Comparative Industry Approach

111
Dr Mohammad Abdul Mukhyi SE MM Dr. Mohammad Abdul Mukhyi, SE., MM.

Transcript of Comparative Industry Approach

Page 1: Comparative Industry Approach

Dr Mohammad Abdul Mukhyi SE MMDr. Mohammad Abdul Mukhyi, SE., MM.

Page 2: Comparative Industry Approach

Liberalisasi PersainganLiberalisasi Persaingan

Bagaimana membuat situasi dan kondisi ekonomi menjadiik b i i t M t di di d d imenarik bagi investor. Menurut diagram diamond dari

Porter akan menyebabkan suatu negara dapat mengeksporatau lebih baik mengimpor produk tertentu.

Page 3: Comparative Industry Approach

Dasar ekonomi untuk perdagangan :Dasar ekonomi untuk perdagangan : keunggulan komparatif

Hukum Corn adalah tarif, subsidi, dan pembatasan yang ditetapkan oleh Parlemen Britania pada awal abad kesembilan belas untuk menakut nakuti mengimport dansembilan belas untuk menakut-nakuti mengimport danmendorong barang ekspor.

Teori keuntungan komparatip David Ricardo yangTeori keuntungan komparatip David Ricardo, yang melawan terhadap hukum corn, negara yang spesialisasidan berdagang bebas akan bermanfaat bagi semua mitraperdagangan (upah nyata akan naik), bahkan . yang mungkin adalah tentu saja lebih sedikit produsen efisien.

Page 4: Comparative Industry Approach

Absolute Advantage versusAbsolute Advantage versus Comparative AdvantageSuatu negara menikmati suatu keuntungan mutlak di atasnegara lain dalam produksi dari suatu produk manakalamenggunakan lebih sedikit sumber daya untukgg ymenghasilkan produk itu dibanding negara lain

Suatu negara menikmati suatu keuntungan komparatipdalam produksi dari suatu produk manakala produk itudapat diproduksi pada suatu biaya yang lebih rendah dalamdapat diproduksi pada suatu biaya yang lebih rendah dalamkaitan dengan barang-barang lain.

Page 5: Comparative Industry Approach

Keuntungan dari Keuntungan KemutlakanKeuntungan dari Keuntungan KemutlakanTimbal balik

Yi ld P A Of Wh t A d C ttYield Per Acre Of Wheat And CottonNEW ZEALAND AUSTRALIA

Wheat 6 bushels 2 bushelsWheat 6 bushels 2 bushelsCotton 2 bales 6 bales

Selandia Baru dapat menghasilkan tiga kali gandumdaripada Australia pada satu hentar tanah. dan Australia dapat menghasilkan tiga kali kapasdapat menghasilkan tiga kali kapas.Kita katakan bahwa keduanya mempunyai keuntunganmutlak timbal balik.

Page 6: Comparative Industry Approach

Keuntungan dari Keuntungan KemutlakanKeuntungan dari Keuntungan KemutlakanTimbal balik

Mendorong bahwa masing masing negara menentukanMendorong bahwa masing-masing negara menentukantanahnya untuk memperoleh unit produksi gandum dankapas yang sama sebagai ditunjukkan di bawah:

Total Production Of Wheat And Cotton Assuming No Trade, Mutual Absolute Advantage, And 100 Available Acres

NEW ZEALAND AUSTRALIA

Wheat 25 acres x 6 bushels/acre150 bushels

75 acres x 2 bushels/acre150 bushels50 bus e s 50 bus e s

Cotton 75 acres x 2 bales/acre150 bales

25 acres x 6 bales/acre150 bales

Page 7: Comparative Industry Approach

Production Possibility Frontiers for Australia and New Zealand Before Trade

Page 8: Comparative Industry Approach

Keuntungan dari Keuntungan KemutlakanKeuntungan dari Keuntungan KemutlakanTimbal balik

Suatu persetujuan untuk berdagang 300 bushels gandumuntuk 300 bungkus kapas akan menggandakan kedua-duanya konsumsi kapas dan gandum di kedua negara.

Production and Consumption of Wheat and Cotton after Specialization

PRODUCTION CONSUMPTION

y p g g

PRODUCTION CONSUMPTION

New Zealand Australia New Zealand Australia

Wheat 100 acres x 6 bu/acre600 bushels

0 acres0

300 bushels 300 bushels

C tt 0 acres 100 acres x 6 bales/acre 300 bales 300 balesCotton 0 acres0

100 acres x 6 bales/acre600 bales

300 bales 300 bales

Page 9: Comparative Industry Approach

Expanded Possibilities after Tradep

Sebab kedua negara mempunyai keuntungan mutlak diproduksi satu produk, spesialisasi danperdaganganp p , p p g gakan bermanfaat bagi kedua-duanya.

Page 10: Comparative Industry Approach

Keuntungan dari keunggulan komparatifKeuntungan dari keunggulan komparatif

Jika setiap negara mempunyai perbandingan keuntunganJ p g p y p g gmutlak di dalam produksi dua jenis barang, Ricardo memberikan argumen bahwa spesialisasi dan perdagangand l h ih b ik k i b l b likadalah masih memberikan keuntungan timbal balik

Jika negara‐negara spesialisasi dalam produksi barang‐J g g p p gbarang yang mana mereka mempunyai keunggulankomparatif, mereka akan memaksimalkan kombinasi

t t  k d l k ik b doutput mereka dan mengalokasikan sumberdayanyadegnan sangat efisien

Page 11: Comparative Industry Approach

Keuntungan dari keunggulan komparatifMengasumsikan bahwa orang dalam masing‐masingnegara ingin mengkonsumsi kapas dan gandum dalam

g gg p

jumlah yang sama, dan masing‐masing negaramengkonsentrasikan dengan kurva kemungkinanproduksinya, seperti berikutp odu s ya, sepe t be ut

