Post on 23-Aug-2019
COMPARATIVE ADVANTAGE PRODUK DANA TALANGAN HAJI DAN
TALANGAN UMROH PADA BANK MUAMALAT INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Disusun Oleh :
RAHMA PUTRI ISLAMI
1110046100018
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435H/2014M
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya hasil saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta 26 Juni 2014
Rahma Putri Islami
v
ABSTRAK
COMPARATIVE ADVANTAGE PRODUK DANA TALANGAN HAJI DAN
TALANGAN UMROH PADA BANK MUAMALAT INDONESIA, adalah skripsi
hasil karya Rahma Putri Islami NIM 1110046100018. Pada konsentrasi Perbankan
Syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam). Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435H/2014M.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan keunggulan produk dana
talangan haji dan talangan umroh pada Bank Muamalat Indonesia, selain itu juga
untuk mengetahui produk mana yang lebih menguntungkan bagi bank dari dua
produk pembiayaan tersebut.
Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode analisis
deskriptif. Yaitu menjelaskan keunggulan masing-masing produk serta mekanismenya
yang diterapkan Bank Muamalat Indonesia. Untuk pengumpulan data yaitu data
primer berupa hasil wawancara dengan narasumber terkait dan data sekunder berupa
studi pustaka dan dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian ini.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, produk dana talangan haji ternyata
berbeda dengan talangan umroh baik dari segi akad maupun dari nama produk.
Kemudian, produk yang lebih menguntungkan bagi bank dari kedua jenis produk
tersebut yaitu produk talangan umroh. Selain itu, masing-masing produk pembiayaan
tersebut memiliki keunggulan dalam berbagai aspek yaitu baik dalam kemampuan
financial ekonomi, inovasi produk serta promosi.
Kata Kunci: Comparative Advantage, Dana Talangan Haji, Dana Talangan Umroh
Pembimbing: Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan ridha
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul
COMPARATIVE ADVANTAGE PRODUK DANA TALANGAN HAJI DAN
TALANGAN UMROH PADA BANK MUAMALAT INDONESIA.
Sholawat serta salam yang tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi kita
Muhammad SAW, yang dengan jiwa sucinya penuh pengorbanan dan keikhlasan telah
membimbing dan menuntun umatnya ke jalan penuh dengan cahaya ilmu yang
diridhai Allah SWT. Skripsi ini tidak dapat selesai tanpa bantuan, dukungan dan
kerjasama dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis sampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. JM. Muslimin, MA, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, M.H, Ketua Program Studi Muamalat (Ekonomi
Islam) Fakultas Syariah dan Hukum dan Bapak H. Abdurrauf, Lc, MA selaku
sekretaris Prodi Muamalat.
vii
3. Bapak Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang dengan
kesabaran membimbing dan memberi arahan serta masukan yang sangat berguna
hingga terselesaikannya skripsi ini.
4. Kepada Kedua Orang Tuaku, Ayahanda H. Akhmad Arifin, Bsc dan Ibunda Dra.
Chaerul Nurdjanah, MM dan kakakku Muhammad Insan Akbar Pradipta, SH,
yang selalu memberikan motivasi dan bantuan doa yang selalu dipanjatkan selama
masa studi di perguruan tinggi sampai akhirnya dapat menyelesaikan tugas akhir
ini.
5. Bapak Yayat Taryadi dan Ibu Any Mulyani selaku officer Consumer Finance
Division Kantor Pusat PT. BMI, yang telah memberikan informasi tentang produk
pembiayaan dana talangan haji dan umroh. Kepada Bapak Ferry selaku officer
Legal Division di BMI, terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan,
terima kasih atas kerjasama dan partisipasinya.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang dengan sabar
memberikan petunjuk, bimbingan serta bekal ilmu selama penulis mengikuti
perkuliahan.
7. Teman-teman Perbankan Syariah angkatan 2010 khususnya kelas B, yang sudah
memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk Ai Nurilmi,
Anggun Pradini, Lisa Safirah, Nurfie R, Della P, Sekar A, Marlena I yang sudah
membantu memberikan dukungan dan menyumbangkan ide-ide cemerlang dalam
penulisan skripsi ini. Terima kasih atas persahabatan yang terjalin selama ini. Suka
viii
duka kita telah alami bersama di perjalanan kita. Semoga kita semua meraih
kesuksesan dan keberkahan hidup.
8. Teman-teman Paduan Suara Mahasiswa (PSM) khususnya angkatan Maximilian
yaitu Vista, Isaka, Subito, Ardito, Kendang, Parda, Apis, Lullaby, Vorest, Cajon,
Laja, Gupa, Mudei dan teman-teman yang lain yang penulis tidak bisa sebutkan
satu-persatu tanpa mengurangi rasa persahabatan yang telah terjalin. Teman-teman
KKN Sanubari 2013, terima kasih atas semangat dan support yang kalian berikan
diberikan untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh pihak yang telah banyak berjasa dalam proses penyelesaian skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi sedikitpun rasa
terima kasih dari penulis. Semoga amal yang telah kita lakukan menjadi amal yang
tiada putus pahalanya, dan bermanfaat untuk kita baik di dunia maupun akhirat.
Semoga skripsi ini dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi semua
pihak.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Jakarta, Juni 2014
Penulis,
Rahma Putri Islami
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ......................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 5
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................ 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 7
E. Sistematika Penulisan .................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Comparative Advantage ................................................................ 11
B. Talangan Pembiayaan ................................................................... 16
C. Haji dan Umroh ............................................................................. 19
D. Akad Qardh dan Ijarah .................................................................. 25
E. Review Studi Terdahulu ................................................................ 42
x
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ................................................................... 45
B. Jenis Penelitian .............................................................................. 45
C. Sumber Data Penelitian ................................................................. 46
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 47
E. Objek Penelitian ............................................................................ 49
F. Metode Analisis............................................................................. 49
G. Teknik Penulisan Skripsi ............................................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Analisis Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh di
Bank Muamalat Indonesia ............................................................. 51
B. Perbedaan Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh
di Bank Muamalat Indonesia........................................................ 62
C. Produk yang Lebih Menguntungkan dan Lebih Berisiko
Dalam Praktik Pembiayaan di Bank Muamalat Indonesia ............ 63
D. Analisis Comparative Advantage Produk Dana Talangan Haji
dan Talangan Umroh di Bank Muamalat Indonesia..................... 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 74
B. Saran .............................................................................................. 75
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 76
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hadirnya perbankan syariah di Indonesia, hendaknya umat Islam menjadi
pelopor dalam menggunakan bank syariah. Keadaan ini merupakan peluang yang
prospektif bagi bisnis perbankan syariah. Banyak produk-produk yang telah
diciptakan bank syariah, antara lain produk pembiayaan, penghimpunan dana,
ataupun produk jasa. Semua produk tersebut ditujukan untuk melayani
masyarakat. Produk perbankan syariah yang sangat populer dan banyak diminati
adalah produk pembiayaan.
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian
penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit
unit. Pada istilah teknisnya pada perbankan syariah, pembiayaan disebut sebagai
Earning Assets (Aktiva Produktif). Earning Assets berupa investasi dalam bentuk
pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah), pembiayaan berdasarkan
prinsip penyertaan (Musyarakah), pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli
(Murabahah), pembiayaan berdasarkan prinsip sewa (Ijarah, Ijarah Muntahiya
Bittamlik), surat-surat berharga syariah, dan investasi lainnya.1
1 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Alvabet, 2006), Cet.4, h.53
2
Diantara produk pembiayaan yang dikeluarkan bank syariah, ada produk
yang banyak peminatnya selain pembiayaan kepemilikan rumah, yaitu produk
dana talangan haji dan talangan umroh. Produk pembiayaan ini memang sangat
banyak diminati oleh umat islam karena ibadah haji merupakan salah satu bagian
dan rukun Islam ke lima, bukan hanya bertujuan meningkatkan ketakwaan dan
nilai spiritual pelakunya, namun di dalam operasional dan pengelolaannya juga
menyimpan potensi ekonomi yang sangat dahsyat. Potensi tersebut terlihat dimana
di dalam hal pengelolaan haji itu melibatkan belasan sektor industri, manufaktur,
perdagangan, dan jasa. Logikannya, Indonesia merupakan penyumbang jamaah haji
terbesar di dunia.
Sedangkan untuk ibadah umroh, ternyata merambah ke kalangan pelajar
ataupun ke kalangan anak-anak muda. Mereka sekarang tidak sekadar bicara tur ke
Singapura atau ke Hongkong, tetapi juga untuk beribadah umroh. Pada dua bulan
terakhir di tahun 2013 ada sekitar 60% jamaah umroh berasal dari kalangan pelajar,
seiring dengan meningkatnya peminat perjalanan umroh dari tahun ke tahun, namun
dengan kuota keberangkatan yang semakin terbatas.
Jumlah jamaah yang melaksanakan ibadah haji dari tahun ke tahun terus
bertambah.2 Besarnya peluang untuk dana talangan haji dan talangan umroh ini,
selain karena potensi besarnya masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama
2 Zuhairi Misrawi, Mekkah: Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim (Jakarta: PT Kompas
Media Nusantara, 2009), h. 308
3
Islam, Ibadah Haji dan Umroh juga merupakan suatu amalan yang diwajibkan bagi
kaum muslimin yang mempunyai kemampuan dan kesanggupan agar mereka dapat
merasakan berbagai manfaat kerohanian yang sangat berguna. Pada saat melakukan
ibadah haji, umat Islam dari seluruh dunia berkumpul di Mekkah, Masjidil Haram
dibawah naungan satu agama, untuk mencapai satu tujuan, Ukhwah Islamiyah.
Pertemuan internasional yang besar itu sudah tentu akan mempermudah
tergalangnya persatuan dan kesatuan. Semuanya merasakan hangatnya persaudaraan
Islam.3
Banyak jasa perbankan syariah di Indonesia yang menawarkan layanan dana
talangan haji dan talangan umroh. Diantara bank syariah yang mengeluarkan dana
talangan haji seperti Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, BRI
Syariah, BNI Syariah, dan sebagainya. Penulis ingin memfokuskan penelitian di
Bank Muamalat Indonesia. Salah satu produk pembiayaan unggulan yang
ditawarkan Bank Muamalat terkait aktivitas haji, umroh serta perjalanan wisata
selain Tabungan Haji Arafah yang telah banyak dikenal, Bank Muamalat juga
menawarkan Produk Dana Talangan Haji (Dana Talangan Porsi Haji) dan Talangan
Umroh (Pembiayaan Umroh Muamalat).
3 Dikutip dari skripsi dalam buku Zakiah Derajat, Haji Ibadah yang Unik (Jakarta; Ruhama,
1989), h.1
4
Dua produk pembiayaan ini merupakan produk yang prospeknya bagus karena
banyak orang muslim yang ingin sekali menunaikan ibadah haji maupun umroh,
akan tetapi selalu terbentur dengan biaya yang sangat mahal, oleh karena itu
peranan perbankan syariah sangat besar disini. Bank bukan hanya sebagai tempat
untuk mencari keuntungan ataupun berinvestasi untuk kehidupan dunia saja akan
tetapi sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Adapun pengertian dari kedua produk pembiayaan ini yaitu, untuk Dana
Talangan Haji merupakan pinjaman dari Lembaga Keuangan Syariah kepada
nasabah untuk menutupi kekurangan dana, guna memperoleh porsi haji pada saat
pelunasan kepada BPIH (Biaya Perjalanan Ibadah Haji). Sedangkan untuk Talangan
Umroh adalah produk pembiayaan yang akan membantu mewujudkan untuk
beribadah umroh dalam waktu yang segera.
Akad yang digunakan pada Dana Talangan Haji adalah qardh. Pembiayaan
qardh adalah pinjaman kebajikan/ lunak tanpa imbalan.4 Dalam fatwa Dewan
Syariah nasional (DSN) No. 19/DSN-MUI/IV/2001 pengertian qardh adalah suatu
akad pinjaman kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib
mengembalikan dana yang diterimanya kepada LKS pada waktu yang telah disepakati
oleh LKS dan nasabah.5
4 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2007), h. 45
5 Fatwa DSN-MUI 19/DSN-MUI/IV/2001, Pembiayaan al-Qardh,artikel ini diakses pada 5
Februari 2014 dari http://www.bprsvitkacentral.com/main/index.php/kebijakan/fatwa-dsn/82-19dsn-
muiiv2001-al-qardh
5
Sedangkan untuk Talangan Umroh, akad yang digunakan untuk pembiayaan ini
yaitu ijarah. Dalam fatwa Dewan Syariah nasional (DSN) No. 09/DSN-MUI/IV/2000
pengertian ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang
dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.6
Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh merupakan produk yang
memfasilitasi perjalalanan ibadah haji dan umroh. Namun, mengapa kedua peoduk
ini dibedakan dari segi akadnya. Untuk Dana Talangan Haji akad yang digunakan
adalah qardh (pinjaman tanpa ujrah), lalu darimana bank mendapatkan keuntungan
jika menggunakan akad qardh, sedangkan untuk pembiayaan umroh menggunakan
akad ijarah.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin meneliti dan mengkaji lebih jauh
tentang dana talangan haji dan pembiayaan umroh dengan judul skripsi:
“Comparative Advantage Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh
Pada Bank Muamalat Indonesia”
B. Identifikasi Masalah
1. Produk talangan umroh hampir sama dengan produk dana talangan haji, tetapi jika
dilihat dari segi akadnya itu berbeda dan nama produknya berbeda.
6 Fatwa DSN-MUI No: 09/DSN-MUI/IV/2000, Pembiayaan Ijarah, artikel ini diakses pada 5
Februari 2014 dari http://www.bapepam.go.id/syariah/fatwa/pdf/09-Ijarah.pdf
6
2. Dana talangan haji menggunakan akad qardh, sedangkan talangan umroh
menggunakan akad ijarah. Berarti dana talangan haji tidak mendapatkan
margin/keuntungan dari pembiayaan talangan umroh.
3. Strategi bank syariah dalam memasarkan produk melalui umroh mungkin akan
menjadi alternatif bagi masyarakat.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian dalam skripsi ini lebih terarah dan efisien, maka penulis
membatasi permasalahannya mengenai comparative advantage serta mekanisme
dari Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh. Oleh karena itu,
penelitian skripsi ini mengarah kepada spesifikasi penelitian hanya pada Kantor
Pusat Bank Muamalat Indonesia.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka
penulis perlu melakukan pembahasan yang mempunyai maksud dan tujuan
yang terarah dan jelas, supaya tidak terjadi perbedaan masalah dalam penulisan
skripsi ini. Serta pokok permasalahan yang terkait didalamnya dengan tujuan
agar dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas dalam menguraikan masalah
tersebut dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis telah menentukan
permasalahan sebagai berikut:
7
1. Bagaimana Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh di Bank
Muamalat Indonesia?
2. Bagaimana analisis comparative advantage antara Produk Dana Talangan
Haji dan Talangan Umroh di Bank Muamalat Indonesia?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh di Bank
Muamalat Indonesia.
2. Untuk mengetahui hasil analisis comparative advantage dari Produk Dana
Talangan Haji dan Talangan Umroh di Bank Muamalat Indonesia.
Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Akademisi
Dapat memberikan informasi bagi civitas akademika dapat menambah
informasi sumbangan pemikiran, baik dosen maupun mahasiswa dalam
rangka memberikan pengetahuan, informasi dan sebagai proses pembelajaran
mengenai Produk dari Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh.
2. Manfaat bagi Praktisi
Bagi manajemen perusahaan perbankan itu sendiri yaitu Bank Muamalat
Indonesia, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran sebagai acuan
8
dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi serta sebagai
masukan dan saran untuk dapat memperbaiki dan mengembangkan Produk
Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh.
3. Manfaat bagi Masyarakat
Sebagai informasi dan bahan penambah wawasan mengenai produk dana
talangan haji dan juga sebagai media sosialisasi mengenai produk ini. Serta
dapat digunakan sebagai acuan perbandingan penelitian yang akan datang
yang berkaitan dengan Comparative Advantage Produk Talangan Haji dan
Talangan Umroh.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini diperlukan adanya suatu uraian mengenai
susunan dari tulisan yang dibuat agar pembahasan menjadi teratur dan terarah pada
permasalahan yang sedang dibahas. Untuk itu skripsi ini akan dibagi ke dalam lima
bab, yaitu:
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan, mencakup latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
9
BAB 2 LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan konsep-konsep yang terkait dengan
permasalahan yang dibahas, yaitu teori yang terkait tentang
comparative advantage, talangan pembiayaan, akad qardh dan
ijarah, haji dan umroh di Bank Muamalat Indonesia. Selain itu, pada
bab ini juga menyajikan uraian secara ringkas penelitian terdahulu
sebagai acuan dalam penyusunan penelitian.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Melanjutkan dari bab II, selanjutnya penulis mencoba menjabarkan
tentang metode penelitian yang terdiri dari pendekatan, jenis
penelitian, objek penelitian yaitu pada Bank Muamalat Indonesia,
teknik pengumpulan data serta metode analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
Pada bab ini dibahas tentang perbedaan produk pembiayaan dari dana
talangan haji dan talangan umroh. Analisis dan pembahasan
mengenai keunggulan komparatif dari produk dana talangan haji dan
talangan umroh, mekanisme dari masing-masing produk serta
analisis produk yang lebih berisiko dalam praktik pembiayaan di
Bank Muamalat Indonesia.
10
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi uraian pembahasan penelitian sesuai dengan hasil
analisa dan pembahasan masalah, sehingga dapat ditarik suatu
kesimpulan dan saran.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Comparative Advantage
Comparative advantage atau keunggulan komparatif, kata kuncinya adalah
“Comparative” yang diartikan sebagai relatif. Maksudnya adalah untuk lingkup
negara perekonomian suatu negara harus lebih banyak memproduksi barang-barang
yang relatif lebih efisien untuk memproduksinya untuk seterusnya produk itu
diekspor.7 Sedangkan barang yang harus diimpor adalah barang yang keuntungannya
relatif lebih kecil. Konsepnya8 pertama kali dikemukakan oleh David Ricardo pada
awal abad ke 19.
Badudu Zein dalam Kamus Bahasa Indonesia mengartikan bahwa keunggulan
komparatif adalah suatu keunggulan yang dimiliki oleh suatu organisasi untuk
dapat membandingkan dengan yang lain guna mencapai suatu tujuan bersama.
