Post on 05-Jan-2020
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 1
BAB-4
KEBIJAKAN, STRATEGI DAN RENCANA
PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH
4.1. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN
SAMPAH
4.1.1. Visi dan Misi
Sejalan dengan perubahan lingkungan strategis dengan terbitnya Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah dan sejalan dengan
visi Gubernur DKI Jakarta, Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta menetapkan
visi sebagai berikut:
Visi yang dikemukakan diatas merupakan komitmen Dinas Kebersihan dalam
membantu mewujudkan visi Gubernur DKI Jakarta. Visi tersebut dapat dijelaskan
dengan 3 (tiga) kata kunci sebagai berikut:
1. Jakarta Baru, Kota Modern yang Bersih
Penggalan dari visi tersebut merupakan kata kunci dari visi yang ingin
dicapai oleh Dinas Kebersihan yaitu mewujudkan Jakarta baru sebagai kota
modern yang bersih.
Kondisi yang ingin dicapai adalah seluruh masyarakat DKI Jakarta:
a. Memiliki akses untuk penanganan sampah yang dihasilkan dari aktivitas
sehari-hari, baik di lingkungan perumahan, gangan, perkantoran,
maupun tempat - tempat umum lainnya.
b. Memiliki lingkungan kota yang bersih karena sampah yang dihasilkan
dapat ditangani secara benar.
c. Mampu memelihara kesehatannya karena tidak terdapat sampah yang
berpotensi menjadi bahan penularan penyakit seperti diarhea, thypus,
“Jakarta Baru, Kota Modern yang Bersih dengan Masyarakat Berbudaya
Bersih dan Pelayanan Publik yang Prima”
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 2
disentri, dan lain-lain; serta gangguan lingkungan baik berupa
pencemaran udara, air, atau tanah.
d. Memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengelolaan
persampahan sehingga memperoleh manfaat bagi kesejahteraannya.
2. Masyarakat Berbudaya Bersih
Untuk mewujudkan kota Jakarta yang bersih, akan sangat sulit dicapai tanpa
didukung oleh seluruh masyarakat Jakarta, oleh karena itu penggalan visi
kedua yang ingin dicapai oleh Dinas Kebersihan adalah mewujudkan
masyarakat Jakarta yang berbudaya bersih. Visi ini yang merupakan
tantangan terberat, karena untuk merubah budaya masyarakat akan
memakan waktu yang lama serta memerlukan strategi yang tepat.
Kondisi yang ingin dicapai adalah seluruh masyarakat DKI Jakarta:
a. Memiliki pengetahuan tentang kewajibannya dalam mengelola sampah,
sehingga dapat bertindak sesuai dengan yang diharapkan.
b. Merubah perilaku masyarakat dalam membuang sampah.
c. Memandang sampah sebagai sumber daya yang memiliki nilai ekonomi
dan dapat dimanfaatkan.
d. Berperan aktif dalam program-progam yang dilaksanakan oleh Dinas
Kebersihan Provinsi DKI Jakarta.
3. Pelayanan Publik yang Prima
Penggalan dari visi terakhir yaitu pelayanan publik yang prima dimaksudkan
dalam mewujudkan penggalan kedua visi di atas, Dinas Kebersihan
menjalankan tugas pokoknya tersebut dengan menerapkan tata kelola yang
baik melalui reformasi birokrasi serta menerapkan tata pemerintahan yang
baik (Good Governance).
Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, sebagai penjabarannya dituangkan
dalam bentuk misi yang dapat memberikan arah, tujuan yang ingin dicapai
dan memberikan fokus terhadap program yang akan dilaksanakan serta
untuk menumbuhkan partisipasi semua pihak.
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 3
Rincian rumusan misi Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai
berikut:
Misi 1
Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi perencanaan, pengurangan dan
penanganan sampah. Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah disebutkan bahwa tujuan dari pengelolaan sampah
adalah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan
serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Selanjutnya dalam Undang-
Undang tersebut dijelaskan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah
bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan
berwawasan lingkungan.Sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2008, maka Dinas Kebersihan menetapkan misi pertama
“Menyelenggarakan pengelolaan sampah dengan teknologi modern yang
ramah lingkungan dengan melibatkan peran serta masyarakat dan swasta”.
Dinas Kebersihan telah menyusun perencanaan pengelolaan sampah yang
dituangkan dalam Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi
DKI Jakarta 2012-2032. Dalam Master Plan tersebut memuat target
pengurangan sampah, target penyediaan sarana dan prasarana, pola
pengembangan kerjasama daerah, kemitraan dan partisipasi masyarakat,
rencana pengembangan dan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan.
Pelaksanaan pengolahan sampah dengan menggunakan teknologi modern
bekerja sama dengan pihak swasta.
Sebagian besar penanganan sampah dilakukan oleh pihak swasta yang
meliputi kegiatan penyapuan jalan, pengumpulan sampah dan kegiatan
pengangkutan sampah dari sumber dan dari TPS-TPS menuju ke TPST, serta
pengolahan sampah di ITF dan TPST dengan menggunakan teknologi
Menyelenggarakan pengelolaan sampah dengan teknologi yang efektif
dan efisien serta ramah lingkungan dengan melibatkan peran serta
masyarakat.
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 4
modern yang ramah lingkungan. Dinas Kebersihan sesuai tugas dan
fungsinya sebagai regulator akan melakukan pengawasan dan evaluasi
terhadap penanganan sampah yang dilakukan oleh pihak swasta.
Misi 2
Masyarakat merupakan penghasil sampah karenanya masyarakat merupakan
aktor utama dalam pengelolaan sampah yang perlu diberdayakan agar
mampu melakukan berbagai upaya penanganan yang bermanfaat bagi
pengelolaan secara umum.
Mengingat upaya pengurangan timbulan sampah di sumber sangat erat
kaitannya dengan perilaku masyarakat, diperlukan suatu upaya penyadaran
dan peningkatan pemahaman untuk mendorong perubahan perilaku yang
dilakukan secara berjenjang. Perubahan perilaku ini dapat dilakukan baik
melalui promosi yang dapat memberi gambaran mengenai “nilai”
pengurangan sampah di sumber dan dampaknya bagi kualitas kesehatan
dan lingkungan maupun kampanye yang terus menerus untuk membangun
suatu komitmen sosial. Pengurangan sampah di sumber ini dilakukan melalui
mekanisme 3 R, yaitu reduce (R1), reuse (R2) dan recycle (R3). R1 adalah
upaya yang lebih menitikberatkan pada pengurangan pola hidup konsumtif
serta senantiasa menggunakan bahan "tidak sekali pakai" yang ramah
lingkungan. R2 adalah upaya memanfaatkan bahan sampah melalui
penggunaan yang berulang agar tidak langsung menjadi sampah.R3 adalah
setelah sampah harus keluar dari lingkungan rumah, perlu dilakukan
pemilahan dan pemanfaatan/pengolahan secara setempat.
Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat dalam pengelolaan sampah,
Dinas Kebersihan melakukan kegiatan diantaranya:
Membangun budaya masyarakat perkotaan yang memiliki kesadaran
dalam memelihara kebersihan kota.
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 5
1. Komunikasi, informasi dan edukasi dalam rangka peningkatan kesadaran
masyarakat terhadap kebersihan lingkungan dan pengetahuan mengenai
Program 3R.
2. Pembangunan dan pembinaan TPS 3R.
3. Fasilitasi kepada masyarakat dan dunia usaha dalam mengembangkan
dan memanfaatkan hasil daur ulang, pemasaran hasil produk daur ulang
dan guna ulang sampah.
4. Pengembangan informasi peluang usaha di bidang persampahan
5. Mendorong dan memfasilitasi berdirinya Bank Sampah.
Misi 3
Tata pemerintahan yang baik atau biasa dikenal dengan sebutan Good
Governance telah menjadi salah satu isu yang berkembang sejak reformasi
mulai digulirkan pada tahun 1998 dimana pada kurun waktu yang
bersamaan sebagai akibat dari krisis moneter akhir tahun 90-an yang
membawa dampak signifikan baik secara ekonomi, politik, sosial maupun
budaya. Tuntutan atas tata kelola yang baik tidak saja digulirkan pada
bidang bisnis namun juga pada bidang pemerintahan dan organisasi sosial.
Prinsip-prinsip good governance sebagai prinsip yang saling terikat, yaitu:
1. Akuntabilitas (accountabilty), ialah kewajiban untuk mempertanggung
jawabkan.
2. Keterbukaan dan transparan (openess and transparency).
3. Ketaatan pada aturan hukum.
4. Komitmen yang kuat untuk bekerja bagi kepentingan bangsa dan negara
dan bukan pada kelompok atau pribadi.
5. Komitmen untuk mengikutsertakan dan memberi kesempatan kepada
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
Menyelenggarakan dukungan manajemen fungsional pelayanan
kebersihan dengan menerapkan prinsip – prinsip good governance
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 6
Untuk menerapkan tata kelola yang baik Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta
melakukan reformasi birokrasi serta peningkatan kapasitas SDM dan penguatan
organisasi Dinas Kebersihan.
4.1.2. Kebijakan Pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah
Arah kebijakan pengembangan pengelolaan sampah di DKI Jakarta yaitu sebagai
berikut :
§ Pengurangan sampah semaksimal mungkin dari sumbernya dengan
menitikberatkan peningkatan peran serta masyarakat dan swasta.
§ Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas pengelolaan sampah melalui
optimalisasi dan peningkatan prasarana dan sarana pengelolaan sampah,
peningkatan kualitas SDM dan kelembagaan serta efisiensi pembiayaan.
Kebijakan pengembangan pengelolaan sampah di DKI Jakarta yaitu sebagai
berikut :
§ Pengurangan sampah sejak dari sumber;
§ Pengurangan emisi gas rumah kaca dari pengelolaan sampah;
§ Optimalisasi dan peningkatan prasarana dan sarana sampah;
§ Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan pengelolaan sampah;
§ Peningkatan kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia (SDM);
§ Pengembangan alternatif sumber pembiayaan;
§ Peningkatan peran serta masyarakat dan perguruan tinggi.
4.1.2.1. Pengembangan Teknis – Teknologis
Daerah Pelayanan
Daerah pelayanan Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi lima wilayah Kotamadya
yaitu: Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur
dan wilayah administrasi Kepulauan Seribu.
Sumber Sampah
Menurut Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2013 tentang
Pengelolaan Sampah, terdapat 8 sumber penghasil sampah yaitu sebagai berikut:
1. Rumah tangga;
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 7
2. kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri dan kawasan
khusus;
3. fasilitas umum, fasilitas sosial dan fasilitas lain;
4. jalan;
5. taman umum, taman makam dan jalur hijau;
6. pulau-pulau yang berpenghuni;
7. saluran air/sungai/kali/kanal dan waduk/situ;
8. muara sungai/kali/kanal, pesisir dan pantai.
Pemilahan Sampah
Pemilahan sampah dilakukan melalui kegiatan pengelompokan sampah pada
wadah sampah yang sesuai dengan jenis sampah.Wadah adalah kantong yang
terbuat dari bahan yang dapat didaur ulang. Kriteria warna dan jenis sampah
dalam pemilahan wadah sampah, meliputi:
a. wadah warna hijau untuk sampah organik;
b. wadah warna kuning untuk sampah anorganik; dan
c. wadah warna merah untuk sampah yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun rumah tangga.
Rumah tangga wajib menyediakan wadah sampah untuk kegiatan pemilahan
sampah. Apabila rumah tangga tidak mampu menyediakan wadah sampah, maka
wadah sampah akan disediakan oleh Pemerintah Daerah.
Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan
khusus wajib menyediakan wadah sampah untuk kegiatan pemilahan sampah di
kawasan yang bersangkutan.
Penyediaan wadah sampah di luar rumah tangga dan di luar kawasan (fasilitas
umum, fasilitas sosial, fasilitas lain, jalan, taman umum, taman makam, jalur
hijau, pulau yang berpenghuni, badan air, dan pesisir pantai) menjadi tanggung
jawab Pemerintah Daerah. Penyediaan wadah sampah di luar rumah tangga
dan/atau di luar kawasan dapat disediakan oleh pelaku usaha dan/atau
masyarakat.
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 8
Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah dilakukan sejak pemindahan sampah dari wadah sampah
ke TPS, TPS 3R dan/atau TPST sampai ke TPA dengan tetap memperhatikan
jenis sampah.
Pengumpulan sampah dilakukan sejak pemindahan sampah dari sumber sampah
ke TPST dan/atau TPA dengan tetap memperhatikan jenis sampah.
Pengumpulan sampah rumah tangga dilakukan dengan:
a. pola individual langsung;
b. pola operasional individual tidak langsung; atau
c. pola operasional komunal langsung.
Pengumpulan sampah untuk sampah organik dilakukan setiap hari dan untuk
sampah anorganik paling sedikit 2 (dua) kali dalam seminggu. Pengumpulan
sampah, disesuaikan dengan ketersediaan prasarana dan sarana serta fasilitas
lingkungan.
Pengumpulan sampah rumah tangga dari tempat pemilahan sampah ke TPS
dan/atau TPS 3R menjadi tanggung jawab pengelola sampah di Tingkat Rukun
Warga (RW) yang dibentuk oleh Pengurus RW. Masyarakat dapat melakukan
pengumpulan sampah rumah tangga ke TPS 3R setelah mendapatkan
rekomendasi secara tertulis dari pengelola sampah di Tingkat RW. Masyarakat
yang melakukan pengumpulan sampah rumah tangga ke TPS 3R wajib dibina
dan diawasi oleh Pemerintah Daerah.
Residu sampah yang berada di TPS dan/atau TPS 3R diangkut oleh Pemerintah
Daerah ke TPST atau TPA paling sedikit 2 (dua) kali dalam seminggu.Pemerintah
Daerah wajib menyediakan TPS sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) dan Peraturan Zonasi.
Pengumpulan sampah kawasan dari tempat pemilahan sampah ke TPS dan/atau
TPS 3R kawasan menjadi kewajiban penanggung Jawab dan/atau pengelola
kawasan bersangkutan dan dapat dikerjasamakan dengan badan usaha di
bidang kebersihan.
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 9
Residu sampah kawasan yang berada di TPS dan TPS 3R kawasan diangkut oleh
penanggung jawab dan/atau pengelola kawasan ke TPA paling sedikit 2 (dua)
kali dalam seminggu.
Pengumpulan sampah fasilitas umum, fasilitas sosial dan fasilitas lainnya dari
tempat pemilahan sampah ke TPS dan/atau TPS 3R menjadi kewajiban
penanggung jawab dan/atau pengelola fasilitas bersangkutan dan dapat
dikerjasamakan dengan badan usaha di bidang kebersihan.
Residu sampah pada fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya yang
berada di TPS dan/atau TPS 3R, diangkut oleh Pemerintah Daerah ke TPA paling
sedikit 2 (dua) kali dalam seminggu.
Pengumpulan sampah dari TPS, TPS 3R dan/atau TPST ke TPA menjadi
tanggung jawab Pemerintah Daerah yang secara operasional dilaksanakan oleh
SKPD di bidang kebersihan.
