paper tek.ling new.docx

28
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang pesat di daerah perkotaan mengakibatkan daerah pemukiman semakin luas dan padat. Peningkatan aktivitas manusia, lebih lanjut menyebabkan bertambahnya sampah. Faktor yang mempengaruhi jumlah sampah selain aktivitas penduduk antara lain adalah : jumlah atau kepadatan penduduk, sistem pengelolaan sampah, keadaan geografi, musim dan waktu, kebiasaan penduduk, teknologi serta tingkat sosial ekonomi. Penanganan sampah yang selama ini dilakukan belum sampai pada tahap memikirkan proses daur ulang atau menggunakan ulang sampah tersebut. Penanganan sampah yang selama ini dilakukan hanya mengangkutnya dari tempat sampah di permukiman kota dan membuangnya ke tempat pembuangan sampah akhir atau membakarnya. Cara seperti ini kurang bisa mengatasi masalah sampah karena masih dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan berhubungan erat dengan sampah karena sampah merupakan sumber pencemaran. Permasalahan sampah timbul karena tidak seimbangnya produksi sampah dengan pengolahannya dan semakin menurun daya dukung alam sebagai tempat pembuangan sampah. Di satu pihak, jumlah sampah terus bertambah dengan laju yang cukup cepat, sedangkan di lain pihak kemampuan pengolahan sampah masih belum memadai. Komponen dan komposisi bahan organik sampah kota dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 1.1 Komponen dan Komposisi bahan organik sampah kota

Transcript of paper tek.ling new.docx

BAB IPENDAHULUAN

1. Latar BelakangPerkembangan dan pertumbuhan penduduk yang pesat di daerah perkotaan mengakibatkan daerah pemukiman semakin luas dan padat. Peningkatan aktivitas manusia, lebih lanjut menyebabkan bertambahnya sampah. Faktor yang mempengaruhi jumlah sampah selain aktivitas penduduk antara lain adalah : jumlah atau kepadatan penduduk, sistem pengelolaan sampah, keadaan geografi, musim dan waktu, kebiasaan penduduk, teknologi serta tingkat sosial ekonomi.Penanganan sampah yang selama ini dilakukan belum sampai pada tahap memikirkan proses daur ulang atau menggunakan ulang sampah tersebut. Penanganan sampah yang selama ini dilakukan hanya mengangkutnya dari tempat sampah di permukiman kota dan membuangnya ke tempat pembuangan sampah akhir atau membakarnya. Cara seperti ini kurang bisa mengatasi masalah sampah karena masih dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.Pencemaran lingkungan berhubungan erat dengan sampah karena sampah merupakan sumber pencemaran. Permasalahan sampah timbul karena tidak seimbangnya produksi sampah dengan pengolahannya dan semakin menurun daya dukung alam sebagai tempat pembuangan sampah. Di satu pihak, jumlah sampah terus bertambah dengan laju yang cukup cepat, sedangkan di lain pihak kemampuan pengolahan sampah masih belum memadai.Komponen dan komposisi bahan organik sampah kota dapat dilihat dalam tabel berikut :Tabel 1.1 Komponen dan Komposisi bahan organik sampah kotaBahan OrganikKompisisi

Serat Kasar (%)Lemak (%)Abu (%)Air (%)Amonium (mg/g sampah)N organik (mg/g sampah)Total nitrogen (mg/g sampah)Protein (mg/g sampah)Keasaman (pH)4,1 6,03,0 9,04,0 20,030,0 60,00,5 1,144,8 14,04,0 17,03,1 9,35,0 8,0

