Post on 30-Mar-2018
LIVABLE VALUABLESUSTAINABLE
KERANGKA BERFIKIR
KPP| Analisis Manajemen Transportasi di Surabaya dilihat dari aspek Suistainable, Livable, dan Valuable
1
URBAN GOVERNANCE
SURABAYA
Border Crossing Urban Area Development
KONDISI SISTEM TRANSPORTASI DI SURABAYA
KEBIJAKAN PEMERINTAH SURABAYA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan UU No.24/1992, pengertian penataan ruang tidak terbatas pada
dimensi perencanaan tata ruang saja, namun lebih dari itu termasuk dimensi pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Perencanaan tata ruang dibedakan atas
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi, Kabupaten dan Kota, serta rencana-
rencana yang sifatnya lebih rinci; pemanfaatan ruang merupakan wujud operasionaliasi
rencana tata ruang atau pelaksanaan pembangunan; dan pengendalian pemanfaatan ruang
terdiri atas mekanisme perizinan dan penertiban terhadap pelaksanaan pembangunan agar
tetap sesuai dengan RTR-nya. Selanjutnya, tata ruang sendiri merupakan wujud struktural
pemanfaatan ruang dan pola pemanfaatan ruang, baik yang direncanakan maupun tidak,
yang menunjukkan adanya hirarki dan keterkaitan pemanfaatan ruang.
Kawasan perkotaan dapat diartikan sebagai kawasan yang mempunyai kegiatan
utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan
kegiatan ekonomi. Didalam UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
disebutkan bahwa kawasan perkotaan dapat dibedakan atas 4 (empat) hal, yakni : (1)
kawasan perkotaan yang berstatus administratif kota, (2) kawasan perkotaan yang
merupakan bagian dari daerah kabupaten, (3) kawasan perkotaan baru yang merupakan
hasil pembangunan yang mengubah kawasan perdesaan menjadi kawasan perkotaan, (4)
kawasan perkotaan yang menjadi bagian dari 2 atau lebih daerah yang berbatasan sebagai
satu kesatuan sosial, ekonomi dan fisik perkotaan
Pengelolaan kawasan perkotaan (urban management) adalah kegiatan yang
mencakup perencanaan, pengaturan, pengorganisasian, pembangunan, pengoperasian,
termasuk pemeliharaan, pengendalian dan pembinaan dalam upaya memaksimalkan
efisiensi dan keterjangkauan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. Didalam rencana tata
ruang kawasan perkotaan sendiri, diatur alokasi pemanfaatan ruang untuk berbagai
penggunaan (perumahan, perkantoran, perdagangan, ruang terbuka hijau, industri,
sempadan sungai, dsb) berdasarkan prinsip-prinsip keadilan, keseimbangan, keserasian,
keterbukaan (transparansi) dan efisiensi, agar tercipta kualitas permukiman yang layak
KPP| Analisis Manajemen Transportasi di Surabaya dilihat dari aspek Suistainable, Livable, dan Valuable
2
huni (livable environment) dan berkelanjutan. Rencana tata ruang merupakan landasan
pengelolaan pembangunan kawasan perkotaan.
Kota Surabaya merupakan Kota Metropolitan terbesar setelah Ibu Kota Jakarta,
dengan luas wilayah ±33.048Ha atau 33,04 Km² yang dibagi dalam 31 (tiga puluh satu)
kecamatan dan 163 (seratus enam puluh tiga) Kelurahan. Pembangunan di Kota Surabaya
menunjukan perkembangan yang cukup dinamis dan memacu perkembangan Kota
Surabaya sebagai kota metropolitan. Kota Surabaya memiliki kedudukan yang sangat
strategis baik dalam skala regional maupun nasional, sebagaimana yang telah ditetapkan di
dalam PP 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN),
bahwa Kota Surabaya berperan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang berfungsi
sebagai pusat pelayanan produksi, distribusi barang dan jasa dan memiliki prospek
perkembangan yang sangat pesat. Selain itu di dalam PP tersebut juga menetapkan
Kawasan Perkotaan Gerbangkertosusila yang terdiri dari Kawasan Perkotaan Gresik,
Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan termasuk di dalam Kawasan
Strategis Nasional.
Permasalahan yang dihadapi kota Surabaya terutama adalah kemacetan lalu lintas.
Berdasarkan prediksi (1995 - 2010), peningkatan jumlah mobil di Surabaya mencapai 169
persen, atau 6,6 persen pertahun. Sehingga jumlah mobil pada 2010 sekitar 788.463.
Sedangkan kenaikan jumlah sepeda motor sebesar 29 persen atau per tahun 1,7 persen.
Pada 2010 diperkirakan sepeda motor berjumlah 933.335. “Ketimpangan terjadi karena
jumlah angkutan umum per tahun hanya 0,9 atau hanya berjumlah 626.077. Ini sangat
memberatkan bagi Surabaya yang jumlah penduduknya mencapai 4 juta.
Permasalahan transportasi kota Surabaya rumit, sampai sejauh mana peran
pemerintah dalam mengatur bidang transportasi. Dalam hal ini kami lebih memfokuskan
pada transportasi darat. Kemudian apakah kebijakan transportasi kota Surabaya sudah
mengakomodasi kepentingan masyarakat, artinya sampai sejauh mana aksesibilitas
masyarakat terhadap pola transportasi yang ada di kota Surabaya. Selain itu apakah
manajemen transportasi darat di Surabaya sudah memenuhi aspek suistainble, livable,
serta valuable. Maka dari itu dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Analisis
Manajemen Transportasi di Surabaya dilihat dari aspek suistainable, livable, dan
valuable”.
KPP| Analisis Manajemen Transportasi di Surabaya dilihat dari aspek Suistainable, Livable, dan Valuable
3
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana gambaran umum transportasi darat di Surabaya?
2) Bagaimana kebijakan mengenai transportasi darat yang telah dikeluarkan
pemerintahan Surabaya?
3) Apakah manajemen transportasi darat di Surabaya sudah memenuhi aspek
livable, sustainable, dan valueable?
1.3 Tujuan Penulisan
1) Untuk mendeskripsikan gambaran umum transportasi darat di Surabaya.
2) Untuk mengetahui kebijakan mengenai transportasi yang telah dikeluarkan
pemerintahan Surabaya.
3) Untuk mengetahui manajemen di Surabaya sudah memenuhi aspek livable,
sustainable, dan valueable.
KPP| Analisis Manajemen Transportasi di Surabaya dilihat dari aspek Suistainable, Livable, dan Valuable
4
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Kebijakan Transportasi
Perencanaan transportasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perencanaan
kota dan wilayah. Rencana kota tanpa mempertimbangkan keadaan dan pola transportasi
yang akan terjadi sebagai akibat dari rencana itu sendiri, akan menghasilkan
kesemrawutan lalu lintas di kemudian hari. Akibat lebih lanjut adalah meningkatnya
jumlah kecelakaan, pelanggaran, dan menurunnya sopan-santun berlalu-lintas, serta
meningkatnya pencemaran udara.
Sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang sangat berperan dalam
pembangunan ekonomi yang menyeluruh. Perkembangan sektor transportasi akan secara
langsung mencerminkan pertumbuhan pembangunan ekonomi yang berjalan. Namun
demikian sektor ini dikenal pula sebagai salah satu sektor yang dapat memberikan dampak
terhadap lingkungan dalam cakupan spasial dan temporal yang besar. Transportasi sebagai
salah satu sektor kegiatan perkotaan, merupakan kegiatan yang potensial mengubah
kualitas udara perkotaan. Perkembangan perkotaan berjalan secara dinamik, mengikuti
perkembangan sosial-ekonomi perkotaan itu sendiri. Dengan semakin berkembangnya
perkotaan dalam hal wilayah spasial (ruang) dan aktivitas ekonominya, akan semakin
besar pula beban pencemaran udara yang dikeluarkan ke atmosfer perkotaan. Dampak ini
akan semakin terasa di daerah-daerah pusat kegiatan kota. Transportasi yang berwawasan
lingkungan perlu memikirkan implikasi/dampak terhadap lingkungan yang mungkin
timbul, terutama pencemaran udara dan kebisingan. Ada tiga aspek utama yang
menentukan intensitas dampak terhadap lingkungan, khususnya pencemaran udara dan
kebisingan, dan penggunaan energi di daerah perkotaan (Moestikahadi 2000), yaitu:
Aspek perencanaan transportasi (barang dan manusia).
1. Aspek rekayasa transportasi, meliputi pola aliran moda transportasi, sarana jalan,
sistem lalu lintas, dan faktor transportasi lainnya.
2. Aspek teknik mesin dan sumber energi (bahan bakar) alat transportasi.
Sistem transportasi di perkotaan adalah faktor utama yang menentukan pola ruang
(spatial pattern), derajat kesemrawutan, dan tingkat pertumbuhan ekonomi dari suatu
KPP| Analisis Manajemen Transportasi di Surabaya dilihat dari aspek Suistainable, Livable, dan Valuable
5
daerah perkotaan. Ada tiga jenis utama transportasi yang digunakan orang di
perkotaan (Miller 1985) :
1. Angkutan pribadi (individual transit), seperti mobil pribadi, sepeda motor, sepeda,
atau berjalan kaki,
2. Angkutan masal (mass transit), seperti kereta api, bis, opelet, dan sebagainya.
3. Angkutan sewaan (para transit), seperti mobil sewaan, taksi yang menjalani rute
tetap atau yang disewa untuk sekali jalan, dan sebagainya.
Setiap jenis angkutan mempunyai keuntungan dan kerugian tersendiri. Sistem transportasi
perkotaan yang berhasil, memerlukan gabungan dari cara angkutan pribadi, massal, dan
sewaan, yang dirancang memenuhi kebutuhan daerah perkotaan tertentu.
2.2 Transportasi
Transportasi merupakan usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut atau
mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain dimana di tempat lain ini objek
tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu (Miro, 2005).
Transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat
tujuan (Nasution, 1996). Dalam hubungsn ini terlihat ada tiga hal sebagai berikut :
a) Ada muatan yang diangkut
b) Tersedia kendaraan sebagai alat angkutannya, dan
c) Ada jalanan yang dapat dilalui.
Proses transportasi merupakan gerakan dari tempat asal, dari mana kegiatan
pengangkutan dimulai, ke tempat tujuan, ke mana kegiatan pengangkutan
diakhiri.transportasi menyebabkan nilai barang lebih tinggi di tempat tujuan daripada di
tempat asal, dan nilai ini lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan untuk
pengangkutannya. Nilai yang diberikan oleh transportasi adalah adalah berupa nilai tempat
(place utility) dan nilai waktu (time utility). Kedua nilai ini diperoleh jika barang telah
diamgkut ke tempat di mana nilainya lebih tinggi dan dapat dimanfaatkan tepat pada
waktunya.
Sistem adalah gabungan beberapa komponen atau objek yang saling berkaitan.
Dalam setiap organisasi sistem, perubahan pada satu komponen dapat menyebabkan
perubahan pada komponen lainnya. Siatem Transportasi adalah suatu kesatuan komponen
yang dapat memindahkan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan dan
KPP| Analisis Manajemen Transportasi di Surabaya dilihat dari aspek Suistainable, Livable, dan Valuable
6
apabila salah satu unsure tidak ada maka sistem transportasi tidak dapat berjalan dengan
baik. Sistem transportasi dijelaskan dalam bentuk sistem transportasi makro yang terdiri
dari beberapa sistem transportasi mikro. Sistem transportasi secara menyeluruh (makro)
dapat dipecahkan menjadi beberapa sistem yang lebih kecil (mikro) yang masing-masing
saling terkait dan saling mempengaruhi.
Usur-Unsur Dasar Transportasi
Ada lima unsur pokok transportasi, yaitu:
1. Manusia, yang membutuhkan transportasi
2. Barang, yang diperlukan manusia
3. Kendaraan, sebagai sarana transportasi
4. Jalan, sebagai prasarana transportasi
5. Organisasi, sebagai pengelola transportasi.
Pada dasarnya, ke lima unsur di atas saling terkait untuk terlaksananya transportasi,
yaitu terjaminnya penumpang atau barang yang diangkut akan sampai ke tempat tujuan
dalam keadaan baik seperti pada saat awal diangkut. Dalam hal ini perlu diketahui terlebih
dulu ciri penumpang dan barang, kondisi sarana dan konstruksi prasarana, serta
pelaksanaan transportasi.
Sistem Transportasi
Sistem transportasi di bagi menjadi tiga bagian menurut Fricker dan Whitford (2004) yaitu
sebagai berikut :
Meletakkan sistem pada tempatnya
Rencana, Desain, Invesyasi, Operasi, Pemeliharaan, Kualitas layanan, Pembiayaan,
Permintaan konsumen
Isu-isi terkait kelangsungan hidup
Keadilan, Lingkungan, Ekonomi, Perdagangan internasional, Sumberdaya yang
bersifat politis (minyak), Tenaga kerja, Struktur industri, Mobilitas,
Ketidakmampuaan
Komponen transportasi
Ragam perasaan, Kendaraan, Persoalan, Kekuatan pengawasan, Pergerakan teknologi,
Adannya hubungan, Pengemudi, Pilot Penumpang Pengangkutan
KPP| Analisis Manajemen Transportasi di Surabaya dilihat dari aspek Suistainable, Livable, dan Valuable
7
Fungsi Transportasi (Nasution, 1996:12)
Transportasi berfungsi sebagai sektor penunjang pembangunan (the promoting sector) dan
pemberi jasa (the servicing sector) bagi perkembangan ekonomi. Selain itu transportasi
juga memiliki peranan penting yaitu :
Mengarahkan pembangunan
Prasarana bagi pergerakan manusia
Teknologi transportasi dapat mengubah arus pembawaan
Manfaat Transportasi
Manfat transportasi merupakan suatu tujuan dasar dari pelaksanaan sistem
transportasi bahwa transportasi yang baik harus memenuhi Manfaat perangkutan adalah
sebagai pergerakan manusia, barang-barang dan informasi yang selalu membawa
komponen pokok dalam masyarakat (Rodrigue, Comtois, Slack, 2009).
