Post on 13-Feb-2021
7
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Ilmu Pengetahuan Sosial
2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial
Pada awalnya penulis beranggapan hakikat IPS merupakan hal-hal yang
mempelajari tentang seluk beluk manusia. Berdasarkan teori yang sudah ada
menjelaskan bahwa hakekat IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya.
Manusia selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dalam hidup itu manusia harus
mampu mengatasi rintangan yang mungkin timbul dari sekelilingnya maupun dari
akibat hidup bersama. Begitulah IPS melihat manusia dari berbagai sudut
pandang. IPS melihat bagaimana manusia hidup bersama sesamanya di
lingkungan sendiri, dengan tentangganya yang dekat sampai jauh. Bagaimana
mereka bergerak memenuhi kebutuhan hidupnya ditinjau pula. Singkatnya yang
menjadi bahan kajian atau bahan ajar IPS adalah keseluruhan manusia.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hakekat IPS adalah telaah
tentang manusia dan kehidupanya bukan hanya seluk beluk manusianya saja
seperti anggapan penulis diawal.
Nama Ilmu Pengetahuan Sosial dalam dunia pendidikan dasar dan
menengah di negara kita muncul bersamaan dengan diberlakukannya kurikulum
SD, SMP dan SMA tahun 1975. Di lihat dari sisi ini maka bidang Ilmu
Pengetahuan Sosial masih “baru” . Kita sebut “baru” karena bahan yang kita kaji
sebetulnya bukanlah baru. Namun cara pandang yang dianutnya memang baru.
Dijelaskan bahwa nama IPS di dunia pendidikan dasar dikatakan baru namun
bukan bahan kajiannya melainnkan cara pandangnya yang baru.
2.1.2 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang
ilmu-ilmu sosial, sepeerti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum,
dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan
fenomena sosial yang mewujudkan pendekatan interdisipliner dari aspek dan
cabang-cabang ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum
8
dan budaya). Dari uraian diatas menjadi dasar awal pemikiran penulis mengenai
eberapa cabang pengertian IPS yaaitu integrasi atau keterkaitan beberapa cabang
ilmu-ilmu social.
Nama Ilmu Pengetahuan Sosial dalam dunia pendidikan dasar dan
menengah di negara kita muncul bersamaan dengan diberlakukannya kurikulm
SD, SMP dan SMA tahun 1975. Di lihat dari sisi ini maka bidang Ilmu
Pengetahuan Sosial masih “baru” . Kita sebut “baru” karena bahan yang kita kaji
sebetulnya bukanlah baru. Namun cara pandang yang dianutnya memang baru.
Terdapat beberapa pendapat mengenai pengertian IPS yaitu menurut Jean
Jarolimek (1967) mengatakan bahwa “IPS adalah mengkaji manusia dalam
hubungannya dengan lingkungan sosial dan fisiknya”, sedangkan menurut Wesley
“IPS sebagai bagian nilai-nilai sosial yang dipilih untuk tujuan pendidikan”.
Binning (1952) sejalan dengan Jarolimek (1967) “IPS suatu pelajaran yang
berhubungan langsung dengan perkembangan dan organisasi masyarakat manusia
dan manusia sebagai anggota dari kelompok sosial”. Berbeda dengan Depdikbud
RI Dalam kurikulum 1975 yang mengatakan bahwa “IPS adalah bidang studi yang
merupakan paduan dari sejumlah matapelajaran sosial”. Sedangkan yang terakhir
menurut Prof Dr D Nasution MA (1975) mengatakan bahwa “IPS adalah suatu
program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya
mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya
dan yang bahannya diambil dari berbagai ilmu-ilmu sosial: geografi sejarah
ekonomi antropologi sosiologi politik dan psikologi sosial”.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa IPS pada hakekatnya adalah
ilmu yang mempelajari manusia baik dari segi fisik maupun sosialnya yang terdiri
atas beberapa cabang ilmu yaitu geografi sejarah ekonomi antropologi sosiologi
politik dan psikologi sosial, ini sesuai dengan pandangan awal penulis mengenai
pengertian IPS yaitu terdiri dari beberapa cabang ilmu-ilmu sosial.
2.1.3 Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Sesuai pemahaman penulis mengenai karakteristik mata pelajaran ilmu
pengetahuan sosial tidak bisa keluar dari cabang-cabang ilmu sosial yang saling
9
terintegrasi, sesuai dalam bukunya Nurhadi (2010:4-5) mengatakan bahwa “Ilmu
Pengetahuan Sosial memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan politik, kewarganegaraan , sosiologi,
bahkan bidang humaniora, pendidikan, dan agama.
b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi yang dikemas
sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema)
tertentu.
c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah social yang dirumuskan dengan pendekatan
interdisipliner dan multidisipliner.
d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat,
kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan
masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup dan survive seperti
pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.
e. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan 3 dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia
secara keseluruhan.”
Berdasarkan uraian diatas ternyata karakteristik mata pelajaran ilmu
pengetahuan sosial memang masih berkaitan dengan cabang-cabang ilmu social
yang ada didalamnya, namun lebih diperinci lagi disetiap cabang ilmu sosialnya.
2.1.4 Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Diawal penulis beranggapan mengenai tujuan pembelajaran ilmu
pengetahuan sosial adalah untuk menjadikan manusia yang memiliki jiwa sosial
yang tinggi dalam kehidupan bersosialnya. Dalam teori yang sudah ada
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat,
memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang
terjadi, dan terampil dalam menghadapi setiap masalah yang terjadi sehari-hari
baik yang menimpa dirinya sendiri maupun masyarakat. Tujuan tersebut dapat
dicapai apabila program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan dengan
baik.
10
Menurut Anwar Mutakin (1998), mengatakan bahwa rumusan tujuan
pembelajaran Ilmu pengetahuan Sosial secara umum diatas dapat dijabarkan
sebagai berikut:
a. Siswa memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan
kebudayaan masyarakat.
b. Siswa mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu
menggunakan metode yang diadaptasi dan ilmu-ilmu social yang
kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah social.
c. Siswa mampu menggunakan model-model dan proses berfikir serta
membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang
berkembang di masyarakat.
d. Siswa menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial,
serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu
mengambil tindakan yang tepat.
e. Siswa mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu
mengembangkan diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung
jawab membangun masyarakat.
Berdasarkan anggapan awal penulis mengenai tujuan pembelajaran IPS
terhadap uraian diatas dapat dikatakan tidak bertolak belakang karena dalam
teori yang ada dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS yaitu
membuat peserta didik peka terdapat masalah sosial dan kehidupan
bersosialnya yang meliputi banyak aspek sama dengan pendapat awal penulis
tentang tujuan pembelajaran IPS yaitu untuk menjadikan manusia yang
memiliki jiwa sosial yang tinggi dalam kehidupan bersosialnya.
2.1.5 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
mengajarkan pada siswa SD agar mereka kelak mengenal fenomena alam dan
fenomena sosial mulai dari lingkungan yang dekat sampai kepada lingkungan
yang lebih jauh (dunia). IPS merupakan mata pelajaran yang mengkaji
11
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
sosial dan kewarganegaraan (KTSP: 2006).
Pengajaran IPS berdasarkan KTSP disusun secara sistematis komprehensif
dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan.
“IPS di Sekolah Dasar berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai,
sikao, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa dan negara Indonesia”
(KTSP: 2006). Fungsi-fungsi tersebut dapat diwujudkan bila guru menggunakan
contoh-contoh dan alat pelajaran yang relevan dengan tingkat dan perkembangan
anak didik, pada saat melakukan proses pembelajaran.
