Post on 02-Mar-2019
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya muntah dan
diare yang diakibatkan oleh infeksi, alergi, tidak toleran terhadap makanan tertentu
atau mencerna toksin (Tucker,1998).
Gastroenteritis adalah inflamasi membran mukosa lambung dan usus halus
yang ditandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan dan
elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit
(Cecily, Betz ; 2002).
Gastroenteritis adalah infeksi saluran pencernaan yang di sebabkan oleh
berbagai enterogen termasuk,bakteri,virus dan parasit (Nelson, 2000).
Gastroenteritis merupakan radang dari lambung ke usus yang memberikan
gejala diare dengan disertai muntah atau tanpa muntah atau pun dengan muntah berat
(Mansjoer, Arif; 2000).
Jadi Gastroenteritis atau diare adalah keadaan frekuensi, BAB lebih dari 4 kali
dalam sehari pada bayi dan lebih dari 3 kali pada orang dewasa / anak dalam satu hari
dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur darah dan
lendir atau lendir saja.
B. Anatomi
Gambar 1.Sistem Pencernaan Tubuh Manusia
(Sumber: Syaifuddin, 1997)
Susunan saluran pencernaan terdiri dari:
1. Mulut (oris)
Terdiri dari 2 bagian:
a. Bagian luar yang sempit / vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir, dan pipi
1) Bibir
Disebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan disebelah dalam ditutupi oleh
selaput lendir (mukosa). Otot orbikularis oris menutupi bibir. Levator anguli oris
mengangkat dan depressor anguli oris menekan ujung mulut.
2) Pipi, dilapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung papila, otot yang
terdapat pada pipi adalah otot buksinator.
3) Gigi
b. Bagian rongga mulut atau bagian dalam, yaitu rongga mulut yang
dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis disebelah belakang
bersambung dengan faring.
c. Palatum terdiri atas 2 bagian yaitu:Palatum Durum (palatum keras) yang
tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah tulang maksilaris dan lebih kebelakang
terdiri dari 2 tulang palatum. Palatum Mole (palatum lunak) terletak dibelakang yang
merupakan lipatan menggantung yang dapat bergaerak, terdiri atas jaringan Fibrosa
dan selaput lendir.
d. Lidah
Terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot lidah ini dapat digerakkan
kesegala arah.
Lidah dibagi atas 3 bagian:
1) Radiks Lingua = pangkal lidah
2) Dorsum lingua = punggung lidah
3) Apeks Lingua = ujung lidah
Pada pangkal lidah yang belakang terdapat epligotis. Punggung lidah (dorsum lingua), terdapat putting-
putting pengecap/ujung saraf pengecap. Frenulum lingua, merupakan selaput lendir yang terdapat pada bagian bawah
kira-kira ditengah-tengah, jika lidah digerakkan ke atas nampak selaput lendir. Flika sub lingua, terdapat disebelah
kiri dan kanan frenulum lingua. Disini terdapat pula lipatan selaput lendir.
Pada pertengahan flika sub lingua ini terdapat saluran dari glandula parotis, sub maksilaris dan glandula
sub lingualis.
1) Kelenjar Ludah
Merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang bernama duktus
wartoni dan duktus stnsoni. Kelenjar ludah ada 2,yaitu:
a) Kelenjar ludah bawah rahang (kelenjar submaksilaris) yang terdapat di
bawah tulang rahang atas pada bagian tengah.
b) Kelenjar ludah bawah ludah (kelenjar sublingualis) yang terdapat
disebelah depan dibawah lidah.
Dibawah kelenjar ludah bawah rahang dan kelenjar ludah bawah lidah
diantara lipatan bawah lidah bagian bawah dari lidah disebut
koronkula sublingualis serta hasil sekresinya berupa kelenjar luadah
(saliva). Saliva dihasilkan didalam rongga mulut disekitar rongga
mulut. Disekitar rongga mulut terdapat 3 buah kelenjar ludah yaitu:
c) Kelenjar parotis, letaknya dibawah depan dari telinga diantara
prosesus mastoid kiri dan kanan os mandibular,duktusnya duktus
stensoni.Duktus ini keluar dari glandula parotis menuju kerongga
mulut melalui pipi (muskulus buksinator)
d) Kelenjar submaksilaris, terletak dibawah rongga mulut bagian
belakang, duktusnya bernama duktus wartoni, bermuara di rongga
mulut bermuara didasar rongga mulut.
Kelenjar ludah didasari oleh saraf-saraf tak sadar.
2) Otot lidah
Otot ekstrinsik lidah berasal darirahang bawah (M.mandibularis, oshitoid
dan prosesus steloid) menyebar kedalam lidah membentuk anyaman
bergabung dengan otot intrinsik yang terdapat pada lidah.
M.Genioglossus merupakan otot lidah yang terkuat berasal dari
permukaan tengah bagian dalam yang menyebar sampai ke radiks lingua.
2. Faring (tekak)
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esofagus), didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel)
yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit.
Disini terletak persimpangan antara jalan nafas dengan jalan makanan,
letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang
belakang. Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung dengan
perantaran lubang bernama koana. Keadaan tekak berhubungan dengan rongga
mulut dengan perantara lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari:
a. Bagian superior (nasofaring ),bermuara tuba yang menghubungkan tekak
dengan ruang gendang telinga.
b. Bagian media (orofaring),berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian
superior disebut faring = faring yang menghubungkan tekak dengan
tenggorokan (trakea).
c. Bagian inferior = bagian yang sama tinggi dengan faring.
3. Esofagus (kerongkongan)
Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung,
panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai masuk kardiak dibawah lambung.
Lapisan dinding esofagus dari dalam ke luar terdiri dari : lapisan selaput
lendir (mukosa), lapisan submukosa, lapisan otot melingkar sirkuler dan lapisan
otot memanjang longitudinal.
Esofagus terletak dibelakang trakea dan didepan tulang punggung setelah
melalui toraks menembus diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung
dengan lambung.
4. Gaster (Lambung)
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak
terutama didaerah epigaster.Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri
berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak dibawah
diafragma didepan pankreas dan limpa, menempel disebelah kiri fundus uteri.
Lambung terdiri dari 6 bagian yaitu :
a. Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol keatas terletak di sebelah kiri
osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.
b. Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah
kurvatura minor.
c. Antrum pylorus,bagian lambung berbebtuk tabung mempunyai otot yang tebal
membentuk sfingter pilorus.
d. Kurvantura minor, terdapat sebelah kanan lambung terbentang dari osteum
kardiak sampai ke pilorus.
e. Kurvantura mayor, lebih panjang dari kurvatura minor. Terbentang dari sisi
kiri osteum kardiakum melalui fundus ventrikuli menuju kekanan sampai ke
pilorus anterior. Ligamen gastro linealis terbentang dari bagian atas kurvatura
mayor sampai ke limpa.
f. Osteum kardiakum, merupakan tempat dimana esofagus bagian abdomen
masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.