Sistem pengelolaan persampahan di daerah perkotaan perlu mendapatkan perhatian khusus, selain karena pengelolaan sampah didaerah perkotaan sangat penting karena melihat dari timbulan sampah yang dihasilkan besar (kepadatan penduduk tinggi) tidak adanya lahan baik sebagai tempat pengolahan dimana akhirnya menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Persampahan merupakan masalah yang tidak dapat diabaikan, karena di dalam semua aspek kehidupan selalu dihasilkan sampah, disamping produk utama yang diperlukan.Sampah akan terus bertambah seiring dengan banyaknya aktifitas manusia yang disertai semakin besarnya jumlah penduduk di Indonesia. Pengelolaan sampah meliputi pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir. Sedangkan dalam ilmu kesehatan lingkungan suatu pengelolaan sampah dianggap baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembang biaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi medium perantara menyebar luasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus terpenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air dan tanah, tidak menimbulkan bau (segi estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain sebagainya. Sehingga jelas bahwa pentingnya pengelolaan sampah, karena melihat perkembangan waktu yang senantiasa diiringi dengan pertambahan penduduk maka otomatis jumlah timbulan sampah semakin meningkat sementara lahan yang ada tetap. Sehingga jelas bahwa pentingnya pengelolaan sampah, karena melihat perkembangan waktu yang senantiasa diiringi dengan pertambahan penduduk maka otomatis jumlah timbulan sampah semakin meningkat sementara lahan yang ada tetap. Faktor utama yang akan membedakan jenis dan karakteristik terdapat pada tingkat sosial budaya ekonomi masyarakat, hal ini terlihat perbedaan yang sangat besar antara karakteristik, volume dan lain-lain. Sampah antara negara-negara maju dan berkembang sangat berbeda jauh. Biasanya pada negara maju, sistem manajemen pengolahan sampah sangat baik tanpa mengalami kesulitan dalam pengelolaannya. Hal ini di dukung dengan hal-hal berikut ini:a. Tingkat kesejahteraan nasional yang tinggi dan akan masih terus bertambah.b. Sistem perpajakan yang baik sehingga pendanaan untuk sampah teralokasi pada perpajakan tersebut.c. Kesejahteraan hidup bersih dan manajemen persampahan yang baik.d. Partisipasi masyarakat yang baik dalam hal penanganan sampah.Adapun perbaikan sistem pengelolaan persampahan adalah dengan menggunakan sistem composting, karena sebagian besar sampah yang dihasilkan berasal dari bahan organik, yaitu dengan pemanfaatan ulang sampah organik melalui proses pembusukan.Namun, yang menjadi masalah adalah masyarakat belum mengetahui proses pengomposan limbah organik secara sederhana dan cepat, kurang memahami nilai kompos, dan kurang memahami dampak negatif pencemaran lingkungan. Mungkin faktor ini juga yang membuat masyarakat masih enggan menggunakan kompos.Dengan melakukan peninjuan beberapa aspek diatas, dapat disimpulkan perlunya suatu rencana tindakan (action plan) yang meliputi:1. Melakukan pengenalan karekteristik sampah dan metode pembuangannya.2. Merencanakan dan menerapkan pengelolaan persampahan secara terpadu (pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir).3. Memisahkan peran pengaturan dan pengawasan dari lembaga yang ada dengan fungs operator pemberi layanan, agar lebih tegas dalam melaksanakan reward & punishment dalam pelayanan.4. Menggalakkan program Reduce, Reuse dan Recycle (3 R) agar dapat tercapai program zero waste pada masa mendatang.5. Melakukan pembaharuan struktur tarif dengan menerapkan prinsip pemulihan biaya (full cost recovery) melalui kemungkinan penerapan tarif progresif, dan mengkaji kemungkinan penerapan struktur tariff yang berbeda bagi setiap tipe pelanggan.6. Mengembangkan teknologi pengelolaan sampah yang lebih bersahabat dengan lingkungan dan memberikan nilai tambah ekonomi bagi bahan buangan.

2. Rumusan MasalahFakta yang terlihat sehari-hari menunjukkan bahwa umumnya sampah-sampah domestik atau industri, baik dari bahan organik maupun non-organik dibuang begitu saja dalam satu bak sampah yang sama dan tercampur satu-sama lain dalam berbagai komposisi, dan kemudian melalui berbagai cara transportasi, sampah berpindah tempat mulai dari tempat sampah di rumah sampai ke tempat pembuangan akhir (TPA).Selama perjalanan ini, sampah mengalami pembusukan yang dipicu oleh kegiatan mikroorganime, pengaruh temperatur dan kelembaban, terjadi berbagai proses oksidasi dan reduksi yang menghasilkan emitten dalam bentuk gas atau cairan yang beraroma busuk. Emitan ini mengandung gas methan mengkontaminasi udara, tanah, dan perairan. Sementara sisa-sisa padat bahan organik atau non-organik tertumpuk dalam kuantitas melampaui daya tampung lahan TPA, sehingga secara fisik menimbulkan deteriorasi kualitas lingkungan hidup disekitarnya (polusi udara, air, tanah, penyumbatan saluran-saluran sanitasi yang mengakibatkan banjir, penumpukan dan akumulasi bahan beracun dan berbahaya).Permasalahan lain dari cara penanganan sampah yang kurang baik antara lain : Tidak dimanfaatkannya sampah organik dan non organik secara maksimal, padahal di dalamnya terkandung potensi ekonomi yang menguntungkan. Cara pembakaran sampah dengan incinerator pada beberapa lokasi dirasakan dapat mengatasi problematika sampah ini, namun disisi lain polusi udara tidak dapat dihindarkan. Disamping itu biaya investasi untuk unit instalasi incinerator tersebut sangat mahal. Diperkirakan harga sebuah incinerator untuk skala kecil saja, dengan kapasitas 1,5 m3 per jam dapat mencapai Rp. 411.180.000,- belum termasuk kebutuhan akan bangunan (ruang) dan keperluan instalasi lainnya.Adapun rumusan masalah dalam perencanaan pengelolaan sampah antara lain : Volume sampah sangat besar dan diimbangi oleh daya tampung TPA. Lahan TPA semakin menyempit. Jarak TPA dan pusat sampah relatif jauh. Fasilitas pengangkutan sampah sampah terbatas. Teknologi pengolahan sampah tidak optimal. Sampah yang telah matang dan berubah menjadi kompos tidak segera dikeluarkan dari tempat penampungan sehingga semakin menggunung. Tidak semua lingkungan memiliki lokasi penampungan sampah. Kurangnya sosialisasi dan dukungan pemerintah mengenai pengelolaan dan pengolahan sampah serta produknya. Minimnya edukasi dan manajemen diri yang baik mengenai pengolahan sampah secara tepat. Manajemen sampah tidak efektif.3. Maksud dan TujuanPengolahan sampah terpadu diharapkan akan memberikan beberapa manfaat, antara lain: Mengurangi pencemaran lingkungan Membuka peluang lapangan kerja baru Dapat menjadi contoh kepada masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan Mengurangi ketergantungan pada Impor bahan baku industri, sehingga dapat menghemat devisa (adanya daur ulang) Limbah organik dan non organik akan lebih bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi karena mampu menguraikan sampah organik secara alami dan ramah lingkungan, menjadi pupuk kompos dan bahan kondisioner tanah yang memiliki nilai tambah dan nilai jual yang diharapkan. Disamping itu limbah non organik dapat didaur ulang sebagai bahan baku industri. Dengan demikian para pelaku kegiatan ini, memperoleh peluang untuk meningkatkan pendapatan perkapitanya dan sekaligus merefleksikan adanya peningkatan pemberdayaan masyarakat.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1. Pengertian SampahSampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan limbah padat. Sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan, baik karena telah sudah diambil bagian utamanya, atau karena pengolahan, atau karena sudah tidak ada menfaatnya yang ditinjau dari segi sosial ekonomis tidak ada harganya dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan terhadap lingkungan hidup.

