Post on 11-Mar-2019
33
BAB III
INTI PENELITIAN
3.1. Struktur Organisasi PT. Pertamina
Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT Pertamina
Sumber : Data Internal Fungsi Data dan Informasi PT Pertamina
34
3.1.1. Identitas perusahaan PT. Pertamina (Persero)
Gambar 3.2 Logo Perusahaan
Elemen logo membentuk huruf P yang secara keseluruhan merupakan
reprentasi bentuk panah dimaksudkan sebagai PT. Pertamina (Persero) yang
bergerak maju dan progresif. Logo PT. Pertamina (Persero) dan yang terakhir
berbentuk huruf P yang bersemboyan pertamina dengan logo baru dan semangat
baru “Semangat Terbarukan”.
Arti warna :
Biru : Andal, dapat dipercaya, bertanggung jawab.
Hijau : Sumber daya energy yang berwawasan lingkungan.
Merah : keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam
menghadapi berbagai macam kesulitan.
3.1.2. Wilayah Jaringan Bisnis Pertamina
Kegiatan Pertamina dalam menyelenggarakan usaha di bidang energy dan
petrokimia, terbagi dalam dua sector yaitu Hulu dan Hilir, serta ditunjang dengan
kegiatan anak-anak perusahaan dan perusahaan patungan (Join Operation Body).
35
Usaha Hulu meliputi eksplorasi dan produksi minyak, gas dan panas bumi.
Untuk kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas dilakukan di beberapa wilayah
Indonesia ataupun luar negri. Pengusahaan di dalam negri dikerjakan oleh Pertamina
Hulu dan melalui kerjasama dengan mitra sedangkan untuk pengusahaan diluar negri
dilakukan melalui aliansi strategis bersama dengan mitra. Berbeda dengan kegiatan
usaha di bidang minyak dan gas bumi, kegiatan eksplorasi dan produksi panas bumi
diakukan didalam negri.
Sedangkan Usaha Hilir meliputi kegiatan Pertamina dalam pengolahan,
pemasaran dan niaga, dan perkapalan serta distribusi produk hilir baik didalam maupun
keluar negri yang berasal dari kilang Pertamina maupun impor yang didukung oleh
sarana transportasi darat dan laut. Usaha Hilir merupakan integrasi Usaha Pengolahan,
Usaha Pemasaran, Usaha Niaga dan Usaha Perkapalan.
Gambar 3.3 Wilayah Unit Operasi PT Pertamina
Usaha Hilir yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia yaitu berupa Pengolahan atau
Refinery Unit I-VII dan Pemasaran Niaga atau Fuel Retail Marketing I-VIII.
36
3.1.2.1. Produk Pertamina
Produk-produk Pertamina di sector Hilir terdiri dari Bahan Bakar Minyak
(BBM), Non BBM, Petrokimia, Gas dan Pelumas.
Bahan Bakar Minyak (BBM) :
• Minyak Bensin
• Minyak Tanah
• Minyak Solar
• Minyak Diesel
Bahan Bakar Khusus :
• Aviation Gasoline (Bahan Bakar Pesawat)
• Aviation Turbine Fuel (Bahan Bakar Pesawat ber-turbin)
• Bio Pertamax
• Bio Solar
• Pertamax
Bahan Bakar Subsidi :
• Premium
• Bio Solar
37
Non BBM :
• Aspal
• Pelumas
• Pelarut
• Green Coke
• Calcined Coke
• Slack Wax
• Heavy Aromate
• Sulphur
Gas : Terdiri dari LPG ( Liquiefied Petroleum Gas), BBG (Bahan Bakar Gas), Musicool
(pengganti bahan bakar yang ramah lingkungan).
Petrokimia :
• Asam Tereftalat Murnis
• Benzene
• Paraxylene
• Polytam
• Propylene
Pelumas :
• Pelumas Khusus
• Pelumas pendingin
38
• Grease
• Circulating oils
• Heat transfer oils
• Pelumas diesel mobil penumpang
3.2. Struktur Organisasi Corporate Secretary dan CSR
Gambar 3.4 Struktur Corporate Secretary dan CSR PT Pertamina
Sumber : Buku Annual Report 2011 CSR Pertamina
Corporate Secretary
Manager Data & Informasi
Vice President Corporate
Communication
Vice President Investor Relation
Manager Compliance
Manager BOB Support
Manager CSR Manager BOD Support
Sekertaris
Manager
Senior Officer Environment
Senior Officer Public Health
Senior Officer Education
Senior Officer Infrastructure
Administration & Reporting
Staff Officer Environment
Staff Officer Public Health
Staff Officer Education
Staff Officer Infrastructure
Administration
39
CSR Pertamina di pimpin oleh seorang Manager yang mempunyai tugas
pokok Menyusun dan merealisasikan rencana kerja dan anggaran fungsi CSR
yang mendukung pencitraan positif perusahaan. Dan memutuskan, mengarahkan
serta mengendalikan program-program CSR bidang Pendidikan, Kesehatan,
Lingkungan, Infrastruktur dan pemberdayaan serta Administrasi pelaporan yang
terpadu antara korporat, unit operasi di Pengolahan, Pemasaran dan Niaga serta
Anak Perusahaan sejalan dengan kebijakan CSR Perusahaan.
Dibawahi empat orang Assistant Manager yang merangkap sebagai
Senior Officer pada setiap masing-masing bidang di CSR, yaitu Senior Officer
Education mempunyai tugas untuk menganalisa dan mengevaluasi kerjasama
dengan Unit Operasi di bidang pendidikan terpadu antara korporat dengan unit
operasi di pengolahan, pemasaran dan niaga, serta anak perusahaan sejalan
dengan kebijakan CSR perusahaan.
Senior Officer Infrastruktur and Disaster mempunyai tugas untuk
Mengendalikan laporan pelaksanaan program kerja CSR di bidang Infrastruktur
dan Bencana Alam yang yang terpadu antara korporat dengan unit operasi di
Pengolahan, Pemasaran dan Niaga serta Anak Perusahaan selaras dengan
kebijakan CSR Perusahaan.
Senior Officer Public Health mempunyai tugas untuk Mengendalikan
laporan pelaksanaan program kerja CSR di bidang kesehatan yang yang
terpadu antara korporat dengan unit operasi di Pengolahan, Pemasaran dan
Niaga serta Anak Perusahaan selaras dengan kebijakan CSR Perusahaan.
40
Senior Officer Environment mempunyai tugas untuk Mengevaluasi dan
menganalisa kerjasama dengan Unit Operasi, Anak Perusahaan dan pihak III
dalam pelaksanaan program – program kerja CSR di bidang Administrasi dan
Pelaporan.
Dalam mengerjakan dan melaksanakan setiap Senior Officer memiliki
Junior Officer untuk membantu pekerjaan agar memiliki keselarasan dalam
bekerja. Officer Infrastructure and Disaster mempunyai tugas Menyusun,
melaksanakan dan mengavaluasi program-program kerja CSR di bidang
Infrastruktur dan Bencana Alam yang terpadu antara korporat dengan unit
operasi di Pengolahan, Pemasaran dan Niaga serta Anak Perusahaan, sejalan
dengan kebijakan CSR perusahaan.
Officer Educational mempunyai tugas Mengevaluasi dan menganalisa
kerjasama dengan Unit Operasi, Anak Perusahaan dan Pihak III dalam
pelaksanaan program – program kerja CSR di bidang Pendidikan.