2.1.6 Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD
a. Kedudukan Guru dalam Pengajaran IPS
Penulis beranggapan bahwa pada proses mengajar dan interaksi edukatif, guru
menjadi pelaksana dan penyelenggara. Artinya guru sangat berperan penting
dalam pengajaran dikelas karena dengan diawali interaksi yang baik oleh guru
maka siswa aktif akan muncul dengan sendirinya. Dalam pengajaran IPS, guru
memiliki kedudukan dan peranan tertentu sebagai guru IPS. Nurhadi
(2010:66-68) mengatakan bahwa” kedudukan guru dalam pengajaran IPS
meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Kemampuan Mengorganisasi dan Menjabarkan Materi Pelajaran
Memiliki kemampuan mengorganisasi dan menjabarkan materi
sangatlah penting dimiliki seorang guru IPS, karena itu merupakan
salah satu kunci guru dalam mencapai tujuan intrukional IPS. Adapun
kriterianya adalah sebagai berikut: 1) guru menaruh minat yang penuh
terhadap IPS. 2) guru menguasai hakikat IPS. 3) guru mempunyai jiwa
wiraswasta.
b. Kemampuan menggunakan Variasi Strategi Pembelajaran
Dalam kriteria kompetensi ini yaitu guru memiliki kemampuan
menggunakan variasi strategi pembelajaran mengandung beberapa
kemampuan dasar yang harus dimiliki guru yaitu: 1) Dasar
kepemimpinan. 2) Dasar stimulator. 3) Dasar kemampuan melakukan
pembelajaran TIM.
12
c. Kemampuan Melibatkan Murid secara Aktif dan Langsung
Kemampuan melibatkan murid secara aktif dan langsung adalah
kompetensi guru yang merupakan cerminan kemampuan guru pada
point-point sebelumnya. Kemampuan yang satu ini melibatkan
kemampuan-kemampuan guru yang lainnya yaitu kemampuan guru
sebagai seorang pemimpin, sebagai seorang stimulator, sebagai
seorang motivator dan sebagai seorang wiraswasta dalam bidang
pendidikan.
Berdasarkan anggapan penlis diawal mengenai kedudukan guru
dalam pengajaran IPS serta uraian teori diatas maka pada
pembelajaran IPS, siswa bukan hanya menjadi posisi penerima materi
saja dari guru melainkan juga menjadi subyek yang aktif dalam
pembelajaran. Maka dari itu guru harus mengetahui kondisi peserta
didiknya yaitu kondisi perkembangan mental peserta didik, kesadaran
mental peserta didik dan menggali potensi peserta didik.
b. Ketrampilan Dasar dalam Pengajaran IPS
Ketrampilan-ketrampilan dalam pengajaran IPS diantaranya adalah
ketrampilan yang dapat digunakan untuk menangani gejala-gejala social. Hal
ini mencakup ketrampilan berfikir dan pengolah data. Jadi, ketrampilan IPS
tidak hanya dari segi psikomotor saja. Yang perlu diperhatikan adalah
menjadikan agar siswa dapat mengetahui cara memperoleh informasi dari
gejala-gejala yang ada dalam masyarakat.serta ketrampilan dalam
berpartisipasi mengambil keputusan di dalam kehidupan bermasyarakat.
Kelompok pakar yang bekejja dalam NCSS, ”menjelaskan bahwa
keterampilan mengajar IPS yang relevan dibagi dalam 3 kelompok yaitu :
1) Ketrampilan memperoleh informasi, meliputi :
a. Ketrampilan membaca, mancakup: pemahaman, perbendaharaan
bahasa, kecepatan membaca.
b. Ketrampilan studi, mencakup: mendapatkan informasi dan menata
informasi.
13
c. Ketrampilan merujuk dan mecari informasi, mencakup:
penggunaan perpustakaan, rujukan khusus, menggunakan
petaglobe dan grafik, sumber masyarakat.
d. Ketrampilan teknis dalam penggunaan alat-alat elektronik,
mencakup: ketrampilan komputer dan jaringan informasi dari
televisi dan telepon.
2) Ketrampilan mengorganisasikan dan megolah informasi, meliputi
a. Ketrampilan intelektual yang mencakup: mengkalsifikasikan
informasi, menginterpretasi informasi, menganalisis informasi,
membuat ikhtisar, mensintesiskan informasi, mengevaluai
informasi.
b. Ketrampilan mengambil keputusan.
3) Ketrampilan dalam hubungan dalam interpersonal dan partisipasi
sosial, meliputi
a. Ketrampilan personal
b. Ketrampilan berinteraksi dalam kelompok
c. Ketrampilan partisipasi sosial dan politis.
Berdasarkan uraian diatas maka ketiga ketrampilan tersebut bertujuan agar
peserta didik dapat berinteraksi/bersosialisasi dengan baik di lingkungan
keluarga, sekolah, teman sebaya dan masyarakat. Pada intinya ketrampilan
tersebut nantinya akan peserta didik peroleh manfaatnya kelak saat terjun
dalam kehidupan bermasyarakat yang di sana nanti harus mampu dalam
mengambil keputusan yang bijaksana.
c. Teknik dan Strategi Pengajaran IPS
Penulis beranggapan mengenai taknik dan startegi pengajaran IPS pasti
erat kaitannya dengan kemampuan guru dalam menyampaikan materi IPS
menggunakan strategi-strategi yang ada sesuai keadaan peserta didik dan
fasilitas sekolah serta kemmapuan guru itu sendiri. Berdasarkan teori yang ada
menurut Nurhadi (2010:70) menjelaskan “teknik dan stategi pengajaran
dalam mata pelajaran IPS adalah sebagai berikut:
14
1) Membina konsep dan mengembangkan generalisasi pada IPS.
2) Mengajarkan ketrampilan pada pengajaran IPS.
3) Mengajarkan nilai dan sikap pada pengajaran IPS.
4) Mengembangkan inkuiri dan berfikir.
5) Mengembangkan prosedur bertanya efektif pada pengajaran IPS.
Berdasarkan uraian teori diatas serta anggapan awal penulis dapat
disimpulkan bahwa teknik dan strategi pengajaran IPS bukan hanya
berkonsentrasi pada cara penyampaian materinya namun juga esensisl
materinya harus mudah dimengerti peserta didik karena materi IPS erat
kaitannya dengan praktek langsung dalm kehidupan sehari-hari.
2.1.7 Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menggunakan media audiovisual
(video)
Penulis beranggapan tentang pengajaran IPS menggunakan media
ausiovisual dalam pengajaran mata pelajaran IPS menggunakan media
pembelajaran berupa media audiovisual (video pembelajaran) harus menimbulkan
suasana belajaran yang menyenangkan sehingga siswa terlibat aktif dalam proses
pembelajaran di dalam kelas khususnya pada mata pelajaran IPS. Metode
pengajaran interaksi edukatif sangat sesuai dalam pengajaran IPS menggunakan
media video, berdasarkan teori menurut Nurhadi (2010:65) mengatakan tentang
criteria pengajaran iteraksi edukatif adalah sebagai berikut:
a. Dalam mengajar terdapat tujuan yang jelas, jadi dalam proses
pembelajaran terutama guru sebagai pelaksanan utama harus
menyiapkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam proses
pembelajaran nanti agar kegiatan PBM berjalan sesuai rencana yang
ditentukan.
b. Dalam mengajar terdapat bahan ajar (berupa video pembelajaran) yang
menjadi isi dalam proses pembelajaran.
c. Terdapat peserta didik (pelajar) yang aktif mengalami, siswa terlibat
aktif dalam proses pembelajran dengan menggunakan media video
sebagai sumber materi ajar.
15
d. Terdapat guru yang melaksanakan, dalam pembelajaran dengan media
video sebagai sumber materi ajar terdapat guru sebagai pengajar skaligus
penanggung jawab dalam kegiatan belajar mengajar.
e. Terdapat metode tertentu dalam mencapai tujuan, jadi dalam proses
pembelajaran dengan media video sebagai sumber materi ajar, maka
dalam penyampaian materi masih harus di perlukan dengan penggunaan
metode mengajar yang lain supaya penyampaian materi menggunakan
media video siswa tidak merasa bosan dan tujujan pembelajaran dapat
tercapai.
f. Proses interaksi tersebut berlangsung dalam ikatan situasional, jadi
proses interaksi aktif antara guru dan siswa dalam pembelajaran
menggunakan media video sebagai sumber materi ajar. Proses aktif
siswa berlangsung situasional artinya sesuai situasi yang ditimbulkan
selama proses pembelajaran berlangsung (tidak dapat diatur secara
paksa/kaku).
Berdasarkan uraian diatas serta anggapan awal penulis tentang pemakaina
media audiovisual dalam pengajaran IPS dapat disimpulkan bahwa pemakian
media audiovisual dalam pembelajaran IPS sangat membantu dalam
penyampaian materi dan dapat menimbulkan interaksi edikatif didalam kelas
sesuai teori diatas.