Sedangkan untuk lingkup perusahaan, secara sederhana keunggulan komparatif
dapat diartikan sebagai berikut: Perusahaan seharusnya berfokus menghasilkan
produk bila diproduksi sendiri relatif lebih efisien dan memberikan keuntungan
kepada perusahaan, sedangkan yang tidak memberikan keuntungan sebaiknya
7 Ahmad Amiruddin, Comparative Advantage Produk Pembiayaan Kepemilikan Rumah Syariah
di Bank Syariah, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 30
8 Dirgantoro Crown, Keunggulan Bersaing Melalui Proses Bisnis, (Jakarta: Grasindo, 2002), h.
12
12
jangan dilakukan sendiri, misalnya bisa di sub-kontrakkan.9 Dengan mengacu dari
beberapa pendapat, maka dapat disimpulkan keunggulan komparatif adalah
keunggulan-keunggulan yang dimiliki suatu produk atau organisasi guna mencapai
suatu tujuan berupa keefisienan bagi organisasi tersebut.
Adapun keunggulan bersaing, berkembang dari nilai yang mampu diciptakan
perusahaan untuk pembelinya melebihi biaya perusahaan dalam menciptakannya.
Nilai adalah apa yang pembeli bersedia membayar, sedangkan nilai yang unggul
berasal dari tawaran harga yang lebih rendah daripada pesaing. Keunggulan
bersaing tidak dapat dipahami dengan memandang perusahaan sebagai suatu
keseluruhan. Keunggulan bersaing berasal dari banyak aktivitas berlainan yang
dilakukan perusahaan dalam mendesain, memproduksi, memasarkan, menyerahkan,
dan mendukung produknya.10
Perusahaan perlu memutuskan dasar apa yang akan dipakai bersaing dalam
industrinya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar,
dengan posisi menguntungkan terhadap para pesaingnya. Derajat keberhasilan yang
dicapai akan bergantung pada sifat industri, dan strategi bersaing kompetitif yang
dipilih.
9 Ekonomi Koperasi, Artikel ini dipublis pada 3 Desember 2013 diakses pada 25 Juni 2014 pada
http://www.raisadwisp.blogspot.com/2013/12/ekonomi-koperasi-tugas-2html
10
Ibid, h. 13
13
Apabila perusahaan memutuskan mengikuti strategi kepemimpinan harga,
tujuannya adalah untuk menyediakan barang dan jasa yang sebanding dengan
pesaingnya, tetapi dengan harga yang lebih rendah. Strategi ini akan dimungkinkan
jika perusahaan menginginkan demikian, dengan menetapkan kebijakan harga
agresif, sementara tetap mempertahankan margin yang lebih besar terhadap para
pesaing. Seringkali, hal ini meningkatkan pangsa pasar yang lebih besar, karena
pesaing lain terusir dari pasar. Pelaksanaan strategi seperti itu mempunyai dampak
besar dalam perusahaan, paling tidak dalam bidang operasi. Kebijakan secara pasti
akan berdampak pada keputusan investasi, penerimaan tenaga kerja dan renumerasi,
kerjasama dengan pemasok, dan lain-lain.11
Seluruh keputusan ini tentu perlu difokuskan pada meminimalkan biaya operasi
total perusahaan, dan jika strategi ini telah ditetapkan dalam kurun waktu tertentu,
maka proses pengambilan keputusan akan tertanam dalam budaya biaya minimum
perusahaan. Jika perusahaan memilih bersaing melalui strategi kepemimpinan
harga, maka harus tercermin dalam penetapan tugas operasi kunci. Seluruh
keputusan struktural dalam bidang operasi harus dibuat dengan tujuan untuk
mengurangi harga, karena ini akan berhubungan dengan posisi perusahaan secara
keseluruhan di dalam industri.12
11 Anatan. Lia dan Lenna Elliatan, Strategi Bersaing Konsep, Riset dan Instrumen, (Bandung:
Alfabeta, 2009), h. 139
12
D.T. Johns dan H.A Harding, Manajemen Operasi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif,
(Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo, 1995), h. 26
14
Porter merumuskan dalam keunggulan kompetitif kekuatan-kekuatan pokok
yang benar-benar signifikan secara lengkap dalam merumuskan strategi bersaing.
Porter mengidentifikasikan data penting yang harus dikumpulkan, data-data penting
diantaranya adalah lini produk, harga, teknologi, pemasaran, saluran distribusi dan
inovasi.13
Perusahaan harus memiliki cakupan yang luas dalam melayani banyak
segmen, bahkan beroperasi dalam industri terkait. Sumber keunggulan biaya
bervariasi dan bergantung pada struktur industri. Bila perusahaan dapat mencapai
dan mempertahankan keunggulan biaya, maka akan menjadi perusahaan dengan
kinerja rata-rata dalam industri asal dapat menguasai harga pada, atau terdekat, rata-
rata industri.14
Pilihan lainnya adalah mengikuti strategi diferensiasi. Dalam hal ini
tujuannya adalah untuk menyediakan berbagai produk atau jasa yang berbeda
dengan para pesaingnya. Perbedaan itu dianggap oleh para pelanggan potensial
sebagai sesuatu keuntungan tambahan, hingga mereka pun siap membayar harga
untuk itu. Dalam menyajikan kemampuan ini, perusahaan harus menetapkan harga
bersaing dengan para pesaing non-diferensiasinya, dengan demikian menjamin
bahwa harga yang dibebankan lebih penting dari biaya yang terkait dengan
diferensiasi itu, dan oleh karena itu, dapat menghasilkan keuntungan yang lebih
13 George A. Steiner dan John B. Miner, Kebijakan dan Strategi Manajemen, (Jakarta: Erlangga,
1997), h. 123-124
14
Dirgantoro Crown, Keunggulan Bersaing Melalui Proses Bisnis, h. 14
15
baik.15
Diferensiasi (differentiation) mengharuskan agar bisnis memiliki keunggulan
berkesinambungan yang memungkinkannya menyediakan sesuatu yang bernilai
unik bagi pembeli. Suatu strategi diferensiasi yang sukses memungkinkan bisnis
untuk menyediakan produk atau jasa yang di mata pembeli memiliki nilai lebih
tinggi pada “biaya diferensiasi” yang lebih rendah dibandingkan dengan “nilai
premium” bagi pembeli. Diferensiasi biasanya berasal dari satu atau lebih aktivitas
dalam rantai nilai yang menciptakan nilai unik yang penting bagi pembeli. Selain
itu, kesinambungan dari diferensiasi tersebut akan bergantung pada dua hal:
kesinambungan dari nilai yang tinggi dalam pandangan pembeli dan kurangnya
imitasi oleh pesaing.16
Dalam menentukan pilihan strategi, perusahaan perlu mempertimbangkan
prospek industri dan kemampuannya sendiri untuk mendukung posisi yang
berkesinambungan dan dapat bertahan hidup secara ekonomi di dalam industri itu.
Misalnya, jika perusahaan memilih strategi kepemimpinan harga, apakah
perusahaan itu secara realistik memiliki upaya untuk menopang proses kerja
pengembangan teknologi yang diperlukan untuk mendukung keunggulan bersaing
harga rendahnya.
15 D.T. Johns dan H.A. Harding, Manajemen Operasi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif, h.
20
16
John A. Pearce II, Richard B. Robinson, Jr, Manajemen Strategis-Formulasi, Implementasi,
dan Pengendalian, (Jakarta: Salemba Empat, 2008), Ed. 10, h. 313
16
Jika pendanaan tidak tersedia untuk mendukung upaya berkesinambungan
yang diperlukan itu, maka perlu ditanyakan apakah strategi seperti itu dapat
dipertahankan dalam jangka panjang. Tentu saja, jika pengembangan proses kinerja
tidak dibiayai, persaingan diantara para pesaing atau para pendatang baru pada
akhirnya akan menyingkirkan perusahaan.
Perusahaan berusaha mencari kemampuan menciptakan keunggulan bersaing
jangka panjang dalam industrinya. Hal tersebut akan mendukung baik kepemimpinan
harga maupun strategi diferensiasi, yang pasti memerlukan juga dukungan operasi.
Secara khusus, keputusan itu pasti perlu dikomunikasikan kepada bidang operasi
dengan suatu cara yang akan mendorong pengambilan keputusan operasi yang
tepat.17
B. Talangan Pembiayaan
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 25 UU Perbankan Syariah dan PBI No.
10/24/PBI/2008, pembiayaan adalah penyediaan dana dan/atau tagihan/piutang.18
Sedangkan dalam UU No.10 Tahun 1998 Pasal 1 ayat 12 menyatakan bahwa
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyaluran uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan
17 D.T. Johns dan H.A Harding, Manajemen Operasi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif, h. 26
18
Nanang Budianas, Pengertian Pembiayaan dan Jenis-Jenis Pembiayaan Bank Syariah, artikel
ini dipublikasikan pada 08 Februari 2013, diakses pada 3 Mei 2014 dari
http://nanangbudianas.blogspot.com/2013/02/pengertian-pembiayaan-dan-jeni-jenis.html
17
uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dan imbalan atau bagi
hasil.19
Pasalnya, pada tanggal 26 Juni 2002, MUI mengeluarkan fatwa No. 29/DSN-
MUI/VI/2002 terkait dengan pembiayaan pengurusan haji oleh Lembaga Keuangan
Syariah (LKS). Salah satu isinya menyebutkan bahwa LKS dapat menalangi
pembayaran BPIH (Badan Pengurusan Ibadah Haji) nasabah dengan prinsip al-
qardh.20
Talangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah memberikan
pinjaman uang untuk membayar sesuatu; membelikan barang dengan membayar
kemudian.21 Pengertian talangan bisa diartikan Lend dalam bahasa Inggris yaitu,
memberikan sesuatu yang berharga kepada orang lain, selama jangka waktu tertentu
atau yang tidak tertentu, tanpa memberikan atau melepaskan hak miliknya, dan
tetap mempunyai hak untuk meminta kembali barang yang semula itu atau yang
sepadan dengan itu. Orang yang Lends atau meminjamkan mesin atau tanah,
misalnya dapat mengharapkan kembali harta milik yang semula itu, akan tetapi
orang yang meminjamkan uang atau barang-barang yang dapat dijual/belikan,
mengharapkan akan mendapatkan kembali sejumlah uang yang ekuivalen.22
19 Ibid, h. 16
20
Yasir Maqosid, Dana Talangan Haji: Halal atau Haram?, artikel ini diakses pada 25 April
2014 dari http://ibadahhaji.wordpress.com/2012/03/13/dana-talangan-haji-halal-atau-haram
21
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (Jakarta:
Balai Pustaka, 1990), h. 888
22
Abdurahman, Ensiklopedia Ekonomi, Keuangan, Perdagangan, (Jakarta: Pradnya Paramita,
1982), Cet. Ke-V, h. 606-607
18
1. Dana Talangan Haji
Dana talangan haji adalah sebuah pinjaman bagi mereka (nasabah) yang ingin
mendapatkan porsi haji namun dana yang mereka miliki tidak mencukupi untuk
mendapatkan porsi haji di KEMENAG. Artinya, dana talangan ditujukan untuk
mencukupi kekurangan dana untuk memenuhi persyaratan minimum mendapatkan
porsi haji.
Dari pengertian tersebut, maka ada beberapa manfaat dari Dana Talangan Haji,
yaitu: nasabah mendapatkan porsi haji, membangkitkan semangat berikhtiar
mengumpulkan bekal/dana untuk berangkat haji, serta memungkinkan berangkat haji
dalam waktu dekat, karena semakin lama menunda pendaftaran haji akan semakin
lama berada dalam antrian. Diketahui bahwa peminat haji yang jumlahnya sangat
besar dibanding jatah/quota haji dari tahun ketahun akan menyebabkan semakin
lama menunggu keberangkatan haji.23
Di satu sisi, masyarakat memandang adanya pembiayaan dana talangan haji
sebagai alternatif yang cukup menarik untuk mengatasi masalah sulitnya berhaji, baik
karena faktor pendanaan yang belum mencukupi maupun karena terbatasnya quota
haji yang tersedia untuk calon jamaah haji di Indonesia. Namun, di sisi lain, diduga
ada unsur riba dalam praktek dana talangan haji. Hal ini karena praktek dana talangan
23 Artikel ini dipublikasikan pada Agustus 2012, diakses 22 April 2014 dari
http://danatalanganhajibtnsyariah.blogspot.com
19
haji mengharuskan calon jamaah haji membayar sejumlah uang lebih daripada yang
dipinjamnya.
2. Dana Talangan Umroh
Di masa sekarang, umroh semakin mudah untuk dilakukan, dengan memanfaatkan
fasilitas dari bank syariah yaitu talangan umroh maka masyarakat semakin mudah
menunaikan ibadah umroh.24
Dana Talangan Umroh adalah pembiayaan jangka
pendek yang digunakan untuk memfasilitasi biaya perjalanan umroh seperti tiket
pesawat, akomodasi dan persiapan biaya umroh lainnya.
Manfaat Dana Talangan Umroh, yaitu:
1. Membantu calon jamaah dalam menunaikan ibadah umrohnya
2. Mengangsur pembayaran dengan jumlah angsuran yang tidak akan berubah
selama masa perjanjian.25
C. Haji dan Umroh
1. Haji
a) Pengertian Haji
Haji menurut etimologi bahasa arab, kata haji mempunyai arti qashd, yakni
tujuan, maksud, dan menyengaja. Sedangkan menurut istilah syara‟ ialah
menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan amalan-
24 Cheria Travel, dipublikasikan pada 22 Nov 2010, diakses pada 19 April 2014 dari
http://www.cheria-travel.com/2010/11/dengan-talangan-umrah-bank-syariah.html
25
Misbakul Huda, Mudahnya Umroh Dengan Dana Talangan Umroh, dipublikasikan pada 7
Maret 2013, diakses pada 19 April 2014 dari http://www.nawwafhuda-travel.com/2013/03/mudahnya-
umroh-dengan-dana-talangan.html
20
amalan ibadah tertentu pula. Yang termasuk dengan tempat-tempat tertentu
adalah selain Ka‟bah dan Mas‟a (tempat sa‟i), juga Arafah, Muzdalifah, dan
Mina. Selain itu, yang dimaksud dnegan waktu tertentu ialah bulan-bulan haji
yang dimulai dari Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.
Adapun amalan tertentu ialah thawaf, sa‟i, wukuf, mabit di Muzdalifah,
melontar jumrah, mabit di Mina, dan lain-lain.26
b) Rukun dan Syarat Wajib Haji
Pekerjaan-pekerjaan yang dipandang Rukun Haji menurut Hanafiyah, rukun
haji hanya dua yaitu wukuf di Arafah dan empat kali tawaf yang pertama dari tujuh
kali tawaf. Yang tiga kali lagi dipandang wajib. Menurut golongan Syafi'iyah
rukun haji ada enam, yaitu:ihram (niat ihram), wukuf di Arafah, bercukur atau
bergunting, yang dilakukan sesudah berlalu separoh malam di malam Hari Raya,
Tawaf Ifadah atau Tawaf Ziarah, Sa'i antara Shafa dan Marwah, dan berurutan,
yaitu mendahulukan ihram atas segala yang lainnya, mendahulukan wukuf atas
Tawaf Ifadah.
Jumhur Ulama (Malikiyah dan Hanabilah) berpandangan bahwa rukun haji
itu ada empat yaitu: niat ihram, wukuf di Arafah, tawaf Ifadhah atau tawaf
Ziarah, Sa'i antara Shafa dan Marwah. Sedangkan untuk syarat haji ada empat
syarat wajib haji yaitu:
26 Madena Wisata Tour & Travel, artikel ini dipublikasikan pada 2011, diakses pada 19 April
2014 dari http://madenawisata.com/manasik/pengertian_haji
21
1) Orang yang mengerjakan haji itu seorang yang beragama Islam.
2) Orang yang mengerjakan haji itu seorang yang mukalaf (orang yang telah
dewasa yang wajib menjalankan hukum agama).
3) Orang yang mengerjakan haji itu merdeka (bukan budak belian).
4) Orang yang mengerjakan haji mempunyai kesanggupan melakukannya.
Ringkasnya, syarat wajib haji, ialah Islam, baligh, berakal, merdeka dan
sanggup mengerjakannya. Maka orang kafir27 tidak sah hajinya dan tidak akan
diterima oleh Allah jika ia melakukannya, karena mereka tidak termasuk dalam
persyaratan. Islam sebagai syarat utama dalam semua ibadah. Bagi orang yang
gila, dia tidak wajib haji. Kalau dia melakukan haji, maka hajinya tidak sah.
Sedangkan anak kecil yang belum baligh, hajinya sah dan walinya mendapat
pahala karena menghajikan anaknya. Akan tetapi haji anak kecil tidak
menggugurkan kewajiban haji baginya ketika dia telah baligh. Bagi hamba
sahaya, dia tidak wajib haji karena dia mempunyai kewajiban melayani tuannya.
Akan tetapi bila dia melaksanakan haji, maka hajinya sah dan mendapatkan
pahala atas hajinya. Oleh karena itu, bagi orang-orang yang tidak terdapat pada
syarat-syarat tersebut, tidaklah diwajibkan haji. Dengan memiliki syarat-syarat
ini, menjadi wajiblah seseorang melaksanakan ibadah haji.
27 Muhammad bin „Abdul „Aziz al-Musnad, Fatwa-Fatwa Haji dan Umrah, (Jakarta: Pustaka
Imam Asy-Syafi‟i, 2007), h. 26
22
c) Dalil Pensyari’atannya
Adapun Dalil dari Al-Quran:
“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (diantaranya) maqam Ibrahim,
barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia, mengerjakan
haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban
haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari
semesta alam.”(Al-Imran: 97)
Dalil dari HR Bukhari dan Muslim28:
“Ibnu Umar ra, Rasulullah SAW bersabda: “Islam dibangun dibangun di atas
lima perkara yaitu syahadat laa ilaaha illallah dan Muhammad raulullah,
menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan haji.”
