Post on 13-May-2019
BAB IV
KEADAAN UMUM LOKASI
A. Keadaan Umum Lokasi
1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif
Secara Geografis Wilayah Kelurahan Tanggi Kiki merupakan salah satu wilayah Desa
yang ada di Kecamatan Sipatana, yang baru dimekarkan dari Kelurahan Tapa pada Tahun 2011.
Kecamatan Sipatana memiliki luas 10.221 km dan terletak dibagian ujung barat ibukota
Kabupaten Gorontalo.
Batas wilayah di Kelurahan Tanggi Kiki, Kecamatan Sipatana, Kota Gorontalo adalah
sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kelurahan Bulotadaa Timur Kecamatan Sipatana
Sebelah Selatan : Kelurahan Paguyaman Kecamatan Kota Tengah
Sebelah Timur : Kelurahan Dulomo Selatan Kecamatan Kota Utara
Sebelah Barat : Kelurahan Tapa Kecamatan Sipatana.
Kelurahan ini masih merupakan kelurahan mudah dijangkau, kelurahan ini masih jauh dari
adanya polusi udara, sehingga kesegaran udara dan keadaan tanah belum terkontaminasi dengan
pencemaran, baik pencemaran lingkungan maupun udara, kelurahan ini bisa digolongkan sebagai
kelurahan yang masih mempunyai tingkat kesuburan tanah yang masih tinggi.
2. Jumlah Penduduk
Kelurahan Tanggi Kiki Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo mempunyai jumlah
penduduk 2.239 Jiwa terbagi atas jenis kelamin laki-laki dengan jumlah 1.054 jiwa dan
perempuan 1.185 jiwa. Keadaan penduduk berdasarkan jumlah keluarga sebesar 602 orang
dengan rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak 4 orang. Keadaan penduduk Kelurahan
Tanggi Kiki berdasarkan tingkat pendidikan dan lapangan usaha dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Tanggi Kiki
Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo 2013.
No Tingkat Pendidikan Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1
2
3
4
5
Belum Pernah
Sekolah/Tidak Tamat SD
SD
SLTP
SLTA
Sarjana
163
-
102
108
247
40
24,69
-
15,45
16,37
37,42
6,07
Jumlah 660 100
Sumber : Monografi Kelurahan Tanggi Kiki, 2012
Kesadaran penduduk tentang pentingnya pendidikan ternyata masih kurang, hal ini dapat
dilihat dari Tabel 1. Dari Tabel 1 tersebut di ketahui, bahwa jumlah penduduk yang SLTA
menduduki posisi pertama dengan jumlah terbanyak yaitu 247 orang (37,42%). Belum pernah
bersekolah/tidak tamat SD menduduki posisi kedua dengan jumlah 163 orang (24,69%), dan
tingkat pendidikan sarjana merupakan tingkat pendidikan yang memiliki persentase paling
sedikit hanya sebanyak 40 orang atau 6,07 %.
B. Identitas Petani Responden
Identitas petani responden mengambarkan kondisi atau keadaan serta status orang
tersebut. Identitas seorang responden akan sangat membantu dalam proses penelitian karena
dapat memberikan informasi tentang keadaan usahataninya terutama dalam peningkatan
produksi usahataninya.
Ketrampilan petani dalam menjalankan usahatani tentu sangat bervariasi, baik sebagai
jurutani maupun sebagai manager. Hal ini disebabkan karena dalam melaksanakan kegiatan
usahataninya, petani dipengaruhi oleh beberapa aspek antara lain umur, tingkat pendidikan,
jumlah tanggungan keluarga, dan luas lahan, dan kondisi tempat tinggal Identitas petani
responden selengkapnya sebagai berikut :
1. Umur
Umur petani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan, bekerja, dan
cara berfikir. Semakin muda umur seorang petani maka relatif muda menerima teknologi baru
yang dianjurkan dibandingkan petani yang berumur tua. Hal ini disebabkan karena petani yang
masih muda berani menanggung resiko. Selain itu juga bila ditinjau dari segi fisik, umur
merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam meningkatkan produktivitas. Berdasarkan
teori kependudukan menyatakan bahwa usia produktif seseorang berada pada kisaran 15 tahun
hingga 56 tahun. Dimana pada usia tersebut kemampuan berfikir dan bekerja seseorang relatif
produktif. Identitas petani responden berdasarkan umur ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Petani Padi Sawah Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Tanggi Kiki
Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo, 2013.