Pengangkutan Sampah
Pengangkutan sampah rumah tangga, dilaksanakan dengan cara tidak langsung
atau langsung.
a. Pengangkutan sampah rumah tangga dengan cara tidak langsung ke TPS
dan/atau TPS 3R di wilayah permukiman menjadi tanggung jawab Pengelola
Sampah Tingkat RW.
b. Pengangkutan sampah rumah tangga dengan cara langsung ke TPST
dan/atau TPA menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dan dapat
bekerjasama dengan badan usaha di bidang kebersihan.
Pengangkutan residu sampah rumah tangga dari TPS dan/atau TPS 3R ke TPA
menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah.
Pengangkutan sampah kawasan, dari tempat pemilahan sampah ke TPS
dan/atau TPS 3R kawasan menjadi kewajiban penanggung jawab dan/atau
pengelola kawasan dan dapat dikerjasamakan dengan badan usaha di bidang
kebersihan.
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 10
Pengangkutan residu sampah kawasan dari TPS dan/atau TPS 3R kawasan ke
TPST menjadi kewajiban penanggung jawab dan/atau pengelola kawasan dan
dapat dikerjasamakan dengan badan usaha di bidang kebersihan.
Pengangkutan sampah fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya dari
tempat pemilahan sampah ke TPS dan/atau TPS 3R menjadi tanggung jawab
penanggung jawab dan/atau pengelola fasilitas bersangkutan dan dapat
dikerjasamakan dengan badan usaha di bidang kebersihan.
Pengangkutan residu sampah fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya
dari TPS dan TPS 3R ke TPST dan/atau TPA menjadi tanggung jawab Pemerintah
Daerah.
Pengangkutan sampah jalan, pulau – pulau yang berpenghuni, taman, jalur
hijau, hutan kota, saluran air/ sungai/ kali/ kanal dan waduk/ situ, muara sungai/
kali/ kanal, pantai dan pesisir ke TPS, TPS 3R, TPST, dan/atau TPA menjadi
tanggung jawab Pemerintah Daerah yang secara operasional dilaksanakan oleh
SKPD di bidang kebersihan.
Pengolahan Sampah
Pengolahan sampah dilakukan di TPS 3R, TPST dan/atau TPA dengan cara
mengubah karakteristik, komposisi dan volume sampah dengan memanfaatkan
teknologi yang ramah lingkungan. Pengolahan sampah di TPS 3R terdapat di:
a. kelurahan;
b. kecamatan; dan
c. kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, dan kawasan
khusus.
b.
Pengolahan sampah di TPS 3R kelurahan yang berasal dari rumah tangga dapat
digabung dengan beberapa Kelurahan dan diperuntukkan untuk sampah yang
mudah terurai.
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 11
Pengolahan sampah di TPS 3R kecamatan yang berasal dari rumah tangga
dapat digabung beberapa Kecamatan dan diperuntukkan untuk sampah yang
sulit terurai.
Pengolahan sampah di TPS 3R kawasan diselenggarakan oleh penanggung
jawab dan/atau pengelola kawasan. Pengolahan sampah di TPS 3R dapat
dikerjasamakan dan/atau dapat diselenggarakan oleh badan usaha di bidang
kebersihan di bawah pembinaan dan pengawasan Pemerintah Daerah.
Penyediaan lahan TPS 3R di kelurahan dan kecamatan menjadi tanggung jawab
Pemerintah Daerah dan dapat dikerjasamakan dengan pelaku usaha, masyarakat
dan/atau badan usaha di bidang kebersihan. Penyediaan lahan TPS 3R di
kawasan menjadi tanggung jawab Pengelola Kawasan.
Lokasi TPS 3R ditetapkan oleh Gubernur sesuai Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) dan Peraturan Zonasi.
Pengolahan sampah di TPS 3R kelurahan paling sedikit melalui kegiatan
pengomposan sebagai usaha masyarakat untuk mengurangi timbulan sampah.
Kompos yang dihasilkan di TPS 3R digunakan oleh Pemerintah Daerah untuk
pemeliharaan tanaman dan dapat dikerjasamakan dengan pelaku usaha, badan
usaha di bidang kebersihan dan/atau pemerintah daerah lain.
Pengolahan sampah di TPST selain sebagai tempat pengolahan sampah, juga
sebagai tempat pengolahan residu sampah dari TPS 3R.Lokasi TPST ditetapkan
oleh Gubernur sesuai RDTR dan Peraturan Zonasi.Pengolahan sampah di TPST
menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dan dapat dikerjasamakan dengan
badan usaha di bidang kebersihan.
Pengolahan sampah dari saluran air/sungai/kali/kanal, waduk/ situ, muara
sungai/kali/kanal, pantai dan laut menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah
dan dilakukan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
a. volume sampah;
b. ketersediaan lahan untuk menampung sampah sementara yang memenuhi
aspek lingkungan dan estetika;
c. dampak terhadap banjir;
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 12
d. fungsi dan aspek fisik dari badan air; dan
e. aspek aksesibilitas angkutan sampah.
Pemrosesan Akhir Sampah
Pemrosesan akhir sampah dilakukan di TPA untuk mengembalikan sampah
dan/atau residu sampah sebelum ke media lingkungan secara aman.Penyediaan
lahan untuk TPA menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dan disediakan
sekurang-kurangnya 1 (satu) di setiap wilayah (Kota Administrasi).Penentuan
lokasi TPA ditetapkan oleh Gubernur sesuai RDTR dan Peraturan Zonasi.
Penyediaan TPA dipersiapkan untuk penanganan residu sampah dan kegiatan
pengomposan untuk mengantisipasi apabila belum beroperasinya pengolahan
sampah di TPS 3R dan TPST.
4.1.2.2. Pengembangan Pengaturan
Regulasi-regulasi yang ada dan masih berlaku hingga saat ini tentang Sistem
Pengelolaan Sampah yang menjadi pegangan pelaksanaan penanganan sampah
di DKI Jakarta antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
4. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik;
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pem-bentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
8. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 13
9. Undang – Undang Republik Indonesia No 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah
10. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum
11. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Kerja Sama Daerah;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;
13. Peraturan Presiden RI Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca;
14. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2015 Tentang
Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur
15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan
Persampahan (KSNP-SPP);
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pengelolaan Sampah;
18. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No. 03/PRT/M/2013
tentang Penyelenggaraan Prasarana dan sarana Persampahan dalam
Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga;
19. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus IbuKota Jakarta Nomor 8 Tahun
2007 Tentang Ketertiban Umum
20. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat
Daerah;
21. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah 2030
22. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun
2012 Tentang Retribusi Daerah
23. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 6 Tahun
2012 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-
2025
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 14
24. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 2 Tahun
2013 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2013
– 2017
25. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 3 Tahun
2013 tentang Pengelolaan Sampah;
26. Peraturan Gubernur Nomor 215 Tahun 2012 tentang Pengintegrasian dan
Optimalisasi Pengelolaan Sampah
27. Peraturan Gubernur Nomor 226 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta.
Intisari ketentuan pasal per pasal dalam regulasi dapat dikelompokan menjadi
beberapa poin-poin pengelolaan persampahan sebagai berikut:
Ruang Lingkup Pengelolaan & Tujuan Pengelolaan Sampah
Ruang Lingkup Pengelolaan Sampah
Menurut UU No. 18 Tahun 2008 sampah yang dikelola berdasarkan Undang-
Undang ini terdiri atas:
a. Sampah rumah tangga;
b. Sampah sejenis sampah rumah tangga; dan
c. Sampah spesifik.
Sampah rumah tangga berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga,
tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.
Sampah sejenis sampah rumah tangga (atau sampah yang tidak berasal dari
rumah tangga) berasal dari :
a. kawasan komersial (pusat perdagangan, pasar, pertokoan, hotel,
perkantoran, restoran, dan tempat hiburan),
b. kawasan industri (kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan
dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin
usaha kawasan industri),
c. kawasan khusus (merupakan wilayah yang bersifat khusus yang digunakan
untuk kepentingan nasional/berskala nasional, misalnya, kawasan cagar
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 15
budaya, taman nasional, pengembangan industri strategis, dan
pengembangan teknologi tinggi),
d. fasilitas sosial (antara lain, rumah ibadah, panti asuhan, dan panti sosial),
e. fasilitas umum (antara lain, terminal angkutan umum, stasiun kereta api,
pelabuhan laut, pelabuhan udara, tempat pemberhentian kendaraan
umum, taman, jalan, dan trotoar),
f. fasilitas lainnya (yang termasuk fasilitas lain yang tidak termasuk kawasan
komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas
umum antara lain rumah tahanan, lembaga pemasyarakatan, rumah sakit,
klinik, pusat kesehatan masyarakat, kawasan pendidikan, kawasan
pariwisata, kawasan berikat, dan pusat kegiatan olah raga).
Sampah spesifik meliputi:
a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;
b. Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;
c. Sampah yang timbul akibat bencana;
d. Puing bongkaran bangunan;
e. Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau
f. Sampah yang timbul secara tidak periodik.
Tujuan Pengelolaan Sampah
Menurut Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 3 Tahun 2013 tujuan
pengelolaan sampah untuk:
a. mewujudkan lingkungan yang sehat dan bersih dari sampah;
b. meningkatkan peran serta masyarakat dan pelaku usaha untuk secara aktif
mengurangi dan/atau menangani sampah yang berwawasan lingkungan;
c. menjadikan sampah sebagai sumber daya yang memiliki nilai ekonomis; dan
d. mewujudkan pelayanan prima.
Regulasi Yang Berkaitan dengan Regulasi Aspek Kelembagaan
Tugas Pemerintah
Menurut Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 3 Tahun 2013 tugas
Pemerintah Daerah meliputi:
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 16
a. menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dan
pelaku usaha dalam pengelolaan sampah;
b. mengalokasikan dana untuk pengelolaan sampah;
c. melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan dan
penanganan sampah;
d. melaksanakan, memfasilitasi, dan mengembangkan upaya pengurangan dan
penanganan sampah;
e. memanfaatkan, memfasilitasi, dan mengembangkan hasil pengolahan
sampah;
f. mengelola sampah dan memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana
pengolahan sampah;
g. memanfaatkan dan memfasilitasi penerapan teknologi pengolahan sampah
yang berkembang pada masyarakat untuk mengurangi dan/atau menangani
sampah; dan
h. mengoordinasikan antar lembaga pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha
agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah.
Wewenang Pemerintah Provinsi
Menurut Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 3 Tahun 2013 untuk
melaksanakan tugasnya, Pemerintah Daerah mempunyai wewenang:
a. merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah
berdasarkan kebijakan nasional;
b. melakukan kerjasama antar daerah, kemitraan dan jejaring dalam
pengelolaan sampah;
c. menetapkan lokasi TPS, TPS 3R, TPST dan TPA di dalam Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR);
d. melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap TPS, TPS 3R
dan TPST;
e. melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap TPA setelah TPA dinyatakan
ditutup secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali selama 20 (dua puluh)
tahun;
f. memfasilitasi dan menyelesaikan perselisihan dalam pengelolaan sampah;
g. melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan sampah; dan
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 17
h. menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan
sampah sesuai dengan kewenangannya.
Hak Setiap Orang
Menurut Undang–Undang No. 18 Tahun 2008 setiap orang berhak:
a. Mendapatkan pelayanan dalam pengelolaan sampah secara baik dan
berwawasan lingkungan dari Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
pihak lain yang diberi tanggung jawab untuk itu;
b. Berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan, dan
pengawasan di bidang pengelolaan sampah;
c. Memperoleh informasi yang benar, akurat, dan tepat waktu mengenai
penyelenggaraan pengelolaan sampah;
d. Mendapatkan pelindungan dan kompensasi karena dampak negatif dari
kegiatan tempat pemrosesan akhir sampah; dan
e. Memperoleh pembinaan agar dapat melaksanakan pengelolaan sampah
secara baik dan berwawasan lingkungan.
Kewajiban Setiap Orang
Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 setiap orang dalam pengelolaan
sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga wajib
mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan.
Kewajiban Pengelola Kawasan
Menurut Undang–undang No. 18 Tahun 2008pengelola kawasan permukiman
(meliputi kawasan pemukiman dalam bentuk klaster, apartemen, kondominium,
asrama dan sejenisnya), kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus,
fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan fasilitas
pemilahan sampah (diletakan pada tempat yang mudah dijangkau oleh
masyarakat).
Kewajiban Produsen
Menurut UU No. 18 Tahun 2008 setiap produsen harus mencantumkan label atau
tanda yang berhubungan dengan pengurangan dan penanganan sampah pada
kemasan dan/atau produknya. Penjelasan untuk produk tertentu yang karena
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 18
ukuran kemasannya tidak memungkinkan mencantumkan label atau tanda,
penempatan label atau tanda dapat dicantumkan pada kemasan induknya.
Produsen wajib mengelola kemasan dan/atau barang yang diproduksinya yang
tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam. Penjelasan yang dimaksud
dengan mengelola kemasan berupa penarikan kembali kemasan untuk didaur
ulang dan/atau diguna ulang.
Pengelolaan Sampah Spesifik
Menurut Undang–undang No. 18 Tahun 2008 pengelolaan sampah spesifik
adalah tanggung jawab Pemerintah.
Kerjasama Antar Daerah
Menurut Undang-undang No. 18 Tahun 2008 pemerintah daerah dapat
melakukan kerja sama antar pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan
sampah.Kerja sama dapat diwujudkan dalam bentuk kerja sama dan/atau
pembuatan usaha bersama pengelolaan sampah.
Kemitraan
Menurut Undang-undang No. 18 Tahun 2008 pemerintah daerah kabupaten/kota
secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat bermitra dengan badan usaha
pengelolaan sampah dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah.
Lembaga Pengelola Sampah
Menurut Permendagri No. 33 Tahun 2010 pemerintah daerah dalam melakukan
pengurangan dan penanganan sampah dapat membentuk lembaga pengelola
sampah.
Peran Pemerintah Daerah:
(1) Pemerintah daerah memfasilitasi pembentukan lembaga pengelola sampah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 di desa/kelurahan atau nama
lainnya, kawasan komersial, kawasan industri, fasilitas umum, fasilitas sosial,
dan fasilitas lainnya, sesuai dengan kebutuhan.
(2) Pemerintah daerah dapat membentuk BLUD Persampahan setingkat unit
kerja pada SKPD untuk mengelola sampah.
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 19
Regulasi Yang Berkaitan Regulasi Ketentuan Hukum
Perizinan
Menurut Undang - undang No. 18 Tahun 2008setiap orang yang melakukan
kegiatan usaha pengelolaan sampah wajib memiliki izin dari kepala daerah sesuai
dengan kewenangannya.Keputusan mengenai pemberian izin pengelolaan
sampah harus diumumkan kepada masyarakat.
Insentif
Menurut Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 3 Tahun 2013 Insentif
diberikan berupa:
a. insentif fiskal; dan/atau
b. insentif non fiskal.
Disinsentif
Menurut Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 3 Tahun 2013 gubernur
memberikan disinsentif kepada penanggung jawab dan/atau pengelola kawasan
yang tidak melakukan pemilahan sampah sesuai dengan standar yang
ditetapkan dan/atau terjadi penimbulan sampah sehingga berdampak negatif
pada kesehatan dan/atau lingkungan.
Disinsentif dapat berupa:
a. disinsentif fiskal; dan
b. disinsentif non fiskal.
