Post on 18-Oct-2015
description
i
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM
FISIOLOGI
Tim Penyusun:
Prof.dr. Hardi Darmawan, MPH,TM&FRSTM,DAFK dr. Swanny, MSc
dr. Abdul Kadir Syarkowi dr. Herry Asnawi, MKes
dr. Irfannuddin, SpKO, MPdKed drg. Nursiah Nasution, MKes
dr. Minerva Riani Kadir dr. Budi Santoso
dr. Nur Aida Sri Wahyuni, MKes
BAGIAN FISIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
ii
IDENTITAS PEMILIK BUKU PRAKTIKUM
NAMA : _________________
NIM : _________________
KELOMPOK : _________________
Foto
4 x 6
iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM FISIOLOGI
1. Mahasiswa harus hadir tepat waktu. Bila terlambat tanpa alas an yang jelas, dosen pembimbing berhak melarang mahasiswa tersebut untuk mengikuti praktikum dan dianggap alpa.
2. mahasiswa harus mengikuti semua praktikum yang dijadwalkan. Bila tidak hadir
karena sakit (disertai surat keterangan dokter) atau izin khusus, harus melapor kepada dosen pembimbing untuk diatur waktu penggantian.
3. Bila mahasiswa melakukan praktikum tambahan di luar jadwal yang ditetapkan,
maka semua bahan praktikum dibebankan kepada mahasiswa tersebut. 4. Sebelum praktikum, mahasiswa harus sudah mempelajari teori dan cara kerja
praktikum yang akan dikerjakan. Bila ternyata mahasiswa belum siap, dosen pembimbing berhak mengeluarkan mahasiswa untuk tidak mengikuti praktikum.
5. Sebelum praktikum, mahasiswa harus mengikuti ujian prapraktikum. 6. Selama mengikuti praktikum, mahasiswa harus menggunakan jas praktikum, tanda
pengenal, dan sandal jepit yang baru dipakai ketika memasuki ruang praktikum. 7. Selama praktikum, mahasiswa dlarang merokok, menyalakan telepon genggam,
bersenda gurau, dan melakukan hal lain yang tidak berhubungan dengan praktikum. 8. Mahasiswa tidak diperkenankan meninggalkan ruang praktikumtanpa izin dari
pembimbing praktikum. 9. Periksa dengan teliti alat yang dipinjam sebelum dipakai. Selama dipakai, alat-alat
tersebut menjadi tanggung jawab kelompok mahasiswa dan bila rusak atau hilang, harus diganti oleh kelompok mahasiswa paling lambat pada praktikum yang terakhir.
10. Segera setelah praktikum, bersihkan alat-alat, buang sampah pada tempatnya dan
pertanggungjawabkan kepada petugas laboratorium. 11. Setiap selesai praktikum, mahasiswa harus mengikuti ujian pasca praktikum.
iv
DAFTAR ISI
Praktikum I, Cardio vakular load................................................................;;;; 1
Praktikum II, Mengukur tekanan darah dalam berbagai posisi ;;;......................4
Praktikum III, Cold pressure test.............................................................................. 7
Praktikum IV, Kekuatan dan kelelahan otot............................................................. 9
Praktikum V, Spirometri........................................................................................... 12
Praktikum VI, Harvard step test............................................................................... 14
1
PRAKTIKUM I CARDIO VASKULAR LOAD
1. Penlilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja
Pengukuran denyut nadi selama bekerja merupakan suatu metode untuk menilai Cardiovascular
Strain. Salah satu peralatan yang digunakan untuk menghitung denyut nadi adalah telemetri dengan
menggunakan rangsangan Electro Cardio Graph (ECG). Berhubung alat tersebut tidak tersedia, maka
dapat dicatat dengan manual memakai stopwatch dengan metode 10 denyut (Kilbon, 1992).
Dengan metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut:
= 10
60
Kepekaan denyut nadi terhadap perubahan pembebanan yang diterima tubuh cukup tinggi. Denyut
nadi akan segera berubah seirama dengan perubahan pembebanan, baik yang berasal dari pembebanan
mekanik, fisik maupun kimiawi (Kurniawan, 1995). Grandjean (1993) juga menjelaskan bahwa konsumsi
energi sendiri tidak cukup untuk mengestimasi beban kerja fisik. Beban kerja fisik tidak hanya ditentukan
oleh jumlah kerja yang dikonsumsi, tetapi juga ditentukan oleh jumlah otot yang terlibat dengan beban statis
yang diterima serta tekanan panas dari lingkungan kerjanya yang dapat meningkatkan denyut nadi.
