Post on 05-Jul-2015
Identitas :
Nama : An. N (perempuan)
Usia : 3 tahun 6 bulan 26 hari
Nama ibu : Ny. F Bapak : Tn. G
Pendidikan : SLTA Pendidikan : S2
Pekerjaan : ibu rumah tangga Pekerjaan : Karyawan telkom
Suku / bangsa : jawa / WNI
Alamat : Dayu Permai Nganglik Sleman
Keluhan utama:
Nyeri post tutup kolostomi hari pertama.
Riwayat kehamilan dan persalinan:
1. Prenatal :
ibu melakukan ANC teratur di dokter spesialis kebidanan sejak umur kehamilan 3
bulan, ibu sering mengalami demam, minum tablet tambah darah.
2. Natal :
Komplikasi persalinan (-), cara persalinan spontan, tempat persalinan di rumah sakit.
3. Postnatal:
Langsung menangis, skor APGAR 8/9, berat lahir 3400 gram, panjang badan 48 cm.
Riwayat munculnya masalah saat ini:
- An. N, lahir tanpa tulang anus, orang tuanya langsung membawa anaknya ke RS
Kebumen.
- Di RS Kebumen dilakukan TCD (Transversal Colostomy Dextra), dirawat selama
bebrapa hari.
- Umur 20 bulan, dirujuk ke RS Sardjito untu pembuatan anus dengan PSARP
(Posterior Sagitalis Ano Rectal Plasty).
- HMRS, orangtua membawa anaknya untuk operasi tutup kolostomi.
Riwayat keluarga dan social:
- Klien adalah anak tunggal, bapak ibu tidak menderita penyakit kronis begitu juga 3
generasi sebelumnya.
- Selama dirawat di RS anggota keluarga yang dapat dihubungi adalah bapak ibu.
- Lingkungan : rumah tinggal permanen di kompleks perumahan, lantai keramik,
terdapat ventilasi, sumber air minum berasal dari PDAM.
Perkembangan: hasil pemeriksaan Denver II interpretasi normal.
Masalah aktif medis:
Atresia ani post-TCD, post-PSARP, post operasi tutup kolostomi
Keadaan kesehatan dan pemeriksaan saat ini:
a) Keadaan umum:
Kesadaran compos mentis; PCS 15; klien mengeluh nyeri, nadi 112x/mnt; RR 28x/mnt;
suhu 36,7oC; BB 12 Kg; TB 93 cm.
b) Keadaan fisik:
- Kepala bentuk bulat, rambut hitam, lurus, tebal, kulit kepala bersih.
- Muka simetris, mata strabismus, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik,
hidung simetris, pernafasan cuping hidung (-), fungsi baik.
- Mulut : membrane mukosa lembab
- Leher : kaku kuduk (-), JVP tidak meningkat.
- * Dada simetris, retraksi sub costal intercostals (-), dengan auskultasi vasikuler,
jantung S1S2 murni.
- Abdomen terdapat distensi (-), peristaltic (+), terdapat luka tutup kolostomi,
nyeri tekan (+)
- Ektrimitas hangat, perfusi
- Genital normal, perempuan
- Kulit pucat (-), turgor baik
c) Data tambahan:
- Ibu klien menyatakan klien mengeluh nyeri dan tidak bias tidur.
- Ibu mengatakan belum tahu cara perawatan anaknya setelah tutup kolostomi,
dan menanyakan pada perawat apakah anaknya akan normal?
- Obat-obatan yang diberikan:
1. Novalgin 3x 1/3 A
2. Tricefin 2X 750 mg
3. Metronidazol 3X 150 mg
4. Infuse KAEN 1100 cc/ 24 jam
Pengertian ATRESIA ANI
Atresia ani (malformasi anorektal/ anus imperforate) adalah bentuk kelainan konginetal
yang menunjukan keadaan tidak ada anus, rectum yang buntu terletak di atas muskulus levator
ani pada bayi (agenesis rectum). Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak
adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga
clausura. Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat
saluran seperti keadaan normalnya.
Malformasi anorektal menyebabkan abnormalitas jalan buang air besar. Masalah ini akan
bervariasi bergantung tipe malformasinya:
- Ketika lubang anal sempit, bayi kesulitan BAB menyebabkan konstipasi dan
ketidaknyamanan.
- Jika terdapat membrane pada akhiran jalan keluar anal, bayi tidak bias BAB.
- Ketika rectum tidak berhubungan dengan anus tetapi terdapat fistula, feses akan
keluar melalui fistula tersebut sebagai pengganti anus. Hal ini dapat menyebabkan
infeksi.
