JURNAL ILMU -ILMU SOSIAL

12
September ZOL4,Vol. 11. No.'2 ISSN 1829-5797 JURNAL ILMU -ILMU SOSIAL

Transcript of JURNAL ILMU -ILMU SOSIAL

Page 1: JURNAL ILMU -ILMU SOSIAL

September ZOL4,Vol. 11. No.'2 ISSN 1829-5797

JURNAL ILMU -ILMU SOSIAL

Page 2: JURNAL ILMU -ILMU SOSIAL

SOCT@JURNAL ILMU -I LMU SOSIAL

ISSN 1829-5759

September 2014,Yo1.1L, No.2,hal'J-19 - 197

DAFTAR ISI

Anik Widiastuti, Sugiharyanto dan Satriyo WibowoPERBEDAAN PRESTAST BELAIAR MAHASISWA PENDTDTKAN rpS FrS UNy..............................,......,,119

Setiati Widihastuti, Sri Hartini dan Eny Kusdarini

KAJIAN TERHADAP PERKAWINAN ANTAR ORANG BERBEDAAGAMA

DI WILAYAH HUKUM KOTA YOGYAKARTA......... .........................130

Sardiman AM

POSISI IPS, TANTANGAN MASA DEPAN, DAN AUIERNATIF BARU............ ......................140

HastutiPERAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI DESA WISATA

GABUGAN,SLEMAN, DAERAH ISTIMEWAYOGYAKARTA .....151

Hendra KurniawanDAMPAK SISTEM TANAM PAKSA TERHADAP DINAMIKA PEREKONOMIAN

PETANI JAWA 1830-7870 163

Ika Tijayanti dan Marzuki

KEEFEKTIFAN METODE PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN PKN UNTUK

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP NASIONALISME

DI SlviA NEGERI 1 SUELA LOMBOK TIMUR,........ .......................I73

Emusti Rivasintha

MUATAN MATERI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPS SEIAMHDI SMP NEGERI SINGKAWANG UTARA KOTA SINGKAWANG................. ...........................183

Desvian Bandarsyah

AKTUALISASIPENDIDIKANKARAKTERMELALUIPEMBELAIARANSEIARAH ......189

Page 3: JURNAL ILMU -ILMU SOSIAL

SOCT@JURNAL ILMU -ILMU SOSIAL September 2O74,Yol 11, No.2, hal.130-139

Yogyakarta

Kaiian Terhadap Perkawinan antar OrangBerbeda Agama di Wilayah Hukum Kota

SETIATI WIDIHASTUTI, SRI HARTINI DAN ENY KUSDARINI

FIS, Universitas Negeri YogyakartaSetiati [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan dilangsungkannya perkawi-nan antar orang berbeda agama di wilayah hukum Kota Yogyakarta, dan mengidentifikasi pu-tusan Hakim Pengadilan Negeri atas permohonan perkawinan antar orang berbeda agama diCatatan Sipil Kota Yogyakarta. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Wawancaradan dokumentasi dipilih sebagai teknik pengumpulan data. Subyek penelitian ditentukan denganteknik purposive, yakni dua orang Hakim dan dua pejabat dari Bidang Pencatatan Sipil Kota Yog-yakarta. Analisis data dilaksanakan secara induktil yang tahapannya terdiri dari reduksi data,unitisasi dan kategorisasi data, display data, kesimpulan serta verifikasi. Dalam simpulan kajianini dapat dikemui<akan bahwa: 1J Perlu dispensasi dari Pengadilan Iiegeri untuk melangsungkanperkawinan beda agama di wilayah hukum kota Yogyakarta.2) Sikap Hakim PN Yogya atas per-mohonan perkawinan berbeda agama: [a) menolak memberikan dispensasi, [b) kemungkinandapat mengabulkan permohonan dispensasi, apabila Hakim berpendapat UU Perkawinan me-mang tidak mengatur tentang perkawinan beda agama, sehingga terdapat kekosongan hukum.Kata kunci: perkawinan antar orang berbeda agama, Pengadilan Negeri, Pencatatan Sipil

Abstract

This research aims to identify the possibility of holding marriages behueen people of dffirentreligions in the jurisdiction of the city of Yogyakarta, and identify the District CourtJudge's decisionon the requestfor marr[ages between people of dffirentreligions in the Civil Registry of Yogyakarta.The method employed in this research is descriptive qualitative. The interviews and documenta-tions were selected as data collection techniques. The subjects of the research were determined byusing purposive techniques, which included two judges and two officials of the Civil Registry Divi-sion of Yogyckarta. The data analysis was_performed inductively through some stages such cs datareduction, data unitization and categorization, data presentation, conclusion and verification. The

findings of research include: 1) It should be dispensed from the District Court to hold interfaith mar-riage in the jurisdiction of the ciLy of Yogyakarta. 2) The attitude of Yogyakarta District Court on therequestfor a marriage of dffirent relig[ons: (a) refuse to provide dispensation, (b) the possibility ofgranting dispensation, if the judge believes that the Marriage Law does not regulate interfaith mar-riage, so that there is a legal vecuum.Keywords: marriage between people of different religions, the State Court, Civil Registration

130

Page 4: JURNAL ILMU -ILMU SOSIAL

Setiati Widihastuti, Sri Hartini dan Eny Kusdarini Kojion Terhodap Perkawinon antor Orang Berbeda Agama...

