ATRESIA

33
Identitas : Nama : An. N (perempuan) Usia : 3 tahun 6 bulan 26 hari Nama ibu : Ny. F Bapak : Tn. G Pendidikan : SLTA Pendidikan : S2 Pekerjaan : ibu rumah tangga Pekerjaan : Karyawan telkom Suku / bangsa : jawa / WNI Alamat : Dayu Permai Nganglik Sleman Keluhan utama: Nyeri post tutup kolostomi hari pertama. Riwayat kehamilan dan persalinan: 1. Prenatal : ibu melakukan ANC teratur di dokter spesialis kebidanan sejak umur kehamilan 3 bulan, ibu sering mengalami demam, minum tablet tambah darah. 2. Natal :

Transcript of ATRESIA

Page 1: ATRESIA

Identitas :

Nama               : An. N (perempuan)

Usia                 : 3 tahun 6 bulan 26 hari

Nama ibu         : Ny. F                                                 Bapak              : Tn. G

Pendidikan      : SLTA                                                Pendidikan      : S2

Pekerjaan         : ibu rumah tangga                              Pekerjaan         : Karyawan telkom

Suku / bangsa  : jawa / WNI

Alamat            : Dayu Permai Nganglik Sleman

Keluhan utama:

Nyeri post tutup kolostomi hari pertama.

 Riwayat kehamilan dan persalinan:

1.      Prenatal :

ibu melakukan ANC teratur di dokter spesialis kebidanan sejak umur kehamilan 3

bulan, ibu sering mengalami demam, minum tablet tambah darah.

 

2.      Natal :

Komplikasi persalinan (-), cara persalinan spontan, tempat persalinan di rumah sakit.

 

3.      Postnatal:

Langsung menangis, skor APGAR 8/9, berat lahir 3400 gram, panjang badan 48 cm.

 

Riwayat munculnya masalah saat ini:

-          An. N, lahir tanpa tulang anus, orang tuanya langsung membawa anaknya ke RS

Kebumen.

Page 2: ATRESIA

-          Di RS Kebumen dilakukan TCD (Transversal Colostomy Dextra), dirawat selama

bebrapa hari.

-          Umur 20 bulan, dirujuk ke RS Sardjito untu pembuatan anus dengan PSARP

(Posterior Sagitalis Ano Rectal Plasty).

-          HMRS, orangtua membawa anaknya untuk operasi tutup kolostomi.

 

Riwayat keluarga dan social:

-          Klien  adalah anak tunggal, bapak ibu tidak menderita penyakit kronis begitu juga 3

generasi sebelumnya.

-          Selama dirawat di RS anggota keluarga yang dapat dihubungi adalah bapak ibu.

-          Lingkungan : rumah tinggal permanen di kompleks perumahan, lantai keramik,

terdapat ventilasi, sumber air minum berasal dari PDAM.

Perkembangan: hasil pemeriksaan Denver II interpretasi normal.

Masalah aktif medis:

Atresia ani post-TCD, post-PSARP, post operasi tutup kolostomi

Keadaan kesehatan dan pemeriksaan saat ini:

a)      Keadaan umum:

Kesadaran compos mentis; PCS 15; klien mengeluh nyeri, nadi 112x/mnt; RR 28x/mnt;

suhu 36,7oC; BB 12 Kg; TB 93 cm.

b)     Keadaan fisik:

-          Kepala bentuk bulat, rambut hitam, lurus, tebal, kulit kepala bersih.

-          Muka simetris, mata strabismus, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik,

hidung simetris, pernafasan cuping hidung (-), fungsi baik.

-          Mulut : membrane mukosa lembab

-          Leher : kaku kuduk (-), JVP tidak meningkat.

Page 3: ATRESIA

-        *  Dada simetris, retraksi sub costal intercostals (-), dengan auskultasi vasikuler,

jantung S1S2 murni.

-          Abdomen terdapat distensi (-), peristaltic (+), terdapat luka tutup kolostomi,

nyeri tekan (+)

-          Ektrimitas hangat, perfusi

-          Genital normal, perempuan

-          Kulit pucat (-), turgor baik 

c)      Data tambahan:

-          Ibu klien menyatakan klien mengeluh nyeri dan tidak bias tidur.

-          Ibu mengatakan belum tahu cara perawatan anaknya setelah tutup kolostomi,

dan menanyakan pada perawat apakah anaknya akan normal?

-          Obat-obatan yang diberikan:

1.      Novalgin 3x 1/3 A

2.      Tricefin 2X 750 mg

3.      Metronidazol 3X 150 mg

4.      Infuse KAEN 1100 cc/ 24 jam

 

Pengertian ATRESIA ANI

            Atresia ani (malformasi anorektal/ anus imperforate) adalah bentuk kelainan konginetal

yang menunjukan keadaan tidak ada anus, rectum yang buntu terletak di atas muskulus levator

ani pada bayi (agenesis rectum). Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak

adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga

clausura. Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat

saluran seperti keadaan normalnya.

