Makalah Struktur Keilmuan Geo Vi
Transcript of Makalah Struktur Keilmuan Geo Vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebagaimana yang kita ketahui, secara langsung kajian ilmu sejarah tidak lepas
(koherensi) dengan cabang ilmu-ilmu yang lain, contohnya saja antara ilmu sejarah dengan
ilmu geografi. Sebagai sebuah ilmu, “sejarah” menaruh perhatian pada penyelidikkan
terhadap dinamika kehidupan manusia dalam kaitannya dengan peristiwa dan kejadian di
masa lalu. Sejarah berkewajiban memberikan penafsiran tentang masa lalu. Jadi sejarah
pada dasarnya merupakan sebuah bahasa ide. Karena merupakan tafsiran, maka dapat
dikatakan juga bahwa sejarah adalah sebuah proses pemikiran yang diupayakan oleh
manusia untuk memahami diri dan lingkungannya melalui pemahaman akan kejadian-
kejadian lampau dalam suatu kerangka waktu. Menurut disiplin keilmuannya, ilmu geografi
selalu berkaitan dengan persoalan ruang, sedangkan ilmu sejarah selalu berkaitan dengan
persoalan waktu. Dalam berbagai kasus di Indonesia, kedua ilmu tersebut seringkali berjalan
secara terpisah. Padahal, sebagaimana dinyatakan oleh Meinig (1978), geografi dan sejarah
sebenarnya berakar pada satu hal yang sama.
Oleh karenanya, antara kedua disiplin tersebut tercipta hubungan saling melengkapi
dan saling ketergantungan. Soemarsaid Martono (dalam De Graff & Pigeaud, 2003)
menyatakan bahwa penelitian sejarah selalu memerlukan kejelasan akan batas temporal dan
spasial sehingga diperoleh gambaran sebab akibat yang utuh, tuntas, dan tidak timpang.
Selanjutnya, Lombard (2005) juga menyatakan bahwa tak satu pun ancangan sejarah akan
mencapai tujuannya tanpa memperhatikan faktor geografis.
Dari gambaran diatas, maka sudah jelas koherensi antar keduanya begitu penting,
sehingganya kalau dikaji secara menyeluruh maka apa yang di tulis dalam makalah ini
merupakan kajian yang berguna bagi ilmu sejarah, sedangkan latar belakang khusus yang
kami kemukakan adalah tentang akar permasalahan didalam ilmu geografi (studi tentang
filsafat ilmu pengetahuan dalam geografi itu sendiri).
Karena pada dasarnya dengan mengenal filsafat ilmu, semakin meningkatkan
kesadaran kita dalam meletakkan hakekat “kebenaran” tentang suatu hal pada tempat yang
1
tepat. Kita semakin menyadari bahwa kebenaran dalam ilmu pengetahuan yang kita peroleh
ternyata bersifat relative (tidak bersifat absolute).
Dengan memahami filsafat ilmu yang di dalamnya terkandung aspek-aspek
epistemologi, ontologis, dan aksiologis geografi maka kita akan mengatehui keterkaitannya
dengan ilmu sejarah seperti yang dibicarakan pada awal tadi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ada di dalam makalah ini antara lain:
1. Apakah pengertian struktur keilmuan geografi?
2. Bagaimanakah pengertian Epistemologi dalam ilmu geografi?
3. Apakah pengertian ontologi dalam ilmu geografi?
4. Apakah pengertian aksiologi dalam ilmu geografi?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang ada di dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Memenuhi tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Geografi yang di bimbing oleh Mansyur,
S.Pd
2. Menjelaskan pengertian struktur keilmuan geografi.
3. Memaparkan pengertian Epistemologi dalam ilmu geografi.
4. Menganalisis pengertian ontologi dalam ilmu geografi.
5. Memahami pengertian aksiologi dalam ilmu geografi
1.4 Metode Penulisan
Adapun metode yang digunakan dalam makalah kelompok kami khususnya dalam
pengumpulan bahan-bahan untuk pembuatan makalah ini, kelompok kami menggunakan
metode kepustakaan yakni membaca dan merangkum hal-hal penting apa saja yang dapat
diambil sebagai bahan pembuatan makalah ini. Oleh karenanya sumber utama yang
digunakan adalah buku-buku referensi.
Sedangkan sumber lain yang digunakan, adalah data-data yang ada di internet.
Namun, tetap bersandarkan pada sumber utamanya yaitu buku referensi.
2
BAB II
MENELUSURI STRUKTUR KEILMUAN GEOGRAFI
2.1 Pengertian Struktur Keilmuan Geografi dalam Mata Filsafat
Ada dua pendapat terhadap perkembangan bidang ilmu geografi saat ini. Pendapat
pertama menganut faham geografi sebagai ilmu yang bersifat generalis yang tidak
memerlukan bidang spesialisasi. Pendapat kedua memiliki pemikiran bahwa geografi dapat
dikembangkan dalam spesialisasi spesialisasi (cabang atau bahkan ranting) tertentu. Ke dua
pendapat tersebut mengetengahkan kebenaran masing masing sebagai dasar pertimbangan.1
Sedangkan secara spesifik struktur keilmuan geografi terbagi menjadi:
1. Epistemologis
2. Ontologis
3. Aksiologis
Epistemologi berasal dari kata episteme (pengetahuan) dam logos (teori), secara
etimologis berarti teori pengetahuan atau tata cara kerja ilmiah yang berisi tata urutan
prosedur kerja tentang cara bagaimana memperoleh pengetahuan yang diinginkan, dengan
menggunakan metode ilmiah tertentu, untuk mendapatkan pengetahuan yang benar dan
disajikan dalam suatu laporan ilmiah.
Epistemologi dalam The New Lexion Webster’s Ensyclopedic Dictionary,
didefinisikan sebagai cabang ilmu filsafat yang mempelajari sifat ilmu pengetahuan, asal
mula terjadinya, dasar-dasarnya, batas dan validitasnya. Ruang lingkup epistemologi meliputi
bahasan tentang asal, susunan, prosedur kerja ilmiah, metodologi penelitian (termasuk di
dalamnya ontologi), kebenaran pengetahuan dan sekaligus penyajian kerja ilmiahnya. Nama
lain dari Epistemologi adalah kriteriologi, genoseologia dan kritik pengetahuan.
Ontologi adalah apa yang ingin kita ketahui mencakup lingkup batas jati diri (being)
dan keberadaan atau eksistensi (existence) penelaahan objek (sasaran) keilmuan dan
1 Berdasarkan makalah disampaikan dalam Seminar Filsafat Sains Geografi di Fakultas Geografi UGM
Yogyakarta tanggal 12 July 2008, oleh penulis yang merupakan staf pengajar Departemen Geografi FMIPA-UI.
3
penafsiran tentang hakekat kenyataan (reality) yang khas serta perubahan (change) dari objek
keilmuan.
Aksiologi adalah nilai pengetahuan bagi kita untuk apa pengetahuan tersebut
diperoleh. Nilai pengetahuan tersebut dapat dicermati melalui cara penggunaan atau
pemanfaatan ilmu pengetahuan yaitu terutama sebagai alat untuk mencapai kebaikan dan
kebahagiaan manusia serta lingkungannya. Ilmu-ilmu dasar tersebut dalam aplikasinya
dilakukan melalui penelitian.
Menurut Kattsoft (1986:76) epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas asal-
usul, susunan, metode-metode dan sahnya pengetahuan. Sementara itu Lubis (1994:17)
berpendapat bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang menjelaskan bagaimana cara
menyusun pengetahuan yang benar. Landasan bagi epistemologi ilmu adalah metode ilmiah.
Butler dalam Salam (1997) berpendapat epistemologi meliputi hakekat pengetahuan, sumber
pengetahuan, dan metode pengetahuan. Sejalan dengan pemikiran tersebut di atas
Notohadiningrat (1991:5) menyatakan epistemologi adalah suatu teori tentang pengetahuan
yang berkaitan cara memperoleh pengetahuan dan metode keilmuan. Kiranya dapat
disimpulkan epistemologi pada intinya adalah pemanfaatan suatu prosedur kerja untuk
memperoleh pengetahuan yang benar dengan menggunakan metode ilmiah.
