Filsafat Pendidikan Islam

32

Click here to load reader

description

tulisan ini merupakan hasil dari kumpulan beberapa tulisan di ruang kuliah

Transcript of Filsafat Pendidikan Islam

Page 1: Filsafat Pendidikan Islam

Revitalisasi Pendidikan Islam.(A:8).

Ada beberapa alasan mengapa seolah tokoh pendidikan islam tak pernah

terlahirkan atau terlahirkan namun tak memiliki relevansi dalam kontek

perkembangan ilmu pengetahuan secara global. Jawaban ini menurut saya dan hanya

mencoba menjawab mungkin ini tidak termasuk jawaban dari tugas final saya.

1. Walau harus kita akui memang seolah pendidikan atau perkembangan ilmu

pengetahuan tak pernah ada dalam islam, ini ditandai dengan tingginya

peradaban barat terutama setelah islam kalah dalam perang salib, yang

mengubah pusat trend ilmu pengetahuan dari timur kebarat, sehingga lahirlah

istilah islamisasi, lahirnya istilah islamisasi menunjukkan kedangkalan dan

ketidak komprehensifnya kalangan ilmuan dan cendikiawan islam dalam

memehami dasar dan sumber ilmu yang sesungguhnya. Walau kita akui dalam

perkembangan terkhir barat justru merajai kemajuan namun benar adanya

bahwa hampir sebagian besar perkembangan sains dan ilmu pengetahuan,

telah terlebih dulu di konsepkan oleh tokoh pemikir dan filosof dalam Islam

dalam bidang kedokteran pendidikan, seni, filsafat dan lain sebagainya.

2. Lemahnya tingkat pemahaman masyarakat islam terhadap dan kurangnya

informasi telah menggelapkan mata sebagian dari kalangan islam yang seolah

tokoh-tokoh islam hanya berkutat dalam fikih, selain itu interpreatasi dan

penela’aahan secara mendasar terhadap apa yang merekan dapatkan sehingga

islam tekesan tokoh-tokoh islam hanya bicara soal agama sebab lain adalah

1

Page 2: Filsafat Pendidikan Islam

lemahnya kemampuan para intelektual islam sekarang dalam menentukan

ukuran-ukuran keilmuan dan hanya selalu merujuk pada barat walau

sesungguhnya para pemikir dan ahli-ahli islam telah jauh sebelumnya

menjelaskan hal tersebut, sebut saja conotohnya seperti. Tiori-tiori

pendidikan, komponan-konponen pangajaran dan lain sebagainya.

3. Sebagai jawabanya, tentu konsep-konsep keilmuan kususnya pendidikan

harus dibangun kembali dengan sumber-sumber dari islam sendiri, serta

dengan interpretasi sungguh-sungguh dari konsep-konsep pendidikan atau

nilai-nilai filosofis edukasi yang pernah di kemukakan oleh para konseptor

atau filosof islam. sehingga akan muncul innovator-inovator dalam konsep-

konsep pendidikan yang lebih up to date, dan mampu menjawab tantangan

dunia pendidikan.

4. dengan menggali dari sumber-sumber yang utuh dari para tokoh-tokoh Islam

yang mempunyai pandangan komprehensif tentang masalah pendidikan. serta

menetapkan sebuah ukuran-ukuran yang jelas dan mampu dibuktikan secara

ilmiah sehingga interpretasi-interpretasi tersebut mendapat respon dari

berbagai kalangan. sebagai bukti pendangan pendidikan islam mampu

menjawab persoalan pendidikan modern.

5. Menjadikan pemikiran-pemikiran tokoh pendidikan islam sebagai tela’ah dan

mata kuliah wajib bagi setiap mahasiswa dan disetiap perguruan tinggi islam.

2

Page 3: Filsafat Pendidikan Islam

Nilai Filosofis-Pedagogis Ibnu Sahnun dan Al Qabisi.(A:1).