PENDAHULUAN

Perkawinan antar orang yang berbedaagama masih saja marak dibicarakan,disebabkan karena perkawinan tersebutmemang menimbulkan masalah yang takkunjung usai. Bagi beberapa pasangan,

masalah perkawinan orang berbeda agama

tersebut memang tidak bisa dihindari,disamping sebagai akibat dari interaksi antarwarga masyarakat Indonesia yang majemuk,baik kesukuan, bahasa, terutama agama, juga

karena proses legalitas perkawinan agama

itu sendiri yang tidak mudah diperoleh.Sebagai suatu perbuatan hukum, perka-

winan pasti membawa akibat hukum, baikyang berkait dengan hak-l<ewajiban suamiistri, keabsahan anakyang lahir dari perkarvi-nan tersebut, kedudukan sebagai ahli warisdan sebagainya. Karena itulah, legalitas ataupengesahan perkawinan merupakan suatukeniscayaan. Mengenai hal-hal yang berkaitdengan perkawinan, mulai dari pengertian-nya, persyaratan untuk melangsungkan per-kawinan baik formil maupun materiil, sertaakibat hukum dan pengesahan perkawinan,semua ada diatur dalam Undang-Undang No-

rner 1 tahun 7974 tentang Perka.winan, danperaturan ini berlaku secara nasional sebagai

suatu unifikasi.Pengesahan perkawinan diatur dalam

Pasal 2 ayat [1J Undang-Undang Perkawinanyang menyebutkan bahwa perkawinan ada-

lah sah apabila dilakukan menurut hukummasing-masing agama dan kepercayaannya.Dalam penjelasan pasal tersebut dikatakanbahwa tidak ada perkawinan di luar hukummasing-masing agama dan kepercayaannya.

Selanjutnya Pasal 2 ayat(2) Undang-UndangPerkawinan menyebutkan bahwa tiap-tiapperkawinan dicatat menurut peraturan per-undangan yang berlaku. Dalam PeraturanPemerintah nomer 9 tahun 1975 yang me-rupakan peraturan pelaksana dari Undang-Undang Perkawinan, petugas pencatat per-kawinan bagi mereka yang beragama Islamadalah Kantor Urusan Agama, dan Kantor Ca-

tatan Sipil bagi mereka yang beragama selainIslam. Dalam realita yuridis, Pasal 2 ayat [1)dan ayat [2) Undang Undang Perkawinan ter-

sebut harus dipenuhi secara akumulatil da-

lam arti setelah perkawinan dilangsungkanmenurut hukum agamanya, untuk pembuk-tian perkawinan tersebut harus dicatat olehlembaga yang berkompeten dan diterbitkanakta nikah/perkawinan yang bersifat otentik.Sebaliknya tidak ada pencatatan perkawinanapabila perkawinan tidak dilangsungkanmenurut agamanya.

Apabila persyaratan legalitas perkawinantidak dipenuhi, secara yuridis formal diang-gap "tidak ada perkawinan'l sehingga perka-winan tersebut tidak ada akibat hukumnya.Perkawinan yang tidak menimbulkan akibathukum berpotensi merugikan istri dan anak-

anak yang lahir dari perkawinan tersebut.Karena istri tidak dapat menuntut haknya se-

bagai seorang istri, dan anak-anak yang lahirdari perkawinan tersebut hanya memp'-tnyaihubungan keperdataan dengan ibunya saja,

dan dalam akta kelahirannya hanya tercan-tum nama ibu yang melahirkannya saja. Anakyang lahir dari perkawinan yang tidak dica-tat, tidak berhak menuntut hak alimentasikepada ayahnya, serta tidak berhak menjadiahli waris ayahnya.

Heterogenitas agama yang dipelukmasyarakatlndonesia sangat memungkinkanterjadinya perkawinan antara dua umatyangberlainan agama. Namun pengesahanperkawinannya menimbulkan masalah yangsa-ngat pelik. Sepasang manusia berbedaagama yang menjalin hubungan percintaanharus dihadapkan pada dua pilihan berat:a) menyatukan agama sebelum menyatukandiri dalam perkawinan, bJ menggagalkanrencana perkawinan. Yang acapkali terjadi,salah satu pihak mengalah dan berpindahmengi-kuti agama pasangannya, meskipun"perpindahan agama" tersebut dilakukansebagai upaya menyiasati ketentuan Pasal 2

ayat (1) Undang-Undang Perkawinan. Setelahperkawinan berlangsung dan dicatat olehKantor Catatan Sipil, masing-masing pihakkembali memeluk agama masing-masing.Pastibukan "pengesahan perkawinan" dengan

cara penyelundupan hukum seperti contohdi atas, yang dikehendaki oleh Pasal 2 ayat

[1) UU Perkawinan. Berbeda dengan Pasal40huruf c Kompilasi Hukum Islam yang dengan

131

Page 5: JURNAL ILMU -ILMU SOSIAL

tegas dan secara eksplisit menyebutkan bah-wa "Dilarang melangsungkan pernikahanantara seorang pria dengan secrang wanitayang tidak beragama Islam". Dari ketentuanini dapat ditegaskan bahwa bahwa KompilasiHukum Islam melarang perkawinan bedaagama, dan Kantor Urusan Agama tidakmempunyai kompetensi untuk mengesahkandan mencatat perkawinan diantara duaorang yeng berbeda agama. Dalam Undang-Undang Perkawinan tidak terdapat satupasal pun yang tegas melarang perkawinanbeda agama, tetapi juga tida.k ada satuketentuan pun dalam Undang-UndangPerkawjnan tersebut yang memberi peluanguntuk pengesahannya. Ketidaktegasanperaturan inilah yang membuat kondisimenjadi serba sulit, dan membingungkanorang berbeda agama yang berkeinginanuntuk melangsungkan perkawinan danmendapatkan legalitas atas perkawinannyatersebut,