Officer Administration and Reporting mempunyai tugas Menganalisa dan
mengevaluasi program-program kerja CSR di bidang Administrasi dan
Pelaporan yang terpadu antara korporat dengan unit operasi di hulu,
Pengolahan, Pemasaran dan Anak Perusahaan sejalan dengan kebijakan internal
dan eksternal perusahaan dalam rangka membangun dan menciptakan citra serta
kredibilitas perusahaan.
Junior Officer Public Health mempunyai tugas Mengevaluasi dan
menganalisa kerjasama dengan Unit Operasi, Anak Perusahaan dan Pihak III
dalam pelaksanaan program – program kerja CSR di bidang Kesehatan.
41
Junior Officer Environment mempunyai tugas Mengendalikan laporan
pelaksanaan program kerja CSR di bidang Lingkungan yang tertib dan sesuai
dengan ketentuanperusahaan. Dan mengendalikan laporan pelaksanaan program
CSR yang bekerjasama dengan unit operasi dan pemasaran niaga.
3.2.1. Struktur Organisasi Corporate Communication
Gambar 3.5 Struktur Corporate Communication
Corporate Communication di Pertamina bisa diartikan sebagai bagian dari
kegiatan dan aktivitas Public Relations perusahaan yang dibawahi langsung oleh
Corporate Secretary. Membangun komunikasi mengenai isu-isu tentang perusahaan
yang lebih transparan kepada masyarakat, karyawan dan pemangku kepentingan dalam
menjaga dan mempertahankan citra atau reputasi perusahaan merupakan tugas dari
fungsi Corporate Communication yang langsung dipimpin oleh seorang Vice President.
Brand Management merupakan fungsi bagian dari kegiatan Public Relations.
Memutuskan, mengendalikan dan mengarahkan kegiatan komunikasi pembangunan
merek (brand development) korporat yang bertujuan untuk meningkatkna ekuitas merek
(bran equity) korporat sehingga mendukung pembentukan citra dan reputasi perusahaan
Vice President Corporate
Communication
Brand management
Eksetrnal communication
Internal Communication
Media
42
yang baik dimata para Stakeholder. berbagai kegiatan dan aktivitas dari Brand
Management di Pertamina yaitu Sponsorship, Advertising, Exhibition dan Brand
Development dengan para Stakeholder dan Shareholder.
Ekternal Communication di Pertamina melakasanakan tugasnya yang mengatur
hubungan komunikasi kepada stakeholder dan shareholder di perusahaan Pertamina.
Fungsi Internal Communication melaksanakan tugasnya yang mengatur dan
mengkomunikasikan segala aktivitas kepada karyawan internal yang bagi mereka,
karyawan internal perusahaan merupakan asset penting untuk perusahaan.
Media di Pertamina berfungsi untuk memutuskan, mengarahkan, dan mengendalikan
kegiatan komunikasi melalui berbagai saluran komunikasi media yang bertujuan menjaga
pemberitaan yang berimbang dan komunikasi proaktif tentang perseroan dengan melakukan
pembinaan hubungan yang profesional terhadap stakeholder media di dalam dan luar negeri
untuk mendukung citra dan reputasi positif perusahaan di mata stakeholder.
Dalam hal ini fungsi CSR tidak termasuk dalam Corporate Communication,
tetapi menjadi fungsi khusus dalam melaksanakan dan mengelola program atau kegiatan
di dalam bagian Corporate Secretary yang sebelumnya merupakan divisi Humas.
Namun CSR di Pertamina masih masuk dalam aktivitas dalam pelaksanaan kegiatan dari
Public Relations. Dalam hal ini, studi kasus yang penulis teliti merupakan kegiatan CSR
bidang kesehatan yaitu Pertamina Sehati wilayah Koja-Jakarta Utara yang berada
disekitar unit operasi Pertamina. CSR Pertamina dalam hal publikasi hanya dilaksanakan
oleh bagian fungsi Media Internal yang dipublikasikan ke media internal Perusahaan
seperti Warta Pertamina, Pertamina TV, Bulletin Pertamina serta website Pertamina.
43
Kalaupun ingin dipublikasikan oleh media eksternal, harus ditangani oleh bagian Media
Relations
3.3. Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina
CSR adalah komitmen korporat atas tanggung jawab sosial dan lingkungan akan
memberikan nilai tambah kepada semua pemangku kepentingan untuk mendukung
pertumbuhan perusahaan. Dan Pertamina pun terus menguatkan kegiatan CSR dengan
memasukkan pengelolaan kegiatan ini ke dalam fungsi tersendiri dengan pimpinan
setingkat Manager. CSR adalah komitmen Pertamina sebagai asset nasional untuk turut
memajukan masyarakat Indonesia.
Program CSR diselaraskan dengan kebutuhan komunitas disekitar wilayah
operasi Pertamina, sebagai salah satu stakeholder penting, sekaligus untuk mendukung
keberhasilan bisnis Pertamina secara berkelanjutan. Komitmen yang kuat dari
management terhadap pelaksanaan program-program terpadu CSR Pertamina diharaplan
mampu mendorong komunitas disekitar wilayah operasional perusahaan untuk terus
Tumbuh maju bersama Pertamina. Mewujudkan masyarakat yang sehat, cerdas,
sejahtera, mandiri dan berwawasan lingkungan
3.3.1. Visi, Misi dan Tujuan CSR Pertamina
Visi CSR : “Menuju Kehidupan Lebih Baik”
44
Misi CSR:
1. Melaksanakan komitmen korporat atas Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
(TJSL) yang akan memberikan nilai tambah kepada semua pemangku
kepentingan untuk mendukung pertumbuhan perusahaan.
2. Melaksanakan tanggung jawab korporat dan kepedulian social untuk sebuah
pembangunan masyarakat yang berkelanjutan.
Tujuan CSR :
1. Secara Eksternal adalah membantu Pemerintah Indonesia memperbaiki Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia, melalui pelaksanaan program-program
yang membantu pencapaian target pembangunan millennium atau Millenium
Development Goals (MDGs).
2. Secara Internal adalah membangun hubungan yang harmonis dan kondusif
dengan semua pemangku kepentingan (stakeholder) untuk mendukung
pencapaian tujuan korporasi terutama dalam membangun reputasi korporasi
(Pertamina).
3.3.2. Landasan CSR Pertamina
Kegiatan program-program CSR Pertamina didasarkan pada beberapa landasan
regulasi, walaupun kegiatan memberikan kontribusi kepada masyarakat sudah dilakukan
Pertamina sejak kelahirannya, 10 Desember 1957 karena perusahaan didirikan dengan
perjuangan. Dan untuk membiayai perjuangan, pembangunan dan manfaat sebesar-nesar
45
kemakmuran rakyat, sesuai proprosinya sebagai perusahaan. landasan-landasan itu
adalah :
1. Bab V Pasal 47 Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007 :
tanggung jawab social dan lingkungan merupakan kewajiban perseroan yang
dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya
dilakukan dengan kepatutan dan kewajaran.
2. Surat Edaran Menteri BUMN Nomor SE-21/MBU/2008 : Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan diwajibkan kepada BUMN yang kegiatan usahanya di
bidang sumber daya alam, atau kegiatan usahanya berdampak pada fungsi
kemampuan sumber daya alam. Walaupun BUMN di bidang lain pun dapat saja
melaksankannya.
3. Pasal 88 UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN : BUMN dapat menyisihkan
sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil/koperasi serta
pembinaan masyarakat sekitar BUMN.
