V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SIFAT FISIK TANAH · V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SIFAT FISIK TANAH Uji...
-
Upload
truongngoc -
Category
Documents
-
view
254 -
download
0
Transcript of V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SIFAT FISIK TANAH · V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SIFAT FISIK TANAH Uji...
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. SIFAT FISIK TANAH
Uji sifat fisik tanah meliputi uji tekstur tanah dan struktur tanah, kadar
air tanah, laju infiltrasi, porositas, permeabilitas, dan bulk density, pada Blok
Ciheuleut, Blok Tajur, Blok Pakuan dan Blok Ciawi.
Hasil analisa tekstur tanah menghasilkan perbandingan antara liat, debu,
dan pasir sebesar 38% : 49% : 13%. Dengan hasil tersebut berdasarkan
klasifikasi tektur tanah menurut USDA menunjukkan bahwa tanah di lokasi
penelitian termasuk lempung liat.
Kadar air tanah diukur pada selang 0-40 cm dengan penentuan pF antara
pF 2.54 (kapasitas lapang) dan pF 4.2 (titik layu permanen). Kadar air pada
keadaan kapasitas lapang pada Blok Ciheuleut sebesar 36.39% volume, Blok
Tajur 33.77% volume, Blok Pakuan 31.79% volume, dan Blok Ciawi
35.43% volume. Sedangkan nilai kadar air pada titik layu permanen untuk
masing-masing Blok adalah sebagai berikut Blok Ciheuleut sebesar 18.22%
volume, Blok Tajur 17.28% volume, Blok Pakuan 20.88 % volume, dan Blok
Ciawi 20.22 % volume.
Dengan kondisi kadar air tersebut maka Blok Ciheuleut mempunyai total
air tanah yang tersedia terbesar yaitu 18.17% volume. Sedangkan total air
tanah yang tersedia terkecil pada Blok Ciawi sebesar 15.26% volume. Rata-
rata nilai total air tanah yang tersedia sebesar 16.89% volume. Menurut Keller
dan Bleisner (1990), tanah tekstur lempung liat mempunyai kadar air tersedia
sekitar 16.7 % volume. Nilai air tanah tersedia di lokasi penelitian berkisar
antara 15.26 % volume – 18.17 % volume. Hal ini berarti bahwa tanah
dilokasi penelitian yang nilai air tanah tersedianya > 16.7 % volume maka
akan cepat jenuh air dan segera terjadi aliran permukaan pada kondisi
pemberian air yang berlebih. Sehingga diperlukan perhitungan yang tepat
mengenai jumlah air yang akan diberikan pada tanaman. Hasil yang lengkap
disajikan pada Tabel 7 dibawah ini, sedangkan data lengkap perhitungan total
air tanah tersedia disajikan pada Lampiran 1.
29
Tabel 7. Rekapitulasi Kadar Air dan Total Air Tanah Tersedia
Lokasi Kadar air (%Volume) Air Tanah Tersedia (% Volume) pF 2.54 pF 4.2
Ciheuleut 36.39 18.22 18.17 Tajur 33.77 17.28 16.48 Pakuan 32.79 20.88 17.63 Ciawi 35.43 20.22 15.26
Kemampuan tanah yang berhubungan dengan jumlah pemberian air
irigasi yang akan diberikan, karena jika air irigasi diberikan melebihi laju
infiltrasinya maka akan menyebabkan limpasan. Nilai laju infiltrasi pada
masing-masing Blok adalah sebagai berikut Blok Ciheuleut sebesar 16.78
cm/jam, Blok Tajur 29.25 cm/jam, Blok Pakuan 9.68 cm/jam, dan Blok
Ciawi 15.43 cm/jam.
Salah satu kriteria lahan yang sesuai untuk lahan penerapan irigasi tetes,
yaitu lahan tersebut mempunyai laju infiltrasi rata-rata sebesar >13 mm/jam
(Prastowo, 2003). Berdasarkan hasil yang didapat nilai laju infiltrasi di lahan
lebih besar, sehingga sesuai untuk irigasi tetes dengan sistem micro spray ini.