Yield Per Acre of Wheat and Cotton

NEW ZEALAND AUSTRALIA

6 bushels 1 bushelWheat

6 bushels 1 bushel

Cotton 6 bales 3 bales

Page 12: Comparative Industry Approach

Keuntungan dari keunggulan komparatif

Total Production of Wheat and Cotton Assuming No Trade and 100 Available Acres

g gg p

NEW ZEALAND AUSTRALIA50 acres x 6 bushels/acre 75 acres x 1 bushels/acre

Wheat 300 bushels 75 bushels

Cotton 50 acres x 6 bales/acre300 bales

25 acres x 3 bales/acre75 bales

Keuntungan dari perdagangan dalam contoh tersebutd d b k d l bdapat digambarkan dalam tiga bagian

Page 13: Comparative Industry Approach

Realisasi keuntungan dari perdagangan ketigag p g g gsatu negara mempunya dua keuntungan mutlak

S     C i   i liStage 1:  Countries specialize

STAGE 1

Wheat

New Zealand Australia50 acres x 6 bushels/acre

300 bushels0 acres

0

Cotton 50 acres x 6 bales/acre300 bales

100 acres x 3 bales/acre300 bales

Australia memindahkan semua ladangnya ke produksi kapas. Selandia Barutidak bisa dengan sepenuhnya mengkhususkan di produksi gandum sebabmemerlukan 300 bungkus kapas dan tidak akan mampu mendapatkan cukupkapas dari Australia (jika negara akan mengkonsumsi sejumlah gandum dankapas yang  sama)kapas yang  sama).

Page 14: Comparative Industry Approach

Realisasi keuntungan dari perdagangan ketiga

S  

Realisasi keuntungan dari perdagangan ketigasatu negara mempunya dua keuntungan mutlak

Stage 2:

STAGE 2

Wheat

New Zealand Australia75 acres x 6 bushels/acre

450 bushels0 acres

0

Cotton 25 acres x 6 bales/acre150 bales

100 acres x 3 bales/acre300 bales

• New Zaeland akan mentransfer 25 hektar untuk• New Zaeland akan mentransfer 25 hektar untukmemproduksi kapas ke dalam gandum

Page 15: Comparative Industry Approach

Realisasi keuntungan dari perdagangan ketiga

S     C i   d

Realisasi keuntungan dari perdagangan ketigasatu negara mempunya dua keuntungan mutlak

Stage 3:  Countries trade

STAGE 3New Zealand Australia

100 bushels (trade)

Wheat 350 bushels 100 bushelsWheat(after trade)

200 bales (trade)

350 b l 100 b lCotton 350 bales 100 bales

(after trade)

Page 16: Comparative Industry Approach

Keuntungan dari Keunggulan KomparatifKeuntungan dari Keunggulan Komparatif

Biaya riil produksi kapas gandum yang harusdik b k k h ilk idikorbankan untuk menghasilkan itu.Suatu negara mempunyai keuntungan komparatifdalam produksi kapas jika biaya kesempatannya  dalam produksi kapas jika biaya kesempatannya, dalam kaitan dengan gandum, adalah lebih rendahdari negara laing

Page 17: Comparative Industry Approach

Keunggulan komparatif berarti menurunkanbiaya kesempatan

A t li  d N  Z l d k l h k t bilAustralia dan New Zaeland akan memperoleh keuntungan bilamanaperdagangan antara 1:1 dan 3:1, kapas ke gandum

Page 18: Comparative Industry Approach

Terminologi Perdagangan

Perbandingan di mana suatu negeri dapat berdagangproduk domestik untuk produk yang diimport adalah istilahperdagangan.Istilah perdagangan menentukan bagaimana keuntungandari perdagangan dibagi-bagikan antar mitra perdagangandari perdagangan dibagi bagikan antar mitra perdagangan

Page 19: Comparative Industry Approach

TEORI PRA KLASIK MERKANTILIS:Ide P k k:Ide Pokok:

a. negara kuat bila X > M.b. surplus diselesaikan dengan pemasukan logam mulia (emas

dan perak) alat pembayar yang sah.

Kebijakan:a. mendorong X, kecuali LMb. membatasi impor dengan ketat, kecuali LMm m mp g ,

Neo Merkantilis kebijakan proteksiKebijakan tarif dengan countervailing duty bea anti Kebijakan tarif dengan countervailing duty, bea anti dumping dan surchargeNon tarif larangan, sistem kuota, ketentuan teknis, hargapatokan peraturan kesehatan/karantinapatokan, peraturan kesehatan/karantina.

Page 20: Comparative Industry Approach

Kritik David Hume:k i t ti d i P i i fl h imekanisme otomatis dari Price specie flow machanism

Negara makmur X > Mg

LM banyakMoney supply naik

Px naikLM banyak Px naik

Pm turunPm turun

Qx turun

Qm naik

Qx turunX< M (M > X) LM turun

Negara miskin

Page 21: Comparative Industry Approach

Kritik Adam Smith : klasik absolute advantage

Kemakmuran

Bukan diukur dengan LM

Kemakmuran

Diukur dengan GDP + PLN ‐ G Free trade

ProduktivitasSpesilasisasi (absolut 

d t ) Persaingan

Efisiensiadvantage) Persaingan

GDP naik + PLN luas

Kemakmuran meningkat

Page 22: Comparative Industry Approach

TEORI KLASIK : ADAM SMITH

Produksi per Dasar tukarsatuan tenagakerja / hari

Teh Sutra Dasar tukardalam negeri

4 kg = 1 MIndonesia 12 Kg 3 M

4 kg = 1 M1 Kg = ¼ M

Ci 4 K 8 M½ Kg = 1 M

Cina 4 Kg 8 Mg

1 kg = 2 MAsumsi:1. Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerjap y g g y g j2. Kualitas barang yang diproduksi kedua negara sama3. Pertukaran dilakukan secara barter4. Biaya transpor diabaikan

