Post on 01-Aug-2021
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Padepokan
1. Pengertian Padepokan
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti Tempat Persemedian,
tempat pengasingan raja-raja dimasa lalu.1 Di era sekarang, istilah padepokan
lebih sering digunakan oleh kegiatan “Sanggar Seni Tari” dan “Pencak Silat”,.
Sedangkan dari istilah Arsitekturnya padepokan juga mempunyai makna
sebagai komplek perumahan (bangunan) dengan areal yang cukup luas yang
disediakan sebagai tempat untuk proses belajar dan mengajar keterampilan
tertentu.
Padepokan juga umumnya dibangun di lokasi-lokasi yang jauh dari
keramaian, di kaki gunung, di pelosok mungkin karena kepentingan proses
belajar agar konsentrasinya tidak kemanamana karena gangguan hiruk pikuk
lingkungan sekitar.2
Jadi, padepokan adalah suatu lembaga atau tempat yang digunakan
sebagai tempat menimba ilmu tertentu.
1 Arif Santoso, Kamus umum bahasa indonesia, Mahkota kita, 494
2 Irene Fitria Andriani, Fungsi Padepokan Pencak Silat Pagar Nusa Dalam Pembinaan
Akhlakul Karimah Kaum Remaja Desa Dwi warga Tunggal Jaya Unit II Kecamatan Banjar
Agung Kabupaten Tulang Bawang, UIN Raden Intan Lampung : Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, 2018, 15
14
2. Bentuk-Bentuk Padepokan
Padepokan dalam istilah Jawa yang berarti sebuah kompleks perumahan
dengan areal cukup luas serta fasilitas ruang seperti; (1) ruang pertemuan;
tempat untuk berkumpul atau mengadakan rapat dari berbagai komunitas seni,
(2) ruang berlatih; tempat yang digunakan penyaji untuk memaksimalkan karya
kreativitasnya, (3) aula atau ruang pementasan; tempat di mana para penyaji
dari komunitas-komunitas seni menunjukkan karya-karyanya yang patut di
pertunjukkan, (4) ruang transitie; tempat untuk persiapan para penyaji seni
sebelum tampil, (5) tempat ibadah; tempat untuk mendekatkan diri pada yang
Maha Kuasa, (6) kamar mandi, dll. Yang disediakan untuk belajar, berlatih
dalam bidang apapun, dan mengasah kemampuan yang akan dakembangkan
dalam pengetahuan atau keterampilan tertentu.3
Bentuk-bentuk padepokan terbagi menjadi beberapa ruang,
diantaranya :
a. Ruang pertemuan. Dalam hal ini ruang pertemuan bisa difungsikan
menjadi tempat untuk berkumpul atau mengadakan rapat dari
berbagai komunitas.
b . Aula atau ruang pementasan. Dalam artian bentuk dari padepokan itu
bukan tempat menjadi tempat latihan tetapi juga para komunitas-
komunitas seni menunjukkan karya-karyanya yang patut di pertunjukkan
3 Widdhi Bagus Pangesti, Pengaruh Padepokan Seni Murni Asihterhadap Kelompok
Musikalisasi Puisi Yang Berkembang Di Kota Kudus, (Semarang : fakultas Bahasa dan Seni,
2009), 13
13
15
c. Ruang transite. Ruang transite yang dimaksud yaitu bisa menjadi
tempat untuk persiapan para penyaji seni sebelum tampil atau dalam
kata lain bisa menjadi tempat kumpul-kumpulnya para penyaji seni
sebelum melaksanakan atraksinya.
d. Ruang ibadah. Bentuk suatu padepokan di sisi lain bukan hanya untuk
tempat latihan jurus tetapi juga bisa di jadikan tempat sebagai ibadah
kepada sang maha kuasa atau juga bisa untuk melakukan kegiatan
keagamaan yang ada.
3. Fungsi Padepokan
Menurut Gus Kandek padepokan merupakan tempat yang berfungsi
sebagai lembaga pendidikan non formal, sebagai wadah pembinaan dan
pengembangan generasi muda dalam mengenal lebih jauh serta memahami
kebudayaan yang berkembang di masyarakat, khususnya budaya jawa atau
kejawen.4
a. Pengertian Kejawen
Ada beberapa terminology kejawen yang artinya hampir sama ada
menyebut faham Jawa, Jawanologi, agama Jawa dan lain sebagainya.