2.2 Pengertian Epistemologi dalam ilmu geografi
A. Penguraian Tentang Teori dalam Geografi
Secara Epistemologi, Geografi memang tidak dapat dipisahkan dari unsur- unsur
maupun bidang-bidang ilmu lainnya, bidang ilmu geografi dapat menggunakan metode
deduktif, metode induktif atau gabungan ke dua metode tersebut, tergantung persoalan
yang ingin dijawab. Sebagai contoh sederhana, apabila ingin mengetahui hubungan antara
bentuk bentang alam dan pola sebaran pemukiman penduduk maka yang pertama harus
dilakukan adalah menjawab pertanyaan pertanyaan berikut:
- apakah terdapat hubungan logis antara bentuk bentang alam dan pola pemukiman?
- jika ya, apakah hubungannya bersifat satu arah atau dua arah?
- selanjutnya, apakah hal tersebut pernah diteliti dan teori apa yang digunakan peneliti
peneliti sebelumnya?
4
Apabila kerangka berpikir rasionalisme terpenuhi maka sebagai seorang peneliti
kita harus dapat membuktikan sendiri bagaimana hubungan dari gejala gejala tersebut
dengan menggunakan kerangka berpikir empirisme. Artinya, adanya dukungan teori dasar
untuk meneliti dan ketersediaan data empiris merupakan hal yang pokok untuk
menemukan jawaban yang benar dari pertanyaan yang diajukan. Selanjutnya, peneliti
harus menetapkan metode apa yang akan digunakan :
1. Apabila telah ada konsep dan teori yang secara rasional dapat menjelaskan hubungan
logis ke dua variable tersebut, maka dapat dipilih metode deduktif untuk memperkuat
suatu teori yang sudah ada.
2. Apabila ingin mengetahui pola umum hubungan ke dua gejala tersebut di suatu daerah
yang lebih luas (misalnya untuk Indonesia) maka dapat menggunakan metode induktif
– deduktif. Perlu dicatat, data yang diperlukan dalam penggunaan metode induktif
adalah data sampling dalam statistik inferensial.
Dalam paragraph di atas dapat dicermati bahwa butir 1 menghasilkan pembuktian
teori tertentu untuk memperkuat atau apabila memenuhi syarat tertentu dapat
meningkatkan teori menjadi hukum yang bersifat universal (axioma). Sedangkan contoh
butir 2 menghasilkan pembuktian penemuan teori baru berdasarkan teori sebelumnya,
misalnya menghasilkan model prediksi. Mungkin kita perlu merenung, selama ini
penelitian apa yang telah kita lakukan untuk mengembangkan ilmu geografi ? Apakah kita
baru sebatas menerapkan konsep dan teori yang sudah ada atau sudah ada teori baru yang
kita hasilkan?
B. Apresiasi Teori
Haggett (2001) dalam bukunya: “Geography. A Global Synthesis” menyebutkan
berbagai definisi geografi (p. 763) dan salah satunya adalah “ Geography is an integrative
discipline that brings together the physical and human dimensions of the world in the
study of people, places, and environments” yang dirumuskan oleh American Geographical
Society tahun 1994. Dalam definisi tersebut tersirat pengertian yang jelas bahwa geografi
merupakan disiplin ilmu bersifat integratif yang mempelajari obyek studi (penduduk,
tempat dan lingkungannya) dalam dimensi fisik dan manusia. Sementara I Made Sandy
(1973) mengetengahkan sebuah definisi geografi sebagai bidang ilmu yang mempelajari
berbagai gejala di permukaan bumi dalam perspektif keruangan. Sandy ingin menekankan
5
bahwa gejala apapun dapat menjadi bidang telaah geografi jika ditinjau dari sudut pandang
keruangan.
Berdasarkan dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa geografi adalah
bidang ilmu yang bersifat integratif yang mempelajari gejala gejala yang terjadi di muka
bumi (dalam dimensi fisik dan dimensi manusia) dengan menggunakan perspektif
keruangan (spatial perspective). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa “aspek
keruangan”lah yang menjadi ciri pembeda bidang geografi dengan bidang ilmu lain.
Menurut pengertian di atas maka tidaklah sukar untuk menjelaskan makna
filosofis diagram Fenneman (Jensen, 1980 p.4) maupun diagram Haggett (2001 p. 766)
yang pada prinsipnya menunjukkan keterkaitan dan pendekatan bidang kajian geografi
dengan bidang kajian ilmu ilmu lainnya. Gejala sosial yang berlangsung di muka bumi
jika ditelaah melalui perspektif keruangan membentuk bidang kajian geografi sosial.
Melalui proses yang sama lahir bidang kajian geografi ekonomi, geografi politik, geografi
budaya dan lain lain. Bagian bidang ilmu alam seperti geologi difokuskan pada
pengetahuan geomorfologi, klimatologi dari meteorologi, biogeografi dari biologi dan
seterusnya.
g
Gambar 1. Lingkungan sekitar bidang ilmu Geografi (modifikasi Fenneman 1919 dalam
Jensen, 1980).
6
Sejarah
Interkoneksi berbagai bidang ilmu dengan bidang geografi menunjukkan
fenomena di mana perkembangan bidang ilmu geografi dapat dikatakan sangat ditentukan
oleh kemampuan geograf dalam memperoleh informasi perkembangan bidang ilmu
lainnya. Hasil riset bidang ilmu lain akan memperkaya (proliferate) cakupan penelitian
geografi. Demikian pula, hasil riset geografi tentang topik tertentu (secara terbatas) dapat
memicu perkembangan bidang ilmu lainnya. Dalam konteks ini maka terbuka ruang
terbentuknya gejala divergensi bidang ilmu (termasuk geografi) dalam berbagai cabang
ilmu yang bersifat lebih spesifik (spesialisasi). Namun demikian, spesialisasi di bidang
ilmu geografi tidaklah semudah seperti membentuk spesialisasi anak, spesialisasi tht anak
atau anak tht (?) pada bidang ilmu kedokteran atau lainnya.
Dalam perspektif keilmuan, pada dasarnya semua ilmu memiliki kesamaan
filosofi yang disebut dengan metode keilmuan. Masing masing ilmu memiliki cara yang
sama untuk mencari pengetahuan antara lain melalui kerangka berpikir rasionalisme dan
empirisme. Perlu disampaikan kembali pemikiran para ahli seperti, John Dewey (1859-
1952) menyusun formulasi perkawinan cara berpikir rasionalisme dan empirisme yang
telah digunakan oleh Galileo, Newton maupun Charles Darwin pada era sebelumnya
(Suriasumantri, 1983 p. 28). Secara ringkas dijelaskan bahwa rasionalisme adalah
kerangka pemikiran yang koheren dan logis, sedang empirisme adalah kerangka
pengujian dalam memastikan suatu kebenaran pengetahuan sah secara keilmuan.
C. Falsafah ilmu
Mengutip pendapat Montello (2006) bahwa tidak ada jawaban yang tepat dari
pertanyaan apa yang dimaksud dengan scientific approach. Salah satu pengertian tentang
ilmu adalah “Science is a personal and social human endeavor in which ideas and
empirical evidence are logically applied to create and evaluate knowledge about reality”.
Selanjutnya, yang dimaksud dengan “empirical evidence” dalam pengertian di atas
adalah sesuatu yang diturunkan dari kegiatan observasi suatu masalah secara sistematis
melalui penalaran yang sering menggunakan alat bantu teknologi. Montello berpendapat
bahwa secara filosofis, makna empirisme tidak selalu berupa pengalaman manusia sejak
lahir. Empirisme ilmu berusaha untuk dapat diulang, dapat diakumulasikan dan secara
umum dapat diobservasi. Ilmu menganut prinsip prinsip logika formal dan informal dan
paling tidak mengikuti prinsip (1) harus menghindari kontradiksi (2) semakin tinggi
7
tingkat keyakinan terhadap suatu gejala seiring semakin tingginya observasi yang
dilakukan (3) pola keteraturan suatu kejadian pada masa lalu memiliki peluang terjadi
pada masa yang akan datang.
