Perbandingan Filsafat Pendidikan Barat Dan Filsafat Pendidikan Islam
-
Upload
iyan-tomalima -
Category
Documents
-
view
134 -
download
15
Transcript of Perbandingan Filsafat Pendidikan Barat Dan Filsafat Pendidikan Islam
perbandingan filsafat pendidikan barat dan
filsafat pendidikan islam
1. Sejarah Perkembangan Filsafat Barat
Dalam sejarah perkembangan filsafat barat banyak ditemukan masalah
yang telah dientaskan oleh banyak filosof dimasanya, dan sejalan dengan keadaan
itu pula aliran filsafat barat berkembang begitu pesat dan mampu menguasai
bahkan mewarnai pemikiran manusia dalam periode tertentu. Sejarah
perkembangan filsafat barat itu dibagi kedalam tiga periode, yaitu zaman klasik
(yunani), filsafat abad pertengahan dan filsafat abad modern. Berikut akan
dijelaskan masing-masingnya:
1.1 Filsafat Zaman Klasik
Hal ini dimulai sekitar tahun 600 SM yaitu di suatu kota bernama yunani
yang terkenal dengan para ilmuwan-ilmuwannya. Awal mulanya para filosof
Yunani memusatkan perhatiannya pada dunia diluar diri pribadi mereka yakni
terahadap alam semesta (cosmos). Melalui ini maka berkembanglah suatu filsafat
yang disebut dengan filsafat alam. Dengan ini para filosof mulai memperdebatkan
tentang asal mula segala sesuatu yang ada di bumi.
Thales (600 SM) bahwa yang paling utama di bumi ini ialah air,
Anaximander (610-540 SM) bahwa dibumi ini segala sesuatu baik benda atau
apapun itu sifatnya tidak terbatas.
Anaximenes (585-525 SM) bahwa yang paling utama di bumi yaitu udara.
Phytagoras (500 SM) bahwa di bumi ini semuanya dapat dihitung dengan
bilangan.
Heraclitus (500 SM) bahwa di bumi ini segala sesuatu tu hakikatnya selalu
berubah, tidak ada yang bersifat kekal.
Parminides (515-440 SM) bahwa apapun yang ada di bumi sifatnya tetap.
Jadi pada masa ini para filosof memperdebatkan antara segala sesuatu yang ada di
alam semesta ini sifatnya menetap dan ada pula yang berpendapat bahwa segala
sesuatu yang berada di ala mini sifatnya selalu berubah. Sehingga melalui
pemikiran yang mendalam diambil kesimpulan bahwa kedua pendapat adalah
benar mengenai sebagian yang ada di alam sifatnya ada yang menetap dan ada pula
yang berubah.
Selanjutnya muncul pandangan filosof yunani mengenai
manusia (Antropos). Tentunya ini tidak dapat ditentang lagi kemunculan pendapat
para filosof yang bermunculan mengemukakan argument nya, diantaranya yaitu:
Socrates (470-400 SM) bahwa di dalam kehidupan etika sangatlah penting.
Tolak ukurnya adalah tujuan hidup manusia tidak lain merupakan menjadikan jiwa
sebaik mungkin sehingga mampu memperoleh kebahagiaan yang sempurna dalam
hidupnya.
Plato (427-347 SM) yaitu terkenal dengan took idealisme. Beliau
membedakan antara dunia idea (budi manusia) merupakan realitas yang
sesungguhnya bersifat menetap dan dunia empiris(pengalaman manusia)
merupakan kenyataan yang bersifat semu, abstrak yang kapan saja bisa berubah
sesuai keadaan.
Aristoteles (384-322 SM) yaitu tokoh dalam aliran filsafat realisme.
Menurutnya segala sesuatu yang ada di ala mini terdiri dari dua hal yaitu zat dan
bentuk. Menurutnya zat dari suatu benda sifatnya tetap sedangkan yang dapat
berubah adalah bentuknya. Hal ini hingga sekarang dikembangkan juga
oleh Thomas Aquinas, Berkeley dan John Locke.
Zeno (333-262) yakni tokoh dalam aliran Stoisme dan Hedonisme. Ia
mengakui bahwa di dunia ini segala hal bersifat menetap karena yang bertindak
adalah rasio manusia
Epikuris (341-270) yaitu terkenal dalam tokoh hedonism. Ia mendukung
pendapat Zeno dan menurutnya tujuan hidup ini adalah mencari kenikmatan dan
kepuasan.