Page 23: Comparative Industry Approach

Teh SutraProduk per satuan tenaga

kerja / hari

Teh

TS DS

Sutra

TS DS TS DS TS DS Indonesia 12 kg 24 kg 3 M 0 M

Ci 4 k 0 k 8 M 16 MCinaProduk dua

Negara

4 kg 0 kg

16kg 24 kg

8 M 16 M

11 M 16 MNegara 16kg 24 kg 11 M 16 M

TS = Tanpa Spesialisas DS = Dengan Spesialisasi

Page 24: Comparative Industry Approach

Gain from trade areTeh = ¼ m < DTI > 2 m

Teh

4 kg Teh = ¼ m < DTI > 2 mSutra = ½ kg < DTI > 4 kg

4 kg

PPC PPC Indonesia

½ kg

Sutra0 1 M

PPC PPC Cina

Page 25: Comparative Industry Approach

Comparative advantage : David Ricardolabor efficiency

P d k iNegara

Produksi1 Kg Gula 1 m kain

Indonesia 3 hari kerja 4 hari kerja

Cina 6 hari kerja 5 hari kerja

Page 26: Comparative Industry Approach

Dasar perhitungan cost comparativep g p

Perhitungan Cost Comparative Advantageg p gPerbandingan

cost 1 Kg Gula 1 m Kain

Indonesia

3/6 HK 4/5 HKCina

Cina

6/3 HK 5/4 HKIndonesia / /Indonesia

Page 27: Comparative Industry Approach

Data hipotesis gain from trade berdasarkan teori comparative p g padvantage dari David Ricardo

Perbandingan Produksi/TK/HK Dasar TukarDalam NegaraNegara Gula Kain

Indonesia 1/3 kg ¼ m 4kg = 3 mIndonesia 1/3 kg ¼ m 4kg = 3 m1 kg = ¾ m3/4 kg = 1 m

Cina 1/6 kg 1/5 m 5kg = 6 m1 kg = 6/5 m5/6 kg = 1 mg

Page 28: Comparative Industry Approach

Matriks manfaat spesialisasi berdasarkanl b fflabor efficiency

Gula Kain

1 k 2 k 1 2 1 kg 2 kg 1 m 2 m

Hari kerja TS DS TS DS

Indonesia 3 HK 6 HK 4 HK 0

Cina 6 HK 0 5 HK 10 HKCina 6 HK 0 5 HK 10 HK

jumlah 9 HK 6 HK 9 HK 10 HK

Page 29: Comparative Industry Approach

Data hipotesis labor productivityData hipotesis labor productivity

Negara Produksi setiap tenaga DTDNNegara kerja per hari kerja DTDN

Indonesia 1/3 kg gula ¼ meter sutra

4/3 kg = 1m1 kg = ¾ m1 kg ¾ m

Cina 1/6 kg gula 1/5 meter sutra

5/6 kg = 1 m1 kg = 6/5 m

Page 30: Comparative Industry Approach

Data perhitungan production comparative advantage  (labor productivity)

Perhitungan production comparative advantage Perhitungan production comparative advantage (labor productivity) tenaga kerja / hari kerja

Perbandinganproduksi Gula Kainproduksi

Indonesia 1/3= 6/3

¼= 5/4

Cina 1/6 1/5

Cina 1/6 3/6

1/5 4/5

Indonesia= 3/6

1/3= 4/5

1/4

Page 31: Comparative Industry Approach

Kelemahan teori klasik Comparative Advantagep g1. Perdagangan terdadi karena ada perbedaan fungsi faktor

produksi, sehingga terjadi perbedaan produktivitas ataufi i i   kib t t j di b d hefisiensi, akibatnya terjadi perbedaan harga

2. Jika fungsi faktor produksi sama (produktivitas danefisiensi))

3. Tidak bisa membedakan mengapa terjadi perbedaanharga

4. Adanya jumlah perbedaan jumlah/proporsi faktorproduksi yang dimiliki

Page 32: Comparative Industry Approach

SPESIALISASI PRODUKSI:Bila di Indonesia tersedia 600 hari kerja dan di Cina tersedia hari kerj800 hari kerja:

gula gula200

150PPF PPF

150

kainkain0 0100 120 kainkain

PPF   Production possibility frontier

100 120

PPF = Production possibility frontier

Page 33: Comparative Industry Approach

Sebelum ada perdagangan garis PPF adalah garis batas kemampuankonsumsi (consumption possibility frontier = CPF)

Dalam kasus constant cost, perdagangan bebas cenderung, p g g gmendorong masing-masing negara berspesialisasi secara penuh dalamproduksi barang yang memiliki keunggulan komparatif.

HARGA RELATIF:Harga relatif = rasio harga = dasar pertukaranHarga relatif setelah perdagangan harus diantara harga relatif sebelumHarga relatif setelah perdagangan harus diantara harga relatif sebelumperdagangan terjadi di masing-masing negera.

Page 34: Comparative Industry Approach

THE PROPORTIONAL FACTORS THEORYELI HECKSHER DAN BERTIL OHLIN

Perbedaan opportunity cost karena perbedaan jumlah atauproporsi faktor produksi yang dimiliki masing‐masing negara.p p p y g g g g

Pendekatan 1:

L

BL2

C

BL1

B A

IC1

IC2

B A

D

M0

Page 35: Comparative Industry Approach

Factor endowment theory (Heckscher‐Ohlin)

Komparatip keuntungan menjelaskan seluruho pa at p eu tu ga e je as a se u ukondisi ketersediaan perbedaan nasional, khususnya sumberdaya yang tersedia. Negara mengekspor produk‐produk yang menggunakan input yang secara relatifberlimpahan (murah)  dan mengimport produkberlimpahan (murah), dan mengimport produkyang memerlukan input yang secara relatif langka(mahal). 

