Post on 22-Mar-2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Antara teologi dan ilmu pengetahuan terletak suatu daerah tak bertuan.
Daerah ini diserang baik oleh teologi maupun oleh ilmu pengetahuan.
Daerah tak bertuan ini adalah filsafat”- Bertard Russel
Filsafat adalah suatu ilmu tanpa batas, yang menampung segala
pertanyaan, dimulai tentang asal dan tujuan, tentang hidup dan kematian
bahkan tentang hakikat sebagai manusia. Filsafat tidak menyelidiki salah satu
segi dari kenyataan saja, melainkan apa-apa saja yang menarik perhatian
manusia.
Pengetahuan Filsafat merupakan bentuk pemikiran awal yang
dikembangkan oleh manusia untuk merenungkan sekalian realitas yang ada.
Kata filsafat berasal dari bahsa Yunani. Kata ini berasal dari kata philosophia
yang berarti cinta pengetahuan.1
Filsafat mencakup semua ilmu khusus, maka dari itu filsafat di
sebut sebagai induk dari segala ilmu. Seiring perkembangan zaman ilmu-ilmu
tersebut melepas diri dari filsafat, diantaranya adalah matematika, fisika,
bahkan psikologi yang akhir-akhir ini juga melepaskan diri dari filsafat.
Bertitik tolak dari uraian latar belakang tersebut diatas maka
penyusun membuat makalah yang berjudul: “Cabang-Cabang Filsafat”
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang hendak di capai dalam makalah ini, antara lain :
1. Apakah filsafat itu?
2. Apa saja cabang-cabang filsafat?
1 Jalaluddin, Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan (Manusia, Filsafat, dan Pendidikan). Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada.2011.1
1
1.3. Tujuan
Tujuan yang diharapkan dari pembahasan makalah ini adalah:
1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan lebih dalam tentang
filsafat.
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang cabang-cabang
filsafat.
1.4. Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
Bagi Mahasiswa :
Menambah pengetahuan dan untuk mengetahui lebih dalam tentang
filsafat beserta cabang-cabangnya.
Bagi Institut :
Memberikan pengalaman dalam penyusunan suatu makalah sehingga
kedepannya para mahasiswa memperoleh bekal yang memadai.
BAB II
2
LANDASAN TEORI
2.1. Landasan Teori
Kerangka teori sangatlah dibutuhkan guna sebagai pengantar dalam
membahas lebih dalam dan detail, sehingga pembahasan pada bab-bab
selanjutnya akan menjadi semakin terarah dan pasti.
Untuk mendapatkan pembagian cabang-cabang filsafat yang
bersifat umum antara lain dapat di tempuh dengan memadukan unsur-unsur
yang ada pada semua rumusan, dan unsure-unsur yang tidak sama tetapi tidak
mengurangi jiwa dari semua rumusan yang ada.
Berikut adalah beberapa pembagian filsafat yang berbeda-beda
menurut setiap para ahli :2
1. M.J. Lavenged membagi filsafat dalam tiga masalah utama :
a. Lingkungan masalah-masalah keadaan (metafisika manusia,
alam, dan segala ciptaan tuhan)
b. Lingkungan masalah-masalah pengetahuan (teori
kebenaran, teori pengetahuan, dan logika)
c. Lingkungan masalah-masalah nilai (teori nilai, etika,
estetika, moral, yang bernilai berdasar religi)
2. Alburey Castell, guru besra filsafat di University of Oregon,
membagi masalah-masalah filsafat atas enam bagian :
a. Technology Problem (masalah teologis)
b. Metafisikal Problem (masalah metafisika)
c. Epistimological problem (masalah epitemologi)
2 Tim penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Filsafat (Surabaya: IAIN sunan ampel press),hal 72-73
3
d. Ethical problem (masalah etika)
e. Political problem (masalah politik)
f. Historical problem (masalah sejarah)
Masih banyak pembagian lain yang ditawarkan oleh para filsuf.
