Post on 04-Jul-2019
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Pemerintah telah menetapkan pendidikan wajib diberikan minimal 12
tahun atau setingkat SMA. Kemudian, pemerintah menyediakan dana pendidikan
tingkat SD – SMA melalui Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Program ini
kemudian diperkuat oleh BOS Daerah sehingga semakin meningkatkan akses dan
kuailtas pendidikan di Indonesia.
Setiap warga negara wajib mengenyam pendidikan minimal hingga
jenjang SMA sehingga tidak ada alasan untuk tidak mengikuti jenjang pendidikan.
Karena pemerintah telah memfasilitasi melalui dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) untuk SD hingga SMA.
BOS memberi akses lebih luas kepada rakyat atas pendidikan. Dana BOS
seharusnya mampu menurunkan harga equilibrium pendidikan dalam hukum
supply and demand. Maka, seharusnya biaya pendidikan semakin murah dan
terjangkau. Karena ada subsidi dari pemerintah.
Sanjiwani (2012) menyatakan bahwa kualitas proses pembelajaran dan
aspirasi pendidikan di sekolah akan sangat ditentukan oleh faktor pembiayaan
pendidikan.
11
Agar pembiayaan pendidikan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien
maka perlu dilakukan studi / penelitian terlebih dahulu. Seperti yang telah
dilakukan Ferdi (2013) yang telah melakukan penelitian mengenai pembiayaan
pendidikan.
Kajian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi: (1) faktor-faktor yang
mempengaruhi biaya pendidikan, (2) jenis biaya pendidikan dan (3) model
pembiayaan pendidikan yang efektif dan efisien.
Beberapa alternatif pembiayaan pendidikan dilakukan berbagai institusi
baik melalui pungutan SPP, dana pemerintah, melalui dana ZISWA (Zakat Infaq ,
Shodaqoh dan Wakaf ) seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Zulfa (2013).
Manajemen pembiayaan pendidikan berbasis potensi umat (ZISWA) bisa
menjadi alternatif model pembiayaan pendidikan di Indonesia, sekaligus menjadi
alternatif solusi atas persoalan pembiayaan pendidikan di Indonesia selama ini.
Pemerintah mengeluarkan program BOS untuk menekan biaya pendidikan.
Tujuannya agar program wajib belajar 12 tahun menjadi sukses. Biaya pendidikan
dapat ditekan namun kualitas pendidikan dapat meningkat yaitu melalui program
Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Karding (2008) mengatakan bahwa BOS ternyata dapat memperkuat
kemampuan sekolah dalam memberikan materi pembelajaran dan kegiatan
tambahan kepada siswa.
Dana BOS yang disalurkan ke sekolah ternyata belum memenuhi
kebutuhan biaya pendidikan. Menurut Hidayah (2014) menyatakan bahwa : Bila
dibandingkan dengan perolehan dana BOS (Rp1.000.000,-) dan dana Pendamping
12
(Rp660.000,-), maka anggaran BOS dan Pendamping tersebut baru memenuhi
19,10 % dari batas terendah penaksiran rata-rata biaya pendidikan dan personal
siswa.
Implementasi program dana BOS telah berjalan dengan baik. Karena
mengikuti petunjuk dari pemerintah. Seperti yang telah ditulis oleh Fitri (2014)
mengenai Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Sekolah Dasar
Negeri Mandiangin Koto Selayan Kota Bukitttinggi.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa Pengelolaan dana BOS Sekolah
Dasar di Kecamatan Mandiaingin Koto Selayan Kota Bukittinggi dapat
dikategorikan terlaksana dengan cukup baik (3,57). Untuk itu perlu kiranya bagi
pengelola untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan pengelolaan dana BOS
agar mendapat hasil yang baik.
Kaswandi (2017) juga telah melakukan penelitian tentang pengelolaan
BOS. Hasilnya adalah Pelaporan pengelolaan dana BOS di SDN 027 Tarakan
dapat dikatakan sudah berhasil dikarenakan sudah membuat laporan sesuai
dengan petunjuk teknis pengelolaan dana BOS sesuai dengan Permendiknas No.
51 Tahun 2011.
Pengelolaan dana BOS terkait beberapa hal penting yaitu (1) Anggaran
Sekolah dan (2) Manajemen Pengelolaan Anggaran Sekolah. Sehingga diharapkan
pengelolaan dana BOS lebih optimal.
Baihaqi (2016) menyatakan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
proses penyusunan anggaran dilaksanakan oleh kepala sekolah, dengan
melibatkan wakil kepala sekolah, ketua jurusan, bendaharawan, guru senior, dan
13
komite sekolah. Penggunaan pembiayaan pendidikan ditinjau dari sisi keuangan,
bahwa semua jenis pengeluaran untuk kegiatan pendidikan harus diketahui
bersama.
Atmaja (2016) menyatakan bahwa untuk mengetahui kemampuan kepala
sekolah dalam menetapkan biaya pendidikan, meliputi: (1) Penyusunan biaya
pendidikan, (2) Penggunaan biaya pendidikan, dan (3) Pengauditan biaya
pendidikan.
Djupri (2012) menyatakan perlu adanya audit keuangan. Ini dituangkan
dalam hasil peneletiannya bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa SMPN 2
RSBI Rembang: (1) dalam 4proses budgeting pembiayaan pendidikan telah
melibatkan pihak-pihak yang terkait, (2) pencatatan/pembukuan penerimaan,
penyimpanan dan penggunaan telah sesuai dengan data, dan (3) pengawasan dan
pertanggungjawaban dilaksanakan melalui audit internal dan eksternal sekolah.
