ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM...

123
i ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013 (Studi Kasus di Bank Syari’ah Mandiri KC Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam Oleh: Yessi Widhi Astuti NIM: 21411025 JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015

Transcript of ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM...

Page 1: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

i

ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI

MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERATURAN

MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 30 TAHUN 2013

(Studi Kasus di Bank Syari’ah Mandiri KC Salatiga)

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Yessi Widhi Astuti

NIM: 21411025

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2015

Page 2: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

ii

Page 3: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

iii

Page 4: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

iv

Page 5: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

v

MOTO PENULIS

"Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-

lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi

kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu" maka berdirilah,

niscaya Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan

orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan”

(Q.S. Al-Mujadilah: 11)

“Ilmu tanpa agama adalah lumpuh, agama tanpa ilmu adalah buta”

(Albert Einstein)

“Kegigihan adalah kekuatan hebat yang tak terlihat yang bisa menyingkirkan

rintangan besar”

(Yessi Widhi Astuti)

Page 6: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

vi

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan dengan cinta dan ketulusan hati karya ilmiah berupa skripsi ini

kepada :

1. Kedua orang tuaku Bapak Ripto Haryono dan Ibu Nurhayati tercinta, yang

telah mendoakan dan memberi kasih sayang serta pengorbanan selama ini.

2. Adikku Wisnu Syahrul Romansyah, yang telah mendoakan agar selalu

tetap semangat dalam menuntut ilmu dan menjalani kehidupan di dunia

ini.

3. Keluarga Besar Bani Mukaromah, yang selalu memberikan dorongan serta

motivasi agar selalu bersabar dalam menghadapi setiap masalah.

4. Seseorang yang telah memberikan kehidupan bermakna, pencerahan dan

motivasi yang tinggi sehingga penulis selalu semangat dalam menjalani

kehidupan.

5. Para guru sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi yang penulis

sayangi dan hormati dalam memberikan ilmu dan membimbing dengan

penuh kesabaran.

6. Almamater Tercinta Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga yang penulis

banggakan.

Page 7: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

vii

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat-Nya Penulisan Skripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan

yang diharapkan. Penulis juga bersyukur atas rizki dan kesehatan

yang telah diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyusun penulisan skripsi

ini.

Sholawat dan salam selalu penulis sanjungkan kepada Nabi, Kekasih,

Spirit Perubahan, Rasullah Muhammad SAW beserta segenap keluarga dan para

sahabat-sahabatnya, syafa‟at beliau sangat penulis nantikan di hari pembalasan

nanti.

Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan

guna memperoleh gelar Sarjana dalam Hukum Islam, Fakultas Syari‟ah, Jurusan

S1 Hukum Ekonomi Syari‟ah yang berjudul: “Analisis Pembiayaan Talangan

Haji Menurut Hukum Islam dan Peraturan Menteri Agama Republik

Indonesia Nomor 30 Tahun 2013 (Studi Kasus di Bank Syari’ah Mandiri KC

Salatiga)”. Penulis mengakui bahwa dalam menyusun Penulisan Skripsi ini tidak

dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Karena itulah

penulis mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya, ungkapan terima

kasih kadang tak bisa mewakili kata-kata, namun perlu kiranya penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah di IAIN

Salatiga.

Page 8: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

viii

3. Bapak Ilya Muhsin, S.H.I., M.Si, selaku Wakil Dekan Fakultas Syari‟ah

Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama yang selalu memberikan ilmunya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar

dan baik.

4. Ibu Evi Ariyani, M.H, selaku Ketua Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari‟ah

di IAIN Salatiga.

5. Bapak Farkhani, S.H.I., S.H., M.H, selaku Dosen Pembimbing yang selalu

meberikan saran, pengarahan dan masukan berkaitan penulisan skripsi

sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai yang diharapkan.

6. Ibu Lutfiana Zahriani, M.H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari‟ah IAIN

Salatiga yang memberikan pemahaman, arahan dalam penulisan skripsi

sehingga penulisan skripsi ini bisa saya selesaikan.

7. Bapak Gery Baldi, selaku Direktur Bank Syari‟ah Mandiri KC Salatiga

yang telah berkenan memberikan izin penelitian di Bank Syari‟ah Mandiri

KC Salatiga serta jajaran pegawai yang telah memberikan informasi

berkaitan penulisan skripsi.

8. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf adminitrasi

Fakultas Syari‟ah yang tidak bisa kami sebut satu persatu yang selalu

memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

tanpa halangan apapun.

9. Sahabat-sahabatku Lilis Setiyowati, Tri Subiyanti, dan Faza Atika Ulfah

yang selalu mendukung penulis dalam menyusun skripsi ini.

Page 9: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

ix

10. Teman-teman Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari‟ah angkatan 2011 di

IAIN Salatiga yang telah memberikan banyak cerita selama menempuh

pendidikan di IAIN Salatiga.

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan

balasan yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis, agar pula senantiasa

mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan cita-Nya. Amiin.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini masih jauh

dari sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun

analisanya, sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis harapan

demi enaknya penulisan skripsi ini dibaca dan dipahami.

Akhirnya, penulis berharap semoga skrispi ini bermanfaat khususnya bagi

penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.

Salatiga, 06 Agustus 2015

Penulis.

Page 10: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

x

ASBTRAK

Astuti, Yessi Widhi. 2015. Analisis Pembiayaan Talangan Haji Menurut Hukum

Islam dan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013

(Studi Kasus di Bank Syari‟ah Mandiri KC Salatiga). Skripsi. Fakultas Syari‟ah.

Jurusan. S1 Hukum Ekonomi Syari‟ah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga. Pembimbing: Farkhani, S.H.I., S.H., M.H.

Kata Kunci : Pembiayaan, Talangan Haji, Hukum Islam.

Bank Syari‟ah Mandiri KC Salatiga merupakan salah satu lembaga

keuangan syari‟ah dalam bentuk perbankan syari‟ah yang banyak mengeluarkan

produk pembiayaan. Salah satunya adalah pembiayaan talangan haji. Penulis

dalam hal ini mengkaji tentang analisis hukum Islam dan Peraturan Menteri

Agama Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013 terhadap pelaksanaan

pembiayaan talangan haji pada produk pembiayaan pembiayaan talangan haji di

Bank Syari‟ah Mandiri KC Salatiga. Pertanyaan utama yang ingin dijawab

melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana pelaksanaan pembiayaan talangan

haji di Bank Syari‟ah Mandiri KC Salatiga (2) Apakah pelaksanaan pembiayaan

talangan haji di Bank Syari‟ah Mandiri KC Salatiga sesuai dengan hukum Islam

dan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013 tentang

Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka dilakukan penelitian kualitatif

dengan menggunakan pendekatan sosiologis yuridis serta menggunakan jenis

penelitian field research (penelitian lapangan) yaitu penelitian yang dilakukan di

dalam masyarakat itu sendiri atau dalam instansi yang bersangkutan. Untuk

mengetahui bagaimana pelaksanaan produk pembiayaan talangan haji di Bank

Syari‟ah Mandiri KC Salatiga. Temuan penelitian ini menunjukan bahwa,

pertama: Pelaksanaan pembiayaan talangan haji di Bank Syari‟ah Mandiri KC

Salatiga dari segi akadnya sudah menggunakan akad Qardh wal Ijarah yang

sudah sesuai dengan prinsip-prinsip syara‟ dari akad tersebut dan sesuai fatwa

DSN-MUI No. 19/DSN-MUI/IV/2001 dan fatwa DSN-MUI No. 09/DSN-

MUI/IV/2000 dan produk pembiayaan talangan haji di Bank Syari‟ah Mandiri KC

Salatiga telah sesuai dengan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor

30 Tahun 2013. Karena sejak berlakunya Peraturan Menteri Agama Republik

Indonesia Nomor 30 Tahun 2013 Bank Syari‟ah Mandiri memberikan layanan

pembiayaan talangan haji dengan jangka waktu talangan hanya 1 (satu) tahun.

Apabila dalam waktu satu tahun nasabah tidak bisa melakukan pelunasan, maka

akan dilakukan akad ulang dan nasabah akan dikenakan ujrah sebesar Rp.

2.850.000,-. Kedua: Pelaksanaan pembiayaan Talangan Haji di bank Syari‟ah

Mandiri KC Salatiga sudah sesuai dengan hukum Islam dan Peraturan Menteri

Agama Nomor 30 Tahun 2013 tentang Bank Penerima Setoran Penyelenggaraan

Ibadah Haji.

Page 11: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................. i

NOTA PEMBIMBING.............................................................................. ii

PENGESAHAN......................................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................................. iv

MOTO........................................................................................................ v

PERSEMBAHAN...................................................................................... vi

KATA PENGANTAR............................................................................... vii

ABSTRAK................................................................................................. x

DAFTAR ISI.............................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian................................................................... 6

D. Kegunaan Penelitian.............................................................. 6

E. Penegasan Istilah................................................................... 6

F. Tinjauan Pustaka................................................................... 7

G. Metode Penelitian.................................................................. 9

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian....................................... 9

2. Kehadiran Peneliti ............................................................ 10

3. Lokasi Penelitian .............................................................. 10

4. Sumber Data....................................................................... 11

5. Prosedur Pengumpulan Data ............................................. 11

6. Analisis Data ..................................................................... 13

7. Pengecekan Keabsahan Data ............................................. 13

8. Tahap-tahap Penelitian....................................................... 14

H. Sistematika Penulisan............................................................ 16

Page 12: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

xii

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Haji Dalam Prespektif Fiqh................................................... 19

1. Pengertian Haji................................................................... 19

2. Dasar Hukum Haji.............................................................. 21

3. Waktu Pelaksanaan Haji..................................................... 24

4. Rukun-Rukun Haji Dan Syarat-Syarat Haji....................... 25

B. Istiƫã‟ah Ibadah Haji.............................................................. 33

1. Pengertian dan Batasan Istiƫã‟ah Ibadah Haji..................... 33

2. Istiƫã‟ah Ibadah Haji Menurut Para Ulama......................... 36

C. Tinjauan Tentang Pembiayaan Talangan Haji....................... 38

1. Pengertian Pembiayaan Talangan Haji............................... 41

2. Dasar Hukum Pembiayaan Talangan Haji.......................... 42

3. Akad Dalam Pembiayaan Talangan Haji............................ 43

D. Tinjauan Tentang Bank Penerima Setoran Biaya

Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPS BPIH)............................ 50

BAB III GAMBARAN UMUM PELAKSANAAN PEMBIAYAAN

TALANGAN HAJI DI BANK SYARI’AH MANDIRI

A. Gambaran Umum Bank Syari‟ah Mandiri............................ 61

1. Sejarah Bank Syari‟ah Mandiri........................................ 61

2. Profil Bank Syari‟ah Mandiri........................................... 63

3. Visi dan Misi.................................................................... 64

4. Struktur Organisasi........................................................... 65

5. Produk-Produk di Bank Syari‟ah Mandiri....................... 70

B. Gambaran Umum Pembiayaan Talangan Haji di Bank

Syari‟ah Mandiri................................................................... 86

1. Pengertian Pembiayaan Talangan Haji........................... 86

2. Akad Pembiayaan Talangan Haji.................................... 87

3. Mekanisme Pembiayaan Talangan Haji.......................... 88

4. Manfaat Pembiayaan Talangan Haji............................... 91

BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis Pembiayaan Talangan Haji Menurut Hukum

Page 13: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

xiii

Islam...................................................................................... 92

B. Analisis Pembiayaan Talangan Haji Menurut Peraturan

Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013 99

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................... 104

B. Saran-Saran........................................................................... 105

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 14: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Bank Syari‟ah Mandiri..................................... 67

Page 15: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

xv

DAFTAR GAMBAR

Tabel 3.2 Ketentuan Pembiayaan Talangann Haji Bank Syari‟ah Mandiri

KC. Salatiga..................................................................................................

88

Page 16: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Haji adalah rukun Islam yang ke lima. Haji berarti: berkunjung,

atau ziarah. Yang dimaksudkan ialah: berkunjung atau ziarah ke tanah suci

(Baitullah dan sekitarnya) dalam rangka melaksanakan Rukun Islam yang

kelima (Saleh, 2008: 202). Dalam buku Fikih Sunnah jilid 5, Syayyid

Sabiq (1978: 31) menjelaskan bahwa haji ialah mengunjungi Mekkah buat

mengerjakan ibadah Thawaf, sai, wuquf di Arafah dan ibadah-ibadah lain

demi memenuhi titah Allah dan mengharap keridhaan-Nya.

Waktu pelaksanaan ibadah haji hanya pada bulan Dzulhijjah.

Dilaksanakan pada tanggal 8 sampai 13 Djulhijjah. Tempat

dilaksanakannya ibadah haji adalah di Masjidilharam, Mekkah. Ibadah haji

diwajibkan Allah kepada orang-orang yang mampu menunaikannya, yaitu

orang-orang yang memiliki kesanggupan biaya serta sehat secara jasmani

dan rohani untuk menunaikan ibadah haji.

Dalam al-Qur‟an Surat Ali Imran ayat 97 dijelaskan bahwa

diwajibkannya haji bagi orang yang mampu, dan tidak diwajibkan haji

bagi orang yang tidak mampu, sebagai berikut:

Page 17: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

2

Artinya: Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya)

maqam Ibrahim, barang siapa memasukinya (baitullah itu) menjadi aman

dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu

(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang

siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha

Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam (Q.S. Ali Imran: 97).

Selain itu terdapat hadis yang menjelaskan tentang keutamaan

mengeluarkan biaya dalam melakukan ibadah haji. Dalam hadis yang

diterima dari Buraidah bahwa Nabi saw. bersabda:

“Mengeluarkan biaya untuk keperluan haji sama dengan

mengeluarkannya untuk perang sabil: satu dirham menjadi tujuh kali

lipat.” (Sabiq, 1978: 39).

Dalam rangka membantu umat Islam dalam menunaikan rukun

Islam yang kelima ini maka lembaga keuangan syariah atau perbankan

syariah berlomba-lomba untuk membuat berbagai macam produk

pembiayaan. Produk pembiayaan tersebut diantarannya pembiayaan

talangan haji. Yang menjadi landasan hukum dari produk ini adalah fatwa

DSN MUI Nomor 29/DSN-MUI/VI/2002 dengan ketentuan sebagai

berikut:

Page 18: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

3

1. Dalam pengurusan haji bagi nasabah, LKS dapat memperoleh imbalan

jasa (ujrah) dengan menggunakan prinsip al-Ijarah sesuai Fatwa DSN-

MUI nomor 9/DSN-MUI/IV/2000.

2. Apabila diperlukan, LKS dapat membantu menalangi pembayaran

BPIH nasabah dengan menggunakan prinsip al-Qardh sesuai Fatwa

DSN-MUI nomor 19/DSN-MUI/IV/2001.

3. Jasa pengurusan haji yang dilakukan LKS tidak boleh dipersyaratkan

dengan pemberian talangan haji.

4. Besar imbalan jasa al-Ijarah tidak boleh didasarkan pada jumlah

talangan al-Qardh yang diberikan LKS kepada nasabah.

Dengan munculnya fatwa tersebut membuat nasabah sangat

berminat terhadap produk pembiayaan talangan haji yang disediakan di

perbankkan syari‟ah. Bahkan dengan biaya yang cukup terjangkau, kita

dapat mendapatkan talangan haji yang cukup besar dan jangka waktu

pengembalian yang relatif lama. Menurut Dyah Septiani dalam webnya

(http://dyahseptatiani.wordpress.com/2013/03/24/dana-talangan-haji/,

diakses pada 11 November 2014) menjelaskan bahwa untuk mendapatkan

pembiayaan talangan haji di Bank Syari‟ah Mandiri hanya dengan dana

minimal yang harus dimiliki oleh calon jamaah adalah sebesar Rp.

5.850.000,- maka dana Talangan haji yang akan diterima adalah sebesar

Rp. 22.500.000,- dengan jangka waktu pengembalian dana 3 tahun

(ketentuan jumlah setoran awal untuk memperoleh nomor porsi untuk

Page 19: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

4

tahun 2012 adalah RP. 25.000.000,- info yang peroleh di tahun 2013

sekitar bulan april, pemerintah akan menaikan jumlah setoran awal).

Jumlah yang akan dikembalikan selama jangka waktu 3 tahun tersebut

tidak ditentukan batas minimalnya, hanya dikenakan ujrah (administrasi)

per tahunnya. Untuk tahun pertama biaya Ujrah sebesar 2.850.000,- (sudah

termasuk dalam dana minimal calon jamaah). Untuk tahun ke dua biaya

ujrah sebesar Rp. 2.850.000,-. Untuk tahun ke tiga biaya ujrah Rp.

2.850.000,- Ujrah tersebut belum termasuk biaya materai (pada waktu

akad). Syarat yang ditentukan oleh Bank Syariah Mandiri untuk

mendapatkan dana talangan haji sangat mudah, hanya melampirkan copy

KTP suami/isteri, copy kartu keluarga, copy Akta Nikah dan membuka

Tabungan Mabrur.

Banyaknya minat nasabah dan mudahnya syarat untuk memperoleh

Pembiayaan Talangan Haji maka mengakibatkan banyak daftar tunggu haji

(waiting list). Bahkan menurut artikel yang diakses oleh peneliti daftar

tunggu haji untuk daerah Jawa Tengah sendiri dari 29.435 kuota haji yang

disediakan sudah ada 402.598 jamaah yang mendaftar dan menyebabkan

daftar tunggu haji sampai tahun 2028. Lamanya daftar tunggu haji tersebut

dikarenakan banyaknya calon jemaah haji yang mendaftar. Namun dari

402.598 pendaftar baru 2.079 yang melunasi Biaya Penyelenggaraan

Ibadah Haji (http://www.kabarmakkah.com/2014/09/berapa-tahun-

menunggu-kuota-haji.html, diakses pada 11 November 2014).

Page 20: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

5

Maka dalam rangka meningkatkan pengelolaan setoran biaya

penyelenggaraan ibadah haji secara lebih profesional, akuntabel, amanah,

dan transparan Menteri Agama Republik Indonesia memberlakukan

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013 yang

mengatur tentang Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah

Haji. Selain itu untuk menanggulangi banyaknya daftar tunggu haji

(waiting list) dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor

30 Tahun 2013 juga menetapkan bahwa Bank Penerima Setoran Biaya

Penyelenggaraan Ibadah Haji tidak boleh memberikan layanan dana

talangan haji dengan jangka waktu talangan lebih dari 1 (satu) tahun.