Manfaat transportasi menurut Nasution (1996) dibagi menjadi dua yaitu :
1. Manfaat Sosial
Untuk kepentingan hubungan sosial ini, transport6asi sangat membantu dalam
menyediakan berbagai kemudahyan, antara lain :
1) Pelayanan untuk perorangan ataupun kelompok
2) Pertukaran atau penyampaian informasi
3) Perjalanan untuk bersantai
4) Perluasan jangka perjalanan sosial
5) Pemendekan jarak antara rumah dan tempat kerja
6) Bantuan dalam memperluas kota atau menyebar penduduk menjadi kelompok
yang lebih kecil.
2. Manfaal politis
Ada beberapa manfaat politis transportasi yang dapat berlaku dari negara manapun yaitu
sebagai berikut:
1) Transportasi menciptakan persatuan nasional dengan meniadakan isolasi.
2) Transportasi menyebabkan pelayanan kepada masyarakat dapat dikembangkan atau
diperluas dengan lebih merata pada setiap bagian wilayah negara.
3) Keamanan negara terhadap serangan dari luar yang tidak dikehendaki mungkin
sekali bergantung pada transportasi yang efisien yang memudahkan mobilisasi
KPP| Analisis Manajemen Transportasi di Surabaya dilihat dari aspek Suistainable, Livable, dan Valuable
8
4) Sistem transportasi yang efisien memungkinkan negara memindahkan dan
mengangkut penduduk dari daerah bencana.
Tujuan pokok manajemen lalu lintas
Memaksimalkan pemakaian sistem jalan jalan yang ada dan meningkatkan
keamanan jalan, tanpa merusak kualitas lingkungan. Tujuan ini analog dengan studi
pekerjaan dan pengendalian produksi pada industri, dan sangat sesuai dipakai untuk jangka
pendek dan peningkatan biaya modal rendah, sehingga menurut istilah ekonomi,
meningkatkan penawaran (supply). Ukuran- ukuran manajemen dapat berkaitan dengan
satu kategoro lalu lintas, misalnya pejalan kaki atau lalu lintas campuran dan pengendalian
operasional yang ketat pada rute-rute jalan bebas hambatan di kota. Proses perencanaan
transportasi metropolitan dan di seluruh negara bagian memerlukan pertimbangan strategis
proyek pembangunan transportasi yaitu sebagai berikut :
1) Dukungan vitalitas ekonomi memungkinkan persaingan global, produktifitas dan
efisiensi.
2) Meningkatkan keselamatan dan keamanan pada sistem transportasi bagi
pengendara kendaraan bermotor maupun tidak bermotor.
3) Meningkatkan aksesbilitas dan mobilitas pengangkutan bagi masyrakat yang
tersedia.
4) Meningkatkan perlindungan terhadap lingkungan, mempromosikan konservasi
energi dan memperbaiki kualitas udara.
5) Meningkatkan integrasi dan konektifitas sistem transportasi dan diatara moda
jarak lintas pengangkutan bagi masyarakat.
6) Mempromosikan sistem manajemen dan oparasi yang efisien.
7) Penekanan terhadap pemeliharaan sistem transportasi yang ada.
Keselamatan Publik dan Lingkungan
Pengawasan terhadap kecelakaan adalah sebagai berikut :
1) SIM, merupakan indicator apakah pengemudi tersebut layak mengendarai kendaraan
bermotor ate tidak diperkenankan.
KPP| Analisis Manajemen Transportasi di Surabaya dilihat dari aspek Suistainable, Livable, dan Valuable
9
2) Jam kerja pekerja pengemudi/supir, berprofesi sebagai sopit tidak asal saja
melainkan harus memiliki pengalaman terlabih dahulu menyangkut keselamatan
penumpang dan barabg yang dibawa dari tempat asal ke tujuan.
3) Standar perlengkapan, yaitu berupa helm SNI, jaket, masker, dan sarung tangan
dengan tujuan untuk mengurangi resiko kecelakaan.
4) Batas kecepatan, apabila mengendarai kendaraan bermotor pada lajur kecepatan
tinggi maka kendaraan tersebut harus dipacu pada kecepatan yang sudah ditentukan agar
memudahkan penggolongan kecepatan untuk menguranggi tingkat kecelakaan.
5) Kode jalan, kode jalan memberikan informasi bagi pengemudi kendaraan bermotor
agar dapata menyiapkan kendalinya pada saat menemukan tanda bahaya atau kondisi jalan
yang dilalui berubah dari kondisi semula.
6) Sabuk pengaman, bagi pengemudi dan penumpang kendaraan beroda empat
digunakan untuk mengurangi resiko benturan apabila sampai mangalami kecelakaan.
Pengawasan terhadap pengaruh lingkungan yang kuat adalah sebagai berikut :
1) Pelarangan bensin bertimbal, bertujuan untuk memperpanjang umur mesin dan
mengurangi emisi gas buang dari kendaraan bermotor yang dapat menambah
dampak dari global warming.
2) Penggunaan catalyc converter pada mobil, bertujuan untuk pengaruh putaran
mesin terhadap kebisingan.
2.3 Suistainable, Livable, serta Valuable
Sustainable Transportation
Berdasarkan opini The UK government’s 1998 policy (Detr, 1998) pengertian
sustainability adalah:
o Perkembangan sosial yang mengenal dan mengetahui kebutuhan setiap orang
o Perlindungan yang efektif terhadap lingkungan dan meminimalisir pengaruh
global
o Efisiensi dalam penggunaan SDA, dan
o Biaya tinggi dan kestabilan pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja.
Berbagai ahli transportasi dunia mengeluarkan pendapat tentang definisi
transportasi berkelajutan. Menurut The centre of sustainable transportation Canada (2002,
1) definisi sustainable transportation adalah memberikan akses utama atau dasar yang
KPP| Analisis Manajemen Transportasi di Surabaya dilihat dari aspek Suistainable, Livable, dan Valuable
10
dibutuhkan oleh individu dan masyarakat agar keamanannya lebih terjaga dan cara yang
sesuai dengan manusia dan kesehatan ekosistem, dan dengan keadilan dalam dan antar
generasi Dapat menghasilkan, mengoperasikan secara efisien. Memberikan pilihan moda
trasportasi dan mendukung pergerakan aspek ekonomi. Membatasi emisi, dan pemborosan
dalam kemampuan planet untuk menyerapnya, meminimalkan penggunaan sumber daya
yang tidak bisa diperbarui, membatasi penggunaan sumber daya alam yang dapat
diperbarui agar kualitasnya tetap terjaga.menggunakan dan memperbarui bagian-
bagiannya, dan meminimalkan penggunaan lahan dan produksi yang menyebabkan
kegaduhan.
Sistem transportasi berkelanjutan lebih mudah terwujud pada sistem transportasi
yang berbasis pada penggunaan angkutan umum dibandingkan dengan sistem yang
berbasis pada penggunaan kendaraan pribadi. Sistem transportasi berkelanjutan merupakan
tatanan baru sistem transportasi di era globalisasi saat ini. Persoalan transportasi menjadi
persoalan yang memerlukan perhatian dan kajian dari berbagai perespektif ilmu (Schipper,
2002).