28 Muhammad Ridwan, Mekanisme Pembiayaan Dana Talangan Haji di Bank Muamalat Cabang
Ciledug, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2013), h. 15
23
2. Umroh
a) Pengertian Umroh
Umroh menurut bahasa bermakna ziarah. Menurut istilah syara‟ umroh ialah
menziarahi Ka‟bah, melakukan tawaf di sekelilingnya, bersa‟i antara Shafa dan
Marwah dan mencukur atau menggunting rambut. Sedangkan pengertian umroh
secara istilah adalah berkunjung ke Ka‟bah untuk melakukan serangkaian ibadah
dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan. Umroh disunahkan bagi muslim yang
mampu. Umroh dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada hari Arafah 11, 12, 13
Zulhijah. Melaksanakan umroh pada bulan Ramadhan sama nilainya dengan
melakukan Ibadah Haji (Hadits Muslim).29
b) Syarat Wajib Umroh
Sejumlah syarat yang harus dipenuhi, yang jika tidak maka seseorang tidak
wajib melakukan umroh. Syarat itu adalah: Islam, baligh, aqil, merdeka dan
istitha‟ah. Sedangkan wajib umroh adalah ketentuan yang bila mana dilanggar,
maka ibadah umrohnya tetap sah, tetapi seseorang harus membayar dam karena
meninggalkannya. Yang termasuk wajib umroh hanya dua, yakni: niat ihram dari
miqat dan tidak berbuat yang diharamkan pada waktu melakukan ibadah
umroh.30
29 Zaenal Abidin, Pengertian Haji dan Umroh Terkini, dipublikasikan pada 14 April 2012,
diakses pada 19 April 2014 dari http://jurnal-haji.blogspot.com/2012/04/pengertian-haji-umroh-
terkini.html
30
Nino, Umroh, artikel ini dipublikasikan pada 22 Februari 2011, diakses pada 19 April 2014 dari
http://umroh-murah.blogspot.com
24
c) Rukun Umroh
Rukun umroh hampir mirip dengan rukun haji. Jika salah satunya
ditinggalkan, ibadah tersebut tidak sah. Bedanya hanya satu yaitu tidak wukuf
di Arafah. Lengkapnya, rukun umroh adalah ihram, thawaf (berkeliling
Ka‟bah), sa‟i diantara shafa dan Marwah, bercukur dan tertib/ menertibkan
antara empat rukun diatas.31
d) Hukum Umroh
Para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan hukum umroh. Asy Syafi'i
dalam mazhab jadidnya menerangkan, bahwasanya umroh itu adalah suatu
fardhu. Sedangkan Abu Hanifah, Malik dan Abu Tsawr menetapkan bahwa
umroh itu sunah muakkadah, bukan wajib. Pendapat ini diriwayatkan pula oleh
Ibnu Munzir dan An Nakha'i.32 Mereka melandaskan pendapat ini pada
beberapa dalil dan salah satu firman Allah SWT :
Mendudukan ayat Al-Quran, “Sempurnakanlah Ibadah Haji dan Umroh
karena Allah” (Al-Baqarah: 196) sebagai dalil wajibnya umroh adalah keliru.
Pasalnya objek yang diwajibkan disini ialah penyempurnaan haji dan umroh
setelah ihram untuk keduanya dilakukan.33
31 M Ablah, Buku Induk Haji dan Umrah Untuk Wanita, (Jakarta: Zaman, 2009), h.375-376
32
Nino, Umroh, artikel ini dipublikasikan pada 22 Februari 2011, diakses pada 19 April 2014 dari
http://umroh-murah.blogspot.com
33
M Ablah, Buku Induk Haji dan Umrah Untuk Wanita, h.372-373
25
D. Akad Qardh dan Ijarah
Dalam Al Quran, ada beberapa istilah yang berkaitan dengan janji atau
perjanjian, yaitu kata akad (al-aqdu), ahd (al-ahdu), dan wa‟adu.34 Secara bahasa,
akad atau perjanjian itu digunakan untuk banyak arti, yang keseluruhannya
kembali kepada bentuk ikatan atau penghubungan terhadap dua hal. Sementara
akad menurut istilah adalah keterikatan keinginan diri dengan sesuatu yang lain
dengan cara yang memunculkan adanya komitmen tertentu yang di syariatkan.
Sedangkan menurut fatwa DSN No. 45/DSN-MUI/II/2005, mengartikan akad
sebagai transaksi atau perjanjian syar‟i yang menimbulkan hak dan kewajiban. Akad
yang sah mempunyai akibat hukum pada objek akad. Setiap transaksi memiliki akibat
hukum masing-masing sesuai dengan jenis dan bentuknya. Dalam transaksi jual beli
(murabahah), akibat hukumnya adalah terjadinya pemindahan pemilikan dari satu
pihak (yang melakukan ijab) kepada pihak lain (yang menyatakan kabul). Sedangkan
dalam transaksi sewa-menyewa (ijarah), akibat hukumnya adalah terjadinya
pengalihan kemanfaatan dari suatu barang dan jasa dari pemilik sewa kepada pengguna
sewa dan begitu seterusnya dalam transaksi-transaksi lain.35
34 Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), h.
126
35
Ibid, h. 129-131
26
1. Qardh
a. Pengertian Qardh
Qardh adalah suatu akad pembiayaan kepada nasabah tertentu dengan
ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) pada waktu yang telah disepakati oleh LKS
dan nasabah.36 Kata qardh ini kemudian diadopsi menjadi credo (Romawi),
credit (Inggris), dan kredit (Indonesia). Objek dari pinjaman qardh biasanya
uang atau alat tukar lainnya yang merupakan transaksi pinjaman murni tanpa
bunga ketika peminjam mendapatkan uang tunai dari pemilik dana (dalam hal
ini bank) dan hanya wajib mengembalikan pokok utang pada waktu tertentu di
masa yang akan datang.37
Dalil yang menjadi landasan hukum qardh sesuai dengan fatwa Dewan
Syariah Nasional No. 19/DSN-MUI/IX/2000, tanggal 9 April 2001 antara lain
menegaskan bahwa nasabah qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang
diterima pada waktu yang telah disepakati bersama. Jika nasabah tidak dapat
mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada saat yang telah
disepakati dan LKS telah memastikan ketidakmampuannya, LKS dapat
memperpanjang jangka waktu pengembalian, serta menghapus (write off)
sebagian atau seluruh kewajibannya.
36 Mukhtar Alshodiq, Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah Fatwa-Fatwa Ekonomi
Syariah Kontemporer, (Jakarta: Renaisan, 2005), h. 53-57
37
Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 46
27
Berdasarkan fatwa DSN tersebut, maka yang menjadi pertimbangan Dewan
Syariah Nasional menetapkan qardh sebagai sebuah sistem perekonomian yang
sah menurut syariah adalah:
a) Lembaga Keuangan Syariah (LKS) di samping sebagai lembaga komersial,
harus dapat berperan sebagai lembaga sosial yang dapat meningkatkan
perekonomian secara maksimal.
b) Sebagai salah satu sarana peningkatan perekonomian yang dapat dilakukan
oleh LKS adalah penyaluran dana melalui prinsip qardh, yakni suatu akad
pinjaman kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib
mengembalikan dana yang diterimanya kepada LKS pada waktu yang telah
disepakati oleh LKS dan nasabah.
c) Akad tersebut sesuai dengan syariah Islam, DSN memandang perlu
menetapkan fatwa tentang akad qardh untuk dijadikan pedoman oleh LKS.
Transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qardh merupakan salah
satu bentuk pembiayaan atau penyaluran dana oleh bank syariah kepada nasabah
penerima fasilitas (debitur).38 Aplikasi qardh dalam perbankan biasanya dalam
empat hal, yaitu:
a) Sebagai pinjaman talangan haji, dimana nasabah calon haji diberikan
pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji.
Nasabah akan melunasinya sebelum keberangkatannya ke haji.
38 Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, h. 222
28
b) Sebagai pinjaman tunai (cash advanced) dari produk kartu kredit syariah,
dimana nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai milik bank
melalui ATM. Nasabah akan mengembalikannya sesuai waktu yang
ditentukan.
c) Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, dimana menurut perhitungan
bank akan memberatkan pengusaha bila diberikan pembiayaan dengan
skema jual beli, ijarah, atau bagi hasil.
d) Sebagai pinjaman kepada pengurus bank, dimana bank bank menyediakan
fasilitas ini untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus bank.
Pengurus bank akan mengembalikan dana pinjaman itu secara cicilan
melalui pemotongan gajinya.39
b. Rukun dan Syarat Qardh
Rukun dari akad qardh yang harus dipenuhi dalam transaksi antara lain:
1) Pelaku akad, yaitu muqtaridh (peminjam), pihak yang membutuhkan dana,
dan muqridh (pemberi pinjaman), pihak yang memiliki dana
2) Objek akad, yaitu qardh (dana)
3) Tujuan, yaitu „iwad atau countervalue berupa pinjaman tanpa imbalan
(pinjam Rp.X,- dikembalikan Rp.X,-); dan
4) Sighat, yaitu ijab dan kabul.
39 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, h. 106
29
Sedangkan syarat dari akad qardh yang harus dipenuhi dalam transaksi yaitu,
kerelaan kedua belah pihak dan dana digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat
dan halal.
Pinjaman qardh biasanya diberikan oleh bank kepada nasabahnya sebagai
fasilitas pinjaman talangan pada saat nasabah mengalami over-draft. Fasilitas ini
merupakan bagian dari satu paket pembiayaan lain, untuk memudahkan nasabah
bertransaksi.40
c. Dasar Hukum Qardh
Dasar hukum transaksi pembiayaan berdasarkan akad qardh antara lain
berdasarkan Al-Quran:
“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah SWT pinjaman yang baik,
maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman untuknya dan dia akan
memperoleh pahala yang banyak.”(Al-Hadid: 11)
40 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, h. 48
30
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan
dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.”(Al Baqarah:
245)
Dasar hukum qardh berdasarkan Hadits:
Hadits riwayat Ibnu Majah41
“Anas bin malik berkata, berkata Rasulullah SAW: aku melihat pada waktu
malam di isra‟-kan, pada pintu surga tertulis: shadaqah dibalas 10 kali lipat dan
qardh 18 kali. Aku bertanya: “Wahai jibril mengapa qardh lebih utama dari
sedekah? Ia menjawab: Karena peminta-minta sesuatu dan ia punya, sedangkan
yang meminjam tidak akan meminjam kecuali karena keperluan.”
Dari hadits terebut dapat disimpulkan bahwa memberikan pinjaman kepada
orang lain yang membutuhkan lebih utama daripada orang yang bersedekah.
Allah SWT akan lebih banyak melipatgandakan kepada orang yang
meminjamkan hartanya di jalan Allah daripada orang yang bersedekah karena
seseorang tidak akan meminjamkannya jika dia benar-benar membutuhkannya.
41 Anisy Kurlillah, Kajian Muamalah, artikel ini dipublikasikan pada 7 Desember 2011 dan
diakses pada 19 April 2014 dari http://caknenang.blogspot.com/2011/12/normal-O-false-false-false-en-
us-x-none.html
31
Selain itu menurut Pasal 19 ayat (1) huruf e dan ayat (2) huruf e serta pasal
21 huruf b angka 3 UU Perbankan Syariah, Fatwa Dewan Syariah Nasional
No. 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang Qardh, PBI No. 7/6/PBI/2005 tentang
Transparasi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah
beserta ketentuan perubahannya dan PBI No. 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan
Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana
serta Pelayanan Jasa Bank Syariah berikut perubahannya dengan PBI No.
10/16/PBI/2008.
Perlakuan Akuntansi terhadap transaksi pembiayaan berdasarkan akad qardh
berpedoman kepada PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah dan
PAPSI yang berlaku. Serta pembiayaan berdaarkan akad qardh berlaku bagi
Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah.42
42
Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, h. 227
32
d. Skema Pembiayaan Qardh
Tenaga Kerja Modal 100%
Kembali Modal
Gambar 2.1. Skema Qardh
Dalam pembiayaan berdasarkan akad qardh, bank bertindak sebagai penyedia
dana untuk memberikan pinjaman (qardh) kepada nasabah berdasarkan
kesepakatan. Bank dilarang dengan alasan apapun untuk meminta pengembalian
pinjaman melebihi jumlah nominal yang sesuai akad. Bank juga dilarang
membebankan biaya apapun atas penyaluran pembiayaan atas dasar qardh,
kecuali biaya administrasi dalam batas kewajaran. Pengembalian jumlah
pembiayaan atas dasar qardh harus dilakukan oleh nasabah pada waktu yang
telah disepakati. Dalam hal nasabah digolongkan mampu, namun tidak
mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada waktu yang
telahdisepakati, maka bank dapat memberikan sanksi sesuai syariah dalam
rangka pembinaan nasabah.43
43 Saefuddin Arif, dan AH. Azharuddin Lathif, Kontrak Bisnis Syariah, h. B-14
Perjanjian Qardh
Nasabah Bank
Proyek Usaha
Keuntungan
33
Berdasarkan fatwa DSN No. 19/DSN-MUI/IV/2001 tanggal 18 April 2001
tentang qardh, bank syariah dapat meminta jaminan kepada nasabah bila
dipandang perlu. Nasabah qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan)
dengan sukarela kepada bank selama tidak diperjanjikan dalam akad. Sanksi
yang dijatuhkan kepada nasabah dapat berupa dan tidak terbatas pada penjualan
barang jaminan. Jika barang jaminan tidak mencukupi, nasabah tetap harus
memenuhi kewajibannya secara penuh.
Dengan memperhatikan pengertian fatwa di atas, dapat disimpulkan bahwa
pada dasarnya pinjaman dana dalam transaksi dengan akad qardh adalah
pinjaman kebajikan (benevolent loan). Dalam transaksi ini bank syariah berperan
sebagai lembaga sosial yang dapat meningkatkan perekonomian nasabahnya
secara maksimal.44
3. Ijarah
a. Pengertian Ijarah
Transaksi non-bagi hasil selain yang berpola jual beli adalah transaksi berpola
sewa atau ijarah. Ijarah biasa juga disebut sewa, jasa, atau imbalan.45Ijarah
adalah transaksi sewa-menyewa atas suatu barang dan/ atau jasa antara pemilik
objek sewa termasuk kepemilikan hak pakai atas objek sewa dengan penyewa
untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan.
44 Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, h. 126
45
Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, h. 99
34
Fatwa DSN No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan Ijarah.
Memberikan pengertian akad ijarah yaitu akad pemindahan hak guna (manfaat)
atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.
Berdasarkan penjelasan mengenai akad ijarah dalam Undang-Undang
Perbankan Syariah dan penjelasan dalam fatwa DSN terkait pembiayaan
berdasarkan akad ijarah dapat dipahami bahwa dalam pembiayaan ijarah, bank
tidak perlu membeli dan membalik nama objek sewa yang akan dibiayai dengan
fasilitas pembiayaan ijarah tersebut.46 Ada dua jenis ijarah dalam hukum Islam,
yaitu:
1) Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu mempekerjakan jasa
seseorang dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa. Pihak yang
mempekerjakan disebut musta‟jir, pihak pekerja disebut ajir, upah yang
dibayarkan disebut ujrah.
2) Ijarah yang berhubungan dengan sewa aset atau properti, yaitu
memindahkan hak untuk memakai dari aset atau properti tertentu kepada
orang lain dengan imbalan biaya sewa. Bentuk ijarah ini mirip dengan
leasing (sewa) di bisnis konvensional. Pihak yang menyewa (lessee)
disebut musta‟jir, pihak yang menyewakan (lessor) disebut mu‟jir/muajir,
sedangkan biaya sewa disebut ujrah.
46 Ibid, h. 100
35
Ijarah bentuk pertama banyak diterapkan dalam pelayanan jasa perbankan
syariah. Sementara itu, ijarah bentuk kedua biasa dipakai sebagai bentuk
investasi atau pembiayaan di perbankan syariah.47
b. Rukun dan Syarat Ijarah
Rukun dari akad ijarah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa,
yaitu:
1) Pelaku akad, yaitu musta‟jir (penyewa) adalah pihak yang menyewa aset,
dan mu‟jir/muajir (pemilik) adalah pihak pemilik yang menyewakan aset.
2) Objek akad, yaitu ma‟jur (aset yang disewakan), dan ujrah (harga sewa).
3) Sighat, yaitu ijab dan kabul.48 Ijab kabul antara mu‟jir dan musta‟jir
Syarat-syarat ijarah adalah sebagai berikut:
1) Hendaklah barang yang menjadi objek akad sewa-menyewa dan upah-
mengupah dapat dimanfaatkan kegunaannya.
2) Hendaklah benda-benda yang objek sewa-menyewa dan upah-mengupah
dapat diserahkan kepada penyewa dan pekerja berikut kegunaanya (khusus
dalam sewa-menyewa).
3) Manfaat dari benda yang disewa adalah perkara yang mubah (boleh)
menurut syara‟, bukan hal yang dilarang (diharamkan).
47 Ibid, h. 99
48
Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, h. 101
36
4) Benda yang disewakan disyaratkan kekal „ain (zat)-nya hingga waktu yang
ditentukan menurut perjanjian dalam akad.49
Sedangkan dua hal harus diperhatikan dalam penggunaan ijarah sebagai bentuk
pembiayaan. Pertama, beberapa syarat harus dipenuhi agar hukum-hukum
syariah terpenuhi, dan yang pokok adalah:
1) Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh aset yang disewakan tersebut
harus tertentu dan diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak.
2) Kepemilikan aset tetap pada yang menyewakan yang bertanggung jawab
atas pemeliharaannya sehingga aset tersebut terus dapat memberi manfaat
kepada penyewa.
3) Akad ijarah dihentikan pada aset yang beersangkutan berhenti memberikan
manfaat kepada penyewa. Jika aset tersebut rusak dalam periode kontrak,
akad ijarah masih tetap berlaku.
4) Aset tidak boleh dijual kepada penyewa dengan harga yang ditetapkan
sebelumnya pada saat kontrak berakhir. Apabila aset akan dijual, harganya
akan ditentukan pada saat kontrak berakhir.
Syarat-syarat diatas menyiratkan bahwa pemilik dana atau pemilik aset tidak
memperoleh keuntungan tertentu yang ditetapkan sebelumnya. Tingkat keuntungan
(rate of return) baru dapat diketahui setelahnya.
49 Sohari Sahrani & Ru‟fah Abdullah, Fikih Muamalah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 170
37
Kedua, sewa aset tidak dapat dipakai sebagai patokan tingkat keuntungan
dengan alasan:
1) Pemilik aset tidak mengetahui dengan pasti umur yang bersangkutan. Aset
hanya akan memberikan pendapatan pada masa produktifnya. Selain itu,
harga aset tidak diketahui apabila akan dijual pada saat aset tersebut masih
produktif.
