LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

64
LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH PENGGUNAAN KOMBINASI TWEEN 60 DAN SPAN 60 SEBAGAI SURFAKTAN TERHADAP STABILITAS FISIK TRANSETHOSOME KURKUMIN Tim Pengusul Yudi Srifiana, M.Farm., Apt. NIDN 0304058405 (Ketua) Anisa Amalia, M.Farm NIDN 0316018801 (Anggota) Nomor Surat Kontrak Penelitian : 485/F.03.07/2017 Nilai Kontrak : Rp. 14.000.000 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI DAN SAINS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA 2018

Transcript of LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

Page 1: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

LAPORAN

PENELITIAN DASAR KEILMUAN

PENGARUH PENGGUNAAN KOMBINASI TWEEN 60 DAN SPAN 60 SEBAGAI

SURFAKTAN TERHADAP STABILITAS FISIK TRANSETHOSOME KURKUMIN

Tim Pengusul

Yudi Srifiana, M.Farm., Apt. NIDN 0304058405 (Ketua)

Anisa Amalia, M.Farm NIDN 0316018801 (Anggota)

Nomor Surat Kontrak Penelitian : 485/F.03.07/2017

Nilai Kontrak : Rp. 14.000.000

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI DAN SAINS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA

2018

Page 2: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

i

LAPORAN

PENELITIAN DASAR KEILMUAN

PENGARUH PENGGUNAAN KOMBINASI TWEEN 60 DAN SPAN 60

SEBAGAI SURFAKTAN TERHADAP STABILITAS FISIK

TRANSETHOSOME KURKUMIN

Tim Pengusul

Yudi Srifiana, M.Farm., Apt. NIDN 0304058405 (Ketua)

Anisa Amalia, M.Farm NIDN 0316018801 (Anggota)

Nomor Surat Kontrak Penelitian : 485/F.03.07/2017

Nilai Kontrak : Rp. 14.000.000

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI DAN SAINS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA

2018

Page 3: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

ii

Page 4: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

iii

Surat Kontrak Penelitian

Page 5: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

iv

Page 6: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

v

IDENTITAS USULAN PENELITIAN

1. Judul Penelitian : Pengaruh Penggunaan Kombinasi Tween 60 dan Span

60 sebagai Surfaktan terhadap Stabilitas Fisik

Transethosome Kurkumin

2. Tim Peneliti

No. Nama Jabatan Bidang

Keahlian

Instansi

Asal

Alokasi Waktu

(jam/minggu)

1. Yudi Srifiana Ketua Teknologi

Farmasi

UHAMKA 10 jam/minggu

2. Anisa Amalia Anggota Teknologi

Farmasi

UHAMKA 12 jam/minggu

3. Objek Penelitian

Pengembangan sistem transethosome untuk penghantaran kurkumin melalui

rute transdermal.

4. Masa Pelaksanaan

Mulai : bulan: Agustus tahun: 2017

Berakhir : bulan: Februari tahun: 2018

5. Usulan Biaya Lemlitbang UHAMKA: Rp. 14.000.000,00

6. Lokasi Penelitian

Laboratorium Kimia Terpadu, Laboratorium Teknologi Farmasi,

Laboratorium Instrumentasi dan Laboratorium Farmasi Fisik Fakultas Farmasi

dan Sains UHAMKA

7. Instansi lain yang terlibat

Laboratorium TEM Fakultas Farmasi UGM

8. Temuan yang ditargetkan

Mendapatkan formula sistem transethosome yang memiliki stabilitas fisik

yang optimal.

9. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu

Page 7: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

vi

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memperoleh sistem penghantaran

alternatif yaitu transethosome yang dapat menghantarkan kurkumin melalui

rute transdermal yang memiliki stabilitas fisik optimal.

10. Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran

Pharmaceutical Sciences and Research UI ISSN-e: 2477-0612.

11. Rencana luaran HAKI, buku, purwarupa, tahun rencana perolehan atau

penyelesaian: 2018.

Page 8: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

vii

DAFTAR ISI

Halaman sampul ............................................................................................. i

Halaman Pengesahan ...................................................................................... ii

Identitas dan Uraian Umum ........................................................................... iv

Daftar Isi ......................................................................................................... vi

Daftar Tabel .................................................................................................... vii

Daftar Gambar ................................................................................................ viii

Daftar Lampiran ............................................................................................. ix

Abstrak …....................................................................................................... x

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………… 4

BAB 3. METODE PENELITIAN ………………………………………….. 12

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ………..…………………………... 17

Daftar Pustaka ……………………………………………………………… 28

Lampiran …………………………………………………………………… 29

Page 9: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rancangan formula transethosome kurkumin ................................ 13

Tabel 4.1 Pengamatan transethosome kurkumin secara organoleptis ............ 18

Tabel 4.2 Nilai indeks polidispersi transethosome kurkumin ……………… 21

Tabel 4.3 Hasil nilai potensial zeta transethosome kurkumin ........................ 22

Tabel 4.4 Hasil efisiensi penjerapan transethosome kurkumin ...................... 24

Page 10: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur kimia kurkumin ............................................................ 5

Gambar 2.2 Struktur transethosome ............................................................... 6

Gambar 2.3 Metode pembuatan transethosome ............................................. 7

Gambar 2.4 Struktur lesitin ………................................................................ 9

Gambar 2.5 Struktur tween 60 ....................................................................... 9

Gambar 2.6 Struktur span 60 …….................................................................. 10

Gambar 2.7 Struktur etanol ............................................................................ 10

Gambar 4.1 Transethosome kurkumin ........................................................... 18

Gambar 4.2 Spektrum serapan transethosome kurkumin .............................. 21

Gambar 4.3 Kurva kalibrasi kurkumin dalam etanol ..................................... 22

Page 11: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Contoh perhitungan efisiensi penjerapan kurkumin dalam

transethosome …………………………….................................

27

Lampiran 2 Hasil pengukuran ukuran partikel, potensial zeta dan indeks

polidispersi F1 transethosome kurkumin ………………………

28

Lampiran 3 Hasil pengukuran ukuran partikel, potensial zeta dan indeks

polidispersi F2 transethosome kurkumin ………………………

30

Lampiran 4 Hasil pengukuran ukuran partikel, potensial zeta dan indeks

polidispersi F3 transethosome kurkumin ………………………

32

Lampiran 5 Hasil pengukuran ukuran partikel, potensial zeta dan indeks

polidispersi F4 transethosome kurkumin ………………………

34

Lampiran 6 Susunan organisasi tim peneliti dan pembagian tugas ………… 36

Lampiran 7 Biodata ketua dan anggota peneliti ………………….………… 37

Lampiran 8 Surat pernyataan ketua peneliti ……………..……….………… 41

Page 12: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

xi

RINGKASAN

Kurkumin merupakan senyawa polifenolik yang salah satunya terdapat pada

tanaman rhizome (Curcuma longa Linn). Kurkumin memiliki kelarutan yang

rendah di dalam air, dapat mengalami metabolisme lintas pertama jika diberikan

secara oral, memiliki kemampuan penetrasi yang rendah dan memiliki stabilitas

yang buruk. Dengan demikian maka perlu suatu sistem penghantaran yang dapat

meningkatkan bioavailabilitas dari kurkumin salah satunya adalah transethosome.

Transethosome merupakan kombinasi ethosome dengan transfersom.

Transethosome terdiri dari fosfolipid, surfaktan, dan etanol dengan konsentrasi

hingga 30%. Surfaktan merupakan komponen yang dapat membantu meningkatkan

stabilitas sistem transethosome. Surfaktan dapat meningkatkan kestabilan

transethosome dengan cara meningkatkan kapasitas pelarutan minyak dan air dalam

sistem transethosome. Dalam penelitian ini menggunakan kombinasi tween 60 dan

span 60 sebagai surfaktan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

kombinasi tween 60 dan span 60 sebagai surfaktan terhadap stabilitas fisik

transethosome kurkumin. Penelitian ini dilakukan dengan memformulasikan

kurkumin dalam transethosome menggunakan kombinasi tween 60 dan span 60

menggunakan metode dingin. Transethosome yang terbentuk kemudian

dikarakterisasi meliputi organoleptis, viskositas, ukuran partikel dan distribusi

ukuran partikel, potensial zeta, efisiensi penjerapan dan pH. Pengamatan

karakteristik transethosome dilakukan selama 8 minggu untuk melihat stabilitas

fiisik dari transethosome. Hasil pada minggu ke 0 menunjukkan bahwa

transethosome yang terbentuk suspensi dengan warna orange, berbau khas

fosfatidilkolin, dengan viskositas tertinggi pada formula 3, memiliki ukuran partikel

1-1000 nm, polidispersitas 0-0,571, memiliki nilai potensial zeta negatif, memiliki

efisiensi penjerapan diatas 80% dan pH 8,5-10,0. Hasil uji stabilitas fisik

menunjukkan penggunaan kombinasi tween 60 dan span 60 dapat meningkatkan

stabilitas fisik transethosome kurkumin.

