Post on 27-Jan-2016
Analisis van Dijk
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Wacana adalah proses pengembangan komunikasi yang menggunakan simbol-simbol dan
peristiwa-peristiwa di dalam system kemasyarakatan yang luas. Melalui pendekatan wacana
pesan-pesan komunikasi, seperti kata-kata, tulisan, gambar-gambar, dan lain-lain, ditentukan
oleh orang-orang yang menggunakannya, misalnya konteks peristiwa yang berkenaan
dengannya, situasi masyarakat luas yang melatar belakangi keberadaannya, dan lain-lain.
Kesemuanya itu dapat berupa nilai-nilai, ideologi, emosi, dan kepentingan-kepentingan. Jadi,
analisis wacana yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah sebagai upaya pengungkapan
maksud tersembunyi dari subjek (penulis) yang mengemukakan suatu pernyataan.
Pengungkapan dilakukan dengan menempatkan diri pada posisi sang penulis yang mengikuti
struktur makna dari sang penulis sehingga bentuk distribusi dan produksi ideologi yang
disamarkan dalam wacana dapat diketahui. Jadi, wacana dapat dilihat dari bentuk hubungan
kekuasaan terutama dalam pembentukan subjek dan berbagai tindakan representasi.
Pemahaman mendasar analisis wacana adalah wacana tidak dipahami semata-mata sebagai
objek studi bahasa. Bahasa tentu digunakan untuk menganalisis teks. Bahasa tidak dipandang
dalam pengertian linguistik tradisional. Bahasa dalam analisis wacana kritis selain pada teks
juga pada konteks bahasa sebagai alat yang dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu
termasuk praktik ideologi. Analisis wacana kritis dalam lapangan psikologi sosial di-artikan
sebagai pembicaraan. Wacana yang dimaksud disini agak mirip dengan struktur dan bentuk
wawancara dan praktik dari pemakainya. Sementara dalam lapangan politik, analisis wacana
kritis adalah praktik pemakaian bahasa, terutama politik bahasa. Karena bahasa adalah aspek
sentral dari penggambaran suatu subjek, dan lewat bahasa ideologi terserap didalamnya,
maka aspek inilah yang dipelajari dalam analisis wacana kritis. Analisis wacana (atau yang
juga disebut analisis wacana kritis) adalah pendekatan yang relative baru dari sistematika
pengetahuan yang timbul dari tradisi teori sosial dan analisis linguistik yang kritis.
Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/tingkatan yang masing-masing
bagian saling mendukung. Ia membaginya kedalam 3 tingkatan. Petama, struktur makro. Ini
merupaka makna global/umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau
tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur. Ini merupakan struktur
wacana yang berhubungan dengan kerangka sutau teks, bagaimana bagian-bagian teks
tersusun kedalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro. Adalah makna wacana yang
dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat,
paraphrase, dan gambar.
Menurut Van Dijk, meskipun terdiri dari atas berbagai elemen, semua elemen tersebut
merupakan suatu kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama lainnya. Makna
global dari suatu teks (tema) didukung oleh kerangka teks, pada akhirnya pilihan kata dan
kalimat yang dipakai. Kita bisa membuat ilustrasi pemberitaan kasus Maluku. Misalnya
Koran A mengatakan bahwa kasus ini karena pertentangan antar agama. Tema ini akan
didukung oleh skematik tertentu. Misalnya dengan menyusun cerita yang mengandung
gagasan tersebut. Media tersebut juga akan menutupi fakta tertentu dan hanya akan
menjelaskan peritiwa tersebut semata pada masalah konflik antara islam dan Kristen. Pada
tingkat yang lebih rendah, akan dijumpai pemakaian kata-kata yang menunjuk dan
memperkuat pesan bahwa peristiwa Maluku semata kasus agama.
Menurut Littejohn, antar bagian teks dan model van Dijk dilihat saling mendukung,
mengandung arti yang koheren satu sama lain. Hal ini karena semua teks dipandang van dijk
memiliki suatu aturan yang dapat dilihat sebagai suatu piramida. Makna global dari suatu teks
didukung oleh kata, kalimat dan proposisi yang dipakai. Pertanyaan/tema pada level umum
didukung oleh pilihan kata, kalimat atau retorika tertentu. Proses ini membantu peneliti untuk
mengamati bagaimana suatu teks terbangun oleh elemen-elemen yang lebih kecil. Skema ini
juga memberikan peta untuk mempelajari suatu teks. Kita tidak hanya mengerti apa isi dari
suatu teks berita, tetapi juga elemen yang membentuk teks berita, kata, kalimat, paragraf, dan
proposisi. Kita tidak hanya mengetahui apa yang diliput oleh media, tetapi juga bagaimana
media mengungkapkan peristiwa kedalam pilihan bahasa tertentu dan bagaimana itu
diungkapkan lewat retorika tertentu. Kalau digambarkan maka struktur teks adalah sebagai
berikut:
Struktur Makro
Makna global dari suatu teks yang dapat diamati
Dari topic/tema yang diangkat oleh suatu teks
Superstruktur
Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan,
Isi, penutup, dan kesimpulan
Struktur Mikro
Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati
Dari pilihan kata, kalimat dan gaya
yang dipakai oleh suatu teks
Pemakaian kata, kalimat, proposisi, retorika tertentu oleh media dipahami van Dijk
sebagai bagian dari strategi wartawan. Pemakaian kata-kata tertentu, kalimat, gaya tertentu
bukan semata-mata dipandang sebagai cara berkomunikasi, tetapi dipandang sebagai politik
berkomunikasi, suatu cara untuk mempengaruhi pendapat umum, menciptakan dukungan,
memperkuat legitimasi, dan menyingkirkan lawan atau penentang. Struktur wacana adalah
cara yang efektif untuk melihat proses retorika dan persuasi yang dijalankan ketika seseorang
menyampaikan pesan. Kata-kata tertentu mungkin dipilih untuk mempertegas pilihan dan
sikap, membentuk kesadaran politik, dan sebagainya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Bagaimanakah struktur teks berita-berita tentang RTRWP pada Bali Post tanggal
23 April sampai 1 Juni 2009 ?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Agar kita dapat mengetahui struktur apa yang digunakan dalam penulisan berita-
berita tentang RTRWP pada Bali Post tanggal 23 April sampai 1 Juni 2009 .
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 DEFINISI WACANA DAN ANALISIS WACANA
Wacana merupakan satuan bahasa berdasarkan kata yang digunakan untuk berkomunikasi
dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu merupakan deretan kata atau ujaran. Wacana dapat
berbentuk lisan atau tulis dan dapat bersifat transaksional atau interaksional. Dalam peristiwa
komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses komunikasi antara
penyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tulis, wacana dapat dlihat sebagai
hasil dari pengungkapan idea/gagasan penyapa. Disiplin ilmu yang mempelajari wacana
disebut dengan analisis wacana. Analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau
menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk tulis maupun lisan.
Bagaimana Terbentuknya Wacana. Penggunaan bahasa berupa rangkaian kalimat atau
rangkaian ujaran (meskipun wacana dapat berupa satu kata atau ujaran). Wacana yang berupa
rangkaian kata atau ujaran harus mempertimbangkan prinsip-prinsip tertentu, prinsip
keutuhan (unity) dan kepaduan (coherent). Wacana dikatakan utuh apabila kata-kata dalam
wacana itu mendukung satu topik yang sedang dibicarakan, sedangkan wacana dikatakan
padu apabila kata-katanya disusun secara teratur dan sistematik sehingga menunjukkan
kebenaran ide yang diungkapkan. Analisis wacana di dalam ilmu komunikasi bersumber dari
pemikiran Marxis Kritis. (Stephen W. Littlejohn, 2002; Stanley J. Baran and Denis K. Davis,
2000). Ada tiga aliran pemikiran yang termasuk ke dalam kategori ini, iaitu: (1). Aliran
Frankfurt (Frankfurt School); (2). Pengajian Budaya (Cultural Studies); (3). Pengajian Wanita
(Feminist Study). (Stephen W. Littlejohn, 2002).
Istilah analisis wacana adalah istilah umum yang dipakai dalam banyak disiplin ilmu dan
dengan berbagai pengertian. Meskipun ada gradasi yang besardari berbagai definisi, titik
singgungnya adalah analisis wacanaa berhubungan dengan studi mengenai bahasa/pemakaian
bahasa. Bagaimana bahasa dipandang dalam analisis wacana? Disini ada beberapa perbedaan
pandangan. Mohammad A. S. Hikam dalam suatu tulisannya telah membahas dengan baik
perbedaan paradigma analisis wacanaa dalam melihat bahasa ini yang akan diringkas sebagai
berikut. Paling tidak ada tiga pandangan mengeneai bahasa dalam analisis wacanaa.
Pandangan pertama diwakili oleh kaum positivme-empiris. Oleh kaum ini , bahasa dilihat
sebagai jembatan antara manusia dengan objek diluar dirinya. Pengalaman-pengalaman
manusia dianggap dapat secara langsung diekspresikan melalui penggunaan bahasa tanpa ada
kendala atau distorsi, sejauh ia dinyatakan dengan memakaipenyataan-pernyataan yang logis,
sintaksis, dan memiliki hubungan dengan pengalaman empiris.
Salah satu cirri daripemikiran ini adalah pemisahan antara pemikiran dan realitas. Dalam
kaitannya dengan analisis wacanaa, konsekuensi logis dari pemahaman ini orangtidak perlu
mengetahui makna-makna subjektif ataunilaiyangmendasari pernyataannya, sebab yang
penting adalah apakah pernyataan itu dilontarkan secara benar menurut kaidah sintaksis dan
semantik. Oleh karena itu tata bahasa, kebenaran sintaksis adalah bidang utama dari aliran
positivme-empiris tentang wacanaa. Analisis wacanaa dimaksudkan untuk menggambarkan
tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama. Wacanaa lantas diukur dengan
pertimbangan kebenaran/ketidakbenaran (menurut sintaksis dan semantik). Pandangan kedua,
disebut sebagai konstruktivisme.
Pandangan ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran fenomenologi. Aliran ini menolak
pandangan empirisme/positivisme yang memisahkan subjek dan objek bahasa. Dalam
pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami
realitas objektif belaka dan yang dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pernyataan.
Konstruktivisme justru menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacanaa
serta hubungan-hubungan sosialnya. Dalam hal ini, seperti dikatakan A.S. Hikam, subjek
memiliki kemampuan-kemampuan melakukan control terhadap maksud-maksud tertentu
dalam setiap wacanaa. Bahasa dipahami dalam paradigm ini diatur dan dihidupkan oleh
pernyatan-pernyataan yang bertujuan. Setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakan
penciptaan makna, yakni tindakan pembentukan diri serta pengungkapan jati diri dari sang
pembicara. Oleh karena itu, analisis wacanaa dimaksudkan sebagai suatu analisis untuk
membonhgkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Wacanaa adalah suatu upaya
pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subjek yang mengemukakan suatu pernyataan.
Pengungkapan itu dilakukan diantaranya dengan memnempatkan diri pada posisi sang
pembicara dengan penafsiran mengikuti struktur makna dari sang pembicara.
Pandangan ketiga disebut sebagai pandangan kritis. Pandangan ini ingin mengoreksi
pandangan konstruktivisme yang kurang sensitive pada proses produksi dan reproduksi
makna yang terjadi secara historis maupun institusional. Seperti ditulis A.S. Hikam,
pandangan konstruktivisme masih belummenganalisis faktor-faktor hubungan kekuasaan
yang inheren dalam setiap wacanaa, yang pada gilirannya berperan dalam membentuk jenis-
jenis subjek tertentu berikut perilaku-perilakunya. Hal inilah yang melahirkan paradigm
kritis. Analisis wacanaa tidak dipusatkan pada kebenaran/ketidakbenaran struktur tata bahasa
atau proses penafsiran seperti pada analisis konstruktivisme. Analisis wacanaa dalam
paradigm ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan
reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa menafsirkan
secara bebas sesuai dengan pikirannya, karena sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh
kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat. bahasa disini tidak difahami sebagai medium
netral yang terletak diluar diri si pembicara.
Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam
membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi didalamnya. Oleh
karena itu, analisis wacanaa dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses
bahasa: batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacanaa, perspektif yang merti
dipakai, topic apa yang dibicarakan. Dengan pandangan semacam ini, wacanaa melihat
bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan, terutama dalam pembentukan subjek, dan
berbagai tindakan representasi yang terdapat dalam masyarakat. karena memakai perpektif
kritis, analisis wacanaa kategori ketiga itu juga disebut sebagai analisis wacanaa kritis
(Critical Discourse Analysis/CDA). Ini untuk membedakan dengan analisis wacanaa dalam
kategori yang pertama atau kedua (Discourse Analysis). Analisis wacana muncul sebagai
suatu reaksi terhadap linguistik murni yang tidak bisa mengungkap hakikat bahasa secara
sempurna. Dalam hal ini para pakar analisis wacana mencoba untuk memberikan alternative
dalam memahami hakikat bahasa tersebut. Analisis wacana mengkaji bahasa secara terpadu,
dalam arti tidak terpisah-pisah seperti dalam linguistik, semua unsure bahasa terikat pada
konteks pemakaian. Oleh karena itu, analisis wacana sangat penting untuk memahamihakikat
bahsa dan perilaku berbahasa termasuk belajar bahasa.
Analisis wacana adalah suatu disiplin ilmu yang berusaha mengkaji penggunaan bahasa yang
nyata dalam komunikasi. Stubbs (1983:1) mengatakan bahwa analisis wacana merupakan
suatu kajian yang meneliti dan menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik
lisan maupun tulis, misalnya pemakaian bahasa dalam komunikasi sehari-hari. Selanjutnya
stubbs menjelaskan bahwa analisis wacana menekankankajiannya pada penggunaan bahasa
dalam konteks sosial, khususnya dalam penggunaan bahasa antar penutur. Jadi jelasnya
analisis wacan bertujuan untuk mencari keteraturan bukan kaidah. Yang dimaksud dengan
keteraturan, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan keberterimaan penggunaan bahasa di
masyarakatsecara realita dan cenderung tidak merumuskan kaidah bahasa seperti dalam tata
bahasa. Kartomiharjo (1999:21) mengungkap bahwa analisis wacana merupakan cabang ilmu
bahasa yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar daripada
kalimat. Analisis wacana lazim digunakan untuk menemukan makna wacana yang persis
sama atau paling tidak sangat ketat dengan makna yang dimaksud oleh pembicara dalam
wacana lisan, atau oleh penulis dalam wacana tulis.
Berdasarkan analisisnya, cirri dan sifat wacana menurut syamsuddin (1992:6) analisis
wacanadapat dikemukakan sebagai berikut:
Analisis wacana membahas kaidah memakai bahasa didalam masyarakat (rule of use-menurut
woddowson, 1978).
Analisis wacana merupakan usaha memahami makna tuturan dalam konteks, teks, dan situasi
(Firth, 1957).
Analisis wacana merupakan pemahaman rangkaian tuturan melalui interpretasi semantic
(Beller).
Analisis wacana berkaitan dengan pemahaman bahasa dalam tindak berbahasa (what is said
from what is done menurut Labov, 1970).
Analisis wacana diarahkan kepada masalah memakai bahasa secara fungsional (functional
use of language- menurut Coulthard, 1977).
Ciri-ciri dasar lain dapat diramu dari pendapat beberapa ahli, seperti merit, Sclegloff dan
Sacls, Fraser, Searle, Richard, Halliday, Hasan, dan Horn, antara lain sebagai berikut.
(Syamsuddin, 1992:6).
Analisis wacana bersifat interpretative pragmatis, baik bentuk bahasanya maupun maksudnya
(form and notion).
Analisis wacana banyak bergantung pada interpretasi terhadap konteks dan pengetahuan yang
luas (interpretation of world).
Semua unsur yang terkandung di dalam wacana dianalisis sebagai suatu rangkaian.
Wujud bahasa dalam wacana itu lebih jelas karena didukung oleh situasi yang tepat (All
material used in real that is actually having occurred in appropriate situational).
Khusus untuk wacana dialog, kegiatan analisis terutama berkaitan dengan pertanyaan,
jawaban, kesempatan berbicara, penggalan percakapan, dan lain-lain.
Tokoh analisis wacana adalah Sinclair dan Coulthard (1979). Mereka meneliti wacana yang
dibentuk dalam interaksi guru dan murid di kelas. Mereka merekam sejumlah peristiwa
belajar-mengajar di sekolah dasar di Inggris. Menurut Coulthard (1997) analisis wacana
dimulai oleh ide Firth yang mengungkap tentang linguistik kontekstual bahwa bahasa baru
bermakna apabila berada dalam suatu konteks. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Brown
dan Yule (1983:27-67) yang menyatakan bahwa dalam menginterpretasi makna sebuah
ujaran perlu memperhatikan konteks, karena kontekslah yang akan memaknai ujaran.
2.2 TEORI KOGNISI SOSIAL TEUN A. VAN DIJK
Dari begitu banyak model analisis wacana yang diintoduksikan dan dikembangkan oleh
beberapa ahli, model van Dijk adalah model yang paling banyak dipakai. Hal ini mungkin
disebabkan karena van Dijk menformulasikan elemen-elemen wacana, sehingga bisa dipakai
secara praktis. Model yang dipakai oleh van Dijk ini sering disebut sebagai “kognisi sosial”
(Eriyanto 2001:221). Menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan
pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga
diamati. Di sini harus dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi. Proses produksi itu
melibatkan suatu proses yang disebut sebagai kognisi sosial. Teks dibentuk dalam suatu
praktik diskursus, suatu praktik wacana. Di sini ada dua bagian, yaitu teks yang mikro yang
merepresentasikan suatu topik permasalahan dalam berita, dan elemen besar berupa struktur
sosial. van Dijk membuat suatu jembatan yang menghubungkan elemen besar berupa struktur
sosial tersebut dengan elemen wacana yang mikro dengan sebuah dimensi yang dinamakan
kognisi sosial. Kognisi sosial tersebut mempunyai dua arti. Di satu sisi ia menunjukkan
bagaimana proses teks tersebut diproduksi oleh wartawan/ media, di sisi lain ia
menggambarkan nilai-nilai masyarakat itu menyebar dan diserap oleh kognisi wartawan dan
akhirnya digunakan untuk membuat teks berita (Eriyanto 2001:222).
Dalam buku Eriyanto, Van Dijk melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan kelompok
kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi/ pikiran dan kesadaran
membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu. Wacana oleh van Dijk digambarkan
mempunyai tiga dimensi/ bangunan : teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti analisis van
Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis.
Dalam dimensi teks yang pertama, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi
wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial
dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan.
Sedangkan aspek ketiga mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat
akan suatu masalah. Ketiga dimensi ini merupakan bagian yang integral dan dilakukan secara
bersama-sama dalam analisis Van Dijk (Eriyanto 2001:225).
1.Teks
Van Dijk membagi struktur teks ke dalam tiga tingkatan. Pertama, struktur makro. Ini
merupakan makna global/ umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik
atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur. Ini merupakan
struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka atau skema suatu teks, bagaimana
bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro adalah makna
wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, parafrase dan
lain-lain.
Meskipun terdiri atas berbagai elemen, semua elemen tersebut merupakan satu kesatuan,
saling berhubungan dan mendukung satu sama lainnya. Makna global dari suatu teks (tema)
didukung oleh kerangka teks dan baru kemudian pilihan kata dan kalimat yang dipakai. Kita
bisa membuat pemberitaan tentang demonstrasi mahasiswa terhadap isu kenaikan BBM.
Misalnya, Koran A mengatakan bahwa aksi ini terjadi karena kekecewaan mahasiswa dan
masyarakat terhadap kenaikan harga BBM semata tanpa ada motif atau tuntutan yang lain.
Tema ini akan didukung dengan skematik tertentu. Misalnya dengan menyusun cerita yang
mendukung gagasan tersebut. Media tersebut juga akan menutupi fakta tertentu dan hanya
akan menjelaskan peristiwa itu semata pada masalah BBM. Pada tingkat yang lebih rendah,
akan dijumpai pemakaian kata-kata yang menunjuk dan memperkuat pesan bahwa
demonstrasi tersebut semata kasus kenaikan harga. Semua teks dipandang van Dijk
mempunyai suatu aturan yang dapat dilihat sebagai sebuah piramida. Makna global dari suatu
teks didukung oleh kata, kalimat, dan proposisi yang dipakai. Pernyataan atau tema pada
level umum didukung oleh pilihan kata, kalimat, atau retorika tertentu. Pemakaian kata,
kalimat, proposisi, retorika tertentu oleh media dipahami van Dijk sebagai bagian dari strategi
wartawan. Pemakaian kata-kata tertentu, kalimat, gaya tertentu bukan semata dipandang
sebagai cara berkomunikasi melainkan sebagai politik berkomunikasi, suatu cara untuk
mempengaruhi pendapat umum, menciptakan dukungan, memperkuat legitimasi, dan
menyingkirkan lawan atau penentang. Struktur wacana adalah cara yang efektif untuk melihat
proses retorika dan persuasi yang dijalankan ketika seseorang menyampaikan pesan. Berikut
ini akan dijelaskan satu per satu elemen dalam teks.
a). Tematik
Elemen tematik mempostulatkan pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga disebut
sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Topik menggambarkan
konsep dominan, sentral, dan paling penting dari isi suatu berita yang ingin diungkapkan oleh
wartawan dalam pemberitaannya. Topik menggambarkan tema umum dari suatu teks berita,
topik ini akan didukung oleh subtopik satu dan subtopik yang lain yang saling mendukung
terbentuknya topik umum. Subtopik ini juga didukung oleh serangkaian fakta yang
ditampilkan yang menunjuk dan menggambarkan subtopik, sehingga saling mendukung
antara satu bagian dengan bagian yang lain, teks secara keseluruhan membentuk teks yang
koheren dan utuh. Misalnya suatu teks berita mengenai Soeharto. Tema umum dari berita
tersebut adalah hal-hal positif yang dimiliki oleh Soeharto dan hal-hal positif yang didapat
oleh masyarakat Indonesia pada masa pemerintahannya. Kalau kita menggunakan kerangka
van Dijk, dalam teks akan didukung oleh beberapa subtopik, misalnya : harga barang-barang
atau sembako yang murah, pembangunan dimana-mana, perekonomian maju. Masing-masing
subtopik ini kalau diperhatikan mendukung, memperkuat bahkan membentuk topik utama
berupa kemajuan pemerintahan Soeharto. Masing-masing subtema ini juga akan didukung
oleh bagian yang lebih kecil. Misalnya dalam subtema akan diuraikan bahwa keluarga
Cendana juga mendirikan yayasan amal. Dengan kata lain, semua fakta saling dukung
membentuk satu pengertian umum yang koheren. Namun, peristiwa yang sama bisa jadi
dipahami secara berbeda oleh wartawan yang berbeda, dan ini dapat diamati dari topik suatu
pemberitaan.
b). Skematik
Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir.
Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan
sehingga membentuk kesatuan arti. Meskipun mempunyai bentuk dan skema yang beragam,
berita umumnya mempunyai dua kategori skema besar. Pertama, summary yang biasanya
ditandai dengan dua elemen yakni judul dan lead. Elemen skema ini merupakan elemen yang
dipandang paling penting. Judul umumnya menunjukkan tema yang ingin ditampilkan oleh
wartawan dalam pemberitaannya. Lead umumnya sebagai pengantar ringkasan apa yang
ingin dikatakan sebelum masuk dalam isi berita secara lengkap. Kedua, story yakni isi berita
secara keseluruhan. Isi berita ini juga mempunyai dua subkategori. Yang pertama berupa
situasi yakni proses atau jalannya peristiwa, sedang yang kedua komentar yang ditampilkan
dalam teks.
Subkategori situasi yang menggambarkan kisah suatu peristiwa umumnya terdiri atas dua
bagian. Yang pertama mengenai episode atau kisah utama dari peristiwa tersebut, dan yang
kedua latar untuk mendukung episode yang disajikan kepada khalayak. Misalnya berita
tentang konser Dewi Persik yang batal diselenggarakan karena mendapat protes dan kecaman
keras dari masyarakat. Episode ini umumnya juga akan didukung oleh latar, misalnya,
dengan mengatakan ini pembatalan konser Dewi Persik yang kesekian kali. Dengan
demikian, latar umumnya dipakai untuk memberi konteks agar suatu peristiwa lebih jelas
ketika disampaikan kepada khalayak.
Sedangkan subkategori komentar yang menggambarkan bagaimana pihak-pihak yang terlibat
memberikan komentar atas suatu peristiwa terdiri atas dua bagian. Pertama, reaksi atau
komentar verbal dari tokoh yang dikutip wartawan. Kedua, kesimpulan yang diambil oleh
wartawan dari komentar beberapa tokoh. Menurut van Dijk, arti penting dari skematik adalah
strategi wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun
bagian-bagian dengan urutan-urutan tertentu. Skematik memberikan tekanan mana yang
didahulukan, dan bagian mana yang disembunyikan. Upaya penyembunyian itu dilakukan
dengan menempatkan di bagian akhir agar terkesan kurang menonjol.
c). Latar
Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi arti yang ingin ditampilkan.