Suriasumatri (1983) menyatakan bahwa kegiatan ilmu adalah suatu proses berpikir
untuk memperoleh pengetahuan. Pengetahuan seseorang terhadap suatu obyek yang diamati
belum tentu sama dengan pengetahuan yang diperoleh orang lain yang mengamati obyek
yang sama apabila dilakukan pancaindra manusia pada skala observasi atau dalam medium
yang berbeda melalui perspektif yang berbeda. Sebuah pohon kelapa tampak sangat tinggi
jika diamati pada jarak dekat dan tampak pendek jika diamati pada kejauhan atau sebuah
tongkat lurus akan tampak melengkung jika berada di dalam air, adalah sekedar contoh
sederhana.
Para ahli filsafat ilmu menyatakan bahwa dalam lingkungan keilmuan, kebenaran
secara keilmuan bersifat tidak mutlak. Sifat tidak mutlak tersebut juga terjadi jika kebenaran
keilmuan dihadapkan pada kebenaran menurut agama, kebenaran menurut seni atau
kebenaran menurut filosofinya. Kebenaran teknologi cloning sampai saat ini misalnya tidak
diakui sebagai kebenaran menurut agama. Lukisan wanita telanjang sebagai kebenaran seni
pada umumnya tidak dapat dibenarkan oleh agama atau dibuktikan secara keilmuan.
Gambar 1 menjelaskan sebuah skema sederhana dari proses berpikir manusia dalam
kehidupan sehari hari..
8
Gambar 2. Kebenaran berdasarkan perspektif proses berpikir manusia.
Mengingat tidak ada kebenaran yang bersifat mutlak maka dapat diduga dari tulisan
ini akan muncul banyak pendapat atau pandangan yang berbeda. Berdasarkan judul di atas,
untuk mengurangi beda pendapat, dalam tulisan ini penulis membatasi pengertian filsafat
menurut Socrates (470-399 SM) dalam Suriasumantri (1983 p.4) sebagai berikut: “filsafat
diartikan sebagai suatu cara berpikir yang radikal dan menyeluruh yang mengupas sesuatu
sedalam-dalamnya”. Radikal, menyeluruh dan sedalam-dalamnya mengandung makna
membutuhkan waktu yang panjang untuk memperoleh suatu pengetahuan yang menyeluruh
dan mendalam.
Selanjutnya dikatakan bahwa ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang
mempunyai ciri tertentu. Bidang ilmu yang satu dapat dibedakan dari bidang ilmu lainnya
didasarkan pada jawaban atas ke tiga pertanyaan pokok sebagai ciri ilmunya yaitu (1) dasar
ontologi ilmu, (2) dasar epistemologi ilmu dan (3) dasar axiologi ilmu. Apa yang ingin
diketahui atau apa yang menjadi bidang telaah ilmu merupakan pertanyaan dasar ontologi.
Bagaimana pengetahuan tersebut diperoleh merupakan dasar pertanyaan epistemologi (teori
pengetahuan). Sedangkan apa kegunaan ilmu adalah pertanyaan dari segi axiologinya (teori
tentang nilai). Jawaban dari ke tiga pertanyaan dasar tersebut merupakan rangkaian yang
tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya.
9
AGAMA
ILMU
SENI FILSAFAT
Kebenaran relatif
Tidak jarang dijumpai keadaan di mana suatu penelitian belum menjelaskan
kegunaan hasil penelitian sebagai jawaban pertanyaan dasar yang ke tiga, walaupun masalah
(apa yang ingin diketahui) dan metodenya (bagaimana cara`memperoleh pengetahuan)
dituliskan secara jelas. Pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan penelitian seyogyanya
merupakan pengetahuan yang mendalam dan dapat dibuktikan memenuhi kaidah keilmuan
(dikatakan sah secara keilmuan).
D. Penelitian ilmiah
Pengetahuan yang diperoleh melalui proses berpikir yang teratur dan sistematis
dikenal sebagai produk kegiatan penelitian ilmiah atau penelitian yang memenuhi syarat
keilmuan. Kegiatan berpikir teratur dan sistematis mengantar kita dalam memasuki dunia
keilmuan. Sebuah gejala di muka bumi misalnya, sebagai sebuah fakta, terjadi secara
beraturan dan tidak terjadi secara kebetulan karena dapat dijelaskan dalam kerangka konsep
keilmuan. Siklus hidrologi merupakan contoh gejala alam yang berlangsung secara teratur
dan sistematis.
Dalam konteks kegiatan penelitian, mengenali sebuah fakta, merumuskan masalah,
menyusun hipotesa, melakukan analisis dan menarik kesimpulan merupakan contoh proses
berpikir teratur dan sistematis. Menurut Sandy (1973) hal tersebut adalah ciri sebuah ilmu
termasuk ilmu geografi. Sebuah kesimpulan penelitian mencerminkan “pengetahuan” yang
dihasilkan dari rasa “ingin tahu” (curiousity) yang diungkap dalam kalimat pertanyaan
penelitian (research question).
Para peneliti, pada instansi pertama umumnya menghadapi persoalan bagaimana
merumuskan pertanyaan penelitian yang benar agar memperoleh pengetahuan baru yang
bermakna. Sebagian besar waktu (hampir 50%) dihabiskan untuk merumuskan masalah,
selebihnya untuk mengumpulkan data, melakukan analisis dan menarik kesimpulan. Jika
rumusan pertanyaannya benar maka akan diperoleh jawaban yang benar, jika cara yang
digunakan untuk menjawab benar. Sebaliknya, jika pertanyaan penelitiannya diungkap
dalam kalimat yang tidak jelas maka jawabannya pasti sulit diperoleh atau bahkan tidak
akan ditemukan, bagaimanapun caranya meneliti. Hal yang sama jika dikaitkan dengan
kebenaran data yang digunakan dalam penelitian (garbage in garbage out).
Dalam upaya menjawab masalah, ada tiga pilihan metode yang dapat digunakan
yaitu metode deduktif, metode induktif dan gabungan metode deduktif dan induktif. Namun
10
demikian saat ini gabungan ke dua metode deduktif dan metode induktif menjadi pilihan
banyak peneliti dalam menetapkan metode penelitiannya. Pilihan ini dilandasi pada
pemikiran bahwa apa yang diteliti merupakan usaha untuk memperkuat konsep atau teori
yang sudah ada dan adanya keinginan untuk menghasilkan konsep atau teori baru.
Metode metode yang dimaksud merupakan penjabaran konsep berpikir
epistemologis dalam upaya menjawab pertanyaan yang diajukan. Sehubungan dengan hal itu
ada perbedaan pilihan metode dalam penelitian bidang pengetahuan alam dan bidang
pengetahuan sosial terkait dengan karakteristik masalah dan jumlah variable penelitian.
Sebuah dalil fisika seperti teori gravitasi misalnya, akan berlaku kapanpun dan dimanapun.
Di sisi lain, teori sosial yang berlaku di Negara maju tidak selalu tepat digunakan untuk
mengatasi masalah sosial di Negara berkembang karena karakteristik masalah dan variable
yang terkait berbeda.
Sebagaimana telah diuraikan, walaupun ada perbedaan namun setiap bidang ilmu
memiliki kesamaan metode keilmuan yaitu kerangka berpikir rasional dan empiris. Oleh
karena itu adanya konsep dan landasan teori yang kuat dan dengan dukungan data atau fakta
empirislah kekuatan suatu penelitian ditentukan., apapun bidang ilmunya. Hasil dari
penelitian demikianlah kita mampu memperoleh pengetahuan baru yang sangat bermanfaat.
Salah satu prasyarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh pengetahuan baru tersebut
adalah digunakannya asumsi asumsi yang tepat.
Dalam mengenali obyek empiris dalam ranah keilmuan kita memerlukan arah dan
landasan analisis yang dikenal sebagai asumsi. Suriasumantri (1983 p.8) menyatakan bahwa
ada tiga asumsi dasar agar pengetahuan baru yang dihasilkan diakui kebenarannya yaitu:
(1) bahwa obyek tertentu memiliki keserupaan satu sama lain.