Akan tetapi, saat ini pada umumnya filsafat dibagi ke dalam enam bidang
studi atau cabang sebagai berikut :
1. Filsafat Umum
a. Epistomologi
b. Metafisika
c. Logika
d. Etika
e. Estetika
2. Filsafat Khusus Keilmuan
a. Filsafat Bahasa
b. Filsafat Matematika
c. Filsafat Agama
BAB III
4
PEMBAHASAN
3.1. Filsafat
Filsafat adalah pengetahuan metodis, sistematis, dan koheren
tentang seluruh kenyataan.3 Filsafat merupakan muara dari segala pertanyaan
manusia.
Dalam pengertian yang lebih luas, Harold Titus (1984)
mengemukakakn pengertian filsafat sebagai berikut :
1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap
kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara kritis.
2. Filsafat ialah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap
kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi.
3. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.
4. Filsafat ialah analisis logis dari bahasan dan penjelasan tentang arti
konsep.4
Sebenarnya, dalam filsafat segala sesuatu belum sepenuhnya bisa
di jawab dengan konkret dan tepat dalam filsafat, karena pada dasarnya
filsafat merupakan pemikiran abstrak, melayang jauh disana, dan jauh dari
kehidupan sehari-hari. Namun demikian, filsafat masih tetap digunakan
sebagai suatu tempat di mana dibicarakan sebelum dan sesudah semua ilmu
lain.
3.2. Cabang-Cabang Filsafat
3 Harry Hamersma, Pintu Masuk ke Dunia Filsafat, Yogyakarta : Pustaka Filsafat, 2008.11 4 Jalaluddin, Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan (Manusia, Filsafat, dan Pendidikan). Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada.2011.1
5
Seperti yang dibahas di atas, bahwa filsafat telah dibagi dlam
berbagai cabang yaitu,
3.2.1 Filsafat Umum
A. Epistimologi
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal,
sifat, metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that
investigates the origin, nature) “pengetahuan”, “pengetahuan yang benar”,
“pengetahuan ilrniah”, dan logos = teori. Epistemologi dapat didefmisikan
sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur,
metode dan sahnya (validitas) pengetahuan., methods and limits of human
knowledge). Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of
knowledge).
Dengan demikian, epistemologi yaitu suatu pemikiran mendasar
dan sistematik mengenai pengetahuan.
Hal-hal yang hendak di selesaikan epistemology ialah tentang
terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan,
validitas pengetahuan, dan kebenaran pengetahuan.
1. Terjadinya pengetahuan
Vaguer menyatakan bahwa titik tolak kajian epistemology adalah
situasi kita, yaitu kejadian. Kita sadar kita mempunyai pengetahuan lalu kita
berusaha untuk memahami, menghayati, dan pada saatnya kita harus
memberikan pengetahuan dengan menerangkan dan mempertanggung
jawabkan apakah pengetahuan kita benar dalam arti mempunyai isi dan arti
atau tidak. Bertumpu pada situasi kita sendiri itulah,sedikitnya kita dapat
memperhatikan perbuatan-perbuatan mengatahui yang menyebabkan
pengetahuan itu.
6
Berangkat dari penghayatan,pemahaman dan situasi itulah kita
berusaha untuk mengungkapkan perbuatan-perbuatan mengenal sehingga
terjadi pengetahuan.
Perkembangan selanjutnya adalah melalui pendekatan rasional dan
pendekatan empiris, dari penggabungan pendekatan tersebut kemudian
melahirkan metode ilmiah.secara rasional,ilmu menyusun.5
Pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara
empiris ilmu bersumber dari sebuah fakta.
2. Sumber pengetahuan
Terdapat berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh manusia untuk
memperoleh pengetahuan, misalnya ia dapat melakukannya dengan jalan
bertanya kepada orang lain (yang memiliki otoritas) yang dianggapnya lebih
tahu, atau ia dapat melakukannya melalui indra, akal sehat, intuisi atau
dengan coba-coba. Upaya-upaya serta cara-cara tersebut merupakan sumber-
sumber pengetahuan yang mungkin, yang dapat dipergunakan dalam
memperoleh pengetahuan.