Arifi (2008) menyatakan bahwa Realitas di lapangan menunjukkan bahwa
sekolah-sekolah bermutu adalah sekolah-sekolah yang mempunyai dukungan
financial besar dari masyarakat.
Pelaporan keuangan sekolah yang saat ini ada hanyalah berupa laporan
penerimaan dan pengeluaran. Laporan ini disusun dengan dua sisi yakni sisi
penerimaan dan sisi pengeluaran. Sisi penerimaan diperoleh dari pemeriniah,
masyarakat atau sumber-sumber lain. Sisi pengeluaran pada umumnya
diperuntukan untuk biaya rutin seperti gaji dosen, belanja barang, pemeliharaan
sarana dan prasarana dan biaya pengembang untuk pengembangan profesi,
pengembangan mahasiswa, pengadaan sarana dan prasarana baru dan untuk
14
investasi lainnya dalam peningkatan proses belajar mengajar (Suryono, 2001).
Pelaporan model seperti ini masih menggunakan model laporan anggaran
tradisional.
Penelitian Hermawan dan Masyhad (2006) juga menghasilkan laporan
yang sama yakni pelaporan keuangan tiga Sekolah Muhammadiyah di Kecamatan
Sidoarjo masih menggunakan model laporan anggaran tradisional berupa laporan
anggaran pendapatan draft belanja sekolah (APBS). Model laporan anggaran
seperti ini kurang mencerminkan transparansi dan akuntabilitas kinerja karena
kinerja hanya diukur dari pembandingan antara penerimaan dan pengeluaran.
Model penganggaran dan pelaporan keuangan seperti ini telah banyak
ditinggalkan organisasi sektor publik apalagi di era New Public Management
(NPM). Pendekatan New Public Management (NPM) mendorong usaha untuk
mengembangkan pendekatan anggaran sektor publik yakni dengan perfomance
budget reporting (Bastian, 2006 ; Mahsun dkk, 2006 ; Mardiasmo, 2004).
Model penganggaran seperti ini memiliki keunggulan karena berkaitan
dengan pencapaian target input output dan outcome serta pencapaian visi, misi,
strategi tujuan dan sasaran dari organisasi (Bastian,2006)
Anggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting) merupakan sistem
penganggaran yang berorientasi pada output organisasi dan berkaitan sangat erat
dengan visi, misi dan rencana strategis organisasi (Bastian, 2006). Anggaran
dengan pendekatan kinerja menekankan pada konsep value for money dan
pengawasan atas kinerja output. Pendekatan anggaran kinerja disusun untuk
mencoba mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat dalam anggaran
15
tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya tolok ukur
yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan
sasaran pelayanan publik (Haryanto, 2007).
Anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat
menggagalkan perencanaan yang telah disusun. Pengukuran kinerja secara
berkelanjutan akan memberikan umpan balik, sehingga upaya perbaikan secara
terus menerus akan mencapai keberhasilan di masa mendatang (Bastian, 2006).
Meskipun Pemerintah Indonesia telah mengamanatkan anggaran berbasis
kinerja, namun sampai saat ini belum sepenuhnya dilaksanakan dan dalam
prakteknya masih bersifat formalistik. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
(2009) mengakui konsekuensi penerapan anggaran berbasis kinerja memang tidak
mudah. Banyak negara sudah mencoba, namun banyak yang tidak berhasil.
Menurutnya, penerapan penganggaran berbasis kinerja tidak sepele, beberapa
negara butuh 10 tahun (Suara Pembaharuan, Rabu 15 Juli 2009).
Webb dan Candreva (2009) dalam studi kasusnya terhadap U.S. Navy
menemukan bahwa penghambat keberhasilan implementasi penganggaran
berbasis kinerja adalah sistem akuntansi yang tidak memadai serta kurangnya
pengetahuan mengenai metode akuntansi biaya.
Demikian pula, Aristovnik dan Seljak (2009) dalam penelitiannya
terhadap pengalaman dari negara-negara yang tergabung dalam OECD,
menyatakan bahwa reformasi menuju penganggaran berbasis kinerja
membutuhkan waktu karena kelemahan dalam hal administrasi serta kurangnya
16
pendekatan pemerintah terhadap organisasi publik pada level manajemen
menengah dan bawah.
Di Indonesia, penerapan performance budgeting hanya diikuti daerah pada
tingkat perubahan teknis dan format, namun perubahan paradikma belum banyak
terjadi (Sri Rahayu dkk, 2007). Hasil kajian Badan Pendidikan dan Pelatihan
Keuangan (BPPK) Departemen Keuangan (2008) menyatakan bahwa Pemerintah
Indonesia telah melaksanakan Anggaran Berbasis Kinerja tetapi belum utuh dan
konsisten.
Performance Based Budgeting (Penganggaran Berbasis Kinerja) adalah
sistem penganggaran yang berorientasi pada „output‟ organisasi dan berkaitan
sangat erat dengan Visi, Misi dan Rencana Strategis organisasi. Ciri utama
Performance Based Budgeting adalah anggaran yang disusun dengan
memperhatikan keterkaitan antara pendanaan (input) dan hasil yang diharapkan
(outcomes), sehingga dapat memberikan informasi tentang efektivitas dan
efisiensi kegiatan. (Haryanto, Sahmuddin, Arifuddin: 2007)
Mustapa (2014) menyatakan Ahmad Dahlan dahulu yang menafsirkan Al-
Maun dengan tiga kegiatan utama: pendidikan, kesehatan dan penyantunan orang
miskin (membuat panti anak yatim-piatu) tatkala mendirikan Muhammadiyah.