Ibnu sahnun adalah seorang tokoh pendidikan islam abad ke tiga H. Al qabisi,

merupakan murid dari ibnu sahnun, ia merupakan seorang penulis dan juga seorang

ulama yang terkenal dan mempunyai perhatian yang besar dalam bidang pendidikan,

al qabisi yang merupakan murid dari ibnu sahnun juga merupakan seorang ulama

yang memliki perhatian yang besar terhadap pendidikan, ini dapat dilihat dari karya al

qabisi yang dianggap konpehensif dari beberapa penulis dan ulama lain sebelumnya,

yang juga berminat dalam lapangan pendidikan sebagai contoh adalah ibnu sahnun,

ibnu khaldun dll.

Dalam tulisan ini hanya dijelaskan tentang pandangan dan konsep-konsep

pendidikan islam yang dikemukan oleh al qabisi. Dia adalah seorang tokoh, ulama

hadits dan seorang tokoh dalam bidang pendidikan, yang hidup antara 324-403H

dikota Qaeruan, nama lengkapnya adalah ; abu hasan ali bin Muhammad bin qallaf al

qabisi, ia lahir pada bulan ra’jab 224H, ada beberapa pendapat yang mengatakan

bahwa ia adalah ponakan dari seorang yang berasal dari kafilah al qabisi, selain itu

juga pamanya selalu memakai surban rapat-rapat sehingga dipanggil qabisi.

Para pengamat aliran al qabisi sepakat bahwa ia adalah seorang ulama yang

hafal hadits dan terkemuka dalam dalam bidang pendidikan serta alim dalam bidang

hadits, ia juga mengintegrasikan antara ilmu dan ibadah, al syahrastani menjelaskan

bahwa mujtahid dan tokoh-tokoh islam terbagi dalam dua golongan yaitu golongan

3

Page 4: Filsafat Pendidikan Islam

ahli hadits dan fikih dan ahli rakyi di lain pihak (ahli fikir analitis). Golongan ahli

rakyi adalah para ulama irak, yang umumnya adalah pengikut mazhab hanafi an-

nukmi. Perkembangan mazhab maliki ke afrika, mazhab ini akhirnya terpengaruh

dengan mazhab al qabisi yang mereka pilih untuk diikuti, dan disebarkan dikawasan

afrika utara. faham al qabisi mendapat tempat bagi masyarakat terutama ketika aliran

filsafat, akal dan agama kurang mendapat simpati dari masyarakat.

1. Umur peserta didik

Al Qabisi sebagai seorang ahli fiqh dan hadits mempunyai pendapat tentang

agama yaitu mengenai pengajaran anak-anak di kutab-kutab. Mazhab qabisi

berpendapat bahwa pendidikan anak-anak sebagai tiang yang pertama dalam

pendidikan islam, sebab membangun pendidikan sama dengan membangun dasar

yang kokoh maka oleh sebab itu mereka beranggapan bahwa pendidikan anak-anak

harus dengan sungguh-sungguh, karena mengajar anak-anak merupakan tuntutan

bangsa, dalam hal usia pendidikan al qabisi tidak menjelaskan tentang batasan umur

dalam mengkuti pendidikan dikuttab, mengingat pendidikan anak merupakan tugas

dan tanggung jawb orang tua sampai anak menjadi seorang mukallaf.

2. Tujuan pendidikan

Sebagai seorang yang memiliki keteguhan dalam agama ini dibuktikan dengan

keluasan ilmunya dalam bidang fikih yang berdasarkan al qur’an dan hadits, dalam

merumuskan tujuan pendidikanpun al qabisi menghendaki bahwa tujuan pendidikan

4

Page 5: Filsafat Pendidikan Islam

adalah untuk menumbuh kembangkan pribadi anak sesuai dengan nilai-nilai islam

yang benar. Lebih spesifiknya begitu menurut al jumbulati bahwa al qabisi ingin

mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan kekuatan

akhlak anak, menumbuhkan rasa cinta agama, berpegang teguh pada ajarannya , serta

berprilaku sesuai dengan nilai-nilai agama yang murni.selain itu juga al qabisi

mengginginkan anak-anak memiliki ketrampilan dan keahlian pragmatis yang dapat

mendukung kemampuannya dalam mencari nafkah.