Livable
Sekarang ini banyak masyarakat kota yang mengeluhkan ketidaknyamanan
lingkungan tempat tinggal mereka. Ketidaknyamanan tersebut dapat ditemukan dalam
permasalahan mulai dari masalah kemacetan, tidak terawatnya fasilitas umum dan
masalah kebersihan lingkungan. Dalam kondisi seperti ini, setiap masyarakat
mengiginkan sebuah kota yang nyaman dan memang layak untuk dihuni atau Livable
City.
Kota layak huni atau Livable City adalah dimana masyarakat dapat hidup dengan
nyaman dan tenang dalam suatu kota. Menurut Hahlweg (1997), kota yang layak huni
adalah kota yang dapat menampung seluruh kegiatan masyarakat kota dan aman bagi
seluruh masyarakat. Menurut Evan (2002), konsep Livable City digunakan untuk
mewujudkan bahwa gagasan pembangunan sebagai peningkatan dalam kualitas hidup
membutuhkan fisik maupun habitat sosial untuk realisasinya.
Dalam mewujudkan konsep Livable City harus didukung dengan sustainable
city,agar perencanaan ruang kota dapat terwujud sesuai rencana.
Dalam konteks keberlanjutan adalah kemampuan untuk mempertahankan kualitas hidup
yang dibutuhkan oleh masyarakat kota saat ini maupun masa depan. Pengertian Livable
KPP| Analisis Manajemen Transportasi di Surabaya dilihat dari aspek Suistainable, Livable, dan Valuable
11
City dari perspektif orang-orang adalah kota yang layak huni dimana masyarakat kota
dapat mencari pekerjaan, melayani kebutuhan dasar termasuk air bersih dan sanitasi,
memiliki akses untuk mendapatkan pendidikan dan kesehatan yang layak, hidup dalam
komunitas yang aman dan lingkungan yang bersih. Dapat dikatakan bahwa Livable City
merupakan gambaran sebuah lingkungan dan suasana kota yang nyaman sebagai tempat
tinggal dan sebagai tempat untuk beraktifitas yang dilihat dari berbagai aspek, baik aspek
fisik (fasilitas perkotaan, prasarana, tata ruang, dll) maupun aspek non-fisik (hubungan
sosial, aktivitas ekonomi, dll).
Prinsip Livable City
Dalam mewujudkan kota yang layak huni atau Livable City harus mempunyai
prinsip-prinsip dasar. Prinsip dasr ini haru dimiliki oleh kota-kota yang inggin
menjadikan kotanya sebagai kota layak huni dan nyaman bagi masyarakat kota. Berikut
ini merupakan prinsip-prinsip dasar untuk mewujudkan Livable City:
Menurut Lennard (1997), prinsip dasar untuk Livable Cityadalah:
1. Tersedianya berbagai kebutuhan dasar masyarakat perkotaan (hunian yang
layak, air bersih, listrik).
2. Tersedianya berbagai fasilitas umum dan fasilitas sosial (transportasi publik,
taman kota, fasilitas ibadah/kesehatan/ibadah).
3. Tersedianya ruang dan tempat publik untuk bersosialisasi dan berinteraksi.
4. Keamanan, Bebas dari rasa takut.
5. Mendukung fungsi ekonomi, sosial dan budaya.
6. Sanitasi lingkungan dan keindahan lingkungan fisik.
Menurut Douglass (2002), dalam Livable City dapat dikatakan bertumpu pada 4 (empat)
pilar, yaitu:
1. Meningkatkan sistem kesempatan hidup untuk kesejahteraan masyarakat.
2. Penyediaan lapangan pekerjaan.
3. Lingkungan yang aman dan bersih untuk kesehatan, kesejahteraandan untuk
mempertahankan pertumbuhan ekonomi.
4. Good governance
KPP| Analisis Manajemen Transportasi di Surabaya dilihat dari aspek Suistainable, Livable, dan Valuable
12
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum Transportasi di Surabaya
Permasalahan yang tengah dihadapi kota Surabaya terutama kemacetan lalu
lintas. Kemacetan muncul dipengaruhi oleh gaya hidup warga kota sendiri. Gaya hidup
yang cenderung pragmatis, konsumeris, hedonis. Kerry H,“Sociolgy in Developmnet
City” (1997) menguraikan tentang terjadinya regresi sosial pada masyarakat yang
sedang berkembang menuju tatanan yang lebih modern. Masyarakat pada kondisi
transisi mudah terbawa pada arus informasi sehingga mudah untuk dipengaruhi.
Peningkatan kondisi jalan mengakibatkan tuntutan kendaraan yang melewatinya dalam
jumlah yang lebih besar.
Surabaya memiliki luas wilayah administratif yang cukup besar (kurang lebih
32,6 ha) utuk menjangkau seluruh sudut kawasan kota diperlukan saranan dan
prasarana transportasi yang memadai. Kebutuhan transportasi publik di Surabaya saat
ini dilayani oleh: bus kota (Patas dan ekonomi) dengan 19 rute, angkutan kota
(mikrolet, MPU lebih populer disebut bemo), taksi, Angguna (angkutan serba guna),
becak, dan kereta api Komuter. di dukung oleh terminal-terminal yang representatif
antara lain (Terminal Purabaya, Terminal Osowilangon, Terminal Jembatan Merah,
Terminal Joyoboyo,Terminal Bratang). Berdasarkan data yang dihimpun oleh Pemkot
Surabaya, jumlah mikrolet di Surabaya sebanyak 5.173 unit dengan kapasitas 62.076
tempat duduk, yang terbagi atas 59 trayek utama. Jumlah taksi di Surabaya yang
memperoleh izin Surat Perizinan Wali Kota (SPW) sebanyak 5.835 unit, namun hanya
5.130 unit yang direalisasikan. Dari jumlah itu, hanya 4.170 unit yang saat ini
beroperasi. Sementara itu, bus kota yang beroperasi di Surabaya dalam catatan Dishub
Kota Surabaya sebanyak 445 unit, 12 unit di antaranya izinnya dikeluarkan oleh
Dishub Kota Surabaya. Izin untuk 433 unit lainnya dikeluarkan oleh Dinas Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan (DLLAJ) Jawa Timur karena rutenya tidak hanya mencakup
wilayah Kota Surabaya, tetapi menjangkau Kota Sidoarjo.
Potensi angkutan umum lainnya adalah angguna (angkutan serba guna), yang
jumlahnya 1.178 unit. Namun, hanya 785 unit yang beroperasi, sedangkan sisanya
dinyatakan dalam kondisi rusak. Data Dinas Perhubungan kota Surabaya mencatat
KPP| Analisis Manajemen Transportasi di Surabaya dilihat dari aspek Suistainable, Livable, dan Valuable
13
sampai tahun 2005 ada 59 trayek yang dilayani moda angkutan mikrolet,dan 22 trayek
oleh bus kota. Pengadaan trayek dengan menambah jumlah trayek baru atau
menambah jumlah armada angkutan bukan solusi tepat dalam mengatasi persoalan
transportasi kota Surabaya khususnya. Upaya untuk merevisi Undang-undang (UU)
Transportasi ditargetkan selesai pada tahun 2009. UU transportasi yang saat ini dibahas
untuk direvisi adalah UU No 13 tahun 1992 tentang Kereta Api, UU No 15 tahun 1992
tetang Transportasi Udara, UU No 21 tahun 1992 tentang Transportasi Laut dan UU
No 14 tahun 1994 tentang Transportasi Darat. Revisi UU transportasi ini dianggap
penting karena menyangkut pelayanan publik. Sebab hal ini menyangkut transportasi
antara moda transportasi.
