Post on 30-Dec-2015
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan kegiatan industri menurut Ginting (2007) yang demikian pesat
telah mulai menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, baik dampak fisik,
kimia maupun sosial ekonomi dan budaya. Akhir-akhir ini kegiatan industri mulai
menjadi perhatian masyarakat secara serius karena dampak yang ditimbulkannya
terhadap lingkungan karena menggunakan bahan baku yang tidak dapat dipulihkan,
menggunakan bahan baku yang dapat merusak ekosistem dan membuang limbah
yang dapat mencemari lingkungan hidup.
Definisi lingkungan hidup menurut UU No. 23 Tahun 1997 tentang
Lingkungan Hidup Pasal 1 (ayat 1) adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan prikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lain. Sedangkan definisi pencemaran lingkungan sebagaimana yang terdapat
dalam UU No. 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup Pasal 1 (ayat 12) adalah
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain
ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai
ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukkannya. Bahan buangan yang tidak diinginkan itu dilabeli dengan
sebutan limbah. Limbah bisa berupa zat cair, padat dan gas. Di masa sekarang
buangan yang memasuki lingkungan akan banyak berupa zat beracun dan berbahaya
(B3), yang jumlahnya akan semakin bertambah dan semakin beragam.
Pembuangan limbah tanpa melakukan proses pengolahan terlebih dahulu
karena adanya unsur kelalaian dan kesengajaan merupakan awal petaka bagi
pencemaran lingkungan. Wardhana (2001) menyatakan bahwa limbah yang
dihasilkan oleh suatu kegiatan industri selain dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan, limbah tersebut juga berpotensi menimbulkan gangguan bagi kesehatan
manusia dan gangguan estetika. Secara umum dampak limbah industri dapat terjadi
secara langsung dirasakan oleh manusia maupun secara tidak langsung yaitu
terjadinya kerusakan lingkungan yang akhirnya berdampak terhadap manusia.
Menurut Mukhrizal (2006) mengingat besarnya dampak negatif yang dampak
ditimbulkan limbah terhadap penurunan kualitas lingkungan, pengolahan limbah
sangat diperlukan dan diharuskan bagi setiap industri. Dampak negatif pada manusia
dapat dinilai dengan adanya keluhan masyarakat terhadap keberadaan limbah
disekitar mereka. Keluhan tersebut dapat berupa gangguan pencernaan, penyakit kulit
dan sistem tubuh lainnya. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah nyata dalam upaya-
upaya pencegahan dan penanggulangannya. Berdasarkan pendapat Ginting (2007),
pencegahan adalah usaha menahan atau meniadakan zat pencemar dalam kegiatan
industri yang biasanya dilakukan pada saat proses produksi. Sedangkan
penanggulangan adalah suatu usaha dimana bahan pencemar telah memasuki
lingkungan atau setidak-tidaknya akan segera memasuki lingkungan, biasanya
dilakukan setelah proses produksi berlangsung.
Namun, kenyataan yang sering terjadi di lapangan pihak perusahaan
beranggapan bahwa kajian lingkungan yang dilakukan untuk pengolahan limbah
industri merupakan biaya operasional tambahan yang seharusnya bisa tidak
dikeluarkan. Oleh sebab itu, banyak perusahaan yang tidak memanfaatkan
pengolahan limbahnya dengan baik sesuai undang-undang dan baku mutu yang telah
ditetapkan.
Salah satu industri yang limbahnya berkontribusi dalam pencemaran
lingkungan adalah industri perminyakan. Di Indonesia terdapat sebuah perusahaan
minyak terbesar di Indonesia milik Amerika Serikat yang bernama PT Chevron
Pacific Indonesia (CPI). Salah satu wilayah operasi perusahaan ini berada di pulau
Sumatera tepatnya di Provinsi Riau. Diantara beberapa daerah di Riau yang menjadi
lokasi pengeboran minyak Chevron adalah Duri. Perusahaan ini telah memulai
operasinya di Duri sejak tahun 1941 dengan rata-rata produksi minyak mentah
mencapai 200.000 barrel per hari.
Dari kegiatan pengeboran minyak ini salah satu limbah yang dihasilkan adalah
limbah lumpur bor. Limbah lumpur bor berpotensi menimbulkan dampak negatif
bagi lingkungan dan makhluk hidup apabila tidak diolah terlebih dahulu sebelum
dilepas ke lingkungan karena lumpur bor sengaja dibuat dengan berbagai campuran
bahan kimia. Dalam pengolahan limbah lumpur pengeboran, PT Chevron mempunyai
instalasi sendiri dengan menggunakan teknologi terbaik dibawah pengawasan dan
dikelola oleh tenaga yang berpengalaman dibidangnya. Perusahaan ini menggunakan
metode pengolahan limbah lumpur terpadu yang dikenal dengan Centralized Mud
Treating Facility (CMTF) dalam pengolahan limbah lumpur bornya dan pengelolaan
diserahkan kepada subkontraktor. CMTF milik PT Chevron Pacific Indonesia
tersebar di lima titik di Riau, yaitu Arak, Bangko, Minas, Kota Batak dan Duri Field
area 6. Namun, dari kelima CMTF tersebut, CMTF Arak yang memiliki tantangan
yang lebih besar karena berbatasan langsung dengan masyarakat Sakai sehingga
sering kali isu pencemaran dialamatkan pada CMTF Arak.