2) Pemilik aset tidak tahu pasti sampai kapan aset tersebut dapat terus
disewakan selama masa produktifnya. Pada saat sewa pertama berakhir,
pemilik belum tentu langsung mendapatkan penyewa berikutnya. Apabila
sewa diperbaharui, harga sewa mungkin berubah mengingat kondisi
produktivitas aset yang mungkin telah berkurang.50
c. Dasar Hukum Ijarah
Dasar hukum transaksi pembiayaan berdasarkan akad ijarah antara lain
berdasarkan Al-Quran:
50 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, h. 101-102
38
“Tempatkanlah mereka (para isteri) dimana kamu bertempat tinggal menurut
kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan
(hati) mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah di talaq) itu sedang
hamil, maka berikanlah kepada mereka itu nafkahnya hingga mereka bersalin,
kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah
kepada mereka upahnya dan musyawarahkanlah diantara kamu (segala
sesuatu), dengan baik dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain
boleh menyusukan (anak itu) untuknya.” (QS. Al-Thalaq: 6)
”Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling
baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya.”(QS. Al-Qashash: 26)
Dasar hukum ijarah berdasarkan hadits adalah:
Hadits riwayat Bukhari dan Muslim:
“Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang
bekam itu.”
39
Hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud:
“Dahulu kami menyewa tanah dengan jalan membayar dari tanaman yang
tumbuh. Lalu Rasulullah melarang kami cara itu dan memerintahkan kami agar
membayarnya dengan uang mas atau perak.”51
Selain itu menurut pasal 19 ayat (1) huruf f dan ayat (2) huruf f serta Pasal 21
huurf b angka 4 UU Perbankan Syariah, Fatwa DSN No. 09/DSN-MUI/IV/2000
tentang pembiayaan Ijarah, serta PBI No. 7/6/PBI/2005 tentang Transparasi
Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah beserta ketentuan
perubahannya dan PBI No. 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah
dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa
Bank Syariah berikut perubahannya dengan PBI No. 10/16/PBI/2008.
Perlakuan Akuntansi terhadap transaksi pembiayaan berdasarkan akad ijarah
tersebut berpedoman kepada PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan
Syariah dan PAPSI. Pembiayaan berdasarkan akad ijarah sebagaimana uraian di
atas berlaku bagi Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah.52
51 Sohari Sahrani & Ru‟fah Abdullah, Fikih Muamalah, h. 169
52
Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, h. 217
40
d. Skema Pembiayaan Ijarah
3.Akad Pembiayaan Ijarah
Mu‟ajir 1. Permohonan Musta‟jir
2.Menyewa 4. Ijarah
Gambar 2.2. Skema Pembiayaan Ijarah
Keterangan gambar:
1) Nasabah mengajukan pembiayaan ijarah ke bank syariah.
2) Bank Syariah membeli/menyewa barang yang diinginkan oleh nasabah
sebagai objek ijarah, dari supplier/penjual/pemilik.
3) Setelah dicapai kesepakatan antara nasabah dengan bank mengenai
barang objek ijarah, tarif ijarah, periode ijarah dan biaya
pemeliharaannya, maka akad pembiayaan ijarah ditandatangani. Nasabah
diwajibkan menyerahkan jaminan yang dimiliki.
4) Bank menyerahkan objek ijarah kepada nasabah sesuai akad yang
disepakati. Setelah periode ijarah berakhir, nasabah mengembalikan
objek ijarah tersebut kepada bank.
Nasabah Bank Syariah
Supplier/Pemilik/Penjual Objek Ijarah
41
5) Bila bank membeli objek ijarah tersebut (al-bai‟ wal ijarah), setelah
periode ijarah berakhir objek ijarah tersebut disimpan oleh bank sebagai
aset yang dapat disewakan kembali. Sedangkan, bila bank menyewa objek
ijarah tersebut (al-Ijarah wal ijarah, atau ijarah parallel). Setelah periode
ijarah berakhir objek ijarah tersebut dikembalikan oleh bank kepada
supplier/penjual/pemilik.53
Dalam transaksi pembiayaan berdasarkan akad ijarah, bank wajib
menyediakan dana untuk merealisasikan penyediaan objek sewa yang dipesan
nasabah. Pengembalian atas penyediaan dana bank oleh nasabah dapat dilakukan
baik dengan angsuran maupun sekaligus. Pengembalian atas penyediaan dana
bank tersebut tidak dapat dilakukan dalam bentuk piutang maupun dalam bentuk
pembebasan utang.
Fatwa DSN No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah tidak
menyatakan adanya agunan terhadap pembiayaan berdasarkan akad tersebut,
namun mengingat penyaluran dana oleh bank syariah berdasarkan akad tersebut
juga harus layak, maka bank wajib berpedoman kepada ketentuan Pasal 23 UU
Perbankan Syariah. Dalam pasal 23 tersebut antara lain ditegaskan bahwa bank
wajib melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal,
agunan, dan prospek usaha calon nasabah penerima fasilitas.54
53 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Bank Islam, h. 146-147
54
Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, h. 214
42
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembiayaan
ijarah, berdasarkan ketentuan Pasal 23 UU Perbankan Syariah tentang
Kelayakan Penyaluran Dana, adanya agunan tambahan pada dasarnya
diwajibkan.
Dalam pembiayaan ijarah, barang yang disewa oleh nasabah bukan milik
nasabah, karena itu secara yuridis nasabah tidak bisa menjadikan objek sewa
tersebut sebagai agunan. Fatwa DSN tentang ijarah menyebutkan bahwa
kewajiban LKS (bank syariah) adalah menyediakan barang yang disewakan.
Berdasarkan fatwa tersebut dapat ditafsirkan bahwa bank tidak perlu memiliki
objek sewa. Apabila objek sewa tersebut milik pihak ketiga dan bukan milik
Negara/pemda, maka objek sewa dimungkinkan menjadi agunan atas pembiayaan
ijarah atau jaminan pihak ketiga.55
E. Review Studi Terdahulu
Adapun studi terdahulu untuk penelitian yang akan saya lakukan melihat kepada
beberapa penelitian skripsi terdahulu, yaitu:
1. Analisis Manajemen Pembiayaan Dana Talangan Haji Pada PT. Bank
Syariah Mandiri Cabang Malang – (FE/Manajemen/UIN Malang 2010)
Skripsi ini membahas manajemen pembiayaan dana talangan haji untuk
membantu nasabah mendapatkan porsi secara cepat serta membahas prinsip
55Ibid, h. 215
43
penyaluran dana (akad) pembiayaan yang dilakukan BSM Cabang Malang. Jenis
penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan mengumpulkan data
melalui wawancara dengan pihak terkait dan studi pustaka.
2. Keunggulan Kompetitif Produk Tabungan Haji Bank Syariah (BMI, BSM
dan DKI Syariah) – Suhaeti (FSH/Muamalat/Perbankan Syariah 2011)
Penelitian ini fokus kepada keunggulan kompetitif produk tabungan haji yang
dikeluarkan bank syariah di tiga bank yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank
Syariah Mandiri dan Bank DKI Syariah. Jenis penelitian ini adalah deskriptif
dengan mengumpulkan data melalui wawancara dengan pihak terkait dan studi
pustaka.
Skripsi ini membahas mengenai fatwa DSN No. 29 tentang pengurusan haji oleh
LKS yang didasarkan melalui prespektif ushul fiqh, serta mekanisme
pembiayaan dana talangan haji pada Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH). Jenis
penelitian ini adalah deskriptif dengan mengumpulkan data melalui wawancara
dengan pihak terkait dan studi pustaka.
3. Aplikasi Akad Ijarah (Multijasa) dalam Pembiayaan Talangan Umroh pada
Bank Muamalat Indonesia Cabang Fatmawati – Nuzulur Rohman
(FSH/Muamalat/Perbankan Syariah 2012)
Skripsi ini membahas tentang aplikasi akad ijarah yang digunakan Bank
Muamalat Indonesia dalam pembiayaan talangan umrah, serta membahas
44
kesesuaian akad dengan ketentuan dari fatwa DSN dan Peraturan Bank
Indonesia.
Dengan melihat review studi terdahulu diatas, maka dalam penelitian ini yang
menjadi fokus penulis yaitu perbandingan keunggulan dua produk antara dana
talangan haji dan talangan umroh pada Bank Muamalat Indonesia.
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Metode adalah suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai
langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodelogi ialah suatu pengkajian dalam
mempelajari peraturan-peraturan suatu metode. Dengan demikian, metode penelitian
ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam
penelitian.56
Ruang lingkup metode penelitian dari skripsi ini akan membahas
berbagai aspek yang berkaitan dengan pembiayaan dana talangan haji dan dana
talangan umroh pada Bank Muamalat Indonesia.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang dilakukan berdasarkan paradigm, strategi dan
implementasi model secara kualitatif. Istilah penelitian kualitatif dimaksudkan
sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur
statistik atau bentuk hitungan lain. Contohnya, dapat berupa penelitian tentang
kehidupan, riwayat dan perilaku seseorang, peranan organisasi, gerakan sosial,
atau hubungan timbal balik. Sebagai datanya dapat dihitung sebagaimana data
56 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1998), Cat. II, h. 42
46
sensus, namun analisisnya bersifat kualitatif.57
Metode kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data yang bersifat deskriptif, yakni penelitian yang
menggambarkan data dan informasi yang diperoleh peneliti dengan pengamatan
langsung yang bersifat interaktif dan memaparkan sesuai data yang di dapat.
Sedangkan penelitian deskriptif yaitu mencatat secara teliti segala gejala-gejala
atau fenomena yang dilihat, di dengar dan dibacanya (melalui wawancara, foto,
video, tape, dokumen pribadi, brosur, dan lain-lain).
Peneliti juga membanding-bandingkan, mengkombinasikan dan menarik
kesimpulan.58
Kemudian penelitian kualitatif ini merupakan proses penelitian
yang berkesinambungan sehingga tahap pengumpulan data, pengolahan data dan
analisis data dilakukan secara bersamaan selama proses penelitian.59
Penulis
melakukan penelitian di lapangan langsung mengenai perbandingan produk dana
talangan haji dan talangan umroh pada Bank Muamalat Indonesia.
C. Sumber Data Penelitian
Yang dimaksud dengan sumber data adalah subyek darimana data diperoleh.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan sumber data yaitu:
57 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) h. 20
58
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tasiti, 1989)
59
Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan,
(Jakarta: Kencana, 2011) h. 172
47
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek peneliti
perorangan, kelompok dan organisasi.60
Dalam hal ini data yang diperoleh dari
hasil wawancara dari salah satu officer Bank Muamalat Indonesia.
2. Data sekunder, yaitu memperoleh data dalam bentuk yang sudah jadi (tersedia)
melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan di berbagai organisasi atau
perusahaan, termasuk majalah jurnal, khusus pasar modal, perbankan dan
keuangan.61
Dalam hal ini data sekunder yang diperoleh adalah catatan-catatan
dan literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku serta sumber lainnya yang
berkaitan dengan dana talangan haji dan umroh.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat ditempuh dengan berbagai metode diantaranya yaitu,
penggunaan bahan dokumen, observasi/pengamatan, wawancara, penggunaan
pengalaman individu, questioner (angket), penggunaan projektif tes.62
Untuk
kepentingan penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan teknik:
a. Dokumentasi, metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang
menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan
60 Rosadi Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2003), h. 29
61
Ibid, h. 30
62
Afifi Fauzi Abbas, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Adelina Bersaudara, 2010), h. 82
48
perkiraan.63
Studi dokumentasi ini dilakukan untuk memperoleh dan
memahami konsep dan teori serta ketentuan-ketentuan tentang pembiayaan
perbankan, fatwa DSN tentang dana talangan haji dan umroh, akad qardh
dan ijarah serta data yang diperoleh dari Bank Muamalat Indonesia. Selain
itu, penelitian kepustakaan yang diperoleh dari literatur dan referensi yang
berhubungan dengan judul skripsi.
b. Wawancara, yaitu percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak,
pewawancara (interviewer) sebagai pengaju atau pemberi pertanyaan dan
yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan
itu.64
Metode wawancara dianggap sebagai metode yang paling efektif dalam
pengumpulan data primer di lapangan, karena interviewer dapat bertatap
muka langsung. Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara
langsung kepada narasumber yaitu salah satu officer dari Bank Muamalat
Indonesia yang bertugas menangani masalah pembiayaan, sehingga penulis
memperoleh informasi langsung tentang perbandingan produk antara dana
talangan haji dan umroh. Kemudian jawaban yang diperoleh dari narasumber
dicatat atau direkam agar jawaban yang dibutuhkan lengkap, tanpa ada
kekurangan ataupun kekeliruan. Hasil wawancara ini diharapkan dapat
memberikan gambaran dalam comparative advantage produk dana talangan
haji dan talangan umroh di Bank Muamalat Indonesia.
63 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 158
64
Ibid, h. 127
49
E. Objek Penelitian
Objek penelitian ini ditetapkan khusus pada Kantor Pusat Bank Muamalat
Indonesia yang berada di Jl. Jendral Sudirman Kav.2 Jakarta Pusat. Telp. 5006001.
Penelitian ini diarahkan untuk mengumpulkan data yang mendukung untuk
menjawab permasalahan yang telah diungkap diatas. Penelitian ini khususnya
diarahkan pada bidang-bidang produk pembiayaan.
F. Metode Analisis
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam
catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar dan sebagainya.65
Metode data yang akan dipergunakan adalah analisa kualitatif, yaitu analisa
terhadap data yang diperoleh, yang sulit diukur dengan angka.66
Dalam mengolah dan menganalisis data, digunakan metode yang bersifat
deskriptif, yaitu dengan cara menggambarkan mekanisme dari dana talangan haji
dan talangan umroh, perbedaan dari kedua produk serta keunggulan dari masing-
masing produk yaitu antara dan talangan haji dan talangan umroh.
65 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), h.
190
66
Tesis Nengah Reza Narendra Putra, Perjanjian Kredit Mobil Melalui Lembaga Pembiayaan PT
Oto Multiartha Cabang Semarang, 2006, h. 42
50
Mengelompokan atau memisahkan komponen atau bagian yang relevan dari
keseluruhan data, juga merupakan salah satu bentuk analisis untuk menjadikan data
mudah dikelola. Pengaturan, pengurutan atau manipulasi data bisa memberikan
informasi deskriptif yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan
masalah. Selanjutnya hasil analisis tersebut dituangkan secara sistematis dalam
bentuk karya ilmiah.
G. Teknik Penulisan Skripsi
Dalam teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam
menyusun skripsi ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah
berdasarkan pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012”
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh di Bank Muamalat Indonesia
1. Produk Dana Talangan Haji di Bank Muamalat Indonesia
Dalam hal pembiayaan, Bank Muamalat Indonesia mengeluarkan produk dengan
nama dana talangan porsi haji, yaitu pinjaman dari bank kepada nasabah yang
ditujukan untuk membantu mendapatkan porsi keberangkatan haji lebih awal,
meskipun saldo tabungan haji calon nasabah belum mencapai syarat pendaftaran
porsi.
Dalam fatwa DSN-MUI No: 29/DSN-MUI/VI/2002 tentang pengurusan haji
oleh LKS dijelaskan bahwa orang tersebut tetap berada dalam koridor istitha‟ah
(sanggup atau mampu) untuk melunasinya dalam waktu yang disepakati karena bila
calon nasabah hanya mengandalkan keinginan semata tanpa disertai kesanggupan
untuk melunasinya, berarti nasabah tersebut telah memaksakan diri, padahal ibadah
haji haruslah dilaksanakan secara ikhlas dan sesuai kesanggupannya.
52
Jumlah Nasabah Talangan Haji Bank Muamalat Indonesia
(Maret – Mei 2014)
Produk Maret 2014 Mei 2014
NoA 14.120 11.356
Outstanding 293.048 Milyar 229.160 Milyar
Tabel 4.1. Sumber: Bank Muamalat Indonesia (data diolah)
Pada periode Maret-Mei 2014, jumlah nasabah di BMI mengalami penurunan
sebesar 2.764 dikarenakan meningkatnya minat nasabah untuk beribadah haji tetapi
kurangnya dana yang dimiliki nasabah sehingga bank masuk dalam kolektibilitas
lima yaitu dikategorikan ke dalam kredit macet. Ini disebabkan masih manyak
nasabah-nasabah BMI sekarang yang jangka waktu pembiayaannya diatas atau lebih
dari satu tahun, maka BMI harus melakukan konsolidasi yang sementara ini BMI
belum pasarkan kembali produk dana talangan haji. Begitu pula pada nilai
outstanding BMI mengalami penurunan sebesar 63.888 Milyar. Adapun mekanisme
pelaksanaan pembiayaan produk adalah sebagai berikut:
Jika calon nasabah ingin berangkat haji, ada dua kali pembayaran ke pemerintah.
Yang pertama talangan untuk porsi haji dan yang kedua untuk pelunasannya.
Persyaratan umum dalam mengajukan dana talangan haji BMI di peruntukkan untuk
perorangan (WNI) cakap hukum dengan semua jenis pekerjaan: karyawan tetap,
53
karyawan kontrak, wiraswasta, guru, dokter dan profesional lainnya. Berusia minimal
21 tahun atau maksimal 55 tahun pada saat jatuh tempo pembiayaan.
Setelah dicapai kesepakatan antara nasabah dan BMI mengenai jumlah
pembiayaan talangan, bank dan nasabah melakukan perjanjian kepada nasabah
menggunakan akad qardh. Misalnya pada periode berangkat di tahun 2017, nasabah
mendaftar ke KEMENAG atau datang ke bank syariah yang menerima setoran dana
haji pada tahun 2013 mempunyai jangka waktunya yang lama. Bisa saja nasabah
tersebut mendapatkan talangan di awal pendaftaran untuk membeli porsi sebesar
Rp25.000.000 lalu BMI membayarkan kepada pemerintah, inilah yang BMI talangi
sebenarnya. Kemudian setelah uangnya masuk ke rekening haji, bank langsung
menginput ke dalam fasilitas SISKOHAT (Sistem Informasi Komputerisasi Haji
Terpadu).
Sedangkan jika dalam pembiayaan, nasabah datang ke BMI, meminta
pembiayaan ke bank maksimum Rp24.500.000. BMI menyediakan uang muka
Rp500.000. Uang muka sebesar Rp500.000 disetor dan pembiayaannya langsung
cair, nanti terkumpulah sebesar Rp25.000.000, bank menginput di SISKOHAT.
