Post on 07-Mar-2019
75
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif deskriptif ini, penulis akan melakukan wawancara
terhadap masyarakat umum atau pelanggan dari perusahaan PT Pertamina (Persero)
mengenai keberadaan program Corporate Social Responsibility (CSR) atau kegiatan-
kegiatan dari program CSR khususnya CSR kesehatan Pertamina yaitu Sehati (Sehat
Tercinta Anak dan Ibu) studi kasus wilayah Koja-Jakarta Utara.
Penulis akan mengambil 50 orang responden yang akan di wawancara mengenai
perusahaan Pertamina dan program CSR Pertamina yaitu CSR Sehati dengan
menggunakan data kuantitatif. Selanjutnya penulis melakukan wawancara secara acak
kepada 5 orang responden dari 43 responden yang tidak mengetahui program kegiatan
CSR Pertamina Sehati dengan wawancara yang mendalam.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Responden
tahu CSR
tidak tahu CSR
tahu CSR
Pertamina
tidak tahu CSR
Pertamina
Gambar 4.1 Data Grafik Responden
76
4.1.1. Pemilihan Informan
Seperti yang sudah penulis sampaikan sebelumnya bahwa wawancara merupakan
salah satu teknik pengumpulan data dalam observasi melalui daftar pertanyaan yang
diajukan secara lisan terhadap responden (subjek). Namun dalam penelitian ini, penulis
akan melakukan wawancara mendalam kepada 5 orang responden secara acak untuk
menanyakan kembali mengenai Pertamina dan Program CSR Pertamina Sehati.
Narasumber pertama bernama Romadhona pekerjaan sebagai IT Analyst disalah satu
perusahaan besar dijakarta dan berumur 28 tahun. Narasumber kedua bernama wiwit
merupakan seorang mahasiswa disalah satu Universitas Jakarta berumur 22 tahun.
Narasumber ketiga bernama Epi berumur 25 tahun yang merupakan salah satu karyawati
perusahaan swasta di Jakarta. Narasumber keempat bernama Cahyo berumur 30 tahun
merupakan salah satu pegawai swasta di Jakarta. Dan narasumber yang terakhir bernama
Eka merupakan sekertaris di perusahaan swasta di Jakarta. Dengan mengambil 5 orang
narasumber tersebut, maka penulis berharap dapat membantu permasalahan yang akan
penulis ungkapkan dalam bab ini.
4.1.2. Hasil Wawancara Narasumber
Setelah penulis melakukan wawancara dengan si penerima manfaat atau
masyarakat Koja yang terkena dampak atau terlibat dengan program kegiatan Corporate
Social Responsibility (CSR) Kesehatan PT Pertamina yaitu Sehati, maka penulis melihat
bahwa kegiatan CSR Sehati telah sesuai dengan tingkat kebutuhan dan kegunaan bagi
77
masyarakat karena memang pada dasarnya masyarakat wilayah Koja benar-benar
membutuhkan program Kesehatan dilihat dari lingkungan yang sangat rentan terhadap
permasalahan kesehatan. Dan penulis melihat bahwa program CSR Sehati PT Pertamina
telah berhasil melakukan kegiatan programnya yang tepat pada sasaran sesuai dengan
prinsip CSR perusahaan yang berbasis Need Assesment.
Namun disisi lain, penulis juga ingin melihat tingkat keberhasilan program CSR
Pertamina Sehati kepada masyarakat umum atau khalayak mengenai keberadaan
program CSR Sehati yang mungkin saja dapat menaikan citra dan reputasi Pertamina di
mata masyarakat umum yang tidak terlibat dalam kegiatan program CSR. Oleh karena
itu penulis ingin mengetahui sejauh mana atensi masyarakat terhadap program CSR
Pertamina dilihat begitu banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang turut serta dalam
melakukan kegiatan CSR. Penulis telah melakukan wawancara dengan narasumber
pertama yaitu bapak Romadhona yang mengakui bahwa ia menggunakan produk
Pertamina yaitu Bahan Bakar (Pertamax) dan Pelumas. Pertama, penulis menanyakan
“sejak kapan bapak menggunakan Pertamax padahal ada Shell?”, menurut bapak
Romadhona, ia menggunakan Pertamax karena kualitas dan kadar bensin sama saja
seperti Shell walaupun harganya tidak beda jauh, lagipula ia menambahkan kalau mutu
dari produk-produk Pertamina (pelumas) sudah sangat baik. Kemudian, penulis juga
menanyakan “dari mana bapak mengetahui produk-produk yang dikeluarkan oleh
Pertamina?” ia menjawab “yaa saya tahu dari iklan di Koran, televisi, dan rekomendasi
montir bengkel.” Penulis juga mananyakan pertanyaan mengenai kepuasaan responden
setelah menggunakan produk Pertamina, “saya puas menggunakan produk Pertamina
78
karena banyak tersedia, gampang didapat dan kualitasnya juga tidak kalah dengan
produk lain”. Selanjutnya penulis mengarahkan responden kepada pertanyaan mengenai
program kegiatan dari CSR Pertamina Sehati. Ternyata beliau tidak mengetahui bahwa
Pertamina melakukan kegiatan CSR Sehati. Beliau hanya mengetahui kegiatan CSR
yang dilakukan oleh perusahaan Astra dalam membagikan mobil-mobil gratis untuk
puskesmas, unit patrol dan sebagainya. Lalu penulis menanggapi dengan menanyakan
dari mana responden mengetahui kegiatan CSR yang dilakukan oleh Perusahaan Astra,
“dari website, televisi, yaa kalau CSR Pertamina apalagi Sehati saya belum pernah
lihat di media-media manapun”. Penulis juga menanyakan seberapa sering responden
menggunakan media massa dalam kesehariannya, kemudian bapak Romadhona
menjawab “80% saya menggunakan media massa dalam keseharian saya, yaa pokoknya
media cetak dan elektronik dapat saya gunakan, paling juga social media kaya twitter,
Facebook, Internet lainnya lah”. Kemudian penulis kembali menanggapai jawaban
bapak Romadhona dengan menanyakan tentang CSR, “bapak kan barusan bilang
bahwa 80% keseharian menggunakan media massa, bapak memang benar tidak tahu
tentang adanya CSR Pertamina atau tidak pernah melihat di media?” dan bapak
Romadhona menjawab “yaa disatu sisi saya ga tahu bahwa pertamina melakukan
kegiatan CSR, disi lain saya juga ga pernah lihat publikasinya ditelevisi atau iklan-
iklan. Kan kalau kaya Astra, Nestle, Aqua banyak tuh di media-media.” Kemudian
penulis kembali menanggapi dengan pertanyaan “jadi menurut bapak publikasi itu perlu
ya?“ kemudian beliau menjawab ”yaa perlu, mba sebagai bentuk informasi kepada
masyarakat tentang program-program CSR Pertamina.” Kemudian penulis
79
menanyakan kembali kepada bapak Romadhona “misalnya jika bapak ikut terlibat
dalam kegiatan CSR Pertamina Kesehatan Sehati sebagai volunteer atau ikut
berpartisipasi dalam kegiatan CSR apakah bapak mau dan merasa senang?” Lalu
bapak Romadhona menjawab “ooh tentu saya mau, berarti Pertamina sebagai
perusahaan penyedia bahan bakar peduli terhadap kesehatan sosial, dengan saya ikut
berpartisipasi berarti saya juga ikut mendukung program kegiatan CSR Pertamina
sekaligus dapat bergabung dengan tim CSR Pertamina.”