            Malformasi anorektal menyebabkan abnormalitas jalan buang air besar. Masalah ini akan

bervariasi bergantung tipe malformasinya:

-          Ketika lubang anal sempit, bayi kesulitan BAB menyebabkan konstipasi dan

ketidaknyamanan.

-          Jika terdapat membrane pada akhiran jalan keluar anal, bayi tidak bias BAB.

Page 4: ATRESIA

-          Ketika rectum tidak berhubungan dengan anus tetapi terdapat fistula, feses akan

keluar melalui fistula tersebut sebagai pengganti anus. Hal ini dapat menyebabkan

infeksi.

-          Jika rectum tidak berhubungan dengan anus dan tidak terdapat fistula sehingga feses

tidak dapat dikeluarkan dari tubuh dan bayi tidak dapat BAB.

 

Sejarah

Dikenal sejak abad ke-7, Paulus Aegineta (ahli bedah Yunani) : tindakan operasi

dengan insisi kulit dan dilatasi dengan businasi.

Pada tahun 1826 Stephens dan Smith : bedah sangat lengkap pada penderita atresia

ani, Dieffenbach mentranplantasikan fistula rektovaginal ke perineum (belum banyak

digunakan).

Tahun 1835 Amussat (ahli bedah Prancis) : mencari lubang rectum secara buta

lewat perineum, menggerakannya dan menjahitnya ke kulit (anoplasty).

Tahun 1856 Chassaignac (ahli bedah Prancis) : kolostomi (prosedur awal untuk

mencegah obstruksi usus).

McLeod (1880): prosedur operasi one-stage abdominoperineal ( British Medical

Journal)

Tahun 1953 Stephens (ahli bedah Australia) : teknik abdominoperineal pull-

through (untuk atresia ani letak tinggi), berkembang di Eropa sejak diperkenalkan

Kiesewatter (prosedur sakroabdominoperineal teknik terbaik yang menghasilkan

kontinensia efektif).

Pendekatan posterosagital (dengan mencegah muskulus sfingter eksternus dan

muskulus levator ani untuk memudahkan mobilisasi kantong rectum dan pemotongan

fistula) diperkenalkan September 1980 dan dipublikasikan 1982 oleh Pena dan de Vries.

 

Epidemiologi

            Frekuensi seluruh kelainan kongenital anorektal didapatkan 1 dari tiap 5000-10000

kelahiran, sedangkan atresiani didapatkan 1 % dari seluruh kelainan kongenital pada neonatus

Page 5: ATRESIA

dan dapat muncul sebagai penyakit tersering  yang merupakan syndrom VACTRERL

( Vertebra, Anal, Cardial, Esofageal, Renal, Limb). Frekuensi paling tinggi didapatkan pada ras

kaukasia dan kulit berwarna, sedangkan pada negro bantu frekuensi paling rendah.

 

Etiologi

            Penyebab yang sebenarnya dari atresia ani sejauh ini belum diketahui, namun ada sumber

mengatakan kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan

pembentukan anus dari tonjolan embriogenik. Pada kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada

kelainan rectum, sfingter, dan otot dasar panggul. Namun demikian pada agenesis anus, sfingter

internal mungkin tidak memadai. Menurut penelitian beberapa ahli masih jarang bahwa gen

autosomal resesif yang menjadi penyebab atresia ani. Orang tua tidak diketahui apakah karier

gen pada kondisi ini. Janin menerima copian dari kedua gen orang tuanya. Pasangan suami istri

yang karier gen tersebut berpeluang 25% untuk terjadi lagi malformasi pada kehamilan

berikutnya. Sepertiga dari bayi yang memiliki syndrome genetis, abnormalitas kromosom, atau

kelainan konginetal lain, juga mempunyai malformasi anorektal.

           

Patofisiologi

Anus dan rectum berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari bagian

belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal genitoury dan struktur anorektal.

Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi atresia anal

karena tidak ada kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur kolon antara 7 dan 10 minggu

dalam perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesis

sacral dan abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar

anus menyebabkan fecal tidak dapat dikeluarkan sehungga intestinal mengalami obstruksi.

 

Manifestasi klinis

Pada golongan 3 hampir selalu disertai fistula. Pada bayi wanita sering ditemukan fistula

rektavaginal (dengan gejala bila bayi buang air besar feses keluar dari vagina) dan jarang

Page 6: ATRESIA

rektoperineal. Untuk mengetahui kelainan ini secara dini pada semua bayi baru lahir harus

dilakukan colok anus dengan menggunakan termometer yang dimasukkan sampai sepanjang

2 cm ke dalam anus. Atau dapat juga dengan jari kelingking yang memakai sarung tangan.

