menerbitkan suatu hak atau izin pemanfaatan hutan atau izin penggunaan kawasan hutan bagi pemegang kewenangan kebijakan publik
Menyelenggarakan fungsi pemanfaatan hutan
Pembinaan, pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggara izin penggunaan kawasan hutan dan pelaporannya
Dari penyelenggaraan pengelolaan hutan penurunan tingkat degradasi hutan, tersebut terlihat jelas bagaimana peran peningkatan rehabilitasi hutan, penurunan strategis KPH dikaitkan dengan penye- hotspot, serta dapat menjalankan fungsi
lenggaraan pembangunan kehutanan secara Measurement, Reporting, Verification (MRV) keseluruhan. Peran strategis itu antara lain: yang merupakan salah satu indikator
penting dalam penilaian keberhasilan 1. Optimalisasi akses masyarakat terhadap penurunan emisi tersebut.
hutan serta merupakan salah satu jalan bagi resolusi konflik. Keberadaan KPH di tingkat 4. Menjamin penyelenggaraan pengelolaan lapangan yang dekat masyarakat, akan hutan akan tepat lokasi, tepat sasaran, tepat memudahkan pemahaman permasalahan riil kegiatan, tepat pendanaan.di tingkat lapangan, untuk sekaligus memposisikan perannya dalam penetapan 5. Menjembatani optimalisasi pemanfaatan bentuk akses yang tepat bagi masyarakat potensi pendanaan penanganan iklim sektor serta saran solusi konflik kehutanan untuk kepentingan pembangunan
masyarakat.2. Menjadi salah satu wujud nyata bentuk
desentralisasi sektor kehutanan, karena 6. Kemudahan dalam investasi pengembangan organisasi KPHL dan KPHP adalah organisasi sektor kehutanan, karena ketersediaan perangkat daerah. data/informasi detail tingkat lapangan.
3. Keberadaan KPH mempunyai nilai strategis 7. Peningkatan keberhasilan penanganan bagi kepentingan Nasional, antara lain rehabilitasi hutan dan reklamasi, karena mendukung komitmen pemerintah untuk adanya organisasi tingkat lapangan yang menurunkan emisi karbon sebesar 26% pada mengambil peran untuk menjamin tahun 2020 (dimana 14% -nya adalah penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan sumbangan sektor kehutanan), karena KPH reklamasi. Sekaligus akan menjalankan merupakan organisasi tingkat tapak peran penanganan pasca kegiatan seperti: (lapangan) yang akan berperan dalam pendataan, pemeliharaan, perlindungan, penerapan pengelolaan hutan lestari, monitoring dan evaluasi.
15
Menyelenggarakan pengelolaan hutan; Menjabarkan kebijakan kehutanan Nasional, Provinsi, Kab/Kota
Melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan
Membuka peluang investasi
TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI KPH
$
Melaksanakan pemantauan dan penilaian atas pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan di wilayahnya
14
Persemaian permanen Kementerian LHK sebagai sumber bibit rehabilitasi hutan
Pengelolaan Hutanpada KPH
Sebagai sebuah unit kerja di tingkat tapak, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) benar-benar
menyelenggarakan fungsi pengelolaan hutan
Foto: Koleksi Direktorat RPPWPH
Menyelenggaraan fungsi rehabilitasi hutan dan reklamasi
Menyelenggarakan fungsi perlindungan hutan
Pemberdayaan masyarakat
Informasi peluang investasi
Measuring, Reporting dan Verification (MRV)
Tindakan nyata organisasi KPHMenata wilayah kelolanya
Merencanakan pengelolaan hutan berdasarkan hasil inventarisasi dan penataan hutan
Menerbitkan suatu hak atau izin pemanfaatan hutan atau izin penggunaan kawasan hutan bagi pemegang kewenangan kebijakan publik
Menyelenggarakan fungsi pemanfaatan hutan
Pembinaan, pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggara izin penggunaan kawasan hutan dan pelaporannya
Dari penyelenggaraan pengelolaan hutan penurunan tingkat degradasi hutan, tersebut terlihat jelas bagaimana peran peningkatan rehabilitasi hutan, penurunan strategis KPH dikaitkan dengan penye- hotspot, serta dapat menjalankan fungsi
lenggaraan pembangunan kehutanan secara Measurement, Reporting, Verification (MRV) keseluruhan. Peran strategis itu antara lain: yang merupakan salah satu indikator
penting dalam penilaian keberhasilan 1. Optimalisasi akses masyarakat terhadap penurunan emisi tersebut.
hutan serta merupakan salah satu jalan bagi resolusi konflik. Keberadaan KPH di tingkat 4. Menjamin penyelenggaraan pengelolaan lapangan yang dekat masyarakat, akan hutan akan tepat lokasi, tepat sasaran, tepat memudahkan pemahaman permasalahan riil kegiatan, tepat pendanaan.di tingkat lapangan, untuk sekaligus memposisikan perannya dalam penetapan 5. Menjembatani optimalisasi pemanfaatan bentuk akses yang tepat bagi masyarakat potensi pendanaan penanganan iklim sektor serta saran solusi konflik kehutanan untuk kepentingan pembangunan
masyarakat.2. Menjadi salah satu wujud nyata bentuk
desentralisasi sektor kehutanan, karena 6. Kemudahan dalam investasi pengembangan organisasi KPHL dan KPHP adalah organisasi sektor kehutanan, karena ketersediaan perangkat daerah. data/informasi detail tingkat lapangan.
3. Keberadaan KPH mempunyai nilai strategis 7. Peningkatan keberhasilan penanganan bagi kepentingan Nasional, antara lain rehabilitasi hutan dan reklamasi, karena mendukung komitmen pemerintah untuk adanya organisasi tingkat lapangan yang menurunkan emisi karbon sebesar 26% pada mengambil peran untuk menjamin tahun 2020 (dimana 14% -nya adalah penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan sumbangan sektor kehutanan), karena KPH reklamasi. Sekaligus akan menjalankan merupakan organisasi tingkat tapak peran penanganan pasca kegiatan seperti: (lapangan) yang akan berperan dalam pendataan, pemeliharaan, perlindungan, penerapan pengelolaan hutan lestari, monitoring dan evaluasi.
15
Pentingnya eksistensi KPH menjadikannya Target terpenting dari pembangunan KPH adalah prioritas Nasional. Kementerian Kehutanan beroperasinya 120 KPH. Kementerian Kehutanan pun memasukan prioritas pembangunan secara umum menentukan sejumlah kriteria, apa
KPH dalam dalam Rencana Strategis (Renstra) yang dimaksud dengan 'beroperasi'.2010-2014
Kriteria pertama adalah ditetapkannya wilayah Berdasarkan dokumen tersebut, Indikator Kinerja KPH. Selanjutnya kelembagaan KPH terbentuk. Ini Utama (IKU) Kementerian Kehutanan adalah meliputi terbentuknya Organisasi KPH, adanya keputusan Menteri Kehutanan tentang tersedianya sarpras pendukung operasionalisasi, penetapan wilayah KPH di seluruh Indonesia dan dan tersedianya SDM profesional. beroperasinya 120 KPH, setara dengan 20% wilayah KPH yang telah ditetapkan. Kriteria berikutnya adalah telah dimulainya
aktivitas pengelolaan hutan. Aktivitas itu antara Dari IKU tersebut, Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) lain penyelenggaraan tata hutan dan penyusunan yang ditetapkan adalah adanya keputusan rencana pengelolaan hutan.Menteri Kehutanan tentang penetapan wilayah KPHL dan KPHL Provinsi seluruh Indonesia. IKK Konsekuensi dari target KPH beroperasi adalah yang kedua adalah Beroperasinya 120 KPH atau kewajiban Pemerintah untuk mendorong dan 20% dari wilayah KPH yang telah ditetapkan menfasilitasi agar tercapai pemenuhan kriteria Menteri Kehutanan. beroperasi. Pendekatan yang dilakukan adalah
menetapkan wilayah KPH Model, memfasilitasi IKK lainnya adalah adanya keputusan Menteri pengadaan sarpras pada KPH Model, menyeleng-Kehutanan tentang penetapan wilayah KPHK di garakan Diklat Pengelola KPH, dan menfasilitasi seluruh Indonesia. Selain itu, adanya peraturan dimulainya kegiatan pengelolaan hutan. perundang-undangan tentang penyelenggaraan KPH sebanyak 4 judul juga menjadi IKK yang harus dicapai.
Pembangunan KPH Kebijakan
IKK
Langkah Yang Telah DilakukanNO Landasan Hasil (Out Put)
Pencapaian IKK Pembangunan KPH
16
1.
Keputusan
Menhut tentang
Penetapan
wilayah KPHL
dan KPHP
Provinsi seluruh
Indonesia.
1. Melakukan Proses Penetapan Wilayah KPHL dan KPHP Provinsi, meliputi: Rancang Bangun, Arahan Pencadangan, Usulan Penetapan, Penetapan Wilayah KPHL/KPHP Provinsi.
2. Proses ditempuh melalui forum rapat pembahasan, koordinasi dan komunikasi dengan Pemerintah Provinsi/Kabuaten/Kota.
Permenhut No P.6/Menhut-
II/2009 tentang
Pembentukan Wilayah
KPH
1. Penetapan Wilayah KPHL dan KPHP di 26 Provinsi. 2. 1 Provinsi baru tahap Arahan Pencadangan (Riau),1
Provinsi Tahap usulan penetapan (Kepri). 3. Jumlah wilayah KPHL dan KPHP seluruh Indonesia:
a. Jumlah KPHL : 182 KPHL b. Jumlah KPHP: 347 KPHP
2..
Keputusan
Menhut tentang
Penetapan
Wilayah KPHK
seluruh
Indonesia.
1. Melakukan Proses Penetapan Wilayah KPHK, meliputi: Rancang Bangun, Usulan Penetapan, Penetapan Wilayah KPHK.
2. Proses ditempuh melalui forum rapat pembahasan, koordinasi dan komunikasi dengan Ditjen PHKA.
Permenhut No P.6/Menhut-
II/2009 tentang
Pembentukan Wilayah
KPH.
1. Penetapan Wilayah KPHK pada 38 Taman Nasional dan 12 Kawasan Konservasi Lainnya.
3.