Setelah diinput, nasabah langsung mendapat nomor porsi 123XXX, kemudian uang
yang ada di rekening sebesar Rp25.000.000 dipindahkan ke rekening KEMENAG,
karena BMI mempunyai ketentuan sesuai dengan peraturan dari KEMENAG. Maka
nasabah di bulan Juni 2016 harus lunas pembiayaannya. Jadi hanya untuk talangan
54
porsi saja, dan talangan porsi ini harus lunas dalam waktu setahun. Kalau nasabah
tidak bisa melunasi, maka bisa dibatalkan juga atau biasanya jangka dua minggu
KEMENAG mengumumkan di media pelunasan dilakukan tanggal sekian sampai
sekian, jika nasabah tidak melakukan pelunasan juga bisa dibatalkan porsinya. Akad
qardh menurut peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005 diartikan sebagai
pinjam meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam
mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam waktu tertentu.
BMI hanya dapat margin/keuntungan dari biaya administrasinya yaitu sebesar
Rp2.000.000, yaitu kurang dari 10%. Oleh karena itu BMI tidak boleh mengambil
lebih besar dari total talangan.
Persyaratan Administratif untuk Pengajuan:
1. Memiliki Tabungan Haji Arafah dengan saldo minimum Rp2.075.000
2. Formulir permohonan pembiayaan untuk individu
3. Fotocopy KTP dan Kartu Keluarga
4. Fotocopy Surat Nikah (bila sudah menikah)
5. Asli slip gaji & surat keterangan kerja (untuk pegawai/karyawan)
6. Fotocopy mutasi rekening buku tabungan/statement giro 3 bulan terakhir
7. Fotocopy rekening telepon dan listrik 3 bulan terakhir
8. Laporan keuangan atau laporan usaha (bagi wiraswasta dan profesional)
55
Fitur Unggulan67
:
1. Jangka waktu pinjaman 12 bulan
2. Plafond pinjaman yang besar hingga Rp 24.500.000
3. Pelunasan sesuai pokok pinjaman (tanpa marjin/kelebihan atas pokok)
4. Biaya administrasi hanya dikenakan sekali didalam satu periode pembiayaan
5. Tanpa biaya asuransi jiwa
6. Pelunasan sebelum jatuh tempo tidak dikenakan denda
Fitur Umum:
1. Berdasarkan prinsip syariah dengan akad al-qardh (pinjaman)
2. Fasilitas angsuran secara autodebet dari Tabungan Haji Arafah
Nomor porsi untuk haji tidak dapat diperjualbelikan ke travel atau pihak
manapun. Nasabah yang memperoleh porsi hanya yang mendaftar ke bank penerima
setoran haji yang diinput melalui sebuah sistem. Sebagai contoh, pada tanggal 11 Juni
2014 nasabah I mendaftar haji dan mendapat nomor porsi 123XXX10, kemudian
pada tanggal 12 Juni 2014, nasabah II juga mendaftar haji danmendapat nomor porsi
123XXX50. Dari nomor porsi saja sudah terdapat perbedaan yang cukup jauh meski
waktu pendaftaran antara nasabah I dengan nasabah II hanya berkisar satu hari, maka
ada kemungkinan waktu keberangkatan kedua nasabah tersebut tidak bisa dilakukan
bersamaan. Terkadang, selang waktu pendaftaran yang hanya berkisar satu menit pun
67 Website BMI, Artikel ini diakses pada 1 Juni 2014 di
http://www.muamalatbank.com/home/produk/pembiayaan_talangan_haji#
56
dapat memberikan perbedaan waktu keberangkatan haji yang signifikan terhadap
kedua nasabah tersebut. Bisa saja nasabah I mendapat jadwal keberangkan tahun
2014, sedangkan nasabah II mendapat jadwal keberangkatan pada tahun berikutnya.68
Hal ini dikarenakan semua bank syariah yang menerima pendaftaran haji harus
berebut porsi untuk dimasukkan ke Sistem Informasi Komputerisai Haji Terpadu
(SISKOHAT). Jika kedua nasabah ingin berangkat haji di waktu yang bersamaan,
maka keduanya pun harus melakukan pendaftaran haji di hari dan waktu yang
bersamaan pula. Keberangkatan haji adalah 10% dari jumlah penduduk ditetapkan di
Saudi Arabia, kurang lebih 1% pemberangkatan haji merata di tiap daerah.69
Terkait dengan peraturan KEMENAG bahwa, talangan haji hanya boleh
diberikan dengan jangka waktu satu tahun. Akan tetapi masih manyak nasabah-
nasabah BMI sekarang yang jangka waktunya diatas atau lebih dari satu tahun, maka
BMI harus melakukan konsolidasi yang sementara ini belum pasarkan kembali
produk dana talangan haji. BMI sedang mereview pada semester 1 tahun 2014 apakah
produk tersebut dipasarkan lagi atau tidak. BMI melakukan konsolidasi di internal
untuk dibuat mekanisme yang lebih baik dikarenakan adanya risiko tidak boleh
diperpanjang.
68 Wawancara pribadi dengan Bapak Yayat Taryadi di Bank Muamalat Indonesia (Consumer
Finance Division) tanggal 13 Juni 2014
69 Ibid
57
2. Produk Dana Talangan Umroh Bank Muamalat Indonesia
Bank Muamalat Indonesia mengeluarkan produk dana talangan umroh dengan
nama Pembiayaan Muamalat Umroh yaitu produk pembiayaan yang akan membantu
untuk beribadah Umroh dalam waktu yang segera diperuntukkan bagi pemohon yang
memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh bank. Dalam hal ini, BMI bekerjasama
dengan banyak biro jasa atau travel. Adapun pembiayaan talangan umroh adalah
fasilitas pembiayaan berdasarkan akad ijarah (sewa jasa), karena ijarah sendiri bisa
untuk sewa barang atau sewa jasa.
Produk talangan umroh ini yang disewakan adalah jasa, jasa pemberangkatan
umrohnya karena posisi BMI tidak memberikan jasa umrohnya, yang memberikan
jasa umroh hanya travel atau biro jasa haji/umroh. Oleh karena itu, dalam ketentuan
produknya dengan akad ijarah ini, bank harus bekerjasama dengan biro jasa atau
travel. Jadi, BMI membayarkan ke travel tersebut lalu jasanya disewakan ke nasabah.
Pola sederhananya, jika nasabah yang memiliki barang atau memiliki jasa.
Katakanlah A mempunyai jasa untuk menyelesaikan skripsi misalnya dalam proses
pengetikan. Lalu B melakukan sewa jasa kepada A, yaitu sewa jasa menggunakan
akad ijarah. Kemudian jika pada posisi bank yang tidak memiliki jasa yang akan
disewakan tersebut, maka bank harus menggandeng pihak ketiga yaitu travel.70
70 Ibid
58
BMI juga mempunyai perjanjian kerjasama yaitu antara bank dengan travel.
Bank menyediakan uang yang dibayarkan kepada pihak travel, kemudian travel
memberikan jasa kepada nasabah. Bank dan nasabah berakad ijarah. Jadi yang
disewakan adalah jasa keberangkatan umrohnya. Sama seperti halnya kalau bank
membiayai jasa untuk biaya pendidikan, karena bank tidak memiliki jasa
pendidikan tersebut, oleh karena itu bank harus bekerjasama dengan lembaga
pendidkan seperti perguruan tinggi, dll. Berikut ini, penulis memberikan hasil
laporan jumlah nasabah pada periode Maret 2014:
Jumlah Nasabah Talangan Umroh Bank Muamalat Indonesia
(Maret 2014)
Produk Maret 2014
NoA 607
Outstanding 15.161 Miyar
Tabel 4.2. Sumber: Bank Muamalat Indonesia (data diolah)
Pada periode terakhir Maret 2014, jumlah nasabah BMI sebesar 607 dengan
jumlah pembiayaan yang dikeluarkan pada talangan umroh sebesar 15.161 Milyar.
Jadi, dapat diketahui bahwa dari kedua produk talangan, yang lebih banyak jumlah
nasabahnya adalah pada dana talangan haji.
59
Fitur Umum:
1. Berdasarkan prinsip syariah dengan akad ijarah (sewa jasa)
2. Bagi pasangan suami istri pengakuan kemampuan angsuran dilakukan secara
terpisah
3. Pendaftaran umroh dilakukan melalui travel rekanan Bank Muamalat Indonesia
4. Memberikan ketentraman bagi anda dan keluarga karena anda dilindungi oleh
asuransi jiwa selama masa pembiayaan
5. Fasilitas angsuran secara autodebet dari Tabungan Muamalat.
Persyaratan Administratif Untuk Pengajuan:
1. Formulir permohonan pembiayaan untuk individu
2. Fotocopy KTP dan Kartu Keluarga
3. Fotocopy Surat Nikah (bila sudah menikah)
4. Asli slip gaji & surat keterangan kerja sebagai pegawai tetap
5. Fotocopy mutasi rekening buku tabungan/statement giro 3 bulan terakhir
6. Fotocopy rekening telepon dan listrik 3 bulan terakhir
7. Menentukan biaya paket umroh yang diajukan dan perusahaan travel yang
digunakan.
60
Adapun mekanisme pelaksanaan pembiayaan produk talangan umroh adalah sebagai
berikut:
1. Persyaratan umum dalam mengajukan pembiayaan
a) Perorangan (WNI) dengan status pekerjaan karyawan tetap
b) Berusia minimal 21 tahun atau maksimal 55 tahun
2. Secara garis besar, tahapan yang akan dilalui nasabah yang hendak mengajukan
talangan umroh ada 4 tahap, yaitu:
a) Tahap permohonan pengajuan talangan umroh. Nasabah mengajukan ke
bank untuk pembiayaan umroh. Bisa dua model, bisa nasabah sudah
menunjuk travel umrohnya atau bank yang menyarankan nasabah untuk
menggunakan travel yang sudah bekerjasama dengan BMI. Jika nasabah
sudah menunjuk travel umrohnya, tetapi pihak travel belum mengadakan
kerjasama dengan bank, oleh karena itu bank harus mengadakan kerjasama
dulu, artinya belum bisa dilakukan. Jika ternyata pihak travel belum bisa
bekerjasama dengan bank, katakanlah misalnya ada kendala-kendala
tertentu, maka BMI menyarankan nasabah tersebut menggunakan travel
umroh yang sudah bekerjasama karena harus memenuhi konsep yang syariah
yaitu konsep sewa-menyewa/ijarah karena BMI tidak menyediakan jasanya.
b) Tahap analisa. Pihak travel ini memberikan penawaran ke nasabah biasanya
dengan berbagai macam paket perjalanan umrohnya, ketika nasabah tersebut
menyetujui, katakanlah US 1.200 atau di ekuivalenkan menjadi Rp15.000.000,
61
diketentuan BMI nasabah wajib memberikan uang muka minimal 30%,
pembiayaannya 70%.
c) Tahap persetujuan. Setelah BMI menyetujui untuk membeli paket umroh
tersebut dari Travel Agent. Pihak BMI dan nasabah melakukan perjanjian
dengan mengikatkan diri untuk menyediakan fasilitas Pembiayaan Paket
Umroh. Kemudian setelah nasabah mendapatkan pelayanan dari travel,
termasuk di dalamnya yang terdiri dari pengurusan visa, pembuatan passport
bagi yang belum mempunyai, dan pengurusan lain-lain. Nasabah mendapatkan
semua jasa yang ditawarkan dari travel ini, nasabah bisa berangkat.
d) Tahap terakhir, berupa penandatanganan akta jual beli dengan menggunakan
akad ijarah. Selanjutnya, nasabah dapat mengangsur setiap bulan dengan
model angsuran tetap setiap bulan hingga lunas, maksimum jangka waktu
36 bulan. Lalu, uang muka minimal 30%, pembiayaan ke bank maksimal
70% dan maksimal fasilitas adalah sebesar Rp35.000.000. Jika dilihat
sekarang ini paket umroh sangat bervariasi ada yang murah dan ada yang
mahal seperti misalnya ditambah dengan paket perjalanan wisata ke Timur
Tengah dll, tergantung dari pilihan paketnya karena setiap travel
mempunyai paket yang berbeda-beda. Oleh karena itu, BMI membatasi
maksimum pembiayaan sebesar Rp35.000.000.
62
B. Perbedaan Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh di Bank
Muamalat Indonesia
Perbedaan dari kedua produk ini memiliki banyak perbedaan yang di dapat dari
penelitian. Produk dana talangan umroh ternyata tidak disebut dengan talangan,
melainkan disebut dengan pembiayaan umroh karena ketika BMI memberikan
pembiayaan kepada nasabah, kemudian bulan depan nasabah berangkat untuk ibadah
umroh, maka setelah pulang dari ibadah umroh, nasabah bisa langsung mencicil
angsuran yang sudah disepakati. Artinya, pembiayaan dibayarkan bisa setelah
nasabah pulang. Sedangkan kalau talangan haji itu benar namanya dana talangan
karena pada saat nasabah akan berangkat ibadah haji harus dilunasi dulu seluruh
pembiayaannya, untuk itu BMI menalangi dulu karena konsep istitha‟ahnya yang
perlu ditekankan pada talangan haji.
Akad yang digunakan BMI pada produk dana talangan haji adalah qardh,
sedangkan untuk pembiayaan umroh akad yang digunakan adalah ijarah. BMI
menggunakan akad qardh karena produk ini sebenarnya tidak diperjualbelikan,
karena porsi ini milik pemerintah. Produk dana talangan haji hanya sebatas menalangi
untuk porsi hajinya saja, tidak bisa diperjualbelikan oleh KEMENAG. Jadi, semua
pendaftaran sifatnya sentralisasi menggunakan sistem, pihak biro jasa atau travel
tidak bisa membeli paket, yang paketnya bisa dijual kembali. BMI menyediakan slot
pembayaran pada talangan umroh, sedangkan pada talangan haji tidak ada. BMI
63
menggunakan akad qardh untuk talangan haji karena haji milik pemerintah, tidak
mungkin BMI bekerjasama dengan KEMENAG sebagai penyedia porsi.
C. Produk yang Lebih Menguntungkan dan Lebih Berisiko dalam Praktek
Pembiayaan di Bank Muamalat Indonesia
1. Produk yang Lebih Menguntungkan di Bank Muamalat Indonesia
Perbankan syariah semakin efektif dan efisien dalam menyalurkan pembiayaan.
Total aset pembiayaan pada semester 1 2013 menaik secara signifikan menjadi
47,9 triliun. Pertumbuhan aset ini membawa dampak positif pada posisi pangsa
pasar Muamalat dalam industri perbankan syariah di Indonesia. Membahas
keuntungan dari kedua produk tersebut dari segi financial, lebih menguntungkan
talangan umroh karena konsep qardh tidak boleh dikenakan margin atau tidak
boleh dikenakan ujroh.
Contohnya, jika A meminjamkan uang ke B sebesar Rp1.000.000, itu tidak
boleh dikenakan apapun. Setelah peminjaman selesai maka B harus mengembalikan
uang yang dipinjamnya tetap yaitu Rp1.000.000, tidak boleh dilebihkan atau
menambahkan kelebihan jadi Rp1.200.000. Sedangkan, kalau konsep sewa-
menyewa boleh, seperti murabahah (jual beli), bank boleh menambahkan
keuntungan dalam pembiayaan tersebut. Kalau menggunakan akad qardh tidak
boleh ditambahkan, bank hanya dapat keuntungan di biaya administrasi saja di
depan untuk pengurusan dan sebagainya yang nilainya lebih rendah. Sedangkan
64
kalau umroh, bank bisa kenakan ujroh/margin. Ibaratnya sama seperti jual beli,
contohnya, pihak travel menawarkan paket Rp12.000.000 untuk talangan umroh
lalu pihak bank bisa memberikan ke nasabah total paketnya menjadi Rp13.000.000,
pembiayaan ini boleh digunakan dengan akad ijarah. Tetapi kalau memakai akad
qardh tidak bisa karena sifatnya hanya meminjamkan, dan keuntungan yang
diterima BMI hanya biaya administrasinya saja kalau untuk talangan haji.
2. Produk yang Lebih Berisiko di Bank Muamalat Indonesia
Dalam setiap pembiayaan, pasti terdapat risiko yang dihadapi, apalagi produk
ini dua-duanya tanpa agunan. Kalau pihak bank menyatakan lebih berisiko mana
antara dana talangan haji dan talangan umroh dari sisi praktek pembiayaan saat ini,
tentu saja talangan haji yang lebih berisiko karena berkaitan dengan kebijakan
eksternal kebijakan pemerintah. Maksudnya, talangan haji hanya boleh diberikan
satu tahun, setelah satu tahun nasabah wajib membayar, kalau tidak bisa
membayar, bank tidak diperkenankan memperpanjang fasilitas. Ketika seorang
nasabah tidak boleh memperpanjang, otomatis bank harus membatalkan porsi haji
ke KEMENAG.
65
Risiko Pembiayaan Bank Muamalat Indonesia
(Diaudit Per Desember 2011-2012)
Aktiva Produktif 2012 2011
Aktiva Bermasalah 1,61% 1,82%
NPF Gross 2,09% 2,60%
NPF Net 1,81% 1,78%
Tabel 4.3. Sumber: Laporan Keuangan Bank Muamalat Indonesia
Pada periode Desember 2012 pembiayaan bermasalah mengalami penurunan
sebesar 0.21% yaitu dari 1.82% menjadi 1.61%. Kemudian, NPF Net di periode
yang sama yaitu 1.81% sedangkan NPF Gross mencapai 2,09% turun dibandingkan
tahun sebelumnya sebesar 2,60%. Posisi NPF ini masih berada pada batas aman.
Terkadang bank banyak kendala di proses atau di prosedurnya, sehingga
kadang-kadang ketika bank mengajukan pun ditolak oleh KEMENAG dengan
alasan dokumentasi yang tidak lengkap dan sebagainya, atau ketika membatalkan ke
KEMENAG itu prosesnya lama bisa tiga bulan atau lebih. Sementara ketika fasilitas
sudah jatuh tempo, pembiayaan apapun itu masuk ke kolektibilitas lima yaitu kredit
macet. Jadi kolektibilitas lima, kredit macet artinya kita harus menyediakan suatu
proses terhadap suatu fasilitas itu.
66
Berbeda dengan talangan haji, jika membahas resiko pembiayaan sebenarnya
sama, tetapi dari sisi proses penyelamatan lebih berisiko di talangan haji. Kalau
talangan umroh katakanlah jangka waktu pembiayaan maksimum adalah 36 bulan,
ternyata di perjalanan nasabah tidak kuat membayar sebesar yang diperjanjikan di
awal. Contohnya, untuk pembiayaan talangan umroh seperti adanya nasabah yang
tidak mampu untuk membayar cicilan ditengah jangka waktu yang telah disepakati
atau tidak mampu melunasi seluruh total pembiayaan. Untuk mengantisipasi hal
tersebut maka BMI sebagai pihak yang menyewakan jasa kepada nasabah harus
melakukan analisis lebih dalam sebelum menyepakati dan mengeluarkan dana untuk
pembiayaan. Kemudian apabila pada proses pembiayaan terdapat permasalahan
dalam hal cicilan nasabah, maka pihak bank akan mengambil langkah-langkah
yaitu: dengan melakukan pembinaan terhadap nasabah, diharapkan segala hambatan
yang dimiliki nasabah yang mengganggu pembayaran cicilan pembiayaan akan
dapat diselesaikan.
