bahan kuliah perumpamaan

44
Matius 7:24-27 Perumpamaan tentang Pembangun Rumah Teks (versi TB): 24"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. 25 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. 26 Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. 27 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." Teks di atas saya buat di dalam beberapa proposisi sebagai berikut: (1)Setiap orang mendengar perkataan Yesus dan melakukannya sama seperti (homoiwthesetai) orang bijaksana (tunggal)mendirikan rumahnya di atas batu (2)Orang bijaksana mendirikan rumah di atas batu (3)Datang hujan, banjir dan angin melanda rumah orang itu (4)Tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu (5)Setiap orang mendengar perkataan Yesus dan tidak melakukannya sama seperti (homoiwthesetai) orang bodoh (tunggal) mendirikan rumahnya di atas pasir (6)Orang bodoh mendirikan rumah di atas pasir (7)Datang hujan, banjir dan angin melanda rumah itu (8)Dan rumah itu rubuh dan hebat kerusakannya Dari proposisi (1)-(8) menghasilkan 6 proposisi baru berikut:

Transcript of bahan kuliah perumpamaan

Page 1: bahan kuliah perumpamaan

Matius 7:24-27Perumpamaan tentang Pembangun Rumah

Teks (versi TB):

24"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. 25 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. 26 Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. 27 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."

Teks di atas saya buat di dalam beberapa proposisi sebagai berikut:

(1)Setiap orang mendengar perkataan Yesus dan melakukannya sama seperti

(homoiwthesetai) orang bijaksana (tunggal)mendirikan rumahnya di atas batu

(2)Orang bijaksana mendirikan rumah di atas batu

(3)Datang hujan, banjir dan angin melanda rumah orang itu

(4)Tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu

(5)Setiap orang mendengar perkataan Yesus dan tidak melakukannya sama seperti

(homoiwthesetai) orang bodoh (tunggal) mendirikan rumahnya di atas pasir

(6)Orang bodoh mendirikan rumah di atas pasir

(7)Datang hujan, banjir dan angin melanda rumah itu

(8)Dan rumah itu rubuh dan hebat kerusakannya

Dari proposisi (1)-(8) menghasilkan 6 proposisi baru berikut:

(9) Setiap orang sama-sama (memiliki kesempatan sama) mendengar perkataan Yesus (1&5)

(10) Namun terjadi dua respon berbeda: ada orang yang melakukan perkataan Yesus dan

ada orang yang tidak melakukan perkatan Yesus (1 & 5)

Proposisi (9) dan (10) adalah pengajaran perumpamaan yang diumpamakan "sama seperti" narasi perumpamaan berikut:

(11) Ada dua macam orang sama-sama mendirikan rumah (2 & 6)

(12) Namun terjadi dua pilihan fondasi berbeda di dalam mendirikan rumah: yang satu

memilih di atas batu dan yang satu lagi memilih di atas pasir (2 & 6)

Kemudian:

(13) Ada bencana (hujan, banjir dan angin) yang melanda kedua rumah itu (3 & 7)

Page 2: bahan kuliah perumpamaan

(14) Dan terjadi dua kejadian berbeda: rumah di atas batu tidak rubuh dan rumah di

atas pasir rubuh dan rusak (4 & 8)

Dari proposisi (9)-(14) akan menghasilkan 2 kesimpulan proposisi berikut:

(15) Orang yang mengantisipasi atau mempersiapkan diri menghadapi bahaya bencana

adalah orang bijaksana (11, 12, 13 & 14)

(16) Orang yang tidak mengantisipasi atau mempersiapkan diri menghadapi bahaya

bencana adalah orang bodoh (11, 12, 13 & 14)

Kemudian:

(17) Orang yang mendengar perkataan Yesus dan melakukannya adalah orang yang bisa

mengantisipasi atau mempersiapkan diri menghadapi bahaya bencana dan dia disebut

orang bijaksana (9, 10 & 15)

(18) Orang yang mendengar perkataan Yesus dan tidak melakukannya adalah orang yang

tidak bisa mengantisipasi atau mempersiapkan diri menghadapi bahaya bencana dan

dia disebut orang bodoh (9, 10 & 16)

Aplikasi:

1.Orang kristen yang melakukan perkataan Yesus dalam hidupnya lebih terlatih memberi respons yang tepat dan benar ketika menghadapi krisis di dalam hidupnya sekarang.

2. Sebaliknya, orang Kristen yang tidak melakukan perkataan Yesus dalam hidupnya tidak dapat memberi respons yang tepat bahkan hancur ketika menghadapi kriris di dalam hidupnya.

3.Perumpamaan ini mengajarkan suseptibilitas seorang murid terhadap krisis. Seorang pengikut Kristus dengan mudah memberi respon terhadap badai bukan karena kemampuan dirinya tetapi karena dengan anugerah berdiri di atas perkataan Yesus. Perkataan Yesus memberinya kekuatan ketika diterpa badai atau krisis kehidupan.

4.Perumpamaan ini menjadi peringatan kepada orang Kristen yang tidak melakukan perkataan Yesus, walaupun dia sudah sering mendengar perkataan Yesus selama bertahun-tahun. Fondasi filsafat hidup yang kelihatan mudah dan indah akan menghancurkan hidup secara hebat saat diterjang badai kehidupan.

5.Perumpamaan ini menjadi penghiburan bagi pelaku firman sebaliknya menjadi peringatan bagi yang tidak melakukan firman Yesus. Khotbah Yesus di bukit diakhiri dengan peringatan sekaligus juga penghiburan.

Matius 13:44

Page 3: bahan kuliah perumpamaan

Perumpamaan Penemu Harta Terpendam

Teks (versi TB): "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu.

Perumpamaan ini adalah cerita yang sangat sederhana. Namun ada berbagai macam tafsiran yang muncul di balik cerita sederhana ini. Ada yang memfokuskan pada harta terpendam di ladang; sukacita sang penemu harta tersebut; karakter si penemu harta; penjualannya; sukacita dan penjualannya; harta dan penjualannya. Penulis sendiri menitikberatkan pada keseluruhan tindakan dari sang penemu harta tersebut.

Ada argumen yang bisa penulis bangun di sini:(1) Kerajaan Surga sama seperti narasi perumpamaan(2) Ada harta terpendam di ladang (3) Ada orang yang menemukannya (4) Si penemu harta memendamkan harta tersebut(5) Si penemu harta bersukacita atas kejadian tersebut(6) Si penemu harta pergi (7) Si penemu harta menjual seluruh apa yang dimilikinya(8) Si penemu harta membeli ladang itu

Dari proposisi (1) - (8) ada dua desain dari perumpamaan penemu harta terpendam yaitu :1. Proposisi (1) adalah pengajaran perumpamaan. 2. Proposisi (2) - (8) adalah narasi perumpamaan.Pengajaran perumpamaan “sama seperti” narasi perumpamaan. Langkah pertama adalah menganalisis narasi perumpamaan untuk mendapatkan tema narasi atau pokok cerita. Tema narasi sekaligus menjadi tema pengajaran perumpamaan.

Dari proposisi (2) - (8) penulis mengamati narasi ini jelas menitikberatkan/fokus pada apa yang dilakukan oleh si penemu harta tersebut bukan pada harta terpendamnya. Awal cerita dimulai dari ada orang menemukan harta terpendam di ladang dan akhir cerita si penemu itu membeli ladang tersebut. Jadi ada proses dari menemukan harta sampai memiliki harta tersebut. Prosesnya inilah yang disebut dengan jalannya cerita/alur. Di dalam alur cerita, jelas dituliskan apa yang dilakukan oleh si penemu harta mulai dari menemukan harta sampai membeli ladang. Jadi penulis melihat fokus narasi adalah pada tindakan si penemu harta.

Apa saja tindakan si penemu: memendamkan harta (4), bersukacita (5), pergi (6), menjual (7) dan membeli (8). Semua tindakannya memiliki satu tujuan yaitu memiliki harta tersebut. Lalu tema seperti apa yang bisa disimpulkan? Perhatikan kembali proposisi-proposisi di atas. Pertama, si penemu harta pasti bisa membedakan atau membandingkan harta mana yang lebih berharga:

Page 4: bahan kuliah perumpamaan

harta terpendam atau harta miliknya. Kedua, dengan tahu harta mana yang lebih berharga membuat dia memutuskan untuk memendamkannya, bersukacita, pergi menjual seluruh miliknya, dan membeli ladang itu untuk mendapatkan harta yang lebih berharga. Berarti di sini kita mendapatkan proposisi baru sekaligus menjadi tema narasi:(9) Si penemu harta tahu harta mana yang lebih berharga: harta terpendam atau seluruh harta miliknya (2, 3, 7 & 8).Jadi menurut penulis tema narasi (2) - (8) adalah si penemu harta menyadari harta mana yang lebih berharga (9).

Berdasarkan proposisi (1) maka tema pengajaran perumpamaan adalah setiap umat Allah harus menyadari bahwa Kerajaan Surga adalah harta yang lebih berharga daripada hal-hal yang lain, bahkan jauh lebih berharga dari apapun di dunia ini. Inilah seharusnya menjadi visi bersama seluruh umat Allah. Dan ketika itu telah betul-betul disadari oleh seluruh umat, maka tindakan-tindakan selanjutnya pasti akan mengikuti. Untuk Kerajaan Surga tidak ada yang tidak rela dilakukan atau dikorbankan. Bagaimana bentuk atau bukti kalau Kerajaan Surga lebih berharga daripada yang lain? Salah satunya adalah pengurbanan finansial. Seorang umat yang berkurban finansial membuktikan bahwa Kerajaan Surga tidak hanya merupakan prioritas utama dalam hidupnya, juga menyatakan Kerajaan Surga lebih bernilai dari segala sesuatu yang dimilikinya (Mat 6:24). Pemilikan Kerajaan Surga menyebabkan kekayaan, harta dan properti dan segala sesuatunya menjadi tidak atau kurang berharga. Kalau kita lihat peristiwa orang muda kaya dalam Mat 19:16-22 merupakan ilustrasi konkrit tuntutan penyerahan finansial untuk memiliki Kerajaan Surga. Bentuk pengurbanan lain adalah keluarga (10:37; 19:29) bahkan nyawa sendiri (10:39). Seorang umat adalah orang yang mengutamakan Kerajaan Surga di atas segala-galanya. Tidak ada yang lebih berharga dan terutama dalam hidup kecuali Yesus dan Kerajaan-Nya. Relasi umat dan Kerajaan Surga menentukan relasi dengan materi, keluarga dan diri sendiri. Lalu apa tindakan kita sekarang?

Page 5: bahan kuliah perumpamaan

Matthew 13:47-50

"Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan

berbagai-bagai jenis ikan. 48 Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka

dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang. 49

Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang

benar, 50 lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan

kertakan gigi.

Cerita perumpamaan di atas adalah sebuah cerita sederhana bagi pendengar Yesus pada waktu itu.

Mereka semua pasti mengenal betul latar dan alur cerita tersebut. Tempat kejadian adalah di laut dan di

pantai. Ada penangkap-penangkap ikan (sebut saja ‘nelayan’ dan ini dalam bentuk jamak ) melemparkan

jala ke dalam laut untuk mengumpulkan berbagai jenis ikan. Kemudian setelah jala penuh akan ikan-

ikan, mereka akan memisahkan berbagai jenis ikan tersebut. Ikan yang baik akan dijual dan ikan yang

tidak baik akan mereka buang. Ikan baik adalah ikan halal yaitu bersisik atau bersirip sedangkan ikan

tidak baik adalah ikan haram yaitu tidak bersisik atau bersirip (Lihat Ulangan 14:10).