2.1.8 Meteri Ajar Ilmu Pengetahuan Sosial
a. Standar Kompetensi
2.Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang.
b. Kompetensi Dasar
2.1 Mengenal jenis-jenis pekerjaan
c. Indikator Pencapaian Kompetensi
2.1.1 Menjelaskan jenis-jenis pekerjaan di lingkungan rumah.
2.1.2 Memparafrasakan jenis-jenis pekerjaan yang menghasilkan barang.
2.1.3 Memparafrasakan jenis-jenis pekerjaan yang mengutamakan jasa.
2.1.4 Mengklarifikasikan manfaat semangat kerja.
d. Tujuan pembelajaran
16
1. setelah siswa menyaksikan video pembelajaran tentang jenis-jenis
pekerjaan siswa dapat menjelaskan2 macam jenis pekerjaan
2. setelah siswa menyaksikan video pembelajaran tentang jenis-jenis
pekerjaan siswa dapat memparafrasakan pengertian pekerjaan yang
menghasilkan barang
3. setelah siswa menyaksikan video pembelajaran tentang jenis-jenis
pekerjaan siswa dapat memparafrasakan pengertian tentang
pekrejaan yang menghasilkan jasa
4. setelah siswa menyaksikan video pembelajaran tentang jenis-jenis
pekerjaan siswa dapat memparafrasakan contoh pekerjaan yang
menghasilkan barang
5. setelah siswa menyaksikan video pembelajaran tentang jenis-jenis
pekerjaan siswa dapat memparafrasakancontoh pekerjaan yang
menghasilkan jasa
6. setelah siswa menyaksikan video pembelajaran tentang jenis-jenis
pekerjaan siswa dapat mengklarifikasikanmanfaat semangat kerja
e. Uraian Materi Pokok
Jenis-jenis pekerjaan dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Pekerjaan yang menghasilkan barang : segala jenis pekerjaan yang
hasil kerjanya berupa barang. barang ini dapat dijual untuk
mendapatkan uang guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Adapun
contoh pekerjaan yang menghasilkan barang adalah sebagai berikut:
a. Petani
petani adalah orang yang pekerjaannya bertani. petani menanam
berbagai macam tanaman seperti padi, ketela, singkong, jagung,
kedelai dll. selain petani tanaman ada juga petani garam dengan
barang yang dihasilkan berupa garam. Petani perkebunan yang
menghasilkan barang berupa cengkeh, kopi, karet, kelapa sawit
dlll.
b. Peternak
17
Peternak adalah orang yang pekerjaannya memelihara dan
mengembangbiakan hewan. hewan yang biasa diternakan
adalah sapi, kambing, kuda, domba, kerbau, bebek, angsa dll.
hasil yang diperoleh peternak bisa berupa susu, telur dan
daging.
c. Nelayan
Nelayan adalah orang yang pekerjaanya menangkap hasil-hasil
laut dan sejenisnya. contoh ikan tongkol, tengiri, tuna, pari dll.
hasil laut yang lain seperti kerang, cumi, kepiting laut, udang
dll.
d. Konveksi
Konveksi adalah jenis pekerjaan yang menghasilkan barang dari
bahan-bahan kain. hasil pekerjaan konveksi antara lain, baju,
celana, jas, jaket, kaos, dan sebagainya.
e. Pengrajin
Pengrajin adalah orang yang membuat aneka kerajinan.
berdasarkan bahan baku, pengrajin dibedakan menjadi
pengrajin kayu, pengrajin rotan, pengrajin kulit, pengrajin emas,
pengrajin perak, pengrajin gerabah dll.
pengrajin kayu menghasilkan meja, kursi, almari, pintu dan
lain-lain.
pengrajin kulit menghasilkan sepatu, tas, ikat pinggang dan
lain-lain.
f. Produsen/pembuat makanan
Pekerjaan membuat makanan contohnya membuat roti, kue,
tahu, tempe dan lain-lain. barang yang dihasilkan adalah makan
yang sipa dijual.
g. pembuat alat-alat musik
Pekerjaan membuat alat-alat musik menghasilkan barang
berupa gitar, drum, angkulng, lecapi dan alat musik lainnya.
h. Pengusaha jamu dan herbal
18
Pengusaha jamu herbal menghasilkan produk berupa jamu dan
herbal yang siap dijual bebas di pasaran dengan izin
pemerintah.
i. Penerbit dan percetakan
Penerbit dan percetakan adalah pekerjan yang menghasilkan
barang berupa buku, majalah, surat kabar dan sebagainya.
j. Pelukis
Pelukis bekerja menghasilkan barang yang berupa lukisan.
lukisan ini dijual secara bebas di pasaran. Lukisan para pelukis
terkenal biasanya dijual melalui ajang pameran.
k. Penulis
Penulis adalah orang yang bekerja membuat aneka macam
tulisanyang bernilai tinggi. Barang yang dihasilkan adalah
berupa tulisan seperti cerpen, novel, puisi, buku pelajaran , dan
lain lain.
l. Pencipta lagu
Pencipta lagu adalah orang yang bekerja membuat lagu. Karya
yang dihasikan adalah berupa lagu yang bisa dinyanyikan oleh
orang lain. Lagu ini biasanya ditawarkan kepada penyanyi dan
produsen untuk kemudian direkam dan dijual secara luas.
2. Pekerjaan yang menghasilkan jasa
Jasa adalah layanan yang bermanfaat yang bisa dijual kepada
orang lain. jasa dapat berupa pemikiran, keahlian, tenaga atau
gabungan dari ketiganya.
Pekerjaan yang menghasilkan jasa artinya pekerjaan yang berupa
pemberian manfaat dari pemikiran, keahlian, dan tenaga kepada orang
lain untuk ditukar dengan nilai uang tertentu. adapun contoh-contoh
pekerjaan yang menghasilkan jasa adalah sebagai berikut:
a. Jasa Pendidikan.
1. Dosen
19
Dosen adalah orang yang mengajarkan ilmu pengetahuan
kepada orang di perguruan tinggi.
2. Guru
guru adalah orang yang mengajarkan ilmu pengetahuan kepada
orang lain. Guru umumnya bertugas di sekolah.
3. Tutor
Tutor adalah orang yang mengajarkan ilmu pengetahuan kepada
orang lain di lembaga-lembaga pendidikan dan ketrampilan.
b. Jasa Kesehatan.
1. Dokter
Dokter adalah orang yang pekerjannya memeriksa dan
mengobati orang sakit.
2. Apoteker
Apoteker adalah orang yang pekerjaanya meracik obat.
Apoteker biasanya bekerja di apotek, rumah sakit atau
membantu dokter di rumah.
3. Perawat
Perawat adalah orang yang pekerjaannya merawat orang sakit.
Perawat biasa bekerja di rumah sakit atau klinik
4. Bidan
Bidan adalah orang yang pekerjaannya memeriksa dan
membantu orang melahirkan.
c. Jasa Transportasi.
1. Nahkoda
Nahkoda adalah orang yang mengemudikan kapal laut.
2. Pilot
Pilot adalah orang yang mengemudikan pesawat terbang.
3. Becak
Becak merupakan jenis angkutan yang menggunakan jasa
manusia.
4. Ojek
20
Ojek adalah jasa angkutan yang menggunakan kendaraan
bermotor.
5. Sopir
Sopir adalah orang yang pekerjaanya mengemudikan alat alat
transportasi darat seperti: mobil, truk, bus, maupun taksi
d. Jasa Layanan.
1. Pegawai Negri
Pegawai negri adalah orang yang bekerja di kantor
pemerintahan dan telah memiliki nomer induk pegawai (NIP)/
2. Pramuniaga
Pramuniaga adalah orang yang bekerja menjadi pelayan toko.
3. Pramuwisata
Pramuwisata adalah orang yang pekerjaannya menjelaskan
tentang tempat-tempat wisata kepada turis.
4. Pramugari
Pramugari adalah orang yang memberi pe;ayanan kepada
penumpang di pesawat terbang.
5. Pramuwisma
Pramuwisma disebut pembantu rumah tangga. Pramuwisma
bekerja membantu pekerjaan sebuah rumah keluarga.