Maka dapat diperoleh kesimpulan dari zaman klasik hanya dua pandangan
yang mampu ditelaah oleh para filosof yaitu pandangan mengenai alam yang
berada diluar diri manusia yang disebut dengan cosmos serta pandangan mengenai
manusia itu sendiri yang disebut denganantropos.
1.2 Filsafat Abad Pertengahan
Pada masa ini berkembang filsafat scholastik yang perhatiannya tertuju
pada dunia Ketuhanan yang dikuasai oleh ajaran kriistiani. Sekita abda ke-13 alam
pikiran hampir seluruhnya dikuasai oleh gereja dan filsafat tidak dapat terlepas lagi
dari yang namanya theology (Ketuhanan). Berikut pandangan para filosof yang
ikut berkontribusi dalam memberikan pandangan, antara lain:
Thomas Aquinas (1225-1274) menyampaikan bahwa ilmu pengetahuan adalah
hamba sahaya dari theology (abad the dark age). Lalu menyatakan tentang
hubungan iman dan akal yang menghasilkan budi dipelopori oleh ajaran kristiani.
Albertus Magnus (1200-1280), pendapat yang dikemukakan juga hampir sama
dengan Thomas Aquinas bahwa ada hubungan antara kebenarabn dengan hakekat
Tuhan.
Duns Scotus (1266-1308), juga mendukung penelitian tetang dua pendapat
sebelumnya dan sama sekali tidak menentang.
Sebenarnya jika diteliti kembali filsafat abad pertengahan ini banyak
dipelopori olehAristoteles yang menjadikan ajaran kristiani menjadi landasan
berdirinya filsafat scolastik. Namun sangat disayangkan pada zamannya filsafat ini
tidak mampu mempertahankan diri begitu lama akibat para tokohnya tidak mampu
mempertahankan pendapat yang telah dirumuskan. Sehingga tidak perlu waktu
yang lama untuk filsafat ini mundur dari dunia pendidikan. Padahal pendapat-
pendapat Aristoteles dalam filsafat ini banyak digunakan oleh filosof-filosof islam.
Mereka menterjemahkan kembali apa yang dimaksudkan oleh Aristoteles sehingga
salah satu tokoh ternama yakni Al-Farabi justru dikenal dengan komentator filsafat
aristoteles.
1.3 Filsafat Zaman Modern
Masa ini dimulai pada abad ke 15 yang terbagi ke dalam empat periode yaitu
Renaisans, Barok, Pencerahan, Romantik, da Kontemporer (mutakhir).
Berikut akan dijelaskan masing-masing periode tersebut:
Masa Renaissans (kelahiran kembali) 1400-1600
Lingkup pemikirannya adalah mengenai perkembangan seni, filsafat dan
ilmu. Sehingga pada masa ini mengacu pada manusia (antropos) sebagai bagian
utama dari realitas alam.
Dengan demikian berkembanglah FilsafatHumanisme yaitu mempersoalkan
tentang manusia, yakni apakah manusia itu makhluk bebas, atau yang memiliki
kemauan yang bebas, atau bahkan manusia tidak memiliki kebebasan sama sekali.
Tokoh utama aliran humanis ini ialahAristoteles dan diikuti oleh Thomas
hobbes,Thomas moore dan Francis Bacon. Para pendidiknya yaitu Erasmus, J. A.
Comenius, John Locke, J.J. Rousseau dan Peztalozzi.
Masa Borok sekitar 1600-1700
Pada masa ini berbeda dengan masa sebelumnya, bahwa dalam masa borok
mereka meletakkan akal manusia sebagai alat terpenting untuk dapat memahami
kehidupan dan hidup manusia. Pada masa ini juga filsafat barat terkenal dengan
awal lahirnya paham sekularisme barat yang filosof-filosofnya kebanyakan ahli
dalam bidang matematika.
Adapun filosof yang muncul pada masa borok ini yaitu Rene Descartes,
Benedictus Spinoza, dan G. Leibniz. Yang paling Berjaya dipakai dalam
falsafahnya yaitu perkataan dari Descartes , ia menyatakan “saya berpikir maka
saya ada”. Menurutnya badan dan jiwa adalah dua hal yang letaknya terpisah,
kalaupun saling berhubungan itu tidak lain karena adanya kehemdak atau campur
tangan Tuhan.