No Kelompok Umur
( Tahun )
Jumlah Responden
(Orang )
Persentase
( % )
1.
2.
3.
0 – 15
15 – 60
>60
-
40
-
-
100
-
Jumlah 40 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2013
Berdasarkan Tabel 2 diatas, menunjukan bahwa umur Petani responden yang belum
produktif pada kategori 0-15 dengan jumlah 0%, sedangkan umur petani yang produktif 15-60
tahun bejumlah 40 orang atau 100%, dan umur petani yang tidak produktif dengan jumlah 0%.
Pada umumnya kategori usia responden dalam penelitian ini tergolong usia produktif, sehingga
responden merasa mudah menerima teknologi baru dan mampu mengembangkannya karena
kemampuan fisik petani sangat besar, sehingga sangat menunjang dalam meningkatkan
produktivitas usahataninya.
2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang pernah di tempuh
oleh petani responden mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pendidikan
formal adalah pendidikan yang pernah ditempuh oleh petani responden mulai dari tingkat
sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Tingkat pendidikan petani responden menggambarkan
daya pikir petani dalam mengelola usahataninya. Sehingga tingkat pendidikan petani responden
juga merupakan salah satu variabel yang perlu diperhatikan dalam suatu usahatani. Berdasarkan
data yang diperoleh menujukan bahwa pendidikan responden bervariasi. Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Petani Padi Sawah Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Tanggi Kiki
Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo 2013.
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Persentase
( Orang ) ( % )
1.
2.
3.
4.
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
18
12
9
1
45
30
22,5
2,5
Jumlah 40 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2013.
Berdasarkan Tabel 3, diatas terlihat bahwa tingkat pendidikan petani responden rata-rata
umumnya SD berjumlah 18 orang atau 45%, sedangkan pendidikannya SMP berjumlah 12 orang
atau 30%, yang tingkat SMA berjumlah 9 orang atau 22,5%, Perguruan Tinggi berjumlah satu
orang atau 2,5%. Tingkat pendidikan Di Kelurahan Tanggi Kiki Kecamatan Sipatana yang masih
rendah, responden kurang pengetahuannya dalam peningkatan usahatani pada sistem tanaman
padi sawah sehingga berpengaruh pada pola pikir responden dalam menghadapi suatu
permasalahan di lapangan. Tingkat pendidikan ini merupakan salah satu faktor yang menetukan
keberhasilan dalam usahatani selain didukung oleh pengalaman dalam usahatani.
3. Jumlah Tanggungan Keluarga
Petani sebagai kepala keluarga merupakan orang yang bertanggung jawab atas segala
kejadian dalam rumah tangganya serta berusaha untuk memenuhi kebutuhan dari semua anggota
keluarga yang menjadi tanggungan. Tanggungan keluarga adalah semua orang yang ditanggung
biaya hidupnya oleh petani sampel. Semakin besar jumlah tanggungan keluarga petani akan
termotivasi untuk bekerja memperoleh pendapatan yang besar agar dapat memenuhi kebutuhan
keluarganya. Berdasarkan data diatas bahwa jumlah sampel menurut tanggungan keluarga dapat
dilihat dalam Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Petani Padi Sawah Menurut Jumlah Tanggungan keluarga di Kelurahan Tanggi
Kiki Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo, 2013.
No. Jumlah
Tanggungan
Jumlah Petani
(orang)
Persentase
(%)
1.
2.
3.
0-3
4-5
6-7
7
24
9
17,5
60
22,5
Jumlah 40 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2013
Tabel 4. menunjukkan adanya variasi jumlah tanggungan keluarga petani responden yaitu
antara 07 jiwa dengan jumlah tanggungan keluarga tertinggi yaitu 4 5 jiwa sebanyak 24 jiwa
yang memiliki persentase 60%. Dari 40 petani responden, yang paling rendah jumlah tanggungan
keluarga yaitu 17,5% dengan jumlah tanggungan 03 jiwa sebanyak 7 jiwa. Banyaknya
tanggungan keluarga petani sampel di Kelurahan Tanggi Kiki Kecamatan Sipatana sangat
mempengaruhi pendapatan bagi petani.