Jika terdapat kelainan maka termometer/jari tidak dapat masuk. Bila anus terlihat normal dan

penyumbatan terdapat lebih tinggi dari perineum,Gejala yang menunjukan terjadinya atresia

ani atau anus imperforata terjadi dalam waktu 24-48 jam. Gejala itu dapat berupa:

1.      Perut kembung

2.      Muntah (cairan muntahan berwarna hijau karena cairan empedu atau berwarna hitam

kehijauan karena cairan mekonium)

3.      Tidak bisa buang air besar dan kegagalan lewatnya mekonium setelah bayi lahir

4.      Tidak ada atau stenosis kanal rectal

5.       Pada pemeriksaan radiologis dengan posisi tegak serta terbalik dapat dilihat sampai

dimana terdapat penyumbatan

6.      Adanya membrane anal dan fistula eksternal pada perineum

 

Klasifikasi atresia ani

Secara fungsional, pasien atresia ani dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu :

1.      Yang tanpa anus tetapi dengan dekompresi adequate traktus gastrointestinalis dicapai

melalui saluran fistula eksterna.

Kelompok ini terutama melibatkan bayi perempuan dengan fistula rectovagina atau

rectofourchette yang relatif besar, dimana fistula ini sering dengan bantuan dilatasi,

maka bisa didapatkan dekompresi usus yang adequate sementara waktu.

2.      Yang tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adequate untuk jalam keluar tinja.

Pada kelompok ini tidak ada mekanisme apapun untuk menghasilkan dekompresi

spontan kolon, memerlukan beberapa bentuk intervensi bedah segera. Pasien bisa

diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi yaitu :

 

1.      Anomali rendah / infralevator

Page 7: ATRESIA

Rectum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborectalis, terdapat

sfingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal dan

tidak terdapat hubungan dengan saluran genitourinarius.

2.      Anomali intermediet

Rectum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis; lesung anal dan

sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.

3.      Anomali tinggi / supralevator

Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini

biasanya berhungan dengan fistuls genitourinarius – retrouretral (pria) atau

rectovagina (perempuan). Jarak antara ujung buntu rectum sampai

kulit perineum lebih daai1 cm.

Terdapat bemacam – macam klasifikasi kelainan anorektal menurut beberapa penulis. Menurut

Ladd & Gross cit Prasadio et al (1988) terdapat 4 tipe :

1.      Tipe I stenosi ani kongenital.

2.      Tipe II anus imperforata membranase,

3.      Tipe III anus imperforata,

4.      Tipe IV atresia recti.

Klasifikasi ini sekarang sudah ditinggalkan. Klasifikasi berdasarkan hasil foto:  

Menurut Wingspread cit Prasadio et al (1988), bila bayangan udara pada ujung rectum dari foto

di bawah garis puboischias adalah tipe rendah, bila bayangan udara diatas garis pubococcygeus

adalah tipe tinggi dan bila bayangan udara diantara garis puboischias dan garis pubococcygeus

adalah tipe intermediet. Klasifikasi internasional mempunyai arti penting dalam penatalaksanaan

kelainan anorektal.

 

MELBOURNE membagi berdasarkan garis pubocoxigeus dan garis yang melewati ischii

kelainan disebut :

·      Letak tinggi  : rectum berakhir diatas m.levator ani (m.pubo coxigeus).

·      Letak intermediet : akhiran rectum terletak di m.levator ani.

·      Letak rendah  : akhiran rectum berakhir bawah m.levator ani.  

Page 8: ATRESIA

 

Pemeriksaan penunjang

Cara penegakan diagnosis pada kasus atresia ani atau anus imperforata adalah semua bayi

yang lahir harus dilakukan pemasukan termometer melalui anusnya, tidak hanya untuk

mengetahui suhu tubuh, tapi juga untuk mengetahui apakah terdapat anus imperforata atau tidak.

Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut :

1.      Pemeriksaan radiologis : Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi

intestinal.

2.      Sinar X terhadap abdomen : Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan

bowel dan untuk mengetahui jarak pemanjangan kantung rectum dari sfingternya.

3.      Ultrasound terhadap abdomen : Digunakan untuk melihat fungsi organ internal

terutama dalam system pencernaan dan mencari adanya faktor reversible seperti

obstruksi oleh karena massa tumor.

4.      CT Scan : Digunakan untuk menentukan lesi.

5.      Pyelografi intra vena : Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.

6.      Pemeriksaan fisik rectum : Kepatenan rectal dapat dilakukan colok dubur dengan

menggunakan selang atau jari.

7.      Rontgenogram abdomen dan pelvis : Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi

adanya fistula yang berhubungan dengan traktus urinarius.

Diagnosis

Bayi cepat kembung antara 4-8 jam setelah lahir:

Tidak ditemukan anus, kemungkinan ada fistula

Bila ada fistula pada perineum(mekoneum +) kemungkinan letak rendah

Untuk menegakkan diagnosis Atresia Ani adalah dengan anamnesis dan pemeriksaan

perineum yang teliti . 