Berdasarkan prediksi (1995 - 2010), peningkatan jumlah mobil di Surabaya
mencapai 169 persen, atau 6,6 persen pertahun. Sehingga jumlah mobil pada 2010
sekitar 788.463. Sedangkan kenaikan jumlah sepeda motor sebesar 29 persen atau per
tahun 1,7 persen. Pada 2010 diperkirakan sepeda motor berjumlah 933.335.
“Ketimpangan terjadi karena jumlah angkutan umum per tahun hanya 0,9 atau hanya
berjumlah 626.077. Ini sangat memberatkan bagi Surabaya yang jumlah penduduknya
mencapai 4 juta. Mobilitas kendaraan bermotor tinggi, tanpa diimbangi infrastruktur
jalan raya yang memadai menimbulkan kemacetan luar biasa. Pola pengambilan
kebijakan transportasi yang terlalu menganakemaskan jalan darat, justru dimanfaatkan
oleh kelompok tertentu untuk menguatkan lobi-lobi ekonomi guna mencapai
keuntungan. Kondisi kota Surabaya yang terus mengalami kemacetan, persoalan
transportasi publik menjadi isu penting untuk mendapatkan solusi. Berbagai pihak
mengusulkan pembenahan moda transportasi massal berbasis rel sebagai jalan
keluarnya.
Masalah kemacetan dan polusi dari sistem transportasi darat memang
merupakan problema yang sulit dicari solusinya. Hal ini bukan saja menimpa Kota
Surabaya, namun kota-kota lainnya di Indonesia, bahkan kota-kota di dunia pun juga
mengalami kesulitan dalam upaya mengurangi kemacetan dan menekan kadar polusi
udara dari kendaraan bermotor.
Dampak sektor transportasi terhadap lingkungan perlu dikendalikan dengan
melihat semua aspek yang ada di dalam sistem transportasi, mulai dari perencanaan
sistem transportasi, model transportasi, sarana, pola aliran lalu lintas, jenis mesin
KPP| Analisis Manajemen Transportasi di Surabaya dilihat dari aspek Suistainable, Livable, dan Valuable
14
kendaraan dan bahan bakar. Perencanaan sistem transportasi yang kurang matang, bisa
menimbulkan berbagai permasalahan, diantaranya adalah Tingginya kadar polutan
udara akibat pencemaran dari asap kendaraan bermotor. Dampak yang dirasakan akibat
menurunnya kualitas udara perkotaan adalah adanya pemanasan kota akibat perubahan
iklim, penipisan lapisan ozon secara regional, dan menurunnya kualitas kesehatan
masyarakat yang ditandai terjadinya infeksi saluran pencernaan, timbulnya penyakit
pernapasan, adanya Pb (timbal) dalam darah, dan menurunnya kualitas air bila terjadi
hujan (hujan asam). Polutan (bahan pencemar) yang ada di udara–seperti gas buangan
CO (karbon monoksida)– lambat laun telah memengaruhi komposisi udara normal di
atmosfer
Kemacetan serta Pencemaran udara pada area transportasi dipengaruhi oleh
karakteristik sumber kegiatan yaitu kegiatan transportasi kota. Transportasi telah
dikenal sebagai salah satu sektor indikatif yang sangat berperan dalam pembangunan
yang menyeluruh. Namun dalam perkembangannya transportasi ternyata dapat
memberikan dampak pada lingkungan dalam cakupan spasial dan temporal yang besar.
Secara umum terdapat beberapa permasalahan terkait sistem transportasi di Kota
Surabaya adalah :
a. Peningkatan arus lalu-lintas ke pusat kota karena adanya dominansi akses jalan
b. Sistem parkir on street
c. Beberapa ruas jalan tidak dilengkapi dengan marka jalan sehingga terjadi
ketidakteraturan
d. Belum optimalnya penggunaan jembatan penyeberangan
e. Belum adanya penerapan pembatasan penggunaan kendaraan pribadi
f. Akses jalan keluar dan masuk Kota Surabaya kurang lancar
g. Belum optimalnya penggunaan kereta komuter untuk mengurangi kepadatan lalu-
lintas.
h. Belum adanya sanksi atas kondisi kualitas emisi kendaraan umum maupun pribadi
i. Tidak dilengkapi ruang pejalan kaki, jika ada maka hal tersebut telah menjadi
tempat PKL.
j. Beberapa ruas jalan di Kota Surabaya dijadikan tempat pasar tradisional
l. tidak adanya sistem transportasi massal sehingga memacu peningkatan kendaraan
pribadi (Rina, 2005).
KPP| Analisis Manajemen Transportasi di Surabaya dilihat dari aspek Suistainable, Livable, dan Valuable
15
3.2 Kebijakan Transportasi darat yang telah dikeluarkan Pemerintah Surabaya
Kebijakan Transportasi darat di Surabaya
Upaya mewujudkan peningkatan sistem transportasi kota berdasarkan Renstrada
Kota Surabaya 2002-2005 dilakukan adalah dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Program Peningkatan SistemTransportasi Kota
Program ini bertujuan untuk mewujudkan kelancaran lalu lintas serta mengatasi
kemacetan, sedangkan sasarannya adalah terwujudnya pengelolaan system transportasi
kota. Untuk melaksanakan program ini ditetapkan beberapa kegiatan strategis, yakni :
a. Optimalisasi Traffic Management System (TMS)
b. Penataan Sistem Transportasi Darat
c. Pengaturan Dan Penataan Perparkiran
d. Penyediaan dan Pemeliharaan Sarana Prasarana Terminal
2. Program Optimalisasi Sarana-Prasarana Jalan dan Jembatan
Program ini bertujuan untuk mewujudkan kelancaran lalu lintas, sedangkan sasarannya
adalah terwujudnya pemeliharaan dan penambahan panjang serta lebar jalan/jembatan.
Program ini dilaksanakan beberapa kegiatan strategis, yakni :
a. Pemeliharaan Jalan dan jembatan
b. Pembangunan dan Peningkatan Jalan dan Jembatan
Untuk mengurangi terjadinya penurunan daya dukung lingkungan akibat proses
pembangunan di Kota Surabaya, maka strategi kebijakan untuk menyediakan seluruh
fasilitas infrastruktur kota harus diikuti dengan program-program peningkatan dan
pengendalian masing-masing sektor seperti :
a. Program pengendalian tata ruang
b. Program peningkatan sistem transportasi kota
c. Program peningkatan dan optimalisasi sarana dan prasarana jalan
d. Program penanganan banjir
e. Program pengelolaan dan penanganan kebersihan kota
f. Program peningkatan lingkungan kota
Terkait dengan pengelolaan kualitas udara Kota Surabaya, maka Pemerintah Kota
Surabaya telah menetapkan beberapa program kegiatan strategis dengan sasaran
terciptanya lingkungan kota yang indah, sejuk dan nyaman serta bebas dari polusi udara.
