Post on 25-Jul-2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dilakukan secara
berkelanjutan merupakan tujuan utama pembangunan nasional. Salah satu faktor penentu
utama kualitas sumber daya manusia adalah gizi. (Depkes RI, 2002) Upaya perbaikan
gizi masyarakat sebagaimana disebutkan dalam Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan
masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku
sadar gizi, peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi serta kesehatan sesuai dengan
kemajuan ilmu dan teknologi. (Kementerian Kesehatan RI, 2012)
Status gizi merupakan salah satu determinan utama status kesehatan penduduk.
Salah satu indikator status gizi penduduk yang rendah adalah tingginya prevalensi gizi
kurang dan gizi buruk pada anak bawah lima tahun (balita) yang didasarkan pada berat
badan menurut umur (BB/U).
Perkembangan keadaan gizi masyarakat dapat dipantau berdasarkan hasil
pencatatan dan pelaporan (RR) program. Dari laporan yang ada dapat dijelaskan keadaan
gizi masyarakat Jawa Tengah yang tercermin dalam hasil penimbangan balita adalah
sebagai berikut yaitu dari data 2008 di mana jumlah balita yang di timbang sebesar
76,47%, yang naik berat badannya (N) sebesar 74,95% dan masih ditemukan balita yang
berada di Bawah Garis Merah (BGM) sebesar 2,99%. Pada tahun 2008, jumlah balita di
Semarang yang di timbang di posyandu dari seluruh balita yang ada (117.119 anak) yaitu
1
sejumlah 93.272 anak (79,64%) dengan rincian jumlah balita yang naik berat badannya
sebanyak 74.775 anak (80,17%), Bawah Garis Merah (BGM) sebanyak 897 anak
(0,97%), tercatat kasus gizi kurang sebanyak 245 anak (13, 82%), dan kasus gizi buruk
sebanyak 30 anak (1,69%). (Dinkes Prov. Jawa Tengah, 2009).
Prevalensi balita gizi buruk merupakan indikator Millenium Development Goals
(MDGs) yang harus dicapai disuatu daerah (kabupaten/kota) pada tahun 2015, yaitu
terjadinya penurunan prevalensi balita gizi buruk menjadi 3,6 persen atau kekurangan
gizi pada anak balita menjadi 15,5 persen (Bappenas, 2010). Pencapaian target MDGs
belum maksimal dan belum merata di setiap provinsi. Berdasarkan data riset kesehatan
dasar (Riskesdas) 2010, secara nasional prevalensi balita gizi buruk sebesar 4,9 persen
dan kekurangan gizi 17,9 persen.
Krisis yang melanda perekonomian Indonesia pada pertengahan tahun 1997 telah
berpengaruh negatif terhadap kondisi perekonomian secara menyeluruh dan khususnya
terhadap kesejahteraan penduduk. Kondisi ini menyebabkan sebagian masyarakat tidak
mampu mengakses pangan dan pada akhirnya berpengaruh terhadap keadaan gizi
terutama anak balita serta ibu hamil dan ibu menyusui. Di negara berkembang, kesakitan
dan kematian pada anak balita banyak dipengaruhi oleh keadaan gizi. Dengan demikian
status gizi balita perlu dipertahankan dalam status gizi baik, dengan cara memberikan
makanan bergizi seimbang yang sangat penting untuk pertumbuhan. (Supariasa, 2001)
Status gizi kurang sampai gizi buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang
sangat menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berpikir yang pada
akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja yang pada akhirnya akan mempengaruhi
kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia.
2
Balita BGM memang bukan menunjukkan keadaan gizi buruk, tetapi sebagai
peringatan untuk konfirmasi dan tindak lanjut, karena apabila balita BGM tidak segera
ditangani, maka ditakutkan akan jatuh ke dalam keadaan gizi buruk. Bila hal tersebut
tidak segera ditindak lanjut, maka akan semakin memperburuk kesehatan balita tersebut
sehingga bisa menimbulkan kematian balita. Secara rata-rata di provinsi Jawa Tengah,
cakupan Balita BGM berfluktuasi dari tahun 2004 sebesar 1,95 % menjadi 1,68 % pada
tahun 2005 dan 1,97 % di tahun 2006, tahun 2007 turun menjadi 1,52%, dan tahun 2008
naik menjadi 2,99%. (Dinkes Prov. Jawa Tengah, 2009).
Di Indonesia sendiri, angka kematian balita masih cukup tinggi. Salah satu
penyebab yang menonjol diantaranya karena keadaan gizi yang kurang baik atau bahkan
buruk. Kondisi gizi anak-anak Indonesia rata-rata lebih buruk dibanding gizi anak-anak
dunia dan bahkan juga dari anak-anak Afrika (Anonim, 2006). Badan kesehatan dunia
WHO memperkirakan bahwa 54 persen kematian bayi dan anak dilatarbelakangi keadaan
gizi yang buruk sedangkan masalah gizi di Indonesia mengakibatkan lebih dari 80 persen
kematian anak (WHO, 2011).
Angka Kematian Balita di provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar 11,60%
per 1000 kelahiran hidup, cenderung meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2008
yaitu 10,12 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian balita tertinggi adalah di kota
Semarang sebesar 23,50% per 1000 kelahiran hidup, dengan cakupan yang diharapkan
dalam MDG’s (Millenium Development Goals) ke–4 tahun 2015 yaitu 23 per 1000
kelahiran hidup. (Dinkes Prov. Jawa Tengah, 2009).
Di Puskesmas Borobudur masalah balita BGM juga merupakan salah satu
program gizi yang harus ditangani oleh petugas kesehatan. Berdasarkan hasil SPM bulan
3
Januari - Mei tahun 2012 didapatkan hasil cakupan balita BGM sebesar 2,29%, dengan
pencapaian sebesar 65,45%, hal ini menjadi suatu masalah karena target yang ditetapkan
adalah < 1,5%. Kemudian dari 20 desa yang ada di wilayah Puskesmas Borobudur, salah
satu pencapaian yang rendah ditemukan di desa Giritengah yaitu dari 228 balita yang
ditimbang, terdapat 7 balita yang berada di Bawah Garis Merah. Dari hasil data SPM
didapatkan hasil cakupan balita Bawah Garis Merah di desa Giritengah pada bulan
Januari – Mei 2012 sebesar 3,07% dan pencapaiannya sebesar 48,85%. Karena target
SPM yang diharapkan adalah < 1,5 %, maka hal ini menjadi suatu masalah.
Dari 7 balita BGM yang berasal dari 6 dusun yang ada di Giritengah, yaitu Mijil,
Gedang Sambu, Kalitengah, Onggosoro, Ngaglik dan Kamal, di dusun Gedangsambu
paling banyak terdapat balita BGM yaitu sebanyak 3 balita. Berdasarkan data tersebut di
atas, maka penulis ingin mengevaluasi mengapa angka balita BGM masih tinggi di Desa
Giritengah, khususnya di dusun Gedang Sambu.