Masa Pencerahan sekitar abad ke 18
Penekanan filsafat dalam bagian ini yaitu mendukung falsafah sebelumnya.
Masa pencerahan ini menganggap bahwa dengan peranan akal maka semua
masalah dapat dipesahkan dan dientaskan. Sehingga berkembang dua aliran filsafat
yakni Empirisme dan Rasionalisme.Berikut tokoh-tokoh filsafat masa pencerahan
yaitu Immanuel Kant (tokoh rasionalisme), dan John Locke (tokoh emprisme)
selanjutnya diikuti oleh Geoge Berkeley, David Hume serta J.J. Rousseau.
Masa Romantik yang dimulai pada tahun 1770
Pada masa ini kembali lagi kepada pemahaman tentang idealisme yang
pernah muncul pada zaman Rainassens yang dipelopori oleh Plato sebagai
pencetusnya. Dalam masa ini bermunculan filsuf-filsuf diantaranya Fichte,
Schelling, dan Hegel. Filsafat Hegel berkembang dan mempengaruhi pemikiran
abad ke 19 dan abad ke 20.
Filsafat Kontemporer yang dimulai pada abad ke 19
Filsafat ini muncul akibat reaksi terhadap filsafat yang dibawa oleh Hegel.
Dalam masa ini mereka menolak bahwa benda yang ada di alam dilihat secara
idealism adalah kebenaran. Dengan mempertimbangkan banyak hal maka
muncullah beberapa filsafat baru yakni Positivisme, Vitalisme, Pragmatisme,
Eksistensialisme, dan Filsafat Analitik.
2. Latar Belakang Pembaharuan Dalam Islam
Mulai abad pertengahan merupakan abad gemilang bagi umat Islam. Abad
inilah daerah-daerah Islam meluas di barat melalui Afrika Utara sampai Spanyol,
di Timur Melalui Pesia sampai India. Daerah-daerah ini kepada kekuasaan khalifah
yang pada mulanya berkedudukan di Madinah, kemudian di Damaskus, dan
terakhir di Bagdad. Abad ini lahir para pemikir dan ulama besar
seperti;Maliki, Syafi’I, Hanafi, dan Hambali. Dengan lahirnya pemikiran para
ulama besar itu, maka ilmu pengetahuan lahir dan berkembang dengan pesat
sampai ke puncaknya, baik dalam bidang agama, non agama maupun dalam bidang
kebudayaan lainnya.
Memasuki benua Eropa melalui Spanyol dan Sisilia, dan inilah yang menjadi dasar
dari ilmu pengetahuan yang menguasai alam pikiran orang barat (Eropa) pada abad
selanjutnya.
Di pandang dari segi sejarah kebudayaan, maka maka tugas memelihara
dan menyebarkan ilmu pengetahuan itu tidaklah kecil nilainya dibanding dengan
mencipta ilmu pengetahuan.
2.1 Pendorong timbulnya pembaharuan dan kebangkitan Islam
Paham tauhid yang dianut kaum muslimin telah bercampur dengan kebiasaan-
kebiasaan yang dipengaruhi oleh tarekat-tarekat, pemujaan terhadap orang-orang
yang suci dan hal lain yang membawa kepada kekufuran.
Sifat jumud membuat umat Islam berhenti berfikir dan berusaha, umat Islam
maju di zaman klasik karena mereka mementingkan ilmu pengetahuan, oleh karena
itu selama umat Islam masih bersifat jumud dan tidak mau berfikir untuk
berijtihad, tidak mungkin mengalami kemajuan, untuk itu perlu adanya
pembaharuan yang berusaha memberantas kejumudan.
Umat Islam selalu berpecah belah, maka umat Islam tidaklah akan mengalami
kemajuan. Umat Islam maju karena adanya persatuan dan kesatuan, karena adanya
persaudaran yang diikat oleh tali ajaran Islam. Maka untuk mempersatukan
kembali umat Islam bangkitlah suatu gerakan pembaharuan.