Page 36: Comparative Industry Approach

Factor endowment theory: assumptionsFactor endowment theory: assumptions

Semua negara mempunyai pilihan dan rasa yang sama (kurvaindiferensi sama)indiferensi sama)Mereka menggunakan faktor masukan (input)  yang manamutunya seragamMereka semua menggunakan teknologi yang sama

Page 37: Comparative Industry Approach

Comparative advantage according to factor endowment theoryendowment theory

Autarky equilibrium

Page 38: Comparative Industry Approach

Comparative advantage according to factorendowment theory

Post‐trade equilibrium

Page 39: Comparative Industry Approach

Factor endowment theory: implicationsFaktor persamaan harga

Pergeseran di masing-masing bangsa ke arah penggunaanfaktor lebih murah dan menjauhi dari yang mahal memimpinfaktor lebih murah, dan menjauhi dari yang mahal, memimpinke arah harga faktor yang lebih sama (jika faktor adalahmudah berpindah)

Distribusi pendapatanDistribusi pendapatanPerdagangan merubah distribusi pendapatan domestiksebagai permintaan untuk perbedaan perubahan faktor

Apakah semua lancar dalam praktek?Apakah semua lancar dalam praktek?Perbedaan upah global menyarankan aspek lain adalahpenting: kepemilikan modal manusia tidak seimbang; perbedaan teknologi antar negara negara rintanganperbedaan teknologi antar negara-negara; rintanganperdagangan; biaya-biaya transportasi; dan lain-lain. Factor price equalization

Page 40: Comparative Industry Approach

Apakah perdagangan menambah burukk tid k ?ketidaksamaan?

Teori perdagangan menyatakan bahwa negara‐negarad t t il b li h li h k idengan tenaga terampil berlimpah‐limpah akan mengimporbarang‐barang yang dibuat dengan tenaga kerja tak trampil(mengurangi permintaan domestik untuk tenaga kerja tak

hi )mahir)Perbandingan upah keseimbangan untuk tenaga kerjatrampil/tidak trampil dipengaruhi oleh perdagangan dang g gperubahan teknologi, perpindahan, serta pendidikan danpelatihanBukti menyatakan bahwa perdagangan menyokong secaraBukti menyatakan bahwa perdagangan menyokong secararelatif kepada ketidaksamaan upah, membandingkan padaperubahan teknologi dan faktor lain; pendidikan danpelatihan yang lebih baik adalah solusi potensipelatihan yang lebih baik adalah solusi potensi

Page 41: Comparative Industry Approach

Rumus Teori H O = 2 x 2 x 2

L L

Rumus Teori H‐O = 2 x 2 x 2

BLBL2

BL1 BL1 BL2

M M0 0Negara A Negara B

Page 42: Comparative Industry Approach

Matriks Gain From Trade Berdasarkan Teori H‐Oa i Gai o a e e a a a eo i ONegarah Indonesia Jepang

Barang Pakaian Radio Pakaian Radiog

Fungi Produksi

tenagakerja

mesin tenaga kerja

mesin

Proses Padat Padat Padat PadatProses Produksi

Padatkarya

Padatmodal

Padatkarya

Padat modal

Proporsi60

tenaga15 mesin(k )

30 tenaga

60 mesin(b k)

pfaktorproduksi

tenaga kerja

(banyak)

(kurang) tenagakerja

(kurang)

(banyak)

isoquant 100 unit 20 unit 100 unit 20 unit

isocost 400 600 600 400

4 30 6 20Unit cost

4(murah)

30(mahal)

6(mahal)

20(murah)

Page 43: Comparative Industry Approach

Perbedaan Harga Produksi Menurut Teori H‐OPerbedaan Harga Produksi Menurut Teori H O

I t 600

TK

Isocost 400Isocost 600

Isoqunt 20 unit radio

B

Atk1

k

Isocost 600Isoqunt 100 unit radio

C

Btk2tk3

Isocost 400D

mesin0

tk4

Q1 MMM mesin0 Q1 M4M3M2

Page 44: Comparative Industry Approach

Kesimpulan Teori H‐Op

1. Harga/biaya produksi komoditi akan ditentukan oleh jumlah/proporsi faktor produksi yang dimiliki masing‐masingjumlah/proporsi faktor produksi yang dimiliki masing masing negara.

2. Keunggulan komparatif masing‐masing negara ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang dimiliki.s u u a p opo si a o p o u si ya g i i i i

3. Masing‐masing negara cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan murah untuk e i i i a o p o u i ya g e a i a ya a u a u umemproduksinya.

4. Masing‐masing negara akan mengimpor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif sedikit dan g p y gmahal untuk memproduksinya.

Page 45: Comparative Industry Approach

Kelemahan Teori H‐Oe e a a eo i O

1. Perbedaan harga barang sejenis dapat terjadi karena adanyaperbedaan proporsi/jumlah faktor produksi yang dimilikip p p /j p y gmasing‐masing negara dalam memproduksi barang tersebut.

2. Bila proporsi masing‐masing negara sama maka harga akansama, sehingga perdagangan tidak terjadi., gg p g g j

3. Pad kondisi 2 di atas, perdagangan bisa juga tetap terjadi.

Page 46: Comparative Industry Approach

Sources of the increase in the ratio of skilled to unskilled wages in the US 1973-93 (percent)wages in the US 1973 93 (percent)

A. Forces Causing Greater Inequality of WagesInternational trade 7International trade 7Lower transport and communication costs 3Liberalization of trade barriers 3Production sharing with other countries 1gImmigration 2Stagnant minimum wage 5Decline of labor unions 3Skill-biased technological change 29Unexplained 29B. Forces Causing Greater Equality of WagesIncrease in supply of skilled workers relative to unskilled workers 40Increase in supply of skilled workers relative to unskilled workers – 40C. Net Effect 18Note: Percentages for unequalizing forces must be chained, not added, to equal total unequalizing effect. Similarly, “A” and “B” must be chained to calculate “C.”

Source: William Cline, Trade and Income Distribution, Institute for International Economics, Washington, DC, 1997, p. 264.

