Post on 13-Oct-2015
5/23/2018 Artikel Erene Pellokila
1/12
1
ABSTRAK
BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA DALAM RITUAL BINI LABU HALA NDANDAN SAPU NITUK NO
MA MEKO LI SOSOAN NAI LALO MULAK : SEBUAH KAJIAN LINGUISTIK KEBUDAYAAN
Penelitian ini mengkaji Bentuk, Fungsi, dan Makna dalam RitualBini Labu Hala Ndandan Sapu NitukNo Ma Meko Li Sosoan Nai Lalo Mulak : Sebuah Kajian Linguistik Kebudayaan. Penelitian inibertujuan untuk memaparkan, menafsirkan dan menjelaskan karakteristik bentuk, fungsi, dan makna
bini labu hala ndandan sapu nituk no ma meko li sosoan nai lalo mulak dalam guyub tutur Rote.Metode yang dipakai adalah deskriptif kualitatif. Metode dan teknik pengumpulan data yangdigunakan adalah perekaman studi dokumentasi dan wawancara. Sumber data dalam penelitian ini
adalah masyarakat Rote Termanu khususnya lingkungan Mokdae dan Namodale. Hasil penelitianmenunjukkan bentuk atau struktur tuturan ritual dalam bini adalah berupa larik-larik dalam bait,
dengan fungsi religius yang memperlihatkan bentuk penghormatan kepada Tuhan, fungsi kependidikanmemberikan ajaran dan moral kepada masyarakat, fungsi pengendali sosial dalam mempertahankantata cara kehidupan masyarakat fungsi hiburan, yakni menghibur keluarga yang sedang berduka.
Karakteristik terakhir adalah makna yang terkandung dalam bini tersebut adalah makna religius
sebagai bentuk pengakuan iman bagi orang Rote, makna sosiologis sebagai pengendali sosial danmenjaga keterjalinan di antara sesama masyarakat dan makna estetika membawa keindahan tersendirilewat persamaan bunyi konsonan (aliterasi) dan persamaan bunyi vokal (asonansi).
Kata kunci : bentuk, fungsi, makna, bini, linguistik kebudayaan
Abstract
FORM, FUNCTION, AND MEANING IN TALK OF BINI LABU HALA NDANDAN SAPU NITUK MA MEKO LI
SOSOSAN NAI LALO MUL AK :
A ROTENESE CULTURAL LINGUISTIC STUDY
This research studies about Form , Function, and Meaning in Talk OfBini Labu Halandandan Sapu
Nituk Ma Meko Li Sososan Nai Lalo Mulak A Cultural LinguisticStudy. Method used is mentioned asdescriptive qualitative method. Method and techniques of collecting data are recording, documentationstudy and questionnaire. Data resources are Rote Termanu community, especially from Mokdae and
Namodale. The result of the research shows that form or ritual structure of talk in bini is in the form
of lines in the phrase, with religious function shows a way of praising God, educational function showsteaching and moral attitudes to the community, social function maintains community life asentertaining finction, that is to comfort those who are in sorrow. The last characteristic as the meaning
found in bini is religious meaning as a confirmation of Rotenese belief, sociologic meaning andesthetic meaning brings special good view through similar consonant sound alliteration and vocal
assonance
Key words :form , function, meaning, bini, cultural linguistic
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5/23/2018 Artikel Erene Pellokila
2/12
2
Analisis Bentuk Tuturan Ritual Bini Labu Hala Ndandan Sapu Nituk No Ma Meko Li Sosoan Nai
Lalo Mulak
Bini labu hala ndandan sapu nituk ma meko li sosoan nai lalo mulakdalam guyub tutur Rote
adalah bentuk tuturan yang terdiri atas beberapa bagian yang ditandai dengan adanya susunan barisyang mengandung unsur estetik. Tuturan yang berbentuk bini ini berjumlah 20 bait dan 75 larik.
Penuturan tersebut dibagi menjadi tiga, yakni (1) pendahuluan : dituturkan pada saat malam pertamasaat sanak saudara, tetangga dan semua pelayat datang di tempat duka untuk melihat dan menjengukkeluarga yang berduka, (2) isi : berupa ajakan untuk mengenang almarhum atau mengisahkan sila- sila
dari almarhum semasa hidup hingga meninggal dunia serta berupa penguatan bagi semua yangditinggalkan, dan (3) penutup : dituturkan pada hari keempat puluh setelah almarhum meninggal duniauntuk mengenang almarhum sambil percaya bahwa arwah almarhum telah terpisah dari mereka yanghidup dan pergi ke alam maut.