KPP| Analisis Manajemen Transportasi di Surabaya dilihat dari aspek Suistainable, Livable, dan Valuable
16
Kebijakan yang ditetapkan dalam pengelolaan kualitas udara adalah penanganan langsung
pada sumber-sumber pencemar udara area transportasi, yaitu :
a. Beban lalu lintas yang disesuaikan dengan kapasitas jalan
b. Perencanaan jalan memperhatikan daya dukung udara dan jalan kota untuk
mengelolanya
c. Monitoring rutin udara kota dan umur kendaraan terutama di daerah rawan macet
d. Menetapkan aturan standar umur kendaraan yang layak operasi pada jam sibuk
e. Memberlakukan aturan, larangan dan sanksi bagi pemilik kendaraan yang tidak
mematuhinya
f. Melakukan pelatihan terapan pada petugas monitoring dan pengawasan udara
dan kendaraan (Rini, 2005).
Implementasi Program Kebijakan Transportasi
Sebelum mengetahui berbagai program kegiatan pemerintah kota Surabaya,
pemkot juga melakukan kegiatan penilaian transportasi yang rutin dijalankan untuk
melakukan upaya pembuatan kebijakan transportasi surabaya berwawasan lingkungan.
Kegiatan ini merupakan kegiatan penilaian kreteria tansportasi Surabaya yang
berkelanjutan meliputi Uji emisi gratis untuk kendaraan bermotor pribadi dan Kendaraan
Dinas Pemerintah Kota Surabaya. Kelengkapan data isian terkait dengan upaya
menurunkan tingkat pencemaran udara akibat transportasi, hasil penilaian kreteria
transportasi berkelanjutan rencananya akan dilaksanakan oleh Kementrian Negara
Lingkungan Hidup dan dimasukkan dalam penilaian Adipura tahun 2007-2008.
Sampai saat ini program-program kegiatan yang telah dilakukan oleh Pemerintah
Kota Surabaya dalam rangka pengelolaaan kualitas udara adalah sebagai berikut:
1. Penataan Ruang, distribusi dan penataan kawasan-kawasan pusat perekonomian ke
seluruh wilayah kota Surabaya, sehingga mengurangi jumlah perjalanan (travel) atau
mengurangi konsentrasi transportasi di ruas-ruas jalan tertentu. Pengoperasian 5 (lima)
Stasiun Pemantau Permanen (Fix Station) Kualitas Udara Kota Surabaya, sehingga
apabila terjadi peningkatan pencemaran udara maka dapat segera diambil tindakan
untuk antisipasi.
2. Berdasarkan survey lokasi bersama Tim BAPEDAL Pusat, Tim Pemerintah Austria,
Tim Pemerintah Kota Surabaya, Tim BAPEDAL Propinsi Jawa Timur, ditetapkan
lokasi penempatan Stasiun Pemantauan Kualitas Udara Ambient, sebagai berikut: -
KPP| Analisis Manajemen Transportasi di Surabaya dilihat dari aspek Suistainable, Livable, dan Valuable
17
Fixed Station 1, terletak di halaman Taman Prestasi, Jalan Ketabang Kali (mewakili
Surabaya Pusat sebagai daerah pusat kota, permukiman, perkantoran dan
perdagangan). - Fixed Station 2, terletak di halaman kantor Kelurahan Perak Timur,
Jalan Selangor (mewakili Surabaya Utara sebagai daerah pergudangan dan industri). -
Fixed Station 3, terletak di halaman kantor Pembantu Walikota Surabaya Barat, Jalan
Sukomanunggal (mewakili Surabaya Barat sebagai daerah permukiman, daerah pinggir
kota). - Fixed Station 4, di halaman Kecamatan Gayungan, Jalan Gayungan (mewakili
Surabaya Selatan sebagai daerah permukiman dan dekat dengan lokasi Tol Surabaya-
Gempol). - Fixed Station 5, di halaman Convention Hall, Jalan Arif Rahman Hakim
(mewakili Surabaya Timur sebagai Kebijakan Sistem Transportasi Kota Surabaya
( Titien Setiyo Rini) daerah permukiman, kampus, perkantoran)
3. Kegiatan Kampanye Car Free Day, untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi
masyarakat tentang perbaikan kualitas udara serta memberikan pengetahuan tentang
permasalahan transportasi dan polusi udara
4. Mengurangi jarak tempuh, waktu tempuh (travel time), memperlancar arus lalu-lintas
sehingga menaikkan kecepatan rata-rata kendaraan melalui managemen lalu-lintas
(ATCS)
5. Konsep kebijakan transportasi massal di Surabaya untuk program jangka pendek yaitu
perubahan moda angkutan dari 2 angkutan kota ke 1 bus mini, dan konsep transportasi
kota yang berkelanjutan untuk program jangka panjang dengan beberapa kebijakannya
seperti :
a. Memperbaiki system angkutan umum
b. Menyusun program penyelenggaraan bus-bus kota yang ramah lingkungan
c. Meningkatkan perilaku berkendaraan
d. Menggalakkan penggunaan non motorize vehicle (sepeda)
e. Memperbaiki fasilitas dan keselamatan bagi pejalan kaki
f. Memulai program perintis dengan bahan bakar tanpa timbal
6. Kegiatan Kampanye Penggunaan BBG, penggunaan Bahan Bakar Gas untuk
kendaraan dinas Pemerintah Kota Surabaya sebagai salah satu bentuk upaya
penggunaan Teknologi Bersih. Demikian pula dengan kegiata sosialisasi dan substitusi
bahan bakar seperti penggunaan bahan bakar gas (LPG) dan Super TT (tanpa timbal)
serta pembangunan stasiun BBG
KPP| Analisis Manajemen Transportasi di Surabaya dilihat dari aspek Suistainable, Livable, dan Valuable
18
7. Program Langit Biru, dengan substansi kegiatan pemantauan dan pemeriksaan kualitas
udara ambient pada kawasan indstri dan area transportasi, melakukan sosialisasi dan
publikasi Program Langit Biru melalui media brosur, leaflet dan stiker; seminar atau
lokakarya, pemberdayaan masyarakat dan pilot proyek.
8. Pembangunan industri di Kota Surabaya diarahkan pada industri non-polutif yang dapat
menghasilkan keunggulan kompetitif.
9. Meningkatkan peran serta swasta dan dunia usaha dalam penyediaan fasilitas pengujian
layak emisi gas buang (Rini, 2005).
3.3 Manajemen Transportasi Darat Di Surabaya Dilihat Dari Aspek Suistainable,
Livable Dan Valuable
Manajemen transportasi yang ada di Surabaya seperti yang dapat kita lihat dalam
kebijakan transportasi yang dikeluarkan oleh pemerintah Surabaya diatas. Dapat kita
ketahui bahwa kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Surabaya cukup bagus
diantaranya mengenai: pertama, peningkatan transportasi yang ada di Surabya
dengan didukung program-program seperti Optimalisasi Traffic Management System
(TMS), penataan Sistem Transportasi Darat, pengaturan Dan Penataan Perparkiran,
penyediaan dan Pemeliharaan Sarana Prasarana Terminal. Hal ini ditujukan agar terjadi
kelancaran lalu lintas yang ada di Surabaya.