B. PERUMUSAN MASALAH
Setelah menganalisa penatalaksanaan program Gizi dengan indikator status gizi
balita usia 0 – 5 tahun Bawah Garis Merah yang ditangani selama periode bulan Januari -
Mei 2012, kenapa pada cakupan balita Bawah Garis Merah masih tinggi, apa yang
menjadi faktor penyebabnya dan bagaimana pemecahan masalah tersebut.
4
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui mengapa pencapaian balita
Bawah Garis Merah (BGM) rendah.
2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya penyebab banyaknya balita BGM di dusun Gedang Sambu,
desa Giritengah.
2. Diketahuinya pemecahan masalah balita BGM di Dusun Gedangsambu,
Desa Giritengah.
3. Diketahuinya prioritas pemecahan masalah balita BGM di Dusun
Gedangsambu, Desa Giritengah.
D. MANFAAT
1. Bagi Penulis
Untuk meningkatkan pengetahuan penulis tentang pendataan dan
penatalaksanaan balita BGM di Puskesmas Borobudur di Dusun Gedang
Sambu, Desa Giritengah, Kabupaten Magelang.
2. Bagi Puskesmas
i. Laporan ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi
pada saat melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu guna
meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan pengubahan perilaku
untuk lebih memperhatikan asupan gizi anak balita mereka, dan
khususnya bagi ibu yang memiliki balita BGM.
5
ii. Sebagai masukan bagi Puskesmas untuk dapat meningkatkan
upaya penanganan balita BGM.
iii. Dapat memberikan masukan bagi petugas gizi dalam rangka
merencanakan gizi di masa mendatang.
3. Bagi Masyarakat
Dari hasil laporan ini diharapkan pengetahuan masyarakat dapat
bertambah terutama bagi ibu- ibu bahwa balita BGM merupakan suatu
kondisi yang harus diperhatikan sehingga tidak sampai jatuh ke arah gizi
buruk.
E. DEFINISI OPERASIONAL
BGM (Bawah Garis Merah) adalah balita yang ditimbang berat badannya berada
pada garis merah atau di bawah garis merah pada KMS.
F. BATASAN JUDUL
% BGM (cakupan BGM) =
Jumlah balita BGM
Jumlah seluruh balita yang ditimbang
Di Desa Giritengah pada bulan Januari – Mei 2012 didapatkan jumlah balita
BGM sebanyak 7 balita dan jumlah balita yang datang dan ditimbang sebanyak 228
balita, sehingga di Desa Giritengah didapatkan cakupan Balita BGM sebesar 3,07%. Hal
ini melebihi dari target yang ditetapkan yaitu < 1,5 %. Di dusun Gedangsambu sendiri
6
x 100%
didapatkan jumlah balita BGM sebanyak 3 balita dan jumlah balita yang datang dan
ditimbang sebanyak 49 balita, sehingga di Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah
didapatkan cakupan balita BGM sebesar 6,12%. Hal ini melebihi dari target yang hanya <
1,5%. Oleh karena itu penulis memilih judul tentang ”Rencana Peningkatan Program Gizi
Balita Bawah Garis Merah (BGM) Di Dusun Gedangsambu Desa Giritengah Wilayah
Puskesmas Borobudur Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang Evaluasi Manajemen
Puskesmas Borobudur Periode Januari – Mei 2012”
G. METODOLOGI PENELITIAN
Survei dilakukan di Dusun Gedang Sambu, Desa Giritengah, Kecamatan
Borobudur, Kabupaten Magelang pada tanggal 21 Juni 2012 responden diambil secara
acak dan terkumpul perwakilan 30 orang sebagai responden, dimana 3 diantaranya
merupakan ibu dari balita BGM dan 1 ibu dari balita BGT di dusun Gedang Sambu. Jenis
data yang diambil adalah data primer yang didapatkan dengan cara wawancara terpimpin,
sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan yang terdapat pada Bidan desa, kader,
koordinator program gizi Puskesmas Borobudur, Kepala Dusun Gedang Sambu, dan dari
Kepala Desa Giritengah.
a. Data Primer, diperoleh melalui daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disusun
sebelumnya berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan. Kemudian pertanyaan
tersebut ditanyakan kepada ibu yang memilki balita BGM di Dusun Gedang
Sambu, Desa Giritengah yang sekaligus menjadi wilayah kerja Puskesmas
Borobudur.
7
b. Data sekunder, berupa pengumpulan data-data dari Bidan desa, kader, koordinator
program gizi Puskesmas Borobudur, Kepala Dusun Gedang Sambu, dan dari
Kepala Desa Giritengah.
c. Data yang terkumpul diolah untuk selanjutnya dilakukan analisis masalah secara
deskriptif dengan metode pendekatan sistem, dengan melihat ketiga fungsi
manajemen baik P1, P2, P3 (P1/perencanaan, P2/pelaksanaan dan pengendalian,
P3/pengawasan dan pertanggungjawaban). Untuk selanjutnya dicari kemungkinan
penyebabnya dengan mempergunakan diagram fish bone. Kemudian penyebab
masalah dikonfirmasi kepada koordinator program untuk mencari penyebab
masalah yang paling mungkin. Dengan demikian dapat ditentukan alternatif
pemecahan masalah secara sistematis dan ditentukan prioritas pemecahan masalah
dengan kriteria matriks dengan rumus (m x I x v) / C. Setelah di dapatkan
pemecahan masalah lalu dibuat rencana kegiatan berdasarkan pemecahan masalah
yang terpilih.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Balita Bawah Garis Merah
Menurut Departemen Kesehatan (2005) Balita Bawah Garis Merah (BGM) adalah
balita yang saat ditimbang berat badannya berada pada garis merah atau di bawah
garis merah pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Berat badan yang berada di Bawah
Garis Merah (BGM) pada KMS merupakan perkiraan untuk menilai seseorang
menderita gizi buruk, tetapi bukan berarti seseorang balita telah menderita gizi buruk,
karena ada anak yang telah mempunyai pola pertumbuhan yang memang selalu
dibawah garis merah pada KMS. Berat Badan di Bawah Garis Merah (BGM) bukan
menunjukkan keadaan gizi buruk tetapi sebagai peringatan untuk konfirmasi dan
tindak lanjut. Hal ini tidak berlaku pada anak dengan berat badan awalnya sudah
berada dibawah garis merah.
B. Status Gizi
Menurut Beck, status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan oleh
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status gizi
merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan
riwayat diet.
Menurut Supariasa dkk (2002), status gizi adalah ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu. Sedangkan menurut Almatsier (2001)
status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan
zat-zat gizi.
9
C. Kartu Menuju Sehat (KMS)
Berdasarkan Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI (2009),
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan
normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. Dengan KMS
gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga
dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya
lebih berat.
KMS di Indonesia telah digunakan sejak tahun 1970-an, sebagai sarana utama
kegiatan pemantauan pertumbuhan. Pemantauan pertumbuhan adalah serangkaian
kegiatan yang terdiri dari penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui
penimbangan berat badan setiap bulan, pengisisan KMS, menentukan status pertumbuhan
berdasarkan hasil penimbangan berat badan dan menindaklanjuti setiap kasus gangguan
pertumbuhan.