Tujuan )/ang ingin dicapai dalam peneliti-an ini adalah untuk mengetahui penyelesaianperkawinan antar orang yang berbeda agamadi Wilayah Hukuin Kota Yogyakarta, meng-identifikasi putusan Hakim Pengadilan Ne-geri Kota Yogyakarta atas permohonan per-kawinan beda agama, dan menggambarkanpenyelesaian perkawinan tersebut di Penca-tatan Sipil Kota Yogyakarta. Diharapkan hasilpenelitian ini dapat memberikan sumbanganpemikiran mengenai konsep-konsep penye-lesaian dan pengesahan perkawinan antarumat berbeda agama. Diharapkan selanjut-nya sumbangan pemikiran ini dapat diper-gunakan oleh Pengadilan Negeri dan Cata-tan Sipil dalam mengembangkan kebijakantentang pencarian solusi atas dimungkin-kan/tidaknya pengesahan perkawinan bedaagama. Hasil penelitian ini juga diharapkanbermanfaat bagi masyarakat untuk lebihmemahami tentang keharusan disahkannyasemua perkawinan, termasuk permasalahan-permasalahan yang bakal muncul pada saatdua orang yang berbeda agama bermaksudmela n gsungkan perkawinannya.

SOCIA Vol. L1 No. 2 September 2074 : I30-t39

METODEPenelitian ini merupakan penelitian des-

kriptif kualitatif yang menggambarkan pe-rilaku Pengadilan Negeri dan Pencatatan Si-pil dalam menyelesaikan permasalahan yangterkait dengan perkawinan antar orang ber-beda agama.

Subyek penelitian ini ditentukan secarapurposive dan sebagai key informan adalaltKetua Pengadilan Negeri Yogya yang sela-njutnya menginformasikan nama-nama Ha-kim berkompeten karena mempunyai penge-tahuan dan pengalaman dalam menanganikasus perkawinan beda agama. Subyek pe-nelitian lainnya adalah Kepala Bidang Penca-

tatan Sipil dan Kepala Seksi Pelayanan AktaPerkawinan dan Perceraian Kota Yogyakartayang mempunyai kewenangan untuk mela-kukan pencatatan perkawinan dan mener-bitkan alat bukti otentik berupa akta per-kawinan. Data primer dalam penelitian inidiperoleh melalui wawancara mendalam de-ngan para subyek penelitian. Data sekunderdiperoleh melalui studi dokumentasi berupabahan-bahan pustaka dan dokumen-doku-men resmi lain, seferti putusan pengadilan,register Pencatatan Sipil dan sebagainya.

Data yang diperoleh dari penelitian inidianalisis secara induktif, Analisis induktifini digunakan untuk menilai dan mengana-lisis data yang telah difokuskan tentang ba-gaimana Pengadilan Negeri Yogyakarta danPencatatatan Sipil Yogyakarta menyelesaikanperkawinan beda agama, kemudian dita-rik kesimpulan yang obyektif sesuai denganfakta. Diawali dari reduksi data yang meng-hasilkan data yang relevan dan bermakna,dilanjutkan dengan menyusunnya ke dalamunit-unit dan kategori yang sesuai, Selanjut-nya dilakukan display atau penyajian data da-lam bentuk narasi. Langkah terakhir adalahmembuat kesimpulan dan verifikasi agar ke-simpulan tidak menyimpang dari permasala-han yang diteliti. Untuk pencermatan kesahi-han data pada tahap kegiatan pengumpulandata dan analisis data dilakukan dengan carasebagai berikut: a) penciptaan rapportyangbaik dengan para informan; bJ melakukanpeer debriefing dengan teman sejawat; dan c]melakukan member check

132

Page 6: JURNAL ILMU -ILMU SOSIAL

Setiati Widihastuti, Sri Hartini dan Eny Kusdarini Kojian Terhadap Perkawinan antar Orang Berbeda Agama..

HASIL DAN PEMBAHASANTidak terdapat satu pasal pun dalam

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yangte-gas melarang perkawinan beda agama, tetapijuga tidak ada satu ketentuan yang memberipeluang untuk pengesahannya. Wajar apa-bila kemudian memunculkan permasalahan,kemana umat berbeda agama akan melang-sungkan dan mengesahkan perkawinannya.Mengacu pada Undang-Undang Perkawinan,dapat dikemukakan bahwa pengesahan per-kawinan bukan merupakan kewenanganPengadilan, melainkan merupakan kewe-nangan sepenuhnya dari lembaga keaga-maan dan kantor Catatan Sipil. Namun sejakdiundangkannya Undang-Undang Nomer 23tahun 2006 tentang Administrasi Kependu-dukan, ada disebutkan keterlibatan Pengadi-lan, yakni dalam Penjelasan Pasal 35 hurufayang menyatakan " Perkawinan yang ditetap-kan oleh Pengadilan adalah perkawinan yangdilakukan antar umat yang berbeda agarna.".Dengan adanya ketentuan tersebut, perma-salahan yang terkait dengan perl<awinan aga-ma dapat ditangani oleh pengadilan dalamhal ini adalah Pengadilan Negeri.

