BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Teknik Industrithesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01000-TISI-bab 3.pdf ·...

Post on 28-Aug-2018

213 views 0 download

Transcript of BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Teknik Industrithesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01000-TISI-bab 3.pdf ·...

BAB 3

LANDASAN TEORI

3.1 Teknik Industri

Definisi teknik industri menurut Institute of Industrial Engineering (IIE) :

Teknik Industri adalah suatu rekayasa yang berkaitan dengan desain,

peningkatan, dan instalasi dari sistem terintegrasi yang meliputi manusia,

material, informasi, peralatan (mesin), dan energi. Teknik industri juga

membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan khusus dalam bidang matematika,

fisik, dan ilmu sosial yang digabungkan dengan prinsip-prinsip dan metode-

metode analisa teknik untuk memprediksi dan mengevaluasi hasil dalam

merancang suatu sistem (Turner, 2000, p21).

3.1.1 Peramalan

Pengertian peramalan menurut Handoko (2000, p260) adalah suatu usaha

untuk meramalkan keadaan di masa mendatang melalui pengujian keadaan di

masa lalu. Esensi peramalan adalah perkiraan peristiwa-peristiwa di waktu yang

akan datang atas dasar pola-pola di waktu yang lalu dan penggunaan kebijakan

terhadap proyeksi-proyeksi dengan pola-pola di waktu yang lalu. Peramalan

memerlukan kebijakan, sedangkan proyeksi-proyeksi adalah fungsi-fungsi

mekanikal.

30

Peramalan pada umumnya digunakan untuk memprediksi pendapatan, biaya,

keuntungan, harga dan perubahan teknologi. Dalam lingkungan perusahaan, pada

umumnya metode peramalan digunakan untuk mengestimasi atau memprediksi

jumlah permintaan yang akan datang sehingga perusahaan dapat memperkirakan

jumlah dan jenis apa saja yang diproduksi nantinya.

Pada dasarnya ada beberapa langkah peramalan yang penting yaitu:

1. Menganalisa data yang lalu, pada tahap ini berguna untuk pola yang terjadi pada

masa lalu. Analisa ini dilakukan dengan cara membuat tabulasi dari data yang

lalu.

2. Menentukan metode yang digunakan, masing - masing metode akan memberikan

hasil peramalan yang berbeda. Dengan kata lain, metode peramalan yang baik

adalah metode yang menghasilkan penyimpangan antara hasil peramalan dengan

nilai kenyataan yang sekecil mungkin.

3. Memproyeksikan data yang lalu dengan menggunakan metode yang dipergunakan

dan mempertimbangkan adanya beberapa faktor perubahan.

4. Penentuan tujuan, yaitu menentukan kebutuhan informasi - informasi bagi para

pembuat keputusan seperti :

Variabel - variabel yang akan diestimasi.

Siapa yang akan menggunakan hasil peramalan.

Untuk tujuan apa hasil peramalan akan digunakan.

Estimasi jangka panjang atau jangka pendek yang diinginkan.

Derajat ketepatan estimasi yang diinginkan.

31

Kapan estimasi dibutuhkan.

Bagian - bagian peramalan yang diinginkan, seperti peramalan untuk

kelompok pembeli, kelompok produk, atau daerah geografis.

5. Pengembangan model, menentukan model yang merupakan penyederhanaan dari

sistem dan merupakan kerangka analitik bagi masukan yang akan memperoleh

pengeluaran. Model ditentukan berdasarkan sifat - sifat dan perilaku variabel.

6. Pengujian model, dilakukan untuk menentukan tingkat akurasi, validitas dan

reliabilitas, yang ditentukan dengan membandingkan hasil peramalan dengan

kenyataan / aktual.

7. Penerapan model, setelah lulus dalam pengujian, data historik akan dimasukkan

ke dalam model untuk menghasilkan ramalan.

8. Revisi dan evaluasi, ramalan yang telah dibuat harus senantiasa diperbaiki dan

ditinjau kembali. Hal ini perlu dilakukan bila terdapat perubahan dalam

perusahaan dan lingkungannya (harga produk, karakteristik produk, periklanan,

tingkat pengeluaran pemerintah, kebijaksanaan moneter, atau kemajuan

teknologi); dan hasil perbandingan antara ramalan dengan data aktual.

3.1.1.1 Tujuan Peramalan

Tujuan dari peramalan sendiri adalah untuk melihat atau memperkirakan

prospek ekonomi atau kegiatan usaha di masa depan serta pengaruh lingkungan

terhadap prospek tersebut, sehingga dapat diperoleh informasi mengenai :

1. Kebutuhan suatu kegiatan usaha di masa yang akan datang.

32

2. Waktu untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan skala produksi,

pemasaran, serta target usaha.

3. Perencanaan skala produksi, pemasaran, anggaran, biaya produksi dan arus kas

(cash flow).

3.1.1.2 Jenis – Jenis Pola Data

Menurut Makridakis (p21-22,1999), data yang diplot adalah data masa lalu

yang dipergunakan untuk meramalkan data di masa yang akan datang. Dari data yang

telah diplot akan terlihat pola data untuk menentukan metode ramalan yang akan

digunakan. Ada empat jenis pola data, yaitu :

1. Pola Stasioner / Horisontal ( H )

Terjadi bila nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata – rata yang konstan.

(Deret seperti itu “ stasioner “ terhadap nilai rata – ratanya ). Suatu produk yang

penjualannya tidak meningkat atau menurun selama waktu tertentu termasuk jenis ini.

Demikian pula, suatu keadaan pengendalian mutu yang menyangkut pengambilan

contoh dari suatu proses produksi berkelanjutan yang secara teoritis tidak mengalami

perubahan juga termasuk jenis ini.

33

Gambar 3.1. Pola Horisontal ( H )

Sumber: Makridakis (1999, p23)

2. Pola Musiman / Seasonal ( S )

Terjadi bila suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman (misalnya kuartal

tahun tertentu, bulanan, atau hari – hari pada minggu tertentu). Penjualan dari produk

seperti minuman ringan, es krim, dan bahan bakar pemanas ruang, semuanya

menunjukkan jenis pola ini.

Gambar 3.2. Pola Musiman / Seasonal ( S )

Sumber: Makridakis (1999, p23)

34

3. Pola Siklis / Cyclical ( C )

Terjadi bila data dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti

yang berhubungan dengan siklus bisnis. Penjualan produk seperti mobil, baja, dan

peralatan utama lainnya menunjukkan jenis pola ini.

Gambar 3.3 Pola Siklis / Cyclical ( C )

Sumber: Makridakis (1999, p23)

4. Pola Trend ( T )

Terjadi bila terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam

data. Penjualan banyak perusahaan, produk bruto nasional ( GNP ) dan berbagai

indikator bisnis atau ekonomi lainnya mengikuti suatu pola trend selama

perubahannya sepanjang waktu.

Gambar 3.4 Pola Trend ( T )

Sumber: Makridakis (1999, p23)

35

3.1.1.3 Metode – Metode Peramalan

Menurut Smith (1989, p62), metode peramalan secara umum dibagi dua,

yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif.

1. Metode Kualitatif (Smith,1989, p62)

Metode ini biasanya digunakan untuk meramalkan lingkungan dan teknologi,

karena kondisi tersebut berbeda dengan kondisi perekonomian dan pemasaran. Oleh

karena itu metode kualitatif disebut dengan technological forecasting. Teknik-teknik

kualitatif adalah subjektif atau “ judgmental ” atau berdasarkan pada estimasi -

estimasi dan pendapat - pendapat.

Berbagai sumber pendapat bagi peramalan kondisi bisnis adalah :

Para eksekutif

Orang-orang penjualan

Para langganan

Sedangkan berbagai teknik peramalan kualitatif yang dapat digunakan, secara

ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Metode Delphi (Smith,1989, p63)

Metode ini merupakan teknik yang mempergunakan suatu prosedur yang

sistematik untuk mendapatkan suatu konsensus pendapat - pendapat dari suatu

kelompok ahli. Proses Delphi ini dilakukan dengan meminta kepada para anggota

kelompok untuk memberikan serangkaian ramalan - ramalan melalui tanggapan

mereka terhadap daftar pertanyaan. Kemudian, seorang moderator mengumpulkan

36

dan memformulasikan daftar pertanyaan baru dan dibagikan lagi kepada kelompok.