3. Asal mula pengetahuan
Pranarka menyatakan bahwa sejarah epistimologi dari zaman
yunani kuno ketika semua orang secara sadar mengetahui betapa pentingnya
pengetahuan .Tentang asal atau sumber pengetahuan, para Filsuf sedikitnya
terpetakan menjadi tiga kelompok.
Kelompok rasionalisme, yang mengatakan bahwa rasio atau akal
budi adalah sumber pengetahuan utama bagi pengetahuan. Kelompok atau
paham ini diwakili oleh Plato, Decartes, Spinoza, dan Leibniz. Secara umum
para Filsuf ini berpendapat bahwa setiap keyakinan atau pandangan yang
bertentangan dengan rasio tidak mungkin benar. Paham ini juga beranggapan
ada perinsip-prinsip dasar dunia tertentu, yang diakui benar oleh akal budi
manusia. Dari prinsip-prinsip ini kemudian muncul metode deduksi, yaitu
5
7
penalaran dari suatu kebenaran umum ke suatu hal yang khusus dari
kebenaran itu.
Sedangkan beberapa Filsuf lainnya seperti Bacon, Hobes, Jon
Locke, mengatakan bahwa bukan rasio, melainkan pengalaman panca
indralah yang menjadi sumber utama pengetahuan. Mereka beranggapan
bahwa pengetahuan bergantung pada panca indra manusia serta pengalaman-
pengalaman indranya. Paham ini kemudian melahirkan metode induksi,
kebalikan dari deduksinya kaum Rasionalisme.
Terlepas dari perbedaan pendapat tadi tak akan mencap bahwa satu
aliran yang paling benar, karena setiap yang dianggap oleh sebagian orang itu
benar belum tentu benar bagi orang lain. Namun dalam arti perpaduan,
terlebih dulu membuang sesuatu yang tak benar dari pendapat paham-paham
tadi.
4. Kebenaran pengetahuan
a. Teori Koresondensi / Teori Persesuaian (The Correspondence
theory of truth)
Kebenaran adalah soal kesesuaian antara apa yang diklaim sebagai
diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya. Benar dan salah adalah soal
sesuai tidaknya apa yang dikatakan dengan kenyataan sebagaimana adanya.
Atau dapat pula dikatakan bahwa kebenaran terletak pada kesesuaian antara
subjek dan objek, yaitu apa yang diketahui subjek dan realitas sebagaimana
adanya. Kebenaran sebagai persesuaian juga disebut sebagai kebenaran
empiris, karena kebenaran suatu pernyataan proposisi, atau teori, ditentukan
oleh apakah pernyataan, proposisi atau teori didukung fakta atau tidak.
Suatu ide, konsep, atau teori yang benar, harus mengungkapkan
relaitas yang sebenarnya. Kebenaran terjadi pada pengetahuan. Pengetahuan
terbukti benar dan menjadi benar oleh kenyataan yang sesuai dengan apa
yang diungkapkan pengetahuan itu. Oleh karena itu, bagi teori ini,
8
mengungkapkan realitas adalah hal yang pokok bagi kegiatan ilmiah. Dalam
mengungkapkan realitas itu, kebenaran akan muncul dengan sendirinya
ketika apa yang dinyatakan sebagai benar memang sesuai dengan kenyataan.