5. Intestinum minor (usus halus)
Adalah bagian dari system pencernaan makanan yang berpangkal pada
pylorus dan berakhir pada seikum, panjangnya kurang lebih 6 meter.
Lapisan usus halus retdiri dari : lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan
otot melingkar (m.sirkuler), lapisan otot memanjang (m.longitudinal) dan lapisan
serosa (sebelah liar).
a. Duodenum (usus 12 jari)
Panjangnya kurang lebih 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung kanan
kiri. Pada lengkungan ini terdapat pancreas. Dan bagian kanan duodenum ini
terdapat selaput lendir yang membukit disebut papilla vateri. Pada papilla
vateri ini bermuara saluran empedu (duktus koledukus) dan saluran pancreas
(duktus pankreatikus).
b. Yeyenum dan ileum, mempunyai panjang kurang lebih 6 meter. Dua perlima
bagian atas adalah yeyenum dengan panjang kurang lebih 2-3 meter dan
ileum dengan panjang kurang lebih 4-5 meter. Lekukan yeyenum dan ileum
melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan
peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium.
Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-
cabang arteri dan vena mensentrika superior, pembuluh limfe dan saraf ke
ruang antara 2 lapisan peritoneum yang membentuk mesenterium.
Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas.
Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantaraan
lubang yang bernama orifisium ileoseikalis, orifisium ini diperkuat dengan
sfingter ileoseikalis dan pada bagian ini terdapat katup valvula seikalis atau
valvula baukini.
Mukosa usus halus, permukaan epitel yang sangat luas melalui lipatan
mukosa dan mikrovili memudahkan pencernaan dan absorbsi. Lipatan ini
dibentuk oleh mukosa dan submukosa yang dapat memperbesar permukan usus.
Pada penampang melintang vili dilapisi oleh epitel dan kripta yang
menghasilkan bemacam-macam hormone jaringan dan enzim yang memegang
peranan aktif dalam pencernaan.
6. Intestinum Mayor (usus besar)
Panjangnya kurang lebih 1,5 meter lebarnya 5-6 cm.
Lapisan-lapisan usus besar dari dalam keluar : selaput lendir, lapisan otot
melingkar, lapisan otot memanjang,dan jaringan ikat.
Lapisan usus besar terdiri dari :
a. Seikum
Di bawah seikum terdapat appendiks vermiformis yang berbentuk seperti
cacing sehingga jaga umbai cacing, panjangnya 6 cm.
b. Kolon asendens
Panjangnya 13 cm terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur ke atas
dari ileum ke bawah hati. Di bawah hati membengkak ke kiri, lengkungan ini
disebut fleksura hepatika, dilanjutkan sebagai kolon transversum.
c. Appendiks (usus buntu)
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir seikum
mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masih memungkinkan dapat di
lewati oleh beberapa isis usus. Appendiks tergantung menyilang pada linea
terminalis masuk ke dalam rongga pelvis minor terletak horisontal di belakang
seikum.
d. Kolon transversum
Panjangnya kurang lebih 38 cm, membujur dari kolon asendens sampai ke
kolon desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura
hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura linealis.
e. Kolon desendens
Panjangnya kurang lebih 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri
membujur dari atas ke bawah dari fleksurs linealis sampai ke depan ileum kiri,
bersambung dengan kolon sigmoid.
f. Kolon sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring dalam rongga pelvis
sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf S. Ujung bawahnya berhubung
dengan rectum.
g. Rectum
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor
dengan anus, terletak dalam rongga di depan os sakrum dan os koksigis.
h. Anus
Adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan
dunia luar (udara luar). Terletak diantara pelvis terletak diantara pelvis,
dinding diperkuat oleh 3 sfingter : Sfingter ani internus, sfingter levator ani,
sfingter ani eksternus
i. Pankreas
Merupakan kumpulan kelenjar yang mempunyai saluran, masing-masing
kelenjar bersatu di duktus pankreatikus. Pankreas berfungsi sejumlah enzim
yaitu lipase, enzim-enzim proteolitik, amilase asam nukleat. Selain itu juga
menghasilkan hormon glukagon dan insulin.
j. Hepar
Terletak pada bagian atas rongga abdomen disebelah kanan bawah diafragma,
menghasilkan empedu yang disimpan dalam kandung empedu.Hati memilki
saluran yang disebut duktus hepatikus bertemu dengan duktus sistikus dari
kandung empedu di duktus koledokus. Empedu dalam hepar mengandumg
garam empedu yang membantu dalam proses metabolisme lemak, pigmen-
pigmen feses, kolesterol, gram dan air.
(Syaifuddin,1997)
Fisiologi
Pada sistem pencernaan, proses pencernaan makanan terdiri dari 3 fase :
pergerakan makanan, sekresi getah pencernaan dan absorbsi makanan yang dicerna.
Adapun penjelasan dari 3 fase tersebut yaitu :
1. Pergerakan makanan
Jenis fungsional pergerakan saluran pencernaan, yaitu :
a. Gerak mencampur, disebabkan oleh kontraksi bola segmen kecil dinding
usus.
b. Gerak mendorong – peristaltic (propulsive)
Peristaltic ditimbulkan oleh karena rangsangan sehingga terjadi peregangan.
Peristaltic terjadi pada tractus gastrointestinal, saluran empedu, ureter dan
saluran kelenjar lain di seluruh tubuh dan sebagian besar tabling otot polos
lain dalam tubuh.
Proses Pergerakan makanan :
a. Mulut, kerongkongan, esofagus
Jumlah makanan yang dicerna seseorang ditentukan oleh hasrat instink untuk
makan (lapar) dan jenis makanan yang disukai (selera).
Mekanisme pencernaan, yaitu:
1) Pengunyahan (Mastikasi)
Yaitu gerak menggigit, memotong dan menggiling makanan
diantara gigi atas dan bawah.
Otot utama mengunyah: Muskulus maseter, Muskulus
temporalis dan Muskulus pterigoid.
Sebagian besar otot polos mengunyah dipersyarafi oleh
cabang motoris syaraf otot ke-v dan proses mengunyah diatur oleh
nucleus pada batang otak.
Adapun reflek pengunyahan sebagai berikut: adanya bolus
makanan dalam mulut menyebabkan reflek inhibisi otot-otot pengunyah,
yang memungkinkan otot rahang bawah turun yang mengakibatkan
kontraksi memantul.
