Post on 28-Jun-2019
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini mengacu pada beberapa review penelitian-penelitian
terdahulu yang pernah dilakukakan terkait dengan rasio-rasio keuangan yang
digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini. Meskipun ruang lingkup
pembahasannya hampir memiliki kesamaan dengan penelitian terdahulu tetapi
Karena obyek dan periode waktu berbeda maka terdapat banyak hal yang tidak
sama sehingga dapat dijadikan referensi untuk saling melengkapi yang meneliti
tetang pengaruh rasio keuangan terhadap harga saham yaitu :
1. Penelitian yang dilakukan Rosmiati dan suprihhadi (2016) yang berjudul
“Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan
Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode
2011-2014.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel
bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Secara parsial variabel
Current Ratio dan ROE memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
hargasaham, sedangkan variabel Quick Ratio dan ROA menunjukkan
pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham.
2. Penelitian yang dilakuakan Safitri (2016) yang berjudul “ Pengaruh PER,
ROA, Dan DER Terhadap Harga Saham Pada Sub Sektor Lembaga
Pembiayaan Di Bursa Efek Indoneisa (BEI)“ Hasil penelitian menunjukkan
secara simultan variabel PER, ROA dan DER berpengaruh signifikan terhadap
11
harga saham, secara parsial variabel PER, ROA, dan DER berpengaruh
signifikan terhadap harga saham.
3. Penelitian yang dilakukan Asnita (2013) yang berjudul “ Pengaruh Kinerja
Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Indusrti Farmasi Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2008-2010” Berdasarkan hasil uji signifikansi secara
bersama-sama membuktikan bahwa variabel CR, TATO,DAR, ROE, EPS, dan
PER secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Harga. Sedangkan
berdasarkan pengujian hipotesis secara parsial terbukti bahwa hanya variabel
ROE dan EPS yang dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
harga saham, sedangkan variabel CR, TATO, DAR, dan PER tidak terbukti
secara parsial mempengaruhi harga saham.
4. Penelitian yang dilakukan Daniarto Raharjo (2013) yang berjudul “ Pengaruh
Faktor- Faktor Fundamental Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Tahun
2007-2011” hasil pengujian data secara simultan dengan menggunakan semua
variabel independen yaitu ROE, ROA, DER, CR, EPS dan BVS menunjukkan
pengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan harga saham. Hasil
pengujian data secara parsial dengan uji statistik t, menunjukkan bahwa
variabel CR berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan harga
saham, sedangkan variabel ROE, ROA, DER, EPS dan BVS tidak
berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham.
5. Penelitian yang dilakukan Rizkiyanto dan martoatmodjo (2015) yang berjudul
“Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan
Telekomunikasi Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013” Hasil penelitian
12
menunjukkan bahwa variabel CR, DER dan PER tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga saham, sedangkan variabel ROA dan EPS berpengaruh
signifikan terhadap harga saham.
6. Penelitian yang dilakukan Sardiyati (2016) yang berjudul “ Pengaruh Kinerja
Kuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Sub Sektor Makanan Dan
Minuman Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2015” hasil penelitian
menunjukan bahwa Variabel DAR, ROA dan PER secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara persial variabel PER
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan variabel DAR dan
ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham
Dari beberapa penelitian terdahulu diatas bisa ditarik satu kesimpulan
bahwa naik turunya harga saham dapat dipengaruhi dari faktor intern perusahaan,
yaitu dipengaruhi kinerja keuangannya, yang diukur melalui rasio-rasio keuangan,
kinerja keuangan perusahaan mengambarkan kondisi perusahaan tersebut.
Pengukuran kinerja suatu perusahaan dapat dihitung melalui laporan perusahaan
yang dipublikasikan dengan menggunakan beberapa metode perhitungan.
Dari review penelitian terdahulu rasio-rasio yang digunakan untuk
mengambarkan kinerja keuangan perusahaan diantaranya : CR, QR, PER, ROA,
ROE, DAR, DER, CAR, EPS, LDR, TATO, dan BVS. Dari sekian banyaknya
rasio yang digunakan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan , ada
beberapa rasio yang mempengaruhi naik turunya harga saham perusahaan tersebut
pada periode tertentu, namun juga ada beberapa rasio yang tidak berpengaruh
terhadap fluktuasi harga saham. Berbeda apabila dilihat secara silmutan, secara
13
bersama-sama rasio keuangan yang digunakan pada penelitian terdahulu memiliki
pengaruh terhadap harga saham.