Berdasarkan pemaparan di atas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Analisis Pembiayaan Talangan Haji Menurut

Hukum Islam dan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia

Nomor 30 Tahun 2013 (Studi Kasus di Bank Syari’ah Mandiri Kantor

Cabang Salatiga)”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas dapat

diangkat pokok masalah yang dapat dijadikan pembahasan, yaitu :

1. Bagaimana pelaksanaan pembiayaan talangan haji di Bank Syari‟ah

Mandiri Kantor Cabang Salatiga?

2. Apakah pelaksanaan pembiayaan talangan haji di Bank Syari‟ah

Mandiri Kantor Cabang Salatiga sesuai dengan Hukum Islam dan

Page 21: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

6

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013

Tentang Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji?

C. Tujuan Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian terhadap pembiayaan talangan

haji di Bank Syari‟ah Mandiri Kantor Cabang Salatiga diharapkan dapat :

1. Untuk mengetahui dengan jelas bagaimana pelaksanaan pembiayaan

talangan haji di Bank Syari‟ah Mandiri Kantor Cabang Salatiga.

2. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan pembiayaan talangan haji di

Bank Syari‟ah Mandiri Kantor Cabang Salatiga sesuai dengan Hukum

Islam dan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 30

Tahun 2013 Tentang Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan

Ibadah Haji.

D. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai sumbangan pemikiran dalam menambah wawasan tentang

produk pembiayaan talangan haji.

2. Memberikan wawasan kepada pembaca mengenai kesesuaian antara

peraturan dan praktek nyata dalam pembiayaan talangan haji.

E. Penegasan Istilah

1. Pembiayaan Talangan Haji merupakan pinjaman dana talangan dari

bank kepada nasabah khusus untuk menutupi kekurangan dana untuk

Page 22: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

7

memperoleh kursi/seat haji dan pada saat pelunasan Biaya Perjalanan

Ibadah Haji (BPIH) (www.syariahmandiri.co.id).

2. Hukum Islam adalah ketetapan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT

yang berupa aturan-aturan untuk ditaati dan berupa larangan-larangan

untuk dijauhi.

3. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013

adalah peraturan yang mengatur tentang Bank Penerima Setoran Biaya

Penyelenggaraan Ibadah Haji.

F. Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang pembiayaan talangan haji dalam lembaga

perbankan syari‟ah sudah banyak dilakukan. Penelitian tentang

pembiayaan talangan haji ini pernah dilakukan oleh Maria Ulfah (2012: iv)

mahasiswi di IAIN Walisongo yang dijadikan sebagai bahan skripsi. Maria

Ulfah meneliti tentang ANALISIS PENGARUH MARKETING

SYARIAH TERHADAP MINAT NASABAH DANA TALANGAN HAJI

(STUDI KASUS DI BANK MUAMALAT CABANG SEMARANG).

Maria Ulfah memfokuskan tentang masalah apakah ada pengaruh marketing

syariah terhadap minat nasabah Dana Talangan Haji. Penelitian tersebut

bertujuan menguji secara parsial dan simultan bagaimana marketing syariah

berpengaruh terhadap minat nasabah untuk pengambilan porsi haji dalam

bentuk dana Talangan Haji di Bank Muamalat Cabang Semarang.

Page 23: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

8

Skripsi Nur Halimah (2009 : vi) mahasiswi di IAIN Walisongo

dengan judul STUDI ANALISIS TERHADAP PRAKTEK AKAD

QARDH WAL IJARAH PADA PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI

BANK SYARI‟AH MANDIRI CABANG SEMARANG. Dalam skripsi

Nur Halimah menjelaskan tentang penerapan dan praktek dari akad Qardh

Wal ijarah pada pembiayaan talangan haji di Bank Syari‟ah Mandiri

Cabang Semarang sudah sesuai dengan Syari‟at Islam.

Skripsi Muhammad Bahtiyar Rifai (2010: ii) mahasiswa di UIN

Sunan Kalijaga dengan judul TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP

PRODUK TALANGAN HAJI (STUDI DI BANK SYARI‟AH MANDIRI

CABANG CIK DI TIRO YOGYAKARTA). Dalam skripsi Muhamat

Bahtiyar Rifai ini memfokuskan masalah tentang gambaran produk

talangan haji di BSM Cabang Cik Di Tiro Yogyakarta dan bagaimana

tinjauan Hukum Islam terhadap produk talangan haji tersebut.

Dari tinjauan pustaka yang diperoleh penulis, maka pembahasan

mengenai Analisis Pembiayaan Talangan Haji Menurut Hukum Islam dan

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013

(Studi Kasus di Bank Syari‟ah Mandiri Kantor Cabang Salatiga) sangat

menarik untuk dikaji. Walaupun sudah ada yang meneliti tentang tinjauan

Hukum Islam terhadap dana talangan haji, namun disini peneliti akan

membandingkan praktek pelaksanaan pembiayaan talangan haji di Bank

Syari‟ah Mandiri Kantor Cabang Salatiga dengan Hukum Islam dan

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013.

Page 24: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

9

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Pendekatan Sosiologis Yuridis. Pendekatan Sosiologis Yuridis yaitu

strategi penelitian yang lebih banyak melihat fakta-fakta fenomena

yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, kemudian diambil dan

dihubungkan dengan hukum-hukum positif nasional dengan tidak

meninggalkan hukum syari‟ yang menjadi sumber keberadaan hukum

pembiayaan talangan haji dalam perbankkan syari‟ah.

Jenis penelitian yang digunakan adalah field research (penelitian

lapangan) yaitu penelitian yang dilakukan di dalam masyarakat itu

sendiri atau dalam instansi yang bersangkutan. Pengertian lain dari

Penelitian lapangan (field research), yaitu research yang dilakukan

dikancah atau di medan terjadinya gejala-gejala (Hadi, 2000: 10).

Yaitu bagaimana pelaksanaan produk pembiayaan talangan haji di

perbankkan syari‟ah, selain itu penelitian ini termasuk penelitian

kualitatif, karena dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkap

fakta secara menyeluruh melalui pengumpulan data di lapangan dan

memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara

holistic, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,

Page 25: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

10

pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai metode ilmiah (Moleong, 2009: 6). Selain itu laporan

penelitian kualitatif harus memiliki fokus yang jelas. Fokus dapat

berupa masalah, objek evaluasi, atau pilihan kebijakan (STAIN, 2008:

26).

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini peneliti menjadi instrumen yang sangat

penting dan juga menjadi pengumpul data. Maka kehadiran peneliti

disini sebagai partisipan penuh yang mengumpulkan data tentang

penelitian. Dan kehadiran peneliti dalam meneliti produk pembiayaan

talangan haji di Bank Syari‟ah Mandiri Kantor Cabang Salatiga ini

diketahui karena peneliti melakukan wawancara dengan pihak

perbankkan.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Bank Syari‟ah Mandiri Kantor Cabang

Salatiga yang beralamatkan di jalan Diponegoro Nomor 77, Kota:

Salatiga, Indonesia. Peneliti memilih lokasi tersebut karena sesuai

dengan topik yang akan diteliti. Dan dengan dipilihnya lokasi tersebut

berharap akan menambah wawasan dan menemukan wawasan baru.

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat

Diperoleh (Arikunto, 2002: 107). Sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

Page 26: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

11

a. Data primer yaitu: data yang diperoleh secara langsung dari pihak

pertama (Subagyo, 1991: 87). Sumber data primer, yaitu data yang

diperoleh langsung dari sumber pertama yakni pegawai bank

syari‟ah melalui penelitian.

b. Data sekunder yaitu: data yang diperoleh atau berasal dari bahan

kepustakaan yang digunakan untuk melengkapi data primer

(Subagyo, 1991: 89). Sumber data sekunder yaitu mencakup

dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian yang serupa laporan

buku harian dan sebagainnya.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, peneliti tidak mengumpulkan data dengan

seperangkat instrumen untuk mengatur variabel, tapi peneliti mencari

dan belajar dari subjek dalam penelitiannya, serta menyusun format

(yang disebut protokol) untuk mencatat data ketika penelitian berjalan

(Alsa, 2003: 47). Adapun metode pengumpulan data tentang

pembiayaan talangan haji ini dengan menggunakan tehnik sebagai

berikut :

a. Metode observasi

Yaitu metode suatu pengumpulan data yang dilakukan

dengan pengamatan langsung dan mencakup data-data yang

diperoleh secara sistematis, dari objek penelitian. Seperti

melakukan tes, kuisioner atau angket, rekaman gambar, dan

rekaman suara. Ini berkaitan dengan produk pembiayaan talangan

Page 27: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

12

haji di Bank Syari‟ah Mandiri Kantor Cabang Salatiga. Metode

observasi inilah metode pertama yang penulis gunakan untuk

memperoleh data-data yang berkaitan dengan produk pembiayaan

talangan haji.

b. Metode Wawancara

Interview/ wawancara, yaitu suatu percakapan tanya jawab

lisan antara dua orang atau lebih yang duduk berhadapan secara

fisik dan diarahkan pada suatu masalah tertentu (Kartono, 1996:

187). Atau mendapatkan informasi dengan cara tanya jawab

langsung kepada pemuka agama, tokoh masyarakat setempat dan

pejabat yang berkompeten, yang merupakan bagian penting dari

cara pengumpulan data dalam penelitian lapangan. Metode ini

digunakan untuk mengetahui tentang produk pembiayaan talangan

haji. Adapun dalam penelitian ini yang diwawancarai adalah

instrumen-instrumen penting dalam Bank Syari‟ah Mandiri Kantor

Cabang Salatiga. Yaitu bagian customer service Bank Syari‟ah

Mandiri Kantor Cabang Salatiga dan Unit Pelayanan Pembiayaan

Talangan Haji di BMT Amal Mulia Suruh selaku mitra kerja dari

Bank Syari‟ah Mandiri Kantor Cabang Salatiga.

c. Dokumentasi

Yaitu, mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2002:

Page 28: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

13

206). Untuk mendapatkan data yang jelas dan kongkrit, maka

peneliti juga menggunakan metode dokumentasi berupa, bacaan-

bacaan yang memuat tentang tema yang akan diteliti. Selain itu

peneliti juga akan mendokumentasikan kegiatan penelitian

lapangan yang akan dilakukan. Seperti dokumentasi berupa

gambar, rekaman suara, dan lain-lain.

6. Analisis Data

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis

data dan menyimpulkan dari data-data yang sudah terkumpul.

Semuanya bertujuan untuk menyimpulkan data secara teratur dan rapi.

Dalam pengolahan data ini penulis menggunakan metode Deskripsi

Kualitatif yaitu metode yang digunakan terhadap suatu data yang telah

dikumpulkan, kemudian diklasifikasikan, disusun, dijelaskan yakni

digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang digunakan untuk

memperoleh kesimpulan (Arikunto, 1998 : 245).

Analisis data ini dilakukan dengan cara membandingkan antara

fakta yang dihasilkan dari penelitian dilapangan yaitu di Bank Syari‟ah

Mandiri Kantor Cabang Salatiga dengan teori Hukum Islam dan

Hukum Positif di Indonesia.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Studi kasus ini menggunakan penelitian dan pendekatan kualitatif.

Dalam pengecekan keabsahan data peneliti menggunakan berbagai

metode seperti wawancara dan pengkajian dari Hukum Islam dan

Page 29: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

14

Peraturan Menteri Agama. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan

metode wawancara yang ditunjang dengan observasi.

Selain itu peneliti menggunakan metode trianggulasi data.

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatun yang lain dalam membandingkan hasil

wawancara terhadap objek penelitian (Moleong, 2004: 330). Jadi

setelah peneliti melakukan wawancara kepada pihak Bank Syariah

Mandiri dan mencatat hasil wawancara. Setelah hasil dari wawancara

dirubah kedalam bentuk resume, maka peneliti melakukan pengecekan

hasil resume tersebut kepada pihak Bank Syariah Mandiri. Apakah

hasil resume wawancara sesuai dengan apa yang ada dalam Bank

Syariah Mandiri.

8. Tahap-tahap Penelitian

Yang pertama adalah tahap persiapan penelitian. Dalam tahap

persiapan penelitian ini setelah peneliti menemukan hal yang ingin

diteliti, maka peneliti membuat garis besar hal yang ingin dilteliti.

Setelah itu peneliti membuat judul dan menentukan rumusan masalah.

Peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun berdasarkan

permasalahan atau objek penelitian yang akan diteliti. Pedoman

wawancara tersebut berisi tentang pertanyaan-pertanyaan mendasar

yang yang nantinya akan dapat dikembangkan pada saat wawancara.

Setelah itu tahap persiapan selanjutnya adalah mempersiapkan diri

untuk melakukan wawancara. Setelah itu peneliti menentukan subjek

Page 30: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

15

yang akan diwawancarai dan membuat kesepakatan dengan calon

narasumber mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara.

Setelah wawancara dilakukan, tahap selanjutnya adalah

memindahkan hasil wawancara. Hasil wawancara bisa berupa catatan,

rekaman, ataupun lainnya. Yang kemudian dilakukan pemindahan

dalam bentuk tertulis atau teks.

Maka langkah selanjutnya adalah melakukan pembuatan skripsi.

Setelah judul dan rumusan masalah sudah ditentukan, maka langkah

selanjutnya adalah membuat pendahuluan yang berisi latar belakang

masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian (metode

penelitian ini berisi pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti,

lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis

data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian), dan

sistematika penulisan.

Setelah pendahuluan selesai, peneliti mulai membuat kajian

pustaka yang berisi landasan teori tentang haji dan penjelasan

mengenai pembiayaan talangan haji menurut hukum Islam. Dan

melakukan pengembangan dari rumusan masalah yang dijelaskan

dalam pendahuluan.

Setelah itu peneliti melakukan analisis data pembahasan yang

berisi tentang analisis temuan data dilapangan yang berhubungan

dengan pembiayaan talangan haji di Bank Mandiri Syari‟ah. Dan

Page 31: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

16

langkah terakhir dalam penelitian ini adalah memberikan kesimpulan

yang berisi kritik ataupun saran baik untuk tempat penelitian ataupun

penelitian selanjutnya.

H. Sistematika Penulisan

Sesuai dengan pedoman penulisan skripsi, penulis akan membagi

skripsi ini menjadi lima bab. Masing-masing bab disusun secara sistematis

dan logis. Dan dalam setiap bab terdapat sub bab yang akan menjelaskan

masing-masing bab. Untuk lebih jelasnya penulisan skripsi ini adalah

sebagai berikut:

Bab pertama berisi tentang pendahuluan yang terdiri atas latar

belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

penegasan istilah, metode penelitian, kajian pustaja dan sistematika

penulisan. Didalam metode penelitian berisi tentang pendekatan dan jenis

penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur

pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-

tahap penelitian.

Bab kedua tentang tinjauan umum haji dan pembiayaan talangan

haji, terdiri dari beberapa sub bab, sub bab pertama berisi tentang haji

dalam prespektif fiqh yang didalamnya berisi mengenai pengertian, dasar

hukum, waktu pelaksanaan ibadah haji, dan syarat serta rukun haji. Sub

bab kedua berisi tentang penjelasan istiƫã‟ah ibadah haji yang didalamnya

akan dijelaskan mengenai pengertian dan batasan istiƫã‟ah ibadah haji,

Page 32: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

17

serta istiƫã‟ah ibadah haji menurut pendapat para ulama mazhab. Sub bab

ketiga tentang penjelasan mengenai pembiayaan talangan haji yang

didalamnya dijelaskan mengenai pengertian, dasar hukum dan akad yang

digunakan dalam pembiayaan talangan haji. Sub bab keempat berisi

tentang tinjauan tentang Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan

Ibadah Haji (BPS BPIH) Menurut Peraturan Menteri Agama RI No. 30

Tahun 2013.

Bab ketiga membahas gambaran umum pelaksanaan pembiayaan

talangan haji di Bank Syari‟ah Mandiri. terdiri dari beberapa sub bab, sub

bab pertama berisi tentang gambaran umum Bank Mandiri Syari‟ah yang

didalamnya akan dijelaskan mengenai sejarah Bank Syari‟ah Mandiri , visi

dan misi Bank Syari‟ah Mandiri, profil Bank Syari‟ah Mandiri, dan

produk-produk Bank Syari‟ah Mandiri. Sub bab kedua berisi tentang

gambaran umum pelaksanaan pembiayaan talangan haji di Bank Mandiri

Syari‟ah yang didalamnya dijelaskan mengenai pengertian pembiayaan

talangan haji, mekanisme pembiayaan talangan haji, dan manfaat

pembiayaan talangan haji.

Bab keempat merupakan analisa terhadap Pelaksanaan Pembiayaan

Talangan Haji di Bank Syari‟ah Mandiri, terdiri atas tinjauan dari segi

hukum Islam terhadap Pembiayaan Talangan Haji di Bank Syari‟ah

Mandiri yang meliputi tinjauan dari segi istiƫã‟ah dan dari segi

kemaslahatan. Serta tinjauan menurut Peraturan Menteri Agama Republik

Indonesia Nomor 30 Tahun 2013.

Page 33: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

18

Dan pada bab kelima adalah penutup dari seluruh rangkaian

pembahasan, memuat tentang kesimpulan dari apa yang diteliti dan juga

memberikan kritik dan saran.

Adapun bagian akhir dari skripsi memuat daftar pustaka serta

lampiran-lampiran.

Page 34: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

19

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Haji Dalam Perspektif Fiqh

1. Pengertian Haji

Haji berarti: berkunjung, atau ziarah. Yang dimaksudkan ialah :

berkunjung atau ziarah ke tanah suci (Baitullah dan sekitarnya) dalam

rangka melaksanakan Rukun Islam yang kelima(Saleh, 2008: 202).

Dalam buku Fikih Sunnah jilid 5, Syayyid Sabiq(1978: 31)

menjelaskan bahwa haji ialah mengunjungi Mekkah buat mengerjakan

ibadah Thawaf, sai, wuquf di Arafah dan ibadah-ibadah lain demi

memenuhi titah Allah dan mengharap keridhaan-Nya.