Selain latar dan alur cerita, terdapat juga karakter atau tokoh di dalam cerita yaitu si nelayan. Kemudian,

dari alur cerita kita mengetahui apa yang dilakukan oleh si nelayan yaitu menjala, menunggu jala penuh

ikan, menyeret jala ke pantai, dan memisahkan ikan-ikan. Dan apa yang digunakan oleh si nelayan yaitu

jala, serta apa yang mereka dapatkan adalah ikan baik dan ikan tidak baik.

Perumpamaan ini dapat difokuskan pada apa yang dilakukan oleh si nelayan; jala yang digunakan

nelayan; ataupun apa yang mereka dapatkan yaitu ikan baik dan ikan tidak baik. Saya memfokuskan

pada apa yang dilakukan oleh si nelayan.

Perumpamaan di atas dapat diuraikan lebih jelas seperti ini:

(1) Kerajaan Surga sama seperti narasi perumpamaan (rumus perumpamaan)

(2) Ada nelayan melempar jala ke laut (narasi perumpamaan)

(3) Nelayan menunggu jala penuh dengan ikan-ikan

(4) Nelayan menarik jala penuh itu ke pantai

Page 6: bahan kuliah perumpamaan

(5) Nelayan duduk mengumpulkan ikan baik ke dalam pasu

(6) Nelayan membuang ikan tidak baik

(7) Pada akhir zaman malaikat-malaikat akan datang (penjelasan perumpamaan)

(8) Mereka akan memisahkan orang jahat dari orang benar

(9) Mereka akan mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api

(10) Nelayan mengumpulkan ikan-ikan baik ikan yang baik maupun tidak baik (2 & 3)

(11) Nelayan memisahkan ikan yang baik dan tidak baik (4, 5 & 6)

(12) Narasi perumpamaan memberikan tema/pokok cerita: mengumpulkan untuk dipisahkan (10 &

11)

(13) Kerajaan Surga sama seperti pengumpulan semua orang untuk dipisahkan (1 & 12)

(14) Kerajaan Surga akan terjadi pada akhir zaman yaitu pemisahan orang jahat dari orang benar di

mana orang jahat akan dibuang ke dalam dapur api ( 7, 8, & 9)

(15) Kerajaan Surga sedang terjadi sekarang dan akan datang yaitu di akhir zaman (13 & 14)

Perumpamaan di atas memberikan tema atau pokok ajaran: Kerajaan Surga sedang terjadi sekarang dan

akan datang. Pada saat sekarang yang terjadi adalah pengumpulan semua orang untuk dipisahkan.

Maksud teologisnya adalah berita baik yaitu Kerajaan Surga diberitakan kepada semua orang tanpa

membedakan suku dan agama, orang baik dan orang jahat. Berita Kerajaan Surga bersifat universal.

Gereja memiliki tugas atau peranan di sini, inilah yang disebut dengan misi gereja. Gereja menyebarkan

misinya kepada siapa dan di mana saja. Namun di saat yang sama, tidak semua orang menerima berita

baik tersebut. Penolakan terhadap berita itu adalah wujud pemisahan sekarang. Ada orang yang benar

artinya orang yang percaya pada berita tersebut dan ada orang jahat artinya orang yang menolak berita

tersebut. Gereja terbuka, menyebarkan misi, dan menghimpun semua orang tanpa diskriminasi apapun.

Namun di tengah himpunan orang terdiri atas orang benar dan orang jahat. Ini menunjukkan

esktatologis sudah terjadi sekarang dan akan ditegaskan pada akhir zaman. Orang jahat akan dipisahkan

dari orang benar dan dicampakkan pada dapur api. Pemisahan pada akhir zaman adalah bentuk

penegasan dari pemisahan yang telah terjadi sekarang.

Page 7: bahan kuliah perumpamaan

Menemukan tesis untuk menafsirkan teks naratif.

1. Tentukan ‘pencerita’ dan imbangan si pencerita yaitu pendengar, pembaca, atau yang menjadi sasaran pembicaraan;

2. ‘Sudut pandang’. Kita membedakan antara sudut pandang luar yaitu dari pencerita dan sudut pandang yang berasal dari tokoh di dalam dunia cerita.

1. ‘Bangun dunia cerita itu sendiri’: peristiwa dan rangkaian yang dibentuknya, tokoh yang menjadi pelaku atau mengalami perlakuan, dimensi ruang dunia tempat terjadinya peristiwa, dan struktur waktu. Lamanya peristiwa, urutan penyajiannya, dan bagaimana perbandingannya dengan panjang cerita. Tokoh ditelaah satu-satu secara mandiri, dalam saling hubungan dan kaitannya dengan peristiwa. Kita akan mengamati pelukisannya, informasi apa yang kita dapat mengenai mereka dan sumber informasinya sebab keterandalan sumber informasi akan mempengaruhi gambaran yang kita bentuk.

3. ‘Kisah’: sebuah pokok dalam sebuah cerita, lakon dan kadang-kadang sebuah sajak, berkembang dalam kurun waktu tertentu dari awal sampai suatu akhir. Rentetan kejadian mendugakan urutan waktu; kisah bukan hanya penyebutan sejumlah gejala lepas, dalam kisah kejadian-kejadian saling berkaitan; kejadian dalam kisah disebabkan atau dialami oleh tokoh yang mempunyai tujuan. Secara sadar atau tidak sadar, eksplisit atau implisit kisah memperoleh dinamikanya karena tokoh pelakunya mempunyai suatu tujuan. Ketiga ciri khas yang dimiliki kisah menjadi dasar bagi tiga cara analisis kisah.1. Analisis PeristiwaPeristiwa digambarkan sebagai peralihan dari satu keadaan kepada keadaan yang lain. Ada banyak peristiwa di dalam cerita tentunya. Namun dari peristiwa-peristiwa itu kita mencari peristiwa yang mempunyai akibat. Pengamatan apakah suatu peristiwa mempunyai akibat, menuntut kita membaca terus dan mengaitkan kelanjutannya. Hal ini merupakan ciri kisah, karena peristiwa memang tidak berdiri lepas. Ini juga menggiring pembaca agar ia membaca terus. Kategori peristiwa-berakibat atau peristiwa fungsional bukanlah satu-satunya kategori. Ada pula kejadian yang dimaksudkan untuk menghubungkan peristiwa fungsional. Apabila kita ingin menyusun lebih lanjut peristiwa fungsional yang sudah dikumpulkan, terbuka beberapa kemungkinan: salah satu cara ialah mengelompokkannya dalam kumpulan yang lebih besar yang disebut episode. Peristiwa merupakan peralihan dari satu keadaan kepada keadaan yang lain, demikian pula episode adalah serentetan peristiwa yang mengandung suatu keadaan awal, suatu perubahan, seringkali suatu perumitan dan suatu keadaan akhir. Perumitan yang terkandung dalam proses perubahan dapat merupakan proses perbaikan atau sebaliknya proses kemunduran. Apakah keadaan pelaku membaik atau mundur dengan perubahan itu?2. Analisis Tokoh

Page 8: bahan kuliah perumpamaan

Tokoh adalah pelaku atau subjek yang mengalami peristiwa. Dia adalah subjek yang mengalami peralihan keadaan. Citra tokoh yaitu mendeskripsikan tokoh sebagai satu kesatuan, dengan menderetkan ciri-ciri mereka; mengamati mereka dalam hubungannya satu sama lain; dan melihat mereka dalam kaitannya dengan peristiwa. Tokoh tersendiri, tapi juga bisa dibandingkan dengan tokoh lain. Persamaan dan perbedaan antar tokoh. 1. Tokoh tersendiri sebagai satu kesatuan2. Tokoh dengan tokoh lain sebagai perbandingan (persamaan dan perbedaan)3. Tokoh dengan peristiwa. Penentuan seorang tokoh yang kita anggap sebagai pelaku

bertujuan dalam kisah (lihat dalam analisis perisitiwa dan tokoh)3. Analisis Peristiwa dan TokohLakuan tujuan; tokoh pelaku bertujuan; usaha penggerak cerita untuk mencapai tujuan. Mengapa ada tujuan? Karena lakuan atau tokoh yang mempunyai tujuan. Mengapa ada usaha? Karena ada tujuan yang mau dicapai. Makna peristiwa bagi keseluruhan kisah tidak dapat dilihat lepas dari tokoh. Tokoh mempunyai fungsi bagi lakuan. Apabila membicarakan tokoh, kita menekankan bahwa lakuan mempunyai tujuan. Apabila membicarakan tokoh, kita menekankan bahwa lakuan mempunyai tujuan. Tokoh yang bersangkutan ingin mencapai sesuatu atau menghindari sesuatu kurang menguntungkan. Kita menbedakan seorang pelaku dan sebuah tujuan. Pelaku dibantu oleh pembantu dan ditentang oleh penentang. Yang memungkinkan seluruh usaha kita sebut kekuasaan. Ini lebih terpusat daripada pembantu. Terakhir ada yang diuntungkan, yang mendapat keuntungan oleh usaha tersebut. Yang paling utama dari model analisis yang menghubungkan tokoh dengan lakuan ini adalah usaha, keinginan pelaku. Usaha tersebut dapat dipandang sebagai penggerak kisah yang berjalan sejajar dengan keinginan pembaca untuk ikut serta dalam perjalanan. Baik pembaca maupun tokoh berusaha mencapai akhir perjalanan. Itulah dinamika yang membedakan pembacaan cerita dan pembacaan puisi. Jadi semua sarana yang dibicarakan seperti pencerita, sudut pandang berlapis, peristiwa, gambaran tokoh mendukung kepaduan antara usaha si pelaku ke arah akhir yang baik dan usaha pembaca ke arah akhir yang memuaskan.

Tesis “Usaha, keinginan pelaku mencapai tujuan sebagai penggerak kisah berfungsi sebagai pembawa tema kisah narasi perumpamaan”

Contoh: Perempuan Sihir/Maria Dermout

2. Pencerita ekstern yaitu pencerita yang tidak mengambil bagian dalam kisah. 3. Bagian kedua yang panjang difokalisasikan oleh perempuan, tetapi diceritakan oleh pencerita.

Fokalisator intern pertama: perempuan, kedua pemuda.

Partner pembahasan “Armand Barus”

Tesis Armand Barus “Karakter berfungsi sebagai pembawa tema pembacaan”

Page 9: bahan kuliah perumpamaan

“Carilah Sampai Ketemu” Matius 18: 12-14

Karakter gembala memperlihatkan dua tindakan perbandingan.Pertama, keharusan mencari domba yang hilang.Kedua, sukacita ketika menemukan domba yang hilang.Jadi gembala harus mencari domba yang hilang karena dorongan kesedihan mendalam sehingga ketika menemukannya ia sangat bersukacita.

Konsep Teologis: Allah mencari yang hilang (orang Kristen yang tersesat) dan Allah bersukacita saat menemukan jemaat yang hilang.

Perumpamaan ini merupakan panggilan kepada murid-murid Yesus untuk mencari orang yang hilang dengan tekun dan gigih.

Melalui analisis karakter gembala di atas dapat dikatakan bahwa penekanan perumpamaan terletak pada kegigihan gembala mencari domba dan sukacita gembala saat menemukan domba yang hilang.