(2) bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu.
(3) bahwa tiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan.
Asumsi pertama berkaitan dengan metode keilmuan yang paling sederhana yaitu
penerapan konsep klasifikasi. Asumsi ke dua berkaitan dengan konsep kelestarian yang
bersifat relatif artinya suatu benda akan berubah dalam waktu singkat dan ada yang berubah
dalam jangka waktu panjang. Asumsi ke tiga berkaitan dengan konsep determinisme artinya
setiap gejala memiliki pola tertentu yang bersifat tetap dengan urutan kejadian yang sama.
E. Penggunaan Metode atau Teknik
11
Setelah metode dipilih selanjutnya ditetapkan cara atau teknik apa yang akan
digunakan dalam pengumpulan data, pengolahan dan analisis data penelitian. Metode
induktif misalnya, tidak dapat mengabaikan peranan statistik dalam pengumpulan,
pengolahan dan analisis data. Sampai di sini kita harus dapat membedakan makna metode
dan teknik atau cara penelitian. Overlay atau superimposed peta dapat dipandang sebagai
sebuah teknik analisis dan bukan metode analisis.
Menjadi lebih menarik jika selanjutnya ditelaah tentang pemanfaatan teknologi
informasi yang semakin intens di lingkungan penelitian geografi. Misalnya penggunaan GIS
(sebagai sebuah sistem) atau penggunaan data citra, sebagai upaya untuk memperoleh data
empiris dengan memanfaatkan sarana teknologi satelit. Sementara ini kita sepakat bahwa
ketersediaan sistem dan tekonologi tersebut sangat membantu (mempermudah dan
mempercepat) penelitian geografi dalam kegiatan pengumpulan sampai analisis data hasil
penelitian, sebagaimana kita menggunakan cara statistik.
Jelas kiranya bahwa dalam konteks penelitian geografi, teknologi RS dan GIS
adalah sebuah pilihan cara atau teknik dalam kita mengumpulkan data geografi, mengolah
dan menganalisis data. Pilihannya terletak pada sarana atau alat untuk analisis, yang dinilai
lebih baik dibanding teknik sebelumnya.
Sampai saat ini kita mengetahui bahwa teknologi penginderaan jauh dan teknologi
GIS merupakan produk dari R&D bidang ilmu teknik telekomunikasi, komputer dan
informatika. Bidang geografi lebih berperan dalam melakukan interpretasi secara lebih cepat
(karena memiliki bekal cukup pengetahuan fisik permukaan bumi) atau paling jauh
membuat pemodelan aplikasinya. Teknik teknik interpretasinyapun merupakan hasil
pengembangan para ahli bidang ilmu lain seperti fisika.
Geografi adalah bukan bidang ilmu tentang semua hal yang ada dalam kehidupan
manusia, walaupun ada yang berpendapat bahwa geografi adalah mothers of science atau
ilmu yang bersifat generalis. Sebuah kalimat yang sering diungkapkan adalah bahwa
“semua hal bisa di-geografi-kan sepanjang masih dapat dianalisis secara spasial”.
Kalimat ini sangat sederhana namun mempunyai implikasi yang sangat luas terutama bagi
para geograf yang kritis. Pertanyaan kritis yang kemudian dapat dikemukakan adalah
“apakah dapat dibuktikan bahwa semua hal dapat dianalisis dalam perspektif spasial?”.
12
Oleh karena begitu banyak hal dapat digeografikan maka muncul usaha usaha
membuat spesialisasi geografi. Upaya untuk memikirkan spesialisasi di bidang ilmu
geografi layak untuk diapresiasi. Namun, cabang atau ranting ilmu yang dirumuskan
hendaknya memenuhi kaidah kaidah yang benar sehingga tidak menyimpang dari pohon
ilmunya. Salah satu contoh adalah pohon ilmu geografi jelas berbeda dengan pohon ilmu
informatika yang fokus dalam rekayasa teknik system pengolahan data menjadi informasi.
Demikian pula pohon ilmu geografi jelas berbeda dengan pohon ilmu psikologi yang fokus
dalam perilaku (behaviour) manusia. Sampai saat ini belum ada yang mampu untuk
mengspasialkan sebuah persepsi dan menyajikan serta menjelaskannya dalam perspektif
keruangan.
2.3 Pengertian Ontologi dalam Ilmu Geografi
A. Pengenalan Awal Konsep Ontologi Dalam Ilmu Geografi
Mengacu pengertian geografi yang telah disampaikan di atas maka dapat dijelaskan
bahwa apa yang ingin diketahui ilmu geografi adalah “berbagai gejala keruangan dari
penduduk, tempat beraktifitas dan lingkungannya baik dalam dimensi fisik maupun dimensi
manusia”. Perbedaan dan persamaan pola keruangan (spatial pattern) dari struktur, proses
dan perkembangannya adalah penjelasan lebih lanjut dari apa yang ingin diketahui bidang
ilmu geografi.
Sebagai salah satu penjelasan lebih rinci, pola keruangan dari gejala yang
berlangsung di muka bumi biasanya disajikan dalam model simbolik (dalam bentuk peta).
Peta region misalnya, menggambarkan informasi keruangan atau informasi geografis dalam
tingkatan kelas (klasifikasi) dari mulai yang paling rendah sampai yang paling tinggi dari
suatu obyek. Di samping informasi kuantitatif, peta tersebut juga dapat memberikan
informasi arah dan laju perubahannya. Fakta spasial suatu gejala tertentu dapat dianalisis
lebih jauh untuk menghasilkan informasi keterkaitannya dengan gejala lainnya.
Obyek material studi geografi meliputi lapisan atmosfer, lapisan litosfer, lapisan
hidrosfer dan lapisan biosfer (pengetahuan ini telah dijadikan bahan ajar geografi di tingkat
SLTP/SLTA). Pengetahuan pengetahuan tersebut sangat diperlukan dalam menjelaskan
berbagai gejala keruangan dari suatu obyek yang diteliti untuk dapat memenuhi sifat
13
integratif sebagaimana telah didefinisikan di atas. Berikut disampaikan contoh sederhana
elaborasi hasil penelitian yang memperlihatkan sifat integratif.
1. Fakta penelitian yang menunjukkan pola kerusakan bangunan semakin besar jika jarak
lokasi bangunan ke pusat gempa semakin dekat dapat dijelaskan dari pengetahuan
geologi dan fisika yang menyatakan bahwa besaran enersi yang didifusikan semakin kecil
jika semakin jauh dari pusat gempa karena mengalami hambatan struktur batuan yang
dilewatinya sebagai media difusi.
2. Penelitian tentang bentang alam (geomorfologi) di suatu daerah memperlihatkan
hubungannya dengan aktivitas penduduk di mana ada kecenderungan kegiatan penduduk
terkonsentrasi di wilayah dataran alluvial dibanding unit bentang alam lainnya. Hal ini
dapat dijelaskan antara lain berdasarkan teori ekonomi (efisiensi biaya dan aksesibilitas).
Teori pusat (central place theory) Christaller dengan model hexagonalnya yang terkenal
menggunakan salah satu asumsi yaitu hanya berlaku pada daerah yang memiliki bentang
alam homogin.
3. Faktor fisik menentukan perbedaan pola spasial migrasi penduduk, misalnya di daerah
dataran dan di daerah pegunungan, di samping dapat dijelaskan dari teori gravitasi atau
push-pull factor.
Pengetahuan tentang berbagai gejala (fisik maupun sosial) yang berlangsung di
muka bumi yang direpresentasikan sebagai gejala keruangan (spatial phenomena) suatu
obyek tertentu (yang dapat diamati oleh panca indra manusia) merupakan jawaban dari
“apa yang ingin diketahui” ilmu geografi. Persoalan selanjutnya adalah “ bagaimana ilmu
geografi menjawab pertanyaan tersebut”. Berkenaan dengan itu secara singkat akan ditelaah
tentang epistemology ilmu geografi.