Dari kesimpulan wawancara diatas bahwa bapak Romadhona mengetahui
tentang Pertamina hanya sebatas produk-produk yang dikeluarkan seperti bahan bakar.
Namun ketika ditanya tentang program CSR kesehatan Pertamina yaitu Sehati, beliau
tidak mengetahui tentang adanya program kegiatan tersebut. menurut beliau pula,
perlunya publikasi yang baik agar masyarakat dapat mengetahui informasi tentang
keberadaan CSR Pertamina. Beliau juga senang apabila dapat terlibat dengan kegiatan
CSR Sehati ini.
Narasumber kedua yang penulis wawancarai adalah Mas Wiwit, masih seputar
pertanyaan yang sama mengenai gambaran umum tentang Pertamina. Penulis pertama-
tama tetap menanyakan “apakah anda tahu Pertamina?” kemudian mas wiwit
menjawab “ya saya tahu Pertamina” kemudian penulis menanggapi dengan pertanyaan
“apakah yang anda tahu tentang Pertamina dan produk-produknya?” lalu mas wiwit
menjawab “pertamina merupakan salah satu perusahaan BUMN yang bergerak
dibidang perminyakan, trus yang saya tahu tentang produknya kaya elpiji, premium,
pertamax, solar trus oli pelumas.” Kemudian penulis menanggapi dengan pertanyaan
80
“apakah menggunakan produk pertamina?” lalu mas Wiwit menjawab “iyaa saya
menggunakan produk pertamina yaitu pertamax untuk keperluan kendaraan saya kaya
motor, mobil terus kalau untuk rumah yaa pakai gas elpiji.” Kemudian penulis
menggali lagi dengan pertanyaan “kenapa milih pertamina?” mas Wiwit menjawab
“karena menurut saya sih harga terjangkau yaa, mudah didapat seperti SPBU-nya juga
banyak dimana-mana trus brandnya juga kuat sih walaupun ada competitor lain kaya
Shell, Petronas, Castrol.” Kemudian penulis langsung memfokuskan pertanyaan
mengenai kegiatan CSR Pertamina Sehati “tahu ga mas kalau melakukan Pertamina
kegiatan CSR?” kemudian beliau menjawab “wah gatau tuh saya klo pertamina
melakukan CSR.” Penulis menanggapi lagi dengan pertanyaan “memang tidak tahu
atau memang tidak pernah pernah lihat di media-media?” lalu mas Wiwit menanggapi
pertanyaan dengan menjawab “saya sih ga tahu yaa, mungkin karena kurang publikasi
jadi saya juga jarang lihat di media-media, beda aja gitu seperti sidomuncul kukubima
yang terus melakukan publikasi di televisi dengan iklan-iklannya yang mengakibatkan
masyarakat jadi tahu tentang programnnya. Lagipula masyarakat Indonesia saat ini
paling banyak menonton televisi dan menggunakan sosial media dalam kesehariannya.
Jadi harusnya sih ada publikasi disetiap saluran medianya.” Lalu penulis menanggapi
dengan mengajukan pertanyaan lanjutan “jadi intinya publikasi itu penting ya, mas?”