Jadi ada suatu proses pembelajaran bagi kelompok karena mereka menerima

informasi baru dan tidak ada pengaruh pada tekanan kelompok atau dominasi

individual.

b. Riset pasar (Smith,1989, p64)

Adalah peralatan peramalan yang berguna, terutama bila ada kekurangan data

historik atau data tidak reliable. Teknik ini secara khusus digunakan untuk meramal

permintaan jangka panjang dan penjualan produk baru. Kelemahan riset pasar

mencakup kurangnya kekuatan prediktif, serta memakan waktu dan biaya.

c. Analogi historik

Peramalan dilakukan dengan menggunakan pengalaman-pengalaman historik

dari suatu produk yang sejenis. Peramalan produk baru dapat dikaitkan dengan tahap-

tahap dalam siklus kehidupan produk yang sejenis.

d. Konsensus panel (Smith,1989, p64)

Gagasan yang didiskusikan oleh kelompok akan menghasilkan ramalan -

ramalan yang lebih baik daripada dilakukan oleh seseorang. Diskusi dilakukan dalam

pertemuan pertukaran gagasan secara terbuka.

37

2. Metode Kuantitatif

Metode kuantitatif hanya dapat diterapkan jika tersedia informasi mengenai

data masa lalu, informasi dapat dikuantifisir (diwujudkan dalam bentuk angka), dan

asumsi beberapa aspek pola masa lalu akan berlanjut. Jenis peramalan kuantitatif

dibagi dua, yaitu:

a. Time Series

Jenis peramalan ini merupakan estimasi masa depan yang dilakukan

berdasarkan nilai masa lalu dari suatu variabel dan / atau kesalahan masa lalu.

b. Metode Causal

Peramalan ini memberikan suatu asumsi bahwa faktor yang diramalkan

mewujudkan suatu hubungan sebab akibat dengan satu atau lebih independent

variabel. Tujuannya adalah untuk menemukan bentuk hubungan tersebut dan

menggunakannya untuk meramalkan nilai mendatang dari dependent variabel.

Macam – macam metode peramalan yaitu :

1) Metode Double Moving Average menurut Makridakis (1999, p95)

Salah satu peramalan time series dengan melihat data trend adalah peramalan

dengan metode double moving average. Pertama kali dilakukan moving average

kemudian baru dilakukan lagi moving average untuk data yang tadi yang sudah di

moving average pertama kali. Berikut ini adalah rumus yang dipakai pada peramalan

ini yaitu:

38

Rumus untuk moving average yang pertama

kYYYY

YM ktttttt

1211

.... +−−−+

++++==

Rumus untuk moving average yang kedua

kMMMM

M kttttt

121' .... +−−− ++++=

Rumus untuk menghitung peramalan dengan double moving average

mbaY

MMk

b

MMMMMa

pttpt

ttt

tttttt

++ +=

−−

=

−=−+=

^

'

''

)(1

22)(

2) Metode Double Exponential Smoothing Dua Parameter Dari Holt menurut

Makridakis (1999, p115-116)

Metode pemulusan eksponensial linear dari Holt dalam prinsipnya serupa

dengan Brown, kecuali bahwa Holt tidak menggunakan rumus pemulusan berganda

secara langsung. Sebagai gantinya, Holt memuluskan nilai trend dengan parameter

yang berbeda dari parameter yang digunakan pada deret yang asli. Ramalan dari

pemulusan eksponensial linear Holt didapat dengan menggunakan dua konstanta

pemulusan (dengan nilai antara 0 dan 1) dan tiga persamaan :

mbSFbSSbbSXS

ttmt

tttt

tttt

+=−+−=

+−+=

+

−−

−−

11

11

)1()())(1(

γγαα

39

Dimana : St = Pemulusan ke-t

bt = Nilai trend ke-t

mtF + = Nilai peramalan ke-t

α = Faktor pemulusan

Proses inisialisasi awal untuk pemulusan eksponensial linear dari Holt

memerlukan dua taksiran, yaitu mengambil nilai pemulusan pertama untuk S1 dan

mengambil nilai trend b1. Yang pertama mudah dilakukan. Pilih S1 = X1. Taksiran

trend kadang - kadang lebih merupakan masalah. Kita memerlukan taksiran trend

dari satu periode ke periode lainnya. Inilah beberapa kemungkinannya :

3)()()( 342312

1

121

XXXXXXb

XXb−+−+−

=

−=

b1 = taksiran kemiringan “ bola-mata ” ( eyeball ) setelah data tersebut diplot.

3) Metode Triple Eksponensial Smoothing Tiga Parameter dari Winter menurut

Makridakis (1999, p121-127)

Pada umumnya, metode rata-rata bergerak dan pemulusan eksponensial,

dapar digunakan untuk hampir segala jenis data stasioner atau non – stasioner

sepanjang data tersebut tidak mengandung faktor musiman. Tetapi bilamana terdapat

faktor musiman, metode-metode tersebut akan menghasilkan peramalan yang buruk.

Untuk data stasioner, digunakan metode rata-rata bergerak atau pemulusan

eksponensial. Jika datanya menunjukkan suatu trend linear, maka baik model linear

40

dari Brown atau Holt, dapat diterapkan. Tetapi jika datanya musiman, metode ini

sendiri tidak dapat mengatasi masalah tersebut dengan baik. Walaupun demikian,

metode Winters dapat menangani faktor musiman secara langsung.

Metode Winters didasarkan atas tiga persamaan pemulusan, yaitu satu untuk

unsur stasioner, satu untuk trend, dan satu untuk musiman. Hal ini serupa dengan

metode Holt, dengan satu perumusan tambahan untuk mengatasi musiman.

Persamaan dasar untuk metde Winters adalah sebagai berikut:

Pemulusan Keseluruhan

))(1( 11 −−−

+−+= ttLt

tt bS

IX

S αα

Pemulusan Trend

11 )1()( −− −+−= tttt bSSb γγ

Pemulusan Musiman

Ltt

tt I

SX

I −−+= )1( ββ

Ramalan

mLtttmt ImbSF +−+ += )(

Dimana: L = Panjang musiman

b = Komponen trend

I = Faktor penyesuaian musiman

Ft+m = Peramalan untuk m periode ke depan

41

Salah satu masalah dalam mengggunakan metode Winter adalah menentukan

nilai-nilai untuk α, β, dan γ tersebut yang akan berpengaruh dalam perhitungan nilai-

nilai error seperti MSE (Mean Square Error) dan MAPE (Mean Absolute Percentage

Error).

Pendekatan untuk menentukan nilai ini biasanya secara trial dan error (coba-

coba), walaupun mungkin juga digunakan algoritma optimasi non-linear untuk

mendapatkan nilai parameter optimal. Karena kedua pendekatan tersebut memakan

banyak waktu dan mahal, maka metode ini jarang digunakan. Metode ini baru dipakai

jika banyak himpunan data yang harus ditangani.

Untuk menginisialisasi metode peramalan Winter yang diterapkan di atas,

kita perlu menggunakan paling sedikit satu data musiman lengkap (yaitu L periode)

untuk menentukan estimasi awal dari indeks musiman, Lt-1, dan kita perlu menaksir

faktor trend dari satu periode ke periode selanjutnya. Adapun rumus yang digunakan

untuk inisisalisasi awal yaitu:

⎥⎦⎤

⎢⎣⎡ −

++−

+−

=

=

=

+++

++

LXX

LXX

LXX

Lb

XXI

SX

LLLLL

Lt

LL

)(...)()(1 2211

11

4) Metode Triple Eksponensial Smoothing Metode Quadratic Satu-Parameter dari

Brown menurut Makridakis (1999, p117-121)

42

Sebagaimana halnya dengan pemulusan eksponensial linear yang dapat

digunakan untuk meramalkan data dengan suatu pola trens dasar, bentuk pemulusan

yang lebih tinggi dapat digunakan bila dasar pola datanya adalah kudratik, kubik, atau

orde yang lebih tinggi. Untuk mendapatkan pemulusan kudratik yang lebih akurat

maka dilakukan cara memasukkan tingkat pemulusan tambahan berupa triple atau

pemulusan dilakukan 3 kali dan memberlakukan persamaan peramalan kuadratik.

