Post on 12-Jan-2016
description
1
BAHAN KULIAH KEBANKSENTRALAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN STUDI KEBANKSENTRALAN
BANK INDONESIA (PPSK-BI)
Fakultas EkonomiUniversitas Sumatera
Utara, 24 April 2008
SISTEM DEVISA DAN NILAI TUKAR: TEORI DAN KEBIJAKAN
DI INDONESIA
2
• Sistem devisa mengatur pergerakan lalu lintas devisa (valuta asing) dari suatu negara ke negara lain
• Pada dasarnya ada tiga sistem devisa, yaitu
- Sistem Devisa kontrol
- Sistem Devisa semi bebas
- Sistem Devisa bebas
• Pemilihan sistem devisa mana yang dianut akan tergantung pada kondisi negara ybs, khususnya keterbukaan ekonominya dalam arti seberapa jauh negara ybs ingin mengintegrasikan ekonominya dengan ekonomi global.
• Pada sistem devisa kontrol, devisa pada dasarnya dimiliki oleh negara. Karena itu, setiap perolehan devisa oleh masyarakat harus diserahkan kepada negara, dan setiap penggunaan devisa harus memperoleh izin dari negara.
• Sistem devisa kontrol pernah diterapkan di Indonesia berdasarkan UU No. 32 tahun 1964
SISTEM DEVISA
3
• Devisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu: Devisa Hasil Ekspor (DHE)
Devisa Umum (DU)
• Setiap perolehan devisa, baik DHE maupun DU, wajib diserahkan (compulsory surrender) kepada negara cq. Bank Indonesia atau bank-bank yang ditunjuk.
• Setiap penggunaan devisa, baik untuk impor maupun keperluan lainnya, harus mendapat izin dari Bank Indonesia
• Bank Indonesia mengadministrasikan pergerakan devisa yang masuk dan keluar Indonesia
Sistem Devisa Kontrol
Sistem Devisa Semi Bebas• Pada sistem devisa semi bebas, untuk perolehan dan penggunaan
devisa-devisa tertentu wajib diserahkan dan mendapat izin dari negara, sementara jenis devisa lainnya dapat secara bebas diperoleh dan dipergunakan. Sistem ini pernah diterapkan di Indonesia berdasarkan Perpu No. 64 Tahun 1970
• Perolehan dan penggunaan DHE wajib diserahkan ke dan mendapat izin dari Bank Indonesia, sementara untuk DU dapat secara bebas diperoleh dan dipergunakan.
• Administrasi perolehan dan penggunaan DHE dilakukan oleh Bank Indonesia
4
• Pada sistem devisa bebas, masyarakat dapat secara bebas memperoleh dan menggunakan devisa.
• Namun demikian, di kebanyakan negara, termasuk di negara maju, masih terdapat kewajiban untuk melaporkan perolehan dan penggunaan devisa tersebut.
• Sistem ini mulai diterapkan di Indonesia dengan PP No. 1 tahun 1982.
Sistem Devisa Bebas
- Setiap penduduk dapat dengan bebas memiliki dan menggunakan devisa. Ini berlaku baik bagi devisa dalam bentuk DHE maupun DU
- Tidak ada pengaturan mengenai kewajiban bagi penduduk untuk melaporkan devisa yang diperoleh dan dipergunakannya
- Kebebasan sistem devisa kemudian diartikan juga tidak wajib lapor, meskipun di negara-negara lain kewajiban pelaporan ini masih diberlakukan
Penerapan PP No 1 tahun 1982 tsb menimbulkan permasalahan, yaitu: - Kerancuan hukum, dalam arti PP No. 1/1982 menganulir pengaturan yang lebih tinggi yaitu UU No 32/1964
-Tidak adanya pengaturan yang tegas mengenai kewajiban pelaporan lalu lintas devisa telah menyebabkan monitoring devisa, baik dalam bentuk utang maupun lalu lintas modal jangka pendek, tidak dapat secara efektif dilakukan. Ini yang kemudian sebagai salah satu sebab sulitnya penanganan krisis
5
Sejak 17 Mei 1999 dua permasalahan tsb telah diselesaikan dengan berlakunya UU No. 24 Tahun 1999 tentang lalu lintas devisa dan sistem nilai tukar.