Analisis bentuk dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Van Dijk (dalam Ratukoreh,2010:18) yang mengkaji struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro. Kerangka tersebut dipakaisebagai model pengkajian dalam penelitian ini dengan tujuan untuk melihat hubungan pesan yang
terkandung dalam penuturan tersebut. Namun, dalam tesis ini peneliti hanya menganalisis
superstruktur yang berbicara tentang kerangka teks yang terdiri atas bagian pendahuluan, isi danpenutup. Ketiga bagian ini saling berhubungan erat dan merupakan teks yang utuh dan tercantumdalam BiniLabu Hala Ndandan Sapu Nituk Ma Meko Li Sosoan Nai Lalo Mulak.
1. Pendahuluan
Penuturan dilakukan pertama kali pada saat metehari pertama sebagai malam pembukaan di
tempat duka. Pada saat inilah manahelo yang akan mengisahkan tentang kisah hidup Pakundii Siokdan Sioana Kain dengan diiringi oleh alunan gong dan tambur berikut kutipannya :
(01) Hida bei fan na ma dato bei don eleBerapa masih sedikit prep dan pangkal masih daun sana
Lasik ala do lasik ala benga do alatua-tua mereka atau tua-tua mereka sampaikan atau mereka
tui laecerita kata
Tuk esa nade Pakundii siok malabukduduk satu nama NAMA pemilik tambur
Na taek esa nade Siona Saik mamekokpro anak laki-laki satu nama NAMA pemilik gong
Di masa silam dan pada zaman dahulu orang tua- tua bercerita atau leluhur berkisah bahwa seorang
pria bernama Pakundii Siok memiliki tambur dan seorang lelaki bernama Sioana Saik punya gong.
Bagian (01) merupakan barisan atau larik larik pembukaan yang dituturkan oleh manahelo sebagaiawal untuk mengisahkan tentang Pakundii Siok dan Sioana Kain, contoh baris kedua lasik ala tui laeyang artinya tua- tua mereka bercerita bahwa nade Pakundii Siok malabuk dan nade Siana Kainmamekok, dua tokoh yang dikisahkan dalam bini sebagai pemilik gong dan tambur, dimana bila gong
dan tambur berbunyi ada makna dibalik bunyi itu sebagai bentuk informasi atau pemberitahuan perihalkematian yang telah menimpa sebuah keluarga, kepada semua tetangga, sanak saudara kaum kerabat
5/23/2018 Artikel Erene Pellokila
3/12
3
dan handaitaulan. Sebagai upaya menegaskan kembali perihal kabar dukacita dimaksud sekaligusmendekatkan kabar itu langsung ke telinga keluarga yang lain.
2. Isi
Gong mai yang dibunyikan oleh langak sebagai bentuk informasi atau penyambung lidahkeluarga duka kepada semua tetangga, sanak saudara, kerabat dan handaitaulan bahwa ada jenazah
yang terlentang pada salah satu keluarga diwilayah mereka. Berikut kutipannya :(04) Labu halan bela fo ningau ngangali
tambur panggil bersama supaya memanggil tersiram
Fo ningau ngangali neu ina ama ma kaa fadisupaya memanggil tersiram pergi mama bapak dan kakak adik
Ma mekon lin belia na nilo lelea
dan gong bunyi terus pro dengan suara nyaring
Fo nilo teo ina ma feto ana
supaya suara tanta mama dan saudari anak
No ama ma kaa fadi do ngileo bobongikdan bapak dan kakak adik saudara kandung
ala mai no hai laikmereka datang dan seru cepat
Bunyi tambur berbahana memanggil- manggil yakni memanggil ibu bapa dan sanak saudara, bunyigong berkumandang mengundang yakni mengundang kaum kerabat dan handai taulan dan bapak,
sanak saudara atau kaum kerabat datang segera hadir bersatu hati.
Ala soda ma kae boe pinu bali te nusak leo ndiamereka nyanyian dan prep ingus lagi tapi pulau seperti pro
Na hataholi dae bafok ia dae lenuk de faik esa daedan orang bumi dunia ini bumi kosong jadi hari satu bumi
Lenu itakosong kita
Na ala helo lae boo lumata bali tedan mereka syair jangan menangis air mata konj
Ingu leo na
ingus seperti pro
Na andiana batu poik ia batu lunik de ledok esa te batu lenu ita
dan ini anak batu karang ini batu lunik tapi hari satu tapi batu kitaMereka menyanyi dan bertutur kata, janganlah berduka karena beginilah hidup manusia di duni aadalah dasar tanah menutup sehingga suatu saat tanah akan menutupnya. Mereka bertutur kata,
janganlah bersedih mencucuran air mata, memang beginilah nasib karena nasib insan didunia adalahdasar batu, pada suatu saat batu akan menutupnya
5/23/2018 Artikel Erene Pellokila
4/12
4
Baris terakhir pada bagian di atas merupakan bentuk kata- kata penguatan dan pengiburan bagi sanaksaudara dan keluarga terkait yang mengalami dukacita agar tidak terus larut dalam duka yang
mendalam. Tetapi keluarga yang ditinggalkan harus tetap tabah kuat menghadapi apa yang telah terjadisebab beginilah kehidupan manusia di dunia yang diibaratkan sebagai dasar batu suatu ketika tanahakan menutupnya dan hilang ditelan bumi tidak kelihatan oleh mata. Kehidupan setiap manusia jugadiibaratkan leo masik (bagaikan garam) yang cepat cair bila terkena air dan ibarat bunga bubuni
bunak (pohon bunga) yang layu bila terkena sinar matahari. Segala sesuatu di dunia ini tidak ada yangkekal dan abadi kapan, dimana, dan siapa saja tidak terkecuali bila maut datang menjemput maka
binasalah ia. Demikian kutipan di bawah ini :
(11) Pa hataholi dae bafok ia lole leo masikpro orang bumi tinggal ini bagus putar garam
De oe dain na ana noe
konj air dapat dan anak larut
Na andiana batu poik ia nda leo bubuni bunak
konj ini anak batu karang ini apa seperti pohon bunga
Fe ledo han na ana malehari kena pro anak layu
Kita manusia di dunia ini bagaikan garam sehingga kena air akan cairlah dia dan insan di bumi ibarat
pohon bunga sehingga jika terkena matahari maka layulah ia.
