Post on 08-Oct-2020
BUPATI KEPAHIANG
PROVINSI BENGKULU
PERATURAN BUPATI KEPAHIANG
NOMOR 15 TAHUN 2017
TENTANG
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN
PERIZINAN DAN NON PERIZINAN PADA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU
KABUPATEN KEPAHIANG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KEPAHIANG
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan pelayanan di bidang penanaman modal, perizinan dan non perizinan sesuai azas tranparansi, efektif, efisien dan tepat waktu serta
profesional menuju pelayanan prima maka perlu ditetapkannya Standar Operasional Prosedur Pelayanan
pada Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Kepahiang.
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, perlu ditetapkan dengan Peraturan Bupati Kepahiang.
Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 39 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Lebong dan Kabupaten
Kepahiang di Propinsi Bengkulu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4349).
2. Undang undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik ( Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038 ).
3. Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049).
4. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang
Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679).;
5. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman
Modal. 6.
7.
Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 221); Peraturan Kepala BKPM Nomor 5 Tahun 2013 Tentang
Pedoman dan Tata cara Perizinan dan nonperizinan Penanaman Modal.
8. Peraturan Daerah Kabupaten Kepahiang Nomor 03 Tahun 2011 Tentang Retribusi Perizinan tertentu (Lembaran Daerah Kabupaten Kepahiang Tahun 2011
Nomor 03, Tambahan Daerah Kabupaten Kepahiang Nomor 03).
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR PELAYANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN
PADA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini, yang dimaksud dengan :
a. Daerah adalah Kabupaten Kepahiang;
b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Kepahiang;
c. Bupati adalah Bupati Kepahiang;
d. Wakil Bupati adalah Wakil Bupati Kepahiang;
e. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Kepahiang.
f. Sekretariat Daerah adalah Sekretariat Daerah Kabupaten Kepahiang;
g. Perangkat Daerah adalah Unsur Pembantu Kepala Daerah dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten Kepahiang.
h. Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu adalah unit
pelayanan yang merupakan gabungan dari unsur - unsur perangka daerah
yang mempunyai kewenangan dibidang pelayanan perizinan;
i. Pelayanan Perizinan Terpadu adalah kegiatan penyelenggaraan pelayanan
perizinan dan non perizinan secara terintegrasi dalam satu kesatuan
proses dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap penyelesaian
produk pelayanan satu pintu yang dilaksanakan oleh Dinas.
j. Izin adalah Keputusan Tata Usaha Negara yang diberikan kepada
seseorang atau Badan Usaha untuk memberikan dasar keabsahan dalam
melakukan perbuatan hukum tertentu.
k. Perizinan adalah segala bentuk persetujuan yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah yang memiliki kewenangan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang - Undangan.
l. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah
Surat Ketetapan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang
terhutang.
m. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disebut SKP Daerah
adalah surat ketetapan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang
terhutang.
n. Pengaduan Masyarakat adalah laporan masyarakat mengenai adanya
keluhan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan perizinan.
o. Standar Operasional Prosedur yang selanjutnya disingkat SOP adalah
serangkaian Petunjuk tertulis yang dibakukan mengenai proses
penyelenggaraan tugas tugas Pemerintah Daerah.
BAB II
MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN
Pasal 2 (1) Maksud ditetapkan Standar Operasional Pelayanan Perizinan adalah
untuk memberikan pedoman alur pelaksanaan penyelenggaraan
pelayanan perizinan sehingga dapat terlaksana secara tertib, efisien,
tepat waktu dan jelas penanggungjawab pekerjaannya.
(2) Pengaturan penyelenggaraan pelayanan perizinan dimaksudkan untuk :
memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada masyarakat,
mewujudkan proses pelayanan yang cepat, mudah, transparan, pasti
dan terjangkau; mendekatkan pelayanan kepada masyarakat.
(3) Sasaran penerapan SOP dalam penyelenggaraan pelayanan perizinan,
yaitu : tercapainya tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan
perizinan; tercapainya kemudahan akses pelayanan perizinan dan
tercapainya sinkronisasi, sinergitas dan koordinasi yang terjalin baik
dengan SKPD teknis dalam pemberian pelayanan perizinan.
BAB III RUANG LINGKUP DAN JENIS PERIZINAN
Bagian Kesatu Ruang Lingkup
Pasal 3
Ruang Lingkup Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu, meliputi :
1. Pelayanan Perizinan baru 2. Pelayanan Perubahan Perizinan
3. Pelayanan perpanjangan/ daftar ulang perizinan 4. Pelayanan pemberian salinan perizinan
5. Pelayanan legalisasi perizinan 6. Pelayanan pencabutan perizinan atas permohonan sendiri 7. Pembinaan dan pengawasan
8. Tata cara pengenaan sanksi administratif terhadap pelanggar izin.
Bagian Kedua Jenis Perizinan
Pasal 4 Jenis perizinan yang diselenggarakan dengan pola pelayanan terpadu satu
pintu, meliputi : A. SEKTOR PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
1. Izin Pendidikan Dasar yang diselenggarakan oleh Masyarakat. 2. Izin PAUD dan Pendidikan Non Formal yang diselenggarakan oleh
Masyarakat.
3. Izin Penelitian 4. Izin membawa cagar budaya keluar daerah Kabupaten dalam 1 daerah
propinsi.
B. SEKTOR KESEHATAN
1. Izin Pendirian Rumah Sakit Umum ( kelas C dan D); 2. Izin mendirikan Rumah Sakit Khusus kelas C;
3. Izin Operasional Rumah Sakit Umum Kelas C dan D; 4. Izin Operasional Rumah Sakit Khusus Kelas C dan D; 5. Izin Laboratorium Klinik Umum Pratama;
6. Izin Laboratorium Kesehatan Masyarakat Pratama; 7. Izin Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT); 8. Izin Toko Alat Kesehatan;
9. Izin Pengakuan Pedagang Besar Farmasi (PBF) Cabang; 10. Izin Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT);
11. Izin Laboratorium Kesehatan Masyarakat Madya; 12. Izin Laboratorium Klinik Umum Madya; 13. Izin Penyelenggaraan Unit Hemodialisa;
14. IMB/Perubahan Fungsi IMB Klinik; 15. Izin Operasional Klinik;
16. Izin IMB/Perubahan Fungsi IMB Klinik Kecantikan; 17. Izin Pendirian Cabang PAK; 18. Izin Produksi Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga;
19. Izin Pendirian Depot Air Minum; 20. Izin Usaha Jasa Boga; 21. Izin Pendirian Toko Obat;
22. Izin Pendirian Apotek; 23. Surat Izin Praktek ( SIP ) Dokter Umum;
24. Surat Izin Praktek ( SIP ) Dokter Spesialis; 25. Surat Izin Praktek ( SIP ) Dokter Gigi; 26. Surat Izin Praktek ( SIP ) Dokter Gigi Spesialis;
27. Surat Izin Praktek ( SIP ) Dokter/Dokter Gigi PPDS; 28. Surat Izin Praktek ( SIP ) Dokter Internship; 29. Surat Izin Praktek Perawat;
30. Surat Terdaftar Pengobat Tradisional (STPT); 31. Surat Izin Pengobat Tradisioanal (SIPT);
32. Surat Izin Praktek Terapi Wicara ( SIPTW); 33. Surat Izin Kerja Bidan ( SIKB); 34. Surat Izin Praktek Bidan (SIPB);
35. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA); 36. Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA); 37. Surat Izin Praktek Fisioterapi (SIPF);
38. Surat Izin Kerja Fisioterapi ( SIKF); 39. Surat Izin Praktek Perawat Gigi ( SIPPG );
40. Surat Izin Kerja Radiografer ( SIKR); 41. Surat Izin Praktek Okupasi Terapis (SIPOT); 42. Surat Izin Kerja Okupasi Terapis ( SIKOT);
43. Surat Izin Kerja Tenaga Sanitarian ( SIKTS); 44. Surat Izin Praktik Tenaga Gizi (SIPTGz);
45. Surat Izin Kerja Tenaga Gizi ( SIKTGz); 46. Surat Izin Praktek Tukang Gigi ( SIPTG); 47. Surat Izin Kerja Perawat Anestesi ( SIKPA);
48. Surat Tugas Tenaga Pengobatan Komplementer Alternatif (ST-TPKA); 49. Surat Izin Kerja Tenaga Pengobatan Komplementer Alternatif (SIK-
TPKA);