kemudian beliau menjawab “iya dong, perlu. Biar adanya transparansi dari pihak
perusahaan kepada khalayak kalau Pertamina melakukan kegiatan CSR. Tandanya kan
Pertamina peduli dengan masalah kesehatan. Lagipula dengan adanya publikasi, selain
mendapatkan atensi dari masyarakat, maka ga mungkin dong kalau citra dan reputasi
81
Pertamina ga bakal naik. Selain itu masyarakat pasti akan aware terhadap program-
program yang dijalankan oleh CSR Pertamina” Setelah itu penulis menanggapi
narasumber dengan menanyakan “terus mas, memang seberapa sering anda
menggunakan media dalam keseharian? Apa saja?” beliau menjawab “untuk media
setiap hari sih saya biasanya kaya sosial media gitu karena mobile seperti Twitter,
Blackberry Messenger, Facebook karena kan saya berada diluar rumah tapi kalau kaya
televisi sama radio paling kalau sudah dirumah saja.” Lalu penulis menanyakan “jadi
yang Pertamina harus lakukan mengenai masalah publikasi CSR itu apa saja kira-kira,
mas?” beliau menanggapi dengan menjawab “mungkin social media lebih efektif kali
yaa selain televisi. Membuat akun Twitter mengenai kegiatan dan program-program
apa saja yang dilakukan oleh CSR Pertamina, trus palingan yaa selebihnya iklan lah
yaa dilihat juga masi banyak minat masyarakat terhadap televisi.” Kemudian penulis
menanyakan “kalau menyisihkan sebagian dari uang sebanyak 20% dari harga
Pertamax kemudian donasikan untuk membantu dalam kegiatan CSR Pertamina Sehati,
bersedia ga mas?” beliau menanggapai “saya mau dong pastinya, selain amal
setidaknya saya ikut berpartisipasi walaupun hanya menyumbangkan sebagian uang
saya yang beberapa persen dari harga Pertamax. Selain itu saya juga berkontribusi
dalam memajukan kesehatan masyarakat yang program kegiatannya dijalankan oleh
Pertamina”
Dapat disimpulkan dari narasumber kedua bahwa, beliau pengguna produk
Pertamina dan juga merupakan pengguna aktif media massa dalam kesehariannya,
namun beliau sama sekali tidak mengetahui tentang adanya program kegiatan CSR
82
Sehati yang dijalankan oleh Pertamina. Tanggapan dari narasumber kedua sangat bagus
karena beliau menyatakan bahwa pentingnya dan perlunya publikasi semata-mata agar
adanya transparansi perusahaan kepada masyarakat kemudian sekaligus menaikan citra
dan reputasi Pertamina yang peduli dalam menangani permasalahan kesehatan gizi
buruk anak bayi balita. Dan mengenai masalah publikasi, Mas Wiwit menyarankan agar
CSR Pertamina membuat akun Twitter atau Facebook sehingga dapat meng-update
informasi mengenai kegiatan program CSR Pertamina.
Selanjutnya adalah narasumber ketiga bernama Mba Epi, masih menanyakan
seputar pertanyaan mendasar mengenai Pertamina. Mba Epi merupakan pengguna
produk Pertamina yaitu Pertamax sebagai bahan bakar mobilnya dan gas elpiji untuk
keperluan rumah tangga dirumah. Penulis menanyakan tentang “dari mana mba
mengetahui tentang adanya produk Pertamina?” kemudian beliau menjawab “saya tahu
karena melihat SPBU Pertamina yang banyak dan dimana-mana, lagipula sebelum ada
SPBU asing yang lain, Pertamina lebih dulu unggul dalam menguasai bahan bakar untuk
kendaraan. Trus palingan yaa dari iklan-iklan yang ada di media kaya televisi, majalah,
iklan website.” Kemudian penulis menanggapi jawaban dari Mba Epi dengan
memberikan pertanyaan “apakah anda sudah merasa puas dengan produk-produk yang
dikeluarkan oleh Pertamina?” kemudian beliau menjawab “puas dong, lagipula produk-
produknya juga ga kalah bagus dibanding dengan Shell, Petronas, Total kalau dari segi
bahan bakar yaa.” Setelah penulis menanyakan pertanyaan mengenai basic Pertamina,
kemudian penulis bertanya mengenai program CSR. “apakah Mba mengetahui kalau
Pertamina melakukan kegiatan CSR Kesehatan Sehati?” kemudian Mba Epi menjawab
83
“saya pernah denger sih kalau Pertamina melakukan kegiatan CSR, tapi saya lupa
kegiatannya berupa apa, mungkin karena iklannya ga banyak kali yaa makanya saya
rada samar-samar kalau ditanya tentang kegiatan CSR yang dijalankan sama Pertamina.”
Lalu penulis menanyakan lagi dengan lebih mendalam “emang biasanya anda melihat
kegiatan CSR di media-media itu perusahaan apa?” kemudian beliau menjawab “yang
saya lihat dari media-media sih kaya televisi itu program Pepsodent yang pemeriksaan
gigi gratis disekolah-sekolah SD gitu yaa, trus sama iklan Aqua tentang air bersih.
Mereka kan iklannya banyak ditayangin diseluruh stasiun TV dan ada di setiap program
acara kalau lagi iklan, jadi saya tahu. Trus kalau dari media cetak sih Djarum
Foundation di majalah Gogirl. Itu aja sih.” Kemudian penulis menanggapi jawabannya
dengan kembali menanyakan “jadi menurut mba, publikasi di media-media massa itu
perlu ya?” lalu beliau menjawab “iya perlu dong, biar masyarakat juga tahu kalau ada
kegiatan CSR Kesehatan Pertamina, paling ngga Pertamina bikin kerjasama dengan
event-event yang mengandung unsur kesehatan trus dipublikasikan deh, pasti
masyarakat akan mengetahui kalau Pertamina punya kegiatan CSR.” Menanggapi
jawaban tersebut, kemudian penulis menanyakan kembali “anda biasanya dalam sehari
menggunakan media massa apa saja?” kemudian beliau menjawab “saya sih biasanya
nonton televisi karena enak dilihat visualisasinya jadi jelas, paling kalau yang lainnya
kaya sosial media yang tersedia di konten-konten smartphone aja kaya twitter.”
Kemudian penulis mengarahkan kembali pertanyaan mengenai program CSR kesehatan
Pertamina Sehati “lalu apakah Mba Epi mau ikut berpartisipasi seperti Volunteer atau
menyisihkan uangnya agar bisa didonasikan untuk kegiatan CSR kesehatan Pertamina
84
Sehati dalam memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan oleh si penerima manfaat?”
kemudian beliau menjawab “tentu mau dong, kan saya pasti juga ikut terlibat dalam
pengembangan program CSR Kesehatan Pertamina.”
Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan narasumber ketiga, Mba Epi
merupakan pengguna aktif media massa yaitu social media. Namun beliau tidak
mengetahui tentang adanya program kegiatan CSR Pertamina Kesehatan Sehati. Beliau
sebenarnya pernah mendengar tentang kegiatan dari program CSR kesehatan Pertamina
Sehati, namun tidak begitu ingat dikarenakan kurangnya publikasi secara kontinyuitas.