2.2. Sumber SampahAdapun jenis sumber sampah yang banyak kita jumpai antara lain :a. Sampah pasar, tempat-tempat komersil.Terdiri dari berbagai macam dan jenis sampah seperti sisa sayuran, daun bekas bungkus, sisa makanan dan sebagainya. Ciri-ciri sampahnya biasanya mempunyai berbagai macam dan jenis sampah, yang masingmasing volumenya hampir sama.b. Sampah pabrik atau industri.Benda-benda sisa atau bekas dari proses industri, atau merupakan ampas-ampas dari pengolahan bahan baku.misalnya pabrik gula tebu akan membuang ampas tebu. Ciri-cirinya tidak banyak macam dan jenisnya, menonjol jumlahnya pada beberapa jenis saja. Sampah ini berasal dari keseluruhan kegiatan proses produksi (bahan-bahan kimia serpihan/potongan bahan), perlakuan dan pengemasan produk (kertas, kayu, plastik, kain/lap yang jenuh dengan pelarut untuk pembersihan). Sampah industri berupa bahan kimia yang seringkali beracun memerlukan perlakuan khusus sebelum dibuang.c. Sampah rumah tinggal, kantor, institusi, gedung umum dan lainnya serta pekarangan.Umumnya sampah rumah tangga berupa sisa pengolahan makanan, perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus, gelas, kain, sampah kebun/halaman dan lain-lain. Karakteristiknya hampir sama dengan sampah dari pasar, kecuali ada sampah dari pengurasan septic tank.d. Sampah kandang hewan dan pemotongan hewan.Terdiri dari sisa-sisa makanan hewan dan kotorannya, sisa-sisa daging dan tulang-tulangnya.e. Sampah jalan, lapangan dan pertamanan.Sampah ini terdiri dari pengotoran oleh pelewat jalanan atau pemakai jalan, pemakai lapangan dan pertamanan, pemotong rumput, reruntuhan bunga dan buah.f. Sampah selokan, riol dan septic tank.Terdiri dari endapan-endapan dan benda-benda yang hanyut sebagai penyebab tersumbatnya selokan selokan riol. Isi septic tank merupakan lumpur tinja yang biasanya diambil dan diangkut dengan mobil tangki tinja yang dilengkapi dengan pompa hisap.

2.3. Jenis SampahBerdasarkan jenis sampah pada prinsipnya dibagi 3 bagian besar, yaitu :a. Sampah padat.b. Sampah cair.c. Sampah dalam bentuk gas.Sampah pada umumnya dibagi 2 jenis, yaitu :1. Sampah organik : yaitu sampah yang mengandung senyawa-senyawa organik, karena itu tersusun dari unsur-unsur seperti C, H, O, N, dll, (umumnya sampah organik dapat terurai secara alami oleh mikroorganisme, contohnya sisa makanan, karton, kain, karet, kulit, sampah halaman).2. Sampah anorganik : sampah yang bahan kandungan non organik, umumnya sampah ini sangat sulit terurai oleh mikroorganisme. Contohnya kaca, kaleng, alumunium, debu, logam-logam lain.

