Bab i Land&Tuj Pend. Pcl

Post on 22-Jul-2015

77 views 0 download

Transcript of Bab i Land&Tuj Pend. Pcl

SUMBER REFERENSI1. Frans Magnis Suseno, 1999, Etika Politik, Gramedia, Jakarta. 2. Heri Santoso, Dekonstrusi Ideologi Negara, Yogyakarta. 3. Kaelan, 2004, Pendidikan pancasila, Paradigma, Yogyakarta. 4. Kansil, 2005, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Pradnya Paramita, Jakarta. 5. Mahfud MD., 1998, Pancasila Sebagai Paradigma Pembaharuan Hukum, dalam jurnal Filsafat Pancasila, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. 6. Soejadi, 1999, Pancasila Sebagai Sumber tertib Hukum Indonesia, Lukman, Yogyakarta.

7. Jurnal-jurnal Filsafat.8. Media cetak dan elektonika1

MATERI PERTEMUAN

Landasan dan Tujuan Pendidikan Pancasila Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Pancasila sebagai Sistem Filsafat Pancasila sebagai Etika Politik Pancasila sebagai Ideologi Nasional Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan RI Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara2

SURAT PERNYATAANDengan ini saya menyatakan ini merupakan hasil karya sepengetahuan saya tidak terdapat yang pernah ditulis orang lain, terdapat dalam naskah acuan tertulis dalam daftar pustaka. bahwa tulisan saya dan penulisan lain kecuali yang sebagaimana

Yogyakarta, 28 September 2009 Lestanta Budiman3

DAFTAR ISI

A.

HALAMAN JUDUL HALAMAN PERNYATAAN PRAKARTA/KATA PENGANTAR DAFTAR ISI INTISARI /ABSTRACT PENDAHULUAN 1. Latar belakang dan Perumusan masalah 2. Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori 3. Metode Penelitian

PEMBAHASAN C. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKAB.4

5

LATAR BELAKANG

Pancasila sbg dasar filsafat negara sebagaimana tercantum dlm Pembukaan UUD 1945 telah mengalami persepsi dan interpretasi sesuai dg kepentingan rezim yg berkuasa. Tantangan yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia dalam menghadapi isu global terjadi di berbagai bidang baik ekonomi, pendidikan, sosial-budaya, politik, dan sebagainya. Pendidikan sebagai satu proses peningkatan harkat dan martabat manusia menjadi satu alternatif menghadapi tantangan tersebut.6

LANDASAN PENDIDIKAN PANCASILAHITORIS

LANDASAN

KULTURAL YURIDIS FILOSOFIS7

1. LANDASAN HISTORISSecara obyektif historis nilai-nilai yg terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara berasal dan telah dimililki oleh bangsa Indonesia sendiri (kausa materialis Pancasila). Jadi berdasarkan fakta obyektif, secara historis kehidupan bangsa Indonesia tdk dpt dipisahkan dengan nilai-nilai Pancasila. Dalam kehidupan masyarakat internasional, dimana pengaruh dari kemajuan IPTEK yg demikian pesat, bangsa Indonesia perlu memiliki nasionalisme serta rasa kebangsaan yang kuat, agar bangsa ini tdk terombang-ambing didalamnya. Hal ini dpt terlaksana bukan melalui suatu kekuasaan atau hegemoni ideologi melainkan suatu kesadaran berbangsa dan bernegara yang berakar pada sejarah bangsa.

Secara historis Pancasila dalam kedudukannya sebagai dasar filsafat negara serta ideologi bangsa dan negara, bukannya suatu ideologi yang menguasai bangsa, namun justru nilai-nilai dari silasila Pancasila itu melekat dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri.8