B. Kajian Teori
1. Manajemen Pengelolaan Anggaran Sekolah
Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa manajemen adalah suatu kegiatan
atau rangkaian yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama kelompok
17
manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien. Dari
pengertian tersebut ada yang terkandung hal-hal sebagai berikut (1) Manajemen
merupakan kegiatan atau rangkaian yang dilakukan dari, oleh dan manusia, (2)
Meningkatkan kegiatan itu merupakan suatu proses pengelolaan dari suatu
rangkaian kegiatan pendidikan yang sifatnya kompleks dan unik dengan tujuan
yang ditetapkan oleh suatu bangsa, (3) Proses pengelolaannya dilakukan bersama
oleh sekelompok manusia yang tergabung dalam suatu organisasi sehingga
kegiatannya harus dijaga agar tercipta kondisi kerja yang harmonis. (Suharsimi,
2008)
Untuk melaksanakan fungsi manajemen, maka diperlukan seorang
pemimpin yang baik. Seorang pemimpin adalah seorang yang mempunyai
wewenang untuk meminta orang lain, yang ada di dalam pekerjaannya untuk
mencapai tujuan organisasi.( Anoraga,2001)
Sedangkan pengertian menajemen yang lain mendefinisikan sebagai
“kemampuan atau ketrampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka
pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain”. Dari definisi itu dapat
dikatakan bahwa menejemen merupakan alat utama administrasi. (Siagian, 2000)
Begitu pula yang dijelaskan oleh Stoner yang dikutip oleh T. Hani
Handoko bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
18
Menurut George R.Terry dalam prinsip menajemen terdapat empat fungsi
manajemen dengan singgkatan POAC, yaitu planing, organizing, actuating dan
controling. (Handoko,1995)
Pengelolaan berasal dari kata manajemen atau administrasi. Hal tersebut
sesuai yang dikemukakan oleh Usman (2004). Management diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan. Manajemen dan
Pengelolaan mempunyai makna yang sama dalam beberapa konteks yaitu to
control. To Control artinya adalah mengatur dan mengurus.
H Malayu S.P yang dikutip oleh Samino (2011) menyatakan bahwa
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan tertentu.
Fattah (2004) menyatakan terkait proses pelaksanaan manajemen,
mengemukakan bahwa : “Dalam proses manajemen terlihat fungsi-fungsi pokok
yang ditampilkan oleh seorang manajer yaitu : Perencanaan (Planning),
Pengorganisasian (Organizing), Kepemimpinan (Leading), dan Pengawasan
(Controlling).
Oleh karena itu, Manajemen adalah Proses merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan organisasi dengan segala
aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
19
Beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan. Pengelolaan atau
manajemen adalah suatu proses kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan, pengarahan, pengendalian serta pengawasan terhadap penggunaan
sumber daya organisasi yang terdiri sumber daya manusia, sarana prasarana, dana
dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan
efisien.
Menurut Andrianto (2007 ) menyatakan bahwa transparansi adalah sebagai
berikut :“Keterbukaan secara sungguh -sungguh, menyeluruh,dan memberi tempat
bagi partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam proses pengelolaan
sumber daya publik.”
Menurut Hafiz (2008) menyatakan bahwa transparansi adalah sebagai
berikut:“Keterbukaan dan kejujuran kepada masyarakat berdasarkan
pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui sec ara terbuka
dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintahan dalam sumber daya yang
di percayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan ”.
Akuntabilitas menurut Suherman (2007) yaitu berfungsinya seluruh
komponen penggerak jalannya kegiatan perusahaan, sesuai tugas dan
kewenangannya masing-masing.
Akuntabilitas menurut Mardiasmo (2004), menerangkan bahwa pengertian
akuntabilitas adalah: “Akuntabilitas adalah kewajiban pihak pemegang amanah
(agent) untuk memberikan pertanggung jawaban, menyajikan, melaporkan, dan
mengungkapkan segala aktifitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya
20
kepada pihak pemberi amanah (prinscipal) yang memiliki hak dan kewenangan
untuk meminta pertanggung jawaban tersebut.”
2. Pembiayaan Pendidikan
Biaya pendidikan memegang peran yang penting di dalam
keberlangsungan hidup dunia pendidikan (Wijaya, 2009). Pentingnya biaya dalam
suatu penganggaran yaitu biaya memiliki pengaruh terhadap tingkat efisiensi dan
efektifitas kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan.
Pengertian Umum keuangan (Suharsimi, 2008) , Kegiatan pembiayaan
meliputi tiga hal yaitu (1) Budgeting (penyusunan anggaran), (2) Accounting
(Pembukuan / Pencatatan) dan (3) Auditing (Pemeriksaan).
Penanganan keuangan merupakan hal yang sangat kompleks disamping
menguasai secara teknis juga harus memiliki mental yang kuat atau dapat
dipercaya dan tidak mudah tergoda menggunakan uang diluar kebutuhan yang
diprogramkan. (Samino,2010 )
Pembiayaan pendidikan terdiri dari beberapa unsur. Berdasarkan
pendekatan unsur biaya pengeluaran sekolah dapat dikategorikan ke dalam
beberapa item pengeluaran, yaitu (1) pengeluaran untuk pelaksanaan pelajaran, (2)
Pengeluaran untuk tata usaha sekolah, (3) Pemeliharaan sarana-prasarana sekolah,
(4) Kesejahteraan pegawai, (5) Administrasi, (6) Pembinaan teknis edukatif, (7)
Pendataan. ( Saiful, 2010 )
21
Nanang Fattah mengatakan bahwa anggaran biaya pendidikan terdiri dari
dua sisi yang berkaitan satu sama lain, yaitu sisi anggaran penerimaan dan
anggaran pengeluaran. (Fattah, 2000)
Nanang Fattah menyatakan bahwa dalam perencanaan pembiayaan,
terlebih dahulu harus memahami jenis-jenis biaya dalam istilah pembiayaan.