3. Metode pendidikan dan kurikulum pengajaran

Anak-anak yang belajar dikuttab mula-mula yang diajarkan adalah menghapal

al qur’an, menulis. Anak-anak belajar dikuttab sampai akil baligh, yang dipelajari

adalah ilmu-ilmu al qur’an, menulis, nahu dan bahasa arab, dengan metode

menghafal dan demontrasi dimana siswa mulai dengan menghafal secara pribadi atau

kelompok, dimana guru membaca ayat tersebut dengan mengulang-ngulang

kemudian murid megikuti gurunya.

lingkungan social pada zaman al qabisi adalah lingkungan religious yang

bersih, oleh karenanya tinjauan kerikulum pengajaran sesuai dengan sudut pandang

ahli agama. Diantara pandagan al qabisi adalah bahwa agama mempersiapkan anak-

anak untuk kehidupan yang serba baik, dan baginya kurikulum pendidikan dapat

dibagikan dalam dua bagian yakni kurikulum ijbar (wajib) dan kurikulum iktiari

(tidak wajib)1.

1 Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam.(Jakarta.Raja Grafindo,2003).hal.28.

5

Page 6: Filsafat Pendidikan Islam

a. Kurikulum Ijbari

Pertama yaitu kurikulum wajib jika ditinjua dari segi pendidikan modern

adalah lebih baik dan berdaya guna, karena ini mendapat pengakuan dari Negara

islam tentang cara mendidik dengan mendahulukan pengajaran al qur’an, serta

dengan tulis baca serta nahwu, bahasa arab. Tidak terdapat perbedaan antara

pendidikan yang diadakan dikutab-kutab pada abad ketiga H, dengan beberapa abad

sesudahnya, sebab esensi keberhasilan adalah terletak pada sikap taat dengan taklid

untuk melestarikan peninggalan masa lalu.

Kondisi lingkungan hidup dan social-budaya pada masa al qabisi adalah

bersifat keagamaan yang mentap sehingga tidak menimbulkan atheis, maka dari itu al

qur’an dan shalat beserta segenap ilmu yang berkaitan pemahamannya dikenal oleh

setiap orang muslim, mulai dari usaha memotivasi sampai kegiatan mempelajari

ilmu-ilmu tersebut adalah wajib. ini didorong oleh gambaran yang benar dari

semangat zamannya, sehingga al qabisi memperkuat dan mengabadikan system

pengajaran seprti ini. Al qabisi dan ahli fiqh pada masa itu telah berusaha

menerangkan pandangan mereka tentang isi kurikulum ijbari sebagai jawaban

diamasanya.

b. Kurikulum Iktiyari

Ilmu-ilmu iktiyari pada jenjang pendidikan dasar adalah ilmu hitung, syair,

sejarah, ilmu nahu, dan bahasa arab.kurikulum iktiyari harus tunduk kepada tujuan

6

Page 7: Filsafat Pendidikan Islam

pendidikan pada zamanya dan memenuhi tuntutan masyarakat, juga harus sesuai

dengan jenjang pendidikan. Mengikuti poolitik pendidikan yang digariskan oleh

pemerintah zamannya.

4. Demokrasi pendidikan, penyatuan laki-laki dan perempuan dalam satu ruangan

Al qabisi menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu kewajiban bagi setiap

muslim maka dengan sendirinya tidak terdapat perbedaan antara laki-laki dan

perempuan dalam mendapatkan ilmu pengetahuan, ia juga beraggapan bahwa setiap

anak yang belajar dikuttab tidak di bedakan baik oleh status social maupun ekonomi,

dalam proses belajar mengajar hendaknya seorang guru mengajar dalam satu ruangan

saja dan tidak dipisah-pisahkan menjadi beberapa tingkat.

Sejalan dengan pandangannya yang mengatakan bahwa tidak terdapat

perbedaan dalam proses belajar mengajar maka al qabisi mengatakan bahwa

mengajar merupakan kewajiban agama, untuk mendukung terlaksananya demokrasi

pendidikan atau pemerataan pendidikan al qabisi manganjurkan bahwa orang-orang

islam yang berkemampuan material hendaknya mau berbuat banyak untuk menolong

memberikan bantuan biaya pendidikan bagi anak-anak yang kurang mampu atau

menjadi orang tua asuh. Berkaitan dengan ini al qabisi menganjurkan dibuatnya baitul

mal yang tugasnya antara lain memberikan bantuan biaya pendidikan, termasuk juga

biaya untuk tenaga pengajar.