4. Pengalaman Berusahatani
Dalam pengalaman berusahatani merupakan faktor yang sangat penting dalam
keberhasilan usahatani. Dimana semakin lama berusaha tani maka semakin banyak yang
didapatkan. Semakin banyak pengalaman yang di dapatkan maka petani tersebut memiliki
kemampuan yang tinggi dalam mengelola usahataninya. Pengalaman berusahatani pada petani
sampel dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Petani Padi Sawah Menurut Pengalaman Berusahatani di Kelurahan Tanggi
Kiki Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo.
No Pengalaman Berusahatani Jumlah (Orang) Persentase
(%)
1.
2.
3.
1-15
16-20
21-35
3
9
28
7,5
22,5
70
Jumlah 40 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2013
Tabel 5. Menunjukan bahwa lama usahatani petani sampel yaitu kisaran kurang 15 tahun
sebanyak 3 orang atau 7,5%, lama pengalaman berusahatani kisaran 16-20 sebanyak 9 orang
atau 22,5%, sedangkan kisaran 21-35 sebanyak 28 orang atau 70%. Lama usahatani
menggambarkan kemampuan petani responden dalam mengelola usahatani padi sawah.
Pengelolaan usahatani mencakup perencanaan proses budidaya, panen, pemasaran, bahkan
melihat permasalahan yang sering terjadi sehingga dapat menekan resiko kegagalan.
C. Deskripsi Usahatani Padi Sawah Petani Sampel
Keadaan pertanian di Kelurahan Tanggi Kiki Kecamatan Sipatana khususnya pertanian
untuk tanaman padi sawah selama ini menunjukan hasil yang baik dengan potensi luas sawah
yang dikelolah responden sebesar 1,2 ha. jenis pengairan yaitu irigasi teknis dan frekuensi
penanaman sebanyak dua kali dalam setahun, luas tersebut memberikan produksi mencapai
7.546 Kg per panen.
Dalam melakukan proses budidaya tanaman padi, langkah awal yang dilakukan adalah
mempersiapkan lahan, yaitu membersihkan lahan dari gulma dan hama, upaya yang dilakukan
adalah menyemprotkan obat hama dan obat rumput ke lahan budidaya. Penyemprotan ini
dilakukan 2 hari sebelum tanam.
Pengolahan tanah secara sempurna seraya petani melakukan persemaian. Mula-mula sawah
dibajak, pembajakan dapat dilakukan dengan mesin, trektor atau melalui pencangkulan oleh
manusia. Setelah dibajak, tanah dibiarkan selama 2-3 hari. Namun di beberapa tempat, tanah
dapat dibiarkan sampai 15 hari. selanjutnya tanah dilumpurkan dengan cara dibajak lagi untuk
kedua kalinya atau bahkan ketiga kalinya 3-5 hari menjelang tanam.
Petani di Kelurahan Tanggi Kiki disaat penanaman menggunakan bibit varietasnya bibit
Ciheran, Maykonga, Impari dan 64 dan rata-rata pemakaian yaitu bibit dengan rata-rata 106.65
Kg. Pemeliharaan tanaman padi meliputi pemupukan, penyiangan dan penyemprotan obat-
obatan. Setiap pemupukan selalu bertujuan untuk menambah zat-zat dan unsur-unsur makanan
yang dibutuhkan tumbuh-tumbuhan didalam tanah. Petani Kelurahan Tanggi Kiki mengunakan
pupuk yang bermacam-macam yaitu Urea, Organik, Npk Pelangi, Npk Ponska, Super Ponspa 36,
pengunaan Pupuk Organik rata-rata/petani 306 Kg, Pupuk Urea rata-rata 133 Kg, Pupuk Npk
Ponska memiliki rata-rata 147 Kg, sedangkan Pupuk Npk Pelangi rata-ratanya 208 Kg dan Super
Ponspa 36 dengan rata-rata 118 Kg setiap petani.
Selain pemupukan pemeliharaan terhadap tanaman padi adalah melakukan penyiangan.
Penyiangan ini dilakukan beberapa hari setelah pemupukan pertama. Pada lahan ini petani
tersebut tidak mengeluarkan biaya untuk pengairan sawahnya. Pengairan dilakukan petani
menggunakan saluran air dari Irigasi Tapa atau rumah tangga dari perumahan sekitar.