50. Surat Izin Kerja Perekam Medis; 51. Surat Izin Praktik Ahli Teknologi Laboratorium Medik ( SIP-ATLM);
52. Surat Izin Praktek Elektromedis (SIP-E); 53. Surat Izin Kerja Refraksionis Optisien ( SIKRO).
C. SEKTOR PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG 1. Izin Mendirikan Bangunan ( IMB ).
2. Izin Usaha Jasa Konstruksi ( IUJK ). 3. Izin Memasang Reklame 4. Rekomendasi Badan Koordinasi Penataan Ruang ( BKPRD )
D. SEKTOR PERUMAHAN DAN KAWASAN PERUMAHAN
1. Izin Pembangunan dan Pengembangan Perumahan.
2. Izin Pembangunan dan Pengembangan Permukiman
E. SEKTOR PERHUBUNGAN DAN KOMINFO 1. Izin Trayek 2. Izin Usaha Angkutan
3. Izin Penggunaan jalan selain untuk kepentingan umum. 4. Izin Menara telekomunikasi.
5. Izin Fasilitas Parkir. 6. Izin Penyelenggaraan taksi dan angkutan kawasan tertentu. 7. Izin Pengelolaan Terminal untuk kepentingan sendiri
8. Izin pemasangan kaca film. 9. Izin TV Kabel
F. SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN 1. Izin Usaha Perikanan
2. Izin Penangkapan Ikan 3. Izin Pembudidayaan Ikan 4. Izin Pengelolaan Perikanan
5. Surat Keterangan Pengiriman Hasil Perikanan ( SKPHP ) 6. Surat Izin Pengumpulan dan pengangkutan ikan.
G. SEKTOR PARIWISATA 1. Izin Hotel Melati.
2. Izin Perhotelan / Restoran 3. Izin Tempat Penginapan 4. Izin Tempat Rekreasi dan Olah Raga
5. Izin Tanda Daftar Usaha Pariwisata a. Daya Tarik Wisata b. Kawasan Wisata
c. Jasa Transportasi Wisata d. Jasa Perjalanan Wisata
e. Jasa Makanan dan Minuman f. Penyediaan Akomodasi g. Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi
h. Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Intensif, Konferansi dan Pameran.
i. Jasa Informasi Pariwisata j. Jasa Konsultan Pariwisata k. Jasa Pramuwisata
l. Wisata Tirta
H. SEKTOR PERINDUSTRIAN DAN TENAGA KERJA
1. Surat Izin Usaha Industri ( IUI ) Besar; 2. Surat Izin Usaha Industri IUI ) Menengah;
3. Surat Izin Usaha Industri IUI ) Kecil; 4. Surat Izin Perluasan Usaha Industri; 5. Tanda Daftar Industri ( TDI )
6. Izin Penggilingan Padi, Huller dan Penyosohan Beras. 7. Izin mendirikan Kios Saprodi
8. Izin Usaha Rumah Makan 9. Izin Juru Bor Air Tanah 10. Tanda Daftar Perusahaan
11. Surat Izin Pendirian Lembaga Latihan Kerja; 12. Perpanjangan Izin/ Penambahan Jurusan Lembaga Pelatihan Kerja; 13. Izin Ganguan Peralatan K3 ( Izin penggunaan pesawat angkat/angkut,
Lift, Ketel Uap, Bejana Tekanan, Las Listrik, Mesin Las Diesel, Las Karbit, instalasi dan penyalur/penangkal petir );
I. SEKTOR PERDAGANGAN
1. Usaha Toko Modern
2. Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol. 3. Izin Pengelolaan Pasar rakyat, pusat perbelanjaan dan izin usaha toko
swalayan. 4. Tanda Daftar Gudang 5. Surat Keterangan Penyimpanan Barang (SKPB)
J. SEKTOR LINGKUNGAN 1. Izin Lingkungan
2. Izin Penampungan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. 3. Izin Gangguan 4. Izin Penumpukan
K. SEKTOR PENANAMAN MODAL
1. Izin Prinsip Penanaman Modal
2. Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal 3. Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal
4. Izin Prinsip Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal 5. Izin Usaha Penanaman Modal 6. Izin Usaha Usaha Perluasan Penanaman Modal
7. Izin Usaha Perubahan Penanaman Modal 8. Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal.
L. SEKTOR PERKEBUNAN 1. Izin Usaha Perkebunan
2. Izin Usaha Perkebunan untuk Budidaya 3. Izin Usaha Perkebunan untuk Pengolahan 4. Surat Tanda Daftar Usaha Budidaya Pertanian dan Perkebunan
5. Surat Tanda Daftar Usaha Industri Pengelolaan Hasil Perkebunan
M. SEKTOR PERTANIAN DAN PETERNAKAN 1. Izin Produksi Benih Bina 2. Tanda Daftar Produsen Benih Bina
3. Tanda Daftar Pengedar Benih Bina 4. Izin Rumah Potong Hewan dan Penjualan Daging 5. Izin Usaha Pertanian
6. Izin Usaha Produksi Benih/bibit ternak dan pakan, fasilitas pemeliharaan hewan, rumah sakit hewan/pasar hewan.
7. Izin Usaha pengecer ( toko, retail, sub distributor) obat hewan. N. SEKTOR ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
1. Surat Rekomendasi Pemanfaatan Langsung Panas Bumi 2. Surat Rekomendasi Izin Pertambangan
O. SEKTOR KEARSIPAN
1. Izin Penggunaan Arsip yang bersifat tertutup yang disimpan di lembaga
kearsipan daerah. P. SEKTOR PERTANAHAN
1. Izin Lokasi 2. Izin membuka tanah / penggunaan tanah.
Q. SEKTOR KOPERASI DAN UKM
1. Izin Usaha Simpan Pinjam
2. Izin Pembukaan Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu dan Kantor Kas Koperasi.
BAB IV RETRIBUSI DAN MASA BERLAKU PERIZINAN
Bagian Kesatu
Retribusi
Pasal 5
(1) Terhadap pelayanan jenis perizinan sebagaimana dimaksud pada pasal 4
diatas, yang dipungut retribusi diatur dalam Peraturan Daerah tentang Retribusi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perhitungan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) , diatur dalam Peraturan Daerah tentang Retribusi.
Bagian Kedua
Masa Berlaku Perizinan
Pasal 6
Ketentuan lebih lanjut mengenai masa berlakunya untuk masing masing jenis perizinan sebagaimana dimaksud pada pasal 4, tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
BAB V
ORGANISASI PENYELENGGARAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU
Pasal 7
(1) Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu diselenggarakan oleh Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu.