Proses pengunyahan sangatlah penting karena enzim-enzim
pencernaan terutama bekerja pada permukaan partikel makanan
sehingga mempengaruhi kecepatan pencernaan. Selain itu juga mencegah
dari eksporasi saluran pencernaan dan mempermudah pengosongan
makanan dalam lambung.
2) Menelan (Deglutisi)
Proses menelan di bagi dalam 2 stadium:
a) Stadium valunter
Makanan yang siap ditelan, secara sadar makanan ditelan atau
didorong ke bagian belakang mulut oleh tekanan lidah keatas dan
belakang terhadap palatum. Jadi lidah memaksa bolus makanan masuk
kedalam faring.
b) Stadium faringeal
Bila bolus makanan didorong ke belakang mulut, maka merangsang
daerah reseptor menelan lalu impuls berjalan ke batang otak
untuk melakukan serangkaian kontraksi otot faring.
Mekanismenya:
1.1 Palatum Molle didorong keatas menutup nares posterior untuk
mencegah rfliks makanan ke rongga hidung.
1.2 Arkus Palatofarigeus pada tiap sisi faring tertarik ke tengah untuk
saling mendekati sehingga membentuk celah untuk lewat
makanan. ini. Pita suara laring sangat berdekatan dengan
epligiotis mengayun ke belakang atas pintu superior laring untuk
mencegah makanan masuk ke dalam trakea.
1.3 Seluruh laring ditarik ke atas dan depan dan stingier esofagus atas
berelaksasi sehingga memungkinkan makanan berjalan dengan
mudah dan bebas dari faring posterior ke dalam esofagus atas.
Saat laring diangkat dan sfingter esofagus relaksasi, musculus
konstriktor faring superior berkontraksi maka terjadilah
gelombang peristaltik.
Pada stadium ini, pengaturan saraf atas stadium laringeal yaitu
terletak pada daerah cincin sekit, lubang taring dengan kepekaan
terbesar pada "tonsilitar pillar". Implus dihantarkan dari daerah-
daerah tersebut melalui bagian sensoris nervus trigeminus dan
nervus glosofaringeus menuju ke daerah-daerah medulla
oblangota dan bagian bawah pons yang merupakan bagian pusat
menulan. Implus dari pusat menelan dikirim ke taring dan bagian
atas esofagus melalui saraf otak ke V, IX, X dan XII yang
kemudian menyebabkan menelan.
c) Stadium esotageal
Dalam keadaan normal, esotagus menunjukkan dua jenis
gerakan peristaltik: peristaltik primer dan peristaltic sekunder.
Peristaltik primer merupakan lanjutan gelombang peristaltic yang
dimulai pada dan menyebar ke esotagus selama stadium faringeal
proses menelan. Gelombang ini berjalan dari faring ke lambung kira-
kira dalam waktu 5 -10 detik. Sedangkan peristaltic sekunder adalah
gelombang peristaltic yang berasal dari esofagus akibat adanya
regangan esotagus oleh makanan yang tertinggal.
Peristaltik esofagus dikontrol oleh reflek fagus yang
dihantarkan melalui melalui sarai aicrcn vagus dari esovagus ke
medulla oblangata dan kembali lagi ke esofagus.
Setelah makanan masuk ke lambung maka sfingter esofagus
bawah akan menutup untuk mencegah refluk. Sfingter ini bekerja
dipengaruhi oleh nervus mienterikus.
d) Lambung
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan
melalui otot berbentuk cincin (sfingter), yang bisa membuka dan
menutup. Dalam keadaan normal, sfingter menghalangi masuknya
kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan
enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat
penting: lendir, asam klorida (HCI), prekursor pepsin (enzim yang
memecahkan protein).
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa
menyebabkan kerusakan yang mengarah pada terbentuknya tukak
lambung.
Fungsi motorik lambung ada 3 :
1.1 Menyimpan makanan dalam jumlah besar sampai makanan
tersebut dapat ditampung pada bagian bawah saluran pencernaan.
1.2 Mencampur makanan tersebut dengan sekret lambung sampai ia
membentuk suatu campuran setengah padat yang dinamakan
kimus
1.3 Mengeluarkan makanan perlahan-lahan dari lambung masuk ke
usus halus dengan kesepatan yang sesuai untuk pencernaan dan
absorbsi oleh usus halus.
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung
yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap inleksi dengan
cara membunuh berbagai bakteri. Pengosongan lambung dipengaruhi
oleh :
1.1 Syaraf yang disebabkan oleh peregangan dalam lambung oleh
makanan.
1.2 Hormon gastrin yang dikeluarkan oleh mukosa antrum yang
menimbulkan efek meningkatnya pengosongan lambung :
Adapun faktor penghambat pengosongan lambung :
1.1 Reflek enterogastrik dari duodenum pada aktifitas
pylorus.
Bila kimus memasuki duodenum isyarat reflek saraf dihantarkan
kembali ke lambung untuk menghambat peristaltik dan
meningkatkan tonus pylorus. Faktor-faktor yang secara terus-
menerus menimbulkan reflek enterogastrik :
i) Derajat peregangan duodenum
ii) Derajat kcsamaan kimus
iii) Osmolarilas kimus
iv) Adanya iritasi mukosa duodenum
v) Adanya hasil-hasil pemecahan kimus (protein dan lemak)
1.2 Peranan dari hormon atau isyarat umpan balik hormonal
dari duodenum
i) Kolesistokinin, di produksi dari mukosa jejunum dalam
respon terhadap lemak dalam kimus. Berfungsi untuk
menghambat pengosongan lambung yang meningkat akibat
kerja hormon gastrin
ii) Sektrin, diproduksi dari mukosa duodenum yang berespon
terhadap asam lambung. Berfungsi menurunkan motalitas
pencernaan.
iii) Hoftnon peptida penghambat lambung yang dikeluarkan dari
bagian atas usus halus karbohidrat berfungsi menghambat
motilitas lambung.
e) Usus Halus
Pergerakan usus halus ada 2, yaitu :
1.1 Kontraksi pencampur (segmentasi)
Kontraksi ini dirangsang oleh peregangan usus halus yaitu
desakan kimus.
1.2 Kontraksi pendorong
Kimus didorong melalui usus halus oleh gclombang
peristaltic. Aktifitas peristaltic usus halus sebagian
disebabkan oleh masuknya kimus ke dalam duodenum, tetapi
juga oleh yang dinamakan gastroenterik yang ditimbulkan oleh
peregangan lambung terutama dihancurkan melalui pleksus
mientertus dari lambung turun sepanjang dinding usus halus.