Nilai porositas untuk masing-masing Blok adalah sebagai berikut Blok
Ciheuleut sebesar 80.40 %, Blok Tajur 81.22 %, Blok Pakuan 82.12 %, dan
Blok Ciawi 80.29 %. Nilai porositas ini dipengaruhi oleh kandungan bahan
organik, struktur tanah dan tekstur tanah. Tanah yang biasa diairi mempunyai
ruang pori antara 35% - 55% (Hansen et. al, 1986). Nilai porositas di lokasi
penelitian lebih besar dikarenakan tekstur tanah di lokasi penelitian jenisnya
lempung dan liat, hal ini menyebabkan kemampuan menahan air lebih besar
juga.
Nilai bulk density berhubungan dengan kemampuan tanah untuk
menahan air. Nilai bulk density tanah dilokasi penelitian adalah sebagai
berikut berikut Blok Ciheuleut sebesar 0.52 g/cm3, Blok Tajur 0.50 g/cm3,
Blok Pakuan 0.47 g/cm3, dan Blok Ciawi 0.52 g/cm3. Nilai bulk density di
lokasi penelitian termasuk rendah, yang berarti tanah di lokasi tersebut baik
ketika menahan air yang ada dalam tanah.
30
B. CURAH HUJAN EFEKTIF
Curah hujan andalan (CHA) dihitung berdasarkan data curah hujan rata-
rata tahun 1986-1993 dari Stasiun Klimatologi Darmaga, data curah hujan
rata-rata dari tahun 1986-1993 dapat dilihat pada Lampiran 3. Ditentukan
dengan menggunakan metode Weibull. Curah hujan efektif dihitung
berdasarkan curah hujan andalan 80 %.
Dari Tabel 8 diperoleh hasil curah hujan andalan (CHA) berkisar antara
87.4 mm/bulan-310.7 mm/ bulan. Curah hujan efektif (CHE) berkisar antara
64.4 mm/bulan-190.7 mm/bulan. Curah hujan efektif terbesar tejadi pada
bulan Mei sedangkan curah hujan terkecil terjadi pada bulan Juli.
Tabel 8. Hasil Perhitungan Curah Hujan Andalan dan Curah Hujan efektif
Bulan Curah Hujan
Curah Hujan Andalan
Curah Hujan Efektif
(mm/bulan) (mm/bulan) (mm/bulan) Januari 392.3 294.7 86.8 Febuari 372.0 280.1 102.2 Maret 407.1 300.9 135.6 April 360.4 238.6 174.2 Mei 365.3 239.5 190.7 Juni 230.6 121.4 99.4 Juli 173.2 87.4 64.4 Agustus 279.3 152 87.1 September 231.8 147.6 107.1 Oktober 346.3 231.4 184.8 November 414.8 310.7 131.3 Desember 390.0 281.3 109.8
Pada Tabel 8 Curah Hujan Efektif (CHE) terkecil pada bulan Juli
yang merupakan permulaan masa tanam yaitu mulai dari tahap vegetatif
sampai tahap pembungaan sehingga sangat diperlukan penambahan air
melalui irigasi pada tahap ini. Pada periode tumbuh selanjutnya yaitu masa
pembuahan dan pematangan nilai curah hujan efektif yang ada pada bulan
Agustus termasuk relatif kecil sehingga agar didapatkan hasil yang
memuaskan irigasi diperlukan dari awal hingga akhir periode.
31
C. EVAPOTRANSPIRASI TANAMAN
Evapotranspirasi tanaman acuan berkisar antara 2.6 mm/hari-5.3
mm/hari dihitung dengan metode radiasi. Koefisien tanaman (Kc) untuk
tanaman melon berbeda tergantung dari tahap perkembangan tanaman.
Menurut Cumulus (1992), koefisien tanaman kc rata-rata untuk tanaman
melon (Cucumis melo L) pada tiap periode tumbuh berbeda, hal tersebut dapat
dilihat pada Tabel 9. Nilai evapotranspirasi tanaman acuan (ETo)
dipergunakan untuk menghitung evapotranspirasi tanaman (ETc).