PENA menggunakan cara sebagai berikut:

Page 9: ATRESIA

1.         Bayi LAKI-LAKI dilakukan pemeriksaan perineum dan urine bila :

Fistel perianal (+) , bucket handle, anal stenosis atau anal membran berarti atresia

letak rendah penatalaksanaan Minimal PSARP tanpa kolostomi.

Mekoneum (+)  dinamakan atresia letak tinggi sehingga dilakukan kolostomi

terlebih dahulu dan 8 minggu kemudian dilakukan tindakan definitive.

Apabila pemeriksaan diatas meragukan dilakukan invertrogram. Bila

~ Akhiran rectum   disebut letak rendah

~ Akhiran rektum  > 1 cm disebut letak tinggi

Pada laki-laki fistel dapat berupa rectovesikalis, rektourethralis dan rektoperinealis.

2.         Pada bayi perempuan 90 % atresia ani disertai dengan fistel

 Bila ditemukan:

~ Jika fistel perineal (+),minimal PSARP tanpa kolostomi.

~ Jika fistel rektovaginal atau rektovestibuler maka dilakukan  kolostomi terlebih dahulu.

 

~ Fistel (-) maka dilakukan  invertrogram :

a.       Akhiran  

b.      Akhiran  > 1 cm dari kulit dilakukan kolostomi terlebih dahulu.

 

Pencegahan

Penanganan secara preventif antara lain:

1.       Kepada ibu hamil hingga kandungan menginjak usia tiga bulan untuk berhati-hati

terhadap obat-obatan, makanan awetan dan alkohol yang dapat menyebabkan atresia

anin.

Page 10: ATRESIA

2.       Memeriksa lubang dubur bayi saat baru lahir karena jiwanya terancam jika sampai tiga

hari tidak diketahui mengidap atresia ani karena hal ini dapat berdampak feses atau tinja

akan tertimbun hingga mendesak paru-parunya.

3.       Pengaturan diet yang baik dan pemberian laktulosa untuk menghindari konstipasi.

 

Penatalaksanaan secara umum

Pada kelainan anorektal letak rendah, penderita laki-laki dilakukan anoplasti perineal

dengan prosedur V- Y plasti, sedang untuk wanita dilakukan “cut back” atau prosedur V-Y

seperti laki-laki. Bila fistula cukup adekuat maka tindakan anoplasti dapat ditunda menurut

keinginan (Bisset 1977 ; Filston 1986 ; Spitz 1990).

Pada kelainan anorektal letak tinggi atau intermediet, setelah diagnosis ditegakkan,

segera dilakukan kolostomi selanjutnya dibuatkan lopogram untuk mengetahui macam fistula.

Menurut De Lorimer (1981) dan Spitz (1990) kolostomi dilakukan pada kolon sigmoid,

sedangkan Spitz (1990) mengatakan kolostomi dilakukan pada kolon tranversum dekstra dengan

keuntungan kolon kiri bebas, sehingga tidak terkontaminasi bila dilakukan “Pull Ttrogh”.

Tindakan definitif dapat menunggu sampai beberapa minggu – bulan (Bisset 1977 ; Splitz 1990),

sedangkan Goligher cit Amri & Soedarno (1988 ) menyatakan tindakan definitif dilakukan

setelah penderita berumur 6 bulan – 2 tahun atau berat badan minimal 10 kg. Tindakan definitif

dilakukan dengan prosedur  “Pull Through” sakroperineal dan abdomino perineal, serta posterior

sagital anorektoplasti (PSARP) (De Lorimer, 1981 ; Spitz, 1990). Jorge et al (1987) menyatakan

bahwa PSARP dapat digunakan untuk penderita dewasa terpilih untuk mendapatkan kontinensia

fekal terbaik sesudah operasi. Sedangkan Iwai et al (1988) mendapatkan kontinensia fekal dan

fungsi seksual yang baikdengan tindakan abdominoperineal rektoplasti.

 

Penatalaksanaan medis

1.      Pembuatan kolostomi (TCD)

Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada

dinding abdomen untuk mengeluarkan feses. Pembuatan lubang biasa sementara

atau permanen dari usus besar atau colon iliaka.

Page 11: ATRESIA

            Intervensi keperawatan praoperasi kolostomi

Dukungan psikososial

Pasien yang menjalani pembedahan untuk kolostomi sementara dapat

mengekspresikan rasa takut dan masalah yang serupa dengan individu yang

memiliki stoma permanen. Semua anggota tim kesehatan, termasuk perawat

enterostomal, dan keluarga harus ada di samping pasien untuk memberikan

bantuan dukungan.

Perubahan yang terjadi pada citra tubuh dan gaya hidup sering sangat

mengganggu, dan pasien memerlukan dukungan empatis dalam mencoba

menyesuaikanya. Karena stoma ditempatkan pada abdomen, pasien dapat berpikir

bahwa setiap orang akan melihat ostomi. Perawat dapat membantu mengurangi

ketakutan ini dengan memberikan informasi actual tentang prosedur pembedahan

dan pembentukan serta penatalaksaan ostomi kepada pasien maupun keluarga.