Pekerjaan pemberantas hama dan penyakit dilakukan penyemprotan pestisida dapat
tumbuh lebih baik dan hasilnya memuaskan. Petani di Kelurahan Tanggi Kiki menggunakan
bermacam-macam obat-obatan yang berbeda merek dan rata-rata pemakaiannya yaitu obat Arifo
dengan rata-rata 33 ml, Drusban rata-rata 33 ml, Aladin 80 ml, sedangkan Logran dengan rata-
rata 68 ml.
Salah satu produksi yang terpenting adalah ketersediaan tenaga kerja, karena tanpa tenaga
kerja petani tidak akan melakukan pengolahan sampai panen. Hal ini menggambarkan bahwa
prospek dan potensi pengembang usahatani padi sawah yang berpihak kepada masyarakat lokal
yang ada di Kelurahan Tanggi Kiki dan menjadi peluang yang besar khususnya bagi petani padi
sawah. Dalam pengelolaan padi sawah petani memerlukan tenaga kerja dalam keluarga dan
tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja ini digunakan untuk melakukan proses produksi dari
tahap pengolahan lahan sampai panen yang dibayar dengan upah Rp 50.000 perhari. Untuk
pengolahan tanah, penyiangan, pemupukan I, II dan III, pemberantas hama dan penyakit
menggunakan tenaga kerja keluarga. Kegiatan saat panen, petani menyewa tenaga kerja luar
keluarga dan upah panen berbentuk gabah bukan uang tunai.
D. Analisis Pendapatan.
Analisis pendapatan di gunakan untuk mengetahui besarnya pendapatan dan penerimaan
yang di peroleh petani padi sawah dan biaya yang dikeluarkan oleh petani padi sawah, Biaya
usahatani tanaman padi sawah yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Pendapatan
diperoleh dari selisih penerimaan dan biaya. Penerimaan adalah hasil kali antara jumlah produksi
dan harga komoditi.
1. Biaya Usahatani
Biaya Usahatani merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani padi sawah dalam satu
kali musim tanam. Biaya usahatani terbagi atas biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel
(variabel cost).
Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dipakai dalam satu kali proses
produksi. dimana biaya-biaya ini meliputi pajak lahan, penyusutan alat, dan upah tenaga kerja
dalam keluarga. Secara lengkap biaya tetap yang dikeluarkan petani sampel dalam usahatani
tanaman padi sawah dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Biaya Tetap Tanaman Padi Sawah Sampel di Kelurahan Tanggi Kiki Kecamatan
Sipatana Kota Gorontalo, 2013
No Jenis Biaya Tetap Nilai (Rp) Nilai/Ha Persentase
(%)
1 Penyusutan alat 127.657 106.380,83 5,69
2
3
Pajak Lahan
Biaya Tenaga Kerja
dalam keluarga
100.855
2.016.768
84.045,00
1.680.640,00
4,49
89,82
Total Biaya 2.245.280 1.764.685,83 100 Sumber : Data Diolah, 2013
Tabel 6, menunjukan total dari biaya tetap petani padi sawah sampel sebesar Rp
2.245.280 atau Rp. 1.764.685,83/ha, Nilai biaya yang paling besar dalam biaya tetap adalah
Upah tenaga kerja dalam keluarga yaitu Rp 2.016.768 (89,82%). penyusutan alat sebesar Rp.
127.657 (5,69%) dan pajak lahan sebesar Rp. 100.855 (4,49%). Biaya tenaga kerja keluarga
diperoleh dari hasil perkalian antara upah minimum regional dengan jumlah HKSP, dimana upah
minimum adalah Rp.50.000/hari. Penyusutan alat diperoleh dari nilai baru yang dikurangi nilai
sekarang dibagi lama pemakaian. Dalam mengelola tanah petani sangat membutuhkan peralatan
untuk membantu selama proses produksi mulai dari pengolahan tanah sampai dengan panen.
Petani padi sawah biasanya juga menggunakan tenaga kerja dalam keluarga untuk mengelola
tanaman padi yang dijalankan, tenaga kerja tersebut digunakan untuk pengolahan tanah,
penanaman, pemupukan, pemberantas hama dan panen . Tenaga kerja tersebut rata-rata terdiri
dari pria dimana tenaga kerja pria dalam satu hari dinyatakan dalam 1 HKSP (Hari Kerja Setara
Pria).