(2) Penandatanganan dokumen semua jenis perizinan sebagaimana dimaksud
pada pasal 4 dilakukan oleh Kepala Dinas. (3) Penandatanganan dokumen perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), meliputi : a. Penandatanganan perizinan baru. b. Penandatanganan perubahan perizinan.
c. Penandatanganan perpanjangan / Daftar Ulang Perizinan. d. Penandatanganan pemberian salinan perizinan.
e. Penandatanganan pembatalan perizinan f. Penandatanganan pembekuan perizinan g. Penandatanganan pencabutan perizinan
h. Penandatanganan penutupan sementara usaha / kegiatan. i. Penandatanganan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) dan j. Penandatanganan Nota Pengantar Pajak.
(4) Dalam menyelenggarakan pelayanan perizinan terpadu satu pintu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas dibantu oleh Tim Teknis.
Pasal 8
(1) Tim Teknis sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (4) dikoordinasikan
oleh Tim Pembina. (2) Tim Pembina sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas
mengkoordinasikan pembinaan terhadap Tim Teknis sesuai dengan tugas, fungsi dan wewenang masing – masing.
(3) Tim Pembina sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
Pasal 9 (1) Dalam hal pelayanan IMB dan penerbitan Amdal dan SPPL/UKL-UPL yang
mempunyai fungsi dan kriteria tertentu terlebih dahulu harus memperoleh rekomendasi dari BKPRD sebagai bahan pertimbangan dalam penerbitan izin.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai IMB yang mempunyai fungsi dan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran.
BAB VI PROSEDUR PELAYANAN PERIZINAN
Bagian Kesatu
Pembayaran Retribusi Perizinan
Pasal 10
(1) Pembayaran retribusi untuk jenis perizinan sebagaimana dimaksud pada
pasal 5 ayat (1) dilakukan melalui Rekening Penerimaan pada Dinas. (2) Bendahara Penerima Retribusi pada Dinas wajib menyetor kepada Kas
Daerah paling lambat dalam jangka waktu 1 x 24 Jam. (3) Pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
dilakukan secara tunai atau melalui transaksi elektronik.
Bagian Kedua
Pelayanan Perizinan Baru
Pasal 11
(1) Pelayanan Perizinan baru dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : a. Pendaftaran / Registrasi b. Verifikasi Administrasi
c. Validasi Administrasi d. Survey lapangan atau cek lokasi
e. Penyusunan Rekomendasi Teknis f. Persetujuan g. Pembayaran retribusi, khusus untuk izin yang dikenakan retribusi
sesuai Peraturan Daerah tentang retribusi h. Pengisian Survey Indek Kepuasan Masyarakat
i. Pencetakan dokumen izin j. Penandatanganan dokumen izin k. Penyerahan dokumen izin
(2) Dikecualikan dari ketentuan huruf d pada ayat (1), bagi izin yang tidak memerlukan rekomendasi teknis.
(3) Dikecualikan dari ketentuan huruf g pada ayat (1), bagi izin yang tidak
wajib retribusi.
Bagian Ketiga Pendaftaran / Registrasi
Pasal 12 (1) Tahap pendaftaran / registrasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 11
ayat (1) huruf a, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. Pemohon mengajukan permohonan layanan perizinan dengan cara
mengisi formulir permohonan.
b. Pemohon melengkapi persyaratan yang diperlukan. c. Pemohon menyampaikan berkas permohonan beserta kelengkapan
persyaratan tersebut ke bagian pendaftaran perizinan.
d. Setelah berkas disampaikan, pemohon akan mendapatkan resi pendaftaran / Surat Tanda Terima Berkas Permohonan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan pelayanan perizinan baru untuk masing masing jenis perizinan tercantum dalam lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Bagian Keempat
Verifikasi Administrasi
Pasal 13
(1) Tahapan verfikasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (1) huruf b, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Verifikasi administrasi dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh Kepala Dinas.
b. Verifikasi administrasi dilakukan terhadap persyaratan yang telah
diterima. c. Verifikasi administrasi sebagaimana dimaksud pada huruf b, dilakukan
untuk mengecek, meneliti kelengkapan dan kesesuaian dokumen
dengan persyaratan. d. Petugas verifikasi memberikan catatan sebagai bahan pertimbangan
untuk mendapatkan verifikasi dari Kasi Pelayanan Perizinan. e. Kasi Pelayanan Perizinan mengecek kembali persyaratan dan berkas
dokumen kelengkapannya dan memberikan catatan sebagai bahan
pertimbangan untuk mendapatkan validasi dari Kepala Bidang. (2) Setelah Petugas Verifikasi dan Kasi Pelayanan Perizinan melakukan
tahapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), selanjutnya diteruskan kepada Kepala Bidang.
Bagian Kelima Validasi
Pasal 14 Tahap Validasi sebagaimana dimaksud pada pasal 11 Ayat (1) huruf c, harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. Validasi dilakukan oleh Kepala Bidang. b. Pada tahap validasi Kepala Bidang dapat :
- Melihat kembali seluruh berkas yang disampaikan. - Mengembalikan kepada Kasi Pelayanan Perizinan dan atau Petugas
Verifikasi untuk memverifikasi ulang.
- Melakukan penolakan ; atau
- Memberikan persetujuan atas permohonan beserta kelengkapan dokumennya dari pemohon.
c. Untuk permohonan yang memerlukan Rekomendasi Teknis, Dokumen
diteruskan kepada Tim Teknis. d. Untuk permohonan yang tidak memerlukan rekomendasi teknis, dokumen
diteruskan kepada Kepala Dinas.
Bagian Keenam
Rekomendasi Teknis
Pasal 15 (1) Tahap rekomendasi teknis sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 huruf e,
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Rekomendasi teknis dilakukan oleh Tim Teknis. b. Tim Teknis melakukan survey lapangan sesuai dengan masing – masing
jenis perizinan apabila diperlukan.
c. Hasil Survey Lapangan dituangkan dalam Berita Acara. d. Tim Teknis melakukan pengisian data – data dan uraian teknis sesuai
dengan format yang telah ada. e. Tim Teknis membuat rekomendasi teknis, disetujui atau ditolaknya
permohonan izin.
f. Tim Teknis menyampaikan Berita Acara hasil survey lapangan kepada Kepala Bidang Penyelenggaraan Perizinan dan Non Perizinan.
(2) Setelah melakukan tahapan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) , Tim
Teknis melanjutkan proses kepada Kepala Bidang untuk mendapatkan persetujuan.
(3) Khusus untuk pelayanan IG sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf J.3, pelaksanaan survey lapangan dan pemberian rekomendasi teknis dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh Dinas.
Bagian Ketujuh
Persetujuan
Pasal 16
(1) Tahap persetujuan sebagaimana dimaksud pasal 11 ayat (1) huruf f, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. Kepala Bidang menindaklanjuti rekomendasi Tim Teknis dengan
memberikan persetujuan atau menolak berdasarkan rekomendasi termaksud;
b. Dalam memberikan persetujuan atau menolak kepala bidang dapat melihat kembali seluruh berkas hasil rekomendasi dari Tim Teknis.
(2) Setelah melakukan tahapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) petugas
menyampaikan pemberitahuan melalui Short Message Service (SMS) kepada pemohon mengenai disetujui atau ditolaknya permohonan izin.