2. LANDASAN KULTURALSetiap bangsa di dunia pasti memiliki suatu pandangan hidup, filsafat hidup serta pegangan hidup dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dimana setiap bangsa memiliki ciri khas serta pandangan hidup yang berbeda satu dengan yang lain. Ada banyak negara yang meletakkan dasar filsafat negaranya berdasarkan konsep ideologi dari seorang tokoh, Berbeda dengan bangsa-bangsa lain, Pancasila sebagai pandangan hidup, dasar filsafat serta ideologi bangsa Indonesia dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara merupakan hasil dari proses refleksi filosofis terhadap nilai-nilai kultural yang telah dimiliki oleh bangsa Indonesia yang dilakukan oleh para pendiri bangsa. Pemikiran tentang bangsa dan negara yang berdasarkan pandangan hidup suatu prinsip nilai yang tertuang dalam sila-sila Pancasila merupakan karya besar bangsa Indonesia yang patut kita banggakan.9

3. LANDASAN YURIDISa. Pembukaan UUD 1945, alenia 4 dlm kalimat . mencerdaskan kehidupan bangsa b. Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 31 ayat (1) dan ayat (3). c. Ketetapan MPR No. XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan MPR RI No.II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Eka Prasetia Pancakarsa) dan Penetapan Tentang Penegasan Pancasila sebagai dasar Negara.

d. Undang-undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam Pasal 1 ayat (1) dan pasal 39 ayat (2).e. Kep. Dirjen DIKTI No.38/DIKTI/Kep/2002 tentang rambu-rambu pelaksanaan Mata kuliah Pengembangan Kepribadian, pasal 3.10

4. LANDASAN FILOSOFISSecara filosofis, bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara adalah bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, yg berusaha mempertahankan persatuan bagi seluruh rakyat untuk mewujudkan keadilan.Setelah Pancasila disepakati sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia, maka merupakan suatu kewajiban moral bagi kita semua untuk secara konsisten merealisasikannya dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sehingga setiap aspek penyelenggaraan negara di Indonesia, termasuk sistem peraturan perundang-undangan dan juga dalam pelaksanaan kenegaraan, baik dalam pembangunan nasional, ekonomi, politik, hukum, sosial budaya, maupun pertahanan dan keamanan harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila. 11

TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILANASIONAL PENDIDIKAN NASIONAL

tujuan

PENDIDIKAN PANCASILA PERKULIAHAN PENDIDIKAN PANCASILA

12

TUJUAN NASIONAL1) Melindungi segenap bangsa Indonesia

2)3) 4) 5)

Melindungi tumpah darah IndonesiaMemajukan kesejahteraan umum Mencerdaskan kehidupan bangsa Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.13

TUJUAN PENDIDIKAN NASIONALMenurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SPN) Bab II pasal 3, tujuan pendidikan Nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

14

TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILAMenghasilkan peserta didik yang mempunyai sikap dan perilaku yg diharapkan dpt diwujudkan dlm kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang:1. memancarkan iman dan taqwa terhdp Tuhan YME dlm masy. yg terdiri atas berbagai golongan agama,

2. perilaku yang berkemanusiaan yg adil dan beradab,3. mendukung persatuan bangsa, 4. mendukung kerakyatan yg mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan perorangan, 5. mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial dalam masyarakat, dan

6. menjadi warga negara yang berkesadaran tinggi serta bertanggungjawab pada NKRI yang bersendikan Pancasila.15

TUJUAN KULIAH PANCASILAMenghasilkan peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dg sikap dan perilaku: 1) Memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang bertanggungjawab sesuai dengan hati nuraninya;

2) Memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan kesejahteraan serta cara-cara pemecahannya; 3) Memiliki kemampuan untuk memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa untuk menggalang persatuan Indonesia; 4) Mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni;16

PEMBAHASAN PANCASILA SECARA ILMIAHSYARAT-SYARAT ILMIAH : BEROBYEK BERMETODE

BERSISTEM BERSIFAT UNIVERSAL17

OBYEK FORMAL

OBYEK OBYEK MATERIAL

EMPIRIS

NON EMPIRIS18

BEROBYEK

OBYEK FORMAL Pancasila adalah dari sudut pandang apa Pancasila itu dibahas. OBYEK MATERIAL Pancasila adalah sasaran pembahasan dan pengkajian Pancasila, baik yang bersifat empiris maupun nonempiris.

