BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00282-SP...

32
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Untuk dapat melakukan proses perhitungan antara korelasi beban vertikal dengan penurunan yang terjadi pada pondasi tiang sehingga akan mendapatkan prameter yang lebih akurat pada lapangan dapat digunakan dengan bantuan program Plaxis. Model tanah yang digunakan adalah model Hardening Soil dengan analisis axisymetric. Hal ini dilakukan karena didalam perhitungan program Plaxis, model Hardening Soil merupakan pemodelan tingkat lanjut dalam penyelidikan tanah dimana model ini membutuhkan parameter yang lebih lengkap dibandingkan model Mohr Culoumb khususnya pada parameter kekakuan tanah yaitu : E 50 , E ur , dan E oed , dimana E ur merupakan kekakuan tanah pada saat terjadi pemberian beban dan pengurangan beban (loading-unloading), parameter tanah ini merupakan parameter yang sesuai dengan kondisi pembebanan di lapangan, karena pembebanan di lapangan berbentuk cyclic loading maka tanah akan mengalami pembebanan dan pengurangan beban (loading- unloading), sedangkan parameter lainnya seperti : angka Poisson ( ), kohesi (c), sudut geser ( ) dan sudut dilatansi (ψ) yang merupakan parameter umum yang sudah ada pada model Mohr Coulomb. Mengingat bentuk dari pondasi tiang berbentuk silinder yang padat (radial), maka sesuai dengan petunjuk manual dari program Plaxis, digunakan model Axisymetri. 54

Transcript of BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00282-SP...

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pendahuluan

Untuk dapat melakukan proses perhitungan antara korelasi beban vertikal dengan

penurunan yang terjadi pada pondasi tiang sehingga akan mendapatkan prameter yang

lebih akurat pada lapangan dapat digunakan dengan bantuan program Plaxis.

Model tanah yang digunakan adalah model Hardening Soil dengan analisis

axisymetric. Hal ini dilakukan karena didalam perhitungan program Plaxis, model

Hardening Soil merupakan pemodelan tingkat lanjut dalam penyelidikan tanah dimana

model ini membutuhkan parameter yang lebih lengkap dibandingkan model Mohr

Culoumb khususnya pada parameter kekakuan tanah yaitu : E50, Eur, dan Eoed, dimana Eur

merupakan kekakuan tanah pada saat terjadi pemberian beban dan pengurangan beban

(loading-unloading), parameter tanah ini merupakan parameter yang sesuai dengan

kondisi pembebanan di lapangan, karena pembebanan di lapangan berbentuk cyclic

loading maka tanah akan mengalami pembebanan dan pengurangan beban (loading-

unloading), sedangkan parameter lainnya seperti : angka Poisson (�), kohesi (c), sudut

geser (�) dan sudut dilatansi (ψ) yang merupakan parameter umum yang sudah ada pada

model Mohr Coulomb. Mengingat bentuk dari pondasi tiang berbentuk silinder yang

padat (radial), maka sesuai dengan petunjuk manual dari program Plaxis, digunakan

model Axisymetri.

54

55

Hasil pemodelan pada program Plaxis dibandingkan dengan pengujian tes

pembebanan (loading test) di lapangan, yang sudah dihitung dan di tabelkan oleh

konsultan tanah.

4.2 Metodologi dan Pembahasan dalam Mencari Nilai Kekakuan Tanah (E)

Setiap tiang pondasi yang diselidiki tertanam pada tanah yang terdiri dari

beberapa lapisan, dimana jenis dan parameter-parameter tanahnya juga berbeda. Pada

penelitian kali ini, dilakukan idealisasi pada parameter tanah yang di dapatkan dari

pengeboran dalam mencari nilai N SPT. Dan dari beberapa proyek, untuk data tanah

menjadi parameter yang diidealisasi yang kemudian akan di korelasikan dengan

parameter tanah yang telah di uji, yaitu titik bore hole terdekat dari titik tiang pondasi.

4.3 Data-Data masukan

Sebelum dilakukan perhitungan terlebih dahulu disajikan data-data masukan

yang diperlukan program Plaxis, yaitu data : siklus pembebanan loading test, tiang

pancang dan deskripsi dan parameter tanah hasil pengujian laboratorium setiap lapisan

pada proyek di lapangan.