Hubungan Allah dan umat-Nya mendapat bentuk nyata melalui hubungan sesama jemaat. Relasi sesama jemaat harus merupakan cermin relasi Allah dan umat-Nya. Perumpamaan ini menguraikan teologi penggembalaan.

Analisis Perumpamaan Matius 18:12-14

Matthew 18:12-14 12 Ti, u`mi/n dokei/È eva.n ge,nhtai, tini avnqrw,pw| e`kato.n pro,bata kai. planhqh/| e]n evx auvtw/n( ouvci. avfh,sei ta. evnenh,konta evnne,a evpi. ta. o;rh kai. poreuqei.j zhtei/ to. planw,menonÈ 13 kai. eva.n ge,nhtai eu`rei/n auvto,( avmh.n le,gw u`mi/n o[ti cai,rei evpV auvtw/| ma/llon h' evpi. toi/j evnenh,konta evnne,a toi/j mh. peplanhme,noijÅ 14 ou[twj ouvk e;stin qe,lhma e;mprosqen tou/ patro.j u`mw/n tou/ evn ouvranoi/j i[na avpo,lhtai e]n tw/n mikrw/n tou,twnÅ

Matthew 18:12-14 12 "Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? 13 Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. 14 Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang."

Struktur dan Terjemahan

Ti, u`mi/n dokei/Èeva.n ge,nhtai, tini avnqrw,pw| e`kato.n pro,bata kai. planhqh/| e]n evx auvtw/n

Page 10: bahan kuliah perumpamaan

ouvci. avfh,sei ta. evnenh,konta evnne,a evpi. ta. o;rh kai. poreuqei.j zhtei/ to. planw,menonÈkai. eva.n ge,nhtai eu`rei/n auvtoavmh.n le,gw u`mi/n

o[ti cai,rei evpV auvtw/| ma/llon h' evpi. toi/j evnenh,konta evnne,a toi/j mh. peplanhme,noijÅ

ou[twj ouvk e;stin qe,lhma e;mprosqen tou/ patro.j u`mw/n tou/ evn ouvranoi/j

i[na avpo,lhtai e]n tw/n mikrw/n tou,twn

Apa yang kamu pikirkan? Jika seseorang memiliki seratus ekor domba dan satu dari mereka tersesat,bukankah

dia akan meninggalkan 99 ekor domba di pegunungandan pergi mencari yang tersesat?

Dan jika dia menemukannya,sungguh aku berkata kepadamu

bahwa dia bersukacita atas 1 ekor domba itu lebih daripada (bersukacita) atas 99 ekor domba yang tidak tersesat.

Demikian juga itu adalah bukan keinginan di hadapan Bapamu di Sorga supaya satu dari yang kecil ini binasa

Pengumpulan Data:

Terdiri atas : A. Pengajaran Perumpamaan terdiri atas pembukaan dan penjelasan

B. Narasi perumpamaan yaitu kisah atau cerita.

(1) Apa pendapatmu? (Pembukaan perumpamaan)(2) Seorang gembala mempuanyai seratus ekor domba (Kisah Narasi Perumpamaan)(3) Ada satu ekor domba diantaranya tersesat(4) Gembala tersebut meninggalkan 99 ekor domba di pegunungan(5) Gembala itu pergi mencari yang domba yang tersesat itu(6) Gembala menemukan satu ekor domba yang tersesat itu(7) Gembala bersukacita atas yang seekor itu daripada yang 99 ekor yang tidak tersesat(8) Maka, Bapa di sorga tidak menginginkan satu dari yang kecil ini binasa (Penjelasan

Perumpamaan)

Analisis Kisah Narasi Perumpamaan

Analisis Peristiwa:

Page 11: bahan kuliah perumpamaan

Hilangnya satu domba dalam perumpamaan di atas adalah peristiwa karena merupakan peralihan dari keadaan sempurna kepada keadaan tidak sempurna. Tidak dijelaskan mengapa yang satu ekor domba itu tersesat. Dan si gembala meninggalkan 99 ekor domba di pegunungan juga merupakan peristiwa karena dari keadaan memiliki gembala menjadi tanpa gembala. Kemudian, penemuan domba yang tersesat juga adalah peristiwa karena dari keadaan tanpa satu domba kepada keadaan domba yang kembali lengkap. Dan Terakhir, sukacita gembala adalah peristiwa karena ada perubahan suasana dari keadaan sedih menjadi gembira yang dialami si gembala.Bisa dikatakan rentetan peristiwa itu dapat kita sebut juga episode. Episode adalah serentetan peristiwa yang mengandung suatu keadaan awal, suatu perubahan, seringkali suatu perumitan dan suatu keadaan akhir. Keadaan awal: domba masih utuh, kemudian ada perubahan/perumitan: hilangnya 1 ekor domba dan ditinggalkannya 99 ekor domba, dan keadaan akhir: menemukan domba hilang dan bersukacita. Perumitan yang terkandung dalam proses perubahan menghasilkan proses perbaikan yaitu gembala bersukacita.

Analisis Tokoh:Tokoh di dalam kisah narasi di atas adalah si gembala. Gembala memiliki kegigihan mencari satu ekor domba yang hilang. Dia berani meninggalkan 99 ekor domba di pegunungan demi 1 ekor domba saja. Hal ini berarti misi menemukan satu ekor domba kembali lebih berharga daripada menggembalakan 99 ekor domba. Bahkan ini ditunjukkan gembala bersukacita atas 1 ekor domba lebih daripada 99 ekor domba yang tidak tersesat. Tokoh di dalam kisah di atas hanyalah satu yaitu tokoh si gembala. Namun di luar narasi, ada penjelasan perumpamaan. Di dalam penjelasan perumpamaan terdapat tokoh sentral yaitu Allah. Disebutkan, tokoh Allah ini sama dengan tokoh gembala. Jadi perbandingan kedua tokoh tersebut adalah sama. Kedua tokoh tersebut terdapat persamaan.

Analisis Peristiwa dan Tokoh: Interpretasi kita adalah penentuan tokoh gembala yang kita anggap sebagai pelaku bertujuan dalam kisah. Peristiwa hilangnya satu domba menghadirkan tokoh gembala sebagai pelaku bertujuan. Tokoh mempunyai fungsi bagi lakuan. Apabila membicarakan tokoh, kita menekankan bahwa lakuan mempunyai tujuan. Tujuannya adalah menemukan satu ekor domba yang tersesat. Tujuan itu dicapainya pada akhir cerita, tetapi dalam perjalanan ke arah tujuan itu terjadi peristiwa meninggalkan 99 ekor domba dan mencari 1 ekor domba. Meninggalkan 99 ekor domba dan mencari 1 ekor domba adalah usaha pelaku mencapai tujuan. Tidak ada tokoh pembantu atau penentang di dalam usaha mencapai tujuan yaitu menemukan satu ekor domba tersesat. Namun yang jelas usaha mencapai tujuan ternyata tercapai. Tokoh si gembala menjadi tokoh utama, sekaligus sebagai kekuasaan. Dalam usaha mencari tidak ada pertentangan, yang ada adalah kekuasaan untuk mencari dan menemukan. Kekuasaan mencari dan menemukan adalah tokoh itu sendiri yaitu gembala. Dan siapa yang mendapat untung atau rugi dari usaha tersebut? Dalam kisah ini, si gembala yang beruntung karena usahanya sendiri. Dia mengalami sukacita sebagai hasil dari usahanya. Yang paling utama dari model analisis yang menghubungkan tokoh dengan lakuan ini adalah usaha, keinginan pelaku. Usaha tersebut dapat dipandang sebagai penggerak kisah yang berjalan sejajar

Page 12: bahan kuliah perumpamaan

dengan keinginan pembaca untuk ikut serta dalam perjalanan. Tanpa adanya usaha maka kisah tidak berjalan sampai akhir. Baik pembaca maupun tokoh berusaha mencapai akhir perjalanan. Jadi usaha mencapai tujuan sebagai penggerak kisah menjadi tema pokok dari kisah narasi perumpamaan ini. Meninggalkan untuk menemukan menjadi tema pokok perumpamaan ini.

Konsep TeologisPerumpamaan di atas membawa tema meninggalkan dan mencari. Afi,hmi ‘meninggalkan’ verba yang sama dipakai oleh Matius ketika Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes meninggalkan pekerjaan mereka dan kemudian mengikuti Yesus (4:20,22). Meninggalkan pekerjaan mereka yang lazim dan melakukan sesuatu yang lain di dalam dua konteks (murid-murid mengikuti Yesus dan gembala mencari 1 ekor domba tersesat) Matius tadi terjadi karena ada sesuatu yang lebih penting dan mendesak untuk dikerjakan. Matius menggunakan verba ini untuk menggambarkan kepada pembaca bahwa ada dua prioritas atau pilihan yang harus dipilih oleh pelaku. Dan Matius menuliskan jelas bahwa pilihan melakukan sesuatu yang lain menjadi yang terpenting dan mendesak. Dan itu yang dilakukan oleh pelaku. Meninggalkan mengandung makna memilih prioritas yang tepat. Hal ini terjadi karena pelaku menyadari ada sesuatu yang lebih penting untuk dikerjakan. Begitu juga dengan Allah Bapa. Allah tahu ada sesuatu yang lebih penting untuk dikerjakan. Apa itu? Yaitu Allah mencari yang tersesat. Verba zhte,w dalam konteks ini berarti mencari apa yang hilang. Dalam hal ini berarti usaha menemukan kembali apa yang menjadi miliknya. Di dalam tulisan Matius, arti verba ini hanya terdapat di ayat ini (18:12). Bandingkan juga dengan Lukas 19:10 “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” Anak Manusia datang ke dunia untuk mencari apa yang menjadi milik-Nya kembali yaitu orang-orang kudus pilihan Allah. Anak manusia menyelamatkan mereka yang hilang. Hal yang sama juga di dalam konteks Matius ini yaitu Allah berusaha menemukan kembali mereka yang tersesat atau hilang. Mereka di sini adalah orang-orang kudus pilihan Allah atau orang percaya. Allah tidak menginginkan tidak satupun umat pilihannya tersesat sehingga Allah mencari mereka. Semuanya ini menunjukkan kasih Allah yang begitu besar. Mencari mengandung makna usaha menemukan kembali apa yang menjadi miliknya dan usaha mencari ini didorong oleh kasih yaitu keinginan tidak ada seorangpun dari miliknya binasa. Menemukan berarti kegenapan misi yang disertai dengan rasa sukacita. Aplikasi

Aplikasi bagi pembaca kontemporer adalah dua hal yaitu pertama, berani mengambil keputusan meninggalkan sesuatu yang lazim untuk mengerjakan hal yang jauh lebih penting. Jemaat menyadari bahwa mencari saudara-saudara seiman lain yang tersesat adalah jauh lebih penting daripada memprioritaskan hal-hal lain. Mengapa? Karena Allah juga melakukan yang sama. Saudara seiman yang tersesat menjadi prioritas terpenting dibandingkan saudara seiman lain yang tidak tersesat. Kedua, jemaat berusaha menemukan kembali mereka yang hilang yang didorong oleh kasih yaitu keinginan tidak ada seorangpun anggota persekutuannya itu binasa. Mereka bisa tersesat oleh karena faktor luar maupun dalam. Faktor luar seperti ajaran sesat atau hal-hal lainnya. Faktor dalam bisa karena keinginan sendiri meninggalkan persekutuan jemaat (18:8-9) dan tidak lagi pernah masuk di dalam persekutuan. Jemaat harus menyadari dan memprioritaskan mereka untuk menarik mereka kembali di dalam

Page 13: bahan kuliah perumpamaan

persekutuan. Itulah yang diinginkan oleh Allah bagi jemaat lakukan. Namun ingat dorongan kasih yaitu keinginan tidak ada seorangpun dari milik kita binasa menjadi faktor kunci kita menemukan mereka kembali.

