Artikel Erene Pellokila

download Artikel Erene Pellokila

of 12

Transcript of Artikel Erene Pellokila

  • 5/23/2018 Artikel Erene Pellokila

    1/12

    1

    ABSTRAK

    BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA DALAM RITUAL BINI LABU HALA NDANDAN SAPU NITUK NO

    MA MEKO LI SOSOAN NAI LALO MULAK : SEBUAH KAJIAN LINGUISTIK KEBUDAYAAN

    Penelitian ini mengkaji Bentuk, Fungsi, dan Makna dalam RitualBini Labu Hala Ndandan Sapu NitukNo Ma Meko Li Sosoan Nai Lalo Mulak : Sebuah Kajian Linguistik Kebudayaan. Penelitian inibertujuan untuk memaparkan, menafsirkan dan menjelaskan karakteristik bentuk, fungsi, dan makna

    bini labu hala ndandan sapu nituk no ma meko li sosoan nai lalo mulak dalam guyub tutur Rote.Metode yang dipakai adalah deskriptif kualitatif. Metode dan teknik pengumpulan data yangdigunakan adalah perekaman studi dokumentasi dan wawancara. Sumber data dalam penelitian ini

    adalah masyarakat Rote Termanu khususnya lingkungan Mokdae dan Namodale. Hasil penelitianmenunjukkan bentuk atau struktur tuturan ritual dalam bini adalah berupa larik-larik dalam bait,

    dengan fungsi religius yang memperlihatkan bentuk penghormatan kepada Tuhan, fungsi kependidikanmemberikan ajaran dan moral kepada masyarakat, fungsi pengendali sosial dalam mempertahankantata cara kehidupan masyarakat fungsi hiburan, yakni menghibur keluarga yang sedang berduka.

    Karakteristik terakhir adalah makna yang terkandung dalam bini tersebut adalah makna religius

    sebagai bentuk pengakuan iman bagi orang Rote, makna sosiologis sebagai pengendali sosial danmenjaga keterjalinan di antara sesama masyarakat dan makna estetika membawa keindahan tersendirilewat persamaan bunyi konsonan (aliterasi) dan persamaan bunyi vokal (asonansi).

    Kata kunci : bentuk, fungsi, makna, bini, linguistik kebudayaan

    Abstract

    FORM, FUNCTION, AND MEANING IN TALK OF BINI LABU HALA NDANDAN SAPU NITUK MA MEKO LI

    SOSOSAN NAI LALO MUL AK :

    A ROTENESE CULTURAL LINGUISTIC STUDY

    This research studies about Form , Function, and Meaning in Talk OfBini Labu Halandandan Sapu

    Nituk Ma Meko Li Sososan Nai Lalo Mulak A Cultural LinguisticStudy. Method used is mentioned asdescriptive qualitative method. Method and techniques of collecting data are recording, documentationstudy and questionnaire. Data resources are Rote Termanu community, especially from Mokdae and

    Namodale. The result of the research shows that form or ritual structure of talk in bini is in the form

    of lines in the phrase, with religious function shows a way of praising God, educational function showsteaching and moral attitudes to the community, social function maintains community life asentertaining finction, that is to comfort those who are in sorrow. The last characteristic as the meaning

    found in bini is religious meaning as a confirmation of Rotenese belief, sociologic meaning andesthetic meaning brings special good view through similar consonant sound alliteration and vocal

    assonance

    Key words :form , function, meaning, bini, cultural linguistic

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  • 5/23/2018 Artikel Erene Pellokila

    2/12

    2

    Analisis Bentuk Tuturan Ritual Bini Labu Hala Ndandan Sapu Nituk No Ma Meko Li Sosoan Nai

    Lalo Mulak

    Bini labu hala ndandan sapu nituk ma meko li sosoan nai lalo mulakdalam guyub tutur Rote

    adalah bentuk tuturan yang terdiri atas beberapa bagian yang ditandai dengan adanya susunan barisyang mengandung unsur estetik. Tuturan yang berbentuk bini ini berjumlah 20 bait dan 75 larik.

    Penuturan tersebut dibagi menjadi tiga, yakni (1) pendahuluan : dituturkan pada saat malam pertamasaat sanak saudara, tetangga dan semua pelayat datang di tempat duka untuk melihat dan menjengukkeluarga yang berduka, (2) isi : berupa ajakan untuk mengenang almarhum atau mengisahkan sila- sila

    dari almarhum semasa hidup hingga meninggal dunia serta berupa penguatan bagi semua yangditinggalkan, dan (3) penutup : dituturkan pada hari keempat puluh setelah almarhum meninggal duniauntuk mengenang almarhum sambil percaya bahwa arwah almarhum telah terpisah dari mereka yanghidup dan pergi ke alam maut.