Jenis-jenis biaya tersebut, berdasarkan pemakaian adalah (1) biaya langsung
(direct cost) adalah biaya pendidikan yang diperoleh dan dibelanjakan oleh
sekolah sebagai suatu lembaga meliputi biaya yang dikeluarkan untuk
pelaksanaan proses belajar mengajar, sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru,
baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua, maupun siswa sendiri. (2)
Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya tidak langsung merupakan
keuntungan yang hilang (earning forgone) dalam bentuk biaya kesempatan yang
hilang yang dikorbankan oleh siswa selama belajar. (Fattah, 2000)
Lebih lanjut,Berdasarkan sifatnya, pengeluaran dikelompokkan menjadi
dua, antara lain : (1) Pengeluaran yang bersifat rutin. Pengeluaran rutin di sekolah
misalnya pengeluaran pelaksanaan pelajaran, pengeluaran tata usaha sekolah,
pemeliharaan sarana/prasarana sekolah, kesejahteraan pegawai, administrasi,
pembinaan teknis edukatif, pendataan. (2) Pengeluaran yang bersifat tidak
rutin/pembangunan. Contoh pengeluaran tidak rutin : pembangunan gedung,
pengadaan kendaraan dinas, dan lain sebagainya.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk menggali dana ke semua pihak sumber
pembiayaan pendidikan antara lain: (1) Pemerintah pusat dan daerah (2) Orang
tua peserta didik (3) Masyarakat (4) Pihak lain (institusi) : mengusahakan bentuk
22
kerja sama yang tidak saling mengikat. (5) Dana hasil usaha sendiri yang halal :
seperti penyewaan alat, koperasi, kopma. (Fattah, 2000)
3. Anggaran Keuangan Sekolah
Setiap kegiatan perlu diatur agar kegiatan berjalan dengan tertib, lancar,
efektif dan efisien. Dalam pengelolaan dana pendidikan, ada beberapa prinsip
yang harus diperhatikan (Permendikbud RI No 80 Tahun 2017 Pasal 6) antara
lain: (1) Efisien,. (2) Efektif (3) Transparan (4) Akuntabel (5) Kepatutan (6)
Manfaat. (Depdiknas, 2017)
Sumber keuangan pada suatu sekolah / madrasah secara garis besar dapat
dikelompokkan atas tiga sumbe yaitu (1)Pemerintah, baik pemerintah pusat,
daerah maupun kedua- duanya. (2) orang tua atau peserta didik, (3)masyarakat,
baik mengikat maupun tidak mengikat. . Adapun dimensi pengeluaran meliputi
biaya rutin dan biaya pembangunan(Mulyasa, 2002)
Oleh sebab itu perlu disusun RKAS atau RAPBS. M. Ichwan
mengungkapkan bahwa dalam perencanaan anggaran keuangan sekolah, rencana
dituangkan dalam bentuk Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah
(RAPBS) atau Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS). (Ichwan,1989)
RAPBS atau RKAS mempunyai tiga kegunaan pokok, yaitu : (1) Sebagai
pedoman kerja. (2) Sebagai alat pengawasan kerja. (3) Sebagai alat evaluasi kerja.
(Fattah, 2006)
Menurut M. Munandar yang dimaksud “Business Budget” atau budget
(anggaran) ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi
23
keseluruhan kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter
dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang”.(Munandar,
2004)
Azas-azas dalam anggaran, terdiri dari, (1) Azas plafond, Bahwa anggaran
belanja yang diminta tidak melebihi jumlah tertinggi yang telah ditentukan. (2)
Azas pengeluaran, berdasarkan mata anggaran artinya bahwa anggaran
pembelanjaan harus didasarkan atas mata anggaran yang telah ditetapkan. (3)
Azas tidak langsung, yaitu suatu ketentuan bahwa setiap penerima uang tidak
boleh digunakan secara langsung untuk sesuatu keperluan pengeluaran. (Nanang
Fattah, 2000)
Pengalokasian adalah suatu rencana penetapan jumlah dan prioritas uang
yang akan digunakan dalam pelaksanaan pendidikan disekolah. Alokasi keuangan
Sekolah Negeri dan Swasta terdiri dari: (1) Alokasi pembangunan fisik dan non
fisik. (2)Alokasi kegiatan rutin, seperti belanja pegawai, kegiatan belajar mengajar
pembinaan kesiswaan, dan kebutuhan rumah tangga. (Depdiknas, 2017).
Anggaran merupakan rencana yang diformulasikan dalam bentuk rupiah
untuk jangka waktu tertentu, serta alokasi sumber-sumber kepada setiap bagian
aktivitas. (Muhaimin, dkk,2010)
4. Pengelolaan Dana BOS
Dijelaskan dalam UUD Negara RI pasal 31 ayat (2) bahwa “setiap warga
negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”.
Pada akhirnya membawa konsekuensi alokasi belanja negara di bidang
24
pendidikan sebesar 20% dari APBN. Dalam perkembangannya adalah, muncul
kebijakan pemerintah dalam alokasi dana Bantuan Operasional Sekolah
(kemenkeu.go.id)
Pasal 34 ayat 2 juga menyebutkan bahwa Pemerintah dan pemerintah
daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan
dasar tanpa memungut biaya, sedangkan dalam ayat 3 menyebutkan bahwa wajib
belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga
pendidikan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Konsekuensi dari amanat Undang-undang tersebut adalah pemerintah dan
pemerintah daerah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta
didik pada tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP), SMU serta satuan pendidikan
lain yang sederajat.