Kata Kunci: kurkumin, tween 60, span 60, transethosome, stabilitas fisik

Page 13: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kurkumin merupakan senyawa polifenolik yang salah satunya terdapat pada

tanaman rhizome (Curcuma longa Linn). Senyawa ini memiliki aktivitas

farmakologi yang luas seperti antiinflamasi, anti mutagenik, antioksidan, dan anti

kanker. Kurkumin memiliki sifat kelarutan rendah dalam air dan memiliki stabilitas

yang kurang baik (Anand dkk., 2007). Oleh karena itu untuk meningkatkan

stabilitas pada kurkumin perlu dilakukan pemilihan alternatif sistem penghantaran

obat yang salah satunya adalah transethosome yang dapat diberikan melalui rute

transdermal.

Transethosome merupakan kombinasi ethosome dengan transfersom yang

terdiri dari fosfolipid, surfaktan, dan etanol dengan konsentrasi hingga 30%

(Abdulbaqi et al., 2016). Surfaktan merupakan komponen yang dapat membantu

meningkatkan stabilitas sistem transethosome. Nilai hydrophilic – lipophilic

balance (HLB) surfaktan berhubungan dengan panjang rantai alkil, sehingga nilai

HLB memiliki hubungan langsung dengan kelarutan dan stabilitas sistem

transethosome. Berdasarkan nilai HLB, soybean lecithin memiliki nilai HLB butuh

6, untuk mencapai kesetimbangan dari nilai HLB butuh soybean lecithin perlu

dilakukan kombinasi surfaktan yang memiliki nilai HLB nya diantara HLB butuh

soybean lecithin. Salah satunya yaitu Span 60 memiliki nilai HLB 4,7 dan tween

60 memiliki nilai HLB 14,9.

Pada penelitian sebelumnya penggunaan tunggal surfaktan tween 60 dan

span 60 pada sistem ethosome kurang stabil dalam penyimpanan (Shen et al., 2015).

Selain itu konsentrasi surfaktan yang tinggi dapat menimbulkan efek iritasi pada

kulit, sehingga perlu kombinasi surfaktan untuk mengurangi iritasi pada kulit. Oleh

karena itu pada penelitian digunakan surfaktan non-ionik yang tidak toksis, tidak

iritatif yaitu tween 60 dan span 60. Berdasarkan hal tersebut maka pada penelitian

ini akan dilakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan kombinasi tween 60

dan span 60 sebagai surfaktan terhadap stabilitas fisik transethosome kurkumin.

Page 14: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

2

1.2 Perumusan Masalah

Kurkumin memiliki kelarutan yang rendah di dalam air dan memiliki

stabilitas yang kurang baik (Anand et al., 2010). Oleh karena itu untuk

meningkatkan stabilitas pada kurkumin perlu dilakukan pemilihan alternatif sistem

penghantaran obat, salah satunya transethosome.

Pada penelitan sebelumnya penggunaan surfaktan tunggal tween 60 dan

span 60 kurang stabil dalam sistem ethosome. Selain itu penggunaan surfaktan

dengan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan iritasi. Berdasarkan hal tersebut

maka permasalahan penelitian ini adalah bagaimana pengaruh penggunaan

kombinasi tween 60 dan span 60 terhadap stabilitas transethosome kurkumin?.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kombinasi

Tween 60 dan Span 60 sebagai surfaktan terhadap stabilitas fisik transethosome

kurkumin.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

pengaruh penggunaan surfaktan non-ionik terhadap stabilitas transethosome, baik

dalam penggunaan tunggal maupun kombinasi dari Tween 60 dan Span 60 sehingga

dapat digunakan sebagai alternatif sistem penghantaran kurkumin melalui rute

transdermal.

1.5 Urgensi (Keutamaan) Penelitian

Kurkumin memiliki aktivitas farmakologi yang luas namun memiliki kelarutan

yang rendah dan stabilitas yang kurang baik. Oleh karena itu perlu dikembangkan

sistem penghantaran alternatif yang dapat meningkatkan stabilitas kurkumin. Salah

satunya adalah transethosome yang diberikan melalui rute transdermal. Transethosome

merupakan kombinasi ethosome dengan transfersom yang terdiri atas fosfolipid,

surfaktan, dan etanol dengan konsentrasi hingga 30% (Abdulbaqi et al., 2016).

Dalam penelitian ini menggunakan soybean lecithin sebagai fosfolipid yang

memiliki nilai HLB butuh 6, dan kombinasi Span 60 memiliki nilai HLB 4,7 dan

Page 15: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

3

Tween 60 memiliki nilai HLB 14,9. Penggunaan tunggal Span 60 dan Tween 60

dengan konsentrasi tinggi kurang stabil dalam sistem ethosome dan dapat

menyebabkan iritasi. Selain itu, untuk mencapai kesetimbangan dari nilai HLB

butuh soybean lecithin perlu dilakukan kombinasi surfaktan yang memiliki nilai

HLB diantara HLB butuh soybean lecithin. Oleh karena itu pada penelitian

digunakan surfaktan non-ionik yang tidak toksik, tidak iritatif yaitu tween 60 dan

span 60.

Page 16: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 State of The Art

Kurkumin diketahui memiliki kelarutan yang rendah di dalam air dan

memiliki stabilitas yang buruk dalam masa penyimpan. Stabilitas kurkumin dapat

ditingkatkan dengan cara memformulasikannya kedalam suatu bentuk sediaan.

Bentuk sediaan yang sesuai untuk kurkumin adalah bentuk sediaan yang

dihantarkan secara transdermal karena kurkumin dapat mengalami metabolisme

lintas pertama jika diberikan secara oral. Salah satu sistem penghantaran

transdermal yang dapat digunakan untuk meningkatkan stabilitas kurkumin adalah

transethosome.

Transethosome adalah sistem penghantaran transdermal yang

mengkombinasikan sistem penghantaran ethosome dan transfersome. Komponen

transethosome terdiri atas fosfolipid, surfaktan dan etanol hingga 30%. Surfaktan

merupakan komponen yang dapat meningkatkan stabilitas transethosome. Pada

penelitian yang dilakukan oleh Shen et al. (2015), penggunakan surfaktan tunggal

pada sistem ethosome menghasilkan sistem ethosome yang kurang stabil pada

waktu penyimpanan. Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian kali ini akan

dilakukan pembuatan sistem transethome kurkumin dengan menggunakan

kombinasi 2 jenis surfaktan, Tween 60 dan Span 60, sehingga diharapkan akan

dapat meningkatkan stabilitas tranethosome kurkumin.

2.2 Teori Umum

2.2.1 Kurkumin

Kurkumin merupakan senyawa yang terkandung dalam rimpang kunyit

(Curcuma longa) dicirikan oleh senyawa fenol turunan diarilheptanoid atau

kurkuminoid dan senyawa sesquiterpen. Dalam Curcuma longa ditemukan tiga zat

warna fenol turunan kurkuminoid. Ketiga senyawa fenol tersebut, yang merupakan

senyawa fenol utama masing masing adalah bisferoloimetan atau kurkumin, 4-

hidroksi sinamoil feruloil metan atau demetoksikurkumin dan bis(4-

hisroksisinamoil)-metan atau bisdemetoksikurkumin. Kandungan utama dari

Page 17: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

5

kurkuminoid adalah kurkumin yang berwarna kuning jingga. Kandungan kurkumin

di dalam kunyit berkisar 3 - 4% (Joe et al., 2010).

Secara tradisional kunyit sering digunakan sebagai penyedap rasa, pewarna

makanan, pewarna tekstil, dan kosmetik. Pada dunia pengobatan kurkumin banyak

digunakan sebagai penyembuhan penyakit. Kurkumin merupakan senyawa aktif

yang terdapat dalam kunyit dan diketahui memiliki beberapa efek farmakologis

yang telah dibuktikan secara ilmiah, seperti aktivitas antioksidan, antiinflamasi,

antikarsinogenik, antimikroba, hepatoprotektif, dan antiarthritik (Anand et al.,

2010).

Kurkumin dimanfaatkan secara luas karena penggunaanya yang aman dan

telah di uji coba pada model hewan dan terbukti aman pada dosis tinggi sekalipun.

Kurkumin mempunyai aroma yang khas dan tidak bersifat toksik bila dikonsumsi

oleh manusia. Jumlah kurkumin yang aman dikonsumsi oleh manusia adalah 100

mg/hari sedangkan untuk tikus 5 g/hari.