B. Ruang Lingkup Ontologi Ilmu Geografi
Ontologi adalah penentuan batas ruang lingkup jati diri (being) dan keberadaan atau
eksistensi (existence) penelaahan obyek (sasaran) keilmuan dan penafsiran tentang hakekat
kenyataan (reality) yang khas serta perubahan (change) dari obyek keilmuan, sedangkan
pendekatan ilmu adalah konsepsi dasar pola kajian atau cara utama untuk memecahkan
masalah dalam batas ruang lingkup suatu bidang ilmu.2
2 Alfandi, Widoyo. 2001. Epistemologi Geografi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
(Hlm:79).
14
Jadi dalam suatu ilmu dapat dikaji dari definisi, ruang lingkup obyek kajian, konsep-
konsep, prinsip-prinsip, hakekat bidang ilmu pengetahuan. Dalam rangka memperoleh
gambaran identitas atau kekhasan (jati diri) penelitian geografi, berikut secara garis besar
disampaikan aspek-aspek tersebut di atas yang menyangkut bidang ilmu geografi.3
a. Definisi Geografi
Menurut Sandy (1972:11) Definisi Geografi yang baik harus memenuhi kaidah-
kaidah: (a) Syarat definisi, (b) Dapat mencakup semua cabang geografi yang ada.
Sedangkan menurut Ginsburg (1988:615) definisi Geografi perlu memperhatikan adanya
unsur-unsur penduduk, tempat, pola dan proses.4
b. Ruang Lingkup dan Substansi Studi Geografi
Ruang lingkup kajian studi geografi adalah menjawab pertanyaan:
1. Apa (What) dalam arti struktur pola, fungsi dan proses gejala, kenampakan atau
kejadian di permukaan bumi.
2. Dimana (Where) dalam arti situs (site), letak (lokasi) atau penyebaran (spatial
distribution) di permukaan bumi.
3. Berapa panjang (How long) sebuah sungai, jalan, berapa lebar (How wide), berapa luas
(How large) suatu areal atau wilayah, berapa jauh (How far) jarak antar lokasi, berapa
dalam (How deep) suatu perairan (danau, sungai, laut), berapa tinggi (How high) suatu
elevasi, berapa miring (How steep) suatu lereng, berapa lama (durasi) suatu proses
berlangsung (How long), berapa banyak (How many atau much) suatu jumlah.
4. Mengapa (Why) dalam arti korologi atau keruangan dan penjelasan atau deskripsi latar
belakang dan pola hubungan sebab akibat (causal) atau interelasi dan interaksi
serangkaian gejala / kejadian atau motivasi manusia.
5. Bagaimana (How) dalam arti penjelasan suatu struktur pola, fungsi dan proses
gejala/kejadian atau solusi terhadap suatu masalah yang berwujud rumusan saran
kebijakan.
6. Kapan (When) dalam arti waktu lampau (informasi), sekarang dan akan datang
(peramalan/forecasting atau perencanaan).
3 Ibid, Hlm:804 Ibid, Hlm:80
15
7. Siapa (Who) dalam arti sebagai obyek penelitian atau pelaku (subyek) suatu kejadian
dan sekaligus sebagai subyek yang bertanggung jawab dalam bentuk kelompok
manusia, tidak sebagai individu (terutama dalam bahasan geografi manusia, khususnya
geografi politik) kecuali behavioral geography. 5
Sutanto (2000) berpendapat bahwa ciri khas geografi bukan terletak pada materi
yang dikaji, bukan pula oleh pertanyaannya melainkan pada cara menjawab pertanyan
tersebut, kata tanya apa, dimana, berapa, mengapa, kapan dan siapa dikaitkan dengan: (a)
Pertanyaan teoritis (mengkaji teori yang ada, mengembangkan, atau menyusun yang
baru), (b) Pertanyaan metodikal (cara perolehan data, cara analisis), (c) Pertanyaan
remedial ((pemulihan lahan kritis, pengentasan kemiskinan), (d) Pertanyaan genetikal
(asal mula fenomena), (e) Pertanyaan generik (bersifat umum).6
Secara substansial setiap sudut pandang pola kajian studi geografi berisi unsur-
unsur esensial tertentu yaitu meliputi:
1. Kajian keruangan
a. Lokasi absolut dengan relatif, ukuran (bentuk, batas, luas, arah, jarak dalam arti
dimensi ruang relatif (keterpisahan) morfologi bentang alam fisik.
b. Aksesibilitas (keterjangkauan), distribusi (pembagian sebaran dalam ruang) difusi
(penyebaran dan perluasan), perubahan kepadatan dan pertumbuhan, pola gerakan
orang barang, idea dan aglomerasi jaringan hirarki pusat pelayanan dan potensi
sumber daya di permukaan bumi (konsep hubungan dan sumber daya).
c. Kecenderungan (tren) struktur (pengelompokan dan penyebaran), fungsi (produk
mekanisme interelasi gejala) dan proses (perkembangan gejala dari waktu ke
waktu) perkembangan obyek di permukaan bumi.
d. Relasi, interrelasi, interaksi (arus gerakan, hubungan sebab-akibat) gejala
keruangan antara makhluk hidup dengan lingkungannya (konsep hubungan dan
ketergantungan).
e. Bentuk aplikasinya antara lain: perencanaan pembangunan DAS, perencanaan
kota, penataan ruang.
2. Kajian kompleks wilayah, yang membahas tentang:
5 Ibid, Hlm:826 Ibid, Hlm:83
16
a. Karakteristik wilayah melalui analisis perbedaan (diferensiasi) dan persamaan
(homogenitas) sifat wilayah atau region konsep wilayah dan ketergantungan.
Proses integrasi, interaksi dan difusi jaringan dan hirarki wilayah modal, dalam
rangka perubahan ruang.
b. Berbagai jenis wilayah, misalnya: formal region, functional region, administrative
region, planning region.
c. Teori pertumbuhan wilayah, teori arus antar wilayah, teori klasifikasi, peramalan
wilayah, perencanaan wilayah.
d. Kajian wilayah sebagai tujuan (objective region) dan wilayah sebagai alat analisis
(subjective region).
3. Kajian ekologi dan kajian sistem yang membahas tentang:
a. Lingkungan (perilaku, gejala), habitat, site, territorial, lingkungan alam fisik
(physic natural environment) lingkungan budaya (cultural environment), persepsi,
sumber daya (resource), kualitas tanah, potensi tanah, konservasi, ekosistem,
equilibrium, efisiensi.
b. Analisis fungsi, pertukaran berbagai sumber daya dan gerakan, aliran, interaksi,
dan interdependensi.
c. Solusi permasalahan keruangan dan pembangunan (konsep pembangunan
berkesinambungan).
d. Geografi SDA, penilaian dampak lingkungan, norma dan kriteria dampak
lingkungan, daya dukung dan daya tampung lingkungan.
e. Kaitan ilmu geografi dengan ilmu-ilmu lain (politik, hankam, linguistik, sosiologi,
antropologi, geologi, sejarah, perencanaan, biologi, meteorologi, ekonomi,
ekonometrik, matematika, teknik, lingkungan hidup, dsb) dalam rangka penelitian
terpadu dan dalam konteks dunia (konsep holistik dan global).
f. Fungsi dan peran serta setiap ilmu dalam pencapaian tujuan suatu penelitian
interdisiplin, multidisiplin dan transdisiplin secara terpadu (integrated surveys).
4. Kajian sejarah (kronologis/historis) yang membahas tentang:
a. Perubahan kegiatan yang berlangsung dalam konteks ruang (yang sama) dan
waktu (yang berbeda).
17
b. Kecenderungan (trend) hubungan kausal dan dinamika perkembangan, perubahan
gejala, kenampakan dari waktu ke waktu dalam ruangan yang sama atau siklus.