Dalam UU ini diatur:
Sistem devisa yang dianut Indonesia adalah sistem devisa bebas. Artinya setiap penduduk dapat dengan bebas memiliki dan menggunakan devisa
Ada kewajiban untuk monitoring lalu lintas devisa. BI diberi kewenangan untuk melakukan monitoring devisa ini, dan PBI untuk itu telah dikeluarkan, yaitu PBI No. 1/9/1999 tanggal 28 Oktober 1999
Dalam PBI tsb diatur kewajiban pelaporan bagi setiap lalu lintas devisa oleh dan melalui bank dan lembaga keuangan lainnya mulai 1 Maret 2000. Untuk transaksi di atas USD10,000 dilaporkan per transaksi, sementara untuk transaksi di bawah USD10,000 dilaporkan secara gabungan. Dalam laporan tsb dicantumkan tujuan dari transaksi devisa ybs (ekspor/impor, utang luar negeri, dll).
6
SISTEM DEVISA
SISTEM DEVISA BEBAS
SISTEM KONTROL DEVISA
SISTEM DEVISA BEBAS
KEUNTUNGAN
KERUGIANAkses ke sumber pendanaan keuangan luar
negeri“Herd behavior” dari gerak modal internasional,
Akses pelaku ekonomi domestik untuk melakukan investasi global dan transaksi aset secara internasional
Bagi negara dengan institusi keuangan lemah, merusak kestabilan perekonomian
Alokasi sumber-sumber daya yg lbh efisien dalam perekonomian melalui kompetisi financial resources
Menyulitkan pencapaian target besaran moneter dalam pelaksanaan kebijakan
Ketersediaan sumber-sumber pendanaan bagi investasi domestik, trade financing, dan kegiatan perekonomian lainnya
Struktur modal asing yang masuk didomininasi oleh modal-modal jangka pendek
Efisiensi lembaga-lembaga keuangan domestik melalui diseminasi pengaruh kompetisi dengan lembaga keuangan internasional
Sangat sensitif terhadap kredibilitas kebijakan pemerintah (terutama moneter dan fiskal)
Memacu otoritas moneter untuk terus melahirkan “good policy” yang kredibel berdasarkan kebijakan yang berorientasi kepada standard efisien perekonomian dunia.
7
SISTEM KONTROL DEVISA
Tercapai systemic stability, di mana excessive exposure dari modal asing pada lembaga-lembaga domestik menjadi terbatas
KEUNTUNGAN
Perekonomian tidak menikmati sumber-sumber pendanaan yang efisien yang tersedia di pasar internasional
KERUGIAN
Tidak mudah tertimpa contagion effect (efek penularan) jika terjadi krisis ekonomi di kawasan
Perekonomian tidak dapat menyerap prinsip-prinsip pasar yang memacu efisiensi.
Memudahkan pengaturan besaran moneter. Mis. M0, M1, M2.
Sektor keuangan tidak berkembang, terfragmentasi, dan tidak efisien
Memperpanjang maturity (masa jatuh tempo) dari kewajiban-kewajiban lembaga keuangan domestik sehingga dapat menstabilkan sektor keuangan
Sistem keuangan domestik teralienasi (terasing) dari perkembangan sistem keuangan dunia modern
8
SISTEM KONTROL DEVISA
• Penggunaan devisa untuk keperluan apapun harus dengan izin pemerintah
• Tidak diperbolehkan menyimpan devisa (valuta asing) tanpa izin
• Semua penerimaan devisa harus dijual (diserahkan) kepada Bank Indonesia
• Pelaksana operasi harian transaksi devisa dilakukan oleh Biro Lalu Lintas Devisa (BLLD) di bawah pengawasan Bank Indonesia
• Ekspor dibayar pada harga pengiriman yang ditetapkan oleh BLLD
Sebelum tahun 1964, sistem devisa berdasarkan UU Belanda tahun 1940.