Bagian Kedelapan Pembayaran Retribusi
Pasal 17
(1) Tahap pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat
(1) huruf g , harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. Setelah mendapat persetujuan dari Kepala Bidang, pemohon izinakan
mendapat pemberitahuan mengenai perkiraan jumlah retribusi yang wajib dibayar disertai dengan kode bayar melalui Short Message Service (SMS).
b. Setiap pemohon izin yang wajib membayar retribusi selanjutnya melakukan pembayaran kepada rekening penerimaan pada Dinas dengan cara pembayaran tunai atau transaksi elektronik dalam jangka
waktu paling lama 7 (tujuh) hari kalender sejak menerima pemberitahuan;
c. Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada huruf b, permohon tidak melakukan pembayaran retribusi, maka pemohon harus mengulang proses pendaftaran kembali;
d. Atas pembayaran yang telah dilakukan oleh pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, selanjutnya Bendahara Penerimaan
Dinas yang ditunjuk memberikan tanda bukti pembayaran kepada pemohon.
e. Setiap pembayaran retribusi atas izin tertentu yang wajib membayar
retribusi , pembayarannya didasarkan pada SKRD yang diterbitkan oleh Dinas
(2) Khusus untuk permohonan izin yang tidak wajib retribusi, dikecualikan dari ketentuan pada ayat (1).
Bagian Kesembilan
Pengisian Survey Indeks Kepuasan Masyarakat
Pasal 18
Tahap pengisian Survey Indeks Kepuasan Masyarakat sebagaimana dimaksud
pada pasal 11 ayat (1) huruf h, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. Setiap pemohonizin yang telah disetujui, harus mengisi survey indeks
kepuasan masyarakat, petugas akan mengingatkan sebelum penyerahan dokumen izin.
b. Dalam hal pemohon tidak mengisi survey indeks kepuasan masyarakat,
petugas wajib mengingatkan kembali untuk pengisiannya. c. Apabila dalam jangka waktu 6 (enam ) hari pemohon tidak mengisi survey
indeks kepuasan masyarakat tersebut, maka proses perizinan di
tangguhkan.
Bagian Kesepuluh Pencetakan Dokumen Izin
Pasal 19 (1) Tahap pencetakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf
i , dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh kepala Dinas untuk melakukan pencetakan.
(2) Pencetakan Dokumen izin dilakukan dengan menggunakan kertas
khusus.
Bagian Kesebeles
Penandatanganan Dokumen Izin
Pasal 20 Penandatangan dokumen izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf j, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Kepala Dinas menerima berkas dan persyaratan serta Surat Izin untuk penandatanganan dokumen izin.
b. Kepala Dinas menanda tangani surat izin yang telah divalidasi oleh kepala bidang.
Bagian Kedua belas Penyerahan Dokumen Perizinan
Pasal 21 (1) Penyerahan Dokumen izin dilakukan oleh kepala dinas melalui bagian
pelayanan diserahkan bersama dengan penyerahan SKRD (2) Dalam rangka menunjang kelancaran , kecepatan dan keamanan
penyerahan dokumen izin , Kepala Dinas mendelegasikan penyerahan
dokumen tersebut kepada kepala bidang pelayanana perizinan
Bagian Ketiga belas Perpanjangan /Daftar ulang perizinan
Pasal 22
(1) Ketentuan mengenai pelayanan perpanjangan /daftar ulang perizinan
dilakukan dengan tahapan , sebagai berikut : a. Pendaftaran / Registrasi b. Verifikasi Administrasi
c. Validasi Administrasi d. Persetujuan
e. Pengisian Survey Indek Kepuasan Masyarakat f. Pencetakan Dokumen izin g. Penanda tanganan dokumen izin
h. Penyerahan dokumen izin
Pasal 23
(1) Tahapan Pendaftaran /registrasi dalam pasal 22 hurup a mengikuti tahapan dan proses sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 .
(2) Tahapan verifikasi administrasi dalam pasal 22 hurup b mengikuti tahapan dan proses sebagaimana dimaksud dalam pasal 13.
(3) Tahapan validasi administrasi dalam pasal 22 huruf c mengikuti tahapan
dan proses sebagaimana dimaksud dalam pasal 14. (4) Tahapan persetujuan dalam pasal 22 hurup d, mengikuti tahapan dan
proses setelah melalui tahapan sebagaimana dimaksud dalam pasal 16. (5) Tahapan pengisian survey Indek kepuasan masyarakat dalam pasal 22
hurup e, mengikuti tahapan dan proses sebagaimana dimaksud dalam pasal 18.
(6) Tahapan pencetakan izin dalam pasal 22 huruf f, mengikuti tahapan dan
proses sebagaimana dalam pasal 19 (7) Tahapan penanda tanganan izin dalam pasal 22 huruf g, mengikuti
tahapan dan proses sebagaimana dimaksud dalam pasal 20. (8) Tahapan penyerahan izin dalam pasal 22 huruf h, mengikuti tahapan dan
proses sebagaimana dimaksud dalam pasal 21.
Pasal 24
(1) Prosedur pelayanan perpanjangan/daftar ulang perizinan sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 sampai dengan pasal 23 , ditetapkan paling lama 7 (tujuh ) hari kerja terhitung sejak diterimanya dokumen perizinan
dan non perizinan secara lengkap dan benar. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan pelayanan
perpanjangan/daftar ulang perizianan untuk masing-masing jenis
perizinan, tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam peraturan Bupati ini.
Pasal 25
Ketentuan mengenai bagan alur pelayanan perizinan untuk
perpanjangan/daftar ulang sebagaimana dalam pasal 23 dan pasal 24 , tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
peraturan Bupati ini.
Bagian Keempat belas Pelayanan pemberian salinan perizinan
Pasal 26
(1) Terhadap dokumen izin yang hilang dan/atau rusak dapat diberikan
salinan (2) Salinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Kepala
Dinas
Pasal 27
(1) Tahapan pelayanan pemberian salinan perizinan dilaksanakan dengan ketentuan : a. Pendaftaran / Registrasi
b. Verifikasi Administrasi c. Validasi Administrasi d. Pencarian arsip
e. Survey Indek Kepuasan Masyarakat f. Pencetakan salinan izin
g. Penandatanganan dokumen izin h. Penyerahan dokumen izin
Pasal 28 (1) Tahapan pendaftaran /registrasi dalam pasal 27 huruf a, mengikuti
tahapan dan proses sebagaimana dalam pasal 12. (2) Tahapan verifikasi adminstrasi dalam pasal 27 huruf b, mengikuti
tahapan dan proses sebagaimana dimaksud dalam pasal 13
(3) Tahapan validasi administrasi dalam pasal 27 huruf c, mengikuti tahapan dan proses sebagaimana dimaksud dalam pasal 14
(4) Tahapan pencarian arsip dalam pasal 27 huruf d dilakukan dengan 2
(dua) cara sebagai berikut : a. Untuk dokumen izin yang terdapat dalam data base pencarian arsip
dilakukan dengan cara mencari dokumen berdasarkan nomor dan tanggal penerbitan izin,nama pemilik izin, lokasi objek izin yang ada dalam system aplikasi
b. Untuk dokumen izin yang tidak terdapat dalam data base sistem aplikasi , pencarian arsip dilakukan oleh petugas yang membidangi
arsip setelah malalui tahapan pendaftraran /registrasi , verifikasi administrasi dan validasi administrasi.
(5) Tahapan pengisian survey indeks kepuasan masyarakat dalam pasal 27
huruf f, mengikuti tahapan dan proses dimaksud dalam pasal 18. (6) Tahapan pencetakan salinan izin dalam pasal 27 huruf e, mengikuti
tahapan dan proses setelah malalui tahapan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 19 (7) Tahapan penandatanganan izin dalam pasal 27 huruf f, megikuti
tahapan dan proses sebagaiman dimaksud dalam pasal 20. (8) Tahapan penyerahan izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 huruf h
mengikuti tahapan dan proses sebagaimana diatur dalam pasal 21.
Pasal 29
Proses pelayanan pemberian salinan perizinan sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 dan pasal 28 , ditetapkan paling lama 4 (empat) hari kerja terhitung sejak diterimanya dokumen perizinan secara lengkap dan benar.