Menurut Departemen Agama Republik Indonesia (1983:329) yang

dimaksudkan dengan Al-hajju adalah menyengaja, menuju. Dan yang

dimaksud dengan menyengaja dan menuju disini adalah bepergian

beribadat di Mekkah, melakukan thawaf, sa‟i, dan wuquf di Arafah,

serta melaksanakan semua ketentuan-ketentuan haji, karena hendak

memenuhi perintah Allah dan mengharapkan keridhaan Nya.

Al-hajju, atau maknanya al-qashdu (menyengaja, menuju,

memaksudkan), adalah salah satu dari rukun Islam yang lima Ia

merupakan suatu perbuatan yang wajib dilakukan, bagi yang mampu.

Jadi pengertian haji menurut penyusun adalah sengaja

mengunjungi Baitullah dalam rangka menunaikan rukun Islam yang ke

Page 35: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

20

lima dan melaksanakan amalan-amalan dalam ibadah haji tersebut.

Haji mempunyai beberapa keutamaan dan hikmah ibadah haji, di

antarannya(Taufiqurrochman, 2009: 1-3):

a. Mengerjakan ibadah haji adalah pekerjaan yang sangat mulia

dan terpuji. Rosulullah saw bersabda, “Barangsiapa

melaksanakan haji karena Allah, tidak melakukan rafats

(berkata kotor) dan tidak fusuq (durhaka), maka ia kembali suci

dari dosa seperti bayi yang dilahirkan dari kandungan ibunya”.

(HR Bukhari-Muslim).

b. Ibadah haji memberi kesan dan pesan terhadap perjalanan

kehidupan seseorang. Karena itu, Siti Aisyah tak mau

ketinggalan untuk mengerjakan haji setiap tahun. Menurutnya,

“Aku bertanya kepada Rosulullah: Bolehkah aku ikut

berperang dan berjihad bersamamu? Beliau menjawab: Jihad

yang lebih baik dan sempurna ialah haji, haji yang mabrur.

Sejak itulah, aku tak pernah meninggal haji”.

c. Ibadah haji merupakan manifestasi ketundukan kepada Allah.

d. Melaksanakan ibadah haji merupakan ungkapan syukur atas

nikmat harta dan kesehatan.

e. Haji menempa jiwa agar memiliki semangat juang tinggi.

Segala kesulitan yang dihadapi sejak dari tanah air hingga di

tanah suci dan kembali lagi ke tanah air merupakan tantangan

Page 36: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

21

yang harus dihadapi seorang haji yang dengan itu, ia belajar

sabar, tabah, kuat, disiplin dan terdorong berakhlak mulia.

f. Haji dapat menjadi pemersatu antar umat Islam sedunia.

g. Para jamaah haji adalah delegasi Allah swt. Rosulullah saw.

bersabda, “Delegasi Allah ada tiga: orang yang berperang,

orang yang berhaji dan orang yang berumrah” (HR al-Nasa‟i

dan Ibnu Hibban).

2. Dasar Hukum Haji

Ibadah haji disyariatkan sejak zaman nabi Ibrahim as, kemudian

diteruskan hingga generasi umat nabi Muhammad saw. Allah

berfirman mengenai ibadah haji dalam beberapa ayat al-Qur‟an,

sebagai berikut:

a. Al-Qur‟an Surat Ali Imran ayat 97

Artinya: Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di

antaranya) maqam Ibrahim, barang siapa memasukinya

(baitullah itu) menjadi aman dia; mengerjakan haji adalah

kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang

sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa

Page 37: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

22

mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah

Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta

alam(Q.S. Ali Imran : 97).

b. Al-Qur‟an surat al-Hajj ayat 27-28

Artinya: “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan

haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan

kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari

segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan

berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut

nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang

Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang

ternak”(Q.S al-Hajj : 27-28).

c. Al-Qur‟an surat al-Baqarah ayat 196

ال ج ال ج ج م

Artinya: “Dan sempurnakanlah Ibadah Haji dan umroh

karena Allah”.

d. Rosulullah SAW bersabda :

Page 38: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

23

جل ج ال ج ج ل ا

Artinya: “Hendaklah kalian bersegera mengerjakan haji

karena sesungguhnya seseorang tidak akan menyadari

halangan yang akan merintanginya”(HR. Ahmad).

e. Rosulullah SAW bersabda :

س ل هللا، بني سالم ع ى خ س شه د ج إا إ ج هللا، ج ل ج

ت، ابيث، ص م ض ال ، إ ح ء ازج إق م اصج

Artinya : “Islam itu didirikan di atas 5 (lima) pilar : syahadat

tiada ilah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad

Rosulullah, mendirikan shalat, membayar zakat, haji ke

Baitullah dan puasa di bulan Ramadhan”(HR. Bukhari &

Muslim).

f. Rosulullah SAW bersabda :

ك ز د ة ل ج ال ع ي ت ه د نص ني

Artinya: “Barang Siapa yang telah memiliki bekal dan

kendaraan lalu dia tidak berhaji, hendaklah ia mati dalam

keadaan menjadi orang Yahudi, atau Nasrani”(HR. At-

Tirmidzi dari Ali).

Berdasarkan beberapa dasar hukum diatas mengenai ibadah haji,

sangat jelas dituliskan dalam al-Qur‟an maupun hadis Nabi bahwa

menunaikan ibadah haji merupakan suatu kewajiban bagi seluruh

Page 39: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

24

umat Islam di dunia. Allah swt. mewajibkan umat Islam untuk

menunaikan ibadah haji, dan ibadah haji juga termasuk rukun Islam.

Bagi orang yang mampu haji merupakan suatu kewajiban, dan

Allah Maha Kaya maka Allah tidak memerlukan sesuatu, jadi dengan

kita melakukan ibadah haji kita akan menyadari bahwa Allah swt.

tidak membutuhkan apapun dari kita namun kita yang senantiasa

selalu mendekatkan diri kepada Allah.

3. Waktu Pelaksanaan Haji

Waktu pelaksanaan ibadah haji berbeda dengan pelaksanaan

umrah. Umrah bisa dilaksanakan kapan saja, namun kalau pelaksanaan

ibadah haji hanya bisa dilakukan pada bulan tertentu. Lebih tepatnya

pelaksanaan ibadah haji yaitu pada tanggal 8-13 Dzulhijjah. Berikut ini

rincian pelaksanaan ibadah haji:

a. Sebelum tanggal 8 Zulhijah, umat Islam dari seluruh dunia mulai

berbondong untuk melaksanakan Tawaf Haji di Masjid Al Haram,

Makkah.

b. Tanggal 8 Zulhijah, jamaah haji bermalam di Mina. Pada pagi 8

Zulhijah, semua umat Islam memakai pakaian Ihram (dua lembar

kain tanpa jahitan sebagai pakaian haji), kemudian berniat haji, dan

membaca bacaan Talbiyah. Jamaah kemudian berangkat menuju

Mina, sehingga malam harinya semua jamaah haji harus bermalam

di Mina.

Page 40: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

25

c. Tanggal 9 Zulhijah, pagi harinya semua jamaah haji pergi ke

Arafah. Kemudian jamaah melaksanakan ibadah Wukuf, yaitu

berdiam diri dan berdoa di padang luas ini hingga Maghrib datang.

Ketika malam datang, jamaah segera menuju dan bermalam

Muzdalifah.

d. Tanggal 10 Zulhijah, setelah pagi di Muzdalifah, jamaah segera

menuju Mina untuk melaksanakan ibadah Jumrah Aqabah, yaitu

melempar batu sebanyak tujuh kali ke tugu pertama sebagai

simbolisasi mengusir setan. Setelah mencukur rambut atau

sebagian rambut, jamaah bisa Tawaf Haji (menyelesaikan Haji),

atau bermalam di Mina dan melaksanakan jumrah sambungan (Ula

dan Wustha).

e. Tanggal 11 Zulhijah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu

pertama, tugu kedua, dan tugu ketiga.

f. Tanggal 12 Zulhijah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu

pertama, tugu kedua, dan tugu ketiga. Sebelum pulang ke negara

masing-masing, jamaah melaksanakan Thawaf Wada' (thawaf

perpisahan) (http://id.wikipedia.org/wiki/Haji, diakses pada tanggal

14 Desember 2014).

4. Rukun-Rukun dan Syarat-Syarat Haji

Rukun Haji

Menurut Departemen Agama Republik Indonesia (1983:349)

Rukun haji adalah ketentuan-ketentuan yang apabila ditinggalkan,

Page 41: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

26

salah satu dari rukun tersebut tidak dikerjakan maka ibadah haji yang

kita laksanakan tidak sah. Adapun rukun haji ada 6 (enam), yaitu:

a. Ihram

Yang dimaksud dengan ihram menurut Departemen Agama

Republik Indonesia (1983: 373-376) adalah niat melakukan ibadah

haji atau umrah, atau kedua-duanya bersama-sama. Ihram ini

termasuk rukun, dijelaskan dalam al-Qur‟an surah al-Bayyinah

ayat 5, yaitu:

Artinya: Dan tidaklah mereka diperintah kecuali agar beribadah

kepada Allah, secara ikhlas.

Kemudian memakai pakaian ihram. Pakaian Ihram ialah

pakaian yang dipakai oleh orang yang melakukan ibadah haji dan

umrah. Dalam website Kementrian Agama Republik Indonesia

(http://haji.kemenag.go.id/, diakses pada 10 Juni 2015)

menjelaskan tentang ketentuan pakaian ihram tersebut, sebagai

berikut:

1) Bagi pria memakai dua helai kain yang tidak berjahit, satu

diselendangkan di bahu dan satu disarungkan menutupi pusar

sampai dengan lutut. pada waktu melaksanakan tawaf, di

sunnahkan memakai kain Ihram dikenakan dengan cara idtiba,

Page 42: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

27

yaitu dengan membuka bahu sebelah kanan dengan

membiarkan bahu sebelah kiri menutup kain Ihram. Tidak

boleh memakai baju, celana atau kain biasa. Diperbolehkan

memakai ikat pinggang, jam tangan dan alas kaki yang tidak

menutup mata kaki ketika shalat, sunatnya diselendangkan di

atas kedua bahu hingga dada sehingga kedua pundaknya

tertutup.

2) Bagi wanita memakai pakaian yang menutup seluruh tubuh

kecuali muka dan kedua telapak tangan. Sunat sebelum

berihram: mandi, memakai minyak wangi, menyisir rambut dan

memotong kuku.

Selain mengenai ketentuan pakaian ihram, terdapat

larangan ihram. Larangan tersebut ialah:

1) Bagi pria dilarang: memakai pakaian berjahit (bertangkup),

memakai sepatu/alas kaki yang menutupi mata kaki dan

menutup kepala (seperti topi).

2) Bagi wanita dilarang: berkaos tangan(menutup telapak tangan)

dan menutup muka (bercadar).

3) Bagi kedua-duanya dilarang: memakai wangi-wangian kecuali

yang dipakai sebelum berihram, memotong kuku, mencukur

atau mencabut bulu badan, berburu atau

menggangu/membunuh binatang dengan cara apapun, nikah,

menikahkan atau meminang wanita untuk dinikahi, bercumbu

Page 43: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

28

atau bersetubuh (rafas), mencaci atau bertengkar mengucap

kata-kata kotor (fusuq atau jidal) dan memotong pepohonan di

tanah haram.

Dan disunnatkan pula membaca talbiyah, langsung sesudah

berihram, dan lafadzhnya sebagaimana diriwayatkan oleh Imam

Malik dari Nafi‟ dari Ibnu „Umar, dalam buku Ilmu Fiqh I (1983:

375) adalah:

Artinya: Aku datang memenuhi panggilan Mu ya Allah, aku datang

memenuhi panggilan Mu, aku datang memenuhi panggilan Mu

tidak ada sekutu bagi Mu, aku datang memenuhi panggilan Mu.

Sesungguhnya segala puji nikmat dan segenap kekuasaan adalah

milik Mu, tidak ada sekutu bagi Mu.

b. Wukuf

Wukuf di „Arafah merupakan rukun haji terbesar,

sedangkan waktu wukuf adalah sejak matahari tergelincir pada hari

„Arafah, yaitu pada tanggal sembilan Dzulhijjah, sampai fajar

menyingsing pada hari Nahar, tanggal 10 Dzulhijjah (Departemen

Agama Republik Indonesia, 1983: 389). Wukuf di „Arafah adalah

kehadiran dan adanya seseorang dipadang „Arafah.

Page 44: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

29

Pelaksanaan wukuf di awali khutbah, shalat Dzuhur dan

Ashar dijama' taqdim dan qasar sebaiknya berjamaah, kemudian

diisi dengan kegiatan membaca doa, berzikir, membaca Al-Quran,

tasbih dan istigfar (http://haji.kemenag.go.id/, diakses pada 10 Juni

2015).

c. Thawaf

Thawaf menurut bahasa Kata tawaf adalah bentuk jamak

dari kata taif, artinya orang yang bertawaf di sekeliling Baitul

Haram (Ka‟bah). Sedangkan menurut istilah berarti mengelilingi

Ka‟bah sebanyak 7 kali putaran, di mana tiga kali pertama dengan

lari-lari kecil (jika mungkin) dan selanjutnya dengan berjalan

biasa. Tawaf dimulai dan berakhir di Hajar Aswad (tempat batu

hitam) dengan menjadikan Baitullah di sebelah kiri

(http://kamusfiqih.wordpress.com/2012/07/03/pengertian-ihram-

tawaf-wukuf-sai/, diakses pada 14 Desember 2014).

Macam-macam tawaf sebagai berikut:

1) Tawaf Qudum ialah tawaf sunat sebagai penghormatan pada

Baitullah(tahiyat), bagi orang yang melaksanakan haji ifrad

atau haji qiran, sedangkan bagi haji tamattu' ketika pertama kali

memasuki kota Mekkah langsung melakukan tawaf umrah.

Tawaf umrah adalah rukun umrah, orang yang telah melakukan

tawaf umrah berarti dia telah melakukan tawaf qudum karena

didalamnya telah mencakup makna tawaf qudum.

Page 45: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

30

2) Tawaf Ifadah ialah tawaf rukun haji apabila di tinggalkan tidak

sah hajinya. adapun waktunya sesudah Wukuf di Arafah

sedangkan awal waktunya setelah lewat tengah malam tanggal

10 Julhijah.

3) Tawaf Wada ialah tawaf pamitan yang wajib dilakukan

seseorang yang akan meninggalkan kota Mekkah dan Tawaf

Wada tersebut tidak disertai dengan sa'i.

4) Tawaf Sunat ialah tawaf yang dilakukan setiap masuk masjidil

Haram tanpa pakaian ihram dan bukan dalam rangka haji.

Syarat-syarat Tawaf (Departemen Agama Republik Indonesia,

1983: 378-379):

1) Suci dari hadas kecil maupun besar dan dari najis.

2) Menutup aurat.

3) Tujuh kali putaran.

4) Dimulai dari hajar aswad dan juga diakhiri di hajar aswad.

5) Baitullah selalu disebelah kirinya.

6) Bertawaf diluar bait.

Sunah-sunah tawaf (Departemen Agama Republik Indonesia, 1983:

379-380):

1) Menghadapi hajar aswad ketika memulai tawaf, bertakbir,

bertahlil, menyentuh hajar aswad.

2) Berjalan kaki

3) Menyentuh hajar aswad ketika permulaan tawafnya.

Page 46: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

31

4) Tertib.

d. Sa‟i

Sa‟i adalah berjalan yang dimulai dari bukit Shafa, hingga

bukit Marwah, dan dari Marwah ke Shafa. Sebanyak tujuh kali

(Departemen Agama Republik Indonesia, 1983: 382).

Dalam pelaksanaannya, lari-lari kecil sunat dilakukan bagi

laki-laki mulai dari pilar hijau sampai pilar hijau berikutnya.

Sedangkan bagi wanita tidak disunatkan berlari-lari kecil, cukup

berjalan biasa. orang yang melakukan sa'i boleh dalam hadas besar

(http://haji.kemenag.go.id/, diakses pada 10 Juni 2015).

e. Memotong rambut

f. Tertib

Tertib disini berarti semua rangkaian rukun haji

dilaksanakan secara berurutan, jika tidak dilakukan secara

berurutan maka hajinya tidak sah.

Syarat wajib haji yaitu(Taufiqurrochman, 2009: 4):

a. Islam (haji hanya diwajibkan bagi orang yang beragama Islam)

b. Dewasa

c. Berakal sehat

d. Merdeka (bukan budak)

e. Dan mampu (mempunyai biaya haji dan biaya keluarga yang

ditinggalkan).

Page 47: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

32

Selain itu ada juga wajib haji, wajib adalah perbuatan yang wajib

dilakukan, tapi bila perbuatan wajib ini ditinggalkan, haji tetap sah,

namun tetap wajib membayar dam/denda sebagai konsekuensi dari

kewajiban yang ditinggalkan(Taufiqurrochman, 2009: 5). Adapun

wajib haji ada lima, yaitu:

a. Niat ihram dari Miqat Makani

b. Bermala (mabit) di Muzdalifah

c. Bermalam (mabit) di Mina

d. Melontar jumrah

e. Meninggalkan larangan ihram.

f. Sunah Haji

Menurut Taufiqurrochman(2009: 7) kesunnahan haji dan umrah

banyak sekali, diantaranya;

a. Menghilangkan semua kotoran badan, kuku, rambut ketiak, dan

rambut kemaluan.

b. Mandi untuk ihram.

c. Berwangi-wangian pada badan saja (sebelum niat).

d. Memakai kain dan selendang putih untuk pria.

e. Shalat sunnah ihram sebanyak 2 rakaat sebelum berniat ihram.

f. Membaca talbiyah.

g. Memperbanyak bacaan Talbiyah selama dalam keadaan ihram.

h. Membaca doa-doa yang dianjurkan Nabi.

Page 48: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

33

B. Istiƫã’ah Ibadah Haji

1. Pengertian dan Batasan Istiƫã‟ah Ibadah Haji

Salah satu syarat wajib menunaikan ibadah haji adalah mampu,

secara sepakat para ulama Mazhab menetapkan bahwa bisa atau

mampu itu merupakan syarat kewajiban haji (Mughniyah, 1991: 256).

Kesepakatan para ulama Mazhab tersebut didasarkan pada firman

Allah SWT, sebagai berikut:

Artinya: Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya)

maqam Ibrahim, barang siapa memasukinya (baitullah itu) menjadi

aman dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap

Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke

Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka

sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari

semesta alam(Q.S. Ali Imran : 97).