UU tsb diganti dengan UU Lalu Lintas Devisa No.32/1964. Ketentuan tersebut antara lain mencakup:
Sistem Devisa Kontrol (Controlled Foreign Exchange System)
SEBELUM TAHUN 1966
1966 - 1969
Sistem Devisa Kontrol Terbatas (Restricted Foreign Exchange System)
Deregulasi terhadap ketentuan devisa mulai dilaksanakan pada tahun 1967
Untuk mendukung program stabilisasi dan rehabilitasi perekonomian
Beberapa perubahan yang berkaitan dengan mekanisme dan peserta transaksi devisa mengarah kepada pengurangan intensitas kontrol devisa.
Pada tahun yang sama, Pemerintah mulai membuka izin penanaman modal asing dengan mengeluarkan Undang-Undang Penanaman Modal
9
UU perbankan tahun 1967
Pemerintah mulai mengizinkan cabang bank asing maupun joint venture bank untuk beroperasi sebagai bank devisa, dan
Eksportir diperbolehkan menahan/menyimpan sendiri sebesar persentase tertentu dari devisa hasil ekspornya (disebut Bonus Ekspor)
Bonus Ekspor dapat digunakan untuk mengimpor barang-barang yang terdaftar dalam Commodity Import Program List
didirikan Bursa Devisa (Foreign Exchange Bourse) yang bertanggung jawab menetapkan nilai tukar. Nilai tukar ditetapkan Pemerintah ke dalam 3 kategori :
MEI 1967
UNTUK TUJUAN IMPOR
Kurs Bonus Ekspor Umum : untuk impor barang dan jasa yang terkait dengan transaksi perdagangan dan modal yang dibiayai dari devisa hasil ekspor
Kurs Bonus Ekspor Kredit : untuk impor barang dan jasa yang dibiayai pinjaman luar negeri
Kurs Devisa Pelengkap : untuk impor barang yang tidak tercantum dalam daftar bonus ekspor (BE) dan boleh diimpor
10
Pemerintah mulai memberikan izin kepada beberapa bank-bank nasional untuk beroperasi sebagai bank devisa
1969
Oil rates ditentukan pemerintah berdasarkan perkembangan kurs bonus ekspor umum.
UNTUK TUJUAN EKSPOR
Major export rate = 75% dari kurs bonus ekspor umumOther export rates = 90% dari kurs bonus ekspor umum
Sistem Devisa Semi Bebas (Semi Free Foreign Exchange System)
1970-1981
Proses liberalisasi sistem devisa berlanjut dengan dikeluarkannya PP No.16/1970
• Transaksi pembelian dan penjualan devisa tidak memerlukan izin pemerintah
• Eksportir tetap diwajibkan menyerahkan devisa hasil ekspornya kepada bank devisa, namun mereka dapat membeli devisa bahkan dalam jumlah lebih besar dalam waktu yang sama
• Importir maupun mereka yang membutuhkan devisa harus membeli pada bank devisa, dan bank devisa harus menjual devisa yang diperoleh kepada Bank Indonesia
• Eksportir dapat memiliki (memegang) devisa hasil ekspor jasa-jasa
11
1982 - SEKARANG
Sistem Devisa Bebas (Free Foreign Exchange System)
Indonesia resmi menjadi negara yang menganut sistem devisa bebas
PP No.1 /1982
· Eksportir tidak wajib menjual devisa hasil ekspornya kepada bank
· Bank devisa tidak wajib menjual devisa yang diperolehnya kepada Bank Indonesia
· Setiap orang dapat bebas memiliki devisa & dapat menjual/membeli devisa dng mudah Ditujukan antara lain untuk memberikan fleksibilitas kepada
eksportir dalam memanfaatkan devisa hasil ekspornya
Eksportir dapat menggunakannya untuk sektor-sektor produktif, terutama untuk produksi komoditas ekspor
Saving-Investment Gap
C + S + T = GDP
= C + I + G + X - M
S + (T – G) – I = X - M
NS - I = TB
NS > I
TB SURPLUS
=
• The rate of accumulation of claims on the rest of the world