- Jika rectum tidak berhubungan dengan anus dan tidak terdapat fistula sehingga feses
tidak dapat dikeluarkan dari tubuh dan bayi tidak dapat BAB.
Sejarah
Dikenal sejak abad ke-7, Paulus Aegineta (ahli bedah Yunani) : tindakan operasi
dengan insisi kulit dan dilatasi dengan businasi.
Pada tahun 1826 Stephens dan Smith : bedah sangat lengkap pada penderita atresia
ani, Dieffenbach mentranplantasikan fistula rektovaginal ke perineum (belum banyak
digunakan).
Tahun 1835 Amussat (ahli bedah Prancis) : mencari lubang rectum secara buta
lewat perineum, menggerakannya dan menjahitnya ke kulit (anoplasty).
Tahun 1856 Chassaignac (ahli bedah Prancis) : kolostomi (prosedur awal untuk
mencegah obstruksi usus).
McLeod (1880): prosedur operasi one-stage abdominoperineal ( British Medical
Journal)
Tahun 1953 Stephens (ahli bedah Australia) : teknik abdominoperineal pull-
through (untuk atresia ani letak tinggi), berkembang di Eropa sejak diperkenalkan
Kiesewatter (prosedur sakroabdominoperineal teknik terbaik yang menghasilkan
kontinensia efektif).
Pendekatan posterosagital (dengan mencegah muskulus sfingter eksternus dan
muskulus levator ani untuk memudahkan mobilisasi kantong rectum dan pemotongan
fistula) diperkenalkan September 1980 dan dipublikasikan 1982 oleh Pena dan de Vries.
Epidemiologi
Frekuensi seluruh kelainan kongenital anorektal didapatkan 1 dari tiap 5000-10000
kelahiran, sedangkan atresiani didapatkan 1 % dari seluruh kelainan kongenital pada neonatus
dan dapat muncul sebagai penyakit tersering yang merupakan syndrom VACTRERL
( Vertebra, Anal, Cardial, Esofageal, Renal, Limb). Frekuensi paling tinggi didapatkan pada ras
kaukasia dan kulit berwarna, sedangkan pada negro bantu frekuensi paling rendah.
Etiologi
Penyebab yang sebenarnya dari atresia ani sejauh ini belum diketahui, namun ada sumber
mengatakan kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan
pembentukan anus dari tonjolan embriogenik. Pada kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada
kelainan rectum, sfingter, dan otot dasar panggul. Namun demikian pada agenesis anus, sfingter
internal mungkin tidak memadai. Menurut penelitian beberapa ahli masih jarang bahwa gen
autosomal resesif yang menjadi penyebab atresia ani. Orang tua tidak diketahui apakah karier
gen pada kondisi ini. Janin menerima copian dari kedua gen orang tuanya. Pasangan suami istri
yang karier gen tersebut berpeluang 25% untuk terjadi lagi malformasi pada kehamilan
berikutnya. Sepertiga dari bayi yang memiliki syndrome genetis, abnormalitas kromosom, atau
kelainan konginetal lain, juga mempunyai malformasi anorektal.
Patofisiologi
Anus dan rectum berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari bagian
belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal genitoury dan struktur anorektal.
Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi atresia anal
karena tidak ada kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur kolon antara 7 dan 10 minggu
dalam perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesis
sacral dan abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar
anus menyebabkan fecal tidak dapat dikeluarkan sehungga intestinal mengalami obstruksi.
Manifestasi klinis
Pada golongan 3 hampir selalu disertai fistula. Pada bayi wanita sering ditemukan fistula
rektavaginal (dengan gejala bila bayi buang air besar feses keluar dari vagina) dan jarang
rektoperineal. Untuk mengetahui kelainan ini secara dini pada semua bayi baru lahir harus
dilakukan colok anus dengan menggunakan termometer yang dimasukkan sampai sepanjang
2 cm ke dalam anus. Atau dapat juga dengan jari kelingking yang memakai sarung tangan.
Jika terdapat kelainan maka termometer/jari tidak dapat masuk. Bila anus terlihat normal dan
penyumbatan terdapat lebih tinggi dari perineum,Gejala yang menunjukan terjadinya atresia
ani atau anus imperforata terjadi dalam waktu 24-48 jam. Gejala itu dapat berupa:
1. Perut kembung
2. Muntah (cairan muntahan berwarna hijau karena cairan empedu atau berwarna hitam
kehijauan karena cairan mekonium)
3. Tidak bisa buang air besar dan kegagalan lewatnya mekonium setelah bayi lahir
4. Tidak ada atau stenosis kanal rectal
5. Pada pemeriksaan radiologis dengan posisi tegak serta terbalik dapat dilihat sampai
dimana terdapat penyumbatan
6. Adanya membrane anal dan fistula eksternal pada perineum
Klasifikasi atresia ani
Secara fungsional, pasien atresia ani dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu :
1. Yang tanpa anus tetapi dengan dekompresi adequate traktus gastrointestinalis dicapai
melalui saluran fistula eksterna.