Beroperasinya
120 KPH (20 %
Wilayah KPH
yang telah
ditetapkan
Menhut).
1. Merancang Kriteria dan Indikator Beroperasi, Yaitu: Wilayah KPH, Kelembagaan (Organisasi, SDM, Sarpras), Rencana Pengelolaan.
2. Merancang skema agar KPH dibentuk oleh Daerah sebagai embrio dan APBN bisa menfasilitasi beroperasinya 120 KPH, yaitu dengan cara pendekatan pembentukan 120 KPH Model.
3. Kriteria utama pemilihan KPH Model adalah Komitmen Pemerintah Daerah. Yang ditunjukkan dengan surat dari Pemda Provinsi/Kab/Kota.
1. Permendagri No 61 tahun 2010 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja KPHL dan KPHP di Daerah.
2. Permenhut No P.41/Menhut-II/ 2011 tentang Fasilitasi Sarpras KPHL dan KPHP Model.
3. Permenhut No P.42/Menhut-II/ 2011 tentang Standar Kompetensi Teknis Bidang Kehutanan pada KPHL dan KPHP
Wilayah KPH 1. Jumlah KPHL/KPHP:
a. KPHP: 80 Unit. b. KPHL: 40 Unit.
2. Luas Total KPHL dan KPHP: 16.437.657 ha (berdasarkan SK Penetapan Wilayah KPHL dan KPHP Model). Luas Total KPHL: 3.548.794 Ha, Luas Total KPHP : 12.888.862 ha
Kelembagaan KPH 1. KPHL dan KPHP Wilayahnya Lintas Kabupaten
(Organisasi Provinsi): 28 Unit. 2. KPHL dan KPHP Dalam Wilayah Kabupaten/Kota
(Organisasi Kab/Kota) : 92 Unit. 3. Organisasasi:
a. Telah terbentuk semua kelembagaan KPH, baik dalam bentuk SKPD maupun UPTD.
b. Jumlah SKPD : 20 Unit. c. Jumlah UPTD : 100 Unit.
4. SDM: a. Total SDM Pengelola : 2,224 Personil b. Bakti Rimbawan : 749 Personil.
Rencana Pengelolaan Hutan Telah dilakukan Fasilitasi Tata Hutan dan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang, namun yang baru disahkan pada 70 KPHL/KPHP.
Peraturan
perundangan
tentang
penyelenggaraan
KPH 4 judul.
1. Melakukan identifikasi kebutuhan regulasi yang diperlukan untuk landasan pembangunan dan operasionalisasi KPH.
2. Melakukan rapat pembahasan, koodinasi, komunikasi, konsultasi dengan pihak-pihak terkait (Eselon I lingkup Kemenhut, Kemendagri, KemenPAN dan RB.
1. PP No 44 tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan.
2. PP No 6 tahun 2007 Jo. PP No 3 tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan.
3. PP. 41 tahun 2007 tentang Organiasi Perangkat Daerah.
1. Permenhut No P.6/Menhut-II/2010 tentang NSPK Pengelolaan Hutan pada KPHL dan KPHP
2. Permendagri No 61 tahun 2010 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja KPHL dan KPHP
3. Permenhut No P.41/Menhut-II/2011 jo Permenhut No P.54/2011 tentang Standar Fasilitasi Sarana dan Prasarana pada KPHL dan KPHP Model
4. Permenhut No P.42/Menhut-II/2011 tentang Kompetensi Teknis Bidang Kehutanan Pada KPHL dan KPHP
5. Permenhut No P.46/Menhut-II/2013 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL dan KPHP
6. Permenhut No P.47/Menhut-II/2013 tentang Pedoman Kriteria dan Standar Pemanfaatan Hutan di Wiayah Tertentu Pada KPHL dan KPHP
7. Perdirjen No P.5/VII-WP3H/2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hut an dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada KPHL dan KPHP
17
Pentingnya eksistensi KPH menjadikannya Target terpenting dari pembangunan KPH adalah prioritas Nasional. Kementerian Kehutanan beroperasinya 120 KPH. Kementerian Kehutanan pun memasukan prioritas pembangunan secara umum menentukan sejumlah kriteria, apa
KPH dalam dalam Rencana Strategis (Renstra) yang dimaksud dengan 'beroperasi'.2010-2014
Kriteria pertama adalah ditetapkannya wilayah Berdasarkan dokumen tersebut, Indikator Kinerja KPH. Selanjutnya kelembagaan KPH terbentuk. Ini Utama (IKU) Kementerian Kehutanan adalah meliputi terbentuknya Organisasi KPH, adanya keputusan Menteri Kehutanan tentang tersedianya sarpras pendukung operasionalisasi, penetapan wilayah KPH di seluruh Indonesia dan dan tersedianya SDM profesional. beroperasinya 120 KPH, setara dengan 20% wilayah KPH yang telah ditetapkan. Kriteria berikutnya adalah telah dimulainya
aktivitas pengelolaan hutan. Aktivitas itu antara Dari IKU tersebut, Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) lain penyelenggaraan tata hutan dan penyusunan yang ditetapkan adalah adanya keputusan rencana pengelolaan hutan.Menteri Kehutanan tentang penetapan wilayah KPHL dan KPHL Provinsi seluruh Indonesia. IKK Konsekuensi dari target KPH beroperasi adalah yang kedua adalah Beroperasinya 120 KPH atau kewajiban Pemerintah untuk mendorong dan 20% dari wilayah KPH yang telah ditetapkan menfasilitasi agar tercapai pemenuhan kriteria Menteri Kehutanan. beroperasi. Pendekatan yang dilakukan adalah
menetapkan wilayah KPH Model, memfasilitasi IKK lainnya adalah adanya keputusan Menteri pengadaan sarpras pada KPH Model, menyeleng-Kehutanan tentang penetapan wilayah KPHK di garakan Diklat Pengelola KPH, dan menfasilitasi seluruh Indonesia. Selain itu, adanya peraturan dimulainya kegiatan pengelolaan hutan. perundang-undangan tentang penyelenggaraan KPH sebanyak 4 judul juga menjadi IKK yang harus dicapai.
Pembangunan KPH Kebijakan
IKK
Langkah Yang Telah DilakukanNO Landasan Hasil (Out Put)
Pencapaian IKK Pembangunan KPH
16
1.
Keputusan
Menhut tentang
Penetapan
wilayah KPHL
dan KPHP
Provinsi seluruh
Indonesia.
1. Melakukan Proses Penetapan Wilayah KPHL dan KPHP Provinsi, meliputi: Rancang Bangun, Arahan Pencadangan, Usulan Penetapan, Penetapan Wilayah KPHL/KPHP Provinsi.
2. Proses ditempuh melalui forum rapat pembahasan, koordinasi dan komunikasi dengan Pemerintah Provinsi/Kabuaten/Kota.
Permenhut No P.6/Menhut-
II/2009 tentang
Pembentukan Wilayah
KPH
1. Penetapan Wilayah KPHL dan KPHP di 26 Provinsi. 2. 1 Provinsi baru tahap Arahan Pencadangan (Riau),1
Provinsi Tahap usulan penetapan (Kepri). 3. Jumlah wilayah KPHL dan KPHP seluruh Indonesia:
a. Jumlah KPHL : 182 KPHL b. Jumlah KPHP: 347 KPHP
2..
Keputusan
Menhut tentang
Penetapan
Wilayah KPHK
seluruh
Indonesia.
1. Melakukan Proses Penetapan Wilayah KPHK, meliputi: Rancang Bangun, Usulan Penetapan, Penetapan Wilayah KPHK.
2. Proses ditempuh melalui forum rapat pembahasan, koordinasi dan komunikasi dengan Ditjen PHKA.
Permenhut No P.6/Menhut-
II/2009 tentang
Pembentukan Wilayah
KPH.
1. Penetapan Wilayah KPHK pada 38 Taman Nasional dan 12 Kawasan Konservasi Lainnya.
3.
Beroperasinya
120 KPH (20 %
Wilayah KPH
yang telah
ditetapkan
Menhut).
1. Merancang Kriteria dan Indikator Beroperasi, Yaitu: Wilayah KPH, Kelembagaan (Organisasi, SDM, Sarpras), Rencana Pengelolaan.
2. Merancang skema agar KPH dibentuk oleh Daerah sebagai embrio dan APBN bisa menfasilitasi beroperasinya 120 KPH, yaitu dengan cara pendekatan pembentukan 120 KPH Model.
3. Kriteria utama pemilihan KPH Model adalah Komitmen Pemerintah Daerah. Yang ditunjukkan dengan surat dari Pemda Provinsi/Kab/Kota.
1. Permendagri No 61 tahun 2010 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja KPHL dan KPHP di Daerah.
2. Permenhut No P.41/Menhut-II/ 2011 tentang Fasilitasi Sarpras KPHL dan KPHP Model.
3. Permenhut No P.42/Menhut-II/ 2011 tentang Standar Kompetensi Teknis Bidang Kehutanan pada KPHL dan KPHP
Wilayah KPH 1. Jumlah KPHL/KPHP:
a. KPHP: 80 Unit. b. KPHL: 40 Unit.
2. Luas Total KPHL dan KPHP: 16.437.657 ha (berdasarkan SK Penetapan Wilayah KPHL dan KPHP Model). Luas Total KPHL: 3.548.794 Ha, Luas Total KPHP : 12.888.862 ha
Kelembagaan KPH 1. KPHL dan KPHP Wilayahnya Lintas Kabupaten
(Organisasi Provinsi): 28 Unit. 2. KPHL dan KPHP Dalam Wilayah Kabupaten/Kota
(Organisasi Kab/Kota) : 92 Unit. 3. Organisasasi:
a. Telah terbentuk semua kelembagaan KPH, baik dalam bentuk SKPD maupun UPTD.
b. Jumlah SKPD : 20 Unit. c. Jumlah UPTD : 100 Unit.
4. SDM: a. Total SDM Pengelola : 2,224 Personil b. Bakti Rimbawan : 749 Personil.
Rencana Pengelolaan Hutan Telah dilakukan Fasilitasi Tata Hutan dan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang, namun yang baru disahkan pada 70 KPHL/KPHP.
Peraturan
perundangan
tentang
penyelenggaraan
KPH 4 judul.