Perbatasan usus halus dan kolon terdapat katup ileosekalis yang
berfungsi mencegah aliran feses kedalam usus halus. Derajat
kontraksi sfingtert iliosekal terutama diatur oleh reflek yang berasal
dari sekum. Refleki click dari sekum ke sfingter iliosekal ini
diperantarai oleh pleksus mienterikus. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi usus)
dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak. Iritasi yang sangat kuat pada
mukosa usus, seperti yang terjadi pada beberapa infeksi dapat
menimbulkan apa yang dinamakan "peristaltic rusrf” merupakan
peristaltic sangat kuat yang berjalan jauh pada usus halus dalam
beberapa menit.
f) Usus Besar (kolon)
Fungsi kolon : Mengabsorbsi air dan elektrolit serta kimus dan
menyimpan feses sampai dapat dikeluarkan. Pergerakan kolon ada 2
macam :
1.1 Pergerakan pencampur (Haustrasi) yaitu kontraksi gabungan otot
polos dan longitudinal namun bagian luar usus besar yang tidak
terangsang menonjol keluar menjadi seperti kantong.
1.2 Pergerakan pendorong "Mass Movement", yaitu kontraksi usus
besar yang mendorong feses ke arah anus.
Faktor pencetus timbulnya Mass movement adalah reflek
gastroiliaka.ref1ek duodenokolika dan iritasi kolon. Banyaknya
bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat
penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal
dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan
gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi
iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkanya lendir dan air, dan
terjadilah diare. Beberapa si fat khas otot polos pada usus adalah
sebagai berikut: Sinsitium fungsional, yang berarti bahwa potensial
aksi yang berasal dari salah satu serabut otot polos umumnya
dihantarkan dari serabut ke serabut.
Kontraksi otot intestinal, otot polos saluran pencernaan
menunjukkan kontraksi tonik dan kontraksi ritnik. Kontraksi tonik
bersifat kontinue. Sflngter pylorus, ileosekalis dan analis semuanya
membantu pergerakan makanan dalam usus. Kontraksi ritnik
bertanggung jawab akan fungsi fasik saluran pencernaan, seperti
pencampuran makanan atau dorongan peristaltik makanan.
Pleksus meinterikus terutama mengatur gerakan
gastrointestinal is sedangkan pleksus sub mukosa penting dalam
mengatur sekresi dan juga melakukan banyak fungsi sensoris, yang
menerima isyarat terutama dari epitl usus dan banyak dari reseptor
regangan dalam dinding usus.
g) Rektum & Anus
Disini dimulailah proses defekasi akibat adanya mass
movement.
Mekanismenya :
1.1 Kontraksi kolon desendens
1.2 Kontraksi reflek rectum
1.3 Kontraksi reflek sigmoid
1.4 Relaksasi sfmgter ani
Reflek defekasi dimulai bila serabut syaraf sensorik dalam rectum
dirangsang regangan isyarat dihantarkan kebagian sacral medulla
spinalis lalu secara reflek kembali kekolon desendens, rectum,
sigmoid dan anus melalui serabut sarf parasimpatis dalam nervi
erigentes. Isyarat parasimpatis ini melalui gelombang peristaltic yang
kuat. Isyarat aferen yang masuk medulla spinalis juga memulai reflek
lain seperti bernafas dalam penutupan glottis dan kontraksi otot-otot
abdomen untuk mendorong masa feses dalam kolon kebawah
sementara pada saat yang sama menyebabkan rantai pelvis terdorong
kebawah dan keatas anus untuk mengeluarkan feses kebawah.
h) Fungsi sekresi saluran pencernaan
Fungsi utama sekresi saluran pencernan adalah : mensekresi enzim-
enzim pencernaan pada hamper sebagian dari mulut sampai ujung
distal ileum dan menghasilkan mucus untuk melumasi dan
melindungi semua bagian saluran cerna.
Jenis kelenjar yang menghasilkan secret dalam saluran
pencernan yaitu :
1.1 Kelenjar mukosa sel tunggal (sel goblet)
Letaknya berada pada permukaan epitel pencernaan yang
berfungsi mengeluarkan mucus langsung pada lumen pada
saluran pencernaan.
1.2 Pit
Merupakan intaginasi epitalium kedalam sub mukosa, pada usus
halus disebut kripta. Liberkhun yang dilapisi oleh sel-sel goblet
yang menghasilkan mukus dan sel-sel epitel lain yang
menghasilkan cairan serosa.
1.3 Kelenjar tubular
Berada di dalam lambung dan duodenum yang mensekresikan
asam dan pepsinogen asam lambung.
1.4 Kelenjar kompleks
Yaitu kelenjar saliva, kelenjar pancreas dan kelenjar hati.
Fungsinya yaitu menghasilkan secret.
Mekanisme dasar sekresi sel-sel kelenjar meliputi 2 tahap :
1.1 Sekresi zat organik
Pertama zat gizi yang dibutuhkan untuk pembentukan sekresi
harus berditusi atau secara aktif ditranspor dari kapiler masuk ke
baris sel kelenjar. Banyak mitokondria yang terletak di dalam sel
dekat basis yang menyediakan energi oksidatif untuk
pembentukan adenosin trifosfat.
1.2 Sekresi air dan elektrolit akibat respon perangsangan saraf
Perangsangan saraf mempunyai efek spesifik pada bagian basal
membran sel yang menyebabkan transport aktif ion klorida ke
bagian dalam. Akibat peningkatan elektronegativilas di dalam.
Mukus adalah sekret tebal yang terdiri atas elektrolit dan campuran
beberapa glikoprotein sifat mukus yaitu :
1.1 Pelekat yang berkaitan dengan makanan
1.2 Melapisi dinding usus dan mencegah kontak antara makanan
dan mukosa usus.
1.3 Mukus mempunyai resisten yang sangat rendah untuk kelicinan
1.4 Menyebabkan pertikel feses melekat satu sama lain.
Dari sifat diatas maka inukus bermanfaat untuk memungkinkan
makanan menggelincir dengan mudah Sekresi masing-masing organ
pencernaan yaitu :
1.1 Sekresi saliva
Kelenjar utama saliva adalah glandula parotidea, submaksilaris,
sublingualis dan bukalis.
Saliva mengandung 2 jenis sekresi protein yaitu : serosa
(mengandung ptyalin untuk mencerna pati) dan mukosa
(mengandung mukus untuk pelumas).