Kejawen itu merupakan campuran (syncretisme) kebudayaan Jawa asli
dengan agama pendatang yaitu Hindu, Budha, Islam, dan Kristen. Diantara
campuran tersebut yang paling dominan adalah dengan agama islam.5
4 Gus Kandek, Wawancara, Sumbergirang, 10 Maret 2019, pukul 10.00 WIB
5 Krisnina Maharani Tandjung, Kejawen ,(Yayasan Yusula,Malang; 2005), 13
16
Islam Kejawen secara sosio-kultural adalah merupakan sub kultur dan
bagian dari budaya Jawa. Kebudayaan Jawa sendiri dalam pengertian yang
lebih luas meliputi sub kultur-sub kultur yang ada di tanah Jawa, seperti
budaya Pesisiran (Pantura), Banyumasan, dan budaya Nagari Agung. Istilah
tanah Jawa dipakai untuk tidak menyebut pulau Jawa karena di pulau Jawa
ada budaya-budaya yang bukan termasuk dalam sub budaya Jawa seperti
budaya Sunda (Jawa Barat) dan Betawi (Jakarta). Istilah Kejawen dipakai
oleh masyarakat untuk menyebut budaya dan tradisi di eks kerajaan
Mataram Islam baik yang berada di Yogyakarta (Kasultanan dan
Pakualaman) maupun Surakarta (Kasunanan dan Mangkunegaran).
Dari kedua wilayah inilah maka kemudian tradisi Kejawen
berkembang. Istilah Islam dipakai dalam tradisi Kejawen sebagai identitas
tersendiri yang berbeda dengan identitas Islam puritan maupun identitas
Jawa. Islam Kejawen adalah agama Islam yang telah beradaptasi dengan
kultur dan tradisi Nagari Agung yang kemudian dapat menciptakan sebuah
identitas penggabungan antara budaya Jawa dan Islam menjadi religiusitas
Islam dengan warna Jawa. 6
b. Corak Khas Budaya Jawa
Budaya Jawa yang pada mulanya bercorak animistik dan hinduistik
mulai berubah warna sejak zaman kewalen (ke-wali-an, zaman wali).
Kendati terjadi perubahan corak dan muatan namun substansi mistisisme
6 www.iain-surakarta.ac.id/?p=3554, didownload pada hari Rabu, 31 Juli 2019
pukul 1245
17
dan etika Jawa tetap eksis pada zaman kewalen, bahkan para Wali tidak
bersikap konfrontatif terhadap budaya lokal yang ada. Sikap adaptif dan
kompromis para wali dan da’i di era Kasultanan Demak ini merupakan cikal
bakal yang sekaligus menjadi corak khas Islam Jawa. 7
Ada dua kepercayaan yang dianut oleh masyarakat jawa yaitu
kepercayaan animisme dan dinamisme:
a. Pengertian animisme
Perkataan animisme diturunkan dari bahasa latin, dengan akar kata
anima, yang berarti nyawa. Sedangkan menurut pengertian ddefinitif,
animisme adalah suatu faham atau ajaran yang menguraikan tentang
adanya roh (nyawa) pada setiap benda.8
Roh dalam presepsi masyarakat primitive belum mengambil bentuk
roh sebagai presepsi masyarakat uang telah maju. Bagi masyarakat
primitive roh masih tersusun dari materi yang halus sekali yang
menyerupai uap atau udara. Roh bagi mereka menyerupai manusia yang
mempunyai rupa, umpamanya berkaki dan bertangan panjang,
mempunyai umur dan perlu makanan. Mereka mempunyai tingkah laku
7 www.iain-surakarta.ac.id/?p=3554, didownload pada hari Rabu, 31 Juli 2019
pukul 1245
8 Sukardji K, Agama-agama yang berkembang di dunia dan pemeluknya, (
Bandung; Angkasa), 89
18
manusia umpamanya berburu, menari dan menyanyi. Terkadang roh
dapat dilihat, sungguhpun ia tersusun dari materi yang halus sekali.9
Mereka percaya kepada roh, dan juga memuliakanya karena
mereka berkeyakinan bahwa roh itu dapat member manfaat kepada
kehidupan manusia, serta dapat diminta pertolongan bagi kehidupan
manusia di dunia ini.
b. Pengertian dinamisme
Perkataan dinamisme berasal dari bahasa yunani, yaitu dunamos dan
diingriskan menjadi dynamic artinya kekuasaan, kekuatan, khasiat.