(12) Fo andiana tana feu ai dae bafon te manasapuk nitukini anak tidak hari ini bumi atas tapi mati/lenyap setan
Manusia tidak akan berteras kayu (kekal) di dunia ini
(13) Na hataholi tana tea batu poik te manalalo mulakkonj orang tidak batu karang tapi hilang setan
Manusia tidak akan berkeras batu (abadi) di bumi iniBagian ke (12) dan (13)menggunakan gaya bahasa metafora yang pada dasarnya adalah sebuah kataatau ungkapan yang maknanya bersifat kiasan, dan bukan harafiah karena ia berfungsi menjelaskansebuah konsep. Dengan demikian, konsep tersebut menjadi lebih mudah dimengerti dan efeknya punmenjadi lebih kuat. Menggunakan ungkapan berteras kayu (kekal) dan berkeras batu (abadi) yangingin menjelaskan bahwa kehidupan manusia didunia ini hanya sementara dan tidak ada yang kekal
dan abadi untuk selamanya.
Deretan baris di atas memperlihatkan tidak hanya budaya kepedulian terhadap sesama namun
juga penghormatan terhadap Tuhan sebagai sebuah bentuk pengakuan masyarakat Rote bahwasekalipun seseorang memiliki segala sesuatu dalam dunia ini sesungguhnya ia tidak punya kuasa apa-
apa untuk dapat mempertahankan hidupnya selain si pemberi hidup itu sendiri yang sanggup
menahannya dan apabila sudah waktunya setiap orang tinggal menunggu waktunya tiba untuk kembalikehadapan Bapa disorga.
3. PenutupPada hari persekutuan yang terakhir biasanya hari ke 40 keluarga masih tetap mengharapkan
kehadiran tetangga, sanak saudara, kenalan dan handaitaulan untuk datang kembali berkumpul di
5/23/2018 Artikel Erene Pellokila
5/12
5
rumah duka dan membuat upacarasei potik untuk memisahkan arwah orang yang meninggal ke duniaarwahnya agar tidak menganggu orang yang masih hidup. Berikut kutipannya :
(16) Neu faik mandan do ledo mateben
ini hari punya arti pro matahari terbenam
Ina ama kaa fadi do ngileo bobongikmama bapak kakak adik dan anak sayang
Ala mai teas do ala ma tama selukmereka datang kumpul dan mereka tidur lagi
Fo ala dodo pau ma ala tunu halasupaya mereka bunuh tikam dan mereka bakar/ panggang
Pada suatu hari tertentu dan pada suatu saat yang pasti bapak, mama, sanak saudara dan kaum kerabathadir dan datang berkumpul lagi Mereka menyembelih hewan dan membakar ternak. Bagian ke (17) bukti kebersamaan dan rasa saling memilki diantara sesama masyarakat Rote dapat
dilihat pada contoh, ala mai teas no ala mua esa ma ala ninu esa (mereka datang berkumpul lagi lau
makan dan minum bersama) mereka masih mengadakan pesta yakni membunuh dan membakar ternakyang di bawa dan dimakan bersama- sama. Pesta yang dilakukan ini untuk memisahkan orang yanghidup dengan dunia nitu atau dengan arwah orang yang telah meninggal agar tidak mengganggu
pekerjaan orang yang masih hidup, karena menurut kepercayaan orang Rote sebelum hari ke 40 arwah
orang yang meninggal masih bersama- sama dengan orang yang hidup. Upacara sei potik yangdilaksanakan di rumah keluarga duka dengan cara menyiapkan nyiru (alat untu menampik beras)
kemudian nyiru ini diisi dengan abu kayu yang bekas di bakar atau abu raosetelah itu ditengah nyirutersebut diletakan lalik (alat untuk menampik beras dengan ukuran lebih kecil) yang diisi dengan
sesajen. Dua nyiruini disusun kemudian diletakan di uma langakyakni salah satu bagian rumah adatRote yang terletak di bagian timur sebagian dari uma langak ini dapat digunakan untuk tidur, upacara-upacara adat, dan juga dapat digunakan untuk menyimapan makanan. Peletakan nyiru yang telah diisisesajen ini dengan tujuan untuk memberi makan arwah. Setelah itu rumah ditutup kegiatan ini biasanya
dilakukan pada jam 12 malam dengan pemimpin kepala adat yang disebut manasongo. Pada saatrumah di tutup manasongomenabuh sebuah tambur sebagai tanda untuk memanggil arwah orang yangtelah meninggal dengan suara yang mula- mula tinggi, perlahan rendah dan kemudian mengharukankemudian kembali semangat dan menyeramkan. Setelah tambur dan suara panggilan arwah di lakukanutnuk beberapa saat kemudian rumah dibuka kembali untuk mengecek apakah ada tanda atau bekaskaki ayam atau kucing ataukah tanda apa saja pada abu raodi dalam nyiru. Bila ada tanda maka ada
arwah yang telah datang makan sesajen yang tadi disiapkan keluarga akan merasa sangat sedihmengenang kembali almarhum seolah- olah masih berada di tengah mereka. Bila tidak ada tanda apa-apa maka keluarga percaya bahwa almarhum telah tenang di alam baka.