Persamaan untuk pemulusan triple atau tiga kali ini adalah:

( )[ ]

2

''''''2

2

''''''2

''''''

'''1

'''''

''1

'''

'1

'

21

)2()1(

)34()810(56)1(2

33

)1(

)1(

)1(

mcmbaF

SSSc

SSSb

SSSa

SSS

SSS

SXS

tttmt

tttt

tttt

tttt

ttt

ttt

ttt

++=

+−−

=

−+−−−−

=

+−=

−+=

−+=

−+=

+

αα

αααα

α

αα

αα

αα

Dimana : St’ = Pemulusan pertama ke – t

St’’ = Pemulusan kedua ke – t

St’’’ = Pemulusan ketiga ke – t

bt = Nilai trend ke – t

α = Faktor pemulusan

Ft+m = Nilai peramalan ke – t

43

Proses inisialisasi untuk proses pemulusan eksponensial kudratik dari Brown

yaitu :

St’ = St

’’ = St’’’ = Xt

3.1.1.4 Statistik Ketepatan Peramalan

Menurut Makridakis (1999, p58-59) ukuran statistik standard adalah sebagai

berikut :

1. Error

iii FXe −=

2. Nilai tengah kesalahan absolut (mean error)

∑=

=n

ii neME

1/

3. Nilai tengah galat absolut (mean absolute error)

∑=

=n

iieMAE

1

4. Nilai tengah galat kuadrat ( mean squared error )

n

eMSE

n

ii∑

== 1

2

5. Deviasi standar galat (standard deviation of error)

( )11

2

−=

∑=

n

eSDE

n

ii

44

6. Nilai tengah deviasi absolut (mean absolute deviation)

∑ −= XXn

MAD i1

Ukuran-ukuran relatif menurut Makridakis (1999, p61) adalah sebagai berikut :

1. Galat persentase (percentage error)

100×−

=t

ttt X

FXPE

2. Nilai tengah galat persentase (mean percentage error)

n

PEMPE

n

ii∑

== 1

3. Nilai tengah galat persentase (mean absolute percentage error)

n

PEMAPE

n

ii∑

== 1

3.1.2 Persediaan

Pada tahun 1960, suatu terobosan baru dalam bidang pengendalian bahan

baku telah terjadi, komputer mulai dipergunakan untuk membantu pengelolaan

manajemen persedian. Kesulitan yang biasanya terjadi dalam pelaksanaan

manajemen persediaan tradisional telah teratasi semenjak dikenalnya suatu

pendekatan sistem persediaan yang terperinci dan lebih baik, yang disebut material

45

requirement planning (MRP) sistem ini ditemukan oleh Joseph orilicky dari J.J, Case

Company (Schroeder, 2000, p335).

Komputerisasi MRP awalnya dikembangkan dilingkungan APICS (American

Production and Inventory System Society) dalam suatu pengembangan program

professional saat ini sistem MRP telah memiliki popularitas dalam bidang industri

yang memanfaatkan kemampuan komputer untuk melaksanakan perencanaan dan

pengendalian dengan memperhatikan hubungan antara item persediaan, sehingga

pengelolaannya dapat lebih efisien dalam menentukan kebutuhan material secara

tepat dan cepat.

3.1.2.1 Pengertian persediaan

Menurut Herjanto (1999, p 219) persediaan adalah bahan atau barang yang

disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk

proses produksi perakitan, untuk dijual kembali, untuk suku cadang dari suatu

peralatan atau mesin.

Menurut Handoko (2000, p 333) persediaan ialah suatu istilah umum yang

menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam

antisipasinya terhadap pemenuhan permintaaan. Pengendalian persediaan merupakan

fungsi manajerial yang sangat penting karena banyak perusahaan melibatkan

investasi terbesar pada persediaan.

Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang

memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga,

46

kapan persediaan harus diisi, dan berapa besar pesanaan yang harus dilakukan.

Sistem ini bertujuan menetapkan dan menjamin tersediaannya sumber daya yang

tepat, dalam kuantitas yang tepat pada waktu yang tepat.

Jenis persediaan menurut Handoko (2000,p334) berdasarkan jenisnya

persediaan dapat dibedakan atas :

1. Persediaan bahan mentah (raw materials) adalah persediaan barang - barang

berwujud seperti baja, kayu, dan komponen lainnya yang digunakan dalam proses

produksi. Bahan mentah diperoleh dari sumber -sumber alam atau dibeli dari para

supplier dan atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses

produksi.

2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components) adalah

persediaan barang - barang yang terdiri dari komponen - komponen yang

diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi

suatu produk.

3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies) adalah persedian barang

yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau

komponen barang jadi.

4. Persediaan barang dalam proses (work in process) adalah persediaan barang -

barang yang memerlukan keluaran dari tiap - tiap bagian dalam proses produksi

atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih diproses lebih lanjut

menjadi barang jadi.

47

5. Persediaan barang jadi (finished goods) adalah persediaan barang yang telah

selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim

kepada pelanggan.

3.1.2.2 Biaya persediaan

Biaya persediaan adalah keseluruhan biaya operasi atas sistem persediaan

(Yamit, 1999, p 9). Berikut ini adalah jenis – jenis biaya persediaan, yaitu :

a) Biaya pembelian (purchase cost) adalah harga perunit apabila item dibeli dari

pihak luar, atau biaya produksi tiap unit apabila diproduksi dalam perusahaan.

Biaya per unit akan selalu menjadi bagian dari item dalam persediaan. Untuk

pembelian item dari luar, biaya perunit adalah harga beli ditambah biaya

pengangkutan. Sedangkan untuk biaya item yang diproduksi didalam perusahaan,

biaya per unit adalah termasuk biaya tenaga kerja, bahan baku, dan biaya

overhead pabrik.

b) Biaya pemesanan (order cost/set-up cost) adalah biaya yang berasal dari

pembelian pesanan dari supplier atau biaya persiapan (set-up cost) apabila item

diproduksi didalam perusahaan. Biaya pemesanan seperti biaya membuat daftar

permintaan, menganalisis supplier, membuat pesanan pembelian, penerimaan

bahan, inspeksi bahan, dan pelaksanaan proses transaksi. Sedangkan biaya

persiapan seperti biaya yang dikeluarkan akibat perubahan proses produksi,

pembuatan jadwal kerja, persiapan sebelum produksi, dan pengecekan kualiatas.

48

c) Biaya simpan ( carrying cost/ holding cost) adalah biaya yang dikeluarkan atas

investasi dalam persedian dan pemeliharaan maupun investasi saran, fisik untuk

menyimpan persediaan. Biaya simpan seperti biaya modal, pajak, asuransi,

pemindahan persediaan, keusangan, dan semua biaya yang dikeluarkan untuk

pemeliharaan persediaan.

d) Biaya kekurangan persediaan (stock out cost) adalah konsekuensi ekonomis atas

kekurangan dari luar maupun dari dalam perusahaan. Kekurangan dari luar terjadi

apabila pesanan konsumen tidak dapat dipenuhi. Sedangkan kekurangan dari

dalam terjadi apabila departemen tidak dapat memenuhi kebutuhan departemen

lain. Biaya kekurangan dari pihak luar dapat berupa biaya back order, biaya

kehilangan kesempatan penjualan, dan biaya kehilangan kesempatan menerima

keuntungan. Biaya kekurangan dari dalam perusahaan dapat berupa penundaan

pengiriman maupun idle kapasitas. Jika terjadi kekurangan atas permintaan suatu

item, perusahaan harus melakukan back order atau mengganti dengan item lain

atau membatalkan pengiriman.

3.1.3 Perencanaan Agregat

Perencanaan agregat merupakan jantung dari perencanaan jangka menengah.

Tujuan perencanaan agregat untuk mengembangkan suatu rencana produksi secara

menyeluruh yang fisibel dan optimal. Fisibel berarti dapat memenuhi permintaan

pasar dana sesuai dengan kapasitas yang ada, sedangkan optimal berarti

49

menggunakan sumber daya sebijaksana mungkin dengan pengeluaran biaya serendah

mungkin.

Perencanaan agregat berhubungan dengan penentuan jumlah dan waktu

produksi untuk jangka waktu menengah. Manajer operasi harus menentukan jalan

terbaik agar memenuhi prakiraan permintaan dengan cara menyesuaikan rata – rata

produksi, tingkat penggunaan tenaga kerja, tingkat persediaan, lembur, kerja sama

(subkontrak), atau variable lain yang dapat dkendalikan. Dengan menggunakan

beberapa metode dalam perencanaan agregat, manajer operasi dapat memilih strategi

terbaik yang memberikan keuntungan optimal. Perencanaan agregat diperlukan

karena akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memenuhi permintaan

dan dalam berkompetisi dengan perusahaan lain.

3.1.3.1 Strategi dalam Perencanaan Agregrat

Terdapat 7 strategi yang digunakan dalam perencanaan agregat, yaitu :

1. Melakukan variasi tingkat persediaan, pada strategi ini jumlah karyawan dan

waktu kerja dipertahankan sehingga rata – rata tingkat produksi akan tetap.

Kelebihan produksi yang terjadi pada periode permintaan rendah disimpan

sebagai persediaan yang nantinya digunakan untuk menutupi produksi pada

waktu terjadi permintaan yang lebih tinggi dari tingkat produksi. Kelemahannya

adalah timbulnya biaya penyimpanan persediaan berupa biaya sewa gudang,

administrasi, asuransi, kerusakan material dan bertambahnya modal yang

tertanam. Strategi ini tidak dapat digunakan untuk kegiatan jasa (misalnya

50

transportasi, kesehana, atau pendidikan) karena jasa tidak dapat disimpan sebagai

persediaan. Selain itu juga tidak tepat untuk perusahaan yang produknya cepat

rusak/ tidak tahan lama, berhubungan dengan mode/fashion, bernilai tinggi, atau

memerlukan ruang simpan yang sangat besar.