Gambar 2.1 Struktur kimia kurkumin (Anand et al., 2007)

Kurkumin memiliki rumus kimia C21H20O6, dengan berat molekul 368,47

g/mol dan titik didih 183oC. Serapan UV-Vis kurkumin didapatkan pada panjang

gelombang maksimum (λ maks) 420-430 nm dalam metanol dan 420 nm dalam

aseton. Sifat kimia kurkumin yang menarik adalah sifat perubahan warna akibat

perubahan pH lingkungan. Kurkumin berwarna kuning atau kuning jingga pada

suasana asam, sedangkan dalam suasana basa berwarna merah. Kurkumin dalam

suasana basa atau pada lingkungan pH 8,5-10,0 dalam waktu yang relatif lama

dapat mengalami proses disosiasi, kurkumin mengalami degradasi membentuk

asam ferulat dan feruloilmetan.

Kurkumin memiliki bioavailabilitas yang buruk jika diberikan secara oral.

Bioavailabilitas kurkumin yang buruk disebabkan karena sifat kurkumin yang tidak

larut dalam air pada pH asam atau netral, serta mengalami metabolisme dan

eliminasi yang cepat, terdegradasi pada pH basa, dan absorbsi yang buruk. Selain

itu jika digunakan peroral, kurkumin dapat mengalami metabolism lintas pertama

Page 18: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

6

di hati dan intestine, dimana kurkumin di ubah menjadi metabolit yang inaktif.hal

ini menyebabkan kurkumin cepat dieliminasi dari tubuh, sehingga tidak efektif.

Beberapa pendekatan untuk meningkatkan bioavailabilitas dan stabilitas kurkumin

dengan pembawa liposom, nanopartikel, dan mikroemulsi, dan kompleks

fosfolipid (Liu et al., 2016; Maiti et al., 2007).

2.2.2 Transethosome

Transethosome merupakan generasi baru dari sistem ethosome.sistem

ethosome ini berisi komponen komponen dasar ethosome klasik dan senyawa

tambahan berupa edge activator atau peningkat penetrasi. Vesikel baru ini di

kembangkan untuk menggabungkan kelebihan dari ethosome dan tranfersom.

Dengan kombinasi dari keduanya di hasilkan karakterisitik yang lebih baik dari

sistem ethosome dan transfersom. Transethosome dapat menjebak obat dengan

berat molekul 130,077 Da sampai 200 - 325 kDa (Abdulbaqi et al., 2016). .

Gambar 2.2 Struktut transethosome (Ascenso et al. 2015)

Transethosme terdiri dari tiga komponen utama yaitu fosfolipid (fosfolipid

termasuk phosphatidylethanolamine, phosphatidylinositol, fosfatidilkolin, dan

terhidrogenasi phosphatidylcholine) sebagai struktur lipid primer; surfaktan

sebagai menstabilkan bilayer lipid dan meningkatkan fleksibilitas. Surfaktan dibagi

menjadi dua kelompok yaitu surfaktan anionik seperti natrium kolat, natrium

deoksikolat, deoxycholic asam dan surfaktan nonionik seperti Tween 80, Tween

Page 19: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

7

20, Span 60, Span 80 dan Span85); dan etanol dengan konsentrasi tinggi sebagai

penetration enhancer.

Salah satu metode pembuatan transethosome dengan metode dingin. Dalam

metode ini terdapat dua fase yaitu fase organik dan fase air secara terpisah. Fase

organik diperoleh dengan melarutkan fosfolipid dan surfaktan atau penetrasi

enhancer dalam etanol pada suhu kamar 30°C. fase air digunakan seperti air,

larutan buffer,atau normal saline solution. Fasa air ditambahkan ke fase organik

tetes demi tetes atau menggunakan pompa jarum suntik secara konstan 175 atau

200 uL / min. Campuran diaduk pada kecepatan 700-2000 rpm, menggunakan

overhead atau magnetic stirrer. pencampuran dilakukan selama 5-30 menit untuk

mendapatkan suspensi ethosomal yang diperlukan. obat yang akan dimasukkan

dalam sistem ethosomal akan dilarutkan dalam baik berair atau fase organik,

tergantung pada sifat fisikokimia.

Gambar 2.3 Metode pembuatan transethosome (Abdulbaqi et al., 2016)

2.2.3 Surfaktan

Surfaktan adalah senyawa berbobot molekul rendah sampai sedang, yang

mengandung satu bagian hidrofobik yang umumnya cepat larut dalam minyak,

tetapi tidak larut dalam air atau hanya sedikit yang larut dan air, dan satu bagian

hidrofilik (atau polar) yang sedikit larut atau sama sekali tidak larut dalam minyak.

(Goeswin, 2008). Surfaktan diklasifikasikan menurut gugus polar. Klasifikasi

surfaktan adalah sebagai berikut:

a) Surfaktan anionik

Page 20: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

8

Surfaktan anionik yaitu surfaktan dengan gugus kepala bermuatan negative.

Surfaktan anionic merupakan kelompok surfaktan terbesar yang tersedia dan

luas digunakan dalam farmasi.

b) Surfaktan kationik

Surfaktan mengandung gugus kepala dengan muatan positif dan mengandung

amin. Karena sifat muatannya seperti aktivitas permukaan atau pembentukan

struktur, pada umumnya surfaktan kationik sangat bergantung pada konsentrasi

garam dan pada valensi anionin yang ada dalam system.

c) Surfaktan nonionik

Surfaktan dengan gugus kepala polar tidak bermuatan, merupakan surfaktan

yang paling luas digunakan dalam aplikasi sistem dan penghantaran obat

dengan kekecualian pada fosfolipid.

d) Surfaktan zwitter ionic

Surfaktan dengan gugus kepala mengandung, baik muatan positif maupun

negative. Surfaktan zwitter ionic kurang banyak digunakan dibandingkan

dengan surfaktan anionic, kationik, dan nonionik.

2.2.4 Komponen Pembentukan Transethosome

a) Fosfolipid

Fosfolipid merupakan kompleksitas gliserida dengan modifikasi hidroksil

termasuk dengan gugus kepala polar membentuk fosfolipid. Fosfolipid diturunkan

namanya dari gugus fosfat terikat pada salah satu hidroksil terminal akhir dari

gliserol. Gugus fosfat yang bermuatan juga selaku jembatan antara kerangka

gliserol dan gugus kepala selanjutnya. Karena sifat amfifatiknya, fosfolipid

digunakan sebagai agen pengemulsi dan pendispersi. Selain itu fosfolipid

digunakan pada sediaan topikal liposome (Goeswin, 2012).

Lesitin umunya banyak digunakan dalam kosmetik dan produk makanan.

Lesitin juga digunakan dalam produk farmasi. Meskipun konsentrasi tertinggi

fosfolipid terdapat pada produk turunan hewan seperti daging, ikan, telur dan susu.

Sumber komersial utama terdapat pada kedelai yang mengandung 0,3-0,6%

fosfolipid. Lesitin kedelai merupakan hasil samping dari pengolahan minyak

kedelai. Proses purifikasi dalam memproduksi lesitin dapat menghilangkan minyak

Page 21: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

9

dan akan mempengaruhi komposisi fosfolipid pada lesitin. Fosfolipid yang utama

dalam lesitin kedelai adalah fosfatidilkolin, fosfatidiletanol amin, dan

fosfatidilinositol.

Lesitin kedelai mengandung 21% fosfatidilkolin, 22% phosphatidyl

ethanolamine, dan phosphatidylinositol 19%,bersama dengan komponen lainnya.

lesitin kedelai mengandung 21% fosfatidilkolin, 22% phosphatidylethanolamine,

dan phosphatidylinositol 19%, bersama dengan komponen lainnya. Lesitin

berbentuk setengah dan bubuk, tergantung pada kandungan asam lemak bebas.

Berwarna dari coklat untuk menyalakan kuning, tergantung pada derajat kemurnian

lesitin, praktis tidak berbau, memiliki rasa hambar atau seperti minyak

kedelai.(Rowe et al., 2009)

Gambar 2.4 Struktur lesitin (Rowe et al.,2009)

2) Tween 60 (polyoxyethylene sorbitan monostearat)

Tween 60 (polyoxyethylene sorbitan monostearate) adalah salah satu

golongan surfaktan nonionic yang digunakan sebagai agen pengemulsi dalam

preparasi emulsi minyak dalam air yang stabil. Tween 60 memiliki karakteristik

bau yang khas, memberikan rasa hangat, dan sedikit pahit. Tween berupa cairan

berwarna kuning kecoklatan dengan nilai HLB 14,9. Tween memiliki rumus

molekul C64H126O26 16,7 (Rowe et al., 2009).