Manfaat KMS-Balita adalah :
Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara
lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi,
penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak
pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan
anak dan rujukan ke Puskesmas/Rumah Sakit.
Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak
Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan
penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
10
Gambar 1. Contoh Kartu Menuju Sehat (2009) untuk Perempuan
Gambar 2. Contoh Kartu Menuju Sehat (2009) untuk Laki-Laki
11
D. Cara Memantau Pertumbuhan Balita
Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil
penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil
penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan dengan sebuah
garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik
pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik,
mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya.
1. Balita naik berat badannya bila :
Balita naik (N) bila:
a. Grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhan atau,
12
b. Kenaikan berat badan sama dengan KBM (Kenaikan berat badan
minimal) atau lebih.
Tabel 1. KBM untuk laki-laki
Tabel 2. KBM untuk Perempuan
Usia 1 bulan 800 gram
Usia 2 bulan 900 gram
Usia 3 bulan 800 gram
Usia 4 bulan 600 gram
Usia 5 bulan 500 gram
Usia 6 dan 7 bulan 400 gram
Usia 8-11 bulan 300 gram
Usia 12-60 bulan 200 gram
13
Gambar 3. Indikator KMS bila balita naik berat badannya
2. Balita tidak naik berat badannya (T) bila :
a. Garis pertumbuhannya mendatar atau menurun memotong garis pertumbuhan
dibawahnya, atau,
b. Kenaikan berat badan kurang dari KBM (Kenaikan Berat Badan Minimal).
Usia 1 bulan 800 gram
Usia 2 bulan 900 gram
Usia 3 bulan 800 gram
Usia 4 bulan 600 gram
Usia 5 bulan 500 gram
Usia 6 bulan 400 gram
Usia 7-10 bulan 300 gram
Usia 11-60 bulan 200 gram
14
Gambar 4. Indikator KMS bila balita tidak naik berat badannya
3. Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita mengalami
gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, dimana berat badan balita
dibawah garis merah KMS sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/
Rumah Sakit. Berat Badan yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) pada
KMS merupakan perkiraan untuk menilai seseorang menderita gizi buruk, tetapi
bukan berarti seseorang balita telah menderita gizi buruk, karena ada anak yang
telah mempunyai pola pertumbuhan yang memang selalu dibawah garis merah
pada KMS.
Gambar 5. Indikator KMS bila berat badan balita dibawah garis merah
4. Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak naik, artinya balita mengalami
gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah
Sakit.
15
Gambar 6. Indikator KMS bila berat badan balita tidak stabil
5. Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap bulannya.
Gambar 7. Indikator KMS bila berat badan balita naik setiap bulan
6. Balita sehat, bila: Berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna
atau pindah ke pita warna diatasnya.
Gambar 8. Indikator KMS bila pertumbuhan balita sehat
Berat badan yang tercantum pada KMS hanya menggambarkan pola pertumbuhan
berat badan balita bukan Berat Badan per Umur. Berat Badan di Bawah Garis Merah
(BGM) bukan menunjukkan keadaan gizi buruk tetapi sebagai peringatan untuk
konfirmasi dan tindak lanjutnya, tetapi perlu diingat tidak berlaku pada anak dengan berat
badan awalnya memang sudah dibawah garis merah. Naik-turunya berat badan balita
selalu mengikuti pita warna pada KMS. Kartu Menujuh Sehat (KMS) itu hanya
16
difungsikan untuk pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita serta promosinya,
bukan untuk penilaian status gizi. Hasil penimbangan balita di Posyandu hanya dapat
dimanfaatkan atau digunakan untuk:
1. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan individu balita dengan melihat berat
badan yang ditimbang (D) apakah naik (N), turun (T) atau BGM
2. Perkiraan perkembangan dan pertumbuhan balita di masyarakat yaitu dengan
melihat persentase balita yang Naik Berat Badannya dibanding dengan
keseluruhan balita yang ditimbang (% N/D), termasuk juga persentase balita yang
BGM di banding dengan keseluruhan balita yang ditimbang (%BGM/D).
3. Perkiraan perkembangan keadaan gizi balita di masyarakat.
4. Pembinaan kegiatan Posyandu dengan menilai cakupan program dan partisipasi
masyarakat dalam kegiatan posyandu.
E. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita
1. Pendapatan Keluarga
Dalam kehidupan sehari-hari pendapatan erat kaitannya dengan gaji, upah, serta
pendapatan lainnya yang diterima seseorang setelah orang itu melakukan pekerjaan
dalam kurun waktu tertentu. Pendapatan adalah segala bentuk penghasilan atau
penerimaan yang nyata dari seluruh anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga.
Umumnya, jika pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan cenderung ikut
membaik juga. Tingkat penghasilan ikut menentukan jenis pangan apa yang akan
dibeli dengan adanya tambahan uang. Semakin tinggi penghasilan, semakin besar
17
pula persentase dari penghasilan tersebut dipergunakan untuk membeli buah, sayur
mayur dan berbagai jenis bahan pangan lainnya. Jadi penghasilan merupakan faktor
penting bagi kuantitas dan kualitas. (Andarwati, 2003; Lailatul, 2006)
2. Tingkat Pengetahuan Gizi ibu
Menurut Achmad Djaeni dalam penelitian Lailatul memyatakan bahwa
pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu menyusun menu
yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak pengetahuan gizi seseorang, maka ia
akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk
dikonsumsi. Semakin bertambah pengetahuan ibu maka seorang ibu akan semakin
mengerti jenis dan jumlah makanan untuk dikonsumsi seluruh anggota keluarganya
termasuk pada anak balitanya. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan anggota
keluarga, sehingga dapat mengurangi atau mencegah gangguan gizi pada keluarga
(Andarwati, 2003; Lailatul, 2006).
3. Tingkat Pendidikan Ibu
Pendidikan ibu merupakan faktor yang sangat penting. Tinggi rendahnya tingkat
pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan terhadap perawatan kesehatan,
higiene pemeriksaan kehamilan dan pasca persalinan, serta kesadaran terhadap kesehatan
dan gizi anak-anak dan keluarganya. Disamping itu pendidikan berpengaruh pula pada
faktor sosial ekonomi lainya seperti pendapatan, pekerjaan, kebiasaan hidup, makanan,
perumahan dan tempat tinggal.
Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap
dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Hal ini bisa dijadikan landasan
untuk membedakan metode penyuluhan yang tepat. Dari kepentingan gizi keluarga,
18
pendidikan diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi
didalam keluarga dan bisa mengambil tindakan secepatnya. (Andarwati, 2003; Lailatul,
2006)
4. Akses Kesehatan
Upaya akses kesehatan dasar diarahkan kepada peningkatan kesehatan dan status
gizi pada golongan rawan gizi seperti pada wanita hamil, ibu menyusui, bayi dan
anak-anak kecil, sehingga dapat menurunkan angka kematian. Pusat kesehatan yang
paling sering melayani masyarakat, membantu mengatasi dan mencegah gizi kurang
melalui program-program pendidikan gizi dalam masyarakat. Akses kesehatan yang
selalu siap dan dekat dengan masyarakat akan sangat membantu meningkatkan derajat
kesehatan. Dengan akses kesehatan masyarakat yang optimal kebutuhan kesehatan dan
pengetahuan gizi masyarakat akan terpenuhi (Andarwati, 2003; Lailatul, 2006).