Kompensasi
Menurut Undang-undang No. 18 Tahun 2008 pemerintah dan pemerintah daerah
secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat memberikan kompensasi kepada
orang sebagai akibat dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan
penanganan sampah di tempat pemrosesan akhir sampah.
Kompensasi berupa:
a. Relokasi;
b. Pemulihan lingkungan;
b. Biaya kesehatan dan pengobatan; dan/atau
c. Kompensasi dalam bentuk lain.
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 20
Larangan
Menurut Undang-undang No. 18 Tahun 2008 setiap orang dilarang:
a. Memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. Mengimpor sampah;
b. Mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun;
c. Mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan;
d. Membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan
disediakan;
e. Melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat
pemrosesan akhir; dan/atau
f. Membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan
sampah.
Sanksi Administratif
Menurut Undang-undang No. 18 Tahun 2008Bupati/walikota dapat menerapkan
sanksi administratif kepada pengelola sampah yang melanggar ketentuan
persyaratan yang ditetapkan dalam perizinan.
Sanksi administratif dapat berupa:
a. Paksaan pemerintahan;
b. Uang paksa;
b. Pencabutan izin.
Regulasi Yang Berkaitan Regulasi Ketentuan Pendanaan
Pembiayaan
Menurut Undang-undang No. 18 Tahun 2008pemerintah dan pemerintah daerah
wajib membiayai penyelenggaraan pengelolaan sampah.
Pembiayaan bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta
anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Retribusi Pelayanan Persampahan
Menurut Peraturan daerah Provinsi DKI Jakarta No. 3 Tahun 2013 pelayanan
penanganan sampah yang diselenggarakan Pemerintah Daerah dikenakan
retribusi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 21
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga & Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga
Menurut Undang–undang No. 18 Tahun 2008 pengelolaan sampah rumah tangga
dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas:
a. Pengurangan sampah;
b. Penanganan sampah.
Pengurangan Sampah
Menurut Undang-undang No. 18 Tahun 2008 pengurangan sampah meliputi
kegiatan:
a. Pembatasan timbulan sampah;
b. Pendauran ulang sampah;
c. Pemanfaatan kembali sampah.
Pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan menggunakan bahan produksi yang
menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat didaur
ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.
Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah menggunakan
bahan yang dapat diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh
proses alam.
Peran Masyarakat
Menurut Undang-undang No. 18 Tahun 2008 masyarakat dapat berperan dalam
pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah
daerah.
Peran dapat dilakukan melalui:
a. Pemberian usul, pertimbangan, dan saran kepada Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah;
b. Perumusan kebijakan pengelolaan sampah; dan/atau
c. Pemberian saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketa persampahan.
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 22
4.1.2.3. Pengembangan Kelembagaan
Dinas Kebersihan
Dalam rangka peningkatan kinerja kelembagaan Dinas Kebersihan terjadi
perubahan susunan organisasi dan tata kerja Dinas Kebersihan. Perubahan
tersebut mengubah beberapa fungsi dari Dinas Kebersihan yaitu sebagai berikut:
a. penyusunan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran dinas
kebersihan;
b. pelaksanaan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran Dinas
Kebersihan;
c. penyusunan kebijakan, pedoman dan standar teknis penanganan sampah;
d. perencanaan, penyediaan, pendistribusian, penempatan, pemeliharaan,
perawatan dan pemanfaatan prasarana dan sarana penanganan sampah;
e. pengawasan, pengendalian, pemantauan dan evaluasi pemanfaatan,
ketersediaan, kelaikan dan kecukupan prasarana dan sarana penanganan
sampah;
f. pemantauan, evaluasi, pengumpulan, pemilahan, pengangkutan,
penempatan, pengolahan dan pemanfaatan sampah;
g. penelitian/pengkajian, pengembangan, penerapan dan pemasyarakatan
sistem, metode dan/atau tehnik pengolahan sampah yang efektif, efisien,
mudah, tepat, murah dan ramah lingkungan;
h. penelitian/pengkajian, pengembangan, penerapan dan pemasyarakatan
sistem, metode dan/atau tehnik pemanfaatan sampah yang efektif, efisien,
mudah, tepat, murah, produktif dan ramah lingkungan;
i. pemantauan, evaluasi dan penanganan sampah pada seluruh wilayah
daerah/kota Jakarta secara rutin, konsisten dan berkesinambungan sehingga
terjamin kebersihan kota secara baik;
j. pembangunan, pengembangan, pembinaan, pengawasan, pemantauan,
pengendalian dan evaluasi perilaku kebiasaan dan ketaatan penduduk
membuang sampah pada tempat yang tepat;
k. pembangunan, pengembangan, pembinaan, pengawasan, pemantauan,
pengendalian dan evaluasi partisipasi masyarakat dalam penanganan,
pengolahan dan pemanfaatan sampah;
l. penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kebersihan;
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 23
m. pemantauan, pengawasan dan pengendalian sampah padat di kali, bantaran
kali, sungai, danau, waduk, situ, prasarana dan sarana umum, permukiman,
perumahan, area kerja, badan air, taman dan jalur hijau;
n. pengembangan kerjasama dan kemitraan dengan berbagai pihak dalam
pengelolaan sampah padat;
o. pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan, dan pertanggung-
jawaban penerimaan retribusi kebersihan;
p. pengawasan dan pengendalian ijin di bidang kebersihan;
q. pemberian dukungan teknis kepada masyarakat dan perangkat daerah di
bidang pengelolaan sampah padat;
r. penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan
prasarana dan sarana di bidang kebersihan;
s. pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang Dinas Kebersihan;
t. pengelolaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan Dinas Kebersihan;
u. pengelolaan kearsipan, data dan informasi Dinas Kebersihan; dan
v. pelaporan, dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas
Kebersihan.
Susunan organisasi Dinas Kebersihan, sebagai berikut :
a. Kepala Dinas;
b. Wakil Kepala Dinas;
c. Sekretariat, terdiri dari :
- Subbagian Umum;
- Subbagian Kepegawaian;
- Subbagian Perencanaan dan Anggaran; dan
- Subbagian Keuangan.
d. Bidang Teknik Pengelolaan Kebersihan, terdiri dari :
- Seksi Pembinaan Teknik Kebersihan;
- Seksi Pengembangan Teknik Pengelolaan Kebersihan; dan
- Seksi Pengujian Kebersihan.
f. Bidang Pengendalian Kebersihan, terdiri dari:
- Seksi Pengendalian Kebersihan Darat;
- Seksi Pengendalian Kebersihan Badan Air dan Pesisir Pantai;
- Seksi Penindakan Pelanggaran Kebersihan.
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 24
g. Bidang Prasarana dan Sarana Kebersihan, terdiri dari :
- Seksi Penyediaan;
- Seksi Penyimpanan dan Penyaluran; dan
- Seksi Pemeliharaan.
h. Bidang Peran Serta Masyarakat, terdiri dari :
- Seksi Pengembangan Peran Serta Masyarakat;
- Seksi Pembinaan Usaha Kebersihan; dan
- Seksi Penyuluhan dan Hubungan Masyarakat.
h. Suku Dinas Kebersihan Kota Administrasi;
i. Suku Dinas Kebersihan Kabupaten Administrasi;
j. Unit Pelaksana Teknis;
k. Seksi Dinas Kebersihan Kecamatan; dan
l. Kelompok Jabatan Fungsional.
Adapun masing-masing memiliki penugasan ataupun fungsi sebagai berikut:
§ Kepala Dinas, memiliki fungsi penugasan untuk memimpin dan
mengoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas, mengoordinasikan
pelaksanaan tugas dan fungsi Sekretariat, Bidang, Suku Dinas Kebersihan,
Unit Pelaksana Teknis, dan Kelompok Jabatan Fungsional; melaksanakan
koordinasi dan kerjasama dengan SKPD/UKPD dan/atau Instansi
pemerintah/swasta dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas dan
melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi
Dinas.
§ Wakil Kepala Dinas, membantu Kepala Dinas dalam memimpin pelaksanaan
tugas dan fungsi Dinas; menyelenggarakan koordinasi dan pengendalian atas
pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas; membantu Kepala
Dinas dalam pelaksanaan koordinasi dengan SKPD/UKPD dan Instansi
Pemerintah/swasta dan masyarakat; membantu Kepala Dinas dalam
mengoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Bidang, Suku Dinas dan
Unit Pelaksana Teknis; membantu Kepala Dinas dalam pengembangan
sistem pengendalian internal Dinas Kebersihan; memberikan masukan atau
pertimbangan kepada Kepala Dinas dalam penetapan kebijakan dan regulasi
teknis di bidang kebersihan; melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 25
Kepala Dinas; dan mewakili Kepala Dinas apabila Kepala Dinas berhalangan
melaksanakan tugasnya.
§ Sekretariat, menyusun bahan rencana strategis dan rencana kerja dan
anggaran Sekretariat; pelaksanaan rencana strategis dan dokumen
pelaksanaan anggaran Sekretariat; pengoordinasian penyusunan rencana
strategis dan rencana kerja dan anggaran Dinas; pelaksanaan monitoring,
pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana strategis dan dokumen
pelaksanaan anggaran Dinas oleh unit kerja Dinas; pengoordinasian
penyusunan kebijakan dan regulasi teknis bidang kebersihan; pengelolaan
kepegawaian, keuangan dan barang Dinas; pembinaan dan pengembangan
tenaga fungsional dan tenaga teknis kebersihan; pelaksanaan kegiatan
kerumahtanggaan dan surat-menyurat Dinas; pengelolaan kearsipan Dinas;
pelaksanaan publikasi kegiatan, upacara dan Regulasiacara Dinas;
pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kantor, termasuk asrama
Dinas; pengelolaan teknologi informasi Dinas; pemungutan, pencatatan,
penyetoran, pelaporan penerimaan retribusi kebersihan; pengkoordinasian
penyusunan laporan keuangan, kinerja, kegiatan dan akuntabilitas Dinas;
dan pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi
Sekretariat.
§ Bidang Teknik Pengelolaan Kebersihan, memiliki fungsi untuk penyusunan
bahan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran Bidang Teknik
Pengelolaan Kebersihan; pelaksanaan rencana strategis dan dokumen
pelaksanaan anggaran Bidang Teknik Pengelolaan Kebersihan; penyusunan
bahan kebijakan, pedoman dan standar teknis di bidang teknik pengelolaan
kebersihan; pelaksanaan analisis spesifikasi teknik pengelolaan kebersihan;
pelaksanaan teknis pengelolaan kebersihan; pengkajian dan pengujian
kelayakan rencana investasi dan kerjasama pengelolaan kebersihan;
pemantauan dan penelitian kegiatan pengelolaan kebersihan; pelaksanaan
koordinasi pembinaan teknik operasional pengelolaan kebersihan;
pelaksanaan penelitian, pengembangan dan evaluasi teknologi pengelolaan
kebersihan; pemasyarakatan penerapan dan penggunaan/pemanfaatan hasil
penelitian, pengembangan dan evaluasi teknik pengelolaan kebersihan; dan
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 26
pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Bidang
Teknik Pengelolaan Kebersihan.
§ Bidang Penanganan dan Pengendalian Kebersihan, merupakan Unit Kerja lini
Dinas Kebersihan dalam penanganan dan pengendalian kebersihan.
Mempunyai tugas menyelenggarakan penanganan dan pengendalian
kebersihan dan melakukan penindakan terhadap pelanggaran kebersihan.
§ Bidang Prasarana dan Sarana Kebersihan, merupakan Unit Kerja lini Dinas
Kebersihan dalam pelaksanaan penyediaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pendataan dan pemeliharaan/perawatan prasarana dan
sarana kerja teknis kebersihan. Mempunyai tugas melaksanakan
menyelenggarakan penyediaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pendataan dan pemeliharaan/perawatan prasarana dan sarana kerja teknis
kebersihan;
§ Bidang Pengembangan Peran Serta Masyarakat dan Usaha Kebersihan
merupakan Unit Kerja lini Dinas Kebersihan dalam pelaksanaan
pengembangan peran aktif masyarakat dan usaha kebersihan. Mempunyai
tugas melaksanakan pembinaan dan pengembangan peran aktif masyarakat
dengan instansi terkait dan mitra usaha dalam upaya peningkatan
kebersihan.
§ Suku Dinas Kebersihan Kota Administrasi, merupakan Unit Kerja Dinas
Kebersihan pada Kota Administrasi. Mempunyai tugas melaksanakan usaha
penanggulangan kebersihan di wilayah Kota Administrasi.
§ Suku Dinas Kebersihan Kabupaten Administrasi, Suku Dinas Kebersihan
merupakan Unit Kerja Dinas Kebersihan pada Kabupaten Administrasi. Suku
Dinas Kebersihan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang secara
teknis dan administrasi berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas Kebersihan, serta secara operasional berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati. Suku Dinas Kebersihan
mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kebersihan di Kabupaten
Administrasi.
§ Unit Pelaksana Teknis melaksanakan fungsi pelayanan langsung kepada
masyarakat atau untuk melaksanakan fungsi pendukung terhadap tugas dan
fungsi Dinas Kebersihan.
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 27
§ Seksi Dinas Kebersihan Kecamatan, merupakan Satuan Kerja Dinas
Kebersihan di bawah Suku Dinas. Seksi Dinas Kebersihan Kecamatan hanya
untuk kecamatan Kota Administrasi. Seksi Dinas Kebersihan Kecamatan
dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang secara teknis dan administrasi
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas
dan secara operasional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Camat.
§ Kelompok Jabatan Fungsional, Pejabat fungsional melaksanakan tugas dalam
susunan organisasi struktural Dinas. Dalam rangka mengembangkan
profesi/keahlian/kompetensi Pejabat Fungsional dibentuk Kelompok Jabatan
Fungsional untuk lingkup Dinas dan Subkelompok Jabatan Fungsional untuk
lingkup Suku Dinas atau Unit Pelaksana Teknis.
§ Lembaga pengelola sampah tingkat kecamatan mempunyai tugas:
a. Mengkoordinasikan lembaga pengelolaan sampah tingkat kelurahan;
b. Mengawasi terselenggaranya tertib pengelolaan sampah mulai dari
tingkat rukun warga sampai kelurahan dan lingkungan kawasan; dan
c. Mengusulkan kebutuhan tempat penampungan sementara dan tempat
pengolahan sampah terpadu ke SKPD atau BLUD yang membidangi
persampahan.
Gambar 4.1. Susunan Organisasi Seksi Kebersihan
Tingkat Kecamatan
Kasie Kebersihan Kecamatan
Pengadministrasian Kebersihan
Pelaksana Kebersihan
Pengemudi Kendaraan Pengangkut Sampah
Awak Kendaraan Pengangkut Sampah
Pesada / Penyapu Jalan
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 28
§ Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Persampahan mempunyai tugas
melaksanakan kebijakan, strategi, dan rencana SKPD yang membidangi
persampahan. BLUD Persampahan dalam melaksanakan tugas didasarkan
atas:
a. Terlaksananya pengelolaan sampah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. Tersedianya barang dan/atau jasa layanan untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas pelayanan pengelolaan persampahan;
c. Tertib administrasi pengelolaan persampahan dan pertanggung jawaban
kepada SKPD yang membidangi persampahan.
BLUD Persampahan dapat memungut dan mengelola biaya atas barang
dan/atau jasa layanan pengelolaan sampah sesuai tarif yang ditetapkan
dengan keputusan kepala daerah.