4.3.1 Deskripsi dan parameter tanah setiap lapisan

Deskripsi dan parameter tanah hasil N SPT dan pengujian dari laboratorium ini

didapatkan dari penyelidikan maupun penelitian tanah yang dilaksanakan oleh konsultan

tanah. Untuk mendapatkan parameter tanah yang tidak diujikan oleh konsultan tanah

sebagai data masukan pada program Plaxis maka dilakukan korelasi antara parameter

tanah lainnya yang diambil dari parameter lainnya yang diambil dari buku referensi teori

mekanika tanah, di bawah ini, adalah proyek Tangerang City dengan kode Pile TC TP-2

sebagai contoh dari metode yang dilakukan untuk mendapatkan nilai dari Kekakuan

Tanah yang akan di korelasikan dengan nilai N SPT yang telah dikoreksi :

56

• Idealisasi lapisan tanah dengan menggunakan korelasi dengan nilai N SPT

Di bawah ini adalah grafik nilai N SPT dengan kedalaman dan juga data

pondasi tiang dengan beban kerja dan beban tes pada pondasi tersebut.

Silty Clay

TC-TP-2 Bored Pile Diameter 0,8 m Beban kerja 380 ton Beban Tes 760 ton

Very Dense Sand

Silty Clay

Gambar 4.1Grafik N SPT vs Kedalaman dengan Idealisasi Lapisan tanah dan Data

Bored Pile

57

• Mendapatkan Nilai Kohesi dan Sudut Geser Tanah

Untuk mendapatkan nilai kohesi, dapat dilakukan dengan mengambil data

pada data tanah yang telah diuji di laboratorium, tetapi karena uji labratorium

tidak menunjukkan hasil pada laporan penyelidikan tanah tersebut, maka

dilakukan koreksi nilai kohesi (c) dengan nilai N SPT, yang di dapatkan dari

tabel Bowles.

Tabel 4.1 Konsistensi Tanah Lempung Jenuh Air

Konsistensi Sejarah Konsolidasi

Pukulan/ft

Kohesi (kPa)

Keterangan

Sangat Lunak

Konsolidasi Normal

0-2

<12 Sangat mudah di tekan dengan jari

Lunak Konsolidasi Normal

3-5 18,2 sampai

30,2 Mudah di tekan dengan

jari

Sedang Konsolidasi Normal

6-9

36 sampai 54,1

Dapat berbentuk bola

Keras

Konsolidasi Normal sampai konsolidasi berlebih dengan rasio 2- 3

10-16

59,9 sampai 95,8

Sulit di bentuk dengan tangan

Sangat keras

Konsolidasi berlebih

17-30 102 sampai

179,6 sangat sulit di bentuk

dengan tangan

Hard Konsolidasi sangat berlebih

>30

> 179,6 Hampir tidak mungkin dibentuk oleh tangan

Sumber :Helical Screw Foundation System Design Manual for New Construction

Untuk mendapatkan nilai kuat geser dalam pada tanah lempung maupun tanah

pasir, dilakukan dengan korelasi terhadap nilai N SPT dengan tabel dibawah ini.

58

Gambar 4.2 Hubungan sudut geser dalam dengan N-SPT

Sumber: Principle of Foundation Engineering, Braja M. Das

• Mendapatkan berat jenis tanah

Dalam masukkan data untuk berat jenis tanah γsat dan γunsat, didapatkan dari

uji laboratorium, yang dapat di lihat pada grafik di bawah ini.

59

Ked

alam

an (m

eter

)

γtotal vs Kedalaman

γ total 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24

0

2

4

6

8

10 16 kN/m3

12

14

16

18

20

22

24

26

28 3

30 19 kN/m 32

34

36

38

40 3

42 16 kN/m 44

46

48

50

52

54

56

58

60

DB-2 DB-1 DB-3 DB-4 DB-5 DB-6 DB-7

Gambar 4.3 Grafik Berat jenis dengan kedalaman

• Parameter Kekakuan tanah (E)

Kekakuan tanah yang digunakan sebagai data masukkan pada program

Plaxis, dilakukan dengan cara coba-coba, yaitu dengan perkalian terhadap

nilai N SPT, sebagai contoh, untuk nilai E50 pada proyek Tangerang City

pada tiang TP-2 dilakukan dengan memberikan perkalian sebesar 2250 x N

60

SPT. Untuk nilai Eoed dan E ur mengikuti manual Plaxis v8, yaitu untuk Eoed

dapat dikalikan dengan E50 dengan rasio sebesar 1-1,3 E50, sedangkan untuk

Eur dapat dikalikan dengan E50 dengan rasio sebesar 3-5 atau dapat

dimasukkan data input sesuai dengan hasil konsolidasi, yaitu Cc dan Cs pada

program Plaxis.