1. Melakukan identifikasi kebutuhan regulasi yang diperlukan untuk landasan pembangunan dan operasionalisasi KPH.
2. Melakukan rapat pembahasan, koodinasi, komunikasi, konsultasi dengan pihak-pihak terkait (Eselon I lingkup Kemenhut, Kemendagri, KemenPAN dan RB.
1. PP No 44 tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan.
2. PP No 6 tahun 2007 Jo. PP No 3 tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan.
3. PP. 41 tahun 2007 tentang Organiasi Perangkat Daerah.
1. Permenhut No P.6/Menhut-II/2010 tentang NSPK Pengelolaan Hutan pada KPHL dan KPHP
2. Permendagri No 61 tahun 2010 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja KPHL dan KPHP
3. Permenhut No P.41/Menhut-II/2011 jo Permenhut No P.54/2011 tentang Standar Fasilitasi Sarana dan Prasarana pada KPHL dan KPHP Model
4. Permenhut No P.42/Menhut-II/2011 tentang Kompetensi Teknis Bidang Kehutanan Pada KPHL dan KPHP
5. Permenhut No P.46/Menhut-II/2013 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL dan KPHP
6. Permenhut No P.47/Menhut-II/2013 tentang Pedoman Kriteria dan Standar Pemanfaatan Hutan di Wiayah Tertentu Pada KPHL dan KPHP
7. Perdirjen No P.5/VII-WP3H/2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hut an dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada KPHL dan KPHP
17
No. IKK Langkah Yang telah dilakukan Landasan Hasil
(Output)
1. Keputusan Menhut tentang Penetapan wilayah KPHL dan KPHP Provinsi seluruh Indonesia.
1. Melakukan Proses Penetapan Wilayah KPHL dan KPHP Provinsi, meliputi: Rancang Bangun, Arahan Pencadangan, Usulan Penetapan, Penetapan Wilayah KPHL/KPHP Provinsi.
2. Proses ditempuh melalui forum rapat pembahasan, koordinasi dan komunikasi dengan Pemerintah Provinsi/Kabuaten/Kota.
Permenhut No. P.6/Men-hut-II/2009 tentang Peebntu-kan Wilayah KPH
1. Penetapan Wilayah KPHL dan KPHP di 26 Provinsi.2. Satu Provinsi baru tahap Arahan Pencadangan
(Riau), dan satu Provinsi tahap usulan penetapan (Kepri).
3. Jumlah wilayah KPHL dan KPHP seluruh Indonesia:a. Jumlah KPHL : 182 KPHLb. Jumlah KPHP: 347 KPHP
Pencapaian IKK Pembangunan KPH
No. IKK Langkah Yang telah dilakukan Landasan Hasil
(Output)
2. Keputusan Menhut tentang Penetapan Wilayah KPHK seluruh Indo-nesia.
1. Melakukan Proses Peneta-pan Wilayah KPHK, meliputi: Rancang Bangun, Usulan Penetapan, Penetapan Wilayah KPHK.
2. Proses ditempuh melalui forum rapat pembahasan, koordinasi dan komunikasi dengan Ditjen PHKA.
Permenhut No. P.6/Men-hut-II/2009 tentang Pemben-tukan Wilayah KPH.
Penetapan Wilayah KPHK pada 38 Taman Nasional dan 12 Kawasan Konservasi Lainnya.
3. Beroperasinya 120 KPH (20 % Wilayah KPH yang telah ditetapkan Menhut).
1. Merancang Kriteria dan Indikator “Beroperasi”, Yaitu: Wilayah KPH, Kelembagaan (Organisasi, SDM, Sarpras), Rencana Pengelolaan.
2. Merancang skema agar KPH dibentuk oleh Daerah sebagai embrio dan APBN bisa menfasilitasi beroperasinya 120 KPH, yaitu dengan cara pendekatan pembentukan 120 KPH Model.
3. Kriteria utama pemilihan KPH Model adalah Komitmen Pemerintah Daerah. Yang ditunjukkan dengan surat dari Pemda Provinsi/Kab/Kota.
1. Permendagri No.61 tahun 2010 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja KPHL dan KPHP di Daerah.
2. Permenhut No. P.41/Menhut-II/ 2011 tentang Fasilitasi Sarpras KPHL dan KPHP Model.
3. Permenhut No. P.42/Menhut-II/ 2011 tentang Standar Kompetensi Teknis Bidang Kehutanan pada KPHL dan KPHP
Wilayah KPH1. Jumlah KPHL/KPHP:
a. KPHP: 80 Unit.b. KPHL: 40 Unit.
2. Luas Total KPHL dan KPHP: 16.437.657 ha (ber-dasarkan SK Penetapan Wilayah KPHL dan KPHP Model).Luas Total KPHL: 3.548.794 Ha, Luas Total KPHP : 12.888.862 ha
Kelembagaan KPH1. KPHL dan KPHP Wilayahnya Lintas Kabupaten
(Organisasi Provinsi): 28 Unit.2. KPHL dan KPHP Dalam Wilayah Kabupaten/Kota
(Organisasi Kab/Kota) : 92 Unit.3. Organisasasi:
a. Telah terbentuk semua kelembagaan KPH, baik dalam bentuk SKPD maupun UPTD.
b. Jumlah SKPD : 20 Unit.c. Jumlah UPTD : 100 Unit.
4. SDM:a. Total SDM Pengelola : 2,224 Personilb. Bakti Rimbawan : 749 Personil.
Rencana Pengelolaan HutanTelah dilakukan Fasilitasi Tata Hutan dan RencanaPengelolaan Hutan Jangka Panjang, namun yang barudisahkan pada 70 KPHL/KPHP.
4. Peraturan perundangan tentang penye-lenggaraan KPH 4 judul.
1. Melakukan identifikasi kebutu-han regulasi yang diperlukan untuk landasan pembangunan dan operasionalisasi KPH.
2. Melakukan rapat pembahasan, koodinasi, komunikasi, konsul-tasi dengan pihak-pihak terkait (Eselon I lingkup Kemenhut, Kemendagri, KemenPAN dan RB.
1. PP. 44 tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan.
2. PP. 6 tahun 2007 Jo. PP. 3 tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan
3. PP. 41 tahun 2007 ten-tang Organiasi Perangkat Daerah.
1. Permenhut No. P.6/Menhut-II/2010 tentang NSPK Pengelolaan Hutan pada KPHL dan KPHP
2. Permendagri No. 61 tahun 2010 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja KPHL dan KPHP
3. Permenhut No. P.41/Menhut-II/2011 jo Permenhut No. P.54/2011 tentang Standar Fasilitasi Sarana dan Prasarana pada KPHL dan KPHP Model
4. Permenhut No. P.42/Menhut-II/2011 tentang Kompetensi Teknis Bidang Kehutanan Pada KPHL dan KPHP
5. Permenhut P.46/Menhut-II/2013 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL dan KPHP
6. Permenhut P.47/Menhut-II/2013 tentang Pedoman Kriteria dan Standar Pemanfaatan Hutan di Wiayah Tertentu Pada KPHL dan KPHP
7. Perdirjen No. P.5/VII-WP3H/2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada KPHL dan KPHP
17
No.
Provinsi Rancang
Bangun Arahan
Pencadangan Usulan
Penetapan
Penetapan
Wilayah KPH
1 NAD V V V V
2 Sumut V V V V
3 Riau V V - -
4
Sumbar
V
V
V
V
5
Kepri
V
V
V
-
6
Jambi
V
V
V
V
7
Sumsel
V
V
V
V
8
Bengkulu
V
V
V
V
9
Babel
V
V
V
V
10
Lampung
V
V
V
V
11
DIY
V*
V*
V
V
12
Kalbar
V
V
V
V
13
Kalteng
V
V
V
V
14
Kaltim
V
V
V
V
15
Kalsel
V
V
V
V
16
Sulsel
V
V
V
V
17
Sulbar
V
V
V
V
18
Sultra
V
V
V
V
19
Sulteng
V
V
V
V
20
Sulut
V
V
V
V
21
Gorontalo
V
V
V
V
22
Bali
V
V
V
V
23
NTB
V
V
V
V
24
NTT
V
V
V
V
25
Maluku
V
V
V
V
26
Malut
V
V
-
V**
27
Papua
V
V
V
V
28
Papua Barat
V
V
V
V
JUMLAH
28
28
24
26
Perkembangan pembentukan wilayah KPHL dan KPHP Provinsi
MASALAH/TANTANGAN
LANGKAH YANG TELAH DILAKUKAN
TINDAK LANJUT YANG DIPERLUKAN
Keterbatasan SDM professional di tingkat lapangan secara kualitas dan kuantitas
-
Menfasilitasi penyelenggaraan Diklat Calon Kepala KPH sebanyak 4 Angkatan.
-
Menfasilitasi pengadaan tenaga menengah professional (Lulusan SMK Kehutanan) ditempatkan pada KPH.
-
Menfasilitasi Penugasan Lulusan Perguruan Tinggi melalui Bakti Sarjana Kehutanan (BASARHUT) pada KPH .
-
Melanjutkan penyelenggaraan Diklat Calon KKPH
-
Merancang dan menyelenggarakan Diklat untuk Jabatan Pengelola KPH tingkat menengah dan Pengelola Lapangan (dimulai tahun 2015).
-
Melanjutkan fasilitasi pengadaan tenaga menengah professional (Lulusan SMK Kehutanan) ditempatkan pada KPH.
-
Melanjutkan fasilitasi Penugasan Lulusan Perguruan Tinggi melalui Bakti Sarjana Kehutanan (BASARHUT) pada KPH .
Belum optimalnya
dukungan Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/ Kota
pada beberapa KPH yang
telah dibentuk dan
dibangun
-
Pembentukan Sekretariat Pembangunan KPH untuk mengintensifkan koordinasi internal Kemenhut dan di luar Kemenhut, serta melakukan tugas -tugas pendampingan untuk operasional KPH.
-
Menyiapkan kegiatan Sosialisasi Pembangunan KPH di Tingkat Nasional maupun tingkat Provinsi/Kab/Kota melalui penyelenggaraan oleh Kemenhut maupun oleh Pemerintah Daerah (melalui pendanaan Dekonsentrasi). Catatan: Kegiatan ini akan terus diadakan setiap tahun.