Berdasarkan hal tersebut maka denyut nadi lebih mudah dan dapat untuk menghitung index beban kerja.
Astrand dan Rodall (1997); Rodall (1989), menyatakan bahwa denyut nadi mempunyai hubungan
linear yang tinggi dengan asupan oksigen pada waktu kerja. Dan dalah satu cara yang sederhana untuk
menghitung denyut nadi adalah dengan merasakan denyutan para arteri radialis di pergelangan tangan.
Denyut nadi untuk mengestimasi index beban kerja fisik terdiri dari beberapa jenis yang
didefinisikan oleh GrandJean (1993):
a. Denyut nadi istirahat adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai;
b. Denyut nadi kerja adalah rerata denyut nadi selama bekerja;
c. Nadi kerja adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi kerja.
Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat penting dalam peningkatan cardiac output dari
istirahat sampai kerja maksimum.
Manuaba dan van Wonteghen (1996), menentukan klasifikasi beban kerja berdasarkan
peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban
kardivaskular (cardio vascular load = % CVL) yang dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:
2
% = 100 ( )
Denyut nadi maksimum = 220 umur (Astrand and Rodall, 1997)
Dari hasil perhitungan % CVL tersedut kemudian dibandingkan dengan klasifikasi sebagai berikut:
30 % = tidak terjadi kelelahan
30 < 60 % = diperlukan perbaikan
60 < 80 % = kerja dalam waktu singkat
80 < 100 % = diperlukan tindakan segera
> 100 % = tidak diperbolehkan beraktifitas
2. Menentukan Waktu Standar dengan Metode Fisiologi
Waktu standar biasanya ditentukan dengan time study, data standar atau penentuan awal data
waktu yang umum, sehingga operator kualitas rata-rata, terlatih, dan berpengalaman dapat berproduksi
pada level setelah 125 % saat intensif diberikan. Diharapkan sesuai atau lebih cepat dari standar.
Ternyata sebagian operator dapat bekerja dalam perfomans 100 % dengan jauh lebih mudah
daripada pekerja lainnya. Sebagai hasilnya mungkin beberapa orang yang memiliki performans 150 % - 160
% menggunakan energy expenditure sama dengan orang yang performans nya 110% - 115%. Waktu
standar ditentukan untuk tugas, pekerjaan yang spesifik dan jelas definisinya.
Penukuran Fisiologi dapat digunakan untuk membandingkan Cost Energy pada suatu pekerjaan
yang memenuhi waktu standar dengan pekerjaan sama yang tidak standar, tetapi perbandingan harus
dibuat untuk orang yang sama. Dr. Luciren Broncha telah membuat table klasifikasi beban kerja dalam
reaksi Fisiologi, untuk menentukan berat ringannya pekerjaan.
Tabel 1.1 Tabel Klasifikasi Beban Kerja
Work Load Oxygen Consumption
(liter/min)
Energy Expenditure
(Cal/min)
Heart Rate During Work
(Beats/min)
Light
Moderate
Heavy
Very Heavy
0,5 1,0
1,0 1,5
1,5 2,0
2,0 2,5
2,5 5,0
5,0 7,5
7,5 10,0
10,0 12,5
60 100
100 125
125 150
150 - 175
3
2.1. Interpolasi
Contoh: Jika diketahui seseorang yang mempunyai detak jantung 60 detak/menit sama dengan
membutuhkan energy expenditure 2,5 calorie per minute. Maka, berapakah energy
expenditure yang dibutuhkan oleh orang yang mempunyai detak jantung 77 detak/menit?
Hitunglah dengan menggunakan interpolasi!
a. Energy Expenditure
!"#$$
!"#%""=
&,(# )
&,(#(,"
17
40 =
2,5
2,5
42,5 = 100 + 40
142,5 = 40
= 142,5
40
= 3,56
Jadi, energy expenditure yang diperlukan adalah 3,56 calories per menit.
b. Oxygen Consumption
!"#$$
!"#%""=
",(# )
",(#%,"
17
40 =
0,5
0,5
8,5 = 20 + 40
28,5 = 40
= 28,5
40
= 0,71
Jadi, oxygen consumption yang diperlukan adalah 0,71 liter per menit.