Page 47: Comparative Industry Approach

Factor endowments of countries & regions, as a percentage of the world total

Page 48: Comparative Industry Approach

US human capital relative to those of other nations

Page 49: Comparative Industry Approach

Heckscher-Ohlin, skills, and comparative advantage

Page 50: Comparative Industry Approach

Skala ekonomi dan spesialisasiSk l k i di k t kSkala ekonomi menyediakan perangsang untukspesialisasi, sejak biaya per  unit turun ketikapeningkatan produksiPerdagangan menyediakan suatu potensi pasar yang lebih besar untuk produk, membuat tinggi tingkatproduksi pada tingkat yagn mungkinproduksi pada tingkat yagn mungkinTetapi, dalam teori, negara akan mengkhususkan didalam produk‐produk dengan pasar domestik yang besar (rumah efek pasar), peningkatan pertanyaantentang dampak‐dampak perdagangan pada negara‐negara kecil dan area pedesaannegara kecil dan area pedesaan

Page 51: Comparative Industry Approach

Skala ekonomi sebagai dasar untuk perdagangan

Page 52: Comparative Industry Approach

Pedagangan dan spesialisasi di bawahbipenurunan biaya

Page 53: Comparative Industry Approach

Teori Perluasan lainPermintaan yang berlebihanPerdagangan intra industriPerdagangan intra industriSiklus produksiKeunggulan komparatif dinamikKeunggulan komparatif dinamik

Kebijakan industriDampak kebijakan regulasi dalam perdagangan(regulasi lingkungan untuk contoh)

Page 54: Comparative Industry Approach

Perdagangan dan LingkunganPerdagangan dan LingkunganRegulasi lingkungan dapat mendorong ke arah kebijakanperdaganganT b h bi d t i k tTambahan biaya dapat mengurangi keuntungankomparatif regulasi industriPenerimaan kesehatan publik dan keuntunganp glingkunganMemusatkan pada polusi industri yang bergerak kenegara-negara miskin dengan sedikit regulasinegara negara miskin dengan sedikit regulasiTetapi studi mengindikasikan bahwa aturan lingkunganmempunyai sedikit peranan dalam keputusanpenempatan investasipenempatan investasiPengotor membayar prinsip: perangsang untukmenemukan jalan pada pengurangan polusi sedikitnyab hberharga

Page 55: Comparative Industry Approach

Trade effects of government regulation

Page 56: Comparative Industry Approach

Free trade under increasing costsTransportation costsNo transportation costs

Page 57: Comparative Industry Approach

Free trade under increasing costsFree trade under increasing costsTransportation costsTransportation costs of $2000 per autoTransportation costs of $2000 per auto

Page 58: Comparative Industry Approach

Teori faktor spesifikTeori faktor spesifikMelihat pada pengaruh distribusi pendapatan dalamperdagangan jangka pendek, ketika beberapa faktorp g g j g p , pinput dan bergerak bebas antarMengindikasikan bahwa para pekerja dapat lebih baikt l bih b k t t d f iatau lebih buruk, tergantung pada preferensi

Memperkirakan bahwa pemilik faktor menggunakandalam keuntungan ekspor industri dari perdagangan, g p p g g ,yang mana pemilik faktor menggunakan dalam impor-kompetensi industri yang kalah dalam perdagangan

Page 59: Comparative Industry Approach

Harga relatif dan model faktor spesifikHarga relatif dan model faktor spesifik

Page 60: Comparative Industry Approach

Paradoks Leontiefa a o eo ieStruktur ekspor dan impor AS tahun 1947 

berdasarkan kapital dan tenaga krja

Tahunstruktur I‐O

Kebutuhan faktorproduksi/juta ekspor impor Rasio X/M

Struktur I‐O  Kapital 2621200 25897001899 (whitney)

pTenagaKerja/tahunRatio capital/labor

1122.52335.1

1240.22088.3

1118Struktur I‐O1947 (Leontief)

Kapital Tenaga Kerja/tahun

255078018214010

309133917018180j

Ratio capital/labor0 0 8 80

0.771Struktur I‐O1958&1962

Kapital Tenaga

1876000131

21320001191958&1962 

(Baldwin)Tenaga Kerja/tahunRatio capital/labor

13114200

11918000

0.789

Page 61: Comparative Industry Approach

Paradox Leontief dapat terjadi karena:1. Intensitas faktor produksi yang berkebalikan2 Tarif dan non tarif barrier2. Tarif dan non tarif barrier3. Perbedaan dalam skills dan human capital4. Perbedaan dalam faktor sumberdaya alam

Page 62: Comparative Industry Approach

Teori Opportunity Cost – G Hargerlereo i Oppo u i y o a ge e

Opportunity Cost = Production Possibility Curve (PPC) = kemungkinan kombinasi output yang dihasilkan suatu negarakemungkinan kombinasi output yang dihasilkan suatu negara dengan sejumlah faktor produksi secara full employment.

ProduksiMRT

N

MRTN T40 0

8N/1T PPC8N/1T8N/1T8N/1T8N/1T

32 124 216 3

8N/1T8N/1T8 4

0 5T0 T0

Page 63: Comparative Industry Approach

NN

B (16N, 4T)16

IC2A (8N, 1T)8

IC1

0 T4

Page 64: Comparative Industry Approach

Indifference Curve dan PPC Increasing CostIndifference Curve dan PPC Increasing Cost

ProduksiN

MRTN T40 0

/

PPC increasing cost4N/1T

6N/1T

8N/1T

36 130 222 3

cost

10N/1T

12N/1T12 40 5

0 T0 T

Page 65: Comparative Industry Approach

PPC Increasing Cost yang sama, IC berbedaPPC Increasing Cost yang sama, IC berbeda

N

A

IC1

B

IC2

0 T0 T

Page 66: Comparative Industry Approach

PCC Increasing cost berbeda, IC samaI ea i g o e e a, I a a

N

PCC1

A

IC1

B

IC1

0 T

PCC2

0 T

Page 67: Comparative Industry Approach

PCC increasing cost dan IC berbedag

N

PCC1

A

PCC2

A

I

IC2B

IC1

IC2

T0

Page 68: Comparative Industry Approach

Gain from trade menurut PCC increasing cost yang sama dengan IC yang berbedaya g a a e ga IC ya g e e a

Negara I (UK)Barang N

1N21N B1

21C

1N

11C

22N

N1

B

C1

A

1C

22C

212N

1C

2C

2T1T2T1T T

:P InternasionalPCC

Negara II (AS)22T

12T

21T

11T T10 Negara II (AS)

Barang T

Page 69: Comparative Industry Approach

Keterangan:e e a gaKeadaan sebelum perdagangan:a. Negara I (UK) dan Negara II (AS) memiliki kemampuanproduksi (PCC increasing cost) yang sama, tetapi denganselera (IC) yang berbeda.