Bisa juga diartikan dengan daya.10
Jadi dinamisme adalah kepercayan bahwa tiap-tiap benda, tumbuh-
tumbuhan maupun hewan masing-masing mempunyai kekuatan gaib yang
dapat mengganggu atau melindungi manusia.11
Kejawen bisa jadi merupakan suatu sampul atau kulit luar dari
beberapa ajaran yang berkembang di Tanah Jawa, semasa zaman Hindu
dan Budha. Dalam perkembangannya, penyebaran islam di Jawa juga
dibungkus oleh ajaran-ajaran terdahulu, bahkan terkadang melibatkan
aspek kejawen sebagai jalur pelantara yang baik bagi penyebarannya.
Walisongo memiliki andil besar dalam penyebaran islam di Tanah Jawa.
9 Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya ,(Jakarta; Universitas
Indonesia,1985), 13 10 Harun Naasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya), 9
11 Moersalah, Islam Agamaku, dari seseorang awam kepada sesame awam, (kalam
mulia, Jakarta; 1989), 41
19
Unsur-unsur dalam Islam berusaha ditanamkan dalam budaya-budaya jawa
semacam pertunjukan wayang kulit, dendangan lagu-lagu jawa ,cerita-
cerita kuno, hingga upacara-upacara tradisi yang dikembangkan.
c. Hakikat Islam Kejawen
Dalam Islam Kejawen, laku-laku spiritual dan etika sosial diperoleh
melalui perenungan dan uzlah (pertapaan) sehingga cahaya ke-Tuhan-an
dapat menyinari hati sehingga dapat melihat dan menemukan persoalan
secara jernih.12
d. Kejawen Dalam Pandangan Islam
Islam tidak mengenal istilah atau ajaran kejawen. Secara bahasa
maupun istilah di dalam Al-Quran dan Al-Hadist tidak ditemukan
penjelasan tentang kejawen. Banyak versi yang mengatakan kejawen
muncul seiring dengan datangnya para Wali (Wali Songi-red) ke Tanah
Jawa dalam rangka menyebarkan ajaran agama Islam. Ketika itu para Wali
melakukan penyebaran agama dengan cara yang halus, yaitu memasukan
unsur budaya dan tradisi Jawa agar mudah diterima dan dipahami
masyarakat kala itu.
Menurut Dosen Komunikasi Antar Budaya, Universitas Mercu Buana,
Sofia Aunul, kejawen sangat berbeda dengan ajaran islam. Istilah kejawen
Islam muncul setelah para Wali menyebarkan ajaran Islam. Mereka (Wali
Song-red) memasukan unsur tradisi dan budaya untuk memudahkan
12 www.iain-surakarta.ac.id/?p=3554, didownload pada hari Rabu, 31 Juli 2019
pukul 1245
20
penyeberan agama Islam. “Kejawen dan Islam adalah wujud sinkretisasi
yang pada akhirnya menjadi tradisi yang dijalakan oleh orang-orang Jawa
hingga saat ini.”
e. Konsep Aliran Islam Kejawen
Setiap perilaku manusia akan menimbulkan bekas pada jiwa maupun
badan seseorang. Perilaku-perilaku tertentu yang khas akan menimbulkan
bekas yang sangat dasyat sehingga seseorang bisa melakukan sesuatu yang
melebihi kemampuan manusia biasa. Perilaku tertentu ini disebut dengan
tirakat, ritual, atau olah rohani. Tirakat bisa diartikan sebagai syarat yang
harus dipebuhi untuk mendapatkan suatu ilmu Penabungan Energi.
Karena setiap perilaku akan menimbulkan bekas pada seseorang maka
ada suatu konsep yang khas dari ilmu Gaib Aliran Islam Jawa yaitu
Penabungan Energi. Jika bandan fisik anda memerlukan pengisian 3 kali
sehari melalui makan agar anda tetap bisa beraktivitas dengan baik, begitu
juga untuk memperoleh kekuatan supranatural, Anda perlu mengisi energi.