Seorang wartawan ketika menulis berita biasanya mengemukakan latar belakang atas
peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan masyarakat
hendak dibawa. Misalnya ada berita mengenai Bibit Waluyo, seorang kandidat atau calon
Gubernur untuk propinsi Jawa Tengah. Bagi yang pro atau mendukung Bibit Waluyo, latar
yang dipakai adalah prestasi-prestasi dan keberhasilan Bibit Waluyo. Sedangkan yang kontra
atau tidak mendukung tentu akan sebaliknya. Latar dipakai untuk menyediakan dasar hendak
ke mana teks itu dibawa.
d). Detil
Elemen Detil merupakan strategi bagaimana wartawan mengekspresikan sikapnya dengan
cara yang implisit, selain itu elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi
yang ditampilkan seseorang (Eriyanto, 2006: 238). Detil yang lengkap dan panjang
merupakan penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakn citra tertentu kepada
khalayak. Detil yang lengkap ini akan dihilangkan kalau berhubungan dengan sesuatu yang
menyangkut kelemahan atau kegagalan komunikator. Hal yang menguntungkan
komunikator/pembuat teks akan diuraikan secara detil, sebaliknya fakta yang tidak
menguntungkan, detil informasi akan dikurangi. Dalam mempelajari detil, yang harus
dipelajari atau diteliti adalah keseluruhan dimensi peristiwa, bagaian mana yang diuraikan
secara panjang lebar oleh wartawan. Misalnya kekalahan tim Thomas Indonesia yang
diekspos terlalu berlebihan tetapi dengan cara menyajikan berbagai informasi yang tidak
perlu.
e). Maksud
Elemen wacana maksud, hampir sama dengan elemen detil, hanya saja elemen maksud
melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan
jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implicit, dan
tersembunyi. Misalnya pendeskripsian secara jelas dan gamblang cara-cara kekerasan dan
koersif yang dilakukan oleh polisi dalam upaya menertibkan pedagang kaki lima.
f). Koherensi
Koherensi adalah pertautan atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks. Dua kalimat yang
menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Koherensi
merupakan elemen yang menggambarkan bagaimana peristiwa dihubungkan atau dipandang
saling terpisah oleh wartawan. Misalnya proposisi “demonsterasi mahasiswa” dan “nilai tukar
rupiah melemah” adalah dua buah fakta yang berlainan. Dua buah proposisi itu menjadi
berhubungan sebab-akibat ketika ia dihubungkan dengan kata hubung “mengakibatkan”
sehingga kalimatnya menjadi “Demonsterasi mahasiswa mengakibatkan nilai tukar rupiah
melemah” dua buah kalimat itu menjadi tidak berhubungan ketika dipakai kata hubung
“dan”. Kalimatnya kemudian menjadi “ Demonsterasi mahasiswa dan nilai tukar rupiah
melemah”. Dalam kalimat ini, antara fakta banyaknya demonsterasi dan nilai tukar rupiah
dipandang tidak saling berhubungan, kalimat satu tidak menjelaskan kalimat lain. Koherensi
merupakan elemen wacana untuk melihat bagaimana seseorang secara strategis menggunakan
wacana untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa. Apakah peristiwa itu dipandaang
terpisah, berhubungan, atau merupakan hubunagn sebab-akibat. Pilihan yang diambil
ditentukan oleh sejauh mana kepentingan komunikator terhadap peristiwa tersebut.
g) Koherensi Kondisional
Koherensi kondisional diantaranya ditandai dengan pemakaian anak kalimat sebagai
penjelas yang dihubungkan dengan konjungsi. Disini ada dua kalimat, dimana kalimat kedua
adalah penjelas atau keterangan dari proposisi pertama, yang dihubungkan dengan kata
hubung, seperti “yang” atau “di mana”. Kalimat kedua hanya berfungsi sebagai penjelas
(anak kalimat), sehingga ada atau tidak anak kalimat itu, tidak akan mengurangi arti kalimat.
Anak kalimat itu menjadi cermin kepentingan komunikator karena ia dapat memberikan
keterangan yang baik/buruk terhadap suatu pernyataan. Seperti dalam sebuah kalimat “PSSI,
yang selalu kalah dalam pertandingan internasional, tidak jadi dikirim ke Asian Games”. Arti
kalimat tersebut tidak akan berubah jika seandainya diubah menjadi “PSSI tidak jadi dikirim
ke Asian Games “, Anak kalimat “yang selalu kalah dalam pertandingan” selain menjadi
penjelas juga juga bermakna ejekan terhadap PSSI. Selain itu juga member informasi kepada
public bahwa PSSI tidak dikirim karena prestasinya selama ini buruk.
h) Koherensi Pembeda
Koherensi pembeda berhubungan dengan pertanyaan bagaimana dua peristiwa atau fakta itu
hendak dibedakan. Seperti mengenai kebebasan pers di era Gus Dur. Pada era Gus Dur
kebebasa pers dijamin, namun terjadi peristiwa pendudukan Banser terhadap harian Jawa
Post hingga menyebabkan koran tersebut tidak bisa terbit. Ini satu peristiwa atau fakta. Ada
fakta lain, pada era Hambibie, kebebasan pers juga dijamin, dan pada masa ini tidak ada
pendudukan sekelompokorang terhadap media massa tertentu. Dua buah peristiwa itu
terpisah, tidak berhubungan juga tidak menyulut peristiwa lain. Akan tetapi kedua masalah
tersebut bisa dibuat berhubungan dengan cara membuat satu pristiwa sebagai
kebalikan/kontras dari pristiwa lain. Dalam contoh kasus tersebut, bisa saja dikatakan
alangkah berbedanya masa pemerintahan Hambibie dan Gus Dur, atau pemerintahan
Hambibie lebih baik daripada pemerintahan Gus Dur. Kata sambung yang sering dipakai
untuk membedakan dua kalimat ini adalah “dibandingkan”, sehingga kalimatnya bisa saja
menjadi “ Dibandingkan pemerintahan hambibie, kebebasan pers pada era Gus Dur
mengalami kemundurun. Pada masa Gus Dur terjadi peristiwa pendudukan Baser atas Jawa
Post yang menyebabkan Koran tersebut tidak bisaterbit”.
i). Pengingkaran
Elemen wacana pengingkaran adalah bentuk praktik wacana yang menggambarkan
bagaimana wartawan menyembunyikan apa yang ingin diekspresikan secara implisit.
Pengingkaran menunjukkan seolah wartawan menyetujui sesuatu, padahal ia tidak setuju
dengan memberikan argumentasi atau fakta yang menyangkal persetujuannya tersebut.
Misalnya pernyataan (saya memang orang Jogja tulen, tetapi uang Sultan dari perkawinan
Putrinya itu memang perlu diselidiki KPK….)
j). Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir yang logis, yaitu
prinsip kausalitas. Di mana ia menanyakan apakah A yang menjekaskan B, atau B yang
menjelaskan A. logika kausalitas ini jika diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan
objek (diterangkan) dan predikat (menerangkan). Bentuk kalimat ini bukan hanya persoalan
teknis kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat.
Dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dari pernyataannya,
sedangkan dalam kalimat pasif seseorang menjadi objek dari pernyataannya. Kasus
pemukulan mahasiswa oleh polisi dapat disusun ke dalam bentuk kalimat aktif, dapat juga
pasif. Kalimat “Polisi memukul Mahasiswa” menempatkan polisi sebagai subjek dan
memberi glorifikasi kepada kesalahan polisi. Sebaliknya, “kalimat“Mahasiswa dipukul
Polisi”, polisi ditempatkan secara tersembunyi. Pada umumnya, pokok yang dipandang
penting selalu ditempatkan di awal kalimat. Bentuk lain adalah dengan pemakaian urutan
kata-kata yang mempunyai dua fungsi skaligus. Pertama, menekankan atau menghilangkan
dengan penempatan dan pemakaian kata atau frase yang mencolok dengan menggunakan
permainan semantik. Yang juga penting dalam sintaksis selain bentuk kalimat adalah posisi
proposisi dalam kalimat. Bagaimana proposisi-proposisi diatur dalam satu rangkaian kalimat.
Proposisi mana yang ditempatkan di awal kalimat dan mana yang di tempat diakhir kalimat.
Penempatan ini memengaruhi makna yang timbul karena menunjukkan bagian mana yang
ditonjolkan dan bagian mana yang disembunyikan.
k). Kata Ganti
Elemen kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa denga menciptakan suatu
komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk
menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana. Dalam mengungkapkan sikapnya,
seseorang dapat menggunakan kata ganti “saya” atau “kami” yang menggambarkan bahwa
sikap tersebut merupakan sikap resmi komunikator semata-mata. Akan tetapi, ketika
memakai kata ganti “kita” menjadikan sikap tersebut sebagai representasi dari sikap bersama
dalam suatu komunitas tertentu. Batas antara komunikator dengan khalayak sengaja
dihilangkan untuk menunjukkan apa yang menjadi sikap komunikator juga menjadi sikap
komunitas secara keseluruhan. Pemakaian kata ganti yang jamak seperti “kita” atau “kami”
mempunyai implikasi menumbuhkan solidaritas, aliansi serta mengurangi kritik dan oposisi.
l). Leksikon
Elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata/ diksi atas berbagai
kemungkinan kata yang tersedia. Suatu fakta umumnya terdiri atas beberapa kata yang
merujuk pada fakta. Kata “ditangkap”, misalnya mempunyai kata lain : diamankan, disekap,
ditahan dan lain-lain. Di antara beberapa kata itu seseorang dapat memilih pilihan yang
tersedia. Secara ideologis, pilihan kata yang dipakai menunjukkan bagaimana pemaknaan
seseorang terhadap fakta atau realitas.
m). Praanggapan
Elemen wacana praanggapan merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung
makna suatu teks. Praanggapan adalah upaya mendukung pendapat dengan memberikan
premis yang dipercaya kebenarannya. Praanggapan hadir dengan pernyataan yang dipandang
terpecaya sehingga tidak perlu dipertanyakan. Misalnya dalam suatu aksi pengrusakan
sebuah diskotik oleh FPI. Seseorang yang setuju dengan hal itu akan memakai pranggapan
berupa pernyataan “Perjuangan FPI ini membela Islam”.
n) Metafora
Dalam suatu wacana, seorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan pokok lewat teks,
tetapi juga kiasan, ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagai ornament atau bumbu dari
suatu berita . akan tetapi penggunaan metafora tertentu bisa jadi dipakai oleh wartawan secara
sterategi sebagai landasan berpikir, alasan pembenar atas pendapat tertentu kepada publik.
Penggunaan ungkapan sehari-hari, peribahasa, pepatah, leluhur, kata-kata kuno, bahkan
ungkapan ayat suci dipakai untuk memperkuat pesan utama.
o) Grafis
Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolakan (yang
berat dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Dalam berita elemen
grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisanyang dibuat berbeda dibandingkan dengan
tulisan lain, seperti pemakain huruf tebal, huruf miring, garis bawah, huruf dengan ukurun
lebih besar, termasuk pemakaian caption, raster,grafik, gambar, foto dan atau table untuk
mendukung pesan. Elemen grafis member efek kognitif, dalam arti, ia mengontrol perhatian
dan ketertarikan secara intensif dan menunjukka apakah suatu informasi itu dianggap penting
sehingga harus difokuskan. Pemakaian jumlah, ukuran statistik menurut van Dijk bukan
semata bagian dari standar jurnalistik, melainkan juga menyugestikan presisi dari apa yang
hendak dikatakan dalam teks. Pencantuman jumlah mahasiswa dalam bentrokan misalnya,
selain sebagai standar jurnalistik, juga upaya dan strategi wartawan untuk meyakinkan
publik, hal itu dikarenakan angka masih dianggap paling benar.
2.3 TEORI TENTANG BERITA
Berita adalah informasi baru atau informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi, disajikan
lewat bentuk cetak, siaran, Internet, atau dari mulut ke mulut kepada orang ketiga atau orang
banyak. Laporan berita merupakan tugas profesi wartawan, saat berita dilaporkan oleh
wartawan laporan tersebut menjadi fakta / ide terkini yang dipilih secara sengaja oleh redaksi
pemberitaan / media untuk disiarkan dengan anggapan bahwa berita yang terpilih dapat
menarik khalayak banyak karena mengandung unsur-unsur berita. Stasiun televisi biasanya
memiliki acara berita atau menayangkan berita sepanjang waktu. Kebutuhan akan berita ada
dalam masyarakat, baik yang melek huruf maupun yang buta huruf.
Unsur-unsur berita
1. Aktual (baru). Hal-hal yang baru lebih memiliki nilai berita dibandingkan hal-hal yang
terjadi sudah lama.