    Analisis bentuk dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Van Dijk (dalam Ratukoreh,2010:18) yang mengkaji struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro. Kerangka tersebut dipakaisebagai model pengkajian dalam penelitian ini dengan tujuan untuk melihat hubungan pesan yang

    terkandung dalam penuturan tersebut. Namun, dalam tesis ini peneliti hanya menganalisis

    superstruktur yang berbicara tentang kerangka teks yang terdiri atas bagian pendahuluan, isi danpenutup. Ketiga bagian ini saling berhubungan erat dan merupakan teks yang utuh dan tercantumdalam BiniLabu Hala Ndandan Sapu Nituk Ma Meko Li Sosoan Nai Lalo Mulak.

    1. Pendahuluan

    Penuturan dilakukan pertama kali pada saat metehari pertama sebagai malam pembukaan di

    tempat duka. Pada saat inilah manahelo yang akan mengisahkan tentang kisah hidup Pakundii Siokdan Sioana Kain dengan diiringi oleh alunan gong dan tambur berikut kutipannya :

    (01) Hida bei fan na ma dato bei don eleBerapa masih sedikit prep dan pangkal masih daun sana

    Lasik ala do lasik ala benga do alatua-tua mereka atau tua-tua mereka sampaikan atau mereka

    tui laecerita kata

    Tuk esa nade Pakundii siok malabukduduk satu nama NAMA pemilik tambur

    Na taek esa nade Siona Saik mamekokpro anak laki-laki satu nama NAMA pemilik gong

    Di masa silam dan pada zaman dahulu orang tua- tua bercerita atau leluhur berkisah bahwa seorang

    pria bernama Pakundii Siok memiliki tambur dan seorang lelaki bernama Sioana Saik punya gong.

    Bagian (01) merupakan barisan atau larik larik pembukaan yang dituturkan oleh manahelo sebagaiawal untuk mengisahkan tentang Pakundii Siok dan Sioana Kain, contoh baris kedua lasik ala tui laeyang artinya tua- tua mereka bercerita bahwa nade Pakundii Siok malabuk dan nade Siana Kainmamekok, dua tokoh yang dikisahkan dalam bini sebagai pemilik gong dan tambur, dimana bila gong

    dan tambur berbunyi ada makna dibalik bunyi itu sebagai bentuk informasi atau pemberitahuan perihalkematian yang telah menimpa sebuah keluarga, kepada semua tetangga, sanak saudara kaum kerabat

  • 5/23/2018 Artikel Erene Pellokila

    3/12

    3

    dan handaitaulan. Sebagai upaya menegaskan kembali perihal kabar dukacita dimaksud sekaligusmendekatkan kabar itu langsung ke telinga keluarga yang lain.

    2. Isi

    Gong mai yang dibunyikan oleh langak sebagai bentuk informasi atau penyambung lidahkeluarga duka kepada semua tetangga, sanak saudara, kerabat dan handaitaulan bahwa ada jenazah

    yang terlentang pada salah satu keluarga diwilayah mereka. Berikut kutipannya :(04) Labu halan bela fo ningau ngangali

    tambur panggil bersama supaya memanggil tersiram

    Fo ningau ngangali neu ina ama ma kaa fadisupaya memanggil tersiram pergi mama bapak dan kakak adik

    Ma mekon lin belia na nilo lelea

    dan gong bunyi terus pro dengan suara nyaring

    Fo nilo teo ina ma feto ana

    supaya suara tanta mama dan saudari anak

    No ama ma kaa fadi do ngileo bobongikdan bapak dan kakak adik saudara kandung

    ala mai no hai laikmereka datang dan seru cepat

    Bunyi tambur berbahana memanggil- manggil yakni memanggil ibu bapa dan sanak saudara, bunyigong berkumandang mengundang yakni mengundang kaum kerabat dan handai taulan dan bapak,

    sanak saudara atau kaum kerabat datang segera hadir bersatu hati.

    Ala soda ma kae boe pinu bali te nusak leo ndiamereka nyanyian dan prep ingus lagi tapi pulau seperti pro

    Na hataholi dae bafok ia dae lenuk de faik esa daedan orang bumi dunia ini bumi kosong jadi hari satu bumi

    Lenu itakosong kita

    Na ala helo lae boo lumata bali tedan mereka syair jangan menangis air mata konj

    Ingu leo na

    ingus seperti pro

    Na andiana batu poik ia batu lunik de ledok esa te batu lenu ita

    dan ini anak batu karang ini batu lunik tapi hari satu tapi batu kitaMereka menyanyi dan bertutur kata, janganlah berduka karena beginilah hidup manusia di duni aadalah dasar tanah menutup sehingga suatu saat tanah akan menutupnya. Mereka bertutur kata,

    janganlah bersedih mencucuran air mata, memang beginilah nasib karena nasib insan didunia adalahdasar batu, pada suatu saat batu akan menutupnya

  • 5/23/2018 Artikel Erene Pellokila

    4/12

    4

    Baris terakhir pada bagian di atas merupakan bentuk kata- kata penguatan dan pengiburan bagi sanaksaudara dan keluarga terkait yang mengalami dukacita agar tidak terus larut dalam duka yang

    mendalam. Tetapi keluarga yang ditinggalkan harus tetap tabah kuat menghadapi apa yang telah terjadisebab beginilah kehidupan manusia di dunia yang diibaratkan sebagai dasar batu suatu ketika tanahakan menutupnya dan hilang ditelan bumi tidak kelihatan oleh mata. Kehidupan setiap manusia jugadiibaratkan leo masik (bagaikan garam) yang cepat cair bila terkena air dan ibarat bunga bubuni

    bunak (pohon bunga) yang layu bila terkena sinar matahari. Segala sesuatu di dunia ini tidak ada yangkekal dan abadi kapan, dimana, dan siapa saja tidak terkecuali bila maut datang menjemput maka

    binasalah ia. Demikian kutipan di bawah ini :

    (11) Pa hataholi dae bafok ia lole leo masikpro orang bumi tinggal ini bagus putar garam

    De oe dain na ana noe

    konj air dapat dan anak larut

    Na andiana batu poik ia nda leo bubuni bunak

    konj ini anak batu karang ini apa seperti pohon bunga

    Fe ledo han na ana malehari kena pro anak layu

    Kita manusia di dunia ini bagaikan garam sehingga kena air akan cairlah dia dan insan di bumi ibarat

    pohon bunga sehingga jika terkena matahari maka layulah ia.

    (12) Fo andiana tana feu ai dae bafon te manasapuk nitukini anak tidak hari ini bumi atas tapi mati/lenyap setan

    Manusia tidak akan berteras kayu (kekal) di dunia ini

    (13) Na hataholi tana tea batu poik te manalalo mulakkonj orang tidak batu karang tapi hilang setan

    Manusia tidak akan berkeras batu (abadi) di bumi iniBagian ke (12) dan (13)menggunakan gaya bahasa metafora yang pada dasarnya adalah sebuah kataatau ungkapan yang maknanya bersifat kiasan, dan bukan harafiah karena ia berfungsi menjelaskansebuah konsep. Dengan demikian, konsep tersebut menjadi lebih mudah dimengerti dan efeknya punmenjadi lebih kuat. Menggunakan ungkapan berteras kayu (kekal) dan berkeras batu (abadi) yangingin menjelaskan bahwa kehidupan manusia didunia ini hanya sementara dan tidak ada yang kekal

    dan abadi untuk selamanya.

    Deretan baris di atas memperlihatkan tidak hanya budaya kepedulian terhadap sesama namun

    juga penghormatan terhadap Tuhan sebagai sebuah bentuk pengakuan masyarakat Rote bahwasekalipun seseorang memiliki segala sesuatu dalam dunia ini sesungguhnya ia tidak punya kuasa apa-

    apa untuk dapat mempertahankan hidupnya selain si pemberi hidup itu sendiri yang sanggup

    menahannya dan apabila sudah waktunya setiap orang tinggal menunggu waktunya tiba untuk kembalikehadapan Bapa disorga.

    3. PenutupPada hari persekutuan yang terakhir biasanya hari ke 40 keluarga masih tetap mengharapkan

    kehadiran tetangga, sanak saudara, kenalan dan handaitaulan untuk datang kembali berkumpul di

  • 5/23/2018 Artikel Erene Pellokila

    5/12

    5

    rumah duka dan membuat upacarasei potik untuk memisahkan arwah orang yang meninggal ke duniaarwahnya agar tidak menganggu orang yang masih hidup. Berikut kutipannya :

    (16) Neu faik mandan do ledo mateben

    ini hari punya arti pro matahari terbenam

    Ina ama kaa fadi do ngileo bobongikmama bapak kakak adik dan anak sayang

    Ala mai teas do ala ma tama selukmereka datang kumpul dan mereka tidur lagi

    Fo ala dodo pau ma ala tunu halasupaya mereka bunuh tikam dan mereka bakar/ panggang

    Pada suatu hari tertentu dan pada suatu saat yang pasti bapak, mama, sanak saudara dan kaum kerabathadir dan datang berkumpul lagi Mereka menyembelih hewan dan membakar ternak. Bagian ke (17) bukti kebersamaan dan rasa saling memilki diantara sesama masyarakat Rote dapat

    dilihat pada contoh, ala mai teas no ala mua esa ma ala ninu esa (mereka datang berkumpul lagi lau

    makan dan minum bersama) mereka masih mengadakan pesta yakni membunuh dan membakar ternakyang di bawa dan dimakan bersama- sama. Pesta yang dilakukan ini untuk memisahkan orang yanghidup dengan dunia nitu atau dengan arwah orang yang telah meninggal agar tidak mengganggu

    pekerjaan orang yang masih hidup, karena menurut kepercayaan orang Rote sebelum hari ke 40 arwah

    orang yang meninggal masih bersama- sama dengan orang yang hidup. Upacara sei potik yangdilaksanakan di rumah keluarga duka dengan cara menyiapkan nyiru (alat untu menampik beras)

    kemudian nyiru ini diisi dengan abu kayu yang bekas di bakar atau abu raosetelah itu ditengah nyirutersebut diletakan lalik (alat untuk menampik beras dengan ukuran lebih kecil) yang diisi dengan