Persiapan untuk pembedahan

Diet tinggi kalori, rendah residu biasanya diberikan selama beberapa hari sebelum

pembedahan, bila waktu dan kondisi pasien memungkinkan. Apabila tidak

terdapat kondisi kedaruratan, tindakan preoperative dilakukan serupa dengan

pembedahan abdomen pada umumnya. Lakukan juga lavement untuk mencegah

adanya infeksi akibat feses.

 

            Intervensi keperawatan pascaoperasi

            Pasien yang menjalani kolostomi dibantu turun dari temoat tidur pada hari pertama

pascaoperasi dan didorong untuk mulai berpartisipasi dalam menghadapi kolostomi.

Asuhan keperawatan pascaoperasi mencakup kebocoran dari sisi anastomosis, prolaps

stoma, perforasi, retraksi stoma, impaksi fekal, dan iritasi kulit, serta komplikasi paru

yang dihubungkan denga bedah abdomen. Kembalinya diet ke pola normal berlangsung

sangat cepat. Sedikitnya 2 L cairan /hari dianjurkan. Setiap upaya dibuat untuk

mendorong pasien hidup seperti sebelum pembedahan.

 

Page 12: ATRESIA

            Menangani kolostomi

            Fungsi kolostomi akan mulai tampak pada hari ke 3 sampai hari ke 4. Peran perawat

dalam penanganan kolostomi:  

Perawatan kulit

Rabes efluen akan bervariasi sesuai denan tipe ostomi. Pada kolostomi

transversal, terdapat feses lunak dan berlendir yang mengiritasi kulit. Pada

kolostomi desenden atau kolostomi sigmoid, feses agak padat dan sedikit

mengiritasi kulit. Pasien dianjurkan untuk melindungi kulit peristoma dengan

sering mencuci area tersebut menggunakan sabun ringan, memberikan barier kulit

protektif di sekitar stoma dan mengamankannya dengan

melekatkan kantung drainase.

 

 

Memasang kantung drainase

Stoma diukur untuk menentukan ukuran kantung yang tepat. Lubang kantung

harus sekitar 0,3 cm atau lebih besar dari stoma. Kulit dibersihkan sesuai prosedur

di atas. Barier kulit peristoma dipasang. Kantung kemudian dipasang dengan cara

membuka kertas perekat dan menekannya di atas stoma selama 30 detik. Iritasi

ringan memerlukan bedak stomahesive sebelum kantung direkatkan.

Menangani kantung drainase

Kantung kolostomi dapat digunakan segera setelah irigasi.

Mengangkat alat

Alat drainase diganti bila isinya telah mencapai sepertiga sampai seperempat

bagian sehingga berat isinya tidak menyebabkan kantung lepas dari diskus

perekatnya.

Mengirigasi kolostomi

Stoma pada abdomen tidak mempunyai otot control volunteer sehingga

pengosongannya dapat terjadi pada interval waktu yang tidak teratur. Pengaturan

pasase fekal bias dengan irigasi atau secara alami. Tujuan irigasi kolostomi adalah

Page 13: ATRESIA

untuk mengosongkan kolon dari gas, mucus, dan feses sehingga pasien dapat

menjalankan aktivitasnya tanpa takut terjadi drainase fekal.

 

 

 

            Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah

            Anggota keluarga harus diberitahu tentang prosedur dan perawatan stoma.

Penyesuaian oleh keluarga sangat diperlukan agar mereka terbiasa dengan kolostomi

pada saat pasien pulang ke rumah. Klien perlu di dorong untuk mengungkapkan masalah

mereka. Mereka juga perlu untuk memahami pentingnya membuat penyesuaian untuk

memungkinkan pasien menghadapi perubahan citra tubuh dan melakukan perawatan

yang tepat terhadap kolostominya.

 

Status nutrisi

            Makanan yang menyebabkan baud an gas berlebihan dihindari. Makanan ini

termasuk kol, telur, ikan, kacang polong, dan produk selulosa seperti kacang tanah. Status

hidrasi dikaji dan tanda-tanda dehidrasi dilaporkan. Apabila pasien mengalami diare,

frekuensi diare pasien dicatat bersamaan dengan kambuhnya kram abdomen, dorongan,

dan bising usus hiperaktif. Pasien dibantu untuk mengidentifikasi makanan atau cairan

yang mungkin menyebabkan diare, seperti buah, makanan serat tinggi, soda, kopi, the,

atau minuman berkarbonat. Bismuth peregorik subgalat, bismuth subkarbonat, atau

defenoksilat dengan atropine akan membantu mengontrol diare. Untuk konstipasi, jus

prem atau apel atau laksatif ringan sangat efektif.