Langkah selanjutnya adalah pihak bank akan melakukan restrukturisasi
dengan menambah jangka waktu bila nasabah penghasilannya menurun atau dengan
penundaan pembayaran cicilan pembiayaan bagi nasabah yang tertimpa musibah
atau terjadi pemutusan hubungan kerja. Selanjutnya, pada talangan umroh ini, pihak
bank bisa bernegosiasi dengan biro jasa atau travel untuk meminta jaminan dari
pihak travel dalam hal pengembalian atau pembayaran. Meskipun ada beberapa
travel yang bersedia ataupun yang tidak. Jadi sebenarnya, kalau dari sisi risiko saat
67
ini dengan kondisi eksternal dan kondisi kebijakan yang diterapkan oleh
pemerintah, talangan haji lebih berisiko.
D. Analisis Comparative Advantage Produk Dana Talangan Haji dan Talangan
Umroh di Bank Muamalat Indonesia
Comparative advantage adalah kemampuan perusahaan seharusnya berfokus
menghasilkan produk bila diproduksi sendiri relatif lebih efisien dan dengan
keunggulan produk tersebut yang tidak dimiliki perusahaan lain dapat memberikan
keuntungan kepada perusahaan. Keunggulan yang terdapat produk, dalam hal ini
produk dana talangan haji dan talangan umroh sekurang-kurangnya dapat dilihat dari
beberapa sisi, yakni kemampuan financial dan ekonomis (harga), inovasi dalam
menciptakan produk strategik, teknologi dan pemasaran produk.71
Keunggulan produk dana talangan haji dan talangan umroh dapat dilihat dari 3
sisi, yaitu:
1. Kemampuan financial dan ekonomi. Keunggulan ini ditunjukkan dengan
adanya kemudahan perusahaan untuk memperoleh sumber finansial dengan
relatif cepat. Selain itu, keunggulan tersebut dapat juga dilihat dengan
kemampuan perusahaan menawarkan produk yang bervariasi dengan margin
yang bersaing.72
71 Skripsi Ahmad Amiruddin, hal. 66
72
Ibid, h. 73
68
a. Produk Dana Talangan Haji Bank Muamalat Indonesia
Produk dana talangan haji yang dikeluarkan BMI menawarkan
pembiayaan talangan yang berbeda dengan bank syariah lain yaitu dengan
plafond pinjaman yang besar hingga Rp 24.500.000, jadi nasabah cukup
membayar Rp500.000. Pelunasannya sesuai pokok pinjaman (tanpa
marjin/kelebihan atas pokok). Biaya administrasi hanya dikenakan sekali
didalam satu periode pembiayaan. Oleh karena itu bank hanya mengambil
keuntungan dari biaya administrasi saja yaitu sebesar Rp2.000.000. Nasabah
juga diperbolehkan untuk melunasi cicilan pembiayaan lebih cepat dari
jangka waktu yang ditentukan tanpa dikenakan pinalti. Selanjutnya pelunasan
sebelum jatuh tempo juga tidak dikenakan denda. Sehingga fungsi dari
talangan ini adalah mempercepat proses mendapatkan porsi haji. Karena
untuk peroide sekarang daftar keberangkatan haji sudah mencapai 10 tahun
jangka waktu tunggunya.
b. Produk Dana Talangan Umroh Bank Muamalat Indonesia
Produk dana talangan umroh yang dikeluarkan BMI juga menawarkan
pembiayaan yang berbeda dengan bank syariah lain yaitu yang menjadi daya
tarik bagi calon nasabah adalah yang pertama pembiayaan ini tidak diwajibkan
adanya agunan/jaminan. Plafond pembiayaan berkisar dari Rp15.000.000,
Rp20.000.000 sampai maksimum Rp35.000.000 tidak wajib ada agunan.
Angsuran pembiayaan yang ditawarkan juga sangat menarik yaitu hingga
69
jangka waktu 36 bulan dengan angsuran yang tetap hingga pelunasan dengan
uang muka ringan minimal 30% dari biaya paket umroh. Bank memakai sistem
first installment atau angsuran yang tetap, jadi BMI tidak terpengaruh dengan
bunga pasar. Jika di bank konvensional, apakah itu bentuknya multiguna atau
KTA itu ada kemungkinan berubah atau floating. Sedangkan kalau di BMI
diawal angsurannya Rp500.000 sampai akhir pembiayaan akan tetap sebesar
Rp500.000 sehingga tidak mempengaruhi/terpengaruh dengan perubahan
tingkat suku bunga di pasar.
Sama seperti talangan haji, pelunasan sebelum jatuh tempo tidak dikenakan
denda. Pembiayaan ini dapat diajukan untuk membiayai diri sendiri dan/atau
orang lain. Contohnya, A yang mengajukan pembiayaan untuk dua orang ke
bank antara A dengan B, itu bisa satu fasilitas pembiayaan, tidak harus dua-
duanya mengajukan pembiayaan. Karena semua produk pembiayaan bank
khususnya BMI harus mengacu atau harus sesuai dengan ketentuan dari Bank
Indonesia (BI).
Bank harus menganalisa kemampuan membayar dari nasabah. Contohnya,
A sudah bekerja berarti ada sumber penghasilan, ingin mengajak B yang tidak
bekerja untuk berangkat umroh. Disini bank menjadikan satu fasilitas dalam
pembiayaan tersebut, yang di analisa oleh pihak bank hanya A saja karena
hanya A yang sudah mempunyai penghasilan. Misalnya di bank syariah lain
dalam pengajuan pembiayaan umroh satu nasabah satu fasilitas, maka harus
70
satu-satu tidak bisa digabung atau diwakilkan. Jadi, akad ijarah sama seperti
halnya dengan akad murabahah.
2. Inovasi dalam menciptakan produk strategik.Keunggulan ini dapat dilihat
dengan keunikan dan kelebihan ciri-ciri produk dibanding produk yang sama
dari perusahaan lain.
a. Produk Dana Talangan Haji Bank Muamalat Indonesia
Keberadaan dari pembiayaan qardh merupakan pembeda dengan kredit
pada bank konvensional karena salah satu fungsi bank syariah adalah
berfungsi sosial. Pembiayaan ini sumber dananya berasal dari zakat, infaq
dan shadaqah dan diberikan atas dasar tolong-menolong, nasabah hanya
berkewajiban mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang
telah disepakati.
Kemudian, kelebihan lain pada dana talangan haji di BMI bagi nasabah
adalah BMI menjamin kepada nasabah bisa mendapatkan porsi haji dengan
cepat dibandingkan dengan bank syariah yang lain, meskipun dari dana
mereka tidak mencukupi Pembayaran Biaya Perjalanan Haji (BPIH),
nasabah bisa mendaftar sebagai calon jamah haji ke KEMENAG.
Selanjutnya, dalam hal pembukaan rekening haji, nasabah diberikan bebas
biaya administrasi bulanan dan biaya penutupan rekening jika dilakukan
setelah pendaftaran porsi.
71
Sebenarnya, jika membahas mengenai pembiayaan di bank konvensional
dan di bank lainpun relatif dari sisi teknis sama, tetapi pihak BMI menjaga
bahwa ini sesuatu hal kebaikan yang berkaitan dengan ibadah BMI
upayakan sebisa mungkin sesuai dengan konsep syariah. BMI berharap
nilai-nilai syariah yang harus penuhi. Pihak BMI mengharapkan orang
beribadah dengan tidak berhutang atau kredit yang berbasis bunga. Itu
mungkin aspek yang terpenting yang menjadi keunggulan dari produk-
produk di BMI.
b. Produk Dana Talangan Umroh Bank Muamalat Indonesia
Adapun objek pembiayaan ditujukan dari tingkat pricing atau tingkat
ekuivalen rate di BMI sekarang bisa dikatakan lebih rendah untuk kategori
pembiayaan tanpa agunan. Jika dibandingkan dengan bank syariah lain dari
fasilitas-fasilitas yang banyak ditawarkan itu sangat mahal tingkat ratenya.
Sementara untuk BMI tingkat ratenya relatif lebih rendah. BMI sudah
banyak bekerjasama dengan travel haji dan umroh. Misalnya, nasabah ingin
mengajukan pembiayaan umroh, nasabah tidak perlu mencari travelnya
sendiri. Istilahnya nasabah tinggal datang ke bank ke cabang terdekat, lalu
nasabah mengajukan pembiayaan untuk umroh, meminta BMI untuk
mencarikan travelnya yang sudah kerjasama, nanti tinggal dicarikan oleh
BMI. Sebenarnya kalaumengenai pembiayaan di bank konvensional dan di
bank lainpun relatif sama dari sisi teknis, tetapi BMI menjaga bahwa ini
72
sesuatu hal kebaikan yang berkaitan dengan ibadah BMImengupayakan
sesuai dengan konsep syariah dan berharap nilai-nilai syariah yang penuhi.
3. Kemampuan pemasaran produk serta promosi. Keunggulan ini terlihat dari
kekuatan perusahaan untuk melakukan pemasaran produk serta promosi guna
menarik minat nasabah untuk melakukan pembiayaan di perusahaan tersebut.
a. Produk Dana Talangan Haji Bank Muamalat Indonesia
Untuk pemasaran, BMI aktif dalam berbagai iklan dan promosibaik di
media cetak maupun media elektronik guna menyebarluaskan informasi
kepada masyarakat.
Beban Promosi Bank Muamalat Indonesia
(Unaudited per September 2012-2013)
Beban Promosi
2013 2012
50.390.000 30.420.000
Tabel 4.4. Sumber: Laporan Keuangan Bank Muamalat Indonesia
Dari laporan keuangan tahun per September 2012-2013, beban promosi
mengalami kenaikan yang cukup tinggi yaitu sebesar 19.970.000 dari tahun
sebelumnya. Hal ini disebabkan karena meningkatnya biaya-biaya yang
dikeluarkan Bank Muamalat dalam mempromosikan produk-produk, terutama
dana talangan haji dan talangan umroh.
73
b. Produk Dana Talangan Umroh Bank Muamalat Indonesia
Untuk pemasaran, BMI terus bekerjasama dengan banyak biro jasa atau
travel yaitu Cheria Tour Wisata, Madina Prima, Mitra Travel, Prima Saidah
dengan memberikan banyak kemudahan dan kecepatan proses yang saling
menguntungkan tanpa merugikan pihak manapun. BMI juga membuka jalur
kerjasama dengan siapa saja (nasabah maupun non nasabah) yang dapat di
follow up oleh pihak bank. BMI juga membuat program promosi marketing
untuk meningkatkan realisasi pembiayaan. Kegiatan promosi penjualan
dilakukan melalui merchandising/ pemberian hadiah bagi para nasabah, serta
memasang iklan di beberapa media cetak dan elektronik. Kegiatan personal
selling juga dilakukan dengan menempatkan tenaga-tenaga pemasar untuk
menjalin komunikasi yang baik dengan nasabah.
74
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis yang berkaitan dengan rumusan masalah dalam
penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Produk pembiayaan dana talangan haji ternyata berbeda dengan talangan umroh
baik dari segi akad maupun dari nama produknya. Akad yang digunakan
produk dana talangan haji adalah qardh diatur dalam fatwa DSN-MUI NO:
19/DSN-MUI/IV/2001 tentang al-qardh, sedangkan untuk pembiayaan umroh
akadnya ijarah yang diatur pada fatwa DSN-MUI NO: 09/DSN-MUI/IV/2000
tentang pembiayaan ijarah.
2. Produk pembiayaan dana talangan hajidan talangan umroh di Bank Muamalat
Indonesia memiliki keunggulannya masing-masing dilihat dari sisi finansial
dan ekonomi, inovasi dalam menciptakan produk strategik, serta kemampuan
pemasaran dan promosi. Hasil dari analisa keunggulan produk, produk talangan
umroh lebih unggul dari sisi kemampuan finansial ekonomi, pemasaran produk
dan promosi. Sedangkan untuk produk dana talangan haji kurang dana
kemampuan finansialnya disebabkan karena kolektibilitas lima yaitu kredit
macet.
75
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pemaparan diatas maka saran yang dapat
diberikan adalah:
1. Pelayanan di Bank Muamalat harus lebih ditingkatkan dengan memberikan
informasi yang lebih terbuka dan merata sehingga setiap masalah
terinformasikan dengan baik karena salah satu kendala yang dihadapi sekarang
ini adalah belum sepenuhnya terwujud kesadaran dari masyarakat muslim
untuk bersama membangun perbankan syariah, khususnya Bank Muamalat
Indonesia.
2. Lebih gencar untuk mempromosikan produk pembiayaan, khususnya produk
dana talangan haji, mengingat persaingan yang sangat ketat antar lembaga
keuangan syariah khususnya di bidang pembiayaan, hendaknya bank syariah
lebih meningkatkan inovasi dari kedua produk, sehingga bisa sedikit berbeda
dengan produk di lembaga yang lain.
3. Untuk penelitian selanjutnya, disarakan untuk meneliti permasalahan yang ada
di Bank Muamalat Indonesia terkait produk dana talangan haji. Solusi
mengatasi kolektibilitas lima yaitu dalam hal ini adalah kredit macet.
76
DAFTAR PUSTAKA
Syafi‟I, Muhammad Antonio. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani Press, 2001
Ruslan, Rosadi. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2003
Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. Ed III, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2007
Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2002
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:
BumiAksara, 1998
Departemen Kebudayaan dan Pendidikan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka, 2005
Misrawi, Zuhairi. Mekkah: Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim. Jakarta:
PT Kompas Media Nusantara, 2009
Ash Shiddieqy, Muhammad Hasbi, Teungku. Pedoman Haji. Semarang: Pustaka
Rizky Putra, 1999
Wangsawidjaja. Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2012
Karim, Adiwarman. Fikih Ekonomi Keuangan Islam. Jakarta: Darul Haq, 2004
Alshodiq, Mukhtar dkk. Briefcase Books Edukasi Profesional Syariah Fatwa-
Fatwa Ekonomi Syariah Kontemporer. Jakarta: Renaisan, 2005
Hasan, M. Ali. Berbagai Macam Transaksi dalam Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2004
Sohari Sahrani & Ru‟fah Abdullah. Fikih Muamalah. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011
Zulkifli, Sunarto. Panduan Praktisi Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta: Zikrul
Hakim, 2003
77
Dirgantoro Crown. Keunggulan Bersaing Melalui Proses Bisnis. Jakarta: Grasindo,
2002
Anatan. Lia dan Lenna Elliatan. Strategi Bersaing Konsep, Riset dan Instrumen.
Bandung: Alfabeta, 2009
D.T. Johns dan H.A Harding. Manajemen Operasi Untuk Meraih Keunggulan
Kompetitif. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo, 1995
George A. Steiner dan John B. Miner. Kebijakan dan Strategi Manajemen. Jakarta:
Erlangga, 1997
John A. Pearce II, Richard B. Robinson, Jr. Manajemen Strategis-Formulasi,
Implementasi, dan Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat, 2008
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka, 1990
Abdurahman. Ensiklopedia Ekonomi, Keuangan, Perdagangan. Jakarta: Pradnya
Paramita, 1982
Mukhtar Alshodiq. Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah Fatwa-Fatwa
Ekonomi Syariah Kontemporer. Jakarta: Renaisan, 2005
Muhammad bin „Abdul „Aziz al-Musnad. Fatwa-Fatwa Haji dan Umrah. Jakarta:
Pustaka Imam Asy-Syafi‟i, 2007
Saefuddin Arif, dan AH. Azharuddin Lathif , Kontrak Bisnis Syariah, h. B-14
M Ablah. Buku Induk Haji dan Umrah Untuk Wanita. Jakarta: Zaman, 2009
Dewi, Gemala, dkk. Hukum Perikatan Islam Indonesia. Jakarta: Kencana, 2007
Website
Anisy Kurlillah, Kajian Muamalah, artikel ini dipublikasikan pada 7 Desember 2011
dan diakses pada 19 April 2014 darihttp://caknenang.blogspot.com/2011/12/normal-
O-false-false-false-en-us-x-none.html
Nino, Umroh, artikel ini dipublikasikan pada 22 Februari 2011, diakses pada 19 April
2014 dari http://umroh-murah.blogspot.com
Kartono, “Daftar Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) Tahun 2013”,
artikel ini dipublikasikan pada 22 Agustus 2013, diakses pada 25 Januari 2014 dari
78
http://kemenagkarimun.blogspot.com/2013/08/daftar-penyelenggara-perjalanan-
ibadah umrah-ppiu-tahun-2013.html
Pkes, “Pembiayaan Multijasa Dalam Perspektif Fiqh Muamalah”, artikel ini
dipublikasikan pada 5 April 2013, diakses pada 15 Februari 2014 dari
http://ekonomisyariah.info/blog/2013/04/05/pembiayaan-multijasa-dalam-perspektif-
fiqh-muamalah/
Yasir Maqosid, DanaTalangan Haji: Halal atau Haram?, artikel ini dipublikasikan
pada 13 Maret 2012, diakses pada 25 April 2014
darihttp://ibadahhaji.wordpress.com/2012/03/13/dana-talangan-haji-halal-atau-haram
Misbakul Huda, Mudahnya Umroh Dengan Dana Talangan Umroh, dipublikasikan
pada 7 Maret 2013, diakses pada 19 April 2014 dari http://www.nawwafhuda-
travel.com/2013/03/mudahnya-umroh-dengan-dana-talangan.html
Skripsi
Skripsi, Muhammad Ridwan, Mekanisme Pembiayaan Dana Talangan Haji di Bank
Muamalat Cabang Ciledug, 2013
Skripsi, Ahmad Amiruddin, Comparative Advantage Produk Pembiayaan
Kepemilikan Rumah Syariah di Bank Syariah, 2010
Skripsi, Nuzulur Rohman, Aplikasi Akad Ijarah (Multijasa) Dalam Pembiayaan
Talangan Umroh, 2012
Jurnal
RI Ambisi Perbankan Syariah Skala Besar. Artikel ini dipublikasikan pada 9 Juli
2013, diakses pada 10 Desember 2013 dari http://jurnalasia.com/2013/07/09/ri-
ambisi-perbankan-syariah-skala-besar/
artikel ini dipublikasikan pada 5 April 2013, diakses pada 5 Februari 2014 dari
http://www.jurnalhaji.com/konsultasi-haji-umrah/pembiayaan-talangan-haji-haram/
HASIL WAWANCARA
Nama : Yayat Taryadi
Jabatan : Non Mortgage Dept.