Berdasarkan penelitian terdahulu, dapat dilihat beberapa persamaan yang
digunakan peneliti ini. Persamaanya dapat dilihat pada variabel terikat yang
digunakan dalam penelitian ini. Perbedaanya terdapat pada variabel bebas yang
digunakan. Pada penelitian ini menggunakan variabel bebas yaitu : CR, DER,
ROE, dan PER. Perbedaan lain terletak pada objek penelitian yang menggunakan
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesi Periode 2014-
2016.
B. Tinjauan Pustaka
1. Perusahaan Manufaktur
Perusahaan manufaktur merupakan salah satu perusahaan yang mengolah
persediaan bahan baku menjadi barang jadi (Hermawan, 2013:157) Sama seperti
halnya perusahaan dagang, namun perusahaan manufaktur berbeda dari
perusahaan dagang tidak melakuakan pembelian dalam bentuk barang yang siap
dijual. Melaikan, perusahaan manufaktur membeli berbagai macam faktor
produksi yang kemudian melalui kegiatan produksinya diolah dan selanjutnya
dijual dalam bentuk produk tertentu.
2. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merupakan hasil atau prestasi yang dimiliki suatu
perusahaan yang dicapai oleh manajeman perusahaan dalam menjalankan
fungsinya sebagai pengelola aset perusahaan dalam waktu tertentu. Kinerja
14
kuangan sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengetahui dan mengevaluasi
sampai dimana tingkat keperhasilan suatu perusahaan dalam menjalankan
aktivitasnya (Rosmiati and suprihhadi 2016).
Tujuan kinerja keuangan menurut Rizkiyanto dan Martoatmodjo (2015)
adalah mengetahui likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan stabilitas dalam
membayar kewajibanya. Adapun tujuan penggukuran kinerja keuangan antara lain
: (a) untuk mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban keuangan pada saat jatuh tempo, (b) untuk mengetahui tingkat
solvabilitas yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang, (c) untuk
mengetahui tingkat profitabilitas yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu, (d) untuk mengetahui tingkat stabilitas
bagaimana kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan cicilan
secara teratur kepada pemegang saham tampa mengalami hambatan.
Salah satu cara untuk mengukur kinerja keuangan menurut Rizkiyanto dan
Martoatmodjo (2015) dengan menggunakan rasio-rasio keuangan dengan
membandingkan angka-angka yang berada di dalam laporan keuangan dengan
cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandinagan dapat dilakukan
juga dengan membandingkan antara satu komponen dengan komponen dalam satu
laporan keuangan atau antar komponen yang ada diantara laporan keuangan.
3. Analisis Rasio
Menurut Hanafi dan Halim (2007:74) menjelaskan bahwa analisis rasio
keuangan pada dasarnya bisa dikelompokkan kedalam lima macam katagori
15
antara lain likuiditas, aktivitas, solvabilitas, profitabilitas, dan pasar yang
dijelaskan sebagai berikut:
a. Analisis Likuiditas
Analisis likuiditas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur
likuiditas jangka pendek perusahaan, bagaimana kemampuan perusahaan dapat
memenuhi kewajiaban-kewajiaban janka pendeknya atau kewajiwaban yang
sudah jatuh tempo. Rasio likuiditas bisa dihitung dengan perhitungan sebagai
berikut:
1) Rasio lancar (Current Ratio)
2) Rasio cepat (Quick Ratio)
b. Analisis Aktivitas
Analisis aktivitas adalah analisis yang digunakan untuk melihat pada
beberapa aset kemudian menentukan tingkat aktiva-aktiva pada tingkat kegiatan
tertentu, termasuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan
sumber daya yang dimiliki. Rasio ini dihitung sebagai berukut :
1) Perputaran piutang ( Accounts Receivable Turnover)
16
Alternatif lain adalah rumus yang lebih singkat sebagai berikut:
2) Perputaran persediaan ( Inventory Turnover )
Rata-rata umur persediaan bisa dihitung langsung sebagai berikut:
3) Perputaran aktiva tetap ( Fixed Assets Turnover)