7

Page 8: Filsafat Pendidikan Islam

Al qabisi tidak setuju dalam proses belajar mengajar bbercampur antara anak

laki-laki dan perempuan didalam kuttab, sehingga anak-anak itu belajar hingga baliqh

menurut al qabisi, bahwa percampuran itu tetap berkesan tidak baik, walau kelihatan

kuno namun ia yakin bahwa itu adalah yang sesuai dengan ajaran agama islam. Selain

itu juga ia berpendapat bahwa anak-anak itu akan rusak moralnya, al qabisi melihat

bahwa dorongan jiwa anak terhadap lain jenis dapat merubah sikap akhlak dan

agamanua, sebab pemenuhan dorongan jenis kelamin merupakan tenaga yang kuat

dalam jiwa remaja.2

Ada beberapa nilai yang dapat disimpulkan dari pandangan al qabisi tentang

konsep pendidikan yang ia tawarkan :

a. Dari segi peserta didik; ia tidak membatasi umur dan golongan serta jenis

kelamin dengan alasan bahwa setiap orang islam berhak mendapatkan

pendidikan dimanapun dan dengan kondisi social ekonomi apapun.

b. Dari segi metode; dalam melaksanakan pembelajaran hendaknya seorang

guru betul-betul memahami peserta didiknya dengan memberikan pelajaran

hanya untuk satu kelas saja(kusus untuk tingkat ibtidaiyah), dalam

melaksanakan pembelajaran siswa diharuskan menghapal secara berulang-

ulang, setelah didemontrasikan bacaaannya oleh guru.

2 Arifin. terjm. Perbandingan Pendidikan Islam .Ali Jumbulati (Jakarta . Rineka cipta.cet.II.2002).hal.76.

8

Page 9: Filsafat Pendidikan Islam

c. Dari segi bahan ajar/meteri palajaran al qabisi membagikan dua bahan ajar

yaitu bahan ajar ijbary dan iktiyari, yang dapat disesuaikan dengan situasi

zaman,

d. Dari segi tujuan pendidikan; al qabisi menekankan pentingnya nilai etika

dan moral dalam menetapkan tujuan pendidikan.

e. Nilai paling subtansial dimasanya adalah kemampuanya dalam

mencetuskan pendidikan sebagai al ternatif pemahaman masyarakat, juga

sebagai salah satu jawaban terhadap persoalan yang tidak terakomodir

dalam mazhab Ahlusunnah fiqh dan al hadits, tentang tujuan yang ingin

dicapai dari proses pendidikan yaitu perpaduan antara nilai ketuhanan dan

aplikasinya yang dilandasi dengan akhlak dan etikan qur’an.

Filsafat Jiwa menurut Ibnu Sina.(A:10).

Jawaban ini mungkin tidak begitu memuaskan karena yang menjadi esensi

dari pandangan ibnu sina tentang dimensi filsafat tentang jiwa dalam penjelasan

berikut, tapi akan dicoba dengan memberikan gambaran secara sepintas lalu.

Ibnu sina dia merupakan salah seorang yang filosof dimasa yang menonjol

dimana pemikiran filsafatnya sangat beragam, tidak terkecuali dalam bidang

pendidikan, dalam konteks pendidikan ia sangat menekankan tentang pengembangan

dan pemeliharaan mental dan fisik. Ibnu sina mencoba menghubungkan pendidikan

akhlak dengan kesehatan rohani dan jasmani, serta kewajiban memelihara akhlak

9

Page 10: Filsafat Pendidikan Islam

sesuai dengan tuntutan pendidikan anak. Ia mengingatkan “wajib diupayakan

sungguh-sungguh memelihara akhlak anak dengan cara tidak menimpakan amarah

secara berlebih-lebihan atau menakut-nakuti secara berlebih-lebihan atau dengan

membuatnya sedih dan membuatnya melek (tidak tidur)”. Tetapi harus dipikirkan

sebaliknya bagaimana agar apa yang disukai anak, dan apa yang menjadi hobinya

dapat didekatkan secara dekat kepada mereka. Sedangkan apa yang ia benci jauhkan

dari padanya, juga janganlah dihadapkan kepada kesulitan, melainkan harus di beri

kemudahan untuk mengembangkan keahliannya.