Kelompok ini terutama melibatkan bayi perempuan dengan fistula rectovagina atau
rectofourchette yang relatif besar, dimana fistula ini sering dengan bantuan dilatasi,
maka bisa didapatkan dekompresi usus yang adequate sementara waktu.
2. Yang tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adequate untuk jalam keluar tinja.
Pada kelompok ini tidak ada mekanisme apapun untuk menghasilkan dekompresi
spontan kolon, memerlukan beberapa bentuk intervensi bedah segera. Pasien bisa
diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi yaitu :
1. Anomali rendah / infralevator
Rectum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborectalis, terdapat
sfingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal dan
tidak terdapat hubungan dengan saluran genitourinarius.
2. Anomali intermediet
Rectum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis; lesung anal dan
sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.
3. Anomali tinggi / supralevator
Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini
biasanya berhungan dengan fistuls genitourinarius – retrouretral (pria) atau
rectovagina (perempuan). Jarak antara ujung buntu rectum sampai
kulit perineum lebih daai1 cm.
Terdapat bemacam – macam klasifikasi kelainan anorektal menurut beberapa penulis. Menurut
Ladd & Gross cit Prasadio et al (1988) terdapat 4 tipe :
1. Tipe I stenosi ani kongenital.
2. Tipe II anus imperforata membranase,
3. Tipe III anus imperforata,
4. Tipe IV atresia recti.
Klasifikasi ini sekarang sudah ditinggalkan. Klasifikasi berdasarkan hasil foto:
Menurut Wingspread cit Prasadio et al (1988), bila bayangan udara pada ujung rectum dari foto
di bawah garis puboischias adalah tipe rendah, bila bayangan udara diatas garis pubococcygeus
adalah tipe tinggi dan bila bayangan udara diantara garis puboischias dan garis pubococcygeus
adalah tipe intermediet. Klasifikasi internasional mempunyai arti penting dalam penatalaksanaan
kelainan anorektal.
MELBOURNE membagi berdasarkan garis pubocoxigeus dan garis yang melewati ischii
kelainan disebut :
· Letak tinggi : rectum berakhir diatas m.levator ani (m.pubo coxigeus).
· Letak intermediet : akhiran rectum terletak di m.levator ani.
· Letak rendah : akhiran rectum berakhir bawah m.levator ani.
Pemeriksaan penunjang
Cara penegakan diagnosis pada kasus atresia ani atau anus imperforata adalah semua bayi
yang lahir harus dilakukan pemasukan termometer melalui anusnya, tidak hanya untuk
mengetahui suhu tubuh, tapi juga untuk mengetahui apakah terdapat anus imperforata atau tidak.
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
1. Pemeriksaan radiologis : Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi
intestinal.
2. Sinar X terhadap abdomen : Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan
bowel dan untuk mengetahui jarak pemanjangan kantung rectum dari sfingternya.
3. Ultrasound terhadap abdomen : Digunakan untuk melihat fungsi organ internal
terutama dalam system pencernaan dan mencari adanya faktor reversible seperti
obstruksi oleh karena massa tumor.
4. CT Scan : Digunakan untuk menentukan lesi.
5. Pyelografi intra vena : Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
6. Pemeriksaan fisik rectum : Kepatenan rectal dapat dilakukan colok dubur dengan
menggunakan selang atau jari.
7. Rontgenogram abdomen dan pelvis : Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi
adanya fistula yang berhubungan dengan traktus urinarius.
Diagnosis
Bayi cepat kembung antara 4-8 jam setelah lahir:
Tidak ditemukan anus, kemungkinan ada fistula
Bila ada fistula pada perineum(mekoneum +) kemungkinan letak rendah
Untuk menegakkan diagnosis Atresia Ani adalah dengan anamnesis dan pemeriksaan
perineum yang teliti .
PENA menggunakan cara sebagai berikut:
1. Bayi LAKI-LAKI dilakukan pemeriksaan perineum dan urine bila :
Fistel perianal (+) , bucket handle, anal stenosis atau anal membran berarti atresia
letak rendah penatalaksanaan Minimal PSARP tanpa kolostomi.
Mekoneum (+) dinamakan atresia letak tinggi sehingga dilakukan kolostomi
terlebih dahulu dan 8 minggu kemudian dilakukan tindakan definitive.