5. Sarana berfikir ilmiah geografi, meliputi:
Model (termasuk peta), sistem informasi geografi, computer, metode analisis
geografi kuantitatif (matematika dan statistika) penafsiran foto udara dan citra
landsat, logika dan bahasa.7
c. Konsep-Konsep Geografi
Konsep-konsep dasar geografi menurut Warman dalam Sumaatmadja (1981)
meliputi: (a) Strata kehidupan (life-layer concept), (b) Dominasi ekologi manusia (man
ecological dominant concept), (c) Globalisasi (globalism concept), (d) Interaksi
keruangan (spatial Interaction Concept), (f) Hubungan wilayah/area (areal relationship
concept), (g) kesamaan wilayah (areal likenesses), (h) Perbedaan wilayah (areal
differenceconcept), (i) Keunikan wilayah (areal uniqueness), (j) Penyebaran areal (areal
distribution), (k) Lokasi relatif (relative location concept), (m) Perubahan abadi
(perpetual transformation concept), (n) Sumber daya budaya yang berbeda (culturally
defined resources concept), (o) Skala (round earth on flat paper concept).
d. Prinsip-prinsip geografi
Yang dimaksud dengan prinsip geografi adalah pokok-pokok pikiran yang
mendasar pola kajian studi geografi. Adapun pokok-pokok pikiran tersebut meliputi: (a)
deskripsi dan klasifikasi, (b) lokasi dan penyebaran, (c) interrelasi dan sistem jaringan,
(d) korologi/keruangan, (e) ukuran dan skala, (f) struktur pola, fungsi, proses.8
e. Obyek dan hakikat geografi
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, sejak zaman Eratosthenes ( Suharyono,
1990: 31 ) geografi sudah dianggap sebagai induk dari segala ilmu ( the mother of
sciences ), karena banyak bidang ilmu pengetahuan berangkat dari keadaan muka bumi
menuju ke ilmunya masing-masing. James dalam Sumaatmadja ( 1981:32 ) berpendapat
yang sama bahwa geografi adalah induk dari berbagai ilmu pengetahuan, karena berbagi
bidang ilmu memulai kegiatan ilmiahnya dari pengamatan kenyataan dari permukaan
bumi masing-masing.
7 Ibid, Hlm:858 Ibid, Hlm:86
18
Menurut Haggett ( 1979:601 ) obyek studi geografis meliputi: 1) permukaan
bumi, sebagai lingkungan hidup manusia, 2) organisasi keruangan manusia dan hubungan
ekologis manusia dengan lingkungannya, 3) kekayaan dan keragaman bumi. Di sisi lain
Chisholm ( 1975: 14 ) berpendapat bahwa obyek studi geografi meliputi : 1) pencatatan
dan deskripsi gejala ( yang terdapat dan berrlangsung ) di permukaan bumi, 2) studi
tentang antar hubungan dari gejala di daerah-daerah tertentu, 3) penelitian masalah-
masalah yang berdimensi keruangan, khususnya identifikasi pentingnya ruang sebagai
suatu variabel.
Obyek studi geografis adalah gejala alam ( struktur pola, fungsi, proses ) dan
perilaku serta aktifitas budi daya manusia di permukaan bumi, yang dikaji lokasinya,
integrasinya, persebarannya, perkembangannya, interaksinya, interrelasinya, dalam
lingkup analisis keruangannya, kewilayahan, ekologis, sistem, dan sejarah
perkembangannya, dalam lingkup wilayah penelitian sebagai suatu keseluruhan( holistik)
dan sebagai bagian dari keseluruhan wilayah penelitian secara lebih mendalam, sehingga
dapat diperoleh gambaran tentang perbedaan dan perrsamaan antara daerah yang satu
dengan daerah lainya.9
Menurut Daldjoeni ( 1991: 25-26 ) hakekat geografi sebagai berikut:
a. Sebagai ilmu pengetahuan bio-fisis;
b. Sebagai relasi timbal balik manusia alam;
c. Sebagai ekologi manusia;
d. Sebagai telaah bentang alam;
e. Sebagai telaah sebaran gejala alam atau gejala sosial tertentu;
f. Sebagai teori tentang ruang bumi.
Ginsburg ( 1988 ) berpendapat bahwa hakekat geografi adalah :
a. Sebagai ikhtisar fakta
b. Sebagai Studi tentang pengaruh lingkungan;
c. Sebagai Studi tentang hubungan antara manusia dan alam;
d. Sebagai Studi tentang bentang alam;
e. Sebagai ekologi manusia;
f. Sebagai ilmu distribusi
9 Ibid, Hlm:87
19
Menurut Lambooy dalam Daldjoeni ( 1982: 27-28 ) dengan memperhatikan
struktur, fungsi, dan proses, yang terdapat dalam berbagi definisi geografis, berpendapat
bahwa hakekat geografi adalah:
1. Suatu telaah tentang perbedaan dan integrasi wuilayah;
2. Bertugas menelaah gejala dalam kaitanya dengan ruang;
3. Beertujuan menemukan pola dan ikatan-ikatan yang azazi ( struktur yang statis,
hubungan antarbagian atau organisasi fungsionalnya dan proses yang dinamis ) dari
berbagai tempat yang bertalian dengan fungsinya;
4. Bertugas menyelidiki objek yang terintegrasi dalam persebaran keruangannya;
5. Ilmu tentang lokasi
6. Menelaah ruang dan relasi keruangan.
Terdapat berbagai persamaan pendapat di antara para pakar geografi, bahwa
geografi: a) berfokus pada permukaan bumi ( ruang bumi ) sebagai lingkungan hidup
manusia (bio-fisi), oleh karena itu termasuk dalam kelompok earth scincences b)
berfokus pada organisasi keruangan manusia dan hubungan ekologis terhadap
lingkungannya (eko manusia), c) mengandung unsur-unsur ukuran dan ilmu distribusi 9
jarak, batas dan luas, waktu, interaksi, gerakan, penyebaran ), d) memperhatikan variasi
kekayaan dan kemiskinan dunia.10
f. Pembagian ilmu pengetahuan dan penelitian geografi
Ilmu pengetahuan oleh Carnap dalam Abler, Adams, dan Gould ( 1972: 25 )
dibagi menjadi pengetahuan formal dan pengetahuan faktual. Pengetahuan formal
merupakan pengetahuan murni yang berupa sistem pemikiran dan bukan pengetahuan
empiris. Pengetahuan ini meliputi logika dan matematika, termasuk geomitri.
Pengetahuan faktual adalh ilmu pengetahuan teoritis maupun terapan yang bersifat
empiris, baik ilmu pengetahuan fisik maupun sosial, yang langsung membicarakan fakta.
Kelompok pengetahuan ini adalah geografi, fisika, antropologi, sejarah, dan biologi.11
Ilmu pengetahuan, menurut Aristoteles dalam Adisusilo ( 1983: 67 ) dan
Soemargono ( 1983:43-44 ), dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Ilmu pengetahuan teoritis, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan causal yang
sebenarnya. Ilmu ini dibagi menjadi:
10 Ibid, Hlm:8911 Ibid, Hlm:89
20
1. Deskriptif ideografis, yang bertujuan mencari kebenaran obyek penelitian dalam
wujud yang nyata, dalam waktu dan tempat tertentu,
2. Eksplikatif nomotetis, yang bertujuan mencari hukum-hukum umum atau
generalisasi substantif dengan cara mengadakan abstraksi dari segala yang nyata
dan menghindarkan diri dari gejala yang satu kali lewat.
b. Ilmu pengetahuan praktis, bertujuan mencari kebenaran hubungan causal, pengertian
dan kebenaran generalisasi substantif, dan menerapkannya ke dalam dunia nyata.