Biaya Variabel adalah biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung
dari besar kecilnya produksi yang diinginkan. Contoh biaya variabel adalah untuk sarana
produksi, meliputi bibit, pupuk, obat-obatan. Total biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Biaya Variabel Usahatani Padi Sawah Sampel di Kelurahan Tanggi Kiki Kecamatan
Sipatana Kota Gorontalo, 2013
No Jenis Biaya Nilai Biaya
(Rp)
Nilai Biaya/Ha
(Rp)
Persentase
(%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bibit
Pupuk Organik
Pupuk Anorganik
Obat-Obatan
TK Luar Keluarga
Upah Panen
271.950
152.947
2.009.140 1.473.083
10.685.460
1.839.360
226.625,00
127.455,89
1.674.283,33
1.227.569,16
8.904.550,00
1.532.800,00
1,66
0,94
12,22
8,96
65,03
11,19
Total Biaya Variabel 16.431.940 13.693.283,32 100
Sumber : Data Diolah, 2013
Dari Tabel 7, menunjukan total biaya keseluruhan untuk biaya variabel dalam satu masa
produksi adalah sebesar Rp. 16.431.940 atau Rp 13.693.283,32/Ha. Pupuk sangat penting bagi
petani padi untuk mengelola tanaman padi sawah karena pupuk membantu proses pembuahan,
pupuk juga bisa memberikan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman dan memperbaiki struktur
tanah. Petani padi sawah banyak menggunakan pupuk organik dan anorganik, dimana banyak
para petani padi menggunakan pupuk organik, setiap pembelian pupuk organik petani padi
mengeluarkan biaya sebesar Rp. 152.947/Kg atau mencapai rata-rata 0,94% dari biaya total, dan
para petani juga menggunakan pupuk anorganik padi sawah mengeluarkan biaya Rp
2.009.140/Kg dengan mencapai rata-rata 12,22%, Petani padi sawah juga mengunakan bibit dan
Pembelian bibit mengeluarkan biaya Rp. 271.950/kg atau mencapai rata-rata 1,66%. Selain
pupuk petani padi sawah menggunakan Obat-obatan dengan mengeluarkan biaya Rp.
1.473.083/Kg atau mencapai rata-rata senilai 8,96%. selain tenaga kerja keluarga petani padi
sawah juga menggunakan biaya tenaga kerja luar keluarga, tenaga kerja ini dibayar dengan upah
tertentu. Biasanya petani padi sawah ini menyewa tenaga kerja luar keluarga untuk pengolahan
tanah, penanaman, pemupukan I, pemupukan II, penyiangan pemupukan III pemberantas hama
dan panen. Tapi itu tergantung sawahnya mengunakan petani yang hanya untuk di sewa. Maka
biaya yang dikelurkan oleh petani untuk menyewa tenaga kerja luar keluarga dengan rata-rata
65,03% atau sebesar Rp. 10.685.460 dan upah panen mengeluarkan biaya Rp 1.839.360 atau
mencapai rata-rata 11,19% dalam upah panen ini tidak di bayar secara uang tunai, tapi hanya
dibayar dalam sistem bagi hasil dalam setiap panen yang di dapat.
Berdasarkan perhitungan dari masing-masing biaya, yaitu biaya tetap dan biaya variabel,
maka dapat dihitung total biaya keseluruhan yang dikeluarkan oleh petani padi sawah sampel
selama proses produksi, yang dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Biaya Total Usahatani Padi Sawah Sampel di Kelurahan Tanggi Kiki Kecamatan
Sipatana Kota Gorontalo, 2013
No Jenis Biaya Nilai (Rp) Nilai /Ha Persentase
(%)
1 Biaya Tetap 2.245.280 1.871.066,66 12,03
2 Biaya Variabel 16.431.940 13.693.283,33 87,97
Total Biaya 18.677.220 15.564.349,99 100 Sumber : Data Diolah, 2013
Dari Tabel 8 diatas, menunjukan rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan oleh petani padi
sawah sampel selama satu kali musim tanam adalah Rp 2.245.280 atau Rp. 1.871.066,66/Ha dan
petani padi sawah sampel mengeluarkan biaya variabel sebesar Rp 16.431.940 atau Rp
13.693.283,33/ ha, sehingga diperoleh total biaya yang dikeluarkan petani padi sawah sampel
sebesar Rp. 18.677.220 atau Rp. 15.564.349,99/ Ha. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan
bahwa biaya usahatani padi sawah di Kecamatan Sipatana terdiri atas biaya tetap dan biaya
variabel dengan demikian hipotesis 1 terbukti bahwa struktur biaya pada usahatani padi sawah di
Kelurahan Tanggi Kiki terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel.