4) Perputaran total aktiva (Total Assets Turnover)
c. Analisis Solvabilitas
Analis solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur
sejauhmana kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban
jangka panjangnya. Analisis ini bisa dihitung sebagai berikut:
1) DER (Debt To Equity Ratio)
2) TIE (Times Interest Earned)
17
3) Fixed Charge Coverage
d. Analisis Profitabilitas
Analisis profitabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menciptakan laba pada tingkat penjualan, aset, dan
modal saham yang tertentu. Ada tiga rumus yang sering dibicarakan dalam
analisis ini sebagai berikut :
1) Margin laba (Frofit Margin)
2) ROA (Return On Asset)
3) ROE ( Return On Equity)
e. Analisis Pasar
Analisis pasar adalah analisis yang digunakan untuk mengukur harga pasar
relatif terhadap nilai buku. Analisis ini lebih banyak digunakan oleh sudut
investor (atau calon investoer), maskipun pihak manajemen juga punya
kepentingan dalam analisis ini. Ada beberapa rasio dalam analisis ini sebgai
berikut:
18
1) PER (Price Earning Ratio)
2) Dividend Yield
3) Pembayaran Dividen (Dividend Peyout)
4. Harga Saham
Dalam undang-undang perseroan menurut Sunariyah (2006:127)
menjelaskan bahwa saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau
pemilikan individu maupun institusi yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan
yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Saham menyatakan bahwa pemilik
saham tersebut adalah juga pemilik bagian dari perusahaan tersebut. Sebagai suatu
surat berharga mengandung perikatan hukum formal, yang setiap penerbitanya
dijamin oleh Undng-Undang pasar modal beserta pelaksanaanya. Nilai sertifikat
dapat dibagi empat sebegai berikut:
1. Nilai Nominal (par value), adalah harga saham pertama yang tercantum
pada sertifikat badan usaha, yang sudah diotorisasi oleh rapat umum
pemegang saham (shareholders).
19
2. Nilai Buku (Book Value), nilai harga saham akan bermacam-macam dari
waktu perusahaan didirikan, nilai saham cendrung berubah Karena ada
kenaikan atau penurunan harga dan laba ditahan.
3. Nilai Dasar (Base Price),adalah harga saham perdana (untuk menentukan
nilai dasar), digunakan indeks harga saham.
4. Nilai Pasar (Market Price), adalah harga sautu saham pada pasar yang
berlangsung dibursa efek, apabila bursa efek suadah telah ditutup maka
harga pasar adalah harga penutupanya (closing price)
Sedangkan menurut Sardiyati (2016) adalah selembar kertas yang
menunjukan hak pedoman atau hak kepemilikan dalam perusahaan untuk
memperoleh prospek atau kekayaan entitas yang menerbitkan sekuritas tersebut.
Menjalankan haknya saham merupakan salah satu dari beberapa alternatif untuk
memilih dalam mengikut sertakan kekayaanya atau berinvestasi. Sedangkan
menurut Suad husnan (2001:285), saham menunjukan bukti kepemilikan atas
suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) pemilik saham suatu
perusahaan disebut sebagai pemegang saham, merupakan pemilik perusahaan.
Indeks saham adalah harga saham yang dinyatakan dalam angka indeks Samsul
Muhammad (2008:131). untuk kepentingan analisis yang berkaitan dengan Return
saham, pengunaan indeks saham lebih baik dari pada harga saham Karena dapat
mnghindari bias akibat corporate action, corporate actionyang dilakuakan oleh
perusahaan dapat merusak analisis apabila mengunakan harga saham dalam rupiah
tampa dikoreksi terlebih dahulu, sedangkan pengunaan indeks saham dapat
menghindari kesalahan analisis walaupun tampa koreksi.
20
Menurut Husna (2016) harga saham adalah harga yang terjadi di bursa
efek pada saat tetentu untuk memperoleh bukti penyertaan atau pemilikan suatu
perusahaan yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh
penjual dan pembeli saham yang bersangkutan di bursa efek. Dan harga pasar
merupakan harga yang sedang berlangsung atau yang sudah ditutup, maka harga
pasar adalah penutupnya (Closing Price).