    sesajen. Dua nyiruini disusun kemudian diletakan di uma langakyakni salah satu bagian rumah adatRote yang terletak di bagian timur sebagian dari uma langak ini dapat digunakan untuk tidur, upacara-upacara adat, dan juga dapat digunakan untuk menyimapan makanan. Peletakan nyiru yang telah diisisesajen ini dengan tujuan untuk memberi makan arwah. Setelah itu rumah ditutup kegiatan ini biasanya

    dilakukan pada jam 12 malam dengan pemimpin kepala adat yang disebut manasongo. Pada saatrumah di tutup manasongomenabuh sebuah tambur sebagai tanda untuk memanggil arwah orang yangtelah meninggal dengan suara yang mula- mula tinggi, perlahan rendah dan kemudian mengharukankemudian kembali semangat dan menyeramkan. Setelah tambur dan suara panggilan arwah di lakukanutnuk beberapa saat kemudian rumah dibuka kembali untuk mengecek apakah ada tanda atau bekaskaki ayam atau kucing ataukah tanda apa saja pada abu raodi dalam nyiru. Bila ada tanda maka ada

    arwah yang telah datang makan sesajen yang tadi disiapkan keluarga akan merasa sangat sedihmengenang kembali almarhum seolah- olah masih berada di tengah mereka. Bila tidak ada tanda apa-apa maka keluarga percaya bahwa almarhum telah tenang di alam baka.

    3.2 Analisis Fungsi Tuturan Ritual Bini Labu Hala Ndandan Sapu Nituk No Ma Meko L i Sosoan Nai

    Lalo Mulak

    Analisis fungsi atau kegunaan merupakan salah satu upaya menelusuri kandungan isi di balik

    bentuk teks tuturan biniLabu Hala Ndandan Sapu Nituk Ma Meko Li Sosoan Nai Lalo Mulakdalamrealitas sosial budaya masyarakat Rote. Analisis fungsi atau kegunaan tersebut dilihat dari bagaimana

    bahasa itu berfungsi sebagai sarana komunikasi di tengah realitas masyarakat. Tujuannya agar dapatmengungkap fungsi atau kegunaan yang terkandung tuturan tersebut.

  • 5/23/2018 Artikel Erene Pellokila

    6/12

    6

    1. Fungsi Religius.Bahan-bahan sastra lisan yang bersifat ritual itu bukan hanya bahan tersebut yang bersifat

    magis ritual, tetapi kehadiran cerita itupun secara magis ritual. Penuturan yang magis dan ritus dalam

    binidi maksud bersifat memberikan penguatan dan penghiburan bagi keluarga yang ditinggalkan agartetap teguh dan percaya kepada Tuhan sang pemilik hidup itu, bahwa apa yang terjadi atas kehendak-

    Nya.Berikut kutipannya :

    (12) Fo andiana tana feu ai dae bafon te manasapuk nituk

    ini anak tidak hari ini bumi atas tapi mati/lenyap setanManusia tidak akan berteras kayu (kekal) di dunia ini.

    (13) Na hataholi tana tea batu poik te manalalo mulakkonj orang hari tidak batu karang tapi hilang setan

    Manusia tidak akan berkeras batu (abadi) dibumi ini.

    Bagian ke (11) sampai dengan (13) di atas memperlihatkan penghormatan terhadap Tuhan sebagai

    sebuah bentuk pengakuan masyarakat Rote bahwa sekalipun seseorang memiliki sesuatu dan segala

    hal dalam dunia ini sesungguhnya ia tidak punya kuasa apa- apa untuk dapat mempertahankanhidupnya selain si pemberi hidup itu sendiri yang sanggup menahannya dapat dilihat pada contohhataholi dae bafok ia lole leo masik yang artinya manusia dibumi ibarat garam suatu ketika akanlenyap seperti pada frasa dain noe (akan cair) dan kemudian juga diibaratkan sebagai pohon bunga

    yang akan layu leo bubuni bunak.Gaya bahasa metafora yang digunakan pada bagian (12) dan (13)pada dasarnya adalah sebuah kata atau ungkapan yang maknanya bersifat kiasan, dan bukan harafiah

    karena ia berfungsi menjelaskan sebuah konsep.

    2. Fungsi Mendidik.Tradisi lisan ini digunakan sebagai alat untuk menyampaikan pendidikan, seperti pendidikan

    moral, etika dan agama kepercayaan orang-orang Rote. Khususnya dalam BiniLabu Hala NdandanSapu Nituk No Ma Meko Li Sosoan Nai Lalo Mulak merupakan alat untuk memberikan pendidikanetika dan moral agar masyarakat Rote pada umumnya tetap menjaga kesopanan dan tenggang rasa

    diantara sesama manusia baik secara individual maupun kolektif dan dalam keadaan apapun baik sukamaupun duka. Berikut kutipannya :

    (04) Labu halan bela fo ningau ngangalitambur panggil bersama supaya memanggil tersiram

    Fo ningau ngangali ne ina ama ma kaa fadi

    supaya memanggil tersiram pergi mama bapak dan kakak adik

    Ma mekon lin belia na nilo lelea

    dan gong bunyi terus pr0 dengan suara nyaring

    Fo nilo teo ina ma feto anasupaya suara bibi mama dan saudari anak

    No ama ma kaa fadi do ngileo bobongikdan bapak dan kakak adik Pr saudara kandung

    Ala mai no hai laikmereka datang dan seru cepat

  • 5/23/2018 Artikel Erene Pellokila

    7/12

    7

    Bunyi tambur berbahana memanggil- manggil yakni memanggil ibu bapa dan sanak saudara bunyigong berkumandang mengundang yakni mengundang kaum kerabat dan handai taulan datang segera

    hadir bersatu hati.

    Beberapa baris tuturan di atas ingin menjelaskan atau menyampaikan nilai pendidikan etika dan moralyang terdapat di dalamnya yakni salah satunya kesopanan dan tenggang rasa. Fungsi atau kegunaan

    tersebut di tandai dengan sapaan yang lebih sopan, halus dan memberi rasa hormat di sampaikankepada orang lain atau orang yang diangap lebih tua dengan sebutan inamama, amabapak, kaakakak, dan fadiadik. Sedangkan tuturan yang digunakan untuk menyampaikan sikap tenggang rasaatau rasa kebersamaan dalam suka maupun duka lewat ajakan agar bersama- sama turut mengambil

    bagian yakni lewat baris mai no hai laikdatang bersatu hati dan baris Fo nilo teo ina ma feto

    ana mengundang sanak saudara.

    3. Fungsi Pengendali Sosial.Tradisi lisan Rote berfungsi pula sebagai alat pengendali sosial, yaitu untuk mewariskan dan

    mempertahankan tata cara kehidupan masyarakat Rote, atau tata adat Rote. Hal ini terlihat dengan jelas

    berkaitan dengan tata upacara kematian. Alat gong dan tambur selain mengemban fungsi simbolik

    sekaligus pengendali sosial dalam kehidupan bermasyarakat sehingga alat ini selalu di gunakansebagai tanda bahwa telah terjadi sesuatu di tengah masyarakat hal ini dapat dibuktikan lewat perandan kegunaannya ketika ada kematian. Bagi orang Rote bunyi gong dengan sentakan pukulan tertentu

    pertanda ada kedukaan dan masyarakat lain akan bergegas dan turut mengambil bagian dalam

    kedukaan.

    (02) Pakundii Siok labun nahala na mano sosoakNAMA tambur bicara Pr punya arti

    Na Siona Saik mekon nali na manu ndandakpro NAMA gong bunyi pro ayam tujuan

    Labun nahala na hu sapu nituk fo pola poeTambur bicara pro dengan sapu setan supaya saringan udang

    sMalengakterbalik

    Na mekon nili na hu lalo mulak fo

    dan gong bunyi pro dengan panggil setan supaya

    Hanini matonokpiring sendok telungkup

    Jika tambur Pakundii Siok berbahana ada artinya dan jika gong Sioana Saik mengumandang punya

    makna, tambur berbahana tanda ada kematian, yakni mayat terlentang dan gong berkumandangpertanda yang meninggal yakni jenazah sedang terbaringkan.

    Tata cara dan adat istiadat yang terus dipertahankan ini sekaligus berfungsi sebagai sarana atauperantara antar tiap individu dalam situasi tertentu misalnya dalam kedukaan, alunan gong dan tambursebagai bentuk informasi untuk memanggil sekaligus mengumpulkan orang- orang terdekat, hal inidapat dilihat lewat baris ma mekon lin belia na nilo lelea bunyi gong berkumandang mengundang

    setiap tetangga, kerabat dan handaitaulan.

  • 5/23/2018 Artikel Erene Pellokila

    8/12

    8

    4. Fungsi Hiburan.Setiap bahan seni tentu saja mendatangkan rasa senang. Tradisi lisan Rote dituturkan ada yang

    khusus ditujukan untuk mendatangkan hiburan atau untuk menghibur, salah satunya adalah bini

    sebagai pengiring gong dan tambur. Seperti pada baris- baris di bawah ini :

    (08) Pakundii siok labun nahala no kokoekPakundii Siok tambur memanggil dan bujuk

    Fo natama dale neu madale hediksupaya untuk apa dalam pergi sakit hati

    Na Sioana Siok mekon nili no nanasikpro Sioana Siok gong bunyi dan bujuk

    Irama tambur Pakundii Siok tersirat arti menghibur yakni menghibur janda yang sedang berduka danbunyi gong Sioana Saik terkandung makna melipur.

    (09) Anafe lilah ala feli labu halan beloe

    anak perintah mereka pukul tambur panggil pelan

    Fo nitama dale anama suke boae ala pinu iduSupaya kasih tenang dalam anak sendiri jangan mereka lngus hidung

    Na manadein ala soda meko dasin bedaepro bawa mereka menyanyi gong suara gemulai

    Fo nitesa falu ina suek bee ala lumatasupaya masuk janda sayang mereka menangis

    Penyanyi menyanyikan lagu tambur dengan suara lembut agar menenangkan hati yatim piatu, supayatidak berduka hati. Namanya disyairkan dengan nyanyian gong dan suara gemulai untuk meneduhkan

    kalbu janda balu agar tidak bersedih hati.

    Baris- baris di atas begitu jelas menyatakan fungsi tuturan bersama alat gong dan tambur dalam sebuahkedukaan. Setiap alunan tambur dan gong, bini yang di bawakan oleh manahelo maupun tari- tarianturut menghibur keluarga yang berduka dan pelayat pada umumnya. Keterpaduan 9 anak gong mulai

    dari anak gong dengan ukuran yang paling kecil yakni ana dodoek, pamali, paseli, leko, ngasadaek,ngasalaik, ina taladak, ina nolik, dan ina makamuk merupakan kesatuan bunyi dan irama yang indah

    dan harmonis dan merupakan satu kesatuan dengan tambur yang berfungsi sebagai alat hiburan untukmenghibur setiap keluarga yang sedang dirundung duka.

    3.3 Analisis Makna Tuturan Ritual Bini Labu Hala Ndandan Sapu Nituk No Ma Meko Li Sosoan

    Nai Lalo Mulak.

    Analisis makna merupakan salah satu upaya menelusuri isi di balik bentuk teks tuturan dalam

    realitas sosial budaya masyarakat Rote. Analisis makna yang ditempuh melalui interaksi simbolik,metode pemaknaan dan hermeneutik. Tujuannya agar dapat mengungkap makna yang terkandung didalamnya berdasarkan pemakaian secara umum. Makna yang dapat diungkapkan dalam tuturan di atasadalah sebagai berikut :

    1. Makna ReligiusMakna religius merupakan makna yang berkaitan dengan tindakan- tindakan atau perilaku

    keagamaan, yang memiliki kegunaan dan manfaat terhadap suatu masyarakat atau manusia, karena diwariskan turun temurun dan ditaati semua warga dan semua penerus kebudayaan. Upacara adat atau

  • 5/23/2018 Artikel Erene Pellokila

    9/12

    9

    ritual merupakan salah satu penampilan dari adanya alam pemikiran religius, magis yang selaluberwujud aktifitas dan tindakan manusia dalam kaitannya dengan tuhan, nenek moyang, dan dunia

    gaib. Hal inilah yang kemudian dilaksanakan oleh warga masyarakat Rote pada umumnya danTermanu pada khususnya.

    (11) Pa hataholi dae bafok ia lole leo masik

    orang bumi tinggal ini bagus putar garam

    De oe dain na ana noejadi air dapat dan anak larut

    Na andiana batu poik ia nda leo bubuni bunak

    dan ini anak batu karang ini apa putar pohon bunga

    Fe ledo han na ana malehari kena pro anak layu

    Kita manusia di dunia ini bagaikan garam sehingga kena air akan cair dan insan di bumi ibarat pohonbunga sehingga jika terkena sinar matahari maka layulah ia.

    Baris di atas dengan jelas menunjukkan bahwa adanya budaya kepedulian terhadap sesamamanusia baik dalam suka maupun duka. Namun, merupakan suatu pengakuan iman orang Roteterhadap Tuhan akan adanya kuasa atas kehidupan manusia sehingga mereka mengaku hanya Tuhan

    satu- satunya pemilik hidup ini dan tiba waktunya Ia memanggil, siapapun harus siap sebab segalasesuatu yang ada di muka bumi ini tidak ada yang kekal lewat ungkapan berteras kayu dan abadidalam ungkapan berkeras batu. Sehingga diibaratkan sebagai garam yang mudah cair dan bunga

    yang cepat layu.

    2. Makna SosialMakna sosial yang di maksud berkaitan dengan bagaimana hubungan antarindividu dalam

    kehidupan bermasyarakat. Seluruh rangkaian kegiatan dalam kedukaan pada umumnya bermaknasosialogis karena melibatkan orang- orang dalam suatu masyarakat, sebagaimana tersingkap dalam

    baris di bawah ini. Berikut kutipannya :

    (04) Fo ningau ngangali neu ina ama ma kaa fadisupaya memanggil tersiram pergi mama bapak dan kakak adik

    Ma mekon lin belia na nilo leleadan gong bunyi terus pro dengan suara nyaring

    Fo nilo teo ina ma feto anasupaya suara tanta mama dan saudari anak

    (05) No ama ma kaa fadi do ngileo bobongik

    pro bapak dan kakak adik pro saudara kandung

    Ala mai no hai laikMereka datang dan seru cepat

    Yakni memanggil ibu bapa dan sanak saudara. Bunyi gong berkumandang mengundang yakni

    mengundang kaum kerabat dan handai taulan, sanak saudara datang segera, datang hadir bersatu hati.

    Satuan kebahasaan yang menyingkap makna sosial adalah ama bapak, kaa kakak, fadiadik, ngileo bobongiksaudara kandung,teo tanta, ina mamafeto ana saudara perempuan danmai datang. Dikatakan demikian karena berkaitan dengan status sosial seseorang. Hal ini

  • 5/23/2018 Artikel Erene Pellokila

    10/12

    10

    menyiaratkan bahwa semua saudara kaa, kakak, fadi adik, ngileo bobongik saudara kandung,tanta,ina mamafeto ana saudara perempuanama bapak, turut hadir dalam suasana duka yang di

    alamisalah satu keluarga. Keterjalinan saling menghormati dan menghargai antara setiap anggota keluargadan terhadap keluarga yang lain lewat kedukaan dapat menciptakan hubungan yang harmonis dalamkehidupan bermasyarakat. Penggunaan kata nilo suara sesuai konteks bila dalam terjemahan bebas

    artinya mengundang tetangga sanak saudara, kenalan dan handaitaulan kemudian diperjelas denganpemakaian kata mai datang yang bertujuan untuk menghimpun pelayat untuk mengambil bagiandalam duka bersama.

    3. Makna Estetika

    Makna dari bentukbini labu hala ndandan sapu nituk no ma meko li sosoan nai lalo mulakdalam guyub tutur Rote yang estetik dengan penekanan pada bunyi e dalam sajak yang diucapkan

    oleh manahelo untuk mewarnai ratapan yang menopang inti isi nada dan suasana penuturan bini- binitersebut. Rima pada untaiannya ditekankan oleh bunyi k yang dapat memperkuat warna rasa dukayang tertahan di tekak dengan suasana penuh kesedihan, berat membuat suasana menyedihkan terasa

    menekan sekali. Hal ini terlihat dalam larik di bawah ini seperti madalehedikyang artinya sakit hati

    dan nanasikyang artinya bujuk. Seperti contoh berikut :

    (08) Fo natama dale neu madale hediksupaya untuk apa dalam pergi sakit hati

    Na Sioana Siok mekon nili no nanasik

    pro NAMA gong bunyi dan bujukYakni menghibur janda yang sedang berduka bunyi gong Sioana Saik terkandung makna melipur.

    Dua baris di atas disampaikan olehmanahelo dengan suara berat dan jeda panjang dalam memperjelasmakna duka yang mendalam bagi keluarga. Selanjutnya larik dalam binidi bawah ini memperlihatkan

    keindahan pilihan kata yang digunakan oleh manahelo ketika menuturkan. Keindahan kata- kata

    digunakan manahelo mempunyai makna untuk menghibur dan mengugah hati pelayat disaat duka.

    (01) Lasik ala do lasik ala benga do alatua-tua mereka atau tua-tua mereka sampaikan atau mereka

    Tui laecerita kata

    Orang tua- tua bercerita atau leluhur berkisah

    Pada baris di atas muncul aliterasi pada larik-lariknya karena didominasi oleh bunyi- bunyi konsonan l ,sdan ksecara berderet yang mengapit bunyi asonansi adan ipada katalasikala dolasik

    (07) Na lafandele lolole neu ina nisusu teuk telumbimbi

    pro ingat terus pergi mama menyusui tahun tiga selamaDan teringat akan ibu menyusui selama tiga tahun

    Baris di atas memperlihatkan keindahan bunyi lewat asonansi i yang juga dikombinasikan dengan

    aliterasi m,b dan asonansi berderet a, e, u dan i dalam bagian larik di atas tersebut juga terdapatasonansi o pada bunyi lolole dan sepasang asonansi e yang membentuk bunyi lafandele dengankombinasi konsonan ddan l.Pengulanganpengulangan bunyi vokal yang sama dalam larik bini diatas menambah keindahan dalam mengenang kembali seluruh peristiwa yang pernah terjadi padaalmarhum.

  • 5/23/2018 Artikel Erene Pellokila

    11/12

    11

    (o7) Lesaneda nda nda neu ama labakolu tuamengingat apa-apa pergi bapak naik turun pohon tuak

    oe fak fo nasa maonhujan konj membesarkan

    Dan teringat bapak naik turun pohon menyadap lontar di musim hujan untuk memeliharanya dengan

    susah payah.

    Keindahan bunyi lewat aliterasi dan asonansi dalam pilihan kata yang tepat mengasilkan suaramerdu seiring dengan alunan dan bahana sembilan anak gong dan tambur yang membawa suasanahati keluarga merasa terharu dan terhibur selama berduka.