2. Penerimaan dan Keuntungan Padi Sawah
Penerimaan merupakan nilai uang yang diperoleh dari hasil produksi dikalikan dengan
harga komoditi, sedangkan pendapatan bersih selisih merupakan antara penerimaan yang
diterima oleh petani dengan biaya usahatani. Nilai penerimaan dan pendapatan bersih usahatani
padi sawah di Kelurahan Tanggi Kiki dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Nilai Penerimaan dan Keuntungan Rata-rata dari Usahatani Padi Sawah Sampel di
Kelurahan Tanggi Kiki Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo, 2013
No Uraian Nilai (Rp) Nilai/Ha
1
2
Penerimaan
Biaya Total
57.349.600
18.677.220
47.791.333,33
15.564.350,00
Pendapatan Bersih (1-2) 38.672.380 32.226.983,33 Sumber : Data Diolah, 2013
Berdasarkan Tabel 9 diatas, menggambarkan penerimaan dan keuntungan usahatani padi
sawah di Kelurahan Tangigi Kiki Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo. Total biaya usahatani
padi sawah untuk satu kali musim tanam mencapai Rp 18.677.220 atau Rp 15.564.350/Ha dan
penerimaan sebanyak Rp 57.349.600 atau Rp 47.791.333,33/Ha sehingga pendapatan yang
diperoleh petani sebesar Rp 38.672.380 atau Rp 32.226.983,33/Ha dimana rata-rata luas lahan
1,2 ha.
Tabel 10. Biaya Total, Penerimaan dan Keuntungan Rata-rata dari Usahatani Padi Sawah Sampel
di Kelurahan Tanggi Kiki Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo, 2013
Uraian Rata-rata/Petani
(Rp)
Rata-rata/Ha
(Rp)
A. Biaya-Biaya
1. Biaya Tetap
2. Biaya Variabel
Total Biaya
B. Penerimaan
C. Pendapatan Bersih
2.245.280
16.431.940
18.677.220
57.349.600
38.672.380
1.871.066,66
13.693.283,33
15.564.349,99
47.791.333,33
32.226.983,33 Sumber : Data Diolah, 2014
Pada Tabel 10 terlihat hasil analisis pendapatan usahatani padi sawah di Kelurahan Tanggi
Kiki Kecamatan Sipatana. Hasil penelitian menunjukan total biaya sebesar Rp 18.677.220 atau
Rp 15.564.349,99/ha dimana struktur biaya terdiri dari biaya variabel sebesar Rp 16.431.940
atau Rp 13.693.283,33/ha dan biaya tetap sebesar Rp 2.245.280 atau1.871.066,66/ha. Tabel 10
juga menunjukan penerimaan usahatani padi sawah di Kelurahan Tanggi Kiki sebesar RP
57.349.600 atau Rp 47.791.333,33/ha sehingga diperoleh pendapatan bersih sebesar Rp
38.672.380 atau Rp 32.226.983,33/ha, dengan rata-rata luas lahan 1,2 ha berarti pendapatan yang
diperoleh oleh petani padi sawah di Kelurahan Tanggi Kiki selama satu kali musim tanam cukup
besar dan menguntungkan.
E. Analisis R/C Ratio
Analisis R/C Ratio untuk melihat kelayakan dari usahatani padi sawah di Kelurahan
Tanggi Kiki hasil perhitungan R/C Ratio dapat dilihat sebagai berikut :
Berdasarkan perhitungan di atas terlihat nilai R/C Ratio adalah 3,07. Berdasarkan
kriterianya nilai R/C Ratio 1 dapat disimpulkan bahwa padi sawah di Kelurahan Tanggi Kiki
Kecamatan Sipatana Kota Gorotalo berada pada posisi menguntungkan. Nilai tersebut
memberikan arti bahwa setiap pengeluaran sebesar satu rupiah akan memberikan penerimaan
sebesar Rp. 3,07 dengan demikian usahatani padi sawah layak dikembangkan. Dengan demikian
hipotesis 2 terbukti bahwa usahatani padi sawah menguntungkan dan layak dikembangkan.