Kebijakan kedua mengenai Optimalisasi Sarana-Prasarana Jalan dan
Jembatan di Surabaya. Dengan didukung program: pemeliharaan jalan dan jembatan,
pembangunan dan peningkatan jalan dan jembatan. Untuk mengurangi terjadinya
penurunan daya dukung lingkungan akibat proses pembangunan di Kota Surabaya, maka
strategi kebijakan untuk menyediakan seluruh fasilitas infrastruktur kota harus diikuti
dengan program-program peningkatan dan pengendalian masing-masing sektor seperti :
program pengendalian tata ruang, program peningkatan sistem transportasi kota, program
peningkatan dan optimalisasi sarana dan prasarana jalan, program penanganan banjir,
program pengelolaan dan penanganan kebersihan kota, program peningkatan lingkungan
kota. Terkait dengan pengelolaan kualitas udara Kota Surabaya. Kebijakan yang
ditetapkan dalam pengelolaan kualitas udara adalah penanganan langsung pada sumber-
sumber pencemar udara area transportasi, yaitu beban lalu lintas yang disesuaikan dengan
kapasitas jalan, perencanaan jalan memperhatikan daya dukung udara dan jalan kota untuk
KPP| Analisis Manajemen Transportasi di Surabaya dilihat dari aspek Suistainable, Livable, dan Valuable
19
mengelolanya, monitoring rutin udara kota dan umur kendaraan terutama di daerah rawan
macet, menetapkan aturan standar umur kendaraan yang layak operasi pada jam sibuk,
memberlakukan aturan, larangan dan sanksi bagi pemilik kendaraan yang tidak
mematuhinya, melakukan pelatihan terapan pada petugas monitoring dan pengawasan
udara dan kendaraan.
Sampai saat ini, dalam implementasinya pemerintah Surabaya telah menjalankan
program penataan ruang, distribusi dan penataan kawasan-kawasan pusat perekonomian ke
seluruh wilayah kota Surabaya, sehingga mengurangi jumlah perjalanan (travel) atau
mengurangi konsentrasi transportasi di ruas-ruas jalan tertentu. Selain itu pemerintah
Surabaya juga menyediakan alat pemantau udara yang dipasang di 5 titik. Kegiatan
Kampanye Car Free Day, konsep kebijakan transportasi massal di surabaya untuk
program jangka pendek yaitu perubahan moda angkutan dari 2 angkutan kota ke 1 bus
mini, kegiatan kampanye penggunaan BBG, program langit biru, pembangunan industri di
kota surabaya diarahkan pada industri non-polutif, meningkatkan peran serta swasta dan
dunia usaha dalam penyediaan fasilitas pengujian layak emisi gas buang.
Dalam kebijakan transportasi untuk memantau emisi gas buang dari kendaraan
bermotor yaitu dengan uji emisi gratis memang telah dilakukan secara rutin dan bertahap
namun dalam kebijakan tersebut masih memiliki berbagai kendala lain seperti misalnya
biaya pengujian yang digunakan untuk tekhnologi sangat mahal sehingga meskipun
kendaraan yang digunakan tidak layak atau memunculkan efek polusi, pemerintah belum
memberikan tindakan tegas bagi para pengguna kendaraan bermotor yang sebenarnya
sudah tidak layak jalan. Sehingga masih banyak kendaraan dengan emisi gas buang masih
buruk dan pada akhirnya menimbulkan polusi udara di wilayah Surabaya tersebut.
Berdasarkan data tersebut maka dapat diketahui bahwa sebenarnya manajemen kota
Surabaya telah menerapkan manajemen yang suistainable (berkelanjutan) namun pada
implementasinya belum sepenuhnya menjalankan program tersebut. Hingga pada akhirnya
keadaan di Surabaya tetap saja belum layak huni (livable). Kebijakan di Surabaya tersebut
dikatakan suistainable karena sesuai dengan konsep suistainable itu sendiri yakni
memberikan akses utama atau dasar yang dibutuhkan oleh individu dan masyarakat agar
keamanannya lebih terjaga dan cara yang sesuai dengan manusia dan kesehatan ekosistem,
dan dengan keadilan dalam dan antar generasi. Selain itu dapat menghasilkan,
mengoperasikan secara efisien.
KPP| Analisis Manajemen Transportasi di Surabaya dilihat dari aspek Suistainable, Livable, dan Valuable
20
Dalam program kegiatan kampanye car free day masih dilakukan dalam satu hari
dalam sepekan sehingga dampak yang diberikan belum terlalu signifikan. Sedangkan
masyarakat yang mau mengikuti program ini hanya sebagian saja dan tidak banyak
dilakukan di kawasan Surabaya. Kegiatan kampanye car free day masih butuh banyak
dukungan dan support dari berbagai pihak untuk menarik minat bagi masyarakat untuk
mau mengikuti program ini. Dengan program ini sudah saatnya semua pihak turut berperan
serta baik dari masyarakat, pelaku usaha, legeslatif dan eksekutif untuk mengelola kualitas
lingkungan udara dengan kampanye car free day sehingga prinsip pembangunan
berkelanjutan, yang menjamin kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan
mendatang dapat tercapai. Program pemerintah car free day ini pun juga suistainable.
Selain itu masyarakat disini juga dikatakan bernilai (valuable) hal ini karena dengan
berpartisipasi dalam acara car free day ini, maka kehidupan masyarakat di sana disebut
bernilai, walaupun tidak semua masyarakat di Surabaya dapat berpartisipasi. Meskipun
hanya dilakukan sehari dalam seminggu setidaknya dapat mengurangi dampak polusi di
Surabaya meski tidak signifikan. Selain itu dengan berdisiplin dalam lalu lintas dan
merubah gaya hidup agar tidak konsumeris, pragmatis, dan hedonism maka kehidupan
masyarakat dikatakan bernilai (valuable).
Selain itu, Bahan Bakar Gas (BBG) memang juga sudah banyak digunakan oleh
kendaraan umum seperti taksi dan angkutan kota. Harganya pun relatif murah, bila
dibandingkan dengan premium atau pertamax. Kendaraan yang menggunakan BBG usia
mesinnya pun akan lebih lama, perawatannya lebih murah dan tidak mencemari
lingkungan. BBG terdiri dari berbagai macam gas seperti gas metana dan etana kurang
lebih 90% dan selebihnya adalah gas propana, butana, nitrogen dan karbondioksida. Jika
terjadi kebocoran pada tangki penyimpan maupun pada saluran bahan bakar, maka gas
yang keluar akan segera terlepas ke udara dan tidak akan menimbulkan kebakaran.
Meskipun BBG aman ada banyak kendala yang dihadapi, lagi-lagi faktor masyarakat
menjadi hambatan sarana prasarana pengisian juga belum semaksimal BBM sehingga
akses dan daya dukung masih sulit.
Saat ini pemerintah sedang menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi terkait
dengan pembangunan SPBG, seperti pembebasan lahan serta surat perizinan penyediaan
gas dari BP Migas dan Pertamina."Khusus Jatim masih terkendala pelelangan tanah karena
belum dibebaskan. Ada juga beberapa kendala kecil, yaitu BP Migas sudah berani
KPP| Analisis Manajemen Transportasi di Surabaya dilihat dari aspek Suistainable, Livable, dan Valuable
21
melakukan perjanjian jual beli gas ke Pertamina sebelum ada surat penunjukan dari
ESDM," Pemerintah juga akan bekerja sama dengan pihak swasta untuk pengadaan SPBG
bergerak di tempat-tempat umum, seperti mal dan pasar swalayan, sehingga memudahkan
masyarakat untuk mengisi gas.