Banyak filosof yang memliki perhatian yang mendalam tentang jiwa mulai

dari plato, aristoteles hingga ibnu sina, ibnu sina dianggap orang yang lebih serius

dalam mendalami dan menjelaskan tentang jiwa ini dapat dilahat dari karya-karyanya

dan perhatiannya tentang jiwa telah terlihat sejak ia muda dengan menulis tentang

pandangannya menyangkut kejiwaan, beberapa karyanya yang monumental adalah al

qanun, asyifa dan al najah dalam tiga karyanya ini ia memberikan perhatian yang

lebih konprehensif tentang jiwa, dalam al qanun ia menjelaskan jiwa menurut metoda

kedokteran, yang paling berkesan dalam penjelasannya tentang kekuatan jiwa adalah

yang dipersembahkan kepada khalifah Nuh bin Mansur, kemudian dilengkapi dengan

pembahasan pengetahuan jiwa rasional dan hal ihwalnya.

Dalam menjelaskan bahwa jiwa itu adalah jauhar rohani, definisi ini

mengisyaratkan bahwa jiwa merupakan subtansi rohani, tidaka tersusun dari meteri-

meteri sebagaimana jasad. ibnu sina dalam menjelaskan defenisi ini tidak keluar dari

10

Page 11: Filsafat Pendidikan Islam

kontek filsafatnya secara global, dalam memberikan penjelasan mmenyangkut jiwa ia

memilki metode dan tujuan tersendiri, usahanya dalam mengkompromikan,

menyusun dan menghimpun sehingga memilki karasteristik tersendiri.3

Ibnu sina dalam menindentifikasi dan menjelaska jiwa paling tidak

menurutnya jiwa memiliki dua aspek :

A. Segi Fisika;

Membicarkan tentang jiwa tumbuh-tumbuhan, binatang, dan manusia.

1. Jiwa tumbuh-tumbuhan mempunyai tiga daya makan, tumbuh, dan berkembang

biak. Jadi jiwa pada tumbuh-tumbuhan hanya berfungsi untuk makan, tumbuh

dan berkkembang biak.

2. Jiwa binatang mempunya dua daya;

a. gerak(al mutaharrikat) dan menangkap

b. (al mudrikat), daya yang terakhir ini terbagi dala dua bagian:

1. Menangkap dari luar(al mudrikat min al kharij)

2. Menangkap dari dalam(al mudrikat min ad dhaqil)

Indra indra batin (al hawas al bathiniyat) terdiri atas:

a. indra bersama (al hiss al musytarak)

b.indra al khayal

c. imajinasi

3 A. Mustafa , FILSAFAT ISLAM ,Untuk Fakultas Tarbiyah Syariah, Dakwah, Adab Dan Ushuluddin(Bandung:Pustaka Setia.1999).hal.204.

11

Page 12: Filsafat Pendidikan Islam

d. indra wahmiyah

e. indra pemeliharaan(rekoleksi).

3. Jiwa manusia, yang disebut juga al nafsu anthiqat mempunyai dua daya: yaitu

daya praktis (al’amilat) dan tioritis ( al alimat ).daya praktis berhubungan

dengan jasad sedangkan daya teoritis berhubungan dengan hal yang

abstrak.daya tioritis memiliki empat tingkat:

a. akal materil (al aql al hayulany) memiliki potensi yang belum dilatih

b. akal al malakat (al aql al malakat) telah mulai dilatih hal-hal abstrak.

c. akal actual (al aql bi af’ali) yang telah dapat berfikir tentang yang abstrak.

d. akal mustafad(al aql al mustafad) telah dapat menerima dan sanggup

berfikir dan dapat berhubungan dan dapat menerima limpahan ilmu

pengetahuan.

B. Meta Fisikan Membicarkan Hal-Hal Berikut.

1. Wujud Jiwa

Dalam membuktikan adanya jiwa ibnu sina mengenukakan empat alasan berikut:

a. Dalil alam kejiwaan.