Gambar 2.5 Struktur tween 60 (polyoxyethylene sorbitan monostearat)

(Rowe et al.,2009)

Page 22: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

10

3) Span 60 (sorbitan monolaurat)

Sorbitan monolaurat merupakan salah satu golongan surfaktan non-ionik

yang digunakan sebagai agen pengemulsi dalam preparasi emulsi minyak dalam

air. Span berupa cairan berwarna kuning dengan nilai HLB 4,7. Span 60 memiliki

rumus molekul C24H46O6. Span 60 secara umum larut atau terdispersi dalam

minyak, dapat larut juga dalam pelarut organik, tidak larut dalam air. (Rowe et al.,

2009)

Gambar 2.6 Struktur span 60 (Rowe et al.,2009)

4) Etanol

Pelarut etanol dan larutan etanol – air dengan berbagai konsentrasi yang

banyak digunakan dalam sediaan farmasi dan kosmetik. Meskipun etanol sering

digunakan sebagai pelarut, etanol juga digunakan sebagai disinfektan, dan bahan

pengawet. Secara topical larutan etanol digunakan dalam pengembangan

pengiriman obat transdermal sistem sebagai peningkat penetrasi. Etanol juga telah

digunakan dalam pengembangan persiapan transdermal sebagai co-surfaktan.

Gambar 2.7 Struktur etanol (Rowe et al.,2009)

Page 23: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

11

2.3 ROAD MAP PENELITIAN

September-

Oktober 2017

PENELITIAN

November-

Desember

2017

Januari-

Februari

2018

Studi literatur dan

pembuatan proposal

Pengumpulan bahan

baku

Orientasi metode

dan pembuatan

transethosome

kurkumin

Evaluasi morfologi

transethosome

Evaluasi distribusi

ukuran partikel

Evaluasi zeta

potensial

Evaluasi viskositas

Evaluasi efisiensi

penjerapan

Pengukuran pH

Penelaahan data

hasil evaluasi

Penulisan laporan

penelitian

Penulisan jurnal

penelitian

W A K T U

Page 24: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

12

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Pengajuan

proposal

Penulisan

proposal Pengumpulan bahan baku

Pemeriksaan karakterisasi bahan

baku

6 bulan

Orientasi metode dan pembuatan

transethosome kurkumin

Evaluasi morfologi transethosome

kurkumin dengan TEM

Pengukuran distribusi ukuran

partikel dengan PSA

Pengukuran zeta potensial dengan

flow cell PSA

Pengukuran viskositas transethosome

kurkumin

Penentuan panjang gelombang

maksimal kurkumin dengan

spektrofotometer UV-VIS

Penentuan kurva kalibrasi kurkumin

dengan spektrofotometer UV-VIS

Penentuan effisiensi penjerapan kurkumin

dalam sistem transethosome

Pengukuran pH transethosome

kurkumin

Analisis data, penulisan dan

pelaporan hasil penelitian

Page 25: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

13

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometer uv-vis,

timbangan analitik, pengaduk magnetic, labu bulat, homogenizer,

ultrasonifikasiviskometer Brookfield digital, thermometer, waterbath, hotplate,

ultrasentrifugasi dan alat-alat gelas.

3.2.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kurkumin, lesitin kedelai,

Tween 60, Span 60, etanol, aquades, dan metanol. Komponen bahan dalam formula

transethosome kurkumin diperoleh dari PBF dan industri farmasi seperti Bratako,

Harum Kimia, PT. MSU dan PT. KAO Indonesia Chemicals.

3.3. Prosedur Kerja

3.3.1 Formulasi dan pembuatan transethosome kurkumin

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang diawali dengan

tahap pembuatan transethosome kurkumin dengan variasi konsentrasi surfaktan

(tween 60 dan span 60), dan dilanjutkan pengamatan stabilitas fisik sistem

transethosome selama 8 minggu masa penyimpanan. Rancangan formula

transethosome kurkumin dapat dilihat pada Tabel 3.1 .

Tabel 3.1. Rancangan formula transethosome kurkumin

No. Bahan Formula (%)

F1 F2 F3 F4

1. Kurkumin 1 1 1 1

2. Lechitin 10 10 10 10

3. Tween 60 - 2,5 3,33 1,67

4. Span 60 5 2,5 1,67 3,33

5. Etanol 30 30 30 30

6. Aquades sampai 100 100 100 100

Pemeriksaan karakteristik dilakukan terhadap bahan tersebut. Selanjutnya

dilakukan pembuatan transethosome kurkumin. Transethosome kurkumin dibuat

dengan menggunakan metode dingin. Lesitin didispersikan dengan etanol pada

Page 26: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

14

suhu 30℃. Surfaktan dan kurkumin dimasukan kedalam fase lipid dan di

homogenkan dengan pengaduk magnetik pada kecepatan 700 rpm selama 5 menit

sampai membentuk sistem koloid. Kemudian tambahkan air kedalam sistem

koloidal sedikit demi sedikit dalam aliran yang konstan, diaduk selama 60 menit

hingga terbentuk suspensi vesikel transethosome kurkumin (Abdulbaqi et al.,

2016). Evaluasi mikroemulsi dilakukan di Laboratorium Terpadu, Laboratorium

Teknologi Farmasi, dan Laboratorium Farmasi Fisik Fakultas Farmasi dan Sains

UHAMKA, serta Laboratorium TEM Fakultas Farmasi UGM untuk melakukan

evaluasi morfologi sistem transethosome. Sediaan yang telah terbentuk disimpan

selama 8 minggu pada suhu kamar dan selama penyimpanan dilakukan evaluasi

pada minggu ke-0, 2, 4, 6 dan 8 minggu.

3.3.2 Evaluasi sistem transethosome kurkumin

Evaluasi sediaan meliputi pemeriksaan:

a. Evaluasi morfologi

Evaluasi bentuk morfologi atau bentuk fisik transethosome kurkumin

dilakukan dengan menggunakan TEM (Transmission Electron Microscopy). Tahap

pengerjaan TEM adalah dengan meneteskan sampel pada coated cumprum grid

sebanyak satu tetes sampai terbentuk lapisan tipis kemudian ditambahkan satu tetes

phosphotungstic 1%. Selanjutnya sampel dikeringkan dan diamati bentuk

vesikelnya (Ratnasari & Effionora, 2016).

b. Distribusi ukuran partikel dan potensial zeta

Distribusi ukuran partikel menggunakan PSA (Particle Size Analyzer).

Sebanyak 1 mL transethosome dilarutkan kedalam 50 mL aquadest, kemudian

sampel dimasukan kedalam kuvet flowcell. Kuvet tersebut dimasukan ke dalam

PSA. Alat diatur sesuai prosedur penelitian, setelah itu akan terukur partikel gobul-

gobul transethosome. Data yang diperoleh kemudian disimpan (Ratnasari &

Effionora, 2016).

c. Viskositas

Viskositas sangat penting dalam kemampuan menyebar formulasi pada

kulit, Viskositas formula transethosome ditentukan dengan menggunakan

Viscometer Brookfield Digital. Sebanyak 250 ml transrthosome dimasukkan

kedalam beacker glass, spindel dipasang dan diatur ketinggiannya agar spindel

Page 27: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

15

masuk kedalam transethosome. Stop kontak dinyalakan dan kecepatan rpm diatur

kecepatannya pada 10 rpm. Nilai viskositas yang tertera pada alat dibaca dan dicatat

dalam satuan Centipoise (Cps).

e. Pengukuran pH

Pengukuran pH dilakukan menggunakan alat pH meter. Pengukuran pH

diawali dengan pencucian elektroda dengan cara dibilas menggunakan air suling

kemudian dikeringkan. Alat dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan larutan dapar

standar pH 4 dan pH 7. Elektroda dimasukkan ke dalam transethosome, kemudian

dicatat pHnya.

f. Efisiensi penjerapan Transetosome

1) Penentuan panjang gelombang maksimum kurkumin dan kurva kalibrasi

dengan spektrofotometer UV-VIS

Standar kurkumin ditimbang sebanyak 50,0 mg dengan seksama, kemudian

dimasukkan ke dalam labu tentukur 50,0 ml. Pelarut etanol digunakan untuk

melarutkan kurkumin standard. Etanol ditambahkan hingga garis batas labu

tentukur, kocok hingga homogen (dihasilkan kurkumin standard 1000 ppm). 1,0 ml

larutan kurkumin standard 1000 ppm dipipet dengan menggunakan pipet volume,

kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 100,0 ml. Etanol ditambahkan

hingga garis batas labu tentukur, sehingga dihasilkan larutan kurkumin standard

dengan konsentrasi 10 ppm. Spektrofotometer diatur pada panjang gelombang 400

nm sampai dengan 700 nm. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam kuvet untuk

dibaca spektrumnya dengan alat spektrofotometer, sehingga diperoleh panjang

gelombang maksimum kurkumin. Setelah itu larutan standard 10 ppm dipipet 1,0

ml, 2,0 ml, 3,0 ml, 4,0 ml, 5,0 ml, dan 6,0 ml dan dituangkan masing-masing

kedalam labu tentukur 10,0 ml, lalu dicukupkan volumenya dengan Etanol, kocok

homogen. Kemudian setiap ppm kurkumin standard diukur serpannya dengan alat

spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Serapan yang

diperoleh dan konsentrasi kurkumin tiap serapan diplotkan untuk menghasilkan

kurva kalibrasi, kemudian ditarik ditentukan persamaan regresi linearnya (y= a +

bx).