2. Jarak (jauh/ dekat). Khalayak lebih tertarik akan kejadian yang terjadi di sekitar mereka
dibandingkan dengan kejadian di tempat yang lebih jauh.
3. Penting. Sesuatu menjadi berita saat dianggap penting, karena berpengaruh pada
kehidupan langsung, contoh: UU larangan merokok.
4. Akibat. Sesuatu menjadi berita karena memiliki dampak yang besar.
5. Pertentangan/ konflik.
6. Seks. Contohnya seperti perceraian, perselingkuhan, dan lain sebagainya
7. Ketegangan. Contohnya seperti saat-saat pelantikan presiden.
8. Kemajuan-kemajuan. Inovasi baru atau perubahan.
9. Emosi, segala sesuatu yang apabila dikabarkan akan membuat marah, sedih, kecewa.
Contohnya: pemberitaan tentang bayi baru lahir yang ditemukan di tempat sampah.
10. Humor.
2.4 FUNGSI SURAT KABAR
Surat kabar sebagai pemberi informasi karena dengan pemberitaan-pemberitaan yang
menggambarkan segala sesuatu yang sedang berlangsung disekitarnya ini akan memberikan
titik terang kepada para pembaca tentang apa yang terjadi atau peristiwa yang sedang
berlangsung disekitarnya. Hal ini sejalan dengan fungsi surat kabar yaitu memberi kabar
kepada masyarakat.
Adapun penjelasan khusus tentang fungsi surat kabar yaitu:
1. Publishing the news (menerbitkan atau menyiarkan berita) Beritanya harus dilaporkan
secara lengkap agar pembaca puas membacanya. Hal ini dimaksudkan untuk tidak
menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan sesuai dengan pernyataan bahwa berita harus
diterbitkan secara teliti.
2. Commeting On the news (memberikan komentar terhadap suatu berita) Fungsi ini
memungkinkan si pembaca menemukan maksud dari suatu berita dan apa yang dikatakan
orang lain tentang berita itu.
3. Entertaining Readers (menghibur pembaca) Bahwa hasil dari artikel-artikel dalam surat
kabar banyak dibaca oleh pembaca karena artikel-artikel itu dapat memberikan hiburan
kepada pembaca.
4. Helping Readers (menolong pembaca bagaimana cara menggunakan sesuatu)
George Fox Mott dalam buku “New Survey Of Jornalism” menyatakan bahwa surat kabar
membantu dalam hal pemimpin dan pelayanan, juga resensi film dan buku.
5. Publishing Advertising (menerbitkan atau menyiarkan barang dan jasa yang ditawarkan
kepada publik dengan menyewa ruang dan waktu).
Dimana surat kabar menyediakan kolom yang digunakan sebagai tempat iklan barang-barang
yang dikeluarkan oleh beberapa perusahaan sebagai ajang promosi, keuntungan dari iklan
inilah surat kabar mampu menjual surat kabarnya dengan harga murah. Sebab salah satu
penghasilan dari surat kabar adalah pemasukan dari iklan yang ditampilkan. fungsi yang
paling menonjol pada surat kabar adalah informasi. Hal ini sesuai dengan tujuan utama
khalayak membaca surat kabar, yaitu keingintahuan akan setiap peristiwa yang terjadi di
sekitarnya. Fungsi hiburan dapat ditemukan pada rubric artikel ringan, feature, komik atau
kartun seta cerita bersambung. Fungsi mendidik dan mempengaruhi akan ditemukan pada
artikel ilmiah, tajuk rencana atau editorial dan rubrik opini. Fungsi pers bertambah, yiatu
sebgai alat kontrol sosial yang konstruktif.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 STRUKTUR TEKS BERITA-BERITA RTRWP DI BALI POST
Berita 1 : BPRTRWP Mengatur Lahan Pertanian Abadi Menjaga ‘pelemahan’ Bali Kini
Semakin Lemah (Senin, 1 Juni 2009)
1. Tematik
Tema/Topik
Subtopik
Tema : RTRWP
Topik : Perda RTRW Bali masih gamang dalam penyelamatan lahan pertanian
1 Setiap tahun terjadi alih fungsi lahan
2 Perangkat aturan yang dipakai masih lemah
3 Usulan perlu adanya lahan pertanian abadi di Bali
Tema dari berita pertama yaitu tentang RTRWP ( Rancangan Tata Ruang Wilayah
Pariwisata) yang mana tema ini ada di seluruh bagian berita dan termuat hampir di setiap
paragraf berita ini. Tema inilah yang melatarbelakangi terbentuknya topik berupa “Perda
RTRW Bali masih gamang dalam penyelamatan lahan pertanian” topik ini menjelaskan
sangat detail tentang pentingnya penyelamat lahan pertanian yang sekarang sudah mulai
menyusut, apalagi dituliskan disana bahwa Perda RTRW Bali ini masih sangat gamang dalam
penyelamatan lahan pertanian. Adapun beberapa subtopik yang memperkuat dari tema dan
topik diatas, diantaranya adalah “terbukti bahwa setiap tahun telah terjadi alih fungsi lahan
yang sangat mengkhawatirkan”.
Subtopik ini termuat pada paragraf pertama dan disana dijelaskan dengan sangat detail
tentang penyusutan lahan sawah dalam sepuluh tahun yaitu dari tahun 1995-2005. Tentunya
di dalam berita ini juga dimuat tentang perangkat aturan yang masih sangat lemah dalam
menjaga lahan persawahan yang ada di Bali, peraturan yang gamang ini dapat menyebabkan
terjadinya alih fungsi lahan, dan supaya hal itu tidak terjadi sejumlah pakar mengusulkan agar
dalam RTRWP ini dicantumkan pasal yang secara khusus mengatur lahan pertanian abadi.
Subtopik yang ketiga berkaitan tentang usulan perlu adanya lahan pertanian abadi di Bali.
Hal ini sangat strategis dalam upaya penyelamatan lahan pertanian, pendapat ini dimuat pada
paragraf ke lima. Dari tema, topik dan subtopik di atas ada tokoh yang dirugikan atas
pemberitaan ini yaitu orang yang membuat perda itu. Karena dalam pemberitaan ini banyak
sekali termuat kalimat-kalimat yang mengatakan bahwa perda yang dimuat itu masih
gamang, pasal-pasalnya banyak yang tidak mendukung kepentingan masyarakat luas.
Khususnya masyarakat yang memiliki lahan persawahan.
2. Skematik
Summary
Story
Judul
Lead
Situasi
Komentar
BPRTRWP Mesti Mengatur Lahan Pertanian Abadi Menjaga ‘Palemahan’ Bali KIni Semakin
Lemah
Terbukti setiap tahun terjadi alih fungsi lahan yang sangat mengkhawatirkan. Dalam sepuluh
tahun, 1995-2005, lahan sawah mengalami penyusutan perluasan dari 8,464 juta hektar
menjadi 7,696 juta atau penurunan 768 ribu hektar.
Terbukti setiap tahun terjadi alih fungsi lahan yang sangat mengkhawatirkan.
Demikian pula perangkat aturan yang dibuat untuk memproteksi sektor pertanian juga lemah.
Pada Ramperda RTRWP Bali yang diajukan eksekutif, juga tidak spesifik mengatur
penyelamatan alam Bali. Bahkan aturan yang dibuat sangat gamang.
Skematik terdiri dari summary dan story , Summary terdiri dari judul dan lead.Adapun judul
dari berita satu ini adalah “BPRTRWP Mengatur Lahan Pertanian Abadi Menjaga
‘pelemahan’ Bali Kini Semakin Lemah” judul ini mewakili dari keseluruhan isi berita yang
mana memuat tentang pengaturan lahan pertanian, judul ini pula sangat cocok digunakan
karena sesuai dengan tema yang angkat. Selain itu untuk leadnya merupakan ringkasan
singakat dari keseluruhan isi berita. Adapun leadnya yaitu “Terbukti setiap tahun terjadi alih
fungsi lahan yang sangat mengkhawatirkan. Dalam sepuluh tahun, 1995-2005, lahan sawah
mengalami penyusutan perluasan dari 8,464 juta hektar menjadi 7,696 juta atau penurunan
768 ribu hektar. Lead ini memuat topik yang diekspresikan dalam sejumlah kalimat yang
runtut. Lead yang ditulis dalam berita ini menggambarkan tentang adanya pengalihan fungsi
yang sangat mengkhawatirkan.
Alih fungsi ini, menyebabkan adanya penyusutan perluasan lahan persawahan yang sangat
signifikan, lead ini sangat penting ditulis guna memberikan gambaran yang umum tentang isi
berita. Sedangkan untuk story terdiri dari situasi dan komentar. Situasi yang digambarkan
dari berita di atas yaitu tentang ” terbukti setiap tahun terjadi alih fungsi lahan yang sangat
mengkhawatirkan”situasi ini merupakan proses atau jalannya sebuah berita yang ingin
ditunjukkan atau ditonjokan oleh wartawan, yaitu berkaitan penyusutan lahan persawahan
yang sangat mengkhawatirkan. Untuk komentar biasanya di komentari oleh wartawan dan
juga oleh narasumber. Biasanya wartawan secara tidak langsung juga berkomentar berkaitan
dengan berita yang sedang dibuatnya, seperti pada petikan kalimat berikut ini” Demikian pula
perangkat aturan yang dibuat untuk memproteksi sektor pertanian juga lemah. Pada
Ramperda RTRWP Bali yang diajukan eksekutif, juga tidak spesifik mengatur penyelamatan
alam Bali. Bahkan aturan yang dibuat sangat gamang “. Dalam berita ini yang dirugikan
adalah orang-orang yang telah membuat RTRWP ini, karena rancangan yang dibuat mereka
ternyata masih banyak lagi yang perlu direvisi lagi.
3. Latar
Latar
Pada Ranperda RTRWP Bali yang diajukan eksekutif, juga tidak spesifik mengatur
penyelamatan alam Bali. Bahkan aturan yang dibuat sangat gamang.
Latar dari berita di atas yaitu berkaitan tentang “ Ranperda RTRWP Bali yang diajukan
eksekutif, juga tidak spesifik mengatur penyelamatan alam Bali. Bahkan aturan yang dibuat
sangat gamang. “ latar biasanya mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis.
Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan masyarakat hendak dibawa. Disana
disebutkan bahwa Ranperda RTRWP Bali yang diajukan eksekutif, tidak spesifik mengatur
penyelamatan alam Bali, karena dalam perda itu pasal-pasal yang ditulis masih sangat
gamang. Ini menandakan kalau wartawan juga tidak setuju terhadap RTRWP Bali
olehkarena itulah banyak tulisan-tulisan yang memuat tidak kesetujuannya maupun
ketidaksetujuan masyarakat berkaitan tentang perda RTRWP Bali ini. Perlu diinggat pula
bahwa latar dipakai untuk menyediakan dasar hendak ke mana teks itu dibawa.
4. Detil
Detil
1. Terbukti setiap tahun terjadi alih fungsi lahan yang sangat mengkhawatirkan
2. Demikian pula perangkat aturan yang dimuat sangat gamang
3. Perlindungan terhadap alam Bali khususnya sangat masih sangat gamang
4. Usulan perlu adanya lahan pertanian sangat penting untuk penyelamatan lahan
pertanian
5. Kata Kartini lahan pertanian abadi itu mesti dijaga dengan aturan yang kuat, misalnya
dimasukkan dalam Perda RTRW Bali.
6. Dekan Fakultas Pertanian Unwar Ir. Nyoman Kaca, M.Si sependapat dengan Kartini
bahwa lahan pertanian di bali jangan sampai habis karena beralihfungsi.
Detil merupakan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Detail dalam berita satu
diatas terdiri dari enam detail yaitu “Terbukti setiap tahun terjadi alih fungsi lahan yang
sangat mengkhawatirkan. Demikian pula perangkat aturan yang dimuat sangat
gamang.Perlindungan terhadap alam Bali khususnya sangat masih sangat gamang. Usulan
perlu adanya lahan pertanian sangat penting untuk penyelamatan lahan pertanian. Kata
Kartini lahan pertanian abadi itu mesti dijaga dengan aturan yang kuat, misalnya dimasukkan
dalam Perda RTRW Bali.Dekan Fakultas Pertanian Unwar Ir. Nyoman Kaca, M.Si
sependapat dengan Kartini bahwa lahan pertanian di bali jangan sampai habis karena
beralihfungsi. Detil di atas merupakan penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk
menciptakan citra tertentu pada khalayak. Oleh karena itulah detil yang dibuat di atas sangat
dikhususkan untuk membahas berkaitan tentang alih fungsi lahan.