Outline khotbah

Analisis Perumpamaan Matius 18:23-35

Matthew 18:23-35 23  ¶ Dia. tou/to w`moiw,qh h` basilei,a tw/n ouvranw/n avnqrw,pw| basilei/( o]j hvqe,lhsen suna/rai lo,gon meta. tw/n dou,lwn auvtou/Å 24 avrxame,nou de. auvtou/ sunai,rein proshne,cqh auvtw/| ei-j ovfeile,thj muri,wn tala,ntwnÅ 25 mh. e;contoj de. auvtou/ avpodou/nai evke,leusen auvto.n o` ku,rioj praqh/nai kai. th.n gunai/ka kai. ta. te,kna kai. pa,nta o[sa e;cei( kai. avpodoqh/naiÅ 26 pesw.n ou=n o` dou/loj proseku,nei auvtw/| le,gwn( Makroqu,mhson evpV evmoi,( kai. pa,nta avpodw,sw soiÅ 27 splagcnisqei.j de. o` ku,rioj tou/ dou,lou evkei,nou avpe,lusen auvto.n kai. to. da,neion avfh/ken auvtw/|Å 28 evxelqw.n de. o` dou/loj evkei/noj eu-ren e[na tw/n sundou,lwn auvtou/( o]j w;feilen auvtw/| e`kato.n dhna,ria( kai. krath,saj auvto.n e;pnigen le,gwn( VApo,doj ei; ti ovfei,leijÅ 29 pesw.n ou=n o` su,ndouloj auvtou/ pareka,lei auvto.n le,gwn( Makroqu,mhson evpV evmoi,( kai. avpodw,sw soiÅ 30 o` de. ouvk h;qelen avlla. avpelqw.n e;balen auvto.n eivj fulakh.n e[wj avpodw/| to. ovfeilo,menonÅ 31 ivdo,ntej ou=n oi` su,ndouloi auvtou/ ta. geno,mena evluph,qhsan sfo,dra kai. evlqo,ntej diesa,fhsan tw/| kuri,w| e`autw/n pa,nta ta. geno,menaÅ 32 to,te proskalesa,menoj auvto.n o` ku,rioj auvtou/ le,gei auvtw/|( Dou/le ponhre,( pa/san th.n ovfeilh.n evkei,nhn avfh/ka, soi( evpei. pareka,lesa,j me\ 33 ouvk e;dei kai. se. evleh/sai to.n su,ndoulo,n sou( w`j kavgw. se. hvle,hsaÈ 34 kai. ovrgisqei.j o` ku,rioj auvtou/ pare,dwken auvto.n toi/j basanistai/j e[wj ou- avpodw/| pa/n to. ovfeilo,menonÅ 35 Ou[twj kai. o` path,r mou o` ouvra,nioj poih,sei u`mi/n( eva.n mh. avfh/te e[kastoj tw/| avdelfw/| auvtou/ avpo. tw/n kardiw/n u`mw/nÅ

Matthew 18:23-35 23 ¶ Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. 24 Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. 25 Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala

Page 14: bahan kuliah perumpamaan

miliknya untuk pembayar hutangnya. 26 Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. 27 Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. 28 Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! 29 Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. 30 Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya. 31 Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. 32 Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. 33 Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? 34 Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. 35 Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."

Struktur dan Terjemahan

Oleh karena itu, hal Kerajaan Sorga sama seperti

seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan pelayan-pelayannya.

Ketika ia mulai menghitung, seorang penghutang diperhadapkan kepadanya sebesar 10 ribu talenta. Tetapi si penghutang tidak memiliki apa-apa untuk melunasi,

Raja itu memerintahkan dia untuk dijual beserta istri dan anak-anaknya serta seluruh yang dia miliki untuk melunasi hutangnya.

Maka pelayan itu menyembah dia dengan bersujud di hadapannya dan berkata, “Bersabarlah terhadap aku dan aku akan melunaskan segala

hutangku kepadamu.” Kemudian raja dari pelayan itu membebaskannya dan membatalkan hutangnya

karena digerakkan oleh belas kasihan. Tetapi ketika pelayan itu keluar, dia bertemu satu dari rekan-rekan pelayannya, rekan pelayan itu berhutang kepada pelayan itu seratus dinar, dan pelayan itu mencekiknya

dengan cara menangkap dan berkata, “Bayarlah apapun hutangmu.”

Maka rekan pelayan itu memohon sangat dengan bersujud di hadapannya dan berkata, “Bersabarlah terhadap aku dan aku akan melunaskannya

kepadamu.” Tetapi pelayan itu tidak menginginkannya

Page 15: bahan kuliah perumpamaan

dan pergi menyerahkannya ke dalam penjara sampai dia melunaskan hutangnya.

Maka ketika rekan-rekan pelayannya melihat apa yang terjadi sangat bersedih dan mereka pergi melaporkan kepada rajanya segala yang terjadi. Kemudian raja itu memanggil pelayan itu

dan berkata kepadanya, “Hai pelayan jahat, semua hutangmu itu telah aku hapuskan untukmu karena engkau memohon sangat kepadaku; dan tidak seharusnyakah kamu berbelas kasihan kepada rekan pelayanmu seperti aku berbelas kasihan kepadamu?”

Dan raja itu marah dan menyerahkan dia kepada algojo-algojo

sampai dia melunaskan semua hutangnya. Maka, Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat dengan cara seperti ini kepadamu, jika kamu masing-masing tidak mengampuni saudara-saudaramu dari hatimu.

Pengumpulan Data:

(1) Hal Kerajaan Sorga diumpamakan narasi perumpamaan (Pembuka Perumpamaan) (2) Ada seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan pelayan-pelayannya (Narasi

Perumpamaan)(3) Ketika ia mulai menghitung, seorang penghutang diperhadapkan kepadanya sebesar 10 ribu

talenta(4) Tetapi si penghutang tidak memiliki apa-apa untuk melunasi(5) Raja itu memerintahkan dia untuk dijual beserta istri dan anak-anaknya serta seluruh yang dia

miliki untuk melunasi hutangnya(6) Maka pelayan itu menyembah dia dengan bersujud di hadapannya dan berkata, “Bersabarlah

terhadap aku dan aku akan melunaskan segala hutangku kepadamu.”(7) Kemudian raja dari pelayan itu membebaskannya dan membatalkan hutangnya karena

digerakkan oleh belas kasihan (8) Tetapi ketika pelayan itu keluar, dia bertemu satu dari rekan-rekan pelayannya(9) Rekan pelayan itu berhutang kepada pelayan itu seratus dinar(10) Pelayan itu mencekiknya dengan cara menangkap dan berkata, “Bayarlah apapun hutangmu.”(11) Maka rekan pelayan itu memohon sangat dengan bersujud di hadapannya dan berkata,

“Bersabarlah terhadap aku dan aku akan melunaskannya kepadamu.”(12) Tetapi pelayan itu tidak menginginkannya dan pergi menyerahkannya ke dalam penjara sampai

dia melunaskan hutangnya(13)Maka ketika rekan-rekan pelayannya melihat apa yang terjadi sangat bersedih (14) Dan mereka pergi melaporkan kepada rajanya segala yang terjadi(15) Kemudian raja itu memanggil pelayan itu dan berkata kepadanya, “Hai pelayan jahat, semua

hutangmu itu telah aku hapuskan untukmu karena engkau memohon sangat kepadaku; dan tidak seharusnyakah kamu berbelas kasihan kepada rekan pelayanmu seperti aku berbelas kasihan kepadamu?”

Page 16: bahan kuliah perumpamaan

(16) Dan raja itu marah dan menyerahkan dia kepada algojo-algojo sampai dia melunaskan semua hutangnya.

(17)Maka, Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat dengan cara seperti ini kepadamu, jika kamu masing-masing tidak mengampuni saudara-saudaramu dari hatimu (Penjelasan Perumpamaan).

Analisis Kisah Narasi Perumpamaan

Analisis PeristiwaAda beberapa peristiwa terjadi di dalam kisah di atas. Pertama, peristiwa awal raja memutuskan mengadakan perhitungan dengan pelayan-pelayannya. Kedua, di tengah perhitungan ada seorang pelayan yang tidak bisa membayar hutangnya sebesar 10 ribu talenta. Ketiga, ada peristiwa keharusan membayar dengan cara menjual diri, keluarga serta seluruh miliknya. Keempat, ada peristiwa permohonan bersabar dan melunaskan hutang. Kelima, ada peristiwa pembatalan hutang. Keenam, ada perhitungan hutang antara pelayan yang dibebaskan hutangnya dengan rekannya. Ketujuh, ada peristiwa seorang rekan berhutang 100 dinar dan menyebarkan ancaman keharusan membayar. Kedelapan, ada peristiwa permohonan bersabar dan melunaskan hutang. Kesembilan, ada peristiwa penolakan dan penjeblosan ke penjara. Kesepuluh, peristiwa pelaporan terhadap raja tentang tindakan dari sipelayan tadi. Kesebelas, peristiwa raja murka; dan kedua belas, peristiwa penghukuman terhadap pelayan yang jahat itu. Dari peristiwa-peristiwa di atas, kisah ini dapat dibagi menjadi 3 episode: yaitu episode pertama, peristiwa awal: raja mengadakan perhitungan kepada pelayan-pelayan; perumitan: pelayan berhutang 10.000 ribu talenta; akhir: pembebasan hutang kepada pelayan itu. Episode kedua, peristiwa awal: si pelayan itu mengadakan perhitungan kepada pelayan-pelayan; perumitan: rekan pelayan berhutang 100 dinar; akhir: menangkap, mencekik dan menjebloskan ke penjara. Episode ketiga, peristiwa awal: pelaporan rekan-rekan pelayan kepada raja; perumitan: raja menjadi murka; akhir: penghukuman si pelayan itu oleh algojo-algojo.

Analisis TokohTokoh-tokoh di dalam kisah terdiri atas: raja, pelayan, rekan-rekan pelayan, rekan pelayan, anak dan isteri pelayan, dan algojo.Dari tokoh-tokoh di atas kita akan menganalisa tokoh yang memiliki lakuan yang bertujuan. Dalam hal ini, tokoh-tokoh tersebut adalah raja, pelayan, rekan-rekan pelayan, dan rekan-rekan pelayan. Tokoh raja dan pelayan sebagai tokou utama atau sentral dan tokoh rekan pelayan dan rekan-rekan pelayan sebagai tokoh penentang dan pembantu.Tokoh raja: berbelas kasih tanpa batas, berotoritas/tegas: hutang harus dibayar, menghukum pelayan jahatTokoh pelayan: jahat: tidak memiliki belas kasihan sedikitpun dan melupakan belas kasihan yang dia terima Tokoh rekan pelayan: penentang tokoh pelayanTokoh rekan-rekan pelayan: pembantu tokoh raja

Analisis Peristiwa dan TokohDari peristiwa-peristiwa yang terjadi yaitu meliputi 3 episode dari awal hingga akhir cerita dan dilakukan oleh tokoh bertujuan, maka di dapatkan ada usaha atau keinginan pelaku sebagai penggerak cerita. Apa

Page 17: bahan kuliah perumpamaan

sebetulnya yang menggerakkan peristiwa dari awal – akhir kisah? Yaitu usaha tokoh. Penggerak cerita adalah belas kasih. Diberi belas kasih untuk membagikan belas kasih. Belas kasih menjadi sentral atau tema kisah narasi perumpamaan.