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 29
Gambar 4.2. Bagan Struktur Organisasi Dinas Kebersihan
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 30
Dinamika Pengembangan Struktur Organisasi Dinas Kebersihan
Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 215 Tahun 2012 tentang
Pengintegrasian dan Optimalisasi Pengelolaan Sampah menyatakan bahwa
pelaksanaan pengintegrasian dan optimalisasi pengelolaan sampah pada
sungai, kali, dan situ dari Dinas Pekerjaan Umum ke Dinas Kebersihan dan
pengelolaan sampah pada taman umum, taman makam, serta Kawasan
monumen Nasional dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman ke Dinas
Kebersihan mulai pada tanggal 1 April 2013.
Tabel 4.1. Dinamika Pengembangan Struktur Organisasi Dinas Kebersihan
AspekKelembagaan AspekKelembagaan1.StrukturOrganisasiDinasKebersihan: 1.StrukturOrganisasiDinasKebersihan:-SampahbadanairdikelolaolehDinasPekerjaanUmum -SampahbadanairdikelolaolehDinasKebersihanyaitudikelolaUPKBadanAir
(SetelahperalihantanggungjawabdariDinasPUkeDinasKebersihan,DinasPUtetapmemberikandukungankepadaDinasKebersihanmelaluipengerahan/mobilisasisumberdayamanusia,prasarana,dansarana)
-SampahtamandikelolaolehDinasPertamanandanPemakaman -Sampahpadatamanumum,tamanmakamsertaKawasanMonumenNasionaldikelolaolehDinasKebersihan(SetelahperalihantanggungjawabdariDinasPUkeDinasKebersihan,DinasPUtetapmemberikandukungankepadaDinasKebersihanmelaluipengerahan/mobilisasisumberdayamanusia,prasarana,dansarana)
-TidakterdapatUPTPST(MasihterpisahantaraUPTTPSTRegionaldan -UPTPST(MengelolaUPTTPSTRegionaldanUPTTPSTKota)UPTTPSTKota) -BLUDBertahap-TidakterdapatBLUDBertahap2.SampahpesisirdanpantaidikelolaolehUPKPesisirdanPantai 2.SampahpesisirdanpantaidikelolaolehSukuDinasKepulauanSeribu3.Terdapat5SukuDinasKebersihan:SukuDinasJakartaPusat,SukuDinas 3.Terdapat6SukuDinasKebersihan:SukuDinasJakartaPusat,SukuDinasJakartaBarat,SukuDinasJakartaTimur,SukuDinasJakartaUtara,dan JakartaBarat,SukuDinasJakartaTimur,SukuDinasJakartaUtara,SukuSukuDinasJakartaSelatan DinasJakartaSelatan,danSukuDinasKepulauanSeribu
MasterPlandanKajianAkademisPersampahanTahun2011PenyelesaianDraftMasterPlandenganDinamikaPembangunan
DinasKebersihanTahun2014
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 31
Selain itu lembaga sosial dan administrasi pemerintahan yang terlibat dalam
pengelolaan sampah di Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai berikut:
1. Rukun Warga (RW)
Lembaga pengelola sampah tingkat rukun warga (RW) mempunyai
tugas:
a. Mengkoordinasikan lembaga pengelolaan sampah tingkat rukun
tetangga; dan
b. Mengusulkan kebutuhan tempat penampungan sementara ke lurah.
2. Kelurahan
Kelurahan mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan daerah
yang dilimpahkan dari Gubernur dan mengoordinasikan pelaksanaan
tugas pemerintahan daerah di wilayah Kelurahan.
Susunan organisasi Kelurahan terdiri dari Lurah, Wakil Lurah, Sekretariat
Kelurahan, Seksi Pemerintahan, Ketenteraman dan Ketertiban, Seksi
Perekonomian, Seksi Prasarana dan Sarana, Seksi Kesejahteraan
Masyarakat, Seksi Kebersihan dan Lingkungan Hidup, Seksi Pelayanan
Umum dan kelompok Jabatan Fungsional.
Seksi Kebersihan dan Lingkungan Hidup merupakan unit Kerja
Kelurahan dalam pelaksanaan pemeliharaan kebersihan dan lingkungan
hidup wilayah Kelurahan.
Seksi Kebersihan dan Lingkungan Hidup mempunyai tugas :
a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Kelurahan sesuai dengan lingkup
tugasnya,
b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Kelurahan
sesuai dengan lingkup tugasnya,
c. Memelihara, memonitor, mengawasi dan mengendalikan kebersihan
lingkungan permukiman masyarakat Kelurahan,
d. Melaksanakan kegiatan pengembangan partisipasi masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kebersihan lingkungan permukiman
masyarakat Kelurahan,
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 32
e. Melakukan penanganan pengangkutan sampah dari lingkungan
permukiman masyarakat ke tempat penampungan sementara,
f. Mengembangkan potensi masyarakat dalam penanganan sampah
termasuk pengangkutan sampah dari permukiman masyarakat ke
tempat penampungan sementara,
g. Melakukan pemantauan dan pelaporan secara berkala dan rutin
mengenai keadaan kebersihan permukiman dan kondisi lingkungan
hidup kelurahan,
h. Memfasilitasi kegiatan kebersihan lingkungan permukiman
masyarakat secara swadaya oleh masyarakat,
i. Menyediakan prasarana dan sarana kebersihan lingkungan
permukiman masyarakat Kelurahan,
j. Melakukan koordinasi dengan unit kerja/petugas Dinas Kebersihan
serta Unit Kerja Dinas/Badan, dan/atau pihak terkait, dalam
meningkatkan dan mengembangkan kebersihan permukiman
masyarakat dan lingkungan hidup Kelurahan,
k. Melaporkan kerusakan dan pencemaran lingkungan yang sudah
dan/atau berpotensi mengganggu kesehatan masyarakat dan
lingkungan hidup,
l. Bersama dengan tenaga kesehatan melakukan pemantauan secara
berkala dan rutin terhadap tempat yang berpotensi mengganggu
kesehatan lingkungan seperti kantin, rumah makan, usaha rumah
tangga, industri rumah tangga, toko-toko, saluran air dan hydrant
dan melaporkan hasilnya kepada Unit Kerja Dinas Kesehatan di
wilayah Kelurahan atau Kecamatan,
m. Memelihara dan merawat prasarana dan sarana kebersihan
lingkungan Kelurahan,
n. Menyiapkan bahan laporan Kelurahan yang terkait dengan tugas
Seksi Kebersihan dan Lingkungan Hidup, dan
o. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi
Kebersihan dan Lingkungan Hidup.
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 33
3. LPS Kawasan
Lembaga pengelola sampah pada kawasan komersial, kawasan industri,
fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya mempunyai tugas:
a. menyediakan wadah sampah, fasilitas pemilahan sampah, TPS
dan/atau TPS 3R kawasan dan sarana pengumpulan sampah;
b. mengangkut sampah dari TPS dan /atau TPS 3R kawasan ke TPA;
dan
c. menjamin terwujudnya tertib pengelolaan sampah.
4.1.2.4. Pengembangan Pendanaan
Sumber pembiayaan pengelolaan kebersihan di Provinsi DKI Jakarta adalah APBD
Provinsi DKI Jakarta yang diperoleh dari sebagian pendapatan sektor retribusi
kebersihan.
Jumlah Anggaran Belanja Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta, sesuai dengan
Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD).
Anggaran Belanja terdiri dari Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.
Anggaran digunakan untuk 2 (dua) hal yaitu :
1. Belanja Modal
2. Belanja Rutin, Belanja Rutin terbagi 2 (dua) yaitu untuk (1) belanja
operasional dan (2) belanja perawatan.
Penerapan retribusi sampah Provinsi DKI Jakarta sesuai Perda DKI Jakarta No. 1
tahun 2015 tentang Retribusi Daerah adalah sebagai berikut:
1. Pengangkutan sampah perumahan/rumah tinggal Rp. 0
2. Pengangkutan sampah toko, warung makan, bengkel, apotik, bioskop dan
lain-lain Rp. 25.000 – Rp. 30.000/bulan
3. Pengangkutan sampah minimum 2,5 m3 dari lokasi industri, pusat pertokoan/
plaza, pasar swalayan, hotel dan lain-lain Rp. 40.000/m3
4. Pengangkutan sampah non bahan berbahaya/beracun dari rumah sakit,
poliklinik, laboratorium 1,00 m3 Rp. 25.000,-
5. Pengangkutan sampah dari pasar PD Jaya dan lokasi pedagang Rp.
20.000/m3.
6. Penyediaan tempat pembuangan/pemusnahan akhir sampah akhir sampah
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 34
(TPA sampah) Rp. 25.000/m3.
4.1.2.5. Pengembangan Peran Masyarakat/Swasta/Perguruan Tinggi
1. Peran Serta Masyarakat
Partisipasi masyarakat yang diharap dari sub judul ini ialah keterlibatan
masyarakat dalam tiap tahapan yang dilakukan secara sadar, mulai
perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, peningkatan dan paska
pelaksanaan lainnya.
Jika proses keterlibatan seperti termaksud telah dapat terlaksanakan, dapat
dikatakan bahwa masyarakat telah mempunyai kesadaran tentang arti
penting pengelolaan sampah dengan cara melakukan pemilahan sampah di
sumber denganmenggunakan prinsip 3R. Jika hal tersebut telah dapat
terlaksana, maka program pengelolaan sampah yang ada di Dinas
Kebersihan tinggal dipadukan melalui sosialisasi pada obyek sasaran.
Peran serta masyarakat yang telah ada perlu ditingkatkan karena hal ini
akan memudahkan dalam teknis operasional dan akan menurunkan biaya
pengelolaan kebersihan. Untuk itu diperlukan suatu program secara terpadu,
teratur dan terus-menerus serta bekerja sama dengan organisasi
masyarakat. Upaya yang dilakukan antara lain penerangan atau penyuluhan
akan pentingnya pengelolaan kebersihan yang akan meningkatkan
kesehatan serta menggugah peran serta masyarakat dan organisasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah.
2. Swasta
Diantara berbagai unsur dari penanganan sampah di Kabupaten/Kota yang
dapat penanganannya sebagian diserahkan kepada swasta misalnya
pelayanan pengangkutan sampah di jalan- jalan protokol untuk dibawa ke
lokasi penampungan sementara (TPS), untuk seterusnya dibuang ke tempat
pembuangan akhir (TPA) ataupengelolaan di lokasi TPA. Dalam istilah
keseharian disebut dengan swastanisasi / kemitraan dalam pengelolaan
sampah.Pelayanan pengangkutan sampah oleh swasta ini, pada dasarnya
merupakan bentuk partisipasi masyarakat / swasta (public private
participation) dalam mengatasi masalah kebersihan Provinsi DKI Jakarta.
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 35
4.1.3. Strategi Pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah
Dengan mempertimbangkan sasaran dan tujuan dari rencana strategis Dinas
Kebersihan, yaitu untuk menciptakan lingkungan yang bersih di seluruh wilayah
di DKI Jakarta dengan melibatkan partisipasi masyarakat maupun pihak ketiga,
maka strategi pengembangan sistem pengelolaan sampah adalah sebagai
berikut:
§ Peningkatan penerapan program 3R (Reuse, Reduce, Recycle) pembatasan
timbulan sampah, pemanfaatan dan penggunaan kembali, melalui
peningkatan pemahaman masyarakat dan swasta untuk menerapkan 3R,
penerapan sistem insentif dan disinsentif, mendorong koordinasi lintas sektor
dalam pengelolaan sampah.
§ Peningkatan kualitas penanganan sampah dengan melakukan pemilahan,
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir yang
ramah lingkungan.
§ Melaksanakan optimalisasi prasarana dan sarana yang sudah ada,
meningkatkan kualitas prasarana dan sarana pengelolaan sampah yang
ramah lingkungan.
§ Meningkatkan kapasitas/ kuantitas prasarana dan sarana persampahan yang
ramah lingkungan (TPS, TPS 3R, pengangkutan, TPST/ITF, TPA).
§ Meningkatkan kinerja institusi pengelolaan persampahan (berbasis
masyarakat dan institusi), Regulasi fungsi regulator dan operator.
§ Peningkatan retribusi, peningkatan peran serta swasta dan pengelola
kawasan.
§ Peningkatan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah sejak dari
sumber (pemilahan dan pengurangan), peningkatan pemahaman
pengelolaan sampah sejak dini melalui pendidikan, peningkatan kerjasama
penelitian dan pengembangan dengan perguruan tinggi.
4.1.3.1. Pengembangan Teknis – Teknologis
Daerah Pelayanan
Daerah pelayanan dibagi menjadi 6 (enam) yaitu daerah pelayanan Kotamadya
Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan
Wilayah Administrasi Kepulauan Seribu.
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 36
Pembentukkan zona pelayanan persampahan melalui justifikasi penentuan lokasi
ITF dan TPS 3R, kemudian rencana skenario penetapan ruang layanan serta
fase-fase tahun perencanaan dari tahun 2012 – 2032. Periode perencanaan
dibagi menjadi 4 (empat) fase yaitu sebagai berikut:
- Fase I : Tahun 2012 –2017 (5 Tahun)
- Fase II : Tahun 2017 – 2022 (5 Tahun)
- Fase III : Tahun 2022 – 2027 (5 Tahun)
- Fase IV : Tahun 2027 – 2032 (5 Tahun)
Pemilahan Sampah
a. Rumah Tangga harus memilah sampah sesuai jenisnya.
b. Pewadahan sampah dibedakan menjadi tiga unit pewadahan untuk setiap
sumber masing-masing untuk sampah organik, sampah an organik dan
sampah B3.
c. Pola pewadahan terdiri dari jenis pola yaitu pewadahan individual dan
pewadahan komunal.
d. Pewadahan individual diletakkan pada setiap sumber sampah. Bentuk
pewadahan individual tidak ditentukan secara seragam, tergantung setara
dan kemampuan dari pemiliknya.
e. Pewadahan komunal lebih diperuntukkan didaerah permukiman padat,
taman kota, jalan, dan pasar. Bentuknya ditentukan oleh pihak pengelola
karena sifatnya umum.
f. Dimensi pewadahan sepenuhnya dipengaruhi oleh jumlah orang dan
kegiatannya di awasan tersebut. Dalam pemilihan sarana pewadahan
disarankan untuk mempertimbangkan:
- Volume sampah;
- Jenis sampah;
- Penempatan;
- Jadwal pengumpulan;
- Jenis sarana pengumpulan dan pengangkutan.
Kriteria sarana pewadahan sampah dengan pola pewadahan individual adalah:
a. Kedap air dan udara;
b. Mudah dibersihkan;
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 37
c. Harga terjangkau;
d. Ringan dan mudah diangkat;
e. Bentuk dan warna estetis;
f. Memiliki tutup supaya higienis;
g. Mudah diperoleh; dan
h. Volume pewadahan untuk sampah yang dapat digunakan ulang, untuk
sampah yang dapat didaur ulang, dan untuk sampah lainnya minimal 3 hari
serta 1 hari untuk sampah yang mudah terurai.
Beberapa persyaratan pewadahan dengan pemilahan dari sumber yaitu sebagai
berikut:
a. Jumlah sarana harus sesuai dengan jenis pengelompokan sampah;
b. Diberi label atau tanda;
c. Dibedakan berdasarkan warna, bahan, dan bentuk.