Dalam al-Qur‟an sudah dijelaskan istiƫã‟ah ibadah haji adalah

kemampuan atau kesanggupan untuk melaksanakan ibadah haji.

Mempunyai Istiƫã‟ah (kemampuan) disini berarti mempunyai biaya

haji dan biaya keluarga yang ditinggalkan) (Taufiqurrochman, 2009:

Page 49: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

34

4). Menurut Prof. Dr. H. Abd. Majid, M.A. (t.t: 2) dalam makalahnya

menjelaskan tentang perluasan kesanggupan meliputi:

a. Fisik (performance)

b. Mental (sehat secara psikologis)

c. Finansial (mempunyai keuangan sendiri)

d. Kesehatan (mempunyai riwayat kesehatan klinis dari dokter).

Sedangkan yang dimaksud Istita'ah menurut Kementrian Agama

Republik Indonesia (http://haji.kemenag.go.id/, diakses pada 10 Juni

2015) adalah mampu melaksanakan ibadah haji ditinjau dari:

a. Jasmani

1) Tidak sulit melakukan ibadah haji/umrah.

2) Tidak lumpuh.

3) Tidak dalam keadaan sakit yang diperkirakan lama untuk

sembuh.

b. Rohani

1) Memahami manasik haji/umrah.

2) Berakal sehat (tidak mengidap penyakit gangguan jiwa) dan

memiliki kesiapan mental untuk ibadah haji/umrah dengan

perjalanan yang jauh.

c. Ekonomi

1) Mampu membayar biaya perjalanan ibadah haji (BPIH).

2) Memiliki biaya hidup untuk keluarga yang ditinggalkannya.

3) Bagi para petugas haji istita'ah ekonominya adalah :

Page 50: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

35

a) Memenuhi persyaratan dan aman waktu melaksanakan

ibadah haji/umrah.

b) Aman bagi keluarga dan harta benda yang ditinggalkannya

selama melakukan ibadah haji/umrah.

d. Keamanan

1) Aman dalam perjalanan dan aman waktu melaksanakan ibadah

haji/umrah.

2) Aman bagi keluarga dan harta benda yang ditinggalkannya

selama melakukan ibadah haji/umrah.

Sedangkan Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam

sidangnya pada tanggal 2 Februari 1979, memfatwakan bahwa:

a. Orang Islam dianggap mampu (Istitha‟ah) melaksanakan ibadah

haji, apabila jasmaniah, ruhaniah, dan pembekalan

memungkinkan ia untuk menuaikan tanpa menelantarkan

kewajiban terhadap keluarga, dianggap telah cukup memadai.

b. Perlu adanya penerangan yang seksama, guna menjelaskan

pelaksanaan Istitha‟ah, kesehatan, pokok-pokok manasik haji dan

lain-lain yang dianggap sangat perlu bagi calon jemaah haji.

c. Memang jemaah haji Indonesia sebagian besar terdiri dari

masyarakat kampung dan pedesaan yang sangat kurang/buta

pengalaman. Jika di antara mereka terdapat sekedar ketidak

wajaran, kejanggalan adalah merupakan hal yang lumrah dan

Page 51: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

36

tidak perlu dibesar-besarkan, malah hendaknya ditingkatkan

bimbingannnya.

d. Masyarakat kampung dan pedesaan jika mempunyai kelebihan

kekayaan tidak membiasakan menyimpannya berupa uang,

akan tetapi berupa barang (sawah, kebun, rumah) yang oleh karena

setiap ada keperluan dan kebutuhan yang besar, mereka menjual

barang-barang itu. Yang sangat penting, asal mereka tidak

mengabaikan kewajiban yang lebih utama semisal nafkah

keluarga.

Dilihat dari berbagai aspek kehidupan, istiƫã‟ah atau kemampuan

dalam ibadah haji mempunyai makna yang sangat luas. Jadi kita

sebagai umat manusia yang hidup di zaman modern harus berfikir

secara aktif dalam memaknai istilah istiƫã‟ah ibadah haji.

2. Istiƫã‟ah Ibadah Haji Menurut Para Ulama

Salah satu syarat wajib menunaikan ibadah haji adalah mampu,

secara sepakat para ulama Mazhab menetapkan bahwa bisa atau

mampu itu merupakan syarat kewajiban haji. Tetapi para ulama

Mazhab berbeda pendapat tentang arti bisa atau mampu itu

(Mughniyah, 1991: 256).

Pendapat ulama mazhab empat tentang makna istitha‟ah

sebagaimana yang dikutip oleh Hidayatullah Asmawih dalam blognya

yang diupload pada hari kamis tanggal 07 Februari 2013 sebagai

berikut:

Page 52: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

37

a. Mazhab Hanafi berpendapat bahwa makna istitha‟ah menjadi 3

macam yakni badan/fisik, harta, dan keamanan. Berkaitan

dengan harta adalah bekal dan kendaraan, yakni memiliki bekal

untuk pulang dan pergi dan kendaraan adalah sarana

transportasi yang digunakan. Untuk bekal adalah yang

mencukupi seseorang selama perjalanan dan pelaksanaan

ibadah haji dan juga harta untuk menafkahi keluarga dan

tanggungannya yang ditinggalkan selama dan pasca ibadah

haji.

b. Mazhab Maliki memaknai istitha‟ah dengan 3 hal yakni

kemampuan fisik/badan, adanya bekal yang cukup, dan

kemampuan perjalanan. Berkaitan dengan bekal yang cukup

adalah sesuai dengan kebiasaan manusia. Sedangkan tentang

perjalanan, mazhab ini tidak mensyaratakan perjalanan dengan

kendaraan secara hakiki, maka berjalan pun jika mampu

dibolehkan. Hakikat mampu adalah dapat mencapai perjalanan

ke Mekah meskipun dengan usaha yang sulit hingga membuat

seseorang sangat pas-pasan. Bahkan bila setelah haji ia menjadi

fakir pun karena kehabisan harta dan keluarga yang

ditinggalkan dalam keadaan kesulitan ekonomi asal tidak

menyebabkan kematian, hukumnya boleh-boleh saja menurut

mazhab ini.

Page 53: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

38

c. Mazhab Syafii memaknai istitha‟ah dengan 3 hal yakni

kemampuan fisik/badan, harta, dan kendaraan. Berhubungan

dengan harta adalah yang mencukupi seseorang untuk

melakukan perjalanan dan setelah pulang berhaji. Begitu pula

bagi keluarga yang ia tinggalkan.

d. Mazhab Hanbali berpendapat bahwa istitha‟ah berkaitan

dengan bekal dan kendaraan. Seseorang wajib memiliki bekal

dan kendaraan yang baik untuk beribadah haji. Begitu pula

tentang bekal bagi keluarga yang ditinggalkan selama ibadah

haji wajib dicukupi.

C. Tinjauan Tentang Pembiayaan Talangan Haji

Fiqh muamalat adalah ilmu tentang hukum-hukum syara‟ yang

mengatur hubungan antara manusia dengan manusia lainnya yang

sasaranya adalah harta benda atau mãl (Muslich, 2010: 3). Hubungan

tersebut mempunyai cakupan yang sangat luas, namun terdapat prinsip-

prinsip yang dijadikan pedoman dalam melakukan kegiatan bermuamalat

tersebut. Prinsip-prinsip muamalat tersebut adalah(Muslich, 2010: 3-12):

1. Muamalat adalah urusan duniawi

Muamalat adalah urusan duniawi yang berbeda dengan ibadah.

Dalam ibadah, semua perbuatan yang dilarang kecuali yang

diperintahkan. Maka semua perbuatan harus dikerjakan sesuai dengan

al-Qur‟an dan Sunnah. Namun sebaliknya, dalam muamalat, semua

Page 54: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

39

diperbolehkan kecuali yang dilarang. Karena muamalat merupakan

hubungan antara manusia dengan manusia dibidang harta benda dan

merupakan urusan duniawi, jadi dalam pengaturannya diserahkan

kepada manusia itu sendiri.

Oleh karena itu, semua bentuk akad maupun bentuk transaksi yang

dibuat oleh manusia hukumnya sah atau diperbolehkan. Asalkan tidak

bertentangan dengan ketentuan-ketentuan umum yang ada dalam

syara‟. Alasan tersebut sesuai dengan kaidah :

ة حجي ق م دايل ع ى ألصل ي الق د ا ل الت اصلج

اب ال احجل

Artinya : Pada dasarnya semua akad dan muamalat hukumnya sah

sehingga ada dalil yang membatalkan dan mengharamkannya.

2. Muamalat harus didasarkan kepada persetujuan dan kerelaan kedua

belah pihak

Mengingat muamalat merupakan hubungan antara sesama manusia

maka persetujuan dan kerelaan kedua belah pihak dalam melakukan

transaksi merupakan asas yang sangat penting untuk keabsahan setiap

akad.

3. Adat kebiasaan dijadikan dasar hukum

Adat kebiasaan dapat dijadikan dasar hukum dalam masalah

muamalat, dengan syarat adat tersebut diakui dan tidak bertentangan

dengan ketentuan-ketentuan umum yang ada dalam syara‟.

Page 55: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

40

4. Tidak boleh merugikan diri sendiri dan orang lain

Mohammad Daud Ali (2004: 132-138) mengemukakan prinsip

yang menjadi asas-asas hukum Islam di bidang perdata (muamalat).

Asas-asas tersebut adalah sebagai berikut: asas kebolehan atau mubah,

asas kemaslahatan hidup, asas kebebasan dan kesukarelaan, asas

menolak mudharat dan mengambil manfaat, asas kebajikan (kebaikan),

dan asas adil dan berimbang.

Maka semakin modern peradaban manusia ini, semakin dituntut

pula untuk melakukan inovasi-inovasi terutama dibidang keuangan

syariah. Dewasa ini banyak produk-produk yang dikeluarkan oleh

Lembaga Keuangan Syari‟ah (LKS), salah satunya adalah pembiayaan

talangan haji.

Mengingat bahwa pembiayaan talangan haji juga merupakan

kegiatan yang sifatnya muamalat, maka kegiatan pembiayaan talangan haji

harus berpegang pada prinsip-prinsip muamalat. Menurut Ahmad Azhar

Basyir (2000: 16), prinsip-prinsip muamalat adalah sebagai berikut: Pada

dasarnya segala bentuk muamalat adalah mubah, kecuali yang ditentukan

lain oleh al-Qur‟an dan sunnah Rasul. Selain itu muamalat dilakukan atas

dasar sukarela, tanpa mengandung unsur-unsur paksaan. Dan muamalat

dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan

menghindari madharat dalam hidup bermasyarakat. Serta muamalat

dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan, menghindari unsur-unsur

penganiayaan, unsur-unsur pengambilan kesempatan dalam kesempitan.

Page 56: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

41

Pembiayaan talangan haji yang merupakan produk dari perbankan

syari‟ah harus memiliki tiga ciri yang mendasar, yaitu (a) prinsip keadilan,

(2) menghindari kegiatan yang dilarang, dan (c) memperhatikan aspek

kemanfaatan (Ali, 2008: 20). Dan diuraikan lebih rinci sebagai berikut:

1. Pengertian Pembiayaan Talangan Haji

Pembiayaan talangan haji merupakan salah satu produk yang

dikeluarkan oleh Perbankan Syari‟ah. Produk tersebut ditujukan

kepada nasabah guna memenuhi kebutuhan biaya setoran awal yaitu

Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) yang besaranya ditentukan

oleh Kementrian Agama Republik Indonesia melalui Sistem

Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT), untuk mendapatkan nomor

seat porsi haji.

Dalam website Bank Mandiri Syariah juga menjelaskan mengenai

pembiayaan talangan haji. Pembiayaan Talangan Haji merupakan

pinjaman dana talangan dari bank kepada nasabah khusus untuk

menutupi kekurangan dana untuk memperoleh kursi/seat haji dan pada

saat pelunasan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH).

Sedangkan dalam Peraturan Menteri Agama RI No. 30 Tahun 2013

menjelaskan bahwa dana talangan haji adalah dana yang diberikan

sebagai bantuan sementara tanpa mengenakan imbalan oleh BPS BPIH

(Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji) kepada

calon jemaah haji. Dan Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan

Page 57: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

42

Ibadah Haji tidak boleh memberikan layanan dana talangan haji

dengan jangka waktu talangan lebih dari 1 (satu) tahun.

2. Dasar Hukum Pembiayaan Talangan Haji

Dikeluarkannya produk Perbankan Syari‟ah yang berupa

pembiayaan talangan haji memiliki tujuan untuk memberikan

kemudahan dan bantuan kepada nasabah pembiayaan talangan haji

dalam memperoleh porsi/seat haji. Sedangkan tujuan untuk pihak

Perbankan Syari‟ah adalah untuk menambah nasabah, mampu

meningkatakan pembiayaan konsumtif dalam Perbankan Syari‟ah, dan

juga meningkatkan daya saing Perbankan Syari‟ah dalam dunia

perbankan.

Dasar dikeluarkannya pembiayaan talangan haji ini adalah dengan

dikeluarkannya fatwa DSN MUI N0. 29/DSN-MUI/VI/2002 pada

tanggal 06 Juni 2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Haji oleh LKS

(Lembaga Keuangan Syari‟ah). Yang memuat ketentuan sebagai

berikut:

a. Dalam pengurusan haji bagi nasabah, LKS dapat memperoleh

imbalan jasa (ujrah) dengan menggunakan prinsip al-Ijarah sesuai

fatwa DSN-MUI No.9/DSN-MUI/IV/2000.

b. Apabila diperlukan, LKS dapat membantu menalangi pembayaran

BPIH nasabah dengan menggunakan prinsip al-Qardh sesuai fatwa

DSN-MUI No.19/DSN-MUI/IV/2001.

Page 58: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

43

c. Jasa pengurusan haji yang dilakukan LKS tidak boleh

dipersyaratkan dengan pemberian talangan haji.

d. Besar imbalan jasa al-Ijarah tidak boleh didasarkan pada jumlah

talangan al-Qardh yang diberikan LKS kepada nasabah.

3. Akad Dalam Pembiayaan Talangan Haji

Dalam fatwa DSN-MUI No. 29/DSN-MUI/VI/2002 sudah jelas

disebutkan bahwa dalam memberikan pembiayaan talangan haji

haruslah menggunakan akad al-Ijarah dan al-Qardh. Al-Qardh adalah

suatu pinjaman yang diberikan atas dasar kewajiban sosial (untuk

membantu). Sedangkan menurut Prof. Dr. H. Zainuddin Ali, M.A.

dalam bukunya yang berjudul Hukum Perbankan Syariah (2010: 44)

menjelaskan bahwa al-Qardh adalah meminjamkan harta kepada

seseorang tanpa mengharap imbalan dan ia disebut juga aqad

tathawwu‟ atau saling membantu. Namun. Nabi Muhammad

Rosulullah saw. menggalakkan agar para sahabat memberikan profit

sebagai terima kasih kepada oran yang telah meminjamkan.

Dasar hukum Qardh adalah firman Allah SWT dalam Surah al-

Hadid ayat 11, sebagai berikut:

Artinya: Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman

yang baik maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu

untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.

Page 59: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

44

Rukun dan syarat Qardh adalah sebagai berikut:

a. Aqid, yaitu muqridh dan muqtaridh yang disyaratkan harus orang

yang mempunyai kecakapan untuk melakukan tabarru‟. Oleh

karena itu Qardh tidak sah apabila dilakukan oleh anak yang

masih dibawah umur tau orang gila.

b. Ma‟qud „Alaih, yaitu uang atau barang. Yang menjadi objek akad

dalam Qardh adalah barang-barang yang ditakar, ditimbang, dan

yang halal.

c. Shighat, yaitu ijab dan qabul (Muslich, 2010: 278-279).

Sedangkan dalam fatwa DSN-MUI No. 19/DSN-MUI/IV/2001

dijelaskan mengenai akad al-Qardh sebagai berikut:

a. Al-Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah

(muqtaridh) yang memerlukan.

b. Nasabah al-Qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang

diterima pada waktu yang telah disepakati bersama.

c. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah.

d. LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang

perlu.

e. Nasabah al-Qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan)

dengan sukarela kepada LKS selama tidak diperjanjikan dalam

akad.

Page 60: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

45

f. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh

kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan LKS telah

memastikan ketidakmampuanny, LKS dapat:

1) Memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau

2) Menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya.

Sedangkan al-Ijarah menurut Muhammad Antonio Syafi‟i

sebagaimana yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Zainuddin Ali, M.A.

dalam bukunya yang berjudul Hukum Perbankan Syariah (2010: 43)

adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui

pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan

(ownership milkiyah) atas barang itu sendiri. Dasar hukum ijarah,

adalah Firman Allah SWT dalam Surah al-Baqarah ayat 233 sebagai

berikut:

Artinya: Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka

tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran

menurut yang patut.

Menurut Musthafa Dib Al-Bugha dalam bukunya yang berjudul

Buku Pintar Transaksi Syariah (2010: 145) menjelaskan bahwa.

Ijarah secara etimologis adalah upah sewa yang diberikan

kepada seseorang yang telah mengerjakan satu pekerjaan

sebagai balasan atas pekerjaannya. Untuk definisi ini

digunakan istilah ajr, ujrah, dan ijarah. Kata ajara-hu

Page 61: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

46

digunakan apabila seseorang memberikan imbalan atas

pekerjaan orang lain. Istilah ini hanya digunakan pada hal-hal

yang positif, bukan hal-hal yang negatif. Kata ajr (pahala)

biasanya digunakan untuk balasan di akhirat, sedangkan kata

ujrah (upah sewa) digunakan untuk balasan di dunia. Secara

terminologis, pengarang mughni al-muhtaj yang bermazhab

Syafi‟i mendefinisikan ijarah sebagai transaksi atas manfaat

dari sesuatu yang telah diketahui, yang mungkin diserahkan

dan dibolehkan, dengan imbalan yang juga diketahui.

Sementara Al-Qaduri yang bermazhab Hanafiyah

mendefinisikan sebagai transaksi atas berbagai manfaat

(sesuatu) dengan memberikan imbalan.

Rukun al-Ijarah menurut jumhur ulama, rukun al-Ijarah itu ada

empat, yaitu (Muslich, 2010: 321):

a. Orang yang menyewakan dan orang yang menyewa. Yang

disyaratkan harus orang yang mempunyai kecakapan untuk

melakukan akad tersebut. Oleh karena itu ijarah tidak sah apabila

dilakukan oleh anak yang masih dibawah umur tau orang gila.

b. Shighat, yaitu ijab dan qabul.

c. Ujrah (uang sewa atau upah).

d. Manfaat, baik manfaat dari suatu barang yang disewa atau jasa dan

tenaga dari orang yang bekerja.