3.3.3. Standar Operation Prosedur (SOP) CSR Pertamina
Kebijakan Pertamina dalam melaksanakan program CSR harus sesuai dan seiring
dengan dengan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dengan mempertahankan
ketentuan, norma, dan konvensi internasional. Kegiatan CSR Pertamina senantiasa
mematuhi semua aturan yang berlaku sehingga seluruh kegiatan berjalan dengan
kepentingan masyarakat luas, kepentingan bangsa dan Negara, dan untuk kebaikan alam
semesta. PT Pertamina telah mengambil kebijakan dalam melaksanakan kegiatan CSR.
46
Pertamina telah membentuk satu divisi khusus yang menangani seluruh kegiatan CSR di
masing-masing bidangnya dalam menyusun rencana kerja, menjadwalkan waktu
pelaksanaan, dan menganggarkan alokasi dananya yang telah disisihkan setiap tahunnya
oleh perusahaan.
Menurut Manager CSR, bapak Ifki Sukarya, CSR merupakan tanggung jawab
sosial perusahaan kepada masyarakat jika dirtikan dalam arti yang luas. Jika dikaitkan
kepada ISO 26000, ada tujuh subjek yang ditangani secara focus yaitu mengenai
masalah Human Right, ekspektasi stakeholder, menyangkut masalah lingkungan,
menyangkut masalah costumer focus, kemudian menyangkut kepada masalah
community involvement and development dan tata kelola perusahaan yang menjadi
ruang lingkup tata kelola CSR juga. CSR yang beliau teliti memang sudah sesuai dengan
ISO26000. Bagaimana kegiatan perusahaan pada masyarakat sekitarnya yang menjadi
stakeholder penting dalam perusahaan.
kegiatan CSR terbagi menjadi dua yaitu terprogram dan tidak terprogram.
Kegiatan CSR Pertamina yang terprogram dalam hal ini adalah berbasis Charity, Social
Mapping and Need Assesment. Kegiatan yang terprogram ini sebelumnya dirapatkan
terlebih dahulu oleh dewan direksi dan disetujui oleh dirut yang kemudian
direalisasikan. Dalam hal ini, Perusahaan yang aktif mencari kepada siapa program ini
direalisasikan dan bagaimana indikator keberhasilan baik dari output dan outcome
kepada si penerima manfaat. Setelah menentukan program apa yang ingin dilaksanakan
dan melakukan social mapping, lalu perusahaan mencari mitra yang pantas untuk
bekerjasama dalam mengembangkan program ini. Contohnya program CSR yang
47
terprogram adalah CSR kesehatan Pertamina Sehati, CSR pendidikan OSN Pertamina
dan Bright with Pertamina, CSR lingkungan Green Act dan Penanaman 100juta Pohon,
serta CSR infrastruktur Desa Binaan dan pemberdayaan. Kegiatan CSR tersebut
termasuk kedalam kategori 6 program unggulan CSR Pertamina yang pelaksanaannya
sudah sesuai dengan kriteria MDG’s (Millenium Development Goals). CSR kesehatan
Pertamina Sehati dalam kesempatan ini bekerjasama dan bermitra dengan PKBI dalam
menjalankan program Sehati di seluruh unit operasi Pertamina yang tersebar di wilayah
Indonesia. Ada pula LPPM IPB yang merupakan mitra dari CSR bidang Lingkungan
yang menagani berbagai permasalahan yang terjadi akibat permasalahan lingkungan
yang berbasis pada Global Warming. Namun pada intinya, kegiatan CSR Pertamina ini
lebih mengacu kepada Need Assesment dimana perusahaan melihat apa yang dibutuhkan
oleh masyarakat yang sudah tertera dalam ruang lingkup kerja CSR di masing-masing
bidangnya. Hal ini dimaksud agar kegiatan CSR yang terprogram dapat menimbulkan
manfaat yang besar serta adanya keberlanjutan program dikarenakan memang
dibutuhkan oleh masyarakat.
Selain itu, ada pula kegiatan CSR yang tidak terprogram. Kegiatan CSR ini pada
intinya melayani permintaan masyarakat diluar dari kegiatan-kegiatan CSR yang sudah
terprogram. Misalnya masyarakat, lembaga atau organisasi dapat mengirimkan proposal
disertai dengan maksud dan tujuannya dalam mengikutsertakan CSR Pertamina. Namun
dari pihak CSR Pertamina sendiri, tidak langsung menyetujui proposal-proposal yang
diajukan oleh pihak luar, karyawan CSR beserta Manager CSR akan mengkaji apakah
proposal-proposal yang diajukan sesuai dengan keberadaan program yang dijalankan
48
oleh CSR. Jika memang tidak sesuai dan tidak layak dibantu, maka proposal akan
diserahkan kepada bagian administrasi untuk dibuatkan B3 (Belum Bisa Bantu) yang
akan dikirim kembali kepada pengirim proposal.
3.3.4. Ruang Lingkup Kegiatan CSR
Penulis sudah membahas sebelumnya mengenai bidang-bidang CSR yang
menjadi ruang lingkup kerja CSR yang juga termasuk dalam tata kelola perusahaan
sesuai dengan ISO26000 dan MDGs yaitu meliputi Bidang pendidikan yaitu
Memberikan akses terhadap Pendidikan dengan prioritas di sekitar unit
operasi/perusahaan dan masyarakat luas secara selektif dan juga meningkatkan mutu
pendidikan dengan prioritas disekitar unit Operasi. CSR pertamina bidang pendidikan
melaksanakan sejumlah program, antara lain meliputi Pertamina Scholarship, Pertamina
Goes to Campus, OSN-PTI, Pertamina Peduli Pendidikan (Renovasi sekolah,
pembangunan gedung serbaguna, seminar dan workshop guru).
Gambar 3.6 Logo CSR OSN-Pertamina
Bidang Kesehatan yaitu Menurunkan tingkat kematian ibu dan anak (balita)
dengan prioritas disekitar unit Operasi/perusahaan dan meningkatkan gizi anak (balita)
dengan prioritas disekitar unit operasi. Dalam hal ini, CSR Pertamina melaksanakan
49
program kegiatan dalam bentuk Pertamina Sehati (Sehat untuk Anak Tercinta dan Ibu),
Bright with Pertamina, Clino gigi, Pertamina peduli kesehatan.
Gambar 3.7 Program Kegiatan CSR Kesehatan
Bidang Lingkungan yaitu meminimalisasi dampak negatif terhadap lingkungan
akibat kegiatan operasi perusahaan. selain itu juga mendukung konservasi dan
kelestarian lingkungan hidup. Program CSR bidang lingkungan mencakup sejumlah
program antara lain Green Planet ( Reboisasi dan konservasi lingkungan), Green and
Clean, Pertamina peduli lingkungan (Green Fest, Bor Biopori).
Gambar 3.8 Kegiatan CSR lingkungan
50
Bidang Sarana Prasarana dan Bencana Alam yaitu melakukan pembangunan
dan perbaikan sarana prasarana umum sesuai dengan kebutuhan khususnya wilayah
kerja operasi perusahaan dan masyarakat luas secara selektif. Dan merehabilitasi daerah
korban bencana alam dalam bentuk pembangunan sarana prasarana umum baik
masyarakat sekitar kerja perusahaan maupun masyarakat luas secara selektif. Dalam
pengadaan prasarana infrastruktur telah melaksanakan program antara lain Renovasi
Taman Pintar Jogjakarta, Revitalisasi Taman Pejambon Jakarta, peningkatan
Infrastruktur di Bau-bau, peningkatan infrastruktur di wilayah sekitar unit operasi
Pertamina di Indonesia. Sebagai kepedulian terhadap masyarakat yang terkena musibah
bencana alam, CSR Pertamina melakukan sejumlah program peduli disaster. Mulai dari
kegiatan pra-bencana seperti pelatihan dan workshop, kegiatan tanggap darurat sampai
dengan kegiatan pascabencana yang meliputi antara lain Pertamina peduli gempa
Padang dan kerinci, Pertamina peduli Gempa Jabar, Pertamina Peduli Situ Gintung,
pertamina peduli Longsor Sumbar dan yang lainnnya.