Selain iiu saliva juga berfungsi untuk kebersihan mulut,
yaitu :
a) Membantu membersihkan bakteri patogen
maupun partikel makanan yang memberikan
sokongan metaboliknya
b) Saliva mengandung iaktor penghancur bakteri
yaitu membantu ion biosinat memasuki bakteri dan
mengandung protein antibody dalam jumlah yang bermakna
untuk menghancurkan bakteri.
1.2 Sekresi esofagus
Kelenjar sekresinya meliputi kelenjar mukosa simpleks (untuk
mencegah ekskorasi mukosa oleh makanan) dan kelenjar mukosa
komposita (untuk melindungi dari getah lambung karena retluks.
1.3 Sekresi Lambung
Kelenjar sekresi lambung, yaitu kelenjar gastrik/oksintik
(berfungsi sekresi getah pencernaan) dan kelenjar pylorus
(mensekresi mukus untuk perlindungan mukosa pylorus).
Pengaturan sekresi lambung diperankan oleh mekanisme saraf
dan mekanisme hormonal.
1.4 Sekresi Pankreas
Pankreas menskresi enzim peneernaan,yaitu enzim protealitik
meliputi (Tripsin, kimotripsin, karboksipolipeptidase untuk
mencerna protein dan ribonuklease, deoksiribonuklease untuk
memecah 2 jcnis asam), amilase pancreas berfungsi mencerna
karbohidrat, lipase untuk mencerna lemak.
Unsur penting getah pankreas adalah air dan ion bikarbonat.
Pengaturan sekresi pankreas diatur oleh pengaturan saraf (nervus
vagus) dan pengaturan hormon (hormon sekretin dan hormon
koleistokinin)
1.5 Sekresi Empedu oleh Hepar
Dalam pengosongan kandung empedu didasari oleh hal berikut
yaitu : relaksasi sfingter body dari duktus koledokus yang
dipengaruhi oleh peristaltic duodenum akibat masuknya
makanan, hormon kolesistokinin.
1.6 Sekresi Usus Halus
Kelenjar sekresi usus halus :
a) Kelenjar Brunner
Mensekresi mukus, pengaturan saraf vagus dan pengaturan
hormon sekretin. Fungsi mukus untuk melindungi duodenum
dari pencernan oleh getah pankreas.
b) Sel-sel goblet
Mensekresi mukus atas dasar mekanisme rangsang taktil atau
kimia pada mukosa oleh kimus
c) Kripta Liberkhun
Berfungsi mensekresi cairan ekstra sel kurang Icbih 2000
ml/hr.
Enzim-enzim dalam sekresi usus halus : peptidase (memecah
polipeptidase menjadi asam amino), 4 enzim untuk pemecahan
disakarida menjadi monosakarida (yaitu : sukrase, maltase,
isomaltase dan laktase), sejumlah kecil lipase usus (memecah
lemak netral menjadi gliserol dan asam lemak). Pengaturan
sekresi usus halus, yaitu oleh : reflek saraf lokal (khususnya
penting pada peregangan usus halus) dan rangsangan taktil
(kimus dan iritatif pada mukosa usus halus).
Sekresi usus besar
a) Mukus pada sekresi kolon berfungsi melindungi dinding
terhadap ekskoriasi dan media pelekat agar bahan feses sal ing
bersatu. Sekresi air dan elektrolit berfungsi mengencerkan
faktor pengiritasi dan mempercepat gerakan feses ke anus.
b) Pencernaan dan Absorbsi dalam Saluran Pencernaan Proses
pencernaan makanan meliputi karbohidrat lemak dan protein
menjadi senyawa lebih agar dapat diabsorbsi. Proses dasar
pencernan yaitu hidrolisis. Mekanisme dasar absorbsi
makanan adalah transpot aktif dan difus. Transport aktif
memberikan encrgi untuk menggerakkan zat melintasi suatu
membran, sehingga zat ini dapat digerakkan melawan
perbedaan konsentrasi / melawan potensial listrik. Difus
berarti transport sederhana zat melalui memembran sebagai
akibat pergerakan molekul perbedaan elektrokimia.
1.1 Absorbsi dalam usus halus
Meliputi kapasitas absorbsi usus halus dan unsur yang
diabsorbsi dalam usus halus (air yang diabsorbsi secara
difus, ion-ion, gizi)
1.2 Absorbsi dalam usus besar
Diperankan o!eh proksimal kolon sedangkan distal kolon
adalah kolon penyimpan. Di dalam kolon, absorbsi bakteri
yang dalam aktivitasnya menghasilkan vitamin K, vitamin
B12. tiamin, ribotlavin dan gas yang menimbulkan flatus.
Warna feses yang coklat disebabkan oleh strebolin dan
urobilin. Sedangkan bau feses karena indol, skatol,
merkapton dan hydrogen sulfida.
(Guyton, 1991)
C. Etiologi
Faktor Penyebab diare adalah:
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi Internal : Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi internal sebagai berikut:
1) Infeksi Infeksi bakteri : Vibrio, Ecoly, Salmonella, Shigella,
Campylabacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
2) Infeksi virus: Entero virus (Virus echo, coxsackria, poliomyelitis)
3) Infeksi parasit:Cacing (ascaris, tricuris, oxyuris, srongyloides, protozoa,
jamur)
b. Infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaan seperti : OMA,
Tonsilitis, Bronkopneumoni, Ensefalitis, dan lain-lain.
2. Faktor mal absorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan, makanan basi, makanan beracun
4. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas.
(Mansjoer, 2000)
D. Patofisiologi
Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi (bakteri,virus,
parasit), faktor malabsorbsi dan faktor makanan dan faktor makanan dan faktor
psikologis.
Diare karena infeksi seperti bakteri, berawal dari makanan/minuman yang
masauk kedalam tubuh manusia. Bakteri tertelan masuk sampai lambung, yang
kemudian bakteri dibunuh oleh asam lambung. Namun jumlah bakteri terlalu banyak
maka ada yang beberapa lolos sampai ke duodenum dan berkembang biak. Pada
kabanyakan kasus gastroentritis, organ tubuh yang di serang adalah usus. Didalam
usus tersebut bakteri akan memproduksi enzim yang akan mencairkan lapisan lendir
yang menutupi permukaan usus,sehingga bakteri dapat masuk ke dalam membran
epitel, di membran ini bakteri mengeluarkan toksik yang merangsang sekresi cairan-
cairan usus dibagian kripta vili dan menghambat absorsi cairan. Sebagian akibat dari
keadaan ini volume cairan di dalam lumen usus meningkat yang mengakibatkan
dinding usus menggembung dan tegang dan sebagian dinding usus akan mengadakan
kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas untuk mengalirkan cairan diusus besar.
Apabila jumlah cairan tersebut melebihi kapasitas absorbsi usus maka akan terjadi
diare.