Apabila pemeriksaan diatas meragukan dilakukan invertrogram. Bila
~ Akhiran rectum disebut letak rendah
~ Akhiran rektum > 1 cm disebut letak tinggi
Pada laki-laki fistel dapat berupa rectovesikalis, rektourethralis dan rektoperinealis.
2. Pada bayi perempuan 90 % atresia ani disertai dengan fistel
Bila ditemukan:
~ Jika fistel perineal (+),minimal PSARP tanpa kolostomi.
~ Jika fistel rektovaginal atau rektovestibuler maka dilakukan kolostomi terlebih dahulu.
~ Fistel (-) maka dilakukan invertrogram :
a. Akhiran
b. Akhiran > 1 cm dari kulit dilakukan kolostomi terlebih dahulu.
Pencegahan
Penanganan secara preventif antara lain:
1. Kepada ibu hamil hingga kandungan menginjak usia tiga bulan untuk berhati-hati
terhadap obat-obatan, makanan awetan dan alkohol yang dapat menyebabkan atresia
anin.
2. Memeriksa lubang dubur bayi saat baru lahir karena jiwanya terancam jika sampai tiga
hari tidak diketahui mengidap atresia ani karena hal ini dapat berdampak feses atau tinja
akan tertimbun hingga mendesak paru-parunya.
3. Pengaturan diet yang baik dan pemberian laktulosa untuk menghindari konstipasi.
Penatalaksanaan secara umum
Pada kelainan anorektal letak rendah, penderita laki-laki dilakukan anoplasti perineal
dengan prosedur V- Y plasti, sedang untuk wanita dilakukan “cut back” atau prosedur V-Y
seperti laki-laki. Bila fistula cukup adekuat maka tindakan anoplasti dapat ditunda menurut
keinginan (Bisset 1977 ; Filston 1986 ; Spitz 1990).
Pada kelainan anorektal letak tinggi atau intermediet, setelah diagnosis ditegakkan,
segera dilakukan kolostomi selanjutnya dibuatkan lopogram untuk mengetahui macam fistula.
Menurut De Lorimer (1981) dan Spitz (1990) kolostomi dilakukan pada kolon sigmoid,
sedangkan Spitz (1990) mengatakan kolostomi dilakukan pada kolon tranversum dekstra dengan
keuntungan kolon kiri bebas, sehingga tidak terkontaminasi bila dilakukan “Pull Ttrogh”.
Tindakan definitif dapat menunggu sampai beberapa minggu – bulan (Bisset 1977 ; Splitz 1990),
sedangkan Goligher cit Amri & Soedarno (1988 ) menyatakan tindakan definitif dilakukan
setelah penderita berumur 6 bulan – 2 tahun atau berat badan minimal 10 kg. Tindakan definitif
dilakukan dengan prosedur “Pull Through” sakroperineal dan abdomino perineal, serta posterior
sagital anorektoplasti (PSARP) (De Lorimer, 1981 ; Spitz, 1990). Jorge et al (1987) menyatakan
bahwa PSARP dapat digunakan untuk penderita dewasa terpilih untuk mendapatkan kontinensia
fekal terbaik sesudah operasi. Sedangkan Iwai et al (1988) mendapatkan kontinensia fekal dan
fungsi seksual yang baikdengan tindakan abdominoperineal rektoplasti.
Penatalaksanaan medis
1. Pembuatan kolostomi (TCD)
Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada
dinding abdomen untuk mengeluarkan feses. Pembuatan lubang biasa sementara
atau permanen dari usus besar atau colon iliaka.
Intervensi keperawatan praoperasi kolostomi
Dukungan psikososial
Pasien yang menjalani pembedahan untuk kolostomi sementara dapat
mengekspresikan rasa takut dan masalah yang serupa dengan individu yang
memiliki stoma permanen. Semua anggota tim kesehatan, termasuk perawat
enterostomal, dan keluarga harus ada di samping pasien untuk memberikan
bantuan dukungan.
Perubahan yang terjadi pada citra tubuh dan gaya hidup sering sangat
mengganggu, dan pasien memerlukan dukungan empatis dalam mencoba
menyesuaikanya. Karena stoma ditempatkan pada abdomen, pasien dapat berpikir
bahwa setiap orang akan melihat ostomi. Perawat dapat membantu mengurangi
ketakutan ini dengan memberikan informasi actual tentang prosedur pembedahan
dan pembentukan serta penatalaksaan ostomi kepada pasien maupun keluarga.