• NS goes into building up either stock of capital or the stock of foreign claims
NS < I
TB DIFICIT = Need capital inflow
Ekspor
12
Kontrol terhadap sekuritas pasar modal
• Non-resident diperbolehkan untuk menanam modal di sekuritas domestik, dan menjadi pemilik modal yang dominan atas suatu sekuritas
• Penjualan sekuritas domestik oleh non-resident di pasar domestik diperbolehkan. Non-resident harus berstatus hukum Indonesia
• Bagi resident domestik tidak dikenai pembatasan untuk menjual-beli aset luar negeri
• Resident domestik boleh menjual sekuritas di pasar luar negeri
Kontrol terhadap instrumen pasar uang
• Non-resident tidak diperbolehkan untuk melakukan penerbitan dan penjualan instrumen pasar uang luar negeri
• Resident, dalam hal ini perbankan, boleh melakukan jual beli instrumen pasar uang luar negeri
Kontrol terhadap instrumen derivative dan lainnya
• Baik resident maupun non-resident tidak boleh melakukan transaksi derivatif di luar foreign exchange derivatives instrument dan interest rate derivatives instrument
• Transaksi derivatif dalam saham harus memperoleh izin BI
13
Sistem Nilai Tukar
Tiga sistem nilai tukar yang banyak diterapkan di berbagai negara, yaitu:
- Sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate),
- Sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed floating),
- Sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating)
Fixed exchange rate system kurs suatu mata uang (rupiah) terhadap mata uang lain (dolar) ditetapkan pada nilai tertentu
Pada kurs ini bank sentral akan siap sedia melayani seluruh kebutuhan devisa yang diperlukan oleh pasar. Apabila tingkat kurs tsb tidak lagi dapat dipertahankan, maka bank sentral melakukan “devaluasi” atau “revaluasi” atas tingkat kurs yang ditetapkan.
Penetapan nilai kurs tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
Pegged to a currency, apabila kurs ditetapkan terhadap suatu mata uang lain
Pegged to a basket of currency, apabila kurs ditetapkan terhadap sekeranjang mata uang lain dengan bobot tertentu sesuai dengan besarnya hubungan perdagangan dan investasi
Currency board system, apabila penetapan kurs tersebut dibarengi dengan pembatasan bagi bank sentral dalam mengedarkan uang sebesar (nilai ekuivalen) cadangan devisa yang dimilikinya.
14
Managed floating exchage rate system kurs dibiarkan bergerak dalam batas tertentu sesuai dengan pita intervensi (intervention band) yang ditetapkan bank sentral.
Apabila kurs bergerak menembus batas atas atau batas bawah dari pita intervensi, secara otomatis bank sentral akan membeli atau menjual devisa yang diperlukan oleh pasar sehingga kurs bergerak dalam batas pita intervensi.
Penetapan lebarnya pita intervensi tergantung pada besarnya cadangan devisa yang dimiliki serta kemungkinan kebutuhan yang terjadi di pasar. Umumnya akan disesuaikan dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan cadangan devisa dan volume transaksi di pasar valas.
Free floating exchange rate system, kurs dibiarkan bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Bank sentral dapat melakukan intervensi di pasar valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs di pasar, akan tetapi umumnya hanya dilakukan pada saat-saat tertentu misalnya bila terjadi gejolak kurs yang berlebihan dalam waktu yang sangat singkat.