Gambar 3.9 Kegiatan Bantuan CSR Infrastructure and Disaster
51
3.4. CSR Kesehatan Pertamina
Indonesia memiliki berbagai problem kesehatan. Diantaranya fasilitas pelayanan
kesehatan, terbatasnya akses terhadap pengobatan, serta masalah gizi anak dan ibu
(hamil). Kualitas pelayanan kesehatan dan kondisi kemampuan masyarakat tersebut
mempengaruhi kualitas hidup mereka, khususnya generasi muda. Program CSR
pertamina bidang kesehatan melingkupi 2 pilar utama, yaitu peningkatan kualitas
layanan dan peningkatan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan yang sudah
ditargetkan dalam MDGs . Dalam hal ini, yang menjadi program CSR unggulan dari
kesehatan adalah CSR Pertamina Sehati (Sehat Tercinta Anak dan Ibu). Pertamina
Sehati adalah program kepedulian perusahaan pada kualitas SDM khususnya kesehatan
ibu dan anak untuk menciptakan generasi yang sehat. Pertamina Sehati diluncurkan
sejak tahun 2004.
Program ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas kesehatan anak dibawah lima
tahun (balita) dan ibu hamil/menyusui. Program ini meliputi peningkatan pelayanan
kesehatan dan mempermudah akses kesehatan bagi anak balita dan ibu hamil/menyusui.
52
Gambar 3.10 Kegiatan Program CSR Sehati
Pada tahun 2009, program Pertamina Sehati telah menjangkau 29 area di seluruh
wilayah Indonesia yang mencakup 15000 penerima manfaat. Sedangkan pada tahun
2010, Pertamina Sehati telah berhasil melaksanakan lebih dari 3800 kegiatan yang
tersebar di seluruh Indonesia berupa pelatihan kader-kader, program pengendalian berat
badan, pelatihan ibu hamil, serta pengenalan mengenai asupan gizi makanan sehat dan
bernutrisi kepada bayi balita. Melalui kegiatan CSR kesehatan ini, Pertamina Sehati
berhasil mencapai jumlah penerima manfaat sebesar lebih dari 63000 orang yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Pertamina Sehati dipilih setelah melihat kondisi Indonesia yang dalam lima
tahun terakhir yang masih berkutat dengan tingginya angka kematian ibu hamil dan
balita akibat gizi buruk dan pelayanan kesehatan yang kurang memadai. Hasil survey
menunjukan, 40-60 persen penyebab kematian ibu hamil dan melahirkan adalah karena
pendarahan, 20-30 persen akibat infeksi jalan lahir, dan 20-30 persen akibat keracunan.
Angka kematian ibu di Indonesia mencapai 307 per 100 ibu kelahiran hidup. Program
ini merupakan pembinaan posyandu dan bekerjasama dengan PKBI (Program Keluarga
Berencana Indonesia) yang turut serta dalam mendukung dan memantau program Sehati.
Dalam hal ini, Pertamina memberikan bantuan peningkatan kualitas pelayanan
53
kesehatan dengan merenovasi fasilitas kesehatan yang tidak memadai disekitar unit
wilayah operasi Pertamina yang tersebar di Indonesia.
Menurut Ibu Ernayetti Selaku Senior Officer Public Health, beliau mengatakan
bahwa bahwa Pertamina Sehati adalah program kesehatan yang dibentuk pada tahun
2004 yang hingga saat ini terus dikembangkan dan berkelanjutan guna mendorong
masyarakat dan pemerintah dalam menangani masalah kesehatan yang terjadi oleh ibu
dan anak dalam meningkatkan kesehatan gizi buruk dan permasalahan ibu hamil, nifas
dan menyusui dengan memberikan penyuluhan dan pembinaan yang akan berdampak
pada kemandirian pada masyarakat.
Lebih dari 3.000 anak balita dan 650 ibu hamil/menyusui telah menerima
manfaat dari program Pertamina Sehati ini. Perusahaan minyak Negara berkelas
internasional ini dalam kurun waktu 2004-2011 telah memberikan bantuan ke posyandu-
posyandu dan program kesehatan massal. Dalam melakukan peningkatan gizi anak,
Pertamina melalui pimpinan unit secara berkala turun langsung ke daerah-daerah yang
balita dan ibu hamilnya masih kekurangan gizi. Pertamina memberikan makanan
tambahan, evaluasi program bersama dengan PKBI dilaksanakan berkala setiap 3 bulan
sekali pertahunnya untuk melihat adanya perkembangan mengenai peningkatan gizi
anak-anak balita dan ibu hamil/menyusui yang mendapat bantuan.
Pertamina juga melakukan pembinaan kepada posyandu untuk mendukung
program pemerintah dan menunjang swadaya masyarakat dalam memelihara tingkat gizi
dan kesehatan anak serta ibu khususnya didaerah-daerah operasi Pertamina. Bantuan
yang diberikan antara lain peningkatan kualitas dalam fasilitas posyandu (bangunan dan
peralatan), penyuluhan kesehatan dan gizi, serta pemberian makanan tambahan.
54
Pertamina Sehati yang dieselenggarakan pada tahun 2011 terdiri dari 3 tahap.
Dalam tiap acara yang Pertamina Sehati lakukan berupa pemeriksaan kesehatan bayi dan
penyuluhan mengenai makanan bergizi dengan bagaimana cara pengolahannya untuk
bayi dan balita. Selain itu pemeriksaan ibu selama hamil, ibu nifas dan ibu menyusui.
Lalu senam ibu hamil dan konsultasi sebelum pernikahan dan setelah pernikahan yang
dari kesemua tahapan tersebut merupakan program lanjutan dari tahun-tahun
sebelumnya yang tetap konsen kepada permasalahan kesehatan ibu
(hamil,nifas,menyusui) dan penanganan gizi untuk anak bayi dan balita.
3.4.1. Pertamina Sehati Koja-Jakarta Utara
Kesehatan merupakan permasalahan penting yang terjadi pada saat ini.
Kesehatan anak yang menjadi peranan penting karena sebagai generasi penerus bangsa
menjadi tolak ukur dalam turut serta membantu mengatasi permasalahan ini. Ibu Bidan
Anna merupakan Bidan dan Ahli Gizi yang sangat peduli terhadap kesehatan khususnya
anak bayi balita dan ibu hamil. Sejak tahun 1980, Bidan Anna telah berkecimpung
didalam dunia kesehatan sebagai ahli gizi, bidan dan konsultan kesehatan dan
pernikahan. Kecintaan beliau juga terhadap anak-anak pula yang menjadikan beliau
untuk ingin terlibat dalam memerangi permasalahan kesehatan akibat gizi buruk yang
dihadapi oleh masyarakat Kecamatan Koja-Jakarta Utara. Beliau mengatakan bahwa
beragam masalah kesehatan yang beliau lihat tidak pernah selesai dan menemukan
solusi. Setelah beliau melihat dilapangan ternyata mengenai pola makan anak,
55
kandungan gizi makanan yang dimakan oleh anak-anak serta makanan siap saji atau
jajanan yang dilihat dari kemasannya saja sudah tidak layak dimakan oleh anak-anak.