Sehingga beliau juga menganggap bahwa kurangnya publikasi dari pihak perusahaan
dalam mengkomunikasikan program kegiatannya yang sebenarnya perlu untuk diketahui
oleh masyarakat, karena akan mempengaruhi presepsi masyarakat kalau Pertamina juga
ikut peduli dalam menangani permasalahan kesehatan. Beliau juga member saran kalau
kegiatan CSR Pertamina disandangkan dengan event-event kesehatan yang mempunyai
konsep sama, dengan adanya begitu, maka media massa akan meliput kegiatan tersebut
sehingga masyarakat umum atau khalayak dapat mengetahui program CSR kesehatan
Pertamina Sehati.
Narasumber keempat adalah Cahyo. Beliau mengetahui Pertamina karena
menggunakan produk Pertamina yaitu Pertamax untuk kendaraan sepeda motornya,
Pertamax plus untuk kendaraan mobilnya dan pelumas Fastron juga untuk kendaraan
bermotornya. Menurut beliau produk-produk yang dikeluarkan oleh Pertamina sudah
sama dengan produk Bahan Bakar atau pelumas lainnya seperti Shell dan Castrol, karena
selain mudah didapat, harganya pun sangat terjangkau dan kualitas akan produknya pun
85
sudah diatas standard kualitas baik. Oleh karena itu, penulis menanyakan pertanyaan
yang sama dengan narasumber-narasumber sebelumnya. “Anda mengetahui produk-
produk Pertamina tersebut dari mana?’ kemudian beliau menjawab “saya tahu karena
SPBU Pertamina sudah cukup banyak. Selain itu saya juga tahu dari bengkel-bengkel
yang merekomendasi saya untuk menggunakan pelumas Fastron. Paling kalau dari
media massa saya tahunya dari iklan televisi, papan billboard jalanan, sama iklan di
Koran. Lalu penulis menanyakan kembali mengenai Pertamina “apakah anda merasa
kalau produk-produk yang dikeluarkan Pertamina sudah cukup bagus?” kemudian beliau
menjawab “iya kok. Produk-produk Pertamina sekarang sudah banyak mengalami
peningkatan yang baik, bukan produknya saja tapi dari segi pelayanan dan tata letak
SPBU sudah semakin baik. Mungkin karena banyak competitor yang bersaing kali ya,
makanya Pertamina tidak mau kalah.” Kemudian penulis mengarahkan pertanyaan
mengenai program kegiatan CSR Kesehatan Pertamina Sehati “mas tahu kalau
Pertamina melakukan kegiatan CSR kesehatan Sehati?” beliau menjawab “waduh saya
ga tahu tuh, mba.” Kemudian penulis menanyakan lebih mendalam dengan mengajukan
pertanyaan “Anda memang tidak mengetahui tentang keberadaan Program CSR
kesehatan Pertamina Sehati tersebut, atau memang tidak melihat di media massa?” lalu
beliau menjawab kembali “saya memang tidak tahu tentang program Sehati, saya
malahan baru denger dari mba kalau Pertamina mempunyai program CSR kesehatan
Sehati. Yaa gimana bisa tahu, iklannya juga ga ada kan. Kemudian penulis kembali
menanggapi “memang biasa melihat program apa saja dari kegiatan CSR di media-
media?” lalu beliau menjawab “yaa saya sih biasa melihat iklan Lifebouy yang gerakan
86
mencuci tangan. Itu kan kegiatan CSR tapi karena iklannya banyak di televisi, jadi saya
mengetahuinya.” Setelah itu penulis memberikan pertanyaan kembali “memang
seberapa sering anda menggunakan media massa dalam kesehariannya?” lalu beliau
menjawab “saya hampir setiap hari menggunakan media massa seperti tv, majalah,
radio, bahkan internet. Yaa pokoknya yang dapat saya jangkau lah dalam
menggunakannya.” Kemudian penulis kembali menanyakan “jika Mas Cahyo terlibat
dalam kegiatan CSR kesehatan Pertamina Sehati, atau mendonasikan sebagian uangnya
untuk disumbangkan dalam mendukung kegiatan CSR Kesehatan Pertamina Sehati yang
akan diberikan kepada si penerima manfaat, mau atau tidak?” beliau menjawab “iyaa
saya mau, dengan saya terlibat dalam kegiatan CSR kesehatan Pertamina Sehati berarti
saya menjadi bagian tim dari CSR Pertamina, lagipula saya ingin tahu seberapa
pedulinya Pertamina terhadap permasalahan kesehatan. Saya juga ingin berkontribusi
terhadap masalah kesehatan yang ada disekitar saya juga.”
Dapat dikatakan bahwa narasumber keempat merupakan pengguna aktif media
massa. Beliau menggunakan media massa sesuai dengan kebutuhan dan keterjangkauan
dalam menggunakan media massa tersebut. Dalam hal ini, media massa yang beliau
gunakan adalah semua jenis media elektronik dan internet dalam social media.
Walaupun beliau aktif dalam menggunakan berbagai media massa, namun beliau tidak
mengetahui akan adanya program CSR yang dijalankan oleh Pertamina, bahkan
melihat akan adanya publikasi yang dijalankan Pertamina pada program kegiatan CSR-
nya saja beliau tidak pernah. Jadi menurut beliau, jika memang ingin adanya perhatian
dari masyarakat, Pertamina harus terus konsisten dalam melakukan publikasinya di
87
berbagai program. Beliau juga senang jika terlibat dalam kegiatan CSR yang dijalankan
oleh Pertamina.
Terakhir adalah narasumber kelima yaitu ibu Eka. Masih seputar pertanyaan
yang sama mengenai Pertamina. Beliau juga merupakan pengguna Pertamina untuk
bahan bakar kendaraan dan pelumasnya. Lalu penulis langsung menanyakan “Anda
mengetahui dari mana tentang produk-produk Pertamina?” kemudian beliau menjawab
“mungkin karena satu-satunya perusahaan minyak milik BUMN jadi saya mengetahui
tentang Pertamina beserta produk-produknya. Lalu seperti tentang isu-isu atau gejolak
harga kenaikan BBM, pasti media-media massa langsung menyebut Pertamina dan yaa
paling saya tahu juga dari banyaknya SPBU yang letaknya dimana-mana yaa.”