6. Tukang pos
Tukang pos adalah orang yang bekerja mengantarkan surat-
surat.
Manfaat semangat kerja adalah sebagai berikut:
1. Pekerjaan cepat selesai
2. Membuahkan hasil yang lebih baik dan melimpah
3. Menumbuhkan rasa puas .
f. Keterkaitan Taksonomi Bloom terhadap Materi Jenis-Jenis Pekerjaan
21
Dalam pemilihan materi ajar didalam mengembangan sebuah
media pembelajaran harus dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan. Tujuan pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan teori
kognitif seperti teori kognitif taksonomi bloom yang meliputi 6 level. Pada
skema dibawah peneliti menyusun tujuan pembelajaran pada level 2 yaitu
memahami, dengan kata kerja yang digunakan adalah memparafrasakan(
siswa dapat menjelaskan dengan kata-kata sendiri). Dengan berdasarkan
pengetahuan konseptual(siswa memahami keterkaitan tentang macam-macam
jenis pekerjaan yang meliputi pekerjaan penghasil barang dan pekerjaan penghasil
jasa).
22
Gambar 2.1 Keterkaitan Taksonomi Bloom
Dalam pemilihan materi pada mapel IPS jenis-jenis pekerjaan sesuai skema diatas
dengan Standar Kompetensi: memahami jenis-jenis pekerjaan dan penggunaan uang,
Kompetensi Dasar: Mengenal jenis-jenis pekerjaan, Indikator: 1) menjelaskan jenis-jenis
pekerjaan di lingkungan sekolah 2) memparafrasakan jenis-jenis pekerjaan yang
menghasilkan barang 3) memparafrasakan jenis-jenis pekerjaan yang mengutamakan jasa
4) mengklarifikasikan manfaat semangat kerja. Sesuaiindikator-indikator tersebut peneliti
telah menyesuaikannya dengan tingkat perkembangan kognitif taksonomi bloom yaitu
pada level memahami, ditingkat ini siswa diharapkan mampu mengkontruksikan makna
Dimensi
Pengetahuan
Dimensi Proses Kognitif
1.
meng-
ingat
2.
Mema-
hami
3.
Menga-
plikasikan
4.
Mengana-
lisis
5.
Mengeva-
luasi
6.
Mencipta
A. Faktual
B. Konseptual X
C. Prosedural
D. Metakognitif
Tujuan pembelajaran IPS materi jenis-jenis pekerjaansiswa belajar memahami macam
macam jenis pekerjaan yaitu :
1. Pekerjaan yang menghasilkan barang
2. Pekerjaan yang menghasilkan jasa
Kata benda
1. Pekerjaan yang menghasilkan barang 2. Pekerjaan yang menghasilkan jasa
Kata Kerja
Mengklarifikasikan
Memparafrasakan
Mencontohkan
Mengklasifikasikan
Merangkum
Menyimpulkan
Menjelaskan Dimensi pengetahuan
A. pengetahuan koseptual. (siswa memahami keterkaitan tentang macam-macam jenis pekerjaan yang meliputi pekerjaan penghasil
barang dan pekerjaan penghasil jasa)
B. Pengetahuan Konseptual C. pengetahuan prosedural D. pengetahuan metakognitif
Dimensi Proses Kognitif
1. mengingat 2. memahami 3. mengaplikasikan 4. menganalisis 5. mengevaluasi 6. mencipta
Sumber: buku Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, pengajaran dan
Asesmen “Revisi Taksonomi Bloom”Editor :Lorin W Anderson
23
dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, digambar dan ditulis oleh guru,
lebih tepatnya pengetahuan yang baru masuk dipadukan dengan skema-skema dan
kerangka kognitif yang telah ada. Pengetahuan konseptual menjadi dasar untuk
memahami (Lorin 2010:100). Dalam level memahami meliputi menafsirkan,
mencontohkan,mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan
menjelaskan.
Peneliti mengharapkan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan sesuai tahap/level dalam proses kognitif taksonomi bloom melalui media yang
dikembangkan yaitu video pembelajaran jenis-jenis pekerjaan kelas III semester II.
2.2 Media Pembelajaran
2.2.1 Pengertian Media Pembelajaran
a. Pengertian media secara harfiah
Secara harfiah mediaberarti perantara atau pengantar . Association for
Education and Communication Technology (AET) mengartikan media sebagai
segala bentuk yang digunakan untuk proses penyaluran informasi, sedangkan
National Education Association (NBA) mengartikan media sebagai segala
sesuatu yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca at,au
dibicarakan beserta instrument yang, digunakan d,alam kegiatan tersebut.
Nuryani (2005:114)
Dari uraian diatas dapat disumpulkan bahwa media adalah segala sesuatu
yang dapat menyalurkan informasi/pesan sehingga dapat merangsang
pemikiran seseorang guna mendorong terjadinya proses belajar seseorang.
b. Pengertian media dalam arti umum
Pengertian media dalam arti umum menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1) Santoso S. Hamisjojo mengatakan bahwa “ media adalah semua
bentuk „perantara‟ yang dipakai orang dipakai orang menyebar ide,
sehingga gagasan itu sampai kepada penerima.
2) Dalam M.C. Luhan mengatakan bahwa “sarana disebut „CHANNEL‟,
Karena pada hakekatnyatelah memperluas atau memperpanjangj
kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat dalam
24
batas-batas jarak, ruang dan watu tertentu dan dengan media batas-
batas tersebut hamper tidak ada”.
3) Dalam Black and Horalsen mengatakan bahwa “saluran komunikasi
atau medium yang digunakan untuk memebawa atau menyampaikan
sesuatu pesan, dimana medium ini merupakan jalan atau alat dengan
mana suatu pesan berjalan antara komunikator dengan komunikan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian media
dalam arti umum adalah sarana yang digunakan sebagai perantara
penyampaian informasi/pengetahuan dari penyampai informasi ke
penerima informasi.
c. Pengertian media dalam pembelajaran
Pengertian media dalam pembelajaran penulis beranggapan bahwa pengertian
dari itu adalah alat yang digunakan guru untuk membantu menyampaian
informasi berupa pengetahuan kepada peserta didik. Sedangkan berdasarkan
teori yang ada menurut Nuryani (2005:114) Pengertian media dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) “Media yang penggunaannya didintegrasikan dengan tujuan dan isi
pembelajaran, y,ang biasanya sudah diruangkan dalam GBPP dan
dimaksudkan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar mengajar”.
(Santoso S. Hamidjojo)
2) “Peralatan fisik untuk membawakan atau menyampaikan isi
pembelajaran, kedalamnya termasuk buku, film, video cassets, sajian
slide, raidio, OHP dan lain sebagainnya, termasuk suara guru dan
perilaku non verbal”.(Briggs)
Dari batasan diatas, maka ada dua unsure yang terkandung dalam
pembelajaran, yaitu (1) pesan atau bahan pembelajaran yang akan
disampaikan, dengan istilah lain disebut perangkat lunak (soft ware),
dan (2) perangkat keras (hard ware) yang berfungsi sebagai alat
belajardan alat bantu untuk belajar.
Penggunaan media secara kreatif oleh guru dapat memungkinkan
siswa belajarj lebih banyak, memahami pelajaran yang diperoleh
25
dengan baik dan meningkatkan penampilan siswa didalam kelas sesuai
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Berdasarkan uraian teori diatas dan anggapan awal penulis
mengenai pengertian media dalam pembelajaran adalah peralatan fisik
yang terintegrasi dugunakan untuk membantu penyampaian materi
kepada peserta didik.
2.2.2 Fungsi Media Pembelajaran
Dalam nuryani (2005:119) fungsi media pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Memperjelas dan memperkaya/melengkapi informasi yang diberikan secara
verbal.
2) Meningkatkan motivasi dan perhatian siswa untuk belajar.
3) Meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyampaian informasi.
4) Menambah variasi penyajian materi.
5) Pemilihan media yang tepat akan menimbulkan semangat, gairah dan
mencegah kebosanan siswa untuk belajar.
6) Kemudahan materi untuk dicerna dan lebih membekas, sehingga tidak mudah
dilupakan siswa.
7) Memberikan pengalaman yang lebih konkret bagi hal yang mungkin abstrak.