b. Di negara I (UK) lebih suka barang N, IC menyinggungb. Di negara I (UK) lebih suka barang N, IC menyinggungPCC (titik B).

c. Di negara II (AS) lebih suka barang T, IC menyinggungPCC (titik A)PCC (titik A).

d. Harga N lebih murah di Negara II daripada di Negara I. Harga T lebih murah di Negara I daripada di Negara II.

e. Negara I mengimpor barang N dan mengekspor barang T, Negara II mengimpor barang T dan mengekspor barang N

Page 70: Comparative Industry Approach

S l h d lSetelah perdagangan internasional:a. Adanya ekspor dan impor barang N dan T membentukgaris harga internasional yang bersinggungan dengangaris harga internasional yang bersinggungan denganPCC di titik A dengan kemampuan produksi sama.

b. Selera masing‐masing negara, Negara I lebih sukabarang N dan Negara II lebih suka barang T, IC akanbergeser ke kanan dari IC semula.

c Di Negara I mengimpor barang N dan mengeksporc. Di Negara I mengimpor barang N dan mengeksporbarang T, Negara II mengimpor barang T danmengekspor barang N

Page 71: Comparative Industry Approach

Offer curve / reciprocal demandO e u e / e ip o a e aMenggambarkan kesediaan suatu negara untukmenawarkan suatu barang dengan barang lainnya padaberbagai kemungkinan harga (Marshall dan Edgeworth) oleh Dominick Salvatore.

N1Offer curve BPb1

N1

na2

na1

Offer 

Ea1

Ea2

ICa1

ICa2

Offer curveA

P P

ICb2

Pb2

Eb1

Ebnb

nb1N2

0a ta1 T1 ta2 T2

Pa1 Pa2 ICb12Eb2

0b tb1 tb2

nb2

Page 72: Comparative Industry Approach

Negara ANegara A1. Spesialisasi produk adalah N2. Total output N1p 1.

3. Tingkat konsumsi Ea1(na1 dan ta1).4. Pada harga Pa1 konsumsi dalam negeri 0a‐na1 dan

ekspor N1‐na15. Ekspor N negara A (N1‐na1) < permintaan negara B 

(0b‐nb1) maka harga N naik dari Pa1 ke Pa2 ke titik(0b nb1), maka harga N naik dari Pa1 ke Pa2 ke titikEa2.

6. Offer curve A menghubungkan titik Ea1 dengan Ea2.

Page 73: Comparative Industry Approach

Negara BNegara B1. Spesialisasi produk adalah T2. Total output T1p 1.

3. Tingkat konsumsi Eb1 (nb1 dan tb1).4. Pada harga Pb1 konsumsi dalam negeri 0b‐tb1 dan

ekspor T1‐tb15. Ekspor T negara B (T1‐nb1) < permintaan negara A (0a‐

na1) maka harga T naik dari Pb1 ke Pb2 ke titik Eb2na1), maka harga T naik dari Pb1 ke Pb2 ke titik Eb2.6. Offer curve A menghubungkan titik Eb1 dengan Eb2.

Page 74: Comparative Industry Approach

Offer curve and reciprocal demandOffer curve and reciprocal demand

Ob Jepang nb2 nb1 Tb1Nb1

Pab1Pa1b2

ta2tb1tb2

na1  b

Ta1Ea1

na2na1

Na1Tb1 Ob Indonesia211

Page 75: Comparative Industry Approach

Analisis Manfaat Perdagangan InternasionalMenurut Edgeworth‐Bowley Box DiagramMenurut Edgeworth Bowley Box Diagram

Y1

X1

02X21 X2

2

IC14

IC 3

Y11 Y2

1AG

IC11IC1

2

IC13

Y12 Y2

2B

CIC10

D

FE

IC20

IC 1IC22

IC21

IC23

IC 4

IC2

Y2

X2

01 X11 X1

2

IC24

Page 76: Comparative Industry Approach

Keterangan:

1. Titik B,C,D,F dan G adalah titik potong perdaganganinternasional antara negara I dan II.

2. Pada titik A negara I beruntung karena IC13 > IC1

1. Negara II rugi karena titik C sama berada pada IC2

1.

Matrixs Comparative Advantage

Suatu negara sebaiknya mempunyai keunggulankomparatif untuk dapat bersaing di pasar internasional.

Page 77: Comparative Industry Approach

Faktor‐faktor comparative advantage

Faktor Comparative Advantage

Produk Primer Produk Industri

Mineral Pertanian Fase I Fase II Fase III/IV

Faktor faktor comparative advantage

g Mineral Pertanian Fase I Fase II Fase III/IV1. SDA + + ‐ ‐ +

2. SDM:a Kuantitas ‐ + ‐ +a. Kuantitasb. Kualitas +

++

_+ +

++

3. Teknologi + + + + +4. Skala Ekonomi + ‐ ‐ ‐ +4. Skala Ekonomi

5. Diferensiasi ‐ ‐ ‐ + +

Berdasarkan teori Product life cycle – R.Vernon.Berdasarkan teori Product life cycle  R.Vernon.Fase I : tahap perkenalan Fase III : tahap kedewasaan

Fase II : tahap pertumbuhan Fase IV : tahap penurunan

Tanda +  = diperlukan Tanda ‐ = tidak diperlukan

Page 78: Comparative Industry Approach

International Product Life Cycle (IPLC) Theory

Tahapan Import/Ekspor

Target Pasar Pesaing Biaya Produksi

(I)Inovasi Lokal

Tidak ada Dalam negeri (AS)

Sedikit / lokal Tinggi

(II) Mulai As dan Sedikit / lokal Mulai menurun Inovasi di luar

negeriekspor NIMs

lainnyakarena skala

ekonomi

(III) Ekspor bil

NIMs & NSB

NIMs StabilMaturity stabil NSBs

(IV)Imitasi di luar

Ekspor turun

NSBs NIMs Menaik karena skala ekonomi

menurun(V)

PembalikanImpor naik AS NIMs & NSBs Menaik karena

comparative advantageadvantage

Page 79: Comparative Industry Approach

Ekspor +

Tahap I II IV

NIMs lainnyaEropa, Kanada, Jepang)

NSBsTahap I

(0)II

IIIIV

V Time

AS (negara inovator

Impor -

NIMs : Negara-negara Industri Maju

NSBs : Negara-negara yang sedang berkembang

Page 80: Comparative Industry Approach

Kesimpulan:1.Kara > 0 posisi negara sebagai net eksportir.2.Kurva < 0 posisi negara sebagai net importir.3.Agar trade balance AS sebagai negara inovator menjadig g g j

positif, maka AS akan mengekspor new product yang menggunakan emerging technology.