Kemudian penulis menanggapi jawaban Mba Eka dengan mengajukan pertanyaan
“apakah saat ini menurut anda, produk-produk yang dikeluarkan oleh Pertamina sudah
cukup bagus disbanding dengan Shell atau Petronas?” kemudian beliau menjawab
“produk-produk Pertamina, menurut saya sudah sangat bagus kualitasnya. Disamping
karena harganya terjangkau, produknya juga mudah didapatkan. Pokoknya ga kalah
bagus juga kok dengan Shell atau merk Pelumas lainnya.” Kemudian penulis
menanyakan mengenai keberadaan dari program CSR kesehatan Pertamina Sehati
“apakah mba Eka tahu kalau Pertamina melakukan kegiatan CSR kesehatan Sehati?”
lalu beliau menjawab “ngga tahu tuh, emang CSR kesehatan Sehati itu kegiatannya
seperti apa? Tapi bagus juga sih kalau Pertamina melakukan kegiatan CSR, berarti kan
Pertamina masih peduli terhadap permasalahan kesehatan.” Kemudian penulis
menanggapi dengan “CSR kesehatan Sehati itu menangani permasalahan kesehatan yang
88
terjadi pada anak bayi balita dan ibu hamil yang diakibatkan oleh gizi buruk.
Dikarenakan lingkungan sekitar yang tidak memungkinkan untuk menjalankan pola
kesehatan yang baik. Jadi meurut anda wajar kalau Pertamina menjalankan kegiatan
CSR ini?” lalu baliau menjawab “bukan wajar lagi yaa, tapi perlu. Pertamina kan
perusahaan besar. Asset dan uangnya juga banyak, menurut saya sih ga masalah yaa
kalau Pertamina mengeluarkan uangnya untuk melakukan kegiatan CSR ini. Lagipula
yang saya tahu bahwa Pertamina juga rentan dari isu-isu miring mengenai seputar BBM.
Jadi dengan adanya program CSR ini, Pertamina dapat meredam atau mengendalikan
situasi agar dampaknya tidak terlalu melekat dengan masyarakat.” Lalu penulis
menanyakan kembali “jadi anda memang benar-benar tidak mengetahui tentang adanya
program kegiatan dari CSR Pertamina atau memang tidak melihat iklannya di media
massa?” kemudian beliau menjawab “saya ngga tahu karena memang saya ngga melihat
iklannya di media massa. Mungkin kaya CSR Ades saya mengetahuinya karena memang
sering diiklankan di media-media massa jadi setidaknya saya mengetahui terlebih dahulu
kalau Ades mengadakan program CSR tersebut. pasti kan lama-lama orang akan
penasaran dan mencari tahu sendiri terhadap apa yang mereka lihat.” Kemudian penulis
menanggapi “memang seberapa sering anda menggunakan media massa dalam
kesehariannya?” lalu beliau menjawab “saya sih bisa loh dalam sehari menghabiskan
waktu menggunakan media massa. Seperti menonton televisi, membaca majalah,
dengerin radio trus paling kalau lagi diluar rumah, saya melihat twitter buat mengetahui
apa yang sedang jadi trending topic. Gitu-gitu sih, Mba.” Kemudian penulis kembali
menanyakan “lalu apakah mba Eka bersedia terlibat dalam kegiatan CSR kesehatan
89
Pertamina Sehati atau mendonasikan sedikit uangnya untuk membantu dalam
menjalankan program CSR Pertamina Sehati?” kemudian beliau menjawab “saya mau
dong, jadi saya kan bisa tahu apa-apa saja yang dilakukan Pertamina dalam menjalankan
programnya. Saya juga pengen tahu seperti apa program tersebut setelah sampai kepada
masyarakat. Jadi, walaupun saya tidak terlibat dalam program itu setidaknya sudah
berkontribusi untuk program tersebut bersama Pertamina.”
Dari hasi wawancara dengan narasumber kelima dapat disimpulkan bahwa Mba
Eka merupakan pengguna media aktif dalam kesehariannya. Tetapi beliau tidak
mengetahui ketika ditanyakan tentang program CSR kesehatan Pertamina Sehati. Ketika
penulis menanyakan program CSR Sehati, beliau menanyakan kembali kepada penulis
tentang program tersebut dengan antusias. Bagi beliau, amat disayangkan jika Pertamina
kurang dalam mempublikasikan program-program CSR-nya, padahal menurut
narasumber sangat perlu mengingat bahwa Pertamina merupakan Perusahaan besar yang
sering terkena isu-isu negative mengenai kenaikan harga BBM atau permasalahan Elpiji.
Jadi menurut beliau, kegiatan CSR ini disatu sisi dapat meredam isu-isu yang sedang
berkembang serta disisi lain, Pertamina juga peduli mengenai permasalahan kesehatan
anak bayi balita dan gizi buruk akibat gizi buruk. Beliau juga mau terlibat dalam
kegiatan CSR kesehatan Pertamina Sehati atau memberikan donasi untuk membantu
dalam program tersebut.