Penyelesaian Perkawinan Antar OrangBerbeda Agama di Pengadilan NegeriYogyakarta

Menurut seorang hakim PN Yogya, per-kawinan antar orang berbeda agama meru-pakan. perkawinan antara dua orang yangtunduk pada hukum agama yang berbeda,sehingga dalam pelaksanaannya sudah pastimuncul kesulitan. Ini dikarenakan hukumpositif tidak memberikan peraturan yang te-gas, baik tegas melarang atau tegas memper-bolehkan. Baik Undang-Undang Perkawinanmaupun peraturan pelaksananya sengajatidak memuat suatu aturanpun yang tegasmelarang berlangsungnya perkawinan antarorang berbeda agama, Inl disebabkan ka-rena pada asasnya tidak ada suatu undang-undang pun yang dapat melarang seseoranguntuk melangsungkan perkawinan, meski-pun perkaivinan tersebut tidak dimungkin-kan oleh agamanya. Hal ini sejalan denganketentuan Pasal 28 B ayat [1) UUD 1945yang

menyatakan "setiap orang bebas membentukkeluarga dan melanjutkan keturunan melaluiperkawinan yang sah" dan dalam Pasal 28 E

ayat [1) UUD 1945 yang menyatakan "setiaporang bebas memeluk agama dan beribadatmenurut agamanya.,,. dsl'. Dengan kata lainterdapat ruang kebebasan bagi setiap oranguntuk melangsungkan perkawinannya sertauntuk memeluk agama, sehingga melarangdan menghalangi perkawinan seseorang de-ngan dalil dan alasan apapun dapat ditafsir-kan sebagai satu tindakan yang melanggarhak asasi manusia.

Di kalangan para hakim terdapat perbe-daan pandangan terhadap perkawinan an-tara orang berbeda agama, yakni: aJ sebagianhakim yang berpandangan bahwa perkawi-nan agama tidak diatur dalam UU Perkawi-nan, sehingga terjadilah rechtsvacuum ataukekosongan hukum, dan b) sebagian hakimlainnya berpendapat bah,va hukumnya sudahjelas, yakni perkav,rinan antar orang berbedaagama memang tidak dimungkinkan, karenameskipun Undang-Undang Perkawinan lidaktegas melarangnya, tetapi keberadaan Pasal 2ayat [1) LrU Perkawinan menjadi penghalangdisahkannya perkawinan tersebut. Perbeda-an ini mempengaruhi Hakim dalam membe-rikan putusan, dalam arti ada kemungkinanhakim akan mengabulkan permohonan parapihak yang mengajukan ijin perkawinanberbeda agama, tapi ada kemungkinan pulahakim akan menolak permohonan tersebut,Perlu dipahami apabila Pengadilan menga-bulkan permohonan ijin perkawinan orangberbeda agama, tidak bisa ditafsirkan bahwaPengadilan telah mengesahkan perkawi-nan tersebut, melainkan sekedar hanya me-menuhi ketentuan Pasal 35 UU No. 23/ 2006dan Pasal 69 Perpres no.25 tahun 2008.

Berikut ini adalah satu contoh p'ermo-honan perkawinan antar orang berbedaagama yang telah diputus oleh PengadilanNegeri Yogyakarta dengan Penetapan Pe-

ngadilan Nomer 33/Pen.Pdt.P/2009/PN.YK.Garis besar kasus tersebut adalah sebagaiberikut: "sepasang kekasih bermaksud un-tuk melangsungkan perkawinan di KantorUrusan Agama [KUA). Permohonan tersebutditolak oleh KUA karena keduanva berbeda

133

Page 7: JURNAL ILMU -ILMU SOSIAL

agama, sementara Pasal 40 huruf c Kompi-lasi Hukum Islam dengan tegas menyebutkanbahwa KUA dilarang melangsungkan perni-kahan antara seorang pria dengan seorangwanita yang tidak beragama Islam. Rencanapengesahan perkawinan menemui jalan bun-tu, karena kedua pihak tetap bertahan padaprinsip dan agama masing-masing. Permoho-nan pengesahan perkawinan ke Catatan SipilYogyakarta juga ditolak, karena kewenanganPencatan Sipil adalah mencatat perkawinanyang sudah disahkan secara agama, kecualiapabila ada penetapan pengadilan. Selanjut-nya Pencatatan Sipil menyarankan para pi-hak untuk meminta drspensasi ke PengadilanNegeri.

Hakim Pengadilan Negeri Yogya menya-takan, karena para pihak mengajukan per-mohonan ijin untuk melangsungkan perka-winan berbeda agama, dengan merujuk padaPasal 35 UU 23 Tahun 2006 dan Pasal 69 Pe-

raturan Presiden Nomer 25 Tahun 2008, dandengan mempertimbangl<an Pasal 10 a1,21

(11 UU No. 48 tahun 2009, kondisi pemo-hon, duduk perkara serta permasalahannya,selanjutnya Pengadilan Negeri Yogyakartadapat mengeluarkan penetapan. PenetapanPengadilan tersebut dapat memberikan ijin

SOCIA Vol. 11 No. 2 September 2014 :730-'1.39

perkawinan atau menolak permohonan per-kawinan tersebut.Proses Pemeriksaan Permohonan danPertimbangan Hakim dalam MemberikanPutusan atas Permohonan PerkawinanBerbedaAgama

Proses pemeriksaan permohonanmelaksanakan perkawinan beda agama inibersifat sepihak atav ex-parfe, Pemeriksaandilaksanakan oleh Hakim tunggal didampingioleh seorang panitera pengganti, yang di-laksanakan dengan: 1l mendengar kete-rangan para pemohon: 2) memeriksa sak-si-saksi yang diajukan oleh para pemohon;dan 3) memeriksa bukti-bukti surat. Setelahmelakukan pemeriksaan, selanjutnya hakimmemberikan putusan atas permohonan ijinperkawinan beda agama ini. Putusan berisipertimbangan yang memuat fakta dan keada-an yang ditemukan di persidangan besertaalat pembuktian, dan diktum penyelesaianpermohonan yang dituangkan dalam bentukpenerapan,

Untuk memperjelas uraian di atas dapatdilihat dalam contoh Penetapan PengadilanNo 33/Pdt.P/2009/PN.Yk. yang pada bagianpertimbangan memuat antara lain hal-hal se-bagai berikut:

Meniinbang, bahwa Pemohon ........ dst telah mengajukan permohonan yang pada pokoknyasebagai berikut:. Bahwa Pemohon I [bernama . . ) beragama Katholik telah hamil diluar nikah dengan

Pemohon II (bernama ..........)