Competitive Advantage of Nation Dari M.PorterDalam era persaingan global suatu negara harus memilikicompetitive advantage of nation dengan memiliki faktorp g gpenentu (W.J.Keegan & M.C.Green):1. Factor Condition : a. SDM.

b SDAb. SDA. c. IPTEK.d. Permodalan.e Prasaranae. Prasarana.

Page 81: Comparative Industry Approach

Factor Strategy Factor Strategy Structure & Rivalry

Factor Condition Demand Condition

Related &

Factor Condition Demand Condition

Related & Supporting Industry

2. Demand Condition : a. composition of home demand

b. size and pattern of growth of home demand

c. rapid home market growth

d trend of international demandd. trend of international demand

Page 82: Comparative Industry Approach

3. Related & Supporting Industry : dengan pemasok untuk menjagad lih l h idan memelihara value chain.

4. Firm Strategy Structure & Rivalry : persaingan di dalam negerimerupakan faktor yang akan menentukan dan mempengaruhi

titi d t h P i b t dicompetitive advantage perusahaan. Persaingan yang berat didalam negeri akan mendorong perusahaan untuk melakukanpengembangan produk dan teknologi, peningkatan produktivitas, efisiensi dan efektivitas serta peningkatan kualitas produk danefisiensi dan efektivitas serta peningkatan kualitas produk danpelayanan.

H C titi (Ri h d D’ i)Hyper Competitive (Richard D’aveni):Menemukan strategi yang tepat berupa perencanaan dan kegiatanoperasional terpadu yang mengkaitkan lingkungan eksternal dani t l i t j t h k / i k tkinternal mencapai tujuan mempertahankan/meningkatkansustainable real income secara efektif dan efisien keunggulan dayasaing berkelanjutan.

Page 83: Comparative Industry Approach

Catatan:1. Keunggulan daya saing negara tetap didasarkan pada

keunggulan kompetitif dinamis.2 Keunggulan daya saing berkelanjutan harus diartikan2. Keunggulan daya saing berkelanjutan harus diartikan

sebagai keunggulan yang diperoleh karena invention dan innovation secara terus-menerus.

3. Invention dan innovation diperoleh dari hasil research & development, baik secara scientific atau applied.

4 Sustainable competitive advantage cocok untuk sektor4. Sustainable competitive advantage cocok untuk sektoragroindustri karena sumber base-nya dapatdiperbaharui.

Page 84: Comparative Industry Approach

Tingkat Pertukaran:• Suatu nilai tukar adalah perbandingan di mana dua mata

uang diperdagangkan, atau harga satu mata uangg p g g , g gdalam kaitan dengan yang lain.

• Untuk beberapa perbandingan negara, nilai tukar dapatmemimpin secara otomatis pada kedua negaramemimpin secara otomatis pada kedua negaramerealisir keuntungan dari spesialisasi dan keunggulankomparatip

Page 85: Comparative Industry Approach

Perdagangan dan tingkat pertukaran dalamg g g pdua negara atau dua barang dunia• Tingkat pertukaran menentukan perdagangan

Domestic Prices of Timber (Per Foot) and Rolled Steel (Per Meter) in the United States and Brazil

• Tingkat pertukaran menentukan perdagangan

(Per Meter) in the United States and Brazil

UNITED STATES BRAZIL

Timber $1 3 Reals

Rolled steel $2 4 Reals

Opsi pembelian rumah tangga atau importirp p gg pakan tergantung pada tingkat pertukaran

Page 86: Comparative Industry Approach

Perdagangan dan tingkat pertukaran dalamg g g pdua negara atau dua barang dunia

Trade Flows Determined by Exchange RatesEXCHANGE

RATEPRICE

OF REAL RESULT

$1 = 1 R $1.00 Brazil imports timber and steel

$1 = 2 R .50 Brazil imports timber

$1 = 2.1 R .48 Brazil imports timber; United States imports steel

$1 = 2.9 R .34 Brazil imports timber; United States $1 2.9 R .34 p ;imports steel

$1 = 3 R .33 United States imports steel

$1 4 R 25 U it d St t i t ti b d$1 = 4 R .25 United States imports timber and steel

Page 87: Comparative Industry Approach

Tingkat pertukaran dan keunggulanTingkat pertukaran dan keunggulankomparatif

Jika tingkat pertukaran berakhir naik dalam range yang baik, pasar bebas masing‐masing negara akanbergerak untuk menggeser sumberdaya ke dalambergerak untuk menggeser sumberdaya ke dalamsektor ini yang mana ini menyukai keunggulankomparatif.pHanya produk‐produk ini yang mana suatu negaramampunyai keunggulan komparatif akan bersaing didalam pasar dunia

Page 88: Comparative Industry Approach

Sumber-sumber keunggulan komparatifgg

• Faktor yang mendasari mengacu pada kuantitas dankualitas tenaga kerja tanah dan sumber alam suatukualitas tenaga kerja, tanah, dan sumber alam suatunegara.

• Faktor yang mendasari nampak menjelaskan suatuporsi signifikan yang penting dari pola perdaganganporsi signifikan yang penting dari pola perdagangandunia.