Konsep Teologis

Perumpamaan di atas memiliki pokok ajaran berbelas kasih. Di beri belas kasih untuk membagikan belas kasih. Apa buktinya kalau kita telah membagikan belas kasih? Yaitu pengampunan tanpa batas. Allah akan memberikan penghukuman jika kita tidak mengampuni orang-orang lain dari hati kita. Mengapa? Karena kita tidak membagikan belas kasih yang sudah kita terima dari Allah. Mengampuni tanpa batas menjadi bukti nyata kalau kita telah diberi belas kasih dan kita membagikan belas kasih. Tanpa adanya belas kasih dari hati kita, maka tidak akan ada pengampunan. Tapi tanpa diberi belas kasih, maka kita tidak akan bisa membagikan belas kasih, sehingga pengampunan tidak akan terjadi. Jadi bagian Matius 18: 23-35 adalah jawaban bagaimana mengampuni tanpa batas. Bagian 18:23-35 adalah jawaban dari bagian 18:21-23 tentang pengampunan tanpa batas.

Diberi belas kasih untuk membagikan belas kasih dalam wujud pengampunan tanpa batas menjadi ajaran pokok dari Matius 18:21-35. Jika umat Allah melanggar tidak mengampuni, maka penghukuman telah tersedia. Hal ini berarti menuntut umat Allah/jemaat untuk senantiasa memiliki hati yang penuh belas kasih. Tanpa hati yang penuh belas kasih maka pengampunan tidak akan terjadi dan penghukuman telah menanti.

Ayat 27, kata belas kasih splagcni,zomai ‘digerakkan oleh belas kasihan’ sehingga mengalami atau memiliki belas kasihan terhadap seseorang. Di dalam tulisan Matius seperti 9:36; 14:14; 15:32; 20:34, yang menjadi subjek belas kasih adalah Yesus dan objek dari belas kasih adalah orang-orang banyak yaitu mereka yang lemah, terlantar, sakit dan lapar. Matius mau mengajarkan bahwa lihat teladan Yesus di dalam perbuatan berbelas kasih dengan cara membimbing atau menjadi gembala, menyembuhkan, memberi pemuasan kebutuhan jasmani. Perbuatan berbelas kasih yang dilakukan oleh Yesus dilakukan berbagai cara. Dua kebutuhan pokok dipenuhi atau diperhatikan Yesus yaitu kebutuhan jasmani dan rohani. Di dalam konteks pasal 18 atau perumpamaan, belas kasihan yang diberikan berakhir dalam wujud pengampunan tanpa batas. Ini memperkaya wujud belas kasihan. Belas kasihan bisa dilakukan dalam wujud membimbing, memberi makan, menyembuhkan dan bahkan mengampuni tanpa batas. Jemaat harus belajar berbelas kasih dengan mengikuti teladan yang ditunjukkan oleh Yesus. Belajar berbelas kasih adalah belajar dari perbuatan yang dilakukan oleh Yesus.

Ayat 33, kata belas kasih evlee,w ‘berbelas kasih.’ Di dalam tulisan Matius seperti 9:27; 15:22; 17:15; 20:30,31 mengajarkan kepada jemaat untuk meminta belas kasih atau memohon belas kasih kepada Yesus. Mengapa kepada Yesus? Karena Yesus yang empunya belas kasih. Buktinya? Dia bisa membagikan belas kasih itu kepada orang-orang yang membutuhkan dalam berbagai cara. Matius 5:7, mengajarkan buah berbelas kasih yaitu mendapatkan belas kasih. Ada relasi mutualisme saling menguntungkan. Kesimpulannya: meminta atau memohon belas kasih kepada Yesus, maka kita akan diberi belas kasih, dan belas kasih yang kita peroleh kita bagikan kepada orang lain yang membutuhkan dan sebagai buahnya kita memperoleh belas kasih dari mereka.

Page 18: bahan kuliah perumpamaan

Kesimpulan: Belajar berbelas kasih kasih kepada Yesus dengan cara memohon/meminta belas kasih kepada Yesus maka akan diberikan belas kasih. Belas kasih yang diberikan wajiblah dibagikan kepada orang lain yang membutuhkan dan sebagai buahnya kita memperoleh belas kasih dari mereka. Jika kita tidak membagikan belas kasih yang kita peroleh, maka penghukuman yang akan kita peroleh.

Aplikasi

Outline Khotbah

Analisis Perumpamaan Matius 25:1-13

GNT: ¶ To,te o`moiwqh,setai h` basilei,a tw/n ouvranw/n de,ka parqe,noij( ai[tinej labou/sai ta.j lampa,daj e`autw/n evxh/lqon eivj u`pa,nthsin tou/ numfi,ouÅ 2 pe,nte de. evx auvtw/n h=san mwrai. kai. pe,nte fro,nimoiÅ 3 ai` ga.r mwrai. labou/sai ta.j lampa,daj auvtw/n ouvk e;labon meqV e`autw/n e;laionÅ 4 ai` de. fro,nimoi e;labon e;laion evn toi/j avggei,oij meta. tw/n lampa,dwn e`autw/nÅ 5 croni,zontoj de. tou/ numfi,ou evnu,staxan pa/sai kai. evka,qeudonÅ 6 me,shj de. nukto.j kraugh. ge,gonen( VIdou. o` numfi,oj( evxe,rcesqe eivj avpa,nthsin Îauvtou/ÐÅ 7 to,te hvge,rqhsan pa/sai ai` parqe,noi evkei/nai kai. evko,smhsan ta.j lampa,daj e`autw/nÅ 8 ai` de. mwrai. tai/j froni,moij ei=pan( Do,te h`mi/n evk tou/ evlai,ou u`mw/n( o[ti ai` lampa,dej h`mw/n sbe,nnuntaiÅ 9 avpekri,qhsan de. ai` fro,nimoi le,gousai( Mh,pote ouv mh. avrke,sh| h`mi/n kai. u`mi/n\ poreu,esqe ma/llon pro.j tou.j pwlou/ntaj kai. avgora,sate e`autai/jÅ 10 avpercome,nwn de. auvtw/n avgora,sai h=lqen o` numfi,oj( kai. ai` e[toimoi eivsh/lqon metV auvtou/ eivj tou.j ga,mouj kai. evklei,sqh h` qu,raÅ 11 u[steron de. e;rcontai kai. ai` loipai. parqe,noi le,gousai( Ku,rie ku,rie( a;noixon h`mi/nÅ 12 o` de. avpokriqei.j ei=pen( VAmh.n le,gw

Page 19: bahan kuliah perumpamaan

u`mi/n( ouvk oi=da u`ma/jÅ 13 Grhgorei/te ou=n( o[ti ouvk oi;date th.n h`me,ran ouvde. th.n w[ranÅ

ITB: ¶ "Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan

pergi menyongsong mempelai laki-laki. 2 Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. 3 Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, 4 sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. 5 Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur. 6 Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia! 7 Gadis-gadis itupun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. 8 Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. 9 Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ. 10 Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. 11 Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! 12 Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. 13 Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."

Struktur & Terjemahan

Kemudian Kerajaan Sorga akan diumpamakan sepuluh gadis

yang membawa pelita-pelita mereka dan pergi menyambut seorang mempelai laki-laki.

Lima gadis dari mereka disebut bodoh dan lima gadis disebut bijaksana.

Ketika gadis-gadis bodoh itu membawa pelita-pelitanya, mereka tidak membawa minyak bersama mereka.Tetapi gadis-gadis bijaksana itu membawa

minyak di dalam buli-buli bersama dengan pelita-pelita mereka.Tetapi karena mempelai laki-laki itu lama tidak datang, mereka semua menjadi kantuk dan tidur.

Namun di tengah malam ada sebuah teriakan, “lihat, mempelai itu, sambutlah dia!”Kemudian semua gadis itu terbangun dan membereskan pelita-pelita mereka.Dan gadis-gadis bodoh itu berkata kepada gadis-gadis bijaksana, “berikanlah kami minyakmu, karena

lampu kami padam.”Tetapi gadis-gadis bijaksana itu menjawab

dengan berkata, “Tidak, tidak cukup bagi kami dan kamu; lebih baik pergi kepada yang menjual dan belilah untuk diri kalian.”

Tetapi ketika mereka pergi untuk membeli, mempelai laki-laki itu datang, dan mereka yang siap masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan nikah, lalu pintu ditutupKemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata, “Tuan, Tuan, bukakanlah (pintu) bagi kami!”Tetapi dia berkata dengan menjawab, “Sesungguhnya aku berkata kepadamu, aku tidak mengenal

Page 20: bahan kuliah perumpamaan

kalian.”Karena itu berjaga-jagalah, sebab kalian tidak tahu hari maupun saatnya.

Pengumpulan Data

(1) Kemudian Kerajaan Sorga akan diumpamakan narasi perumpamaan (Pembukaan Perumpamaan)

(2) Ada 10 gadis membawa pelita-pelita mereka dan pergi menyambut seorang mempelai laki-laki (Kisah Narasi Perumpamaan 2 - 14)

(3) Lima gadis dari mereka disebut bodoh dan 5 gadis disebut bijaksana (4) Ketika gadis-gadis bodoh itu membawa pelita-pelitanya, mereka tidak membawa minyak

bersama mereka(5) Tetapi gadis-gadis bijaksana itu membawa minyak di dalam buli-buli bersama dengan pelita-

pelita mereka (6) Tetapi karena mempelai laki-laki itu lama tidak datang, mereka semua menjadi kantuk dan tidur(7) Namun di tengah malam ada sebuah teriakan, “lihat, mempelai itu, sambutlah dia!”(8) Kemudian semua gadis itu terbangun dan membereskan pelita-pelita mereka(9) Dan gadis-gadis bodoh itu berkata kepada gadis-gadis bijaksana, “berikanlah kami minyakmu,

karena lampu kami padam.”(10) Tetapi gadis-gadis bijaksana itu menjawab dengan berkata, “Tidak, tidak cukup bagi kami dan

kamu; lebih baik pergi kepada yang menjual dan belilah untuk diri kalian.”(11)Tetapi ketika mereka pergi untuk membeli, mempelai laki-laki itu datang, (12) dan mereka yang siap masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan nikah, lalu pintu

ditutup(13) Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata, “Tuan, Tuan, bukakanlah (pintu)

bagi kami!”(14) Tetapi dia berkata dengan menjawab, “Sesungguhnya aku berkata kepadamu, aku tidak

mengenal kalian.”(15) Karena itu berjaga-jagalah, sebab kalian tidak tahu hari maupun saatnya.(Penjelasan

Perumpamaan)

Analisis Kisah Narasi Perumpamaan

Analisis PeristiwaDi dalam kisah ini kita dapat menguraikan beberapa peristiwa yang mengakibatkan perubahan atau peralihan keadaan. Pertama, ada peristiwa penyambutan mempelai laki-laki di dalam perkawinan oleh sepuluh gadis. Acara perkawinan sepertinya terjadi pada malam hari, sehingga memang wajar para gadis membawa pelita-pelita. Kedua, sepuluh gadis membawa pelita-pelita dan menunggu kedatangan sang mempelai. Di dalam peristiwa ini kita mendapatkan dua keadaan pelita yaitu pelita yang memiliki minyak cadangan dan pelita tanpa minyak cadangan. Pelita yang memiliki minyak cadangan dimiliki oleh 5 gadis yang disebut bijaksana sedangkan pelita tanpa minyak cadangan dimiliki oleh 5 gadis yang disebut bodoh. Peristiwa ketiga, terjadi perubahan keadaan menantikan dengan penuh harap kepada keadaan mengantuk dan tertidur. Mereka tertidur karena mempelai laki-laki tidak datang dalam waktu

Page 21: bahan kuliah perumpamaan

yang cukup lama. Peristiwa keempat, terjadi lagi perubahan keadaan dari keadaan tertidur menuju keadaaan terbangun dan membereskan pelita-pelita mereka karena kedatangan mempelai yang terlambat itu. Dan peristiwa kelima, terjadi pemisahan di antara 10 gadis tersebut. Lima gadis bijaksana masuk bersama dengan mempelai pria sedangkan 5 gadis bodoh pergi membeli minyak. Dan di akhir peristiwa, terjadi penolakan di mana 5 gadis bodoh yang kembali ditolak masuk oleh si mempelai karena tidak dikenal.