4
PRAKTIKUM II PENGUKURAN TEKANAN DARAH ARTERI SECARA TIDAK LANGSUNG
Tujuan
1. Mengukur tekanan darah arteri brachialis melalui auskultasi dan palpasi. 2. Mengukur tekanan arteri brachialis pada berbagai posisi 3. Membandingkan ukuran tekanan darah sebelum dan sesudah kerja otot Alat dan bahan
1. Sfigmomanometer 2. Stetoskop
Untuk dapat mengikuti praktikum, peserta harus menjawab pertanyaan berikut: 1. Uraikan perjalanan arteri brakhialis! 2. Apa yang dimaksud tekanan sistolik dan diastolik? 3. Terangkan fase-fase korotkof! 4. Faktor-faktor apa yang menentukan tekanan darah?
Cara memasang manset yang benar: 1. Lengan baju digulung setinggi mungkin sehingga tidak terlilit manset 2. Tepi bawah manset berada pada 2-3 jari di atas fossa cubiti 3. Pipa karet jangan menutupi fossa cubiti 4. Manset diikat dengan cukup ketat 5. Stetoskop diafragma terletak tepat di atas denyut arteri brachialis
A. PENGUKURAN TEKANAN DARAH PADA BERBAGAI POSISI
Cara Kerja
1. Naracoba berbaring terlentang selama 10 menit. 2. Pasang manset sfigmomanometer pada lengan kanan atas naracoba. 3. Temukan denyut a. brachialis pada fossa cubiti dan a. radialis pada pergelangan tangan melalui
palpasi. 4. Sambil meraba a. radialis, pompa manset sampai a. radialis tidak teraba lagi (mencapai tekanan
sistolik). Bila a. radialis tidak teraba, manset terus dipompa sampai 30 mmHg diatas tekanan sistolik. 5. Letakkan stetoskop di atas denyut a. brachialis. 6. Turunkan tekanan udara dalam manset (buka klep udara) secara perlahan sambil mendengarkan
adanya bunyi pembuluh (penurunan tekanan 2-3 mmHg per 2 denyut) 7. Tentukan kelima fase korotkoff. 8. Ulangi pengukuran (no.4-7) sampai 3 kali untuk mendapat nilai rata-rata, catat hasilnya. (sebelum
mengulang yakinkan bahwa tekanan manset kembali nol). 9. Naracoba duduk, tunggu 3 menit, lakukan pemeriksaan tekanan darah seperti prosedur diatas. (Posisi
lengan atas sedikit merapat ke batang tubuh). 10. Naracoba berdiri, tunggu 3 menit, lakukan pemeriksaan tekanan darah seperti prosedur di atas. (Posisi
lengan atas sedikit merapat batang tubuh). 11. Bandingkan tekanan darah pada 3 posisi tersebut.
5
Hasil Percobaan
No. Naracoba Berbaring Duduk Berdiri
Sist Dias Sist Dias Sist Dias
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
B. PENGUKURAN TEKANAN DARAH SECARA PALPASI
Cara Kerja
1. Naracoba dalam posisi duduk, lengan bawah berpangku di atas paha, pergelangan supinasi. 2. Lakukan pemeriksaan tekanan darah dengan auskultasi seperti percobaan A, tentukan tekanan sistolik
dan diastolik. 3. Turunkan tekanan manet sampai posisi nol. 4. Sambil meraba a. brachialis, naikkan tekanan manset sampai denyut a. radialis tidak teraba. Tekanan
terus dinaikkan sampai 30 mmHg diatasnya. 5. Tanpa mengubah letak jari, turunkan tekanan manset sampai denyut a. radialis kembali teraba. Pada
saat a. radialis teraba, manometer Hg menunjukkan tekanan sistolik. 6. Bandingkan tekanan sistolik melalui aukultasi. Hasil Percobaan
No. Naracoba Auskultasi Palpasi
Sistolik Diatolik Sistolik Diastolik?