8) Meningkatkan keingintahuan (curiousity) siswa.
9) Memberikan stimulus dan respon siswa.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi media pada
intinya adalah untuk membantu guru menyampaiakn informasi berupa
pengetahuan kepada peserta didik agar peserta didik dengan menyenangkan tanpa
paksaan tanpa mengurangi nilai esensial materi yang disampaikan.
2.2.3 Peranan Media dalam pembelajaran
Tentang peranan media dalam pembelajaran penulis beranggapan media
sangat penting dan menentukan keberhasilan pembelajaran suatu kelas.
Berdasarkan teori yang ada menurut Nuryani (2005:119-120) menjelaskan bahwa
“ media mempunyai peranan yang cukup berarti dalam pembelajaran, diantaranya
adalah sebagai berikut:
26
1) Mengatasi masalah keterbatasan ruang kelas
Seperti model misalnya, digunakan karena objek asli tidak mungkin
ditunjukkan dimuka kelas ketika proses pembelajjaran oleh guru. Misalnya,
karena terlalu besar, terlalu kecil, terlalu rumit terlalu berbahaya dan
sebagainya.
2) Mengatasi masalah letak geografis
Misalnya daerah pegunugan yang jauh dari pantai, untuk memperlihatkan laut
digunakan media yaitu berupa video.
3) Mengatasi benda yang gerakannya terlalu cepat (misalnya kepakkan sayap
lebah/kupu-kupu), atau terlalu lambat (seperti proses mekarnya bunga), pada
hal gerakknya ini yang menjadi pusat perhatian. Kesulitan ini bisa diatasi
dengan pemakian media berupa videoyang bisa diperlambat atau dipercepat.
Berdasarkan teori diatas serta anggapan awal penulis mengenai peranan
media pembelajaran pada intinya dapat disimpulkan bahwa media sangat penting
dalam proses pembelajaran karena dapat membantu guru apabila mengalami
kendala dan proses pengajaran begitupun sebaliknya siswa juga terbantu dalam
menyerap ilmu pengetahuan.
2.2.4 Macam-Macam Media Pembelajaran
Perkembangan IPTEK semakin berkembang termasuk pada bidang pendidikan,
termasuk perkembangan dalam hal membuat keanekaragaman media
pembelajaran yang dihardirkan guna menunjang proses pembelajaran dikelas.
Keanekaragaman ini di kemukakan oleh Djamarah dan Zain (2002:104-102) yang
berpendapat “bahwa sangat banyak macam-macam media dan dapat
dikategorisasikan menjadi, sebagai berikut:
a. Menurut jenisnya
1) Media Auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara
saja, seperti radio cassets recorder dan piringan hitam. Media ini tidak
cocok untu orang yang memiliki gangguan pendengaran.
2) Media Visual, yaitu media yang mengandalkan indra penglihatan. Media
ini menampilkan gambar diam seperti film strip, slide, foto, gambar atau
27
lukisan dan cetakan. Ad.apula media visual yang menampilkan media atau
symbol gambar bergerak.
3) Media Audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsure suara dan unsure
gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena
meliputi kedua jenis media yaitu aditif dan visual. Media ini dibagi lagi
menjadi 4 yaitu:
a) Media audiovisual diam, y,aitu media yang menampilkan suara dan
gambar seperti film bingkai suara (sound slide), film rangkai suara dan
cetak suara.
b) Audiovisual gerak, yaitu media yang menampilkan unsure suara dan
gambar bergerak seperti seperti film suara dan video cassets.
c) Audiovisual murni, yaitu baik unsure suara maupun unsure gambar
berasal dari suatu sumber seperti film gambar video cassets.
d) Audiovisual tidak murni, yaitu yang unsure suara dan gambarnya
berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang
usur gambarnya berasal dari slide proyektor dan unsure suaranya dari
tape recoeder.
b. Menurut daya linputnya
Media pembelajaran menurut daya liputnya dibagi menjadi 3 yaitu:
1) Media dengan daya liput luas dan serentak. Penggunaan media ini tidak
terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik
yang banyak dalam waktu yang sama. Contoh radio dan televise.
2) Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu. Media ini
penggunaannya membutuhkan tempat dan ruang yang khusus seperti film,
sound slide, film rangkai yang harus menggunakan tempat tertutup dan
gelap.
3) Media untuk pembelajaran individual. Media ini penggunaanya hanya
untuk seorang diri. Media yang termasuk kategori ini adalah modul
berprogram dan pengajaran computer.
28
c. Menurut bahan pembuatannya
Media pembelajaran menurut bahan pembuatannya diklasifikasikan menjadi 2
yaitu:
1) Media Sederhana. Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh, harganya
murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.
2) Media Kompleks. Media ini adalah media yang bahan dan alat
pembuatannnya sulit diperoleh, mahal harganya, sulit membuatnya, dan
penggunaanya memerlukan keterampilan yang memadai.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa media memiliki
banyak macam yaitu menurut jenisnya, bahan pembuatanya dan daya
liputnya, sehingga penulis berpendapat media sangat luas jangkauannya
sehingga memang diperlukan kekreatifitasan guru dalam meenggunakan
media terlebih mampu menciptakan media sesuai kebutuhan walaupun
sederhana.
2.2.5 Faktor dalam Pemilihan Media Pembelajaran
Djamarah dan Zain (2002:104-102) Faktor dalam memilih media pembelajaran
meliputi 6 yaitu:
1) Objektivitas
2) Program pengajaran
3) Sasaran program
4) Situasi dan kondisi
5) Kualitas teknik
6) Kefektifan dan efisiensi penggunaan.
Dalam pemilihan media terlebih oleh guru sebagai pengguna harus sesuai
dengan keadaan sekolah serta kemampuan guru itu sendiri dan kondisi peserta
didik, sehingga fungsi media sebagai alat mempermudah guru dalam
menyampaikan materi benar terjadi bukan malah sebaliknya media dapat menjadi
kendala guru dalam penyampaian materi.
29
2.3 Video Pembelajaran
2.3.1 Pengertian Video Pembelajaran
Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-vidi-visum yang artinya
melihat (mempunyai daya penglihatan). Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:
1119) mengartikan video dengan: “1) bagian yang memancarkan gambar pada
pesawat televisi; 2) rekaman gambar hidup untuk ditayangkan pada pesawat
televisi”.
Sejalan dengan definisi diatas, Smaldino (2008: 374) mengartikan bahwa
video pembelajaran adalah “the storage of visuals and their display on television-
type screen” yang artinya penyimpanan/perekaman gambar dan penanyangannya
pada layar televisi. Video, “dilihat sebagai media penyampai pesan, termasuk
media audio-visual atau media pandang-dengar” (setyosari & Sihkabuden, 2005:
117).
2.3.2 Karakteristik Video Pembelajaran
Karakteristik video pembelajaranMenurut Ngadiyono Y “video pembelajaran
adalah rangkaian gambar elektronik yang memiliki unsur gerakan dan suara yang
digunakan sebagai alat bantu mengajar pada berbagai bidang studi atau mata
kuliah” .
Video pembelajaran memiliki 3 karakteristik yaitu:
1. Signal video menyajikan objek gambar (3 dimensi) yaitu warna gerakan
dan suara.
2. Tata urutan gambar tetap (tidak bisa diubah) .
3. Cenderung kurang memberi respon pada peserta didik.
Sedangkan menurut Keep and Dayton (1985) kontribusi video pembelajaran
adalah sebagai berikut:
1. Penyampaian pesan pembelajaran lebih berstandar.
2. Pembelajaran dapat lebih menarik.
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan penerapan teori belajar.
4. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek.
30
5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.
6. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan.
7. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran
dapat ditingkatkan.
8. Peran guru berubah kearah positif.
2.3.3 Keunggulan Video Pembelajaran
Kelebihanvideo pembelajaran menurut Nugent (2005) dalam Smaldino
dkk. (2008: 310) antara lain:
Video dimanfaatkan untuk hampir semua topik, tipe belajar, dan setiap ranah:
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada ranah kognitif, pembelajaran bisa
mengobservasi rekreasi dramatis dari kejadian sejarah masa lalu dan rekaman
aktual dari peristiwa terkini, karena unsur warna, suara dan gerak di sini mampu
membuat karakter berasa lebih hidup.