90
4.2. Pengolahan Data
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan CSR adalah komitmen
korporat atas tanggung jawab sosial dan lingkungan akan memberikan nilai tambah
kepada semua pemangku kepentingan untuk mendukung pertumbuhan perusahaan. Dan
Pertamina pun terus menguatkan kegiatan CSR dengan memasukkan pengelolaan
kegiatan ini ke dalam fungsi tersendiri. Komitmen yang kuat dari management terhadap
pelaksanaan program-program terpadu CSR Pertamina diharaplan mampu mendorong
komunitas disekitar wilayah operasional perusahaan untuk terus Tumbuh maju bersama
Pertamina. Mewujudkan masyarakat yang sehat, cerdas, sejahtera, mandiri dan
berwawasan lingkungan. Salah satunya adalah program CSR bidang kesehatan yang
Pertamina lakukan adalah Pertamina Sehati yang terdapat di wilayah Koja-Jakarta Utara
Dalam menjalankan programnya, Pertamina berharap program tersebut dapat
sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat. Memang kebetulan pada
saat melakukan Social Mapping di sekitar wilayah Koja, masyarakat membutuhkan
adanya bantuan atau program mengenai kesehatan. Sampai saat ini, program CSR
kesehatan Pertamina Sehati sudah banyak menjalankan program-program yang
dilaksanakan sesuai dengan tingkat kebutuhan masyarakat setempat. Sehingga dilihat
dari indicator keberhasilannya dalam trimester pertahun memiliki perkembangan yang
sangat bagus mengenai adanya perubahan pola pikir tentang permasalahan gizi buruk
yang dialami oleh anak bayi balita dan ibu hamil. Walaupun Pertamina sudah berhasil
dalam melaksanakan kegiatan program CSR Pertamina Sehati, perlunya publikasi yang
efektif. Selain mendapatkan perhatian dari masyarakat luas, citra dan reputasi
91
perusahaan oil and gas Nasional berkelas Internasional ini akan mendapatkan presepsi
yang baik pula dari masyarakat luas mengenai keberadaan program CSR kesehatan
Pertamina Sehati. Selain itu juga, masyarakat luas akan berpendapat kalau Pertamina
juga peduli dalam menangani permasalahan kesehatan gizi buruk yang terjadi di
masyarakat.
Setelah penulis melakukan wawancara dengan masyarakat umum atau
narasumber yang tidak terkena dampak dari kegiatan CSR Pertamina Sehati ini, maka
pernyataan dari jawaban narasumber akan dikaitkan dengan teori khusus yang penulis
gunakan pada Bab II yaitu teori Uses and Gratifications. Dalam hal ini, penulis ingin
mengetahui sejauh mana masyarakat aktif dalam menggunakan dan memilih media
massa sebagai alat kebutuhan dalam mencari informasi yang ingin didapat, serta
kepuasan masyarakat setelah mendapatkan informasi tersebut apakah dapat berguna atau
bermanfaat bagi masyarakat. Dalam hal ini, penulis melihat bahwa kegiatan dari
Corporate Social Responsibility (CSR) banyak ditayangkan pada media-media massa.
Pada narasumber pertama yang penulis wawancarai, yaitu bapak Romadhona.
Beliau merupakan pengguna aktif media dalam mencari informasi atau hal-hal baru yang
ingin beliau ketahui. Koran dan televisi merupakan media massa yang beliau gunakan
dalam memenuhi kebutuhan dalam pencarian informasi yang ingin beliau dapatkan.
Sebenarnya jawaban narasumber pertama sudah membuktikan bahwa teori uses and
gratifications terkait dengan jawaban narasumber pertama yang diwawancarai. Bahwa
masyarakat pengguna aktif dalam media massa untuk mencari informasi yang mereka
butuhkan agar terciptanya kepuasan akan nilai guna dari media massa tersebut. Namun,
92
ketika penulis mengkaitkan pertanyaan mengenai keberadaan program CSR kesehatan
Pertamina Sehati, narasumber pertama tidak mengetahui akan adanya program yang
dijalankan oleh Pertamina itu. Beliau beranggapan bahwa kurangnya iklan yang
ditayangkan dalam setiap media massa sehingga dapat membuat masyarakat menjadi
tidak mengetahui tentang keberadaan program CSR Pertamina Sehati yang sebenarnya
perlu untuk dipublikasikan. Beliau juga senang dan mau jika terlibat dalam kegiatan
CSR Sehati yang dijalankan oleh perusahaan Pertamina
Pada narasumber kedua yaitu Mas Wiwit, beliau merupakan pengguna produk-
produk Pertamina seperti bahan bakar dan gas elpiji dalam kesehariannya. Mas Wiwit
merupakan pengguna aktif media massa dalam hal ini khususnya social media yakni
twitter, blackberry messenger dan facebook. Selebihnya seperti televisi dan radio. Beliau
juga mengatahui akan adanya produk-produk Pertamina dari media massa dan kemudian
mencari tahu tentang produk-produk Pertamina yang akan digunakan. Sama seperti
narasumber pertama, Mas Wiwit juga pengguna media massa yang aktif dalam
memenuhi kebutuhan dan keingintahuannya jika dikaitkan dengan teori Uses and
Gratifications. Tetapi ternyata penulis juga menemukan permasalahan yang sama
mengenai kurangnya publikasi ketika narasumber kedua ditanya mengenai program
kegiatan CSR kesehata Sehati yang dijalankan oleh Pertamina.
Narasumber ketiga yaitu Mba Epi. Beliau juga merupakan pengguna produk-
produk yang dikeluarkan oleh Pertamina untuk kendaraan bermotor dan keperluan
rumah tangga yaitu gas Elpiji. Beliau pengguna aktif media massa karena ketika penulis
menanyakan dari mana beliau bisa mengetahui akan adanya produk-produk Pertamina,
93
beliau menjawab dari iklan-iklan media massa baik cetak ataupun elektronik dalam
mencari tahu tentang produk-produk Pertamina yang ingin beliau gunakan. Namun
ketika ditanyakan mengenai kegiatan CSR Pertamina Sehati, beliau pernah mendengar
namun karena lagi-lagi kurangnya publikasi yang dilakukan perusahaan tidak berkala,
maka beliau lupa akan adanya program CSR tersebut dan melihat di media massa mana.
Secara teori Uses and Gratifications, narasumber ketiga aktif dalam menggunakan media
sebagai sarana kebutuhan akan keingintahuannya tentang suatu informasi, namun disisi
lain akibat kurangnya publikasi mengenai program CSR Pertamina Sehati, beliau kurang
menyadari akan adanya program tersebut.