Pasal 30 (1) Ketentuan mengenai persyaratan pelayanan pemberian salinan perizinan
untuk masing-masing jenis peizinan tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
(2) Ketentuan mengenai bagan alur pelayanan pemberian salianan perizinan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 sampai dengan pasal 29 , tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Bagian Kelima belas
Pelayanan Legalisasi perizinan
Pasal 31
(1) Untuk kepentingan tertentu , Dinas dapat memberikan legalisasi terhadap fotocopi dokumen perizinan
(2) Tahapan pelayanan legalisasi perizinan dilaksanakan dengan ketentuan :
a. Pendaftaran / Registrasi b. Verifikasi Administrasi
c. Pemilihan tanggal layanan d. Validasi Administrasi e. Penandatanganan dokumen izin
f. Survey Indeks Kepuasan Masyarakat g. Penyerahan dokumen
Pasal 32
(1) Tahapan pendaftaran/ registrasi dalam pasal 31 huruf a, mengikuti
tahapan dan proses sebagaimana dimaksud dalam pasal 12. (2) Tahapan verifikasi administrasi dalam pasal 31 huruf b mengikuti
tahapan dan proses sebagaimana dimaksud dalam pasal 13.
(3) Tahapan pemilihan tanggal layanana sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 huruf c, dilakukan setelah pemohon mendapatkan notifikasi hasil verifikasi administrasi.
(4) Tahapan validasi administrasi sebagaiman dimaksud dalam pasal 31 huruf d, dilakukan setelah pemohon menunjukan dokumen asli yang
akan dilegalizir diloket layanan informasi dan pengaduan. (5) Tahapan penandatanganan dokumen yang dilegalisasi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 31 huruf e, dilakukan oleh Sekretaris Dinas.
(6) Tahapan pengisian survey indeks kepuasan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 huruf f, harus dilakukan oleh pemohon setelah dokumen yang dilegalisasi ditandatangani.
(7) Tahapan penyerahan dokumen sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 huruf g, dilakukan setelah pemohon mengisi survey indeks kepuasan
masyarakat.
Pasal 33
Proses pelayanan legalisasi perizinan sebagaiman dimaksud dalam pasal 31 dan pasal 32, ditetapkan paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sajak
pemohon memperlihatkan dokumen asli kepada petugas layanan informasi dan pengaduan.
Pasal 34 (1) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan pelayanan legalisasi
perizinan untuk masing-masing jenis perizinan, tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan Bupati ini.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai alur prosedur pelayanan legalisasi perizinan sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 dan pasal 32 tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
peraturan Bupati ini.
Bagian Keenam belas Pelayanan Pencabutan perizinan atas permohonan sendiri
Pasal 35 Setiap pemilik izin dapat melakukan permohonan pencabutan izin kepada kepala Dinas.
Pasal 36
Tahap pelayanan permohonan pencabutan izin dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Pendaftaran / Registrasi
b. Verifikasi Administrasi c. Pemilihan tanggal layanan
d. Validasi Administrasi e. Penandatanganan dokumen izin f. Survey Indeks Kepuasan Masyarakat
g. Penyerahan dokumen
Pasal 37
(1) Tahapan pendaftaran/registrasi dalam pasal 36 huruf a, mengikuti tahapan dan proses sebagaimana dimaksud dalam pasal 12.
(2) Tahapan verifikasi administrasi dalam pasal 36 huruf b, mengikuti tahapan dan proses sebagaimana dimaksud dalam pasal 13
(3) Tahapan pemilihan tanggal layanan sbagaimana dimaksud dalam pasal
36 huruf c, dilakukan setelah pemohon mendapatkan notifikasi hasil verifikasi administrasi.
(4) Tahapan validasi administrasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 huruf d, dilakukan setelah pemohon menyerahkan dokumen asli yang akan dicabut diloket layanan informasi.
(5) Tahapan penandatanganan surat keputusan pencabutan perizinan sebagaimana surat keputusan pencabutan perizinan sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 huruf e, dilakukan oleh Kepala Dinas, setelah
dibubuhi paraf oleh sekretaris pada Dinas. (6) Tahapan pengisian survey indeks kepuasan masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam pasal 36 huruf f , harus dilakukan oleh pemohon setelah surat keputusan pencabutan perizinan ditandatangani.
(7) Tahapan penyerahan izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 huruf g,
dilakukan setelah pemohon mengisi survey indeks kepuasan masyarakat.
Pasal 38 (1) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan pelayanan pencabutan
perizinan untuk masing-masing jenis perizinan , tercantum dalam
lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
(2) Ketentuan mengenai bagan alur pelayanan pencabutan perizinan atas permohonan sendiri sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 dan pasal 37,
tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
BAB VII TATA CARA PENYUSUNAN REKOMENDASI TIM TEKNIS
Bagian Kesatu Kedudukan Tim Teknis
Pasal 39
(1) Tim teknis sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (4) terdiri dari unsur
SKPD yang memiliki tugas dan wewenang untuk memberikan rekomendasi teknis.
(2) Tim Teknis memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut :
a. Melaksanakan pemeriksaan di lapangan dan membuat Berita Acara Pemeriksaan, serta membuat analisa / kajian teknis sesuai bidangnya.
b. Memberikan rekomendasi berupa kanjian teknis terhadap jenis pelayanan perizinan tertentu, dengan rekomendasi berupa persetujuan, penangguhan atau penolakan atas izin tertentu.
c. Melaksanakan monitoring dan evaluasi tentang perizinan tertentu yang diberikan, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing masing.
(3) Tim Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Bagian Kedua Tata Cara Pemberian Rekomendasi Teknis
Pasal 40 (1) Tim teknis melaksanakan tugasnya setelah melalui tahapan validasi oleh
Kepala Bidang. (2) Setelah melalui tahapan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
selanjutnya Tim Teknis melakukan :
a. Pemeriksaan dilapangan.
b. Membuat Berita Acara Pemeriksaan Lapangan. c. Membuat Analisis / Kajian teknis sesuai dengan bidangnya.
d. Membuat rekomendasi teknis. (3) Rekomendasi Teknis oleh Tim Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf d, menjadi dasar pertimbangan dalam menerbitkan izin oleh Kepala
Dinas. (4) Pelaksanaan pemberian rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf d, dilakukan dalam jangka waktu 7 (hari) kerja.
Pasal 41
(1) Dalam hal Tim Teknis melampaui jangka waktu dalam memberikan rekomendasi teknis sebagaimana dimaksud pada pasal 40 ayat (4) , Tim
Teknis dapat mengajukan permohonan penambahan waktu secara tertulis paling lama 5 (lima) hari kerja kepada Kepala Dinas.
(2) Dalam hal Tim Teknis melampaui jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Tim Teknis dianggap menolak memberikan rekomendasi dan Dinas dapat melanjutkan proses penolakan perizinan.
BAB VIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Bagian Kesatu
Pembinaan
Pasal 42
Pembinaan atas penyelenggaraan pelayanan perizinan terpadu satu pintu
dilakukan oleh Bupati.
Bagian Kedua Pengawasan
Pasal 43 Pengawasan terhadap proses penyelenggaraan pelayanan perizinan terpadu satu pintu dilakukan secara melekat dan berjenjang oleh atasan langsung dan
secara fungsional oleh aparat pengawasan fungsional.
Pasal 44 (1) Dinas wajib melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggungjawab
pemegang perizinan atas ketentuan dalam izin sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang – undangan. (2) Pengawasan yang dilakukan oleh Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan cara : a. Melakukan pemantauan. b. Membuat laporan hasil pemantauan; dan
c. Melakukan evaluasi. (3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang bersifat
administratif dilakukan oleh Dinas, sedangkan pengawasan yang
dilakukan oleh SKPD Tekni terkait sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsinya.