Ilmu ini dibagi menjadi
1. Ilmu praktis normatif-regulatif, bertujuan mencari norma yang berisi larangan dan
keharusan;
2. Ilmu pragmatik-finalistik, bermaksud mencapai tujuan tertentu.
Cri-ciri ilmu teoritis ideografis adalah sebagai berikut:
a. Bersifat eksploratif, deskriftif;
b. Menjawab pertanyaan apa, dimana, berapa, kapan, siapa;
c. Tidak perlu ada hipotesis dan analisis
d. Orientasi obyek pada hal-hal yang bersifat individual atas gejala yang bersifat
khas
e. Tingkat ketelitian tinggi atau detail
f. Hasil akhir penelitian berupa ringkasan yang menjawab masalah
Ciri-ciri ilmu pengetahuan teoritis nomotetis adalah sebagai berikut:
a. Didahului oleh penelitian yang bersifat ideografik
b. Bersifat pengembangan, verifikatif, kuantitatif, analitik, eksplanatoris, prediktif
c. Menjawab pertanyaan utama mengapa dan bagaimana
d. Disertai dengan konsepsi atau teori
e. Menguji hipotesis
f. Menghasilkan dalil yang bersifat universal
g. Dimungkinkan untuk mengadakan prediksi atau peramalan.
g. Sarana berfikir ilmiah dibidang geografi
Menurut Leedy ( 1980: 9) sarana tersebut berupa kepustakaan, statistik, komputer,
pengukuran, dan bahas. Sedangkan Lubis ( 1994: 32 0 dan Suriasumantri ( 1986; 159 )
berpendapat bahwa sarana berfikir ilmiah meliputi : bahasa, logika, matematika, dan
21
statistika. Untuk disiplin ilmu geografi sarana tersebut meliputi a) kepustakaan, b)
statistika, c) matematika, d) komputer, e) model ( termasuk peta dan foto ), f) pengukuran
atau kuantifikasi gejala, g) logika dan h) bahasa.12
1. Kepustakaan
2. Statistika
3. Matematika
4. Komputer
5. Peta dan model
a. Peta (faktor penting dalam ilmu geografi)
Peta adalah salah satu bentuk model, yang menggambarkan informasi
geografis, yang disajikan dalam alat perga tertentu, yang secara fisik dapat berupa
globe, model fisik, peta skets, foto udara, dan sitra landsat. Peta merupakan sarana
kerja yang paling pokok dan merupakan ciri khas bagi kegiatan penelitian di bidang
ilmu geografi
Kegunaan peta untuk alat berfikir ilmiah dalam suatu penelitian adalah:
a. Sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan informasi geografi
b. Sebagai saran untuk analisa hubungan di antara gejala-gejala kekurangan
c. Sebagai sarana penyampaian pendapat atau perencanaan mengenai ruang
d. Sebagai sarana untuk peramalan gejala geografi, yang mungkin terjadi di
kemudian hari.
Peta sangat banyak ragamnya diliat dari segi skalanya, temanya,
kepentinganya, jenis datanya, sehingga untuk menyebutnya, agar dapat mengerti peta
mana yang dimaksud, perlu ada penyeragaman nama atau perlu klasifikasi jenis-jenis
peta.
Hafid ( 1999: 187-188 ) mengelompokkan jenis peta menjadi tiga kelompok
besar.
1. Peta umum:
a. Peta topografi
b. Peta khorografi
c. Peta dunia
12 Ibid, Hlm:90-92
22
2. Peta khusus:
a. Peta politik
b. Peta kota
c. Peta komunikasi
d. Peta ekonomi dan statistik
e. Peta pelayaran atau penerbangan
f. Peta kadaster
g. Peta iklim
h. Peta kepadatan penduduk
i. Peta penyebaran penduduk, dll.
3. Peta berdasarkan hal-hal tertentu:
a. Jenis peta berdasarekan skalanya:
1. Peta teknik/kadaster, skalanya 1: 100 s/d 1: 5000
2. Peta berskala besar, 1: 5000 s/d 1: 250.000
3. Peta berskala medium, 1: 250.000 s/d 1; 500.000
4. Peta berskala kecil, 1: 250.000 s/d 1; 1.000.000
b. Jenis peta berdasarkan keadaan obyeknya:
1. Peta dinamik
2. Peta stasioner
3. Peta topografi
4. Peta statistik
5. Peta lainnya, atlas.
R. Bertrand ( 1981: 2-4 ) membuat klasifikasi peta yang disajikan
sebagaimana tersebut di bawah ini.
1. Berdasarkan skala peta:
a. peta skala kecil adalah 1: 1.000.000 dan lebih kecil
b. peta skala sedang adalah 1: 1.000.000 s/d 1: 10.000
c. peta skala besar adalah 1: 10.000 dan lebih besar
2. berdasarkan fungsinya:
a. referensi umum
b. pendidikan
23
c. turisme dan rekreasi
d. orientasi dan navigasi
e. pekerjaan-pekerjaan teknik
f. ilmu pengetahuan
g. politik
3. berdasarkan temanya:
a. analitik
b. tematik dengan tema tunggal
c. tematik dengan tema ganda
d. tematik sintetik 9 sebagai lawan peta analitik )
4. Berdasar kan criteria teknis pembuatan peta :
a. peta garis (manual)
b. peta foto
c peta cetak (berwwarna atau hitam putih).
Di sisi lain Raisz (1962: 9-10) mengelompokkan peta berdasarkan skala
dan isinya. Penggolongannya adalah sebagi mana tersebut dibawah ini :
1. Peta-peta umum, terdiri atas:
a. peta topografi (skala besar dan sedang)
b. peta planografik
c. peta untuk wilayah yang luas, Negara, benua, dunia (skala sedang dan kecil)
2. Peta-peta khusus, meliputi:
a. Chart navigasi
b. Peta tematik factor tunggal :
1. Kualitatif
2. Peta statistic
3. Kartogram
c. Peta penggunaan tanah
d. Peta kota
e. Peta transportasi
f. Peta politik dan sejarah
g. Peta berbagai ilmu pengetahuan
24
h. Peta ilustrasi dan advertensi
i. Peta kadastral.
3. Globe (bola dunia) dan model serta meliputi juga grafik dan diagram.
b. Model
Model adalah bentuk penyederhanaan (yang bersifat ideal) dari realitas, yang
dibuat dalam rangka menunjukkan sifat-sifat tertentu yangpenting dari hubungan-
hubungan gejala dan realitas. Model dalam geografi terdiri dari bermacam-macam
bentuk, grafik, rumus, gambar/bagan.13
h. Pengukuran atau kuantifikasi gejala
Pengukuran adalah serangkayan prosedur dan kegiatan untuk menentukan
nilai variable secara empiris dari suatu unsure penelitian. Pengukuran dibedakan
menjadi pengukuran tingkat nominal atau klasifikasi, ordinal atau ranking. Interval
atau cardinal, pembanding atau ratio. Cara yang paling mudah dalam pengukuran
gejal yang bersifat abstrak adalah melalui penggunaan indeks dan skala.14
i. Logika atau penalaran
Logika adalah pengetahuan di bidang ilmu filsafat yang mempelajari secara
teratur azas-azas, hokum-hukum berfikir dan yang benar untuk memperoleh
kebenaran. Logika adalah proses pemikiran untuk memperoleh kesimpulan yang
logis dan benar, berdasarkan bukti-bukti yang relevan.
(1) Logika deduksi
Logika deduksi adalah proses berpikir untuk memperole kesimpulan, yang
beranjak dari pengetahuan yang bersifatumum menuju ke pengetahuan yang
bersifat khusus. Cara yang diperlukan dalam penalaran deduksi adalah silogisme
dan entimem.
(2) Logika induksi
Logika induksi adalah pengambilan kesimpulan, yang bertitik tolak dari
hal-hal yng bersifat khisus menuju perumusan yang bersifat umum. Dengan
logika induksi ini hipotesis diuji secara empiris.
13 Ibid, Hlm:10114 Ibid, Hlm:103
25
(3) Logika klasifikasi
2.4 Pengertian Aksiologi dalam Ilmu Geografi
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, peta dikatakan sebagai satu satunya
sarana untuk dapat menyajikan fakta geografi yang memenuhi pola berpikir keruangan,
secara cepat dan mudah dipahami. Dari sebuah peta dapat dikenali berbagai elemen ukuran
sebuah gejala seperti titik, garis, area, arah, jarak, luas, kepadatan, kerapatan dan lainnya
sebagai satuan ukuran karena bidang ilmu geografi harus dapat terukur. Dari skala peta dapat
dinilai tingkatan informasinya, dari yang bersifat umum sampai informasi yang lebih rinci
dari sebuah populasi.