Dari sisi pendanaan, pemerintah juga mengalokasikan dana cukup besar
dan meningkat setiap tahunnya sebagaimana tabel di bawah ini :
25
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147-artikel-
anggaran-dan-perbendaharaan/20982-akuntabilitas-pengelolaan-dana-bos
Gambar 2.1 Perkembangan Alokasi BOS TA 2010-2017
Masih terdapat penyimpangan dari pengelolaan dana BOS, meliputi:.
1. Tahap perencanaan,
adalah dengan menggelembungkan data jumlah siswa. Siswa yang sudah
pindah atau lulus tetap dimasukkan dalam daftar penerima dana BOS dengan
harapan dana yang diperoleh sekolah bertambah. Modus lainnya dengan
mengajukan anggaran belanja fiktif, memperbanyak anggaran tak terduga,
menjalin kolusi dengan panitia, membikin belanja barang habis pakai secara
berulang-ulang, dobel anggaran, hingga menerima program titipan.
2. Tahap pencairan,
kebocoran dana BOS terjadi dengan modus memperlambat pencairan
hingga pemberian gratifikasi atau uang terima kasih. Modus-modusnya rapi dan
tak kasat mata. Pada tahap pembelanjaan, modus membocorkan dana BOS dengan
menurunkan kualitas spesifikasi barang. Pengelola dana BOS telah berkolusi
dengan instansi/penyedia barang.
3. Tahap pelaporan,
bukan hanya keterlambatan pelaporan. Tetapi juga penyajian laporan
meliputi transparansi dan akuntabilitas laporan. Kasus-kasus demikian banyak
ditemukan di berbagai daerah ketika pemeriksa/pengawas membandingkan
dokumen rencana kerja anggaran sekolah (RKAS) dengan laporan
26
pertanggungjawaban (LPj). Spesifikasi barang di RKAS dengan LPj banyak yang
berbeda. Dampaknya tak hanya kualitas yang tak sesuai standar, tapi ada alokasi
dana yang sengaja dihilangkan. (http://awasibos.org/liputan/biaya-pendidikan-
dana-bos-bocor-dengan-berbagai-modus/)
Di sisi lain, penanggungjawab dana BOS juga harus merujuk pada
Undang-undang No.1/2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 21(1)
menerangkan bahwa Pembayaran atas beban APBN/APBD tidak boleh dilakukan
sebelum barang/jasa diterima.
Akibat yang terjadi dalam prakteknya, dana BOS baru dicairkan oleh
Pengguna/Kuasa Pengguna Anggaran setelah pihak sekolah menyiapkan seluruh
bukti-bukti pengeluaran sesuai Rencana Kerja Anggaran Sekolah (RKAS).
Ini artinya, sebelum dana BOS diterima oleh pihak sekolah, harus sudah
terdapat pengeluaran/bukti pengeluaran. Alur pelaporan keuangan penulis
gambarkan seperti bagan di bawah ini, untuk menunjukkan dampak
penyimpangan dana BOS terhadap penyajian laporan keuangan.
Dalam penggunaan dana BOS, harus didasarkan pada kesepakatan dan
keputusan bersama antara Tim Manajemen BOS Sekolah, Dewan Guru, dan
Komite Sekolah. Dana BOS bagi sekolah Negeri dianggarkan melalui belanja
langsung dalam bentuk program kegiatan, yang uraiannya dialokasikan dalam 3
(tiga) jenis belanja, yaitu belanja pegawai, belanja barang/jasa, dan belanja modal
pada SKPD Pendidikan yang dituangkan dalam Dokumen RKAS/ RAPBS.
27
Dari seluruh dana BOS yang diterima oleh sekolah, sekolah wajib
menggunakan dana tersebut untuk membeli buku teks pelajaran yang hak ciptanya
telah dibeli oleh pemerintah. Penggunaan dana BOS di sekolah prioritas utama
penggunaan dana BOS adalah untuk kegiatan operasional sekolah. Maksimum
penggunaan dana BOS untuk belanja pegawai bagi Sekolah Negeri sebesar 20%.
Pembelian barang atau jasa per belanja tidak melebihi Rp 10.000.000.
Penggunaan dana BOS untuk transportasi dan uang lelah bagi guru PNS
diperbolehkan hanya dalam rangka penyelenggaraan suatu kegiatan sekolah di
luar kewajiban jam mengajar.
a. Pengertian Bantuan Operasional Sekolah
Bantuan Operasional Sekolah adalah program pemerintah yang pada
dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi non personalia
bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar 9
tahun (Depdiknas, 2017)
b. Tujuan Bantuan Operasional Sekolah
Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban
masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun
yang bermutu. Secara khusus program BOS (Depdiknas,2017) bertujuan untuk :
Membebaskan pungutan bagi seluruh SD Negeri dan SMP Negeri
terhaap biaya operasi sekolah, kecuali pada rintisan sekolah bertaraf
internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)
28
Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan
dalam bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta
Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta.
Selain tujuan BOS tersebut, harapan dari adanya program Bantuan
Operasional Sekolah (Depdiknas,2017) antara lain:
BOS harus menjadi sarana penting untuk mempercepat penuntasan
WAJAR DIKNAS 9 Tahun
Melalui BOS, tidak boleh ada siswa miskin putus sekolah karena tidak
mampu membayar iuran/pungutan yang dilakukan oleh sekolah.
Anak lulusan SD/MI/SDLB harus dijamin kelangsungan pendidikannya
ke tingkat SMP/MTs/SMPLB.