Analisis TokohTokoh di dalam kisah dapat kita bagi menjadi dua bagian utama. Pertama, tokoh utama yang memiliki lakuan bertujuan yaitu sepuluh gadis dan seorang mempelai laki-laki. Kedua, tokoh pembantu yaitu orang yang berteriak. Di dalam analisis tokoh kita akan menganalisis tokoh 10 gadis yang bertujuan dan seorang mempelai laki-laki. Tokoh 10 gadis memiliki persamaan yaitu memiliki tugas yang sama yaitu menyambut mempelai laki-laki; sama-sama membawa pelita, menunggu, mengantuk, tertidur dan terbangun. Namun ada juga perbedaan yaitu 5 gadis membawa pelita yang memiliki minyak cadangan, sedangkan yang lain tidak memiliki minyak cadangan; 5 gadis pelita masih menyala ketika mempelai datang sedangkan yang lain pelitanya telah padam; dan 5 gadis dipersilahkan masuk ke dalam ruangan sedangkan 5 gadis yang lain ditolak masuk ke dalam ruangan. Dari perbedaan-perbedaan itu muncul tokoh 5 gadis bijaksana dan 5 gadis bodoh. 5 gadis bijaksana adalah mereka yang bisa mengantisipasi kemungkinan terburuk dalam wujud mempersiapkan diri sebaik mungkin; dan sebagai konsekuensi logisnya adalah pelita mereka masih menyala ketika mempelai datang, artinya di sini mempersiapkan diri membawa konsekuensi logis: tugas tetap terlaksana atau tidak terhambat; kemudian akhirnya misi mereka menjadi berhasil artinya ada keberhasilan yang diraih di masa akan datang. 5 gadis bodoh adalah mereka yang tidak bisa mengantisipasi kemungkina terburuk yang akan terjadi, sehingga tidak ada persiapan diri yang mereka lakukan yaitu menyediakan minyak tambahan; dan sebagai konsekuensi logisnya adalah lampu mereka menjadi padam dan di sinilah sumber atau awal petaka bagi mereka; dan terakhir ini berakibat pada kegagalan mereka melakukan tugasnya atau misi menjadi gagal. Kemudian tokoh mempelai laki-laki. Dia akan disambut, jadi dia dinantikan oleh sepuluh gadis, dia datang terlambat. Tidak diketahui apa alasan atau penyebab keterlambatannya, dan si mempelai jelas menolak tegas 5 gadis bodoh untuk masuk bersamanya ketika 5 gadis bodoh itu mengetuk dan memohon masuk. Dari apa yang dilakukan oleh tokoh tersebut maka si mempelai laki menjadi semacam tokoh pencipta peristiwa pemisahan dan penolakan di dalam peristiwa di atas. Dia menjadi tokoh kunci atas kedua peristiwa tersebut.

Kemudian hubungan antara tokoh sepuluh gadis dan mempelai laki-laki adalah tokoh mempelai laki-laki menjadi semacam tokoh penguji atas gadis mana yang disebut gadis bijaksana dan gadis bodoh. Dia yang menguji gadis mana yang mengantisipasi dan berhasil tugasnya dan gadis mana yang tidak mengantisipasi dan gagal melaksanakan tugasnya. Kehadiran tokoh mempelai menjadi sentral karena menentukan atau memperlihatkan gadis mana yang bijaksana dan bodoh.

Analisis Peristiwa dan Tokoh

Dari peristiwa dan tokoh di atas kita dapat menganalisis bahwa rentetan peristiwa dari awal: penyambutan sampai akhir: penolakan yang dilakoni oleh tokoh-tokoh yang memiliki tujuan digerakkan oleh usaha pelaku. Usaha atau keinginan pelaku menjadi penggerak kisah dari awal hingga akhir. Apa

Page 22: bahan kuliah perumpamaan

yang sebetulnya menggerakkan kisah itu? Usaha penyambutan terhadap mempelai laki-laki menjadi penggerak kisah tersebut. Karena adanya keinginan menyambut maka cerita itu terus bergulir sampai akhir. Walaupun ada yang ditolak karena ketidakpersiapan diri, namun itu adalah bagian dari dinamika penyambutan yang terjadi. Penolakan menjadi sebuah realita di sini. Jadi keinginan menyambut atau penyambutan sang mempelai laki-laki menjadi tema kisah narasi perumpamaan. Sehingga perumpamaan ini membawa tema dinamika di dalam penyambutan mempelai laki-laki.

Konsep Teologis

Hal Kerajaan Sorga diumpamakan seperti peristiwa penyambutan. Peristiwa penyambutan menjadi tema dari narasi perumpamaan di atas. Di dalam peristiwa penyambutan terjadi dinamika. Hal yang paling mengejutkan atau puncak dari narasi perumpamaan adalah penolakan terhadap gadis-gadis yang mau menyambut. Sedangkan lima gadis bijaksana diterima masuk di dalam ruangan perjamuan. Hal Kerajaan Sorga terjadi dinamika penyambutan. Maksudnya adalah adanya penerimaan dan penolakan terhadap mereka yang menyambut di dalam hal Kerajaan Sorga.

Hal Kerajaan Sorga adalah hal penyambutan. Penyambutan terhadap siapa? Di dalam narasi perumpamaan, kata numfi,oj ‘mempelai laki-laki’ muncul di dalam Mat 9:15; Mar 2:19,20; Luk 5:34,35 telah dipakai untuk menunjuk diri Yesus. Mempelai laki-laki merupakan simbol untuk diri Yesus dalam perumpamaan. Hal ini dianggap wajar karena fokus dari pasal 25 ini adalah kedatangan Yesus yang kedua kali. Jadi penyambutan atau menyongsong Yesus menjadi tema dari pembacaan perumpamaan ini. Kerajaan Sorga berbicara tentang penyambutan terhadap Kristus. Sehingga tidak heran di ayat 13, penulis memberikan penjelasan perumpamaan untuk berjaga-jaga, karena tidak tahu kapan kedatangan Yesus yang kedua kali. Jemaat dituntut untuk berjaga-jaga. Jemaat akan menyambut Yesus yang datangnya tidak dapat diduga atau diketahui dengan pasti. Sehingga untuk menghindari penolakan Yesus di saat penyambutan, maka jemaat harus berjaga-jaga. Berjaga-jaga ini haruslah senantiasa dan terus menerus. Sikap berjaga-jaga ini adalah sikap bijaksana. Kata bijaksana fro,nimoj di dalam konteks Matius dipakai dalam perumpamaan pembangun rumah (Mat 7:24). Hal ini memiliki prinsip pengajaran yang sama dengan Matius 25:2. Mereka yang bijaksana adalah mereka yang mengantisipasi kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Mengantisipasi kemungkinan terburuk menyadarkan jemaat untuk melakukan persiapan diri secara baik. Itulah artinya berjaga-jaga. Dan karakter mereka disebut oleh Matius bijaksana. Sedangkan kontrasnya yang mencolok adalah bodoh. Matius nampaknya sengaja mengkontraskan hal ini. Kata yang dipakai adalah mwro,j yang juga digunakan di dalam Matius 7: 26 tentang perumpamaan pembangun rumah. Mereka yang bodoh adalah mereka yang tidak mengantisipasi kemungkinan terburuk yang akan terjadi menimpa mereka. Sehingga hal ini membuat mereka tidak melakukan persiapan diri. Inilah yang disebut tidak berjaga-jaga. Dan karakter mereka disebut bodoh karena tidak berjaga-jaga. Allah memperingatkan jemaat untuk bersikap bijaksana yaitu senantiasa berjaga-jaga. Mengapa? Karena kita sedang menyambut Kristus yang datang tidak terduga (tanpa sepengetahuan kita kapan dan saatnya) (13).

Aplikasi

Page 23: bahan kuliah perumpamaan

Analisis Perumpamaan Matius 25:14-30

GNT 14  ¶ {Wsper ga.r a;nqrwpoj avpodhmw/n evka,lesen tou.j ivdi,ouj dou,louj kai. pare,dwken auvtoi/j ta. u`pa,rconta auvtou/( 15 kai. w-| me.n e;dwken pe,nte ta,lanta( w-| de. du,o( w-| de. e[n( e`ka,stw| kata. th.n ivdi,an du,namin( kai. avpedh,mhsenÅ euvqe,wj 16 poreuqei.j o` ta. pe,nte ta,lanta labw.n hvrga,sato evn auvtoi/j kai. evke,rdhsen a;lla pe,nte\ 17 w`sau,twj o` ta. du,o evke,rdhsen a;lla du,oÅ 18 o` de. to. e]n labw.n avpelqw.n w;ruxen gh/n kai. e;kruyen to. avrgu,rion tou/ kuri,ou auvtou/Å 19 meta. de. polu.n cro,non e;rcetai o` ku,rioj tw/n dou,lwn evkei,nwn kai. sunai,rei lo,gon metV auvtw/nÅ 20 kai. proselqw.n o` ta. pe,nte ta,lanta labw.n prosh,negken a;lla pe,nte ta,lanta le,gwn( Ku,rie( pe,nte ta,lanta, moi pare,dwkaj\ i;de a;lla pe,nte ta,lanta evke,rdhsaÅ 21 e;fh auvtw/| o` ku,rioj auvtou/( Eu=( dou/le avgaqe. kai. piste,( evpi. ovli,ga h=j pisto,j( evpi. pollw/n se katasth,sw\ ei;selqe eivj th.n cara.n tou/ kuri,ou souÅ 22 proselqw.n Îde.Ð kai. o` ta. du,o

Page 24: bahan kuliah perumpamaan

ta,lanta ei=pen( Ku,rie( du,o ta,lanta, moi pare,dwkaj\ i;de a;lla du,o ta,lanta evke,rdhsaÅ 23 e;fh auvtw/| o` ku,rioj auvtou/( Eu=( dou/le avgaqe. kai. piste,( evpi. ovli,ga h=j pisto,j( evpi. pollw/n se katasth,sw\ ei;selqe eivj th.n cara.n tou/ kuri,ou souÅ 24 proselqw.n de. kai. o` to. e]n ta,lanton eivlhfw.j ei=pen( Ku,rie( e;gnwn se o[ti sklhro.j ei= a;nqrwpoj( qeri,zwn o[pou ouvk e;speiraj kai. suna,gwn o[qen ouv diesko,rpisaj( 25 kai. fobhqei.j avpelqw.n e;kruya to. ta,lanto,n sou evn th/| gh/|\ i;de e;ceij to. so,nÅ 26 avpokriqei.j de. o` ku,rioj auvtou/ ei=pen auvtw/|( Ponhre. dou/le kai. ovknhre,( h;|deij o[ti qeri,zw o[pou ouvk e;speira kai. suna,gw o[qen ouv diesko,rpisaÈ 27 e;dei se ou=n balei/n ta. avrgu,ria, mou toi/j trapezi,taij( kai. evlqw.n evgw. evkomisa,mhn a'n to. evmo.n su.n to,kw|Å 28 a;rate ou=n avpV auvtou/ to. ta,lanton kai. do,te tw/| e;conti ta. de,ka ta,lanta\ 29 tw/| ga.r e;conti panti. doqh,setai kai. perisseuqh,setai( tou/ de. mh. e;contoj kai. o] e;cei avrqh,setai avpV auvtou/Å 30 kai. to.n avcrei/on dou/lon evkba,lete eivj to. sko,toj to. evxw,teron\ evkei/ e;stai o` klauqmo.j kai. o` brugmo.j tw/n ovdo,ntwnÅ

Matthew 25:14-30 14 ¶ "Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. 15 Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. 16 Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. 17 Hamba yang menerima dua talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. 18 Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya. 19 Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka. 20 Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta. 21 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. 22 Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta. 23 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. 24 Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. 25 Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan! 26 Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? 27 Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. 28 Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. 29 Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. 30 Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."