Bidang ilmu geografi sampai saat ini masih eksis karena memang memiliki nilai
kegunaan bagi umat manusia baik untuk pengembangan keilmuannya maupun terapannya
untuk peningkatan kesejahteraan. Oleh karena ilmu bersifat netral maka pengetahuan yang
dihasilkan apakah bermanfaat atau bahkan menyebabkan bencana bagi umat manusia pada
dasarnya ditentukan oleh para ilmuwan itu sendiri.
Sebuah peta yang disajikan secara sengaja untuk menyesatkan pihak lain merupakan
sebuah bencana bagi penggunanya karena informasinya tidak tepat, akurat dan lengkap.
Akibatnya, pengguna peta tidak menemukan informasi yang dibutuhkan setelah
menghabiskan sumberdaya yang tidak sedikit. Dalam sebuah peperangan, peta dapat menjadi
senjata andal untuk mengecoh dan mengalahkan musuh karena legenda peta sengaja diubah
sehingga senjata musuh tidak mengenai sasaran.
Dalam kaitan ini suatu kegiatan analisis citra satelit yang dilakukan tanpa ground-
check yang cermat akan menghasilkan peta citra satelit yang menyesatkan. Apalagi jika
secara mentah mentah data citra digital digunakan untuk membuat pemodelan maka akan
dapat diduga informasi hasil interpretasi citra yang dihasilkan sulit dibuktikan kebenarannya.
Oleh karena itu, apapun kelemahan yang ada dengan menggunakan sarana citra satelit perlu
dikemukakan selengkapnya, bukan hanya keunggulannya. Di sini menyangkut dasar
epistemologisnya dimana “jika putih katakan putih” atau “jika ada kelemahan katakan
kelemahannya dengan jujur”.
Esensi dasar axiology ilmu geografi erat kaitannya dengan ontologinya dan karena itu
sebaik-baiknya pengetahuan yang dihasilkan sangat tergantung dari yang memiliki
pengetahuan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa moral pemilik ilmu tersebut
26
merupakan factor yang menentukan apa sebenarnya nilai manfaat pengetahuan yang dimiliki
bagi umat manusia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Dari sudut pandang metode keilmuan, hubungannya dengan ruang muka bumi
merupakan ciri bidang ilmu geografi yang menjadi pembeda dengan bidang ilmu lainnya.
Karena mempelajari berbagai gejala dan hubungannya dengan ruang muka bumi maka
peta merupakan sarana paling efektif untuk analisis.
2. Dalam bahasan struktur geografi, Rumusan spesialisasi di bidang ilmu geografi
(membuat cabang atau ranting) yang ada di lingkungan pendidikan tinggi di Indonesia
masih harus diuji lebih lanjut melalui telaah kritis tiga pertanyaan dasar keilmuan :
ontologi, epistemologi, dan aksiologi, untuk itu didalam makalah ini secara spesifik
akan membahas tiga konsep yang ingin dicapai dalam struktur keilmuan geografi
tersebut.
3. Secara umum Epistemologi diartikan dalam The New Lexion Webster’s Ensyclopedic
Dictionary, didefinisikan sebagai cabang ilmu filsafat yang mempelajari sifat ilmu
pengetahuan, asal mula terjadinya, dasar-dasarnya, batas dan validitasnya. Dalam ilmu
geografi epistemologi adalah suatu cara yang digunakan untuk pengumpulan data dalam
penelitian geografi. Seperti bidang bidang ilmu lainnya, bidang ilmu geografi dapat
menggunakan metode deduktif, metode induktif atau gabungan ke dua metode tersebut,
tergantung persoalan yang ingin di jawab.
4. Dalam geografi Ontologi adalah apa yang ingin diketahui ilmu geografi adalah “berbagai
gejala keruangan dari penduduk, tempat beraktifitas dan lingkungannya baik dalam
27
dimensi fisik maupun dimensi manusia”. Perbedaan dan persamaan pola keruangan
(spatial pattern) dari struktur, proses dan perkembangannya adalah penjelasan lebih
lanjut dari apa yang ingin diketahui bidang ilmu geografi. Jadi dalam suatu ilmu dapat
dikaji dari definisi, ruang lingkup obyek kajian, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hakekat
bidang ilmu pengetahuan. Dalam rangka memperoleh gambaran identitas atau kekhasan
(jati diri) penelitian geografi. Menurut Kattsoft (1986:76) epistemologi adalah cabang
filsafat yang membahas asal-usul, susunan, metode-metode dan sahnya pengetahuan.
Sementara itu Lubis (1994:17) berpendapat bahwa epistemologi adalah cabang filsafat
yang menjelaskan bagaimana cara menyusun pengetahuan yang benar.
5. Aksiologi adalah nilai pengetahuan bagi kita untuk apa pengetahuan tersebut diperoleh.
Nilai pengetahuan tersebut dapat dicermati melalui cara penggunaan atau pemanfaatan
ilmu pengetahuan yaitu terutama sebagai alat untuk mencapai kebaikan dan kebahagiaan
manusia serta lingkungannya. Ilmu-ilmu dasar tersebut dalam aplikasinya dilakukan
melalui penelitian.
28
DAFTAR RUJUKAN
Sumber buku/literature:
Alfandi, Widoyo. 2001. Epistemologi Geografi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Daldjoeni. 1997. Pengantar Geografi untuk Mahasiswa dan Guru Sekolah. Bandung: PT
Alumni.
Soetrisno dan SR. Hanafie, 2007;”Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian” Penerbit Andi Offset,
Yogyakarta.
Sandy, IM, 1973 ; “Esensi Geografi”. Jurusan Geografi FMIPA-UI, Jakarta.
Sumantri, JS, 1983 ;” Ilmu dalam Perspektif” PT Gramedia, Jakarta.
Wattimena, RAA, 2008;”Filsafat dan Sains”Penerbit Grasindo, Jakarta.
Sumber Internet:
Djoko Harmantyo. 2010. Geografi dalam Perspektif Filsafat Ilmu. www google. Com. Di akses
22 Februari 2010.
Hafid Setiadi. 2010. Geografi Sejarah Dan Pemetaan. www google. Com. Di akses 22 Februari
2010.
29
MAKALAH
MENELUSURI STRUKTUR KEILMUAN GEOGRAFI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Dasar-Dasar Geografi
(AIPS 223)
Dosen Pembimbing:
Mansyur, S.Pd
Kelompok VI:
1. Mahfuzah Hidayati A1A107045
2. Sariatul Fatimah A1A107033
3. Atiyah A1A107024
4. Raihatul Jannah A1A107011
5. Mega Yunawati A1A107009
30
6. Padliansyah A1A107010
7. Hidayatullah A1A107050
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2010
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan penuh rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan judul
“Menelusuri Struktur Keilmuan Geografi” dan menyelesaikannya walaupun sangat sederhana
sekali.
Dalam proses pembuatan makalah ini tidak lepas dari hambatan dan kesalahan. Oleh
karena itu, jika terdapat kejanggalan-kejanggalan yang tidak berkenan di hati para pembaca,
sudilah kiranya memberikan saran dan kritik yang besifat membangun guna perbaikan
selanjutnya dan kesempurnaan makalah ini.
Bersama tersusunnya makalah ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Mansyur, S.Pd yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan
makalah ini.
2. Teman-teman yang telah bekerjasama dalam penyusunan makalah ini.
3. Semua pihak yang telah memberikan masukan-masukan dalam pembuatan makalah ini.
Dengan tersusunnya makalah ini semoga dapat diambil manfaatnya untuk kita semua.
Amin yaarabbal ‘alamin.
Banjarmasin, -- Februari 2010
31
Kelompok VI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
1.2 Rumusan dan Batasan Masalah........................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................. 2
1.4 Metode Penulisan................................................................................. 2
BAB II MENELUSURI STRUKTUR KEILMUAN GEOGRAFI
2.1 Pengertian Struktur Keilmuan Geografi dalam Mata Filsafat............. 3
2.2 Pengertian Epistemologi dalam ilmu geografi ................................... 4
2.3 Pengertian Ontologi dalam ilmu geografi .......................................... 13
2.4 Pengertian aksiologi dalam ilmu geografi........................................... 24
BAB III KESIMPULAN........................................................................... 27
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 27
DAFTAR RUJUKAN
32
ii
33
iii