1. Gerakan paksaan yaitu gerakan yang timbul pada suatu benda

disebabkan adanya dorongan.

12

Page 13: Filsafat Pendidikan Islam

2. Gerakan tidak terpaksa. Yaitu gerakan yang terjadi baik yang

sesuai dengan hokum alam maupun yang berlawanan.

b. Konsep “aku” dan kesatuan fanomena psikologis.

Dalam pemahaman ini ibnu sina menjelaskan kesatuan antara fisik dan

jiwa, sebagai contoh ia menjelaskan ketika seseorang mengatakan akan

tidur maka yang tidur (tepejam)bukanlah mata tapi jiwanya atau ketika

seseorang mengajak berbincang maka pada hakikatnya yang berbincang

adalah jiwanya.

Dalam psikologis terdapat keserasian dan koordinasi yang mengesankan

yang menunjukkan adanya seuatu kekuatan yang mengatur dan

menguasainya.walaupun kadang saling bertentangan namun pada dasarnya

berada pada satu focus, yang tetap memiliki hubungan yang kokoh dan

dapat menghimpun bagian-bagian yang berjauhan.kekuatan yang

mengatur dan menguasai tersebut adalah jiwa.

c. Dalil kontiuitas

Pandangan ini didasarkan pada perbandingan jiwa dan jasad.jasad manusia

akan senantiasa akan mengalami perubahan dan pergantian.demikian juga

halnya dengan bagian jasad yang lain, selalu mengalami perubahan,

sedangkan jiwa akan bersifat kontiu (istimrar), tidak mengalami

perubahan dan pergantian.

d. Dalil manusia malayang atau terbang diudara.

13

Page 14: Filsafat Pendidikan Islam

Diandaikan jika seseorang jikan seseorang yang diciptakan sekali jadi dan

memiliki wujud yang sempurna, kemudian diletakkan dalam dalam udara

dengan mata tertutup, namun demikian ia dapat merasakan bahwa ia itu

ada, pada saat itu juga ia menghayal bahwa bahwa ia memiliki tangan dan

seterusnya, dengan demikian, berarti bahwa penentapan tentang wujud

dirinya bukanlah hal dari indra dan jasmaniyah, melainkan dari sumber

lain yang berbeda dengan jasad yakni jiwa.

Ibnu sina menjelaskan bahwa kesatuan antara jiwa dan jasad adalah bersifat

accident, hancurnya jasad tidak akan membawa hancurnya jiwa(roh), untuk

mendukung pendapatnya ini ia mengemukakan beberapa argument;

a. Jiwa dapat mengetahui objek fikiran(ma’qulat)dan ini tidak dapat

dilakukan oleh jasad.

b. Jiwa dapat mengetetahui hal-hal yang abstrak(Kully), dan juga zat dan

alat.

c. Jasad atau organ digunakan terus menerus akan rusak dan lelah,

sedangkan jiwa tidak.

d. Jasad dan perangkatnya akan mengalami kelemahan pada waktu usia tua.

C. Hubungan Jiwa Dan Jasad.

14

Page 15: Filsafat Pendidikan Islam

Menurut ibnu sina antara jiwa dan jasad memiliki hubungan yang erat dan

keduanya saling membantu, jasad adalah tempat bagi jiwa, adanya jasad merupakan

syarat mutlak terciptanya jiwa. Dengan kata lain jiwa tidak akan diciptakan tanpa

adanya jasad yang akan ditempatinya. Walau penegasan ini sebelumnya telah

dikemukakan oleh para filosof seperti plato yang menjelaskan hubungan antara jiwa

dan jasad, aristoteles menjelaskan hubungan antara jiwa dan jasad bersifat essensial

sedangkan plato mengatakan bahwa hubungan antara jiwa dan jasad bersifat accident

dengan demikian bisa diketahui kemana arah kecndrungan pemikiran ibnu sina

menyangkut hubungan antara jiwa dan jasad.