5. Status Kesehatan
Gangguan gizi dan infeksi sering saling bekerja sama, dan bila bekerja bersama-
sama akan memberikan prognosis yang lebih buruk dibandingkan bila kedua faktor
tersebut masing-masing bekerja sendiri-sendiri. Infeksi memperburuk taraf gizi dan
sebaliknya, gangguan gizi memperburuk kemampuan anak untuk mengatasi penyakit
infeksi. Kuman-kuman yang tidak terlalu berbahaya pada anak-anak dengan gizi baik,
akan bisa menyebabkan kematian pada anak-anak dengan gizi buruk.
Gangguan gizi dan rawan infeksi merupakan suatu pasangan yang erat. Infeksi
bisa berhubungan dengan gangguan gizi melalui beberapa cara yaitu: mempengaruhi
nafsu makan, dapat juga menyebabkan kehilangan bahan makanan karena diare atau
19
muntah-muntah, atau mempengaruhi metabolisme dan banyak cara lagi (Andarwati,
2003; Lailatul, 2006).
Faktor-faktor yang mempenaruhi status gizi yang telah dijelaskan diatas dapat
digambarkan melalui skema yang terdapat pada Gambar 9 dan Gambar 10.
Sumber : Penelitian Lailatul Munawaroh tahun 2006.
Gambar 9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita
Dari Gambar 9 dapat dijelaskan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi
status gizi, yaitu yang memberikan pengaruh langsung dan tidak langsung. Faktor yang
memberikan pengaruh langsung adalah konsumsi makanan dan adanya penyakit infeksi
atau tidak. Sedangka faktor yang memberikan pengaruh tidak langsung adalah daya beli
keluarga, ketersediaan pangan, pola konsumsi, pola distribusi, perilaku hidup sehat dan
20
Pendapatan Keluarga
Jumlah Anggota Keluarga
Budaya
Setempat
Pengetahuan Gizi Ibu
Pendidikan Ibu
Pemilihan Bahan Makanan Pada
Balita
Pemberian Makanan Pada
Balita
Pola Makan:
Karbohidrat Protein Vitamin A Fe (besi)
Status GiziGenetik
Penyakit Infeksi
Pelayanan Kesehatan
bersih, akses ke pelayanan kesehatan (man, money, material, mechine, methode, P1, P2,
dan P3). Keadaan faktor tidak langsung dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan keluarga
tentang gizi, keadaan sosial, budaya, dan ekonomi.
Gambar 10. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi.
STATUS
GIZI
Konsumsi
makanan
Pengukuran Antropometri (BB/U)
Penyuluhan gizi/peran serta masyarakat
Penyakit infeksi dan parasit
Daya beliKetersediaan pangan di keluarga & masyarakatPola konsumsiPola distribusi
Perilaku hidup bersih
dan sehat
Tingkat pengetahuan keluarga tentang kesehatan gizi
Tersedia & terjangkaunya
pelayanan kesehatan dan gizi
(5M, P1-5)
SUMBER DAYA
Sosial-Budaya-Ekonomi
21
F. STATUS GIZI dan KARTU MENUJU SEHAT
Dengan jelasnya keterangan tentang status gizi dan KMS diatas, tidak benar
apabila Berat Badan Balita Dibawah Garis Merah pada KMS adalah Gizi Buruk, karena
1. Kartu Menuju Sehat (KMS) hanya di pergunakan untuk pemantauan pertumbuhan
perkembangan balita NAIK, TURUN dan BGM. Sementara Penentuan status gizi
buruk atau Status Gizi merupakan assesment status gizi seseorang dengan
menggunakan tabel antropometri, walaupun penggunaan indeks sama yaitu Berat
Badan menurut Umur (BB/U) bukan berarti sama karena untuk tabel antropomteri
hanya ada 4 kategori yaitu Gizi Lebih, Baik, Kurang dan Gizi buruk.
2. Berat Badan yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) pada KMS merupakan
perkiraan untuk menilai seseorang menderita gizi buruk, tetapi bukan berarti
seseorang balita telah menderita gizi buruk, karena ada anak yang telah
mempunyai pola pertumbuhan yang memang selalu dibawah garis merah pada
KMS.
3. Persamaanya adalah sebagai Indikator Status Gizi dengan menggunakan
pendekatan Antropomteri atau keduanya menggunakan hasil penimbangan Berat
Badan dan juga umur, termasuk juga Tinggi Badan
22
BAB III
DATA UMUM & DATA KHUSUS
A. Program-program Puskesmas
1. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah:
1. KIA dan KB
2. Gizi
3. Kesehatan lingkungan
4. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P)
5. Promosi Kesehatan
6. Pengobatan
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan di Puskesmas antara lain :
1. Upaya Kesehatan Sekolah
2. Upaya Kesehatan Jiwa
3. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
4. Upaya Perawatan Masyarakat
23
B. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Penanggulangan 4 masalah gizi utama yaitu :
1. Kurang Kalori Protein
2. Kurang Vitamin A
3. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)
4. Anemia Gizi
Tujuan :
Menurunnya angka penyakit gizi kurang yang umumnya banyak diderita
oleh masyarakat berpenghasilan rendah, terutama pada anak balita dan wanita.
Sasaran :
a. Penurunan prevalensi KKP pada balita
b. Penurunan prevalensi kurang vit. A di daerah rawan
c. Penurunan prevalensi gangguan akibat kekurangan iodium
d. Penurunan prevalensi anemi gizi pada ibu hamil
e. Adanya perubahan pola konsumsi pangan yg makin beraneka ragam,
seimbang dan bermutu gizi.
Pokok-pokok program perbaikan gizi :
1. Usaha perbaikan gizi keluarga
2. Usaha perbaikan gizi institusi
3. Pencegahan dan Penanggulangan gondok endemik
4. Pencegahan dan penanggulangan kekurangan vit.A
5. Pencegahan dan penanggulangan anemia gizi
6. Sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG)
24
7. Perbaikan makanan bayi dan anak
Tabel 3. Program Kesehatan Dasar di Puskesmas
Jenis Pelayanan Kesehatan Dasar
Jenis Kegiatan
Indikator
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Pemantauan Pertumbuhan
Balita
Pelayanan Gizi
1. Balita yg datang & ditimbang (D/S)2. Balita yg naik berat badannya
(N/D)3. Balita BGM
4. Cakupan bayi (6-11bln) dpt kapsul vit A 1x
5. Cakupan anak balita (12-59 bln) dpt vit A 2x/th
6. Cakupan bumil mendapat 90 tablet Fe
7. Balita gizi buruk mendapat perawatan
8. Cakupan pemberian MP ASI pd bayi BGM dari gakin
9. Cakupan WUS yg mendapatkan kapsul yodium di daerah endemis GAKI
10. Desa dengan garam beryodium (dinkes)
11. Kecamatan bebas rawan gizi (dinkes)
12. Cakupan bufas yg dapat kapsul vit A
Peran Puskesmas dalam Penanganan Balita BGM :
- Pelaksanaan kegiatan Posyandu setiap bulan guna memantau pertumbuhan dan
perkembangan balita
25
- Penyuluhan atau edukasi yang dilakukan oleh bidan desa atau para kader
Posyandu
- Kunjungan rumah balita BGM pada waktu-waktu dan kondisi tertentu
- Pemberian PMT/MP-ASI pada balita BGM dari warga miskin dengan kondisi
tertentu
C. Data Umum Desa Giritengah
1. Keadaan Geografis
a. Batas Wilayah
Desa Giritengah terletak di wilayah Kecamatan Borobudur Kabupaten
Magelang Propinsi Jawa Tengah dengan batas – batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Karanganyar
Sebelah Selatan : Daerah Istimewa Yogyakarta
Sebelah Timur : Desa Tanjungsari
Sebelah Barat : Desa Ngadiharjo
Dusun-dusun yang terdapat di Desa Giritengah ada 6 dusun yaitu Dusun
Kalitengah, Dusun Gedangsambu, Dusun Kamal, Dusun Ngaglik, Dusun Mijil,
Dusun Onggosoro.