Pasal 45
Pemantauan sebagaimana dimaksud dalam pasal 44 ayat (2) huruf a
dilakukan secara regular dan atau insidentil yang dituangkan dalam Berita Acara Hasil Pemantauan.
Pasal 46
(1) Hasil pemantauan oleh Kepala Dinas dilaporkan kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah. (2) Laporan Hasil Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan secara berkala setiap 6 bulan sekali dan atau secara insidentil.
Pasal 47
(1) Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 44 ayat (2) huruf c, dilakukan oleh Kepala Dinas terhadap penyelenggaraan proses layanan perizinan.
(2) Laporan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaporkan kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah secara berkala setiap 6 (enam)
bulan sekali dan/atau secara insidentil.
BAB IX PENGADUAN
Pasal 48
(1) Pengaduan terhadap proses penyelenggaraan perizinan dapat dilakukan
melalui : a. Loket pengaduan. b. Lapor ( Layanan aspirasi dan pengaduan rakyat on line );
c. Call Centre; d. Short Message Service (SMS);
e. Kotak Saran; f. Sistem Aplikasi; atau g. E mail
(2) Terhadap pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditindaklanjuti oleh Dinas paling lambat 5 (lima) hari kerja, sejak pengaduan diterima.
(3) Ketentuan mengenai bagan alur pengananan pengaduan, tercamtum
dalam lampiran peraturan ini yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
BAB X
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 49
(1) Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam pelayanan perizinan.
(2) Peran serta sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan dengan
cara : a. Melakukan pengawasan untuk peningkatan pelayanan. b. Memberikan saran dan / atau pendapat dalam rangka peningkatan
pelayanan; dan c. Menyampaikan informasi berkenan dengan produk dan kinerja
pelayanan.
BAB XI
KETERBUKAAN INFORMASI
Pasal 50 (1) Dinas menyediakan informasi publik sesuai ketentuan peraturan
perundang – undangan, yang dapat diakses dengan mudah dan cepat oleh
masyarakat. (2) Informasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling sedikit
mencakup :
a. Informasi persyaratan, prosedur, waktu dan biaya pelayanan; b. Informasi penelusuran posisi dokumen pada setiap proses pelayanan; c. Pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam penyelenggaraan
pelayanan; dan d. Informasi mengenai tata cara pengaduan;
BAB XII EVALUASI DAN PELAYANAN
Pasal 51
(1) Dinas wajib melakukan evaluasi pelayanan kepada masyarakat melalui
Penelitian Indeks Kepuasan Masyarakat sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan.
(2) Pelaksanaan Penelitian Indeks Kepuasan Masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan secara efisien dan efektif. (3) Hasil Evaluasi layanan sebagaimana dimaksud ayat (1), disampaikan
kepada masyarakat melalui media yang sesuai.
BAB XIII
PELAPORAN
Pasal 52
Kepala Dinas wajib membuat laporan secara tertulis setiap 6 (enam ) bulan kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah tentang pelaksanaan
penyelenggaraan perizinan.
BAB XIV
KEPALA DINAS BERHALANGAN
Pasal 53 Dalam hal Kepala Dinas berhalangan, baik berhalangan tetap maupun berhalangan tidak tetap atau sementara, Bupati menetapkan penjabat yang
berwenang menandatangani perizinan, guna menjamin kelancaran pelaksanaan pelayanan perizinan kepada masyarakat.
BAB XV BENTUK DAN JENIS FORMAT PERIZINAN
Pasal 54
Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan jenis format masing – masing
jenis perizinan berpedoman pada ketentuan tata naskah dinas di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Kepahiang dan Ketentuan peraturan
perundangan.
BAB XVI
TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF TERHADAP PELANGGAR PERIZINAN
Bagian Kesatu Wewenang Pengenaan Sanksi Administratif
Pasal 55
(1) Bupati berwenang mengenakan sanksi administratif kepada pelanggar
perizinan. (2) Bupati dapat mendelegasikan kewenangan pengenaan sanksi administratif
kepada Kepala Dinas / Kepala SKPD Teknis terkait. (3) Pendelegasian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1)
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 56 (1) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada pasal 55 dilakukan
setelah melalui proses pemantauan dan / atau pengawasan yang dilakukan oleh Dinas dan SKPD terkait.
(2) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan berupa tindakan yang bersifat preventif dan represif non yustisial;
Pasal 57 (1) Sifat preventif sebagaimana dimaksud dalam pasal 56 ayat (2) dilakukan
melalui : a. Penghentian pelanggaran; b. Tindakan memperkecil resiko;
c. Menghentikan gangguan, bahaya dan kerugian; d. Upaya mempersempit/ melokalisasi dampak; e. Tindakan tertentu secara cepat, tepat dan terkoordinasi untuk
mencegah dan mengatasi dampak dari penyelenggaraan serta upaya penanggulangannya; dan
f. Meminimalisir kerugian masyarakat. (2) Sifat represif non yustisial sebagaiman dimaksud dalam pasal 56 ayat (2),
dilakukan melalui pengenaan sanksi berupa : a. Tindakan hukum yang memberikan pembebanan kewajiban dan
tanggungjawab hukum. b. Pembayaran sejumlah uang tertentu sebagai biaya paksaan penegak
hukum;
c. Kewajiban melakukan perbuatan tertentu; dan d. Memulihkan pada keadaan fungsi semula sebagai akibat dari adanya
pelanggaran hukum.
Pasal 58
(1) Sanksi administratif dikenakan kepada setiap pelanggar yang terbukti melakukan pelanggaran terhadap ketentuan dalam perizinan;
(2) Pembuktian terjadinya pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
didasarkan pada :
a. Hasil pengawassan; b. Upaya pembinaan tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat
kepatuhan; dan
c. Tidak dilakukannya kewajiban sebagaimana telah tertuang dalam dokumen perizinan dan / atau ketentuan peraturan perundang – undangan.
Bagian Kedua
Jenis Sanksi Administratif
Pasal 59
Jenis sanksi administratif terhadap pelanggaran perizinan meliputi : a. Pembekuan izin;
b. Pembatalan izin; c. Pencabutan izin; d. Penutupan sementara usaha / kegiatan;
e. Paksaan pemerintahan;
f. Uang paksa; dan g. Denda administrasi.
Pasal 60
Pembekuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 huruf a,
dikenakan kepada : a. Pemegang izin tidak melakukan kegiatan yang seharusnya dilakukan; b. Pemegang izin belum menyelesaikan secara teknis apa yang seharusnya
menjadi kewajibannya; dan c. Pemegang izin melakukan hal – hal tertentu diluar apa yang terdapat
dalam persyaratan perizinan.
Pasal 61
Pembatalan perizinan sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 huruf b, dikenakan karena terdapat cacat hukum dalam pengajuan persyaratan perizinan berupa kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidak benaran dan /
atau pemalsuan data, dokumen dan / atau informasi.
Pasal 62 Pencabutan perizinan sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 huruf c, dilakukan apabila pemegang izin telah terbukti melanggar persyaratan dalam
dokumen izin dan / atau telah melanggar peraturan perundang – undangan.
Pasal 63 Penutupan sementara usaha dan / atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 huruf d, dilakukan apabila pelanggar izin telah menerima
sanksi berupa pembekuan izin.
Pasal 64
Paksaan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 huruf e, dikenakan sebagai tindakan nyata untuk melakukan antara lain :
memindahkan, mengosongkan, menutup outlet, menghentikan mesin, membongkar, memperbaiki keadaan semula dan tindakan konkrit lainnya yang memungkinkan terhentinya pelanggaran hukum oleh penanggungjawab
kegiatan / usaha.