Pengumpulan Sampah
Peningkatan kualitas penanganan sampah dengan melakukan pengumpulan
sampah yang telah dipilah melalui :
a. Regulasi jadwal pengumpulan sesuai dengan jenis sampah terpilah dari
sumber sampah.
b. Penyediaan sarana pengumpul sampah terpilah berupa motor sampah,
gerobak sampah dan/atau sepeda sampah.
c. Penyediaan TPS, TPS 3R, dan/atau alat pengumpul sampah terpilah oleh
pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya.
d. Penyediaan TPS dan/ atau TPS 3R oleh pemerintah kabupaten/kota untuk
wilayah permukiman.
Pengangkutan Sampah
Pelaksanaan pengangkutan sampah dengan beberapa ketentuan:
a. Menyediakan sarana dan jadwal pengangkutan sampah yang terpilah.
b. Menambah jumlah sarana pengangkutan sampah berupa dump truck/ tipper
truck, armrol truck, compactor truck, street sweeper vehicle, dan trailer.
c. Memaksimalkan kapasitas kendaraan angkut yang digunakan.
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 38
d. Rute pengangkutan sependek mungkin dan hambatan sekecil mungkin.
e. Frekuensi pengangkutan dari TPS ata TPST dilakukan sesuai dengan jumlah
sampah yang ada.
f. Ritasi dilakukan dengan mempertimbangkan efiesiensi dan efektifitas
pengangkutan.
g. Peningkatan kualitas sarana pengangkutan sampah dengan
mempertimbangkan umur teknis peralatan, kondisi jalan daerah operasi,
jarak tempuh, karakteristik sampah, dan daya dukung fasilitas pemeliharaan.
Pengolahan Sampah
Peningkatan kualitas penanganan sampah dengan melakukan pengolahan
sampah melalui :
a. Teknologi pengolahan secara fisik berupa pengurangan ukuran sampah,
pemadatan, pemisahan secara magnetis, masa – jenis, dan optik.
b. Teknologi pengolahan secara kimia berupa pembubuhan bahan kimia atau
bahan lain agar memudahkan proses pengolahan selanjutnya.
c. Teknologi pengolahan secara biologi berupa pengolahan secara aerobic
dan/atau secara anaerobic seperti pengomposan dan/atau biogasifikasi.
d. Teknologi pengolahan secara termal berupa insinerasi, pirolisis dan/atau
gasifikasi.
e. Pengolahan sampah dapat pula dilakukan dengan menggunakan teknologi
lain sehingga dihasilkan bahan bakar seperti Refused Derified Fuel (RDF).
f. Penyediaan fasilitas pengolahan sampah TPS 3R, SPA, TPA, dan/atau TPST.
Pemrosesan Akhir Sampah
Peningkatan kualitas TPA untuk penanganan residu sampah dan kegiatan
pengomposan untuk mengantisipasi apabila belum beroperasinya pengolahan
sampah di TPS 3R dan TPST.
4.1.3.2. Pengembangan Pengaturan
Meningkatkan Pengaturan fungsi regulator melalui:
a. Pemberian norma, standar, prosedur, dan kriteria.
b. Diseminasi peraturan perundang – undangan.
c. Pendidikan dan pelatihan.
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 39
d. Fasilitasi penyelesaian perselisihan antar daerah.
e. Fasilitasi kerja sama pemerintah daerah, badan usaha dan masyarakat.
f. Fasilitasi bantuan teknis.
g. Terciptanya interaktif antara pemda, pengatur, penyelenggara jasa, dan
pelanggan masyarakat.
h. Regulasi yang lebih menarik terhadap investasi swasta.
i. Transparansi data & informasi yang aktif kepada stakeholders.
4.1.3.3. Pengembangan Kelembagaan
Untuk melaksanakan pengelolaan (pengurangan dan penanganan) sampah pada
sumber timbulan sampah, pemerintah perlu membentuk lembaga pengelola
sampah (LPS). Untuk itu pemerintah daerah diharapkan secara proaktif
memfasilitasi pembentukan lembaga pengelola sampah (LPS) di desa/kelurahan,
kawasan komersial, kawasan industri, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas
lainnya, sesuai dengan kebutuhan.
Meningkatkan kualitas kelembagaan pengelola sampah dengan cara :
a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui proses perekrutan dan
pelatihan.
b. Meningkatkan kerjasama dengan pemangku kepentingan lain.
c. Insentifikasi regionalisasi pelayanan sampah.
d. Pemisahan fungsi dan tanggung jawab yang tegas antara penentu kebijakan
dengan pengatur, dan penyelenggara jasa.
4.1.3.4. Pengembangan Pendanaan
Mengingat pelanggan persampahan berasal dari tingkat dan golongan
masyarakat yang berbeda kemampuan keuangan/ daya belinya, maka diperlukan
perkiraan pendatan tarif retribusi persampahan dengan memperhitungkan :
a. Penyesuaian tarif per golongan pelanggan dan perjenis pelayanan.
b. Perkiraan jumlah pelanggan per golongan pelanggan dan per jenis
pelayanan.
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 40
4.1.3.5. Pengembangan Peran Masyarakat/Swasta/Perguruan Tinggi
Masyarakat berperan serta dalam proses pengambilan keputusan,
penyelenggaraan, dan pengawasan penyelenggaraan PSP (Prasarana dan Sarana
Persampahan) yang dilaksanakan oleh Pemerintah atau Pemerintah daerah.
Peran serta masyarakat dapat berupa :
a. Memberikan laporan, usul, pertimbangan, dan/atau saran kepada
pemerintah.
b. Memberikan saran dan pendapat dalam perumusan kebijakan dan strategi
c. Melaksanakan kegiatan pengelolaan sampah yang dilakukan secara mandiri
dan/atau bermitra dengan pemerintah.
d. Memberikan pendidikan dan pelatihan, kampanye, dan pendampingan oleh
kelompok masyarakat kepada anggota masyarakat dalam penanganan
sampah.
Peran serta dengan swasta dapat dilakukan pada tahap pengangkutan,
pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah pada sebagian atau seluruh wilayah
pelayanan.
Peran serta dengan perguruan tinggi dapat dilakukan dengan melakukan
penelitian dan pengembangan teknologi ramah lingkungan yang aplikatif sesuai
dengan kebijakan dan strategi nasional untuk mendukung kegiatan penanganan
sampah.
4.2. RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH
4.2.1. Teknis – Teknologis
4.2.1.1. Pembagian Zona Pelayanan
Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah Kota Administrasi dan wilayah
Kabupaten Administrasi kepulauan seribu yang terdiri dari 44 kecamatan. Master
Plan Persampahan tahun 2011 direncanakan zona pelayanan sampah yang
ditentukan melalui justifikasi penentuan lokasi ITF dan TPS 3R yang terdiri dari 4
opsi. Pada penyelesaian Master Plan Persampahan Tahun 2014 dengan
berkembangnya dinamika pembangunan Dinas Kebersihan maka dalam
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 41
pembagian zona pelayanan untuk tiap kelurahan pada masing – masing
kecamatan di Provinsi DKI Jakarta akan direncanakan 1 (satu) TPS 3R.
Untuk zonasi pelayanan pengelolaan sampah secara mandiri direncanakan
beberapa zona tiap wilayah administrasi di Provinsi DKI Jakarta. Jumlah
pembagian zona pengelolaan sampah secara mandiri dapat dilihat pada Tabel
4.2. berikut:
Tabel 4.2. Zonasi Pelayanan Pengelolaan sampah Secara Mandiri
Provinsi DKI Jakarta
Sumber : Dinas Kebersihan, 2014
4.2.1.2. Tujuan, Target Pengurangan dan Penanganan Sampah
Tujuan Pengelolaan Sampah
a. mewujudkan lingkungan yang sehat dan bersih dari sampah;
b. meningkatkan peran serta masyarakat dan pelaku usaha untuk secara aktif
mengurangi dan/atau menangani sampah yang berwawasan lingkungan;
c. menjadikan sampah sebagai sumber daya yang memiliki nilai ekonomis;
d. mewujudkan pelayanan prima.
Target Pengurangan Sampah
Perencanaan Masterplan Persampahan mempunyai beberapa target yaitu target
pengurangan sampah dan target pengurangan emisi gas :
a. Target Pengurangan Sampah:
- Tahun 2012 - 2017 ditargetkan pengurangan sampah sebesar 21%
- Tahun 2017 - 2022 ditargetkan pengurangan sampah sebesar 30%
- Tahun 2022 - 2027 ditargetkan pengurangan sampah sebesar 36%
- Tahun 2027 – 2032 ditargetkan pengurangan sampah sebesar 42%
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 42
b. Target Pengurangan Emisi Gas:
- Tahun 2012 - 2017 ditargetkan pengurangan sampah sebesar 10%
- Tahun 2017 - 2022 ditargetkan pengurangan sampah sebesar 20%
- Tahun 2022 - 2027 ditargetkan pengurangan sampah sebesar 30%
- Tahun 2027 - 2032 ditargetkan pengurangan sampah sebesar 40%
Pengurangan Sampah dilakukan melalui kegiatan:
a. pembatasan timbulan sampah;
b. pendauran ulang sampah; dan/atau
c. pemanfaatan kembali sampah.
Pengurangan sampah dilakukan dengan cara :
a. menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, bahan yang dapat didaur
ulang dan/atau bahan yang mudah diurai oleh proses alam; dan/atau
b. mengumpulkan dan menyerahkan kembali sampah dari kemasan dan/atau
produk yang sudah digunakan.
Pengurangan emisi gas dilakukan dengan cara jangan membakar sampah di
pekarangan rumah karena asapnya yang mengeluarkan gas CO2 dan dioksin.
Penanganan Sampah
Penanganan sampah terdiri dari 5 (lima) sub sistem yaitu pemilahan,
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir. Untuk rencana
pengembangan dan sarana prasarana masing-masing sub sistem akan dijelaskan
pada sub bab 4.2.1.5.
4.2.1.3. Kriteria Perencanaan
a. Periode perencanaan minimal 10 (sepuluh) tahun
b. Sasaran dan prioritas penanganan
Sasaran pelayanan pada tahap awal prioritas harus ditujukan pada daerah
yang telah mendapatkan pelayanan saat ini, daerah berkepadatan tinggi
serta kawasan strategis. Setelah itu prioritas pelayanan di arahkan pada
daerah pengembangan sesuai dengan arahan dalam perencanaan induk
kota.
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 43
c. Strategi penanganan
- Kondisi pelayanan eksisting termasuk keberadaan TPA dan masalah
pencemaran yang ada.
- Urgensi masalah penutupan dan rehabilitasi TPA eksisting serta pemilihan
lokasi TPA baru baik untuk skala kota maupun lintas kabupaten/ kota
atau lintas provinsi.
- Komposisi dan karakteristik sampah.
- Mengurangi jumlah sampah yang diangkut dan ditimbun di TPA secara
bertahap (hanya residu yang dibuang di TPA).
- Potensi pemanfaatan sampah dengan kegiatan 3R yang melibatkan
masyarakat dalam penanganan sampah di sumber melalui “bank
sampah”.
- Potensi pemanfaatan gas bio dari sampah di TPA
- Pengembangan pelayanan penangan sampah
- Penegakkan peraturan (law enforcement)
- Peningkatan manajemen pengoperasian dan pemeliharaan
d. Kebutuhan pelayanan
- Proyeksi penduduk harus dilakukan untuk interval 5 tahun selama
periode perencanaan.
- Proyeksi timbulan sampah setiap interval 5 tahun.
- Kebutuhan lahan TPA
- Kebutuhan prasarana dan sarana persampahan (pemilahan,
pengangkutan, TPS, TPS 3R, SPA, FPSA, TPST, dan TPA)
4.2.1.4. Proyeksi Timbulan Sampah, Komposisi dan Karakteristik Sampah
Berikut proyeksi jumlah timbulan sampah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012 –
2032 dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 44
Tabel 4.3. Proyeksi Timbulan Sampah Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2012 – 2032
No. Tahun TimbulanSampah(ton/hari)1 2012 67162 2017 72703 2022 78714 2027 85215 2032 9225
Sumber : Hasil Analisa, 2011
Data komposisi dan karakteristik sampah di 5 Wilayah Administrasi DKI Jakarta,
dari Informasi Dinas Kebersihan Triwulan I Tahun 2010 yaitu, sampah organik
sebesar 55,37% dan sampah non organik sebesar 44,63%, informasi lebih
lengkapnya seperti terlihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Komposisi dan Karakteristik Sampah
di 5 Wilayah Administrasi DKI Jakarta 2010
No. Jenis Karakteristik Sampah Persentase
(%)
I Organik 55,37 II Anorganik 44,63 1. Kertas 20,57 2. Plastik 13,25 3. Kayu 0,07 4. Kain & Tekstil 0,61 5. Karet / Kulit Tiruan 0,19 6. Logam / Metal 1,06 7. Kaca / Gelas 1,91 8. Sampah Bongkahan 0,81 9. Sampah B3 1,52
10. Lain-lain (Batu, Pasir, dll) 4,65 Total 100
Sumber: Dinas Kebersihan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Informasi Data Pengelolaan Kebersihan Triwulan I 2010, Januari-Maret Tahun 2010
4.2.1.5. Perencanaan Prasarana dan Sarana Persampahan
Prasarana dan sarana pengelolaan sampah, terdiri atas:
a. Wadah Sampah;
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 45
Menurut Perda No. 3 Tahun 2013 pewadahan dikelompokkan menjadi 3 jenis
sampah yaitu wadah hijau untuk sampah organik, wadah kuning untuk
sampah anorganik, dan wadah merah utnuk sampah B3. Sedangkan
menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor
03/PRT/M/2013 pewadahan dikelompokkan menjadi 5 jenis, yaitu :
- Hijau : Sampah Organik
- Kuning : Sampah Guna Ulang
- Merah : Sampah B3
- Biru : Sampah Daur Ulang
- Abu - abu : Residu
Perencanaan pemilahan dan pewadahan sampah pada masing – masing
periode perencanaan, yaitu sebagai berikut :
- Tahun 2012 - Tahun 2017
(Pewadahan dikelompokkan menjadi 3 jenis sampah)
- Tahun 2017 - Tahun 2022
(Pewadahan dikelompokkan menjadi 5 jenis sampah)
- Tahun 2022 - Tahun 2027
(Pewadahan dikelompokkan menjadi 5 jenis sampah)
- Tahun 2027 - Tahun 2032
(Pewadahan dikelompokkan menjadi 5 jenis sampah)
b. Tempat Penampungan Sementara (TPS)
Penyediaan jumlah TPS pada masing-masing kecamatan dengan jumlah
sampah yang mampu dikelola oleh TPS dapat dihitung berdasarkan jumlah
penduduk.
Berdasarkan jumlah penduduk dan jumlah TPS yang dimiliki masing-masing
kecamatan pada kondisi eksisting yaitu dipo, pool container, dan TPS Indoor,
maka kemudian dihitung jumlah TPS khususnya dipo yang sebaiknya
disediakan oleh masing-masing kecamatan pada tahun 2012-2032.
