Post on 03-Nov-2020
ANALISIS PENGARUH SUMBER DAYA PETANI
TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KARET
DI KECAMATAN KAWAY XVI
KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH
T. MURSIDI
NIM : 08C20101035
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2014
ANALISIS PENGARUH SUMBER DAYA PETANI
TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KARET
DI KECAMATAN KAWAY XVI
KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH
T. MURSIDI
NIM : 08C20101035
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Fakultas Ekonomi Universitas Universitas Teuku Umar Meulaboh
PROGRAM DAN STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2014
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertanian dan perdesaan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
terpisahkan, Pertanian merupakan komponen utama yang menopang kehidupan
perdesaan di Indonesia. Pertanian tidak hanya sebatas pertanian dalam artian
sempit, namun dalam artian luas yaitu penghasil produk primer yang terbarukan,
termasuk di dalamnya pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan,
peternakan, perikanan dan kehutanan.
Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting dalam
perekonomian. Peranan pertanian antara lain adalah menyediakan kebutuhan
bahan pangan yang diperlukan masyarakat untuk menjamin ketahanan pangan,
menyediakan bahan baku industri, sebagai pasar potensial bagi produk-produk
yang dihasilkan oleh industri, sumber tenaga kerja dan pembentukan modal yang
diperlukan bagi pembangunan sektor lain, sektor pertanian mempunyai peran
yang sangat penting yaitu untuk peningkatan ketahanan pangan, mengurangi
pengangguran dan menyumbang pembangunan perdesaan dan pelestarian
lingkungan hidup.
Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat dominan dalam
pendapatan masyarakat di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia
bekerja sebagai petani. Namun produktivitas pertanian masih jauh dari harapan.
Salah satu faktor penyebab kurangnya produktivitas pertanian adalah sumber daya
manusia yang masih rendah dalam mengolah lahan pertanian dan hasilnya.
Pembangunan pertanian kedepannya diharapkan dapat memberikan kontribusi
2
yang lebih besar dalam rangka mengurangi kesenjangan sosial ekonomi dan
memperluas lapangan pekerjaan serta mampu memanfaatkan peluang ekonomi.
Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian di Kabupaten Aceh
Barat menempati urutan pertama dari segi Pendapatan Domestik Bruto Regional
(PDRB non migas). Sektor pertanian juga menyerap hampir setengah dari tenaga
kerja. Hal ini menunjukkan pentingnya sektor pertanian dalam pembangunan
ekonomi di Aceh Barat. Namun sektor ini belum memberikan dampak yang
signifikan terhadap kesejahteraan petani. Hal ini diindikasikan oleh rendahnya
produktivitas komoditi, jumlah dan kualitas SDM di bidang pertanian masih
terbatas, kurang sarana dan prasarana pendukung lainnya serta masih lemahnya
jaringan pasar tingkat pertambahan nilai dari komoditas pertanian sebagai
produksi utama Aceh Barat masih rendah karena belum tersedia sarana dan
prasarana pendukung dan SDM yang memadai. Sebagian besar ekspor yang
dilakukan berupa bahan mentah sehingga pengolahan komoditas pertanian
menjadi penting untuk memberi nilai tambah, membuka peluang tenaga kerja dan
memperluas serapan pasar terhadap komoditas. Karena itu, perubahan paradigma
pembangunan sektor pertanian mutlak diperlukan dengan prioritas peningkatan
nilai manfaat dari produk-produk pertanian Aceh (RPJP Aceh Barat Tahun 2005-
2025).
Kabupaten Aceh Barat memiliki beberapa komuditi perkebunan rakyat
seperti tanaman karet, kelapa sawit, kakao, pinang, karet, lada, k.dalam, k.hybrida,
kapok/randu, pala, dan sagu. Hal ini dapat dilihat dari luas tanaman karet lebih
besar dari luas tanaman komuditi tanaman perkebunan lainnya, yakni sebesar
3
24.096,77 Ha pada tahun 2012. Luas tanaman perkebunan rakyat menurut jenis
tanaman tahun 2012 (Ha) dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 1
Luas Areal, Produksi Dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Rakyat
Menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2012
No Komoditi Luas areal
(Ha)
Produksi
(ton)
Produktivitas
(Kg/Ha)
1 Karet 24.096,77 17.270,43 1,165
2 Kelapa Sawit 6.481,00 60.972,35 14,464
3 Kakao 722,01 235,16 471
4 Pinang 561,50 237,15 500
5 Karet 548,00 81,33 200
6 Lada 6,85 0,08 20
7 K. Dalam 2.739,10 1.172,70 500
8 K. Hybrida 93,00 29,00 500
9 Kapok/Randu 79,15 12,45 200
10 Pala 63,60 12,72 272
11 Sagu 156,00 24,25 250
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Aceh Barat 2012
Berdasarkan tabel di atas telihat bahwa luas tanaman karet di Kabupaten
Aceh Barat seluas 24.096,77 Ha dengan tingkat produksi sebesar 17,270.43 ton,
pada komoditi karet ini menduduki peringkat pertama, sedangkan yang
menduduki peringkat ke 2 (dua) yaitu pada komuditi kelapa sawit yang luas
lahannya sebesar 6.481,00 Ha dengan tingkat prouksi sebesar 60.972,35 ton,
sedangkan yang paling kecil adalah komuditi lada yaitu hanya memiliki luas lahan
hanya sebesar 6,85 Ha dengan tingkat prouksi sebesar 0,08 ton.
Luas Area tanaman karet di Kabupaten Aceh barat sudah mencapai 30.000
hektar dengan produksi 40,6 kilo gram per hektar dalam waktu panen satu minggu
dan mampu di pasok dari daeah lain sebanyak 3 ton perminggu, aceh barat sangat
cocok untuk perkebunan, salah satunya dari sektor perkebunan karet, bila di
kembangkan dengan baik pasti dapat mensejahterakan petani itu sendiri.
pemerintah daerah juga terus berupaya untuk membina petani agar mampu
4
meningkatkan produktivitas dan kualitas dari tanaman karet tersebut. Pada tahun
2013 Jumlah petani di Aceh Barat bertambah lebih banyak di bandingkan pada
tahun 2012, hal ini di karenakan hasil dari tanaman karet ini cukup menjanjikan
dan harganya pun juga relatif tinggi, sehingga para petani lain juga ikut
terrangsang ingin menanam karet (http://cintaperkebunan.blogspot.in diakses 24
Desember 2013).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS, 2013) Aceh Barat
Kecamatan Kaway XVI terdiri 3 (tiga) mukim, yaitu Mukim Peureumeu, Mukim
Pasie Jeumpa, Mukim Tanjong Meulaboh. Secara administratiif Kecamatan
Kaway XVI terdapat 44 gampong (desa), jumlah penduduk pada tahun 2012
mencapai 20.007 jiwa dengan pertumbuhan jumlah penduduk 2,80 persen,
kecamatan kaway XVI memiliki luas area pertanian kususnya tanaman
perkebunan karet adalah sekitar 2.788,21 hektar dan dengan prodoktivitas
tanaman karet sebesar 1.675 ton pertahun.
Pemanfaatan lahan pertanian di Kecamatan Kaway XVI didominasi oleh
tanaman perkebunan dan tanaman pangan. Peran sumber daya petani di
Kecamatan Kaway XVI ini sangat dibutuhkan untuk usaha budidaya tanaman
perkebunan dan tanaman pangan sudah mampu meningkatkan usaha tani pada
masyarakat petani untuk memanfaatkan sumber daya lahan sesuai fungsinya.
Sektor pertanian merupakan sumber perekonomian di Kecamatan Kaway XVI,
sektor pertanian memberikan kontribusi yang cukup tinggi bagi masyarakat petani
di Kecamatan Kawai XVI, selain itu para petani mampu menyekolahkan anak
mereka hingga jenjang perguruan tinggi dan dari sektor pertanian mampu
menyerap tenaga kerja khususnya di Kecamatan Kaway XVI, oleh karena itu
5
Sumber Daya Manusia sangat penting dalam pertanian, hal ini sangat menentukan
peningkatan produksi hasil pertanian. Melihat dari potensi yang ada para petani
kecamatan Kaway XVI untuk lebih meningkatkan produktivitas tanaman karet
jika ini berhasil maka petani akan merasakan manfaatnya. Untuk mewujudkan
tujuan tersebut, peningkatan sumber daya manusia merupakan salah satu upaya
dalam memaksimalkan hasil produksi yang diperoleh oleh petani karet.