Persiapan untuk pembedahan
Diet tinggi kalori, rendah residu biasanya diberikan selama beberapa hari sebelum
pembedahan, bila waktu dan kondisi pasien memungkinkan. Apabila tidak
terdapat kondisi kedaruratan, tindakan preoperative dilakukan serupa dengan
pembedahan abdomen pada umumnya. Lakukan juga lavement untuk mencegah
adanya infeksi akibat feses.
Intervensi keperawatan pascaoperasi
Pasien yang menjalani kolostomi dibantu turun dari temoat tidur pada hari pertama
pascaoperasi dan didorong untuk mulai berpartisipasi dalam menghadapi kolostomi.
Asuhan keperawatan pascaoperasi mencakup kebocoran dari sisi anastomosis, prolaps
stoma, perforasi, retraksi stoma, impaksi fekal, dan iritasi kulit, serta komplikasi paru
yang dihubungkan denga bedah abdomen. Kembalinya diet ke pola normal berlangsung
sangat cepat. Sedikitnya 2 L cairan /hari dianjurkan. Setiap upaya dibuat untuk
mendorong pasien hidup seperti sebelum pembedahan.
Menangani kolostomi
Fungsi kolostomi akan mulai tampak pada hari ke 3 sampai hari ke 4. Peran perawat
dalam penanganan kolostomi:
Perawatan kulit
Rabes efluen akan bervariasi sesuai denan tipe ostomi. Pada kolostomi
transversal, terdapat feses lunak dan berlendir yang mengiritasi kulit. Pada
kolostomi desenden atau kolostomi sigmoid, feses agak padat dan sedikit
mengiritasi kulit. Pasien dianjurkan untuk melindungi kulit peristoma dengan
sering mencuci area tersebut menggunakan sabun ringan, memberikan barier kulit
protektif di sekitar stoma dan mengamankannya dengan
melekatkan kantung drainase.
Memasang kantung drainase
Stoma diukur untuk menentukan ukuran kantung yang tepat. Lubang kantung
harus sekitar 0,3 cm atau lebih besar dari stoma. Kulit dibersihkan sesuai prosedur
di atas. Barier kulit peristoma dipasang. Kantung kemudian dipasang dengan cara
membuka kertas perekat dan menekannya di atas stoma selama 30 detik. Iritasi
ringan memerlukan bedak stomahesive sebelum kantung direkatkan.
Menangani kantung drainase
Kantung kolostomi dapat digunakan segera setelah irigasi.
Mengangkat alat
Alat drainase diganti bila isinya telah mencapai sepertiga sampai seperempat
bagian sehingga berat isinya tidak menyebabkan kantung lepas dari diskus
perekatnya.
Mengirigasi kolostomi
Stoma pada abdomen tidak mempunyai otot control volunteer sehingga
pengosongannya dapat terjadi pada interval waktu yang tidak teratur. Pengaturan
pasase fekal bias dengan irigasi atau secara alami. Tujuan irigasi kolostomi adalah
untuk mengosongkan kolon dari gas, mucus, dan feses sehingga pasien dapat
menjalankan aktivitasnya tanpa takut terjadi drainase fekal.
Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah
Anggota keluarga harus diberitahu tentang prosedur dan perawatan stoma.
Penyesuaian oleh keluarga sangat diperlukan agar mereka terbiasa dengan kolostomi
pada saat pasien pulang ke rumah. Klien perlu di dorong untuk mengungkapkan masalah
mereka. Mereka juga perlu untuk memahami pentingnya membuat penyesuaian untuk
memungkinkan pasien menghadapi perubahan citra tubuh dan melakukan perawatan
yang tepat terhadap kolostominya.
Status nutrisi
Makanan yang menyebabkan baud an gas berlebihan dihindari. Makanan ini
termasuk kol, telur, ikan, kacang polong, dan produk selulosa seperti kacang tanah. Status
hidrasi dikaji dan tanda-tanda dehidrasi dilaporkan. Apabila pasien mengalami diare,
frekuensi diare pasien dicatat bersamaan dengan kambuhnya kram abdomen, dorongan,
dan bising usus hiperaktif. Pasien dibantu untuk mengidentifikasi makanan atau cairan
yang mungkin menyebabkan diare, seperti buah, makanan serat tinggi, soda, kopi, the,
atau minuman berkarbonat. Bismuth peregorik subgalat, bismuth subkarbonat, atau
defenoksilat dengan atropine akan membantu mengontrol diare. Untuk konstipasi, jus
prem atau apel atau laksatif ringan sangat efektif.