2. Melakukan variasi jam kerja, pada strategi ini jumlah karyawan dijaga tetap untuk

suatu tingkat produksi tertentu, perubahan hanya dilakukan terhadap jumlah jam

kerja. Jika permintaan naik, diadakan penambahan jam kerja untuk menambah

produksi, sedangkan jika permintaan turun dilakukan pengurangan jam kerja.

Lembur biasanya akan menimbulkan biaya yang lebih besar karena upah lembur

lebih besar daripada upah pada waktu reguler. Selain itu terlalu banyak lembur

dapat menurunkan produkstivitas dan menambah biaya overhead.

3. Melakukan variasi jumlah jam kerja, apabila terjadi permintaan tinggi maka

dilakukan penambahan tenaga kerja. Sebaliknya, pada waktu permintaan rendah

dilakukan pengurangan tenaga kerja. Biaya yang timbul mencakup biaya

pengadaan tenaga kerja atau pesangon bagi tenaga kerja yang dikurangi. Strategi

ini cocok untuk diterapkan jika tenaga kerja yang disewa atau dikurangi

mempunyai ketrampilan yang rendah dan jika pasar tenaga kerja memiliki suplai

yang besar. Bagi perusahaan yang memerlukan tenaga kerja dengan ketrampilan

tinggi, strategi ini tidak mudah diterapkan karena tenaga kerja yang demikian

lebih menyukai pekerjaan yang tetap dan terjamin. Selain itu, pengurangan tenaga

kerja yang teralu sering mempunyai pengaruh negatif, yaitu menurunkan moral

kerja karyawan yang mengakibatkan penurunan produktivitas.

51

4. Subkontrak, dilakukan jika terjadi permintaan yang bertambah sementara

kapasitas produksi tidak cukup untuk memenuhinya sedangkan perusahan tidak

menghendaki hilangnya permintaan atau pelanggan penting. Kerugian strategi ini

adalah harga pokok produksi menjadi lebih tinggi, bisa memberikan kesempatan

kepada pesaing untuk maju, dan adanya risiko karena tidak dapat secara langsung

mengontrol mutu produk dan penjadwalan.

5. Menggunakan pekerja paruh waktu, dalam sektor jasa pekerja paruh waktu dapat

memenuhi kebutuhan tenaga kerja berketerampilan rendah. Metode ini membawa

frekuensi biaya yang rendah dan lebih fleksibel daripada menggunakan tenaga

kerja tetap. Kelemahannya adalah mengakibatkan perputaran tenaga kerja dan

biaya pelatihan yang tinggi, serta mempengaruhi konsistensi mutu produk.

Apabila strategi ini diterapkan untuk pekerjaan yang memerlukan keterampilan

tinggi, masalah yang perlu diantisipasi adalah tidak tersedianya tenaga kerja pada

saat diperlukan karena mereka mencari kerja di tempat lain.

6. Mempengaruhi permintaan, jika permintaan turun atau rendah, perusahaan

berusaha menaikkan permintaan melalui iklan, promosi, pemotongan harga, atau

menggalakkan bentuk kegiatan pemasaran lain. Biaya tambahan yang timbul

tentunya berupa biaya iklan, potongan harga dan biaya program promosi lain.

Strategi ini termasuk menggeser permintaan dari periode permintaan tinggi ke

periode permintaan rendah, seperti dilakukan perusahaan telekomunikasi. Pada

saat siang hari banyak permintaan telepon yang tidak terlayani karena salurannya

penuh. Untuk itu dilakukan strategi menggeser permintaan siang hari ke malam

52

hari, melalui perbedaan tarif yang sangat signifikan. Hal itu menyebabkan

konsumen yang tadinya akan menggunakan jasa telepon siang hari beralih ke

lama hari karena ingin mendapatkan biaya yang rendah. Permintaan siang hari

yang potensi hilang menjadi tetap ada karena pindah ke malam hari.

7. Pemesanan tertunda selama periode permintaan tinggi, pemesanan tertunda

adalah pemesanan barang atau jasa yang diterima perusahaan tetapi dapat

memenuhi kemudian setelah perusahaan mempunyai persediaan. Pemesanan

tertunda berlaku umum bagi perusahaan mail order atau perusahaan yang

memproduksi barang – barang yang kompleks atau beenilai tinggi, seperti

pesawat terbang, kapal laut dan lain – lain. Strategi ini sering tidak dapat

dilaksanakan untuk perusahaan yang menjual barang – barang konsumsi, seperti

makanan, obat – obatanatau pakaian. Keuntungan strategi ini dapat menghindari

lembur dana tetap menjaga kapasitas produksi yang konstan. Sementara

kelemahannya adalah tertunda penerimaan/penjualan dan hanya dapat dilakukan

apabila permintaan lebih tinggi daripada penawaran.

3.1.3 2 Metode Perencanaan Agregat

Beberapa metode yang dikenal dalam perencanaan agregat, antara lain

pendekatan intuitif, pendekatan matematika, serta metode tabel dan grafik. Dalam

pendekatan intuitif, manajemen menggunakan rencana yang sama dari tahun ke

tahun. Penyesuaian dilakukan dengan intuisi hanya sekadar untuk memenuhi

53

permintaan baru. Apabila rencana yang lama tidak optimal, pendekatan ini

mengakibatkan pemborosan yang berkepanjangan.

Pendekatan matematika dilakukan dengan menggunakan teori, seperti

pemrograman linier, kaidah keputusan linier, model koefisien manajemen, metode

transportasi, dan simulasi. Pemrograman linier merupakan teknik pengambilan

keputusan untuk memecahkan masalah mngalokasikan sumber daya yang terbatas

diantara berbagai kepentingan seoptimal mungkin. Pemrograman linier merupakan

salah satu metode dalam riset operasi yang memungkinkan para manajer mengambil

keputusan mengenai kegiatan yang mereka tangani dengan menggunakan dasar

analisis kuantitatif. Dengan menggunakan teori ini, hasil yang optimal dapat

diperkirakan, seperti berapa unit produk yang harus dibuat, berapa shift yang

dioperasikan, atau berapa unit persediaan barang yang disimpan.

Metode transportasi menurut Herjanto (2003, p171) adalah suatu metode yang

digunakan untuk mengatur distribusi dari sumber – sumber yang menyediakan

produk yang sama ketempat – tempat tujuan secara optimal. Distribusi ini dilakukan

sedemikian rupa sehingga permintaan dari beberapa tempat tujuan dapat dipenuhi

dari beberapa tempat asala, yang masing – masing dapat memiliki permintaan atau

kapasitas yang berbeda. Alokasi ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan

biaya pengangkutan yang bervariasi karena jarak dan kondisi antarlokasi yang

berbeda. Dengan menggunakan metode transportasi, dapat diperoleh suatu alokasi

distribusi barang yang dapat meminimalkan total biaya transportasi.

54

3.1.4 Hubungan Kapasitas Produksi Terpasang, Master Schedule dan

Perencanaan Agregat

Perencanaan Agregat adalah suatu perencanaan yang dibuat dalam suatu

periode tertentu untuk mengetahui jumlah produk yang akan dibuat dengan

memperhatikan kapasitas produksi secara regular dan secara lembur.

Kapasitas produksi terpasang adalah kapasitas produksi dalam suatu

perusahaan yang bisa digunakan secara maksimal dalam menjalankan proses

produksi. Master Schedule adalah suatu jadwal produksi yang harus diproduksi dalam

proses produksi dengan kata lain adalah jumlah produk yang akan dibuat dalam

produksi suatu barang.

Dari ketiga pengertian diatas maka dapat kita lihat ada hubungan yang erat

dari ketiganya, perencanaan agregat akan menentukan jumlah produk yang bisa

dibuat dalam periode tertentu sehingga untuk menjalankan perencanaan ini dibuat

master schedule. Sedangkan kapasitas produksi terpasang adalah kapasitas maksimal

yang hanya bisa di sediakan dalam memproduksi suatu produk dan jika ada produk

yang dibuat melebihi kapasitas tersebut secara otomatis tidak bisa di produksi lagi

karena kapasitas produksi dalam suatu pabrik sebatas itu saja.