D. Kekekalan Jiwa

Ibnu sina berpandangan bahwa jiwa manusia diciptakan setiap kali jasad yang

akan ditempatinya telah ada.dari penjelasan ini ia mencoba menberikan argumentasi

yang berlawanan dengan plato dimana plato mengatakan bahwa jiwa telah ada dialam

ide sebelum yang akan ditempati itu ada.

Ibnu sina memiliki kecendrungan berkesimpulan sesuai dengan apa yang

disinyalkan dalam al qur’an. Menurutnya jiwa manusia berbeda dengan tumbuhan

dan hewan yang hancur dengan hancurnya jasad. Jiwa manusia akan kekal dalam

bentuk individual, yang akan menerima pembalasan. kekalnya itu karena dikekalkan

Allah.jadi jiwa itu baharu karena diciptakan punya awal dan akhir.

15

Page 16: Filsafat Pendidikan Islam

Untuk menjelaskan kekalnya jiwa ibnu sina mengemukakan dalil-dalil

berikut:

a. Dali al infishal; yaitu perpaduan antara jiwa dan jasad bersifat accident

masing-masing unsure mempunyai subtansi tersendiri yang berbeda satu

dan lainya.

b. Dalil bashathat; yaitu jiwa adalah juahar rohani yang hidup selalu dan

tidak mengenal mati. Sebab hidup adalah sifat jiwa. Dan mustahil bersifat

lawanya yaitu mati dan fasad.

c. Dalil al musyabahat; dalil ini bersifat metafisik. Jiwa manusia, sesuai

dengan filsafat esensi, bersumber dari akal fa’al(akal sepuluh)sebagai

pemberi segala bentuk. Karena akal sepuluh merupakan esensi yang

berfikir, azali, kekal, maka akal sebagai ma’ul (akibat)-nya akan kekal

sebagaimana ‘illat (sebab)-nya.4

Dari penjelasan ini ibnu sina mengemukakan bahwa pada hari akhir nanti

yang dibankitkan hanyalah roh sedangkan jasad tidak sehingga sebagian filosof

muslim semisal al ghazali mengkritik pandagan ibnu sina ini.Sejauh penjelasan ibnu

sina bahwa jiwa mansia jauh lebih mulia dari jiwa binatang dan tumbuhan ini

dikeranakan jiwa manusia mempunyai daya-daya selain sebagai dasar befikir.

4 Sirajuddin zar, Filsafat Islam. filosof dan filsafatnya. (Jakarta. PT.Raja Grafindo persada.2007),hal.104.

16

Page 17: Filsafat Pendidikan Islam

Prospek Rekontruksionisme dalam Pendidikan Global. (B:10).

Untuk menjelaskan hal ini ada baiknya kita melihat kembali konsep seperti

apa yang ditawarkan oleh aliran ini, sehingga sebagian orang menganggap

rekontruksionalisme dianggap sebagai aliran filsafat yang memiliki peran begitu

besar kususnya dalam bidang pendidikan untuk masa yang akan datang.

Rekontruksionalisme adalah sebuah aliran filsafat yang lahir pada abad ke 19

yang dipelopori oleh George count, Harold rug, rekontruksionalisme berpandagan

pentingnya merekontruksi kembali kehidupan manusia dengan sebuah pemahaman

yang baru, dan sama sekali baru. Filsafat ini mencoba memperbaiki atau mengatasi

krisis kehidupan modern, dalam hal ini rekontrusionalisme sepakat dengan apa yang

diperjuangkan oleh perenialisme. Jika perenialisme ingin mengembalikan masyarakat

keabad pertengehan, maka rekontruksionalisme agak berbeda, dimana

rekontruksionalisme menempuh cara membina suatu kosesus yang lebih luas tentang

tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia.5

Rekontruksionalisme berpandangan bahwa untuk membangun sebuah

masyaratkan yang benar-benar baru adalah dengan pendidikan, dan sebuah konsesus

yang disepakati oleh semua orang, sehingga tokoh aliran ini mengatakan bahwa nilai

terbesar suatu sekolah, adalah mampu menghasilkan manusia-manusia yang dapat

berfikir secara efektif dan bekerja secara konstruktif pada saat bersamaan membuat

suatu dunia yang lebih baik dibandingkan dengan sekarang ini.