Produktivitas tanaman karet yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh
pengetahuan dan pengalaman dalam bertani, Semakin tinggi pendidikan petani
maka diharapkan semakin tinggi pula kemampuannya dalam mengadopsi
teknologi pertanian dan hasil akhirnya tercermin dari produktivitas yang tinggi.
Begitu juga halnya dengan tingkat pengalaman petani, bila semakin lama
pengalaman petani maka diharapkan petani tersebut akan lebih mampu mengatasi
berbagai permasalahan di dalam bertani. Namun yang menjadi permasalahannya
adalah apakah pendidikan atau pengalaman yang menentukan meningkatnya
produktivitas tanaman karet dan bagaimana kontribusinya terhadap pengembangan
wilayah di Kabupaten Aceh Barat.
Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, maka penulis mengambil
penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Sumber Daya Petani Terhadap
Peningkatan Produksi Karet di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh
Barat”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan
permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh sumber daya
petani terhadap peningkatan produksi karet di Kecamatan Kaway XVI ?
6
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
menganalisis bagaimana pengaruh sumber daya petani terhadap peningkatan
produksi karet di Kecamatan Kaway XVI.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil Penelitian ini terbagi maenjadi
dua bagian yaitu :
1.4.1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Penulis/Peneliti
Manfaat penelitian ini bagi penulis adalah penambahan wawasan bagi
penulis dan pengetahuna tentang analisis pengaruh sumber daya petani terhadap
peningkatan produksi karet di kecamatan kaway XVI.
b. Bagi Lingkungan akademik
c. Sebagai Karya Tulis yang bisa dijadikan bahan studi untuk dapat
dikembangkan bagi pihak yang membutuhkan.
d. Sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi masyarakat di Kecamatan
Kaway XVI untuk dapat meningkatkan lagi sumber daya manusia.
1.5. Sistematika Penulisan
Bagian Pertama Pendahuluan terdiri dari latar belakang penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
Bagian Kedua Tinjauan Pustaka terdiri dari Pengertian manajemen
Sumber Daya Manusia, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Pengertian
Pertanian, Pembangunan Pertanian, Aktivitas dalam Pembangunan Pertanian,
7
Pertanian dan kemiskinan dan peranan sumber daya manusia dalam pertanian.
Bagian Ketiga Metode Penelitian terdiri dari Populasi dan Sampel, Data
Penelitian, Jenis dan sumber Data, Teknik pengumpulan Data, Model Analisa
Data, Defini Operasional variabel, dan pengujian hipotesis.
Bagian keempat hasil dan pembahasan yang terdiri dari Statistik
Deskriptif, hasil pengujian hipotesis, dan pembahasan dan hasil.
Bagian kelima simpulan dan saran yang menjelaskan tentang kesimpulan
dan saran-saran.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Sumber Daya Manusia
Menurut Hasibuan (2003 h 244) Sumber daya manusia merupakan salah
satu faktor produksi yang memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan
organisasi, sehingga harus dilakukan usaha-usaha yang terencana untuk
pengembangannya. Pengembangan sumber daya manusia ini termasuk bagaimana
mempertahankan dan meningkatkan motivasi dalam melaksanakan semua
aktivitas sesuai dengan yang direncanakan. Manajemen sumber daya manusia atau
biasa disebut manajemen personalia (sebagian lainnya menyebut manajemen
kepegawaian) mempunyai beberapa pengertian yang meskipun tidak berbeda
dalam arti seseungguhnya, tetapi berbeda beda dalam pandangan banyak ahli..
Menurut Subari (2002. h. 3) manajemen sumber daya manusia merupakan
Suatu gerakan pengakuan terhadap pentingnya unsur manusia sebagai sumber
daya yang cukup potensial yang perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga
mampu memberikan kontribusi yang maksimal bagi organisasi dan bagi
pengembangan dirinya.
Manusia sebagai aset yang akan mengelola sumber daya yang ada didalam
organisasi memerlukan manusia yang baik kualitasnya. Sumber daya manusia jika
ditinjau dari segi kualitasnya memiliki dua kemampuan, yaitu :
1. Hard Skill : Kemampuan akademik yang dimiliki seseorang.
2. Soft Skill : Kemampuan menyesuaikan dengan lingkungan terutama dalam
dunia kerja/organisasi.
9
Kedua kemampuan diatas diperlukan bagi sumber daya manusia dalam
menggerakkan dan mengembangkan organisasi. Agar kualitas sumber daya
manusia yang dihasilkan memenuhi standar maka setiap tahapan proses harus
direncanakan dan dikendalikan sesuai dengan standar dan spesifikasi yang telah
ditetapkan sesuai kebutuhan organisasi.
Menurut Sumarsono (2003, h.4) SDM atau human resources mengandung
dua pengertian. Pertama, SDM mengandung pengertian usaha kerja/jasa yang
dapat diberikan dalam proses produksi, dalam hal ini SDM mencerminkan
kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk
menghasilkan barang dan jasa.
Selanjutnya menurut Nawawi (2008, h.37) pengertian SDM perlu
dibedakan antara pengertiannya secara makro dan mikro. Pengertian SDM secara
makro adalah semua manusia sebagai penduduk atau warga negara suatu negara
atau dalam batas wilayah tertentu yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik
yang sudah maupun yang belum memperoleh pekerjaan (lapangan kerja).
Disamping itu, SDM secara makro berarti juga penduduk yang berada dalam usia
produktif, meskipun karena berbagai sebab dan/atau masalah masih terdapat yang
belum produktif karena belum memasuki lapangan kerja yang terdapat di
masyarakatnya.
Kemudian menurut Sutrisno (2009, h.1) SDM adalah satu-satunya sumber
daya yang memiliki akal, perasaan, keinginan, keterampilan, pengetahuan,
dorongan, daya dan karya (rasio, rasa, dan karsa). Semua potensi SDM tersebut
berpengaruh terhadap upaya organisasi dalam mencapai tujuan.
10
2.1.1. Strategi Sumber Daya Manusia (SDM)
Menurut Sutrisno (2009, h.12) strategi sumber daya manusia berkaitan
dengan misi, visi, strategi perusahaan, SBU (Strategy Business Unit) dan juga
strategi fungsional. Penentuan strategi sumber daya manusia perlu memerhatikan
dan mempertimbangkan misi, visi, serta strategi korporat, serta perlu dirumuskan
secara logis, jelas dan aplikatif. Strategi sumber daya manusia mendukung
pengimplementasian strategi korporat dan perlu diterjemahkan dalam aktivitas-
aktivitas SDM, kebijakan-kebijakan, program-program yang sejalan dengan
strategi perusahaan akan memengaruhi pencapaian sasaran perusahaan.
Strategi SDM berkaitan antara lain, dengan pembentukan suatu budaya
perusahaan yang tepat, perencanaan SDM, mengaudit SDM baik dari segi
kualitatif maupun kuantitatif, serta mencakup pula aktifitas SDM seperti
pengadaan SDM (dari rekrutmen sampai seleksi), orientasi, pemeliharaan,
pelatihan dan pengembangan SDM, penilaian SDM. Oleh karena itu, didalam
menentukan strategi SDM, faktor-faktor eksternal perlu dipertimbangkan
mangacu pada future trends and needs, demand and supply, peraturan pemerintah,
kebutuhan manusia pada umumnya dan karyawan pada khususnya, potensi
pesaing, perubahan-perubahan sosial, demografis, budaya maupun nilai-nilai,
teknologi. Kecenderungan perubahan lingkungan akan mempengaruhi perubahan
strategi perusahaan yang juga berarti bahwa strategi SDM pun perlu
dipertimbangkan ulang, dan kemungkinan besar perlu disesuaikan. Perubahan
sstrategi SDM bukanlah sesuatu yang tabu, namun perlu dilakukan dengan
pertimbangan yang matang.