-
Melakukan koordinasi langsung ke beberapa Pemeri ntah Provinsi/Kab/Kota.
-
Melakukan koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri untuk penguatan kelembagaan KPH di Daerah melalui penetapan Permendagri 61 tahun 2010 tentang tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja KPHL dan KPHP di Daerah
-
Memperkuat dan melanjutkan tugas Sekretariat Nasional Pembangunan KPH.
-
Memperkuat dan melanjutkan kegiatan Sosialisasi Pembangunan KPH dengan target Grup yang lebih luas.
-
Mengintensifkan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
Kebutuhan penguatan
regulasi untuk percepatan
pembentukan dan
operasionalisasi KPH
-
Telah disiapkan regulasi Prakondisi membentuk KPH dan Regulasi penyiapan Operasional KPH
-
Menyiapkan Regulasi baru atau mereview regulasi yang telah ada untuk memperkuat operasionalisasi KPH, al: Mekanisme
pengaturan bagi hasil untuk
pendapatan KPH pada wilayah -wilayah yang menjadi dikelola langsung oleh KPH, Tata hubungan KPH dengan Instansi lain di Pusat dan Daerah, Tata hubungan KPH dengan pemegang ijin yang ada di wilayah KPH.
Masalah/Tantangan dan
?Langkah Tindak Lanjut.
Terdapat beberapa hal penting dalam upaya dan operasionalisasi KPH dilakukan
merealisasikan kelembagaan KPH di tingkat pendekatan persiapan dalam bentuk KPH
tapak, yaitu melalui pendekatan sebagai Model pada setiap provinsi di luar yang
berikut: sudah ada Perhutani.
Setiap wilayah KPH dibentuk Institusi Penetapan KPH Model pada dasarnya
Pengelola (pasal 32 PP No 44/2004 tentang memperhatikan pertimbangan dan/atau
Perencanaan Hutan). usulan daerah (Prov dan Kabupaten/Kota).
Dalam rangka pembentukan kelembagaan Wilayah KPH Model diharapkan menjadi
KPH riil di lapangan perlu dipayungi oleh lokasi prioritas pembangunan dan operasi-
peraturan perundangan pedoman onalisasi KPH. Karena telah tersedia
kelembagaan KPH. dukungan data/informasi potensi, rencana
tindak, kondisi Sosek sekitar kawasan dll.
Dalam rangka penyiapan pembangunan
PerkembanganPembangunan KPH Sampai Desember 2014, telah ditetapkan wilayah KPHL dan KPHP Provinsi di 27
Provinsi (diluar Jawa). Selain itu masih terdapat 2 provinsi yang sudah mendapatkan
arahan pencadangan, namun belum mengusulkan penetapan wilayah KPH-nya,
Kedua provinsi tersebut adalah Riau dan Kepulauan Riau, Kepri
Telah ditetapkan Wilayah KPH Model
pada 120 Unit KPHL dan KPHP.
Telah ditetapkan wilayah KPHK pada 50
Kawasan Konservasi. Umumnya adalah
kawasan taman nasional
Kelembagaan
Proses pembangunan KPH menemui beberapa hambatan dan tantangan. Dalam menghadapi
hambatan dan tantangan tersebut telah dilakukan beberapa langkah tindak lanjut serta
melakukan antisipasi langkah tindak lanjut yang diperlukan. Terhadap yang sudah dibangun telah
dilakukan evaluasi ringkas, dengan menggunakan kriteria dan indikator serta penilaiannya.
1819
Inokulasi Gaharu oleh masyarakat di KPH Rinjani Barat
PerkembanganPembangunan KPH
Foto: Koleksi Direktorat RPPWPH
No.
Provinsi Rancang
Bangun Arahan
Pencadangan Usulan
Penetapan Penetapan
Wilayah KPH
1 NAD V V V V
2 Sumut V V V V
3 Riau V V - -
4 Sumbar V V V V
5
Kepri
V
V
V
-
6
Jambi
V
V
V
V
7
Sumsel
V
V
V
V
8
Bengkulu
V
V
V
V
9
Babel
V
V
V
V
10
Lampung
V
V
V
V
11
DIY
V*
V*
V
V
12
Kalbar
V
V
V
V
13
Kalteng
V
V
V
V
14
Kaltim
V
V
V
V
15
Kalsel
V
V
V
V
16
Sulsel
V
V
V
V
17
Sulbar
V
V
V
V
18
Sultra
V
V
V
V
19
Sulteng
V
V
V
V
20
Sulut
V
V
V
V
21
Gorontalo
V
V
V
V
22
Bali
V
V
V
V
23
NTB
V
V
V
V
24
NTT
V
V
V
V
25
Maluku
V
V
V
V
26
Malut
V
V
-
V**
27
Papua
V
V
V
V
28
Papua Barat
V
V
V
V
JUMLAH
28
28
24
26
Perkembangan pembentukan wilayah KPHL dan KPHP Provinsi
MASALAH/TANTANGAN
LANGKAH YANG TELAH DILAKUKAN
TINDAK LANJUT YANG DIPERLUKAN
Keterbatasan SDM professional di tingkat lapangan secara kualitas dan kuantitas
-
Menfasilitasi penyelenggaraan Diklat Calon Kepala KPH sebanyak 4 Angkatan.
-
Menfasilitasi pengadaan tenaga menengah professional (Lulusan SMK Kehutanan) ditempatkan pada KPH.
-
Menfasilitasi Penugasan Lulusan Perguruan Tinggi melalui Bakti Sarjana Keh utanan (BASARHUT) pada KPH .
-
Melanjutkan penyelenggaraan Diklat Calon KKPH
-
Merancang dan menyelenggarakan Diklat untuk Jabatan Pengelola KPH tingkat menengah dan Pengelola Lapangan (dimulai tahun 2015).
-
Melanjutkan fasilitasi pengadaan tenaga menengah professional (Lulusan SMK Kehutanan) ditempatkan pada KPH.
-
Melanjutkan fasilitasi Penugasan Lulusan Perguruan Tinggi melalui Bakti Sarjana Kehutanan (BASARHUT) pada KPH .
Belum optimalnya dukungan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/ Kota pada beberapa KPH yang telah dibentuk dan dibangun
-
Pembentukan Sekretariat Pembangunan KPH untuk mengintensifkan koordinasi internal Kemenhut dan di luar Kemenhut, serta melakukan tugas -tugas pendampingan untuk operasional KPH.
-
Menyiapkan kegiatan Sosialisasi Pembangunan KPH di Tingkat Nasional maupun tingkat Provinsi/Kab/Kota melalui penyelenggaraan oleh Kemenhut maupun oleh Pemerintah Daerah (melalui pendanaan Dekonsentrasi). Catatan: Kegiatan ini akan terus diadakan setiap tahun.
-
Melakukan koordinasi langsung ke beberapa Pemeri ntah Provinsi/Kab/Kota.
-
Melakukan koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri untuk penguatan kelembagaan KPH di Daerah melalui penetapan Permendagri 61 tahun 2010 tentang tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja KPHL dan KPHP di Daerah
-
Memperkuat dan melanjutkan tugas Sekretariat Nasional Pembangunan KPH.
-
Memperkuat dan melanjutkan kegiatan Sosialisasi Pembangunan KPH dengan target Grup yang lebih luas.
-
Mengintensifkan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
Kebutuhan penguatan regulasi untuk percepatan pembentukan dan operasionalisasi KPH
-
Telah disiapkan regulasi Prakondisi membentuk KPH dan Regulasi penyiapan Operasional KPH
-
Menyiapkan Regulasi baru atau mereview regulasi yang telah ada untuk memperkuat operasionalisasi KPH, al: Mekanisme
pengaturan bagi hasil untuk
pendapatan KPH pada wilayah -wilayah yang menjadi dikelola langsung oleh KPH, Tata hubungan KPH dengan Instansi lain di Pusat dan Daerah, Tata hubungan KPH dengan pemegang ijin yang ada di wilayah KPH.
Masalah/Tantangan dan
?Langkah Tindak Lanjut.
19
Foto: Koleksi Direktorat RPPWPH
KPHL Rinjani Barat termasuk salah satu KPH yang perkembangan pembangunan dan operasionalisasinya sangat baik. Hasil
evaluasinya memang menunjukan KPHL Rinjani Barat punya predikat sangat baik dengan skor 91. Namun yang menjadikan KPHL Rinjani Barat layak dilirik adalah aktivitasnya yang menggandeng masyarakat untuk mengelola hutan. Aktivitas pengelolaan hutan yang melibatkan masyarakat itu menyokong pencapaian pengelolaan hutan lestari dan tentu saja mendukung kesejahteraan masyarakat. Kelembagaan KPHL Rinjani Barat dipayungi
Peraturan Daerah Nusa Tengara Barat No 7 tahun KPHL Rinjani Barat ditetapkan wilayahnya oleh 2008 dan Peraturan Gubernur NTB No 23 tahun Menteri Kehutanan berdasarkan Surat Keputusan 2008. Sementara untuk pengisian organisasinya No SK.785/Menhut/II/09. Luas wilayahnya ditetapkan melalui Keputusan Gubernur NTB No mencakup ±40.983 hektare (ha). Rinciannya 821.2-1/130/BKD/2010 tanggal 10 Februari 2010. ±28.911 ha berupa Hutan Lindung, seluas ±6.997 Kelembagaan masih dalam bentuk Unit ha berupa Hutan Produksi Terbatas, dan ±5.075 Pelaksana Teknis Daerah (UPTD). ha berupa Hutan Produksi. Secara administrasi KPHL Rinjani Barat terletak di Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Utara
Saat ini KPHL Rinjani Barat sudah terbentuk SKPD sebagaimana diatur dalam Perda NTB No 13 tahun 2014 dan Pergub No 21 tahun 2015.
KPHL Rinjani Barat
Luas wilayahnya mencakup ±40.983 hektare (ha). Rinciannya ±28.911 ha berupa Hutan Lindung, seluas ±6.997 ha berupa Hutan Produksi Terbatas, dan ±5.075 ha berupa Hutan Produksi. Secara administrasi KPHL Rinjani Barat terletak di Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Kabupaten Lombok Utara
PROFIL KELEMBAGAAN POTENSISaat ini KPHL Rinjani Barat sudah terbentuk SKPD sebagaimana diatur dalam Perda NTB No 13 tahun 2014 dan Pergub No 21 tahun 2015.