• Koreksi nilai SPT menjadi N160

Dengan mengubah nilai NSPT menjadi N160 merupakan faktor koreksi

dengan jalan menormalisasikan nilai N SPT yang diperoleh pada tegangan

efektif tertentu kepada tegangan efektif sebesar 1 kg/cm2 (GOUW, 1995), dan

digabungkan dengan standar energi referensi yaitu sebesar 60% dengan

SKEMPTON sebagai referensi, serta faktor-faktor koreksi lainnya yang

terjadi pada kondisi di lapangan, seperti koreksi terhadap panjang batang,

penggunaan pelapis, dan ukuran lubang bor (lihat tabel 2.2).

Sehingga rumus yang digunakan sebagai berikut, untuk perhitungan lebih

lengkap dapat lihat (lampiran 3) :

N160 = CN x Nlap x α x β x γ x (Er/Es)

Dimana :

CN = faktor koreksi tegangan efektif tanah

Pada penelitian ini, digunakan rumus Liao dan Whitman

CN =

Dengan : ’v = tegangan efektif vertikal tanah dalam kN/m2.

Dengan rumus diatas, maka hasil dari N SPT yang telah dikoreksi menjadi N160

dan kemudian di idealisasi kembali dapat di lihat pada grafik di bawah ini.

61

Ked

alam

an (m

eter

)

N160 vs Kedalaman

Nilai N160

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 0

2

4 N160 = 25 6

8

10

12

14

16

18

20

22

24

26

28

30 N160

= 40

32

34

36

38

40

42

44

46 N160 = 30

48

50

52

54

56

58

60

DB1 DB2 DB3 DB4 DB5 DB6 DB7

Gambar 4.4 Grafik N160 dengan kedalaman yang telah di idealisasi

62

• Mendapatkan nilai Poisson Rasio

Dalam mendapatkan nilai dari angka Poisson dapat di lihat pada tabel di

bawah ini.

Tabel 4.2 Hubungan jenis, konsistensi dengan angka Poisson (υ)

Jenis Tanah Keterangan (υ )

Lempung

Lunak 0.35-0.4 Sedang 0.3-0.35 Keras 0.2-0.3

Pasir

Lepas 0.15-0.25 Sedang 0.25-0.3 Padat 0.25-0.35

Sumber : Soil Mechanics and Foundation, Muni Bhudhu, 1976

• Rekapan parameter tanah

Dari hasil korelasi dan pengumpulan data tanah pada proyek Tangerang City

pada tiang TP-2 maka di dapatkan tabel di bawah ini.

Tabel 4.3 Data Masukan pada Proyek Tangerang City Tiang TP-2

Parameter

Simbol

Silty Clay

Very Dense Sand

Silty Clay

Pondasi Tiang

Satuan

Simbol Jenis Tanah CH SP CH

Model Material

Model Hardening Soil

Hardening Soil

Hardening Soil

Elastis Linier

-

Berat jenis tak jenuh γunsat 16 19 16 25 kN/m3 Berat jenis jenuh γsat 16 19 16 25 kN/m3

Permeabilitas k 1 1 1 0 m/hari

Kekakuan E50 56250 120000 70000

3E+07 kN/m2

Eoed 73125 156000 910000 kN/m2 Eur 196875 420000 245000 kN/m2

Power m 1 0,5 1 Angka Poisson � 0,3 0,3 0,3 0,2

Kohesi Cref 30 0,1 100 kN/m2 Sudut Geser Dalam � 22 42 25 o

Nilai N-SPT Nlap 35 50 35 Nilai N-SPT koreksi N160 25 40 30 40

Kedalaman 0-24 24-35 35-54 5,3-35 m

63

4.3.2 Siklus Pembebanan

Pada uji pembebanan statis, di gunakan pembebanan secara berkala (cyclic),

yaitu dengan cara memberi pembebanan dan mengakat beban (loading-unloading),

sesuai dengan standar ASTM D1143-81, maupun dengan standar yang sudah di uraikan

pada tinjauan pustaka. Pada Proyek Tangerang City ini, siklus pembebanan dapat di lihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.4 Siklus pembebanan dan penurunan pada Proyek Tangerang City TP-2