11
2.1.2. Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM)
Menurut Kasmir (2007, h.145) perencanaan sumber daya manusia
kegiatan merencanakan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sesuai dengan
analisis jabatan yang sudah dibuat. Perencanaan tenaga kerja meliputi jumlah
tenaga kerja yang dibutuhkan serta persyaratan yang diinginkan.
Selanjutnya menurut Siagian (2009, h.41) salah satu definisi klasik tentang
perencanaan mengatakan bahwa perencanaan pada dasarnya merupakan
pengambilan keputusan sekarang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa
depan. Berarti bahwa apabila berbicara tentang perencanaan sumber daya
manusia, yang menjadi focus perhatian ialah langkah-langkah tertentu yang
diambil oleh manajemen guna lebih menjamin bahwa bagi organisasi tersedia
tenaga kerja yang tepat untuk menduduki berbagai kedudukan, jabatan dan
pekerjaan yang tepat pada waktu yang tepat, kesemuanya dalam rangka
pencapaian tujuan dan berbagai sasaran yang telah dan akan ditetapkan.
Kemudian menurut Sutrisno (2009, h.33) perencanaan Sumber Daya
Manusia (SDM) merupakan fungsi utama yang harus dilaksanakan dalam
organisasi, guna menjamin tersedianya tenaga kerja yang tepat untuk menduduki
berbagai posisi, jabatan, dan pekerjaan yang tepat pada waktu yang tepat.
Kesemuanya itu dalam rangka mencapai tujuan dan berbagai sasaran yang telah
dan akan ditetapkan.
2.1.3. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Menurut Sutrisno (2009, h.65-66) berbicara masalah pengembangan
sumber daya manusia, sebenarnya dapat dilihat dari dua aspek, yaitu kuantitas dan
kualitas. Pengertian kuantitas menyangkut jumlah sumber daya manusia tanpa
12
disertai dengan kualitas sumber daya manusia yang baik akan menjadi beban
suatu perusahaan.
Organisasi harus memerhatikan skill, knowledge, dan ability (SKA) atau
kompetensi yang harus dipenuhi. Pengembangan sering kali dilakukan secara
tumpang tindih dengan arti pelatihan atau pendidikan. Pengembangan SDM
adalah proses persiapan individu-individu untuk memikul tanggung jawab yang
berbeda atau lebih tinggi didalam organisasi, biasanya berkaitan dengan
peningkatan kemampuan intelektual untuk melaksanakan pekerjaan yang lebih
baik. Pengembangan mengarah pada kesempatan-kesempatan belajar yang
didesain guna membantu pengembangan para pekerja.
Kemudian dalam konteks SDM pengembangan dipandang sebagai
peningkatan kualitas SDM melalui program-program pelatihan dan pendidikan.
Apa yang dapat dijelaskan dari pengembangan sumber daya manusia adalah
tentang developmental practice dan membutuhkan kolaborasi dengan program-
program Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) untuk mencapai hasil yang
diinginkan.
Sedangkan pendidikan adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan
penguasaan teori dan keterampilan memutuskan terhadap persoalan-persoalan
yang menyangkut kegiatan mencapai tujuan. Upaya ini dilakukan untuk
memperbaiki kontribusi produktif para karyawan dan mengembangkan SDM
menghadapi segala kemungkinan yang terjadi akibat perusahaan lingkungan.
2.1.4. Sumber Daya Manusia (SDM) dengan Pendekatan Ekonomi
Menurut Siagian (2009, h.4-8) pendekatan ekonomi merupakan
pendekatan yang paling erat hubungannya dengan pemahaman meningkatnya
13
perhatian semakin banyak orang pada manajemen sumber daya manusia.
Dikatakan demikian karena summber daya manusia sering dipandang sebagai
salah satu faktor produksi dalam usaha menghasilkan barang atau jasa oleh
satuan-satuan ekonomi. Alasan lain ialah bahwa salah satu kriteria utama yang
digunakan mengukur tingkat kesejahteraan ialah takaran ekonomi. Oleh karena itu
sering digunakan untuk analisis tingkat mikro. Didalam kaitan ini dapat
dinyatakan secara kategorial bahwa melihat manusia hanya sebagai salah satu alat
produksi merupakan persepsi yang tidak tepat untuk tidak mengatakan salah sama
sekali.
Dilihat dari segi teori maupun praktek dalam mengelola memang tidak
tidak dapat disangkal bahwa berbagai kegiatan suatu organisasi ekonomi, terdapat
berbagai faktor produksi seperti modal, peralatan baik masinal maupun
nonmasinal metode kerja, bahan mentah dan bahan baku serta manusia. Persepsi
yang keliru tentang peranan sumber daya manusia dapat pula timbul karena makin
menonjolnya penggunaan berbagai jenis mesin sebagai salah satu alat produksi.
Perkembangan teknologi antara lain berakibat pada penemuan berbagai jenis
mesin yang canggih. Penggunaan mesin-mesin yang canggih itu memang
memungkinkan peningkatan produksi karena kemampuannya yang besar,
kecepatannya yang tinggi dan cara bekerjanya yang akurat. Tambahan pula asal
penggunaannya cermat dan pemeliharaannya dilakukan dengan teliti, mesin dapat
digunakan untuk kurun waktu yang panjang.
Bahan baku atau bahan mentah yang diperlukan untuk menghasilkan
barang atau jasa tertentu. Suatu perusahaan pada umumnya tidak menghasilkan
sendiri bahan mentah atau bahan baku tersebut, kecuali oleh perusahaan besar
14
yang bersifat oligopoli. Bahan-bahan tersebut biasanya dibelinya dari sumber-
sumber lain. Selanjutnya untuk itu sudah barang tentu diperlukan dana.
Disamping untuk pembelian, diperlukan pula biaya untuk pengangkutan,
penyimpanan, dan pemprosesan. Oleh karena itu, dapat dipahami bila pimpinan
perusahaan mengambil berbagai langkah guna menjamin bahwa:
a. Bahan mentah atau bahan baku dibeli dengan harga yang serendah mungkin.
b. Pengangkutan yang paling murah tetapi paling aman.
c. Waktu penyimpanan yang sesingkat mungkin dengan menempuh cara yang
paling aman.
d. Pemprosesan yang berlangsung sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
pemborosan.
Kesemuanya itu dapat dipahami dan dibenarkan asalkan tidak mengabaikan
unsure manusia yang menangani dan mengelolanya.
Menurut Priyono (2008. h. 25) Pengembangan sumber daya manusia
dipandang dari aspek sosial ekonomi mengacu pada upaya penciptaan cita-cita
manusia karya yang memiliki produktivitas kerja tinggi. Produktivitas kerja
terkait erat dengan sumber daya manusia dalam proses produksi, sebab pada
dasarnya modal (capital) dan teknologi adalah hasil karya manusia. Peningkatan
produktivitas kerja berperan penting dalam meningkatkan standar hidup pekerja
disemua sektor ekonomi.
Produktivitas kerja berdampak pula pada peningkatan pertumbuhan
ekonomi dan perluasan lapangan atau kesempatan kerja serta memperkuat dan
memantapkan keadaan ekonomi nasiona. Peningkatan produktivitas kerja dapat
dilakukan dengan berbagai pendekatan. Peningkatan produktivitas kerja dalam
15
rangka pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan jalan
pendidikan formal, on the job training baik secara formal maupun informal,
secara self development. Pekerja secara individu meningkatkan kemampuan
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman, melalui kursus, membaca ataupun
belajar dari kontak informal dengan pihak lain, serta peningkatan
pelayanan/program gizi dan kesehatan oleh pemerintah kepada masyarakat
bersangkutan. Dengan demikian pendidikan dan pelatihan diarahkan selaras
dengan potensi ekonomi setempat.
Pembinaan sumber daya manusia dilakukan secara terpadu baik materi
yang diberikan maupun melibatkan diri pada berbagai organisasi terkait.