Page 25: bahan kuliah perumpamaan

Struktur & Terjemahan

Pengumpulan Data

(1) Sebab (Kerajaan Sorga) sama seperti kisah narasi perumpamaan (2) Seorang yang berpergian memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya sendiri

kepada mereka(3) Dan yang seorang dia memberikan lima talenta, yang lain dua talenta, dan yang lain lagi satu

talenta,kepada masing-masing menurut kemampuannya(4) Dan dia berangkat(5) Segera pergi hamba yang menerima 5 talenta dan mengusahakan dengan mereka dan dia

memperoleh laba 5 talenta lagi(6) Sama seperti hamba yang menerima 2 talenta memperoleh laba 2 talenta lagi(7) Tetapi hamba yang menerima 1 talenta pergi dan menggali tanah dan menyembunyikan uang

perak tuannya(8) Setelah sekianlah pulanglah tuan dari hamba-hamba itu dan mengadakan perhitungan dengan

mereka(9) Kemudian hamba yang menerima 5 talenta datang dan membawa laba 5 talenta dan berkata,

“Tuan, 5 talenta yang engkau percayakan kepadaku; lihat aku telah memperoleh 5 talenta.”(10) Tuannya berkata kepadanya, “Baik sekali, hai hambaku yang baik dan setia, kamu setia dalam

hal-hal kecil, aku akan memberikan hal-hal besar kepadamu; masuklah ke dalam sukacita tuanmu itu.”

(11) Kemudian hamba yang menerima 2 talenta datang dan berkata, “Tuan, 2 talenta tuan berikan kepadaku; lihat, aku memperoleh laba 2 talenta.”

(12)Tuannya berkata kepadanya, “Baik sekali, hai hambaku yang baik dan setia, kamu setia dalam hal-hal kecil, aku akan memberikan hal-hal besar kepadamu; masuklah ke dalam sukacita tuanmu itu.”

(13) Kemudian hamba yang menerima 1 talenta datang dan berkata, “Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia kejam yang menuai di tampat dimana tuan tidak menabur dan yang memungut di tempat di mana tuan tidak menabur. Maka itu aku pergi menyembunyikan talenta tuan ke dalam tanah karena aku takut; Lihat, terimalah kepunyaan Tuan.”

(14) Maka tuannya itu berkata dengan menjawab kepadanya, “ Hai kamu hamba jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut di tempat di mana aku tidak menabur. Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada para bankir, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu.”

(15) Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.

(16) Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.

Analisis Kisah Narasi Perumpamaan

Analisis Peristiwa

Awal: Kepergian tuan dan mempercayakan setiap hamba hartanya sesuai dengan kemampuan hamba-hambanya. Ada hamba yang mendapatkan 5 talenta, hamba yang lain mendapat 2 dan 1 talenta.

Perumitan: kemudian kisah ini bergerak ke arah perumitan. Peristiwa utamanya adalah respon setiap hamba yang memperoleh talenta tersebut. Hamba 5 dan 2 talenta mengusahakan talenta-talentanya dan memperoleh laba masing-masing. Sedangkan hamba 1 talenta tidak mengusahakan sama sekali,

Page 26: bahan kuliah perumpamaan

melainkan menyembunyikan talenta tersebut ke dalam tanah. Ada dua peristiwa yang diwarnai oleh 2 dua respon yang sangat berbeda: mengusahakan dan memperoleh laba dan menyembunyikan dan tidak memperoleh apapun.

Akhir: Perisitiwa di bagian akhir adalah kembalinya si Tuan dan mengadakan perhitungan terhadap hamba-hambanya. Di bagian ini terdapat 3 peristiwa penting yaitu pertama, pelaporan dari hamba 5 talenta dan repon tuannya. Kedua, pelaporan dari hamba 2 talenta dan respon tuannya. Ketiga, pelaporan dari hamba 1 talenta dan respon tuannya. Respon tuan terhadap hamba 1 talenta menutup kisah narasi perumpamaan.

Analisis Tokoh

Dari tiga bagian peristiwa di atas kita segera tahun tokoh-tokoh siapa yang terdapat di dalam peristiwa. Di bagian awal peristiwa, tokoh tuan menjadi tokoh utama; di perumitan, tokoh 3 hamba menjadi tokoh utama, dan di bagian akhir, tokoh tuan dan 3 hamba menjadi tokoh utamanya. Jadi disimpulkan tokoh tuan dan 3 hamba adalah tokoh penting dan utama di dalam kisah. Berikut kita akan menganalisis setiap tokoh di dalam setiap bagian perisitwa. Di awal peristiwa, tokoh tuan adalah tokoh yang percaya pada 3 hambanya bukan hanya percaya tetapi juga mengenal sungguh ketiga hambanya. Hal ini terbukti bahwa dia mempercayakan harta yang cukup banyak kepada mereka, dan dia mengetahui kemampuan dari setiap hamba, sehingga setiap hamba memperoleh talenta sesuai kemampuannya. Kemudian, apa yang menggerakkan si tuan mempercayakan talenta-talentanya kepada mereka. Secara eksplisit tidak terdapat di dalam teks, namun secara implisit terdapat beberapa jawaban. Apakah untuk menguji kepercayaan hamba-hambanya? Kelihatannya tidak, karena si tuan itu telah percaya dan mengenal betul mereka sehingga mereka dipercayakan harta yang relatif besar. Lalu, apakah untuk mengasah atau mengembangkan kemampuan dari setiap hamba? Kelihatannya masuk akal di sini. Namun jika mengamati, peristiwa akhir yaitu respon tuan ketika setiap hamba melaporkan usahanya, kelihatannya tidak tepat. Respon tuan adalah “Baik sekali, hai hambaku yang baik dan setia, kamu setia dalam hal-hal kecil, aku akan memberikan hal-hal besar kepadamu; masuklah ke dalam sukacita tuanmu itu.” Dan “Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu.” Dari respon ini tujuan tuan bukan untuk mengembangkan kemampuan dari setiap hamba. Dan lagipula, hasil laba yang diperoleh oleh hamba 5 dan 2 talenta adalah wajar. Yang lebih besar mendapat laba yang lebih banyak dibandingkan dengan yang mendapat sedikit. Menurut penulis, tujuan tuan mempercayakan hartanya adalah untuk menguji tingkat tanggung jawab dari setiap hamba. Si tuan telah percaya, mengenal dan tahu kemampuan dari setiap hamba, tinggal bagaimana rasa tanggung jawab dari setiap hamba. Itulah yang menjadi misi atau tujuan dari tuan yaitu mengetahui seberapa besar tanggung jawab mereka. Kemudian dari peristiwa awal, kita mendapati tokoh 3 hamba adalah tokoh yang sama-sama dipercaya dan dikenal betul oleh tuan, dan setiap hamba memiliki kemampuan masing-masing.

Dari peristiwa perumitan di atas, kita mendapati tokoh 3 hamba menjadi tokoh sentral. Tokoh hamba 5 dan 2 talenta adalah tokoh yang bertanggung jawab, setia melaksanakan apa yang menjadi misi atau tugas dari tuannya, dan tokoh yang benar-benar memiliki kemampuan. Ini sekaligus membuktikan bahwa penilaian tuan di awal terhadap kemampuan setiap hamba ternyata tepat. Hamba yang diberi talenta lebih banyak yaitu 5 talenta menghasilkan talenta yang lebih banyak yaitu 5 talenta dibandingkan hamba yang diberi lebih sedikit yaitu 2 talenta menghasilkan talenta lebih sedikit yaitu cuma 2 talenta. Hal yang wajar hamba yang diberi banyak menghasilkan lebih banyak dibanding yang sedikit. Ini bukan soal pengembangan kemampuan. Tetapi lebih tepat mereka memanfaatkan kemampuan mereka dengan baik sehingga hasil yang diperoleh adalah hasil yang patut atau layak. Inilah yang disebut hamba baik dan

Page 27: bahan kuliah perumpamaan

setia. Mereka baik dan setia karena memiliki tanggung jawab melakukan apa yang ditugaskan dan memanfaatkan dengan baik kemampuan yang dimiliki. Kemudian, tokoh hamba 1 talenta adalah tokoh yang sangat kontras dengan kedua tokoh di atas. Tokoh hamba 1 talenta adalah tokoh yang jelas tidak bertanggung jawab karena tidak setia melaksanakan apa yang menjadi misi atau tugas dari tuannya itu. Dan juga dia adalah tokoh yang menyia-nyiakan kemampuan yang dia miliki. Inilah yang disebut hamba jahat dan malas karena tidak bertanggung jawab dan menyia-nyiakan kemampuan yang dimiliki. Sesungguhnya sangat disayangkan.

Dari peristiwa akhir di atas, kita kembali mendapat tokoh tuan dan 3 hamba yang menjadi tokoh sentral. Tokoh tuan adalah tokoh yang mau menguji apa yang sudah ditugaskan itu, dia mau melihat hasil dari peristiwa awal. Terbukti dia mengadakan perhitungan terhadap 3 hambanya. Fungsi tokoh tuan dari awal hingga akhir cerita adalah tokoh penguji terhadap 3 hamba. Ini penting karena seringkali diabaikan oleh banyak penafsir. Tokoh tuan adalah tokoh penguji terhadap tugas atau misi yang diberikan kepada ketiga hambanya. Dia bukan tokoh yang haus akan kekayaan atau serakah seperti yang dipikirkan oleh hamba 1 talenta. Kemudian, tokoh hamba 5 dan 2 talenta adalah tokoh yang diuji oleh tokoh tuan. Hal ini terbukti dari pelaporan yang dilakukan oleh mereka masing-masing. Tokoh hamba 5 dan 2 talenta dari awal hingga akhir kisah adalah tokoh yang berfungsi sebagai tokoh penggenap dari misi atau tugas dari tuannya. Dari tokoh hamba 5 dan 2 talenta kita menjadi tahu misi dari si tuan: siapakah yang bertanggung jawab? Terbukti mereka adalah hamba 5 dan 2 talenta. Dalam hal ini, mereka mendapat apresiasi dari tuan sebagai hamba baik dan setia. Ini membuktikan mereka adalah hamba yang bertanggung jawab. Tokoh hamba 1 talenta adalah juga tokoh yang diuji oleh tuan. Hal ini terbukti dari pelaporan yang dia lakukan. Tokoh hamba 1 talenta juga menjadi penggenap dari misi atau tugas dari tuannya. Dalam hal ini, dia mendapat murka dari tuan sebagai hamba jahat dan malas. Ternyata dia adalah hamba yang tidak bertanggung jawab. Dia tidak menyadari tujuan baik dari tokoh tuan yaitu untuk menguji tanggung jawabnya. Sebaliknya dia justru berpikir jahat akan tujuan dari tokoh tuan mempercayakan talenta kepadanya.