 

Komplikasi kolostomi

            Insidensi komplikasi untuk pasien dengan kolostomi sedikit lebih tinggi

dibandingkan pasien ileostomi. Beberapa komplikasi umum adalah prolaps stoma

(biasanya akibat obesitas), perforasi (akibat ketidaktepatan irigasi stoma), retraksi stoma,

impaksi fekal, dan iritasi kulit. Kebocoran dari sisi anastomosis usus menyebabkan

distensi abdomen dan kekakuan, peningkatan suhu, serta tanda shock. Pneumonia dan

Page 14: ATRESIA

atelektasis juga bias menjadi komplikasi pada usia 5o tahun yang mendapatkan sedative

dan antobiotika atau tirah baring lama. Komplikasi ini bias dicegah dengan sering

beraktifitas, nafas dalam, batuk efektif, dan ambulasi dini.

 

2.      PSARP (Posterosagital Ano Rectal Plasty)

Pena secara tegas menjelaskan bahwa Atresia ani letak tinggi dan intermediet à

dilakukan kolostomi terlebih dahulu untuk dekompresi dan diversi. Operasi definitive

setelah 4 – 8 minggu.  Saat ini tehnik yang paling banyak dipakai adalah posterosagital

anorectoplasti, baik minimal, limited atau full postero sagital anorektoplasti.

 Teknik Operasi

Dilakukan dengan general anestesi , dengan endotrakeal intubasi , dengan posisi

pasien tengkurap dan pelvis ditinggikan.

Stimulasi perineum dengan alat Pena Muscle Stimulator untuk identifikasi anal

dimple.

Incisi bagian tengah sacrum kearah  bawah melewati pusat spingter dan berhenti

2 cm didepanya.

Dibelah jaringan subkutis , lemak, parasagital fiber dan muscle complek. Os

Coxigeus dibelah sampai tampak muskulus levator , dan muskulus levator dibelah

tampak dinding belakang rectum.

Rektum dibebas dari jaringan sekitarnya .

Rektum ditarik melewati levator , muscle complek dan parasagital fiber

Dilakukan anoplasti dan dijaga jangan sampai tension.  

Perawatan Pasca Operasi  PSARP

Antibiotik intra vena diberikan selama 3 hari ,salep antibiotik diberikan selama  8

-10 hari. 2 minggu pasca operasi dilakukan anal dilatasi dengan heger dilatation,  2x

sehari dan tiap minggu dilakukan anal dilatasi dengan anal dilator yang dinaikan sampai

mencapai ukuran ynag sesuai dengan umurnya. Businasi dihentikan bila busi nomor 13-

14 mudah masuk.

UMUR UKURAN

1 – 4 Bulan # 12

Page 15: ATRESIA

4 – 12 bulan # 13

8 – 12 bulan # 14

1-3 tahun # 15

3 – 12 tahun # 16

> 12 tahun # 17

 

FREKUENSI DILATASI

Tiap 1 hari 1x dalam 1 bulan

Tiap 3 hari 1x dalam 1 bulan

Tiap 1 minggu 2 x dal;am 1 bulan

Tiap 1 minggu 1x dalam 1 bulan

Tiap 1 bulan 1x dalam 3 bulan

Kalibrasi anus tercapai dan orang tua mengatakan mudah mengejakan sertsa tidak

ada rasa nyeri dilakukan 2x selama 3-4 minggu merupakan indikasi tutup kolostomi,

secara bertahap frekuensi diturunkan. 

Skoring Klotz   VARIABEL KONDISI SKOR

 

1 Defekasi 1-     2 kali sehari

2  hari sekali

3 – 5 kali sehari

3  hari sekali

> 4 hari sekali

1

1

2

2

3

2 Kembung       Tidak pernah

      Kadang-kadang

      Terus menerus

1

2

3

Page 16: ATRESIA

3 Konsistensi       Normal

      Lembek

      Encer

1

2

3

4 Perasaan ingin BAB       Terasa

      Tidak terasa

1

3

5 Soiling       Tidak pernah

     Terjadi bersama flatus

      Terus menerus

1

2

3

6 Kemampuan menahan feses yang akan keluar

 > 1 menit

Tidak bisa menahan

1

2

3

7 Komplikasi       Tidak ada

      Komplikasi minor

      Komplikasi mayor

1

2

3

 

     Penilaian hasil skoring :

     Nilai scoring 7 – 21  è      7               =   Sangat baik

                                      8 – 10       =   Baik

                                      11–13      =   Cukup

                                      >  14         =   Kurang

 

3.      Tutup kolostomi

Anak dipuasakan dulu beberapa hari setelah operasi tutup kolostomi. Sementara

usus dalam proses penyambuhan. Beberapa hari setelah operasi, anak akan mulai BAB

melalui rectum. Pertama, BAB akan sering dan tidak terkendali. Ruam karena diapers

dan iritasi kulit dapat menjadi masalah. Dalam beberpa minggu setelah operasi, BAB

berkurang frekuensinya dan agak padat serta sering menyebabkan konstipasi.