. Bahwa untuk melaksanakan pernikahan tersebut KUA menyatakan menolak dikarenakanbeda agama

. Bahwa keluarga Pemohon I dan II telah melakukan penyelesaian tetapi tidak menemukantitik temu dikarenakan memiliki prinsip sama kuat

. Bahwa dengan melihat kondisi Pemohon I yang hamil semakin besar tetapi tidak ada titiktemu untuk penyelesaian dari kedua belah pihak keluarga, maka Pemohon I dan II tetap inginmelaksanakan pernikahan tersebut di Kantor Catatan Sipil dan telah menghadap ke KantorCatatan Sipil Kotamadya Yogyakarta dan mendapat keterangan supaya mengajukan permo-honan ke Pengadilan Negeri Yogyakarta

. Bahwa Pemohon I dan II sangat memerlukan keputusan dari Pengadilan Negeri Yogyakarta

Berhubung dengan hal-hal tersebut di atas, Pemohon I dan ll memohon supaya PengadilanNegeri Yogyakarta memutuskan:. Menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon I dan II. MenetaPkan, memberi ijin dispensasi kepada Pemohon I untuk melakukan pernikahan de-

ngan Pemohon II di hadapan Pejabat pencatatan Sipil Kotamadya Yogyakarta. Memerintahkan kepada kantor Catatan Sipil Kotamadya Yogyakarta supaya perkawinan Pe-

1,34

Page 8: JURNAL ILMU -ILMU SOSIAL

Setiati Widihastuti, Sri Hartini dan Eny Kusdarini Kajian Terhadap Perkawinan antar Orang Berbedo Agamo,.

mohon I dan II dilakukan pencatatan perkawinan. Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditentukan Pemohon I dan II meng-

hadap sendiri di persidangan. Menimbang, bahwa atas pembacaan surat permohonan tersebut, Pemohon I dan II menyata-

kan tetap pada permohonannya, ... dst. Menimbang bahwa untuk menguatkan permohonannya, Pemohon mengajukan B [delapan)

buah foto copy surat bukti berupa........ dst :

. Menimbang, bahwa disamping bukti-bukti surat pemohon juga mengajukan dua [2J orangsaksi............, dst

PERTIMBANGAN HUKUMNYA

. Menimbang bahwa maksud dari pada permohonan Pemohon I dan II adalah seperti tersebutdimuka;

. Menimbang bahwa permohonan Pemohon diajukan agar Pengadilan Negeri Yogyakartamemberikan ijin pernikahan di Kantor Kependudukan, Keluarga Berencana dan Catatan Sipil

. Menimbang bahwa penetapan tersebut diperlukan karena Pemohon I dan pemohon II ber-beda agama

. Menimbang bahwa untuk menguatkan dalil-dalil permohonan Pemohon I dan pemohon II te-lah mengajukan surat bukti bertanda P.1 sampai dengan P.B dan 2 [dual orang saksi di bawahsumpah di persidangan,

. Menimbang bahwa dari bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon ternyata diperoleh fakta-fakta sebagai berikut:. Bahwa Pemohon I dan Pemohon II telah pacaran secara serius dan mereka ingin dilanjut-

kan ke jenjang perkawinan. Bahwa antara Pemohon I dan pemohon II beda agama dan dalam hal prinsip sama-sama

kuat. Bahwa karena Pernohon I telah hamil maka mereka ingin menl'elesaikan permasalahan

tersebut dan melaksanakan pernikahan di Kantor Kependudukan, Keluarga Berencanadan Catatan Sipil

. Bahwa Pemohon I dan Pemohon II memerlukan penetapan dari Pengadilan Negeri;. Menimbang, bahwa dari fakta-fakta terungkap di persidangan tersebut ternyata dapat mem-

buktikan dalil-dalil permohonan Pemohon;. Menimbang, bahwa dalil permohonan Pemohon I dan Pemohon II telah dapat dibuktikan,

ternyata beralasan dan tidak bertentangan dengan hukum, oleh karena itu patut untuk dika-bulkan: .....,...... dst

Sesuai dengan karakteristik dari permo- memperjelas hal tersebut, dapat dilihat da-

honan atau perkara voluntair, diktumnya lam contoh Penetapan Pengadilan No 33/bersifat deklarator dalam arti hanya be.isi Pdt.P /2009/PN,Yk. yang pada bagian dik-penegasan pernyataan atau deklarasi hu- tumnya yang memuat antara lain hal-hal se-

kum tentang hal yang dimohonkan. Untuk bagai berikut:

MENETAPKAN

. Menerima dan mengabulkan Pemohon I dan Pemohon II

. Menetapkan, memberikan ijin dispensasi kepada Pemohon I untuk melakukan pernikahandengan Pemohon II di hadapan Pejabat Kantor Kependudukan, Keluarga Berencana dan Ca-

tatan Sipil. Memerintahkan Kantor Kependudukan, Keluarga Berencana dan Catatan Sipii Kota Yogya-

karta supaya perkawinan Pemohon I dan Pemohon II dilakukan pencatatan perkawinan.