Page 28: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

16

2) Efisiensi penjerapan Transethosome

Efisiensi penjerapan dilakukan dengan metode ultrasentrifugasi untuk

memisahkan zat aktif yang terjerap dan tidak terjerap dalam transethosome pada

kecepatan 4000 rpm selama 2 jam. Diambil sedimen dan supernatannya untuk

mengukur kadar kurkumin yang terjerap dan tidak terjerap dalam vesikel

transethosome. Sejumlah 1 ml dicukupkan volumenya dengan etanol hingga 10 ml,

larutan yang di peroleh diukur absorbansi menggunakan spektrofotometer UV-VIS.

%EE = ((𝑄𝑡 − 𝑄𝑠)

𝑄𝑡) . 100

EE adalah efisiensi penjerapan, Qt adalah jumlah teoritis kurkumin yang

ditambahkan, dan Qs adalah jumlah kurkumin yang terdeteksi di supernatan (Shaji

& Shavari, 2014).

g. Analisa data

Data dari hasil evaluasi tranethosome yang diperoleh kemudian dianalisa

secara statistik dengan AN0VA dua arah dengan program SPSS. untuk

mendapatkan satu konsentrasi surfaktan yang optimal dalam menghasilkan

transethosome yang stabil.

3.3.3. Fishbond Penelitian

Transethosome

kurkumin

Tween 60

Span

60

Orientasi formula dan

pembuatan transethosome

kurkumin

Formulasi

Transethosome

kurkumin

Karakterisasi ukuran

partikel, potensial

zeta, efisiensi

penjerapan dan pH

Karakterisasi

organoleptik

dan viskositas

Page 29: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

17

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Orientasi metode

Penelitian ini diawali dengan orientasi metode pembuatan transethosomeI.

Orientasi metode dilakukan untuk mendapatkan metode yang paling tepat untuk

menghasilkan transethosome yang memiliki ukuran partikel dibawah 200 nm.

Orientasi pembuatan transethome dilakukan dengan menggunakan metode

emulsifikasi dengan menggunakan magnetic stirrer pada 700 rpm selama 10 dan

60 menit. Hasil orientasi menunjukkan pengadukan selama 10 menit menghasilkan

transethosome yang tidak homogen dan terjadi pemisahan fase setelah

penyimpanan selama 24 jam. Metode yang dapat membentuk transethosome yang

homogen, memiliki ukuran partikel 200 nm (192,3 nm) dengan nilai potensial zeta

-72,79 mV dan tidak mengalami pemisahan fase selama penyimpanan adalah pada

saat pengadukan dilakukan selama 60 menit sehingga metode yang digunakan pada

penelitian ini adalah pengadukan menggunakan magnetic stirrer selama 60 menit.

Orientasi metode

kemudian dilanjutkan dengan menggunakan pengadukan menggunakan

homogenizer dengan kecepatan tinggi karena diharapkan mendapatkan

transethosome yang memiliki ukuran lebih kecil. Hasil yang diperoleh

menunjukkan transethosome yang dihasilkan memiliki ukuran partikel 232, 2 nm

dengan nilai potensial zeta -57,24. Hasil dari metode tidak sesuai dengan yang

diharapakan sehingga pada penelitian pembuatan transethosome kurkumin

dilakukan dengan metode emulsifikasi menggunakan pengadukan pada 700 rpm

selama 60 menit.

Pada penelitian ini system transethosome dibuat dalam 5 formula dimana

konsentrasi tween 60 dan span 60 divariasikan berdasarkan nilai HLB butuh lesitin.

Pada formula yang menggunakan tween 60 sebagai susrfaktan tunggal sebanyak 5

% dihasilkan transethosome yang tidak homogen meskipun sudah dilakukan

pengadukan selama 60 menit. Berdasarkan hasil tersebut pada penelitian ini hanya

digunakan 4 formula dengan perbandingaan konsentrasi tween 80 dan span 80

sebesar 0:5; 0,25:0,25; 3,33:1,67 dan 1,67:3,33.

Page 30: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

18

B. Evaluasi sifat fisik transethosome

1. Organoleptis

Transethosome yang dihasilkan berbentuk suspensi berwarna orange

dengan bau khas fosfatidilkoline, seperti yang terlihat pada Gambar 4.1.

Pengamatan stabilitas transethosome dilakukan selama 8 minggu masa

penyimpanan pada suhu kamar. Hasil pengamatan organoleptis selama masa

penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Gambar 4.1 Transethosome kurkumin

Berdasarkan hasil pengamatan secara organoleptik selama 8 minggu, pada

F1, F2 dan F3 tidak mengalami perubahan warna dan bentuk. Hasil berbeda

diperoleh pada F4 yang mengalami perubahan bentuk dan warna pada minggu ke-

6. Pada minggu ke-6 terjadi pembentukan dua lapisan yang menunjukkan

ketidakstabilan pada transethosome.

Tabel 4.1 Pengamatan transethosome kurkumin secara organoleptis

Formula/Minggu

ke-

F1 F2 F3 F4

Bentuk Warna Bentuk Warna Bentuk Warna Bentuk Warna

0 x x x x x x x x

2 x x x x x x x x

4 x x x x x x x x

6 x x x x x x x o

8 x x x x x x x o

Keterangan : x = tidak mengalami perubahan, o = terjadi perubahan

Page 31: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

19

2. Viskositas

Penentuan nilai viskositas dilakukan menggunakan alat viscometer

Brookfiled tipe LV. Hsil yang diperoleh menunjukkan nilai viskositas yang berbeda

pada setiap formula. Pada F1 dan F3 memiliki nilai viskositas yang lebih tinggi

dibandingkan nilai viskositas pada F2 dan F4. Formula dengan kombinasi span dan

tween dengan perbandingan 3:1 menunjukkan nilai viskositas yang tinggi,

sedangkan kombinasi span dan tween 1:3 nilai viskositasnya paling kecil dapat

terlihat dari bentuk suspensi transethosome yang sangat cair dan ukuran partikel

yang sangat kecil. Berdasarkan pengamatan selama 8 minggu seperti yang tertera

pada Gambar 4.2, viskositas pada F1, F2 dan F3 lebih stabil karena terjadi kenaikan

nilai viskositas setiap minggunya dibandingkan F4 yang kadang berubah-ubah nilai

viskositasnya setiap minggunya.

Gambar 4.2 Grafik nilai viskositas transethosome kurkumin

Pada analisa statistik menggunakan stastistik nonparametric Kruskal-Wallis

menunjukan p < 0,05 yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan nilai

viskositas antara masing masing formula. Adanya perbedaan nilai viskositas karena

adanya perbedaan jumlah perbandingan surfaktan yang digunakan pada masing –

masing formula. Sedangkan nilai viskositas terhadap waktu p > 0,05 yang artinya

nilai viskositas tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara waktu. Adanya

perbedaan nilai viskositas terhadap masing masing formula dikarenakan

perbandingan antara surfaktan yang menghasilkan nilai HLB yang berbeda.

Semakin tinggi nilai HLB, surfaktan semakin bersifat hidrofilik (Mollet dan

2450 2453

3433 3490 3643

14731987 2067 2110 2110

7777 7823 7863 8063 8243

64 67 67 66 670

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

0 2 4 6 8

MINGGU KE-

Vis

kosi

tas

(Cp

s)

F1

F2

F3

F4

Page 32: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

20

Gruberman, 2011) sehingga sistem transethosome pada formula dengan nilai HLB

yang tinggi viskositasnya akan lebih cair. Pada F4 dengan perbandingan tween 60

dan span 60 (3:1) memiliki nilai HLB yang tinggi di bandingkan dengan F1, F2 dan

F3 sehingga menghasilkan nilai viskositas yang lebih cair dibandingkan dengan

formula lainnya.

3. Ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel transethosome kurkumin

Ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel merupakan salah satu sifat

fisik terpenting dari sistem transethosome. Ukuran partikel transethosome harus

berada dalam rentang nanometer, yaitu 1 – 1000 nm (Das & Chaudhury 2011).