Page 17: ATRESIA

Toilet training segera dimulai saat anak berusia antara 2-3 tahun. Bagaimanapun,

anak-anak dengan malformasi anorektal yang telah diperbaiki, dapat lebih lambat control

BAB nya. Beberapa anak mungkin tidak dapat mengontrol BAB dengan baik, sedang

lainnya mungkin mengalami konstipasi yang kronik, tergantung dari tipe malformasi dan

perbaikan yang telah dilakukan.

Anak-anak dengan malformasi membrane pada anal dan sempitnya lubang anal

biasanya mempunyai control yang baik dalan BAB setelah perbaikan. Anak-anak dengan

variasi malformasi anorektal yang lebih kompleks membutuhkan program “bowel

management” untuk membantu mengontrol dan mencegah konstipasi.

 

Penatalaksanaan keperawatan

Pengkajian

Konsep teori yang digunakan penulis adalah model konseptual keperawatan dari Gordon.

Menurut Gordon data dapat dikelompokkan menjadi 11 konsep yang meliputi :

1.       Persepsi Kesehatan – Pola Manajemen Kesehatan

Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan di rumah.

2.       Pola nutrisi – Metabolik

Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umu terjadi pada pasien dengan atresia ani

post kolostomi. Keinginan pasien untuk makan mungkin terganggu oleh mual dan

munta dampak dari anestesi.

 

3.       Pola Eliminasi

Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru maka tubuh

dibersihkan dari bahan-bahan yang melebihi kebutuhan dan dari produk buangan.

Oleh karena pada atresia ani tidak terdapatnya lubang pada anus, sehingga pasien

akan mengalami kesulitan dalam defekasi (Whaley & Wong,1996).

4.       Pola Aktivitas dan Latihan

Pola latihan dan aktivitas dipertahankan untuk menhindari kelemahan otot.

5.       Pola Persepsi Kognitif

Page 18: ATRESIA

Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya ingatan masa

lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.

6.       Pola Tidur dan Istirahat

Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena nyeri pada luka inisisi.

7.       Konsep Diri dan Persepsi Diri

Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body comfort.

Terjadi perilaku distraksi, gelisah, penolakan karena dampak luka jahitan operasi

(Doenges,1993).

8.       Peran dan Pola Hubungan

Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah sakit.

Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau perubahan kapasitas fisik untuk

melaksanakan peran (Doenges,1993).

9.       Pola Reproduktif dan Sexual

Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagi alat reproduksi (Doenges,1993).

10.    Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi

Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan, rumah

(Doenges,1993).

 

 

11.    Pola Keyakinan dan Nilai

Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk

dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini diharapkan perawat dalam

memberikan motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam upaya pelaksanaan

ibadah (Mediana,1998).

Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani adalah anus tampak

merah, usus melebar, kadang – kadang tampak ileus obstruksi, termometer yang dimasukkan

melalui anus tertahan oleh jaringan, pada auskultasi terdengan hiperperistaltik, tanpa mekonium

dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan vagina (Whaley & Wong,1996)

 

Page 19: ATRESIA

Edukasi

            Edukasi yang dapat dilakukan kepada keluarga adalah mengenai cara perawatan stoma dan kolostomi.

Aktifitasnya:

1.      Menandai kulit yang terdapat stoma 2.      Mengajari pasien dan keluarga dalam menggunakan peralatan kolostomi3.      Membantu pasien atau keluarga dalam melakukan ostomy-care4.      Menganjurkan pasien atau keluarga untuk mendemonstrasikan penggunaan alat 5.      Memonitor luka stoma6.      Irigasi kolostomi secara tepat7.      Memonitor stoma atau jaringan sekeliling luka dan adaptasi peralatan ostomy8.      Mengosongkan ostomy-bag dengan tepat9.      Mengajari klien mekanisme mengurangi bau10.  Mengajari klien atau keluarga untuk asupan nutrisi secara tepat dan mampu menunjukan

jika terjadi perubahan fungsi eliminasi.

 

Nursing Care Plans

No Diagnosa keperawatan NOC

1. Nyeri akut r/t agen injury

biologi (luka post tutup

kolostomi)

Definisi : ketidaknyamanan

sensori dan penalaman emosi yng

timbul dari kerusakan jaringan

actual atau potensial atau

menggambarkan berberapa

kerusakan; onset tiba-tiba atau

lambat dalam beberapa intensitas

dari lembut sampai keras dengan

akhir yang dapat di antisipasi atau

di prediksi an durasinya kurang

dari 6 bulan.

DO :

-          Kontrol nyeri

Definisi : aksi personal untuk mengontrol

nyeri

Kriteria Hasil :

-          Mengetahui factor penyebab

-          Mengetahui onset nyeri

-          Mengetahui gejala

-          Menggunakan penyembuhan

dengan non-analgesik

-          Menggunakan analgesic bila

diperlukan

-          Melaporkan nyeri yang dapat

dikontrol

-          Manajemen nyeri

Definisi : meringankan nyeri atau

mengurangi nyeri menuju level nyaman

yang dapat diterima oleh pasien.