Salah satu aktivitas yang digarap adalah merehabilitasi hutan dalam kerangka pemberdayaan masyarakat. Tanaman rehabilitasi pun dipilih dari jenis-jenis potensial dan cocok untuk dikembangkan. Salah satunya kayu putih
21
Kelembagaan : Ada organisasi, memiliki SDM antara 1-5 orang, didukung dana APBD, serta sarpras fasilitasi dari Kemenhut telah dimanfaatkan RPHJP : Proses Penilaian Aktivitas pengelolaan : Ada kegiatan mandiri/APBD dan tidak ada dukungan APBN
Kelembagaan : Ada organisasi, memiliki SDM di atas 20 orang, didukung dana APBD, serta sarpras fasilitasi Kemenhut telah dimanfaatkan.Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) : Dinilai/DisahkanAktivitas pengelolaan : Ada kegiatan mandiri/APBD dan APBN
Kelembagaan : Ada organisasi, memiliki SDM antara 6-20 orang, didukung dana APBD, serta sarpras fasilitasi Kemenhut telah dimanfaatkan.RPHJP : Dinilai/Disahkan Aktivitas pengelolaan : Ada kegiatan mandiri/APBD dan APBN
(Score 81 - 100)Sangat Baik
(66-80)Baik
(51 65)Cukup Baik
Hasil evaluasi KPH.
Kriteri dan Indikator serta penilaiannya
a
bc
d
FASILITASITAHUN s.d. 2012
(Unit KPH)
FASILITASITAHUN 2013
(Unit KPH)
FASILITASITAHUN 2014
(Unit KPH)JUMLAH
(Unit KPH)KLASIFIKASI
Sangat Baik 32
Baik 41 Cukup Baik 23 Kurang Baik 24
JUMLAH TOTAL 120
30
2
0
23 13 5 3 11 9 4 4 16
60 30 30
Kelembagaan : Ada organisasi, belum ada SDM, belum didukung dana APBD, serta sarpras fasilitasi dari Kemenhut belum dimanfaatkanRPHJP : Proses Penyusunan Aktivitas pengelolaan : Tidak ada kegiatan mandiri/APBD dan tidak ada dukungan APBN
( <= 50)Kurang Baik
3
4
1
2
Terhadap KPH yang telah dibangun dilakukan evaluasi ringkas, dengan menggunakan beberapa kriteria dan indikator. Sejumlah KPH berhasil mencatat perkembangan yang cukup baik sampai tahun 2014. Diantaranya adalah KPHL Rinjani Barat, KPHP Gularaya, dan KPHP Yogyakarta.
20
Hutan Pinus di KPH Yogyakarta
OperasionalisasiKPH
Foto: Koleksi Direktorat RPPWPH
KPHL Rinjani Barat termasuk salah satu KPH yang perkembangan pembangunan dan operasionalisasinya sangat baik. Hasil
evaluasinya memang menunjukan KPHL Rinjani Barat punya predikat sangat baik dengan skor 91. Namun yang menjadikan KPHL Rinjani Barat layak dilirik adalah aktivitasnya yang menggandeng masyarakat untuk mengelola hutan. Aktivitas pengelolaan hutan yang melibatkan masyarakat itu menyokong pencapaian pengelolaan hutan lestari dan tentu saja mendukung kesejahteraan masyarakat. Kelembagaan KPHL Rinjani Barat dipayungi
Peraturan Daerah Nusa Tengara Barat No 7 tahun KPHL Rinjani Barat ditetapkan wilayahnya oleh 2008 dan Peraturan Gubernur NTB No 23 tahun Menteri Kehutanan berdasarkan Surat Keputusan 2008. Sementara untuk pengisian organisasinya No SK.785/Menhut/II/09. Luas wilayahnya ditetapkan melalui Keputusan Gubernur NTB No mencakup ±40.983 hektare (ha). Rinciannya 821.2-1/130/BKD/2010 tanggal 10 Februari 2010. ±28.911 ha berupa Hutan Lindung, seluas ±6.997 Kelembagaan masih dalam bentuk Unit ha berupa Hutan Produksi Terbatas, dan ±5.075 Pelaksana Teknis Daerah (UPTD). ha berupa Hutan Produksi. Secara administrasi KPHL Rinjani Barat terletak di Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Utara
Saat ini KPHL Rinjani Barat sudah terbentuk SKPD sebagaimana diatur dalam Perda NTB No 13 tahun 2014 dan Pergub No 21 tahun 2015.
KPHL Rinjani Barat
Luas wilayahnya mencakup ±40.983 hektare (ha). Rinciannya ±28.911 ha berupa Hutan Lindung, seluas ±6.997 ha berupa Hutan Produksi Terbatas, dan ±5.075 ha berupa Hutan Produksi. Secara administrasi KPHL Rinjani Barat terletak di Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Kabupaten Lombok Utara
PROFIL KELEMBAGAAN POTENSISaat ini KPHL Rinjani Barat sudah terbentuk SKPD sebagaimana diatur dalam Perda NTB No 13 tahun 2014 dan Pergub No 21 tahun 2015.
Salah satu aktivitas yang digarap adalah merehabilitasi hutan dalam kerangka pemberdayaan masyarakat. Tanaman rehabilitasi pun dipilih dari jenis-jenis potensial dan cocok untuk dikembangkan. Salah satunya kayu putih
21
Budidaya Lebah Madu di KPH Rinjani Barat
Foto
: Kol
eksi
Dire
ktor
at R
PPW
PH
KPHP Gularaya
KPH lain yang progres pembangunnanya cukup menonjol adalah KPHP Gularaya. Hasil evaluasi terhadap KPHP Gularaya
tahun 2012, KPHP Gularaya berhasil menyandang predikat sangat baik dengan total skor 93. KPHP Gularaya juga bergerak lebih progresif dan bersiap untuk menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
Secara administrasi, KPHP Gularaya terletak di Kabupaten Konawe Selatan dan Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Yang menarik, jika biasanya
SK.61/Menhut-II/2011. Luas wilayah kelolanya nama KPH mengacu kepada satu nama lokasi ±115.248,00 ha. Rinciannya seluas 70.024,00 ha keberadaannya, KPH Gularaya justru berupa berupa Hutan produksi dan 45.224,00 ha berupa penggabungan nama daerah aliran sungai (DAS) Hutan Lindung. Batas luar KPHP Gularaya utama yang ada di dalamnya. Yaitu DAS Wanggu, sepanjang 1.089 kilometer sudah temu gelang. DAS La Eya, dan DAS Ro Raya.Meski demikian, untuk penandaan blok dan petak, baru akan dilakukan sebagian mulai tahun Wilayah KPHP Gularaya ditetapkan oleh Menteri 2015. Kehutanan pada 15 Juni 2009 lewat
PROFIL
KPH Gularaya diambil dari gabungan nama daerah aliran sungai (DAS) utama yang ada di dalamnya. Yaitu DAS Wanggu, DAS La Eya, dan DAS Ro Raya. Luas wilayah kelolanya ± 115.248,00 hektare (ha). Rinciannya seluas 70.024,00 ha berupa Hutan produksi dan 45.224,00 ha berupa Hutan Lindung
KELEMBAGAAN
Pada tahun 2014, kelembagaan KPHP Gularaya diperkuat dengan diterbitkannya Peraturan Daerah No 13 tahun 2014 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Gularaya Provinsi Sulawesi Tenggara.
POTENSI
KPHP Gularaya sudah menyusun sejumlah rencana bisnis diantaranya adalah Rencana Strategis Bisnis Jati Unggul, Rencana Strategis Bisnis Hasil Hutan Bukan kayu (HHBK) Bambu, Rencana Strategis Bisnis Ekowisata Terapi Walacea Health Centre, dan Rencana Strategis Bisnis Pengembangan Lebah Madu.
23
Tantangan yang dihadapi oleh KPHL Rinjani barat adalah luasnya wilayah yang dirambah dan tingginya potensi konflik. Hampir setengah wilayahnya, atau sekitar ±18.004 ha areal KPHL Rinjani Barat dirambah dan ditanami dadap, kopi, kakao, pisang, dan vanili.
Untuk itu arah pengelolaan hutan yang dilakukan KPHL Rinjani barat adalah partisipasi dan kolaboratif selain penegakan hukum secara konsisten. KPHL Rinjani Barat juga fokus pada pegembangan Hasil Hutan Bukan Kayu dan pemanfaatan jasa lingkungan.
Dengan tantangan lapangan tersebut salah satu aktivitas yang digarap KPHL merehabilitasi hutan dalam kerangka pemberdayaan. Ini menjadikan seluruh kegiatan rehabilitasi dilakukan oleh masyarakat.
Tanaman rehabilitasi pun dipilih dari jenis-jenis potensial dan cocok untuk dikembangkan. Salah satunya kayu putih.
Lewat pendekatan yang tepat, partisipasi masyarakat dalam kegiatan rehabilitasi sangat tinggi. Hasilnya penanaman program reboisasi yang bersumber dari dana APBN sepanjang 2012-
KPHL Rinjani Barat pun sudah membuat rencana 2014 berhasil terealisasi 100% dengan luas areal tata blok dan petak yang membagi-bagi wilayah 3.000 ha.kerjanya untuk kepentingan perlindungan dan pemanfaatan. Pada kawasan hutan produksi, KPHL Rinjani barat juga mengembangkan pola blok dibagi menjadi blok perlindungan, blok kemitraan untuk menyelesaikan kasus-kasus khusus, blok pemanfaatan pemberdayaan perambahan. Lewat pola kemitran masyarakat
bisa memanfaatkan hasil hutan kayu dan non kayu jika kemitraan dijalin pada areal hutan produksi. Sementara jika kemitraan dilaksanakan pada areal hutan lindung, masyarakat hanya diperkenankan memanfaatkan hasil hutan non kayu seperti madu, berbagai jenis buah, getah pohon atau jasa lingkungan.