Pasal 65 (1) Uang paksa sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 huruf f, dikenakan
sebagai alternatif untuk paksaan nyata.
(2) Khusus untuk pelanggar IMB, uang paksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sebesar biaya pembongkaran bangunan yang melanggar izin.
Pasal 66
(1) Denda administrasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 huruh g, dilakukan untuk memberikan penghukuman sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.
(2) Khusus untuk pelanggar IMB, denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
undangan di bidang bangunan gedung.
Bagian Ketiga Prosedur Pengenaan Sanksi Administrasi
Pasal 67
(1) Pengenaan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 59
sampai dengan pasal 66 dilakukan setelah melalui proses pemantauan dan / atau pengawasan.
(2) Dalam hal ditemukan adanya pelanggaran oleh pemilik izin pada saat
pemantauan, Kepala Dinas menerbitkan teguran secara tertulis. (3) Teguran secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib
dipatuhi dan/atau ditindaklanjuti dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak diterbitkannya teguran tertulis.
(4) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3), pemilik
izin yang melanggar tidak mengindahkan teguran tertulis, Kepala Dinas menerbitkan teguran tertulis kedua.
(5) Apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja pemilik izin yang
melanggar tidak mengindahkan teguran tertulis kedua, Kepala Dinas menerbitkan teguran tertulis ketiga.
(6) Apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh ) hari kerja pemilik izin yang melanggar tidak mengindahkan teguran tertulis ketiga, Kepala Dinas menerbitkan rekomendasi penindakan kepada Kepala Satuan Polisi
Pamong Praja Kabupaten Kepahiang. (7) Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Kepahiang sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) menindaklanjuti rekomendasi penindakan dari Kepala Dinas, wajib dilakukan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh ) hari kerja.
(8) Setelah melalui tahapan teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sampai dengan ayat (5), Kepala Dinas mengenakan sanksi sesuai dalam pasal 59 huruf a sampai dengan huruf c.
Pasal 68
(1) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 huruf d, dilakukan oleh Kepala Satuan Pamong Praja Kabupaten Kepahiang.
(2) Terhadap pelanggar yang telah terbukti melakukan pelanggaran baik
berdasarkan rekomendasi dari Kepala Dinas dan/atau tertangkap tangan dan / atau diketahui langsung oleh PPNS, Satuan Polisi Pamong Praja (
SATPOL PP ) Kabupaten Kepahiang menerbitkan STBP yang berisikan : a. Identitas pelanggar; b. Ketentuan pasal dan peraturan perundangan yang dilanggar;
c. Tindakan yang harus dilakukan oleh pelanggar. d. Batas waktu pemenuhan sanksi; dan e. Konsekuensi apabila sanksi tidak dipenuhi.
(3) Selain menerbitkan STBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPNS dan /atau Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Kepahiang melakukan :
a. Pemasangan stiker/papan pengumuman pernyataan sebagai pelanggar dan/atau
b. Pengumuman di media massa.
(4) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan untuk menjamin pemenuhan sanksi oleh pelanggar.
(5) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Kepahiang yang telah memberikan STBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktu 1 x 24 jam wajib menyampaikan laporan beserta berkas
pelanggaaran kepada Kepala Bidang Penegakan Produk Hukum Daerah pada Satuan Polisi Pamong Praja.
Pasal 69 (1) STBP sebagaimana dimaksud dalam pasal 68 ayat (2) dibuat dalam
rangkap empat yang terdiri dari : a. 1 (satu) rangkap diberikan kepada pelanggar; b. 1 (satu) rangkap disimpan atau disampaikan kepada PPNS atau Kepala
Bidang Penegakan Produk Hukum Daerah pada Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Kepahiang.
c. 1 (satu) rangkap sebagai arsip yang disimpan di Dinas Satuan Polisi
Pamong Praja Kabupaten Kepahiang. d. 1 (satu) rangkap disampaikan kepada Kepala Dinas PMPTSP.
(2) Setiap pelanggar yang diberikan STBP wajib dicatat dalam buku register pelanggaran di Dinas Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Kepahiang.
Pasal 70 (1) Pelanggar yang telah menerima STBP sebagaimana dimaksud dalam pasal
69 ayat (1) huruf a, wajib melaksanakan ketentuan sanksi dalam jangka
waktu paling lama 3 x 24 jam sejak tanggal ditetapkan. (2) Dalam hal melaksanakan ketentuan sanksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), pelanggar dapat mewakilkan kepada orang lain disertai surat kuasa khusus yang ditandatangani diatas kertas bermaterai cukup.
Pasal 71 Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat malakukan koordinasi dalam
pelaksanaan tindakan pengenaan sanksi administrasi dengan : a. Aparat Kepolisian dan / atau aparat penegak hukum; b. Pemerintah Daerah di wilayah hukum pelanggar bertempat tinggal, apabila
pelanggar memiliki tempat tinggal di luar wilayah hukum daerah.
Bagian Keempat
Akibat Dikenakannya Sanksi Administrasi
Pasal 72 Akibat dikenakannya sanksi administrasi, yaitu : a. Terhentinya pelanggaran;
b. Terpulihkannya dan / atau kembalinya kepada fungsi semula; c. Terbebaninya pelanggar dengan kewajiban hukum.
Pasal 73
Dalam hal pelanggar dikenakan sanksi pidana dan pelanggar belum
melaksanakan sanksi adminastrasi, maka kewajiban untuk sanksi administrasi tetap melekat.
BAB XVII KETENTUAN KHUSUS
Pasal 74
Ketentuan lebih lanjut mengenai Indeks lokasi jalan, Daftar Kelas Jalan dan
Indeks Gangguan megikuti peraturan Daerah yang masih berlaku dan akan diperbaiki sesuai perkembangan yang ada.
Pasal 75
(1) Kepala Dinas wajib melakukan sosialisasi pelaksanaan Operasional
Prosedur Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu kepada masyarakat setelah Peraturan Bupati ini di undangkan.