3.1.5 Disagregasi (Smith, 1989, p208)

Disagregasi adalah suatu proses untuk memecah rencana produksi secara

agregat menjadi rencana produksi end item. Hasil out put dari proses disagregasi

adalah MPS atau JIP (jadwal induk produksi). Berikut ini hierarki rencana produksi

55

Rencana produksi type (agregat)

|

Rencana produksi famili (agregat)

|

Rencana produksi item (disagregat)

Gambar 3.5 Hierarki Rencana Produksi

Type (h)

Merupakan kumpulan famili yang memiliki biaya produksi persatuan / pola

permintaan relatif sama.

Famili (i)

Merupakan kumpulan item yang menanggung biaya set-up secara bersama.Set-up

diperlukan apabila fasilitas digunakan untuk memproses item dari famili lain.

Item (j)

Merupakan produk akhir yang akan dikirim ke konsumen. Suatu item

dibedakan atas item lainnya berdasarkan warna, kemasan, dll.

Disagregasi ada 2 tahap:

1) Disagregasi dari tipe ke famili

2) Disagregasi dari famili ke item

56

Langkah disagregasi :

1) Memilih famili mana yang harus diproduksi. Dengan cara memeriksa persediaan

dan ramalan demand setiap produk pada setiap famili

(Iij,t-1 – Dij,t – Sij) ≤ 0

Iij,t-1 : Persediaan awal setiap item j pada semua famili i

Dij : Demand setiap item j pada semua famili i

Sij : Safety Stock setiap item j pada semua famili i

2) Menentukan jumlah yang harus diproduksi:

Yi = Min [ EOQi ; Osi – Ii ]

dimana:

Osi = Jumlah max persediaan famili-i

Ii = Jumlah persediaan famili -i

dimana:

Ai : Kebutuhan famili i per tahun

Csi : Biaya 1 kali setup mesin untuk membuat famili – i

Chi : Biaya simpan famili – i per tahun

R : Suku bunga bank (nilai uang atas barang persediaan)

Yi : Jumlah famili ke-i yang harus diproduksi.

hi

siii CR

CAEOQ.

..2=

57

3) Lakukan penyesuaian jika:

Σ Yi ≠ Ph

Ph = Rencana produksi agregat tipe (h)

Σ Yi = Total jumlah semua famili yang harus di produksi

° Jika maka Yi,t disesuaikan menjadi Yi*,t ; dimana:

° Jika maka Yi,t disesuaikan menjadi Yi*,t dengan

membandingkan a & b yang paling minimum dimana:

| a

|

Yi*,t = Min |

| b

4) Lakukan perhitungan disagregasi item.

Rumus:

dij,t = Max [0 ; Dij,t – Iij,t-1 + Sij,t]

⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡∑

=i

ithti Y

YPY ,*,

thtihi

PY ,, <∑ε

⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢

−−+

∑∑

)(

)()(

)(

,,

,,

,,,

,,

tijtijhi

tijtijij

tihi

thti

tijtijij

SOS

SOSYPY

SOS

ε

ε

ε

ε

1,,

,1,

,,

,

)(*,

−+

⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢

⎡−+

=

∑tjitij

ij

tijtijij

ti

tijtij IStdij

SIYdX

ε

ε

thtihi

PY ,, >∑ε

58

dimana:

dij,t = Permintaan efektif item-j pada perioda t

Dij,t = Permintaan pasar item-j pada perioda t

Iij,t-1 = Persediaan item-j pada akhir perioda t-1

Penyesuaian item:

0 < Xij,t < 0Sij,t => Xij*,t = Xij,t

0 ≥ Xij,t => Xij*,t = 0

Xij,t ≥ OSij,t => Xij*,t = OSij,t

3.2 Sistem Informasi

3.2.1 Pengertian Sistem

Menurut O’Brien ( 2002, p7 ), sistem adalah sebuah gabungan dari

komponen-komponen yang saling terhubung dan berinteraksi sehingga membentuk

satu kesatuan untuk mencapai satu tujuan bersama dengan menerima input dan

menghasilkan output dalam serangkaian proses yang terorganisasi. Tiga buah

komponen dari sistem adalah:

1. Input

Mencakup seluruh elemen dan komponen yang memasuki sistem untuk

diproses, sebagai contoh ; bahan mentah, energi, data, tenaga manusia.

59

2. Proses

Termasuk didalamnya adalah seluruh kegiatan transformasi yang merubah

input menjadi output, sebagai contoh ; perhitungan matematis, kegiatan manufaktur

3. Output

Termasuk didalamnya adalah hasil dari elemen - elemen yang telah dihasilkan

oleh proses yang akan dikirimkan ke tujuan akhir, contohnya barang jadi, pelayanan

jasa, dan manajemen informasi yang harus diterima oleh pengguna.

3.2.2 Pengertian Informasi

Berdasarkan O’Brien (2002,p.13), informasi adalah data yang telah

dikonversikan menjadi bentuk yang bermakna dan berguna bagi pengguna akhir.

Orang sering salah mengartikan data sebagai informasi, sebenarnya sebuah informasi

dapat dikatakan sebagai data yang telah diolah dalam bentuk:

1. teratur, telah dimanipulasi, dan terorganisasi dengan baik.

2. isinya telah dianalisa dan dievaluasi

3. telah disusun sedemikian rupa dalam bentuk yang dapat dimengerti oleh

pengguna

Sehingga informasi adalah data yang telah diproses dalam konteks tertentu

sehingga memberikan nilai bagi pengguna akhir yang spesifik.

60

3.2.3 Pengertian Sistem Informasi atau SI

1. Menurut Wilkinson (1993, p5) sistem informasi adalah suatu kerangka kerja

dengan sumber daya (manusia, komputer) dikoordinasikan untuk mengubah

masukan (data) menjadi keluaran (informasi) guna mencapai sasaran perusahaan.

2. Menurut Mcleod (2001, p4) sistem informasi adalah suatu kombinasi yang

terorganisasi dari manusia, perangkat lunak, perangkat keras, jaringan komunikasi

dan sumber daya data yang mengumpulkan, mentransformasikan serta

menyebarkan informasi didalam sebuah organisasi.

3. Menurut Davis (1993, p5) sistem informasi adalah sebuah sistem manusia atau

mesin yang terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi,

manajemen dan pengambil keputusan dalam suatu organisasi.

4. Menurut Alter (1999, p42) sistem informasi adalah suatu jenis sistem kerja yang

menggunakan teknik informasi untuk mengumpulkan, meneruskan, menyimpan,

dan mendapatkan kembali, memanipulasi ataupun menampilkan informasi

sehingga mendukung satu atau lebih sistem kerja.

3.2.4 Pengertian Sistem Informasi Manajemen (SIM)

Menurut Mcleod (2001, p30) sistem informasi manajemen adalah suatu sistem

berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan

kebutuhan yang serupa.

61

3.2.5 Pengertian Analisa Sistem Informasi (ASI)

1) Menurut O’Brien (2003,p34) analisa sistem informasi adalah proses

mengidentifikasi komponen-komponen dasar dari sistem tersebut yang meliputi

sumber-sumber yang digunakan. Aktivitas pengolahan informasi yang dilakukan

dan informasi yang dihasilkan sehingga dapat dimengerti dan dikembangkan.

2) Menurut Wilkinson (1993,p283-289), langkah-langkah dalam menganalisa suatu

sistem adalah :

a. Survei atas sistem yang sedang berjalan.

b. Analisis atau temuan survey.

c. Identifikasi kebutuhan informasi

d. Identifikasi persyaratan sistem.

e. Penyampaian laporan analisis sistem.

3) Menurut Alter (1999, p413) analisa sistem adalah proses umum yang mencakup

pendefinisian masalah, pengumpulan informasi yang berkaitan, pengembangan

solusi, alternatif dan pemilihan diantara solusi yang ada tersebut.

3.2.6 Pengertian Perancangan Sistem Informasi (PSI)

1. Menurut Mcleod (1996, p238) perancangan sistem adalah penentuan proses dan

data yang diperlukan oleh sistem yang baru.

2. Menurut Mulyadi (1993, p51) perancangan adalah proses penterjemahan

kebutuhan pemakai informasi kedalam alternatif rancangan sistem informasi yang

diajukan kepada pemakai informasi untuk dipertimbangkan.

62

3. Menurut Alter (1999, p383) perancangan sistem adalah bagian dari perencanaan

bisnis yang berhubungan dengan penyebaran sumber daya informasi perusahaan

yang mencakup manusia, perangkat keras dan perangkat lunak.

3.2.7 Kualitas Sistem Informasi

Kualitas sistem informai menurut McLeod (2001, p187) yaitu :

Relevan, informasi memeiliki relevansi jika berkaitan langsung dengan masalah

yang ada. Manager harus mampu memilih informasi yang diperlukan tanpa

membaca seluruh informasi mengenai subyek – subyek lain.