Beliau juga mengatakan bahwa makanan-makanan yang didapat dari bantuan
pemerintah juga tidak ada perubahan dalam menangani permasalahan pola makan dan
gizi kepada anak-anak. Melainkan makanan bantuan dari pemerintah menyebabkan
anak-anak menjadi diare, muntaber, atau keracunan makanan sejenis lainnya.
Suatu ketika ada LSM Internasional datang dan menunjuk ibu Bidan Anna di
Kecamatan Koja. Karena selama menjadi bidan, beliau selalu mengikuti berbagai forum
dan selalu mengutarakan masalahnya mengenai kesehatan sehingga pada akhirnya
permasalahan tersebut didengar oleh LSM tersebut. dilatihlah Bu Anna dalam pelatihan
pos gizi. Beliau mendapatkan pelatihan dan pendidikan mengenai kesehatan gizi secara
mendalam. Selama pos gizi banyak media yang meliput dan pada suatu acara mengenai
kesehatan, Pertamina datang untung melihat acara tersebut sambil mengutarakan
permasalahan kegiatan kesehatan yang akan dilaksanakan di Koja. Kemudian Camat
Koja menyuruh pihak Pertamina untuk mengutarakan program yang ingin dijalankan
kepada Bidan Anna untuk melakukan kerjasama. Disinilah yang pada akhirnya Bidan
Anna menjadi bagian penting dari pelaksanaan kegiatan CSR Sehati yang telah
mendapatkan penghargaan Srikandi Awards. Akhirnya setelah mereka bekerjasama,
memang permasalahan yang mereka hadapi dilapangan sangat sama dan singkron. Bidan
Anna membantu Pertamina dalam kegiatan Sehati yaitu berupa pelaksanaan kegiatan
pelatihan pos gizi di 18 RW di Kecamatan Koja-Jakarta Utara. Akhirnya Bidan Anna
dan Pertamina menemukan kendala baru mengenai permasalahan gizi. Penyuluhan dan
pendidikan mengenai gizi yang warga dapatkan tidak diikuti dirumah. Berbagai asalan
56
yang Bidan Anna dapatkan dari warga yaitu karena repot, orang tua bekerja, kurangnya
biaya membeli makanan, serta sudah terbiasa dengan makanan siap saji. Atas kejadian
ini, munculah ide dari bidan Anna yang kemudian beliau sampaikan kepada Bapak Fajri
selaku Eksernal Relation FRM III JBB (Jawa Bagian Barat) yang memang memantau
sekali kegiatan CSR Sehati karena berada disekitar wilayah operasi Pertamina ini.
Akhirnya timbul kesepakatan atas ide dari bidan Anna yakni pengadaan WARUNG
SEHATI. Warung Sehati berisi makanan bayi balita yang memang ditangani sendiri dan
diolah dirumah Bidan Anna yang sekarang sudah dinamai Cooking Centre Bidan Anna
oleh Pertamina FRM III. Menu yang disajikan dalam Warung Sehati ini adalah bubur
tim sayur bayi 8-13 bulan, nasi tim untuk anak 1-3 tahun serta makanan kecil seperti
pudding buah yang memang harganya sangat terjangkau seperti makanan-makanan yang
dijajakan dipinggir jalan. Ide inilah yang menjadi keberlanjutannya antara Bidan Anna
dengan Pertamina sehingga munculah ide-ide baru mengenai permasalahan kesehatan,
sehingga Pertamina juga sangat merasakan atas keberhasilan atas Program ini dan bidan
Anna yang sangat senang bahwa Pertamina dapat membantu dan ikut campur dalam
masalah kesehatan gizi anak balita dan ibu hamil.
Bapak Fajri selaku Eksternal Relations FRM III JBB mengakui bahwa,
keterlibatan bidan Anna sebagai kader Sehati sangat membantu sekali dalam
pelaksanaan dan keberhasilan atas program Sehati. Banyak ide-ide yang bidan Anna
utarakan kepada pihak kami dan memang benar-benar sejalan dengan apa yang
Pertamina inginkan, ujarnya. Beliau juga mengatakan jika Pertamina dan Bidan Anna
merupakan hubungan simbiosis mutualisme. Saling menguntungkan satu dengan yang
lainnya selama menjalankan kegiatan CSR ini. Bidan Anna juga sangat berterima kasih
57
sekali terhadap bantuan-bantuan yang diberikan oleh Pertamina khususnya Materi.
Diakui memang bahwa kondisi fisik wilayah Kecamatan Koja memang jauh dari rata-
rata kebersihan yang baik. Lingkungan yang kumuh, tingkat ekonomi dan pengangguran
yang minim mengakibatkan permasalahan ini muncul dan tidak pernah ada solusinya.
Sehingga pada dasarnya memang masyarakat Koja benar-benar membutuhkan bantuan
kesehatan. Banyak program- program keberlanjutan yang ditangani oleh Pertamina
Sehati yang bekerja sama dengan bidan Anna yaitu berupa pemeriksaan kesehatan bayi
dan penyuluhan mengenai makanan bergizi dengan bagaimana cara pengolahannya
untuk bayi dan balita. Selain itu pemeriksaan ibu selama hamil, ibu nifas dan ibu
menyusui. Lalu senam ibu hamil dan konsultasi sebelum pernikahan dan setelah
pernikahan yang dari kesemua tahapan tersebut merupakan program lanjutan dari tahun-
tahun sebelumnya yang tetap konsen kepada permasalahan kesehatan ibu
(hamil,nifas,menyusui) dan penanganan gizi untuk anak bayi dan balita.
Setelah program Sehati ini berjalan selama setahun per trimesternya, bapak Fajri
melakukan monitoring evaluasi terhadap kegiatan yang telah dijalankan yang bekerja
sama dengan bidan Anna. Banyak perubahan yang didapat oleh bapak Fajri dari kegiatan
Sehati sebelumnya. Bapak Fajri beranggapan bahwa memang CSR harus berdasarkan
dengan Need Assesment, jangan hanya Charity semata. Karena indikator keberhasilan
akan terlihat ketika kita menjalankan program berdasarkan dengan Need Assesment
walaupun efek yang dilihat memang mebutuhkan waktu yang lama, karena perlunya
pelatihan dan penyuluhan mengenai kesehatan ini. Seperti warga Kecamatan Koja
kelurahan Lagoa, ibu Tati sudah 2 tahun terhitung dari 2010 terlibat dalam program
Sehati sebagai si penerima manfaat. Ia sangat beruntung mengikuti program CSR Sehati
58
ini karena dapat mengetahui permasalahan-permasalahan yang sangat riskan terjadi pada
saat hamil dan melahirkan. Selain itu Ia juga tahu akan bahayanya gizi buruk yang
terjadi pada anak dapat berpengaruh kepada perkembangan anak. Ibu tati juga dengan
adanya program Kesehatan Sehati ini merupakan salah satu kebutuhan masyarakat
sekitar dikarenakan wilayah mereka memang rawan terhadap penyakit. Ia mengetahui
adanya program ini pada saat berada di posyandu untuk memeriksakan kehamilannya
dan kemudian salah satu bidan merujuk dirinya untuk ikut terlibat dalam program
Sehati. Menurutnya, program Sehati ini sangat berguna dalam meningkatkan kualitas
kesehatan. Ia pun berharap program Sehati ini tetap terus ada di wilayah Koja. Hal yang
dirasakan sama pula oleh Mba Nining warga kelurahan Rawa Badak, kecamatan Koja
dalam mengikuti program ini karena diajak oleh tetangganya yang pada saat hamil
mengikuti kelas penyuluhan mengenai kesehatan untuk ibu-ibu selama hamil, nifas
hingga menyusui. Ia sangat antusias untuk mengikuti kelas penyuluhan ibu hamil oleh
bidan Anna. Mba Nining berharap pada saat anaknya lahir, program kesehatan Sehati ini
masih tetap dilaksanakan di wilayah kecamatan Koja karena ia merasa bahwa Sehati ini
program bantuan yang sangat banyak manfaat yang berguna untuk pembekalan kepada
masyarakat Koja.