Hanya saja dalam Ilmu Gaib pengisian ernergi cukup dilakukan satu kali
untuk seumur hidup. Penabungan energi ini dapat dilakukan dengan cara
bermacam-macam tergantung jenis ilmu yang ingin dikuasai. Cara-cara
penabungan energi lazim disebut Tirakat. 13
f. Macam-Macam Ilmu Aliran Islam Kejawen
13https://widi2382.wordpress.com/macam-ilmu-dalam-islam-kejawen, didownload pada
hari selasa 30.04.2019 jam 12.37
21
Berikut adalah klasifikasi ilmu gaib bedasarkan fungsinya menurut
Erlangga. Mungkin orang lain membuat klasifikasi yang berbeda dengan
klasifikasi menurut Erlangga. Hal tersebut bukan masalah karena memang
tidak ada rumusan baku tentang klasifikasi ilmu Gaib.
a. Ilmu Kanuragan atau Ilmu Kebal
Ilmu kanuragan adalah ilmu yang berfungsi untuk bela diri secara
supranatural. Ilmu ini mencakup kemampuan bertahan (kebal) terhadap
serangan dan kemampuan untuk menyerang dengan kekuatan yang luar
biasa. Contohnya ilmu Asma’ Malaikat, Hizib Kekuatan Batin, Sahadad
Pamungkas dll.
b. Ilmu Kawibaan dan Ilmu Pengasihan
Inilah ilmu supranatural yang fungsinya mempengaruhi kejiwaan
dan perasaan orang lain. lmu Kewibaan dimanfaatkan untuk menambah
daya kepemimpinan dan menguatkan kata-kata yang diucapkan. Orang
yang menguasai Ilmu Kewibawaan dengan sempurna akan disegani
masyarakat dan tidak satupun orang yang mampu melawan perintahnya.
Sedangkan Ilmu Pengasihan atau ilmu pelet adalah ilmu yang
berkaitan dengan maslah cinta, yakni membuat hati seseorang yang Anda
tuju menjadi simpati dan sayang. Ilmu ini banyak dimanfaatkan pemuda
untuk membuat pujaan hati jatuh cinta padanya. Ilmu ini juga dapat
dimanfaatkan untuk membuat lawan yang berhati keras menjadi kawan
yang mudah diajak berunding dan memulangkan orang yang minggat.
c. Ilmu Trawangan dan Ngrogosukmo
22
Jika Anda ingin tahu banyak hal dan bisa melihat kemana-mana
tanpa keluar rumah, maka kuasailah ilmu trawangan. Ilmu trawangan
berfungsi untuk menajamkan mata batin hingga dapat menangkap isyarat
yang halus, melihat jarak jauh, tembus pandang dan lain-lain. Sedangkan
Ilmu Ngrogosukmo adalah kelanjutan dari Ilmu Trawagan.
Dalam ilmu trawangan hanya mata batin saja yang berkeliaran
kemana-mana, sedangkan jika sudah menguasai ilmu ngrogosukmo
seseorang bisa melepaskan roh untuk melakukan perjalanan kemanapun
dia mau. Baik Ilmu Trawangan maupaun Ngrogosukmo adalah ilmu yang
tergolong sulit dipelajari karena membutuhkan keteguhan dan kebersihan
hati. Biasanya hanya dikuasi oleh orang yang sudah tua dan sudah tenang
jiwanya.
d. Ilmu Khodam
Seseorang disebut menguasai ilmu khodam bila orang yang tersebut
bisa berkomunikasi secara aktif dengan khodam yang dimiliki. Khodam
adalah makhluk pendamping yang selalu mengikuti tuannya dan bersedia
melakukan perintah-perintah tuannya. Khodam sesungguhnya berbeda
dengan Jin / Setan, meskipun sama-sama berbadan ghaib. Khodam tidak
bernafsu dan tidak berjenis kelamin.
e. Ilmu Permainan (Atraksi)
Ada ilmu supranatural yang hanya bisa digunakan untuk pertunjukan
di panggung. Sepintas ilmu ini mirip dengan ilmu kanuragan karena bisa
memperlihatkan kekebalan tubuh terhadap benda tajam, minyak panas dan
23
air keras. Namun ilmu ini tidak bisa digunakan untuk bertaruang pada
keadaan sesungguhnya. Contoh yang sering kita lihat adalah ilmunya para
pemain Debus.