Hari, Tanggal : Jumat, 13 Juni 2014
Waktu : 08.00 WIB
Tempat : Kantor Pusat PT. Bank Muamalat Indonesia Jl. Jendral Sudirman
Kav.2 Jakarta Pusat.
1. Akad apa yang digunakan BMI pada produk dana talangan haji dan umroh?
Akad yang digunakan pada talangan haji adalah Qardh. Sedangkan untuk umroh ini
akad yang digunakan adalah akad ijarah berarti multijasa, karena ini sifatnya jasa.
Ijarah itu sendiri bisa untuk sewa barang atau sewa jasa. Untuk umroh ini yang kita
sewakan adalah jasa, yaitu jasa pemberangkatan umrohnya. Posisi BMI tidak
memberikan jasa umroh, karena yang memberikan jasa umroh hanya travel atau
biro jasa haji atau umroh. Oleh karena itu, dalam ketentuan produknya dengan akad
ijarah, BMI harus bekerjasama dengan penyedia jasa yaitu travel. Jadi kita harus
bekerjasama dulu dengan penyedia jasa biro travel haji dan umroh. Kita bayarkan
ke dia, dan jasanya disewakan ke nasabah. Kan kalau pola sederhananya, kalau
misalnya kita yang memiliki barang atau memiliki jasa. Katakanlah saya
mempunyai hp, inikan saya bisa sewakan hp ini ke Rahma dengan akad ijarah, dua
pihak saja kan, karena saya punya barangnya. Nah, dalam posisi bank yang tidak
memiliki jasa yang akan disewakan tersebut, dia harus menggandeng pihak ketiga
yaitu travel. Kita ada perjanjian kerjasama yaitu antara bank dengan travel. Bank
menyediakan uang yang dibayarkan kepada si travel, kemudian si travel
memberikan jasa kepada nasabah. Bank dan nasabah berakad ijarah. Jadi yang
diijarahkan atau disewakan apanya? Jasa keberangkatan umrohnya. Nah, kalau
misalnya bank dan si travel tidak bekerjasama, itu tidak memenuhi akad atau akte
syariahnya, karena kalau kita hanya berakad ijarah dengan nasabah, kita tidak
mempunyai barang atau jasanya kan. Sama seperti halnya kalo kita membiayai jasa
untuk biaya pendidikan, nah karena bank tidak memiliki jasa pendidikan tersebut, si
bank harus bekerjaama dengan lembaga pendidkan seperti perguruan tinggi, dll. Itu
akad yang kita gunakan yaitu ijarah.
2. Adakah ketentuan hukum yang mengatur dana talangan haji dan umroh di
BMI?
Kalau ketentuan hukum, produk dana talangan haji dan talangan umroh kita
mengacu pada fatwa DSN-MUI, Qardh mempunyai prosedur-prosedur tentang
pemberian dana talangan haji serta Ijarah mempunyai prosedur-prosedur tentang
pembiayaan, artinya kita bisa memberikan layanan jasa dengan konsep ijarah
kepada nasabah. Nah kemudian kita tuangkan di BMI melalui prosedur pelaksanaan
produk pembiayaan umroh. Jadi kita ada prosedur khusus yang mengatur mengenai
talangan haji maupun pembiayaan umroh.
3. Mengapa di BMI menamakan produk talangan umroh dengan pembiayaan
umroh? Mengapa tidak disamakan saja dengan talangan haji?
Sebetulnya kita tidak sebut talangan ya kalau untuk umroh, pembiayaan umroh saja.
Kalau misalnya perbedaan haji dengan umroh. Kalau haji kan kita betul namanya
talangan karena pada saat nasabah akan berangkat harus dilunasi dulu kan, makanya
kita talangi aja dulu gitu. Tapi kalau umroh, kita sebut pembiayaan umroh, karena
apa, kita berikan pembiayaan kemudian bulan depan si nasabah berangkat, tiga
tahun kemudian si nasabah bisa mencicilnya. Atau bisa mencicil setelah umroh.
Artinya kan dibayarkannya bisa setelah si nasabah pergi, sementara kalau haji
sebelum pergi si nasabah harus melunasinya. Karena konsep istitoahnya kalau di
talangan haji yang lebih di tekankan.
4. Bagaimana mekanisme pembiayaan dana talangan haji dan umroh?
Mekanisme untuk pembiayaan umroh. Si nasabah pertama kan mengajukan ke
bank untuk pembiayaan umroh. Bisa dua model, bisa si nasabah sudah menunjuk
travel umrohnya atau bank yang menyarankan si nasabah untuk memakai travel
yang sudah bekerjasama dengan BMI. Kalau misalnya si nasabah, sudah
menunjuk travel umrohnya tetapi kemudian si travel belum mengadakan
kerjasama dengan bank, makanya kan harus kerjasama dulu, artinya kan belum
bisa dilakukan. Kalau misalnya ternyata rekanan kita nih, nah itu bisa langsung
dilaksanakan. Nah, kalau misalnya dia ternyata belum bekerjasama dan si travel
umrohnya belum bisa bekerjasama, katakanlah misalnya ada kendala-kendala
tertentu, maka kita sarankan dia menggunakan travel umroh yang sudah
bekerjasama dengan kita karena harus memenuhi konsep yang syariah yaitu
konsep sewa-menyewa karena kita tidak menyediakan jasanya. Nah kemudian si
penyedia jasa ini memberikan penawaran ke si nasabah biasanya berapa paket
perjalanan umrohnya, ketika si nasabah menyetujui, katakanlah US 1.200 atau
kita ekuivalenkan menjadi Rp 15.000.000, nah diketentuan kita nasabah wajib
memberikan uang muka minimal 30%, pembiayaannya 70%. Kemudian,
mekanismenya adalah pembiayaan kita itu kita cairkan atau kita bayarkan ke si
travelnya atau biro jasanya. Jadi kita bayarkan ke travel dari bank dan si nasabah
juga bayar ke travel, jadi si nasabah tidak menerima uang dari kita, karena kita
kan tidak memberikan, terminologinya kan bukan meminjamkan uang kan, tapi
kita memberikan jasa yang sudah bekerjasama dengan si travel tadi. Uang itu
diberikanlah ke si travel, kemudian si nasabah mendapatkan pelayanan dari si
travel ini, termasuk misalnya nanti kan ada paket yang terdiri dari pengurusan
visa, pembuatan passport bagi yang belum mempunyai, dan pengurusan lain-
lain. Nah si nasabah mendapatkan semua jasa yang ditawarkan dari travel ini,
kemudian si nasabah bisa berangkat. Mekanisme pembayarannya adalah dia
kemudian mencicil setiap bulan dengan model cicilan tetap setiap bulan,
maksimum jangka waktu 36 bulan. Terus kemudian tadi sudah saya sampaikan
uang muka kan 30% minimal, pembiayaan ke bank maksimal 70% dan
maksimal fasilitas itu Rp 35.000.000. kan kalau kita lihat sekarang, paket umroh
bervariasi ada yang murah, ada yang mahal ada yang macam-macam misalnya
ditambah dengan paket perjalanan wisata ke Timur Tengah dll, tergantung
pilihan paketnya. Jadi kan paketnya berbeda-beda, nah kita batasi maksimum di
Rp 35.000.000.
mekanisme talangan haji. Jadi kalau kita mau berangkat haji itu ada dua kali
pembayaran ke pemerintah. Yang pertama talangan untuk porsi haji dan yang
kedua untuk pelunasannya. Jadi kalau misalnya ada periode berangkat 2017, si
nasabah daftar di tahun 2014 kan lama nih jangka waktunya. Bisa saja si nasabah
mendapatkan talangan disini, talangan ini untuk apa? Untuk membeli porsi. Jadi
kan kita bayar porsi haji kepada pemerintah sebesar Rp25.000.000, nah ini yang
kita talangin sebetulnya. Kapan si nasabah melunasi? Ini kan pertama kalau
dalam kondisi normal ya kita datang dulu ke KEMENAG bawa uang sebesar
Rp25.000.000 atau datang ke bank yang penerima setoran haji Rp25.000.000,
kemudian di cabang setelah uangnya masuk ke rekening haji, lalu cabang
langsung menginput ke dalam fasilitas SISKOHAT yaitu Sistem Informasi
Komputerisasi Haji Terpadu. Nah kita bayar katakanlah bulan Juni ya, kemudian
ada masa tunggu kan. Ini belum ngomongin masalah pembiayaan ya. Kemudian
misalnya si nasabah kebagian berangkat Juni 2017, biasanya dua bulan sebelum
keberangkatan harus melunasi, katakanlah disini april. Disini harus lunas dalam
masa pelunasan waktu dua minggu sebesar S3.400/ Rp34.000.000. karena si
nasabah sudah membayar Rp25.000.000 jadi dia tinggal membayar Rp5.000.000
kekurangannya. Jadi dia datang lagi ke bank untuk menginput pelunasannya, itu
dalam kondisi normal. Nah kalau misalnya pembiayaan, si nasabah datang ke
BMI, meminta pembiayaan ke bank maksimum Rp24.500.000. Jadi BMI
menyediakan uang muka Rp500.000. Lalu uang ini Rp500.000 disetor dan
pembiayaannya pun cair. Nanti terkumpulah disini sebesar Rp25.000.000. Lalu,
bank langsung menginput di SISKOHAT, setelah diinput di SISKOHAT
langsung dapat nomor porsi 123XXXXXX, kemudian uang yang ada di rekening
ini sebesar Rp25.000.000 dipindahkan ke rekening KEMENAG. Karena kita
mempunyai ketentuan sesuai dengan KEMENAG, maka si nasabah di bulan Juni
2016 harus lunas. Jadi hanya untuk talangan porsi aja, dan talangan porsi ini
harus lunas dalam waktu setahun. Kalau si nasabah tidak bisa melunasi, maka
bisa dibatalkan juga. Atau disini biasanya dalam jangka dua minggu, KEMENAG
mengumumkan di media pelunasan dilakukan tanggal sekian sampai sekian,
kalau nasabah tidak melakukan pelunasan juga bisa dibatalkan juga porsinya.
Jadi talangan haji tuh hanya talangan porsi ya bukan talangan keseluruhan.
5. Apa persamaan dan perbedaan dari produk dana talangan haji dan umroh?
Persamaannya sama-sama pembiayaan tanpa agunan. Kalau talangan haji kita pakai
qardh, kalau umroh kita pakai ijarah. Kalau talangan haji kenapa pakai qardh, ini
kan tidak diperjual belikan sebetulnya, karena porsi ini milik pemerintah. Jadi,
kenapa pakai qardh kenapa nggak pakai ijarah. Nah kalau ijarah, tadi kan ijarah
akad sewa-menyewa, yang jual paketnya siapa? Travel kan. Kalau haji, tidak bisa.
Paling ada kelompok bimbingan haji ya, tapi porsinya tidak bisa diperjual belikan.
Misalnya KBIH nih, “Pak, mau beli porsi nih ke KEMENAG 1000 porsi, ya tidak
bisa”. Jadi tidak bisa diperjualbelikan oleh KEMENAG, jadi semua pendaftaran
sifatnya sentralisasi menggunakan sistem, jadi tidak bisa si biro jasa ini atau travel
membeli paket, kemudian paketnya dijual kembali, tidak bisa. Jadi mereka sifatnya
bimbingan haji aja. Jadi tidak mengurusi pembiayaan, hanya menawarkan jasa
untuk bimbingan, tidak bisa menjual paket haji sekian, tidak Nah, makanya kita
memakai akad Qardh. Kalau umroh bisa berangkat kapan saja, makanya ada
paketnya atau ada slotnya, kalau haji tidak bisa. Makanya kita gunakan qardh,
karena haji ini milik pemerintah, jadi ya tidak mungkin aja kita bekerjasama dengan
KEMENAG sebagai penyedia porsi. Sedangkan, untuk persamaan
6. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi daya tarik dana talangan haji dan
umroh?
Di BMI, kalau bicara keunggulan dari bank syariah lain, untuk dana talangan
haji kita bisa berikan Rp24.500.000, jadi nasabah cukup membayar Rp500.000.
Kenapa orang itu melakukan talangan? Nah kalau dia menunggu ngumpul
Rp25.000.000, mungkin dia akan terkumpul di Juni 2014. Sehingga fungsi
talangan ini adalah mempercepat proses mendapatkan porsi haji. Karena
sekarang ini sudah mencapai 10 tahun jangka waktu tunggunya.
Kalau untuk talangan umroh ini yang menjadi daya tarik bagi kita adalah yang
pertama pembiayaan ini kita tidak diwajibkan adanya agunan, jadi kalau
misalkan pembiayaan tadi katakanlah Rp15.000.000, Rp20.000.000 sampai
maksimum Rp35.000.000 tidak wajib ada agunan. Kemudian, ini juga bisa
berlaku untuk nasabah dan keluarganya. Jadi bisa dianggap misalnya, Rahma
yang mengajukan ke bank, tapi untuk berangkat umroh antara Rahma dengan
Ibu. Nah itu bisa satu fasilitas, jadi tidak harus dua-duanya. Kan di bank itu
semua pembiayaan harus mengacu atau harus sesuai dengan ketentuan dari BI,
jadi bank harus menganalisa kemampuan membayar dari si nasabah. Misalnya,
Rahma sudah bekerja, kan ada sumber pengembalian/penghasilan mau
mengajak ibunya yang tidak bekerja misalnya atau ibu rumah tangga kan tidak
bekerja. Jadi kita tidak pisahkan tuh, jadi yang kita analisa hanya Rahma saja,
kalau misalnya di tempat lain kan satu nasabah satu fasilitas, jadi harus satu-
satu. Kalau misalkan ibunya mengajukan sendiri kan susah karena tidak punya
penghasilan kan misalnya kondisi tidak bekerja. Yang ketiga, sifat cicilannya
tetap. Jadi akad Ijarah ama seperti halnya dengan akad Murabahah kita pakai
sistem first installment atau angsuran yang tetap, jadi kita tidak terpengaruh
dengan bunga pasar. Kalau di bank konvensional, apakah itu bentuknya
multiguna atau KTA itu kan ada kemungkinan berubah atau floating.
Sedangkan kalau kita diawal angsurannya Rp500.000 sampai akhir pembiayaan
akan tetap sebesar Rp500.000. Jadi, tidak mempengaruhi/terpengaruh dengan
perubahan tingkat suku bunga di pasar. Keempat, dari tingkat pricing atau
tingkat ekuivalen rate kita sekarang bia dikatakan lebih rendah untuk kategori
pembiayaan tanpa agunan. Kalau misalnya kita lihat kita bandingkanlah
fasilitas-fasilitas yang banyak ditawarkan itu sangat mahal tingkat ratenya.
Sementara untuk kita tingkat ratenya relatif lebih rendah. Kemudian yang
kelima, kita sudah banyak bekerjasama dengan travel haji dan umroh. Jadi
kalau misalnya nasabah ingin umroh, tidak perlu mereka cari dulu travelnya.
Istilahnya si nasabah tinggal datang ke bank ke cabang terdekat, datang kesitu
mau umroh, minta tolong travelnya yang sudah kerjasama dengan bank siapa,
nanti tinggal dicarikan atau dibawakan. Jadi memang kurang lebih itulah
kelebihan-kelebihannya. Nah sebetulnya kalau kita bicara pembiayaan di bank
konvensioal dan di bank lainpun relatif dari sisi teknis ya sama, tetapi kita
menjaga bahwa ini sesuatu hal kebaikan yang berkaitan dengan ibadah kita
upayakan sebisa kita sesuai dengan konsep syariah. Jadi kita berharap nilai-
nilai syariah yang kita penuhi. Kita harapkan kan orang beribadah tapi jangan
pakai ngutang atau kredit yang berbasis bunga. Itu mungkin aspek yang
terpenting yang menjadi keunggulan dari produk-produk di BMI.
7. Produk mana yang lebih menguntungkan bagi BMI antara talangan haji dan
umroh?
Kalau kita bicara keuntungan, lebih menguntungkan umroh ya. Karena kalau
konsep qardh, Rahma tau sendiri ya tidk boleh dikenakan margin atau tidak boleh
dikenakan ujroh. Misalnya, saya meminjamkan uang ke Rahma nih kan tidak boleh
dikenakan apa-apa, saya pinjamkan Rp1.000.000 dikembalikan Rp1.200.000 tidak
boleh kan. Kalau konsep sewa-menyewa boleh, seperti murabahah itu kan jual beli,
jadi boleh kita menambahkan keuntungan disitu. Kalau qardh itu tidak boleh
menambahkan, jadi kita dapat di biaya administrasi aja di depan untuk pengurusan
dan sebagainya yang nilainya lebih rendah. Kalau umroh kita bisa kenakan
ujroh/margin. Kan ibaratnya begini sama seperti jual beli, si travel ini menawarkan
paket Rp12.000.000 misalnya. Nah kita berikan ke nasabah total paketnya jadi
Rp13.000.000 kan boleh kalau pake Ijarah. Tetapi kalau pakai akad qardh tidak
bisa, hanya administrasinya aja kalau untuk talangan haji.
8. Produk mana yang lebih berisiko antara dana talangan haji dan talangan
umroh dalam praktek pembiayaan?
Dalam hal resiko, sebetulnya kalau kita bicara produk kan semuanya berisiko ya.
Apalagi produk ini dua-duanya tanpa agunan. Nah cuman kalau misalnya kita
bicara lebih berisiko dari sisi praktek pembiayaan saat ini, ya tentu saja talangan
haji yang lebih berisiko karena berkaitan dengan kebijakan eksternal kebijakan
pemerintah. Maksudnya, talangan haji hanya boleh diberikan satu tahun, nah setelah
satu tahun nasabah wajib membayar. Kalau tidak bisa membayar, bank tidak
diperkenankan memperpanjang fasilitas. Nah ketika kita tidak boleh memperpanjang,
otomatis kan kita harus membatalkan porsi haji ke KEMENAG. Nah terkadang kita
banyak kendala di proses atau di prosedurnya, sehingga kadang-kadang kita ajukan
pun ditolak oleh KEMENAG dengan alasan dokumentasi yang tidak lengkap dan
sebagainya, atau ketika membatalkan ke KEMENAG itu prosesnya lama bisa tiga
bulan atau lebih, nah sementara fasilitas sudah jatuh tempo nih, kalau sudah jatuh
tempo kaya gini, pembiayaan apapun itu masuk ke kolektibilitas lima macet, jadi
kolektibilitas lima, macet artinya kita harus menyediakan suatu proses terhadap
suatu fasilitas itu. Berbeda dengan, kan kita bicara kalau resiko sebetulnya sama.