Berdasarkan SNI 19-2454-2002 tentang tata cara teknik operasional
pengelolaan persampahan, dipo memiliki beberapa tipe. Setelah disesuaikan
dengan kondisi eksisiting maka dipo kemudian dibagi menjadi 4 tipe:
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 46
1. Tipe 1 yaitu 180 m2 dan dapat melayani 3.600 KK atau 18.000 jiwa
2. Tipe 2 yaitu 200 m2 dan dapat melayani 4.000 KK atau 20.000 jiwa
3. Tipe 3 yaitu 250 m2 dan dapat melayani 5.000 KK atau 25.000 jiwa
4. Tipe 4 yaitu 300 m2 dan dapat melayani 6.000 KK atau 30.000 jiwa
Sedangkan pool container dan TPS Indoor masing-masing mampu melayani
640 KK atau 3.200 jiwa dan 500 KK atau 2.500 jiwa.
Hasil perhitungan untuk kebutuhan jumlah TPS masing-masing Wilayah
adalah sebagai berikut pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Hasil perhitungan untuk kebutuhan jumlah TPS masing-
masing Wilayah
Fase 1.
REKAPITULASI KEBUTUHAN TPS PADA MASING-MASING WILAYAH
WILAYAH Pusat Utara Barat Selatan Timur
TAHUN 180
m2
200
m2
180
m2
200
m2
180
m2
200
m2
180
m2
200
m2
180
m2
200
m2
2012 26 24 64 58 86 77 75 67 95 86
2013 27 24 66 59 88 79 77 69 98 88
2014 28 25 67 61 90 81 78 71 100 90
2015 28 26 69 62 95 85 80 72 103 93
2016 29 26 70 63 97 87 82 74 105 95
Fase 2.
REKAPITULASI KEBUTUHAN TPS PADA MASING-MASING WILAYAH
WILAYAH Pusat Utara Barat Selatan Timur
TAHUN 180
m2
200
m2
180
m2
200
m2
180
m2
200
m2
180
m2
200
m2
180
m2
200
m2
2017 30 27 72 65 97 87 84 76 108 97
2018 31 28 74 66 99 89 86 78 111 100
2019 32 29 75 68 101 91 89 80 113 102
2020 33 29 77 69 104 93 91 82 116 105
2021 33 30 79 71 106 95 93 83 119 107
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 47
Fase 3.
REKAPITULASI KEBUTUHAN TPS PADA MASING-MASING WILAYAH
WILAYAH Pusat Utara Barat Selatan Timur
TAHUN 180
m2
200
m2
180
m2
200
m2
180
m2
200
m2
180
m2
200
m2
180
m2
200
m2
2022 34 31 81 72 108 98 95 85 122 110
2027 39 35 90 81 121 109 106 96 137 123
Fase 4.
REKAPITULASI KEBUTUHAN TPS PADA MASING-MASING
WILAYAH
WILAYAH Pusat Utara Barat Selatan Timur
TAHUN 180
m2
200
m2
180
m2
200
m2
180
m2
200
m2
180
m2
200
m2
180
m2
200
m2
2032 45 40 100 90 135 121 119 107 153 138
c. Penyapuan Jalan
Untuk kegiatan penanganan persampahan jalan secara umum dibedakan
atas teknik pelaksanaannya, yakni penyapuan dilakukan dengan cara
mekanis dengan menggunakan kendaraan khusus (street sweeper truck) dan
cara-cara manual dengan menggunakan tenaga manusia secara
berkelompok (beregu).
Peralatan tiap regu terdiri:
- 1 Unit gerobak sampah
- 1 Unit gerobak celeng
- 480 Unit Sapu lidi
- 120 Unit Gagang Sapu Lidi
- 480 Unit pengki plastik
- 10 Unit Serokan/Sekop
- 20 Unit Sepatu Boot
- 30 Unit Sarung Tangan
- 30 Unit Masker
- 10 Unit Jas Hujan
- 10 Unit helm
- 20 Unit Pakaian Seragam
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 48
- Rambu kerucut pengaman jalan
Peralatan perorangan
- 1 gerobak celeng
- 1 pengki
- 1 keranjang loa
- 1 sapu lidi gagang panjang
- 1 Sepatu Boot
- 1 Sarung Tangan
- 1 Masker
- 1 Jas Hujan
- 1 helm
- Rambu kerucut pengaman jalan
Objek penyapuan jalan meliputi penyapuan antara lain:
1. Badan jalan, badan jalan relatif bersih karena turbulensi dari laju
kendaraan maka bagian badan jalan yang disapu oleh Pesada adalah
sisi-sisi badan jalan (terdiri dari 2 sisi untuk tiap jalur jalan) dengan
lebar penyapuan jalan 1,00 meter dari pinggir jalan;
2. Trotoar atau tempat pejalan kaki. Tempat pejalan kaki biasanya lebih
tinggi 10-20 cm dari badan jalan. Jika dibandingkan dengan badan jalan
tempat pejalan kaki relatif lebih kotor. Lebar penyapuan untuk trotoar
adalah 0,50 meter dari pinggir sisi jalan
Profil Potongan Melintang Jalan ( 4 Sisi )
Profil Potongan Melintang Jalan 8 Sisi (dengan jalur busway)
Gambar 4.3. Profil Potongan Melintang Jalan
BADAN JALAN TROTOAR 2TROTOAR 1
C
SISIJALAN 1
L JALAN
SISIJALAN 2
BADAN JALAN MEDIAN JALAN
SISIJALAN 3
SISIJALAN 4
CL JALAN
JALUR BUSWAY3.44 MTROTOAR 1 BADAN JALAN
JALUR BUSWAY3.44 M
MEDIAN JALAN / TROTOAR /HALTE BUSWAY TROTOAR 2BADAN JALAN
SISIJALAN 1
SISIJALAN 2
SISIJALAN 3
SISIJALAN 4
SISIJALAN 8
SISIJALAN 7
SISIJALAN 6
SISIJALAN 5
SEPARATOR
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 49
Untuk dapat terlaksananya kebersihan, perlu dilakukan penyapuan yang
frekuensi penyapuan dikaitkan dengan intensitas timbunan sampah untuk
kemudian dikumpulkan ke TPS dan diangkut ke TPA dan penyapuan yang
dilaksanakan harus dapat menciptakan kondisi kebersihan secara
menyeluruh sepanjang hari. Tahapan penyapuan yang dilaksanakan
meliputi:
1. Jalur-jalur jalan protokol atau yang sejenis, yang mempunyai tingkat
pengendalian kebersihan yang tinggi, perlu tahapan penyapuannya
sebanyak 2 (dua) kali shift dalam waktu sehari (termasuk istirahat
selama 1 jam untuk setiap shift).
2. Jalur-jalur non protokol atau yang sejenis yang mempunyai tingkat
pengendalian kebersihan sedang, perlu tahapan penyapuan sebanyak 2
(dua) shift (termasuk istirahat selama 1 jam untuk setiap shift)
3. Jalur-jalur jalan lingkungan atau sejenis yang mempunyai tingkat
pengendalian kebersihan rendah, cukup penyapuannya sebanyak 1
(satu) shift
Untuk dapat terlaksananya kebersihan, perlu dilakukan penyapuan yang
frekuensinya dikaitkan dengan intensitas timbunan sampah untuk kemudian
dikumpulkan dan diangkut ke TPA dan penyapuan yang dilaksanakan harus
dapat menciptakan kondisi kebersihan secara menyeluruh sepanjang hari.
Penyapuan merupakan kegiatan pengumpulan sampah dari jalan/taman yang
dilakukan oleh masyarakat atau petugas dengan cara manual ataupun mekanis.
Penyapuan jalan lingkungan merupakan salah satu bentuk tanggung jawab
masyarakat untuk mengumpulkan sampah yang berceceran di halaman,
saluran, dan jalan depan rumahnya; sementara Pemerintah bertanggung
jawab atas penyapuan jalan kota, dengan prioritas pada daerah pusat kota,
pusat pemerintahan, perdagangan, dan tempat-tempat umum yang
dianggap strategis.
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 50
Penyapuan secara manual dilakukan dengan menggunakan peralatan sapu
dengan tenaga kerja orang (pesada) yang bekerja mengumpulkan sampah
dari jalan areal penyapuan ke wadah penampung.
Penyapuan secara mekanis dilakukan dengan menggunakan peralatan truck
sweeper yang dilengkapi dengan sistem vaccum untuk menghisap sampah
masuk ke dalam bak truck. Penggunaan tenaga kerja terbatas pada
kebutuhan sopir truck sweeper dilengkapi dengan tenaga kru serta tenaga
mekanik.
Beban penyapuan jalan secara manual umumnya adalah sepanjang 600-
1000 meter sisi jalan/petugas/hari. Bila petugas harus menyapu kedua sisi
jalan maka beban penyapuan cukup 300-500 meter panjang jalan.
d. TPS 3R
Tempat Pengolahan Sampah dengan Prinsip 3R (reduce, reuse dan recycle),
yang selanjutnya disingkat TPS 3R, adalah tempat dilaksanakannya kegiatan
pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan pendauran ulang skala
kawasan.
Berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2014 tentang RDTR
dan peraturan zonasi Provinsi DKI Jakarta, TPS 3R direncanakan pada
masing – masing kelurahan di Provinsi DKI Jakarta memiliki 1 (satu) TPS 3R,
berikut rencana pembangunan TPS 3R tiap periode perencanaan dapat
dilihat pada Tabel. 4.6. berikut :
Tabel 4.6. Tabel Rencana Pembangunan TPS 3R
Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012 – 2032
Wilayah Rencana Pembangunan TPS 3R
Fase I Fase II Fase III Fase IV Total
Jakarta Pusat 19 13 8 4 44 Jakarta Timur 28 19 12 6 64 Jakarta Selatan 28 18 13 6 65 Jakarta Barat 24 16 11 5 56 Jakarta Utara 13 9 6 3 31 Kepulauan Seribu 2 2 0 0 4
Sumber :Hasil Analisa, 2014
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 51
e. Intermediate Treatment Facility (ITF)/ Fasilitas Pengolahan Sampah Antara
(FPSA)
Teknologi pengolahan sampah saat ini sudah berkembang menjadi sistem
pengolahan dengan berbagai macam alternatif. Teknologi sampah sangat
direkomendasikan terutama pada daerah dengan timbulan sampah yang
relatif tinggi, dengan daya dukung lingkungan yang semakin terbatas. Maka
pada Master Plan Tahun dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI
Jakarta akan direncanakan pengolahan persampahan dengan membangun 4
(empat) sarana ITF (Intermediate Treatment Facility) untuk mengolah
sampah di Provinsi DKI Jakarta, yaitu sebagai berikut :
a. ITF Sunter (Kapasitas 1000 ton/hari)
b. ITF Cakung – Cilincing (Kapasitas 1000 ton/hari – 2000 ton/hari)
c. ITF Marunda (Kapasitas 1500 ton/hari – 2000 ton/hari)
d. ITF Duri Kosambi (Kapasitas 1000 ton/hari).
f. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Teknis pengelolaan sampah di TPA Bantargebang, khususnya untuk
menampung residu sampah sisa pengolahan, menggunakan metode sanitary
landfill. Sanitary landfill adalah metode teknik pembuangan sampah padat
dengan penyebaran lapisan, serta memadatkan sampah agar volume dapat
berkurang. Diharapkan penggunaan metode ini setiap harinya dapat
meminimalkan polusi lingkungan.
Untuk menghitung umur teknis dapat dilakukan dengan dua metode
pendekatan, yaitu secara empiris maupun pendekatan teoritis. Perhitungan
secara empiris didapatkan melalui penyederhanaan perhitungan atau yang
dikenal dengan pemodelan dengan menggunakan asumsi-asumsi dasar.
Untuk perhitungan usia teknis dilakukan pendekatan secara teoritis, dengan
pertimbangan hasil pengukuran ketinggian aktual di TPA yang tetap, bahkan
meningkat pada beberapa zona. Perhitungan secara teoritis menggunakan
asumsi dasar sebagai berikut :
1. Bentuk tumpukan dimodelkan dalam bentuk persegi, setelah
ketinggiannya dirata-ratakan.
2. Volume sampah yang masuk ke TPA diasumsikan tetap setiap harinya.
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 52
3. Berat jenis sampah di sumber sebesar 0,18 ton/m3.
4. Berat jenis sampah di pengumpulan sebesar 0,25 ton/m3.
5. Berat jenis sampah di sel harian sebesar 0,60 ton/m3 akibat adanya
pemadatan dengan alat berat.
6. Berat jenis sampah di bukit sampah TPA sebesar 1,00 sampai dengan
1,05 ton/m3, disebabkan adanya proses dekomposisi sampah organik
menjadi asam, mineral dan gas, serta proses settlement.
7. Reduksi sampah oleh pemulung untuk sementara diabaikan.
8. Volume tanah urugan (cover soil) sebanyak 15 % (ketebalan 20-30 cm
setiap ketinggian sampah 2 m).
9. Dengan demikian volume sampah yang masuk akan dikalikan koefisien
sebagai berikut :
a. Volume sampah dari sumber hingga sel harian dikonversi sebesar
0,30
b. Volume sampah dari sumber hingga menjadi bukit sampah
dikonversi sebesar 0,18
c. Volume sampah dari pengumpulan hingga sel harian dikonversi
sebesar 0,42
d. Volume sampah dari pengumpulan hingga bukit sampah dikonversi
sebesar 0,25
e. Perhitungan cover soil adalah 15% dari volume sampah yang telah
dikalikan dengan koefisien 0,42
Untuk memperpanjang usia TPA Bantargebang dapat dilakukan peningkatan
teknologi di TPA. Beberapa rencana peningkatan pengolahan antara lain:
penambangan lahan landfill (mining landfill), pembangunan SLC (Sanitary
Landfill Cell). Peningkatan teknologi di TPA Bantargebang bertujuan untuk
mengurangi sampah yang dibuang ke sanitary landfill. Dengan demikian
penambahan teknologi akan berakibat pada bertambahnya usia TPA
Bantargebang.
Berdasarkan rencana pengembangan teknologi pengolahan sampah oleh
pengelola swasta di TPA Bantargebang, maka beberapa teknologi yang akan
diterapkan meliputi antara lain:
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 53
- Tahun 2014 – 2032: Komposting sebanyak 550 Ton/hari (raw waste)
dengan tingkat residue sebanyak 20%
- Tahun 2014 – 2032: Pyrolisis sebanyak 350 Ton/hari (raw waste) dengan
tingkat residue sebanyak 10%
- Tahun 2014 – 2032: Structured Landfill Cell (SLC) sebanyak 1000
Ton/hari (raw waste) dengan tingkat residue sebanyak 10%.
Apabila skenario dengan pengolahan sampah di TPA Bantargebang ini
diimplementasikan, maka dapat diperkirakan bahwa volume sampah masuk
di landfill akan dapat berkurang hingga 50% nya.
g. Sarana Pengumpulan Sampah
Pola Komunal Langsung
Sarana yang digunakan pada pola komunal langsung adalah kendaraan truck
yang dapat berupa dump truck atau compactor truck.
Pola Komunal Tidak Langsung
Yaitu pola pengumpulan sampah yang dilakukan langsung oleh
masyarakat/sumber dengan membawa sampah dan meletakkannya ke dalam
tempat penampungan sementara (TPS).
Cara ini biasa digunakan untuk melayani kawasan yang sangat padat dengan
tingkat ekonomi yang relatif rendah sehingga masyarakat lebih memilih
membawa sampahnya sendiri daripada membayar petugas pengumpul.