2.4. Karakteristik SampahBeberapa karakteristik sampah adalah sebagai berikut :a. Garbage, yakni jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau sayuran hasil pengolahan dari dapur rumah tangga, hotel, restoran, semuanya mudah membusuk.b. Rubbish, yakni pengolahan yang tidak mudah membusuk. Pertama yang mudah terbakar, seperti kertas, kayu dan sobekan kain. Kedua yang tidak mudah terbakar, misalnya kaleng, kaca dan lain-lain.c. Ashes, yakni semua jenis abu dari hasil pembakaran baik dari rumah maupun industri.d. Street sweeping, yakni sampah dari hasil pembersihan jalanan, seperti halnya kertas, kotoran, daun-daunan dan lain-lain.e. Dead animal, yakni bangkai binatang yang mati karena alam, kecelakaan maupun penyakit.f. Abandoned vehicle, yakni bangkai kendaraan, seperti sepeda, motor, becak, dan lain-lain.g. Sampah khusus, yakni sampah yang memerlukan penanganan khusus, misalnya kaleng-kaleng cat, zat radioaktif, sampah pembasmi serangga, obat-obatan dan lain-lain.

2.5. Komposisi sampahKomposisi sampah adalah komponen fisik sampah seperti sisa-sisa makanan, kertas, karbon, kayu, kain tekstil, karet kulit, plastik, logam besi-non besi, kaca dan lain-lain (misalnya tanah, pasir, batu, dan keramik).Komponen sampah-sampah terdiri dari :1. Organik :a. Sisa makananb. Kertasc. Karbond. Plastike. Karetf. Kain g. Kulith. Kayu

2. Anorganik :a. Kacab. Aluminiumc. Kalengd. Logame. Abu dan debu

2.6. Pengolahan SampahPengolahan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume sampah atau merubah bentuk menjadi lebih bermanfaat, antara lain dengan cara pembakaran, pengomposan, penghancuran, pengeringan dan pendaur-ulangan. Adapun teknik pengolahan sampah adalah sebagai berikut :1. Pengomposan (Composting).Adalah suatu cara pengolahan sampah organik dengan memanfaatkan aktifitas bakteri untuk mengubah sampah menjadi kompos (proses pematangan).2. Pembakaran sampahPembakaran sampah dapat dilakukan pada suatu tempat, misalnya lapangan yang jauh dari segala kegiatan agar tidak mengganggu. Namun demikian pembakaran ini sulit dikendalikan bila terdapat angin kencang, sampah, arang sampah, abu, debu, dan asap akan terbawa ketempat-tempat sekitarnya yang akhirnya akan menimbulkan gangguan. Pembakaran yang paling baik dilakukan disuatu instalasi pembakaran, yaitu dengan menggunakan insinerator, namun pembakaran menggunakan incinerator memerlukan biaya yang mahal.3. Recycling (daur ulang)Merupakan salah satu teknik pengolahan sampah, dimana dilakukan pemisahan atas benda-benda bernilai ekonomi seperti : kertas, plastik, karet, dan lain-lain dari sampah yang kemudian diolah sedemikian rupa sehingga dapat digunaklan kembali baik dalam bentuk yang sama atau berbeda dari bentuk semula.4. Reuse (pakai ulang)Merupakan teknik pengolahan sampah yang hampir sama dengan recycling, bedanya reuse langsung digunakan tanpa ada pengolahan terlebih dahulu.5. Reduce.Adalah usaha untuk mengurangi potensi timbulan sampah, misalnya tidak menggunakan bungkus kantong plastik yang berlebihan. Pengomposan merupakan teknik pengolahan sampah organik yang biodegradable, sampah tersebut dapat diurai oleh mikroorganisme atau cacing (vermicomposting) sehingga terjadi proses pembusukan, kompos yang dihasilkan sangat baik untuk memperbaiki struktur tanah, karena kandungan unsur hara dan kemampuannya menahan air. Pengomposan dengan menggunakan system agitasi dapat mempercepat proses pengomposan awal daripada sistem statis dan dalam proses metro waste diperlukan waktu kurang lebih 7 hari, cara pengomposannya yaitu dengan memberikan agitasi periodik dengan diputar. Proses pengomposan secara agitasi dapat dilakukan secara aerobik dananaerobik, tetapi pengomposan secara aerobic lebih banyak dilakukan karena tidak menimbulkan bau, waktu pengomposan cepat, menghasilkan temperatur tinggi, serta kompos yang dihasilkan lebih higienis. Proses stabilisasi pada komposting secara aerobik dapat digambarkan sebagai berikut: Mikroorganisme yang bekerja pada proses pengomposan dibedakan atas dua kelompok, yaitu kelompok Mesophilic (mikroorganisme yang hidup pada temperatur 23-45 C, seperti: jamur, Actinomycetes, cacing tanah, cacing kremi, keong kecil, semut, kumbang tanah) dan Thermopilic (mikroorganisme yang hidup pada temperatur 45-65 C, seperti: cacing pita, Protozoa, Rotifera, kutu jamur).