Syarat-syarat al-Ijarah juga terdiri atas empat jenis persyaratan:

a. Syarat terjadinya akad, syarat ini berkaitan dengan subyek, akad,

dan obyek akad. Yang harus memenuhi sesuai rukun al-Ijarah.

b. Syarat kelangsungan akad disyaratkan terpenuhinya hak milik atau

kekuasaan.

Page 62: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

47

c. Syarat sahnya al-Ijarah harus dipenuhinya beberapa syarat yang

berkaitan denga pelaku, objek, sewa atau upah (ujrah) dan

akadnya sendiri. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:

1) Persetujuan kedua belah pihak

2) Objek akad yaitu manfaat harus jelas, sehingga tidak

menimbulkan perselisihan.

3) Objek akad al-Ijarah harus dapat dipenuhi, baik menurut

hakiki maupun syar‟i.

4) Manfaat yang menjadi objek akad harus manfaat yang

dibolehkan oleh syara‟.

Adapun syarat-syarat yang berkaitan dengan upah (ujrah)

adalah sebagai berikut:

1) Upah harus berupa harta yang harus diketahui. Dan penentuan

upah atau sewa ini boleh didasarkan kepada urf atau adat

kebiasaan.

2) Upah atau sewa tidak boleh sama dengan jenis manfaat

ma‟uqud „alaih. Apabila upah atau sewa sama dengan dengan

jenis manfaat barang yang disewa, maka al-Ijarah tidak sah.

d. Syarat mengikatnya akad al-Ijarah. Agar akad al-Ijarah itu

mengikat, diperlukan dua syarat:

1) Benda yang disewakan harus terhindar dari cacatt yang

menyebabkan terhalangnya pemanfaatan atas benda yang

disewa itu.

Page 63: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

48

2) Tidak terdapat alasan yang dapat membatalkan akad al-Ijarah

(Muslich, 2010 :321-327).

Sedangkan dalam fatwa DSN-MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000

dijelaskan mengenai akad al-Ijarah sebagai berikut:

Pertama, menjelaskan mengenai rukun dan syarat al-Ijarah:

a. Sighat ijarah, yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua

belah pihak yang berakad (berkontrak), baik secara verbal atau

dalam bentuk lain.

b. Pihak-pihak yang berakad, terdiri atas pemberi sewa/pemberi jasa

dan penyewa/pengguna jasa.

c. Obyek akad ijara adalah, manfaat barang dan sewa atau manfaat

jasa dan upah.

Kedua, penjelasan mengenai obyek al-Ijarah:

a. Obyek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/atau jasa.

b. Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan

dalam kontrak.

c. Manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidak

diharamkan).

d. Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan

syari‟ah.

e. Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk

menghilangkan jahalah (ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan

sengketa.

Page 64: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

49

f. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk

jangka waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau

identifikasi fisik.

g. Sewa atau upah adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar

nasabah kepada LKS sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang

dapat dijadikan harga jual beli dapat dijadikan sewa atau upah

dalam ijarah.

h. Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain)

dari jenis yang sama dengan obyek kontrak.

i. Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa atau upah dapat

diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.

Ketiga, kewajiban LKS dan nasabah dalam pembiayaan ijarah:

a. Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa:

1) Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan.

2) Menanggung biaya pemeliharaan barang.

3) Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan.

b. Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa:

1) Membayar sewa tau upah dan bertanggung jawab untuk

menjaga keutuhan barang serta menggunakannya sesuai

kontrak.

2) Menanggung biaya pemeliaraan barang yang sifatnya ringan

(tidak meteriil).

Page 65: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

50

3) Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari

penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian

pihak penerima manfaat dalam menjaganya, ia tidak

bertanggung jawab atas kerusakan tersebut.

4) Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran

dari penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena

kelalaian pihak

Jadi Qardh wal Ijarah dalam pembiayaan talangan haji adalah

akad pemberian pinjaman dari bank untuk nasabah yang disertai

dengan penyerahan tugas agar bank menjaga barang jaminan yang

diserahkan. Yang digunakan sebagai akad dalam pembiayaan talangan

haji di Bank Syariah Mandiri.

D. Tinjauan Tentang Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan

Ibadah Haji (BPS BPIH)

Menteri Agama Republik Indonesia dalam meningkatkan

pengelolaan bank penerima setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji

mengeluarkan suatu peraturan yaitu Peraturan Menteri Agama No. 30

Tahun 2013 yang isinya sebagai berikut:

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 30 TAHUN 2013

TENTANG

Page 66: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

51

BANK PENERIMA SETORAN BIAYA PENYELENGGARAAN

IBADAH HAJI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan pengelolaan setoran

biaya penyelenggaraan ibadah haji secara profesional,

akuntabel, amanah dan transparan perlu menetapkan

Peraturan Menteri Agama tentang Bank Penerima Setoran

Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji.

Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 60, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4845)

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 34 Tahun 2009 tentang Penrtapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan

Ibadah Haji menjadi Undang-Undang (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5061);

Page 67: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

52

2. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2012 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008

Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji;

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang

Pembentukan dan Organisasi Kementrian Negara

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan

Presiden Nomor 91 Tahun 2011 tentang Perubahan

Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009

tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian

Negara;

4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang

Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara

serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I

Kementerian Negara sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 tentang

Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 24

Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi

Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas

dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI AGAMA TENTANG BANK

PENERIMA SETORAN BIAYA PENYELENGGARAAN

IBADAH HAJI.

Page 68: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

53

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam peraturan menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji yang selanjutnya disingkat BPIH

adalah sejumlah dana yang harus dibayar oleh Warga Negara yang

akan menunaikan Ibadah Haji.

2. Pengelolaan BPIH adalah kegiatan perencanaan, penerimaan,

pengeluaran, pengembangan, akuntansi, pelaporan, dan

pertanggungjawaban BPIH.

3. Bank Penerima Setoran BPIH yang selanjutnya disingkat BPS BPIH

adalah bank syari‟ah dan/atau bank umum nasional yang memiliki

layanan syari‟ah.

4. Dana talanga haji adalah dana yang diberikan sebagai bantuan

sementara tanpa mengenakan imbalan oleh BPS BPIH kepada calon

jamaah haji.

5. Bank Koordinator BPS BPIH yang selanjutnya disebut Bank

Koordinator adalah BPS BPIH yang merupakan Bank devisa yang

ditugaskan melakukan pengendalian pengelolaan dan rekonsiliasi dana

BPIH.

6. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan

di bidang agama.

Page 69: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

54

7. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Penyelenggara Haji dan

Umrah.

Pasal 2

(1) Menteri menetapkan BPS BPIH

(2) BPS BPIH sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

setelah memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Berbadan hukum Perseroan Terbatas;

b. Berbentuk bank syariah atau bank umum nasional yang memiliki

layanan syari‟ah;

c. Memiliki layanan bersifat nasional;

d. Memiliki sarana, prasarana, dan kapasitas untuk berintegrasi

dengan sistem layanan haji Kementerian Agama;

e. Memiliki kondisi kesehatan bank sesuai dengan peraturan Bank

Indonesia atau Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan ketentuan

peraturan lainnya;

f. Menunjukkan keterangan menjadi anggota Lembaga Penjamin

Simpanan (LPS) dan surat kesanggupan melaksanakan program

penjamin LPS atas dana setoran awal; dan

g. Tidak akan memberikan layanan dana talangan haji atau dana

sejenisnya dengan jangka waktu talangan lebih dari 1 (satu) tahun

yang dibuktikan dengan pernyataan tertulis.

(3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut

oleh Direktur Jenderal

Page 70: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

55

Pasal 3

(1) Penetapan BPS BPIH sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1)

berlaku untuk jangka waktu 4 (empat) tahun.

(2) Jangka waktu penetapan BPS BPIH sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dapat diperpanjang.

(3) Perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan

mempertimbangkan kinerja BPS BPIH.

Pasal 4

(1) Bank yang akan mengajukan sebagai BPS BPIH menyampaikan

permohonan tertulis kepada Menteri.

(2) Permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi

dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2.

Pasal 5

(1) Permohonan tertulis sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 diverifikasi

oleh Direktur Jenderal.

(2) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Verifikasi administrasi; dan

b. Verivikasi dan visitasi lapangan.

Pasal 6

Bank yang memenuhi persyaratan berdasarkan hasil verifikasi dan visitasi

sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (2) diajukan kepada Menteri

untuk ditetapkan sebagai BPS BPIH.

Pasal 7

Page 71: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

56

(1) BPS BPIH yang akan melakukan perpanjangan sebagaimana dimaksud

dalam pasal 3 mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri.

(2) Permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan

paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya masa berlakunya

penetapan BPS BPIH.

(3) Direktur Jenderal melakukan kajian terhadap permohonan tertulis

perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(4) Hasil kajian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menjadi dasar

pertimbangan penetapan perpanjangan BPS BPIH oleh Menteri.

Pasal 8

(1) Bank yang telah ditetapkan menjadi BPS BPIH sebagaimana dimaksud

dalam pasal 6 atau telah ditetapkan perpanjangan BPS BPIH

sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (4) wajib menandatangani

perjanjian kerjasama dengan Direktur Jenderal.

(2) Perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi

sekurang-kurangnya:

a. Hak dan kewajiban sebagai BPS BPIH; dan

b. Kesanggupan untuk mentaati ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 9

(1) Direktur Jenderal menetapkan Bank Koordinator yang bertugas untuk

melakukan rekonsiliasi data dan dana BPIH antara BPS BPIH dengan

Kementerian Agama.

Page 72: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

57

(2) Bank Koordinator sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak

3 (tiga) BPS BPIH.

(3) Penetapan Bank Koordinator sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan setelah memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya:

a. Memiliki pengalaman paling sedikit 5 (lima) tahun sebagai BPS

BPIH;

b. Memiliki kualifikasi kesehatan keuangan terbaik berdasarkan data

dan informasi dari Bank Indonesia atau OJK;

c. Memiliki infrastruktur dan jaringan yang mendukung pelaksanaan

tugas sebagai Bank Koordinator; dan

d. Memiliki kemampuan mengelola risiko keuangan.

(4) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur lebih lanjut

oleh Direktur Jenderal.

(5) Penetapan Bank Koordinator sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

dilakukan dengan prinsip kehati-hatian (prudential), terbuka, objektif,

dan kompetitif.

(6) Penetapan BPS BPIH sebagai Bank Koordinator sebagaimana

dimaksud pada ayat (5) berlaku untuk jangka waktu selama-lamanya 4

(empat) tahun.

Pasal 10

(1) BPS BPIH yang telah ditetapkan sebagai Bank Koordinator

sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 wajib menandatangani

perjanjian kerjasama dengan Direktur Jenderal.

Page 73: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

58

(2) Perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi

sekurang-kurangnya:

a. Hak dan kewajiban sebagai Bank Koordinator; dan

b. Kesanggupan untuk mentaati ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 11

(1) Direktur Jenderal melakukan pengawasan terhadap BPS BPIH dan

Bank Koordinator.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit

meliputi aspek kinerja, laporan keuangan, dan kepatuhan terhadap

peraturan perundangan.

(3) Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaporkan

kepada Menteri.

Pasal 12

Dengan beralakunya Peraturan Menteri Agama ini:

a. Bank umum nasional yang menjadi BPS BPIH dan tidak

menyelenggarakan layanan syariah wajib menyesuaikan pada

Peraturan Menteri ini paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak

Peraturan Menteri ini diundangkan.

b. Dalam hal bank umum nasional yang menjadi BPS BPIH tidak dapat

menyesuaikan sesuai batas waktu paling lambat 1 (satu) tahun

sebagaimana dimaksud pada huruf a, bank tersebut dapat berfungsi

sebagai BPS BPIH transito dan wajib mentransfer dana setoran awal

Page 74: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

59

BPIH ke rekening Mneteri Agama pada bank yang ditunjuk oleh

Menteri paling lambat 5 (lima) hari kerja.

Pasal 13

Peraturan Menteri Agama ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Mentri ini dengan penempatannya delam Berita Negara

Republik Indonesia.

Dalam Peraturan Menteri Agama RI No.30 Tahun 2013 diatas,

sudah dijelaskan bahwa BPS BPIH harus memenuhi syarat sebagai

berikut:

1. Berbadan hukum Perseroan Terbatas.

2. Berbentuk bank syariah atau bank umum nasional yang memiliki

layanan syariah.

3. Memiliki layanan bersifat nasional.

4. Memiliki sarana, prasarana, dan kapasitas untuk berintegrasi

dengan sistem layanan haji Kementrian Agama.

5. Memiliki kondisi kesehatan bank sesuai dengan peraturan Bank

Indonesia atau Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan ketentuan

peraturan lainnya.

6. Menunjukkan keterangan menjadi anggota Lembaga Penjamin

Simpanan (LPS) dan surat kesanggupan melaksanakan program

penjamin LPS atas dana setoran awal.

Page 75: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

60

7. Tidak akan memberikan layanan dana talangan haji atau dana

sejenisnya dengan jangka waktu talangan lebih dari 1 (satu) tahun

yang dibuktikan dengan pernyataan tertulis.

Page 76: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

61

BAB III

GAMBARAN UMUM PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN

HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI

A. Gambaran Umum Bank Syariah Mandiri

1. Sejarah Bank Syariah Mandiri

Kehadiran Bank Syariah Mandiri sejak tahun 1999, sesungguhnya

merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan

moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan

moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi

termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam

dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan

masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut,

industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank

konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya

mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi

sebagian bank-bank di Indonesia. Salah satu bank konvensional, PT

Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan

Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi

juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut

dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta

mengundang investor asing. Pada saat bersamaan, pemerintah

melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang

Page 77: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

62

Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu

bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli

1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan

menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik

mayoritas baru BSB. Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger,

Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk Tim

Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan

untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok

perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU

No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani

transaksi syariah (dual banking system).

Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa

pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk

melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional

menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan

Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga

kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank

yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank

Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto,

SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah

dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI

No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat

Page 78: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

63

Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No.

1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank

Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut,

PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin

tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.

PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank

yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani,

yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme

usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan

Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM

hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang

lebih baik (www.syariahmandiri.co.id, diakses pada tanggal 14

Desember 2014).

2. Profil Bank Syariah Mandiri dan Bank Syariah Mandiri KC Salatiga

Bank Syariah Mandiri merupakan perusahaan dalam bentuk

perseroan terbuka, yaitu PT Bank Syariah Mandiri. PT Bank Syariah

Mandiri berdiri pada tanggal 25 Oktober 2014, namun Bank Syariah

Mandiri mulai beroperasi pada tanggal 1 November 1999.

Dengan modal dasar untuk mendirikan bank tersebut sebesar Rp. 2.

500.000.000.000,- dan modal disetor sebesar Rp. 1.489.021.935.000,-.

Sampai sekarang Bank Syariah Mandiri mempunyai kantor layanan

sebanyak 864 kantor, yang tersebar di 33 provinsi di seluruh Indonesia.

Dengan jumlah jaringan ATM BSM sebanyak 921 ATM Syariah

Page 79: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

64

Mandiri, ATM Mandiri 11.886, ATM Bersama 60.922 unit (include

ATM Mandiri dan ATM BSM), ATM Prima 74.050 unit, EDC BCA

196,870 unit, ATM BCA 10,596 dan Malaysia Electronic Payment

System (MEPS) 12.010 unit.

Per Desember tahun 2013, Bank Syariah Mandiri mempunyai

169.945 karyawan. Kepemilikan saham dari PT Bank Syariah Mandiri

terbagi menjadi dua, yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk memiliki

231.648.712 lembar saham (99,999999%) dan PT Mandiri Sekuritas

memiliki 1 lembar saham (0,000001%).

Dan untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses semua

informasi mengenai Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mandiri

mempunyai situs web yang dapat diakses di

www.syariahmandiri.co.id.

Sedangkan Bank Syari‟ah Mandiri Kantor Cabang Salatiga

beralamatkan di Jl. Diponegoro Ruko Salatiga Square No. 77-A6 dan

77-A7, Kel. Sidorejo Lor, Kec. Sidorejo, Kota Salatiga, Jawa Tengah.

3. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri

a. Visi

Memimpin pengembangan peradaban ekonomi yang mulia.

b. Misi

1) Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata

industri yang berkesinambungan.

Page 80: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

65

2) Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran

pembiayaan pada segmen UMKM.

3) Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja

yang sehat.

4) Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan

lingkungan.

5) Mengembangkan nilai-nilai syariah universal

4. Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri KC Salatiga

Shared Values

Setelah melalui proses yang melibatkan seluruh jajaran pegawai

sejak pertengahan 2005, lahirlah nilai-nilai perusahaan baru yang

disepakati bersama untuk dijadikan pedoman oleh seluruh pegawai

Bank Syariah Mandiri yang disebut Bank Syariah Mandiri Shared

Values. BSM shared values disingkat ETHIC. Adapun penjelasannya

adalah sebagai berikut:

a. Excellence

Berupaya mencapai kesempurnaan melalui perbaikan yang

terpadu dan berkesinambungan,meningkatkan keahlian sesuai

dengan tugas yang diberikan dan sesuai dengan tuntutan profesi

bankir, serta berkomitmen pada kesempurnaan.

b. Teamwork

Mengembangkan lingkungan kerja yang saling bersinergi

dengan cara mewujudkan iklim lalu lintas pesan yang lancar

Page 81: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

66

dan sehat, menghargai pendapat dan kontribusi orang lain, serta

memiliki orientasi pada hasil dan nilai tambah bagi

stakeholder.

c. Humanity

Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan religius dan

meluruskan niat untuk mendapatkan ridha Allah.

d. Integrity

Mentaati kode etik profesi dan berpikir serta berperilaku terpuji

dengan cara menerima tugas dan kewajiban sebagai amanah

dan menjalankannya dengan penuh tanggung jawab sesuai

dengan ketentuan dan tuntutan perusahaan.

e. Customer Focus

Memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan untuk menjadikan

Bank Syariah Mandiri sebagai mitra yang terpercaya dan

menguntungkan dengan cara proaktif dalam menggali dan

mengimplementasikan ide-ide baru untuk memberikan layanan yang

lebih baik dan lebih cepat dibandingkan kompetitor.