Kriteria pengumpulan sampah adalah :
Operasional pola pengumpulan komunal tidak langsung dilakukan dengan
prosedur sebagai berikut :
a. Masyarakat membawa sampah dari rumah dan meletakkan di
TPS/container terdekat, sesuai waktu yang telah disepakati
b. Kendaraan truck akan mengosongkan/memindahkan sampah dari
TPS/container ke truk sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dan
membawanya ke TPA Bantargebang
Sarana pengumpulan komunal tidak langsung pada saat ini masih
menggunakan TPS pasangan bata dan container logam. TPS pasangan bata
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 54
pada umumnya sering menimbulkan masalah estetika sehingga diharapkan
secara bertahap dapat digantikan dengan TPS berupa container logam.
Kriteria sarana yang tidak kalah penting lainnya adalah, dibedakannya jenis
sampah yang terkumpul, sekurang-kurang menjadi 3 jenis sampah, yaitu
sampah organik, sampah non organik serta sampah B3.
Gambar 4.4.
Pola pengumpulan komunal tidak langsung
Kebutuhan Sarana Pengumpulan (Gerobak Sampah Motor, Mobil Lintas)
Kebutuhan sarana pengumpulan berupa gerobak motor, dihitung
berdasarkan SNI 3242 – 2008.
Sementara komposisi gerobak motor dihitung dengan melihat pada
komposisi prosentase penduduk kumuh serta menengah ke atas. Prosentase
kekumuhan didapatkan dari data RTRW Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011.
Penggunaan gerobak sampah manual sudah tidak direncanakan dalam
pengembangan sub sistem pengumpulan. Untuk kebutuhan pelayanan
sampah penduduk strata dan kumuh menggunakan sarana gerobak motor.
Wilayah pelayanan untuk gerobak motor pada tiap-tiap fase disajikan pada
tabel berikut ini.
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 55
Tabel 4.7. dibawah ini akan menjabarkan kebutuhan gerobak sampah pada
Fase 1.
Tabel 4.7.
Kebutuhan Gerobak Motor Sampah pada Fase 1
Tabel 4.8. dibawah ini adalah kebutuhan gerobak sampah pada Fase 2.
Tabel 4.8.
Kebutuhan Gerobak Motor Sampah pada Fase 2
Tabel 4.9. dibawah ini adalah kebutuhan gerobak sampah pada Fase 3.
Tabel 4.9.
Kebutuhan Gerobak Motor Sampah pada Fase 3
Tabel 4.10. dibawah ini adalah kebutuhan gerobak sampah pada Fase 4.
Tabel 4.10.
Kebutuhan Gerobak Motor Sampah pada Fase 4
Adapun untuk kebutuhan mobil lintas, Perhitungan di bawah ini
menggunakan asumsi: Volume angkutan mobil lintas diperkirakan sebesar
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 56
10% dari sampah yang diangkut dari sumber menuju TPA. Sehingga
kebutuhan angkutan mobil lintas adalah sebesar:
Tabel 4.11.
Kebutuhan Mobil Lintas pada Fase 1
TAHUN
PUSAT UTARA BARAT SELATAN TIMUR
Mobil
lintas
Mobil
lintas
Mobil
lintas Mobil
lintas
Mobil
lintas
2012 2 8 11 10 12 2013 2 9 12 8 14 2014 9 16 22 20 25 2015 9 16 22 20 25 2016 9 16 23 20 26
Tabel 4.12. dibawah ini adalah kebutuhan mobil lintas pada Fase 2.
Tabel 4.12.
Kebutuhan Mobil Lintas pada Fase 2
TAHUN
PUSAT UTARA BARAT SELATAN TIMUR
Mobil
lintas
Mobil
lintas
Mobil
lintas
Mobil
lintas
Mobil
lintas
2017 9 17 22 21 27 2018 9 17 23 21 27 2019 9 17 23 21 27 2020 9 17 23 22 28 2021 9 18 24 22 28
Tabel 4.13. dibawah ini adalah kebutuhan mobil lintas pada Fase 3.
Tabel 4.13.
Kebutuhan Mobil Lintas pada Fase 3
TAHUN PUSAT UTARA BARAT SELATAN TIMUR
Mobil
lintas
Mobil
lintas Mobil lintas
Mobil
lintas
Mobil
lintas
2022 10 18 24 22 29 2027 10 19 26 24 30
Tabel 4.14. pada halaman berikutnya merupakan kebutuhan mobil lintas pada Fase 4.
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 57
Tabel 4.14.
Kebutuhan Mobil Lintas pada Fase 4
TAHUN PUSAT UTARA BARAT SELATAN TIMUR
Mobil
lintas
Mobil
lintas
Mobil
lintas
Mobil
lintas Mobil lintas
2032 10 20 27 25 33
h. Sarana Pengangkutan Sampah
Jenis kendaraan sampah yang memenuhi persyaratan alat angkut sampah
yang sesuai dengan kebijakan aspek teknis – teknologis yaitu arm roll dan
compactor. Dump Truck sebaiknya direkomendasikan untuk dikurangi
pengadaannya secara bertahap, karena relatif mudah berkarat, kurang
sehat, lindi bisa tercecer, sulit untuk pemuatan, dan kurang estetis.
Untuk dapat mengetahui jumlah kebutuhan truk angkutan sampah, maka
rumus dibawah menjadi pendekatan perhitungan kebutuhan truk angkutan
sampah.
Perhitungan Jumlah Truk Masing-masing
Truk Sampah =
Asumsi perhitungan sebagai berikut:
• Kapasitas truk :
- Typer/Dump Truck besar: 12 M3
- Typer/Dump Truck Kecil: 6 M3
- Arm Roll Besar: 10 M3
- Arm Roll Kecil: 6 M3
- Compactor Besar: 16 M3
- Compactor Kecil: 6 M3
• Kapasitas 1 truk ditambah koefisien volume angkutan sebesar 20% (1,2)
• Ritasi 1 truk rata-rata sebesar 2 kali per hari
• Perhitungan Kapasitas truk eksisting adalah perhitungan kebutuhan truk
Tabel 4.15. berikut ini akan menyajikan data perkiraan kebutuhan truk
sampah pada masing-masing tahapan pengangkutan mulai dari Sumber
hingga ke TPA Bantargebang.
% Komposisi x Kebutuhan yang Diangkut Sudin Kap. 1 Truk TB x 1,2 x 2
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 58
Dari:
- Sumber ke TPA Bantargebang
- Sumber ke ITF
- ITF ke TPA Bantargebang
Dari komposisi jenis armada serta pendekatan perhitungan jumlah
kebutuhan truk sampah, maka pada tabel berikut ini dapat direncanakan
perkiraan jumlah armada truk yang dibutuhkan untuk mengangkut sampah
dari sumber ke TPA Bantargebang.
Tabel 4.15. Jenis Kendaraan yang Diperlukan Oleh Dinas Kebersihan
Untuk Pengangkutan Sampah dari Sumber ke TPA Bantargebang
Di Seluruh Wilayah Provinsi DKI Jakarta
Sumber: Analisa Konsultan, 2011
Sedangkan untuk kebutuhan angkutan sampah yang mengangkut sampah
dari sumber menuju ITF Sunter membutuhkan truk sampah sebanyak
berikut ini pada Tabel 4.16. di bawah ini.
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 59
Tabel 4.16. Jenis Kendaraan yang Diperlukan Oleh Dinas Kebersihan
Untuk Pengangkutan Sampah dari Sumber ke ITF Sunter
Di Seluruh Wilayah Provinsi DKI Jakarta
Sumber: Analisa Konsultan, 2011
Tabel di atas menunjukkan perhitungan perkiraan kebutuhan truk angkutan
sampah yang dibutuhkan dalam mengangkut sampah dari sumber ke ITF
Sunter.
Sedangkan untuk kebutuhan angkutan sampah yang mengangkut sampah
dari sumber menuju ITF Cacing membutuhkan truk sampah sebanyak
berikut ini pada Tabel 4.17. di halaman selanjutnya.
Tabel 4.17. Jenis Kendaraan yang Diperlukan Oleh Dinas Kebersihan
Untuk Pengangkutan Sampah dari Sumber ke ITF Cacing
Di Seluruh Wilayah Provinsi DKI Jakarta
Sumber: Analisa Konsultan, 2011
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2024 2025 2027 2032TyperBesar 30 28 28 26 26 21 21 21 21 21 20 20 20 15 8TyperKecil 77 75 71 69 69 59 59 59 59 59 55 55 55 37 26ArmRollBesar 46 46 46 46 46 40 40 40 40 40 46 46 46 46 46ArmRollKecil 61 61 61 61 61 51 51 51 51 51 57 57 57 58 56CompactorBesar 24 26 27 29 30 29 29 29 29 29 40 40 40 51 61CompactorKecil 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 5 6Total 242 240 237 236 236 205 205 205 205 205 224 224 224 211 202
JenisKendaraan(sumber-ITFSunter)
JumlahTrukyangDiperlukan(Unit)Fase1 Fase2 Fase3 Fase4
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2024 2025 2027 2032TyperBesar 35 34 34 34 32 32 32 32 32 32 27 27 27 22 18TyperKecil 97 97 88 88 85 76 76 76 76 76 58 58 58 44 31ArmRollBesar 59 59 59 59 59 55 55 55 55 55 59 59 59 59 59ArmRollKecil 74 74 74 74 74 81 81 81 81 81 80 80 80 80 80CompactorBesar 35 35 39 39 42 44 44 44 44 44 53 53 53 62 70CompactorKecil 12 12 12 12 12 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13Total 312 311 306 305 303 301 301 301 301 301 289 289 289 280 270
JenisKendaraan(sumber-ITFCacing)
JumlahTrukyangDiperlukan(Unit)Fase1 Fase2 Fase3 Fase4
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 60
Sedangkan untuk kebutuhan angkutan sampah yang mengangkut sampah
dari sumber menuju ITF Marunda membutuhkan truk sampah sebanyak
berikut ini pada Tabel 4.18. di bawah ini.
Tabel 4.18. Jenis Kendaraan yang Diperlukan Oleh Dinas Kebersihan
Untuk Pengangkutan Sampah dari Sumber ke ITF Marunda
Di Seluruh Wilayah Provinsi DKI Jakarta
Sumber: Analisa Konsultan, 2011
Sedangkan untuk kebutuhan angkutan sampah yang mengangkut sampah
dari sumber menuju ITF Duri Kosambi membutuhkan truk sampah sebanyak
berikut ini pada Tabel 4.19. di bawah ini.
Tabel 4.19. Jenis Kendaraan yang Diperlukan Oleh Dinas Kebersihan
Untuk Pengangkutan Sampah dari Sumber ke ITF Duri Kosambi
Di Seluruh Wilayah Provinsi DKI Jakarta
Sumber: Analisa Konsultan, 2011
Sedangkan untuk kebutuhan angkutan sampah yang mengangkut sampah
dari sumber menuju TPS 3R membutuhkan truk sampah sebanyak berikut ini
pada Tabel 4.20. di bawah ini.
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2024 2025 2027 2032TyperBesar - - - - - 51 51 51 51 51 45 45 45 34 23TyperKecil - - - - - 127 127 127 127 127 102 102 102 72 46ArmRollBesar - - - - - 80 80 80 80 80 80 80 80 81 86ArmRollKecil - - - - - 122 122 122 122 122 121 121 121 119 120CompactorBesar - - - - - 68 68 68 68 68 83 83 83 102 118CompactorKecil - - - - - 16 16 16 16 16 15 15 15 15 13Total 0 0 0 0 0 465 465 465 465 465 446 446 446 424 405
JenisKendaraan(sumber-ITFMarunda)
JumlahTrukyangDiperlukan(Unit)Fase1 Fase2 Fase3 Fase4
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 61
Tabel 4.20. Jenis Kendaraan yang Diperlukan Oleh Dinas Kebersihan
Untuk Pengangkutan Sampah dari Sumber ke TPS 3R
Di Seluruh Wilayah Provinsi DKI Jakarta
Sumber: Analisa Konsultan, 2011
Sedangkan untuk kebutuhan angkutan sampah yang mengangkut residu
hasil pengolahan sampah dari ITF menuju TPA Bantargebang membutuhkan
truk sampah sebanyak berikut ini pada Tabel 4.21. di bawah ini.
Tabel 4.21. Jenis Kendaraan yang Diperlukan Oleh Dinas Kebersihan
Untuk Pengangkutan Residu Sampah dari ITF ke TPA Bantargebang
Di Seluruh Wilayah Provinsi DKI Jakarta
Sumber: Analisa Konsultan, 2011
Kebutuhan jumlah kendaraan angkutan sampah di atas adalah merupakan
total kebutuhan kendaraan. Dalam matriks action plan yang akan dituangkan
pada Bab 5, kebutuhan angkutan tersebut akan diasumsikan sebagai
kendaraan yang dapat disediakan baik oleh Dinas Kebersihan Provinsi DKI
Jakarta, maupun yang disediakan dalam jasa angkutan sampah pihak ketiga.
Untuk itu perkiraan kebutuhan angkutan sampah juga akan diprosentase
sesuai alokasi penyedia anggarannya. Pada matriks action plan nantinya
pendekatan yang diambil adalah Dinas Kebersihan 40% dan Swasta 60%,
untuk kegiatan penyediaan truk angkutan sampahnya. Pendekatan tersebut
juga dilakukan dalam perhitungan angkutan sampah berupa mobil lintas (pick
up). Dengan pendekatan yang sama untuk perhitungan mobil lintas berupa
pick up, maka pengadaannya hanya 40% dari kebutuhan.
Jenis Kendaraan
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 62
4.2.2. Pengaturan
Dalam rangka penyusunan Master Plan dengan Dinamika Pembangunan Dinas
Kebersihan Provinsi DKI Jakarta Tahun salah satu kajian yang sangat diperlukan
adalah langkah regulasi, sebagai pijakan bagi terbentuknya kelembagaan,
peran serta masyarakat, keuangan dan teknis operasional. Sedangkan setiap
aspek pengkajian ini meliputi perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan
monitoring serta evaluasi. Untuk perencanaan lebih ditekan pada kajian atau
telaahan menyangkut aspek regulasi terutama terkait dengan pembentukan
Lembaga Pengelola Sampah (LPS) lingkup RW (Rukun Warga) dan skala
kawasan, Kerjasama antar daerah dalam pengelolaan persampahan skala
regional, kerjasama antar pemerintah daerah dengan pihak swasta, dan
pengelolaan sampah di TPS 3R berbasis kelembagaan dan masyarakat. Dimana
dalam kegiatan perencanaan ini dilakukan pendampingan, partisipasi dan
konsultasi publik terhadap semua pemangku kepentingan terkait guna
mendapatkan hasil kajian yang optimal.
Untuk jelasnya nengenai rencana dan lingkup kajian regulasi dalam penyusunan
Master Plan dengan Dinamika Pembangunan Dinas Kebersihan Provinsi DKI
Jakarta, akan diuraikan sebagai berikut.