Rata-rata ukuran partikel kurkumin dari masing-masing formula masih masuk

kedalam rentang ukuran nanometer, seperti yang terlihat pada Tabel 4.2. yaitu

antara 1 – 1000 nm. Berdasarkan hasil yang diperoleh, formula yang memiliki nilai

ukuran partikel transethosome yang paling stabil adalah F3. Ukuran partikel dari

masing-masing formula ini tergolong dalam ukuran transethosome, mengingat

ukuran partikel transethosome berada dalam antara nanometer sampai mikrometer.

Gambar 4.3 Grafik hasil penentuan ukuran partikel transethosome kurkumin

Pada analisa statistik menggunakan analisa stastistik nonparametric

Kruskal-Wallis menunjukan p < 0,05 yang artinya terdapat perbedaan yang

signifikan ukuran partikel antara masing masing formula. Adanya perbedaan nilai

350.4

415.8

470 477.9 462.7

263.4 253.6292.1 305 298.6

396415.1

433.9 448.7479.5

167.9 181.7 171.2 180.8 178.7

0

100

200

300

400

500

600

0 2 4 6 8

MINGGU KE-

Uk

ura

n p

art

ikel

(n

m)

F1

F2

F3

F4

Page 33: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

21

viskositas karena adanya perbedaan jumlah perbandingan surfaktan yang

digunakan pada masing – masing formula. Sedangkan nilai ukuran partikel terhadap

waktu p > 0,05 yang artinya ukuran partikel tidak memiliki perbedaan atau

perubahan yang signifikan terhadap penyimpanan.

Distribusi ukuran partikel dinyatakan dalam bentuk indeks polidispersi.

Semakin kecil nilai indeks polidispersi, sistem dispersi yang dihasilkan semakin

homogen ukuran partikel sistem. Kisaran nilai indeks polidispersi adalah dari 0 - 1,

jika nilai indeks < 0,7 maka sistem dikatakan bersifat monodispersi, tetapi jika nilai

indeks > 0,7 maka sistem bersifat polidispersi. Nilai indeks polidispersi

transethosome kurkumin dapat diihat pada Tabel 4.2. Indeks polidispersitas dari

masing-masing formula transethosome mengindikasikan partikel yang terbentuk

terdispersi seragam sehingga memiliki kecendrungan stabil secara fisik, tidak

terjadi agregasi pada partikel yang menyebabkan perbesaran ukuran parikel.

Tabel 4.2 Nilai indeks polidispersi transethosome kurkumin

Minggu ke- Indeks Polidispersi

F1 F2 F3 F4

0 0,000 0,571 0,000 0,571

2 0,000 0,571 0,000 0,571

4 0,000 0,571 0,000 0,571

6 0,000 0,571 0,000 0,571

8 0,000 0,571 0,000 0,571

Hasil pengukuran nilai indeks polidispersi transethosome kurkumin, seperti

yang tertera pada Tabel 4.2, menunjukan keempat formula transethosome kurkumin

dapat dikatakan bersifat monodispers karena nilai indeks polidispersitas < 0,7

(Nadhin, Indumathy Sreeram & Nair 2008). Sistem dispersi semakin seragam

ukuran partikelnya jika nilai indeks polidispersi dari sistem tersebut semakin

mendekati 0,000. Semakin seragam ukuran partikel maka akan dapat meningkatkan

stabilitas fisik dan kemungkinan terjadinya agregasi pada partikel yang

menyebabkan perbesaran ukuran parikel semakin kecil.

Page 34: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

22

4. Potensial zeta

Potensial zeta merupakan parameter muatan listrik antara partikel koloid

yang mencerminkan potensi elektrik dari partikel dan dipengaruhi oleh komposisi

dari partikel dan media dimana partikel terdispersi. Nanopartikel dengan nilai zeta

potensial diatas (+/-) 30 mV telah terbukti stabil karena muatan permukaan

mencegah agregasi partikel (Mohanraj et al, 2006). Nilai potensial yang didapat

dari masing-masing formula lebih besar dari (+/-) 30 mV, seperti yang tertera pada

Tabel 4.3. Hasil pengujian nilai zeta potensial menunjukan zeta potensial yang

didapat dari setiap formula lebih stabil karena nilai yang didapat diatas nilai -30

mV, sehingga kemungkinan terjadinya agregasi partikel lebih kecil karena jarak

antar partikel berjauhan.

Tabel 4.3 Hasil nilai potensial zeta transethosome kurkumin

Formula Nilai potensial zeta (mV) minggu ke-

0 2 4 6 8

F1 -52.54 -48.02 -59.53 -53.15 -42.91

F2 -49.54 -32.6 -48.42 -40.95 -55.93

F3 -50.1 -40.95 -51.28 -62.35 -62.18

F4 -59.05 -55.93 -55.5 -60.92 -63.94

Nilai potensial zeta dari transethosome kurkumin menunjukan nilai negatif.

Nilai negatif pada potensial zeta transethosome kurkumin dikarenakan struktur

terluar dari transethosome terdiri dari etanol dan surfaktan yang memiliki gugus

hidroksil. Pada analisa statistik menggunakan analisa stastistik nonparametrik

Kruskal-Wallis menunjukan milai p < 0,05 yang artinya terdapat perbedaan yang

signifikan nilai viskositas antara masing masing formula. Adanya perbedaan nilai

zeta potensial karena adanya perbedaan jumlah perbandingan surfaktan yang

digunakan pada masing – masing formula.

Page 35: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

23

5. Efisiensi Penjerapan Kurkumin

a. Panjang gelombang maksimum kurkumin

Pembuatan spektrum serapan kurkumin bertujuan untuk memperoleh

panjang gelombang maksimum senyawa kurkumin dalam pelarut etanol. Panjang

gelombang dimana kurkumin menghasilkan absorbansi terbesar pada panjang

gelombang 425,5 nm dengan nilai absorbansi 0,8068.

Gambar 4.4 Spektrum Serapan Kurkumin dalam Etanol

b. Pembuatan Kurva Kalibrasi Kurkumin dalam Etanol

Kurva kalibrasi merupakan kurva yang dibuat dari sederetan larutan standar

yang masih dalam batas linearitas sehingga dapat diregresilinearkan. Kurva

kalibrasi dibuat dengan menggunakan etanol sebagai pelarut pada panjang

gelombang maksimum kurkumin, yaitu 425,5 nm. Kurva kalibrasi ini menunjukan

hubungan antara konsentrasi larutan (sumbu x) dengan absorbansi larutan (sumbu

y). Dari kurva kalibrasi akan dihasilkan suatu persamaan yang diregresilinearkan,

yaitu persamaan y = bx ± a.

Persamaan kurva kalibrasi kurkumin standar dalam pelarut etanol adalah y

= 0,1943x + 0,0753 dengan nilai r= 0,9995. Kurva kalibrasi digunakan untuk

menunjukan besarnya konsentrasi larutan sampel dari hasil pengukuran sehingga

konsentrasi sampel larutan bisa diperoleh dengan mudah melalui kurva kalibrasi.

Page 36: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

24

Gambar 4.5 Kurva Kalibrasi Kurkumin dalam Etanol

c. Efisiensi penjerapan kurkumin dalam sistem transethosome

Penentuan efisiensi penjerapan dilakukan untuk menentukan jumlah

kurkumin yang terjerap dalam sistem transethosome. Pada penentuan efisiensi

penjerapan kurkumin, pertama-tama dilakukan pemisahan antara kurkumin yang

terjerap dan tidak terjerap dengan cara sentrifugasi pada 4000 rpm selama 120 menit

sehingga terjadi pemisahan fase. Kurkumin yang tidak terjerap akan mengendap

dan berada pada lapisan bawah. Setelah penyaringan, endapan kurkumin kemudian

dilarutkan menggunakan etanol kemudian diukur absorbansinya menggunakan

spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 435 nm sehingga diperoleh

persen kadar kurkumin bebas. Pada lapisan atas dimana terdapat kurkumin yang

terjerap, diambil sampel sebanyak 10 ml yang kemudian dilarutkan kedalam etanol

dan diukur absorbansinya sehingga diperoleh nilai persen kadar kurkumin yang

terjerap.

Page 37: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

25

Tabel 4.4 Hasil efisiensi penjerapan kurkumin dalam transethosome

Formula F1 F2 F3 F4

Jumlah senyawa

kurkumin yang terjerap

(mg)

65,31 88,21 84,32 68,96

Jumlah senyawa

kurkumin total (mg) 77,97 94,09 92,36 78,96

Persen efisiensi

penjerapan (%) 83,76 93,75 91,20 87,34

Pada Tabel 4.4 dapat terlihat hasil perhitungan nilai efisiensi penjerapan dari

masing-masing formula, dimana nilai efisiensi penjerapan kurkumin masih diatas

80% sehingga dapat disimpulkan transethosome dapat menjerap kurkumin dengan

cukup baik. Namun, dari hasil perhitungan efisiensi penjerapan (Lampiran 2)

terlihat terjadi pengurangan jumlah kurkumin total. Secara teoritis, jumlah

kurkumin yang ditimbang adalah 100 mg, tetapi hasil kurkumin total dari efisiensi

penjerapan tidak mencapai 100 mg. Hal ini mungkin disebabkan karena terjadi

kerusakan kurkumin karena pemanasan dan cahaya selama proses pembuatan.