Tabel 9. Koefisien tanaman kc rata-rata untuk tanaman melon (Cucumis melo
L) pada tiap periode tumbuh
Periode Umur Hari kc Tumbuh (hari) ke- rata-rata
Vegetatif 16-40 25-Jan 0.81 Pembungaan 41-50 25-35 0.97 Pembentukan Buah 51-70 36-55 1.16 Pematangan 71-75 56-60 0.85
Nilai evapotranspirasi tanaman (ETc) melon besarnya tergantung dari
kondisi iklim, tingkat pertumbuhan tanaman. dan oleh nilai koefisisen
tanaman (kc). Nilai koefisien tanaman (kc) untuk tanaman melon pada
vegetatif sebesar 0.81, tahap pembungaan 0.97, pada pembentukan buah
sebesar 1.16, pada tahap pematangan 0.85. Data lengkap mengenai iklim dan
nilai evapotranspirasi tanaman acuan (ETo) dapat dilihat pada Lampiran 4.
Hasil perhitungan evapotranspirasi tanaman (ETc) dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Nilai evapotranspirasi tanaman pada tiap periode tumbuh
Tahap Waktu kc ETc
Pertumbuhan (mm/hari)
Awal Juli-1 0.81 4.13
Pembungaan Juli-3 0.97 4.95
Pembentukan Buah Ags-1 1.16 5.92
Pematangan Ags-4 0.85 4.51
Nilai evapotranspirasi tanaman (ETc) tanaman melon terus meningkat
dari tahap awal pertumbuhan sampai tahap pembentukan buah. Hal ini
32
menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan air tanaman terus meningkat seiring
pertumbuhan tanaman. Nilai evapotranspirasi tanaman (ETc) pada setiap
pertumbuhan tanaman diperlukan untuk menentukan jumlah air irigasi yang
dibutuhkan tanaman agar dapat tumbuh optimal dengan hasil maksimal. Oleh
karena itu diperlukan pengkajian mengenai waktu musim tanam yang sesuai
untuk tanaman melon agar diperoleh hasil yang optimal.
D. KEBUTUHAN AIR IRIGASI
Kebutuhan air irigasi disebut sebagai satuan kebutuhan air (SKA)
merupakan selisih dari evapotranspirasi tanaman (ETc) dan curah hujan efektif
(CHE). Hasil perhitungan kebutuhan air irigasi untuk setiap periode tumbuh
tanaman dapat dilihat pada Tabel 11. Satuan kebutuhan air yang maksimum
terjadi pada periode tumbuh pembungaan. Nilai kebutuhan air yang
maksimum tersebut dapat dipergunakan untuk menghitung interval irigasi dan
kedalaman (kotor) air irigasi. Rekapitulasi perhitungan satuan kebutuhan air
(SKA) dapat dilihat pada Lampiran 5.
Tabel 11. Nilai Evapotranspirasi Tanaman (ETc) Tanaman melon, Curah
Hujan Efektif (CHE) dan Satuan Kebutuhan air (SKA)
Tahap Waktu ETc CHE SKA Pertumbuhan (mm/hari) (mm/hari) (mm/hari)
Vegetatif Juli-1 4.13 2.15 1.98 Pembungaan Juli-3 4.95 2.15 2.80 Pembentukan Buah Ags-1 5.92 2.89 3.03 Pematangan Ags-4 4.51 2.89 1.62
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada setiap masa periode
pertumbuhan dibutuhkan penambahan air untuk mencukupi kebutuhan air
tanaman. Berdasarkan Tabel 7, satuan kebutuhan air tanaman melon pada
periode tumbuh vegetatif nilainya sebesar 1.98 mm/hari, pada periode tumbuh
pembungaan nilainya sebesar 2.80 mm/hari, pada periode pembentukan buah
nilainya sebesar 3.03 mm/hari, dan pada periode tumbuh pematangan nilainya
sebesar 1.62 mm/hari. Pemenuhan kebutuhan air tanaman ini dilakukan
dengan pemberian air secara tepat menggunakan irigasi tetes.