Dapat dilihat dari indikator keberhasilan atas program ini yang dirasakan oleh
pihak Pertamina dan masyarakat Koja yang memang membutuhkan program kesehatan.
Timbulnya nilai kebutuhan sehingga muncul tingkat kepuasan dan kegunaan program ini
yang telat diterima oleh masyarakat Koja. Walaupun dampak yang dirasakan butuh
waktu berbulan-bulan bahkan setahun dari program ini, namun masyarakat sangat
antusias dan menerima sekali keberadaan program CSR Pertamina dan Bidan Anna
59
sebagai Kader dari Sehati. Kegiatan dari Pertamina Sehati khususnya wilayah Koja-
Jakarta Utara ini dijalankan oleh pihak Community Development Pertamina FRM III
JBB (Jawa Bagian Barat) dan Eksternal Relations yang juga merupakan bagian dari
Community Development yang melakukan moitoring evaluasi yang ruang lingkup
kerjanya termasuk dalam aktivitas dari Public Relations. Namun dari pihak Eksternal
Relations FRM III menyadari bahwa publikasi atas program ini masih kurang
dikembangkan oleh fungsi Media Pertamina Pusat, khususnya bagian Media Relations.
Hanya publikasi melalui website Pertamina yang dilakukan oleh pihak media eksternal,
hanya peliputan jika ada dewan direksi yang turut menghadiri kegiatan tersebut.
3.5. Analisis Kompetitor
• PT. Sidomuncul (Operasi Katarak Gratis untuk 1000 Mata)
Gambar 3.11 Kegiatan CSR Kesehatan Sidomuncul
Perusahaan jamu PT Sido Muncul tahun 2012 ini menargetkan 12.000
pasien penderita buta katarak dioperasi secara gratis. Program corporate social
responsibility (CSR) ini merupakan kelanjutan tahun lalu, di mana PT Sido
Muncul berhasil menuntaskan operasi katarak terhadap 6.000 pasien secara
gratis. Sebagai awal program CSR tersebut, SidoMuncul bersama Rumah Sakit
60
Cipto Mangunkusuma RSCM melaksanakan Penandatanganan Perjanjian
Kerjasama memberikan bantuan operasi katarak kepada 1.000 pasien warga
kurang mampu di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Program CSR ini diadakan
bertujuan untuk menanggulangi buta mata akibat katarak sehingga orang bisa
hidup mandiri dengan bantuan operasi katarak yang diselenggarakan oleh PT.
Sidomuncul. Saluran publikasi yang digunakan oleh PT Sidomuncul yaitu berupa
Advertising, pemasangan iklan di media cetak atau televisi untuk pendaftaran
calon pasien penderita katarak. Selain itu publikasi saat melakukan kegiatan
Operasi Mata Katarak yaitu berupa peliputan dan press release.
• PT Biofarma (Siang klinik:Mendukung kesuksesan Imunisasi Nasional)
Gambar 3.11 Kegiatan CSR Kesehatan PT Biofarma
Pada tahun 2012 ini, Bio Farma meningkatkan visi untuk mewujudkan
diri sebagai perusahaan yang kelas dunia, yaitu “Menjadi produsen vaksin dan
antisera kelas dunia yang berdaya saing global”. Kegiatan Siang Klinik ini
diadakan di Bandung berupa seminar tentang penyuluhan kesehatan tentang
pentingnya imunisasi. Tujuan dari penyelenggaraan kegiatan ini untuk sharing
61
dan memberikan informasi seputar imunisasi, seperti pengetahuan tentang trend /
kekinian seputar vaksin, antisera, isu imunisasi serta produk baru PT Bio Farma
(Persero). Kegiatan siang klinik ini sudah dilaksanakan selama 3 tahun terakhir
dan telah menjangkau beberapa kota besar di Indonesia. Pada tahun ini, kegiatan
Siang Klinik telah dilaksanakan di Makasar, Manado, Batam, Jambi, Pontianak,
Tanjung Pinang, Yogyakarta, Semarang, Padang, Balikpapan, Samarinda,
Lampung, Denpasar, dan Kupang. Kegiatan Seminar Siang Klinik ini di
publikasikan oleh media baik internal dan eksternal perusahaan dalam
peliputannya di media cetak ataupun media elektronik seperti televise dan radio.
• PT XL AXIATA (Pemberian Donasi Posyandu)
Gambar 3.12 Kegiatan CSR Kesehatan PT XL AXIATA
Kegiatan CSR kembali dilaksanakan oleh PT XL AXIATA untuk
menunjukan kepeduliannya terhadap permasalahan kesehatan yaitu dengan
62
memberikan donasi untuk posyandu dan pengobatan gratis di kawasan Bantar
Gebang, Bekasi. Sebanyak 200 orang dapat mengikuti kegiatan ini. Wilayah
Bantar Gebang sendiri merupakan wilayah tempat pengolahan sampah yang
berasal dari berbagai wilayah Jabodetabek. Kehidupan warga sekitar tidak luput
dari sampah yang menggunung sehingga adanya resiko yang besar terhadap
berbagai penyakit yang timbul. Oleh karena itu PT XL AXIATA melalui
kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengobatan gratis dan donasi untuk
posyandu. PT XL berharap dengan adanya program ini dapat meringankan beban
warga setempat dan memberikan kesempatan kepada mereka yang ingin berobat
tetapi memiliki keterbatasan biaya. Dalam hal ini, PT XL melakukan publikasi
melalui peliputan seperti pembukaan ceremonial, press release, yang akan
diliput oleh media-media serta advertising sebagai iklan agar mendapatka atensi
dari masyarakat bahwa PT XL yang berbasis telekomunikasi jaringan juga
perduli terhadap permasalahan kesehatan.
3.6. Prosedur yang berlaku dalam Publikasi dan Promosi Public Relations
program CSR PT Pertamina (Persero)
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan bagian dari kegiatan
dan aktivitas yang dijalankan oleh Public Relations. Kegiatan atau aktivitas ini
diadakan dengan tujuan untuk menyeimbangi krisis-krisis atau isu-isu negative
yang dapat menurunkan citra dan reputasi perusahaan. dalam hal ini, PT
Pertamina yang merupakan perusahaan Minyak dan Energi Nasional berkelas
Internasional sudah melaksanakan kegiatan CSR yang berdasarkan dengan
63
MDG’s (Millenium Development Goals) yaitu sesuai dengan 4 bidang yang
dikerjakan oleh bagian fungsi CSR Pendidikan, Kesehatan, Lingkungan dan
Infrastruktur Pemberdayaan.