Selama beroperasi CMTF telah mematuhi prosedur kerja berdasarkan
Standart Operasional Procedure (SOP) perusahaan yang disesuaikan dengan baku
mutu undang-undang lingkungan tentang effluent limbah lumpur yang diperbolehkan
dilepaskan ke lingkungan. Namun, kenyataan di lapangan pada saat-saat tertentu
terdapat suatu keadaan yang tidak dapat diprediksi sebelumnya seperti kebocoran
limbah lumpur, pengaruh alam ataupun ulah tangan-tangan jahil yang mengakibatkan
terjadinya perubahan kualitas lingkungan, khususnya kualitas air sungai Batang Pudu
yang berada di sekitar lokasi pengolahan lumpur CMTF Arak, dimana air sungai
tersebut sebagai sumber air bagi penduduk Sakai di desa Batang Pudu. Isu
pencemaran telah beberapa kali ditujukan pada CMTF Arak, kasus terbarunya terjadi
pada bulan Desember 2010.
Menurut beberapa media massa lokal yang meliput kejadian tersebut
menjelaskan bahwa CMTF Arak telah sengaja membuang limbah ke sungai Batang
Pudu sehingga menyebakan kematian ikan dan keluhan penyakit kulit. Kejadian ini
mengundang suatu reaksi protes penduduk ke PT Chevron karena dengan banyaknya
ikan yang mati menyebabkan mata pencaharian masyarakat terganggu.
Pemeriksaan kualitas air sungai Batang Pudu pernah dilakukan oleh pihak
ketiga dan pemerintah terkait isu pencemaran tersebut. Salah satu pihak ketiga yang
ikut melakukan analisa adalah Tim Ahli dari Institut Pertanian Bogor (IPB) pada
tahun 2007, menurut mereka dari hasil tes laboratorium yang dilakukan diperoleh
kesimpulan bahwa sungai Batang Pudu dinyatakan positif tercemar Limbah B3 yang
berasal dari CMTF Arak. Penyebab dari pencemaran ini adalah karena di sekitar
daerah pengolahan limbah tidak ada dinding pembatas kolam, sehingga limbah
meluap mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin mengetahui
bagaimanakah Sistem Pengolahan Limbah Lumpur Pengeboran Minyak Bumi di PT
Chevron Pacific Indonesia Duri dan analisis laboratorium effluent lumpur bor sesudah
pengolahan.
1.2.Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah
Sistem Pengolahan Limbah Lumpur Pengeboran Minyak Bumi dan Kualitas Air
Olahan Lumpur Bor Setelah Pengolahan di PT Chevron Pacific Indonesia Duri”
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui sistem pengolahan limbah lumpur pengeboran minyak
bumi di PT Chevron Pacific Indonesia Duri, mengetahui kualitas air olahan lumpur
bor sesudah dilakukan pengolahan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui kualitas air olahan lumpur pengeboran minyak bumi pada PT
Chevron Pacific Indonesia Duri sesudah pengolahan (COD, H2S, NH3,
Phenol, pH, Temperatur, Minyak dan Lemak, )
2. Mengetahui bagaimanakah sistem pengolahan limbah lumpur pengeboran
minyak bumi yang dilakukan PT Chevron Pacific Indonesia Duri
3. Mengetahui sarana dan peralatan yang digunakan dalam pengolahan
limbah lumpur bor di PT Chevron Pacific Indonesia Duri
1.4.Manfaat Penelitian
a. Menambah pengetahuan penulis dalam masalah penangganan limbah lumpur
pengeboran minyak bumi.
b. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran kepada pihak perusahaan
agar dapat meningkatkan pengawasan terhadap mutu limbah lumpur yang
dibuang ke lingkungan guna peningkatan kesehatan lingkungan.
c. Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya dalam meningkatkan
proses pengolahan limbah lumpur pengeboran minyak bumi.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Mengingat banyaknya bagian-bagian yang menanggani limbah yang
dihasilkan dalam proses pengeboran minyak bumi di PT Chevron Pacific Indonesia
Duri, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian hanya pada bagian yang
menangani instalasi pengolahan limbah lumpur pengeboran.