Selain itu menonton video, setelah atau sebelum membaca, dapat
memperkuat pemahaman siswa terhadap materi ajar. Pada ranah afektif, video
dapat memperkuat siswa dalam merasakan unsur emosi dan penyikapan dari
pembelajaran yang efektif. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari potensi emosional
impact yang dimiliki oleh video, di mana ia mampu secara langsung membetot
sisi penyikapan personal dan sosial siswa. Membuat mereka tertawa terbahak-
bahak (atau hanya tersenyum) karena gembira, atau sebaliknya menangis berurai
air mata karena sedih. Pada ranah psikomotorik, video memiliki keunggulan
dalam memperlihatkan bagaimana sesuatu bekerja. Misalnya dalam mendemons-
trasikan bagaimana kenampakan permukaan bumi dalam mata pelajaran IPS.
Semua itu akan terasa lebih simpel, mendetail, dan bisa diulang-ulang.
Bermacam peralatan dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan
pesan ajaran kepada siswa melalui penglihatan dan pendengaran untuk
menghindari verbalisme yang masih mengkin terjadi kalau hanya digunakan alat
bantu visual semata. Untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan
pengalaman belajar bagi siswa, Edgar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut
yang kemudian dinamakan Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Edgar Dale cone of
experience).
Edgar Dale memandang bahwa nilai media pembelajaran diklasifikasikan
berdasarkan nilai pengalaman. Menurutnya, pengalaman itu mempunyai dua belas
31
(12) tingkatan. Tingkatan yang paling tinggi adalah pengalaman yang paling
konkret. Sedangkan yang paling rendah adalah yang paling abstrak, diantaranya :
1. Direct Purposeful Experiences: Pengalaman yang diperoleh dari kontak
langsung dengan lingkungan, obyek, binatang, manusia, dan sebagainya,
dengan cara perbuatan langsung.
2. Contrived Experiences : Pengalaman yang diperoleh dari kontak melalui
model, benda tiruan, atau simulasi.
3. Dramatized Experiences : Pengalaman yang diperoleh melalui prmainan,
sandiwara boneka, permainan peran, drama soial.
4. Demonstration : Pengalaman yang diperoleh dari pertunjukan.
5. StudyTrips : Pengalaman yang diperoleh melalui karya wisata.
6. Exhibition : Pengalaman yang diperoleh melalui pameran.
7. Educational Television : Pengalaman yang diperoleh melalui televisi
pendidikan.
8. MotionPictures : Pengalaman yang diperoleh melalui gambar, film hidup,
bioskop.
9. StillPictures : Pengalaman yang diperoleh melalui gambar mati, slide,
fotografi.
10. Radio and Recording : Pengalaman yang diperoleh melalui siaran radio atau
rekaman suara.
11. Visual Symbol : Pengalaman yang diperoleh melalui simbol yang dapat dilihat
seperti grafik, bagan, diagram
12. Verbal Symbol : Pengalaman yang diperoleh melalui penuturan kata-kata.
Yang kita ingat Modus
Verbal
Visual
Berbuat
Baca 10%
Dengar 20%
Lihat
30% Lihat dan dengar
40%
70% Katakan
Katakan dan lakukan
90%
Gambar 2.2 Kerucut Pengalaman
32
perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati, dan
mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa.
Semakin konkret siswa mempelajari bahan pengajaran, contohnya melalui
pengalaman langsung, maka semakin banyak pengalaman yang diperolehnya.
Sebaliknya semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, contohnya hanya
mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit pengalaman yang akan
diperoleh siswa . Video sangatlah membantu siswa pada saat penyampaian materi
berlangsung,karena pada saat melihat video bagian tubuh otak,mata dan telinga
akan bekerjasama untuk menerima dan menyimpan apa yang dilihat ke dalam
memori otak.
2.3.4 Kelemahan Video Pembelajaran
Video pembelajaran selain mempunyai keunggulan disatu sisinya juga
mempunya kekurangan. Menurut Nugent (2005) dalam Smaldino dkk. (2008:
310) video/film juga memiliki kekurangan, di antaranya adalah sebagai berikut:
Sebagaimana media audio-visual yang lain, video juga terlalu menekankan
pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi tersebut; pemanfaatan
media ini juga terkesan memakan biaya tidak murah, terutama bagi gurudengan
gaji pas-pasan di negeri ini dan penanyangannya juga terkait peralatan lainnya
seperi videoplayer, layar bagi kelas besar beserta LCDnya, pemakaian listrik yang
harus dalam keadaan hidup terus menerus dan lain-lain.
Dari kelemahan tersebut masih bisa kita atasi antara lain dengan cara,
pemanfaatan media sosial seperti video di situs youtube sehingga guru tidak perlu
ribet membuat video pembelajaran untuk mengajar. Pemakaian listrik yang terus
menerus dapat diatasi dengan penggunaan power saving/UPS dan solare, pada
saat listrik padam kegiatan pembelajaran masih dapat dilakukan dan sekolah
mampu memproduksi listrik sendiri. Untuk layar dapat memanfaatkan tembok
kelas sebagai layar untuk memvisualisasikan video pembelajaran. Jika semua
langkah tersebut masih berkendala, maka guru sebaiknya guru mengunakan
cadangan model dan metode pembelajaran lain sebagai penyampai materi
pelajaran.
33
2.3.5 Kepraktisan Video Pembelajaran dalam Pengajaran
Andre R (1982:53-56) mengatakan bahwa video dalam pengajaran memiliki
beberapa kerpraktisan yaitu:
1) Media video dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki peserta
didik.
2) Media video dapat melampaui batas ruang dan waktu
3) Media video sangat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara anak
didik dan lingkungannya
4) Media video dapat memberikan keseragaman pengamatan
5) Media video dapat menanamkan konsep dasar yang besar, konkret dan
realistis
6) Media video membangkitkan keinginan dan minat baru
7) Media video memberikan pengalaman yang integral dari yang konkret sampai
ke abstrak.
2.3.6 Penggunaan Video Pembelajaran dalam Pengajaran
Andre R (1982:53-56) Ada beberapa cara dalam penggunaan media video
di dalam pengajaran, sehingga memungkinkan peserta didik ambil bagian secara
aktif dan kreatif. Yang memungkinkan anak didik mampu menyumbangkan
pemikiran dan mengalamannya.
Sedikitnya terdapat 2 cara yang merupakan cara dasar dari berbagai variasi
penggunaan metode mengajar deng video yakni sebagai berikut:
1) Cara pertama (diskusi kelompok)
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Guru memberikan keterangan singkat akan jalannya pelajaran yang akan
dibahas dan dialami bersama-sama, supaya peserta didik dapat
mempersiapkan dirisehingga tujuan intruksional dapat tercapai.
b. Media dipertunjukkan kepada anak-anak. Kalau media ini berupa gambar
atau foto maka media ini bisa ditempel di papan tulis dan jika media
berupa video maka diputarkan melalui alat yang sudah disediakan
sebelumnya.
34
c. Setelah anak melihat dan mencermati isi dari materi di dalam media yang
diputarkan , maka anak dibagi dalam kelompok-kelompok yang nantinya
untuk diskusi. Diharapkan guru tetap mengawasi dalam pembagian
kelompok agar tidak ramai.
d. Setelah dibuat kelompok maka guru mengajukan beberapa pertanyaan
yang sederhana kepada siswa namun mampu merangsang anak didik
untuk menjawab.
e. Diskusi berlangsung dalam bimbingan guru, agar kelas tidak gadug guru
harus cermat dalam memperhatikan siswa baik yang aktif dalam diskusi
maupun yang pasif supaya semua siswa dapat menyumbangkan
pemikirannya melalui diskusi yang dilakukan.
f. Setelah diskusi selesai siswa diminta melaporkan hasil diskusi dalam
bentuk presentasi sederhana dan anggota kelompok lainnya memberikan
tanggapan. Guru disini sebagai mediator dan penilai dalam presentasi hasil
diskusi.
g. Guru memberikan kesimpulan tentang pembelajaran hari ini dan
memberikan penekanan pada butir-butir penting terkait materi yang
diajarkan.