2.7. Sistem Pengelolaan PersampahanPengelolaan sampah adalah suatu bidang yang berhubungan dengan pengendalian bagaimana sampah dihasilkan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan sampah yang menggunakan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip pewadahan, pengumpulan, TPS. Bila salah satu kegiatan tersebut terputus atau tidak tertangani dengan baik, maka akan menimbulkan masalah kesehatan, banjir/genangan, pencemaran air tanah, dan estetika. Skema teknik operasional pengelolaan persampahan dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini :

2.8. Penyimpanan atau Pewadahan SampahPenyimpanan atau pewadahan sampah adalah tempat sampah sementara, sebelum sampah tersebut terkumpul, untuk kemudian diangkat serta dibuang (dimusnahkan). Jelaslah untuk ini perlu disediakan suatu tempat sampah, yang lazimnya ditemui di rumah tangga, kantor, restoran, hotel, dan lain sebagainya. Penyimpanan sampah yang bersifat sementara ini sebaiknya disediakan tempat sampah yang berbeda untuk macam atau jenis sampah tertentu. Idealnya sampah basah hendaknya dikumpulkan dengan sampah basah, demikian pula sampah kering, sampah yang mudah terbakar, sampah yang tidak mudah terbakar dan lain sebagainya hendaknya ditempatkan secara terpisah. Dalam pewadahannya sampah umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu :a. Individual : dimana disetiap sumber timbulan sampah terdapat tempat sampah. Misalnya didepan setiap rumah dan pertokoan.b. Komunal : yaitu timbulan sampah dikumpulkan pada suatu tempat sebelum sampah tersebut diangkut ke TPA.

Metode yang digunakan dalam pengumpulan sampah secara komunal biasanya, yaitu :1. Depo sampah, biasanya dipergunakan untuk menampung sampah dari perumahan padat. Depo dibuat dari pasangan bata/batu dengan volume antara 12 25 m3, atau ekivalen dengan pelayanan terhadap 10 ribu jiwa. Jarak maksimum untuk mendapatkan depo adalah 150 m.2. Bak dengan pintu tertutup, pewadahan komunal yang paling umum.Biasanya terbuat dari kayu atau bata atau beton dengan pintu.Kapasitas antara 1 -10 m3. Untuk bak dengan kapasitas 2 m3 mampu melayani 2 ribu orang. Biasanya ditempatkan di pinggir jalan besar atau ditempat terbuka.3. Bak sampah tetap, biasanya pewadahan ini terbuat dari balok beton, perbedaan jenis ini dengan bak pintu penutup adalah tidak adanya pintu pembuangan. Kapasitas biasanya tidak lebih dari 2 m3.4. Bak dari bis beton, biasanya digunakan didaerah dengan kepadatan relatif rendah, ukuran relatif kecil dan relatif murah. Ukuran yang biasa digunakan adalah diameter 1 m.5. Drum 200 liter, pemanfaatan dari bekas drum minyak atau semacamnya. Bagian dalam drum di cat dengan bitumen. Untuk jenis ini pengambilan dilakukan setiap hari.6. Bin baja yang mudah diangkat, biasanya dipergunakan di daerah pemukiman kalangan atas, bin digalvanis dengan kapasitas 100 liter untuk 10 keluarga.

2.9. Pengumpulan SampahPengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara pengumpulan dari masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke (1) tempat pembuangan sampah sementara, atau ke (2) pengolahan sampah skala kawasan, atau (3) langsung ke tempat pembuangan akhir tanpa melalui proses pemindahan.Cara pengambilan sampah dari wadah umumnya dilakukan secara :a. Langsung : kendaraan pengangkut mengambil sampah dan langsung di bawa ke tempat pengolahan.b. Tidak langsung : sampah diangkut dari wadahnya dengan gerobak pengangkutan sampah atau sejenisnya untuk terlebih dahulu dikumpulkan dan kemudian diambil oleh kendaraan pengangkut.Faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan juga adalah jarak antara tempa-tempat pengumpulan sementara. Jarak tersebut akan menentukan cara apa yang akan digunakan, apakah menggunakan kendaraan bermotor, gerobak, atau tenaga manusia.