Kepala Sekolah diharapkan mencari dan mengajak siswa SD/MI/SDLB
yang akan lulus dan berpotensi tidak melanjutkan sekolah untuk
ditampung di SMP/MTs/SMPLB
Pemerintah Daerah harus mengalokasikan dana tambahan (bersama-sama
BOS) untuk menuntaskankk WAJAR DIKDAS 9 Tahun secepatnya.
c. Sasaran Program Bantuan Operasional Sekolah
Menurut buku petunjuk teknis penggunaan dana BOS,yang menjadi
sasaran program BOS adalah semua sekolah SD dan SMP, termasuk Sekolah
Menengah Terbuka (SMPT) dan Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM) yang
diselenggarakan oleh masyarakat, baik negeri maupun swasta di seluruh provinsi
di Indonesia. Program Kejar Paket A dan Paket B tidak termasuk sasaran dari
program BOS ini (Depdiknas,2017)
29
d. Besar Dana Bantuan Operasional Sekolah
Besar biaya satuan BOS yang diterima oleh sekolah termasuk untuk BOS
Buku, dihitung berdasarkan jumlah siswa (Depdiknas, 2017) dengan ketentuan :
SD/SDLB di kota : Rp 800.000,-/siswa/tahun
SMP/SMPLB/SMPT di kota : Rp 1.000.000,-/siswa/tahun
SMA/SMALB/SMK di kabupaten : Rp 1.400.000,-/siswa/tahun
e. Sekolah Penerima Bantuan Operasional Sekolah
Menurut buku teknis penggunaan dana BOS , Ketentuan sekolah penerima
dana BOS (Depdiknas,2017), antara lain:
Semua sekolah SD/SDLB/SMP/SMPLB/SMPT Negeri wajib
menerima dana BOS. Bila sekolah tersebut menolak BOS, maka
sekolah dilarang memungut biaya dari peserta didik, orang tua atau
wali peserta didik.
Semua sekolah swasta yang telah memiliki ijin operasional dan tidak
dikembangkan menjadi bertaraf internasional wajib menerima dana
BOS
Bagi sekolah yang menolak dana BOS harus melalui persetujuan
orang tua siswa melalui komite sekolah dan tetap menjamin
kelangsungan pendidikan siswa miskin di sekolah tersebut.
Seluruh sekolah yang menerima BOS harus mengikuti pedoman BOS
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah.
30
Sekolah negeri kategori RSBI dan SBI diperbolehkan memungut dana
dari orang tua siswa yang mampu dengan persetujuan komite seklah.
Pemda harus ikut mengawasi pungutan yang dilakukan oleh sekolah
agar tercipta prinsip pengelolaan dana secara transparan dan akuntabel
Sekolah negeri yang sebagian kelasnya sudah menerapkan sistem
sekolah bertaraf RSBI atau SBI tetap diperbolehkan memungut dana
dari orang tua siswa yang mampu dengan persetujuan Komite
Sekolah, kecuali terhadap siswa miskin.
f. Organisasi Pelaksana Tingkat Sekolah
Dalam rangka pelaksanaan program BOS, organisasi pelaksana tingkat
sekolah (Depdikans,2017) meliputi :
Penanggungjawab : Kepala Sekolah (sekaligus sebagai Pembantu
Bendhahara Pengeluaran Pembantu/PBPP)
Anggota : Bendhahara BOS sekolah dan satu unsur dari orang tua
siswa di luar Komite Sekolah
Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah (Depdiknas, 2017)
o Mengisi dan menyerahkan LKIS ke Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota
o Melaporkan perubahan data jumlah siswa setiap triwulan kepada
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
31
o Memverifikasi jumlah dana yang diterima dengan data siswa yang
ada
o Mengelola dana BOS secara bertanggung jawab dan transparan
o Mengumumkan daftar komponen yang boleh dan yang tidak
boleh dibiayai oleh dana BOS di papan pengumuman.
o Mengumumkan besar dana yang diterima dan dikelola oleh
sekolah dan rencana penggunaan dana BOS (RAPBS) di papan
pengumuman sekolah yang ditandatangani oleh Kepala sekolah,
Bendhahara dan Ketua Komite Sekolah.
o Membuat laporan triwulanan penggunaan dana BOS dan
barang/jasa yang dibeli oleh sekolah yang ditandatangani oelh
kepala sekolah, bendhahara dan ketua komite sekolah
o Bertanggung jawab terhadap penyimpangan penggunaan dana di
sekolah
o Memberi pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat
o Menyampaikan penggunaan dana BOS kepada Tim Manajemen
BOS Kabupaten/Kota
o Memansang spanduk di sekolah terkait kebijakan pendidikan
bebas pungutan
Tata Tertib Pengelolaan Dana BOS di Sekolah, (Depdiknas,2017) meliputi
:
Tidak diperkenankan melakukan manipulasi data jumlah siswa
Mengelola dana BOS secara transparan dan bertanggungjawab
32
Mengumumkan hasil pembelian barang dan harga yang dilakukan
oleh sekolah di papan pengumuman sekolah yang harus
ditandatangani oleh Komite Sekolah
Menginformasikan secara tertulis rekapitulasi penerimaan dan
penggunaan dana BOS kepada orang tua siswa setiap semester
bersamaan dengan pertemuan orang tua siswa dan sekolah pada saat
penerimaan raport
Bersedia diaudit oleh lembaga yang berwenang terhadap seluruh dana
yang dikelola oleh sekolah, baik yang berasal dari dana BOS maupun
dari sumber yang lain
Dilarang bertindak menjadi distributor atau pengecer buku kepada
peserta didik di sekolah yang bersangkutan
g. Penyaluran Dana Bantuan Operasional Sekolah
Tahun anggaran 2016, dana BOS diberikan selama 12 bulan untuk periode
januari sampai desember 2016, yaitu semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 dan
semester 1 tahun pelajaran 2016/2017. Penyaluran dana dilakukan setiap periode
3 bulanan, yaitu periode januari-maret, April-Juni, Juli-September dan Oktober –
Desember (Depdiknas, 2017)
Mekanisme Penyaluran dana BOS untuk Sekolah Negeri ,
(Depdiknas,2017) yaitu :
33
a. Bendhahara Pengeluaran Pembantu mengajukan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP) kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
setiap triwulan sesuai alokasi per sekolah yang ditetapkan oleh
Kementerian Pendidikan Nasional.