33
E. KINERJA JARINGAN
Kinerja jaringan dari sistem irigasi tetes dengan micro spray meliputi
debit yang keluar dari micro spray, koefisien variasi penetes (v), koefisien
penyebaran (EU), dan efisiensi irigasi. Pengukuran debit emitter irigasi tetes
dilakukan pada saat pengoperasian jaringan irigasi tetes berlangsung.
Titik pengamatan berjumlah 24 emitter setiap bloknya dan pada 4
bedengan dimana 1 bedengan terdiri dari 2 lateral dengan tipe lateral line-
source. Blok Ciheuleut, yaitu pada bedengan 1, bedengan 4, bedengan 10, dan
bedengan 13. Blok Tajur yaitu pada bedengan 1, bedengan 3, bedengan 7, dan
bedengan 10. Blok Pakuan yaitu pada bedengan 1, bedengan 3, bedengan 5,
dan bedengan 8. Blok Ciawi yaitu pada bedengan 1, bedengan 4, bedengan 7,
dan bedengan 10. Pengukuran debit emitter lateral line-source seluruhnya
berjumlah 96 emitter.
Air dari sumber air untuk lahan di pompa dengan pompa jenis
submersible yang ditempatkan 20 m dari sumur bor sedalam 100 m. Air dari
sumber tersebut di salurkan dengan pipa galvanis 3 inch yang ditahan oleh
kran utama lalu dialirkan dengan menggunakan pipa galvanis 2 inch menuju 3
tempat, yaitu ke tempat penampungan air untuk kantor, ke lokasi penelitian
(Tajur II), dan Tajur I.
Pipa utama menggunakan pipa galvanis 2 inch. Pipa sub utama
menggunakan pipa PVC berukuran 2 inch, pipa manifold menggunakan pipa
PVC yang berukuran ¾ inch. Setiap 1 buah manifold akan membagi air untuk
2 lateral jenis Polyethilen yang berukuran ½ inch.. Detail aliran air irigasi
dapat dilihat pada Gambar 7.
Emitter yang dipergunakan untuk jaringan irigasi ini adalah jenis
micro spray dengan tipe orbitor kit dengan kapasitas 55 l/jam pada tekanan 1-
2 atm. Dari hasil pengukuran didapatkan nilai debit minimum sebesar 26.64
l/jam, debit maksimum yang keluar sebesar 30.24 l/jam. Debit rata-rata
emitter, nilai koefisien variasi penetes, dan nilai keseragaman penyebaran
(EU) tiap blok dapat dilihat pada Tabel 12.
Gambar 7. Detail Aliran Air Irigasi di Lokasi Penelitian
Sumur Bor 100 mPipa Sub Utama PVC 2’’
bedengan
Penampungan Air
Pompa
Pipa Galvanis 3’’
kran
Keterangan : : Aliran air
irigasi
35
Tabel 12. Debit Rata-rata emitter, Nilai Koefisien Variasi Ppenetes, dan Nilai
Keseragaman Penyebaran (EU) Tiap Blok
Blok Debit Rata-rata (l/jam)
Koefisien variasi
Keseragaman penyebaran
(%) Ciheuleut 28.41 0.04 83.67 Pakuan 28.66 0.036 85.25 Tajur 28.73 0.031 86.78 Ciawi 28.85 0.035 85.37
Nilai koefisien variasi penetes (v) irigasi tetes di lokasi penelitian
berkisar antara 0.031-0.040. Data lengkap perhitungan nilai koefisien variasi
penetes (v) Blok Ciheuleut, Blok Tajur, Blok Pakuan dan Blok Ciawi
disajikan pada Lampiran 6a sampai Lampiran 6d.