LAMPIRAN 1 : PERATURAN BUPATI KEPAHIANG NOMOR : TANGGAL :
TATA CARA PENGHITUNGAN RETRIBUSI
A. Jenis Pelayanan Perizinan yang dikenakan Retribusi terdiri dari :
1. Izin Mendirikan Bangunan ( IMB )
2. Izin Gangguan ( IG ),
3. Izin Usaha Angkutan ( IUA) dan
4. Izin Usaha Perikanan
B. Tata cara penghitungan retribusi, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Izin Mendirikan Bangunan;
Tata cara penghitungan retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sebagai berikut :
a. Biaya Pembinaan Penyelenggaraan Bangunan Gedung, terdiri dari :
(1) Untuk Bangunan Gedung, Bangunan Baru :
Luas x Indeks Terintegrasi x 1,00 x Harga Satuan
Luas : Luas Bangunan
Indeks Terintegrasi : Merupakan Hasil perkalian dari indeks indeks parameter ( ditentukan oleh Tim Teknis )
1,00 : Bangunan Baru
Harga Satuan : ( Sesuai Perda Retribusi )
(2) Untuk Bangunan Gedung, Rehabilitasi/ Renovasi/ Pemugaran :
Luas x Indeks Terintegrasi x Tingkat Kerusakan x Harga Satuan
Luas : Luas Bangunan yang direhabilitasi
Indeks Terintegrasi : Merupakan Hasil perkalian dari indeks indeks parameter ( ditentukan oleh Tim Teknis )
Tingkat Kerusakan : Berat / Sedang
Harga Satuan : ( Sesuai Perda Retribusi )
(3) Untuk Bangun Bangunan, pembangunan Baru :
Volume x Indeks Terintegrasi x 1,00 x Harga Satuan
Volume : Luas Bangunan
Indeks Terintegrasi : Merupakan Hasil perkalian dari indeks indeks parameter ( ditentukan oleh Tim Teknis )
1,00 : Bangunan Baru
Harga Satuan : ( Sesuai Perda Retribusi )
(4) Untuk Bangun Bangunan , Rehabilitasi/ Renovasi/ Pemugaran :
Volume x Indeks Terintegrasi x Tingkat Kerusakan x Harga Satuan
Volume : Luas Bangunan yang direhabilitasi
Indeks Terintegrasi : Merupakan Hasil perkalian dari indeks indeks parameter ( ditentukan oleh Tim Teknis )
Tingkat Kerusakan : Berat / Sedang
Harga Satuan : ( Sesuai Perda Retribusi )
b. Biaya Administrasi IMB sebesar Rp. 75.000,-
c. Retribusi penyediaan formulir dan Plat Nomor IMB sebesar Rp. 50.000,-
2. IZIN GANGGUAN ( IG )
Tata cara perhitungan retribusi Izin Gangguan (IG) sebagai berikut :
a. Pelayanan Izin Gangguan Baru :
RIG = LRU X IL X IG X TD
R I G : Retribusi Izin Gangguan
LRU : Luas Ruang Usaha ( dalam M2 )
IL : Indeks Lokasi
IG : Indeks Gangguan
TD : Tarif Dasar ( ditentukan berdasarkan Perda Rertribusi )
b. Pelayanan Izin Gangguan Perubahan
RIG = 30% x (LRU X IL X IG X TD ) + RT
RIG : Retribusi Izin Gangguan
LRU : Luas Ruang Usaha ( dalam M2 )
IL : Indeks Lokasi
IG : Indeks Gangguan
TD : Tarif Dasar ( ditentukan berdasarkan Perda Rertribusi )
RT : Retribusi Terhutang akibat keterlambatan melakukan daftar ulang
Indeks lokasi mengikuti ketentuan sebagai berikut :
LOKASI PRIMER SEKUNDER
Jalan Arteri 7 6
Jalan Kolektor 5 4
Jalan Lokal 3 2
Indeks Gangguan mengikuti ketentuan sebagai berikut :
INTENSITAS GANGGUAN MENGGUNAKAN MESIN
TIDAK MENGGUNAKAN MESIN
Tinggi 7 5
Sedang 5 4
Kecil 3 3
Sangat Kecil 2 2
Indeks lokasi mengikuti ketentuan sebagai berikut :
LUAS RUANG USAHA TARIF DASAR
Sampai dengan 100 M2 ( Ditentukan sesuai Perda Retribusi )
Lebih dari 100 M2 ( Ditentukan sesuai Perda Retribusi )
Daftar kelas jalan dan indeks gangguan untuk perhitungan Retribusi Izin Gangguan
mengikuti ketentuan sebagaimana tercantum dalam lampiran.
3. Izin Usaha Angkutan ( IUA )
Tata cara perhitungan retribusi Izin Usaha Angkutan sebagai berikut :
NO. JENIS ANGKUTAN / JENIS IZIN
KAPASITAS / SEAT TARIF
A. MOBIL PENUMPANG UMUM
1. S/d 9 orang/seat
Sesuai Perda Ttg Retribusi
2. 10 s/d 14 orang/seat
3. 15 s/d 30 orang/seat
4. Lebih 30 orang/seat
B. MOBIL ANGKUTAN KHUSUS
1. S/d 9 orang/seat
Sesuai Perda Ttg Retribusi
2. 10 s/d 14 orang/seat
3. 15 s/d 30 orang/seat
4. Lebih 30 orang/seat
C. IZIN INSIDENTIL 1. S/d 14 orang/seat Sesuai Perda Ttg Retribusi
2. 15 s/d 28 orang/seat
3. Lebih dari 28 orang/seat
D. ANGKUTAN UMUM ( TAKSI), 1. S/d 4 orang/seat Sesuai Perda Ttg Retribusi
ANGKUTAN DESA 2. 5 s/d 12 orang/seat
Tabel Retribusi Kartu Pengawasan
NO. OBJEK RETRIBUSI TARIF
1. Mobil Barang dengan daya angkut s/d 1.000 Kg
Sesuai Perda Ttg Retribusi
2. Mobil Barang dengan daya angkut 1.001 s/d 2.000 Kg
3. Mobil Barang dengan daya angkut 2.001 s/d 3.500 Kg
4. Mobil Barang dengan daya angkut 3.501 s/d 5.000 Kg
5. Mobil Barang dengan daya angkut 5.001 s/d 8.000 Kg
6. Mobil Barang dengan daya angkut diatas 8.000 Kg
4. IZIN USAHA PERIKANAN
Tata cara perhitungan retribusi Izin Usaha Perikanan adalah sebagai berikut :
NO. JENIS KEGIATAN MACAM ALAT TANGKAP RETRIBUSI KETERANGAN
A. PENANGKAPAN IKAN
(Menggunakan Motor Tempel
berukuran 5 GT – 10 GT)
1. Purse Seine 2. Payang 3. Dogol/Catrang 4. Jaring/Gill Net 5. Pancing/Long Line 6. Alat Tangkap Lainnya 7. Kapal/Perahu
pengangkut
Sesuai Perda
Retribusi
Per Tahun / Unit
B. PEMBUDIDAYAAN
IKAN
PEMBENIHAN UDANG ( Kapasitas Produksi )
1. s/d 2 juta ekor 2. 2 juta s/d 5 juta ekor 3. 5 Juta s/d 10 Juta ekor 4. 10 Juta s/d 15 Juta ekor 5. 15 Juta s/d 25 Juta ekor 6. 25 Juta s/d 50 Juta ekor 7. Diatas 50 Juta ekor
Sesuai Perda
Retribusi Per Tahun
PEMBENIHAN IKAN ( Kapasitas Produksi )
1. 1 s/d 5 juta ekor
Sesuai Perda
Retribusi Per Tahun
2. 5 juta s/d 10 juta ekor 3. 10 Juta s/d 15 Juta ekor 4. 15 Juta s/d 20 Juta ekor 5. 20 Juta s/d 25 Juta ekor 6. Diatas 25 Juta ekor
C. PEMBENIHAN LAINNYA
Kerang-kerangan, ikan air laut, katak, siput dan lainnya.
Sesuai Perda
Retribusi Pertahun
D. BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR SEMI
INTENSIF Per Hektar
Sesuai Perda
Retribusi Pertahun
E. PENGOLAHAN
IKAN
PENGOLAHAN SECARA TRADISIONAL ( Kapasitas Produksi )
1. 200 Kg s/d 1 ton 2. 1 ton s/d 2 ton 3. 2 ton s/d 5 ton 4. Lebih dari 5 ton
Sesuai Perda
Retribusi
Per Tahun / Unit
PENGOLAHAN SECARA SEMI MODERN ( Kapasitas Produksi ) 1. s/d 5 ton 2. 5 ton s/d 10 ton 3. Lebih dari 10 ton
Sesuai Perda
Retribusi
Per Tahun / Unit
PENGOLAHAN SECARA TRADISIONAL ( Kapasitas Produksi ) 1. s/d 5 ton 2. 5 ton s/d 10 ton 3. Lebih dari 10 ton
Sesuai Perda
Retribusi
Per Tahun / Unit
F. PEMASANGAN RUMPON
RUMPON Sesuai Perda
Retribusi
Per Tahun / Unit