Masing-masing sistem nilai tukar mempunyai kelebihan dan kelemahan. Pemilihan
sistem yang diterapkan akan tergantung pada situasi dan kondisi negara ybs, khususnya : - Besarnya cadangan devisa yang dimiliki, - Keterbukaan ekonomi, - Sistem devisa yang dianut (bebas, semi kontrol, atau kontrol),
- Besarnya volume dan kondisi (market liquidity) pasar valas domestik
15
Kelebihan Sistem Kurs Tetap Kepastian Kurs Bagi Pelaku Ekonomi
Sistem Kurs Tetap
• Membutuhkan cadangan devisa yang besar, karena keharusan bagi bank sentral untuk mempertahankan kurs pada level yang ditetapkan
• Diterapkan di negara yang mempunyai cadangan devisa besar, dengan sistem devisa yang masih relatif dikontrol
Sistem Kurs Mengambang Bebas
• Tidak memerlukan cadangan devisa yang besar karena bank sentral tidak harus mempertahankan kurs pada suatu level tertentu
• Dapat menciptakan disiplin mekanisme pasar karena ketidak-seimbangan permintaan dan penawaran valas akan disesuaikan sendiri dalam bentuk kurs yang terjadi di pasar
Kelemahan Kurs Mengambang Bebas
• Fluktuasi pergerakan kurs menambah ketidakpastian bagi dunia usaha
• Sistem ini mengharuskan dunia usaha me-hedge risiko kurs• Umumnya diterapkan di negara yang mempunyai cadangan
devisa relatif kecil sementara sistem devisa yang dianut cenderung bebas.
16
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURS
FAKTOR FUNDAMENTAL (EKONOMI DAN NON EKONOMI)
FAKTOR TEKNIS
KONDISI PASAR (MARKET MICROSTRUCTURE)
FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI
Menunjukkan pergerakan kurs yang dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi
BERBAGAI PENDEKATAN MENENTUKAN NILAI TUKAR FUNDAMENTAL
Purchasing power parity (PPP),
Kurs suatu mata uang dengan mata uang negara lain pada dasarnya menggambarkan perbedaan tingkat inflasi di kedua negara.
PPP = e P*/P = 1, dimana e = exchange rate, P* = inflasi negara lainP = inflasi dalam negeri
Real Effective Exchange Rate (REER),
kurs suatu mata uang dipengaruhi oleh perkembangan inflasi dari negara-negara mitra dagang utama
REER = w e P*/P = 1, dimana :
w = bobot perdagangan dengan masing-masing negara mitra dagang utama
EKSPEKTASI PASAR
SUPPLY - DEMAND
KURS
17
Fundamental Effective Exchange Rate (FEER) & Macro Economic Balance
BERBAGAI PENDEKATAN MENENTUKAN NILAI TUKAR FUNDAMENTAL (EKONOMI)
merupakan pendekatan structural general-equilibrium yang mendefinisikan keseimbangan jangka panjang nilai tukar riil sebagai nilai tukar yang berlaku ketika perekonomian berada dalam keseimbangan internal (aktual output mencapai potential output/full employment) dan eksternal (saving-investment gap berada pada tingkat yang normal)
Behaviour Equilibrium Exchange Rate (BEER),
Membangun keterkaitan antara perilaku nilai tukar riil efektif dengan variabel-variabel ekonomi yang relevan dengan mempertimbangkan unsur-unsur ekonomi yang dapat mempengaruhi “ekspektasi” pelaku pasar
18
Sistem nilai tukar mengambang 14 Agustus 1997 - sekarang
Dalam sistem ini, kurs bergerak sesuai kekuatan permintaan dan penawaran di pasar.
Bank Indonesia dapat melakukan intervensi di pasar valas, khususnya apabila terjadi gejolak kurs yang berlebihan dan/atau pergerakan kurs diperkirakan dapat mempengaruhi perkembangan inflasi.