Hasil dari kontak yang terjadi antara dunia Islam dengan Barat. Dengan adanya
kontak ini umat Islam sadar bahwa mereka mengalami kemunduran dibandingkan
dengan Barat, terutama sekali ketika terjadinya peperangan antara kerajaan Usmani
dengan negara-negara Eropa, yang biasanya tentara kerajaan Usmani selalu
memperoleh kemenangan dalam peperangan, akhirnya mengalami kekalahan-
kekalahan di tangan Barat, hal ini membuat pembesar-pembesar Usmani untuk
menyelidiki rahasia kekuatan militer Eropa yang baru muncul. Menurut mereka
rahasianya terletak pada kekuatan militer modern yang dimiliki Eropa, sehingga
pembaharuan dipusatkan di dalam lapangan militer, namun pembaharuan di bidang
lain disertakan pula.
Pembaharuan dalam Islam berbeda dengan renaisans Barat. Kalau renaisans
Barat muncul dengan menyingkirkan agama, maka pembaharuan dalam Islam
adalah sebaliknya, yaitu untuk memperkuat prinsip dan ajaran-ajaran Islam kepada
pemeluknya. Memperbaharui dan menghidupkan kembali prinsip-prinsip Islam
yang dilalaikan umatnya. Oleh karena itu pembaharuan dalam Islam bukan hanya
mengajak maju kedepan untuk melawan segala kebodohan dan kemelaratan tetapi
juga untuk kemajuan ajaran-ajaran agama Islam itu.
2.2 Latarbelakang pemikiran politik Islam
Pertama, kemunduran dan kerapuhan dunia Islam yang disebabkan oleh faktor
internal dan yang berakibat munculnya gerakan-gerakan pembaharuan dan
pemurnian.
Kedua, rongrongan Barat terhadap keutuhan kekuasaan politik dan wilayah
dunia Islam yang berakhir dengan dominasi atau penjajahan oleh negara-negara
Barat tersebut.
Ketiga, keunggulan Barat dalam bidang ilmu, teknologi, dan organisasi.
Ketiga hal tersebut ini juga memberi pengaruh pada pemikiran politik Islam yakni
banyak di antara para pemikir politik Islam tidak mengetengahkan konsepsi
tentang sistem politik Islam, tetapi lebih kepada konsepsi perjuangan politik umat
Islam terhadap kezaliman penguasa, lebih-lebih terhadap imperialis dan kolonialis
Barat. Perhatian mereka lebih banyak dipusatkan pada perjuangan pembebasan
dunia Islam dari cengkraman atau dominasi Barat. Kalau gerakan pembaharuan
umat Islam di Turki pada akhirnya menimbulkan Negara Turki yang bersifat
sekuler, gerakan pembaharuan umat Islam di India melahirkan Negara Pakistan
yang mempunyai agama sebagai dasar.
Gerakan yang diusung oleh tiga tokoh pembaharu, Jamaluddin Al-
Afghani, Muhammad Abduh, danMuhammad Rasyid Ridha, dikenal dengan
gerakan Salafiyah yaitu suatu aliran keagamaan yang berpendirian bahwa untuk
dapat memulihkan kejayaannya, umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam
yang masih murni seperti yang dahulu diamalkan oleh generasi pertama Islam.
Pemerintahan yang ideal menurut Muhammad Abduh kurang lebih seperti yang
diangankan oleh ahli-ahli hukum pada abad pertengahan, penguasa yang adil, yang
memerintah sesuai dengan hukum dan bermusyawarah dengan para pemimpin
rakyat.
Kemunculan ide pembaruan dilatarbelakangi oleh suatu proses yang
panjang. Sejak awal abad ke-2 H (8M). Islam dalam perkembangan dakwahnya
yang makin meluas mengharuskan Islam berinteraksi dengan peradaban dan agama
lain. Sehingga timbul pergolakan pemikiran antara Islam dengan pemikiran asing.
Hal ini mendorong para pemikir Islam untuk membahas aqidah Islam dari berbagai
segi. Termasuk mengemukakan argumentasi untuk mempertahankan aqidah Islam
ketika menghadapi aqidah lain (terutama Nashrani dengan menggunakan cara
berfikir filsafat Yunani). Akhirnya untuk menghadapi orang-orang Nashrani, umat
Islam pun mempelajari filsafat untuk membantah tuduhan-tuduhan terhadap aqidah
Islam, yang pada perkembangannya disebut dengan ilmu kalam.
Ilmu kalam ini dikembangkan oleh generasi setelah shahabat (khalaf) yang berbeda
dengan generasi shahabat (salaf). Kalangan khalaf telah membahas lebih jauh
tentang dzat Allah dengan menggunakan metode pembahasan filosof Yunani.