Sasaran yang ingin dicapai dalam analisis ini adalah ketepatan waktu
dalam memperediksi pergerakan jangka pendek harga saham, oleh Karena itu
informasi yang berasal dari faktor-faktor teknis sangat penting bagi para pemodal
untuk mememutuskan untuk kapan saham tersebut dijual atau kapan dibeli.
C. Perumusan Hipotesis
1. Hubungan CR Terhadap Harga Saham
Menurut Hanafi dan Halim (2007:75) menyatakan bahwa pengertian CR
(current ratio) merupakan rasio lancar yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, dengan
menggunakan aktiva lancarnya (aktiva yang berubah akan menjadi kas dalam
waktu satu tahun atau satu siklus bisnis). denagan membandingkan nilai aktiva
lancar dengan kewajiban lancar perusahaan.
Current ratio dihitung dengan membagi aset lancar dengan kewajiban
lancar, aset lancar meliputi kas, efek yang dapat diperdagangkan, piutang usaha,
dan persediaan. Kewajiban lancar yang terdiri atas utang usaha, wesel tagih
21
jangka pendek, utang lancar jangka panjang, pajak dan gaji yang masih harus
dibayar (Brigham dan Houston, 2010:134).
Semakin tinggi rasio nilai CR memberikan gambaran semakin baik
kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Semakin
baik kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajibanya berarti semakin kecil
resiko likuidasi yang dialami perusahaan dan semakin kecil resiko yang
ditanggung pemegang saham perusahaan. informasi peningkatan CR akan
diterima pasar sabagai sinyal baik yang akan memberikan masukan positif bagi
investor dalam kemputusan membeli saham. Hal ini membuat permintaan akan
saham meningkat sehingga harganya pun akan naik. Pernyataan tersebut diperkuat
oleh penelitian yang dilakukan oleh Daniarto Raharjo (2013) yang menemukan
bahwa CR berpengaruh positif terhadap harga saham.
: Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2016.
2. Hubungan DER Terhadap Harga Saham
Menurut Hanafi dan Halim (2007:79) menyatakan bahwa DER (Debt To
Equity Ratio) digunakan untuk mengukur seberapa perusahaan di biayai oleh
hutang dan bagaimana perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
Rasio ini dapat menggambarkan modal yang dimiliki perusahaan. resiko
perusahaan dengan mengunakan rasio ini yang tinggi akan berpengaruh nagatif
terhadap harga saham yang menyebabkan saham perusahaan akan menurun.
22
Rasio total utang terhadap total aset, yang umumnya disebut rasio utang
(debt ratio), mengukur persentase dana yang diberikan oleh kreditor. Total utang
termasuk seluruh kewajiban lancar dan utang jangka panjang. Kreditor lebih
menyukai rasio utang yang rendah karena makin rendah rasio utang, makin besar
perlindungan terhadap kerugian kreditor jika terjadi likuidasi. Di sisi lain,
pemegang saham mungkin menginginkan lebih banyak leverage Karena akan
memperbesar laba yang diharapkan (Brigham dan Houston, 2010:143).
Rasio ini Semakin tinggi semakin rendah pendanaan perusahaan yang
disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar
kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang. Informasi peningkatan
DER akan diterima pasar sebagai sinyal buruk yang akan memberikan masukan
negatif bagi investor dalam pengambilan keputusan membeli saham. Hal ini
membuat permintaan akan saham berkurang sehingga harganya pun akan turun.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Safitri (2016) yang
menemukan bahwa DER berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.
: Debt To Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap harga saham pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-
2016.
3. Hubungan PER Terhadap Harga Saham
Menurut Hanafi dan Halim (2007:82) menyatakan bahwa PER (Price
Earning Ratio) digunakan untuk bagaimana investor menilai prospek
23
pertumbuhan perusahaan dimasa mendatang. Prusahaan yang diharapkan akan
tumbuh tinggi mempunyai PER yang tinggi, begitupun sebaliknya.