5 Disadur dari makalah Pendidikan Menurut Rekontruksionalisme dan bacaan lainnya.

17

Page 18: Filsafat Pendidikan Islam

Menurut aliran ini juga bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas

semua umat manusia atau bangsa. oleh sebab itu membina kembali daya intelektual

dan spiritual yang sehat melalui pendidikan yang tepat, adalah atas dasar norma dan

nilai yang pandang amat penting.

Pandangan mereka yang sangat demokratis dan menglobal adalah ketika

rekontruksionalisme mangatakan bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu

dunia yang diatur dan diperintah oleh rakyat secara demokrasi dan bukan dunia yang

dikuasai oleh sebagian orang, Sehingga untuk mencapai itu mereka menginginkan

pendidikan yang membangkitkan kemapuan peserta didik secara konstruktif

menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan dan perkembangan masyarakat sebagai

dampak dari ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik tetap berada

dalam suasana yang bebas.

Melihat beberapa hal dalam ranah pemikiran aliran rekontruksionalisme

terutama dalam pendidikan mereka lebih menekankan pada aspek realita dimana

mereka mengadopsi pandangan kaum progressive, sehingga rekontruksionalisme

memandang bahwa untuk memahami realita alam nyata membutuhkan pengetahuan.

kedua dasar kebenaran dapat dibuktikan dengan yang ada pada diri sendiri.

Menyimak sekalian penjelasan diatas ada nilai prospektif sehingga sebagian

orang mengganggap bahwa rekonruksionalisme memang dapat diterapkan dimasa

yang akan datang, ini didasarkan pada beberapa alasan pertama tuntutan kemajuan

18

Page 19: Filsafat Pendidikan Islam

ilmu pengetahuan, kedua kebutuhan akan kebersamaan dalam pemenuhan kebutuhan

manusia yang dapat dilakukan tanpa batasan jarak geografi, ketiga kebutuhan akan

rasa nyaman dari semua manusia dalam sebuah tatanan bumi yang menglobal ,

sehingga tanpa jarak dengan sendirinya masyarakat sangat membutuhkan sebuah

tatanan masyarakat yang demokrasi.

Dalam hal pendidikan adalah ide-ide rekontruksionalisme memang bukan

akan berjalan akan tetapi sekarang justru itu yang sedang berjalan, ini dapat dilihat

dari berbagai lembaga pendidikan yang menerima siswa-mahasiswa dari berbagai

belahan dunia yang belajar secara bersama dengan standard dan nilai yang sama,

sehigga dengan sendirinya akan tercipta sebuah pengalaman pendidikan yang

menglobal, pada tingkat pendidikan menengah-kebawah sekarang banyak sekolah

yang telah menerapkan system, materi ajar, kompetensi dengan standar-standar yang

berlaku secara global. Ini adalah indikasi bahwa pendidikan merupakan satu alat

penghubung nilai dan standar keilmuan yang merata diberbagai belahan dunia.

Tapi satu hal yang masih perlu dipertanyakan dan dianggap sebagian orang

sebagai susuatu yang semu adalah pandangan rekontruksionalisme tentang usaha

aliran filsafat ini mencoba mensterilkan manusia dari belenggu dampak kemajuan

kemajuan teknologi, ini dikerenakan bahwa kemajuan teknologi adalah simbul dari

kemajuan peradaban dan identitas perkembangan serta menusia tidak akan mungkin

meniggalkan teknologi, yang telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari

kehidupan manusia.

19

Page 20: Filsafat Pendidikan Islam

Dalam metode pengajaran aliran ini lebih menekankan pada aspek siswa

(student centered), sebab tujuan pendidikan yang ingin dicapai adalah terciptanya

tatanan masyarakat yang berilmu dan berlandaskan nilai-nilai, sehingga pendidikan

begitu pendidikan begitu juga kurikulum pendidikan harus dirumuskan harus

berdasarkan landasan yang kuat dan hasil dari riset-riset. Pendidikan dibina untuk

menciptakan kesadaran peserta didik terhadap masalah-masalah yang mereka hadapi

dan membantu mereka untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut dengan baik.

20