b. KPA menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM)yang
disampaikan kepada Bendhahara Umum Daerah (BUD)
c. Bendhahara Pengeluaran Oembantu (BPP) di Dinas Pendidikan
mentransfer Dana BOS yang diterima dari BUD langsung ke
Pembantu Bendhahara Pengeluaran Pembantu (PBPP) untuk
pembayaran kegiatan BOS di masing-masing sekolah
d. PBPP melaporkan realisasi penggunaan dana yang diterimanya per
triwulan dengan melampirkan rekap SPJH dan dokumen bukti
pertanggungjawaban yang sah kepada BPP di Dinas Pendidikan
paling lambar 10 (sepuluh) hari kerja sebelum berakhirnya setiap
triwulan
e. Realisasi penggunaan dana BOS sesuai dengan jumlah dan bukti-
bukti yang sah dicatat dalam Buku Kas Umum oleh Bendhahara
Pengeluaran Pembantu berikut pengelompokan realisasi anggaran
per jenis belanja
f. Pencairan triwulan kedua dan seterusnya diajukan oleh Bendhahara
Pengeluaran Pembantu sesuai angaka 1) sampai dengan angka 4)
diatas dengan memperrhatikan perubahan alokasi per sekolah yang
ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional
34
g. Tim Manajemen BOS kabupaten melaporkan
kekuarangan atau kelebihan dana BOS per sekolah berdasarakan
jumlah murid di amsing-masing sekolah pada angka diatas kepada
Kementerian Pendidikan Nasional untuk dilakukan penyesuaian
alokasi per sekolah. Adapun mekanisme penyaluran dana BOS
tersebut dapat dilihat pada bagan berikut ini:
Gambar 2.2 Bagan Mekanisme Penyaluran Dana BOS Tahun 2016
Keterangan:
BPP : Bendahara Pengeluaran Pembantu
SPM : Surat Perintah Membayar
h. Penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah
Dari seluruh dana BOS yang diterima , sekolah boleh menggunakan dana
tersebut untuk membiayai kegiatan-kegiatan berikut ini:
Pembelian/Penggandaan buku teks pelajaran
Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru
35
Pembiayaan kegiatan pembelajaran remedial, pembelajaran
pengayaan, pemantapan persiapan ujian, olahraga, kesenian, karya
ilmiah remaja, pramuka, palang merah remaja, usaha kegiatan sekolah
dan sejenisnya
Pembiayaan ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah dan laporan
hasil belajar siswa
Pembelian bahan-bahan habis pakai
Pembelian langganan daya dan jasa
Pembiayaan perawatan sekolah
Pembiayaan honorarium bulanan guru honorer dan tenaga
kependidikan honorer
Pengembangan profesi guru seperti pelatihan, KKG/MGMP dan
KKKS/MKKS
Pemberian bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin yang
menghadapi masalah biaya transportasi ke sekolah
Pembiayaan pengelolaan BOS seperti alat tulis kantor, penggandaan ,
surat menyurat dan lain-lain dalam rangka penyusunan laporan BOS
Pembelian komputer dan printer untuk kegiatan belajar siswa masing-
masing 1 unit dalam waktu satu tahun anggaran
Bila seluruh komponen diatas telah terpenuhi pendanaannya dan dana
BOS masih tersisa maka dapat digunakan untuk membeli alat peraga,
media pembelajaran, mesin ketik, peralatan UKS dan mebeler sekolah
36
Dari seluruh komponen yang diperbolehkan menggunakan dana BOS.
Dana BOS digunakan untuk memdanai biaya operasi sekolah. Namun terdapat
beberapa komponen biaya modal dan biaya personalia nsekolah yang dapat
didanai menggunakan dana BOS. Biaya investasi sekolah yang diperbolehkan
menggunakan dana BOS yaitu pembelian komputer beserta printernya,
pembiayaan peningkatan profesi guru dan kepala sekolah. Sedangkan biaya modal
yang dapat didanai menggunakan dana BOS yaitu pembiayaan honorarium guru
dengan batasan penggunaan maksimal 50 % dari dana BOS yang
diterima.(Depdiknas 2017). Adapun dalam pengelolaan dana BOS di sekolah.
Dana BOS tidak boleh dipergunakan untuk :
Disimpan dalam jangka waktu lama dengan maksud dibungakan
Dipinjamkan kepada pihak lain
Membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas sekolah dan
memerlukan biaya besar, misalnya : studi tour (karya wisata) dan
sejenisnya
Membiayai kegiatan/iuran rutin yang diselenggarakan UPTD
Kecamatan/Kabupaten/Kota/Provinsi/Pusat, atau pihak lainnya
(KKKS/MKKS,dll), bilaman pihak sekolah tidak ikut serta dalam
kegiatan tersebut.
Membayar bonus dan transportasi rutin untuk guru
Membeli pakaian/seragam untuk kepentingan pribadi (bukan
inventaris sekolah)
Digunakan untuk rehabilitasi sedang dan berat
37
Membangun gedung/ruangan baru
Membeli bahan/peralatan yang tidak mendukung proses pembelajaran
Menanamkan saham
Khusus untuk sekolah yang menerima DAK, dana BOS tidak boleh
digunakan untuk membeli buku referensi dan pengayaan untuk
dikoleksi di perpustakaan.