Komplikasi kolostomi
Insidensi komplikasi untuk pasien dengan kolostomi sedikit lebih tinggi
dibandingkan pasien ileostomi. Beberapa komplikasi umum adalah prolaps stoma
(biasanya akibat obesitas), perforasi (akibat ketidaktepatan irigasi stoma), retraksi stoma,
impaksi fekal, dan iritasi kulit. Kebocoran dari sisi anastomosis usus menyebabkan
distensi abdomen dan kekakuan, peningkatan suhu, serta tanda shock. Pneumonia dan
atelektasis juga bias menjadi komplikasi pada usia 5o tahun yang mendapatkan sedative
dan antobiotika atau tirah baring lama. Komplikasi ini bias dicegah dengan sering
beraktifitas, nafas dalam, batuk efektif, dan ambulasi dini.
2. PSARP (Posterosagital Ano Rectal Plasty)
Pena secara tegas menjelaskan bahwa Atresia ani letak tinggi dan intermediet à
dilakukan kolostomi terlebih dahulu untuk dekompresi dan diversi. Operasi definitive
setelah 4 – 8 minggu. Saat ini tehnik yang paling banyak dipakai adalah posterosagital
anorectoplasti, baik minimal, limited atau full postero sagital anorektoplasti.
Teknik Operasi
Dilakukan dengan general anestesi , dengan endotrakeal intubasi , dengan posisi
pasien tengkurap dan pelvis ditinggikan.
Stimulasi perineum dengan alat Pena Muscle Stimulator untuk identifikasi anal
dimple.
Incisi bagian tengah sacrum kearah bawah melewati pusat spingter dan berhenti
2 cm didepanya.
Dibelah jaringan subkutis , lemak, parasagital fiber dan muscle complek. Os
Coxigeus dibelah sampai tampak muskulus levator , dan muskulus levator dibelah
tampak dinding belakang rectum.
Rektum dibebas dari jaringan sekitarnya .
Rektum ditarik melewati levator , muscle complek dan parasagital fiber
Dilakukan anoplasti dan dijaga jangan sampai tension.
Perawatan Pasca Operasi PSARP
Antibiotik intra vena diberikan selama 3 hari ,salep antibiotik diberikan selama 8
-10 hari. 2 minggu pasca operasi dilakukan anal dilatasi dengan heger dilatation, 2x
sehari dan tiap minggu dilakukan anal dilatasi dengan anal dilator yang dinaikan sampai
mencapai ukuran ynag sesuai dengan umurnya. Businasi dihentikan bila busi nomor 13-
14 mudah masuk.
UMUR UKURAN
1 – 4 Bulan # 12
4 – 12 bulan # 13
8 – 12 bulan # 14
1-3 tahun # 15
3 – 12 tahun # 16
> 12 tahun # 17
FREKUENSI DILATASI
Tiap 1 hari 1x dalam 1 bulan
Tiap 3 hari 1x dalam 1 bulan
Tiap 1 minggu 2 x dal;am 1 bulan
Tiap 1 minggu 1x dalam 1 bulan
Tiap 1 bulan 1x dalam 3 bulan
Kalibrasi anus tercapai dan orang tua mengatakan mudah mengejakan sertsa tidak
ada rasa nyeri dilakukan 2x selama 3-4 minggu merupakan indikasi tutup kolostomi,
secara bertahap frekuensi diturunkan.
Skoring Klotz VARIABEL KONDISI SKOR
1 Defekasi 1- 2 kali sehari
2 hari sekali
3 – 5 kali sehari
3 hari sekali
> 4 hari sekali
1
1
2
2
3
2 Kembung Tidak pernah
Kadang-kadang
Terus menerus
1
2
3
3 Konsistensi Normal
Lembek
Encer
1
2
3
4 Perasaan ingin BAB Terasa
Tidak terasa
1
3
5 Soiling Tidak pernah
Terjadi bersama flatus
Terus menerus
1
2
3
6 Kemampuan menahan feses yang akan keluar
> 1 menit
Tidak bisa menahan
1
2
3
7 Komplikasi Tidak ada
Komplikasi minor
Komplikasi mayor
1
2
3
Penilaian hasil skoring :
Nilai scoring 7 – 21 è 7 = Sangat baik
8 – 10 = Baik
11–13 = Cukup
> 14 = Kurang
3. Tutup kolostomi
Anak dipuasakan dulu beberapa hari setelah operasi tutup kolostomi. Sementara
usus dalam proses penyambuhan. Beberapa hari setelah operasi, anak akan mulai BAB
melalui rectum. Pertama, BAB akan sering dan tidak terkendali. Ruam karena diapers
dan iritasi kulit dapat menjadi masalah. Dalam beberpa minggu setelah operasi, BAB
berkurang frekuensinya dan agak padat serta sering menyebabkan konstipasi.