19
EXPORT SERVICES (Inflow)
SUPPLY DEMAND
IMPOR SERVICES (Outflow)
CA
EXCHANGE RATE
KA
Likuiditas Pasar Uang (Rupiah) Tinggi
Pasar Tidak Likuid
Internasionalisasi Rupiah
OFFICIAL CAPITALINFLOW
OFFICIAL CAPITALOUTFLOW
PRIVATE CAPITALINFLOW
PRIVATE CAPITALOUTFLOW
FDI (OUTFLOW)
DEBT REPAYMENT
PORTFOLIO INVESTMENT (OUTFLOW)
MARKET SENTIMENT
MARKET CONFIDENCE
INTEREST RATE DIFFERENTIAL
MEDIUM-LONG TERM
SHORT-TERM
FDI (INFLOW)
DEBT INFLOW
PORTFOLIO INVESTMENT (INFLOW)
- LOI IMF - Paris Club- CGI
COUNTRY RISK
COVERED
UNCOVERED
REAL
KEPASTIAN HUKUM
FISCAL SUSTAINABILITY
DEVISA HASIL EKSPOR
SWAP PREMIUM
20
Kebijakan Nilai Tukar dan Kebijakan Nilai Tukar dan DevisaDevisa
Tujuan Kebijakan Nilai tukar dan Devisa• Mendukung kesinambungan pelaksanaan pembangunan• Mendukung efektivitas pelaksanaan kebijakan moneter
Wewenang BI atas Cadangan Devisa
• Pengelolaan Cadangan Devisa
• Pengembangan Pasar Valuta Asing
• Pengelolaan Nilai Tukar
Sistem Nilai Tukar dan Lalu Lintas Devisa diatur dalam UU No.24/1999 – tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar.
21
Sejarah Sistem Devisa
Sistem Devisa Kontrol,
UU No. 32/1964
Sistem Devisa Semi Kontrol,
PP No. 64/1970
Sistem Devisa Bebas,
PP No. 1/1982
Penegasan Sistem Devisa Bebas,
UU No. 24/1999
Seluruh devisa wajib diserahkan kepada negara (cq Bank Indonesia ).Devisa dikelompokan : - DHE (Devisa Hasil Ekspor)- DU (Devisa Umum)
Devisa ekspor wajib diserahkan kepada Bank Indonesia, sementara DU bebas digunakan.
Seluruh devisa bebas digunakan oleh penduduk
Penegasan sistem devisa bebas dan monitoring lalu lintas devisa
22
Pasal 2 Ayat (1), Setiap penduduk dapat dengan bebas memiliki dan
menggunakan devisa. Ayat (2), Penggunaan Devisa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) untuk keperluan transaksi di dalam negeri, wajib memperhatikan ketentuan mengenai alat pembayaran yang sah sebagaimana diatur dalam UU tentang Bank Indonesia.
Hal penting menurut UU No. 24/1999
Pasal 3 Ayat (1), BI berwenang meminta keterangan dan data mengenai
kegiatan Lalu Lintas Devisa yang dilakukan oleh penduduk. Ayat (2), Setiap penduduk wajib memberikan keterangan dan
data mengenai kegiatan Lalu Lintas Devisa yang dilakukannya, secara langsung atau melalui pihak lain yang ditetapkan oleh BI.
Pasal 4 Ayat (1), Dalam rangka penerapan prinsip kehati-hatian, Bank
Indonesia menetapkan ketentuan atas berbagai jenis transaksi devisa yang dilakukan oleh Bank.
Ayat (2), Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bank Indonesia.
23
Sistem Nilai Tukar Rp/USD
1000
W
1200
800
0
Target Zone
Managed FloatingRp/USD
W
1200
0
8001000
pelebaranBand
Revaluasi
0
1000
Rp/USD
W
Devaluasi
Fixed
0
1000
Rp/USD
Depresiasi
Apresiasi
Free Floating
24
Sejarah Sistem Nilai Tukar
Sistem Nilai Tukar Tetap
(1971 – Maret 1983)
Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali scr ketat
(April 1983 – Sep 1986)
Sistem Nilai Tukar Mengambang bebas
(14 Agustus 1997)
Bank Sentral menetapkan nilai tukar terhadap mata uang tertentu sebagai “anchor”. Dalam sistem ini, excess demand dan supply akan dipenuhi/ diserap oleh Bank Indonesia melalui intervensi.