5. Maksud
Eksplisit
Dosen pertanian Unud Dr. luh Kartini mengatakan proteksi terhadap lahan pertanian di Bali
penting dilakukan. Usulan perlu adanya lahan pertanian abadi di Bali, dinilai Kartini amat
strategis dalam upaya penyelamatan lahan pertanian. Jika usulan itu disetujui, berati kita akan
dapat menjaga kelestarian subak berikut lahan pertanian Bali dengan baik. Lahan pertanian
abadi itu tidak boleh diganggu untuk kepentingan lain. Sama seperti danau, hutan, gunung
mesti dijaga dan tidak boleh dijamah untuk kepentingan lain, sehingga tetap lestaridengan
fungsinya sebagai penyedia airdan oksigen.
Elemen maksud yang dibuat dalam berita di atas yaitu berkaitan tentang informasi yang dapat
menguntungkan komunikator, seperti kalimat berikut ” proteksi terhadap lahan pertanian di
Bali penting dilakukan. Usulan perlu adanya lahan pertanian abadi di Bali, dinilai Kartini
amat strategis dalam upaya penyelamatan lahan pertanian. Jika usulan itu disetujui, berati kita
akan dapat menjaga kelestarian lahan pertanian Bali dengan baik. Lahan pertanian abadi itu
tidak boleh diganggu untuk kepentingan lain. Sama seperti danau, hutan, gunung mesti dijaga
dan tidak boleh dijamah untuk kepentingan lain, sehingga tetap lestari dengan fungsinya
sebagai penyedia air dan oksigen. Jadi di dalam kalimat di atas wartawan ingin melihatkan
informasi yang menguntungkan komunikator seperti kata-kata proteksi terhadap lahan
pertanian di bali penting dilakukan. Dengan kalimat ini, komunikator ingin menyampaikan
maksudnya bahwa lahan pertanian di Bali penting di diproteksi guna kelestarian lahan
pertanian dengan baik.
6. Koherensi
Kata Hubung
Kalimat
Sehingga
Kata Kartini lahan pertanian abadi itu mesti dijaga dengan aturan yang kuat, misalnya
dimasukkan dari Perda RTRW Bali, sehingga tetap abadi sepanjang zaman.
Koherensi dalam kalimat di atas menggunakan kata hubung “sehingga” kata hubung sehingga
digunakan untuk menghubungkan kalimat satu dengan kalimat yang kedua. Seperti dalam
contoh kalimat berikut “Kata Kartini lahan pertanian abadi itu mesti dijaga dengan aturan
yang kuat, misalnya dimasukkan dari Perda RTRW Bali, sehingga tetap abadi sepanjang
zaman” di sana terlihat jelas bahwa ada dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang
berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Antara kalimat lahan pertanian abadi
itu mesti dijaga dengan aturan yang kuat dengan kalimat, dimasukkan dari Perda RTRW Bali
dengan tetap abadi sepanjang zaman merupakan dua buah kaliamt yang berbeda , tetapi
dengan adanya kata hubung sehingga menjadi kalimat itu menjadi koheren antara satu
kalimat dengan kalimat yang lainnya.
7. Koherensi Kondisional
Penanda Koherensi Kondisional
Kalimat
Yang
Pada Ranperda RTRWP Bali yang diajukan eksekutif, juga tidak spesifik mengatur
penyelamatan alam Bali.
Koherensi kondisional dalam berita di atas penanda koherensinya adalah “ yang “ seperti
dalam kalimat berikut “Pada Ranperda RTRWP Bali yang diajukan eksekutif, juga tidak
spesifik mengatur penyelamatan alam Bali.” koherensi kondisional dalam berita diatas
ditandai dengan munculnya pemakaian anak kalimat sebagai penjelasnya, seperti kalimat di
atas induk kalimatnya yaitu” Pada Ranperda RTRWP Bali yang diajukan eksekutif”
sedangkan anak kalimatnya adalah “juga tidak spesifik mengatur penyelamatan alam Bali.”
sebenarnya kalimat kedua hanya berfungsi sebagai penjelas (anak kalimat) , sehingga ada
atau tidak adanya anak kalimat tidak akan mempengaruhi arti kalimat. Anak kalimat itu
menjadi cermin kepentingan komunikator karena ia dapat memberikan keterangan yang
baik/buruk terhadap suatu pernyataan. Selain itu kalimat “Pada Ranperda RTRWP Bali yang
diajukan eksekutif, juga tidak spesifik mengatur penyelamatan alam Bali. Arti kaliamat
tersebut tidak akan berubah jika seandainya diubah menjadi “Pada Ranperda RTRWP Bali,
juga tidak spesifik mengatur penyelamatan alam Bali”.
8. Koherensi Pembeda
Kalimat
9. Pengingkaran
Kalimat
10. Bentuk Kalimat
Kalimat
Bentuk Kalimat
- Dari pasal tersebut terlihat perlindungan terhadap alam Bali khususnya sawah masih
sangat gamang. Olehkarena itu, sejumlah pakar mengusulkan agar dalam RTRWP ini
dicantumkan pasal yang secara khusus mengatur lahan pertanian abadi.
- Kata Kartini, lahan pertanian abadi itu mesti dijaga dengan aturan yang kuat, misalnya
dimasukkan dalam Perda RTRW Bali, sehingga tetap abadi sepanjang zaman
- Induktif
- Deduktif
Bentuk kalimat dalam berita no satu saya dapatkan 2 bentuk kalimat yang mana masing-
masing kalimat saling menerangi satu sama lain. Seperti dalam kalimat –kalimat berikut
“Dari pasal tersebut terlihat perlindungan terhadap alam Bali khususnya sawah masih sangat
gamang. Olehkarena itu, sejumlah pakar mengusulkan agar dalam RTRWP ini dicantumkan
pasal yang secara khusus mengatur lahan pertanian abadi.” Dalam kalimat pertama yaitu dari
pasal tersebut terlihat perlindungan terhadap alam Bali khususnya sawah masih sangat
gamang diterangkan oleh kalimat ke duanya yaitu pakar mengusulkan agar dalam RTRWP
ini dicantumkan pasal yang secara khusus mengatur lahan pertanian abadi. Disini terdapat
prinsip kausalitas dimana kalimat pertama diterangkan oleh kalimat ke duanya. Selain itu
bentuk kalimat di atas mengambil bentuk deduktif. Yaitu pokok kalimatnya ada di depan
kalimat.
11. Kata Ganti
Kata Ganti
Kalimat
- Kita
- Ia
- Jika usulan itu disetujui, berati kita akan dapat menjaga kelestarian subak berikut
lahan pertanian bali dengan baik.
- Ia juga setuju terhadap usulan pengadaan lahan pertanian abadi.
Kata ganti yang digunakan dalam berita no satu ini adalah “kita “ dan “Ia” seperti dalam
kalimat berikut “Jika usulan itu disetujui, berati kita akan dapat menjaga kelestarian subak
berikut lahan pertanian bali dengan baik”. dan juga pada kalimat“Ia juga setuju terhadap
usulan pengadaan lahan pertanian abadi.” Pemakaian kata ganti memiliki implikasi untuk
menumbuhkan solidaritas, aliansi, perhatian, yanga pada dasarnya digunakan untuk
merangkul dukungan . pemakaian kata ganti “kita” menciptakan komunitas antara wartawan
dengan pembaca, apa yang menjadi sikap wartawan seolah-olah menjadi sikap pembaca.
Padahal kemungkinan pembaca memiliki sikap yang berbeda dengan pandangan wartawan.
12. Leksikon
Leksikon
Kalimat
- Penyusutan
- Dalam sepuluh tahun, 1995-2005, lahan sawah mengalami penyusutan perluasan dari
8,464 juta hektar menjadi 7,696 juta atau penurunan 768 ribu hektar.
Leksikon yang ada dalam kalimat di atas yaitu “Penyusutan” seperti dalam kalimat
berikut “Dalam sepuluh tahun, 1995-2005, lahan sawah mengalami penyusutan perluasan
dari 8,464 juta hektar menjadi 7,696 juta atau penurunan 768 ribu hektar.” Penggunaan kata
lainnya seperti pengurangan, penipisan, dan pengecilan tidak sesuai digunakan dalam konteks
kalimat di atas. Di antara beberapa kata itu seseorang dapat memilih pilihan yang tersedia.
Secara ideologis, pilihan kata yang dipakai menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang
terhadap fakta atau realitas.
13. Praanggapan
Pranggapan
Kalimat
Perangkat aturan untuk sektor pertanian lemah
Demikian pula perangkat aturan yang dibuat untuk memproteksi sektor pertanian juga lemah
Praanggapan dalam berita di atas yaitu “Perangkat aturan untuk sektor pertanian lemah”
praanggapan itu ada dalam kalimat berikut “Demikian pula perangkat aturan yang dibuat
untuk memproteksi sektor pertanian juga lemah” Praanggapan untuk mendukung makna
suatu teks. Praanggapan juga digunakan untuk mendukung premis yang dipercaya
kebenarannya seperti kalimat “Perangkat aturan untuk sektor pertanian lemah” kalimat itu
dirasa memiliki kebenaran oleh wartawan yang bersangkutan sehingga kalimat-kalimat
berikutnya digunakan untuk menjelaskan praanggapan tersebut. Kalau wartawan itu
mendukung atau setuju dengan praanggapan itu ia akan berusaha untuk mengembangkan
premis praanggapan itu.
14. Metafora
Kalimat
Metafora
Dengan terjaganya lahan pertanian, otomatis bali memiliki ketersediaan ruang terbuka hijau
abadi yang cukup, sebagai paru-paru Bali.
Paru-paru Bali
Metafora dalam kalimat diatas yaitu menggunakan kalimat “Dengan terjaganya
lahan pertanian, otomatis bali memiliki ketersediaan ruang terbuka hijau abadi yang cukup,
sebagai paru-paru Bali.” kata paru-paru Bali ini merupakan cobntoh dari metafora yang pada
intinya digunakan untuk strategi wartawan sebagai landasan berpikir, alas an, pembenar atas
pendapat tertentu terhadap public.selain itu metafora juga dimaksudkan sebagai ornament
atau bimbu dari suatu berita.
15. Grafis
Kalimat
Terbukti setiap tahun terjadi alih fungsi lahan yang sangat mengkhawatirkan. Dalam sepuluh
tahun, 1995-2005, lahan sawah mengalami penyusutan perluasan dari 8,464 juta hektar
menjadi 7,696 juta atau penurunan 768 ribu hektar.
Grafis grafis dalam berita diatas terdapat pada paragraph pertama terutama ada pada lead
seperti contoh kalimat berikut “Terbukti setiap tahun terjadi alih fungsi lahan yang sangat
mengkhawatirkan. Dalam sepuluh tahun, 1995-2005, lahan sawah mengalami penyusutan
perluasan dari 8,464 juta hektar menjadi 7,696 juta atau penurunan 768 ribu hektar.” Grafis
yang digunakan di sini digunakan untuk menonjolkan sesuatu. Seperti penggunaan angka
disini digunakan karena angka dianggap paling benar dalam menjelaskan sesuatu. Biasanya
bentuk grafis juga ada yang berbentuk seperti pemakaian huruf tebal, huruf miring, garis
bawah, huruf dengan ukuran lebih besar. Tetapi dalam berita ini yang digunakan adalah
grafis dalam bentuk angka.
Berita 2 : Wayan Koster soal RTRWP Bali Pemberi Masukan Jangan Dimusuhi ( Sabtu, 30
Mei 2009)
1. Tematik
Tema/Topik
Subtopik
Tema : RTRWP
Topik : Pemikiran kritis soal RTRWP Bali
- Janganlah pemberi masukan itu dimusuhi
2. - Inisiatif penyususan Ramperda RTRWP itu dari inisiatif eksekutif
- - Adanya beberapa masukan dari masyarakat
- - Konsep yang baik, ketika pansus bisa merumuskan materi dari pemikiran yang
kritis-kritis
- - Pansus DPRD tak boleh bekerja terburu-buru
Tema dari berita kedua yaitu tentang RTRWP ( Rancangan Tata Ruang Wilayah Pariwisata)
yang mana tema ini ada di seluruh bagian berita dan termuat hampir di setiap paragraf berita
ini. Tema inilah yang melatarbelakangi terbentuknya topik berupa “Pemikiran kritis soal
RTRWP Bali” topik ini menjelaskan sangat detail tentang pentingnya adanya pemberi
masukan terhadap RTRWP Bali agar perda tersebut benar-benar membuat Bali menjadi kuat.