Nilai-nilai tersebut diupayakan untuk selalu ditanamkan dalam

organisasi Bank Syariah Mandiri . Berikut ini adalah bagan struktur

organisasi BSM Salatiga masing-masing bagian:

Page 82: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

67

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Bank Syari‟ah Mandiri

Berdasarkan struktur organisasi tersebut akan diuraikan tugas dan

wewenang dari masing-masing bagian, yaitu sebagai berikut:

1) Kepala Cabang

a) Mengelola secara optimal sumber daya cabang agar dapat

mendukung kelancaran opersional bank.

b) Menetapkan dan melaksanakan strategi pemasaran produk bank

guna mencapai tingkat volume/sasaran yang telah ditetapkan

baik pembiayaan, dana, maupun jasa.

c) Memastikan realisasi target operasional cabang serta

menetapkan upaya-upaya pencapaiannya.

d) Melakukan kegiatan penghimpunan dana; pemasaran

pembiayaan; pemasaran jasa-jasa dan mencapai target yang

telah ditetapkan.

e) Melakukan review terhadap katajaman dan kedalaman analisis

pembiayaan guna antisipasi resiko.

Page 83: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

68

f) Mengimplementasikan corporate culture Bank Syari‟ah

Mandiri kepada seluruh cabang.

2) Marketing Manager

a) Mengelola secara optimal sumber daya agar dapat mendukung

kelancaran operasional cabang.

b) Membuat rencana kerja (RKSP) tahunan bidang pemasaran

agar dapat mendukung kelancaran operasional cabang.

c) Review syarat/prasyarat dalam Surat Penegasan Persetujuan

Pembiayaan (SP3) telah sesuai dengan yang diputuskan Komite

Pembiayaan Cabang/Pusat.

d) Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diberikan Kepala

Cabang.

3) Operation Manager

a) Mengelola secara optimal sumber daya bidang operasi agar

dapat mendukung kelancaran operasional cabang.

b) Membuat rencana dan sasaran kerja tahunan di bidang operasi.

c) Melakukan pengecekan pemenuhan prasyarat/syarat

pembiayaan berdasarkan Surat Penegasan Persetujuan

Pembiayaan (SP3) dan akad pembiayaan.

d) Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala

Cabang.

4) Customer Service

Page 84: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

69

a) Memberikan penjelasan nasabah/calon nasabah atau investor

mengenai produk-produk Bank Syariah Mandiri berikut syarat-

syarat maupun tata cara prosedurnya.

b) Melayani pembukaan rekening giro dan tabungan sesuai

dengan permohonan investor.

c) Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang ditunjuk atasan.

5) Pelaksana SDI dan GA

a) Mentatausahakan absensi harian pegawai (pagi dan sore).

b) Mentatausahakan dan membayar uang lembur pegawai.

c) Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh atasan.

6) Teller

a) Bersama-sama dengan operation manager:

(1) Mengambil/menyimpan uang tunai dari/ke dalam brangkas

kas/teller.

(2) Melaksanakan pengawasan brangkas.

b) Pada awal/akhir hari mengambil/menyimpan box teller dari/ke

dalam brangkas.

c) Bersama-sama operation manager:

(1) Menghitung persediaan uang yang ada di brangkas teller.

(2) Pada awal/akhir membuka/ menutup brangkas teller.

d) Melayani penyetoran tunai maupun non tunai dengan benar dan

cepat.

Page 85: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

70

e) Membuak (posting) mutasi kas secara benar melalui

teminalnya.

5. Produk-Produk di Bank Syariah Mandiri KC Salatiga

Di Bank Syari‟ah Mandiri khususnya di Kantor cabang Salatiga

terdapat berbagai produk, baik berupa pendanaan ataupun jasa.

Produk-produknya sebagai berikut:

a. Pendanaan

1) Tabungan BSM

Tabungan BSM adalah simpanan yang penarikannya

berdasarkan syarat -syarat tertentu yang disepakati. Manfaat:

a) Sarana investasi jangka pendek

b) Aman dan terjamin

c) Bagi hasil kompetitif

d) Setor dan tarik tunai online di seluruh cabang BSM

e) Fasilitas e-Banking, yaitu BSM Mobile Banking dan BSM

Net Banking

f) Fasilitas BSM Card yang berfungsi sebagai kartu ATM dan

debit

g) Kemudahan dalam penyaluran zakat, infaq dan sedekah.

Karakteristik:

a) Berdasarkan prinsip syari‟ah dengan akad Mudharabah

muthlaqah. Mudharabah muthlaqah adalah akad antara

pihak pemilik modal (shahibul maal) dengan pengelola

Page 86: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

71

(mudharib) untuk memperoleh keuntungan, yang

kemudian akan dibagikan sesuai nisbah yang disepakati.

Dalam hal ini, mudharib (bank) diberikan kekuasaan

penuh untuk mengelola modal atau menentukan arah

investasi sesuai syariah.

b) Minimum setoran awal Rp. 80.000,-

c) Minimum setoran berikutnya Rp. 100.000,-

d) Saldo minimum Rp. 50.000,-

e) Biaya tutup rekening Rp. 20.000,-

f) Biaya administrasi/bulan Rp. 6.000,-

Contoh perhitungan:

Saldo rata-rata tabungan Pak Sarman bulan Agustus adalah

RP. 1.000.000,-. Perbandingan bagi hasil (nisbah) antara Bank

dan Nasabah adalah 66 : 34. Bila saldo rata-rata tabungan

seluruh nasabah BSM pada bulan Agustus adalah RP. 70

Milyar dan pendapatan Bank yang dibagihasilkan untuk

nasabah tabungan adalah RP. 6 milyar maka bagi hasil yang

diperoleh Pak saman adalah :

Rp. 1.000.000,- Rp. 70.000.000.000,- x Rp. 6.000.000.000,- x

34% = Rp. 29.143 (sebelum dipotong pajak).

2) Tabungan Berencana BSM

Tabungan Berencana BSM adalah tabungan berjangka yang

memberikan nisbah bagi hasil berjenjang serta kepastian

Page 87: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

72

bagi penabung maupun ahli waris untuk memperoleh

dananya sesuai target pada waktu yang diinginkan.

Manfaat tabungan:

a) Bagi hasil yang kompetitif

b) Kemudahan perencanaan keuangan nasabah jangka

panjang.

c) Perlindungan asuransi secara gratis dan otomatis, tanpa

pemeriksaan kesehatan.

d) Jaminan pencapaian target dana.

Manfaat asuransi:

a) Nisbah bagi hasil dengan pola berjenjang (progresif).

Semakin besar saldo maka semakin besar nisbah bagi hasil

yang didapat.

b) Menggunakan sistem autodebet untuk mendisiplinkan

pola menabung nasabah.

c) Polis biaya premi asuransi jiwa ditanggung bank.

d) Perlindungan asuransi jiwa sampai dengan Rp 200 juta.

e) Setoran minimum hanya Rp 100 ribu per bulan.

Karakteristik:

a) Menggunakan akad mudharabah mutlaqah. Akad

mudharabah mutlaqah adalah akad antara pihak pemilik

modal (shahibul maal) dengan pengelola (mudharib)

untuk memperoleh keuntungan yang kemudian akan

Page 88: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

73

dibagikan sesuai nisbah yang disepakati. Dalam hal ini

mudharib (bank) diberikank uasa penuh untuk mengelola

modal atau menentukan arah investasi sesuai syariah.

b) Periode tabungan 1 sampai 10 tahun.

c) Usia nasabah minimal 18 tahun dan maksimal 60 tahun saat

jatuh tempo.

d) Setoran bulanan berlaku tetap minimal Rp 100.000,-

yang tidak bisa dicairkan hingga jatuh tempo (akhir masa

kontrak).

e) Target dana minimal Rp.1.2000. 000,- dan maksimal Rp.

200.000.000,-

f) Jumlah setoran bulanan dan periode tabungan tidak dapat

diubah.

g) Tidak dapat menerima setoran diluar setoran bulanan.

h) Saldo tabungan tidak bisa ditarik. Apabila ditutup sebelum

jatuh tempo (akhir masa kontrak) akan dikenakan biaya

administrasi.

3) Tabungan Simpatik

Tabungan berdasarkan prinsip wadiah yang penarikannya dapat

dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-syarat yag disepakati.

Manfaat:

a) Aman dan terjamin.

b) Online diseluruh outlet BSM.

Page 89: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

74

c) Bonus bulanan yang dierikan sesuai dengan kebijakan

BSM.

d) Fasilitas BSM Card, yang berfungsi sebagai kartu ATM

dan debit.

e) Fasilitas e-Banking, yaitu BSM Mobile Banking dan BSM

Net Banking.

f) Penyaluran zakat, infaq dan sedekah.

Karakteristik:

a) Berdasarkan prinsip syariah dengan akad wadiah.

b) Setoran awal minimal Rp. 20.000,- (tanpa ATM) dan Rp.

30.000,- (dengan ATM).

c) Setoran berikutnya minimal Rp. 10.000,-

d) Saldo minimal Rp. 20.000,-

e) Biaya tutup rekening Rp. 10.000,-

f) Biaya administrasi Rp. 2.000,- per rekening per bulan atau

sebesar bonus bulanan (tidak mengurangi saldo minimal)

4) Deposito

Deposito BSM adalah produk investasi berjangka yang

penarikannya hanya dapat dilakukan setelah jangka waktu

tertentu sesuai kesepakatan. Manfaat:

a) Sarana investasi terarah sesuai syariah

b) Pilihan jangka waktu : 1, 3, 6, dan 12 bulan

c) Dana aman dan terjamin

Page 90: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

75

d) Dapat dijadikan jaminan pembiayaan

e) Bagi hasil kompetitif.

Karakteristik:

a) Menggunakan akad dengan prinsip syariah yaitu

mudharabah muthlaqah. Mudharabah muthlaqah adalah

akad antara pihak pemilik modal (shahibul maal) dengan

pengelola (mudharib) untuk memperoleh keuntungan ,yang

kemudian akan dibagikan sesuai nisbah yang disepakati.

Dalam hal ini, mudharib (bank) diberikan kekuasaan penuh

untuk mengelola modal atau menentukan arah investasi.

b) Dicairkan pada saat jatuh tempo.

c) Setoran awal minimum Rp. 2.000.000,-

d) Biaya materai Rp. 6.000,-

Contoh perhitungan bagi hasil:

Deposito Ibu Fitri Rp. 10.000.000,- berjangka waktu 1 bulan.

Perbandingan nisbah bank dan nasabah adalaj 48%: 52%.

Total saldo semua deposan (1 bulan) adala Rp. 200 milyar dan

bagi hasil yang dibagikan adalah Rp. 3 milyar. Bagi hasil yang

didapatkan Ibu Fitri adalah:

Rp. 10.000.000,-/Rp. 200.000.000.000,- x Rp. 3.000.000.000,-

x 52% = Rp. 78.000,- (sebelum dipotong pajak).

5) Tabungan Mabrur

Page 91: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

76

Tabungan dalam mata uang rupiah untuk membantu

pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Manfaat yang diperoleh

dari tabungan mabrur adalah:

a) Aman dan terjamin

b) Fasilitas talangan haji untuk kemudahan mendapatkan porsi

haji.

c) Online dengan SISKOHAT Departemen agama untuk

kemudahan pendaftaran haji.

Karakteristik:

a) Berdasarkan prinsip syariah dengan akad mudharabah

muthlaqah.

b) Tidak dapat dicairkan kecuali untuk melunasi Biaya

Penyelenggaraan Ibadah Haji/Umrah (BPIH).

c) Setoran awal minimal Rp. 100.000,-

d) Setoran selanjutnya minimal Rp. 100.000,-

e) Saldo minimal untuk didaftarkan ke SISKOHAT adalah

Rp. 25.000.000 atau sesuai ketentuan dari Departemen

Agama.

f) Biaya penutupan rekening karena batal Rp. 25.000,-

6) Tabungan Mabrur Junior

Tabungan dalam mata uang rupiah untuk membantu

pelaksanaan ibadah haji dan umrah khusus untuk usia dibawah

Page 92: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

77

17 tahun. Manfaat yang diperoleh dari tabungan mabrur junior

adalah:

a) Aman dan terjamin

b) Kemudahan perencanaan keuangan untuk membantu

pelaksanaan ibadah haji dan umrah.

c) Kemudahan pendaftaran haji melalui SISKOHAT

Kementrian Agama.

d) Kemudahan dalam penyetoran ke rekening tabungan.

Fitur:

a) Berdasarkan prinsip syariah yaitu mudharabah muthlaqah.

Mudharabah muthlaqah adalah akad antara pihak pemilik

modal (shahibul maal) dengan pengelola (mudharib) untuk

memperoleh keuntungan ,yang kemudian akan dibagikan

sesuai nisbah yang disepakati. Dalam hal ini, mudharib

(bank) diberikan kekuasaan penuh untuk mengelola modal

atau menentukan arah investasi.

b) Usia nasbah maksimal 17 tahun dan belum mempunyai

KTP.

c) Tidak dapat dicairkan kecuali untuk melunasi Biaya

Penyelenggaraan Ibadah Haji/Umrah (BPIH).

d) Setoran awal minimal RP. 100.000,- dan setoran

selanjutnya minimal Rp. 100.000,-

Page 93: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

78

e) Saldo minimal untuk didaftarkan ke SISKOHAT adaah Rp.

25.100.000,- atau esuai ketentuan dari Kementrian Agama.

f) Notifikasi reminder saldo melalui email dan/ atau sms

apabila saldo sedah mencapai Rp. 25.000.000,- atau sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di bank (biaya notifikasi

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di bank).

g) Bebas biaya pembukaan rekening dan biaya administrasi.

h) Apabila tabungan ditutup bukan karena penyetoran BPIH

dan pembayaran umrah dikenakan biaya sebesar Rp.

25.000,-

i) Online di seluruh outlet BSM.

7) Giro

Giro BSM adalah simpanan yang penarikannya dapat

dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro,

atau alat perintah bayar lainnya dengan prinsip wadiah yad

adh-dhamanah. Manfaat yang dapat diperoleh dari Giro BSM

adalah:

a) Aman, terjamin dan tersedia setiap saat.

b) Kemudahan bertransaksi finansial, cocok bagi para

pengusaha. Transaksi dapat menggunakan cek atau bilyet

giro.

c) Dapat dijadikan jaminan pembiayaan.

Page 94: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

79

d) Fasilitas Intercity Clearing untuk kecepatan bayar inkaso

(kliring antar wilayah).

e) Fasilitas BSM Card, sebagai kartu ATM sekaligus debet

(untuk perorangan).

f) Fasilitas pengiriman account statement setiap awal bulan.

g) Bonus bulanan yang diberikan sesuai dengan kebijakan

BSM.

Karakteristik:

a) Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Wadi'ah yad

dhamanah. Wadi'ah yad dhamanah adalah akad

penitipan uang antara pihak yang mempunyai uang

dengan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan

untuk menjaga keutuhan uang, di mana pihak

penerima titipan berhak memanfaatkannya berikut

bertanggung jawab atas pengembalian kepada pihak yang

menitipkan.

b) Setoran awal minimum Rp. 500.000,- (perorangan) dan Rp.

1.000.000,- (perusahaan).

c) Saldo minimum Rp. 500.000,- (perorangan) dan Rp.

1.000.000,- (perusahaan).

d) Biaya administrasi bulanan untuk perorangan Rp. 10.000,-

sedangkan untuk perusahaan Rp. 15.000,-.

e) Biaya tutup rkening Rp. 30.000,-

Page 95: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

80

f) Biaya administrasi buku cek/bilyet giro Rp. 100.000,-.

8) Obligasi

Obligasi Bank Syariah Mandiri (Mudharabah). Surat berharga

jangka panjang berdasar prinsip syariah yang mewajibkan

emiten (Bank Syariah Mandiri) untuk membayar pendapatan

bagi hasil atas kupon dan membayar kembali Dana Obligasi

Syariah pada saat jatuh tempo. Manfaat:

a) Memperoleh nisbah yang lebih tinggi dibandingkan dengan

simpanan dana pihak ketiga lainnya.

b) Dapat diperjualbelikan

Fasilitas:

a) Jangka waktu 5 tahun dengan pemberian nisbah setiap 3

bulan.

b) Pendapatan yang dibagi hasilkan hanya berdasarkan

pendapatan dari pembiayaan murabahah yang dihitung

secara proposional dengan nisbah 77,5% untuk pemegang

obligasi.

c) Jumlah minimal yang dapat diperjualbelikan sebesar Rp. 10

juta.

d) Bukti kepemilikan Obligasi Syariah.

b. Pembiayaan

1) Gadai Emas BSM

Page 96: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

81

Gadai Emas BSM merupakan produk pembiayaan atas dasar

jaminan berupa emas sebagai salah satu alternatif memperoleh

uang tunai dengan cepat. Manfaat yang diperoleh adalah:

a) Proses cepat

b) Proses mudah

c) Jaminan keamanan

Akad:

Akad yang digunakan adalah akad Qardh wal Ijarah. Qardh

wal Ijarah adalah akad pemberian pinjaman dari bank

untuk nasabah yang disertai dengan penyerahan tugas agar

bank menjaga barang jaminan yang diserahkan.

2) Mudharabah BSM

Pembiayaan Mudharabah BSM adalah pembiayaan di mana

seluruh modal kerja yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh

bank. Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan

nisbah yang disepakati. Manfaat:

a) Membiayai total kebutuhan modal usaha nasabah nisbah

bagi hasil tetap antara Bank dan Nasabah.

b) Angsuran berubah-ubah sesuai tingkat revenue atau

realisasi usaha nasabah (revenue sharing).

3) Musyarakah BSM

Page 97: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

82

Pembiayaan khusus untuk modal kerja, di mana dana dari bank

merupakan bagian dari modal usaha nasabah dan keuntungan

dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati. Manfaat:

a) Lebih menguntungkan karena berdasarkan prinsip bagi

hasil.

b) Mekanisme pengembalian yang fleksibel sesuai dengan

realisasi usaha .

4) Murabahah BSM

Pembiayaan Murabahah BSM adalah pembiayaan berdasarkan

akad jual beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang

yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar

harga pokok ditambah dengan keuntungan margin yang

disepakati. Manfaat:

a) Membiayai kebutuhan nasabah dalam hal pengadaan barang

konsumsi seperti rumah, kendaraan atau barang produktif

seperti mesin produksi, pabrik dan lain-lain.

b) Nasabah dapat mengangsur pembayarannya dengan jumlah

angsuran yang tidak akan berubah selama masa perjanjian.