Narasumber keempat yaitu bapak Cahyo, beliau juga pengguna produk-produk
Pertamina dalam kesehariannya. Beliau juga menganggap bahwa produk dari Pertamina
tidak kalah bagus kualitasnya dibanding produk bahan bakar Shell ataupun pelumas
Castrol. Beliau mengetahui akan adanya produk-produk yang dikeluarkan oleh
Pertamina dari iklan-iklan media massa seperti iklan televisi, Koran dan papan billboard
yang terpampang dijalan raya. Narasumber keempat juga merupakan pengguna aktif
media massa dalam mencapai kebutuhan akan informasi yang ingin didapatkan. Tetapi
ketika penulis kembali menanyakan tentang adanya kegiatan program CSR Pertamina
Sehati, beliau tidak mengetahui. Beliau jarang melihat iklannya di media massa bahkan
sama sekali tidak melihat, berbeda seperti Kukubima Sidomuncul yang terus
mengiklankan programnya agar mendapatkan atensi dari masyarakat umum. Oleh
karena itu beliau berpendapat kalau perlunya perluasan publikasi disetiap media massa
94
agar masyarakat mengetahui bahwa Pertamina menjalankan program kesehatan yaitu
CSR Pertamina Sehati.
Pada narasumber yang terakhir, yaitu Mba Eka yang juga merupakan pengguna
produk-produk Pertamina sama seperti narasumber-narasumber sebelumnya. Dalam hal
ini, beliau mengetahui akan adanya produk-produk Pertamina juga dari iklan-iklan
media massa selain itu juga dari pemberitaan di media massa mengenai isu-isu yang
beredar seputar Pertamina. Beliau juga mengatakan puas menggunakan produk
Pertamina yang tidak kalah hebat kualitasnya dengan competitor-kompetitor yang
bersaing dengan Pertamina. Dapat dikatakan bahwa narasumber kelima merupakan
masyarakat yang aktif dalam menggunaka media massa. Kebutuhan akan informasi yang
didapat menyebabkan beliau aktif dalam mencari dan menggunakan media massa mana
yang tepat untuk dirinya. Ketika kembali ditanyakan mengenai Program CSR Pertamina
Sehati, beliau juga tidak mengetahui akan adanya program tersebut. bahkan beliau
semakin antusias dan ingin mengetahui akan program tersebut. beliau menyayangkan
kalau Pertamina kurang melakukan publikasi mengenai program CSR Kesehatan Sehati
yang padahal masyarakat umum harus mengetahui. Baliau juga mengatakan kalau
reputasi dan citra perusahaan akan semakin baik kalau masyarakat memiliki atensi
terhadap program-program CSR yang dilakukan oleh Pertamina. Tidak hanya
mengetahui produk-produknya saja.
Melihat jawaban narasumber yang telah penulis wawancarai, kelima narasumber
tersebut menggunakan mayarakat yang aktif dalam menggunakan media massa dari
berbagai jenis. Mereka menggunakan aktif menggunakan media massa dikarenakan
95
banyaknya jenis media massa yang disediakan sehingga munculah nilai kegunaan dalam
menggunakan media-media massa tersebut. selain itu mereka juga merasa puas ketika
sudah mendapatkan informasi yang sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Oleh
karena itu, mereka semua termasuk dalam teori yang penulis gunakan yaitu teori Uses
and Gratifications.
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah penulis melakukan wawancara dengan kelima narasumber, dan
berdasarkan data yang penulis peroleh, dapat dikatakan bahwa kegiatan Corporate
Social Responsibility (CSR) bidang kesehatan yaitu Pertamina Sehati (Sehat Tercinta
Anak dan Ibu) di Pertamina adalah kurangnya publikasi yang maksimal melihat
narasumber yang penulis wawancarai dan masyarakat umum juga belum mengetahui
tentang adanya program CSR kesehatan Pertamina Sehati, mengingat bahwa narasumber
yang penulis wawancarai merupakan masyarakat yang aktif dalam menggunakan media
massa dalam memebuhi kebutuhannya untuk mendapatkan informasi yang berguna bagi
dirinya. Penulis mengharapkan agar adanya publikasi yang baik sehingga masyarakat
umum yang tidak terkena dampak dari program CSR Pertamina Sehati setidaknya dapat
mengetahui kalau Pertamina melakukan kegiatan CSR yang menangani permasalahan
gizi buruk anak bayi balita dan ibu hamil. Mengingat bahwa PT Pertamina merupakan
perusahaan minyak dan gas nasional yang berkelas internasional dan merupakan satu-
satunya perusahaan BUMN di Indonesia yang mengembangkan bisnis tersebut, maka
96
wajar saja kalau Pertamina melakukan kegiatan CSR yang sesuai dengan MDG’s serta
ISO 26000. Lagipula anggaran dana yang dikeluarkan untuk kegiatan CSR sudah
dipersiapkan dalam anggaran tahunan sepersekian persen dari keuntungan perusahaan
Pertamina. Disatus sisi pula, Pertamina merupakan Perusahaan BUMN yang banyak
mendapatkan isu-isu kurang baik dalam pemberitaan di media massa mengenai
permasalahan kenaikan BBM, permasalahan LPG sampai mengacu kepada pemberitaan
minyak dunia, Pertamina ikut terseret dalam pemberitaan tersebut. oleh karena itu,
penulis berpendapat kalau Pertamina perlu melakukan kegiatan atau program-program
salah satunya yaitu Corporate Social responsibility (CSR) yang menjadi tools Public
Relatons dalam mempertahankan reputasi dan citra apalagi kegiatan CSR Pertamina
sudah mendapatkan banyak penghargaan dari CSR Awards dan Muri karena Pertamina
melakukan kegiatan CSR sudah berdasarkan pada MDG’s dan Need Assesment
masyarakat. Disamping itu, dikarenakan Pertamina selalu menjadi headline media massa
mengenai isu-isu negatif, maka dengan adanya kegiatan CSR ini setidaknya dapat
meredam dan sedikit menetralisir keadaan mengingat bahwa masyarakat kita yang
gampang terprovokasi. Jadi amat disayangkan kalau Pertamina kurang dalam
mempublikasikan program kegiatan CSR-nya khususnya CSR kesehatan Pertamina
Sehati.