19

lanjutan

Empiris

:

lembaran sejarah, bukti2 sejarah, benda2 sejarah, benda2 budaya, lembaran negara, lembaran hkm, naskah2 kenegaraan, maupun adat-istiadat bangsa Indonesia sendiri.

Nonempiris: nilai2 budaya, nilai moral, nilai2 religius yang tercermin dalam kepribadian, sifat, karakter dan pola2 budaya dalam bermasy., berbangsa dan bernegara.20

BERMETODE

Metode: seperangkat cara atau sistem pendekatan dalam rangka pembahasan Pancasila untuk mendapatkan suatu kebenaran yang obyektif.

Metode dalam pembahasan Pancasila sangat tergantung pada karakteristik obyek formal maupun obyek material Pancasila.21

lanjutan

Beberapa contoh metode:

Analitiko-sintetik : perpaduan dari metode analisis dengan sintesis.Hermeneutika : suatu metode untuk menemukan makna dibalik obyek.

Koherensi historisPemahaman, penafsiran dan interpretasi22

BERSISTEMSuatu pengetahuan ilmiah harus merupakan suatu yang bulat dan utuh, dimana bagian-bagian dari pengetahuan ilmiah itu harus merupakan suatu kesatuan antara bagian2 yang saling berhubungan, baik berupa hubungan interelasi (saling hubungan), maupun interdependensi (saling ketergantungan).23

BERSIFAT UNIVERSAL

Kebenaran suatu pengetahuan ilmiah hrs bersifat universal, artinya kebenarannya tidak terbatas oleh waktu, ruang, keadaan, situasi, kondisi maupun jumlah tertentu. Nilai-nilai Pancasila adalah bersifat universal, dengan kata lain intisari, essensi atau makna yang terdalam dari sila-sila Pancasila pada hakekatnya adalah bersifat universal.24

TINGKAT PENGETAHUAN ILMIAHBAGAIMANA ? DISKRIPTIF

MENGAPA ?KEMANA ? APA ?

KAUSAL NORMATIF

ESENSIAL25

a. Pengetahuan Deskriptif (bagaimana)

Merupakan jenis pengetahuan yg memberikan suatu keterangan, penjelasan secara obyektif tanpa adanya unsur subyektivitas.

Mengkaji Pancasila scr obyektif, berarti menerangkan, menjelaskan, serta menguraikan Pancasila sesuai dengan kenyataan bahwa Pancasila sebagai hasil budaya bangsa Indonesia.Kajian Pancasila scr diskriptif, berkaitan dengan kajian sejarah perumusan Pancasila, nilai-nilai Pancasila, serta kajian tentang kedudukan dan fungsi pancasila, mis. PS sbg dasar negara RI, PS sbg ideologi bangsa dan negara, dan lain sebagainya.26

b. Pengetahuan Kausal (mengapa)

Yaitu pengetahuan yang memberikan jawaban tentang sebab-akibat, atau sebab dan asal-mula terjadinya sesuatu. Dikaitkan dengan asal mula Pancasila terdapat 4 sebab (asal mula), yaitu:

Causa materialis (asal mula bahan)Causa formalis (asal mula bentuk)

Causa efisien (asal mula karya)Causa finalis (asal mula tujuan)27

c. Pengetahuan Normatif (kemana)

Pengetahuan normatif senantiasa berkaitan suatu ukuran, parameter, serta norma-norma. Dalam mengkaji atau membahas Pancasila tidak cukup hanya berupa hasil deskripsi atau hasil kausalitas saja, tetapi perlu juga dikaji norma-normanya, karena Pancasila itu untuk diamalkan, direalisasikan, serta dikongkritisasikan. Sehingga harus memiliki norma-norma yang jelas, terutama norma hukum, kenegaraan serta norma-norma moral. Dengan kajian normatif ini maka dapat dibedakan realisasi atau pengamalan Pancasila yang seharusnya dilakukan (das sollen) dari Pancasila, dan realisasi Pancasila dalam kenyataan faktualnya (das sein) dari pancasila yang senantiasa berkaitan dengan dinamika kehidupan serta perkembangan zaman. 28

d. Pengetahuan Essensial (apa)

Pengetahuan essensial adalah pengetahuan untuk menjawab suatu pertanyaan yang terdalam, yaitu tentang hakikat segala sesuatu, dalam hal ini dikaji dalam bidang ilmu filsafat.Kajian Pancasila secara essensial pada hakikatnya untuk mendapatkan suatu pengetahuan tentang intisari atau makna yang terdalam dari sila-sila Pancasila atau hakikat sila-sila Pancasila.