Analisis Peristiwa dan Tokoh

Dari analisis peristiwa dan tokoh di atas maka kita mendapatkan sebuah kisah dari awal hingga akhir itu dilakoni oleh tokoh-tokoh bertujuan. Apa yang menggerakkan kisah itu berjalan dari awal hingga akhirnya? Jelas itu bukan berbicara soal kepercayaan, atau mengembangkan kemampuan diri, melainkan pengujian terhadap rasa tanggung jawab. Si tuan memiliki tujuan mau mengetahui seberapa jauh tingkat tanggung jawab para hambanya. Sehingga dia mempercayakan talentanya dan mengakibatkan peristiwa awal terjadi. Sedangkan para hamba mengemban tanggung jawab untuk mengelola talenta yang dipercayakan kepadanya yang mengakibatkan cerita terus berlanjut ke bagian perumitan. Dan perhitungan yang dilakukan oleh hamba adalah melihat bagaimana tanggung jawab dari setiap hamba. Jadi dapat disimpulkan usaha tokoh sebagai penggerak cerita dari awal hingga akhir terletak pada pengujian terhadap rasa tanggung jawab. Ada tokoh yang menguji yaitu si Tuan dan ada tokoh-tokoh yang diuji yaitu para hamba. Pengujian terhadap rasa tanggung jawab menjadi tema kisah sekaligus tema perumpamaan ini.

Konsep Teologis

Tema kisah narasi perumpamaan adalah pengujian terhadap tanggung jawab. Tema ini sekaligus menjadi tema perumpamaan. Jadi hal Kerajaan Sorga sama seperti pengujian terhadap tanggung jawab. Tema ini menjadi tepat karena jika tema narasi dikaitkan dengan penjelasan perumpamaan maka menjadi sinkron dan melengkapi. Pemenuhan tanggung jawab dilakukan dengan cara mengusahakan apa yang dimiliki dengan kemampuan yang dimiliki. Jika tidak, apa yang dimiliki akan diambil daripadanya dan diberikan kepada orang lain.

Aplikasi

Page 28: bahan kuliah perumpamaan

Analisis Perumpamaan Matius 13:24-30; 36-43

GNT: 24  ¶ :Allhn parabolh.n pare,qhken auvtoi/j le,gwn( ~Wmoiw,qh h` basilei,a tw/n ouvranw/n avnqrw,pw| spei,ranti kalo.n spe,rma evn tw/| avgrw/| auvtou/Å 25 evn de. tw/| kaqeu,dein tou.j avnqrw,pouj h=lqen auvtou/ o` evcqro.j kai. evpe,speiren ziza,nia avna. me,son tou/ si,tou kai.

Page 29: bahan kuliah perumpamaan

avph/lqenÅ 26 o[te de. evbla,sthsen o` co,rtoj kai. karpo.n evpoi,hsen( to,te evfa,nh kai. ta. ziza,niaÅ 27 proselqo,ntej de. oi` dou/loi tou/ oivkodespo,tou ei=pon auvtw/|( Ku,rie( ouvci. kalo.n spe,rma e;speiraj evn tw/| sw/| avgrw/|È po,qen ou=n e;cei ziza,niaÈ 28 o` de. e;fh auvtoi/j( VEcqro.j a;nqrwpoj tou/to evpoi,hsenÅ oi` de. dou/loi le,gousin auvtw/|( Qe,leij ou=n avpelqo,ntej sulle,xwmen auvta,È 29 o` de, fhsin( Ou;( mh,pote sulle,gontej ta. ziza,nia evkrizw,shte a[ma auvtoi/j to.n si/tonÅ 30 a;fete sunauxa,nesqai avmfo,tera e[wj tou/ qerismou/( kai. evn kairw/| tou/ qerismou/ evrw/ toi/j qeristai/j( Sulle,xate prw/ton ta. ziza,nia kai. dh,sate auvta. eivj de,smaj pro.j to. katakau/sai auvta,( to.n de. si/ton sunaga,gete eivj th.n avpoqh,khn mouÅ36  ¶ To,te avfei.j tou.j o;clouj h=lqen eivj th.n oivki,anÅ kai. prosh/lqon auvtw/| oi` maqhtai. auvtou/ le,gontej( Diasa,fhson h`mi/n th.n parabolh.n tw/n zizani,wn tou/ avgrou/Å 37 o` de. avpokriqei.j ei=pen( ~O spei,rwn to. kalo.n spe,rma evsti.n o` ui`o.j tou/ avnqrw,pou( 38 o` de. avgro,j evstin o` ko,smoj( to. de. kalo.n spe,rma ou-toi, eivsin oi` ui`oi. th/j basilei,aj\ ta. de. ziza,nia, eivsin oi` ui`oi. tou/ ponhrou/( 39 o` de. evcqro.j o` spei,raj auvta, evstin o` dia,boloj( o` de. qerismo.j sunte,leia aivw/no,j evstin( oi` de. qeristai. a;ggeloi, eivsinÅ 40 w[sper ou=n sulle,getai ta. ziza,nia kai. puri. ÎkataÐkai,etai( ou[twj e;stai evn th/| suntelei,a| tou/ aivw/noj\ 41 avpostelei/ o` ui`o.j tou/ avnqrw,pou tou.j avgge,louj auvtou/( kai. sulle,xousin evk th/j basilei,aj auvtou/ pa,nta ta. ska,ndala kai. tou.j poiou/ntaj th.n avnomi,an 42 kai. balou/sin auvtou.j eivj th.n ka,minon tou/ puro,j\ evkei/ e;stai o` klauqmo.j kai. o` brugmo.j tw/n ovdo,ntwnÅ 43 To,te oi` di,kaioi evkla,myousin w`j o` h[lioj evn th/| basilei,a| tou/ patro.j auvtw/nÅ o` e;cwn w=ta avkoue,twÅ

ITB: 24 ¶ Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. 25 Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. 26 Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. 27 Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? 28 Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? 29 Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. 30 Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah

gandum itu ke dalam lumbungku." 36 ¶ Maka Yesuspun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: "Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu." 37 Ia menjawab, kata-Nya: "Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; 38 ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. 39 Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. 40 Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. 41 Anak Manusia akan menyuruh

Page 30: bahan kuliah perumpamaan

malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. 42 Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. 43 Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"

Struktur & Terjemahan

Pengumpulan Data

Analisis Kisah Narasi Perumpamaan

Analisis Peristiwa

Peristiwa di dalam kisah narasi perumpamaan dapat kita bagi menjadi tiga bagian besar. Peristiwa merupakan peralihan keadaan. Pertama adalah peristiwa awal. Seorang penabur menabut benih baik di ladangnya menjadi peristiwa awal. Ladang tanpa ada benih baik menjadi ladang yang siap yang siap untuk pertumbuhan benih baik. Ini adalah periswtiwa awal yang dilakukan oleh tokoh penabur. Kemudian peristiwa awal mengakibatkan munculnya peristiwa-peristiwa yang kita rangkum dalam perumitan. Ada peristiwa-peristiwa perumitan di dalamnya. Ada seorang musuh menabur benih lalang di ladang yang sama pada saat orang-orang tidur. Ladang pada awalnya hanya ada benih baik, sekarang ada benih lalang. Ini adalah peristiwa perumitan. Kemudian, benih baik yaitu gandum dan benih lalang tumbuh bersama. Gandum tumbuh sampai berbulir. Tidak dijelaskan apakah banyak gandum yang tidak bertumbuh karena lalang, tetapi dituliskan gandum bertumbuh sampai berbulir. Pada saat sama, lalang juga tampak di antara gandum. Ini mengindikasikan lalang juga bertumbuh. Hal ini yang menyebabkan para hamba dari tuan datang kepada tuan dan terjadilah percakapan di antara mereka. Namun sebelum percakapan berlangsung, sebetulnya ada sebuah peristiwa penting yaitu para hamba jelas di sini melihat pertumbuhan lalang. Lalang tampak di dalam ladang gandum. Peristiwa perumitan lain adalah dialog atau percakapan antara tuan dan para hamba. Di dalam dialog, para hamba menawarkan kepada tuan untuk mengumpulkan lalang tersebut. Tetapi, respon tuan tidak menyetujui oleh karena belum waktu tiba untuk mengumpulkan lalang tersebut. Hal ini akan menyebabkan gandum bisa tercabut pada saat lalang dicabut. Si Tuan tidak menginginkan hal itu terjadi. Sebaliknya tuan memberikan jawaban kepada mereka untuk membiarkan kedua tanaman itu bertumbuh bersama. Pada saatnya nanti akan ada pemisahan. Lalang akan dikumpulkan, kemudian diikat dan dibakar. Sedangkan gandum akan dikumpulkan dan disimpan di dalam lumbung. Itulah jawaban tuan kepada para hamba. Kemudian kisah bergerak ke peristiwa akhir. Walaupun tidak dituliskan, namun secara implisit kita bisa mengadakan peristiwa akhir yaitu waktu tuaian tiba. Seperti jawaban tuan kepada para hamba, pada waktu tuaian tiba, barulah lalang dikumpulkan untuk dibakar sedankan gandum dikumpulkan untuk disimpan dalam lumbung.

Dari uraian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa ada peristiwa awal yaitu penaburan benih baik penaburan benih lalang oleh si musuh kedua benih tumbuh bersama para hamba melihat lalang di antara gandum percakapan antara para hamba dan tuan bagaimana mengatasi lalang masa penuaian yaitu pemisahan gandum dan lalang.

Analisis Tokoh

Dari analisis peristiwa di atas, setiap peristiwa menghadirkan tokoh-tokoh bertujuan. Seperti di peristiwa awal menghadirkan tokoh utama si penabur; peristiwa perumitan menghadirkan tokoh si musuh, orang-orang, para hamba, dan tuan; dan peristiwa akhir menghadirkan tokoh si penuai. Yang menjadi tokoh utama atau sentral dalam peristiwa-peristiwa di atas adalah tokoh penabur, musuh, para hamba, tuan dan penuai. Tokoh orang-orang menjadi peristiwa pembantu terhadap peristiwa penaburan benih lalang.

Tokoh penabur adalah tokoh sentral di dalam peristiwa awal yaitu penaburan benih baik. Tokoh penabur menjadi awal dari adanya pertumbuhan benih baik menjadi gandum yang siap dituai. Tokoh penabur

Page 31: bahan kuliah perumpamaan

menjadi sumber dari adanya tuaian nantinya. Tanpa ada penaburan maka tidak ada tuaian. Dan tokoh penabur juga menjadi sumber adanya pengharapan untuk memperoleh tuaian yang baik. Dia menjadi tokoh kunci di sini. Penabur membawa karakter awal dari pengharapan akan tuaian.

Konsep Teologis

Aplikasi