Nilai rata-rata koefisien variasi penetes (v) pada lateral line-source
jaringan irigasi tetes di lokasi penelitian sebesar 0.035. Berdasarkan data
tersebut, maka jika nilai koefisien variasi penetes (v) jaringan irigasi tetes di
lokasi penelitian 0.035 berarti variasi debit spray yang keluar berkualitas baik
karena nilai v < 0.05. Nilai ini berpengaruh kepada keseragaman penyebaran
(EU) dimana semakin besar nilai koefisien penetes maka nilai keseragaman
penyebaran semakin kecil. Lateral line-source berada diatas bedengan. Detail
bedengan dapat dilihat pada Gambar 8. Detail lateral di lokasi penelitian
dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 8. Detail Bedengan di Lokasi penelitian
1.5 m
Pipa Lateral (PE 13 mm)
Manifold (PVC ¾’’)
Katup bedengan
Gambar 9. Detail Lateral di Lokasi Penelitian
37
Hasil perhitungan nilai keseragaman penyebaran (EU) irigasi tetes
pada lokasi penelitian, Blok Ciheuleut nilainya sebesar 83.67%, Blok Tajur
nilainya sebesar 85.25%, Blok Pakuan nilainya sebesar 86.78%, dan Blok
Ciawi nilainya sebesar 85.37%. Nilai rata-rata keseragaman penyebaran (EU)
sebesar 85.26%, hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa nilai
keseragaman (EU) kurang dari 90%-95% untuk irigasi tetes dengan
menggunakan micro spray.
Menurut Nakayama dan Bucks (1986) di dalam Prastowo (2002), jika
nilai keseragaman penyebaran (EU) dibawah 95 % maka desain harus diubah,
misalnya dengan memperpendek pipa atau memperbesar diameter pipa.
Kecilnya keseragaman penyebaran (EU) dapat disebabkan karena posisi pipa
lateral yang tidak datar, banyak terjadi kerusakan pada jaringan perpipaan.
Nilai untuk kebutuhan leaching sebesar nol karena tidak ada nutrisi yang
diberikan bersamaan dengan air irigasi sehingga nilai efisiensi irigasi (Es)
sama dengan nilai keseragaman penyebaran (EU) yaitu sebesar 85.26 %.
F. JADWAL IRIGASI
Kebutuhan air irigasi tanaman dapat diberikan dengan optimal pada
saat penentuan interval irigasi dan penentuan waktu irigasi yang dibutuhkan
untuk mengairi seluruh lahan tepat. Pemberian air irigasi yang diberikan pada
tanaman melon berubah-ubah tergantung keadaan cuaca tempat budidaya
tanaman melon. Pemberian air irigasi yang diberikan di lapangan untuk tiap
tahap pertumbuhan pada tanaman melon dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Rencana Jadwal Operasi Jaringan Irigasi Tetes
Tahap Pertumbuhan
Waktu(hspt)
Satuan Kebutuhan Air
(mm/hari)
Jumlah Air yang
Diberikan (mm/hari)
Kelebihan Air
(mm/hari)
Vegetatif 16-40 1.98 4.12 2.14 Pembungaan 41-50 2.80 8.23 5.43 Pembentukan Buah 51-70 3.03 9.07 6.04
Pematangan 71-75 1.62 3.82 2.20
38
Pada Tabel 13 dapat dilihat pada tahap vegetatif sampai tahap
pematangan terjadi kelebihan dalam pemberian air irigasi. Pada tahap
vegetatif terjadi kelebihan pemberian air sebesar 2.14 mm/hari. Pada tahap
pembungaan terjadi kelebihan pemberian air sebesar 5.43 mm/hari. Pada tahap
pembentukan buah terjadi kelebihan pemberian air 6.04 mm/hari. Dan pada
tahap pematangan terjadi kelebihan pemberian air 2.20 mm/hari.
Kebutuhan air tanaman meningkat seiring pertumbuhan tanaman, pada
tanaman melon kebutuhan paling besar terjadi pada tahap pembentukan buah,
lalu menurun pada tahap pematangan. Oleh karena itu diperlukan pemenuhan
kebutuhan air pada proses budidaya tersebut. Namun jika pemberian air
dilakukan secara berlebihan maka akan merangsang pertumbuhan beberapa
tanaman pengganggu yang mengakibatkan terjadinya penurunan buah, juga
dapat mengakibatkan kualitas buah menurun.