b. Luas Wilayah Menurut Penggunaan
Luas wilayah Desa Giritengah berdasarkan data statistik tahun 2012 adalah
364 hektar.
26
U Ds. Karanganyar
2012
Ds. Ngadiharjo
Dsn. Mijil : Jalan DesaDsn. Kalitengah Ds. Tanjungsari : Batas Desa
: Batas DusunPosmati : Jalan Dusun
: Masjidbukit limasan : Sekolahan
Secang : Kantor Desa : Polindes
Dsn. Kamal : Sub Terminal Dsn. Gedang. s : Persawahan
: Jembatan: Posmati ( Potensi wisata desa ): Suroloyo: TK & RA
Dsn. Onggosoro : Poskamling Dsn. Ngaglik
Ds. Giripurno Suroloyo : Bukit Limasan ( Sun Rise )
Pegunungan Menoreh
Daerah Istimewa Yogyakarta
KETERANGAN:
MANDIRI PERDESAAN
DESA GIRITENGAH
PETA DESA GIRITENGAH
Di BuatKPMD
Maschur s
Ketua TPK
Suharnanto
SPP
SPP
SPP
Gambar 11. Peta Wilayah Desa Giritengah
2. Keadaan Demografis
a. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Desa Giritengah pada tahun 2012 berdasarkan data statistik
balai desa Giritengah adalah 3.342 jiwa.
b. Data Penduduk
Jumlah penduduk Desa Giritengah tahun 2012 yaitu proporsi laki-laki lebih
banyak dibandingkan perempuaan yaitu 1.703 jiwa, sedangkan perempuan 1.639
jiwa. Jumlah penduduk miskin di Desa Giritengah sebanyak 1.500 jiwa. Jumlah
27
Kepala Keluarga (KK) sebanyak 951 KK, dengan jumlah KK miskin sebanyak 700
KK.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Giritengah tahun 2012.
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 1.703 50,95%
Perempuan 1.639 49,04%
Total 3.342 100%
Sumber : Profil Desa Giritengah tahun 2012
Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kategori Usia Desa Giritengah tahun 2012.
Kategori Usia Jumlah Persentase
Usia 0-14 tahun 1.030 30,81%
Usia 15-49 tahun 1.799 53,83%
Usia 50 tahun ke atas 513 15,35%
Total 3.342 100%
Sumber : Profil Desa Giritengah tahun 2012
c. Tingkat Pendidikan Penduduk sebagai berikut:
28
Tabel 6. Tingkat Pendidikan di Wilayah Desa Giritengah
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
Tidak Sekolah 4 0,16%
Tidak Tamat SD 103 4,26%
Tamat SD/Sederajat 1.516 62,80%
Tamat SLTP/Sederajat 455 18,84%
Tamat SLTA/Sederajat 288 11,93%
Diploma (D1/D2/D3) 5 0,20%
Sarjana (S1/S2) 16 0,66%
Pendidikan Pesantren 27 1,11%
Total 2.414 100%
Sumber: Data Statisik Desa Giritengah 2012
d. Mata pencaharian
Tabel 7. Mata Pencaharian di Wilayah Desa Giritengah
Mata Pencaharian Jumlah Persentase
Petani 1.667 54,40%
Buruh Tani 45 1,46%
Buruh Bangunan 67 2,18%
PNS/TNI/Polri 21 0,68%
Pedagang 79 2,57%
Lain-lain 1.185 38,67%
Total 3.064 100%
Sumber: Data Statisik Desa Giritengah 2012
e. Agama Penduduk Desa Giritengah
29
Tabel 8. Agama Penduduk di Wilayah Desa Giritengah
Agama Jumlah Persentase
Islam 3.173 94,94%
Katolik 10 0,29%
Penghayat 159 4,75%
Total 3342 100%
Sumber: Data Statisik Desa Giritengah 2012
3. Sarana dan Prasarana Desa Giritengah
a. Bidang Kesehatan Desa Giritengah tahun 2012 :
Bidan : 1 orang
Dukun Terlatih : 5 orang
Kader Posyandu : 30 orang
Posyandu : 7 buah
Polindes : 1 buah
b. Fasilitas Pendidikan Desa Giritengah tahun 2012:
TPQ/TPA : 8 buah
TK/PAUD : 2 buah
SD/MI : 3 buah
SLTP/MTs : 0 buah
SLTA : 0 buah
4. Kondisi Jalan
30
Jalan tanah : 2.000 m
Jalan telasah/telfort/perkerasan : 1.000 m
Jalan beton : 1.000 m
Jalan aspal : 6.000 m
5. Akses
Jarak Desa ke Kecamatan : 5,5 km
Waktu tempuh ke Kecamatan : 0,3 jam
Waktu tempuh ke pusat fasilitas terdekat (pasar, kesehatan, pemerintahan) :
0,25 jam
Ketersediaan angkutan umum : 0,35 per jam
D. Profil Dusun Gedangsambu
Jumlah Penduduk Dusun Gedungsambu : 535 jiwa
Nama Kepala Dusun Gedungsambu : Parmanto
Jumlah RT : 5 RT
Jumlah KK : 160 KK
Tabel 9. Jumlah KK dan Jumlah Balita di Dusun Gedangsambu
RT Nama Ketua RT Jumlah KK Jumlah Balita
31
RT I Sudiman 33 KK 13
RT II Supadi 32 KK 10
RT III Sukir 27 KK 7
RT IV Kadir 24 KK 10
RT V Saleh 44 KK 20
Total 160 KK 60
E. Data Khusus
Tabel 10. Hasil Cakupan Balita BGM di Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah,
Kecamatan Borobudur Periode Januari – Mei 2012
Dusun
Sasaran
(Jumlah
Balita yang
Ditimbang)
Kunjungan BGM (0-5 Tahun)
Hasil
Akhir
Cakupan
(%)
Pencapaian
(%)Jan Feb Mar Apr Mei
Gedangsambu 49 4 4 3 3 3 3 6,12 24,5
Tabel 11. Daftar Balita BGM dan BGT di Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah,
Kecamatan Borobudur Bulan Mei 2012
No Nama Anak JKTanggal
LahirUmur
Nama Orangtua
Berat badan lahir (g)
Kelompok
BB Bulan Mei 2012
1. Febri Rahmawati
P 8-10-11 8 bln Kamsiyah/ Sutarno
3000 BGM Tidak menimb
ang
3. Septiansa Atilah P 21-9-10 1 thn 9 bln Ngadiyah/Waliyono
1800 BGM 7,8
4. Ade Septiyano L 17-9-10 1 thn 9 bln Etik/ Henityo
2200 BGM 7,8
2. Ridho Setiawan L 27-2-10 23 bln Rowiyah/Anto
3500 BGT 9,5
BAB IV
ANALISA MASALAH
32
A. Indikator Program Puskesmas yang Bermasalah
Indikator merupakan alat yang paling efektif untuk melakukan monitoring
dan evaluasi. Indikator adalah variabel yang menunjukkan/menggambarkan
keadaan dan dapat digunakan untuk mengukur terjadinya perubahan.