2) Cara kedua (diskusi klasikal)
a. Guru memberikan penjelasan singkat akan jalannya pelajaran yang akan
dibahas dan dialami bersama-sama, supaya peserta didik dapat
mempersiapkan diri sehingga tujuan intruksional dapat tercapai.
b. Media dipertunjukkan kepada anak-anak. Kalau media ini berupa gambar
atau foto maka media ini bisa ditempel di papan tulis dan jika media
berupa video maka diputarkan melalui alat yang sudah disediakan
sebelumnya.
c. Guru mengajukan pertanyaan tidak lebih dari 3 butir.
d. Anak didik dipersilahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut pada
buku tulisnya. Waktu yang diberikan kurang lebih 15 menit.
e. Guru meminta siswa menghentikan tugasnya. Lalu guru minta agar anak
didik mengungkapkan jawaban yang ditulisnya. Demikian seterusnya
35
hingga jawaban yang tertulis ini dapat mewakili jawaban anak didik secara
keseluruhan.
f. Guru memilih dan mengumpulkan jawaban-jawaban yang sekiranyamirip
atau senada. Lalu mengajak anak didik menyimpulkan secara bersama-
sama.
g. Setelah kesimpulan dicapai, guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya terkait materi yang belum jelas.
2.3.7 Kriteria dalam Mereview Media Video Pembelajaran
1. selaras dengan standar kompetensi, hasil belajar dan tujuan belajar.
a) Selaras dengan standar kompetensi: materi yang terdapat didalam video
pembelajaran harus selaras dengan standar kompetensi yang telah
ditentukan.
b) Hasil belajar: dalam video pembelajaran memuat materi ajar yang
menjadikan siswa memperoleh pengetahuan baru sebagai bentuk hasil dari
belajar.
c) Tujuan belajar: dalam video pembelajaran memuat tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai sesuai materi ajar yang terdapat didalam video
pembelajaran.
2. Informasinya akurat dan terbaru
Video pembelajaran harus memuat informasi yang akurat. Agus
(2009:247) mengatakan bahwa “ informasi dikatakan akurat apabila indormasi
tersebut tidak bias/menyesatkan, bebas dari kesalahan-kesalahan, harus jelas
mencerminkan maksudnya”.
3. Bahasa yang sesuai usia
Didalam video pembelajaran penggunaan bahasa harus sesuai usia, adapun
6 kriteria bahasa yang baik adalah sebagai berikut:
1) Tata bunyi
2) Tata bahasa
3) Kosakata
4) Ejaan
5) Makna
36
6) Kelogisan
4. Tingkat ketertarikan dan keterlibatan
Walker & Hess (1984:306) mengatakan bahwa “kualitas instruksional
didalamnya terdapat aspek media harus dapat memberikan dampak bagi
siswa, memiliki kualitas memotivasi siswa … dan memiliki kualitas social
interaksi”. Sehingga video harus dapat menarik minat dan motivasi siswa
untuk belajar serta terlibat didalamnya.
5. Kualitas teknis
Walker & Hess (1984:306) mengatakan bahwa “kualitas teknis meliputi :
(1) keterbacaan (2) mudah digunakan (3) kualitas tayangan/gambar ... Adapun
kriteria gambar yang baik menurut Arsyad (2011:177) adalah sebagai berikut:
a) Relevan dengan tujuan/sasaran belajar
b) Kesedehanaan (rapih, teratur, tidak tercampur dengan bahan-bahan
yang tidak relevan, objek yang tidak perlu atau latar belakang yang
mengganggu)
c) Tidak ketinggalan jaman(mode yang kuno dapat mengundang tawadan
menyebabkan siswa kehilangan maksud pesan gambar)
d) Skala (ukuran relatif suatu objek harus tampak dari gambar. Objek yang
biasa dapat memberikan perbandingan skala ukuran benda/objek yang
asing)
e) Kualitas teknis (kontras yang bagus, tajam terfokus dengan bidang
focus dan detail yang bersih, warna alamiah dan realistik)
f) Ukuran (terlihat memadai cocok untuk kelompok besar, dan juga untuk
kelompok kecil).
6. Mudah digunakan
“Video pembelajaran mudah digunakan baik dari segi pengoprasiannya
maupun pendokumentasiannya”.Arsyad (2011:179)
7. Bebas bias
“materi didalam video tidak mengandung makna bias baik dari segi bias ras,
suku, gender, agama dan lain-lain”. Arsyad (2011:179)
8. Panduan dan arahan pengguna
37
Dalam video terdapat panduan penggunaan terkait materi dari mata
pelajaran terkait, serta terdapat arahan dari guru tentang penggunaan / cara
kerja video .(Smaldino dkk :430)
9. Melaju dengan sesuai
Materi yang terdapat didalam video disajikan secara runtut dalam KBBI
runtut diartikan “selaras/sesuai”, sehingga materi yang disajikan dalam video
mampu membuat anak paham dan memperoleh informasi baru .(Smaldino dkk
:430)
10. Penggunaan alat bantu belajar kognitif (tinjauan, petunjuk,rangkuman)
Didalam video dilengkapi dengan petunjuk pengunaan serta rangkuman
materi ajar sehingga siswa mampu memperoleh hasil belajar dari segi
kognitifnya.(Smaldino dkk)
2.3.8 Aplikasi Videoscribe
a. Pengertian Videoscribe
Videoscribe adalah software yang bisa kita gunakan dalam membuat
design animasi berlatar putih dengan sangat mudah. Software ini
dikembangkan pada tahun 2012 oleh sparkol ( Salah satu perusahaan yang ada
di Inggris ).
b. Kegunaan Videoscribe
1. Videoscribe bisa digunakan untuk keperluan bisnis online. Ide marketing
bisa diaplikasikan lewat videoscribe
2. Videoscribe bisa digunakan untuk pendidik/Guru atau Dosen sebagai
pengantar pembelajaran
3. Videoscribe untuk presentasi keperluan anda.
4. Menunjukan kemampuan berpikir dan mengkombinasikannya melewati
video animasi.
c. Kelebihan Aplikasi Videoscribe
Adapun kelebihan aplikasi videoscribe yaitu memberikan kemudahan
untuk menjelaskan, memasarkan dan memaparkan produk atau jasa Anda
38
tanda membutuhkan desain atau perancang professional. Tampilan software
ini mudah digunakan untuk bisnis apa saja, sehingga Anda dapat dengan cepat
membuat materi presentasi untuk digunakan di website, TV, Film, youtube
atau DVD video promosi tanpa memerlukan tambahan pengeluaran. Kualitas
video yang dihasilkan tidak ecek-ecek (Full HD), bisa disesuaikan dengan
layar computer Anda, wide atau normal. Untuk dunia pendidikan, hal ini
sangat cocok diterapkan untuk yang sudah menjalani e-learning. Software ini
membantu menjelaskan peta konsep, ilustrasi percakapan dengan cara baru
dan mengesankan.
d. Langkah-langkah penggunaan aplikasi videoscribe
Berikut adalah langkah-langkah penggunaan aplikasi videoscribe
1. Download File dan Instalasi
a) Pertama-tama, softwarenya bisa kita download di website
resminya http://videoscribe.com . Untuk menggunakan software ini,
kita diharuskan membuat akun dulu.
b) Videoscribe ini sifatnya trialware. Kita punya waktu 7 hari untuk
mencoba aplikasi ini dengan gratis. 7 hari trial pun kita cuma bisa
bikin scribe dan ngupload aja, tapi video hasil jerih lelah kita nggak
bisa disimpan dengan format video umum.
c) Cara nginstall aplikasinya mudah. Setiap kita ingin menggunakan
aplikasi ini, kita diharuskan login dengan username dan password yang
sudah terdaftar dulu seperti ini.
2. Tampilan dan Cara Pakai VideoScribe
Tampilan setelah kita login ke halaman awalnya adalah seperti
dibawah ini.
http://videoscribe.co/
39
a) Untuk membuat video scribe baru, klik kotak dengan tombol + dulu,
setelah itu akan dibawa masuk ke halaman dibawah ini.
b) Untuk menggunakan aplikasi ini, seenggaknya ada 2 obyek yang akan
kita mainkan. Obyek gambar, dan obyek teks, dan animasi selebihnya
udah otomatis.
c) Untuk obyek gambar, Videoscribe menyediakan gambar librarynya
sendiri yang tinggal kita cari berdasarkan kata kunci.