Kelebihan mengakibatkan pemborosan penggunaan air. Oleh karena
itu diperlukan penentuan jadwal irigasi yang tepat berdasarkan jadwal tanam
secara tepat. Interval dan lama irigasi yang diterapkan di lokasi penelitian
dapat dilihat pada Tabel 14. Dan perhitungan kedalaman bersih air irigasi,
kedalaman kotor air irigasi, interval, volume kotor air irigasi dan waktu
aplikasi tiap tahap pertumbuhan tanaman dapat dilihat pada Tabel 15.
Sedangkan perencanaan jadwal operasi irigasi dapat dilihat pada Lampiran 8.
Tabel 14. Interval dan Lama Irigasi yang Diterapkan di Lokasi Penelitian
Tahap Pertumbuhan
Waktu(hspt)
Interval (hari)
Waktu Aplikasi (jam/hari)
Volume penyiraman
(mm/aplikasi) Vegetatif 16-40 1 2 4.12 Pembungaan 41-50 1 3 8.23 Pembentukan Buah 51-70 1 3 9.07
Pematangan 71-75 1 2 3.82
Di lokasi penelitian dilakukan pemberian air irigasi dengan interval
waktu 1 hari dan waktu aplikasi pada masa vegetatif 2 jam/hari, pada masa
pembungaan dan pembentukan buah 3 jam/hari dan pada masa pematangan 2
jam/hari. Dengan waktu penjadwalan ini, maka terjadi kelebihan pemberian
air pada setiap tahap pertumbuhan tanaman.
39
Tabel 15. Penentuan Interval Irigasi yang Disarankan
Parameter Satuan Tahap Pertumbuhan
Vegetatif Pembu-ngaan
Pembentu-kan Buah
Pemata-ngan
Kedalaman bersih irigasi, dx mm 16.4 16.4 16.4 16.4
Interval irigasi, fx hari 8.3 5.9 5.4 10.1
Interval irigasi aktual,f hari 8 5 5 10
Kedalaman bersih irigasi baru,dn
mm 15.8 14.0 15.2 16.2
Kedalaman kotor irigasi,d mm 18.6 16.4 17.8 19
Volume kotor irigasi,G l/hari 16.2 14.3 15.5 16.5
Waktu Aplikasi Jam/hari 0.6 0.5 0.5 0.6
Dari Tabel 15. dapat dilihat kedalaman bersih untuk seluruh lahan
sebesar 16.4 mm. Interval irigasi yang dipilih pada masa vegetatif 8 hari, pada
masa pembungaan 5 hari, pada masa pembentukan buah 5 hari dan pada masa
pematangan 10 hari. Kedalaman kotor irigasi berkisar antara 16.4 mm – 19
mm. Waktu aplikasi pemberian air irigasi berkisar antara 0.5 jam/hari – 0.6
jam/hari. Terlihat bahwa semakin besar jumlah air irigasi (kotor) maka waktu
aplikasi irigasi semakin lama.
Penentuan jadwal pemberian irigasi dilakukan untuk meningkatkan
efisiensi irigasi tetes. Hal ini didasarkan pada pertimbangan untuk memenuhi
kebutuhan air tanaman dengan tepat dan untuk menghindari kelebihan air
irigasi, sehingga tanaman menjadi layu serta dapat pula menyebabkan
limpasan. Untuk mempertahankan dan meningkatkan efisiensi irigasi tetes
dengan menggunakan micro spray maka diperlukan penerapan jadwal irigasi
secara tepat.
G. ANALISIS JARINGAN PERPIPAAN
Tipe emitter didesain agar selain menyalurkan kebutuhan air untuk
irigasi juga melembabkan daerah sekitar tanaman. Besarnya debit tergantung
dari tekanan operasi yang diberikan. Dengan nilai keseragaman debit aliran
yang kurang baik yaitu antara 83.67 %-86.78 % dapat mempengaruhi
40
besarnya air yang disalurkan, hal tersebut dapat mengganggu untuk
pertumbuhan tanaman yang ada.
Jaringan irigasi sangat mempengaruhi pula nilai keseragaman ini.