Toilet training segera dimulai saat anak berusia antara 2-3 tahun. Bagaimanapun,
anak-anak dengan malformasi anorektal yang telah diperbaiki, dapat lebih lambat control
BAB nya. Beberapa anak mungkin tidak dapat mengontrol BAB dengan baik, sedang
lainnya mungkin mengalami konstipasi yang kronik, tergantung dari tipe malformasi dan
perbaikan yang telah dilakukan.
Anak-anak dengan malformasi membrane pada anal dan sempitnya lubang anal
biasanya mempunyai control yang baik dalan BAB setelah perbaikan. Anak-anak dengan
variasi malformasi anorektal yang lebih kompleks membutuhkan program “bowel
management” untuk membantu mengontrol dan mencegah konstipasi.
Penatalaksanaan keperawatan
Pengkajian
Konsep teori yang digunakan penulis adalah model konseptual keperawatan dari Gordon.
Menurut Gordon data dapat dikelompokkan menjadi 11 konsep yang meliputi :
1. Persepsi Kesehatan – Pola Manajemen Kesehatan
Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan di rumah.
2. Pola nutrisi – Metabolik
Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umu terjadi pada pasien dengan atresia ani
post kolostomi. Keinginan pasien untuk makan mungkin terganggu oleh mual dan
munta dampak dari anestesi.
3. Pola Eliminasi
Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru maka tubuh
dibersihkan dari bahan-bahan yang melebihi kebutuhan dan dari produk buangan.
Oleh karena pada atresia ani tidak terdapatnya lubang pada anus, sehingga pasien
akan mengalami kesulitan dalam defekasi (Whaley & Wong,1996).
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Pola latihan dan aktivitas dipertahankan untuk menhindari kelemahan otot.
5. Pola Persepsi Kognitif
Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya ingatan masa
lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
6. Pola Tidur dan Istirahat
Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena nyeri pada luka inisisi.
7. Konsep Diri dan Persepsi Diri
Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body comfort.
Terjadi perilaku distraksi, gelisah, penolakan karena dampak luka jahitan operasi
(Doenges,1993).
8. Peran dan Pola Hubungan
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah sakit.
Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran (Doenges,1993).
9. Pola Reproduktif dan Sexual
Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagi alat reproduksi (Doenges,1993).
10. Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi
Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan, rumah
(Doenges,1993).
11. Pola Keyakinan dan Nilai
Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk
dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini diharapkan perawat dalam
memberikan motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam upaya pelaksanaan
ibadah (Mediana,1998).
Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani adalah anus tampak
merah, usus melebar, kadang – kadang tampak ileus obstruksi, termometer yang dimasukkan
melalui anus tertahan oleh jaringan, pada auskultasi terdengan hiperperistaltik, tanpa mekonium
dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan vagina (Whaley & Wong,1996)
Edukasi
Edukasi yang dapat dilakukan kepada keluarga adalah mengenai cara perawatan stoma dan kolostomi.
Aktifitasnya:
1. Menandai kulit yang terdapat stoma 2. Mengajari pasien dan keluarga dalam menggunakan peralatan kolostomi3. Membantu pasien atau keluarga dalam melakukan ostomy-care4. Menganjurkan pasien atau keluarga untuk mendemonstrasikan penggunaan alat 5. Memonitor luka stoma6. Irigasi kolostomi secara tepat7. Memonitor stoma atau jaringan sekeliling luka dan adaptasi peralatan ostomy8. Mengosongkan ostomy-bag dengan tepat9. Mengajari klien mekanisme mengurangi bau10. Mengajari klien atau keluarga untuk asupan nutrisi secara tepat dan mampu menunjukan
jika terjadi perubahan fungsi eliminasi.
Nursing Care Plans
No Diagnosa keperawatan NOC
1. Nyeri akut r/t agen injury
biologi (luka post tutup
kolostomi)
Definisi : ketidaknyamanan
sensori dan penalaman emosi yng
timbul dari kerusakan jaringan
actual atau potensial atau
menggambarkan berberapa
kerusakan; onset tiba-tiba atau
lambat dalam beberapa intensitas
dari lembut sampai keras dengan
akhir yang dapat di antisipasi atau
di prediksi an durasinya kurang
dari 6 bulan.
DO :
- Kontrol nyeri
Definisi : aksi personal untuk mengontrol
nyeri
Kriteria Hasil :
- Mengetahui factor penyebab
- Mengetahui onset nyeri
- Mengetahui gejala
- Menggunakan penyembuhan
dengan non-analgesik
- Menggunakan analgesic bila
diperlukan
- Melaporkan nyeri yang dapat
dikontrol
- Manajemen nyeri
Definisi : meringankan nyeri atau
mengurangi nyeri menuju level nyaman
yang dapat diterima oleh pasien.