Adapun beberapa subtopik yang memperkuat dari tema dan topik diatas, diantaranya adalah
“Janganlah pemberi masukan itu dimusuhi. Inisiatif penyususan Ramperda RTRWP itu dari
inisiatif eksekutif. Adanya beberapa masukan dari masyarakat. Konsep yang baik, ketika
pansus bisa merumuskan materi dari pemikiran yang kritis-kritis. Pansus DPRD tak boleh
bekerja terburu-buru”. Subtopik ini termuat pada setiap bagian dari paragraf , dan tentunya
subtopic ini merupakan bagian dari topik, dan topik juga merupakan bagian dari tema. Jadi,
subtopik tentang Pansus ini merupakan bagian dari topik pemikiran kritis soal RTRWP Bali
dan topik itu merpakan bagian dari tema tentang RTRWP.
2 Skematik
Summary
Story
Judul
Lead
Situasi
Komentar
Wayan Koster soal RTRWP Bali Pemberi Masukan Jangan Dimusuhi
Anggota DPR-RI asal Bali Dr. Ir. I Wayan Koster,M.M. tampaknya tidak ingin diam terkait
ramainya pembahasan RTRWP Bali. Ia melihat sangat bagus banyak masukan dengan
pemikiran kritis dari bervagai elemen masyarakat. Pemikiran kritis itu memang harus diramu
pada dapur dan juru masak yang kuat, sehingga perda yang dihasilkan benar-benar membuat
Bali menjadi kuat.
Banyaknya kalangan masyarakat yang membicarakan tentang RTRWP Bali.
Anggota DPR-RI asal Bali Dr. Ir. I Wayan Koster,M.M. tampaknya tidak ingin diam terkait
ramainya pembahasan RTRWP Bali. ia melihat sangat bagus banyak masukan dengan
pemikiran kritis dari bervagai elemen masyarakat.
Masukan dari mereka, baik yangdisampaikan secara langsung maupun di media, harus
diserap. Selain itu, penyerapan aspirasi itu harus merepresentasikan pemikiran masyarakat
dari semua kabupaten di Bali, seperti pemikiran dari masyarakat termasuk juga pemikiran
dari pemkab dan DPRD kabupaten/kota.
Skematik terdiri dari summary dan story , Summary terdiri dari judul dan lead.Adapun judul
dari berita satu ini adalah “Wayan Koster soal RTRWP Bali Pemberi Masukan Jangan
Dimusuhi” judul ini mewakili dari keseluruhan isi berita yang mana memuat tentang
banyaknya masukan berkaitan tentang Perda RTRWP. Selain itu untuk leadnya merupakan
ringkasan singakat dari keseluruhan isi berita. Adapun leadnya yaitu “Anggota DPR-RI asal
Bali Dr. Ir. I Wayan Koster,M.M. tampaknya tidak ingin diam terkait ramainya pembahasan
RTRWP Bali. ia melihat sangat bagus banyak masukan dengan pemikiran kritis dari bervagai
elemen masyarakat. Pemikiran kritis itu memang harus diramu pada dapur dan juru masak
yang kuat, sehingga perda yang dihasilkan benar-benar membuat bali menjadi kuat.Lead ini
memuat topik yang diekspresikan dalam sejumlah kalimat yang runtut. Lead yang ditulis
dalam berita ini menggambarkan tentang Wayan koster yang ingin diam terkait ramainya
pembahasan RTRWP Bali ia mengatakan sangat bagus banyak masukan dengan pemikiran
kritis. Lead ini sangat penting ditulis guna memberikan gambaran yang umum tentang isi
berita. Sedangkan untuk story terdiri dari situasi dan komentar. Situasi yang digambarkan
dari berita di atas yaitu tentang ” Banyaknya kalangan masyarakat yang membicarakan
tentang RTRWP Bali.”situasi ini merupakan proses atau jalannya sebuah berita yang ingin
ditunjukkan atau ditonjokan oleh wartawan, yaitu berkaitan banyaknya kalangan masyarakat
yang ingin menyumbangkan pemikirannya berkaitan dengan RTRWP. Untuk komentar
biasanya di komentari oleh wartawan dan juga oleh narasumber. Biasanya wartawan secara
tidak langsung juga berkomentar berkaitan dengan berita yang sedang dibuatnya, seperti pada
petikan kalimat berikut ini” Anggota DPR-RI asal Bali Dr. Ir. I Wayan Koster,M.M.
tampaknya tidak ingin diam terkait ramainya pembahasan RTRWP Bali. ia melihat sangat
bagus banyak masukan dengan pemikiran kritis dari bervagai elemen masyarakat”. Dalam
berita ini yang dirugikan adalah orang-orang yang telah membuat RTRWP ini, karena
rancangan yang dibuat mereka ternyata masih banyak lagi yang perlu direvisi lagi.
3. Latar
Latar
Banyaknya masukan dengan pemikiran kritis dari berbagai elemen masyarakat tentang
RTRWP Bali.
Latar dari berita di atas yaitu berkaitan tentang “Banyaknya masukan dengan pemikiran kritis
dari berbagai elemen masyarakat tentang RTRWP Bali. “ latar biasanya mengemukakan latar
belakang atas peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan
masyarakat hendak dibawa. Disana disebutkan bahwa Wayan Koster melihat sangat bagus
banyak masukan dengan pemikiran kritis dari bervagai elemen masyarakat. Pemikiran kritis
itu memang harus diramu pada dapur dan juru masak yang kuat, sehingga perda yang
dihasilkan benar-benar membuat Bali menjadi kuat.
4. Detil
Detil
- Masukan tentang RTRWP Bali dari berbagai kalangan masyarakat
- Inisiatif penyusunan Ranperda RTRWP itu memang atas inisiatif eksekutif
- Pansus perlu memuat dapur yang kuat untuk mengolah berbagai pemikiran yang
termuat dimedia.
- Konsep yang baik adalah ketika pansus bisa merumuskan materi dari pemikiran-
pemikiran yang kritis
- Status dari Ranperda RTRWP itu adalah rancangan
Detil merupakan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Detail dalam berita dua di
atas terdiri dari lima detail yaitu “Masukan tentang RTRWP Bali dari berbagai kalangan
masyarakat. Inisiatif penyusunan Ranperda RTRWP itu memang atas inisiatif eksekutif.
Pansus perlu memuat dapur yang kuat untuk mengolah berbagai pemikiran yang termuat
dimedia. Konsep yang baik adalah ketika pansus bisa merumuskan materi dari pemikiran-
pemikiran yang kritis.Status dari Ranperda RTRWP itu adalah rancangan”. Detil di atas
merupakan penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra tertentu pada
khalayak. Oleh karena itulah detil yang dibuat di atas sangat dikhususkan untuk membahas
berkaitan tentang alih fungsi lahan.
5. Maksud
Eksplisit
Pemikiran kritis itu memang harus diramu pada dapur dan juru masak yang kuat, sehingga
perda yang dihasilkan benar-benar membuat Bali menjadi kuat. Untuyk itu perlu adanya
masukan dari berbagai pakar, masyarakat dan LSM untuk memperkaya rumusan RTRWP itu,
jangan lantas yang member masukan itu dimusuhi.
Elemen maksud yang dibuat dalam berita di atas yaitu berkaitan tentang informasi yang dapat
menguntungkan komunikator, seperti kalimat berikut Pemikiran kritis itu memang harus
diramu pada dapur dan juru masak yang kuat, sehingga perda yang dihasilkan benar-benar
membuat Bali menjadi kuat. Untuk itu perlu adanya masukan dari berbagai pakar, masyarakat
dan LSM untuk memperkaya rumusan RTRWP itu, jangan lantas yang member masukan itu
dimusuhi. . Jadi di dalam kalimat di atas wartawan ingin melihatkan informasi yang
menguntungkan komunikator seperti kata-kata “ untuk itu perlu adanya masukan dari
berbagai pakar, masyarakat dan LSM untuk memperkaya rumusan RTRWP”. Dengan kalimat
ini, komunikator ingin menyampaikan maksudnya bahwa, memang diperlukan adanya
masukan dari berbagai kalangan masyarakat tentang Perda RTRWP.
6. Koherensi
Kata Hubung
Kalimat
Sehingga
- Pemikiran kritis itu memang harus diramu pada dapur dan juru masak yang kuat,
sehingga perda yang dihasilkan benar-benar membuat Bali menjadi kuat
- Kewenangan untuk membahas, meramu masukan itu ada di DPRD, sehingga segala
materi yang dibahas itu bisa diubah oleh DPRD bahkan bisa diubah secara total.
Koherensi dalam kalimat di atas menggunakan kata hubung “sehingga” kata hubung sehingga
digunakan untuk menghubungkan kalimat satu dengan kalimat yang kedua. Seperti dalam
contoh kalimat berikut “Pemikiran kritis itu memang harus diramu pada dapur dan juru
masak yang kuat, sehingga perda yang dihasilkan benar-benar membuat Bali menjadi kuat”
di sana terlihat jelas bahwa ada dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda
dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Antara kalimat pemikiran kritis itu memang
harus diramu pada dapur dan juru masak yang kuat dengan kalimat, perda yang dihasilkan
benar-benar membuat Bali menjadi kuatmerupakan dua buah kaliamt yang berbeda , tetapi
dengan adanya kata hubung sehingga menjadi kalimat itu menjadi koheren antara satu
kalimat dengan kalimat yang lainnya.
7 Koherensi Kondisional
Penanda Koherensi Kondisional
Kalimat
Yang
Untuk mendapatkan keputusan yang bagus, DPRD kemudian membentuk pansus.
Koherensi kondisional dalam berita di atas penanda koherensinya adalah “ yang “ seperti
dalam kalimat berikut “Untuk mendapatkan keputusan yang bagus, DPRD kemudian
membentuk pansus.” koherensi kondisional dalam berita diatas ditandai dengan munculnya
pemakaian anak kalimat sebagai penjelasnya, seperti kalimat di atas induk kalimatnya yaitu”
DPRD kemudian membentuk pansus.” sedangkan anak kalimatnya adalah “Untuk
mendapatkan keputusan yang bagus.” sebenarnya kalimat pertama hanya berfungsi sebagai
penjelas (anak kalimat) , sehingga ada atau tidak adanya anak kalimat tidak akan
mempengaruhi arti kalimat. Anak kalimat itu menjadi cermin kepentingan komunikator
karena ia dapat memberikan keterangan yang baik/buruk terhadap suatu pernyataan. Selain
itu kalimat “Untuk mendapatkan keputusan yang bagus, DPRD kemudian membentuk
pansus. Arti kalimat tersebut tidak akan berubah jika seandainya diubah menjadi “untuk
mendapatkan keputusan , DPRD kemudian membentuk pansus”.
8 Koherensi Pembeda
Kalimat
Sebab jika banyak yang tidak setuju dan memberikan pemikiran kritis berati masukan itu bisa
memperkaya materi yang dibahas, kalau hanya menampung pemikiran yang setuju saja, bisa-
bisa perda itu malah menjadi produk hukum yang timpang.
Koherensi pembeda dalam berita di atas yaitu “Sebab jika banyak yang tidak setuju dan
memberikan pemikiran kritis berati masukan itu bisa memperkaya materi yang dibahas, kalau
hanya menampung pemikiran yang setuju saja, bisa-bisa perda itu malah menjadi produk
hukum yang timpang.” Dalam kalimat tersebut ada perbedaan antara kalimat pertama dengan
kalimat keduanya yaitau antara konteks kalimat “ jika banyak yang tidak setuju dan
memberikan pemikiran kritis berati masukan itu bisa memperkaya materi yang dibahas “
dengan kalimat “ kalau hanya menampung pemikiran yang setuju saja, bisa-bisa perda itu
malah menjadi produk hukum yang timpang”. Jadi ada pembeda kalimat pertama yaitu lebih
cenderung ke banyak orang yang tidak setuju dengan memberikan pemikiran kritis dengan
orang yang setuju terhadap pemberian pemikiran kritis.
9 Pengingkaran
Kalimat
10 Bentuk Kalimat
Kalimat
Bentuk Kalimat
- Mereka juga sebaiknya diundang dalam pembahasan yang dilakukan pansus. Karena,
pakar yang berkomentar adalah perpustakaan berjalan yang harus dimanfaatkan dengan baik
- Dengan catatan, perumusan itu dilakukan oleh tim kuat, yang diatur adalah dari
masing-masing kabupaten. Karena masalah berkaitan denagn kesucian pura, misalnya, harus
menagdopsi kepentingan dari masyarakat yang memeliharanya.
- Deduktif
- Deduktif
Bentuk kalimat dalam berita no dua saya dapatkan 3 bentuk kalimat yang mana masing-
masing kalimat saling menerangi satu sama lain. Seperti dalam kalimat –kalimat berikut
“Mereka juga sebaiknya diundang dalam pembahasan yang dilakukan pansus. Karena, pakar
yang berkomentar adalah perpustakaan berjalan yang harus dimanfaatkan dengan baik .”