Dalam pelaksanaan kegiatan programnya Puskesmas Borobudur masih ada
beberapa cakupan kegiatan yang belum mencapai target Dinas Kesehatan
Kabupaten Magelang. Hal ini tentu masih menjadi masalah yang harus dicari
penyebab dan upaya penyelesaiannya. Pada Puskesmas Borobudur di desa
Giritengah, ditemukan masalah yaitu didapatkan pada laporan cakupan balita
BGM (Bawah Garis Merah) yang lebih tinggi dari target. Salah satu indikator
keberhasilan kegiatan gizi adalah balita BGM yang ditangani. Penanggulangan
balita BGM menjadi fokus kegiatan, program kegiatan gizi.
Indikator dari program Gizi di Puskesmas Borobudur adalah cakupan
balita dengan pertumbuhan dibawah garis merah yang ditangani dari bulan Januari
- Mei 2012 sebanyak 2,29%, sehingga masih menjadi masalah karena didapatkan
target SPM yang lebih dari 1,5%. Pada desa Giritengah didapatkan data cakupan
3,07% dan pencapaian 48,85%, sementara pada Dusun Gedangsambu, Desa
Giritengah, didapatkan data cakupan 6,12% dan pencapaian 24,5%, dimana target
yang telah ditetapkan adalah < 1,5 %.
Cakupan Balita BGM di Puskesmas Borobudur
Cakupan BGM (%) = Jumlah Balita BGM
33
x 100%
Jumlah Balita yang Ditimbang (D)
= 86
3753
= 2,29%
Pencapaian (%) = Target DinKes
Cakupan
= 1,5
2,29
= 65,45%
Cakupan Balita BGM di Desa Giritengah
Cakupan BGM (%) = Jumlah Balita BGM
Jumlah Balita yang Ditimbang (D)
= 7
228
= 3,07%
Pencapaian (%) = Target DinKes
Cakupan
= 1,5
3,07
= 48,85%
Cakupan Balita BGM di Dusun Gedangsambu
Cakupan BGM (%) = Jumlah Balita BGM
34
x 100%
x 100%
x 100%
x 100%
x 100%
x 100%
Jumlah Balita yang Ditimbang (D)
= 3
49
= 6,12%
Pencapaian (%) = Target Din.Kes
Cakupan
= 1,5
6,12
= 24,5%
Tabel 12. Rangkuman Cakupan dan Pencapaian Program Balita Bawah Garis Merah Periode
Januari – Mei Tahun 2012
CAKUPAN PENCAPAIAN
PUSKESMAS BOROBUDUR 2,29% 65,45%
DESA GIRITENGAH 3,07% 48,85%
DUSUN GEDANGSAMBU 6,12% 24,5%
B. Analisa Hasil
Pada hari Kamis, tanggal 21 Juni 2012 pukul 10.00 - selesai, telah
dilaksanakan wawancara dengan bidan desa, kader, serta orang tua balita BGM
secara terpisah di Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah, Kecamatan Borobudur,
Kabupaten Magelang.
1. Hasil Wawancara Kader
35
x 100%
x 100%
x 100%
Kader di Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah, Kecamatan Borobudur,
Kabupaten Magelang.berjumlah 5 orang, wawancara dilakukan pada 5 orang kader
dari Dusun Gedangsambu, dimana pada dusun tersebut terdapat balita BGM.
Wawancara yang dilakukan pada kader adalah dengan mengajukan pertanyaan
mengenai KMS, BGM, Tumbuh Kembang dan Pengetahuan Gizi. Dari hasil
wawancara didapatkan hasil bahwa dari 5 kader tersebut, kelimanya mengenal
sistem pencatatan hasil penimbangan di KMS dan bagaimana menjelaskan hasil
penimbangan dalam KMS tersebut kepada ibu balita. Kelima kader juga mengenal
definisi dari BGM namun hanya satu yang memahami secara menyeluruh dan
mendalam mengenai bagaimana BGM bisa terjadi dan penanganannya. Kader
hanya mengetahui bahwa BGM adalah pertumbuhan balita yang timbanganya lebih
kecil dari berat balita seusianya. Mengenai pengetahuan gizi, kelima kader tersebut
sudah cukup mengetahui, namun belum cukup mengerti tentang apa yang harus
disampaikan dalam melaksanakan penyuluhan gizi berdasarkan KMS kepada ibu
balita khususnya kepada ibu balita BGM.
2. Hasil Wawancara Bidan Desa
Bidan desa yang terdapat di Desa Giritengah hanya 1 bidan. Bidan desa ini
harus menangani dan bertanggung jawab atas 7 Posyandu yang berada pada 6
dusun di Desa Giritengah. Bidan mengatakan bahwa dirinya telah sering
mengingatkan pada ibu untuk selalu mengikuti perkembangan balitanya dengan
selalu mengikuti program posyandu dan jangan hanya pada saat sakit baru dibawa
ke bidan atau dokter. Tetapi sebagian besar dari para ibu tersebut tidak
36
mengindahkan nasehatnya, karena kebanyakan dari para ibu masih beranggapan
selama balitanya mau makan banyak dan tidak sakit maka itu berarti kondisinya
sehat-sehat saja. Menurut bidan, sebagian besar masyarakat Dusun Gedangsambu
masih memiliki kebiasaan untuk memberi makan hanya saat anak mau sedangkan
saat anak enggan untuk makan maka ibu tidak memaksakan ataupun
mendisiplinkan porsi serta jam makan si anak. Pola pemikiran seperti diatas,
menurut bidan sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Dusun Gedangsambu. Selain
itu, meskipun sebagian besar dari para ibu tersebut sudah mengerti mengenai
pentingnya pola makan seimbang tapi mereka tidak mampu menjalankannya
dikarenakan kebiasaan yang sudah ada.
Selain itu, sebagian ibu juga terbiasa memberikan jajanan kepada anak balita
mereka yang tidak diperhatikan kebersihan, kandungan gizi dan cara memasaknya.