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
6
C. PENGUKURAN TEKANAN DARAH SETELAH AKTIVITAS OTOT Cara Kerja
1. Ukur tekanan darah sistolik dan diastolik a. brachialis pada posisi duduk seperti percobaan A 2. Tanpa melepaskan manset, naracoba berlari di tempat dengan 120 lompatan per menit selama 2
menit. Segera setelah berlari, naracoba langsung duduk dan ukur tekanan darah. 3. Ulangi pengukuran tiap 1 menit sampai tekanan kembali kenilai semula. Hasil Percobaan
No. Naracoba TD basal
TD 0 TD 1 TD 2 TD 3 TD 4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
7
PRAKTIKUM III COLD PRESSURE TEST
(KENAIKAN TEKANAN DARAH DENGAN PENDINGINAN) Tujuan
Mendemonstrasikan reaksi tekanan darah terhadap perubahan suhu Alat dan bahan
1. Sfigmomanometer dan Stetoskop 2. Ember kecil berisi air es Untuk dapat mengikuti praktikum, peserta harus dapat menjawab pertanyaan berikut::
1. Terangkan respon tubuh terhadap stres? 2. Terangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah? 3. Terangkan bagaimana pengaruh perubahan temperatur terhadap stress dan tekanan darah? Cara Kerja 1. Pasang manset sfigmomanometer pada lengan kanan atas naracoba yang telah beristirahat. 2. Ukur tekanan darah sampai mendapat nilai yang sama 3 kali berturut-turut untuk menentukan tekanan
darah basal. 3. Manset tetap terpasang tanpa tekanan, naracoba memasukkan tangan kirinya ke ember berisi air es
(suhu 4 0C) sampai pergelangan tangan. 4. Tentukan tekanan sistolik dan diastolik pada detik ke-30 dan detik ke-60 pendinginan (Usahakan
mengukur tekanan darah secara tepat). 5. Setelah tekanan darah ditetapkan, segera angkat tangan dari air es, kemudian temukan tekanan
darah pasca pendinginan setiap 2 menit sampai kembali ke tekanan basal. Lakukan percobaan ini untuk seluruh mahasiswa Catatan: Bila perubahan tekanan sistolik > 20 mmHg dan Diastolik > 15 mmHg dari keadaan basal, si naracoba
termasuk dalam kelompok hipereaktor, bila perubahan tekanan lebih kecil disebut hiporeaktor. Bila
mengukur TD secara cepat sulit dilakukan, percobaan dapat dilakukan 2 kali. Percobaan I hanya mengukur
tekanan sistolik, percobaan II mengukur tekanan diastolik. Akan tetapi, antara percobaan I dan II, tekanan
darah naracoba harus kembali ke tekanan darah basal.
8
Hasil Percobaan No. Naracoba TD basal TD 30 TD 60 TD 2 I TD 2 II Kategori
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Jawab pertanyaan berikut: 1. Apakah dalam keluarga naracoba dalam satu garis keturunan (ayah, ibu, saudara) ada yang menderita
penyakit hipertensi?
No. Naracoba Hipertensi dalam keluarga Yang menderita hipertensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
9
PRAKTIKUM III KEKUATAN DAN KELELAHAN OTOT SYARAF PADA MANUSIA
(AEROBIK ANAEROBIK) Tujuan 1. Mengamati gambaran otot yang memperlihatkan kerja steady state dan kerja dengan kelelahan. 2. Mendemonstrasikan pengaruh gangguan peredaran darah terhadap kerja otot-otot jari. Alat
1. Handgrip dynamometer 2. Metronom 3. Sfigmomanometer Sebelum melakukan praktikum, peserta harus menjawab pertanyaan berikut:
1. Sebutkan otot-otot (nama latin) yang berperan dalam gerak fleksi jari-jari tangan! 2. Dimana lokasi meraba a. radialis? 3. Terangkan dengan singkat mekanisme terjadinya kontraksi! 4. Sebutkan dan terangkan dengan singkat 3 mekanisme pembentukan ATP! 5. Apa yang dimaksud dengan iskemik? 6. Apa yang terjadi bila jaringan mengalami iskemik? Mengapa demikian? A. KONDISI STEADY STATE / PEMULIHAN SEGERA PADA KERJA OTOT FREKUENSI RENDAH Cara Kerja:
1. Naracoba meletakkan lengan bawah di atas meja dengan siku fleksi, tangan memegang bola karet. 2. metronom dipasang dengan ketukan 60x/menit. 3. pada ketukan ke 4 tangan meremas bola karet. Perhatikan angka pada dinamometer dan catat
kemudian kembalikan angka dinamometer ke angka nol. Lakukan meremas bola karet setiap ketukan ke 4 sebanyak 15 kali.