Berdasarkan perhitungan yang didapat hasil kurkumin yang terjerap pada

F1, F2, F3 dan F4 adalah sebesar 83,76%; 93,75%; 91,20% dan 87,34%. Efisiensi

penjerapan dalam transethosome yang tidak cukup besar ini kemungkinan di

pengaruh adanya kurkumin yang rusak karena pemanasan dan cahaya, sehingga

kurkumin tidak dapat terjerap sempurna. Persentase efisiensi penjerapan pada

formula dengan kombinasi span dan tween dengan konsentrasi 1:1 lebih banyak

kurkumin yang terjerap dengan persentasi efisiensi penjerapan 93,75, tetapi ukuran

partikelnya lebih besar dibandingkan dengan F5. Tingginya konsentrasi etanol

dapat ,meninggkatkan efisiensi penjerapan selain itu konsentrasi fosfolipid dan

surfaktan dapat meningkatkan efisiensi penjerapan transethosme (Shaji & Sharvari,

2014).

Page 38: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

26

6. Pengukuran pH

Hasil yang diperoleh dari penentuan nilai pH menunjukan nilai pH yang

didapat memenuhi persyaratan nilai pH pada penggunaan topikal dengan rentang

antara 4.5 – 6,5 (Agoes,2012). Nilai pH pada transethosme dapat mrempengaruhi

kurkumin karena kurkumin pada suasana basa pH 8,5 - 10,0 dalam waktu yang

rerlatif lama dapat mengalami proses diasosiasi, kurkumin mengalami degradasi

asam ferulat dan feruloimetan. Hasil pengukuran nilai pH dapat dilihat pada

Gambar 4.4

Gambar 4.6 Grafik hasil penentuan nilai pH transethosome kurkumin

Pada analisa statistik menggunakan stastistik nonparametrik Kruskal-Wallis

menunjukan p < 0,05 yang artinyaterdapat perbedaan yang signifikan nilai pH

antara masing masing formula. Adanya perbedaan nilai viskositas karena adanya

perbedaan jumlah perbandingan surfaktan yang digunakan pada masing – masing

formula. Sedangkan nilai pH terhadap waktu p > 0,05 yang artinya nilai pH tidak

memiliki perbedaan yang signifikan terhadap waktu penyimpanan. Adanya

perbedaan nilai pH terhadap formula dapat dikarenakan perbandingan surfaktan

yang digunakan. Sedangkan selama penyimpanan ada peningkatan nilai pH namun

tidak terlalu signifikan.

5.95

6.056.1 6.12

6.15

5.96

6.04 6.05 6.066.1

6.31

6.41 6.426.48

6.53

6.14 6.14 6.14 6.146.2

5.6

5.7

5.8

5.9

6

6.1

6.2

6.3

6.4

6.5

6.6

0 2 4 6 8

MINGGU KE-

pH

F1

F2

F3

F4

Page 39: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

27

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perbandingan

surfaktan antara span 60 dan tween 60 dapat meningkatkan stabilitas transethosome

kurkumin, dimana formula yang paling stabil adalah formula yang menggunakan

perbandingan surfaktan 3:1 (F3).

Saran

Perlu dilakukan penelitian mengenai uji difusi dan uji aktivitas transethosome

kurkumin.

Page 40: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

28

BAB 6. LUARAN YANG DICAPAI

1 Nama

Jurnal

Pharmaceutical Sciences and Research (PSR)

2 Website

Jurnal

http://psr.ui.ac.id/index.php/journal

3 Status

Makalah

Submitted

4 Jenis Jurnal Nasional Terakreditasi

5 Tanggal

Submit

14 Agustus 2018

6 Bukti

Screenshoot

submit

Page 41: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

29

DAFTAR PUSTAKA

Abdulbaqi MI, Darwis Y, Khan NA, Assi RA and Arshad A Khan. 2016. Ethosomal

Nanocarriers : The Impact of Constituents and Formulation Techniques on

Ethosomal Properties, In Vivo Studies, and Clinical Trials. Internasional

Journal of Medicine, 11, 2279 - 2304.

Anand P, Nair HB, Sung B, Kunnumakkara AB, Yadav VR, Tekmal RR and

Aggarwal BB. 2010. Design of Curcumin-loaded PLGA Nanoparticles

Formulation with Enhanced Cellular Uptake, and Increased Bioactivity In Vitro

and Superior Bioavailability In Vivo. Biochem Pharmacol, 79(3), 330 - 338.

Ascenso A, Raposo S, Batista C, Cardoso P, Mendes T, Praca FG, Bentley MVLB

and Sandra Simões. 2015. Development, Characterization, and Skin Delivery

Studies of Related Ultradeformable Vesicles: Transfersomes, Ethosomes, and

Transethosomes. Int J Nanomedicine, 10, 5837 - 5851.

Das S and A Chaudhury. 2011. Recent Advances in Lipid Nanoparticle Formulation

with Solid Matrix for Oral Drug Delivery. AAPS PharmSciTech, 12 (1), 62 –

76.

Goeswin A. 2012. Sistem Penghantaran Obat Pelepasan Terkendali, Seri III.

Penerbit ITB : Bandung. Hal : 257 - 266.

Jacob L and KR Anoop. 2013. A Review on Surfactant as Edge Activator in

Ultradeformable Vesicel for Enhanced Skin Delivery. Int J Pharm Bio Sci; 4

(3), 337 - 344.

Joe B, Vijaykumar M and BR Lokesh. 2010. Biological Properties of Curcumin-

Cellular and Molecular Mechanisms of Action. Journal Critical Review in

Food Science and Nutrition, 44, 97 - 111

Kumar L, Verma S, Singh K, Prasad DN and Amir Kumar Jain. 2016. Ethanol

Based Vesicular Carriers in Transdermal Drug Delivery: Nanoethosomes and

Transethosomes in Focus. Nano World Journal, 2 (3), 41 - 51.

Liu W, Zhai Y, Heng X, Che FY, Chen W, Sun D and Guangxi Zhai. 2016. Oral

Bioavaibility of Curcumin : Problems and Advancements. Journal of Drug

Targetting, 24 (8), 694 - 702

Page 42: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

30

Maiti K, Mukherjee K, Gantait A, Saha BP and Pulok K Mukherjee. 2007.

Curcumin-phospolipid Complex : Preparation, Therapeutic Evaluation and

Pharmacokinetic Study in Rats. International Journal of Pharmaceutics, 330

(1 - 2), 155 – 163.

Nadhin M, Indumathy R, sreeram KJ and Nair BU. 2008. Synthesis of Iron Oxide

Nanoparticles of Narrow Size Distribution on Polysaccharide Template. Bull

Mater Science, 31 (1), 93 – 96.

Ratnasari D dan Effionora Anwar. 2016. Karakterisasi Nanovesikel Transfersom

sebagai Pembawa Rutin dalam Pengembangan Sediaan Transdermal. Jurnal

Farmamedika, 1 (1), 1 - 7.

Rowe RC, Sheskey PJ and Marian E Quinn (Ed.). 2009. Handbook of

Pharmaceutical Exipients, 6th Ed. London : Pharmaceutical Press. pp: 17 - 19,

385 - 387, 549 - 553, 675 - 678, 766 - 770.

Shaji J and Sharvari Garude. 2014. Transethosomes and Ethosomes for Enhanced

Transdermal Delivery of Ketorolac Tromethamine : A Comparative

Assessment. International Journal of Current Pharmaceutical Research, 6 (4),

88 - 93.

Shen S, Liu SZ, Zhang YS, Du MB, Liang AH, Song LH and Zu Guang Ye. 2015.

Compound Antimalarial Ethosomal Cataplasm: Preparation, Evaluation, and

Mechanism of Penetration Enhancement. International Journal of

Nanomedicine, 10, 4249 - 4253

Song CK, Balakrishnan P, Shim CK, Chung SJ, Chong S and Dae Duk Kim. 2012

A Novel Vesicular Carrier, Transethosome, for Enhanced Skin Delivery of

Voriconazole : Characterization and In Vitro / In Vivo Evaluation. Colloids and

Surface B: Biointerfaces, 92, 299 - 304.

Touitou E, Godin B, Weiss C. 2000. Enhanced Delivery of Drugs Into and Across

The Skin by Ethosomal Carriers. Drug Development Research, 50 (3 - 4), 406

- 415.