Pola kemitraan bisa dirancang secara cepat karena KPHL Rinjani Barat memiliki kemandirian dan kewenangan yang memadai untuk mengelola wilayah kerjanya.
masyarakat, blok pemanfaatan wilayah tertentu, dan blok pemanfaatan hasil hutan kayu-hutan tanaman industri. Sementara pada kawasan hutan lindung, blok perencanan terbagi atas blok inti, blok pemanfaatan dan blok pemanfaatan wilayah tertentu.
KPHP Gularaya
KPH lain yang progres pembangunnanya cukup menonjol adalah KPHP Gularaya. Hasil evaluasi terhadap KPHP Gularaya
tahun 2012, KPHP Gularaya berhasil menyandang predikat sangat baik dengan total skor 93. KPHP Gularaya juga bergerak lebih progresif dan bersiap untuk menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
Secara administrasi, KPHP Gularaya terletak di Kabupaten Konawe Selatan dan Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Yang menarik, jika biasanya
SK.61/Menhut-II/2011. Luas wilayah kelolanya nama KPH mengacu kepada satu nama lokasi ±115.248,00 ha. Rinciannya seluas 70.024,00 ha keberadaannya, KPH Gularaya justru berupa berupa Hutan produksi dan 45.224,00 ha berupa penggabungan nama daerah aliran sungai (DAS) Hutan Lindung. Batas luar KPHP Gularaya utama yang ada di dalamnya. Yaitu DAS Wanggu, sepanjang 1.089 kilometer sudah temu gelang. DAS La Eya, dan DAS Ro Raya.Meski demikian, untuk penandaan blok dan petak, baru akan dilakukan sebagian mulai tahun Wilayah KPHP Gularaya ditetapkan oleh Menteri 2015. Kehutanan pada 15 Juni 2009 lewat
PROFIL
KPH Gularaya diambil dari gabungan nama daerah aliran sungai (DAS) utama yang ada di dalamnya. Yaitu DAS Wanggu, DAS La Eya, dan DAS Ro Raya. Luas wilayah kelolanya ± 115.248,00 hektare (ha). Rinciannya seluas 70.024,00 ha berupa Hutan produksi dan 45.224,00 ha berupa Hutan Lindung
KELEMBAGAAN
Pada tahun 2014, kelembagaan KPHP Gularaya diperkuat dengan diterbitkannya Peraturan Daerah No 13 tahun 2014 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Gularaya Provinsi Sulawesi Tenggara.
POTENSI
KPHP Gularaya sudah menyusun sejumlah rencana bisnis diantaranya adalah Rencana Strategis Bisnis Jati Unggul, Rencana Strategis Bisnis Hasil Hutan Bukan kayu (HHBK) Bambu, Rencana Strategis Bisnis Ekowisata Terapi Walacea Health Centre, dan Rencana Strategis Bisnis Pengembangan Lebah Madu.
2223
Tanaman kayu putih oleh masyarakat di KPH Rinjani Barat
Pengambilan data Mangrove untuk penelitian di KPH Rinjani Barat
Foto-foto: Koleksi Direktorat RPPWPH
KPHP Gularaya
KPH lain yang progres pembangunnanya cukup menonjol adalah KPHP Gularaya. Hasil evaluasi terhadap KPHP Gularaya
tahun 2012, KPHP Gularaya berhasil menyandang predikat sangat baik dengan total skor 93. KPHP Gularaya juga bergerak lebih progresif dan bersiap untuk menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
Secara administrasi, KPHP Gularaya terletak di Kabupaten Konawe Selatan dan Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Yang menarik, jika biasanya
SK.61/Menhut-II/2011. Luas wilayah kelolanya nama KPH mengacu kepada satu nama lokasi ±115.248,00 ha. Rinciannya seluas 70.024,00 ha keberadaannya, KPH Gularaya justru berupa berupa Hutan produksi dan 45.224,00 ha berupa penggabungan nama daerah aliran sungai (DAS) Hutan Lindung. Batas luar KPHP Gularaya utama yang ada di dalamnya. Yaitu DAS Wanggu, sepanjang 1.089 kilometer sudah temu gelang. DAS La Eya, dan DAS Ro Raya.Meski demikian, untuk penandaan blok dan petak, baru akan dilakukan sebagian mulai tahun Wilayah KPHP Gularaya ditetapkan oleh Menteri 2015. Kehutanan pada 15 Juni 2009 lewat
PROFIL
KPH Gularaya diambil dari gabungan nama daerah aliran sungai (DAS) utama yang ada di dalamnya. Yaitu DAS Wanggu, DAS La Eya, dan DAS Ro Raya. Luas wilayah kelolanya ± 115.248,00 hektare (ha). Rinciannya seluas 70.024,00 ha berupa Hutan produksi dan 45.224,00 ha berupa Hutan Lindung
KELEMBAGAAN
Pada tahun 2014, kelembagaan KPHP Gularaya diperkuat dengan diterbitkannya Peraturan Daerah No 13 tahun 2014 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Gularaya Provinsi Sulawesi Tenggara.
POTENSI
KPHP Gularaya sudah menyusun sejumlah rencana bisnis diantaranya adalah Rencana Strategis Bisnis Jati Unggul, Rencana Strategis Bisnis Hasil Hutan Bukan kayu (HHBK) Bambu, Rencana Strategis Bisnis Ekowisata Terapi Walacea Health Centre, dan Rencana Strategis Bisnis Pengembangan Lebah Madu.
23
Masyarakat menimbang hasil panen Getah Pinus
Foto
: Kol
eksi
Dire
ktor
at R
PPW
PH
Sementara bambu akan dikembangkan karena memanfaatkan lebah dan semut untuk terapi dinilai potensial meski selama ini kurang dilirik kesehatan.sebagai hasil hutan. Apalagi sudah ada berbagai teknologi yang bisa mengolah bambu menjadi Pengembangan bisnis tersebut tetap memiliki berbagai produk kerajinan dan furnitur, hingga tujuan utama kelestarian hutan yang menyokong kayu lapis. Pengembangan bambu juga kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, KPHP bermanfaat untuk konservasi tanah terutama di Gularaya memberi ruang yang luas bagi bantaran sungai. masyarakat untuk mengelola kawasan hutan.
Pengembangan Walacea Health Center boleh jadi Saat ini skema yang sudah berjalan adalah salah satu keunggulan KPHP Gularaya. Berada di dengan izin Hutan Tanaman Rakyat dan Hutan wilayah garis imajiner Walacea, alam Gularaya Kemasyarakatan. Ke depan, pengelolaan hutan memang eksotis dan memiliki keanekaragaman bersama masyarakat bisa dilakukan dengan hayatinya yang sangat kaya. Nantinya bisnis skema kemitraan. bisnis spa Walacea Health Center akan
(RPJMD) tahun 2010-2019.Operasionalisasi KPHP Gularaya merupakan penjelmaan dari visi dan misinya. KPHP Gularaya punya visi untuk "Menjadi Pengelola Hutan Tingkat tapak yang mandiri dan Berdaya Saing 2014-2023".
Sementara misinya adalah Pertama, Mengelola SDH dengan prinsip pengelolaan hutan lestari berdasarkan Karakteristik dan daya dukung DAS. Misi kedua adalah Meningkatkan manfaat Hasil hutan kayu melalui pengembangan Kelas Perusahaan Hutan tanaman jati seluas 31.024,61 ha. Misi ketiga adalah meningkatkan manfaat Hasil hutan bukan kayu melalui pengembangan Kelas Perusahaan hutan tanaman bambu seluas 10.136,87 ha. Sementara misi yang terakhir adalah meningkatkan jasa lingkungan melalui pengembangan Kelas Perusahaan Ekowisata Wallacea Health Center (WHC) di Kaendi Lainea seluas 10,06 ha.
Untuk itu mewujudkan visi dan misinya, KPHP Gularaya telah mendapat pengesahan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang lewat Surat Keputusan Menteri Kehutanan No 3694/Menhut II/Reg.4-1/2014. KPHP Gularaya juga telah
Kelembagaan KPHP Gularaya cukup kuat karena menyusun rencana pengelolaan jangka pendek disokong oleh regulasi daerah. KPHP Gularaya untuk tahun 2015 dan tahun 2016.ditetapkan sebagai UPTD lewat Peraturan Gubernur No 42 Tahun 2011 tentang KPHP Gularaya bahkan sudah menyusun Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja UPTD sejumlah rencana bisnis. Diantaranya adalah KPHP Gularaya (unit XXIV). Kemudian pada tahun Rencana Strategis Bisnis Jati Unggul, Rencana 2014, kelembagaan KPHP Gularaya diperkuat Strategis Bisnis Hasil HUtan Bukan Kayu (HHBK) dengan diterbitkannya Peraturan Daerah No 13 Bambu, Rencana Strategis Bisnis Ekowisata tahun 2014 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Terapi Walacea Health Centre, dan Rencana Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Gularaya Strategis Bisnis Pengembangan Lebah Madu.Provinsi Sulawesi Tenggara. Dibangunnya rencana bisnis tersebut tak lepas
dari potensi yang memang dimiliki KPHP Kuatnya dukungan pemerintah daerah juga Gularaya. Untuk pengembangan jati unggul terbukti dengan dimasukannnya pembangunan misalnya, dikarenakan kondisi tanah dan iklim di dan operasionalisasi KPH Gularaya dalam Gularaya secara umum memang cocok untuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah pengembangan kayu premium tersebut.
2425
Sementara bambu akan dikembangkan karena memanfaatkan lebah dan semut untuk terapi dinilai potensial meski selama ini kurang dilirik kesehatan.sebagai hasil hutan. Apalagi sudah ada berbagai teknologi yang bisa mengolah bambu menjadi Pengembangan bisnis tersebut tetap memiliki berbagai produk kerajinan dan furnitur, hingga tujuan utama kelestarian hutan yang menyokong kayu lapis. Pengembangan bambu juga kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, KPHP bermanfaat untuk konservasi tanah terutama di Gularaya memberi ruang yang luas bagi bantaran sungai. masyarakat untuk mengelola kawasan hutan.