135

Page 9: JURNAL ILMU -ILMU SOSIAL

Atas penetapan pengadilan yang menga-bulkan permohonan perkawinan beda aga-ma tersebut, Hakim PN Yogya menyatakanbahwa pemberian dispensasi tersebut tidakdikhawatirkannya akan mempermudah ma-syarakat untuk melakukan perkawinan bedaagama. Menurutnya perkawinan beda agamabukanlah merupakan hukum yang hidup atauliving law, karena hanya dilakukan oieh sedi-kit orang dengan dalih kebebasan. Hukumyang hidup tidak sekedar merupakan perbu-atan yang dilakukan secara berulang-ulang,tetapi harus memenuhi rasa keadilan dan da-pat diterima oleh masyarakat lingkungannya.Suatu tindakan yangberlawanan dengan rasakeadilan masyarakat, berlawanan denganhukum dan moral, atau menimbulkan rasatidak tenang pada anggota masyarakat, tidakdapat dikatakan sebagai hukum yang hidup.Tindakan tersebut lebih tepat dikatakan se-bagai penyimpangan, dan karenanya tidaklayak mendapatkan legalitas dengan dalihsehagai hukum yang hidup. Kebiasaan se-bagai hukum yang hidup tidak semata-matabisa mendatangkan manfaat demi memenuhirasa keadilan, tetapi harus bermoral dalamarti tidak bertentangan dengan norma aga-

ma. Karena interaksi antara keadilan, hukumyang hidup dan norma keagaamaan merupa-kan sebuah keniscayaan dalam mewujudkanmasyarakat yang dicita-citakan.

Penyelesaian Perkawinan Antar OrangBerbeda Agama di Pencatatan Sipil KotaYogyakarta

Perkawinan antar orang berbeda agamamerupakan masalah yang sulit penyelesian-nya, karena peraturan perundangan tidakmemberikan soiusi kongkret. Pencegahanadalah tindakan yang senantiasa dilakukandalam menyikapi permohonan perkawinanantar orang berbeda agama, karena berpo-tensi melahirkan persoalan-persoalan, anta-ra lain persoalan hukum sebagaimana dapatdicermati dibawah ini:

Karena keabsahan perkawinan meru-pakan syarat utama untuk melindungi danmengakui hak anak dan istri, maka perkawi-nan antar orang berbeda agama yang tidak

SOCIA Vol. 11 No. 2 September 2074 :1,30-739

disahkan, meniadakan hak istri dan anakyang lahir dari perkawinan tersebut.

Perkawinan berbeda agama meniadakanhak kewarisan antara suami istri dan anak-anak mereka. Perbedaan agama menggugur-kan hak saling mewarisi, karena anak hanyaakan mewarisi dari orang tua yang seagama

Rumitnya penentuan Pengadilan tem-pat menyelesaikan sengketa rumah tanggapasangan yang berbeda agama. ApakahPengadilan agama berwenang mengadiliperkara diantara pihak-pihak yang beragamaIslam ataukah Pengadilan Negeri berwenangmengadili perkara pihak-pihak yang bukanmuslim. Penyelesaian sengketa menjadi lam-bat dan berbelit-belit.

Tugas dan kewenangan Pencatatan Sipiladalah tugas administratif, yakni mencatatdan menerbitkan akta otentik yang berfungsisebagai alat bukti sempurna atas peristiwa-peristiwa hukum yang penting, dengan katalain Pencatatan Sipil tidak mempunyai ke-wena.ngan untuk mengesahkan perkarvinan.Pencatatan perkawinan bertujuan untukmenjadikan peristiwa perkawinan itu menja-di jelas, baik bagi yafig bersangkutan ataupunbagi orang lain dan masyarakat.

Terkait dengan tugas Catatan Sipil un-tuk mencatat perkawinan, termasuk men-catat perkawinan beda agama yang telahditetapkan oleh Pengadilan, dapat lebih di-tegaskan dengar' adanya Surat dari DirekturJenderal Adiministrasi Kependudukan No.

474.2/708/MD atas nama Menteri DalamNegeri Republik Indonesia, perihal tentangPencatatan Perkawinan Beda Agama yangditujukan kepada Kepala kantor PendaftaranPenduciuk dan Catatan Sipil Kabupaten Mu-ara Enim, yang tembusannya dikirimkan ke-pada semua Kantor Catatan Sipil di seluruhIndonesia, yang isinya menegaskan bahwa:

Dengan ditetapkannya UU Nomer 23 Ta-hun 2006 tentang Administrasi Kependudu-kan, maka segala kegiatan penyelenggaraanadministrasi kependudukan berpedomanpada kebijaksanaan dimaksud, termasuk as-pek pencatatan perkawinan oleh LembagaPencatatan Sipil. Lembaga Pencatatan Sipilsesuai dengan aturan yang berlaku berfungsi

1.36

Page 10: JURNAL ILMU -ILMU SOSIAL

Setiati Widihastuti, Sri Hartini dan Eny Kusdarini Kajian Terhadap Perkawinon antor Orang Berbeda Agama'

antara lain mencatat segenap peristiwa pen-ting termasuk perkawinan [bukan menikah-kan/mengawinkan)

Bagi pencatatan perkawinan beda aga-

ma, diatur dalam Pasal 35 yang menyebut-kan: " Pencatatan perkawinan sebogaimanadimaksud dalam pasal 34 berlaku pula bagi:a. Perkawinan yang ditetapkan oleh Pengadi-lan'j Sedangkan dalam Penjelasan Pasal 35huruf a disebutkan: "Perkawinan yang dite-tapkan oleh Pengadilan adalah perkawinanyang dilakukan antar umat yang berbedaagama".