40
d) Format file gambar yang didukung adalah SVG, JPG, dan PNG, tapi
yang paling disarankan adalah format vector SVG untuk hasil yang
lebih maksimal. Untuk format teks, Videoscribe mengikuti library font
yang sudah ada di komputer kita, sehingga kalau kita punya font-font
unik ya pasti bisa dipakai.
e) Memasukkan gambar dan teks.. Tinggal kita pilih, terus diatur. Setelah
itu, kita bisa mengatur timing durasi animasi gambaran tangannya
hanya dengan menentukan durasinya dalam satuan detik di obyek yang
diinginkan.
f) Kalau mau lebih advance lagi, kita bisa atur dengan mengklik tombol Option
disamping obyek yang kita ingin atur. Disana kita bisa mengatur durasi lebih
detail lagi, mode animasi gambar atau gerakan tangan, model warna gambar,
dan sebagainya.
41
2.4 Kajian Penelitian yang Relevan
1. Nastiti Sri Mulatsih (2012) berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar IPS melalui
penggunaan media video bagi siswa kelas 5 di SD negeri Kalinegoro 6 Mertoyudan
Magelang Jawa Tengah Tahun Ajaran 2011/2012”. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar melalui penggunaan media video pada mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial bagi siswa kelas V SD Negeri Kalinegoro 6 Tahun Ajaran
2011/2012. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini
menggunakan model Kemmis dan Mc.Taggart. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua
siklus. Setiap siklus terdapat kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan
refleksi. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Kalinegoro 6
yang berjumlah 23 anak, yang terdiri atas 12 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini melalui pengamatan, tes, dan
dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan berupa lembar observasi dan soal
tes. Sebelum digunakan dalam penelitian, tes divalidasi secara empirik dan expert
judgement. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif
dan kuantitatif. Data yang berkaitan dengan observasi dan dokumentasi dianalisis
secara kualitatif sedangkan data dari hasil tes dianalisis secara kuantitatif persentase.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media video dalam
pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar IPS. Peningkatan tersebut
dibuktikan dengan hasil tes pra tindakan ada 10 siswa atau 43% dari seluruh siswa
yang mendapat nilai ≥ 60. Setelah dilakukan tindakan dengan media video di siklus I,
hasil tes pada siklus I ada 21 siswa atau 91% dari seluruh siswa yang mendapat nilai
≥ 60. Demikian pula setelah dilakukan perbaikan dengan memvariasi media video di
siklus II dengan memberi jeda (pause) dan guru memberi penjelasan saat video dijeda
(pause) pada siklus II, dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa, ditandai ada 22
siswa atau 95,65% dari seluruh siswa yang mendapat nilai ≥ 60. Nilai rata-rata hasil
tes meningkat, pada siklus I yaitu 68,69 sedangkan pada siklus II yaitu 77,40.
2. Yayan (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Media Audio visual
pada Pembelajaran IPS tentang Peristiwa Sekitar Proklamasi untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa di SD 2 Kamulyan”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh
kurangnya hasil belajar siswa SD pada pembelajaran IPS khususnya pada materi
42
Peristiwa Sekitar Proklamasi, sebagai dampak dari pembelajaran yang dilakukan pada
umumnya hanya terpusat pada penyampaian materi dalam buku teks tanpa
menggunakan media pembelajaran yang tepat, sehingga anak tidak termotivasi
dengan pembelajaran yang hanya verbalistik. Selain itu ketersediaan media di
lingkungan sekolah yang diduga kuat dapat meningkatkan hasil belajar siswa SD
khususnya pada pembelajaran Peristiwa Sekitar Proklamasi. Tujuan penelitian ini,
untuk memperoleh gambaran secara objektif tentang keefektifan penggunaan media
audio visual dalam meningkatkan hasil belajar siswa SD tentang Peristiwa Sekitar
Proklamasi. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yang diadaptasi dari model Kemmis dan MC.Taggart, terdiri dari 3
siklus dimana setiap siklus terdiri dari empat langkah kegiatan,yaitu: perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah 14 siswa kelas V
yang terdiri dari 5 orang perempuan dan 9 orang laki-laki, penelitian ini melibatkan
satu orang guru mitra yang bertindak sebagai observer. Hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPS tentang materi sekitar proklamasi kemerdekaan dengan penggunaan
media audio visual dari siklus I sampai siklus ke III, mengalami peningkatan yang
signifikan, dengan presentase keberhasilan sebagai berikaut : presentase rata-rata
keberhasilan pembelajaran pada siklus I yaitu 64.8 %, presentase rata-rata
keberhasilan pembelajaran pada siklus II adalah 71,2 %, dan presentase rata-rata
keberhasilan pembelajaran pada siklus III adalah 82,6 %. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media audio
visual tentang Peristiwa Sekitar Proklamasi pada pembelajaran IPS, terbukti dapat
meningkatkan hasil belajar siswa di SD kelas V SDN 2 Kamulyan.
Berdasarkan 3 hasil penelitian yang relevan yaitu tentang keberhasilan hasil belajar
siswa menggunakan media video pembelajaran, maka dapat dijadikan dasar kuat
bahwa penelitian tentang penggunaan media pembelajaran video dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dapat dilanjutkan.
43
2.5 Kerangka Pikir
Dalam proses pembelajaran pemilihan metode mengajar mempengaruhi jenis media
pembelajaran yang sesuai, meskipun masih banyak aspek lain yang harus diperhatikan
dalam pemilihan media salah satu fungsi utama media adalah sebagai alat bantu
mengajar.
Jenis-jenis pekerjaan merupakan materi penting bagi siswa untuk bekal masa depan
mereka ketika terjun di dunia kerja, namun siswa sekolah dasar masih sulit menyukai
materi IPS yang kebanyakan berupa bacaan panjang dari buku teks dan penjelasan guru.
Bagi anak usia SD membaca materi pelajaran dan mendengarkan materi dari guru
tidak bisa diingat secara keseluruhan, siswa lebih mudah menangkap materi pelajaran
yang disajikan dengan gambar berwarna apalagi berupa gambar kartun yang disertai
iringan lagu yang menarik video pembelajaran dapat membantu pemahaman siswa dalam
menangkap materi pelajaran serta menjadikan suasana kelas yang menyenangkan.
Penelitian ini bertujuan mengembangkan produk berupa video pembelajaran untuk
mapel IPS kelas III SD materi jenis-jenis pekerjaan yang diharapkan layak digunakan
dalam proses pembelajaran.
Video yang dikembangkan menggunakan aplikasi Videoscibe , jadi video
pembelajaran berupa gambar animasi tangan bergerak layaknya seseorang yang sedang
menulis dipapan tulis disertai gambar berwarna yang diiringi dengan lagu yang menarik
sesuai materi yang terdapat dalam video dari proses video pembelajaran merupakan
media pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
Dalam mengembangkan media video pembelajaran jenis-jenis pekerjaan menentukan
batasan materi yang akan dijadikan bahan pembuatan video dengan mengacu pada
silabus, mulai merancang desain produk video pembelajaran yang nantinya akan diuji
ahlikan kepada ahli media sesuai dengan criteria yang sebelumya telah ditentukan
berdasarkan teori yang ada sebelumnya, melaksanakan revisi produk sesuai saran dari
ahli media, barulah dilakukan uji coba produk terbatas, setelah mengetahui hasil dari uji
coba produk terbatas terkait kelayakan pemakaian media video dilakukan revisi II sesuai
saran ahli media apabila itu diperlukan dan selanjutnya diteruskan dengan uji coba
produk luas guna menguji kembali kelayakan pemakaian media video dalam
pembelajaran dan apabila sudah mendaptakan hasil dan diperlukan adanya revisi produk
44
untuk lebih menjadikan produk semakin berkualitas maka dialkukan revisi sampai produk
menjadi layak digunakan dan memiliki kualitas sesuai ketentuan.
2.6 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka di atas maka hipotesis penelitian dalam penelitian
ini adalah media video pembelajaran IPS materi jenis-jenis pekerjaan semester II kelas III
layak digunakan dalam pembelajaran di SD N Kalikurmo Kecamatan Bringin Kabupaten
Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016.