Pengembangan Walacea Health Center boleh jadi Saat ini skema yang sudah berjalan adalah salah satu keunggulan KPHP Gularaya. Berada di dengan izin Hutan Tanaman Rakyat dan Hutan wilayah garis imajiner Walacea, alam Gularaya Kemasyarakatan. Ke depan, pengelolaan hutan memang eksotis dan memiliki keanekaragaman bersama masyarakat bisa dilakukan dengan hayatinya yang sangat kaya. Nantinya bisnis skema kemitraan. bisnis spa Walacea Health Center akan
(RPJMD) tahun 2010-2019.Operasionalisasi KPHP Gularaya merupakan penjelmaan dari visi dan misinya. KPHP Gularaya punya visi untuk "Menjadi Pengelola Hutan Tingkat tapak yang mandiri dan Berdaya Saing 2014-2023".
Sementara misinya adalah Pertama, Mengelola SDH dengan prinsip pengelolaan hutan lestari berdasarkan Karakteristik dan daya dukung DAS. Misi kedua adalah Meningkatkan manfaat Hasil hutan kayu melalui pengembangan Kelas Perusahaan Hutan tanaman jati seluas 31.024,61 ha. Misi ketiga adalah meningkatkan manfaat Hasil hutan bukan kayu melalui pengembangan Kelas Perusahaan hutan tanaman bambu seluas 10.136,87 ha. Sementara misi yang terakhir adalah meningkatkan jasa lingkungan melalui pengembangan Kelas Perusahaan Ekowisata Wallacea Health Center (WHC) di Kaendi Lainea seluas 10,06 ha.
Untuk itu mewujudkan visi dan misinya, KPHP Gularaya telah mendapat pengesahan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang lewat Surat Keputusan Menteri Kehutanan No 3694/Menhut II/Reg.4-1/2014. KPHP Gularaya juga telah
Kelembagaan KPHP Gularaya cukup kuat karena menyusun rencana pengelolaan jangka pendek disokong oleh regulasi daerah. KPHP Gularaya untuk tahun 2015 dan tahun 2016.ditetapkan sebagai UPTD lewat Peraturan Gubernur No 42 Tahun 2011 tentang KPHP Gularaya bahkan sudah menyusun Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja UPTD sejumlah rencana bisnis. Diantaranya adalah KPHP Gularaya (unit XXIV). Kemudian pada tahun Rencana Strategis Bisnis Jati Unggul, Rencana 2014, kelembagaan KPHP Gularaya diperkuat Strategis Bisnis Hasil HUtan Bukan Kayu (HHBK) dengan diterbitkannya Peraturan Daerah No 13 Bambu, Rencana Strategis Bisnis Ekowisata tahun 2014 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Terapi Walacea Health Centre, dan Rencana Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Gularaya Strategis Bisnis Pengembangan Lebah Madu.Provinsi Sulawesi Tenggara. Dibangunnya rencana bisnis tersebut tak lepas
dari potensi yang memang dimiliki KPHP Kuatnya dukungan pemerintah daerah juga Gularaya. Untuk pengembangan jati unggul terbukti dengan dimasukannnya pembangunan misalnya, dikarenakan kondisi tanah dan iklim di dan operasionalisasi KPH Gularaya dalam Gularaya secara umum memang cocok untuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah pengembangan kayu premium tersebut.
2425
Bibit bambu, KPHP Gularaya menjadikan tanaman bambu sebagai HHBK unggulanFoto: Koleksi Direktorat RPPWPH
Sementara bambu akan dikembangkan karena memanfaatkan lebah dan semut untuk terapi dinilai potensial meski selama ini kurang dilirik kesehatan.sebagai hasil hutan. Apalagi sudah ada berbagai teknologi yang bisa mengolah bambu menjadi Pengembangan bisnis tersebut tetap memiliki berbagai produk kerajinan dan furnitur, hingga tujuan utama kelestarian hutan yang menyokong kayu lapis. Pengembangan bambu juga kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, KPHP bermanfaat untuk konservasi tanah terutama di Gularaya memberi ruang yang luas bagi bantaran sungai. masyarakat untuk mengelola kawasan hutan.
Pengembangan Walacea Health Center boleh jadi Saat ini skema yang sudah berjalan adalah salah satu keunggulan KPHP Gularaya. Berada di dengan izin Hutan Tanaman Rakyat dan Hutan wilayah garis imajiner Walacea, alam Gularaya Kemasyarakatan. Ke depan, pengelolaan hutan memang eksotis dan memiliki keanekaragaman bersama masyarakat bisa dilakukan dengan hayatinya yang sangat kaya. Nantinya bisnis skema kemitraan. bisnis spa Walacea Health Center akan
(RPJMD) tahun 2010-2019.Operasionalisasi KPHP Gularaya merupakan penjelmaan dari visi dan misinya. KPHP Gularaya punya visi untuk "Menjadi Pengelola Hutan Tingkat tapak yang mandiri dan Berdaya Saing 2014-2023".
Sementara misinya adalah Pertama, Mengelola SDH dengan prinsip pengelolaan hutan lestari berdasarkan Karakteristik dan daya dukung DAS. Misi kedua adalah Meningkatkan manfaat Hasil hutan kayu melalui pengembangan Kelas Perusahaan Hutan tanaman jati seluas 31.024,61 ha. Misi ketiga adalah meningkatkan manfaat Hasil hutan bukan kayu melalui pengembangan Kelas Perusahaan hutan tanaman bambu seluas 10.136,87 ha. Sementara misi yang terakhir adalah meningkatkan jasa lingkungan melalui pengembangan Kelas Perusahaan Ekowisata Wallacea Health Center (WHC) di Kaendi Lainea seluas 10,06 ha.
Untuk itu mewujudkan visi dan misinya, KPHP Gularaya telah mendapat pengesahan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang lewat Surat Keputusan Menteri Kehutanan No 3694/Menhut II/Reg.4-1/2014. KPHP Gularaya juga telah
Kelembagaan KPHP Gularaya cukup kuat karena menyusun rencana pengelolaan jangka pendek disokong oleh regulasi daerah. KPHP Gularaya untuk tahun 2015 dan tahun 2016.ditetapkan sebagai UPTD lewat Peraturan Gubernur No 42 Tahun 2011 tentang KPHP Gularaya bahkan sudah menyusun Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja UPTD sejumlah rencana bisnis. Diantaranya adalah KPHP Gularaya (unit XXIV). Kemudian pada tahun Rencana Strategis Bisnis Jati Unggul, Rencana 2014, kelembagaan KPHP Gularaya diperkuat Strategis Bisnis Hasil HUtan Bukan Kayu (HHBK) dengan diterbitkannya Peraturan Daerah No 13 Bambu, Rencana Strategis Bisnis Ekowisata tahun 2014 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Terapi Walacea Health Centre, dan Rencana Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Gularaya Strategis Bisnis Pengembangan Lebah Madu.Provinsi Sulawesi Tenggara. Dibangunnya rencana bisnis tersebut tak lepas
dari potensi yang memang dimiliki KPHP Kuatnya dukungan pemerintah daerah juga Gularaya. Untuk pengembangan jati unggul terbukti dengan dimasukannnya pembangunan misalnya, dikarenakan kondisi tanah dan iklim di dan operasionalisasi KPH Gularaya dalam Gularaya secara umum memang cocok untuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah pengembangan kayu premium tersebut.
2425
Pemanenan getah pinus di KPHP Gularaya
Foto
: Kol
eksi
Dire
ktor
at R
PPW
PH
Tahun 2014 Pemda Yogyakarta menyediakan adalah salah satu UPTD Dinas Kehutanan dan anggaran sebesar Rp8 miliar untuk program Perkebunan Daerah Istimewa Yogyakarta.kegiatan KPHP Yogyakarta. Di sisi lainnya, KPH Yogyakarta bisa menargetkan penerimaan Dari sisi kelembagaan KPH Yogyakarta memang sebesar Rp10,8 miliar. Sampai November memiliki kekurangan. Pasalnya mengacu kepada penerimaan yang berhasil direalisasikan sebesar Peraturan Menteri Dalam Negeri No 61 tahun Rp9,3 miliar. 2010, sebuah KPH seharusnya merupakan
organisasi tersendiri dan langsung bertanggung Idealnya untuk bisa menarik penerimaan dari jawab kepala daerah. Meski demikian, dukungan hasil hutan, sebuah KPH menerapkan PPK BLUD. penuh dari Pemda Yogyakarta dan stakeholder Namun KPH Yogyakarta tetap bisa melakukannya terkait, bisa menutup kekurangan yang dimiliki karena adanya dukungan peraturan daerah yang KPHP Yogyakarta. Dukungan tersebut menjadi mengacu kepada UU No 28 Tahun 2009 tentang KPHP Yogyakarta tetap bisa beroperasi secara Pajak Daerah dan Retribusi.mandiri dan gegas dalam menghadapi
permasalahan pengelolaan hutan.Untuk pengelolaan tanaman kayu putih, KPHP Yogyakarta menjalin kemitraan dengan Menariknya, kemandirian KPH Yogyakarta masyarakat. Masyarakat juga dilibatkan untuk terutama ditopang oleh satu komoditas hasil memanfaatkan lahan di sela pohon kayu putih hutan saja, yaitu minyak kayu putih. Terdapat dengan cara tumpangsari. Setidaknya ada 9.000 sekitar 4.000 ha areal pohon kayu putih yang orang terlibat dalam pengelolaan kayu putih.dikelola KPH Yogyakarta. Pemda Yogyakarta Kontribusi KPH terhadap masyarakat yang puntak segan menguyur investasi untuk mengelola kayu putih pun sangat besar. Selain mengoptimalkan pendapatan daerah dari minyak penyaluran upah untuk pemetikan daun kayu kayu putih, termasuk membangun industri putih, masyarakat juga mendapat hasil panen penyulingan.tumpangsari sepenuhnya. Nilainya, bisa mencapai Rp40 miliar per tahun.
PROFILKPHP Yogyakarta ditetapkan sebagai salah satu KPH Model lewat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.721/Menhut-II/2011 Tanggal 20 Desember 2011 Tentang Penetapan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model Yogyakarta Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yog-yakarta seluas ±15.724,50 ha.
KELEMBAGAANSecara kelembagaan KPHP Yogyakarta di payungi Peraturan Daerah No 6 Tahun 2008 dan Peraturan Gubernur No 36 Tahun 2008. KPHP Yogyakarta adalah salah satu UPTD Dinas Kehutanan dan Perkebunan Daerah Istimewa Yogyakarta.