3.2 Analisis Fungsi Tuturan Ritual Bini Labu Hala Ndandan Sapu Nituk No Ma Meko L i Sosoan Nai
Lalo Mulak
Analisis fungsi atau kegunaan merupakan salah satu upaya menelusuri kandungan isi di balik
bentuk teks tuturan biniLabu Hala Ndandan Sapu Nituk Ma Meko Li Sosoan Nai Lalo Mulakdalamrealitas sosial budaya masyarakat Rote. Analisis fungsi atau kegunaan tersebut dilihat dari bagaimana
bahasa itu berfungsi sebagai sarana komunikasi di tengah realitas masyarakat. Tujuannya agar dapatmengungkap fungsi atau kegunaan yang terkandung tuturan tersebut.
5/23/2018 Artikel Erene Pellokila
6/12
6
1. Fungsi Religius.Bahan-bahan sastra lisan yang bersifat ritual itu bukan hanya bahan tersebut yang bersifat
magis ritual, tetapi kehadiran cerita itupun secara magis ritual. Penuturan yang magis dan ritus dalam
binidi maksud bersifat memberikan penguatan dan penghiburan bagi keluarga yang ditinggalkan agartetap teguh dan percaya kepada Tuhan sang pemilik hidup itu, bahwa apa yang terjadi atas kehendak-
Nya.Berikut kutipannya :
(12) Fo andiana tana feu ai dae bafon te manasapuk nituk
ini anak tidak hari ini bumi atas tapi mati/lenyap setanManusia tidak akan berteras kayu (kekal) di dunia ini.
(13) Na hataholi tana tea batu poik te manalalo mulakkonj orang hari tidak batu karang tapi hilang setan
Manusia tidak akan berkeras batu (abadi) dibumi ini.
Bagian ke (11) sampai dengan (13) di atas memperlihatkan penghormatan terhadap Tuhan sebagai
sebuah bentuk pengakuan masyarakat Rote bahwa sekalipun seseorang memiliki sesuatu dan segala
hal dalam dunia ini sesungguhnya ia tidak punya kuasa apa- apa untuk dapat mempertahankanhidupnya selain si pemberi hidup itu sendiri yang sanggup menahannya dapat dilihat pada contohhataholi dae bafok ia lole leo masik yang artinya manusia dibumi ibarat garam suatu ketika akanlenyap seperti pada frasa dain noe (akan cair) dan kemudian juga diibaratkan sebagai pohon bunga
yang akan layu leo bubuni bunak.Gaya bahasa metafora yang digunakan pada bagian (12) dan (13)pada dasarnya adalah sebuah kata atau ungkapan yang maknanya bersifat kiasan, dan bukan harafiah
karena ia berfungsi menjelaskan sebuah konsep.
2. Fungsi Mendidik.Tradisi lisan ini digunakan sebagai alat untuk menyampaikan pendidikan, seperti pendidikan
moral, etika dan agama kepercayaan orang-orang Rote. Khususnya dalam BiniLabu Hala NdandanSapu Nituk No Ma Meko Li Sosoan Nai Lalo Mulak merupakan alat untuk memberikan pendidikanetika dan moral agar masyarakat Rote pada umumnya tetap menjaga kesopanan dan tenggang rasa
diantara sesama manusia baik secara individual maupun kolektif dan dalam keadaan apapun baik sukamaupun duka. Berikut kutipannya :
(04) Labu halan bela fo ningau ngangalitambur panggil bersama supaya memanggil tersiram
Fo ningau ngangali ne ina ama ma kaa fadi
supaya memanggil tersiram pergi mama bapak dan kakak adik
Ma mekon lin belia na nilo lelea
dan gong bunyi terus pr0 dengan suara nyaring
Fo nilo teo ina ma feto anasupaya suara bibi mama dan saudari anak
No ama ma kaa fadi do ngileo bobongikdan bapak dan kakak adik Pr saudara kandung
Ala mai no hai laikmereka datang dan seru cepat
5/23/2018 Artikel Erene Pellokila
7/12
7
Bunyi tambur berbahana memanggil- manggil yakni memanggil ibu bapa dan sanak saudara bunyigong berkumandang mengundang yakni mengundang kaum kerabat dan handai taulan datang segera
hadir bersatu hati.
Beberapa baris tuturan di atas ingin menjelaskan atau menyampaikan nilai pendidikan etika dan moralyang terdapat di dalamnya yakni salah satunya kesopanan dan tenggang rasa. Fungsi atau kegunaan
tersebut di tandai dengan sapaan yang lebih sopan, halus dan memberi rasa hormat di sampaikankepada orang lain atau orang yang diangap lebih tua dengan sebutan inamama, amabapak, kaakakak, dan fadiadik. Sedangkan tuturan yang digunakan untuk menyampaikan sikap tenggang rasaatau rasa kebersamaan dalam suka maupun duka lewat ajakan agar bersama- sama turut mengambil
bagian yakni lewat baris mai no hai laikdatang bersatu hati dan baris Fo nilo teo ina ma feto
ana mengundang sanak saudara.
3. Fungsi Pengendali Sosial.Tradisi lisan Rote berfungsi pula sebagai alat pengendali sosial, yaitu untuk mewariskan dan
mempertahankan tata cara kehidupan masyarakat Rote, atau tata adat Rote. Hal ini terlihat dengan jelas
berkaitan dengan tata upacara kematian. Alat gong dan tambur selain mengemban fungsi simbolik
sekaligus pengendali sosial dalam kehidupan bermasyarakat sehingga alat ini selalu di gunakansebagai tanda bahwa telah terjadi sesuatu di tengah masyarakat hal ini dapat dibuktikan lewat perandan kegunaannya ketika ada kematian. Bagi orang Rote bunyi gong dengan sentakan pukulan tertentu
pertanda ada kedukaan dan masyarakat lain akan bergegas dan turut mengambil bagian dalam
kedukaan.
(02) Pakundii Siok labun nahala na mano sosoakNAMA tambur bicara Pr punya arti
Na Siona Saik mekon nali na manu ndandakpro NAMA gong bunyi pro ayam tujuan
Labun nahala na hu sapu nituk fo pola poeTambur bicara pro dengan sapu setan supaya saringan udang
sMalengakterbalik
Na mekon nili na hu lalo mulak fo
dan gong bunyi pro dengan panggil setan supaya
Hanini matonokpiring sendok telungkup
Jika tambur Pakundii Siok berbahana ada artinya dan jika gong Sioana Saik mengumandang punya
makna, tambur berbahana tanda ada kematian, yakni mayat terlentang dan gong berkumandangpertanda yang meninggal yakni jenazah sedang terbaringkan.
Tata cara dan adat istiadat yang terus dipertahankan ini sekaligus berfungsi sebagai sarana atauperantara antar tiap individu dalam situasi tertentu misalnya dalam kedukaan, alunan gong dan tambursebagai bentuk informasi untuk memanggil sekaligus mengumpulkan orang- orang terdekat, hal inidapat dilihat lewat baris ma mekon lin belia na nilo lelea bunyi gong berkumandang mengundang
setiap tetangga, kerabat dan handaitaulan.
5/23/2018 Artikel Erene Pellokila
8/12
8
4. Fungsi Hiburan.Setiap bahan seni tentu saja mendatangkan rasa senang. Tradisi lisan Rote dituturkan ada yang
khusus ditujukan untuk mendatangkan hiburan atau untuk menghibur, salah satunya adalah bini
sebagai pengiring gong dan tambur. Seperti pada baris- baris di bawah ini :
(08) Pakundii siok labun nahala no kokoekPakundii Siok tambur memanggil dan bujuk
Fo natama dale neu madale hediksupaya untuk apa dalam pergi sakit hati
Na Sioana Siok mekon nili no nanasikpro Sioana Siok gong bunyi dan bujuk
Irama tambur Pakundii Siok tersirat arti menghibur yakni menghibur janda yang sedang berduka danbunyi gong Sioana Saik terkandung makna melipur.
(09) Anafe lilah ala feli labu halan beloe
anak perintah mereka pukul tambur panggil pelan
Fo nitama dale anama suke boae ala pinu iduSupaya kasih tenang dalam anak sendiri jangan mereka lngus hidung
Na manadein ala soda meko dasin bedaepro bawa mereka menyanyi gong suara gemulai
Fo nitesa falu ina suek bee ala lumatasupaya masuk janda sayang mereka menangis
Penyanyi menyanyikan lagu tambur dengan suara lembut agar menenangkan hati yatim piatu, supayatidak berduka hati. Namanya disyairkan dengan nyanyian gong dan suara gemulai untuk meneduhkan
kalbu janda balu agar tidak bersedih hati.
Baris- baris di atas begitu jelas menyatakan fungsi tuturan bersama alat gong dan tambur dalam sebuahkedukaan. Setiap alunan tambur dan gong, bini yang di bawakan oleh manahelo maupun tari- tarianturut menghibur keluarga yang berduka dan pelayat pada umumnya. Keterpaduan 9 anak gong mulai
dari anak gong dengan ukuran yang paling kecil yakni ana dodoek, pamali, paseli, leko, ngasadaek,ngasalaik, ina taladak, ina nolik, dan ina makamuk merupakan kesatuan bunyi dan irama yang indah
dan harmonis dan merupakan satu kesatuan dengan tambur yang berfungsi sebagai alat hiburan untukmenghibur setiap keluarga yang sedang dirundung duka.
3.3 Analisis Makna Tuturan Ritual Bini Labu Hala Ndandan Sapu Nituk No Ma Meko Li Sosoan
Nai Lalo Mulak.
Analisis makna merupakan salah satu upaya menelusuri isi di balik bentuk teks tuturan dalam
realitas sosial budaya masyarakat Rote. Analisis makna yang ditempuh melalui interaksi simbolik,metode pemaknaan dan hermeneutik. Tujuannya agar dapat mengungkap makna yang terkandung didalamnya berdasarkan pemakaian secara umum. Makna yang dapat diungkapkan dalam tuturan di atasadalah sebagai berikut :
1. Makna ReligiusMakna religius merupakan makna yang berkaitan dengan tindakan- tindakan atau perilaku
keagamaan, yang memiliki kegunaan dan manfaat terhadap suatu masyarakat atau manusia, karena diwariskan turun temurun dan ditaati semua warga dan semua penerus kebudayaan. Upacara adat atau
5/23/2018 Artikel Erene Pellokila
9/12
9
ritual merupakan salah satu penampilan dari adanya alam pemikiran religius, magis yang selaluberwujud aktifitas dan tindakan manusia dalam kaitannya dengan tuhan, nenek moyang, dan dunia
gaib. Hal inilah yang kemudian dilaksanakan oleh warga masyarakat Rote pada umumnya danTermanu pada khususnya.
(11) Pa hataholi dae bafok ia lole leo masik
orang bumi tinggal ini bagus putar garam
De oe dain na ana noejadi air dapat dan anak larut
Na andiana batu poik ia nda leo bubuni bunak
dan ini anak batu karang ini apa putar pohon bunga
Fe ledo han na ana malehari kena pro anak layu
Kita manusia di dunia ini bagaikan garam sehingga kena air akan cair dan insan di bumi ibarat pohonbunga sehingga jika terkena sinar matahari maka layulah ia.
Baris di atas dengan jelas menunjukkan bahwa adanya budaya kepedulian terhadap sesamamanusia baik dalam suka maupun duka. Namun, merupakan suatu pengakuan iman orang Roteterhadap Tuhan akan adanya kuasa atas kehidupan manusia sehingga mereka mengaku hanya Tuhan
satu- satunya pemilik hidup ini dan tiba waktunya Ia memanggil, siapapun harus siap sebab segalasesuatu yang ada di muka bumi ini tidak ada yang kekal lewat ungkapan berteras kayu dan abadidalam ungkapan berkeras batu. Sehingga diibaratkan sebagai garam yang mudah cair dan bunga
yang cepat layu.
2. Makna SosialMakna sosial yang di maksud berkaitan dengan bagaimana hubungan antarindividu dalam
kehidupan bermasyarakat. Seluruh rangkaian kegiatan dalam kedukaan pada umumnya bermaknasosialogis karena melibatkan orang- orang dalam suatu masyarakat, sebagaimana tersingkap dalam
baris di bawah ini. Berikut kutipannya :
(04) Fo ningau ngangali neu ina ama ma kaa fadisupaya memanggil tersiram pergi mama bapak dan kakak adik
Ma mekon lin belia na nilo leleadan gong bunyi terus pro dengan suara nyaring
Fo nilo teo ina ma feto anasupaya suara tanta mama dan saudari anak
(05) No ama ma kaa fadi do ngileo bobongik
pro bapak dan kakak adik pro saudara kandung
Ala mai no hai laikMereka datang dan seru cepat
Yakni memanggil ibu bapa dan sanak saudara. Bunyi gong berkumandang mengundang yakni
mengundang kaum kerabat dan handai taulan, sanak saudara datang segera, datang hadir bersatu hati.
Satuan kebahasaan yang menyingkap makna sosial adalah ama bapak, kaa kakak, fadiadik, ngileo bobongiksaudara kandung,teo tanta, ina mamafeto ana saudara perempuan danmai datang. Dikatakan demikian karena berkaitan dengan status sosial seseorang. Hal ini
5/23/2018 Artikel Erene Pellokila
10/12
10
menyiaratkan bahwa semua saudara kaa, kakak, fadi adik, ngileo bobongik saudara kandung,tanta,ina mamafeto ana saudara perempuanama bapak, turut hadir dalam suasana duka yang di
alamisalah satu keluarga. Keterjalinan saling menghormati dan menghargai antara setiap anggota keluargadan terhadap keluarga yang lain lewat kedukaan dapat menciptakan hubungan yang harmonis dalamkehidupan bermasyarakat. Penggunaan kata nilo suara sesuai konteks bila dalam terjemahan bebas
artinya mengundang tetangga sanak saudara, kenalan dan handaitaulan kemudian diperjelas denganpemakaian kata mai datang yang bertujuan untuk menghimpun pelayat untuk mengambil bagiandalam duka bersama.
3. Makna Estetika
Makna dari bentukbini labu hala ndandan sapu nituk no ma meko li sosoan nai lalo mulakdalam guyub tutur Rote yang estetik dengan penekanan pada bunyi e dalam sajak yang diucapkan
oleh manahelo untuk mewarnai ratapan yang menopang inti isi nada dan suasana penuturan bini- binitersebut. Rima pada untaiannya ditekankan oleh bunyi k yang dapat memperkuat warna rasa dukayang tertahan di tekak dengan suasana penuh kesedihan, berat membuat suasana menyedihkan terasa
menekan sekali. Hal ini terlihat dalam larik di bawah ini seperti madalehedikyang artinya sakit hati
dan nanasikyang artinya bujuk. Seperti contoh berikut :
(08) Fo natama dale neu madale hediksupaya untuk apa dalam pergi sakit hati
Na Sioana Siok mekon nili no nanasik
pro NAMA gong bunyi dan bujukYakni menghibur janda yang sedang berduka bunyi gong Sioana Saik terkandung makna melipur.
Dua baris di atas disampaikan olehmanahelo dengan suara berat dan jeda panjang dalam memperjelasmakna duka yang mendalam bagi keluarga. Selanjutnya larik dalam binidi bawah ini memperlihatkan
keindahan pilihan kata yang digunakan oleh manahelo ketika menuturkan. Keindahan kata- kata
digunakan manahelo mempunyai makna untuk menghibur dan mengugah hati pelayat disaat duka.
(01) Lasik ala do lasik ala benga do alatua-tua mereka atau tua-tua mereka sampaikan atau mereka
Tui laecerita kata
Orang tua- tua bercerita atau leluhur berkisah
Pada baris di atas muncul aliterasi pada larik-lariknya karena didominasi oleh bunyi- bunyi konsonan l ,sdan ksecara berderet yang mengapit bunyi asonansi adan ipada katalasikala dolasik
(07) Na lafandele lolole neu ina nisusu teuk telumbimbi
pro ingat terus pergi mama menyusui tahun tiga selamaDan teringat akan ibu menyusui selama tiga tahun
Baris di atas memperlihatkan keindahan bunyi lewat asonansi i yang juga dikombinasikan dengan
aliterasi m,b dan asonansi berderet a, e, u dan i dalam bagian larik di atas tersebut juga terdapatasonansi o pada bunyi lolole dan sepasang asonansi e yang membentuk bunyi lafandele dengankombinasi konsonan ddan l.Pengulanganpengulangan bunyi vokal yang sama dalam larik bini diatas menambah keindahan dalam mengenang kembali seluruh peristiwa yang pernah terjadi padaalmarhum.
5/23/2018 Artikel Erene Pellokila
11/12
11
(o7) Lesaneda nda nda neu ama labakolu tuamengingat apa-apa pergi bapak naik turun pohon tuak
oe fak fo nasa maonhujan konj membesarkan
Dan teringat bapak naik turun pohon menyadap lontar di musim hujan untuk memeliharanya dengan
susah payah.
Keindahan bunyi lewat aliterasi dan asonansi dalam pilihan kata yang tepat mengasilkan suaramerdu seiring dengan alunan dan bahana sembilan anak gong dan tambur yang membawa suasanahati keluarga merasa terharu dan terhibur selama berduka.
SIMPULAN
Dalam penuturan bini tersebut bahana alunan gong dan tambur berperan penting sebagaipelengkap pengantar manahelo dalam bersyair yang diikuti dengan tari- tarian. Keterpaduan Sembilananak gong mulai dari anak gong dengan ukuran yang paling kecil sampai ukuran yang terbesar yakni
ana dodoek, pamali, paseli, leko, ngasadaek, ngasalaik, ina taladak, ina nolik, dan ina makamuk
merupakan kesatuan bunyi dan irama yang indah dan harmonis. Bunyi gong dan tambur merupakansatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan untuk dapat mengasilkan irama yang merdu dan berfungsisebagai hiburan bagi pelayat dan keluarga yang sedang dirundung duka. Bentuk, fungsi dan maknadalam tuturan, dikaji dalam penelitian ini dengan hasil pengamatan, wawancara dan analisis
berdasarkan fenomena di lapangan di dapatkan bahwa berdasarkan hasil kajian di atas dapat katakanbini labu Hala Ndandan sapu Nituk ma Meko Li sosoan Nai Lalo Mulak selain memiliki bentuk yang
khas dan fungsi yang beragam juga memiliki makna yang mendalam tentang duka atau kematian yangmembentuk sikap serta perilaku dalam realitas kehidupan masyarakat Rote pada umumnya danTermanu pada khususnya dalam pemahaman tentang hubungan manusia sebagai makluk sosial,
hubungan manusia dengan Tuhan dalam kehidupannya serta memandang Tuhan sebagai penguasahidup.
SARAN
Bagi peneliti lain yang merasa tertarik dengan kajian linguistik kebudayaan, kiranya hasilpenelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian lanjutan baik yang berkaitan dengan
tradisi lisan, linguistik budaya bahkan ilmu sosial lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anabokay, Yanrini M. 2011. Cerita Rakyat Manadala Saon Matan Manaa dalam Masyarakat Rote :Sebuah Analisis Linguistik Kebudayaan (Tesis) Program Pascasarjana UndanaKupang
Aryandini, Woro. 2000. Manusia Dalam Tinjauan Ilmu Alam Dasar Jakarta: Penerbit UniversitasIndonesia.
Aslinda dan Syafyahya Leni. 2007.Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: PT. Refika Aditama
Badudu, J.S. 2011.Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta: PT. Sinar Harapan
Bungin, B. 2007.Penelitian kualitatif: kominikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu sosial lainnya.Jakarta: Kencana
5/23/2018 Artikel Erene Pellokila
12/12
12
Bustan, Fransiskus. 2010.Linguistik Kebudayaan. (Bahan Ajar Mandiri). Program Pascasarjana Undana- Kupang
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Fox J. James. 1986. Bahasa, Sastra dan Sejarah: Kumpulan Karangan Mengenai Masyarakat di PulauRote.Jakarta: Djambatan
Geertz, C. 2001. Agama Sebagai Sistem Kebudayaan. Dalam Dekonstruksi Kebenaran: Kritik tujuh
Teori Agama.Daniel L. Pals (Ed). Diterjemahkan oleh I.R. Muzir dan M. Syukri. Yogyakarta:IRCISoD
Goodenough. W. H. 1964. Cultural Antrophology and Linguistics. In Language Culture and society: A.Reader in Linguistics and Antropology.New York: Harper dan Row
Halliday, M. A. K and Hasan, R. 1994. Bahasa, Konteks dan Teks: Aspek - Aspek Bahasa dalam
Pandangan Semiotik Sosial. Diterjemahkan oleh Asrudin Barori Tou dan M. Ramlan.Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Hidajat. Z.M. 1976. Masyarakat dan Kebudayaan: Suku- Suku Bangsa di Nusa TenggaraTimur.Bandung: Tarsito
Jakobson, R. 1992. Linguistik dan Bahasa PuitikDalam Serba serbi Semiotika. Panuti Sudjiman danAart van Zoest (ed). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Kami, Patrisius. 2011. Tuturan Ritual Pembangunan Rumah Adat Pada Desa Wolokota KecamatanNdona Kabupaten Ende (skripsi)Program Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas PGRI NTT
Kaplan, D. dan Albert, A. M. 1999. Teori Budaya. Diterjemahkan oleh Landung Simatupang.
Yo.gyakarta: Pusat Belajar
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik: Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia PustakaUtama.
Kushartanti, Untung Yuwono, Multamia RMT Lauder. 2007. Pesona Bahasa; Langkah Awal
Memahami Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Mashun. M.S. 2005.Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode dan Tekniknya.Edisi Revisi.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Mboeik, S.J., Tarno dan Zackarias. A. 1985. Sebuah Penelitian Sastra Lisan RoteProyek PenelitianBahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah. Nusa Tenggara Timur. Pusat Pembinaaan danPengembangan Bahasa. Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Ola Sabon Simon. 2006. Jurnal Pendidikan Bahasa dan SastraVolume 10, Nomor 19. Kupang: CV.Indah Jaya
Palmer, G. B. 1996. Toward a Theory of Cultural Linguistics.AUSTIN, USA: The University of TexasPress
Pellondou, Mezra. 2011.Paralelisme Fonologis dalam Tuturan Ritual Mamates pada Masyarakat RoteTermanu: Sebuah Analisis Linguistik Kebudayaan. (Tesis) Program Pascasarjana Undana Kupang.