Pembinaan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia pada dasarnya
mengacu pada masalah keterbelakangan, sehingga upaya pembinaan akan
mengkaitkan kelembagaan yang berhubungan dengan penanganan masalah
tersebut dari aspek sosial, ekonomi, dan politik. Pembinaan terpadu pada dasarnya
memiliki tujuan agar peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat tercapai,
sehingga harapan menciptakan manusia Indonesia seutuhnya dapat terwujud.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pasal 1). Tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan
tingkat perkembangan dan tujuan yang akan dicapai serta kemampuan yang
16
dikembangkan adalah pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar, pendidikan
menengah pertama, menengah lanjutan dan perguruan tinggi.
Petani dihadapkan pada pilihan bagaiman membuat keputusan dalam
mengalokasikan waktunya. Total waktu yang dimiliki petani akan dialokasikan
untuk pilihan tidak bekerja atau bekerja pada usaha tani dan luar usaha tani.
Apabila petani lebih banyak mengalokasikan waktunya untuk kegiatan luar usaha
tani, maka akan mengurangi alokasi waktu yang dicurahkan untuk kegiatan usaha
tani. Hal ini memberikan dampak berkurangnya penghasilan yang diperoleh dari
usaha tani. Kegiatan usaha tani tidak kompetitif dengan kegiatan luar usaha tani.
Imbalan yang diperoleh dari luar usaha tani lebih besar dibanding imbalan dari
usahatani. Petani yang berpendidikan rendah, tidak akan mendapatkan hasil yang
lebih baik. Cara-cara berusaha tani yang dilakukan tidak ada peningkatan ke arah
yang lebih baik, sehingga petani akan keluar dari kegiatan usahataninya dan
beralih ke sektor luar pertanian. Pada kenyataannya dengan kemampuan yang
terbatas, petani akan bekerja pada pekerjaan informal yang tidak memerlukan
kemampuan berpikir yang tinggi.
Secara spesifik hasil pengembangan sumber daya manusia ini berupa
peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap akan terlihat dari meningkatnya
pengetahuan dan keterampilan masyarakat petani seperti :
a. penguasaan petani dalam hal sistem pengolahan lahan (land skill), yaitu
mengetahui cara mengolah atau memanfaatkan lahan dan hasilnya dengan
tidak merusak lingkungan, mampu berbuat dan terampil dalam memanfaatkan
lahan atau menanam jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi lahan, serta
17
dapat melakukan proses pengolahan hasil dengan baik dan berusaha menjaga
kesuburan lahan.
b. keterampilan melakukan pembibitan atau pengembangbiakan, penanaman,
pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran hasil, untuk kepentingan dirinya
sendiri atau bagi orang lain.
c. mampu menularkan pengetahuan dan keterampilannya kepada sesama petani,
terutama dalam bidang keterampilan mengolah, memelihara dan memasarkan
hasil usahanya.
Masyarakat menjadi rajin dan yakin akan kemampuan dan keterampilan
yang dimiliki dapat dijadikan sebagai modal usaha, mengetahui cara
memanfaatkan kesempatan untuk dapat menambah atau meningkatkan
penghasilan, dapat melakukan pekerjaan yang memiliki nilai ekonomis. Petani
yang umumnya memiliki lahan sempit dan dikelola secara tradisional,
menunjukkan kecenderungan akan mendapatkan penghasilan yang kecil, sehingga
petani berusaha mencari tambahan penghasilan ke luar usaha keluarga. Petani dan
anggota keluarganya yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi, atau memiliki
keterampilan dan dalam kondisi sehat akan mencari peluang ekonomi yang lebih
menguntungkan, sehingga mereka akan mencari kegiatan yang dapat memberikan
imbalan yang lebih besar. Demikian pula mereka yang berpendidikan rendah,
dengan keterbatasan lahan, tidak memiliki keterampilan apapun cenderung akan
bekerja diluar usaha keluarga, baik pada usahatani maupun luar usahatani.
Pekerjaan yang diperoleh adalah pekerjaan informal, yang imbalannya kecil.
Disini terlihat bahwa perbedaan kualitas sumber daya manusia di tingkat petani
menunjukkan adanya perbedaan insentif yang di peroleh.
18
Hubungan pengembangan sumber daya manusia dengan produksi usaha
tani dan pendapatan rumah tangga petani dapat di duga dengan menggunakan
bentuk umum fungsi produksi. Produksi usahatani ditentukan oleh tingkat
penggunaan input yang terdiri dari benih/bibit, pupuk, obat-obatan,jumlah tenaga
kerja dan kualitasnya, baik untuk tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar
keluarga. Secara teori pengembangan sumber daya manusia yang dilakukan
rumah tangga petani akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja dan
pendapatan petani. Investasi sumber daya manusia yang dilakukan akan
mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, dari tidak mampu atau tidak
terampil menjadi mampu dan terampil, sehingga berdampak pada pada hasil
kerjanya. Petani akan lebih optimal dalam melakukan kegiatan produksi. Jadi
melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia, produktivitas kerja petani dan
pendapatanya diduga akan meningkat. Rumah tangga petani akan mengalokasikan
waktu untuk bekerja pada kegiatan yang menguntungkan dan memberikan
manfaat bagi keluarganya.
2.2. Pendidikan
2.2.1. Pengertian Pendidikan
Menurut Sumarsono (2003, h.10) jenis dan tingkat pendidikan pada
umumnya dianggap dapat mewakili kualitas tenaga kerja. Pendidikan adalah suatu
proses yang bertujuan untuk menambah keterampilan, pengetahuan, dan
meningkatkan kemandirian maupun pembentukan kepribadian seseorang individu.
Hal-hal yang melekat pada diri orang tersebut merupakan modal dasar yang
dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan. Makin tinggi nilai aset makin tinggi
pula kemampuan mereka untuk bekerja. Produktivitas mereka ditunjang oleh
19
pendidikan, dengan demikian pendidikan dapat dipakai sebagai indikator mutu
tenaga kerja.
2.2.2. Pendidikan Berperan Tingkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM)
Menurut Sumarsono (2003, h.58-59) peningkatan kualitas SDM menjadi
perhatian semua pihak dalam memasuki era mellineum ini. Terlebih dalam
suasana krisis multidimensi, masyarakat menbutuhkan dukungan berbagai pihak
untuk menghadapi persaingan bebas. Sebagaimana yang diketahui, untuk itu
pendidikan memegang peranan penting bagi peningkatan kualitas sumber daya
yang dimiliki.
Kemudian agar tidak tertinggal dengan masyarakat dan bangsa dunia,
maka peningkatan pendidikan menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan
potensi dasar yang dimiliki masyarakat dan bangsa Indonesia. Peningkatan
kualitas pendidikan akan memiliki makna bagi perbaikan kualitas Indonesia
secara keseluruhan. Krisis ekonomi memberi pengalaman, Negara-negara yang
mempunyai kualitas SDM baik akan lebih cepat bangkit dari krisis. Sementara
Negara yang memiliki SDM tidak baik akan kesulitan menghadapi krisis ekonomi
bahkan mengakibatkan krisis multidimensional.
Indikator kualitas SDM dapat berupa tingkat pendidikan dan tingkat
penduduknya. Seperti halnya Indonesia, untuk memacu pertumbuhan ekonomi
memerlukan SDM berkualitas. Namun, tingginya kualitas itu tidak dapat diukur
dengan angka-angka semata, melainkan diukur dengan apa yang dihasilkan.
Besarnya pengeluaran pemerintah dan masyarakat terhadap bidang pendidikan
20
dan kesehatan menjadi ukuran yang menunjukkan perhatian pada usaha
pengembangan kualitas SDM.
2.3. Pengalaman
2.3.1. Pengertian Pengalaman
Pengalaman petani merupakan suatu pengetahuan petani yang diperoleh
melalui rutinitas kegiatannya sehari-hari atau peristiwa yang pernah dialaminya.
Pengalaman yang dimiliki merupakan salah satu faktor yang dapat membantu
memecahkan masalah yang dihadapi dalam usaha taninya. Hal ini sesuai dengan
pendapat (Liliweri dalam Erwin 2009, hal. 38), menyatakan bahwa engalaman
merupakan faktor personal yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang.