Persentase Beban

Beban 200% (Ton)

Penurunan (mm)

0% 0 0 25% 127,5 -0,59 50% 255 -1,56 25% 127,5 -1,02 0% 0 -0,07 50% 255 -1,63 75% 382,5 -2,66 100% 510 -3,79 75% 382,5 -3,15 50% 255 -2,32 0% 0 -0,27 50% 255 -1,86 100% 510 -3,91 125% 637,5 -5,2 150% 765 -6,9 125% 637,5 -6,62 100% 510 -6,01 50% 255 -3,88 0% 0 -1,27 50% 255 -3,15 100% 510 -5,47 150% 765 -7,72 175% 892,5 -9,53 200% 1020 -11,58 150% 765 -10,75 100% 510 -8,53 50% 255 -5,77 0% 0 -2,66

64

Dari siklus pembebanan dan hasil penurunan ini lah yang akan di cocokkan

dengan hasil yang di dapatkan di dalam program Plaxis dari data masukkan yang telah di

uraikan di atas.

4.4 Analisa ProgramPlaxis

Setelah data masukkan sudah tersedia, maka proses pemodelan dan perhitungan

dalam program Plaxis dapat di lanjutkan, di bawah ini adalah langkah-langkah dalam

menghitung besar penurunan dengan pembebanan yang sesuai dengan kondisi di

lapangan. (untuk lebih lengkap lihat lampiran 1)

• Pemodelan tanah, pondasi dan beban

Beban load multiplier

Interface antara pondasi dengan tanah

Pondasi Tiang bor

Silty Clay

Very Dense Sand

Silty Clay

Gambar 4.5 Geometri dan Material pada Pemodelan Plaxis

65

• Perhitungan Pada Plaxis

Pada perhitungan di dalam program Plaxis, tahap-tahap yang di berikan pada

pondasi tiang bor disesuaikan dengan konsdisi di lapangan. Berikut ini gambar

dari tahapan yang telah di sesuaikan dengan kondisi lapangan.

Gambar 4.6 Tahapan Perhitungan Pada Program Plaxis

Pada tahapan perhitungan di atas, pembebanan dilakukan dengan

menggunakan Total multiplier dengan mengubah total MLoadA sesuai dengan

kondisi beban yang diberikan di lapangan.

66

Pen

urun

an (m

m)

• Hasil Pehitungan Program Plaxis

Setelah proses perhitungan selesai, maka didapatkan hasil kurva dari beban

dengan penuunan seperti pada gambar di bawah.

0 -1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9

-10 -11 -12 -13

Beban vs Penurunan

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100

Beban (ton)

Tangerang City TP-2

Gambar 4.7 Grafik Beban dengan Penurunan Hasil Perhitungan Program Plaxis

• Perbandingan Perhitungan Program Plaxis dengan Kondisi Lapangan

Setelah didapatkan hasil dari beban dan penurunan dari program Plaxis, maka

akan di bandingakan dengan beban dengan penurunan pada tes beban di

lapangan.

67

Pen

urun

an (m

m)

0 -1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9

-10 -11 -12 -13

Beban vs Penurunan

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100

Beban (ton)

Loading Test, Tangerang City TP-2 Plaxis, Tangerang City TP-2

Gambar 4.8 Grafik Perbandingan antara Tes Beban di lapangan dengan Hasil

Perhitungan Program Plaxis

Dari grafik perbandingan di atas, dapat ditunjukkan dengan persentase antara

tes beban di lapangan dengan hasil program Plaxis seperti berikut.

Tabel 4.5 Perbandingan Tes Beban di Lapangan dengan Perhitungan Program Plaxis

Pada Proyek Tangerang City TP-2

Beban (%)

Beban ton

Penurunan Plaxis (mm)

Penurunan loading Test

(mm)

Selisih (mm)

Selisih Loading

(%)

Selisih Unloading

(%) 0% 0 0,00 0 0,00 25% 127,5 -0,73 -0,59 0,14 23,09 50% 255 -1,56 -1,56 0,00 0,00 25% 127,5 -0,86 -1,02 0,16 0,16 0% 0 -0,13 -0,07 0,06 0,06 50% 255 -1,60 -1,63 0,03 1,80 75% 382,5 -2,58 -2,66 0,08 2,93 100% 510 -3,68 -3,79 0,11 3,01 75% 382,5 -2,95 -3,15 0,20 6,24 50% 255 -2,23 -2,32 0,09 4,07 0% 0 -0,77 -0,27 0,50 186,40 50% 255 -2,28 -1,86 0,42 22,43 100% 510 -3,84 -3,91 0,07 1,83