b. Teori Konsistensi atau Teori Koherensi (The Coherence Theory
of Truth)
Dalam hal ini berarti, pengetahuan yang benar hanya dideduksikan
atau diturunkan sebagai konsekwensi logis dari pernyataan-pernyataan lain
yang sudah ada, dan yang sudah dianggap benar. Konsekuensinya, kebenaran
suatu pernyataan atau pengetahuan sudah diandaikan secara apriori tanpa
perlu dicek dengan kenyataan yang ada. Bagi kaum rasionalis, “Lilin
mendidih jika dimasukkan ke dalam air yang sedang mendidih” sudah
merupakan suatu pengetahuan yang kebenarannya sudah diandaikan dan
diketahui secara apriori. Sama halnya juga dengan hukum inflasi atau hukum
penawaran dan permintaan. Kedua, dengan demikian teori kebenaran sebagai
keteguhan lebih menekankan kebenaran dan pengetahuan apriori. Ini berarti
pembuktian sama artinya dengan validasi: memperlihatkan apakah
kesimpulan yang mengandung kebenaran tadi memang diperoleh secara valid
(sahih) dari proposisi lain yang telah diterima sebagai benar.
c. Teori Pragmatisme (The Pragmatic Theory of Truth)
Teori pragmatis tentang kebenaran ini dikembangkan dan dianut
oleh para pilosof pragmatis dari Amerika seperti Charles Sanders Pierce dan
William James. Bagi kaum pragmatis, kebenaran sama artinya dengan
kegunaan. Jadi, ide, konsep, pernyataan, atau hipotesis yang benar adalah ide
yang berguna. Ide yang benar adalah ide yang paling mampu
9
Suatu ide yang benar akan memungkinkan kita dan menuntun kita
untuk sampai pada kebenaran, atau memungkinkan kita untuk sampai pada
apa yang diklaim dalam ide atau pernyataan tersebut.
Kebenaran yang terutama ditekankan oleh kaum pragmatis ini
adalah kebenaran yang menyangkut “pengetahuan bagaimana” (know-how).
Suatu ide yang benar adalah ide yang memungkinkan saya berhasil
memperbaiki atau menciptakan sesuatu. Dalam hal ini, kaum pragmatis
sesungguhnya tidak menolak teori kebenaran dari kaum rasionalis maupun
teori kebenaran kaum empiris. Hanya saja, bagi mereka suatu kebenaran
apriori hanya benar bila kalau kebenaran itu berguna dalam penerapannya
yang memunginkan manusia bertindak secara efektif.
B. Ontologi dan metafisika
Metafisika umum adalah istilah lain dari ontologi. Dengan
demikian, metafiska atau ontologi adalah cabang filsafat yang membahas
tentang prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang
ada.ontologi dapat mendekati msalah hakekat dari dua sudut pandang.
Pendekatan kuantatif , mempertanyakan kenyataan itu tunggal atau jamak dan
kualitatif mempertanyakan apakah jenis kenyataan itu ? 6
Ontologi merupakan bagian dari metafisika, metafisika
menyelediki alam dibalik realitas dan menyelediki hakikat di balik realitas.
Metafisika dapat berarti sebagai usaha untuk menyelediki alam yang berada
diluar pengalaman.
Ontologi menyelidiki hakikat dari segala sesuatu dari alam nyata
yang sangat terbatas dari panca indera kita.7
6. Tim penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar.....hal 74
7 Jalaluddin, Abdullah Idi. Filsafat Pendidikan (Manusia, Filsafat, dan…..hlm.77
10
Jadi bisa dikatakan ontologi atau metafisika ini merupakan ilmu
yang mengenai hubungan kokoh antara pikiran seseorang dengan suatu benda
yang di cerna dengan proses pengamatan dan pengetahuan.
E. Estetika
Menurut Will Durant dalam buku Hamdali Ali (1986) estetika
adalah studi tentang bentuk dan keindahan atau kecantikan yang
sesungguhnya dan merupakan filsafat mengenai kesenian. 8
Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu
terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu
kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek
yang indah bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan
harus juga mempunyai kepribadian.
Cabang Estetika ini lebih menggunakan perasaan dalam
penerapannya, misalkan saat mata kita dimanjakan oleh pemandangan alam
yang indah seketika hati kita juga merasakan perasaan yang tentram dan
tenang. Dalam hal ini orang cenderung mengalihkan perasaan tadi menjadi
sifat objek itu, artinya memandang keindahan sebagai sifat objek yang di
serap.