Ibu juga mudah menyerah ketika menghadapi anak mereka yang sulit untuk makan,
sehingga membelikan jajanan yang diinginkan si anak seperti permen dan chiki
tanpa mensiasati untuk menyelipkan makanan yang bergizi untuk anak. Selama
seharian si anak hanya makan jajanan tersebut dan hal ini terjadi secara terus
menerus yang menyebabkan asupan gizi tidak memenuhi kebutuhan si anak.
Dalam wawancara yang dilakukan, bidan desa juga mengatakan bahwa
kendala lainnya yang didapati dalam usaha Penanganan Balita BGM adalah
rendahnya sumber daya manusia (SDM) dihubungkan dengan tingkat pendidikan
yang masih rendah, sehingga tidak tercapai pola pikir yang sama antara bidan,
kader dan masyarakat. Menurut bidan, hal tersebut menyebabkan tidak tercapainya
tujuan penerapan Balita Sehat, karena apa yang disampaikan oleh bidan,
37
dipersepsikan berbeda oleh masyarakat setempat. Terlebih lagi masyarakat
setempat masih mempertahankan pola tradisi yang ada, seperti tersebut di atas.
Bidan juga mengatakan banyak ibu yang sudah cukup mengerti tentang gizi yang
baik untuk anak tetapi karena faktor ekonomi pada akhirnya para ibu terebut tidak
mampu membeli makanan dengan gizi yang seimbang bagi anak mereka sehingga
anak mereka gizi nya tetap kurang.
3. Hasil Survei Ibu yang Memiliki Balita di Dusun Gedangsambu,
Desa Giritengah
Pada Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah, didapatkan pendidikan terakhir
ibu balita rata-rata adalah SD.
Tabel 13. Tingkat Pendidikan Terakhir Ibu Balita Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah
Tahun 2012
Pendidikan Terakhir
IbuJumlah Persentase
SD 17 56,7%
SMP 8 26,7%
SMA 5 16,7%
Total 30 100%
Sebagian besar ibu balita di Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah tidak
bekerja atau sebagai ibu rumah tangga. Penghasilan keluarga rata-rata dari orangtua
balita adalah kurang dari Rp.500.000 per bulan.
Tabel 14. Status Pekerjaan Ibu Balita Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah Tahun
2012
38
Status Pekerjaan Ibu Jumlah Persentase
Bekerja 8 26,7%
Tidak Bekerja 22 73,3%
Total 30 100%
Tabel 15. Penghasilan Keluarga per bulan Orangtua Balita Dusun Gedangsambu, Desa
Giritengah Tahun 2012
Penghasilan Keluarga Jumlah Persentase
Kurang dari Rp. 500.000 per bulan 26 86,7%
Rp. 500.000 – Rp.1.000.000 per bulan 3 10,0%
Lebih dari Rp. 1.000.000 per bulan 1 3,3%
Total 30 100%
Dari total 30 ibu balita yang diambil sebagai responden, 3 ibu diantaranya
memiliki balita BGM dan 1 ibu memiliki balita BGT. Saat dilakukan survei,
disebar 30 kuesioner yang berisi identitas dan 30 pertanyaan dengan pilihan
jawaban yang tertutup. Berikut dipaparkan hasil pengisian kuesioner dari ibu balita
di Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah. Pemaparan hasil pengisian terpisah
antara ibu dengan balita BGM dan BGT dengan yang tidak BGM. Berikut
pemaparan hasilnya :
Tabel 16. Hasil Pengisian Kuesioner Ibu Balita Non-BGM di Dusun Gedangsambu
39
INDIKATOR
YANG
DIHARAPKAN
YANG TIDAK
DIHARAPKAN
JUMLAH % JUMLAH %
Dalam 1-3 bulan terakhir ini, apakah anak
balita ibu pernah menderita sakit? (misal :
demam, batuk, pilek, muntah, diare dan
lainnya?
5 19,2% 21 80,8%
Kegiatan apa yang dilakukan saat
Posyandu?26 100% 0 0%
Siapa yang melakukan kegiatan di
Posyandu?26 100% 0 0%
Kapan saja Posyandu dilaksanakan? 25 96,2% 1 3,8%
Apa maksud dilakukan penimbangan &
pengukuran berat dan tinggi badan bayi
dan balita?
24 92,3% 2 7,7%
Setelah menimbang berat badan &
mengukur tinggi badan anak, apa yang
selanjutnya harus dilakukan bidan/kader?
24 92,3% 2 7,7%
Apa kepanjangan dari KMS itu? 22 84,6% 4 15,4%
Apa fungsi dari KMS itu? 22 84,6% 4 15,4%
Jika pada KMS berat badan anak ibu
berada di bawah garis merah, apakah
maksudnya?
20 76,9% 6 23,1%
Apakah kepanjangan dari balita BGM itu? 20 76,9% 6 23,1%
Bila balita ibu BGM, apa yang seharusnya
dilakukan?22 84,6% 4 15,4%
Apa yang dimaksud dengan gizi
seimbang?26 100% 0 0%
Mana di bawah ini yang merupakan
makanan yang baik dan dapat mencukupi
gizi anak setiap kali makan?
26 100% 0 0%
40
Bagaimana mengetahui bahwa kebutuhan
makan anak sudah tercukupi?21 80,8% 5 19,2%
Mengkonsumsi makanan yang beraneka
ragam merupakan suatu keharusan untuk
memenuhi kebutuhan gizi anak ibu?
20 76,9% 6 23,1%
Membawa anak anda setiap bulan ke
Posyandu untuk ditimbang dan diukur
berat dan tinggi badan merupakan suatu
hal yang penting?
26 100% 0 0%
Jika ternyata anak balita ibu selera
makannya kurang, apakah ibu akan
mencari tahu penyebabnya?
26 100% 0 0%
Ibu menyiapkan makan pagi/sarapan
untuk anak balita ibu sebelum aktivitas?25 96,2% 1 3,8%
Anak balita ibu selalu ibu beri makanan
beraneka ragam yang terdiri dari
nasi/kentang/jagung disertai lauk pauk
dan sayur setiap kali makan
18 69,2% 8 30,8%
Anak balita ibu minum susu setiap hari
nya?16 61,5% 10 38,5%
Ibu memberikan air minum yang sudah
dimasak kepada anak balita ibu?24 92,3% 2 7,7%
Ibu selalu membawa anak balita ibu setiap
bulannya ke Posyandu untuk diukur berat
dan tinggi badannya?
26 100% 0 0%
Ibu selalu memperhatikan pertumbuhan
anak melalui buku/kartu yang digunakan
untuk mencatat hasil penimbangan berat
& tinggi badan tiap Posyandu?
26 100% 0 0%
Dalam sehari ibu menyempatkan waktu
untuk menyuapi makanan kepada anak
balita?
24 92,3% 2 7,7%
Ibu selalu melaksanakan pesan/saran/ilmu 26 100% 0 0%
41
tentang kesehatan anak yang diberikan
oleh para bidan/kader?