2.10. Efek Samping Terhadap Manusia Dan Kesehatana) Dampak Terhadap Kesehatan.Lokasi dan pengolahan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan peyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut :a. Penyakit jamur yang dapat menyebar (misalnya jamur kulit).b. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan sepat didaerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernaan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.d. Sampah beracun, telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminansi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.b) Dampak Terhadap Lingkungana. Lindi (leachate) yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis.b. Selain mencemari air permukaan, lindi juga berpotensi mencemari air dalam tanah.c. Sampah yang dibuang ke saluran drainase atau sungai akan menyumbat atau menghambat aliran air.d. Sampah yang kering menjadi relatif lebih mudah terbakar. Hal ini dapat menimbulkan bahaya kebakaran.c) Dampak Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi.a. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat. Bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.b. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.c. Pengelolaan dampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktifitas).d. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase dan lain-lain.e. Infrastruktur lain dapat juga dipengarui oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yangdiperlukan untuk pengelolaan air. Jika sarana penampugan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampah dijalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.

2.11. Konsepsi Penanganan Sampah TepaduTerdapat 3 level akitivitas penanganan sampah terpadu pada sistem pengelolaan sampah sebuah kota, yaitu:(a) skala individual,(b) skala kawasan, dan(c) skala kota.Disamping itu, sektor informal yang selama ini telah aktif dalam upaya daur-ulang sampah kota perlu diintegrasikan dalam sistem pengelolaan sampah kota yang berpusat pada sarana pengelolaan sampah tersebut. Program daur-ulang dsb tidak hanya dilakukan di sumber timbulan sampah, tetapi juga di tempat transit sampah (TPS) yang dapat disebut sebagai pengolahan skala kawasan, atau dalam lokasi pengolahan/pembuangan akhir. Konsepnya untuk menyatukan secara terpadu kegiatan pembuangan akhir dengan kegiatan proses pemilahan, daur ulang, dan komposting, dsb.Mecermati aspek permasalahan dalam pengelolaan sampah, untuk itu upaya-upaya yang harus dilakukan antara lain meliputi pemantapan kebijakan persampahan, penanganan sampah regional, memacu kearifan masyarakat terhadap fenomena persampahan, dan peningkatan teknologi ramah lingkungan.a. Kebijakan PemerintahPermasalahan sampah perkotaan di Indonesia, telah muncul sejak dekade tahun 1990-an. Meski demikian, kebijakan strategis yang telah ditetapkan oleh pemerintah baru pada tahapan yang erat kaitannya dengan aspek teknis, yaitu: melakukan pengurangan timbulan sampah dengan menerapkan konsep 3 R (Reduce, Reuse dan Recycle), dengan harapan pada tahun 2025 tercapai zero waste. Padahal pada saat sekarang diperlukan kebijakan yang handal sebagai payung baik di tingkat pusat maupun daerah keterkaitannya dengan penanganan persampahan.Pendekatan pengelolaaan persampahan yang semula didekati dengan wilayah administrasi, dapat diubah dengan melalui pendekatan pengelolaan persampahan secara regional. Pendekatan regional dimaksud dengan menggabungkan beberapa kota dan atau kabupaten dalam pengelolaan persampahan. Hal tersebut sangat menguntungkan, karena akan mencapai skala ekonomis baik dalam tingkat pengelolaan TPA, dan pengangkutan dari TPS ke TPA. Berbagai prinsip yang perlu dilakukan dalam menerapkan pelaksanaan pengelolaan persampahan secara regional ini adalah sebagai berikut:(a) Menyusun peraturan daerah (Perda) bersama yang mengatur pengelolan persampahan. Peraturan tersebut berisi berbagai hal dengan mempertimbangkan aspek hukum dan kelembagaan, teknik, serta aspek keuangannya.(b) Pemantapan kelembagaan dengan memisahkan peranan fungsi tupoksi yang jelas antara pembuat peraturan, pengatur/pembina dan pelaksana (operator), hingga optimalisasi kinerjanya dapat dievaluasi dan dinilai.(c) Penetapan indikator kinerja berdasarkan aspek teknis, memberikan indikasi (1) seluruh timbunan sampah akan diangkat ke TPA dalam waktu 24 jam, (2) teknik pengangkutan sampah tidak menyebabkan pencemaran bau, (3) pengoperasian di TPA telah ditetapkan sistemnya (contoh sistem sanitary landfill), dan (4) pemanfaatan sampah sebagai sumber ekonomi melalui penerapan daur ulang, atau pemanfaatan untuk kompos.(d) Adanya kesepakatan antar kabupaten/kota (regional) dalam kaitannya dengan restribusi persampahan, hingga alokasi antara dana yang dibebankan oleh pemerintah dan masyarakat berimbang.b. Sosialisasi Penyadaran MasyarakatFenomena persampahan tampaknya bukan hal yang sederhana, karena sepanjang ada kehidupan manusia permasalahan tersebut akan selalu timbul. Walaupun kebijakan persampahan telah tersedia, ditambah dengan bentuk kelembagaannya, serta indicator kinerja dan tetapan alokasi pendanannya baik yang bersumber dari APBD dan masyarakat, tampaknya belum merupakan jaminan mantapnya pengelolaan sampah secara terpadu berkelanjutan, apabila kesadaran masyarakat tidak dibangun. Hal tersebut mengingat bahwa keberhasilan penanganan sampah sangat ditentukan oleh niat kesungguhan masyarakat yang secara sadar peduli untuk menanganinya. Atas dasar itulah pentingnya sosialisasi penyadaran masyarakat baik melalui jalur formal maupun informal yang antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut:(a) Penyadaran formal, diberikan kepada generasi muda di sekolah.(b) Penyadaran informal, diberikan kepada masyarakat dalam kaitannya penanganan sampah berbasis kesehatan lingkungan, untuk itu perlunya (1) penyadaran masyarakat, untuk menghargai terhadap alam lingkungannya, agar tidak lagi membuang limbah domestik (sampah padat dan limbah cair) ke bukan tempatnya, dan (2) masyarakat hendaknya mulai sadar dan berkiprah untuk memilah-milah sampah berdasarkan jenisnya, guna menghindari sumber-sumber penyakit menular, sebagai akibat dari limbah domestik yang cepat membusuk.