Cuman dari sisi proses penyelamatan, lebih berisiko di talangan haji. Kalau umroh
katakanlah 36 bulan, ternyata di perjalanan si nasabah tidak kuat membayar sebesar
yang diperjanjikan di awal. Misalnya begitu jatuh tempo si nasabah belum bisa
lunasin kita bisa memperpanjang lagi. Kemudian kalau di umroh ini kita bisa
bernegosiasi dengan si travel bahwa kita minta jaminan dari dia juga untuk
pengembalian atau pembayaran. Meskipun ada travel yang bersedia ataupun yang
enggak. Jadi sebetulnya, kalau dari sisi risiko saat ini dengan kondisi eksternal dan
kondisi kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah, talangan haji lebih berisiko.
9. Bagaimana bagi hasil yang diberikan pada pemberian dana talangan haji di
BMI?
BMI hanya dapat margin/ keuntungan dari biaya administrasinya yaitu sebesar
Rp2.000.000 dari Rp 24.000.000, berarti kurang dari 10%. Jadi tidak boleh
mengambil lebih besar.
Terkait dengan peraturan menteri agama bahwa, talangan haji hanya boleh
diberikan dengan jangka waktu satu tahun. Kita masih banyak nasabah-nasabah
sekarang jangka waktunya diatas atau lebih dari satu tahun, jadi kita harus
konsolidasi dulu. Jadi sementara ini kita belum pasarkan kembali produk dana
talangan haji ini. Kita sedang review di semester 1 ini kita jual lagi apa nggak.
Talangan haji sedang konsolidasi bukan di freeze ya. Jadi konsolidasi di internal
untuk dibuat mekanisme yang lebih baik. Kan tadi kita punya risiko tidak boleh
diperpanjang, jadi harus lebih ketat analisisnya.
Simulasi Angsuran Pembiayaan Umroh
Skema dengan Pembiayaan*)
Jangka Waktu Angsuran Angsuran
(bulan) per bulan per hari
Menabung 6 875.000 29.167
Uang Muka
6 2.127.211 70.907
12 1.106.378 36.879
Angsuran setelah 18 766.100 25.537
pulang Umroh 24 595.961 19.865
30 493.878 16.463
36 425.822 14.194
Skema tanpa Pembiayaan*)
Jangka Waktu Angsuran Angsuran
(bulan) per bulan per hari
6 2.886.210 96.207
12 1.430.137 47.671
Menabung sebelum 18 944.831 31.494
berangkat Umroh 24 702.218 23.407
36 460.878 15.363
48 339.165 11.306
60 266.272 8.876
*) Asumsi:
Biaya Paket Umroh Rp17.500.000
Uang Muka Pembiayaan Rp 5.250.000
Plafond Pembiayaan Rp12.250.000
FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL
NO: 09/DSN-MUI/IV/2000
Tentang
PEMBIAYAAN IJARAH
م اهللا الرحمن الرحيمسب Dewan Syari’ah Nasional setelah
Menimbang : a. bahwa kebutuhan masyarakat untuk memperoleh manfaat suatu barang sering memerlukan pihak lain melalui akad ijarah, yaitu akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrag), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri;
b. bahwa kebutuhan masyarakat untuk memperoleh jasa pihak lain guna melakukan pekerjaan tertentu melalui akad ijarah dengan pembayaran upah (ujrah/fee);
c. bahwa kebutuhan akan ijarah kini dapat dilayani oleh lembaga keuangan syari’ah (LKS) melalui akad pembiayaan ijarah;
d. bahwa agar akad tersebut sesuai dengan ajaran Islam, DSN memandang perlu menetapkan fatwa tentang akad ijarah untuk dijadikan pedoman oleh LKS.
Mengingat : 1. Firman Allah QS. al-Zukhruf [43]: 32:
ة م يقسمون رحمت ربك، نحن قسمنا بينهم معيشتهم في الحياهأضعا بنفعرا، وينالدهضعخذ بتات ليجرض دعب قفو ما هضعب م
.سخريا، ورحمت ربك خير مما يجمعون“Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar seba-gian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”
2. Firman Allah QS. al-Baqarah [2]: 233:
ن تسترضعوا أوالدكم فال جناح عليكم إذا سـلمتم أ متدرن أ وإ...رصين بلومعاتا أن اهللا بمولماعقوا اهللا، واتف، وورعبالم متياآتم.
“…Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran
09 Pembiayaan Ijarah
Dewan Syariah Nasional MUI
2
menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah; dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
3. Firman Allah QS. al-Qashash [28]: 26:
سـتأجرت القـوي ا خير من لت إحداهما يآأبت استأجره، إن اقناألمي.
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, ‘Hai ayahku! Ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.’”
4. Hadis riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi bersabda:
.هقربل أن يجف ع قهجروا األجير أطعأ“Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.”
5. Hadis riwayat ‘Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri, Nabi s.a.w. bersabda:
نمهرأج هلمعا فليرأجي رأجتاس . “Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah
upahnya.”
6. Hadis riwayat Abu Daud dari Sa`d Ibn Abi Waqqash, ia berkata:
ماسعد بالماء و لى السواقي من الزرعع األرض بمي اكرا ننك ذلك وأمرنا نعى اهللا عليه وآله وسلم لصسول اهللا ا رنهانف ،منهاكرأن نايه ب أوف بذهةض.
“Kami pernah menyewankan tanah dengan (bayaran) hasil pertaniannya; maka, Rasulullah melarang kami melakukan hal tersebut dan memerintahkan agar kami menyewakannya dengan emas atau perak.”
7. Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf:
حل حراما أ أو حالالصلح جائز بين المسلمني إال صلحا حرملارل حأح الال أوح مرطا حرإال ش وطهمرلى شون علمسالمااوم.
“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”
09 Pembiayaan Ijarah
Dewan Syariah Nasional MUI
3
8. Ijma ulama tentang kebolehan melakukan akad sewa menyewa.
9. Kaidah fiqh:
.ال على تحريمهي دللدين أالإباحة إلامعامالت لاي صل فألا “Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”
دالحرصلب الملى جع مقدفاسد مء الم “Menghindarkan mafsadat (kerusakan, bahaya) harus
didahulukan atas mendatangkan kemaslahatan.”
Memperhatikan : Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional pada hari Kamis, tanggal 8 Muharram 1421 H./13 April 2000.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : FATWA TENTANG PEMBIAYAAN IJARAH
Pertama : Rukun dan Syarat Ijarah:
1. Sighat Ijarah, yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang berakad (berkontrak), baik secara verbal atau dalam bentuk lain.
2. Pihak-pihak yang berakad: terdiri atas pemberi sewa/pemberi jasa dan penyewa/pengguna jasa.
3. Obyek akad ijarah adalah : a. manfaat barang dan sewa; atau b. manfaat jasa dan upah.
Kedua : Ketentuan Obyek Ijarah:
1. Obyek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/atau jasa.
2. Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak.
3. Manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidak diharamkan).
4. Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan syari’ah.
5. Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan jahalah (ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan sengketa.
6. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik.
7. Sewa atau upah adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah kepada LKS sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat dijadikan harga dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa atau upah dalam Ijarah.
09 Pembiayaan Ijarah
Dewan Syariah Nasional MUI
4
8. Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang sama dengan obyek kontrak.
9. Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa atau upah dapat diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.
Ketiga : Kewajiban LKS dan Nasabah dalam Pembiayaan Ijarah
1. Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa: a. Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang
diberikan b. Menanggung biaya pemeliharaan barang. c. Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan.
2. Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa: a. Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk
menjaga keutuhan barang serta menggunakannya sesuai kontrak.
b. Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan (tidak materiil).
c. Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak penerima manfaat dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas kerusakan tersebut.
Keempat : Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 08 Muharram 1421 H. 13 April 2000 M
DEWAN SYARI’AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua, Sekretaris,
Prof. KH. Ali Yafie Drs. H.A. Nazri Adlani
FATWA
DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 19/DSN-MUI/IV/2001
Tentang
AL-QARDH
بسم اهللا الرحمن الرحيم Dewan Syari'ah Nasional setelah:
Menimbang : a. bahwa Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) di samping sebagai lembaga komersial, harus dapat berperan sebagai lembaga sosial yang dapat meningkatkan perekonomian secara maksimal;
b. bahwa salah satu sarana peningkatan perekonomian yang dapat dilakukan oleh LKS adalah penyaluran dana melalui prinsip al-Qardh, yakni suatu akad pinjaman kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada LKS pada waktu yang telah disepakati oleh LKS dan nasabah.
c. bahwa agar akad tersebut sesuai dengan syari’ah Islam, DSN memandang perlu menetapkan fatwa tentang akad al-Qardh untuk dijadikan pedoman oleh LKS.
Mengingat : 1. Firman Allah SWT, antara lain:
هوبى فاكتمسل من إلى أجيبد متنايدا إذا تونآم نا الذيهيأي ... "Hai orang yang beriman! Jika kamu bermu'amalah tidak secara tunai sampai waktu tertentu, buatlah secara tertulis..." (QS. al-Baqarah [2]: 282).
…ياأيها الذين آمنوا أوفوا بالعقود “Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu…” (QS. al-Ma’idah [5]: 1).
… وإن كان ذو عسرة فنظرة إلى ميسرة
“Dan jika ia (orang yang berutang itu) dalam kesulitan, berilah tangguh sampai ia berkelapangan…” (QS. al-Baqarah [2]: 280)
2. Hadis-hadis Nabi s.a.w., antara lain:
ة مـنبكر هناهللا ع جا، فرينب الدكر ة منبلم كرسم نع جفر نم كرب يوم القيامة، واهللا في عون العبد مادام العبد في عون أخيـه
).رواه مسلم(
19 Al-Qardh 2
Dewan Syariah Nasional MUI
“ Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan melepaskan kesulitannya di hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya” (HR. Muslim).
ظلم نيطل الغرواه اجلماعة(… م( “Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu kezaliman…” (HR. Jama’ah).
هتبقوعو هضحل عراجد يالو ه النسائي وأبو داود وابن ماجه روا(لي ).وأمحد
“Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu menghalalkan harga diri dan memberikan sanksi kepadanya” (HR. Nasa’i, Abu Daud, Ibn Majah, dan Ahmad).
)رواه البخاري(إن خيركم أحسنكم قضاء “Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang paling baik dalam pembayaran utangnya” (HR. Bukhari).
3. Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf:
الصلح جائز بين المسلمني إال صلحا حرم حالال أو أحل حرامـا سالماوامرل حأح الال أوح مرطا حرإال ش وطهمرلى شون علم.
“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”
4. Kaidah fiqh:
.كل قرض جر منفعة فهو ربا“Setiap utang piutang yang mendatangkan manfaat (bagi yang berpiutang, muqridh) adalah riba.”
Memperhatikan : Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional pada hari Senin, 24 Muharram 1422 H/18 April 2001 M.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : FATWA TENTANG AL-QARDH
Pertama : Ketentuan Umum al-Qardh 1. Al-Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah
(muqtaridh) yang memerlukan. 2. Nasabah al-Qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang
diterima pada waktu yang telah disepakati bersama. 3. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah.
19 Al-Qardh 3
Dewan Syariah Nasional MUI
4. LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang perlu.
5. Nasabah al-Qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan sukarela kepada LKS selama tidak diperjanjikan dalam akad.
6. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan LKS telah memastikan ketidakmampuannya, LKS dapat: a. memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau b. menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya.
Kedua : Sanksi 1. Dalam hal nasabah tidak menunjukkan keinginan
mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya dan bukan karena ketidak-mampuannya, LKS dapat menjatuhkan sanksi kepada nasabah.
2. Sanksi yang dijatuhkan kepada nasabah sebagaimana dimaksud butir 1 dapat berupa --dan tidak terbatas pada-- penjualan barang jaminan.
3. Jika barang jaminan tidak mencukupi, nasabah tetap harus memenuhi kewajibannya secara penuh.
Ketiga : Sumber Dana Dana al-Qardh dapat bersumber dari:
a. Bagian modal LKS;
b. Keuntungan LKS yang disisihkan; dan
c. Lembaga lain atau individu yang mempercayakan penyaluran infaqnya kepada LKS.
Keempat : 1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 24 Muharram 1422 H 18 April 2001 M
DEWAN SYARI’AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua, Sekretaris,
19 Al-Qardh 4
Dewan Syariah Nasional MUI
K.H.M.A. Sahal Mahfudh Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin
Dewan Syari'ah Nasional MUI
FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL
Nomor: 29/DSN-MUI/VI/2002
Tentang
PEMBIAYAAN PENGURUSAN HAJI LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH
بسم اهللا الرحمن الرحيم
Dewan Syari'ah Nasional setelah:
Menimbang : a. bahwa salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah pengurusan haji dan talangan pelunasan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH);
b. bahwa lembaga keuangan syari'ah (LKS) perlu merespon kebutuhan masyarakat tersebut dalam berbagai produknya;
c. bahwa agar pelaksanaan transaksi tersebut sesuai dengan prinsip syari’ah, Dewan Syariah Nasional memandang perlu menetapkan fatwa tentang pengurusan dan pembiayaan haji oleh LKS untuk dijadikan pedoman.
Mengingat : 1. Firman Allah, QS. al-Maidah [5]: 1:
ما إال األنعام بهيمة لكم أحلت بالعقود أوفوا آمنوا الذين أيها يآ يريد ما يحكم اهللا إن حرم، وأنتم الصيد محلى غير عليكم يتلى
)١: املائدة( “Hai orang yang beriman! Tunaikanlah akad-akad itu.
Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.”
2. Firman Allah, QS. al-Qashash [28]:26:
ا قالتماهدت إحاأبي هأجرتإن اس رين خم ترأجتاس القوي األمني. “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Hai ayahku!
Ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.”
3. Firman Allah, QS. al-Baqarah [2]: 282:
29 Pembiayaan Pengurusan Haji LKS 2
Dewan Syariah Nasional MUI
...فاكتبوه مسمى أجل إلى بدين تداينتم إذا آمنوا الذين يأيها"Hai orang yang beriman! Jika kamu bermu'amalah tidak secara tunai sampai waktu tertentu, buatlah secara tertulis..."
4. Firman Allah, QS. al-Baqarah [2]: 280:
…ميسرة إلى فنظرة عسرة ذو كان وإن“Dan jika ia (orang yang berutang itu) dalam kesulitan, berilah tangguh sampai ia berkelapangan…”
5. Firman Allah tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain QS.al-Maidah [5]: 2:
واتقوا والعدوان الإثم على تعاونوا وال والتقوى البر على وتعاونوا .العقاب شديد الله إن هالل
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesung-guhnya Allah amat berat siksa-Nya”
6. Hadis riwayat ‘Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri, Nabi s.a.w. bersabda:
.أجره فليعلمه أجيرا استأجر من“Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya.”
7. Hadis-hadis Nabi shallallahu alaihi wasallam tentang beberapa prinsip bermu’amalah, antara lain hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah:
نم جفر نلم عسة مبكر ب منا، كرينالد جاهللا فر هنة عبكر من أخيه عون في دالعب مادام العبد عون في واهللا القيامة، يوم كرب
).مسلم رواه(“Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya.”
8. Hadis Nabi s.a.w. riwayat Jama’ah:
… ظلم الغني مطل“Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu kezaliman….”
9. Hadis Nabi s.a.w. riwayat al-Nasa’i, Abu Daud, Ibn Majah, dan Ahmad:
29 Pembiayaan Pengurusan Haji LKS 3
Dewan Syariah Nasional MUI
اجد ليحل الوي هضعر هتبقوعو. “Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu menghalalkan harga dirinya dan memberikan sanksi kepadanya.”
10. Hadis Nabi s.a.w. riwayat al-Bukhari:
.قضاء أحسنكم خيركم إن“Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang paling baik dalam pembayaran utangnya.”
11. Hadis Nabi riwayat Tirmizi dari ‘Amr bin ‘Auf al-Muzani, Nabi s.a.w. bersabda:
لحالص ائزج نيب لمنيسا إال الملحص مرالال حح ل أوا أحامرح .حراما أحل أو حالال حرم شرطا إال روطهمش على والمسلمون
“Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”
12. Kaidah Fiqh:
.تحريمها على دليل يدل أن إال اإلباحة المعامالت في األصل“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”
التيسير تجلب لمشقة ا“Kesulitan dapat menarik kemudahan.”
الضرورة منزلة تنزل قد الحاجة“Keperluan dapat menduduki posisi darurat.”
Memperhatikan : 1. Permohonan fatwa dari berbagai LKS, baik tertulis maupun
lisan, tentang pembiayaan dana talangan haji.
2. Pendapat peserta rapat pleno DSN pada hari Rabu, 26 Juni 2002 M./ 15 Rabi’ul Akhir 1423 H.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : FATWA PEMBIAYAAN PENGURUSAN HAJI LKS
Pertama : Ketentuan Umum 1. Dalam pengurusan haji bagi nasabah, LKS dapat memperoleh
imbalan jasa (ujrah) dengan menggunakan prinsip al-Ijarah sesuai Fatwa DSN-MUI nomor 9/DSN-MUI/IV/2000.
29 Pembiayaan Pengurusan Haji LKS 4
Dewan Syariah Nasional MUI
2. Apabila diperlukan, LKS dapat membantu menalangi pembayaran BPIH nasabah dengan menggunakan prinsip al-Qardh sesuai Fatwa DSN-MUI nomor 19/DSN-MUI/IV/2001.
3. Jasa pengurusan haji yang dilakukan LKS tidak boleh dipersyaratkan dengan pemberian talangan haji.
4. Besar imbalan jasa al-Ijarah tidak boleh didasarkan pada jumlah talangan al-Qardh yang diberikan LKS kepada nasabah.
Kedua : Ketentuan Penutup 1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika
terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui badan arbitrase syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta Pada Tanggal : 15 Rabi’ul Akhir 1423 H 26 Juni 2002 M
DEWAN SYARI’AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua, Sekretaris,
K.H.M.A. Sahal Mahfudh Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin