Aspek-Aspek Kultural.pptx

Post on 12-Feb-2015

357 views 1 download

Transcript of Aspek-Aspek Kultural.pptx

Kelompok 1

nama: n i m:1. Adi putra

g011100612. D i m a s g011100633. Florentinus atian g011101124. Novi h. Mapa

g011100715. W a n d i g01110075

Aspek-Aspek Kultural Masyarakat Desa

KEBUDAYAAN Dalam sosiologi, konsep kebudayaan (culture) sangat penting. Obyek studi pokok sosiologi adalah masyarakat. Masyarakat tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan.

• Menurut Horton dan Hunt masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu sama lain.

• Sedangkan kebudayaan adalah sistem norma dan nilai yang terorganisasi yang menjadi pegangan masyarakat tersebut.

• Menurut Ralph Linton kebudayaan adalah sebagai way of life suatu masyarakat yang mencakup cara berpikir, bercipta, berasa, mengekspresikan rasa, cara berbuat dan berkarya.

• Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi mendefinisikan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.

• Pengertian kebudayaan memang sangat luas. Kebudayaan mencakup aspek materiil maupun non materiil. Dapat bersifat kompleks sekali, namun dapat juga bersifat bersahaja, sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakatnya.

KEBUDAYAAN TRADISIONAL MASYARAKAT DESA

Pola kebudayaan tradisional adalah merupakan produk dari besarnya pengaruh alam terhadap masyarakat yang hidupnya tergantung kepada alam. Semakin tidak berdaya tetapi di lain pihak semakin tergantung terhadap alam, akan terlihat jelas pola kebudayaan tradisional itu.Menurut Paul H. Landis (1948), sejauh mana besar kecilnya pengaruh alam terhadap pola kebudayaan masyarakat desa akan ditentukan oleh :

1. Sejauh mana ketergantungan mereka terhadap pertanian

2. Tingkat teknologi mereka, dan3. Sistem produksi yang diterapkan

Ketiga faktor tersebut secara bersama-sama menjadi faktor determinan bagi terciptanya kebudayaan tradisional, yakni kebudayaan tradisional akan tercipta apabila masyarakat amat tergantung kepada pertanian, teknologinya rendah dan produksinya hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Mengacu pada pendapat Paul H.Landis, dalam garis besarnya ciri-ciri kebudayaan tradisional masyarakat desa adalah sbb :

• Pertama, sebagai konsekuensi dari ketidak berdayaan mereka terhadap alam, maka masyarakat desa yang demikian ini mengembangkan adaptasi yg kuat terhadap lingkungan alamnya.

• Kedua, pola adaptasi yang pasif terhadap lingkungan alam berkaitan dengan rendahnya tingkat inovasi masyarakatnya.

• Ketiga, faktor alam juga dapat mempengaruhi keperibadian masyarakat.

• Keempat, pengaruh alam juga terlihat pada pola kebiasaan hidup yang lamban, disebabkan karena mereka sangat dipengaruhi oleh irama alam yang ajeg dan lamban.

• Kelima, dominasi alam yang kuat terhadap masyarakat desa juga mengakibatkan tebalnya kepercayaan mereka terhadap takhayul.

• Keenam, sikap yang pasif dan adaptif masyarakat desa terhadap alam juga nampak dalam aspek kebudayaan material mereka yang relatif bersahaja.

• Ketujuh, ketundukan masyarakat desa terhadap alam juga menyebabkan rendahnya kesadaran mereka akan waktu.

• Kedelapan, besarnya pengaruh alam juga mengakibatkan orang desa cenderung bersifat praktis. Artinya mereka tidak begitu mengindahkan segi keindahan dan ornamen-ornamen.

• Kesembilan, pengaruh alam mengakibatkan terciptannya standar moral yang kaku di kalangan masyarakat desa

PEASAN DAN SUBSISTENSI

Beberapa definisi tentang peasan :• Menurut Eric R. Wolf (1956), peasan adalah

penghasil2x pertanian yang mengerjakan tanah secara efektif, yang melakukan pekerjaan itu sebagai nafkah hidupnya, bukan sebagai bisnis yang bersifat mencari keuntungan.

• Menurut Raymond Firth (1956), yg dimaksud ekonomi peasan adalah suatu sistem yang berskala kecil, dengan teknologi dan peralatan sederhana.

• Menurut Belshaw (1965), masyarakat peasan adalah yg way of life-nya berorientasi pada tradisionalitas, terpisah dari pusat perkotaan tetapi memiliki keterkaitan dengannya, yg mengkombinasikan kegiatan pasar dengan produksi subsisten.

• Menurut Kroeber (1948) peasan adalah golongan kelas dari suatu populasi yang lebih besar yg biasanya termasuk pula dalamnya pusat-pusat perkotaan.

• Menurut Redfield (1956) peasan adalah org-org dengan peradaban yang tua, penduduk pedesaan yang menguasai dan mengolah tanah mereka untuk kehidupannya yang subsisten dan sebagai bagian dari cara hidup yang tradisional yg dipengaruhi oleh orang perkotaan.

• Menurut Foster (1962) komunitas peasan keberadaannya memiliki ikatan yang erat dengan kota-kota besar dan kecil.

Secara umum peasan memiliki ciri-ciri sbb:1. Petani produsen yang subsisten, sekedar

memenuhi kebutuhan sendiri (keluarga) tidak untuk mencari keuntungan.

2. Orientasinya yang cenderung pedesaan dan tradisional tetapi memiliki keterkaitan erat pada kebudayaan kota atau kekuasaan tertentu.

3. Jarang spenuhnya mencukupi kebutuhan diri sendiri (self sufficient)

SUBSISTENSI

Subsistensi secara umum diartikan sebagai cara hidup yang cenderung minimalis.

Usaha-usaha yang dilakukan cenderung di tujukan untuk sekedar hidup.

Pertanian subsiten yang murni menurut Warthon adalah suatu unit yang dapat berdiri dan mencukupi diri sendiri dimana semua produksi dikonsumsi dan tidak ada yang dijual.

• Menurut Eric R. Wolf (1966) produksi pertanian peasan disamping untuk keperluan hidup keluarga juga untuk dana penggantian, dana seremonial dan dana sewa tanah. Termasuk dalam dana penggantian antara lain : alat-alat produksi, pemagaran pekarangan, pemasangan orang-orangan dan lain-lain.

Menurut Everett M. Rogers, peasantry merupakan subkultur dengan ciri-ciri :

• Saling tidak mempercayai dalam hubungan antar satu dengan yang lainnya,

• Pemahaman tentang terbatasnya segala sesuatu didunia ini,• Sikap tergantung sekaligus bermusuhan terhadap kekuasaan

pemerintah• Familisme yang tebal, tingkat inovasi yang rendah, terlekati

fatalisme • Tingkat aspirasi yang rendah • Kurangnya sikap penangguahan kepuasan• Pandangan yang terbatas menegenai dunia, dan• Derajat empati yang rendah.

Rendahnya tingkat inovasi peasan, menurut Everett M.Rogers berkaitan dengan tiga hal sbb:

• Pertama, pola hidup peasan cenderung menggunakan cara-cara yg mereka tau pasti akan menghasilkan, enggan menggunakan cara-cara baru yg mungkin menyebabkan kegagalan.

• Kedua, sumber-sumber ekonomi yang langka atau penerapan teknologi yang kurang tepat—guna untuk desa.

• Ketiga, rendahnya pengetahuan peasan mengenai masalah-masalah teknis dan sumber daya, juga sebab rendahnya tingkat inovasi mereka.

PEASAN DAN POLA KEBUDAYAAN MASYARAKAT DESA DI INDONESIA

1. Aspek kultural peasan di Indonesia Dilihat dari latar belakangnya, secara umum Indonesia

mengenal dua macam perkebunan yaitu tradisional dan modern.

Yang pertama dikenal sebagai perkebunan rakyat, yang kedua tidak terlepas dari keberadaan onderneming pada jaman Belanda.

Onderneming ini sejak awalnya merupakan tife pertanian modern, berorientasi pada pencaharian keuntungan (untuk tanaman ekspor) dan merupakan bagian dari sistem kapitalisme modern

Petani ladang dalam garis besarnya terpilih menjadi dua yaitu :

1. Petani ladang berpindah di pedalaman (tertutup), yang lebih tepat disebut pencocok tanam. Mereka ini juga bersifat subsistensi seperti peasan, namun bukan merupakan bagian dari suatu budaya kota atau pusat kekuasaan tertentu, mereka merupakan kelompok rumpun (tribal).

2. Kedua adalah petani ladang yang telah terkena pengaruh pertanian perkebunan dengan tanaman ekspornya.

2. Aspek-aspek kultural lainnyaW.F Wertheim (1959) membedakan adanya tiga daerah peradaban di Indonesia :a) Pertama, sebagian besar Jawa Tengah dan Jawa Timur

memiliki teknik dan sistem pertanian sawah yang sudah lama.

b) Kedua, sepanjang pantai Jawa, Sumatera dan Malaya, Kalimantan merupakan daerah tempat berkembangnya kota2 pelabuhan, merupakan penentu corak peradaban

c) Ketiga, daerah-daerah pedalaman dari kota2 pantai Sumatera dan Kalimantan yang mengenal pertanian ladang. Hasil pertanian dijual ke kota-kota pelabuhan.

SEKIAN DANTERIMA KASIH