Dalam kalimat pertama yaitu mereka juga sebaiknya diundang dalam pembahasan yang
dilakukan pansus diterangkan oleh kalimat ke duanya yaitu karena pakar yang berkomentar
adalah perpustaan yang berjalan yang harus dimanfaat dengan baik . Disini terdapat prinsip
kausalitas dimana kalimat pertama diterangkan oleh kalimat ke duanya. Begitu juga dengan
contoh berikut “Dengan catatan, perumusan itu dilakukan oleh tim kuat, yang diatur adalah
dari masing-masing kabupaten. Karena masalah berkaitan denagn kesucian pura, misalnya,
harus menagdopsi kepentingan dari masyarakat yang memeliharanya”. Juga sama
penjelasannya seperti contoh pertama. Selain itu bentuk kalimat di atas mengambil bentuk
deduktif. Yaitu pokok kalimatnya ada di depan kalimat.
11 Kata Ganti
Kata Ganti
Kalimat
- Ia
- Mereka
- Ia melihat sangat bagus banyak masukan dengan pemikiran kritis dari berbagai elemen
masyarakat
- Masukan dari mereka, baik yang disampaikan secara langsung maupun di media,
harus diserap
Kata ganti yang digunakan dalam berita no dua ini adalah “mereka “ dan “Ia” seperti dalam
kalimat berikut “Ia melihat sangat bagus banyak masukan dengan pemikiran kritis dari
berbagai elemen masyarakat”. dan juga pada kalimat “Masukan dari mereka, baik yang
disampaikan secara langsung maupun di media, harus diserap.” Pemakaian kata ganti
memiliki implikasi untuk menumbuhkan solidaritas, aliansi, perhatian, yang pada dasarnya
digunakan untuk merangkul dukungan . pemakaian kata ganti “mereka” menciptakan
komunitas antara wartawan dengan pembaca, kata mereka biasanya digunakan untuk
menciptakan suatu jarak.
12 Leksikon
Leksikon
Kalimat
- Digunduli
- Ramuan
- Hutan masih tetap bisa digunduli
- Untuk itu perlu adanya masuakn dari pakar, masyarakat dan LSM untuk memperkaya
ramuan RTRWP itu
Leksikon yang ada dalam kalimat di atas yaitu “Digunduli dan ramuan” seperti dalam kalimat
berikut “Hutan masih tetap bisa digunduli.” dan kalimat “Untuk itu perlu adanya masukan
dari pakar, masyarakat dan LSM untuk memperkaya ramuan RTRWP itu Penggunaan kata
lainnya tidak sesuai digunakan dalam konteks kalimat di atas. Atau dirasa kata digunduli dan
ramuan digunakan terasa memiliki efeks yang lebih baik. Di antara beberapa kata itu
seseorang dapat memilih pilihan yang tersedia. Secara ideologis, pilihan kata yang dipakai
menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta atau realitas.
13 Praanggapan
Pranggapan
Kalimat
Pembahasan RTRW perlu pemikiran kritis dari berbagai elemen masyarakat
Ia melihat sangat bagus banyak masukan dengan pemikiran kritis dari berbagai elemen
masyarakat
Praanggapan dalam berita di atas yaitu “Pembahasan RTRW perlu pemikiran kritis dari
berbagai elemen masyarakat” praanggapan itu ada dalam kalimat berikut “Ia melihat sangat
bagus banyak masukan dengan pemikiran kritis dari berbagai elemen masyarakat”
Praanggapan untuk mendukung makna suatu teks. Praanggapan juga digunakan untuk
mendukung premis yang dipercaya kebenarannya seperti kalimat “Pembahasan RTRW perlu
pemikiran kritis dari berbagai elemen masyarakat” kalimat itu dirasa memiliki kebenaran
oleh wartawan yang bersangkutan sehingga kalimat-kalimat berikutnya digunakan untuk
menjelaskan praanggapan tersebut. Kalau wartawan itu mendukung atau setuju dengan
praanggapan itu ia akan berusaha untuk mengembangkan premis praanggapan itu.
14 Metafora
Kalimat
Metafora
Karena para pakar yang berkomentar itu adalah perpustakaan berjalan yang harus
dimanfaatkan dengan baik
Perpustaan berjalan
Metafora dalam kalimat diatas yaitu menggunakan kalimat “Karena para pakar yang
berkomentar itu adalah perpustakaan berjalan yang harus dimanfaatkan dengan baik.” kata
perpustakaan jalanan ini merupakan contoh dari metafora yang pada intinya digunakan untuk
strategi wartawan sebagai landasan berpikir, alasan, pembenar atas pendapat tertentu terhadap
publik. Selain itu metafora juga dimaksudkan sebagai ornament atau bumbu dari suatu berita.
15 Grafis
Kalimat
ANGGOTA DPR-RI asal Bali Dr. Ir. I Wayan Koster, M.M tampaknya tidak ingin diam
terkait ramainya pembahasan RTRWP Bali.
Grafis dalam berita d iatas terdapat pada paragraf pertama terutama ada pada lead seperti
contoh kalimat berikut “ANGGOTA DPR-RI asal Bali Dr. Ir. I Wayan Koster, M.M
tampaknya tidak ingin diam terkait ramainya pembahasan RTRWP Bali.” Grafis yang
digunakan di sini digunakan untuk menonjolkan sesuatu. Seperti penggunaan huruf kapital
disini digunakan karena huruf kapital dapat membut sebuah paragraph bisa lebih menarik.
Biasanya bentuk grafis juga ada yang berbentuk seperti pemakaian huruf tebal, huruf miring,
garis bawah, angka. Tetapi dalam berita ini yang digunakan adalah grafis dalam bentuk huruf
lebih besar.
Berita 3 : Langgar RTRWP Bali Pemberi Izin Juga Harus Diberi Sanksi
(30 mei 2009)
1. Tematik
Tema/Topik
Subtopik
Tema : RTRWP
Topik : Fokusnya adalah menekankan pentingnya penetapan sanksi hokum seberat-beratnya
terhadap pelanggar, baik investor maupun pemda selaku pemberi izin.
- - Sudah dibentuknya tim kecil dari BTB
- - Adanya berbagai masukan dari kalangan pariwisata
- - RTRWP Bali yang beredar sekarang ancaman hukumannya hanya pada
pelanggar saja, padahal pelanggaran itu berhulu pada pemberi izin
- - Dalam dengar pendapat tampak kalangan DPRD bali masih kurang serius
mendalami Ranperda RTRWP
-
Tema dari berita ketiga yaitu tentang RTRWP ( Rancangan Tata Ruang Wilayah
Pariwisata) yang mana tema ini ada di seluruh bagian berita dan termuat hampir di setiap
paragraf berita ini. Tema inilah yang melatarbelakangi terbentuknya topik berupa “Fokusnya
adalah menekankan pentingnya penetapan sanksi hokum seberat-beratnya terhadap
pelanggar, baik investor maupun pemda selaku pemberi izin.” topik ini menjelaskan tentang
betapa pentingnya penetapan sanksi hokum yang seberat-beratnya terhadap pelanggar, baik
invesator maupun pemda selaku pemberi izin . Adapun beberapa subtopik yang memperkuat
dari tema dan topik diatas, diantaranya adalah “Sudah dibentuknya tim kecil dari BTB.
Adanya berbagai masukan dari kalangan pariwisata. RTRWP Bali yang beredar sekarang
ancaman hukumannya hanya pada pelanggar saja, padahal pelanggaran itu berhulu pada
pemberi izin. Dalam dengar pendapat tampak kalangan DPRD bali masih kurang serius
mendalami Ranperda RTRWP”. Subtopik ini termuat pada setiap bagian dari paragraf , dan
tentunya subtopik ini merupakan bagian dari topik, dan topik juga merupakan bagian dari
tema.
2 Skematik
Summary
Story
Judul
Lead
Situasi
Komentar
Langgar RTRWP Bali Pemberi Izin Juga Harus Diberi Sanksi
Kalangan pariwisata yang dimotori Bali Tourism Board (BTB) ingin berkonstribusi memberi
masukan bagi penyempurnaan Ranperda RTRWP Bali. BTB diberi mandate untuk
menyempurnakan masukan yang disusun oleh mantan Manbudpar Gede Artika. Hal ini
sebagai tindak lanjut dari rekomendasi Rapat Kerja Daerah (Raperda) Asita Bali 2009 yang
berlangsung di Seminyak, Rabu (27/5) lalu.
Kalangan pariwisata yang dimotori Bali Tourism Board (BTB) ingin berkonstribusi memberi
masukan bagi penyempurnaan Ranperda RTRWP Bali.
Menurut Wakil Ketua Asita Bali Bagus Sudibya, sudah dibentuk tim kecil dari BTB yang
terdiri atas Ida bagus Ngurah Wijaya, I Gusti Bagus Yudhara, I Gusti Agung Prana , Al
Purwa dan bagus Sudibya dengan pendamping Gede Ardika sendiri, “diharapkan rampung
sebelum tanggal 10 juni 2009. Kami akan serahkan ke Pemprov dan DPRD Bali,” ujar
Sudibya.
Dalam dengar pendapat antar sejumlah komponen dengan Pansus DPRD Bali, kemarin
tampak kalangan DPRD Bali sendiri kurang serius mendalami Ranperda RTRWP Bali.
Bayangkan, kalangan Pansus RTRWP Bali belum membaca UU No. 10/2009 tentang
Pariwisata. Padahal UU Pariwisata termasuk salah satu konsideren dan Ranperda RTRWP
sudah lama menjadi sorotan publik.
Skematik terdiri dari summary dan story , Summary terdiri dari judul dan lead.Adapun judul
dari berita satu ini adalah “Langgar RTRWP Bali Pemberi Izin Juga Harus Diberi Sanksi”
judul ini mewakili dari keseluruhan isi berita yang mana memuat tentang pentingnya
penetapan sanksi hukum yang seberat-beratnya terhadap pelanggar. Selain itu untuk leadnya
merupakan ringkasan singakat dari keseluruhan isi berita. Adapun leadnya yaitu “Kalangan
pariwisata yang dimotori Bali Tourism Board (BTB) ingin berkonstribusi memberi masukan
bagi penyempurnaan Ranperda RTRWP Bali. BTB diberi mandate untuk menyempurnakan
masukan yang disusun oleh mantan Manbudpar Gede Artika. Hal ini sebagai tindak lanjut
dari rekomendasi Rapat Kerja Daerah (Raperda) Asita Bali 2009 yang berlangsung di
Seminyak, Rabu (27/5) lalu.”.Lead ini memuat topik yang diekspresikan dalam sejumlah
kalimat yang runtut. Lead yang ditulis dalam berita ini menggambarkan tentang Bali Tourism
Board (BTB) ingin berkontribusi memberikan masukan bagi penyempurnaan Ranperda
RTRWP Bali. Lead ini sangat penting ditulis guna memberikan gambaran yang umum
tentang isi berita. Sedangkan untuk story terdiri dari situasi dan komentar. Situasi yang
digambarkan dari berita di atas yaitu tentang ” Kalangan pariwisata yang dimotori Bali
Tourism Board (BTB) ingin berkonstribusi memberi masukan bagi penyempurnaan Ranperda
RTRWP Bali..”situasi ini merupakan proses atau jalannya sebuah berita yang ingin
ditunjukkan atau ditonjokan oleh wartawan, yaitu berkaitan BTB yang ingin memberikan
masukan terhadap Ranperda RTRWP. Untuk komentar biasanya di komentari oleh wartawan
dan juga oleh narasumber. Biasanya wartawan secara tidak langsung juga berkomentar
berkaitan dengan berita yang sedang dibuatnya, seperti pada petikan kalimat berikut ini”
Dalam dengar pendapat antar sejumlah komponen dengan Pansus DPRD Bali, kemarin
tampak kalangan DPRD Bali sendiri kurang serius mendalami Ranperda RTRWP Bali.
Bayangkan, kalangan Pansus RTRWP Bali belum membaca UU No. 10/2009 tentang
Pariwisata. Padahal UU Pariwisata termasuk salah satu konsideren dan Ranperda RTRWP
sudah lama menjadi sorotan publik.”. Dalam berita ini yang dirugikan adalah orang-orang
yang telah membuat RTRWP ini, karena rancangan yang dibuat mereka ternyata masih
banyak lagi yang perlu direvisi lagi.
3 Latar
Latar
Kelihatannya dalam draf Ranperda RTRWP Bali yang beredar sekarang ancaman
hukumannya lebih banyak mengarah hanya pada pelanggar. Padahal pelanggaran itu berhulu
pada pemberi izin, dalam hal ini pemerintah yang tidak melakukan kontrol atau kurang
melakukan kajian sebelum member izin.