Diare yang disebabkan karena malabsorbsi makanan akan menyebabkan
makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus. Meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga
usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
Tertelannya makanan yang beracun juga dapat menyebabkan diare karena
akan mengganggu motilitas usus. Iritasi mukosa usus menyebabkan hiperperistaltik
sehingga mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.
Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan volume cairan dirongga usus
menyebabkan klien mengeluh perut terasa sakit. Selain karena 2 hal itu, nyeri perut /
kram timbul karena metabolisme karbohidrat oleh bakteri diusus yang menghasilkan
gas H2 dan C02 yang menimbulkan kembung dan flatus berlebihan. Biasanya pada
keadaan ini klien akan merasa mual bahkan muntah dan nafsu makan menurun.
Karena terjadi ketidakseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila keadaan ini terus
berlanjut dan klien tidak mau makan maka akan menimbulkan gangguan nutrisi
sehingga klien lemas.
Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akan menyebabkan klien
jatuh pada keadaan dehidrasi. Yang ditandai dengan berat badan turun, turgor kulit
berkurang, mata dan ubun-ubun bisa menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir
dan mulut serta kulit tampak kering. Tubuh yang kehilangan cairan dan elektrolit
yang berlebihan membuat cairan ekstraseluler dan intraseluler menurun. Dimana
selain air tubuh juga kehilangan Na, K dan ion karbonat. Bila keadaan ini berlanjut
terus maka volume darah juga berkurang. Tubuh mengalami gangguan sirkulasi,
perfusi jaringan terganggu dan akhirnya dapat menyebabkan syok hipovolemik
dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah
menurun, klien sangat lemah kesadaran menurun.
Selain itu, akibat lain dari kehilangan cairan ekstrasel dan intrasel yang
berlebihan, tubuh akan mengalami asidosis metabolik dimana klien akan tampak
pucat dengan pernafasan yang cepat dan dalam (pernafasan kussmaul).
Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare. Karena faktor psikologis
(stress, marah, takut) dapat merangsang kelenjar adrenalin dibawah pengendalian
sistem pernafasan simpatis untuk merangsang pengeluaran hormon yang kerjanya
mengatur metabolisme tubuh. Sehingga bila terjadi stress maka metabolisme akan
terjadi peningkatan, dalam bentuk peningkatan mortalitas usus.
(Ngastiyah, 2005; Syaifuddin, 1999; Barbara C Long,1999)
E. Manifestasi Klinik
1. Peningkatan frekuensi dan kandungan cairan dalam feces
2. Kram abdomen, distensi, bising usus (borborigmus), anoreksia dan rasa haus
3. Kontraksi spasmodik yang sakit dari anus dan mengejan tak efektif (tenesmus)
mungkin terjadi setiap kali defekasi.
4. Sifat dan awitannya dapat eksplosif dan bertahap. Gejala yang berkaitan adalah
dehidrasi dan kelemahan.
5. Feces yang banyak mengandung air menandakan penyakit usus halus.
6. Feces yang lunak, semi padat berkaitan dengan kolon.
7. Feces berwama keabu-abuan menandakan malabsorbsi usus.
8. Mukus dan pus dalam feces menunjukkan enteritis inflamasi atau colitis
9. Berak minyak pada air toilet merupakan diagnostik dari insufisiensi pankreas.
10. Diare noktumal mungkin merupakan manifestasi neuropati diabetik.
(Baughman, 2000:121)
F. Komplikasi
Bila diare berlangsung terus, maka dapat timbul:
1. Dehidrasi
2. Syok hipovolemik
3. Hipokalemia (meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, disritmia jantung)
4. Hipoglikemia
5. Kejang
6. Malnutrisi
7. Asidosis metabolic
(Mansjoer, 1999)
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medik primer diarahkan pada pengkontrolan dan penyembuhan
penyakit yang mendasari.
2. Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan peroral; mungkin diresepkan
glukosa oral dan larutan elektrolit.
3. Untuk diare sedang, obat-obat non-spesifik, difenoksilat (lomotif) dan loperamit
(Imodium) untuk menurunkan motilitas dari sumber non-infeksius.
4. Diresepkan antimikrobial jika telah teridentifikasi preparat infeksius atau diare
memburuk.
5. Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk klien yang sangat muda atau
lansia.
6. Program Therapy menggunakan infus RL KAEN 3B 12 tetes / menit, peroral :
ambroxal 3 x 5, lacbon 3 x ¼ tablet, vactrim sirup 3 x cts injeksi cefotaxim 3 x3
00 mg IV, DIIT : 3 x lunak, 5 x 90 cc laktogen II. Paracetamol 4 x 200 mg (PO).
(Baughman, 2000-.121)
H. Pengkajian Fokus
Pengkajian data dasar gastroenteritis yaitu :
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah.
Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses
penyakit.
2. Integritas Ego
Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi kesal, perasaan tak berdaya/tak ada
harapan.
Faktor stress akut/kronis, misalnya: hubungan keluarga /
pekerjaan, pengobatan yang mahal.
Faktor budaya peningkatan prevalensi pada populasi Yahudi,
sering meningkatkan pada individu.
Eropa Utara dan keturunan Anglo-Saxon.
Tanda : Menolak, perhatian menyempit, depresi.
3. Eliminasi
Gejala : Episode diare yang tidak dapat disekresikan, hilang timbul, sering
tidak terkontrol, flatus lembut, dan semi cair : bau busuk dan
berlemak (stereatorea): melena.
Konstipasi bilang timbul
Riwayat batu ginjal (meningkatnya oksalat pada urine)
4. Makanan/cairan
Gejala : Anoreksia : mual muntah
Penurunan berat badan
Tak toleran pada diare/sensitive misalnya produk susu, makanan
berlemak
Tanda : Penimbunan lemak subkutan/massa otot
Kelemahan, tonus otot buruk dan turgor kulit buruk
Membran mukosa pwat
5. Higiene
Tanda : Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri Bau badan
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada kuadrat kanan
bawah : nyeri abdomen tengah, baeah (keterikatan jejunum)
Nyeri tekan menyebar ke bagian periumbilikal
Titik nyeri berpmdah, nyeri tekan (arthritis)
Nyeri mata fotofobia (iritasi)
Tanda : Nyeri tekan abdomen/distensi
7. Kemanan
Gejala : Riwayat lupus eritematosus, anemia bemoljtik, vaskuitis Artritis
(memperburuk gejala dengan eksaserbasi penyakit usus)
Peningkatan suhu 39,60 – 400 C (eksaserbasi akut)
Penglihatan kabur
Tanda : Lesi kulit muagkin ada, misalnya eritemia (meningkat, nyeri
tekan, kemerahan dan membengkak) pada tangan, muka;
pioderma gangrenosa (lesi tekan purulen / lepuh dengan batas
keunguan) pada paha, kaki dan mata kaki.