68

125% 637,5 -5,05 -5,2 0,15 2,92 150% 765 -6,64 -6,9 0,26 3,76 125% 637,5 -5,97 -6,62 0,65 9,75 100% 510 -5,22 -6,01 0,79 13,13 50% 255 -3,70 -3,88 0,18 4,75 0% 0 -2,05 -1,27 0,78 61,45 50% 255 -4,11 -3,15 0,96 30,63 100% 510 -5,74 -5,47 0,27 4,86 150% 765 -7,44 -7,72 0,28 3,60 175% 892,5 -9,06 -9,53 0,47 4,92 200% 1020 -11,89 -11,93 0,04 0,33 150% 765 -10,27 -10,75 0,48 4,44 100% 510 -8,65 -8,53 0,12 1,36 50% 255 -6,99 -5,77 1,22 21,09 0% 0 -5,19 -2,66 2,53 95,00

Rata-Rata 0,39 7,58 31,38

Dari tabel 4.5 di atas, dapat ringkas pada penurunan pada saat beban maksimum dan

penurunan permanen seperti tabel di bawah ini.

Tabel 4.6 Hasil Perbandingan Perhitungan Beban Maksimum Plaxis dengan Loading

Test Pada Proyek Tangerang City, TP-2

No

Keterangan

Loading Test

Plaxis Hardening

Soil

Perbedaan

Persentase (%)

1 Beban Rencana (Load Design) 510 510 0

2 Beban Pengetesan (Test Load) 1020 1020 0

3 Penurunan Permanen (mm) 2,66 5,19 2,53 95%

4 Penurunan maksimal pada beban maksimum (mm)

11,93

11,89

0,04

0,34%

• Hubungan antara E50 dengan N160

Setelah mendapatkan hasil perbandingan antara grafik hasil program Plaxis

dengan Loading test di lapangan maka langkah selanjutnya adalah

69

mengkorelasikan antara nilai E50 dengan nilai N160 yang dapat di lihat

seperti grafik dibawah ini.

Gambar 4.9 Grafik Korelasi nilai E50 dengan N160 Pada TP-2 Proyek Tangerang City

4.5 Rekapitulasi Hasil Perbandingan Beban dengan Penurunan Perhitungan

Plaxis dengan Loading Test di Lapangan

Pada penelitian kali ini, terdapat 15 data yang telah di proses untuk mendapatkan

grafik perbandingan antara nilai kekakuan tanah (E50) dengan N160 yang baik, di bawah

ini hasil dari grafik perbandingan loading test dengan Plaxis akan di dampingkan dengan

grafik N SPT untuk mengetahui lapisan tanah yang berada di lapangan.

70

• Tangerang City TP-3

Gambar 4.10 Grafik N SPT dan Grafik perbandingan Beban dengan Penurunan Tangerang City TP-3

71

Pen

urun

an (m

m)

• Tangerang City D189 -2

-6

-10 -14 -18 -22 -26 -30

Kurva beban vs Penurunan

0 100 200 300 400 500 600 700 800

Beban (Ton)

Loading Test, D189 Plaxis, D189

Gambar 4.11 Grafik N SPT dan Grafik perbandingan Beban dengan Penurunan Tangerang City D189

72

Pen

urun

an (m

m)

• Tangerang Ruko Blok G

0 -2 -4 -6 -8

-10 -12 -14 -16 -18 -20 -22 -24 -26

Kurva Beban vs Penurunan 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550

Beban (ton)

Loading Test Ruko Blok G Plaxis Ruko Blok G

Gambar 4.12 Grafik N SPT dan Grafik perbandingan Beban dengan Penurunan Ruko Blok G

73

Pen

urun

an (m

m)

• Tebet Dalam TP-1

0

-1

-2

-3

-4

-5

-6

-7

-8

-9

-10

-11

Kurva Beban vs Penurunan

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400

Beban (ton)

Loading Test, Tebet TP-1 Plaxis Tebet TP-1

Gambar 4.13 Grafik N SPT dan Grafik perbandingan Beban dengan Penurunan Tebet Dalam TP-1