Pasal34 menyebutkanrPerkawinan yang sah menurut peroturan

perundang-undangan wajib dilaporkan olehpenduduk kepada instansi pelaksana ditem-pat terjadinya perkawinan paling lambat 60

hari sejak tanggal perkawinanBerdasarkan laporan sebagaimana di-

maksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Si-

pil mencatat pada Register Akta Perkawinand an m e mb er ika n Ku tip an A kta P e rkaw i n a n.......

Berdasarkan aturan di atas, jelas bahwaperkawinan bagi masyarakat yang berbedaagama dapat dicatatkan setelah mendapatpenetapan pengadilan. Sedangkan teknisdalam proses pengadilan dapat dikoordina-sikan dengan lembaga pengadilan setempat

Pencatatan Perkawinan Antar Orang Ber-beda Agama Di Pencatatan Sipil Kota Yog-yakarta

Apabila upaya-upaya pencegahan tidakefektil dan para pihak tetap berkeras untukmelangsungkan perkawinannya, barulah Ca-

tatan Sipil menyarankan para pihak untukminta "dispensasi" atau ijin melaksanakanperkawinan beda agama ke Pengadilan Nege-ri, bukan Pengadilan Agama karena denganmerujuk pada Pasal 49 Undang-Undang No-mer 3 tahun 2006, maka Pengadilan Agamatidak berkompeten memberikan dispensasiperkawinan antar orang berbeda agama.

Jikalau para pihak yang berbeda agamatersebut sudah mendapatkan penetapanpengadilan, maka Catatan Sipil akan melak-sanakan sesuai dengan amar putusan dariPenetapan Pengadilan. Namun dalam realita

penetapan pengadilan yang memberi ijinperkawinan beda agama tersebut telahmenimbulkan beberapa permasalahan bagipihak Catatan Sipil. Pertama, munculnyamasalah teknis terkait dengan syarat-syaratyang harus dipenuhi oleh para pihak danproses pencatatannya, karena tidak adaperaturan atau petunjuk teknis yang dapatdirujuk oleh Catatan Sipil untuk melakukanpencatatan perkawinan beda agama. Kedua,Penetapan Pengadilan [dalam hal ini adalahPenetapan Pengadilan No 33/Pdt.P/2009/PN.Yk) telah "memperluas" (untuk tidakmenggunakan istilah melanggar kewenanganlembaga Pencatatan Sipil). Misalnya, salahsatu amar putusan Pengadilan negeriNo. No. 33/Pdt.P,/2009/PN.Yk berbunyi:"Menetapkan, memberi ijin dispensasi kepadaPemohon I untuk melakukan pernikahandengan Pemohon II di hadqpan Pejabatpencatato n Sipil Kotamadya Yogyakarta'!Mengabulkan permohonan tetapi denganamar putusan seperti tersebut di atas,justru menyulitkan pihak catatan sipil untukmenindaklanjuti. Kata-kata tersebut dapatdiartikan sebagai perintah bagi Catatan Sipiluntuk satau mengesahkan perkawinan, yangapabila mengacr-l pada Pasal 2 ayat [1) UU

Perkawinan, adalah merupakan kewenangandari pihak pemuka agama. Sehingga menurutpihak Catatan Sipil, putusan PengadilanNegeri tersebut tidak sesuai peraturanperundang-undangan yang berlaku.Semestinya Penetapan Pengadilan tersebutmemberikan hukumnya, memberikan jalan

keluar dan tidak malah memberikan putusanyang menimbulkan banyak penafsiran, yangmalah berpotensi membuat Catatan Sipilmelanggar ketentuan tentang pengesahanperkawinan. Semestinya putusan tersebutberbunyi "Menetapkan, mengabulkanp ermo h o n an d an m eme r intahkan p e rkaw in anpara pemohon diselenggarakan menurutagama tertentu", Atau putusan pengadilantersebut berbunyi " Menetapkan, menolakpermohono-n pemohon-pemohon", YAagartinya putusan hakim tersebut dengan tegastelah menolak permohonan perkawinanbeda agama

1,37

Page 11: JURNAL ILMU -ILMU SOSIAL

Pertimbangan Lembaga Pencatatan Sipilmelaksanakan Putusan Pengadilan Ten-tang Ijin Perkawinan Antar Orang Berbe-daAgama

Meskipun penetapan pengadilan yangberisi ijin untuk melangsungkan perkawinanberbeda agama seperti contoh di atas, me-nimbulkan permasalahan, Catatan Sipil tetapmelaksanakannya, dengan pertimbangan an-tara lain:1.. Melaksanakan Penetapan Pengadilan

dengan mengacu pada Pasal 35 UndangUndang No.23 Tahun 2006 yang men-gatur dan memberi kewenangan kepadacatatan sipil untuk mencatat perkawinanyang ditetapkan oleh Pengadilan, yakniperkawinan yang dilakukan antar orangyang berbeda agama.

2. Catatan Sipil tidak akan mengabaikanPenetapan Pengadilan yang berisi perin-tah untuk melaksanakan perkawinanantar orang agama tersebut, dengan per-timbangan Pengadilan Negeri merupa-kan institusi tempat mencari solusi atassemua persoalan hukum. Selatn itu Ha-kim bertanggung jawab atas penetapandan putusann yang dibuatnya, sehinggadalam memberikan putusannya tentulahsudah didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan hukum baik hukum tertu-lis ataupun tidak tertulis, serta memper-timbangkan nilai-nilai yang hidup danrasa keadilan masyarakat, sebagaimanadiatur dalam Pasal 50 UU no. 48 tahun2009.