CSR yang dibawahi langsung oleh Corporate Secretary atau dulunya
disebut sebagai fungsi Humas Pertamina, saat ini membentuk divisi khusus
dalam menangani berbagai kegiatan program CSR. Maksud pembentukan divisi
khusus ini adalah agar kegiatan CSR yang berlangsung dapat dilaksanakan
secara focus karena begitu banyaknya program yang perlu ditangani oleh Divisi
CSR. Dalam hal ini, CSR melaksankan kegiatannya yang terprogram dan tidak
terprogram. Kegiatan terprogram merupakan kegiatan yang datang langsung atas
persetujuan Dirut dan diserahkan kepada bagian Corporate Secretary yang
merupakan bidang Humas di Pertamina dan diteruskan kepada fungsi-fungsi
dibawahnya seperti CSR, Complience dan Corporate Communication yang
mengatur publikasi dan komunikasi kepada khalayak. Program yang ingin
dijalankan oleh fungsi CSR akan mengajak fungsi Media Internal terlebih dahulu
untuk publikasi Internal Perusahaan seperti Warta Pertamina, Bulletin Pertamina,
Pertamina TV dan Website Pertamina yang menyajikan konten CSR didalamnya.
Setelah itu jika memang kegiatan program akan diliput oleh media ekternal,
maka diserahkan kepada fungsi media yaitu Media Relations. Mereka akan
memilih media eksternal mana saja yang akan diajak bekerja sama mengenai
peliputan dari kegiatan pada setiap program-program yang dilaksanakan CSR
ataupun Pertamina itu sendiri.
64
Keterlibatan Unit Pemasaran di wilayah setempat juga turut terlibat
dalam menangani berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh Pertamina Pusat.
Seperti halnya kegiatan Pertamina Sehati merupakan bagian dari wilayah Jawa
Bagian Barat (JBB), berarti Pertamina FRM III-lah yang turt serta dalam
membantu berbagai kegiatan disekitar wilayah unit operasi Pertamina seperti
Koja. Community Development FRM III yang mengatur segala kegiatan atau
program-program perusahaan disekita unit termasuk kegiatan CSR baik dari segi
sosialisasi komunikasi, Sosial Mapping, serta Peliputan Media Internal. Kegiatan
tersebut dilaksanakan oleh Community Development bagian Eksternal Relations.
Peran serta dari Unit seperti FRM III ini sangat membantu pihak CSR Pertamina
Pusat yang pada dasarnya tidak dapat menjangkau berbagai kegiatan CSR yang
sudah tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Fungsi Brand Management juga
turut serta dalam kegiatan Program CSR seperti melakukan branding logo untuk
CSR ataupun logo pada setiap masing-masing kegiatan program CSR yang
dilaksanakan oleh masing-masing bidang CSR. Advertising termasuk dalam
Brand Management juga membantu dalam kegiatan publikasi iklan, namun sama
seperti pihak Media Relations, Bagian Advertising juga akan mengkaji program-
program CSR apa saja yang perlu diiklankan. Jika program tersebut sudah
dipublikasikan oleh pihak Media Relations atau Media Internal, maka
kemungkinan besar program tersebut tidak diiklankan oleh pihak Brand
Management. Hanya saja keterlibatan Program CSR yang ikut serta dalam
pameran-pameran mengenai CSR yang ditarik oleh pihak Exhibition Brand
Management.
65
Kegiatan CSR Pertamina pada dasarnya tidak melakukan kegiatan
promosi seperti perusahaan-perusahaan lainnya yang juga menjalankan kegiatan
CSR. Kegiatan promosi Pertamina hanya dilakukan sebatas produk-produk
seperti Minyak, Gas, Petroleum, BBM karena produk tersebut dijual kepada
masyarakat sehingga perlu adanya promosi untuk meningkatkan penjualan
sekaligus mengenalkan Merk Perusahaan Pertamina pada masyarakat. Untuk
kegiatan program-programnya seperti CSR, tidak perlu dipromosikan karena
program CSR hanya berbasis kegiatan yang pada intinya perlu peliputan untuk
publikasi kepada masyarakat serta adanya sosialisasi untuk pengenalan adanya
program-program CSR yang diadakan Pertamina. Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya oleh penulis, bentuk publikasi yang dilakukan adalah melalui Media
Internal yang kemudian diteruskan kepada Media Relations. Serta adanya
sosialisasi yang termasuk dalam Social Mapping oleh pihak Eksternal Relations
unit-unit Pertamina yang disekitar wilayahnya menjalankan kegiatan program
CSR atau program lainnya.
3.7. Metodologi penelitian
Metodologi yang penulis gunakan dalam penelitian adalah Kualitatif,
dimana bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya
melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya (Kriyantono, 2006: 56-57). Bahan
penelitian yang penulis gunakan adalah data-data berupa dokumen atau arsip,
catatan-catatan, pengamatan (dokumentasi dan wawancara mendalam). Jenis data
yang dikumpulkan dalam penelitian meliputi data primer dan data sekunder.
66
3.7.1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari objek yang
akan diteliti (responden). Penulis mendapatkan data primer dengan :
a. Wawancara mendalam
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam
observasi melalui daftar pertanyaan yang diajukan secara lisan terhadap
responden (subjek).
Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau
informan dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar
mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara ini dilakukan
dengan frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif. Pada wawancara
mendalam ini, pewawancara relative tidak mempunyai kontrol atas
respon informan, artinya informan bebas memerikan jawaban.
(Kriyantono, 2006: 98)
Metode ini digunakan penulis karena dengan menggunakan metode
ini, penulis bisa mendapatkan gambaran dan pengamatan secara
mendalam mengenai permasalahan atau pertanyaan mengenai bagaimana
fungsi Public Relations dalam mengkomunikasikan program CSR
Pertamina Sehati Koja – Jakarta Utara.
Adapun informan internal perusahaan PT Pertamina yang berlokasi
di JL. Medan Merdeka dan Unit Pemasaran III (FRM) di JL. Kramat
Raya serta masyarakat Koja yang termasuk dalam kegiatan Pertamina
67
Sehati, yang terlibat dalam wawancara yang dilakukan oleh penulis
adalah :
• Informan 1
Jabatan : Manager CSR PT. Pertamina Pusat
Nama : Ifki Sukarya
Masa Jabatan Kerja : 23 tahun
• Informan 2
Jabatan : Senior Officer CSR Public Health
Nama : Ernayetti
Masa Jabatan Kerja : 15 tahun
• Informan 3
Jabatan : Media Relation
Nama : Reno Fridaryanto
Masa Jabatan Kerja : 2,5 tahun
• Informan 4
Jabatan : Community Development Unit Pemasaran III
Nama : Fajri
Masa Jabatan Kerja : 6 tahun
• Ibu Bidan Anna
Kader Pertamina Sehati selama 8 tahun
Sedangkan informan eksternal perusahaan yang penulis wawancarai
adalah masyarakat umum atau pelanggan Pertamina. Penulis ingin mengetahui
68
dan mengukur seberapa banyak masyarakat atau khalayak umum yang
mengetahui tentang adanya program CSR Sehati yang diadakan oleh Pertamina.
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menelusuri data historis. Menurut Ardianto dalam
(Ruslan, 2010: 185-186) dokumentasi terdiri atas tulisan pribadi, seperti
buku harian, surat-surat dan dokumentasi resmi. Keuntungan bahan
tulisan ini antara lain bahan ini tidak meminta biaya, tersedia dan siap
pakai hanya memerlukan waktu untuk mempelajarinya.
Penulis menggunakan penelitian dalam dokumentasi karena
dengan adanya dokumentasi penulis juga bisa memberikan bukti nyata
akan adanya penelitian ini. Dan juga sebagai bahan untuk kelengkapan
keabsahan dalam penelitian mengenai CSR Pertamina Sehati Koja –
Jakarta Utara.