5) Talangan Haji BSM

Talangan Haji BSM merupakan pinjaman dana talangan dari

bank kepada nasabah khusus untuk menutupi kekurangan

dana untuk memperoleh kursi atau seat haji dan pada saat

pelunasan BPIH. Manfaat:

Page 98: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

83

a) Dapat dipenuhinya kebutuhan dana secara mendadak untuk

menutup kekurangan dana sebagai persyaratan dalam

memperoleh porsi haji atau pelunasan BPIH.

b) Proses pinjaman relatif cepat dan mudah.

Akad:

Akad yang digunakan adalah akad Qardh wal Ijarah. Qardh

wal Ijarah adalah akad pemberian pinjaman dari bank untuk

nasabah yang disertai dengan penyerahan tugas agar bank

menjaga barang jaminan yang diserahkan.

c. Jasa

1) Jasa produk

a) Kartu atau ATM BSM merupakan sarana untuk melakukan

transaksi pada ATM Syariah Mandiri. Manfaat:

(1) Penarikan tunai dengan cepat.

(2) Penarikan beberapa kali, juga saat bank tutup.

(3) Pemindahbukuan.

(4) Praktis dan aman.

(5) Kemudahan tarik tunai di seluruh ATM BSM, ATM

MANDIRI, ATM BCA, ATM Bersama dan ATM

Prima.

b) BSM SMS Banking merupakan produk layanan perbankan

berbasis teknologi seluler yang memberikan kemudahan

melakukan berbagai transaksi perbankan. Manfaat:

Page 99: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

84

(1) Transaksi kapan dan di mana saja

(2) Pendaftaran gratis di seluruh cabang BSM

(3) Biaya transaksi murah

2) Jasa operasional

a) Setoran Klirin merupakan penagihan warkat bank lain di

mana lokasi bank tertariknya berada dalam satu wilayah

kliring. Karakteristik:

(1) Hasil kliring dikreditkan ke rekening nasabah atau

ditransfer ke rekening nasabah di bank lain.

(2) Valuta rupiah.

(3) Bank hanya penerima amanat dan mewakili

(wakalah) nasabah, bila warkat tersebut ditolak bank

tertarik, maka Bank Syariah Mandiri tidak

bertanggung jawab.

b) Inkaso merupakan penagihan warkat bank lain di mana

bank tertariknyaberbeda wilayah kliring atau berada di luar

negeri, hasilnya penagihan akan dikredit ke rekening

nasabah. Karakteristik:

(1) Nasabah harus memiliki rekening di Bank Syariah

Mandiri.

(2) Mata uang rupiah atau valuta asing lainnya (USD,

SGD)

Page 100: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

85

(3) Hasil inkaso dikreditkan ke rekening nasabah atau

ditransfer ke rekening nasabah di bank lain.

(4) Bank hanya penerima amanat dan mewakili

(wakalah) nasabah, bila terjadi kesalahan atau

keterlambatan hasil inkaso, maka Bank Syariah Mandiri

tidak bertanggung jawab.

3) Jasa investasi

BSM Investa Berimbang adalah reksadana Campuran (Mix

Fund / Balanced Fund) berbasis instrument pasar uang, pasar

obligasi dan pasar saham dengan ketentuan investasi sesuai

syariah. BSM Investa Berimbang juga dikelola,

diadministrasikan, disimpan dan didistribusikan (dijual) oleh

sinergi 3 (tiga) kekuatan besar, yaitu:

a) Mandiri Investasi (sebagai manajer investasi dengan dana

kelolaan terbesar di Indonesia),

b) Deutsche Bank (sebagai bank kustodi reksa dana terbesar di

Indonesia yang sudah berperan aktif sebagai kustodi reksa

dana konvensional maupun Syariah) dan

c) Bank Syariah Mandiri (sebagai agen penjual yang

merupakan bank syariah terbesar di Indonesia).

Page 101: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

86

B. Gambaran Umum Pembiayaan Talangan Haji di Bank Syariah

Mandiri

1. Pengertian Pembiayaan Talangan Haji di Bank Syariah Mandiri

Pembiayaan talangan haji di Bank Syariah Mandiri merupakan

pinjaman dana talangan dari bank kepada nasabah khusus untuk

menutupi kekurangan dana untuk memperoleh kursi/seat haji dan pada

saat pelunasan BPIH.

Dasar dikeluarkannya pembiayaan talangan haji ini adalah dengan

dikeluarkannya fatwa DSN MUI N0. 29/DSN-MUI/VI/2002 pada

tanggal 06 Juni 2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Haji oleh LKS

(Lembaga Keuangan Syari‟ah). Yang memuat ketentuan sebagai

berikut:

a. Dalam pengurusan haji bagi nasabah, LKS dapat memperoleh

imbalan jasa (ujrah) dengan menggunakan prinsip al-Ijarah sesuai

fatwa DSN-MUI No.9/DSN-MUI/IV/2000.

b. Apabila diperlukan, LKS dapat membantu menalangi pembayaran

BPIH nasabah dengan menggunakan prinsip al-Qardh sesuai fatwa

DSN-MUI No.19/DSN-MUI/IV/2001.

c. Jasa pengurusan haji yang dilakukan LKS tidak boleh

dipersyaratkan dengan pemberian talangan haji.

d. Besar imbalan jasa al-Ijarah tidak boleh didasarkan pada jumlah

talangan al-Qardh yang diberikan LKS kepada nasabah.

Page 102: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

87

Dalam pelaksanaan pembiayaan di Bank Syariah Mandiri juga

berdasarkan fatwa tersebut. Dari segi akad yang digunakan, perolehan

imbalan jasa, maupun jasa pengurusan haji yang dilakukan LKS tidak

boleh dipersyaratkan dengan pemberian talangan haji melainkan

pembiayaan talangan haji.

2. Akad Pembiayaan Talangan Haji di Bank Syariah Mandiri

Akad yang digunakan dalam pembiayaan talangan haji di Bank

Syariah Mandiri adalah akad Qardh wal Ijarah. Qardh dalam

operasional perbankan syariah merupakan salah satu akad yang

digunakan dalam produk pembiayaan. Akad qardh dalam Bank

Syariah Mandiri digunakan sebagai akad perjanjian utang-piutang

antara bank dengan nasabah yang akan digunakan untuk pendaftaran

perolehan porsi haji (kursi/seat haji) melalui Sistem Komputerisasi

Haji Terpadu (SISKOHAT) dan pada saat pelunasan BPIH. Dan dalam

pelaksanaan akad ini Bank Syari‟ah Mandiri berdasarkan fatwa DSN-

MUI No.19/DSN-MUI/IV/2001. Menurut Customer Service Bank

Mandiri dalam akad qardh, nasabah tidak dikenakan biaya

administrasi. Maka untuk menghindari Ibadah haji dengan cara

berhutang, nasabah berkewajiban melunasi hutangnya sebelum

keberangkatan Ibadah haji.

Sedangkan Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang

atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan

pemindahan kepemilikan (ownership milkiyyah) atas barang tersebut

Page 103: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

88

(Ali, 2010 : 43). Dalam pembiayaan talangan haji di Bank syariah

Mandiri akad ijarah ini digunakan dalam proses administrasi dan jasa

dari Bank Syari‟ah Mandiri untuk mengurus pendaftaran SISKOHAT

(Sistem Komputerisasi Haji Terpadu) serta pelayanan haji kepada

nasabah. Jadi Bank Syari‟ah Mandiri dapat memperoleh ujrah dari

akad ijarah ini. Dan dalam pelaksanaan akad ini Bank Syari‟ah

Mandiri berdasarkan fatwa DSN-MUI No.9/DSN-MUI/IV/2000.

Jadi Qardh wal Ijarah adalah akad pemberian pinjaman dari bank

untuk nasabah yang disertai dengan penyerahan tugas agar bank

menjaga barang jaminan yang diserahkan. Namun dalam pembiayaan

talangan haji tidak ada barang yang dijaminkan. Karena dalam

pembiayaan talangan haji di Bank Syari‟ah Mandiri ini menggunakan

asas saling percaya dan demi kemaslahatan hidup. Akad inilah yang

digunakan sebagai akad dalam pembiayaan talangan haji di Bank

Syariah Mandiri.

3. Mekanisme Pembiayaan Talangan Haji

Talangan Haji Rp. 22.500.000,-

Jangka Waktu 1 Tahun

Tabungan Mabrur BSM Rp. 100.000,-

Ujrah Rp. 2.850.000,-

Pendaftaran haji Rp. 2.500.000,-

Materai Rp. 48.000,-

Total Rp. 5.498.000,- Sumber: Bank Syari‟ah Mandiri KC. Salatiga

Tabel 3.2 Ketentuan Pembiayaan Talangan Haji

Bank Syari‟ah Mandiri KC. Salatiga

Page 104: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

89

Dari Tabel 3.2 dapat dijelaskan bahwa Bank Syari‟ah mandiri

memberikan pembiayaan talangan haji sebesar Rp. 22.500.000,-

dengan jangka waktu pengembalian adalah 1 tahun. Syarat untuk para

calon nasabah pembiayaan talangan haji harus memiliki rekening

Tabungan Mabrur BSM dengan saldo yang harus ada dalam tabungan

mabrur tersebut adalah Rp. 100.000,-. Serta memiliki formulir Surat

Pendaftaran Pergi Haji (SPPH) yang telah dilegalisir Kantor

Departemen Agama setempat. Dan nasabah akan dikenakan biaya

pendaftaran haji sebesar Rp. 2.500.000,- serta ujrah untuk bank

Syari‟ah Mandiri sebesar Rp. 2.850.000 dan biaya materai Rp.

48.000,-. Jadi total biaya yang harus dikeluarkan calon nasabah untuk

mendapatkan pembiayaan talangan haji di Bank Syari‟ah Mandiri

adalah Rp. 5.498.000,-.

Setelah calon nasabah melengkapi persyaratan dan pihak Bank

Syari‟ah Mandiri melakukan survei kepada calon nasabah, maka pihak

Bank Syari‟ah Mandiri akan memutuskan. Apakah calon nasabah

tersebut layak untuk mendapatkan pembiayaan talangan haji atau

tidak. Setelah dinyatakan layak oleh pihak Bank Syari‟ah Mandiri

maka nasabah wajib menandatangani perjanjian yang dibuat antara

nasabah dengan pihak bank atas dasar kesukarelaan dari kedua belah

pihak. Setelah itu nasabah melakukan pembayaran sejumlah Rp.

5.498.000,-, dan mendapatkan rekening tabungan mabrur.

Page 105: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

90

Namun sebelum pihak bank mendaftarkan nasabah melalui

SISKOHAT (Sistem Komputerisasi Haji Terpadu), nasabah calon

jamaah haji harus datang ke kantor Kementrian Agama setempat untuk

mengisi Surat Pendaftaran Pergi Haji (SPPH), dengan membawa kartu

rekening tabungan dan melampirkan dokumen-dokumen yang

dipersyaratkan. Kemudian nasabah calon jamaah haji datang lagi ke

Bank Syari‟ah Mandiri dengan membawa: SPPH, 5 lembar pas photo,

dan buku tabungan mabrur. Maka setelah itu dari pihak Bank Syari‟ah

Mandiri akan mendaftarkan nasabah melalui SISKOHAT (Sistem

Komputerisasi Haji Terpadu). Dan setelah mendapatkan nomor porsi,

nasabah calon jamaah haji mendaftar ulang ke kantor Kementrian

Agama setempat dengan membawa bukti setoran BPIH dan bukti

pendebetan serta untuk menanyakan jadwal keberangkatan

Untuk menjamin pelunasan atas hutang nasabah yang diberikan

oleh bank, maka nasabah menyerahkan barang jaminan berupa:

a. Tabungan Bank Syari‟ah Mandiri dalam hal ini adalah Tabungan

Mabrur, atau

b. Satu lembar bukti setoran tabungan (setelah di entry ke

SISKOHAT).

c. Surat pernyataan batal dari calon jamaah haji.

d. Surat permohonan batal kepada Kantor Departemen Agama dari

calon jamaah haji.

Page 106: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

91

e. Surat kuasa kepada bank untuk mengurus pembatalan dari calon

jamaah haji.

4. Manfaat Pembiayaan Talangan Haji

Manfaat yang diperoleh apabila kita menggunakan jasa

pembiayaan talangan haji di Bank Syariah Mandiri adalah sebagai

berikut :

b. Dapat dipenuhinya kebutuhan dana secara mendadak untuk

menutupi kekurangan dana sebagai persyaratan dalam memperoleh

porsi haji atau pelunasan BPIH.

c. Proses pinjaman relatif cepat dan mudah.

Page 107: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

92

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Analisis Pembiayaan Talangan Haji Menurut Hukum Islam

Islam memahami bahwa perkembangan perekonomian berjalan

begitu cepat dan dinamis. Islam memberikan jalan serta kebebasan bagi

manusia untuk melakukan berbagai kegiatan bermuamalat antara sesama

manusia. Dan Islam juga memberikan kebebasan bagi manusia untuk

melakukan berbagai improvisasi dan inovasi melalui berbagai macam

kegiatan dalam bidang perekonomian. Salah satunya improvisasi dan

inovasi dalam produk Lembaga Keuangan Syari‟ah.

Dewasa ini kebutuhan akan adanya berbagai produk dalam

Lembaga Keuangan Syari‟ah semakin meningkat. Meningkatnya taraf

hidup manusia, mendorong inovasi akan adanya suatu produk dari

Lembaga Keuangan Syari‟ah atau Perbankan Syari‟ah yang dapat

membantu masyarakat untuk mencapai suatu keridhaan kepada Allah

SWT. Salah satunya produk pembiayaan talangan haji yang dikeluarkan

oleh Bank Syari‟ah Mandiri. Pembiayaan talangan haji di Bank Syariah

Mandiri merupakan pinjaman dana talangan dari bank kepada nasabah

khusus untuk menutupi kekurangan dana untuk memperoleh kursi/seat haji

dan pada saat pelunasan BPIH.

Namun dalam perspektif fiqh salah satu syarat wajib menunaikan

ibadah haji adalah mampu, dan secara sepakat para ulama Mazhab

Page 108: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

93

menetapkan bahwa bisa atau mampu itu merupakan syarat kewajiban haji

(Mughniyah, 1991 : 256). Kesepakatan para ulama Mazhab tersebut

didasarkan pada firman Allah SWT, sebagai berikut:

Artinya: Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya)

maqam Ibrahim, barang siapa memasukinya (baitullah itu) menjadi aman

dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu

(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang

siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha

Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam(Q.S. Ali Imran : 97).

Mampu disini mempunyai arti yang luas, dan ulama Mazhab juga

berbeda pendapat dalam mengkategorikan “mampu”. Yang dapat diambil

kesimpulan bahwa mampu disini, berarti mampu mengeluarkan biaya

untuk melakukan perjalanan, mempunyai cukup bekal selama

melaksanakan ibadah haji, tidak menelantarkan keluarga yang ditinggal

melaksanakan perjalanan ibadah haji, serta sekembalinya ke rumah masih

bisa melangsungkan kehidupan.

Dari uraian diatas menimbulkan pertanyaan, bagaimana dengan

nasabah yang menggunakan produk pembiayaan talangan haji di Bank

Syari‟ah Mandiri? apakah mereka dianggap mampu dalam melakukan

Page 109: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

94

perjalanan ibadah haji? Bank Syariah Mandiri sebelum memberikan

pembiayaan talangan haji juga mempertimbangkan berbagai aspek. Salah

satunya dari segi perekonomian nasabah. Bank Syari‟ah Mandiri juga

melakukan survei melalui data-data persyaratan yang diperoleh dari

nasabah.

Menurut penulis adanya produk pembiayaan talangan haji tersebut

justru dapat membantu dan memudahkan para nasabah untuk

melaksanakan rukun Islam yang ke-5. Dan dengan memperhatikan

berbagai aspek dalam memberikan pembiayaan talangan haji, semakin

meyakinkan bahwa nasabah yang menggunakan produk pembiayaan

talangan haji dapat dikategorikan sebagai seseorang yang telah memenuhi

syarat mampu dalam syarat wajib haji.

Hal tersebut diperkuat dengan adanya fatwa dari Komisi Fatwa

Majelis Ulama Indonesia dalam sidangnya pada tanggal 2 Februari 1979,

yang memfatwakan bahwa :

a. Orang Islam dianggap mampu (Istitha‟ah) melaksanakan ibadah

haji, apabila jasmaniah, ruhaniah, dan pembekalan memungkinkan

ia untuk menuaikan tanpa menelantarkan kewajiban terhadap

keluarga, dianggap telah cukup memadai.

b. Masyarakat kampung dan pedesaan jika mempunyai kelebihan

kekayaan tidak membiasakan menyimpannya berupa uang, akan

tetapi berupa barang (sawah, kebun, rumah) yang oleh karena setiap

ada keperluan dan kebutuhan yang besar, mereka menjual barang-

Page 110: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

95

barang itu. Yang sangat penting, asal mereka tidak mengabaikan

kewajiban yang lebih utama semisal nafkah keluarga.

Jadi dengan adanya pembiayaan talangan haji tersebut nasabah

dikatakan telah memenuhi syarat mampu dalam melaksanakan haji, selain

diperkuat adanya fatwa dari Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam

pelaksanaannya di Bank Syari‟ah Mandiri bahwa pemberian pembiayaan

talangan haji tersebut hanya untuk mendaftarkan nasabah untuk

memperoleh porsi atau nomor antrian haji. Jadi dalam satu waktu nasabah

tidak langsung berangkat untuk menunaikan ibadah haji. Sebagai ilustrasi

apabila nasabah mendaftar pada tahun 2015 maka nasabah belum tentu

berangkat pada tahun 2015, bisa jadi nasabah berangkat pada tahun 2020

atau bahkan 2023. Jadi dalam jangka waktu menunggu tersebut nasabah

bisa melunasi pembiayaan talangan yang diberikan oleh bank Syari‟ah

Mandiri dan juga bisa menabung untuk biaya keberangkatan dan bekal

selama melakukan ibadah haji. Jadi nasabah yang mendapatkan

pembiayaan talangan haji dari segi kemampuannya sudah memenuhi salah

satu syarat haji yaitu mampu.