Pengalaman seseorang seringkali disebut sebagai guru yang baik, dimana
dalam mempersepsi terhadap sesuatu obyek biasanya didasarkan atas
pengalamannya. Pengalaman berusahatani tidak terlepas dari pengalaman yang
pernah dia alami. Jika petani mempunyai pengalaman yang relatif berhasil dalam
mengusaha kan usaha taninya, biasanya mempunyai pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang lebih baik, dibandingkan dengan petani yang kurang
berpengalaman. Namun jika petani selalu mengalami kegagalan dalam
mengusahakan usahatani tertentu, maka dapat menimbulkan rasa enggan untuk
Mengusahakan usahatani tersebut. Dan bila ia harus melaksanakan usahatani
tersebut karena ada sesuatu tekanan, maka dalam mengusahakannya cenderung
seadanya. Dengan demikian pengalaman petani dalam berusahatani merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi inovasi pertanian.
Pengalaman bertani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
petani dalam menerima suatu inovasi. Pengalaman berusahatani terjadi karena
21
pengaruh waktu yang telah dialami oleh para petani. Petani yang berpengalaman
dalam menghadapi hambatan-hambatan usahataninya akan tahu cara
mengatasinya, lain halnya dengan petani yang belum atau kurang berpengalaman,
dimana akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan hambatan-hambatan
tersebut. Semakin banyak pengalaman yang diperoleh petani maka diharapkan
produktivitas petani akan semakin tinggi, sehingga dalam mengusahakannya
usahatani akan semakin baik dan sebaliknya jika petani tersebut belum atau
kurang berpengalaman akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan (Hasan
dalam Erwin, 2009. h. 38-39)
2.4. Produksi
2.4.1. Pengertian produksi
Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana
sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada
diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk
menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa.
Proses juga diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik bagaimana
produksi itu dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan dan
menambah kegunaan (Utility) suatu barang dan jasa. Menurut Su’ud, (2007, h.
176) proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah
keguanaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada.
Melihat kedua definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses
produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu
barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja,
mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia
22
(http://yprawira.wordpress.com/pengertian-dan-proses-produksi/ diakses 6 januari
2014)
2.4.2. Faktor Produksi
Menurut Noor (2007, h.148) faktor produksi adalah segala sesuatu yang
diperlukan untuk menghasilkan produksi. Faktor produksi ini antara lain meliputi
bahan baku, bahan penolong, teknologi dan pendapatan produksi, tenaga kerja
(manusia), dan energi. Menurut Sudarman dalam Kurnia, Sari (2011, h. 31)
faktor produksi adalah jenis-jenis sumber daya yang digunakan dan diperlukan
dalam suatu proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Besar kecilnya
barang dan jasa dari hasil produksi tersebut merupakan fungsi produksi dari faktor
produksi. Faktor produksi dapat dikelompokkan menjadi dua macam, pertama,
faktor produksi tetap (Fixed Input) adalah faktor produksi yang kuantitas nya
tidak bergantung pada jumlah yang dihasilkan dan input tetap akan selalu ada
meskipun output turun sampai dengan nol. Kedua, faktor produksi varibel
(Variable Input), yaitu faktor produksi yang jumlahnya dapat berubah dalam
waktu yang relatif singkat dan sesuai dengan jumlah output yang dihasilkan.
2.5. Karet
Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon berbatang
lurus. Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di Brazil, Amerika Selatan, namun
setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil
dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami. Di
Indonesia, Malaysia, dan Thailand tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan
pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di kebun raya
Bogor.
23
Sumber utama karet adalah pohon karet Hevea Brasiliensis. Kemudian
untuk mendapatkan karet alam, dilakukan penyadapan terhadap batang pohon
tanaman karet hingga dihasilkan getah kuning-kuningan yang disebut dengan
lateks. Lateks merupakan cairan atau sitoplasma yang berisi ± 30 persen partikel
karet. Oleh karena itu, pada tanaman karet lateks dibentuk dan terakumulasi dalam
sel-sel pembuluh lateks yang tersusun pada setiap jaringan bagian tanaman,
seperti pada bagian batang dan daun. Penyadapan lateks dapat dilakukan dengan
mengiris sebagian dari kulit batang (www.regonalinvesment.com/sipd/id/
commodity.php diakses 22 Januari 2014).
2.5.1. Perbedaan Karet Alam dengan Karet Sintetis
Menurut PS et al (2012, h.17) walaupun karet alam sekarang ini jumlah
produksi dan konsumsinya jauh dibawah karet sintetis atau karet buatan pabrik,
tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintetis.
Bagaimanapun, keunggulan yang dimiliki karet alam sulit ditandingi oleh karet
sintetis. Adapun kelebihan-kelebihan yang dimiliki karet alam dibanding karet
sintetis adalah:
a. Memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna.
b. Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah.
c. Mempunyai daya aus yang tinggi.
d. Tidak mudah panas (low heat uild up).
e. Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan (groove cracking
resistance).
Walaupun demikian, karet sintetis memiliki kelebihan seperti tahan
terhadap berbagai zat kimia dan harganya yang cenderung bisa dipertahankan
24
supaya tetap stabil. Bila ada pihak yang menginginkan karet sintetis dalam jumlah
tertentu maka biasanya pengiriman atau suplai barang tersebut jarang mengalami
kesulitan. Hal seperti itu sulit diharapkan dari karet alam. Harga dan pasokan
karet alam selalu mengalami perubahan, bahkan kadang-kadang bergejolak. Harga
bisa turun drastis sehingga merusak pasaran dan merisaukan para produsennya.
Kadang-kadang karena suatu sebab seperti keluarnya peraturan pemerintah di
negara produsen yang menginginkan suatu kondisi tertentu terhadap industri karet
dalam negerinya, maka akan mempengaruhi pasaran internasional. Suatu
kebijaksanaan politik entah itu dari pihak pengusaha maupun pemerintah
memiliki pengaruh yang besar terhadap usaha perkaretan alam secara luas.
Dewasa ini jumlah produksi karet alam dari karet sintetis adalah 1 : 2.
Walaupun jumlah produksi karet alam rendah, bahkan hanya setengah dari
produksi karet sintetis, tetapi sesungguhnya jumlah karet produksi dan konsumsi
kedua jenis karet ini hampir sama. Berikut perbandingan antara keduanya:
Tabel 2
Perbandingan Produksi dan Konsumsi Karet Alam dan Karet Sintetis
No Jenis Karet Tahun
1990 2000 2005
1.
2.
Karet Alam
a. Produksi
b. Konsumsi
Karet Sintetis
a. Produksi
b. Konsumsi
1.262
108
10.310
65
1.501
139
10.335
130
2.267
218
10.606
176
Sumber: PS et al (Maret 2014)
Pengusaha karet sintetis rata-rata menyadari bahwa pemakaian karet
alam tidak bisa ditingkatkan tanpa menurunkan jumlah permintaan karet sintetis.
Dunia industri masih tetap memerlukan kedua jenis karet alam dan sintetis.Dua
jenis karet ini sebenarnya memiliki pasar tersendiri. Karet alam dan karet sintetis
25
sesungguhnya tidak saling mematikan atau bersaing penuh. Keduanya mempunyai
sifat saling melengkapi atau komplementer.
2.5.2. Struktur Pasar dan Persaingan
Menurut PS et al (2012, h. 61-68) perkaretan Indonesia menghadapi
permasalah pokok pada pemasaran, terutama harga jual yang tidak stabil dan
cendurung menurun, biaya produksi yang terus-menerus meningkat, serta
persaingan pasar yang semakin berat di tingkat internasional.Persaingan bukan
hanya terbatas pada satu negara saja, melainkan sudah meluas hingga ke Negara-
negara penghasil karet sintetis.
a. Situasi Pasar Karet Alam
Beberapa tahun terakhir ini situasi pasar karet alam mengalami kelesuan.
Hal ini terutama terjadi karena:
1. Daya beli negara konsumen masih terbatas sebagai akibat resesi dunia yang
berkepanjangan.