    SIMPULAN

    Dalam penuturan bini tersebut bahana alunan gong dan tambur berperan penting sebagaipelengkap pengantar manahelo dalam bersyair yang diikuti dengan tari- tarian. Keterpaduan Sembilananak gong mulai dari anak gong dengan ukuran yang paling kecil sampai ukuran yang terbesar yakni

    ana dodoek, pamali, paseli, leko, ngasadaek, ngasalaik, ina taladak, ina nolik, dan ina makamuk

    merupakan kesatuan bunyi dan irama yang indah dan harmonis. Bunyi gong dan tambur merupakansatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan untuk dapat mengasilkan irama yang merdu dan berfungsisebagai hiburan bagi pelayat dan keluarga yang sedang dirundung duka. Bentuk, fungsi dan maknadalam tuturan, dikaji dalam penelitian ini dengan hasil pengamatan, wawancara dan analisis

    berdasarkan fenomena di lapangan di dapatkan bahwa berdasarkan hasil kajian di atas dapat katakanbini labu Hala Ndandan sapu Nituk ma Meko Li sosoan Nai Lalo Mulak selain memiliki bentuk yang

    khas dan fungsi yang beragam juga memiliki makna yang mendalam tentang duka atau kematian yangmembentuk sikap serta perilaku dalam realitas kehidupan masyarakat Rote pada umumnya danTermanu pada khususnya dalam pemahaman tentang hubungan manusia sebagai makluk sosial,

    hubungan manusia dengan Tuhan dalam kehidupannya serta memandang Tuhan sebagai penguasahidup.

    SARAN

    Bagi peneliti lain yang merasa tertarik dengan kajian linguistik kebudayaan, kiranya hasilpenelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian lanjutan baik yang berkaitan dengan

    tradisi lisan, linguistik budaya bahkan ilmu sosial lainnya.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anabokay, Yanrini M. 2011. Cerita Rakyat Manadala Saon Matan Manaa dalam Masyarakat Rote :Sebuah Analisis Linguistik Kebudayaan (Tesis) Program Pascasarjana UndanaKupang

    Aryandini, Woro. 2000. Manusia Dalam Tinjauan Ilmu Alam Dasar Jakarta: Penerbit UniversitasIndonesia.

    Aslinda dan Syafyahya Leni. 2007.Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: PT. Refika Aditama

    Badudu, J.S. 2011.Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta: PT. Sinar Harapan

    Bungin, B. 2007.Penelitian kualitatif: kominikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu sosial lainnya.Jakarta: Kencana

  • 5/23/2018 Artikel Erene Pellokila

    12/12

    12

    Bustan, Fransiskus. 2010.Linguistik Kebudayaan. (Bahan Ajar Mandiri). Program Pascasarjana Undana- Kupang

    Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University

    Press

    Fox J. James. 1986. Bahasa, Sastra dan Sejarah: Kumpulan Karangan Mengenai Masyarakat di PulauRote.Jakarta: Djambatan

    Geertz, C. 2001. Agama Sebagai Sistem Kebudayaan. Dalam Dekonstruksi Kebenaran: Kritik tujuh

    Teori Agama.Daniel L. Pals (Ed). Diterjemahkan oleh I.R. Muzir dan M. Syukri. Yogyakarta:IRCISoD

    Goodenough. W. H. 1964. Cultural Antrophology and Linguistics. In Language Culture and society: A.Reader in Linguistics and Antropology.New York: Harper dan Row

    Halliday, M. A. K and Hasan, R. 1994. Bahasa, Konteks dan Teks: Aspek - Aspek Bahasa dalam

    Pandangan Semiotik Sosial. Diterjemahkan oleh Asrudin Barori Tou dan M. Ramlan.Yogyakarta: Gajah Mada University Press

    Hidajat. Z.M. 1976. Masyarakat dan Kebudayaan: Suku- Suku Bangsa di Nusa TenggaraTimur.Bandung: Tarsito

    Jakobson, R. 1992. Linguistik dan Bahasa PuitikDalam Serba serbi Semiotika. Panuti Sudjiman danAart van Zoest (ed). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

    Kami, Patrisius. 2011. Tuturan Ritual Pembangunan Rumah Adat Pada Desa Wolokota KecamatanNdona Kabupaten Ende (skripsi)Program Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas PGRI NTT

    Kaplan, D. dan Albert, A. M. 1999. Teori Budaya. Diterjemahkan oleh Landung Simatupang.

    Yo.gyakarta: Pusat Belajar

    Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik: Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia PustakaUtama.

    Kushartanti, Untung Yuwono, Multamia RMT Lauder. 2007. Pesona Bahasa; Langkah Awal

    Memahami Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

    Mashun. M.S. 2005.Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode dan Tekniknya.Edisi Revisi.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

    Mboeik, S.J., Tarno dan Zackarias. A. 1985. Sebuah Penelitian Sastra Lisan RoteProyek PenelitianBahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah. Nusa Tenggara Timur. Pusat Pembinaaan danPengembangan Bahasa. Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan.

    Ola Sabon Simon. 2006. Jurnal Pendidikan Bahasa dan SastraVolume 10, Nomor 19. Kupang: CV.Indah Jaya

    Palmer, G. B. 1996. Toward a Theory of Cultural Linguistics.AUSTIN, USA: The University of TexasPress

    Pellondou, Mezra. 2011.Paralelisme Fonologis dalam Tuturan Ritual Mamates pada Masyarakat RoteTermanu: Sebuah Analisis Linguistik Kebudayaan. (Tesis) Program Pascasarjana Undana Kupang.