3.7.2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari lembaga atau institusi tertentu
seperti Biro Pusat Statistik (BPS), Departemen, dan lain-lain. Studi kepustakaan
dilakukan untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan dengan topic penelitian seperti
Company Profile, Annual Repport, Summary Campaign, bulletin internal, artikel dan
sebagainya.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Company Profile, Annual Report,
data CSR, serta Fuel Retail Marketing (FRM), data Media Internal Pertamina dan
69
kliping media cetak terkatit dengan fungsi Public Relations dalam program CSR
Pertamina Sehati.
3.7.3. Teknik Pemilihan Informan
Peneliti menetapkan teknik pemilihan informan secara purposive, (Sugiyono,
2008: 219) dimana informan sengaja dipilih dengan pertimbangan bahwa informan
tersebut kompeten dan mampu membantu peneliti dalam mendapatkan data-data untuk
menjawab permasalahan penelitian ini. Dengan itu, maka semua orang memiliki
kemungkinan sebagai informan, sehingga informasi yang didapat sesuai dengan tujuan
penelitian yang telah ditetapkan sejak awal. Penelitian kualitatif tidak ditentukan dari
jumlah informan. Penelitian ini akan berakhir jika semua pertanyaan penelitian telah
terjawab.
Penulis memilih informan internal dan informan eksternal. Informan internal
perusahaan Pertamina dari fungsi CSR, komunikasi, Media, Eksternal Relation Fuel
Retail Marketing III (FRM). Hal ini didasari berdasarkan informan tersebut merupakan
fungsi-fungsi yang turut serta dalam menjalankan program-program pertamina khusunya
program CSR kesehatan Pertamina Sehati Koja – Jakarta Utara. Mulai dari tahapan
fungsi Public Relations, publikasi program kepada khalayak melalui media serta data-
data program CSR Sehati. Selain itu penulis memilih kader-kader di Pertamina Sehati
Koja – Jakarta utara seperti bidan atau dokter yang keduanya sudah menjadi pelopor
yang menjadi tempat pelaksanaan program sehati serta masyarakat yang terlibat dalam
program CSR Pertamina ini
70
3.7.4. Kriteria Pemilihan Informan
Informan adalah suatu atau lebih narasumber, untuk dimintai keterangan atas
informasi yang diinginkan. Penulis menggunakan 5 orang Informan dari internal
perusahaan dan 4 orang informan dari eksternal perusahaaan. Mereka semua dipilih
sebagai informan karena termasuk dalam pihak-pihak yang ikut terlibat mulai dari
perencanaan, strategi komunikasi, publikasi, hingga masyarakat yang terkena dampak
dari program CSR Pertamina dibidang kesehatan yaitu Pertamina Sehati khusunya
wilayah Koja – Jakarta Utara. Kriteria informan diambil sesuai pengalaman mereka
selama lebih dari 1 tahun dan jenjang pendidikan terakhir S1 untuk informan internal
perusahaan. Dalam hal ini penulis meimilih karakteristik informan baik internal ataupun
eksternal agar dapat menggambarkan secara tuntas mengenai fungsi Public Relations
dalam mengkomuniaksikan CSR Pertamina Sehati FRM III Koja yang bertujuan untuk
meningkatkan reputasi yang positif dimata khalayak
3.8. Permasalahan yang ada
Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina adalah komitmen korporat
atas tanggung jawab sosial dan lingkungan akan memberikan nilai tambah kepada
semua pemangku kepentingan untuk mendukung pertumbuhan perusahaan. Program
CSR diselaraskan dengan kebutuhan komunitas disekitar wilayah operasi Pertamina,
sebagai salah satu stakeholder penting, sekaligus untuk mendukung keberhasilan
bisnis Pertamina secara berkelanjutan. Komitmen yang kuat dari management
terhadap pelaksanaan program-program terpadu CSR Pertamina diharaplan mampu
mendorong komunitas disekitar wilayah operasional perusahaan untuk terus Tumbuh
71
maju bersama Pertamina. Mewujudkan masyarakat yang sehat, cerdas, sejahtera,
mandiri dan berwawasan lingkungan.
Kegiatan dari CSR ini seharusnya dapat dipublikasikan dan disosialisasikan
lebih baik lagi kepada masyarakat luas, mengingat bahwa Pertamina sangat riskan
terhadap isu-isu negative dikarenakan Pertamina merupakan Perusahaan Minyak dan
Gas Negara. Perlunya publikasi dan sosialisasi agar adanya Transparansi kepada
masyarakat tentang adanya perkembangan isu-isu yang negative dan dapat
memperburuk citra dan reputasi perusahaan. Jika kegiatan atau program-program
CSR dipublikasikan dan disosialisasikan dengan baik, maka tidak mungkin jika citra
atau reputasi Pertamina akan tumbuh walaupun pada dasarnya image Pertamina
sudah melekat sebagai perusahaan Minyak dan Gas Negara. Maksud sosialisasi
disini adalah lebih mengajak masyarakat dalam turut berpartisipasi terhadap
program-program yang dijalankan oleh CSR.
Setelah penulis mengkaji permasalahan tersebut, akhirnya penulis
menanyakan kembali kepada pihak Eksternal Relations FRM III, bapak Fajri dan
Officer CSR, bapak Eko Kristiawan bahwa mereka juga merasakan bahwa kegiatan
CSR Pertamina adalah kurangnya Publikasi. Walaupun pada dasarnya, bagian-
bagian Humas atau Corporate Secretary sudah bagus dalam membentuk divisi-divisi
dan fungsi yang menjalankan kegiatan dan aktivitas dari Public Relations. Ini yang
diharapkan pihak Eksternal Relations yang terlibat dalam Program CSR kepada
bagian Fungsi Media khusunya Media Relations untuk tetap bisa mengkaji dengan
lebih baik lagi bahwa sebenarnya program CSR perlu dipublikasikan agar
72
mendapatkan tanggapan yang positif dan pengenalan berbagai kegiatan program-
program CSR yang dilaksanakan oleh Pertamina.
3.9. Alternative Pemecahan Masalah
Public Relations merupakan bagian penting dalam perusahaan untuk
mengkomunikasikan segala aktivitas dan kegiatan perusahaan. adanya Public Relations
sangat membantu perusahaan dalam memainkan reputasi dan citra. Adanya transparansi
dalam hal publikasi dan komunikasi merupakan salah satu cara untuk tetap bisa
mempertahankan reputasi dan citra. Setelah penulis melaksanakan penelitian di Koja
Jakarta Utara dan PT Pertamina Pusat mengenai program CSR kesehatan Pertamina
Sehati (Sehat Anak Tercinta dan Ibu) maka penulis dapat menyimpulkan bahwa program
Sehati yang termasuk dalam 6 Program unggulan CSR Pertamina dibidang kesehatan.
Keberhasilan program Sehati ini dapat dilihat dari perubahan dan perbaikan pola pikir
masyarakat terhadap pentingnya kesehatan anak mengenai gizi buruk dan kesehatan ibu
hamil. Dilihat pula bahwa masyarakat Koja yang sangat antusias terhadap program ini
sehingga program CSR ini bukan hanya filantropi atau charity semata tetapi mengacu
pada Need Assesment yang memang benar-benar membutuhkan program CSR Sehati.
Dengan keberhasilannya itu, penulis juga melihat bahwa perlunya publikasi yang
baik agar masyarakat lebih mengetahui apa itu Program Pertamina Sehati, mengapa
diadakannya sehati dan bagaimana masyarakat selain Koja mengetahui tentang adanya
program Sehati ini. Jadi menurut penulis, adanya transparansi mengenai publikasi
program agar masyarakat mengetahui nilai lebih yang dilihat dari segi kegunaan dan