2. Terjadinya kompetisi antara karet alam dengan karet sintetis menyusul harga
minyak bumi merosot.
3. Terjadinya perkembangan mata uang dunia yang tidak menentu, terutama
terhadap US dollar sehingga iklim pasar menjadi tidak menentu.
4. Laju pertumbuhan konsumsi karet alam tidak bisa mengimbangi laju
pertumbuhan produksinya, yaitu permintaan tinggi dari penawaran, serta
5. Teknologi yang terus berkembang menyebabkan semakin terdesaknya industri
karet alam oleh karet sintetis.
Salah satu permasalahan pokok adalah harga jual produk karet yang tidak
stabil dan cenderung menurun. Harga jual yang terjadi di pasar internasional ini
26
sebenarnya merupakan masalah yang bukan hanya dihadapi oleh komoditas karet,
melainkan juga seluruh komoditas perkebunan.
Upaya peningkatan harga karet ke tingkat yang lebih wajar sangat
dibutuhkan untuk kelangsungan usaha, dengan harga rendah dan biaya produksi
yang terus meningkat akan menyebabkan banyak pengusaha yang mengalami
kerugian.
b. Peningkatan Biaya Produksi
Walaupun terjadi penurunan harga jual, biaya produksi tidak pernah
mengalami penurunan. Hal-hal yang menjadi sebab naiknya biaya produksi antara
lain sebagai berikut:
1. Harga bahan dan alat, gaji dan upah, serta biaya transportasi yang semakin
meningkat menyebabkan kenaikan biaya produksi. Penyebab ini mutlak terjadi
karena kenaikan barang lain yang secara tidak langsung mempengaruhi
kenaikannya.
2. Suku bunga bank ikut mempengaruhi kenaikan biaya produksi. Biasanya
modal selama mengusahakan tanaman adalah pinjaman dari bank. Jika bunga
bank meningkat, maka modal pun ikut meningkat. Dilain pihak, jika jumlah
pinjaman semakin bertambah, maka jumlah bunga pun semakin besar.
3. Meningkatnya beban pajak juga menyebabkan kenaikan biaya produksi.
Semakin banyak jenis barang yang diproduksi akan semakin besar beban pajak
yang dikenakan pada barang tersebut.
4. Prosedur pengadaan barang maupun pekerjaan borongan yang relatif panjang
dan membutuhkan waktu yang relatif lama juga menyebabkan kenaikan biaya
27
produksi. Ini disebabkan terutama karena oleh keadaan areal dan modal yang
tidak memadai sehingga harus menunggu waktu yang relatif lama.
5. Lokasi kebun dan proyek yang terlalu jauh dari kantor administrasi serta areal
yang terpisah-pisah di berbagai daerah yang berjauhan dapat menyebabkan
kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi ini misalnya terjadi pada
biaya angkut yang semakin besar untuk menghubungi lokasi yang satu dengan
yang lain. Selain itu, lokasi yang jauh memerlukan tenaga kerja yang lebih
banyak untuk mengkoordinasi lokasi kerja dengan kantor administrasinya.
6. Adanya bermacam-macam pengeluaran yang tidak relavan dengan kegiatan
menambah besarnya pengeluaran biaya produksi.
7. Adanya peraturan-peraturan yang menyebabkan banyak unsur-unsur biaya
berada di luar jangkauan pimpinan perusahaan, terutama penyusutan bunga dan
upah.
8. Produktivitas tanaman yang rendah juga dapat mempengaruhi kenaikan biaya
produksi. Produksi tanaman yang sudah terlalu tua sangat rendah, sedangkan
biaya perawatannya tinggi sehingga tidak efisien.
Semua yang telah disebutkan mendorong terjadinya kenaikan biaya
produksi. Biaya produksi ini berlaku pada kebun, penyusutan barang,
administrasi, pemasaran, bunga, pajak, dan sebagainya.
c. Peningkatan Daya Saing
Disamping harga jual yang tidak stabil dan cenderung menurun serta biaya
produksi yang terus meningkat, masalah lain yang tidak bisa diabaikan adalah
persaingan. Persaingan masa kini bukan hanya sekedar pertarungan antara sesama
negara produsen karet alam saja, tetapi juga harus berhadapan dengan negara-
28
negara produsen karet sintetis. Beratnya persaingan ini ditandai dengan produksi
karet, baik alam maupun sintetis yang cenderung lebih besar dari permintaan serta
market share karet alam yang relatif lebih kecil dalam suplai karet di dunia. Hal
ini disebabkan share yang terbesar didominasi oleh karet sintetis sehingga
mekanisme pasar lebih banyak ditentukan oleh karet sintetis. Karena produsen
atau eksportir karet alam umumnya adalah negara-negara yang sedang
berkembang, seperti Malaysia, Indonesia, Birma, Thailand, dan lain-lain, maka
persaingan pun terjadi antara sesama negara yang sedang berkembang tersebut.
Perlu diambil langkah-langkah sebagai tindak lanjut yang konkret untuk
memperkuat daya saing karet alam di pasaran internasional. Langkah-langkah ini
diantaranya adalah meningkatkan efektivitas dan efesiensi pengusahaan karet
yang meliputi berbagai bidang yaitu bidang kultur teknis dan teknologi, bidang
pembiayaan dan keuangan, dan bidang pemasaran.
d. Strategi Pemasaran Karet Indonesia
Sebagaimana untuk mengupayakan peningkatan produksi guna
menyeimbangkan permintaan dan penawaran karet alam, maka mulai saat ini
Indonesia harus mampu menjalankan strategi pemasaran yang mencakup:
1. Menerobos pasaran baru
2. Meningkatkan market share
3. Membina market share yang ada, dan
4. Menyesuaikan pola produksi dengan permintaan pasar.
Strategi yang paling menonjol untuk dilaksanakan pola produksi dengan
permintaan pasar. Hal ini penting untuk merencanakan produk yang akan
29
diproduksi agar tidak terjadi kelebihan produksi. Tentu saja, tujuan utamanya
adalah menjaga agar harga jual tetap stabil.
2.5.3. Aneka Barang Karet
Menurut PS et al (2012, h.219-221) karet dapat diolah menjadi aneka jenis
barang yang sangat luas penggunaannya. Aneka jenis barang tersebut diantaranya
sebagai berikut:
a. Sepatu Karet
Sebelum munculnya mobil sekitar tahun 1910, sepatu karet sudah lama
dikenal dan merupakan barang karet tertua. Bahkan, hampir sebagian besar hasil
karet di dunia digunakan sebagai bahan pembuatan sepatu karet. Namun, setelah
muncul industri mobil, penggunaan karet untuk sepatu pun berkurang. Hingga
saat ini tercatat 10 persen dari produksi karet di dunia dipakai untuk membuat
sepatu karet.
b. Ban Sepeda
Ban sepeda terdiri dari ban dalam dan ban luar. Pembuatan ban luar lebih
rumit dibanding ban dalam. Pembuatan ban luar membutuhkan aneka macam
komponen seperti kawat baja, kanvas, dan telapak ban. Penyusunan dan
vulkanisasi harus dilakukan dengan teliti, sedangkan pembuatan ban dalam sepeda
hanya membutuhkan kompon karet.
c. Ban Mobil
Seperti ban sepeda, ban mobil juga terdiri dari ban dalam dan ban luar.
Pembuatan ban dalam dan ban luar ini memerlukan kekhususan untuk
memperoleh hasil yang baik.
d. Sabuk V
30
Sabuk V dipakai untuk menggerakkan mesin besar dan mesin kecil seperti
pompa dan generator. Sabuk V juga dipakai untuk menggerakkan dinamo dan
ventilator didalam motor mobil.
e. Sabuk Pengangkut
Sabuk pengangkut berguna untuk mengangkut bahan-bahan yang harus
menempuh jarak yang cukup jauh. Kemudian dengan sabuk pengangkut jumlah
tenaga kerja dapat diperkecil dan waktu yang digunakan menjadi lebih singkat.
f. Pipa Karet
Pipa karet digunakan pada industri rumah tangga, industri besar, industri
kesehatan, dan lain-lain. Jenis alat yang menggunakan pipa karet antara lain
pompa ban, selang transfuse, pipa tabung las karbit, pipa pada kendaraan angkut
minyak, selang air, dan lain-lain.
g. Kabel
Sebelum perang dunia II dikenal dua jenis kabel, yaitu kabel berisolasi
kertas dan berisolasi karet. Setelah perang selesai, industri kabel banyak yang
menggunakan plastik sebahan isolasi. Kabel karet mudah dibengkokkan sehingga
penggunaannya sebagai kabel listrik maupun telekomunikasi sangat cocok,
apalagi dewasa ini dikembangkan penggunaan kabel bawah tanah.
h. Pembungkus Logam
Pembungkus logam tersebut dari kompon karet. Pembungkusan
dimaksudkan untuk mencegah karat dan aus. Pemakaian komponen akhirnya
meluas untuk membungkus pipa, tangki, dan sebagainya.
i. Bantalan Karet
31
Karet dapat digunakan untuk bantalan jembatan. Bantalan jembatan
merupakan unsur yang penting karena mempunyai tugas yang cukup berat, yaitu
menahan tekanan yang sangat berat. Selain itu, karet juga dapat digunakan sebagai
bantalan dermaga yang berfungsi menghindarkan benturan antara kapal dengan
dinding pelabuhan pada waktu kapal merapat.
j. Rol Karet
Rol karet yang dimaksud adalah rol yang dilapisi vulkanisat karet.Rol
karet terdiri dari bagian dalam rol yang terbuat dari baja, besi tulang, kuningan,
atau perunggu, sedangkan bagian luar terdiri atas lapisan vulkanisat karet. Rol
karet banyak digunakan di pabrik kertas, baja, tenun, dan sebagainya. Di pabrik
kertas, rol ini digunakan untuk meratakan bubur kertas atau pulp guna
mendapatkan permukaan yang licin. Di pabrik baja, rol karet digunakan untuk
penyempurnaan terakhir dari lembar baja. Di pabrik tenun, rol digunakan dalam
proses pengelantangan atau pemutihan.
k. Lantai Karet
Lantai yang dibuat dari campuran bahan karet banyak digunakan untuk
lantai senam, olah raga bela diri, dan sebagainya. Sebagaimana yang diketahui,
dengan berkembangnya teknologi perkaretan penggunaannya menjadi semakin
luas untuk lantai kamar tidur, lantai rumah sakit, dan sebagainya.
l. Karet Spons dan Busa
Karet spons merupakan karet berongga halus atau berpori-pori yang terdiri
dari banyak sel sehingga disebut juga karet seluler. Bila porinya halus, disebut
karet mikro seluler. Karet spons berbeda dengan karet busa walaupun
32
kelihatannya hampir sama. Karet spons dibuat dari karet padat, sedangkan karet
busa dibuat dari lateks pekat.
m. Karpet Berlapis Karet
Karpet berlapis karet merupakan karpet yang pada bagian bawahnya diberi
lapisan karet atau kompon lateks. Karpet ini banyak digunakan sebagai pelapis
lantai yang bisa lepas.
2.6. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian dari penelitian ini dapat dikemukakan hipotesis
sebagai berikut :
a. Variabel pendidikan diduga berpengaruh secara positif terhadap produksi
karet di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.
b. Variabel pengalaman diduga berpengaruh secara positif terhadap produksi
karet di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulanya (Sugiono, 2008, h. 104).
Populasi dalam penelitian ini yang diambil oleh penulis adalah jumlah
petani karet yang ada di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat yang
terdiri dari 9 Desa yaitu Gampong Mesjid, Peunia, Simpang, Tanjong Bungong,
Putim, Pasie Jeumpa, Pungkie, Pasie Ara, Keude Tanjong karena menurut penulis
di sembilan desa tersebut merupakan daerah yang menonjol produksi karetnya
dengan jumlah populasi sebanyak 1921 orang. Jumlah sampel dapat di lihat pada
tabel 3 berikut:
Tabel 3
Jumlah petani karet Menurut Desa Di Kecamatan Kaway XVI
Kabupaten Aceh Barat
No Nama Desa Populasi
1 Gampong Mesjid 224
2 Peunia 231
3 Simpang 176
4 Tanjong Bungong 273
5 Putim 150
6 Pasie Jeumpa 253
7 Pungki 221
8 Pasie Ara 215
9 Kuede Tanjoeng 178
Jumlah 1921
Sumber: Kantor Camat Kecamatan Kaway XVI , Kabupaten Aceh Barat (Maret 2014)
34
Berdasarkan tabel 3 di atas jumlah populasi sebanyak 1921 yang tersebar
pada 9 desa. Dari jumlah populasi tersebut diambil sampel menggunakan rumus
Slovin dengan derajt kesalahan 15 persen sebagai berikut.
n
Keterangan :
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi
e = Nilai Kritis (batas Ketelitian)
Berdasarkan rumus Slovin dengan nilai kritis (e) yang digunakan sebesar
15 persen, dengan jumlah populasi (N) sebesar 1921. Dengan demikian jumlah
sampel (n) dalam penelitian ini adalah :
= 43,44
Hasil perhitungan menunjukan bahwa jumlah sampel adalah sebanyak
43,44 sampel, sehingga dibulatkan menjadi 43 sampel. selanjutnya penelitian ini
35
dalam pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode acak (simple random
sampling).
3.2. Data Penelitian
3.2.1. Jenis dan Sumber Data
Data primer adalah merupakan data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara) data primer secara
khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan yang sudah
disediakan oleh peneliti. Sumber data primer diperoleh dengan melakukan
pertanyaan kepada petani karet yang terpilih sebagai sampel didasarkan pada
kuisioner yang telah dipersiapkan.
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. kuisioner adalah mengumpul informasi dengan mengajukan sejumlah
pertanyaan secara tertulis kepada responden, Adapun pertanyaan diberikan
kepada para petani karet di Kecamatan Kaway XVI dengan dibentuk oleh
kuisioner yang telah dipersiapkan dengan mengambil sejumlah sampel
penelitian.
2. Studi pustaka dari berbagai literartur, buku, majalah, Koran, jurnal, internet
dan lain-lain.
3.3. Model Analisis Data
Dalam penelitian ini model analisis yang digunakan yaitu menggunakan
analisa Regresi berganda, analisa korelasi dan uji t yang akan diolah dengan
menggunakan program komputer statistik SPSS 17 dengan penjelasan berikut ini
36
a) Analisa Regresi Berganda
Menurut Sarwoko (2005, h.93) untuk mendapatkan hasil yang lebih
signifikan serta memudahkan dalam proses penghitungan maka persamaan regresi
linier berganda yang dilihat dalam bentuk Semi Log adalah sebagai berikut:
Y= a + b1 X1 + b2 X2+e ............................................................................... (1)
Dimana:
y = Produksi Karet (variabel terikat) yang diukur dalam kilo gram
x1 = pendidikan petani (variabel bebas) yang diukur dalam tahun
x2 = pengalaman (variabel bebas) yang diukur dalam tahun
b0 = Intercept (konstanta)
b1 = Koefisien regresi x1
b2 = Koefisien regresi x2
e = Error term (kesalahan pengganggu)
b. Analisis Korelasi
Korelasi linier berganda merupakan alat ukur mengenai hubungan yang
terjadi antara variabel terikat (Y) dan beberapa variabel bebas (X1, X2... Xn) yaitu:
1. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi berganda, disimbolkan dengan R2
merupakan
ukuran kesesuaian garis regresi linier berganda terhadap suatu data.