4. Catat setiap angka pada dinamometer pada tabel dibawah ini, kemudian buat grafiknya.
10
Hasil Percobaan:
No. Remasan ke- Angka pada dinamometer
B. PENGARUH GANGGUAN PEREDARAN DARAH TERHADAP KERJA OTOT-OTOT JARI Cara Kerja: 1. Pasang manset pada lengan kanan naracoba dan letakkan lengan dalam keadaan fleksi di atas meja,
tangan meremas bola karet handgrip dinamometer. 2. Pasang metronom denganketukan 60x/menit. 3. Lakukan sama seperti percobaan A sampai 15x tarikan. 4. Pada tarikan ke-13, lakukan oklusi arteri dengan memompakan manset sampai arteri radialis tidak
teraba lagi. Kemudian kunci klep karet manset. 5. Terus lakukan tarikan dalam keadaan oklusi setiap 4 detik sampai naracoba merasa tidak sanggup lagi
(kelelahan total). Catat setiap angka pada dinamometer setiap kali remasan. 6. Setelah tercapai kelelahan total, buka klep karet manset. Dan teruskan remasan bola karet handgrip
dinamometer setiap 4 detik sampai kekuatan naracoba kembali normal. Catat setiap angka pada dinamometer setiap kali remasan.
7. Buat grafik angka-angka tersebut. Hasil Percobaan
Remasan ke- Sebelum oklusi Saat oklusi Setelah oklusi
11
Grafik
12
PRAKTIKUM V SPIROMETRI
Tujuan Praktikum spirometri bertujuan untuk mendemonstrasikan dan menganalisa kapasitas pernapasan manusia. Alat dan Bahan 1. Spirometer Collins
Untuk dapat mengikuti praktikum, peserta harus menjawab pertanyaan berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan spirometri? 2. Sebutkan, terangkan, dan gambaran komponen-komponen kapasitas pernafasan beserta nilai
normanya masing-masing.. Jawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan tulisan tangan anda di kertas folio dan serahkan ke pengawas praktikum sebelum praktikum dimulai. Cara Kerja
1. Bersihkan mulut pipa (mouth piece) spirometri dengan kapas dan alkohol 70 %. 2. Naracoba dalam posisi berdiri, berlatih menghembuskan nafas melalui mulut pipa beberapa kali
dengan hidung di tutup. Perhatikan penunjuk dan skala dan tidak boleh terlihat oleh naracoba. 3. Mengukur tidak volume (TV). Letakkan jarum penunjuk pada skala 0, naracoba melakukan
inspirasi biasa (tanpa melalui pipa) kemudian ekspirasi biasa melalui mulut pipa spirometri dengan hidung tertutup. Catat angka jarum penunjuk pada skala, ulangi percobaan sebanyak 3 kali, catat nilai rata-rata TV.
4. Mengukur expiratory reserve volume (ERV). Letakkan penunjuk pada skala 0, naracoba melakukan inspirasi normal (tanpa pipa) kemudian melakukan ekspirasi semaksimal mungkin melalui pipa dengan hidung tertutup. Lakukan 3 kali, catat nilai rata-rata.
5. Mengukur vital capacity (VC). Letakkan penunjuk pada skala 0, naracoba melakukan inspirasi semaksimal mungkin, kemudian ekspirasi semaksimal mungkin melalui mulut pipa dengan hidung tertutup. Ekspirasi dilakukan dengan pelan dan tenang. Lakukan 3 kali, catat nilai rata-rata.
6. Lakukan pengukuran VC (no.5) dengan naracoba yang sama pada posisi duduk dan berbaring. 7. Dari percobaan no.3,4 dan 5, dapat ditentukan nilai inspiratory reserve volume (IRV). Bagaimana
rumusnya, berapa hasil untuk masing-masing narcoba? 8. Tunjuk 1 orang untuk menilai frekuensi pernafasan salah satu naracoba secara diam-diam.