Akurasi, informasi yang dihasilkan harus bebas dari kesalahan – kesalahan dan

harus jelas mencerminkan maksud dari informasi.

Ketepatan waktu, informasi harus tersedia untuk pemecahan masalah sebelum

situasi krisis menjadi tidak terkendali atau kesempatan hilang. Manager harus

mampu memperoleh informasi yang menggambarkan apa yang sedang terjadi

sekarang, selain apa yang terjadi dimasa yang lampau.

Kelengkapan, manager harus memperoleh informasi yang menyajikan

gambaran lengkap dari suatu permasalahan atau penyelesaian karena informasi

yang kurang lengkap bisa menimbulkan kesulitan bagi manager untuk

pengambilan keputusan.

Suatu informasi dikatakan bernilai jika manfaat yang diberikan lebih besar dari

biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkannya. Kegunaan dari informasi adalah

63

untuk mengurangi ketidakpastia didalam pengambilan keputusan dalam sustu kondisi

tertentu.

3.2.8 Pola Lingkaran Siklus Hidup Sistem

Menurut McLeod (1996, p228) siklus hidup sistem adalah proses evolusioner yang

diikuti dalam menerapakan system atau subsistem informasi berbasis komputer.

Tahap – tahap dalam siklus hidup sistem adalah :

1. Tahap Perencanaan, pada tahap ini beberapa hal yang harus dilakukan yaitu :

Menyadari adanya masalah, masalah dapat disadari dari pengamtan gejala –

gejala yang muncul baik oleh manajer maupun nonmanajer.

Mendefinisikan masalah, diperlukan pemahaman yang baik dalam

menemukan titik penyebab permasalahan dan kemungkinan penyebabnya.

Menentukan tujuan sistem, tujuan dinyatakan secara umum berkaitan dengan

hal apa yang ingin dipenuhi system.

Membuat studi kelayakan, merupakan suatu tinjauan sekilas pada faktor –

faktor utama yang akan mempengaruhi kemampuan sistem dalam mencapai

tujuan yang diinginkan. Biasanya dilakukan analisa terhadap dimensi teknis,

pengembalian ekonomis, pengembalian non ekonomis, operasional, hukum,

etika dan jadwal.

Mempersiapkan usulan penelitian sistem, yang mana hasil dari penelitian

sistem memberikan dasar yang terinci untuk rancangan sistem baru tentang

apa yang harus dilakukan oleh sistem dan bagaimana cara melakukannya.

64

Menyetujui atau menolak penelitian proyek.

Menetapkan mekanisme pengendalian.

2. Tahap Analisis, menurut McLeod (2001, p234) Analisis system adalah penelitian

atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang system yang baru atau

sistem informasi hasil revisi. Meliputi survey dan analisa terhadap sistem

informasi yang sekarang. Pada tahap ini akan ditentukan informasi apa yang

diperlukan bagi para pengguna dari sistem yang baru disamping persyaratan

teknis dari sistem itu sendiri. Hasil dari analisa tersebut dituangkan kedalam

usulan rancangan.

3. Tahap Perancangan, rancangan sistem adalah penentuan proses dan data yang

diperlukan oleh system baru. Langkah – langkah yang dilakukan adalah dengan

menyiapkan rancangan system yang terinci, mengidentifikasi berbagai alternatif

konfigurasi sistem, mengevaluasi berbagai alternatif konfigurasi sistem, memilih

konfigurasi yang terbaik, menyiapkan usulan penerapan, menyetujui atau

menolak penerapan sistem.

4. Tahap Penerapan, merupakan kegiatan memperoleh dan mengintegrasikan

sumber daya fisik dan konseptual yang menghasilkan suatu sistem yang bekerja.

Pada tahap ini dilakukan perencanaan penerapan dan penyediaan sumber daya

yang diperlukan baik perangkat keras, perangkat lunak, database, sampai dengan

melakukan pelatihan pemakai untuk dapat mengoperasikan sistem yang baru

dengan baik penerapan dapat dilakukan dengan :

65

Percontohan (pilot) adalah sistem percobaan yang diterapkan dalam satu

subset dari keseluruhan operasi.

Serentak ( immediate) adalah penerapan dilakukan dengan cara beralih dari

sistem lama ke system baru pada saat yang telah ditentukan secara serentak.

Bertahap (phased) adalah penerapan sistem baru dilakukan pada bagaian

perbagian pada suatu waktu tertentu sehingga sistem baru tersebut

diterapkan diseluruh bagian.

Parallel (Parallel) adalah sitem lama dipertahankan sampai sistem baru telah

diperiksa secara menyeluruh.

5. Tahap Penggunaan, terdiri dari tahap penggunaan sistem, audit sistem dan

memelihara sistem.

3.2.9 Sumber Daya Sistem Informasi

Menurut McLeod (2001), sumber daya yang digunakan dalam sistem

informasi diantaranya adalah sumber daya manusia (people resources) seperti system

analis, pengembang piranti lunak, operator sistem, pemakai. Sumber daya perangkat

keras seperti komputer, floppy disk, printer dan sebagainya. Sumber daya perangkat

lunak seperti sistem operasi, program, prosedur pemasukan data dan sebagainya.

Sumber daya data seperti deskripsi suatu produk, file karyawan, catatan pelanggan,

dan sebagainya. Sumber daya jaringan seperti media komunikasi, prosedur

komunikasi, akses jaringan, dan sebagainya. Sumber daya informasi produk seperti

laporan manajemen, dokumen bisnis, formulir dan sebagainya.

66

3.2.10 Aktivitas Sistem Informasi

Berdasarkan pendapat McLeod (2001), aktivitas dalam sistem informaasi

terdiri dari input, proses, output, penyimpanan dan kontrol. Input adalah aktivitas

memasukkan data yang akan diproses lebih lanjut menjadi informasi. Biasanya

diambil dari data hasil pemasukkan data (data entry), namun dapat juga berupa data

yang disimpan dalam suatu media penyimpanan data yang berupa laporan – laporan.

Contoh aktivitas proses adalah perhitungan gaji karyawan, perhitungan pajak, dan

lain sebagainya. Output merupakan informasi yang diperoleh dari pengelolaan data,

contoh laporan produksi, tampilan kinerja bagian pemasaran, dan lain – lain.

Penyimpanan (storage) bertujuan untuk menjaga record dari konsumen, karyawan,

dan produk. Kontrol dilakukan untuk memberikan signal yang mengindikasikan

adanya suatu data baru yang masuk dan sebagainya.

3.2.11 Konsep Dasar Perancangan Software Berorientasi Objek 3.2.11.1 Pengertian Objek dan Class

Basis dari pengembangan software berbasis objek adalah Objek itu sendiri,

Mathiassen (2000, p4), dimana dalam tahap analisis, objek digunakan untuk

mengorganisasi pengertian programmer tentang konteks dari sistem yang ingin

dirancang, sedangkan dalam tahap perancangan, objek itu digunakan untuk

mendefinisikan sistem itu sendiri. Dibawah ini adalah pengertian tentang Class dan

Objek :

67

Class mendeskripsikan beberapa objek yang memiliki structure, Behaviour

dan attribut yang sama, dimana class merupakan cetak biru dari objek. Atribut

umumnya digunakan untuk data , seperti angka dan string. Sedangkan Behaviour

merupakan operasi yang dapat dilakukan oleh objek yang diwakili class tersebut.

Sedangkan Objek itu sendiri merupakan sebuah entitas nyata yang memiliki

identitas, state, dan behaviour. Dalam pengembangan software berbasis objek, Objek

ini merepresentasikan objek di dunia nyata.

3.2.11.2 Pengertian OOAD

Object Oriented Analysis and Design merupakan tahap awal dalam

pembuatan software berbasis objek. Tujuan dari analisa dan desain ini adalah untuk

mengembangkan garis besar dari keseluruhan kebutuhan sistem dan sebagai landasan

utuk implementasi sistem. Analisa lebih berfokus kepada konteks sistem, sedangkan

desain lebih berfokus pada sisi teknis dari perancangan software itu sendiri.

Mathiassen (2000,p13).

3.2.11.3 Kaitan OOAD dan OOP

Karena pembuatan program berorientasi obyek memungkinkan penggunaan

kembali objek – objek yang ada, maka dalam pengembangan software berbasis obyek

mengikuti suatu langkah – langkah iteratif, yang dimulai dengan pencarian class

yang ada dalam library, yaitu class–class yang pernah di-develop sebelumnya.