2.12. Pengolahan Sampah TerpaduSistem pengelolaan sampah terpadu adalah suatu sistem pengelolaan sampah yang beroperasi lebih banyak mengikut sertakan partisipasi masyarakat, lebih ramah lingkungan, secara operasional lebih hemat energi dan biaya, serta secara produktif dapat meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Sistem yang dimaksud di sini merupakan satu diantara alternatif dari berbagai sistem pengelolaan sampah lainya, yang mengarah kepada pemecahan kelemahan-kelemahan yang ada dalam penanganan sampah perkotaan selama ini. Satu di antara model konseptual yang dikembangkan adalah dengan menerapkan Sistem Pengelolaan Reaktor Sampah Terpadu (Silarsatu).

Sanitary LandfillSistem sanitary landfill ini mampu mengontrol emisi gas metan, karbondioksida atau gas berbahaya lainnya akibat proses pemadatan sampah. RSL juga bisa mengontrol populasi lalat di sekitar TPA. Sehingga mencegah penebaran bibit penyakit. Cara kerja system ini, sampah ditumpuk dalam satu lahan. Lahan tempat sampah tersebut sebelumnya digali dan tanah liatnya dipadatkan. Lahan ini desbut ground liner. Usai tanah liat dipadatkan, tanah kemudian dilapisi dengan geo membran, lapisan mirip plastik berwarna yang dengan ketebalan 2,5 milimeter yang terbuat dari High Density Polyitilin, salah satu senyawa minyak bumi. Lapisan ini lah yang nantinya akan menahan air lindi (air kotor yang berbau yang berasal dari sampah), sehingga tidak akan meresap ke dalam tanah dan mencemari air tanah. Di atas lapisan geo membran dilapisi lagi geo textile yang gunanya memfilter kotoran sehingga tidak bercampur dengan air lindi. Secara berkala air lindi ini dikeringkan.Sebelum dipadatkan, sampah yang menumpuk diatas lapisan geo textille ini kemudian ditutup dengan menggunakan lapisan geo membran untuk mencegah menyebarnya gas metan akibat proses pembusukan sampah (yang dipadatkan) tanpa oksigen. Geo membran ini juga akan menyerap panas dan membantu proses pembusukan. Radiasinya akan dipastikan dapat membunuh lalat dan telur-telurnya di sekitar sampah. Sementara hasil pembusukan samapah dalam bentuk kompos bisa dijual. Gas metan ini juga yang pada akhirnya digunakan untuk memanaskan air hujan yang sebelumnya ditampung untuk mencuci truk-truk pengangkut sampah. Henky yakin jika truk sampah yang bentuknya tertutup dicuci setiap kali habis mengangkut sampah, tidak akan menebarkan bau ke lokasi TPA. Keuntungan : Mudah untuk mengatur. Biaya usaha dan investasi usaha rendah. Dapat memasuki operasi dalam waktu singkat. Jika dirancang dan dioperasikan dengan baik dan dapat memperkecil hama, acsthetic, penyakit, polusi udara, permasalahan polusi air, dan gas metana yang diproduksi dekomposisi limbah. Dapat digunakan sebagai bahan bakar. Dapat menerima berbagai macam sampah. Dapat digunakan untuk reklamasi meningktakan submarginal daratan. Kerugian : Dapat merosot menjadi tempat sampah terbuka jika tidak dirancang dan diatur dengan baik. Memerlukan lokasi yang sangat luas. Sulit menentukan lokasi oleh karena penolakan penduduk dan harga tanah yang naik. Menyebabkan polusi air, produksi metana dari dekomposisi limbah, dapat menimbulkan bahaya kebakaran atau resiko ledakan material. Membawa limbah atau sampah ke lokasi yang jauh memerlukan biaya mahal dan energi tidak efisien. Insinerator Insinerator adalah alat pemusnah limbah padat dengan cara pembakaran yang terkendali sehingga emisi gas buangnya terkontrol atau tidak mencemari lingkungan serta abu hasil pembakaran tidak berbahaya (stabil) dan merupakan teknologi pengolahan sampahyang melibatkanpembakaranbahanorganik. Keuntungan : Dapat memindahkan bau dan zat-zat organik pembawa penyakit. Mengurangi volume sampah paling sedikit 80%. Memperpanjang waktu landfill. Memerlukan lokasi yang tidak terlalu luas. Dapat menghasilkan pendapatan dari logam-logam dan gelas atau kaca. Penggunaan panas sampah untuk memanaskan di sekitar bangunan tersebut. Kerugian : Investasi awal tinggi. Biaya operasional tinggi. Biaya pekerjaan pembetulan dan pemeliharaan rutin mahal. Memerlukan operator terampil. Menghasilkan residu dan abu yang mesti dibuang. Penyebab polusi udara kecuali jika kendali yang sangat mahal dipasang. Kontrol polusi untuk polusi udara partikel memboroskan sumber daya.