Nilai tukar ditentukan tidak hanya pada mekanisme pasar, tetapi juga dipengaruhi oleh unsur “managed” dari bank Sentral melalui intervensi.
Nilai tukar dibiarkan bebas, tergantung pada mekanisme pasar.
Sistem Nilai Tukar Mengambang Fleksible
(Sep. 1986 – Agt. 1997)
25
Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar
Periode Sistem Nilai Tukar Tetap dan Sistem Nilai Tukar Mengambang Ketat:• Nopember 1978 dari Rp425 per dolar menjadi Rp625 per dolar• Maret 1983 dari Rp625 per dolar menjadi Rp825 per dolar• September 1986 dari Rp1134 per dolar menjadi Rp1644 per dolar
Periode Sistem Nilai Tukar Mengambang Fleksibel:Bank Indonesia melakukan 8 x pelebaran pita intervensi yaitu • September 1992 dari Rp6 (0,25%) menjadi Rp10(0,50%)• Januari 1994 dari Rp10 (0,50%) menjadi Rp20 (1%)• September 1994 dari Rp20 (1%) menjadi Rp30 (1,5%)• Mei 1995 dari Rp30 (1,5%) menjadi Rp44 (2%)• Desember 1995 dari Rp44 (2%) menjadi Rp66 (3%)• Juni 1996 dari Rp66 (3%) menjadi Rp118 (5%)• September 1996 dari Rp118 (5%) menjadi Rp192 (8%)• Juli 1997 dari Rp192 (8%) menjadi Rp304 (12%)
Selain itu dalam periode nilai tukar mengambang flexible ini Bank Indonesia:• Setiap hari mengeluarkan nilai tukar (kurs) tengah harian• Melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menjaga agar nilai tukar
bergerak dalam koridor yang telah ditetapkan.
26
Wewenang BI atas Cadangan DevisaPengelolaan Cadangan Devisa : Pengelolaan dilakukan dengan diversifikasi menurut jenis valuta dan
jenis penempatan. Pengelolaan dilakukan berdasarkan prinsip keamanan dan kesiagaan
untuk memenuhi kewajiban segera tanpa mengabaikan prinsip pendapatan yang optimal.
Pengembangan Pasar Valuta AsingMelalui penyempurnaan berbagai ketentuan di bidang transaksi devisa,
yaitu :• Menetapkan ketentuan transaksi devisa yang dilakukan oleh bank dalam
rangka menetapkan prinsip kehati-hatian :a. Ketentuan mengenai Transaksi Derivatifb. Pembatasan Transaksi rupiah dan pemberian kredit valas
Pengelolaan Nilai Tukar• Sterilisasi/Intervensi di pasar valuta asing.• Penentuan Kurs Jual/Beli yang terdiri dari;
a. Kurs Transaksi b. Kurs Uang Kertas Asing.
27
Kebijakan BI terhadap Nilai Tukar
Menjaga kondisi fundamental makro ekonomi yang sehat.
Melakukan intervensi ke pasar valas.
Pengawasan langsung pada bank pelaku terbesar.
Pemantauan rekening vostro.
Non-internasionalisasi Rupiah, dengan membatasi akses non-residen terhadap rupiah untuk menekan tindakan spekulasi
28
Isu-isu Terkait Nilai Tukar dan Devisa:
29
Exchange Rate Stability
Monetary Policy Independent Open Capital Account
(Free Capital Mobility)
Fixed Exchange Rate System + CA Restriction
The Impossible Trinity
Fixed Exchange Rate System +
Open CA
Free Float Exchange Rate
System + Open CA
China
Low stable inflation
Abundant of International
Reserve
Low External Debt
Hong Kong
Low stable inflation
Abundant of International
Reserve
US, Japan, New Zealand, S. Korea, etc.