Ankilosa spoliditis
Uveitis, konjungtiva/ iritis
8. Interaksi sosial
Gejala : Masalah berhubungan / peran sehubungan dengan kondisi,
ketidakmampuan aktif secara sosial
9. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus
Pertimbangan : DRG (Diagnosis Related Group) menunjukkan rerata
lama dirawat: 7 hari
Rencana pemulangan : Bantuan dalam program diet, program obat, dukungan
psikologis
(Doengoes, 1999)
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan tinja : makroskopis dan mikroskopis, pH dan kadar gulajika di duga
ada intoleransi gula (sugar intolerance), biakan kuman untuk mencari penyebab
dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika.
2. Pemeriksaan darah: darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit
(terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang)
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal
4. Deudenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kwantitatif dan
kwalitatif terutama pada diare kronik.
I. Pathway
Infeksi (bakteri, virus, parasit)
Reaksi inflamasi
Peningkatan sekresi cairan dan elektrolit
Malabsorbsi makanan di usus
Tekanan osmotik meningkat
Pergeseran cairan dan elektrolit ke rongga
Makanan beracun Faktor psikologis
Rangsangan saraf parasimpatis meningkat
Motilitas usus
Hipermotilitas
Sekresi air dan elektrolit meningkat
Hipomotilitas
Bakteri tumbuh berlebihan
Isi rongga usus meningkat
GASTROENTERITIS
Tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
Deficit volume cairan dan elektrolit
Penurunan volume cairan ekstra sel
Penurunan volume darah
Penurunan cairan interstisial
Dehidrasi
Turgor kulit menurun
Mukosa mulut kering
Kerusakan mukosa usus
Demam
Hipertermi
Defekasi sering
Kemerahan dan ekskorasi kulit sekitar
Gangguan integritas kulit
Output berlebih, absorbsi berkurang
Gangguan nutrisi
Kehilangan Na, K, HCO3
Asidosis metabolik
Pernafasan kusmaull
Pelepasan aldosteron menurun
Reabsorbsi Na dalam ginjal
Produksi urin sedikit (olliguri, anuria)
Gagal ginjal
Penurunan cairan interstitial
Pembagian darah tidak merata
Gangguan sirkulasi
Perfusi jaringan menurun
Syok
Hipoksia, sianosis, ekstremitas dingin, gelisah, tekanan darah
Hiperperistaltik usus
Perubahan pola eliminasi
J. Fokus Intervensi
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan pengeluaran cairan yang
berlebihan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
terpenuhinya volume cairan tubuh
Kriteria hasil : Mukosa membrane turgor kulit kenyal, tidak ada tanda
dehidrasi
Intervensi :
a. Awasi masukan dan haluaran, karakter dan jumlah feces; perkirakan
kehilangan yang tak terlihat mis. Berkeringat. Ukur berat jenis urine;
observasi oliguda.
Rasional : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi
ginjal dan kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman untuk
penggantian cairan.
b. Kaji tanda vital (TD, nadi, suhu)
Rasional : Hipotensi (termasuk postural), takikardia, demam dapat
menunjukkan respon terhadap dan atau efek kehilangan cairan
c. Pertahankan pembatasan peroral tirah baring; hindari kerja
Rasional : Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan
kehilangan cairan usus.
d. Berikan cairan parenteral, transfusi darah sesuai indikasi
Rasional : Mempertahankan istirahat usus akan memedukan penggantian
cairan untuk memperbaiki kehilangan / anemia
e. Awasi hasil laboratorium, contoh elektrolit (kalium, magnesium) dan GDA
(Analisa Gas Darah)
Rasional : Menentukan kebutuhan penggantian dan keefektifan terapi
f. Berikan obat sesuai indikasi:
1) Antidiare (rujuk ke DK; diare, hal. 176)
Rasional : Menurunkan kehilangan cairan dari usus
2) Antiemetik, mis. Trimetobinzamid (Tigan); hidroksin (Vistaril);
prokloperazin (Compazine)
Rasional : Digunakan untuk mengontrol mual muntah pada eksaserbasi
akut
3) Antipiretik, misl. Asitamenofen (Tyenol)
Rasional : Elektrolit hilang dalam jumlah besar, khususnya pada usus
yang gundul, area ulkus dan diare dapat juga menimbulkan
asidosis metabolik karena kehilangan bikarbonat (HC03)
4) Vitamin K (Mephyton)
Rasional : Merangsang pembentukan protrombin hepatik,
menstabilisasi koagulasi dan menuronkan risiko perdarahan
2. Gangguan eliminasi BAB : Diare berhubungan dengan peningkatan peristaltik
usus
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan diare dapat
teratasi
(Doengoes, 1999)
Kriteria hasil : - Pola el iminasi (1 -2kali BAB)
- Feses tidak bercampur lendir dan darah
- BAB tidak encer /lunak
Intervensi :
a. Observasi dan catat frekuensi defekasi
Rasional : Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji
beratnya tiap defekasi
b. Tingkatakan tirah baring, berikan alat-alat di samping temapt tidur
Rasional : Istirahat menurunkan motilitas usus juga menurunkan laju
metabolisme bila infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi
c. Identifikasi makanan dan cairan yang mencetuskan diare, misl. sayuran-segar
dan buah, sereal, bumbu, minuman karbonat, produk susu.
Rasional : Menghindari iritan meningkatkan istirahat usus
d. Mulai lagi pemasukan cairan per oral secara bertahap. Tawarkan minuman
jernih tiap jam; hindari minuman dingin
Rasional : Memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau
menurunkan rangsang makanan / minuman. Makan kembali
secara bertahap dapat mencegah terjadi kram dan diare berulang.
e. Kolaborasi obat sesuai indikasi misal. antikolinergik
Rasional : Menurunkan motilitas / peristatik dan menurunkan sekresi
digestif untuk menghilangkan kram dan diare.