Dalam menjalankan dan melaksanakan kegiatan Corporate Social Responsibility
(CSR), Pertamina menjalankan bukan berdasarkan Charity lagi, melainkan mengacu
kepada Need Assesment atau apa yang dibutuhkan oleh masyarakat agar kegiatan CSR
yang dijalankan dapat berguna tidak hanya sesaat, melainkan dapat dirasakan hingga
97
ketahun-tahun berikutnya. Sehingga perusahaan juga dapat melihat indikator
keberhasilan atas program-program yang mereka kerjakan. Setelah mengetahui apa yang
masyarakat butuhkan, kemudian pihak Eksternal Relations melakukan Social Mapping
ke daerah tersebut agar mengetahui kondisi fisik dan lingkungan yang akan Pertamina
jadikan sebagai salah satu kegiatan CSR. Sebenarnya dilihat dari konsep yang dilakukan
pihak CSR Pertamina dalam membuat programnya hingga mensosialisasikan sudah
sangat bagus dan terkonsep. Hal ini mengingat bahwa CSR Pertamina merupakan divisi
khusus yang dibentuk agar dapat menjalankan kegiatan programnya yang lebih terfokus.
Sehingga mengenai permasalahan publikasi akan dikembangkan oleh pihak perusahaan
khususnya bagian Media Relations yang juga merupakan salah satu aktivitas dan
kegiatan Public Relations (PR). Media merupakan fungsi Corporate Communication
yang memang dibutuhkan oleh Perusahaan dalam hal peliputan dan pemberitaan. Dalam
hal ini, bukan hanya kegiatan CSR saja yang perlu diliput atau dipublikasikan namun
berbagai kegiatan, program, sampai acara-acara media Pertamina akan meliput.
Mengenai peliputan, media internallah yang mengatur masalah publikasi tetapi lebih
kepada publikasi internal perusahaan seperti Warta Pertamina untuk koran, Media
Pertamina untuk bulletin, Media TV Pertamina yang disiarkan diseluruh kantor wilayah
operasi Pertamina yang ada diseluruh Indonesia. Lalu mengenai peliputan keluar
(eksternal) maka tugas Media Relation yang menangani pemberitaan yang ingin diliput
oleh pihak media eksternal.
Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan narasumber, mereka semua
merupakan pengguna produk-produk dari Pertamina. Dalam hal ini mereka juga
98
merupakan pengguna media massa yang aktif karena mengingat jawaba dari semua
narasumber yang mengatakan bahwa mengetahui adanya produk Pertamina, mereka
temukan dalam iklan-iklan yang ditayangkan oleh media massa. Namun demikian,
mereka semua tidak mengetahui tentang adanya kegiatan program Corporate Social
Responsibility (CSR) kesehatan yaitu Pertamina Sehati yang dilaksanakan di wilayah
Koja-Jakarta Utara. Karena kurangnya penyebaran publikasi yang dilakukan perusahaan
kepada para masyarakat umum atau khalayak yang tidak terkena dampak dari Pertamina
Sehati. Ini tidak bisa menjelaskan indikator keberhasilan atas program CSR Pertamina
Sehati kepada masyarakat umum, walaupun CSR Pertamina Sehati sudah berhasil dalam
memenuhi tingkat kebutuhan dan kepuasaan masyarakat yang terlibat dalam program
tersebut atau bisa dikatan si penerima manfaat. Hal tersebut juga belum menggambarkan
bahwa reputasi dan citra Pertamina akan bagus mengingat program CSR Pertamina
Sehati kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat umum karena mereka semua
tidak pernah melihat publikasinya di media-media massa yang mereka gunakan.
Narasumber yang penulis wawancarai sangat menyayangkat bahwa Pertamina kurang
melakukan publikasi padahal menurut mereka publikasi penting agar adanya
transparansi mengingat bahwa Pertamina merupakan perusahaan yang terus
mendapatkan isu-isu negative. Karena publikasi dan kegiatan CSR merupakan salah satu
bagian dari aktivitas Public Relations yang dijalankan untuk mempertahankan reputasi
dan citra serta menetralisir kejadian-kejadian yang terjadi oleh perusahaan agar tetap
bertahan.
99
Program Corporate Social Responsibility (CSR) bidang kesehatan yaitu
Pertamina Sehati merupakan salah satu program unggulan CSR Pertamina diantaranya
Penanaman 100juta Pohon, Green Act, Pertamina Sehati, OSN Pertamina, Desa Binaan
serta Bright with Pertamina. Itu semua merupakan 6 program unggulan yang sudah
berdasarkan dengan konsep MDG’s dan telah mendapatkan Awards. Namun amat
disayangkan jika publikasi yang digunakan hanya sebatas publikasi internal perusahaan,
karena tetap saja masyarakat umum tidak mengetahui tentang keberadaan program-
program unggulan CSR Pertamina yang banyak mendapatka berbagai tema Awards.
Penulis mengharapkan bahwa perlunya kerjasama dengan media eksternal yang
masyarakat umum dapat penuhi sebagai kebutuhan akan informasi yang ingin mereka
dapatkan. Atau juga pemasangan iklan-iklan diberbagai media massa lebih
memungkinkan masyarakat umum akan mempunyai perhatian yang baik jika Pertamina
melakukan kegiatan CSR yang sangat baik. Karena pada akhirnya adalah Public
Relations mempunyai tugas, fungsi dan peran sebagai mempertahankan citra dengan
melakukan komunikasi agar timbulnya transparansi yang baik untuk memperkuat
hubungannya dengan para stakeholder perusahaan yang kemudian akan kembali lagi
kepada identitas Pertamina yang semakin positif dimata para Stakeholder dan
masyarakat luas.