74

Pen

urun

an (m

m)

• Tebet Dalam TP-2

Kurva Beban vs Penurunan

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 0

-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9

Beban (ton)

Loading Test, Tebet TP-2 Plaxis, Tebet TP-2

Gambar 4.14 Grafik N SPT dan Grafik perbandingan Beban dengan Penurunan Tebet Dalem TP-2

75

Pen

urun

an (m

m)

• Gandaria TP-3

0 -2 -4 -6 -8

-10 -12 -14 -16 -18 -20 -22 -24 -26 -28 -30 -32

Kurva beban vs Penurunan

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700

Beban (ton)

Loading Test, Gandaria TP-3 Plaxis, Gandaria TP-3

Gambar 4.15 Grafik N SPT dan Grafik perbandingan Beban dengan Penurunan Gandaria TP-3

76

Pen

urun

an (m

m)

• Gandaria TP-2

0 -2 -4 -6 -8

-10 -12 -14 -16 -18 -20 -22 -24 -26 -28 -30 -32

Kurva beban vs Penurunan

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700

Beban (ton)

Loading Test, Gandaria TP-2 Plaxis, Gandaria TP-2

Gambar 4.16 Grafik N SPT dan Grafik perbandingan Beban dengan Penurunan Gandaria TP-2

77

Pen

urun

an (m

m)

• Gandaria TP-4

0 -1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9

-10 -11 -12 -13 -14 -15 -16 -17 -18 -19 -20 -21

Kurva beban vs Penurunan

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700

Beban (ton)

Loading Test, Gantaria TP-4 Plaxis, Gandaria TP-4

Gambar 4.17 Grafik N SPT dan Grafik perbandingan Beban dengan Penurunan Gandaria TP-4

78

Pen

urun

an (m

m)

• The Peak BP-28

0

-1

-2

-3

-4

-5

-6

-7

-8

-9

-10

-11

-12

Kurva beban vs Penurunan

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300

Beban (ton)

Loading Test, The Peak BP-28 Plaxis, The Peak BP-28

Gambar 4.18 Grafik N SPT dan Grafik perbandingan Beban dengan Penurunan The Peak BP-28

79 • The Peak BP-60

Gambar 4.19 Grafik N SPT dan Grafik perbandingan Beban dengan Penurunan The Peak BP-60

80

• The Peak BP-349

Gambar 4.20 Grafik N SPT dan Grafik perbandingan Beban dengan Penurunan The Peak BP-349

81

• The Peak BP-406

Gambar 4.21 Grafik N SPT dan Grafik perbandingan Beban dengan Penurunan The Peak BP-406

82

Pen

urun

an (m

m)

• Plaza Indonesia TP-1

0

-1

-2

-3

-4

-5

-6

-7

-8

-9

-10

Kurva Beban vs Penurunan

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000

Beban (ton)

Loading Test, TP-1 PI Plaxis, PI-TP-1

Gambar 4.22 Grafik N SPT dan Grafik perbandingan Beban dengan Penurunan Plaza Indonesia TP-1

83

Pen

urun

an (m

m)

• Tangerang TP-7

0

-2

-4

-6

-8

-10

-12

-14

-16

-18

-20

Kurva beban vs Penurunan

0 100 200 300 400 500 600 700 800

Beban (ton)

Loading Test, TP-7 Plaxis, Tangerang City TP-7

Gambar 4.23 Grafik N SPT dan Grafik perbandingan Beban dengan Penurunan Tangerang TP-7

84

Untuk mendapatkan referensi nilai E50 yang dibutuhkan untuk memodelkan

penurunan pondasi tiang pada program Plaxis pada hitung balik ini, maka dilakukan

pembuatan grafik yang membandingkan antara nilai E50 dengan nilai N SPT yang sudah

dikoreksi yaitu N160.

Gambar 4.24 Grafik hubungan antara E50 dengan N160 dari seluruh tiang pondasi yang

dianalisa

Setelah di klasifikasikan kedalam jenis tanah, maka dapat di lihat grafik E50

dengan N160 untuk tanah lempung adalah seperti gambar berikut.

85

Gambar 4.25 Grafik hubungan antara E50 dengan N160 pada tanah lempung

Sedangkan untuk tanah pasir dapat dilihat pada gambar berikut ini .

Gambar 4.26 Grafik hubungan antara E50 dengan N160 pada tanah Pasir