29

BEBERAPA PENGERTIAN PANCASILAa. b.

Pengertian Pancasila secara Etimologis.Pengertian Pancasila secara Historis.

c.

Pengertian Asal Mula pancasila

30

a. Pengertian Pancasila secara EtimologisPancasila berasal dari panca artinya lima; syila artinya batu sendi, alas, atau dasar; syiila artinya peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau yang senonoh. Dalam bahasa Indonesia diartikan susila yang berhubungan dengan moralitas. Scr. Etimologi kata Pancasila yang dimaksudkan adalah istlah Pancasila dg vokal i pendek yang berarti berbatu sendi lima atau dasar yang memiliki lima unsur. Kata Pancasila mula-mula terdapat dalam ajaran agama Budha yg bersumber pada kitab suci Tri Pitaka, yang terdiri dari 3 buku besar, yaitu: Sutta Pitaka, Abhidama Pitaka, dan Vinaya Pitaka.31

lanjutanDlm ajaran agama Budha terdapat ajaran moral untuk mencapai nirwana dengan melalui samadhi, ajaran moral tersebut adalah: Dasasyiila; Saptasyiila; dan Pancasyiila

Ajaran Pancasyiila menurut Budha adalah merupakan lima aturan (larangan) yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh penganut biasa atau awam. Kelima larangan tersebut: dilarang membunuh, mencuri, berzina, berdusta, dan minum-minuman keras.Di dlm masy. Jawa ajaran moral tersebut dikenal dengan lima pantangan atau molimo, yaitu larangan: Mateni, maling, madon, mabok, dan main.

32

b. Pengertian Pancasila secara Historis

Sidang BPUPKI pertama (29 Mei 1 Juni 1945), dr. Radjiman Widyodiningrat, bertanya Apa dasar negara Indonesia? 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengusulkan calon rumusan dasar negara yg diberi nama Pancasila 17 Agustus 1945, kemerdekaannya. Indonesia memproklamirkan

18 Agustur 1945, PPKI mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945 termasuk Pembukaan UUD 1945 dimana di dalamnya termuat isi rumusan lima prinsip sebagai satu dasar negara yg diberi nama Pancasia. Sejak itu perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan merupakan istilah umum.33

c. Pengertian Asal Mula Pancasila

Islilah Pancasila secara formal yuridis tdk terdapat dalam alenia IV Pembukaan UUD 1945 tetapi bukan berarti scr yuridis tdk dpt dipertanggungjawabkan;

Rumusan dlm alenia IV Pembukaan UUD 1945 diberi nama dan bentuk istilah Pancasila sejak 1 Juni 1945 dlm sidang BPUKPI pertama.Menurut Notonegoro, Pancasila kalau ditinjau dari asal mulanya atau sebab terjadinya telah memenuhi syarat empat sebab (kausalitas) yang dikemukaan Aristoteles, yaitu:34

1. Causa Materialis (asal mula bahan)Pancasila sebelum dirumuskan sebagai asas kehidupan kenegaraan, unsur-unsurnya telah terdapat pada Bangsa Indonesia sejak jaman dahulu, terdapat dalam adat-istiadat, kebudayaan dan dalam agama-agama.