Apabila sebuah class tidak dapat ditemukan, maka seorang software engineer akan

68

melakukan OOA (Object Oriented Analysis) untuk menganalisa masalah, Object

Oriented Design (OOD) untuk membuat desain class, lalu Object Oriented

Programing (OOP) untuk membuat program class tersebut. Terakhir ia akan

melakukan Object Oriented Testing (OOT) untuk membuat class dan juga objek

yang diturunkan dari class. Setelah objek jadi, class tersebut disimpan dalam Library

untuk digunakan pada masa depan.

3.2.11.4 Keuntungan OOAD dibanding FOAD

OOAD memiliki keungulan dibanding FOAD (Function Oriented Analysis

and Design) , yaitu dimana OOAD dapat memberikan gambaran yang jelas tentang

konteks dari sistem. Cara tradisional dengan menggunakan FOAD sangat sesuai

untuk mengembangkan sistem yang awal, dimana tujuan dari pengembangan adalah

untuk otomatisasi tugas – tugas pemrosesan informasi yang banyak menggunakan

tenaga kerja manusia. Sedangkan banyak sistem baru telah dikembangkan, yang

memiliki fokus kepada pemecahan masalah, komunikasi, dan koordinasi. Fungsi dari

sistem ini bukan saja untuk menangani data yang bersifat seragam, tapi juga untuk

menyebarkan data yang spesifik ke seluruh organisasi, maka dibutuhkan OOAD yang

berfokus secara seimbang antara sistem dan konteks dari sistem tersebut.

Keunggulan lain dari OOAD adalah kesinambungan antara Analisa, Desain,

Antarmuka pengguna, dan Programming. Dimana dalam saat analisa, objek bisa saja

berbentuk kondisi sosial , ekonomi, dan kondisi organisasi, sedangkan dalam desain

bisa berupa antarmuka sistem, fungsi, proses, dan komponen. Sehingga dalam

69

desain, developer menggunakan objek untuk menentukan kebutuhan sistem, dalam

desain, developer menggunakna untuk mendeskripsikan sistem , dan saat

programming, objek digunakan untuk konsep struktur pemrograman.

3.2.11.5 Konsep Encapsulation, Inheritance dan Polymorphism

Encapsulation, Inheritance dan Polymorphism merupakan konsep

pemrograman berbasis objek, dimana sebuah pemrograman berbasiskan objek harus

memenuhi kriteria tersebut, pengertian dari masing – masing kriteria tersebut adalah :

Encapsulation dalam OOAD memiliki definisi bahwa sebuah objek harus

memiliki kemampuan untuk menyembunyikan informasi penting dan tidak dapat

diakses oleh objek lain yang tidak memiliki akses dalam objek itu, hal ini dapat

direalisasikan dalam bentuk penggunaan variabel Private, Public, dan Protected,

dimana variabel public dapat diakses oleh semua objek, sedangkan protected hanya

dapat diakses oleh class turunan dari class tersebut. Dan variabel private hanya dapat

diakses oleh fungsi dalam class itu sendiri.

Polymorphism merupakan kemampuan untuk mendefinisikan beberapa class

dengan fungsi yang berbeda, namun memiliki nama metode dan properti yang identik

dan dapat digunakan secara bergantian pada saat program dijalankan.

Inheritance merupakan kemampuan objek untuk menurunkan sifat, metode,

atribut, dan variabel yang dimiliki oleh class dasarnya tanpa menggunakan banyak

kode program, serta dapat ditambahkan metode , atribut, dan variabel baru.

70

Kemampuan diatas dibutuhkan untuk mendapatkan sebuah software yang

fleksibel, karena dapat disesuaikan dengan kondisi kebutuhan, juga sangat dinamis

dalam penggunaannya, karena dapat menggunakan ulang class yang telah dibuat

sebelumnya.

3.2.11.6 Konsep Penggunaan Unified Modelling Language

3.2.11.6.1 Sejarah UML

Berdasarkan Rumbaugh (1999, p4.) UML (Unified Modelling Language)

dikembangkan sebagai usaha untuk mempermudah dan menyederhanakan banyak

metode pengembangan OOAD yang muncul. Sebelum tahun 1980 awal, dimana C

dan C++ berkembang, developer software masih menggunakan sistem pemrograman

struktural , yang umum digunakan sejal Cobol di tahun 1967, dan berkembang

dengan pesat di 1970. Sejak penggunaan OOAD pertama di bahasa pemrograman

Smalltalk di awal 1980, banyak metode OOAD yang muncul, diantaranya seperti

Shlaer/Mellor, Coad/Yourdon, Booch, Rumbaugh, dan lainnya. Pada tahun 1994,

Booch dan Rumbaugh bergabung di Rational Software Corp dan membentuk sebuah

standard yang baru . dan pada awal 1996, OMG ( Object Management Group )

mengajukan propsal untuk bertanggung jawab pada pengembangan dan penyatuan

metode pengembangan berbasis objek, inilah yang terus dikembangkan menjadi

UML.

71

3.2.11.6.2 Kegunaan UML

UML adalah sebuah bahasa pemodelan standard yang disetujui oleh seluruh

komunitas pemrograman dan dapat digunakan secara luas. UML menggunakan notasi

yang dikombinasikan dari beberapa metode yang telah berkembang sebelumnya. Hal

ini ditujukan untuk mempermudah desain, dan dapat digunakan untuk model dengan

skala besar sekalipun dengan jumlah kompleksitas, jumlah team, dan distribusi

komponen yang sangat besar.

UML tidak ditujukan untuk menjadi model pengembangan yang lengkap,

karena dalam UML tidak termasuk proses pengembangan yang terinci, dan UML itu

sendiri dengan proses pengembangan software adalah 2 hal yang berbeda.

UML juga ditujukan untuk menjadi sesederhana mungkin, sekalipun dapat

mengembangkan model dengan skala besar dari sistem praktis yang akan dibuat,

dimana UML juga harus dapat mencakup kebutuhan akan konsep yang akan muncul

di sistem – sistem modern.

3.2.11.6.3 Diagram UML

UML memiliki beberapa standarisasi diagram pemodelan yang digunakan

untuk memodelkan sistem itu sendiri, dimana diagram – diagram yang dimaskud

akan dibahas dibawah ini :

Class Diagram

72

Class Diagram memodelkan konsep dalam domain aplikasi, Class diagram

ini menggambarkan bagaimana hubungan antara class – class yang ada dalam sebuah

model. Dalam Class Diagram ini dapat digambarkan hubungan berikut :

o Generalization – Yaitu hubungan Umum – Khusus dari class turunan

terhadap class induknya yang menurunkan ( Inherits) sifat class induk.

o Association – Yaitu hubungan komunikasi antara satu class dengan

class lain.

o Multiplicities – Yaitu hubungan satu class dengan banyak class.

Class Diagram ini juga dapat disebut sebagai Static Digram, karena dalam

Class Diagram ini tidak terdapat deskripsi yang berkaitan dengan waktu, seperti di

Sequence diagram. Contoh Class diagram dapat dilihat pada Gambar 3.6

Gambar 3.6 Contoh Class Diagram

73

Use Case Diagram

Use Case Diagram merupakan sebuah diagram yang menggambarkan fungsi

dari sistem yang dimernerti oleh pengguna sistem, yang disebut sebagai Aktor.

Diagram ini menunjukkan fungsionalitas sistem yang digambarkan sebagai transaksi

antara pengguna dengan sistem, Aktor digambarkan dengan gambar orang dan Use

Case digambarkan sebagai ellips di dalam sistem. Contoh use case diagram dapat

dilihat pada gambar 3.7 dibawah ini .