(Carpenito, 2000)
3. Gangguan rasa nyaman: nyen berhubungan dengan hiperistaltik, diare lama, iritasi
kulit/ jaringan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan rasa nyaman
nyeri dapat teratasi
Knteria hasil : - Melaporkan nyeri hilang/terkontrol
- Tampak rileks dan marnpu tidur/istirahat dengan tepal
Intervensi :
a. Dorong pasien untuk melaporkan nyeri
Rasional : Mencoba untuk mentoleransi nyeri, daripada meminta analgesik
b. Kaji laporan kram abdomen, catat lokasi, lamnya, intensitas (skala 0-10)
Rasional : Perubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukkan
penyebaran penyakit / terjadinya komplikasi.
c. Berikan area rektal dengan sabun ringan dan air lap setelah defekasi dan
berikan perawatan kulit
Rasional : Melindungi kulit dari asam usus, mencegah ekskodasi
d. Kolaborasi dengan dokter memberikan analgesic
Rasional : Nyeri bervariasi dari ringan sampai berat dan perlu penanganan
untuk memudahkan istirahat adekuat dan penyembuhan
e. Bantu dengan mandi duduk (rendam) sesuai indikasi
Rasional : Memberikan kesejukan local dan kenyamanan untuk area iritasi
rectal
(Doenges, 1999)
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya defekasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan integritas
kulit tidak teriadi
Kriteria hasil : - Mengekspresikan hasrat keinginan dalam pencegahan luka
tekan
- Menggambarkan etiologi dan tindakan pencegahan
- Memperlihatkan integritas kulit bebas dari luka tekan
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital dengan sering perhatikan demam
Rasional : Mungkin indikatif dari pembentukan hematoma / terjadinya
infeksi yang menunjang pelambatan pemulihan luka dan
meningkatkan risiko pemisahan luka
b. Jangan gosok area yang kemerahan atau menggosok di atas tonjolan tulang
Rasional : Meminimalkan luka dan tahanan potensi terjadinya infeksi
c. Berikan perawatan kulit, berikan perhatian khusus pada lipatan kulit
Rasional : Kelembaban / ekskoriasi meningkatkan pertumbuhan bakteri
yang ditimbulkan.
d. Diskusikan tentang pentingnya kebersihan area anal dan jaga agar tetap kering
Rasional : Memberikan pengetahuan agar klien memperhatikan personal
hygiene
e. Pijat kulit khususnya diatas penonjolankolon
Rasional : Memperbaiki sirkulasi pada kulit, meningkatkan tonus kulit.
(Doenges, 1999)
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorbsi nutrien
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Kriteria hasil : Menunjukkan berat badan stabil atau peningkatan berat badan
sesuai sasaran dengan nilai laboratorium normal dan tak ada
malnutrisi
Intervensi :
a. Timbang berat badan tiap hari
Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan diet / keefektifan terapi
b. Dorong tirah baring atau pembatasan aktivitas selama fase sakit akut
Rasional : Menurunkan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan
simpanan energi
c. Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen, flatus (misal.
Produk susu)
Rasional : Mencegah serangan akut / eksaserbasi gejala
d. Mulai tambahkan diet sesuai indikasi misal. cairan jernih maju menjadi
makanan yang dihancurkan
Rasional : Memungkinkan saluran usus untuk mematikan kembali proses
pencemaran. Protein perlu untuk penyembuhan integritas
jaringan.
e. Kolaborasi dengan dokter memberikan vitamin B12
Rasional : Malabsorbsi B12 akibat kehilangan nyata fungsi ileum.
Penggantian mengatasi depresi sumsum tulang karena proses
inflamasi lama, meningkatakan produksi SDM / memperbaiki
anemia.
(Doenges, 1999)
Konsep Tumbuh Kembang
1. 0-12 bulan
a. Masing-masing tahap terdiri dari dua komponen, yang diharapkan dan yang
tidak diharapkan. Perkembangan fase selanjutnya tergantung penyelesaian
masalah pada tahap sebelumnya.
1) Trust Vs mistrust/percaya Vs tidak percaya (0-1 tahun)
2) Otonomi Vs malu dan ragu (1-3 tahun)
3) Inisiatif Vs rasa bersalah (3-6 tahun)
4) Industri Vs inforloritas (6 - 12 tahun)
5) Identitas Vs disfungsi peran (12 - 18 tahun).
(Erick Erikson, 1963)
b. Pertumbuhan
Usia 4 - 5 bulan berat badan 2 x BBL (Berat Badan Lahir). Usia 10-12 bulan
berat badan 3 x BBL (Berat Badan I.ahir). Panjang badan lahir kurang
lebih 50 cm, pada usia 12 bulan mencapai kurang lebih 75 cm. Lingkar
kepala meningkat 1,25 cm per bulan. Pada usia 4-5 bulan belum ada
koordinasi menelan saliva sehingga mengalami ngeces, gigi mulai tumbuh
6-7 bulan.
c. Perkembangan
1) Motorik :
Usia 2-3 bulan : Tengkurap, mengangkat kepala, dada ditahan
dengan tangan, memasukkan tangan ke mulut.
Usia 4-5 bulan : Dapat duduk dengan kepala tegak, berguling dari
terlentang ke tengkurap atau meraih benda dan
tangan. Usia 6-7 bulan : memindahkan benda dari
tangan satu ke tangan lain, senang memasukkan kaki
ke mulut.
Usia 8-9 bulan : Sudah bisa duduk sendiri, koordinasi tangan ke
mulut lebih sering, belajar merangkak, mengambil
dengan jari-jari.
Usia 10-12 bulan : Belajar berjalan dengan bantuan, bisa main cilukba.
2) Sensorik :
Usia 2-3 bulan : Bisa mengikuti sinar ke tepi, mendengarkan suara.
Usia 4-5 bulan : Sudah mengenal orang, akomodasi mata (+).
Usia 6-7 bulan : Stranger anxiety (cemas dengan hal yang baru).
Usia 8-9 bulan : Tertarik dengan benda-benda kecil.
Usia 10-12 bulan : Sudah bisa memberikan bentuk.
d. Konsep hospitalisasi
1) Bila bayi berpisah dengan orang tua, maka pembentukan rasa percaya
dan pembinaan kasih sayangnya dapat terganggu.
2) Pada usia bayi 6 bulan sulit untuk memahami secara maksimal reaksi
bayi bila dirawat, karena belum dapat mengungkapkan apa yang
dirasakannya. Sedangkan bayi diatas 6 bulan banyak menunjukkan
perubahan.
3) Pada bayi usia 8 bulan lebih mengenal ibunya sehingga akan terjadi
stranger anxiety, sehingga bayi akan menolak orang baru yang belum
dikenal.
4) Kecemasan ini dimanifestasikan dengan menangis, marah atau
pergerakan yang berlebihan dan bayi merasa memiliki ibunya sehingga
jika berpisah dengan ibunya akan terjadi sparation anxiety.
Respon bayi terhadap rasa nyeri dapat dilihat melalui ekspresi wajah yang tidak menyenangkan, pergerakan tubuh seperti menggeliat, tersentak atau menangis kuat.