Metode ini menjadikan akal sebagai dasar pemikiran untuk membahas segala hal
tentang iman. Para pemikir Islam berusaha mempertemukan Islam dengan
pemikiran filsafat ini. Cara berfikir ini memunculkan interpretasi dan penafsiran
yang menjauhkan sebagian arti dan hakekat Islam yang sebenarnya. Hal ini
ditambahkan dengan masuknya orang-orang munafik ke tubuh umat Islam. Mereka
merekayasa pemikiran dan pemahaman yang bukan berasal dari Islam dan justru
menimbulkan saling pertentangan. Terlebih lagi kelalaian kaum muslimin terhadap
penguasaan bahasa Arab dan pengembangan Islam yang terjadi sejak abad ke-7 H,
mengakibatkan Islam semakin mengalami kemerosotan.
Terkikisnya pemahaman Islam yang hakiki terus berlanjut sampai awal abad ke-13
H. Saat itu umat Islam mulai mengupayakan pembaruan untuk memahami syariat
Islam yang akan diterapkan dalam masyarakat. Islam ditafsirkan tidak semata-mata
selaras dengan isi kandungan nash-nash. Disaat kaum muslimin mengalami
kemerosotan berfikir, cara pandang mereka mulai teracuni oleh cara pandang
asing. Tsaqofah Islam kian melemah. Upaya-upaya pembaruan semakin merebak.
Para pembaru memandang perlunya mengatasi masalah dengan melakukan
interpretasi hukum-hukum Islam agar sesuai dengan kondisi yang ada. Mereka
mengeluarkan kaidah-kaidah umum dan hukum-hukum terperinci sesuai dengan
pandangan tersebut. Bahkan mereka membuat kaedah umum yang tidak
berdasarkan perspektif wahyu (Al-Quran dan Hadits).
Sampai dengan perempat ketiga abad ini, gerakan Islam lebih merupakan
pembaharuan dalam pengertian revitalitas atau semacam romantisme. Hampir
seluruh gerakan Islam dimotori oleh semangat menghidupkan kembali tradisi Islam
Klasik sebagai reaksi atas kebangkrutan kekuasaan politik Islam di satu sisi
sementara didominasi politik dan intelektual Barat modern merupakan fenomena
mondial. Gerakan Islam baik di Timur Tengah maupun beberapa kawasan Asia
seperti India bertumpu pada emansipasi politik dan intelektual dalam romantisme
dan revitalisasi di atas
Walaupun kecendrungan di atas telah berhasil membebaskan beberapa kawasan
Islam dari kolonialisme dan membangkitkan kembali kepercayaan diri dunia Islam,
namun pembaharuan Islam bersifat eksternal. Di sisi lain, Negara-negara baru
Islam pun berhadapan dengan realitas baru tumbuhnya Negara bangsa yang
merupakan wacana baru pemikiran Islam. Tanpa suatu tradisi intelektual yang
mampu berdialog dengan peradaban modern, Negara-negara baru Islam mulai
berhadapan dengan bagaimana membangun tata kehidupan sebagai realisasi
semangat dan pesan universal Islam. Pengembangan kehidupan sosial muslimpun
berhadapan dengan realitas obyektif yang kurang lebih serupa. Bagaimana
membangun peradaban Islam dalam masyarakat modern, sesungguhnya
merupakan agenda gerakan Islam masa depan.
3. Hubungan Filsafat Islam Dengan Filsafat Yunani (barat)
Suatu kebanaran yang tidak dapat ditolak adalah pengaruh peradaban
Yunani, Persia, dan India. Diantara ilmu-ilmu tersebut yang paling besar
pengaruhnya terhadap inteletual kaum muslim yaitu ilmu hitung, astronomi,
kedokteran yang berasal dari India. Sedangkan dari Persia mempengaruhi dunia
islam dalam bidang ilmu bumi, logika, filsafat, astronomi, ilmu ukur, kedokteran,
sastra dan seni. Akan tetapi menurut Ahmad Amin pengaruh yang lebih besar
diterima umat islam berasal dari yunani. Hal ini dikarenakan kontak umat islam
dengan kebudayaan yunani bersamaan dalam kepenulisan ilmu-ilmunya. Dalam
hal logika yunani besar sekali mempengaruhi bentuk, isi dan susunan ilmu, ini
terjadi pada masa Bani Abbas, ini bukan berarti menjiplak tetapi menadikan
pandangan sebelumnya sebagai tolak ukur atau pun gaya berpikir.