f. Ilmu Kesehatan
Masuk dalam kelompok ini adalah ilmu gurah (membersihkan
saluran pernafasan), Ilmu-ilmu pengobatan, ilmu kuat seks, dan ilmu-ilmu
supranatural lain yang berhubungan dengan fungsi bilologis tubuh
manusia.14
B. Tinjauan Tentang perilaku Religius
1. Pengertian Perilaku Religius
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata perilaku berarti tanggapan
atau reaksi seseorang atau individu terhadap rangsangan atau lingkungan.15
Perilaku atau aktivitas-aktivitas tersebut dalam pengertian yang luas, yaitu
perilaku yang menampak atau perilaku yang tidak nampak, demikian pula
aktivitas-aktivitas tersebut di samping aktivitas motorik juga termasuk aktivitas
emosional dan kognitif. Perilaku merupakan ekspresi sikap seseorang. Sikap
itu sedah terbetukdalam dirinya karena berbagai tekananatau hambatan dari
luar atau dalam dirinya akan muncul berupa perilaku aktual sebagai cermin
sikapnya.
14https://widi2382.wordpress.com/macam-ilmu-dalam-islam-kejawen, didownload pada
hari selasa 30.04.2019 jam 12.45
15 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2015), 775
24
J.P. Chaplin, dalam Dictionary Psycology, mengisyaratkan adanya
beberapa macam pengertian tingkah laku. Menurup Caplin, tingkah laku dalam
pengertian ini merupakan, sembarang respon yang mungkin berupa reaksi,
tanggapan, jawaban atau balasan yang dilakukan oleh organisme.16
Sedangkan kata dasar dari religius adalah religi yang berasal dari bahasa
asing religion sebagai kata bentuk dari kata benda yang berarti agama. Menurut
Jalaluddin, Agama mempunyai arti: Percaya kepada Tuhan atau kekuatan
super human atau kekuatan yang di atas dan di sembah sebagai pencipta dan
pemelihara alam semesta. Ekspresi dari kepercayaan di atas berupa amal
ibadah, dan suatu keadaan jiwa atau cara hidup yang mencerminkan kecintaan
atau kepercayaan terhadap Tuhan, kehendak, sikap dan perilakunya sesuai
dengan aturan Tuhan seperti tampak dalam kehidupan kebiasaan.17
Jadi, perilaku religius adalah setiap perilaku atau tindakan seseorang
yang selalu didasarkan pada agamanya.
2. Macam-Macam Sikap Religius
Sikap berfungsi memotivasi untuk bertingkah laku, baik dalam bentuk
tingkah laku nyata (over behavior) maupun tingkah laku tertutup (cover
behavior). Dengan demikian sikap mempengaruhi dua bentuk reaksi seseorang
terhadap objek yaitu bentuk nyata dan terselubung. Karena sikap dieproleh dari
16 JP Caplin, Kamus lengkap Pisikologi: terj. Kartini Kartono, (Jakarta: Raja
GrafindoPersada, 2004), 248
17 Jalaluddin, Psikologi Agama Memahami Perilaku Keagamaan dengan
Mengaplikasikan Prinsip-Prinsip Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), 25
25
hasil belajar atau pengaruh lingkungan, maka bentuk dan sikap remaja dapat
dibagi sebagai berikut : a. Percaya turut-turutan, b. Percaya dengan kesadaran,
c. Percaya tapi agak ragu-ragu, d. Tidak percaya sama sekali.18
a. Kepercayaan Turut-turutan
Kebanyakan remaja percaya kepada Tuhan dan menjalankan ajaran
agama, karena mereka terdidik dalam lingkungan yang beragama. Oleh
karena itu anak yang orang tuanya bergama, teman-temannya dan
masyarakat sekelilingnya rajin beribadah, maka mereka ikut percaya dan
melaksanakan ibadah dan ajaran-ajaran agama, sekedar mengikuti suasana
lingkungan dimana dia tinggal, percaya seperti inilah yang dinamakan
percaya turut-turutan. Mereka seolah-olah apatis, tidak ada perhatian untuk
meningkatkan agama, dan tidak mau aktif dalam kegiatn-kegiatan
beragama.
b. Percaya dengan kesadaran
Selaras dengan jiwa remaja yang berada dalam masa transisi dari
anak-anak menuju dewasa, maka kesadaran remaja dalamberagama berada
dalam keadaan peralihan dimana kehidupan beragama anak menuju pada
masa kemantapan beragama.
Disamping itu remaja mulai menemukan pengalaman dan
penghayatan kebutuhan yang bersifat individual dan sukar digambarkan
kepada orang lain, seperti pertobatan, keimanan. Hubungan dengan Tuhan
disertai dengan kesadaran dan kegiatannya dalam masyarakat makin
18 Zakiah Dradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT : Bulan Bintang, 2003), 106
26
diwarnai dengan rasa keagamaan. Mereka ingin menjadikan agama sebagai
lapangan baru untuk membuktikan pribadinya.19
c. Percaya tapi agak ragu-ragu (bimbang)
Keraguan dalam kepercayaan remaja terhadap agamanya dapat
dikategorikan dalan dua kondisi, yaitu :
1) Keraguan disaat mereka mengalami sebuah goncangan dan terjadi proses
perubahan dalam pribadinya yang hal itu dianggap wajar.
2) Keraguan yang dialami setelah masa anak-anak menuju masa remaja saat
sudah matang berfikir karena melihat kenyataan yang kontradiksi dengan
apa yang dimiliki seperti terdapat penderitaan dan kemelaratan,
kemerosotan moral kekacauan karena perkembangan ilmu tehnologi dan
budaya yang berkembang.
Keraguan yang dialami oleh remaja bukan hal yang berdiri sendiri
tetapi mempunyai psikis mereka dan sekalipun mempunyai hubungan
dengan pengalaman dan proses pendidikan yang dilalui masa kecilnya
dan kemampuan mental dalam menghadapi kenyataan masa depan.
Kendati banyak faktor yang menyebabkan kebimbangan pada remaja
namun dapat diselamatkan dari kehilangan kepercayaan yang bisa
menyesatkan dirinya antara lain :
1) Hubungan kasih sayang antara dia dan orang tua atau orang yang
dicintainya.
2) Ketekunan menjalankan syrai’at agama
19 Zakiah Dradjat, Ilmu Jiwa Agama, 108
27
3) Apabila remaja yang bimbang itu meragukan sifat-sifat Allah. Maka ia
akan berjuang mengatasinya.20
d. Tidak percaya sama sekali
Ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari proses keraguan yang sudah
memuncak dan tidak bisa diatasi lagi jika masa itu dibawah 20 tahun, remaja
menyatakan kebimbangan atau tidak percaya kepada Tuhan maka pada waktu
itu bukanlah bimbang atau ingkar yang sungguh-sungguh akan tetapi protes
kepada Tuhan yang disebabkan karena beberapa keadaan yang sedang
dihadapi/dialami.
Mungkin karena kecewa, sakit hati, mendeirta yang bertumpuk-tumpuk
dan lain-lain. Sehingga berputus asa terhadap keadilan dan kekuasaan Allah.
Keputusantersebut lambat laun akan menjelma menjadi sebuah rasa benci dan
tidak mengakui wujudNya.
Untuk mengukur dan melihat bahwa sesuatu itu menunjukkan sikap
religius atau tidak, dapat dilihat dari karakteristik sikap religius. Ada beberapa
hal yang dapat dijadikan indikator sikap religius seseorang, yakni :
1) Komitmen terhadap perintah dan larangan Allah
2) Bersemangat mengkaji ajaran agama
3) Aktif dalam kegiatan agama
4) Menghargai simbol-simbol keagamaan
5) Akrab dengan kitab suci
6) Mempergunakan pendekatan agama dalam menentukan pilihan
20 Zakiah Dradjat, Ilmu Jiwa Agama, 117
28
7) Ajaran agama dijadikan sebagai sumber pengembangan ide.21
3. Manfaat Berperilaku Religius22
a. Menurunkan tekanan darah
Sebuah studi yang dilakukan pada 1998 menemukan bahwa lansia
yang aktif di kegiatan keagamaan memiliki risiko tekanan darah tinggi 40%
lebih kecil dibandingkan mereka yang kurang aktif. Dalam studi ini, para
peneliti dari Duke University Medical Center mengukur tekanan darah dari
sekitar 4.000 peserta, dan mewawancarai mereka tentang seberapa aktif
mereka dalam kegiatan keagamaan.
b. Lebih bersyukur
Menurut sebuah studi yang diulas dalam American Sociological
Review tahun 2010, orang religius memiliki kehidupan yang lebih bahagia
dan penuh rasa syukur. Hal itu dikarenakan mereka sering bertemu dan
berkumpul dengan banyak teman di tempat ibadah mereka.
c. Sistem kekebalan tubuh yang baik
Mereka yang menghadiri acara keagamaan setidaknya sekali
seminggu dikatakan memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Duke University Medical Center pada
21 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), 12
22 https//www.merdeka.com/sehat/4-manfaat-kesehatan-dari-menjadi-orang
religius.html, didownload pada hari Selasa 30 Juli 2019 pukul 15.00
29
1.718 manula menemukan bahwa mereka yang jarang pergi ke tempat
ibadah memiliki tingkat interleukin-6 lebih tinggi, protein inflamasi yang
terdapat di sistem kekebalan tubuh yang terkait dengan jenis kanker tertentu,
penyakit autoimun, dan beberapa infeksi virus.
d. Memilik usia lebih panjang
Studi yang dilakukan pada 1999 menemukan bahwa pergi ke tempat
ibadah lebih dari sekali seminggu bisa memperpanjang usia hingga tujuh
tahun. Dan mereka yang jarang pergi ke tempat ibadah memiliki risiko
kematian 1,87 kali lebih besar dibanding mereka yang rajin.
Inilah empat manfaat kesehatan yang didapatkan oleh orang religius.
Dan para peneliti menemukan bahwa mereka yang aktif dalam kegiatan
keagamaan memiliki kesehatan fisik dan mental yang lebih baik dibanding
mereka yang jarang.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Religius
Berikut yang termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
keagamaan, yaitu:
a. Faktor Internal (faktor yang berasal dari dalam diri seseorang)23
Faktor intern atau bisa disebut juga faktor bawaan adalah segala dari
salah satu sifat yang dimiliki orang tuanya, atau kombinasi antara
23www.jejakpendidikan.com/2017/10/faktor-faktoryang mempengaruhi_25hlm,
dodownload pada hari selasa 30 Juli 2019 pukul 15.00
30
keduanya. Faktor intern yang mempengaruhi perkembangan seseorang
diantaranya sebagai berikut:
1) Pengalaman Pribadi
Semua pengalaman pribadi yang dilalui seseorang sejak lahir
adalah pengalaman pribadinya. Pengalaman pribadi termasuk
pengalaman beragama, maka dalam pembentukan sikap dan perilaku
keagamaan hendaknya ditanamkan sedini mungkin dalam pribadi
seseorang yakni sejak dini dari dalam kandungan.
2) Pengaruh Emosi
Emosi adalah suatu keadaan yang mempengaruhi dan menyertai
kesesuaian di dalam diri secara umum, keadaan yang merupakan
penggerak mental dan fisik bagi individu dan dapat dilihat melalui
tingkah laku luar.Emosi merupakan warna efektif yang menyertai sikap
keadaan atau perilaku individu.Yang dimaksud dengan warna efektif
tentang perasaan yang dialami seseorang pada saat menghadapi suatu
situasi tertentu. Contoh, gembira, bahagia, putus asa, terkejut, benci,
dan sebagainya.
b. Faktor Eksternal (faktor yang berasal dari luar diri seseorang)24
1) Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh
anak. Dengan demikian, kehidupan keluarga menjadi fase sosialisasi
24 www.jejakpendidikan.com/2017/10/faktor-faktoryang mempengaruhi_25hlm,
dodownload pada hari selasa 30 Juli 2019 pukul 15.00
31
awal bagi pembentukan jiwa keagamaan anak. Pengaruh kedua orang tua
terhadap perkembangan jiwa keagamaan anak dalam Islam sudah
disadari.Keluarga dinilai sebagai faktor paling dominan dalam
meletakkan dasar bagi perkembangan jiwa keagamaan. Keterangan
tersebut jelas bahwa faktor keluarga sangat penting untuk mendidik anak
dimasa pertumbuhan.Ajaran Islam memberikan perhatian besar agar
manusia menjaga keluarganya.
b) Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan pembelajaran yang diatur sesuai
dengan kurikulum. Sehingga dengan sistem tersebut anak akan
memperoleh pengetahuan yang bertingkat secara terus menerus. Dalam
hal ini termasuk pengetahuan agama. Dalam sekolah, anak diajarkan
tentang Al-Qur’an hadits, fiqih, sejarah Islam, aqidah dan akhlak yang
kesemuanya terangkum dalam pendidikan agama Islam.
Melalui kurikulum yang berisi materi pengajaran, sikap dan
keteladanan guru serta pergaulan antar teman di sekolah dinilai berperan
dalam menanamkan kebiasaan yang baik.Pembiasaan yang baik
merupakan bagian dari pembentukan moral yang erat kaitannya dengan
perkembangan jiwa keagamaan seseorang.
c) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat juga tidak kalah penting dalam
membentuk pribadi anak, karena dalam masyarakat berkembang berbagai
organisasi sosial, kebudayaan, ekonomi, agama dan lain-lain.
32
Perkembangan masyarakat itu juga mempengaruhi arah perkembangan
hidup anak khususnya yang menyangkut sikap dan perilaku sosial. Corak
perilaku anak atau remaja merupakan cerminan dari perilaku lingkungan
masyarakat. Oleh karena itu, kualitas perkembangan perilaku dan
kesadaran bersosialisasi anak sangat bergantung pada kualitas perilaku
sosial warga masyarakatnya.
5. Dampak Perilaku Religius
Dampak pembiasaaan berperilaku religius berpengaruh dalam beberapa
hal seperti:25
a. Berpikir positif
Hal ini dapat dilihat dari perilaku seseorang dimana mereka selalu
mau mengakui semua kesalahannya sendiri dan dapat saling memaafkan
orang lain. Dan seseorang juga mulai menghilangkan prasangka buruk
terhadap orang lain. dapat selalu terbuka dan dapat diajak kerjasama
dengan siapa saja tanpa memandang suatu perbedaan agama,suku maupun
ras.
b. Cara pengucapan yang sesuai etika
Tutur kata yang sopan contohnya mengucapkan salam saat menemui
seseorang ataupun hendak pergi, mengucapkan terimakasih, mengucapkan
permintaan maaf bila bersalah,berkata dengan jujur dan masih banyak lagi.
25http://gayahidupmu.com/2018/10/26/damapak-perilaku-religius-dalam-
penumbuhan-etika/, didownload pada hari Selasa 30 Juli 2019 pukul 15.15
33
Hal yang seperti itu apabila dibiasakan sejak dini akan menumbuhkan
sikap yang positif.
c. Bertingkah laku
Tingkah laku terbentuk dari perilaku religius tentunya tingkah laku
yang benar, yang sesuai dengan etika dan nilai moral. Tingkah laku
tersebut meliputi empat macam yaitu empati, hormat, kasih sayang,dan
kebersamaan.
d. Tumbuhnya sikap sopan santun
Perilaku religius bisa menumbuhkan sikap sopan santun dalam diri
kita. Kita bisa mengontrol diri sendiri dengan baik, selalu bersikap
menghargai orang lain dimanapun kita berada.
e. Lebih mengenal moral dan etika
Nilai religiusitas dapat menjadikan diri kita memahami betul yang
dimaksud dengan norma dan etika. Moral sebagimana menyatakan
mengenai kita hidup dan etika yang menyatakan untuk memiliki akal budi
dan daya pikiran dalam memecahkan masalah bagaimana ia harus hidup
menjadi lebih baik. Moral dan etika tumbuh melalui kegiatan religius yang
kita kerjakan.
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada hakikatnya adalah kesimpulan yang bersifat
sementara dan belum valid. Namun walaupun sifatnya sementara, hipotesis
34
tidak boleh begitu saja dilontarkan, sebagaimana Prof. Dr. Wjs.
Poerwodarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, menyatakan :
“Hipotesis adalah suatu yang dianggap benar untuk alasan atau
mengutarakan pendapat, meskipun kebenarannya belum dibuktikan.”
Menurut Prof. Drs. Sutrisno Hadi, MA, Hipotesis harus dirumuskan
sebagai berikut :
“Sebagai konklusi, sudah tentu hipotesis tidak dibuat dengan
semena-mena, melainkan atas dasar pengetahuan ini sebagian didapat dari
hasil-hasil serta problematik-problematik yang timbul dari penyelidikan-
penyelidikan yang mendahului dan renungan-renungan atas dasar
pertimbangan-pertimbangan yang masuk akal, atau dari hasil penyelidikan
yang eksploratif yang dilakukan sendiri.”
Adapun hipotesis yang diajukan oleh penulis disini adalah sebagai
berikut :
1. Hipotesis Kerja (Ha) : Ada pengaruh keberadaan padepokan
Tlaish 87 terhadap perilaku religius siswa SDN Sumbergirang 2 Puri
Mojokerto.
2. Hipotesis Nol (Ho) : Tidak ada pengaruh keberadaan padepokan
Tlaish 87 terhadap perilaku religius siswa SDN Sumbergirang 2 Puri
Mojokerto.