3.1.2. Filsafat Khusus Keilmuan
Sebenarnya dalam cabang Filsafat terdapat macam-macam filsafat
khusus, salah satunya adalah filsafat khusus keilmuan :
8 Jalaluddin, Abdullah Idi. Filsafat Pendidikan (Manusia, Filsafat, dan…..hlm.14
11
BAB IV
ANALISIS KRITIS4.1. Analisis Kritis
Filsafat adalah sumber dari segala ilmu, karena pada dasarnya,
semua ilmu khusus berawal dari ilmu filsafat, meskipun banyak ilmu yang
melepaskan diri dari filsafat, yang menarik adalah bahwa filsafat masih tetap
eksis dan menjadi acuan, melihat dari kenyataan itu kami berani
menyebutkan filsafat sebagai “ratu-nya segala ilmu”.
Meskipun menjadi muara dari segala pertanyaan manusia, hakikat
dari filsafat belum sepenuhnya konkret, dan tepat sasaran.
Banyak dari para ahli yang membagi-bagi filsafat, mulai dari Dr.
M.J. Langeveld, sampai Prof. Albuerey Castell.
Cabang-cabang filsafat yang dibahas dalam makalah ini adalah
cabang-cabang yang mencakup secara umum, diantaranya adalah Filsafat
Umum dan Filsafat Khusus, dimana pada filsafat khusus dibagi menjadi
beberapa cabang lagi, yaitu :
1. Epistomologi, merupakan cabang filsafat yang menyelidiki
asal, sifat, metode dan batasan pengetahuan manusia
2. Metafisika, cabang filsafat yang membahas tentang prinsip
yang paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang
ada
3. Logika,
4. Etika,
5. Estetika, adalah studi tentang bentuk dan keindahan atau
kecantikan yang sesungguhnya dan merupakan filsafat
mengenai kesenian.
Sebenarnya banyak cabang diantara filsafat khusus diantaranya
adalah filsafat khusus keilmuan, filsafat khusus . Melihat jurusan studi yang
kami ambil adalah tentang pendidikan, maka dari itu untuk memperdalam
12
ilmu filsafat kami mengambil ilmu filsafat tentang keilmuan, dimana kami
akan membahas tentang
13
BAB V
PENUTUP5.1. Kesimpulan
Filsafat segala sesuatu belum sepenuhnya bisa di jawab dengan
konkret dan tepat dalam filsafat, karena pada dasarnya filsafat merupakan
pemikiran abstrak, melayang jauh disana, dan jauh dari kehidupan sehari-
hari.
Seiring perkembangan jaman banyak filsuf yang membagi filsafat
dalam beberapa cabang, salah satunya adalah M.J. Lavenged yang membagi
filsafat dalam tiga masalah utama, yaitu
a. Lingkungan masalah-masalah keadaan (metafisika manusia,
alam, dan segala ciptaan tuhan)
b. Lingkungan masalah-masalah pengetahuan (teori kebenaran,
teori pengetahuan, dan logika)
c. Lingkungan masalah-masalah nilai (teori nilai, etika, estetika,
moral, yang bernilai berdasar religi)
Namun, pada umumnya filsafat dibagi menjadi dua buah bagian
yaitu filsafat umum dan filsafat khusus dimana filsafat khusus terdiri dari :
1. Filsafat Umum :
a. Epistomologi
b. Metafisika
c. Logika
d. Etika
e. Estetika
2. Filsafat Khusus :
a. Filsafat Bahasa
b. Filsafat Matematika
c. Filsafat Agama
14
Sebenarnya dalam filsafat Khusus terbagi oleh macam-macam ilmu
yang saat ini kita pelajari dimulai dari filsafat bahasa, agama, matematika,
hingga filsafat budaya.
15