Cara lahirnya filsafat Yunani dan mewarnai kancah duni Islam
diungkapkan dalam sejarah kerajaan di kota Alexandria hingga Bizantium. Hingga
pada akhirnya pada masa Dinasti Abbas dengan pusat kerajaan Baghdad mulai
tertarik pada filsafat yunani. Dikota inilah timbul gerakan penterjemahan buku-
buku yunani kedalam bahasa arab atas dorongan Khalifah Al-Mansur dan
kemudian Khalifah harun Al-Rasyid.
Jika ditelaah lebih dalam gerakan penterjemahan itu sudah dimulai sejak
zaman Dinasti Bani Umayyah yang disponsori oleh Khalifah Khalid Ibnu
Yazid. Saat itu buku-buku yang diterjemahkan erat kaitannya dengan keperluan
hidup praktis, seperti ilmu kimia dan kedokteran. Kegiatan penterjemahan
mencapai zaman keemasannya pada masa Khalifah Al-Makmun, ia juga termasuk
seorang intelektual yang sangat menggandrungi ilmu pengetahuan dan filsafat.
Beliaulah yang mendirikan akademi Bait Al-Hikmah yang dipimpin oleh Hunain
Ibnu Ishaq, seorang nasrani yang ahli bahasa yunani dan dibantu oleh anaknya
Ishaq Ibnu Huanain, Sabit Ibnu Qurra, qusta Ibnu Luqas, Hudaibah ibnu Al-Hasni,
Al-kindi dan lain-lain. Akademi ini tidak hanya dijadikan sebagai tempat
penterjemahan tetapi juga menjadi pusat pengembangan filsafat dan sains.
Dalam era penterjemahan ini bermacam-macam buku filsafat dalam
berbagai bidang diterjemahkan kedalam bahasa arab, baik dari bahasa Siryani,
Persia, maupun yang berbahasa yunani sendiri. Diantaranya karya Plato
seperti Thaetitus, Cratylus, Parmenides, Tunaeus, Phaedo, Politicus dan lain-
lain. Karya Aristoteles seperti Categoriae, Rethorica, De caelo, Ethica
Nichomachaea, dan karya Neo Platonisme seperti Enneads, Theologia, Isagoge,
Elements of Theology, dan lain-lain.
Telah disampaikan bahwa dengan adanya era penterjemahan ini umat islam
telah mampu menguasai intelektual dari tiga kebudayaan yang sangat tinggi ketika
itu, yakni Yunani, Persia, dan India. Para intelektual islam tidak hanya mampu
menguasai filsafat dan sains, tetepai mereka juga mampu mengembangkan dan
menambahkan hasil observasi mereka ke dalam sains dan hasil pemikiran mereka
ke dalam lapangan filsafat.
4. Perbandingan Filsafat Pendidikan Islam Dan Filsafat pendidikan Barat
Dalam beberapa hal, rasanya tidak cukup proporsional jika
membandingkan filsafat pendidikan islam yang berorientasi wahyu dengan filsafat
pendidikan barat yang murni rasional. Akan tetapi mengingat epistemologi islam
tidak mengenal pertentangan antara wahyu dan akal. Maka perbandingan ini
menjadi mungkin.
Disamping itu, dalam beberapa hal Filsafat pendidikan islam tidak jarang
mengambil konsep-konsep atau teori-teori yang berasal dari filsafat pendidikan
barat, sebagaimana yang dilakukan oleh kelompok filsafat pendidikan islam kritis.
Adopsi dan adaptasi semacam ini dapat dilakukan filosof islam karena yang
menjadi keyakinan ilmiah kaum muslim adalah:
Allah member hikmah kepada orang yang dikehendakiNYA. Barang siapa
yang diberi hikmah, maka sungguh ia akan mendapatkan kebaikan yang banyak.
Perkataan hikmah itu adalah barang hilang bagi kaum mukmin, maka ia berhak
atasnya dimana pun ia menemukannya.
Ambillah hikmah itu dari manapun datangnya.
Carilah ilmu pengetahuan walaupun sampai ke negeri Cina.