BAB IIIPENUTUP

3.1. KesimpulanPersampahan telah menjadi suatu agenda permasalahan utama yang dihadapi oleh hampir seluruh perkotaan di Indonesia. Pesatnya pertambahan penduduk yang disertai derasnya arus urbanisasi telah meningkatkan jumlah sampah di perkotaan dari hari keharinya. Keterbatasan kemampuan Dinas Kebersihan dalam menangani permasalahan tersebut menjadi tanda awal dari semakin menurunnya sistem penanganan permasalahan tersebut. Hal tersebut semakin dipersulit dengan terbatasanya lahan TPA sampah, jumlah sarana pengangkutan, serta pengelolaan sampah di TPA yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang ramah lingkungan.Kekurang pedulian penanganan persampahan yang dilakukan oleh pemerintah, dapat dilihat dari kecilnya anggaran yang disediakan. Sementara itu masyarakat secara umum belum menunjukkan adanya indikasi (pertanda) kearah penanganan sampah secara mandiri dan berkelanjutan. Mencermati kecenderungan belum sadarnya masyarakat, upaya penyadaran secara formal dan informal kini menjadi urgen untuk diimplementasikan. Dalam pada itu kelembagaan yang tersedia pada umumnya telah sesuai dengan tatanan pengelolaan sampah, akan tetapi sumberdaya manusia menjadi urgen, selain untuk mengerakkan roda penanganan sampah juga sosialisasi untuk memacu kesadaranmasyarakat.Sampai sekarang, pengelolaan sampah di Indonesia masih menggunakan paradigma lama: kumpulangkutbuang. Source reduction (reduksi mulai dari sumbernya) atau pemilahan sampah tidak pernah berjalan dengan baik. Meskipun telah ada upaya pengomposan dan daur ulang, tapi masih terbatas dan tidak sustainable. Pembakaran sampah dengan insinerator pun dianggap hanya memindahkan masalah ke pencemaran udara. Regulasi pengelolaan sampah pun masih diatur secara parsial dan sektoral, belum adanya Undang undang yang dipahami secara integral yaitu keterkaitannya dengan aspek lain seperti tata ruang, sosial politik, kesehatan, kemiskinan, peluang usaha , investasi, ketenagakerjaan, teknologi dan lingkungan hidup.Adanya sampah merupakan suatu konsekuensi dari aktifitas manusia, setiap aktifitas manusia pasti akan menyebabkan buangan atau sampah. Jumlah volume sampah akan berimbang dengan tingkat konsumsi kita terhadap material yang digunakan sehari hari. Demikian pula dengan jenis sampah sangat tergantung dengan material yang kita konsumsi. Oleh karena itu pengelolaan sampah tidak bisa lepas juga dari pengelolaan gaya hidup masyarakat.

3.2. SaranTidak ada lagi alasan bagi kita untuk tidak peduli pada pengelolaan sampah, khususnya bagi para pemimpin kota atau daerah untuk membersihkan daerahnya dari masalah sampah dan menyelamatkan seluruh warganya. Kemajuan teknologi dan penerapan aplikasinya secara tepat dan sederhana telah berhasil dirancang dan diciptakan. Jadi sampah bukanlah menjadi masalah bagi kita semua, tetapi kita telah dapat melihat nya dari sisi pandang yang lain yaitu sampah merupakan sumber tenaga baru dan mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Dengan berbagai produk yang dapat dihasilkan, maka berbagai alternatif pengolahan sebelumnya (seperti pembuatan kompos saja, pembakaran, penimbunan) tentunya dapat dipertimbangkan kembali.