Page 89: Comparative Industry Approach

Rintangan Perdagangan :Rintangan Perdagangan :tarif, subsidi ekspor dan kuota

i i   h   i   f  hi ldi       f  h  Protection is the practice of shielding a sector of the economy from foreign competition.A t iff i    t    i tA tariff is a tax on imports.A quota is a limit on the quantity of imports.E   b idi       d    Export subsidies are government payments made to domestic firms to encourage exports.Dumping refers to a firm or industry that sells Dumping refers to a firm or industry that sells products on the world market at prices below the cost of production.p

Page 90: Comparative Industry Approach

Keuntungan Perdagangan :Keuntungan Perdagangan :

K ik h d i d $2Ketika harga dunia ada $2, kuantitas permintaandomestik meningkat, dang ,kuantitas yang ditawarkanberkurang, penawaranmenurun dan sumberdayamenurun dan sumberdayaakan digunakan di sektoryang lain

Page 91: Comparative Industry Approach

Kerugian dari pembebanan tarifg pHilangnya efisiensi dari $ 1 tarif:

Konsumen harus membayarKonsumen harus membayarsesuatu lebih tinggi untukbarang-barang itu bisadiproduksi pada biaya yangdiproduksi pada biaya yang lebih rendah.Marginal produksi digambark d l t k til d j hke dalam tekstil dan menjauhdari barang-barang lain, menghasilkan produksid tik tid k fi idomestik yang tidak efisien

• Government revenue equals the shaded area.

Page 92: Comparative Industry Approach

TREND DAN ARAH PERKEMBANGAN PRODUK ELEKTRONIKA AKAN TERKONVERGENSI KE ARAH PRODUK MULTIMEDIA

Digitaliz

ContentNIM = Networked

zation

EntertainmentPublishing

Information ProvidersInteractive Multimedia

ComputerHardware

and Software

Telephone,Cable,

Satellite, Radio

NIM

Computer Communication

Page 93: Comparative Industry Approach

PERMASALAHAN :

1. BELUM MENDAPAT DUKUNGAN YANG MEMADAI DARI HUKUM PERUNDANGAN, STANDARISASI, SDM, DAN BUDAYA INFORMASI.STANDARISASI, SDM, DAN BUDAYA INFORMASI.

2. BELUM MEMILIKI PETA POTENSI SDM MAUPUN PERUSAHAAN SOFT WARE.3. PENGUASAAN TEKNOLOGI PRODUK MAUPUN MANUFAKTUR MASIH LEMAH 4 LEMAH DALAM MELAKSANAKAN PERLINDUNGAN THD HaKI4. LEMAH DALAM MELAKSANAKAN PERLINDUNGAN THD HaKI.5. TERBATASNYA KETERSEDIAAN TEMPAT-TEMPAT UNTUK INCUBATOR DAN

WIRAUSAHA.6 SANGAT TERBATASNYA KETERSEDIAAN PERUSAHAAN PERUSAHAAN VENTURE 6. SANGAT TERBATASNYA KETERSEDIAAN PERUSAHAAN-PERUSAHAAN VENTURE

CAPITAL SPESIALIS DI TEKNOLOGI SOFTWARE7. BERKEMBANGNYA ISUE GLOBAL ( SEPERTI  LINGKUNGAN HIDUP, 

PERBURUHAN  HAM  PERLINDUNGAN KONSUMEN  BIOTERORISM  DLL )PERBURUHAN, HAM, PERLINDUNGAN KONSUMEN, BIOTERORISM, DLL ).

93

Page 94: Comparative Industry Approach

KEKUATAN :

1. ADA TREND PERGESERAN BASIS PRODUKSI HARDWARE DAN SOFTWARE KE NEGARA YANG BANYAK TERSEDIA TENAGA KERJA SEMI-SKILL DAN PROGRAMERPROGRAMER.

2. ADANYA PEMBANGUNAN TELEMATIKA INDONESIA ( INDUSTRI INFORMATIKA, TELEKOMUNIKASI, MULTIMEDIA ).

G G S S3. UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN APLIKASI TELEMATIKA.

4. PENGEMBANGAN E.COMMERCE / INTERNET SANGAT PESAT.5. TENAGA SEMI SKILL TERSEDIA BANYAK, TENAGA PROGRAMER SANGAT

KOMPETITIF.6. KEMAMPUAN KREASI-”CONTENT” KITA CUKUP KUAT (MIS: ANIMASI).7. PESATNYA PERKEMBANGAN INFORMASI TEKNOLOGI YANG SANGAT 

MENENTUKAN DALAM KECEPATAN MERAIH PELUANG PASAR.8. TERDAPATNYA BERBAGAI LEMBAGA PT, R & D BAIK MILIK PEMERINTAH 

DAN SWASTA

94

DAN SWASTA.

Page 95: Comparative Industry Approach

KEUNGGULAN KOMPARATIVE :

INDONESIA MEMILIKI FAKTOR KEUNGGULAN KOMPARATIF UNTUK BERKEMBANGNYA INDUSTRI ELEKTRONIKA, YAITU:

1. PASAR DOMESTIK YANG BESAR SETELAH AS, CHINA DAN INDIA.2 MEMILIKI TENAGA KERJA YANG CUKUP DAN UPAH BURUH YANG

,

2. MEMILIKI TENAGA KERJA YANG CUKUP DAN UPAH BURUH YANG SANGAT BERSAING

3. TERLETAK DI GEO-STASIONER DAN TELAH BERPENGALAMAN LEBIH DARI 15 TAHUN MENGOPERASIKAN SATELIT.

4. SECARA ALAMIAH TELAH TERBENTUK KLUSTER INDUSTRI ELEKTRONIKA BERORIENTASI PASAR GLOBAL DI SEPANJANG ELEKTRONIKA BERORIENTASI PASAR GLOBAL DI SEPANJANG KORIDOR JKT-CIKAMPEK.

95

Page 96: Comparative Industry Approach
Page 97: Comparative Industry Approach
Page 98: Comparative Industry Approach
Page 99: Comparative Industry Approach
Page 100: Comparative Industry Approach
Page 101: Comparative Industry Approach
Page 102: Comparative Industry Approach
Page 103: Comparative Industry Approach
Page 104: Comparative Industry Approach
Page 105: Comparative Industry Approach
Page 106: Comparative Industry Approach
Page 107: Comparative Industry Approach
Page 108: Comparative Industry Approach
Page 109: Comparative Industry Approach
Page 110: Comparative Industry Approach
Page 111: Comparative Industry Approach