Berdasarkan program tersebut sebenarnya pemerintah Surabaya sangat peduli
lingkungan dalam menerapkan kebijakannya (suistainable). Namun sekali lagi hal ini
kurang terealisasi dengan baik karena kurang kerjasama antara pihak-pihak yang terkait.
Seperti dalam kasus BBG tersebut dimana sebenarnya efeknya akan sangat baik jika dapat
terealisasi dengan perencanaan yang matang. Namun sarana dan prasarana untuk BBG
yang disediakan oleh pemerintah belum memadai. Sehingga keinginan untuk mewujudkan
transportasi yang suistainable, livable dan valuable belum dapat terealisasi dengan
maksimal.
Dapat ditarik kesimpulan berdasarkan penjabaran-penjabaran diatas bahwa
sebenarnya kebijakan-kebijakan yang telah dicanangkan oleh pemerintah Surabaya sudah
suistainable. Hal ini karena dalam menentukan kebijakan pemerintah Surabaya
mempedulikan aspek-aspek suistainable itu sendiri. Namun pada implementasinya dapat
kita lihat bahwa manajemen transportasi di Surabaya belum begitu baik. Hal ini terlihat
dengan masih adanya macet, kondisi jalan yang masih buruk, masih banyaknya kendaraan
darat baik itu kendaraan umum maupun pribadi dimana emisi gas buangnya masih buruk
sehingga menimbulkan polusi udara. Apabila aspek suistainable tidak terpenuhi maka
aspek livable dan valuable juga sulit untuk terealisasi, karena agar mencapai kehidupan
yang livable maupun valuable diperlukan yang namanya pembangunan yang suistainable
dalam tataran implementasinya bukan hanya kebijakannya saja. Akan percuma saja jika
kebijakan yang telah diterapkan sudah memenuhi aspek suisainable namun dalam tataran
implementasinya masih belum suistainable. Implementasi ini lebih penting dari pada
sekedar kebijakan saja.
Setelah mengidentifikasi pokok permasalahannya, maka kami menyimpulkan
bahwa pokok permasalahan mengenai transportasi di Surabaya ini adalah dalam
pengimplementasian kebijakan belum adanya integrasi antar aktor. Baik dari pihak
pemerintah, masyarakat maupun swasta. Selain itu komitmen dari para pejabat berwenang
dirasa juga belum terlalu kuat. Jadi meskipun kebijakan yang sebenarnya baik namun
karena kurangnya komitmen para penguasa mengakibatkan dalam implementasinya
KPP| Analisis Manajemen Transportasi di Surabaya dilihat dari aspek Suistainable, Livable, dan Valuable
22
kurang sesuai dengan kebijakan yang telah dibuat. Pihak swasta pun sebenarnya
diperlukan kontribusinya dalam memanajemen transportasi yang ada di Surabaya ini agar
manajemen transportasinya dapat suistainable, livable dan valuable. Partisipasi
masyarakatpun juga sangat diperlukan, karena masyarakat disini sebagai pelaku utama
yang termasuk dalam bagian manajemen transportasi. Partisipasi masyarakat ini
diperlukan agar kehidupan masyarakat bernilai (valuable) hingga pada akhirnya
menciptakan lingkungan yang layak huni (livable).
KPP| Analisis Manajemen Transportasi di Surabaya dilihat dari aspek Suistainable, Livable, dan Valuable
23
BAB IVPENUTUP
4.1 Kesimpulan 1) Lalu lintas kota Surabaya tidak jauh beda dengan kota-kota besar seperti Jakarta
yakni macet. Hal ini dikarenakan gaya hidup masyarakat Surabaya yang cenderung
pragmatis, konsumeris, hedonis. Peningkatan kondisi jalan mengakibatkan tuntutan
kendaraan yang melewatinya dalam jumlah yang lebih besar. peningkatan jumlah
mobil dan motor serta ketimpangan yang tinggi. Masalah kemacetan dan polusi dari
sistem transportasi darat memang merupakan problema yang sulit dicari solusinya.
2) Berbagai kebijakan yang telah dijalankan diantaranya meliputi Penataan Ruang,
Kegiatan Kampanye Car Free Day, Mengurangi jarak tempuh, waktu tempuh (travel
time), memperlancar arus lalu-lintas sehingga menaikkan kecepatan rata-rata
kendaraan melalui managemen lalu-lintas (ATCS), Konsep kebijakan transportasi
massal, Kegiatan Kampanye Penggunaan BBG, penggunaan Bahan Bakar Gas,
Program Langit Biru, Pembangunan industri di Kota Surabaya diarahkan pada
industri non-polutif yang dapat menghasilkan keunggulan kompetitif, Meningkatkan
peran serta swasta dan dunia usaha dalam penyediaan fasilitas pengujian layak emisi
gas buang.
3) Dalam tataran kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah kota Surabaya
mengenai transportasi darat sudah suistainable, liveable, dan valuable. Namun dalam
tataran implementasinya masih belum sepenuhnya memenuhi aspek suistainable,
liveable, dan valuable.
4.2 Saran1) Kebijakan yang dikeluarkan kota Surabaya sudah baik namun masih perlu kerjasama
dan partisipasi citizen (masyarakat) agar lebih disiplin dalam berlalu lintas. Selain itu
mengurangi gaya hidup yang konsumeris, pragmatis dan hedonis.
2) Sistem pemantauan emisi gas kendaraan bermotor harus lebih ditegakkan dengan
memberikan sangsi tegas bagi pengguna kendaraan yang menimbulkan efek polusi
sangat tinggi.
3) Dari pihak pemerintah, sebaiknya membuat kebijakan untuk mengurangi gaya hidup
konsumeris, pragmatis, dan hedonis. Misalnya dengan menetapkan kebijakan untuk
KPP| Analisis Manajemen Transportasi di Surabaya dilihat dari aspek Suistainable, Livable, dan Valuable
24
menekan jumlah kendaraan yang masuk, dan pembebanan pajak kendaraan yang
tinggi.
KPP| Analisis Manajemen Transportasi di Surabaya dilihat dari aspek Suistainable, Livable, dan Valuable
25
DAFTAR PUSTAKA
Douglass, Mike.2002. From global intercity competition to cooperation for livable cities and economic resilience in Pacific Asia. Environment and Urbanization 2002 14: 53.
Evans, Peter. 2002. Livable Cities? The Politics of Urban Livelihood and Sustainability.University of California Press, Berkeley.
Hahlweg, D. 1997. “The City as a Family” In Lennard, S. H., S von Ungern Sternberg, H. L. Lennard, eds. Making Cities Livable. International Making Cities Livable Conferences. California, USA: Gondolier Press.
Nasution, MN. 1996. Manajemen Transportasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Setiyo Rini,Titien.2005. Kebijakan Sistem Transportasi Kota Surabaya Dalam Rangka
Pengendalian Pencemaran Udara Area Transportasi. Jurnal Rekayasa Perencanaan,
vol. i, no. 2.
KPP| Analisis Manajemen Transportasi di Surabaya dilihat dari aspek Suistainable, Livable, dan Valuable
26