Gambar 3.7 Contoh Use Case Diagram

Interaction diagram

Interaction Diagram ini terdiri atas 2 buah diagram yang terpisah, yaitu

Sequence diagram dan Collaboration Diagram, yang menjelaskan urutan pertukaran

pesan antara setiap komponen dari sistem

74

Sequence Diagram

Sequence Diagram menggambarkan susunan pesan komunikasi antara objek

dan aktor dalam urutan waktu, dimana setiap class memiliki sebuah lifeline (garis

hidup) yang digambarkan sebagai garis lurus, dan setiap pesan yang dikirimkan

digambarkan sebagai anak panah antara lifeline dari class tersebut. Contoh dari

Sequence Diagram dapat dilihat pada gambar 3.8 dibawah ini

Gambar 3.8 Contoh Sequence Diagram

Collaboration Diagram

Collaboration Diagram menggambarkan objek dan hubungan yang berarti

antara setiap interaksi dalam model tersebut. Diagram ini menggambarkan hubungan

interaksi dalam bentuk geometris yang mudah dimengerti. Objek dan database

75

digambarkan sebagai kotak dan interaksi pesan diantaranya digambarkan sebagai

garis penghubung dengan keterangan yang jelas. Contoh Collaboration Diagram

dapat dilihat pada gambar 3.9

Gambar 3.9 Contoh Collaboration Diagram

State Chart Diagram

State Chart diagram menggambarkan daur hidup dari sebuah objek atau class

Diagram ini menggambarkan beberapa state ( kondisi ) dari objek atau class yang

dihubungkan dengan transitions ( perpindahan state) . setiap state memodelkan

perode tertentu dalam daur hidup model dan kondisi tertentu dari objek. Contoh dari

State Chart Diagram ini dapat dilihat pada gambar 3.10

76

Gambar 3.10 Contoh State Chart Diagram

Activity Diagram

Activity Diagram menggambarkan aktivitas yang termasuk pada saat objek

melakukan perhitungan. Setiap state menggambarkan kegiatan pengeksekusian dari

sebuah operasi. Diagram ini menggambarkan gabungan dari beberapa aktivitas dari

sebuah bagian dari program. Contoh dari Activity Diagram ini dapat dilihat pada

gambar 3.11 dibawah ini

77

Gambar 3.11 Contoh Activity Diagram

Component Diagram

Component Diagram menggambarkan bagaimana kondisi

pengimplementasian dari objek dan class pada saat penggunaan di lapangan ,

component diagram ini juga menggambarkan aktivitas dan interaksi antara aktor,

komponen, class, dan objek. Contoh dari Component Diagram ini dapat dilihat pada

gambar 3.12 dibawah ini

78

Gambar 3.12 Contoh Component Diagram

Deployment Diagram

Deployment diagram menggambarkan pengaturan komponen – komponen

dalam sebuah sumberdaya fisik yang disebut node. Node ini bisa berupa komputer,

server, atau tempat penyimpanan. Diagram ini memungkinkan alokasi sumberdaya

yang tepat untuk sistem yang telah dirancang. Contoh dari Deployment Diagram ini

dapat dilihat pada gambar 3.13 dibawah ini

79

Gambar 3.13 Contoh Deployment Diagram

3.2.11.7 Tahapan Pengembangan Software Berorientasi Objek

Dalam Perancangan Software berorientasi Objek, dilakukan beberapa

tahapan yang menggunakan metode Unified Software Deployment. Metode ini

digunakan untuk melakukan Anaisis dan Desain Software berorientasi objek secara

cepat dan sederhana, sedangkan untuk programming tidak termasuk dalam Desain ini.

Tahapan – tahapan yang dilakukan dapat dilihat pada gambar 3.12 sebagai berikut :

80

Gambar 3.14 Tahap Unified Software Development

Sumber: Mathiassen (2000, p15)

Terdapat 4 kegiatan utama yang digunakan dalam menggunakan metode

Unified Software Deployment untuk OOA&D (Object Oriented Analysis and Design)

yang dibahas oleh Mathiassen ( 2000, p 14. ) ini yaitu :

1. Problem Domain Analysis

Tahap ini adalah tahapan dimana sistem akan dirancang sesuai dengan

kebutuhan informasi dari pengguna, tahapan ini menentukan hasil dari keseluruhan

akivitas analisis dan perancangan. Tahapan dari Problem Domain Analysis ini adalah:

a) Menentukan Class yang ada dalam sistem dengan melakukan proses

identifikasi dari definisi sistem yang telah dikembangkan

81

b) Menganalisa dan mengembangkan struktur hubungan dari class–class

yang ada

c) Menganalisa Behaviour dari class–class tersebut.untuk menentukan

state dari setiap class yang termasuk dalam sistem ini.

Hasil laporan perancangan yang dihasilkan dari tahapan ini adalah :

a) System Definition : mendefinisikan seluruh sistem sebagai sebuah

model yang akan dilihat user saat sistem jadi

b) Class Diagram : untuk menggambarkan hubungan antara class–class

dalam sebuah sistem

c) State Diagram : untuk menggambarkan bagaimana state dari daur

hidup kelas yang ada di dalam sistem ini.

Dapat dilihat dari tahap ini telah dapat dilihat model aplikasi secara

keseluruhan bagaimana aplikasi tersebut akan terbentuk.

2. Application Domain Analysis

Tahapan ini berfokus pada bagaimana sistem akan digunakan oleh pengguna.

Tahap ini dan tahap sebelumnya dapat dimulai secara bergantian, tergantung pada

kondisi pengguna menurut Mathiassen(2000, p 116) Terdapat 3 tahapan yang akan

dilakukan dalam Aplication Domain Analysis, yaitu :

a) Menentukan Penggunaan (usage), yaitu menentukan Aktor dan use

case yang terlibat dan interaksinya.

82

b) Menenetukan fungsi sistem untuk memproses informasi dan membuat

daftar fungsi.

c) Menetukan Antarmuka pengguna dan sistem, untuk interaksi

sesungguhnya dari pengguna dan sistem informasi yang dirancang.

Laporan yang akan dihasilkan dari tahapan ini adalah :

a) Use Case Diagram, yang menggambarkan interaksi pengguna sebagai

aktor dengan sistem informasi .

b) Function List, yaitu kemampuan yang harus dimiliki sistem sebagai

kebutuhan dasar dari user

c) User Interface Navigation Diagram, yaitu diagram untuk

menggambarkan tampilan layar yang akan dirancang untuk memenuhi

kebutuhan user.

3. Architectural Design

Dalam tahap ini, akan dirancang arsitektur hubungan antara Client dan server

yang memadai untuk sistem dapat berjalan dengan baik. Perancangan diisini akan

menentukan bagaimana struktur sistem fisik akan dibuat dan bagaimana distribusi

sistem informasi pada rancangan fisik tersebut. Laporan yang dihasilkan adalah

Deployment Diagram.

4. Component Design

83

Ini merupakan tahap terakhir dalam Unified Software Deployment sebelum

melakukan programming. Dimana sistem akan dimodelkan secara lengkap dalam

diagram yang disebut sebagai Component Diagram. Dari sini akan terlihat bagaimana

sistem bekerja dan interaksi yang terjadi antara sistem dan pengguna.

3.2.12 Rencana Implementasi

Menurut McLeod (2001, p327), tahap implementasi adalah yang paling sulit

karena sebuah produk teknik yang baru harus dicocokkan dengan sebuah organisasi

manusia. Beberapa hal yang dilakukan pada tahap implementasi adalah pelatihan

pengguna, pembuatan prosedur, perencanaan penerapan dana rencana konversi data.

Menurut McLeod (2001, p329), ada beberapa alasan mengapa penerapan

suatu sistem bisa gagal adalah karena kurangnya kualitas dari sistem, kurangnya

komitmen dalam menerapkan system yang baru setelah akhir dari masa percobaan

penerapan, serta penolakan dari pemakainya.

Maka untuk mengurangi efek dari kegagalan penerapan sistem baru dapat

dilakukan dengan melibatkan karyawan atau pemakai dalam pembuatan sistem,

pemakai dilibatkan dalam penyesuaian atau pernaikan terhadap kesulitan atau

kesalahan seiring dengan penerapan sistem baru, mendampingi dan memberikan

dukungan terhadap lingkungan yang baru.

Menurut McLeod (1999, p247), beberapa pendekatan untuk penerapan baru

diantaranya adalah sebagai berikut :

84

1. Percontohan (pilot), percontohan adalah suatu sistem percobaan yang diterapkan

dalam satu subset dari keseluruhan operasi seperti satu kantor atau daerah

tertentu.contohnya, angkatan udara mungkin mencoba suatu sistem persediaan baru

pada satu pangkalan udara. Jika percontohan ini sukses, sistem itu akan diterapkan

pada operasi selebihnya, dengan menggunakan salah satu dari tiga pendekatan

cutover lainnya.

2. Serentak (immediate), pendekatan yang paling sederhana adalah beralih dari

sistem lama ke sistem baru pada satu hari tertentu. Namun, pendekatan ini hanya

layak bagi perusahaan kecil atau sistem kecil. Karena permasalahan waktu menjadi

semakin besar saat operasi meningkat.

3. Bertahap (phased), dalam cutover bertahap sistem baru digunakan bagian

perbagian pada suatu waktu. Misalnya perusahaan melakukan cutover pada sistem

pemasukkan pesanan, diikuti oleh sistem persediaan dan seterusnya. Selain itu bisa

saja cutover bagi semua sistem dilakukan pada satu lokasi geografis, diikuti oleh

lokasi lain dan seterusnya. Cutover bertahap lebih populer bagi sistem berskala besar.

4. Paralel (parallel), cutover paralel mengharuskan sistem lama dipertahankan

sampai sistem baru telah diperiksa secara menyeluruh. Pendekatan ini memberikan

pengamanan yang paling baik terhadap kegagalan tetapi merupakan yang paling

mahal, karena kedua sumber daya harus dipertahankan.