Aktivitas :

-          Melakukan pemeriksaan

komprehensif pada nyeri termasuk

lokasi, karakteristik, onset atau durasi,

frekuensi, kualitas, intensitas, atau

tingkat nyeri dan factor pencetus nyeri.

-          Observasi respon nonverbal klien

terutama pada klien yang tidak dapat

berkomunikasi secara efektif

-          Menggunakan strategi komunikasi

yang terapetik untuk mengetahui

Page 20: ATRESIA

-          post tutup kolostomi

-          Lahir tanpa lubang anus

dan TCD

-          PSARP

-          Luka tutup kolostomi

-          Nyeri tekan positif

DS :

-          Anak mengeluh nyeri dan

susah tidur

-          Ibu belum tahu cara tutup

kolostomi

 

pengalaman nyeri klien dan menerima

respon klien terhadap nyeri.

-          Menyadari pengaruh kebudayaan

terhadap respon nyeri

-          Evaluasi keefektifan penilaian

control nyeri yang telah dilakukan

sebelumnya.

-          Menyediakan informasi tentang

nyeri seperti penyebab nyeri, berapa

nyeri tersebut berlangsung,

ketidaknyamanan yang diantisipasi dari

prosedur yang dilakukan.

-          Mendorong klien untuk dapat

memonitor nyerinya dan melakukan

tindakan seperlunya.

-          Mengajarkan bagaimana

menggunakan teknik nonfarmakologi

untuk mengurangi nyeri misalnya

dengan relaksasi, guided imagery,

distraksi, massage dll.

2. Resiko infeksi r/t kerusakan

jaringan, prosedur invasive.

Definisi : peningkatan risiko

untuk terinvasi oleh organism

pathogen.

DO :

-          Terdapat luka tutup

colostomy

-          Pemasangan infus

DS: -

-          Risk control

Definisi : tindakan untuk mengeliminasi

atau mengurangi factor risiko secara actual,

dari klien atau dgn tindakan yang dapat

dimodifikasi.

Indikator :

-          Mengakui adanya resiko

-          Memonior factor resiko

lingkungan

-          Memonitor factor resiko sikap

personal

-          Kontrol infeksi

Definisi : meminimalisir penerimaan dan

transmisi agen infeksi.

Aktivitas :

-          Cuci tangan sebelum dan sesudah

merawat tiap-tiap pasien

-          Menggunakan sabun anti mikroba

untuk mencuci tangan

-          Memakai sarung tangan (sesuai

universal precaution)

-          Memelihara lingkungan aseptic

Page 21: ATRESIA

 -          Membangun strategi efektif

control resiko

-          Memodifikasi gaya hidup untuk

mengurangi resiko

-          Mendapat imunisasi yangsesuai

-          Memonitor perubahan status

kesehatan

ketika mengganti selang TPN (Total

Parenteral Nutrisi)

-          Memastikan tindakan aseptic pada

semua IV Lines

-          Mengajari pasien dan keluarga,

tanda dan gejala infeksi dan kapan

melapor pada petgas kesehatan

-          Mengajari pasien dan anggota

keluarga bagaimana menghindari

infeksi

-          Memberikan agen immunizing

dengan imunisasi

3. Kurang pengetahuan r/t

kurangnya informasi yang

didapaat

Definisi: kurangnya informasi

kognitif berhibungan dengan

topic tertentu.

DO :

-          Luka tutup kolostomi

-          Nyeri tekan positif

DS :

-          Ibu belum tahu cara

perawatan luka tutup

kolostomi

 

 

 

Pengetahuan : prosedur perawatan

Definisi :memperluas pemahaman tentang

prosedur yang dibutuhkan sebagai bagian

dari regimen.

Indicator:

-          Medeskripsikan prosedur

perawatan

-          Menjelaskan tujuan dan langkah-

langkah dari prosedur

-          Menunjukan bagaimana

prosedur perawatan dilakukan

-          Mendeskripsikan potensial efek

samping

Teaching : prosedur perawatan

Definisi: menyiapkan klien untuk mengerti

dan persiapan mental untuk prosedur atau

perawatan yang dianjurkan.

Aktifitas:

-          Menginformasikan kepada pasien

dan keluarga kapan, dimana, berapa

lama, dan siapa yang member

tindakan.

-          Menentukan pengalaman serta

tingkat pengetahuan berhubungan

dengan tindakan perawatan

-          Menjelaskan tujuan dan cara

perawatan

-          Menyediakan informasi tentang

hasil perawatan.

4. Gangguan pola tidur r/t

Page 22: ATRESIA

ketidaknyamanan fisik: nyeri.

Definisi: gangguan kwantitas dan

kwalitas tidur karena kerusakan

fungsi.

DO : -

DS :

-          Ibu mengeluh anak tidak

bisa tidur