Banyaknya kerusakan dari alat yang dipergunakan oleh jaringan irigasi
mempengaruhi. Jaringan sistem irigasi meliputi pipa utama dengan diameter 3
inch, pipa sub utama dengan diameter 2 inch, pipa manifold dengan diameter
¾ inch, pipa lateral dengan diameter ½ inch dan emitter. Kerusakan banyak
terjadi pada jaringan pipa manifold, pipa lateral dan emitter. Adanya
kerusakan pada jaringan ataupun alat yang hilang menyebabkan nilai
keseragaman penyebaran debit (EU) yang ada kurang dari 95%. Rekapitulasi
data jaringan irigasi dapat dilihat pada Tabel 15. Rekapitulasi data jaringan
irigasi diseluruh lokasi penelitiandapat dilihat pada Lampiran 9. Layout
jaringan perpipaan di lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 10.
Rekapitulasi data jaringan irigasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8.
Tabel 15. Rekapitulasi Data Jaringan Irigasi
Keterangan : B :Berfungsi ; R : Rusak ; T : Tidak ada
Dari data yang diperoleh dapat diketahui kerusakan yang terjadi pada
jaringan pipa manifold di Blok Ciheuleut sebesar 14.3%, Blok Tajur sebesar
10.5%, Blok Pakuan sebesar 7.3%, dan Blok Ciawi sebesar 10%. Pada
No Data Blok Kebun
Ciheuleut Sukasari & Tajur
Muarasari & Pakuan
Ciawi
1. Luas Blok 1904 m2 5168.9 m2 2946.35 m2 1452 m2 2. Jumlah Bedeng 56 bedeng 63 bedeng 59 bedeng 22 bedeng 3. Panjang manifold 84 m 94.5 m 88.5 m 33 m 4. Panjang lateral 1836.8 m 6312.6 m 2755.4 m 1173.2 m 5. Jenis tanaman Melon Pepaya &
melon Tomat & melon
Melon
6. Kondisi Manifold
B 49 57 55 30 R 7 6 4 3 T 0 0 0 0
7. Kondisi Lateral B 102 27 118 66 R 8 99 0 0 T 2 0 0 0
8. Kondisi Sprayer B 2442 7857 3003 1152 R 114 0 0 0 T 0 1387 449 0
41
jaringan pipa lateral kerusakan yang terjadi di Blok Ciheuleut sebesar 9.8%,
Blok Tajur sebesar 36.67%, Blok Pakuan dan Blok Ciawi jaringan pipa lateral
yang ada dalam kondisi yang baik. Kerusakan yang terjadi pada emitter di
Blok Ciheuleut sebesar 4.66%, Blok Tajur sebesar 17.65%, Blok Pakuan
sebesar 14.95%, dan Blok Ciawi dalam kondisi yang baik.
Kerusakan yang terjadi pada jaringan irigasi dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu pemeliharaan jaringan yang tidak terlaksana dengan
baik, kondisi iklim juga sangat mempengaruhi karena jaringan pipa manifold,
lateral dan emitter berada diatas permukaan tanah dan tidak terlindungi oleh
bangunan, jaringan yang rusak tidak segera tertangani tetapi tetap dibiarkan
sehingga memperbesar kerusakan yang terjadi. Kerusakan tersebut dapat
menyebabkan nilai keseragaman penyebaran (EU) kurang dari 95 %. Untuk
meningkatkan keseragaman penyebaran debit (EU) dapat dilakukan melalui
penempatan posisi pipa lateral yang datar, penggantiann komponen irigasi
yang rusak. Untuk mengurangi kerusakan komponen irigasi dilakukan,
melalui pemeliharaan dan perawatan jaringan irigasi secara intensif.
Perbaikan dan penggantian komponen-komponen yang mendukung
jaringan irigasi sangat diperlukan. Masing-masing Blok berbeda tergantung
dari besarnya kerusakan dan kebutuhan alat yang ada. Blok Ciheuleut sebesar
Rp. 444600,-, Blok Tajur yang tergabung dengan Blok Sukasar sebesar Rp.
1554300,-, Blok Pakuan yang tergabung dengan Blok Muarasari sebesar Rp.
404100,-, dan Blok Ciawi sebesar Rp. 168000,-. Rincian biaya kebutuhan
komponen di lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 11.