Page 43: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

31

Lampiran 1. Bukti luaran yang didapatkan

Page 44: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

32

Lampiran 2. Contoh perhitungan efisiensi penjerapan transethosome kurkumin

1. Kurkumin yang terjerap

Abs = 0,391

Y = 0,0753x + 0,1943

X = 2,6122ppm

FaktorPengenceran =50ml x100ml

10ml x

100ml

2ml

= 25000 ml

Bobotkurkumin = 2,6122 ppm x 25000 ml

= 65305ppm = 65,305 mg

2. Kurkumin bebas

Abs = 0,385

Y = 0,0753x + 0,1943

X = 2,5325 ppm

Faktor Pengenceran = 100 ml x 100ml

2ml

= 5000 ml

Bobot Kurkumin = 2,532 ppm x 5000 ml

= 12660 ppm = 12,660 mg

3. Persen efisiensi penjerapan

Bobot kurkumin total = 65,305 mg + 12,660 mg = 78,00 mg

Persen efisiensi penjerapan = 65,305 mg

78,00 mg x 100% = 83,72%

Page 45: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

33

Lampiran 3. Hasil pengukuran ukuran partikel, potensial zeta dan nilai indeks

polidispersi F1 transethosome kurkumin

Page 46: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

34

Page 47: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

35

Lampiran 4. Hasil pengukuran ukuran partikel, potensial zeta dan nilai indeks

polidispersi F2 transethosome kurkumin

Page 48: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

36

Page 49: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

37

Lampiran 5. Hasil pengukuran ukuran partikel, potensial zeta dan nilai indeks

polidispersi F3 transethosome kurkumin

Page 50: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

38

Page 51: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

39

Lampiran 6. Hasil pengukuran ukuran partikel, potensial zeta dan nilai indeks

polidispersi F4 transethosome kurkumin

Page 52: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

40

Page 53: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

41

Lampiran 7. Tabel data evaluasi transethosome kurkumin

1. Data pH

Formula MINGGU KE-

0 2 4 6 8

F1 5,95 6,05 6,1 6,12 6,15

F2 5,96 6,04 6,05 6,06 6,1

F3 6,31 6,41 6,42 6,48 6,53

F4 6,14 6,14 6,14 6,14 6,2

2. Data viskositas (Cps)

Formula MINGGU KE-

0 2 4 6 8

F1 2450 2453 3433 3490 3643

F2 1473 1987 2067 2110 2110

F3 7777 7823 7863 8063 8243

F4 64 67 67 66 67

3. Data ukuran partikel

Formula MINGGU KE-

0 2 4 6 8

F1 350.4 415.8 470 477.9 462.7

F2 263.4 253.6 292.1 305 298.6

F3 396 415.1 433.9 448.7 479.5

F4 167.9 181.7 171.2 180.8 178.7

Page 54: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

42

Lampiran 8. Hasil Data Statistik

1. Non Parametrik

a. Uji pH Terhadap formula

Kruskal-Wallis Test

Formula N Mean Rank

PH

F2 15 20.87

F3 15 13.00

F4 15 53.00

F5 15 35.13

Total 60

Test Statisticsa,b

PH

Chi-Square 45.749

Df 3

Asymp. Sig. .000

Kesimpulan : Data pH yang dihasilkan memiliki nilai signifikasi < 0,05 yang

menyatakan data memiliki perbedaan yang signifikan terhadap formula.

b. Uji pH terhadap waktu

Kruskal-Wallis Test

WAKTU N Mean Rank

PH

MINGGU KE-0 12 21.83

MINGGU KE-2 12 26.08

MINGGU KE-4 12 30.25

MINGGU KE-6 12 33.54

MINGGU KE-8 12 40.79

Total 60

Test Statisticsa,b

Page 55: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

43

PH

Chi-Square 8.287

Df 4

Asymp. Sig. .082

Kesimpulan : Data pH yang dihasilkan memiliki nilai signifikasi > 0,05 yang

menyatakan data tidak memiliki perbedaan yang signifikan terhadap waktu.

c. Uji Viskositas Terhadap Formula

Kruskal-Wallis Test

Formula N Mean Rank

VISKOSITAS

F2 15 38.00

F3 15 23.00

F4 15 53.00

F5 15 8.00

Total 60

Test Statisticsa,b

VISKOSITAS

Chi-Square 55.423

Df 3

Asymp. Sig. .000

Kesimpulan : Data Viskositas yang dihasilkan memiliki nilai signifikasi < 0,05 yang

menyatakan data memiliki perbedaan yang signifikan terhadap formula.

d. Uji Viskositas terhadap waktu

Kruskal-Wallis Test

WAKTU N Mean Rank

VISKOSITAS

MINGGU KE-0 12 26.71

MINGGU KE-2 12 28.00

MINGGU KE-4 12 31.08

MINGGU KE-6 12 32.46

MINGGU KE-8 12 34.25

Total 60

Page 56: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

44

Test Statisticsa,b

VISKOSITAS

Chi-Square 1.532

Df 4

Asymp. Sig. .821

Kesimpulan : Data Viskositas yang dihasilkan memiliki nilai signifikasi > 0,05 yang

menyatakan data tidak memiliki perbedaan yang signifikan terhadap waktu.

e. Uji Zeta Potensial Terhadap Formula

Kruskal-Wallis Test

Formula N Mean Rank

ZETA_POTENSIAL

F2 15 23.47

F3 15 24.20

F4 15 31.57

F5 15 42.77

Total 60

Test Statisticsa,b

ZETA_POTENSIAL

Chi-Square 11.842

Df 3

Asymp. Sig. .008

Kesimpulan : Data zeta potensial yang dihasilkan memiliki nilai signifikasi < 0,05

yang menyatakan data memiliki perbedaan yang signifikan terhadap formula.

f. Uji Zeta Potensial Terhadap waktu

Kruskal-Wallis Test

WAKTU N Mean Rank

ZETA_POTENSIAL

MINGGU KE-0 12 25.67

MINGGU KE-2 12 18.00

MINGGU KE-4 12 25.92

MINGGU KE-6 12 46.33

MINGGU KE-8 12 36.58

Total 60

Page 57: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

45

Test Statisticsa,b

ZETA_POTENSIAL

Chi-Square 19.214

Df 4

Asymp. Sig. .001

Kesimpulan : Data Zeta Potensiang yang dihasilkan memiliki nilai signifikasi < 0,05

yang menyatakan data memiliki perbedaan yang signifikan terhadap waktu.

g. Uji ukuran Partikel Terhadap Formula

Kruskal-Wallis Test

Formula N Mean Rank

UKURAN_PARTIKEL

F2 15 45.00

F3 15 22.00

F4 15 44.00

F5 15 11.00

Total 60

Test Statisticsa,b

UKURAN_PARTIKEL

Chi-Square 41.564

Df 3

Asymp. Sig. .000

Kesimpulan : Data ukuran partikel yang dihasilkan memiliki nilai signifikasi < 0,05

yang menyatakan data memiliki perbedaan yang signifikan terhadap formula.

h. Uji Ukuran Partikel Terhadap Waktu

Kruskal-Wallis Test

WAKTU N Mean Rank

UKURAN_PARTIKEL

MINGGU KE-0 12 26.58

MINGGU KE-2 12 26.00

MINGGU KE-4 12 31.75

MINGGU KE-6 12 33.08

MINGGU KE-8 12 35.08

Total 60

Page 58: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

46

Test Statisticsa,b

UKURAN_PARTIKEL

Chi-Square 2.551

Df 4

Asymp. Sig. .635

Kesimpulan : Data Ukuran partikel yang dihasilkan memiliki nilai signifikasi > 0,05

yang menyatakan data tidak memiliki perbedaan yang signifikan terhadap waktu.

Page 59: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

47

Lampiran 9. Susunan organisasi tim peneliti dan pembagian tugas

No Nama / NIDN Instansi

Asal

Biding Ilmu Alokasi

Waktu

(Jam/Minggu)

Uraian Tugas

1. Yudi Srifiana / 0304058405 UHAMKA Farmasetika

dan

Teknologi

Farmasi

10 Melakukan pembuatan

sediaan transethoseme

kurkumin

2. Anisa Amalia / 0316018801 UHAMKA Farmasetika

dan

Teknologi

Farmasi

12 Melakukan evaluasi

sediaan dan uji stabilitas

transethoseme kurkumin

Page 60: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

48

Lampiran 10. Biodata ketua dan anggota tim pengusul

Biodata Ketua Peneliti

Page 61: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

49

Page 62: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

50

Biodata Anggota Peneliti

Page 63: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

51

Page 64: LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN PENGARUH …

52

Lampiran 10. Surat Pernyataan Ketua Peneliti