Developed Financial Market
External transaction are hedged
30
PASS THROUGH EFFECT OF EXCHANGE RATE ON INFLATION
EXCHANGE RATE
IMPORTED INFLATION
OUTPUT GAP
INFLATION
EXPECTATION
MARKET SENTIMENT
SUPPLY-DEMAND
IMBALANCE
MARKETLIQUIDITY
EXTERNAL DEBT
IMPORT
EXPORT PROCEED
PORTFLIO
FDI
INPUT FACTOR
SUPPLY SIDE
DEMAND SIDE
NET EXPORT
Direct pass- through
Indirect pass- through
Indirect pass- through
G + C + I
MICRO POLICY
ECONOMIC RISK
FINANCIAL RISK
POLITICAL RISK
31
POLICY ACTION TO STABILIZE EXCHANGE RATE
OPEN MARKET OPERATION
INTERVENSI
STERILISASI
NON-MONETARY INSTRUMENT
LELANG SBI
FASBI & Fine-Tuning
LIKUIDITAS RUPIAH
NILAI TUKAR RUPIAH
LIKUIDITAS VALUTA ASING
NET CLAIM
ON GOVT
PEMBATASAN INTERNASIONALISASI RUPIAH (PBI No.3/2001)
SUPERVISI BANK (OFF/ON-SITE SUPERVISION)
32
INTERNASIONALISASI RUPIAH
VOLATILITAS
Rupiah diperdagangkan di pasar offshore
Mempermudah spekulan, khususnya non-resident, untuk mempengaruhi sentimen pasar
Aktivitas non-resident cenderung diikuti oleh pemain lokal (herding behavior)
Aktivitas non-resident tercermin dari aktivitas vostro account di bank-bank dalam negeri
Vostro account digunakan sebagai sarana untuk settlement transaksi rupiah di pasar offshore
Aksi spekulasi non-resident tersebut kiranya dapat diredam apabila pasokan rupiah untuk non-resident dibatasi
INTERNASIONALISASI RUPIAH PERLU DIBATASI
33
Beberapa kebijakan non-internasionalisasi rupiah telah dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebelumnya, antara lain :
A. Pembatasan jumlah uang rupiah (rupiah notes) yang dapat dibawa ke luar Indonesia
B. Pelarangan pemberian kredit dalam rupiah dan valas kepada non-residen
C. Pelarangan penerbitan surat berharga komersial oleh non-resident, dan
D. Pembatasan forward jual oleh residenKetentuan (A) dan (C) relatif berjalan efektif, meskipun masih terdapat pelanggaran-pelanggaaran terhadap ketentuan (i).
Ketentuan (B) dan (D) perlu disempurnakan untuk meningkatkan efektivitasnya
34
Perlukah Melakukan Kebijakan Kontrol Modal ?
Tujuan Kebijakan Kontrol Modal
Melindungi “kemandirian kebijakan moneter” dan “nilai tukar” suatu negara dalam kondisi neraca pembayaran yang lemah Melindungi pasar keuangan yang lemah dan rentan dari gejolak yang berlebihan sambil memberikan kesempatan bagi negara ybs memperkuat infrastruktur kelembagaan sektor keuangan
Bentuk Kontrol Modal
Administrative control (direct)
Market-based control (indirect)
Pembatasan transaksi modal :
- pelarangan, pembatasan jumlah secara kuantitatif
- prosedur untuk memperoleh persetujuan
Menghambat pergerakan modal dan transaksi yang terkait dengan cara membuat transaksi modal tersebut menjadi lebih mahal untuk dilakukan :
- menerapkan sistem nilai tukar dual
- menerapkan tobin tax
35
Terima Kasih
Bila masih ada pertanyaankirim e-mail ke:
spambudi@bi.go.id