POTENSIKemandirian KPH Yogyakarta terutama ditopang oleh hasil hutan bukan kayu yaitu minyak kayu putih. Terdapat sekitar 4.000 hektare areal pohon kayu putih yang dikelola KPH Yogyakarta.
KPHP Yogyakarta
PHP Yogyakarta tak Wilayah KPHP boleh dilewatkan
Yogyakarta ditetapkan Ksebagai salah satu berdasarkan Surat Keputusan yang pantas menjadi Menteri Kehutanan No rujukan dalam 439/Menhut-II/2007 tanggal pembangunan dan
13 Desember 2007 dengan luas operasionalisasi KPH di kawasan ±16.358,60 ha. Tahun tanah air. KPH Yogyakarta
2011, KPH Yogyakarta ditetapkan secara nyata telah mengelola sebagai salah satu KPH Model wilayah kerjanya sesuai prinsip
lewat Keputusan Menteri Kehutanan kelestarian hutan demi Nomor SK.721/Menhut-II/2011 Tanggal 20 kesejahteraan masyarakat. KPH
Desember 2011 Tentang Penetapan wilayah Yogyakarta juga sudah mandiri secara keuangan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) meski belum menerapkan Pola Pengelolaan Model Yogyakarta Kabupaten Kulonprogo, Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. Ini Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul berdampak pada kontribusinya yang signifikan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta seluas terhadap Pendapatan Asli Daerah Yogyakarta.±15.724,50 ha.
Langkah di depan KPHP Yogyakarta boleh jadi Secara kelembagaan KPHP Yogyakarta di payungi dikarenakan KPHP Yogyakarta memiliki penga-Peraturan Daerah No 6 Tahun 2008 dan Peraturan laman sebab telah beroperasi lebih dulu sebe-Gubernur No 36 Tahun 2008. KPHP Yogyakarta lum pemerintah menggenjot pembangunan KPH.
2627
KPHP Yogyakarta
PHP Yogyakarta tak Wilayah KPHP boleh dilewatkan
Yogyakarta ditetapkan Ksebagai salah satu berdasarkan Surat Keputusan yang pantas menjadi Menteri Kehutanan No rujukan dalam 439/Menhut-II/2007 tanggal pembangunan dan
13 Desember 2007 dengan luas operasionalisasi KPH di kawasan ±16.358,60 ha. Tahun tanah air. KPH Yogyakarta
2011, KPH Yogyakarta ditetapkan secara nyata telah mengelola sebagai salah satu KPH Model wilayah kerjanya sesuai prinsip
lewat Keputusan Menteri Kehutanan kelestarian hutan demi Nomor SK.721/Menhut-II/2011 Tanggal 20 kesejahteraan masyarakat. KPH
Desember 2011 Tentang Penetapan wilayah Yogyakarta juga sudah mandiri secara keuangan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) meski belum menerapkan Pola Pengelolaan Model Yogyakarta Kabupaten Kulonprogo, Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. Ini Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul berdampak pada kontribusinya yang signifikan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta seluas terhadap Pendapatan Asli Daerah Yogyakarta.±15.724,50 ha.
Langkah di depan KPHP Yogyakarta boleh jadi Secara kelembagaan KPHP Yogyakarta di payungi dikarenakan KPHP Yogyakarta memiliki penga-Peraturan Daerah No 6 Tahun 2008 dan Peraturan laman sebab telah beroperasi lebih dulu sebe-Gubernur No 36 Tahun 2008. KPHP Yogyakarta lum pemerintah menggenjot pembangunan KPH.
26
Pabrik minyak kayu putih KPHP Yogyakarta
Pengunjung di KPHP Yogyakarta
Foto-foto: Koleksi Direktorat RPPWPH
Tahun 2014 Pemda Yogyakarta menyediakan adalah salah satu UPTD Dinas Kehutanan dan anggaran sebesar Rp8 miliar untuk program Perkebunan Daerah Istimewa Yogyakarta.kegiatan KPHP Yogyakarta. Di sisi lainnya, KPH Yogyakarta bisa menargetkan penerimaan Dari sisi kelembagaan KPH Yogyakarta memang sebesar Rp10,8 miliar. Sampai November memiliki kekurangan. Pasalnya mengacu kepada penerimaan yang berhasil direalisasikan sebesar Peraturan Menteri Dalam Negeri No 61 tahun Rp9,3 miliar. 2010, sebuah KPH seharusnya merupakan
organisasi tersendiri dan langsung bertanggung Idealnya untuk bisa menarik penerimaan dari jawab kepala daerah. Meski demikian, dukungan hasil hutan, sebuah KPH menerapkan PPK BLUD. penuh dari Pemda Yogyakarta dan stakeholder Namun KPH Yogyakarta tetap bisa melakukannya terkait, bisa menutup kekurangan yang dimiliki karena adanya dukungan peraturan daerah yang KPHP Yogyakarta. Dukungan tersebut menjadi mengacu kepada UU No 28 Tahun 2009 tentang KPHP Yogyakarta tetap bisa beroperasi secara Pajak Daerah dan Retribusi.mandiri dan gegas dalam menghadapi
permasalahan pengelolaan hutan.Untuk pengelolaan tanaman kayu putih, KPHP Yogyakarta menjalin kemitraan dengan Menariknya, kemandirian KPH Yogyakarta masyarakat. Masyarakat juga dilibatkan untuk terutama ditopang oleh satu komoditas hasil memanfaatkan lahan di sela pohon kayu putih hutan saja, yaitu minyak kayu putih. Terdapat dengan cara tumpangsari. Setidaknya ada 9.000 sekitar 4.000 ha areal pohon kayu putih yang orang terlibat dalam pengelolaan kayu putih.dikelola KPH Yogyakarta. Pemda Yogyakarta Kontribusi KPH terhadap masyarakat yang puntak segan menguyur investasi untuk mengelola kayu putih pun sangat besar. Selain mengoptimalkan pendapatan daerah dari minyak penyaluran upah untuk pemetikan daun kayu kayu putih, termasuk membangun industri putih, masyarakat juga mendapat hasil panen penyulingan.tumpangsari sepenuhnya. Nilainya, bisa mencapai Rp40 miliar per tahun.
PROFILKPHP Yogyakarta ditetapkan sebagai salah satu KPH Model lewat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.721/Menhut-II/2011 Tanggal 20 Desember 2011 Tentang Penetapan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model Yogyakarta Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yog-yakarta seluas ±15.724,50 ha.
KELEMBAGAANSecara kelembagaan KPHP Yogyakarta di payungi Peraturan Daerah No 6 Tahun 2008 dan Peraturan Gubernur No 36 Tahun 2008. KPHP Yogyakarta adalah salah satu UPTD Dinas Kehutanan dan Perkebunan Daerah Istimewa Yogyakarta.
POTENSIKemandirian KPH Yogyakarta terutama ditopang oleh hasil hutan bukan kayu yaitu minyak kayu putih. Terdapat sekitar 4.000 hektare areal pohon kayu putih yang dikelola KPH Yogyakarta.
KPHP Yogyakarta
PHP Yogyakarta tak Wilayah KPHP boleh dilewatkan
Yogyakarta ditetapkan Ksebagai salah satu berdasarkan Surat Keputusan yang pantas menjadi Menteri Kehutanan No rujukan dalam 439/Menhut-II/2007 tanggal pembangunan dan
13 Desember 2007 dengan luas operasionalisasi KPH di kawasan ±16.358,60 ha. Tahun tanah air. KPH Yogyakarta
2011, KPH Yogyakarta ditetapkan secara nyata telah mengelola sebagai salah satu KPH Model wilayah kerjanya sesuai prinsip
lewat Keputusan Menteri Kehutanan kelestarian hutan demi Nomor SK.721/Menhut-II/2011 Tanggal 20 kesejahteraan masyarakat. KPH
Desember 2011 Tentang Penetapan wilayah Yogyakarta juga sudah mandiri secara keuangan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) meski belum menerapkan Pola Pengelolaan Model Yogyakarta Kabupaten Kulonprogo, Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. Ini Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul berdampak pada kontribusinya yang signifikan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta seluas terhadap Pendapatan Asli Daerah Yogyakarta.±15.724,50 ha.
Langkah di depan KPHP Yogyakarta boleh jadi Secara kelembagaan KPHP Yogyakarta di payungi dikarenakan KPHP Yogyakarta memiliki penga-Peraturan Daerah No 6 Tahun 2008 dan Peraturan laman sebab telah beroperasi lebih dulu sebe-Gubernur No 36 Tahun 2008. KPHP Yogyakarta lum pemerintah menggenjot pembangunan KPH.
2627
KPHP Yogyakarta
PHP Yogyakarta tak Wilayah KPHP boleh dilewatkan
Yogyakarta ditetapkan Ksebagai salah satu berdasarkan Surat Keputusan yang pantas menjadi Menteri Kehutanan No rujukan dalam 439/Menhut-II/2007 tanggal pembangunan dan
13 Desember 2007 dengan luas operasionalisasi KPH di kawasan ±16.358,60 ha. Tahun tanah air. KPH Yogyakarta
2011, KPH Yogyakarta ditetapkan secara nyata telah mengelola sebagai salah satu KPH Model wilayah kerjanya sesuai prinsip
lewat Keputusan Menteri Kehutanan kelestarian hutan demi Nomor SK.721/Menhut-II/2011 Tanggal 20 kesejahteraan masyarakat. KPH
Desember 2011 Tentang Penetapan wilayah Yogyakarta juga sudah mandiri secara keuangan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) meski belum menerapkan Pola Pengelolaan Model Yogyakarta Kabupaten Kulonprogo, Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. Ini Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul berdampak pada kontribusinya yang signifikan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta seluas terhadap Pendapatan Asli Daerah Yogyakarta.±15.724,50 ha.
Langkah di depan KPHP Yogyakarta boleh jadi Secara kelembagaan KPHP Yogyakarta di payungi dikarenakan KPHP Yogyakarta memiliki penga-Peraturan Daerah No 6 Tahun 2008 dan Peraturan laman sebab telah beroperasi lebih dulu sebe-Gubernur No 36 Tahun 2008. KPHP Yogyakarta lum pemerintah menggenjot pembangunan KPH.
26
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANREPUBLIK INDONESIA