2. Causa Formalis (asal mula bentuk)Yaitu asal mula atau bagaimana bentuk Pancasila itu dirumuskan. Secara historis dapat diketahui bahwa dalam sidang BPUPKI ada beberapa versi rumusan calon Dasar Negara yang diusulkan oleh beberapa anggota BPUPKI (rumusan Prof. Soepomo, Muhammad Yamin, Ir. Soekarno dll), pada akhirnya rumusan yang dipakai sebagai dasar Negara adalah sebagaimana yang tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945 pada alenia IV.35

3. Causa Effisien (asal mula karya)Asal mula kerja yang menjadi sebab adanya Pancasila. Perumusan Pancasila sebagai dasar Negara merupakan suatu proses kerja cerdas dari para pendiri Negara. Tahapan proses kerja ini dimulai dari sidang BPUPKI pertama, sidang Panitia Kecil dan sidang BPUPKI kedua. Tahap penetapan proses karya ini dilakukan dalam sidang PPKI pada tanggal 18 Agutus 1945.

4. Causa Finalis (asal mula tujuan)Yaitu asal mula atau tujuan yang menjadi sebab adanya Pancasila. Tujuan dirumuskannya Pancasila adalah untuk dijadikan Dasar Filsafat Negara dan Dasar Negara Republik Indonesia.36

37

38

Dari bermacam-macam rumusan Pancasila tersebut di atas yang sah dan benar adalah rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Hal ini diperkuat dengan: Ketetapan No. XX/MPRS/1966; dan Inpres. No. 12 tanggal 13 April 1968 yang menegaskan bahwa pengucapan, penulisan dan rumusan Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia yang sah dan benar adalah sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.39

Secara terminologi historis proses perumusan Pancasila adalah sebagai berikut: BPUPKI (Dokuritzu Zumby Co Sakai) dibentuk di Jepang tgl 28 April 1945, dilantik Letjen Kumakichi Harada, jumlah anggota 60 orang, ketua dr. Radjiman Wedyoningrat. Sidang pertama 29 Mei 1945, dg materi pokok calon dasar negara Indonesia.40

Muhammad Yamin 29 Mei 1945 Peri

kebangsaan Peri kemanusiaan Peri Ketuhaan Peri Kerakyatan Kesejahteraan Rakyat

41

Soepomo (31 Mei 1945)Persatuan Kekeluargaan Keseimbangan

lahir batin

MusyawarahKeadilan

Rakyat42

Soekarno (1 Juni 1945) Nasionalisme

atau Kebangsaan Indonesia Internasionalisme atau Perikemanusiaan Mufakat atau Demokrasi Kesejahteraan Sosial Ketuhanan yang Berkebudayaan diberi nama: PANCASILA43

TRI SILA Sosio Nasional yaitu Nasionalisme dan Internasionalisme Sosio Demokrasi yaitu Demokrasi dengan Kesejahteraan rakyat Ketuhanan Yang Maha Esa

EKA SILA

GOTONGROYONG44

Rumusan Pancasila dalam PIAGAM JAKARTA (22 Juni 1945)1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.3. Persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanan dalam permusyawaratan / perwakilan. 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.45

Proklamasi 17 Agustus 1945 telah melahirkan negara Republik Indonesia.

18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD negara RI yang dikenal dg UUD 1945. UUD 1945 terdiri dari: Pembukaan Pasal-pasal

UUD 1945

UUD 1945 yg terdiri dari:

37 Pasal 1 Aturan Peralihan (4 pasal) 1 Aturan Tambahan (2 ayat)46

Rumusan Pancasila dalam PEMBUKAAN UUD 19451.Ketuhanan yang Maha Esa.2.Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3.Persatuan Indonesia.4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. 5.Keadilan sosial Indonesia. bagi seluruh rakyat47

Rumusan Pancasila dalam KONSITUSI RIS(27 Desember 1949 17 Agustus 1950 ) 1.Ketuhanan Yang Maha Esa. 2.Peri Kemanusiaan. 3.Peri Kebangsaan. 4.Kerakyatan. 5.Keadilan Sosial.48

Rumusan Pancasila dalam UUDS 1950(17 Agustus 1950 5 Juli 1959)

1.Ketuhanan Yang Maha Esa.2.Peri Kemanusiaan. 3.Peri Kebangsaan. 4.Kerakyatan. 5.Keadilan sosial. (sama dengan Konstitusi RIS)49