Dengan beberapa alasan diatas perbandingan ini menjadi penting adanya
dalam merumuskan sebuah filsafat pendidikan yang khas islam, yang berbeda
dengan filsafat pendidikan lainnya. Di lain pihak, perbandingan semacam ini perlu
dilakukan dalam rangka tegak dan kokohnya epistemology filsafat pendidikan
islam yang mandiri.
Berikut tabel perbandingan antara filsafat pendidikan islam dan filsafat pendidikan
barat tersebut:
NoAspek
Pembanding
Filsafat Pendidikan
Islam
Filsafat Pendidikan
Barat
1 Landasan Berlandaskan pada
wahyu Allah yakni
Al-quran dan Hadist
Berlandaskan pada
humanisti murni,
yang mengandalkan
rasionalisasi.
2 Hakikat
kebenaran
Kebenaran sifatnya
tidak terbatas namun
universal.
Kebenaran itu
sifatnya parsial yang
membuatnya sering
terjadi pertarungan
anta ride oleh
ahlinya.
3 Prinsip
pengembangan
Berusaha
mengembangkan
antara yang profan
dan sakral secara
integral. Mencetak
manusia yang
mengintegralkan
aspek dunia dan
akhirat.
Hanya
mengembangkan
aspek profane saja.
Menghasilkan
manusia yang mono
dimention (ahli
dalam satu bidang).
4 Pandangan
kepribadian
manusia
Mengembangkan
kepribadian manusia
mulai dari hati hingga
akal.
Hanya
memperhatikan
fungsi akal saja
dalam
menyelesaikan
masalah.
5 Ide-ide atau
gagasan
Dalam
mengembangkan
idenya berisafat
teoritik dan realistik
(dapat diwujudkan
dalam bentuk tingkah
laku).
Dalam
mengembagkan
idenya sulit
ditransformasikan
dalam tingkah laku
dalam kehidupan
nyata.
Terlepas dari kelebihan dan kekurangan diantara keduanya yaitu antara
filsafat pendidikan islam dan filsafat pendidikan barat. Tetapi yang jelas filsafat
pendidikan islam harus bisa bersikap bijak dan selektif untuk mengambil hal-hal
positif dari filsafat pendidikan barat. Nilai-nilai positif filsafat pendidikan barat
merupakan “hikmah” yang hilang dari kaum muslimin. Oleh karena itu, kaum
muslim yang intelek harus dapat mengambil dan memanfaatkannya demi kemajuan
islam kedepannya.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
v Filsafat pendidikan barat juga memiliki sejarah awal berdirinya yang pada
permulaannya para filsuf barat membahas tentang masalah segala sesuatu yang
berada diluar diri mereka yakni alam (cosmos) hingga kepada hakikat manusia
(antropos).
v Filsafat pendidikan barat dalam perkembangannya terbagi kedalam tiga periode
yakni periode klasik, pertengahan dan modern.
v Masing-masing periode memiliki cirri khas tersendiri yang menjadikannya
berbeda dari periode seblumnya dan melahirkan aliran-aliran menurut pandangan
masing-masing teori menurut filosof-filosofnya.
v Kemunculan peradaban filsafat pendidikan islam sebenarnya ada hubungannya
dengan filsafat barat ataupun yunani dimana para ilmuwan muslim banyak
menterjemahkan buku-buku karangan filosof yunani kedalam bahasa arab. Dan
berusaha mengambil hikmah yang benar didalamnya.
v Dalam mencapai puncak kejayaan dalam hal menterjemahkan dapat diketahui
bahwa hal ini dimulai pada masa Bani Abbas.
v Ada beberapa hal yang menjadi perbandingan antara filsafat pendidikan islam
dan filsafat pendidikan barat. Dalam hal ini perbandingan diantara keduanya cukup
jauh berbeda namun bukan berarti filsafat pendidikan islam menentang seluruh
ajaran filsafat pendidikan barat tetapi filsafat pendidikan islam berusaha
mengambil hal-hal positif dari filsafat barat.
v Dalam bagan akhir terlihat bahwa filsafat pendidikan islam lebih mudah
diwujudkan dalam bentuk tingkah lakuk dibanding filsafat barat yang sulit
mentrensfer antara teori dengan realitannya seperti aliran pendidikan yang
menganut idealisme, realisme, dan progressivisme.
v Terlepas dari kelemahan dan kelebihan masing-masing filsafat keduanya sama-
sama memberikan kontribusi yang amat besar dalam kiprah dunia pendidikan
tentang perumusan tujuan pendidikan.