Membiayai kegiatan yang telah dibiayai dari sumber dana pemerintah
pusat atau pemerintah daerah secara penuh/wajar, misalnya :guru
kontrak/guru bantu.
Kegiatan penunjang yang tidak ada kaitannya dengan operasi sekolah,
misalnya : iuran dalam rangka hari besar nasional dan upacara
keagamaan / acara keagamaan.
Membiayai kegiatan dalam rangka mengikuti pelatihan
/sosialisasi/pendampinga terkait program BOS/perpajakan program
BOS yang diselenggarakan lembaga di luar Dinas Pendidikan
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Kementerian Pendidikan Nasional.
Menurut Buku Panduan BOS 2017, Pembelian barang/jasa yang
dilakukan oleh Tim Sekolah dengan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut
:
Tim Sekolah harus menggunakan prinsip keterbukaan dan ekonomis
dalam menentukan barang/jasa dan tempat pembeliannya.
38
Tim harus memperhatikan kualitas barang/jasa serta ketersediaan dan
kewajaran harga.
Tim Sekolah harus membandingkan harga penawaran dari penyedia
barang/jasa dengan harga pasar dan melakukan negosiasi kepada
penyedia barang/jasa apabila harga penawaran lebih tingi dari harga
pasar.
Terkait dengan biaya untuk perawatan ringan/pemeliharaan bangunan
sekolah. Tim Sekolah harus menerapkan prinsip-prinsip sebagai
berikut :
Membuat rencana kerja
Memilih satu atau lebih pekerja untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut dengan standar upah yang berlaku di masyarakat
Membuat laporan penggunaan dana ( pembelian barang dan
pembayaran upah ) untuk kegiatan perawatan ringan/pemeliharaan
sekolah.
i. Pengawasan dan Monitoring Dana Bantuan Operasional Sekolah
Pengawasan program BOS (Depdiknas 2017) meliputi :
Pengawasan melekat
Pengawasan Fungsional dan
Pengawasan Masyarakat
39
Prioritas utama dalam program BOS adalah pengawasan yang dilakukan
oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota kepada sekolah. Pengawasan fungsional
internal dilakukan oleh Inspektorat Jendral Depdiknas serta Inspektorat Daerah
Provinsi dan Kabupaten/Kota. Instansi pengawas eksternal yang melakukan
pengawasan program BOS adalah : Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan dan Badan Pemeriksa Keuangan. Dalam rangka transparansi
pelaksanaan program BOS . Unsur Masyarakat dan Unit-unit pengaduan
masyarakat yang terdapat di sekolah juga dapat mengawasi program BOS namun
tidak melakukan audit (Depdiknas,2017)
Selain kegiatan pengawasan, pengelolaan dana BOS juga dilakukan
pemeriksaan dalam bentuk monitoring. Kegiatan monitoring internal dilakuka tim
manajemen BOS tingkat pusat, tingkat provinsi dan tingkat kabupaten/kota.
Selain monitoring oleh tim BOS Kabupaten, monitoring BOS juga
dilakukan secara integrasi dengan monitoring sekolah. Monitoring internal
dilakukan oleh pengawas sekolah dan monitoring eksternal dilakukan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) dan lembaga independen lain yang
kompeten.
Adapun komponen utama yang dimonitor (Depdiknas 2017) adalah
Alokasi dana sekolah penerima bantuan
Penyaluran dan Penggunaan Dana
Pelayanan dan Penanganan Pengaduan
Administrasi Keuangan
40
Pelaporan
j. Pelaporan Dana Bantuan Operasional Sekolah
Dalam pertanggungjawaban penggunaan dana BOS, sekolah harus
melaporkan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana BOS kepada Tim
Manajemen BOS Kabupaten/Kota meliputi : laporan realisasi penggunaan dana
per sumber dana. Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, Buku Pembantu Pajak,
Buku Pembantu Bank, beserta dokumen pendukung bukti pengeluaran dana BOS
(Kuitansi,/Faktur/Nota/Bo dari Vendor/Toko/Supplier).
Sekolah juga harus mengarsipkan sebagai bahan audit. Laporan Keuangan
tersebut disampaikan kepada Tim Manajemen Kabupaten/Kota setiap triwulan
paling lambat 10 hari kerja sebelum berakhirnya triwulan tersebut (Depdiknas
2017). Selain itu, Hal-hal yang perlu dilaporkan ke Tim Manajemen BOS
Kabuptaen/Kota dan didokumentasikan meliputi berkas-berkas (Depdiknas 2017)
sebagai berikut:
Nama-nama siswa miskin yang dibebaskan dari pungutan
Jumlag dana yang dikelola sekolah dan catatan penggunaan dana
Lembar pencatatan pertanyaan/kritik/saran
Lembar pencatatan pengaduan
41
Pengelolaan
Dana BOS
PERMENDIKN
AS
NO :26 TAHUN
2017
Pengelolaan dana
BOS
sesuai dengan
PERMENDIKN
AS no:26 2017
Efisien
Akuntabel
Kepatuhan
Efektif Transparansi
Manfaat Pengelolaan dana
BOS
Tidak sesuai
dengan
PERMENDIKNA
S no:26 2017
Ya
Tidak
A. Road Map Penelitian
Gambar 2.3 Road Map Penelitian
Kerangka penelitian diatas menggambarkan konsep penelitian yang akan
dilaksanakan. Terdapat 6 (enam) variabel sebagai faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pengelolaan program BOS dan manajemen
pelayanan BOS dalam mengelola dana operasional BOS pada SMP
Muhammadiyah Surakarta. Hasil yang diharapkan pada penelitian ini adalah
manajemen pelayanan dana BOS berjalan sesuai PERMENDIKNAS No: 26 2017.