4.2.3. Kelembagaan
Kebutuhan pengembangan organisasi pengelolaan sampah secara umum harus
didasarkan pada kompleksitas permasalahan persampahan yang dihadapi oleh
Provinsi DKI Jakarta dengan mengacu pada peraturan perundangan yang
berlaku.Makin kompleks skala pelayanan diperlukan suatu organisasi yang lebih
memadai dan untuk menjamin terlaksananya pola pelaksanaan dan pengawasan
yang baik, diperlukan pemisahan peran operator dan regulator. Rencana
pengembangan organisasi pengelola sampah meliputi:
a. Bentuk Institusi
b. Struktur Organisasi
c. Sumber Daya Manusia
d. Tata Laksana Kerja
e. Pola Kerjasama Antar Daerah
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 63
4.2.4. Pendanaan
Pembiayaan (Investasi, Operasional dan Pemeliharaan, serta Sumber Pendanaan)
§ Rencana Anggaran Biaya Pembangunan Sarana Pengelola Sampah Lingkup
RW.
§ Rencana Anggaran Biaya Pembangunan Sarana Kerja Sama Antar Daerah
dalam Pengelolaan Persampahan Skala Regional.
§ Rencana Anggaran Biaya Pembangunan Sarana Kerja Sama Antara
Pemerintah Daerah dengan Swasta Dalam Pengelolaan Sampah di Provinsi
DKI Jakarta.
§ Rencana Anggaran Biaya Pembangunan Sarana Pengelolaan Sampah di TPS
3R Berbasis Kelembagaan dan Masyarakat
Pelaksanaan Kegiatan
§ Pelaksanaan Pembangunan Sarana Pengelola Sampah Lingkup RW .
§ Pelaksanaan Pembangunan Sarana Kerja Sama Antar Daerah Dalam
Pengelolaan Persampahan Skala Regional.
§ Pelaksanaan Pembangunan Sarana Kerja Sama Antara Pemerintah Daerah
dengan Swasta Dalam Pengelolaan Sampah di Provinsi DKI Jakarta.
§ Pelaksanaan Pembangunan Sarana Pengelolaan Sampah di TPS 3R Berbasis
Kelembagaan dan Masyarakat.
Monitoring dan Evaluasi
§ Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Sarana Pengelola
Sampah Lingkup RW .
§ Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Sarana Kerja Sama
Antar Daerah Dalam Pengelolaan Persampahan Skala Regional.
§ Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Sarana Kerja Sama
Antara Pemerintah Daerah dengan Swasta Dalam Pengelolaan Sampah di
Provinsi DKI Jakarta.
§ Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Sarana Pengelolaan
Sampah di TPS 3R Berbasis Kelembagaan dan Masyarakat
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 64
Perencanaan
Perubahan kebijakan pengelolaan sampah DKI Jakarta masa akan datang akan
menyangkut waktu dan investasi yang signifikan. Berbagai prasarana dan sarana
persampahan baru akan diperlukan dalam rangkaian operasi pengelolaan
sampah, mulai dari TPS, kemudian SPA, fasilitas-fasilitas komposting dan ITF,
sarana transportasi, sampai ke TPA. Untuk pelaksanaan pembangunan prasarana
dan sarana tersebut diperlukan dana cukup besar, yang harus disediakan baik
dari sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) maupun dari sumber lain berupa
pinjaman jangka panjang atau hibah. Di bawah ini diuraikan secara singkat
beberapa sumber dana khususnya Pinjaman Daerah yang potensial untuk diakses
oleh Pemprov DKI Jakarta, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Di samping itu dikemukakan juga kemungkinan
pembiayaan melalui investasi sektor swasta.
Pinjaman Daerah
Karena pengelolaan sampah diharapkan sebagai suatu sektor yang bersifat
“costrecovery”, hal ini akan memungkinkan Pemprov DKI Jakarta untuk
memperoleh Pinjaman Daerah jangka panjang dengan mengacu pada ketentuan
Undang-Undang No.33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah. Hal ini diatur pada asal 49 s/d 65 Undang-Undang
tersebut. Pada Pasal 53, Ayat 3, dinyatakan bahwa pinjaman jangka panjang
dapat digunakan untuk membiayai proyek investasi yang menghasilkan
penerimaan. Dalam hal ini, Pemda DKI Jakarta dapat menghasilkan penerimaan
melalui retribusi daerah (Pendapatan Negara Bukan Pajak). Pasal 51 Ayat 1
Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa Pinjaman Daerah bersumber dari:
a) Pemerintah Pusat;
b) Pemerintah Daerah lain;
c) lembaga keuangan bank;
d) lembaga keuangan bukan bank; dan
e) masyarakat.
Pinjaman Daerah yang bersumber dari pemerintah pusat diberikan melalui
Menteri Keuangan. Pinjaman Daerah yang bersumber dari masyarakat berupa
Obligasi Daerah diterbitkan melalui pasar modal. Pinjaman Daerah jangka
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 65
panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD. Untuk mendapatkan pinjaman
dari sumber-sumber tersebut di atas, Pemerintah Daerah harus memenuhi
persyaratan berikut (Pasal 54 UU No.33/2004):
a) Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik
tidak lebih dari 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun
sebelumnya;
b) Rasio kemampuan keuangan Daerah untuk mengembalikan pinjaman
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
c) Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang berasal dari
Pemerintah Pusat.
Kelayakan Pinjaman DKI Jakarta
DKI Jakarta cukup layak untuk memperoleh pinjaman, bila memang hal itu
diperlukan. Sisa utangnya pada akhir tahun 2003 sehubungan dengan 12
pinjaman cukup wajar. Jumlah sisa utangnya Rp 254 miliar atau hanya 2,4 %
dari jumlah penerimaan APBD tahun sebelumnya sebesar Rp 10,721 triliun.
Dapat dimengerti bahwa sejak itu tidak ada lagi tambahan pinjaman.
Sumber-Sumber Pinjaman yang Potensial bagi Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta
Beberapa alternatif sumber dana yang paling nyata untuk pinjaman jangka
panjang yang saat ini dapat diajukan oleh Pemprov DKI Jakarta adalah sebagai
berikut.
a) Pinjaman dari Pemerintah Pusat yang dananya berasal dari luar negeri Pasal
56 Undang-Undang No. 33/2004 menyatakan bahwa:
- Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman kepada Pemerintah
Daerah yang dananya berasal dari luar negeri;
- Pinjaman tersebut dilakukan dengan perjanjian penerusan pinjaman
kepada Pemerintah Daerah;
- Perjanjian tersebut dilakukan antara Menteri Keuangan dan Pemerintah
Daerah;
- Perjanjian penerusan pinjaman yang dananya berasal dari luar negeri
dapat dinyatakan dalam mata uang Rupiah atau mata uang asing.
Perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan pinjaman yang dananya
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 66
berasal dari luar negeri yang diteruskan oleh Pemerintah Pusat (Menteri
Keuangan) kepada Pemerintah Daerah masih diatur dengan Keputusan
Menteri Keuangan No.35/2003, walaupun hal itu akan diganti dengan
aturan baru kalau PP tentang Pinjaman Daerah telah diterbitkan.
b) Pinjaman rupiah murni dari Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah dapat mengajukan pinjaman dari Pemerintah Pusat
untuk pembangunan prasarana perkotaan, melalui Neraca Pembangunan
Daerah. Pengelolaan operasional pinjaman kepada Pemerintah Daerah dari
rupiah murni melalui Rekening Pembangunan Daerah diatur dengan
Keputusan Menteri Keuangan No. 347a/2000.
c) Bank Pemerintah dan Bank Komersial (Swasta)
Keuntungan dari pinjaman bank pemerintah atau bank komersial adalah
prosesnya dapat lebih cepat karena tidak memerlukan proses birokrasi di
Departemen Keuangan. Kelemahannya adalah Bank domestik Indonesia
hanya mempunyai sangat sedikit pengalaman mengenai kredit jangka
panjang untuk proyek-proyek prasarana. Karena itu jangka waktu
pengembaliannya jauh lebih cepat dari pada pinjaman melalui Rekening
Pembangunan Daerah, paling lama tidak lebih dari 10 tahun. Di samping itu,
bank pemerintah enggan memberikan grace period, dan tingkat bunganya
lebih tinggi. Pemda DKI Jakarta mungkin dapat pinjaman dengan tingkat
bunga sebesar tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) plus 5 %,
menjadi 12,5 % per tahun.
Hibah Pemerintah Pusat
Hibah dari Pemerintah Pusat dapat diperoleh baik melalui Dana Alokasi Umum
maupun Dana Alokai Khusus.
Hibah dari Luar Negeri
Hibah (grant) dari luar negeri diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan No.
35/2003. Hibah ini dapt digunakan juga untuk keperluan yang tidak
menghasilkan pendapatan. Untuk memperoleh hibah dari luar negeri Pemerintah
Daerah harus menyediakan dana pendukung yang besarnya bervariasi,
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 67
tergantung dari kapasitas fiscal pemda yang bersangkutan. Daerah yang
kapasitas fiskalnya rendah perlu menyediakan dana pendukung sebesar 10 %
dari jumlah dana yang dibutuhkan, sedangkan daerah yang kapasitas fiskalnya
temasuk kategori menengah perlu 40 %, dan bagi daerah yang kapasitas
fiskalnya tinggi diperlukan 70 %. Karena DKI Jakarta termasuk dalan kategori
kapasitas fiskalnya tinggi, maka potensi perolehan dana hibah ini hanya sebesar
30 % dari jumlah dana yang dibutuhkan, sedangkan sisanya (70 %) harus
disediakan oleh Pemda DKI Jakarta.
Investasi Sektor Swasta
Pada akhir-akhir ini, banyak perusahaan swasta yang berminat untuk investasi
dalam pembangunan dan pengoperasian prasarana pengelolaan sampah di DKI
Jakarta, dan mereka telah mengajukan proposal kepada Pemda DKI Jakarta
melalui Dinas Kebersihan. Meskipun demikian, dalam kenyataannya, sumber
dana mereka juga sangat tergantung dari pihak lain khususnya bank, baik bank
pemerintaha maupun bank komersial (swasta). Pada umumnya mereka akan
berusaha agar sebagian besar dana investasinya diperoleh dari pinjaman bank
jangka panjang. Dalam hal ini, investor swasta mungkin harus membayar bunga
yang lebih tinggi, yaitu sekitar 15% per tahun, dari pada tingkat bunga yang
dikenakan terhadap Pemda DKI Jakarta. Di samping itu, jangka waktu
pengembalian pinjaman juga mungkin lebih pendek dari pada jangka waktu yang
diberikan kepada Pemda DKI Jakarta. Karena itu, keterlibatan investasi sector
swasta dalam pembangunan dan pengoperasian prasarana perasampahan ini
akan mengakibatkan peningkatan faktor biaya modal (capital cost). Untuk
meringankan beban biaya investasi pihak swasta, disarankan agar Pemda DKI
menyediakan lahan untuk lokasi ITF dan/atau SPA. Lahan tersebut dapat disewa
oleh investor, atau diperhitungkan sebagai penyertaan modal (saham) Pemda
DKI Jakarta.
Retribusi Masyarakat
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pengelolan persampahan,
pemerintah sering dihadapkan dengan keterbatasan pembiayaan yang berasal
dari APBD dan sumber pembiayaan lainnya. Sehingga membayar retribusi
kebersihan dapat dijadikan langkah awal dalam memperbaiki kondisi kebersihan
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 68
lingkungan di Provinsi DKI Jakarta. Pembayaran retribusi ini juga harus
disesuaikan dengan kemampuan dan kemauan masyarakat seperti jumlah
nominal yang disepakati sehingga hasil pengelolaan kebersihan menjadi nyata.
4.2.5. Peran Serta Masyarakat/Swasta/Perguruan Tinggi
Perencanaan Peran Serta Masyarakat/ Swasta/ Perguruan Tinggi
Pendampingan (Sosialisasi, Patisipasi, dan Konsultasi Publik).
§ Kajian Peran Serta Masyarakat dan Swasta Dalam Pembentukan Lembaga
Pengelolaan Sampah Lingkup RW dan Skala Kawasan.
§ Kajian Peran Serta Masyarakat dan Swasta dalam Pembentukan lembaga
Kerja Sama Antar Daerah Serta Pengelolaan Persampahan Skala Regional.
§ Kajian Peran Serta Masyarakat dan Swasta dalam Pembentukan Lembaga
Kerja Sama Antara Pemerintah Daerah dengan Swasta Dalam Pengelolaan
Sampah di Provinsi DKI Jakarta.
§ Kajian Peran Serta Masyarakat dan Swasta dalam Pembentukan Lembaga
Pengelola Sampah di TPS 3R Berbasis Kelembagaan dan Masyarakat.
§ Kajian Peran Serta Perguruan Tinggi dalam pengembangan teknologi
pengolahan sampah yang ramah lingkungan melalui penelitian.
§ Kajian Peran Serta Perguruan Tinggi dalam Pembentukan Organisasi
Pengelolaan dan Pengolaan Sampah Kampus berbasis 3R.
Pelaksanaan Kegiatan
§ Pendampingan (Sosialisasi, Patisipasi, dan Konsultasi Publik)
Masyarakat dan Swasta dalam Pembentukan Lembaga Pengelolaan Sampah
Lingkup RW dan Skala Kawasan.
§ Pendampingan (Sosialisasi, Patisipasi, dan Parisipasi Publik)
§ Masyarakat dan Swasta dalam Pembentukan Masyarakat dan Swasta dalam
Pembentukan lembaga Kerja Sama Antar Daerah Serta Pengelolaan
Persampahan Skala Regional.
§ Pendampingan (Sosialisasi, Patisipasi, dan Edukasi) Pembentukan Lembaga
Kerja Sama Antara Pemerintah Daerah dengan Swasta dalam Pengelolaan
Sampah di Provinsi DKI Jakarta.
Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) 1V- 69
§ Pendampingan (Sosialisasi, Patisipasi, dan Edukasi) Pembentukan Lembaga
Pengelola Sampah di TPS 3R Berbasis Kelembagaan dan Masyarakat
§ Pendampingan (Sosialisasi, Partisipasi, dan Edukasi) Pengembangan
Teknologi Pengolahan Sampah yang ramah lingkungan melalui penelitian.
§ Pendampingan (Sosialisasi, Partisipasi, dan Edukasi) Pembentukan
Organisasi Pengelolaan dan Pengolaan Sampah Kampus berbasis 3R.
Monitoring dan Evaluasi
§ Monitoring dan Evaluasi Peran Serta Masyarakat dan Swasta Dalam
Pembentukan Lembaga Pengelolaan Sampah Lingkup RW dan Skala
Kawasan.
§ Monitoring dan Evaluasi Peran Serta Masyarakat dan Swasta dalam
Pembentukan lembaga Kerja Sama Antar Daerah Serta Pengelolaan
Persampahan Skala Regional.
§ Monitoring dan Evaluasi Peran Serta Masyarakat dan Swasta dalam
Pembentukan Lembaga Kerja Sama Antara Pemerintah Daerah dengan
Swasta Dalam Pengelolaan Sampah di Provinsi DKI Jakarta.
§ Monitoring dan Evaluasi Peran Serta Masyarakat dan Swasta dalam
Pembentukan Lembaga Pengelola Sampah di TPS 3R Berbasis Kelembagaan
dan Masyarakat.
§ Monitoring dan Evaluasi Pengembangan Teknologi Pengolahan Sampah yang
ramah lingkungan melalui penelitian.
§ Monitoring dan Evaluasi Pembentukan Organisasi Pengelolaan dan
Pengolaan Sampah Kampus berbasis 3R.