Ibu memahami dan mengerti isi buku KIA
dan KMS?22 84,6% 4 15,4%
Ibu selalu menjaga kebersihan makanan
yang akan dimakan anak?26 100% 0 0%
Ibu memeriksakan anak ibu kemana
ketika anak ibu sakit?26 100% 0 0%
42
Tabel 17. Hasil Pengisian Kuesioner Pengetahuan Ibu Balita BGM & BGT di Dusun Gedangsambu
PERTANYAANIBU BGM
1
IBU BGM
2
IBU BGM
3IBU BGT
Dalam 1-3 bulan terakhir
ini, apakah anak balita ibu
pernah menderita sakit?
(misal : demam, batuk,
pilek, muntah, diare dan
lainnya?
YA YA YA YA
PENGETAHUAN
1.
dilakukan saat
Posyandu?
1 1 1 1
2.
kegiatan di
Posyandu?
1 1 1 1
3.
dilaksanakan?1 0 1 1
4. Apa
maksud dilakukan
penimbangan &
pengukuran berat dan
tinggi badan bayi dan
balita?
0 0 0 1
5. Setelah
menimbang berat
badan & mengukur
tinggi badan anak, apa
yang selanjutnya
harus dilakukan
bidan/kader?
0 0 0 1
6. Apa 0 0 0 1
43
kepanjangan dari
KMS itu?
7. Apa
fungsi dari KMS itu?0 0 0 0
8. Jika
pada KMS berat
badan anak ibu berada
di bawah garis merah,
apakah maksudnya?
0 0 0 0
9. Apakah
kepanjangan dari
balita BGM itu?
0 0 0 1
10. Bila
balita ibu BGM, apa
yang seharusnya
dilakukan?
0 0 0 0
11. Apa
yang dimaksud
dengan gizi
seimbang?
1 0 1 0
12. Mana di
bawah ini yang
merupakan makanan
yang baik dan dapat
mencukupi gizi anak
setiap kali makan?
1 1 1 1
13. Bagaim
ana mengetahui
bahwa kebutuhan
makan anak sudah
tercukupi?
0 0 0 0
NILAI PENGETAHUAN 5 4 5 8
KRITERIA KURANG KURANG KURANG CUKUP
44
10-13 : BAIK
7-10 : CUKUP
< 7 : KURANG
Dari 3 orang ibu balita BGM dan 1 ibu balita BGT yang menjadi responden,
melalui penjumlahan skor dari tiap pertanyaan, dimana bila jawaban benar diberi
nilai 1 dan bila jawaban salah diberi nilai 0, hasilnya ketiga ibu balita BGM
tersebut memiliki pengetahuan dengan kriteria kurang dan ibu balita BGT memiliki
pengetahuan cukup.
Tabel 18. Hasil Pengisian Kuesioner Sikap Ibu Balita BGM di Dusun Gedangsambu
PERTANYAAN FREKUENSI PERSENTASE
14. Mengkonsumsi makanan
yang beraneka ragam merupakan suatu
keharusan untuk memenuhi kebutuhan gizi
anak ibu?
a. Setuju
b. Tidak Setuju
2
2
50%
50%
15. Membawa anak anda setiap
bulan ke Posyandu untuk ditimbang dan
diukur berat dan tinggi badan merupakan
suatu hal yang penting?
a. Setuju
b. Tidak Setuju
4
0
100%
0%
16. Jika ternyata anak balita ibu
selera makannya kurang, apakah ibu akan
mencari tahu penyebabnya?
a. Ya
b. Tidak
3
1
75%
25%
45
Tabel 19. Hasil Pengisian Kuesioner Perilaku Ibu Balita BGM di Dusun Gedangsambu
PERTANYAAN FREKUENSI PERSENTASE
1. Ibu menyiapkan makan pagi/sarapan untuk
anak balita ibu sebelum aktivitas?
a. Ya
b. Tidak
4
0
100%
0%
2. Anak balita ibu selalu ibu beri makanan
beraneka ragam yang terdiri dari
nasi/kentang/jagung disertai lauk pauk dan
sayur setiap kali makan
a. Ya
b. Tidak
0
4
0%
100%
3. Anak balita ibu minum susu setiap hari nya?
a. Ya
b. Tidak
0
4
0%
100%
4. Ibu memberikan air minum yang sudah
dimasak kepada anak balita ibu?
a. Ya
b. Tidak
4
0
100%
0%
5. Ibu selalu membawa anak balita ibu setiap
bulannya ke Posyandu untuk diukur berat
dan tinggi badannya?
a. Ya 3 75%
46
b. Tidak 1 25%
6. Ibu selalu memperhatikan pertumbuhan
anak melalui buku/kartu yang digunakan
untuk mencatat hasil penimbangan berat &
tinggi badan tiap Posyandu?
a. Ya
b. Tidak
1
3
25%
75%
7. Dalam sehari ibu menyempatkan waktu
untuk menyuapi makanan kepada anak
balita?
a. Ya
b. Tidak
4
0
100%
0%
8. Ibu selalu melaksanakan pesan/saran/ilmu
tentang kesehatan anak yang diberikan oleh
para bidan/kader?
a. Ya
b. Tidak
3
1
75%
25%
9. Ibu memahami dan mengerti isi buku KIA
dan KMS?
a. Ya
b. Tidak
0
4
0%
100%
10. Ibu selalu menjaga kebersihan makanan
yang akan dimakan anak?
a. Ya
b. Tidak
4
0
100%
0%
11. Ibu memeriksakan anak ibu kemana ketika
anak ibu sakit?
a. Ke bidan /Puskesmas/dokter/RS
b. Diobati sendiri
4
0
100%
0%
4. Hasil Wawancara Ibu Balita BGM dan BGT
47
Berdasarkan hasil wawancara dengan 3 orang tua dari balita BGM dan 1 ibu
balita BGT, hampir semua ibu balita tersebut tidak tahu akan pola makan seimbang.
Kebanyakan ibu selalu memberikan makanan sesuai yang diinginkan anaknya tanpa
mempertimbangkan keseimbangan antara lauk, sayur serta makanan tambahan lain
seperti susu ataupun buah-buahan. Selain itu, ketidaktelatenan ibu dalam
memberikan makanan terhadap balitanya, dimana masih banyak para ibu yang tidak
mendisiplinkan jam makan maupun porsi makan balitanya, sehingga saat anak
bilang tidak mau makan ibu tersebut tidak berusaha untuk membujuk anaknya agar
makan. Saat ditanya alasannya, jawabannya karena mereka tidak tega melihat anak
mereka menangis ketika dipaksa untuk makan. Kurangnya pengetahuan ibu
mengenai balita BGM juga menjadi salah satu faktor. Selain itu masalah ekonomi
sehingga ibu tidak mampu membeli makanan yang bergizi untuk anak balita
mereka. Motivasi yang kurang juga berkontribusi menjadi salah satu faktor. Satu
dari tiga ibu balita BGM dalam wawancara jarang membawa anak nya ke
Posyandu, hanya beberapa kali saja ditimbang karena menganggap hal tersebut
tidak begitu penting, juga dari peran suami yang kurang mendorong istrinya untuk
membawa anak mereka ke Posyandu atau ke Bidan.
48
49