Setelah mendapatkan frekuensi nafas, hitung: a. Volume respirasi normal selama 1 menit, 1 jam dan 1 hari b. Hitung jumlah oksigen yang dipakai selama 1 jam dan 1 hari
13
Nama Sex TB Usia TV VC ERV IRV Vol 1 mnt
Vol 1 jam
Vol 1 hari
O2 1 hari
Setelah anda selesai melakukan percobaan dan menganalisa hasil pengukuran, maka Jawablah pertanyaan dibawah ini :
1. Sebutkan dan jelaskan factor factor yang mempengaruhi kapasitas pernapasan seseorang? 2. Apakah ada perbedaan nilai VC pada perubahan posisi ( no.6 ) ? Yang mana nilai VC yang lebih
tinggi? Mengapa demikian? 3. Mengapa percobaan ini tidak dapat mengukur residual volume, functional residual capacity, dan
total lung capacity ? 4. Pada literature, ada ukuran yang disebut forced expiratory volume one second (FEV 1).Coba
jelaskan apa maksudnya? Apa tujuan mengukur FEV1 ? apakah bisa diukur dengan percobaan ini ? Jelaskan.
14
PRAKTIKUM VI HARVARD STEP TEST
Tujuan
Menganalisis tingkat kebugaran jantung paru Alat dan Bahan
1. Bangku havard modifikasi (17 inchi) 2. Pengukur waktu (arloji/stopwatch) 3. Metronom ketukan 120x/menit 4. Sfigmomanometer dan stetokop Untuk dapat mengikuti praktikum, peserta harus dapat menjawab pertanyaan berikut:
1. Jelaskan perjalanan Oksigen mulai dari saluran nafas sampai ke tingkat seluler? 2. Sebutkan dan jelaskan dengan singkat 3 mekanisme pembentukan ATP pada manusia? 3. Terangkan pengaruh sistem saraf otonom terhadap fungsi jantung dan pembuluh darah? Cara Kerja
1. Lakukan pemanasan ringan selama 5 menit sebelum mulai 2. Naracoba berdiri menghadap bangku havard sambil mendengarkan detakan metronom berfrekuensi
120x/menit 3. Pada detakan I, naracoba menempatkan salah satu kaki (dominan) diatas bangku. 4. Pada detakan ke-2, kaki yang lain naik ke atas bangku sehingga naracoba telah berdiri tegak diatas
bangku. 5. Pada detakan ke-3, kaki yang pertama naik diturunkan 6. Pada detakan ke-4, kaki kedua diturunkan sehingga naracoba telah kembali di atas lantai. 7. Tepat pada detakan berikutnya (ke-5) kaki yang pertama kembali naik ke atas bangku, demikian
seterusnya. 8. Siklus tersebut diulang terus menerus sampai naracoba tidak kuat lagi, namun tidak lebih dari 5 menit.
Catat waktu berapa lama naracoba bertahan (arloji/stopwatch) 9. Segera setelah itu naracoba disuruh duduk. Segera hitung dan catat frekuensi denyut nadi selama 30
detik sebanyak 3x, yaitu: dari 1-130 (N1), dari 2-2.30 (N2), dan dari 3-3.30 (N3) setelah duduk. Hitung indeks kesanggupan dengan cara berikut:
Cara Lambat:
Indeks Kesanggupan = Lama naik turun (detik) x 100 2 x (N1+N2+N3) Nilai normal: < 55 : Kurang 55-64 : Sedang 65-79 : Cukup 80-89 : Baik > 89 : Sangat baik
15
Cara cepat:
a. Dengan rumus
Indeks Kesanggupan = Lama naik turun (detik) x 100 5,5 x N1
b. Dengan tabel
Lama naik turun
Denyut nadi 1 menit 1 menit 30 detik (N1)
40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 >89
0.00-0.29 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0.30-0.59 20 15 15 15 15 10 10 10 10 10 10 1.00-1.29 30 30 25 25 20 20 20 20 15 15 15 1.30-1.59 45 40 40 35 30 30 25 25 25 20 20 2.00-2.29 60 50 45 45 40 35 35 30 30 30 25 2.30-2.59 70 65 60 55 50 45 40 40 35 35 35 3.00-3.29 85 75 70 60 55 55 50 45 45 40 40 3.30-3.59 100 85 80 70 65 60 55 55 50 45 45 4.00-4.29 110 100 90 80 75 70 65 60 55 55 50 4.30-4.59 125 110 100 90 85 75 70 65 60 60 55 5.00 130 115 105 95 90 80 75 70 65 65 60
Nilai normal: < 50 : Kurang 50-80 : Sedang >80 : Baik Hasil Percobaan
No. Naracoba Metode Lambat Metode Cepat
Nilai Kategori Nilai rumus Nilai tabel kategori
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.