Aktivitas :
- Melakukan pemeriksaan
komprehensif pada nyeri termasuk
lokasi, karakteristik, onset atau durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas, atau
tingkat nyeri dan factor pencetus nyeri.
- Observasi respon nonverbal klien
terutama pada klien yang tidak dapat
berkomunikasi secara efektif
- Menggunakan strategi komunikasi
yang terapetik untuk mengetahui
- post tutup kolostomi
- Lahir tanpa lubang anus
dan TCD
- PSARP
- Luka tutup kolostomi
- Nyeri tekan positif
DS :
- Anak mengeluh nyeri dan
susah tidur
- Ibu belum tahu cara tutup
kolostomi
pengalaman nyeri klien dan menerima
respon klien terhadap nyeri.
- Menyadari pengaruh kebudayaan
terhadap respon nyeri
- Evaluasi keefektifan penilaian
control nyeri yang telah dilakukan
sebelumnya.
- Menyediakan informasi tentang
nyeri seperti penyebab nyeri, berapa
nyeri tersebut berlangsung,
ketidaknyamanan yang diantisipasi dari
prosedur yang dilakukan.
- Mendorong klien untuk dapat
memonitor nyerinya dan melakukan
tindakan seperlunya.
- Mengajarkan bagaimana
menggunakan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri misalnya
dengan relaksasi, guided imagery,
distraksi, massage dll.
2. Resiko infeksi r/t kerusakan
jaringan, prosedur invasive.
Definisi : peningkatan risiko
untuk terinvasi oleh organism
pathogen.
DO :
- Terdapat luka tutup
colostomy
- Pemasangan infus
DS: -
- Risk control
Definisi : tindakan untuk mengeliminasi
atau mengurangi factor risiko secara actual,
dari klien atau dgn tindakan yang dapat
dimodifikasi.
Indikator :
- Mengakui adanya resiko
- Memonior factor resiko
lingkungan
- Memonitor factor resiko sikap
personal
- Kontrol infeksi
Definisi : meminimalisir penerimaan dan
transmisi agen infeksi.
Aktivitas :
- Cuci tangan sebelum dan sesudah
merawat tiap-tiap pasien
- Menggunakan sabun anti mikroba
untuk mencuci tangan
- Memakai sarung tangan (sesuai
universal precaution)
- Memelihara lingkungan aseptic
- Membangun strategi efektif
control resiko
- Memodifikasi gaya hidup untuk
mengurangi resiko
- Mendapat imunisasi yangsesuai
- Memonitor perubahan status
kesehatan
ketika mengganti selang TPN (Total
Parenteral Nutrisi)
- Memastikan tindakan aseptic pada
semua IV Lines
- Mengajari pasien dan keluarga,
tanda dan gejala infeksi dan kapan
melapor pada petgas kesehatan
- Mengajari pasien dan anggota
keluarga bagaimana menghindari
infeksi
- Memberikan agen immunizing
dengan imunisasi
3. Kurang pengetahuan r/t
kurangnya informasi yang
didapaat
Definisi: kurangnya informasi
kognitif berhibungan dengan
topic tertentu.
DO :
- Luka tutup kolostomi
- Nyeri tekan positif
DS :
- Ibu belum tahu cara
perawatan luka tutup
kolostomi
Pengetahuan : prosedur perawatan
Definisi :memperluas pemahaman tentang
prosedur yang dibutuhkan sebagai bagian
dari regimen.
Indicator:
- Medeskripsikan prosedur
perawatan
- Menjelaskan tujuan dan langkah-
langkah dari prosedur
- Menunjukan bagaimana
prosedur perawatan dilakukan
- Mendeskripsikan potensial efek
samping
Teaching : prosedur perawatan
Definisi: menyiapkan klien untuk mengerti
dan persiapan mental untuk prosedur atau
perawatan yang dianjurkan.
Aktifitas:
- Menginformasikan kepada pasien
dan keluarga kapan, dimana, berapa
lama, dan siapa yang member
tindakan.
- Menentukan pengalaman serta
tingkat pengetahuan berhubungan
dengan tindakan perawatan
- Menjelaskan tujuan dan cara
perawatan
- Menyediakan informasi tentang
hasil perawatan.
4. Gangguan pola tidur r/t
ketidaknyamanan fisik: nyeri.
Definisi: gangguan kwantitas dan
kwalitas tidur karena kerusakan
fungsi.
DO : -
DS :
- Ibu mengeluh anak tidak
bisa tidur