3. Penetapan Pengadilan yang berisi ijinatau dispensasi kepada para pihak untukmelangsungkan perkawinan antar orangberbeda agama tersebut merupakan aktaotentik. Ini relevan dengan yang penda-pay Yahya Harahap (201I:4L), bahwa pu-tusan pengadilan mempunyai kekuatanotentik, berarti sesuai dengan Pasal 1870KUH Perdata, pada diri putusan terse-but melekat nilai ketentuan pembuktianyang sempurna dan mengikat.

4. Karena salah satu amar putusan Penga-dilan Negeri tersebut (dalam hal iniadalah Penetapan Pengadilan No 33/Pdt.P /2009lPN.Yk) tidak sesuai peratu-

SOCIA Vol. 11 No. 2 September 2074 : I3o-1.39

ran perundang-undangan yang berlaku,pihak Catatan Sipil hanya melaksanakansebagian dari Penetapan Pengadilan ter-sebut, yakni tidak melangsungkan per-kawinan, tetapi melakukan pencatatantanpa disertai bukti pengesahan agama.Meskipun hal ini berarti persyaratan un-tuk sahnya perkawinan tidak dapat di-penuhi secara akumulatif, dan Catatan Si-pil telah bertindak dengan mengabaikanPasal 2 ayat [1) UU Perkawinan

SIMPULAN

Dipenghujung kajian ini dapat dikemuka-kan simpulan sebagai berikut:

Secara normatif perkawinan antar orangberbeda agama tidak bisa disahkan karenaadanya dua persyaratan yang harus dipenuhisecara akumulatil yakni: ketentuan Pasal2 ayat [1) dan ayat (2) UU Perkawinan.Namun di wilayah hukum kota Yogyakarta,perkawinan antar orang berbeda agamamasih rnungkiii unilrk ciilangsungkan,meskipun dalam pelaksanaannya tidaklahmudah, dan diperlukan adanya pemberianijin atau dispensasi dari Pengadilan Negeri

Pengadilan tidak mempunyai kompe-tensi apapun terkait dengan pengesahanperkawinan, tetapi dengan adanya Pasal 35dan penjelasan pasal 35 UU Nomer 23 tahun2006 tentang Administrasi Kependudukanyang menyatakan "Catatan Sipil mencatatperkawinan yang ditetapkan oleh Pengadi-Ian, yakni perkawinan antar umat yang ber-beda agama", dapatlah diartikan Pengadi-lan mempunyai kewenangan terkait denganpenyelesaian perkawinan beda agama. Se-

hingga mengacu pada ketentuan di atas, dansepanjang disarankan oleh Pencatatan Sipil,maka Pengadilan Negeri Yogya akan meme-riksa dan memutus permohonan perkawi-nan beda agama.

Terkait dengan permohonan perkawinanbeda agama, ada dua pandangan hakim di PN

Yogya, yakni: aJ Hakim yang berpendapatbahwa perkawinan antar umat beda agamatidak dimungkinkan, karena hukumnyasudah jelas, yakni pengesahannya terhalangoleh Pasal 2 ayat (1) UU Perkawinan akan

138

Page 12: JURNAL ILMU -ILMU SOSIAL

Setiati Widihastuti, Sri Hartini dan Eny Kusdarini Kajian Terhadap Perkowinan antar Orang Berbeda Agama...

MEN0LAK permohonan tersebut, sedangkanb) hakim yang berpendapat perkawinan bedaagama tidak diatur dalam UU Perkawinan,sehingga terdapat kekosongan hukum, yangapabila dibiarkan akan berdampak negatifdalam hidup bermasyarakat dan beragama,berupa penyelundupan nilai-nilai sosial,agama dan hukum positif, kemungkinan akanmengabulkan permohonan dan memberikanijin perkawinan antar mereka yang berbedaagama.

Apabila sudah diperoleh penetapan pe-ngadilan, Catatan Sipil akan melaksanakansesuai dengan amar putusan, Pencatatan di-lakukan pihak Catatan Sipil dengan MENGA-BAIKAN ketentuan Pasal 2 ayat [1) Undang-Undang Perkawinan, antara lain dengan caramelakukan pencoretan terhadap pernyataanyang menyebutkan pengesahan perkawinansecara agama dan menggantinya denganpernyataan " TELAH DITETAPKAN OLEH PE-NGADILAN NEGERI YOGYA DENGAN PENE-TAPAN PENGADILAN NO.......... "

Untuk mengatasi berbagai masalah terse-but, sudah saatnya UU Perkawinan direvisi,dan secara tegas melarang perkawinan an-tar orang berbeda agama, karena walaupunpengadiian memberikan dispensasi, tetapikarena pelaksanaan pencatatannya terpaksa

dilakukan Catatan Sipil dengan mengabaikanPasal 2 ayat [1) UUPerkawinan, menyebab-kan perkawinan beda agama tidak Iebih darisemen leven [hidup bersama) yang dicatat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Atas terlaksananya penelitian ini, kamimengucapkan terimakasih kepada :

Dekan FIS UNY Prof. Dr. Ajat Sudrajat,M.Ag. yang telah memberikan fasilitas beru-pa ijin pelaksanaan penelitian.

Bapak/ibu dosen furusan PKNH, FIS,

UNY yang telah memberikan masukan untukkesempurnaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Agama.2000. Perkawinan Antar Agama, Poligamidan Pelanggaran Undang-Undang Perka-winan. Departemen Agama. fakarta

Moleong, Lexy J, 2004. Metodologi PenelitianKualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Harahap, M Yahya. 201,1. Hukum Acara Per-data. lakarta. Sinar Grafika.

Syahrani, Riduan. 2006, Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata. Bandung: Alumn.

Sanapiah Faisal. 1990. Penelitian KualitatifD ascr- desur,l ar t Ap likasl. Nlalarrg: YA3.

1.39