Selain memenuhi syarat wajib haji, aspek lain yang harus

diperhatikan adalah produk pembiayaan talangan haji itu sendiri. Pada

dasarnya semua bentuk hubungan atau muamalat itu diperbolehkan

sehingga ada dalil yang membatalkan dan mengharamkannya. Dan dasar

dikeluarkannya pembiayaan talangan haji ini adalah dengan

dikeluarkannya fatwa DSN MUI N0. 29/DSN-MUI/VI/2002 pada tanggal

Page 111: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

96

06 Juni 2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Haji oleh LKS (Lembaga

Keuangan Syari‟ah). Yang memuat ketentuan sebagai berikut :

a. Dalam pengurusan haji bagi nasabah, LKS dapat memperoleh imbalan

jasa (ujrah) dengan menggunakan prinsip al-Ijarah sesuai fatwa DSN-

MUI No.9/DSN-MUI/IV/2000.

b. Apabila diperlukan, LKS dapat membantu menalangi pembayaran

BPIH nasabah dengan menggunakan prinsip al-Qardh sesuai fatwa

DSN-MUI No.19/DSN-MUI/IV/2001.

c. Jasa pengurusan haji yang dilakukan LKS tidak boleh dipersyaratkan

dengan pemberian talangan haji.

d. Besar imbalan jasa al-Ijarah tidak boleh didasarkan pada jumlah

talangan al-Qardh yang diberikan LKS kepada nasabah.

Menurut peneliti dalam pembiayaan talangan haji di Bank Syari‟ah

Mandiri sesuai dengan hukum Islam, karena mekanisme pembiayaan

talangan haji di Bank Syari‟ah Mandiri dilaksanakan sesuai dengan syara‟

dan sesuai dengan Fatwa DSN-MUI No.29/DSN-MUI/VI/2002. Baik dari

akad, prinsip perolehan imbalan (ujrah), dan besarnya perolehan imbalan

jasa.

Dalam pembiayaan talangan haji menggunakan akad Qardh wal

Ijarah yang sudah sesuai dengan prinsip-prinsip syara‟ dari akad tersebut

dan sesuai fatwa DSN-MUI No. 19/DSN-MUI/IV/2001 dan fatwa DSN-

MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000. Dan pada prinsip perolehan imbalan

(ujrah) serta besarnya perolehan imbalan jasa juga sudah sesuai. Hanya

Page 112: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

97

dengan dana minimal yang harus dimiliki oleh calon jamaah adalah

sebesar Rp. 5.850.000,- maka pembiayaan talangan haji yang

pelaksanaannya menggunakan akad Qardh akan diterima adalah sebesar

Rp. 22.500.000,- dengan jangka waktu pengembalian pinjaman selama 1

tahun. Jumlah yang akan dikembalikan selama jangka waktu 1 tahun

tersebut minimal Rp. 1.000.000,-/ bulan dengan ujrah yang diperoleh dari

jasa Bank Syariah Mandiri sebesar Rp. 2.850.000/tahun. Dan Dengan

asumsi apabila dalam waktu 1 tahun tersebut nasabah belum bisa menutupi

kekurangannya, maka akan dilakukan akad ulang dan akan dikenakan

ujrah (administrasi) per tahunnya. Dapat disimpulkan besar imbalan jasa

al-Ijarah yang diperoleh Bank Syari‟ah Mandiri tersebut juga tidak

didasarkan pada jumlah talangan al-Qardh yang diberikan LKS kepada

nasabah. Jadi pembiayaan talangan haji di Bank Syari‟ah Mandiri Sudah

sesuai dengan hukum Islam.

Selain itu dalam produk pembiayaan talangan haji di Bank

Syari‟ah Mandiri juga menekankan prinsip-prinsip bermuamalat. Menurut

Mohammad Daud Ali (2004 : 132-138) asas-asas muamalat adalah sebagai

berikut:

a. Asas kebolehan atau mubah, yang menunjukkan bahwa kebolehan

melakukan semua hubungan muamalat selama hubungan itu tidak

dilarang oleh al-Qur‟an dan sunnah. Dalam produk pembiayaan

talangan haji di Bank Syari‟ah Mandiri sudah memperhatikan aspek

Page 113: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

98

ini. Karena dalam pelaksanaannya berdasarkan pada nilai-nilai syara‟

dan sesuai dengan fatwa DSN MUI No.29/DSN-MUI/VI/2002.

b. Asas kemaslahatan hidup

Asas kemaslahatan hidup yaitu sesuatu yang mendatangkan

kabaikan, berguna dan berfaedah bagi kehidupan. Dalam

menyimpulkan asas kemaslahatan ini peneliti menggunakan kaidah

mashlahah al-mursalah.

Kaidah mashlahah al-mursalah yaitu suatu kemaslahatan yang

tidak ada nash juz‟i (rinci) yang mendukungnya, dan tidak ada pula

yang menolaknya dan tidak ada pula ijma‟ yang mendukungnya

(Haroen, 1996 : 113). Artinya bahwa penetapan suatu hukum itu tiada

lain kecuali untuk menerapkan kemaslahatan umat manusia; yakni

menarik suatu manfaat, menolak bahaya atau menghilangkan kesulitan

umat manusia (Khallaf, 2003 : 110).

Dalam pembiayaan talangan haji di Bank Syari‟ah Mandiri

memperhatikan asas kemaslahatan ini, karena dalam pelaksanaannya

pembiayaan talangan haji ini lebih banyak manfaatnya dan dapat

menghilangkan kesulitan-kesulitan para nasabah. Manfaat tersebut

adalah dapat dipenuhinya kebutuhan dana secara mendadak untuk

menutupi kekurangan dana sebagai persyaratan dalam memperoleh

porsi haji atau pelunasan BPIH. Serta proses pinjaman relatif cepat

dan mudah.

Page 114: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

99

Selain manfaat yang didapat, pembiayaan talangan haji Dan

meminimalisir bahaya yang akan terjadi, misalnya penipuan biro haji

yang tidak bertanggung jawab. Dapat ditarik kesimpulan bahwa

pelaksanaan pembiayaan talangan haji di Bank Syari‟ah Mandiri tidak

menyimpang dari prinsip-prinsip bermuamalat.

c. Asas kebebasan dan kesukarelaan

Asas kebebasan dan kesukarelaan mengandung arti bahwa setiap

hubungan bermuamalat harus dilakukan secara bebas dan sukarela.

Bebas berarti para pihak mempunyai kebebasan untuk berkehendak

yang dapat melahirkan kesukarelaan dalam mencapai kesepakatan.

Dalam pembiayaan talangan haji di Bank Syari‟ah Mandiri asas

kebebasan ini sangatlah diutamakan, karena nasabah sepenuhnya

bebas memilih dan melakukan perjanjian. Dan perjanjian tersebut

didasarkan pada rasa sukarela dan tidak ada paksaan.

B. Analisis Pembiayaan Talangan Haji Menurut Peraturan Menteri

Agama Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013

Menteri Agama telah mengeluarkan peraturan mengenai pembiayaan

talangan haji dalam rangka meningkatkan pengelolaan setoran biaya

penyelenggaraan ibadah haji secara lebih profesional, akuntabel, amanah,

dan transparan. Maka Menteri Agama Republik Indonesia memberlakukan

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013 yang

mengatur tentang Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah

Page 115: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

100

Haji. Selain untuk menanggulangi banyaknya daftar tunggu haji (waiting

list) dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 30 Tahun

2013 pasal 2 ayat 2 juga menetapkan bahwa Bank Penerima Setoran Biaya

Penyelenggaraan Ibadah Haji harus mendaftar terlebih dahulu kepada

Kementrian Agama RI dengan syarat sebagai berikut:

1. Berbadan hukum Perseroan Terbatas

2. Berbentuk bank syariah atau bank umum nasional yang memiliki

layanan syariah

3. Memiliki layanan bersifat nasional

4. Memiliki sarana, prasarana, dan kapasitas untuk berintegrasi

dengan sistem layanan haji Kementrian Agama

5. Memiliki kondisi kesehatan bank sesuai dengan peraturan Bank

Indonesia atau Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan ketentuan

peraturan lainnya

6. Menunjukkan keterangan menjadi anggota Lembaga Penjamin

Simpanan (LPS) dan surat kesanggupan melaksanakan program

penjaminan LPS atas dana setoran awal, dan

7. Tidak akan memberikan layanan dana talangan haji atau dana

sejenisnya dengan jangka waktu talangan lebih dari 1 (satu) tahun

yang dibuktikan dengan pernyataan tertulis.

Bank Syari‟ah Mandiri sebagai Bank Penerima Setoran Pembiayaan

Talangan Haji sudah sesuai dengan persyaratan yang diatur dalam

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013

Page 116: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

101

pasal 2 ayat 2. Dan Bank Syari‟ah Mandiri telah mendaftar dan lolos

seleksi sebagai salah satu Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan

Ibadah Haji. Maka sebagai Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan

Ibadah Haji Bank Syari‟ah Mandiri harus melaksanakan tugasnya sesuai

dengan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 30 Tahun

2013. Dan didalam peraturan tersebut pada pasal 2 ayat 2.g menjelaskan

bahwa Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji tidak

boleh memberikan layanan dana talangan haji dengan jangka waktu

talangan lebih dari 1 (satu) tahun. Yang sebelum adanya Peraturan Menteri

Agama Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013 Bank Syari‟ah Mandiri

memberikan layanan dana talangan haji dengan jangka waktu

pengembalian selama 3 (tiga) tahun.

Setelah penulis melakukan wawancara pada pihak Bank Syari‟ah

Mandiri, dalam pelaksannannya produk pembiayaan talangan haji di BSM

telah sesuai dengan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor

30 Tahun 2013. Karena sejak berlakunya Peraturan Menteri Agama

Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013 Bank Syari‟ah Mandiri

memberikan layanan pembiayaan talangan haji dengan jangka waktu

talangan hanya 1 (satu) tahun. Apabila dalam waktu satu tahun nasabah

tidak bisa melakukan pelunasan, maka akan dilakukan akad ulang dan

nasabah akan dikenakan ujrah sebesar Rp. 2.850.000,-.

Namun dengan adanya peraturan tersebut dan diadakannya

kembali pembiayaan talangan haji, yang diharapkan dapat mengurangi

Page 117: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

102

daftar tunggu haji di Indonesia justru semakin menambah daftar tunggu

haji. Karena dengan adanya pembiayaan talangan haji justru meningkatkan

minat nasabah untuk segera melaksanakan ibadah haji. Walaupun pada

kenyataannya kuota haji untuk jamaah haji Indonesia selalu ditambah dan

dengan diundangkannya peraturan tersebut masih tidak bisa mengurangi

daftar tunggu haji untuk jamaah haji Indonesia.

Dalam upaya lanjutan untuk mengurangi daftar tunggu haji di

Indonesia, Kementrian Agama Republik Indonesia mengeluarkan surat

edaran. Surat edaran tersebut ditujukan kepada Lembaga Keuangan

Syariah maupun non syariah yang mempunyai layanan pembiayaan

talangan haji untuk memberhentikan pembiayaan talangan haji. Di Bank

Syari‟ah Mandiri sendiri mulai menghentikan produk tersebut pada bulan

Maret 2015.

Pemberhentian produk pembiayaan talangan haji menimbulkan

permasalahan baru. Bagaimana dengan nasabah yang sudah menjadi dan

menggunakan produk pembiayaan tersebut? Bagaimana dengan nasabah

yang belum lunas dalam melunasi pembiayaan talangan haji yang sudah

diberikan oleh Bank Syari‟ah Mandiri? Apakah dibatalkan dalam akadnya

ataukah tetap dilanjutkan pelunasannya?

Dari hasil wawancara peneliti dengan pihak Bank Syari‟ah

Mandiri, bahwa setelah diterimanya surat edaran dari Kementrian Agama

Republik Indonesia tersebut produk pembiayaan talangan haji

diberhentikan. Dan untuk nasabah yang sudah menerima pembiayaan

Page 118: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

103

talangan haji dan belum lunas dalam pengembalian pembiayaan tersebut,

tetap melakukan pelunasan sampai batas waktu yang telah ditentukan

diawal perjanjian. Sedangkan untuk calon nasabah yang ingin

mendapatkan pembiayaan talangan haji, oleh customer service Bank

Syari‟ah mandiri langsung dijelaskan bahwa produk pembiayaan talangan

haji tersebut sudah dihentikan dan Bank Syari‟ah Mandiri memberikan

alternatif dengan ditawarkannya tabungan mabrur jika calon nasabah

berumur lebih dari 17 tahun dan sudah mempunyai Kartu Tanda Penduduk

(KTP) apabila calon nasabah berumur kurang dari 17 tahun akan

disarankan untuk menjadi nasabah tabungan mabrur junior.

Page 119: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

104

BAB IV

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari uraian pada bab gambaran umum dan analisis data dapat disimpulkan

bahwa:

1. Pelaksanaan pembiayaan talangan haji di Bank Syari‟ah Mandiri KC

Salatiga dari segi akadnya sudah menggunakan akad Qardh wal Ijarah

yang sudah sesuai dengan prinsip-prinsip syara‟ dari akad tersebut dan

sesuai fatwa DSN-MUI No. 19/DSN-MUI/IV/2001 dan fatwa DSN-

MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000 dan produk pembiayaan talangan haji

di Bank Syari‟ah Mandiri KC Salatiga telah sesuai dengan Peraturan

Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013. Karena

sejak berlakunya Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor

30 Tahun 2013 Bank Syari‟ah Mandiri memberikan layanan

pembiayaan talangan haji dengan jangka waktu talangan hanya 1 (satu)

tahun. Apabila dalam waktu satu tahun nasabah tidak bisa melakukan

pelunasan, maka akan dilakukan akad ulang dan nasabah akan

dikenakan ujrah sebesar Rp. 2.850.000,-.

2. Pelaksanaan pembiayaan Talangan Haji di bank Syari‟ah Mandiri

sudah sesuai dengan hukum Islam dan Peraturan Menteri Agama

Nomor 30 Tahun 2013 tentang Bank Penerima Setoran

Penyelenggaraan Ibadah Haji.

Page 120: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

105

B. Saran-Saran

1. Untuk Kementerian Agama Republik Indonesia:

Membuat undang-undang atau peraturan, yang isinya mengenai

pembatasan untuk calon jamaah haji yang sudah pernah menunaikan

ibadah haji supaya melakukan ibadah haji dengan jeda antara 10

sampai 20 tahun berikutnya.

2. Untuk calon jamaah haji:

Calon jamaah haji yang sudah pernah menunaikan ibadah haji

diharapkan dapat memberikan kesempatan untuk orang lain yang

belum pernah menunaikan ibadah haji untuk menunaikan ibadah haji.

Page 121: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

106

DAFTAR PUSTAKA

KITAB

Al-Qur‟an al-Karîm.

BUKU-BUKU

Al-Bugha, Musthafa Dib. 2010. Buku Pintar Transaksi Syariah. Jakarta:

Hikmah.

Ali, Mohammad Daud. 2004. Hukum Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Alsa, Asmadi. 2003. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Serta Kombinasinya

dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Basyir, Ahmad Azhar. 2000. Asas Asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata

Islam). Yogyakarta: UII Press.

Departemen Agama Republik Indonesia. 1983. Ilmu Fiqh I. Jakarta: Asona.

Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research, Jilid I. Yogyakarta: ANDI.

Halimah, Nur. 2009. Studi Analisis Terhadap Praktek Akad Qardh Wal Ijarah

Pada Pembiayaan Talangan Haji di Bank Syari’ah Mandiri Cabang

Semarang. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Jurusan Mu‟amalah

IAIN Walisongo.

Haroen, Nasrun. 1996. Ushul Fiqh 1. Jakarta: Logos.

Hasbi, Ash-Shiddieqy. 1978. Hukum-Hukum Fiqh Islam. Jakarta: Bulan

Bintang.

Kartono, Kartini. 1996. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: CV.

Mandar Maju.

Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya.

Page 122: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

107

Mughniyah, Muhammad jawad. 1991. Fiqh Lima Mazhab. Jakarta: Basrie Press.

Muslich, Ahmad Wardi. 2010. Fiqh Muamalah. Jakarta: Amzah.

Rifai, Muhammad Bahtiyar. 2010. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Produk

Talangan Haji (Studi di Bank Syari’ah Mandiri Cabang Cik Di Tiro

Yogyakarta). Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Jurusan Muamalah

UIN Sunan Kalijaga.

Sabiq, Sayyid. 1978. Fikih Sunnah Jilid 5. Bandung: PT Alma‟arif.

Saleh, Hassan. 2008. Kajian Fiqh & Fiqh Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers.

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. 2008. Pedoman Penulisan Skripsi

dan Tugas akhir. Salatiga: STAIN Salatiga.

Subagyo, P. Joko. 1991. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Ulfah, Maria. 2012. Analisis Pengaruh Marketing Syariah Terhadap Minat

Nasabah Dana Talangan Haji (Studi Kasus di Bank Muamalat

Cabang Semarang). Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Jurusan

Ekonomi Islam IAIN Walisongo.

UNDANG-UNDANG dan PERATURAN

Fatwa DSN MUI tentang Istitha‟ah Dalam Melaksanakan Ibadah Haji.

Fatwa DSN MUI Nomor 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah.

Fatwa DSN-MUI No. 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pembiayaan Qardh.

Fatwa DSN MUI Nomor 29/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pembiayaan Pengurusan

Haji Lembaga Keuangan Syari‟ah.

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013 tentang

Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji.

Lain-lain

Asmawih, Hidayatullah. 2013. Dana Talangan Haji Dasar Hukum Fatwa.

(online), (http://dayatfsh.blogspot.com/2013/02/dana-talangan-haji-dasar-

hukum-fakta.html., diakses pada 14 Juni 2015).

Page 123: ANALISIS PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI MENURUT HUKUM ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/880/1/Yessi.widhi.astuti.201411025.pdf · i analisis pembiayaan talangan haji menurut

108

Septatiani, Dyah. 2013. Dana Talangan Haji. (online),

(http://dyahseptatiani.wordpress.com/2013/03/24/dana-talangan-haji/,

diakses pada 11 November 2014).

www.syariahmandiri.co.id

http://id.wikipedia.org/wiki/Haji.

http://kamusfiqih.wordpress.com/2012/07/03/pengertian-ihram-tawaf-wukuf-sai/

http://www.kabarmakkah.com/2014/09/berapa-tahun-menunggu-kuota-haji.html.