Rasio nilai pasar (market value ratio) yang mengambarkan perbandingan
antara harga pasar dengan pendapatan perlembar saham. PER yang terlalu tinggi,
mengindikasikan bahwa harga pasar saham perusahaan tersebut telah mahal
Murhadi (2013:65). Jika rasio likuiditas, manajemen aset, menajemen utang, dan
profitabilitas semua terlihat baik dan jika kondisi ini berjalan terus menerus dan
stabil maka rasio nilai pasar juga akan tinggi, harga saham kemungkinan tinggi
sesuai dengan yang diperkirakan, dan manajemen telah melakukan pekerjaanya
dengan baik sehingga sebaiknya mendapat imbalan. Jika sebaliknya, mungkin ada
perubahan yang dilakukan (Brigham dan Houston, 2010:150).
Rasio ini diperhatikan oleh investor dalam memilih saham Karena
perusahaan yeng mempunyai PER yang tinggi menunjukkan nilai pasar yang
tinggi pula atas saham tersebut, sehingga saham tersebut akan diminati oleh
investor dan hal ini pada akhirnya akan berdampak pada kenaikan harga saham
sebaliknya apabila perusahaan mempunyai PER yang rendah akan berdapak
terhadap penurunan harga saham. Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian
Sardiyati (2016) yang menyatakan bahwa PER berpengaruh positif dan signifikan
terhadap harga saham.
: Price Earning Ratio (PER) berpengaruh terhadap harga saham pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-
2016.
24
4. Hubungan ROE Terhadap Harga Saham
Menurut Hanafi dan Halim (2007:81) menyatakan bahwa ROE (Return
On Equity) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
keuntungan (profitabilitas ) pada tingkat, penjualan aset, dan modal saham yang
tertentu. Dengan rasio ini yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Dan rasio ini
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan memanfaatkan aktiva
dalam kegiatan operasional perusahaan.
Sedangkan menurut Kasmir (2011:204). Return On Equity adalah rasio
hasil pengembalian ekuitas atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk
mengukur laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan
efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik.
Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian sebaliknya.
Rasio ini semakin tinggi menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif
dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak.
Informasi peningkatan ROE akan diterima pasar sabagai sinyal baik yang
memberikan masukan positif bagi investor dalam mengambil keputusan membeli
saham. Hal ini membuat permintaan akan saham meningkat sehingga harganya
pun naik. Pernyataan ini diperkuat oleh hasil penelitian Rosmiati and suprihhadi
(2016) yang menemukan bahwa ROE mempunyai pengaruh negatif dan signifikan
terhadap harga saham.
: Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2016.
25
5. Hubungan CR, DER, ROE, dan PER Terhadap Harga Saham
Menurut Hanafi dan Halim (2007:74) menyatakan bahwa rasio CR, DER,
ROE, dan PER dapat melihat prospek dan resiko perusahaan pada masa yang
mendatang. Faktor prospek dalam rasio tersebut akan mempengaruhi harapan
investor terhadap perusahaan pada masa-masa mendatang.
Rasio CR, DER, ROE, dan PER dapat diperhatikan oleh investor dalam
memilih untuk membeli saham suatu perusahaan dan tingkat resiko yang harus
dihadapi perusahaan tersebut. Hal ini dibuktikan oleh Raharjo (2013) dan
penelitian-penelitian terdahulu diatas yang menyatakan CR, DER, ROE, dan PER
secara bersamaan berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.
: CR, DER, ROE, dan PER secara bersama-sama berpengaruh terhadap harga
saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2014-2016.
D. Rerangka Pemikiran
Sesuai dengan rumusam masalah dan tujuan penelitian, secara hipotesis
diinditifikasikan sebanyak lima variabel yang akan diteliti, yaitu:
CR,DER,ROE,PER dan harga saham. Adapun rerangka pemikiran dapat
digambarkan sebagai berikut :
26
Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran
Keterangan :
CR : Variabel bebas
DER : Variabel bebas
ROA : Variabel bebas
PER : Variabel bebas
Saham : Variabel terikat
: pengaruh secara persial
: pengaruh secara simultan
Current Ratio
Debt To Equity Ratio
Harga Saham
Price Earning Ratio
Return On Equity