Latar dari berita di atas yaitu berkaitan tentang “Kelihatannya dalam draf Ranperda RTRWP
Bali yang beredar sekarang ancaman hukumannya lebih banyak mengarah hanya pada
pelanggar. Padahal pelanggaran itu berhulu pada pemberi izin, dalam hal ini pemerintah yang
tidak melakukan kontrol atau kurang melakukan kajian sebelum member izin..“ latar
biasanya mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih
menentukan ke arah mana pandangan masyarakat hendak dibawa. Disana disebutkan bahwa
sebenarnya dalam draf ranperda RTRWP Bali yang beredar sekarang ancaman hukumannya
lebih banyak mengarah pada pelanggar. Padahal pelanggaran itu berhulu pada pemberian
izin, dalam hal ini pemerintah.
4 Detil
Detil
- Kalangan pariwisata yang dimotori BTB ingin berkonstribusi memberikan masukan
terhadap penyempurnaan Ranperda RTRWP Bali
- Dibentuknya tim kecil dari BTB
- Masukan dari kalangan pariwisata sudah disampaikan saat dengar pendapat dengan
pansus RTRWP Bali
- Ancaman hukuman lebih banyak mengarah hanya pada pelanggar, padahal pelanggar
itu berhulu pada pemberi izin
- Tampak kalangan DPRD Bali sendiri kurang serius mendalami Perda RTRWP Bali.
Detil merupakan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Detail dalam berita dua di
atas terdiri dari lima detail yaitu “Kalangan pariwisata yang dimotori BTB ingin
berkonstribusi memberikan masukan terhadap penyempurnaan Ranperda RTRWP Bali.
Dibentuknya tim kecil dari BTB .Masukan dari kalangan pariwisata sudah disampaikan saat
dengar pendapat dengan pansus RTRWP Bali. Ancaman hukuman lebih banyak mengarah
hanya pada pelanggar, padahal pelanggar itu berhulu pada pemberi izinTampak kalangan
DPRD Bali sendiri kurang serius mendalami Perda RTRWP Bali.”. Detil di atas merupakan
penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra tertentu pada khalayak.
Oleh karena itulah detil yang dibuat di atas sangat dikhususkan untuk membahas berkaitan
tentang alih fungsi lahan. Adapunyang diuntungkan dalam pemberitaan ini adalah Bali
Tourism Bord (BTB) yang ingin member masukan, sedangkan yang dirugikan adalah DPRD
Bali yang dikatakan dalam berita itu kurang serius mendalami Ranperda RTRWP Bali.
5 Maksud
Eksplisit
Fokusnya antara lain menekankan pentingnya penetapan sanksi hokum yang seberat-beratnya
terhadap pelanggar, baik investor maupun pemda selakupemberi izin.
Elemen maksud yang dibuat dalam berita di atas yaitu berkaitan tentang informasi yang dapat
menguntungkan komunikator, seperti kalimat berikut Fokusnya antara lain menekankan
pentingnya penetapan sanksi hukum yang seberat-beratnya terhadap pelanggar, baik investor
maupun pemda selaku pemberi izin. Jadi di dalam kalimat di atas wartawan ingin melihatkan
informasi yang menguntungkan komunikator seperti kata-kata “Menekankan pentingnya
penetapan sanksi hukum yang seberat-beratnya terhadap pelanggar, baik investor maupun
pemda selaku pemberi izin”. Dengan kalimat ini, komunikator ingin menyampaikan
maksudnya bahwa, memang diperlukan adanya penetapan sanksi hokum yang seberat-
beratnya terhadap pelanggar.
6 Koherensi
Kata Hubung
Kalimat
7 Koherensi Kondisional
Penanda Koherensi Kondisional
Kalimat
8 Koherensi Pembeda
Kalimat
9 Pengingkaran
Kalimat
10 Bentuk Kalimat
Kalimat
Bentuk Kalimat
- Sementara masukan yang komprehensif akan disampaikan pada pertemuan dengan
Pansus RTRWP DPRD Bali di Renon, Rabu (10/6) mendatang. Fokusnya antara lain
menekankan pentingnya penetapan sanksi hukum yang seberat-beratnya terhadap pelanggar,
baik investor maupun pemda selaku pemberi izin.
- Kelihatannya dalam draf ranperda RTRWP Bali yang berdar sekarang ancaman
hukuman lebih banyak mengarah hanya kepada pelanggar. Padahal pelanggaran itu berhulu
pada pemberi izin, dalam hal ini pemerintah yang tidak melakukan control atau kurang
melakukan kajian sebelum pemberi izin.
- Deduktif
- Deduktif
Bentuk kalimat dalam berita no tiga saya dapatkan 2 bentuk kalimat yang mana masing-
masing kalimat saling menerangi satu sama lain. Seperti dalam kalimat –kalimat berikut
“Sementara masukan yang komprehensif akan disampaikan pada pertemuan dengan Pansus
RTRWP DPRD Bali di Renon, Rabu (10/6) mendatang. Fokusnya antara lain menekankan
pentingnya penetapan sanksi hukum yang seberat-beratnya terhadap pelanggar, baik investor
maupun pemda selaku pemberi izin.” Dalam kalimat pertama yaitu sementara masukan yang
komprehensif akan disampaikan pada pertemuan dengan Pansus RTRWP DPRD Bali di
Renon, Rabu (10/6) mendatang diterangkan oleh kalimat ke duanya yaitu fokusnya antara
lain menekankan pentingnya penetapan sanksi hukum yang seberat-beratnya terhadap
pelanggar, baik investor maupun pemda selaku pemberi izin . Disini terdapat prinsip
kausalitas dimana kalimat pertama diterangkan oleh kalimat ke duanya. Begitu juga dengan
contoh berikut “Kelihatannya dalam draf ranperda RTRWP Bali yang berdar sekarang
ancaman hukuman lebih banyak mengarah hanya kepada pelanggar. Padahal pelanggaran itu
berhulu pada pemberi izin, dalam hal ini pemerintah yang tidak melakukan control atau
kurang melakukan kajian sebelum pemberi izin.”. Juga sama penjelasannya seperti contoh
pertama. Selain itu bentuk kalimat di atas mengambil bentuk deduktif. Yaitu pokok
kalimatnya ada di depan kalimat.
11 Kata Ganti
Kata Ganti
Kalimat
Kami
Kami akan serahkan ke Pemprov dan DPRD Bali
Kata ganti yang digunakan dalam berita no dua ini adalah “kami” seperti dalam kalimat
berikut “Kami akan serahkan ke Pemprov dan DPRD Bali”. Pemakaian kata ganti kami
memiliki implikasi untuk menumbuhkan solidaritas, aliansi, perhatian, yang pada dasarnya
digunakan untuk merangkul dukungan . pemakaian kata ganti “kami” menciptakan komunitas
antara wartawan dan pembaca, apa yang menjadi sikap wartawan seolah-olah menjadi sikap
khalayak , padahal kemungkinan tidak semua khalayak memiliki pemikiran yang sama.
11. Leksikon
Leksikon
Kalimat
- Mandat
- Kontribusi
- BTB diberi mandat untuk menyempurnakan masukan yang disusun oleh mantan
Menpudbar Gede Ardika.
- Kalangan pariwisata yang dimotori Bali Tourism Board (BTB) ingin berkontribusi
member masukan bagi penyempurnaan Ranperda RTRWP Bali.
Leksikon yang ada dalam kalimat di atas yaitu “ mandat. ” seperti dalam kalimat berikut
“BTB diberi mandat untuk menyempurnakan masukan yang disusun oleh mantan Menpudbar
Gede Ardika.” dan juga leksikon kontribusi, pada kalimat “Kalangan pariwisata yang
dimotori Bali Tourism Board (BTB) ingin berkontribusi member masukan bagi
penyempurnaan Ranperda RTRWP Bali.Penggunaan kata mandate dan kontribusi digunakan
untuk membuat kalimat itu menjadi lebih efektif sedangkan untuk kata-kata lainnya tidak
sesuai digunakan dalam konteks kalimat di atas. Atau dirasa kata mandat dan konstribusi
digunakan terasa memiliki efeks yang lebih baik. Di antara beberapa kata itu seseorang dapat
memilih pilihan yang tersedia. Secara ideologis, pilihan kata yang dipakai menunjukkan
bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta atau realitas.
12 Praanggapan
Pranggapan
Kalimat
Menekankan pentingnya penetapan sanksi hukum
Fokusnya antara lain menekankan pentingnya penetapan saksi hukum yang seberat-beratnya
terhadap pelanggar, baik investor maupun pemda selaku pemberi izin
Praanggapan dalam berita di atas yaitu “Menekankan pentingnya penetapan sanksi hukum”
praanggapan itu ada dalam kalimat berikut “Fokusnya antara lain menekankan pentingnya
penetapan saksi hukum yang seberat-beratnya terhadap pelanggar, baik investor maupun
pemda selaku pemberi izin” Praanggapan untuk mendukung makna suatu teks. Praanggapan
juga digunakan untuk mendukung premis yang dipercaya kebenarannya seperti kalimat
“Menekankan pentingnya penetapan sanksi hukum” kalimat itu dirasa memiliki kebenaran
oleh wartawan yang bersangkutan sehingga kalimat-kalimat berikutnya digunakan untuk
menjelaskan praanggapan tersebut. Kalau wartawan itu mendukung atau setuju dengan
praanggapan itu ia akan berusaha untuk mengembangkan premis praanggapan itu.
13 Metafora
Kalimat
Metafora
.
14 Grafis
Kalimat
KALANGAN pariwisata byang dimotori Bali Tourism Board (BTB) ingin berkontribusi
member masukan bagi penyempurnaan ranperda RTRWP Bali.
Grafis dalam berita di atas terdapat pada paragraf pertama terutama ada pada lead seperti
contoh kalimat berikut “KALANGAN pariwisata byang dimotori Bali Tourism Board (BTB)
ingin berkontribusi member masukan bagi penyempurnaan ranperda RTRWP Bali..” Grafis
yang digunakan di sini digunakan untuk menonjolkan sesuatu. Seperti penggunaan huruf
kapital disini digunakan karena huruf kapital dapat membut sebuah paragraf bisa lebih
menarik. Biasanya bentuk grafis juga ada yang berbentuk seperti pemakaian huruf tebal,
huruf miring, garis bawah, angka. Tetapi dalam berita ini yang digunakan adalah grafis dalam
bentuk huruf lebih besar.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulakan bahwa dari ke 15 elemen yang di
analisis, pada berita pertama yang berjudul “BPRTRWP Mesti Mengatur Lahan Pertanian
Abadi Menjaga ‘palemahan’ Bali Kini Semakin Lemah” terdapat beberapa elemen yang tidak
ada seperti elemen koherensi pembeda dan juga elemen pengingkaran. Sedangkan untuk
berita ke dua yang berjudul “Wayan Koster Soal RTRWP Bali Pemberi Masukan Jangan
Dimusuhi” terdapat satu elemen yang tidak ada yaitu elemen pengingkaran. Sedangkan
untuk berita ke tiga juga ada beberapa elemen yang tidak ada seperti elemen koherensi,
elemen koherensi kondisional, elemen koherensi pembeda, dan juga elemen pengingkaran.
Jadi pada intinya dari ketiga koran Bali Post yang saya analisis elemen hanya pengingkaran
yang paling sulit untuk bisa ditemukan, sedangkan untuk elemen-elemen lainnya lebih mudah
untuk ditemukan. Adapun yang sering dirugikan dalam pemberitaan ini adalah orang-orang
yang membuat Perda RTRWP sedangkan yang diuntungkan di sini yaitu Bali Tourism Bord
(BTB).
4.2 Saran
Dengan penulisan makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang konsep dari
analisis struktur teks van Dijk. Selain itu diharapkan pula dalam membuat sebuah makalah
jangan hanya mengandalkan satu referensi buku saja karena masih banyak buku-buku lainnya
yang menjelaskan tentang konsep analisis struktur teks van Dijk.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, H. Rosihan. 2004. Bahasa Jurnalistik Indonesiadan Komposisi. Yogyakarta: MEDIA
ABADI.
Eryanto. 2006. Analisis Wacana. Yogyakarta: Ikis Pelangi Aksara Jogjakarta.
Koran Bali Post, terbitan 2011 mengenai Perguruan tinggi.
Mulyana.2005. Kajian Wacana. Yogyakarta: TIARA WACANA.
Samsuri. 1997/1988. Analisis Wacana. IKIP MALANG: Penyelenggara Pendidikan
Pascasarjana Proyek Peningkatan/Perguruan Tinggi.