2. Koefisien Korelasi (R)
Menurut Syakhiruddin (2008, h.263) Koefisien korelasi merupakan suatu
koefisien yang menjelaskan keeratan hubungan keterkaitan antara variabel bebas
(X) dengan variabel tak bebas (Y). Kemudian menurut Firdaus (2004, h.12) secara
terperinci kriteria interpretasi koefisien korelasi adalah sebagai berikut:
37
a. 0,9 sampai mendekati 1 (plus atau minus) menunjukkan adanya derajat
hubungan yang sangat tinggi.
b. 0,7 sampai dengan 0,8 (plus atau minus) menujukkan derajat hubungan yang
tinggi.
c. 0,5 sampai dengan 0,6 (plus atau minus) menujukkan adanya korelasi yang
sedang.
d. 0,3 sampai dengan 0,4 (plus atau minus) menujukkan adanya korelasi yang
rendah.
e. 0,1 sampai dengan 0,2 (plus atau minus) berarti hubungan itu sangat rendah.
f. 0,0 berarti tidak terdapat korelasi.
3. Koefisien Korelasi Parsial
Koefisien Korelasi Parsial merupakan koefisien dua variabel, jika variabel
lainnya konstan.
4. Koefisien Determinasi Parsial
Koefisien Determinasi Parsial ini dapat menghitung besarnya sumbangan
satu variabel bebas terhadap variasi (naik turunnya) nilai variabel terikat, jika
variabel bebas lainnya dianggap konstan.
3.4. Definisi Operasional Variabel
Definisi poperasional variabel merupaknan batasan yang diberikan pada
variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Definisi variabel yang digunakan
dalam model analisis adalah sebagai berikut :
1. Produksi karet (Y) adalah dapat di definisikan sebagai hasil dari tanaman
karet yang ditentukan oleh jumlah karet yang dihasilkan dalam setiap
panen, dengan satuan hitung kilo gram (Kg).
38
2. Pendidikan (X1) adalah. suatu proses yang bertujuan untuk menambah
keterampilan, pengetahuan, dan meningkatkan kemandirian maupun
pembentukan kepribadian seseorang individu, dengan satuan hitung tahun.
3. Pengalaman (X2) adalah merupakan suatu pengetahuan petani yang
diperoleh melalui rutinitas kegiatannya sehari-hari atau peristiwa yang
pernah dialaminya, dengan satuan hitung lama bertani (tahun).
3.5. Pengujian Hipotesis
Uji t digunakan untuk menguji hipotesis parameter rata-rata bila sampel
berukuran kecil (n≤30) dan ragam populasi tidak diketahui. Hasan (2009, h.42)
2
2
1 r
rntt
........................................................................................................ (3)
Keterangan :
N = jumlah sample
R = koefisien korelasi
Hipotesa statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Ho ; β = 0, variabel independen secara parsial tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen.
2. H1 ; β ≠ 0, artinya variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
Kriteria uji hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah :
a. Apabila t hitung lebih besar daripada t tabel maka dengan sendirinya Ho
ditolak, dan H1 diterima.
b. Apabila t tabel lebih besar dari pada t hitung maka dengan sendirinya
H1ditolak, dan Ho diterima.
39
Menghitung Nilai F hitung
Nilai F-hitung dapat dicari dengan rumus (Supranto 2005, h. 207)
Kriteria pengujian
Pada tingkat signifikan 5 persen dengan kriteria pengujian yang digunakan
sebagai berikut :
a. H0 diterima dan Hi ditolak apabila F hitung < F Tabel, yang artinya variabel
independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi secara signifikan
terhadap variabel dependen.
b. H0 ditolak dan H1 diterima apabila F hitung > F Tabel, yang artinya variabel
independen secara bersama-sama mempengaruhi secara signifikan terhadap
variabel dependen.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Statistik Deskriptif Variabel
Kecamatan Kaway XVI merupakan salah satu kecamatan yang ada di
Kabupaten Aceh Barat dengan luas wilayah 510,18 KM2. Setelah pengumpulan
data yang berupa data sumber daya petani yaitu Pendidikan, Pengalaman bertani,
dan produksi tanaman karet di Kecamatan Kaway XVI, penulis hanya meneliti
sebagian desa yang ada di Kecamatan Kaway XVI yang terdiri dari 9 (sembilan)
desa, dari data tersebut jumlah sampel yang diambil oleh penulis sebanyak 44
orang yang diperoleh melalui data primer. Selanjutnya penulis melakukan analisis
data yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendidikan dan
pengalaman bertani terhadap peningkatan produksi karet di Gampong Mesjid,
Peunia, Simpang, Tanjong Bungong, Putim, Pasie Jeumpa, Pungkie, Pasie Ara,
Keude Tanjong. Dari hasil analisis data yang digunakan adalah untuk
membuktikan hipotesis tersebut benar adanya, Gampong Mesjid, Peunia,
Simpang, Tanjong Bungong, Putim, Pasie Jeumpa, Pungkie, Pasie Ara, Keude
Tanjong, merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Aceh Barat yang
sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
yang menjelaskan tentang gambaran data-data variabel penelitian yaitu data yang
dilihat berdasarkan dari pendidikan, pengalaman bertani, dan produksi. Berikut ini
merupakan data tabel Komposisi responden untuk masing masing desa sampel
pendidikan respondennya beragam sesuai dengan karakteristik pendidikan
masyarakat di desa bersangkutan.
41
Tabel 4
Jumlah Responden Menurut Pendidikan
Di Kecamatan Kaway XVI
Nama Desa Tingkat Penddikan
Jumlah SD SMP SMA P.Tinggi
Gampong Mesjid 0 4 2 1 7
Peunia 0 4 2 0 6
Simpang 0 2 2 0 4
Tanjong Bungong 0 2 2 0 4
Putim 1 4 0 0 5
Pasie Jeumpa 0 2 2 0 4
Pungki 0 4 1 1 6
Pasie Ara 0 2 1 0 3
Kuede Tanjoeng 1 3 0 0 4
Jumlah 2 27 12 2 43
Sumber : data Primer diolah maret 2014
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa responden yang tamat SD ada 2
orang, responden dengan pendidikan terakhir SD berjumlah 2 orang, responden
dengan pendidikan terakhir SMP berjumlah 27 orang, responden dengan
pendidikan terakhir SMA berjumlah 12 orang, dan responden yang lulus dari
perguruan tinggi atau Universitas berjumlah 2 orang. Dari data tersebut dapat
dilihat bahwa sebagian besar rata-rata pendidikan responden adalah tamat SMP.
Tabel 5
Jumlah Responden Menurut Lamanya atau Pengalaman Bertani
di 9 desa yang ada di Kecamatan Kaway XVI
No Lama Bertani
(Tahun)
Responden
(Jiwa)
Persentase
(%)
1 5 – 10 24 55,81
2 11 – 16 4 9,30
3 17 – 21 7 16,28
4 22 – 27 8 18,60
Jumlah 43 100
Sumber : data primer diolah maret 2014
Dari tabel 5 di atas pengalaman bertani karet responden di masing- masing
desa adalah berbeda. Karakteristik lama berkebun karet responden yang paling
banyak adalah lama berkebun karet 5 sampai 10 tahun sebanyak 24 orang,
42
selanjutnya di ikuti dengan lama berkebun karet 22 sampai 27 tahun sebanyak 8
orang, selanjutnya petani yang berpengalaman 17 sampai 21 tahun sebnayak 7
orang, dan pengalaman petani 11 sampai 26 tahun adalah ssebanyak 4 orang. Ini
memberi makna bahwa sebagian besar responden adalah petani karet yang sudah
berpengalaman.
Tabel 6
Jumlah produksi karet dalam 1 kali panen
Di Kecamatan Kaway XVI
Desa Luas Areal
(Ha)
Produksi dalam 1 kal
panen
(Kg)
Responden
(jiwa)
Gampong Mesjid 7 266 7
Peunia 6,5 194 6
Simpang 4,5 159 4
Tanjong Bungong 4 144 4
Putim 5 130 5
Pasie Jeumpa 4 191 4
Pungki 6,5 155 6
Pasie Ara 3 90 3
Kuede Tanjoeng 4 136 4
Jumlah 41 1476 43 Sumber : data Primer di olah Maret 2014
Berdasarkan tabel 6 di atas dapat dijelaskan bahwa produksi karet dari 9
desa yang ada di Kecamatan Kaway XVI rata – rata produksi dalam 1 kali panen
berkisar antara 30 – 40 Kg per hektar. Dapat kita lihat di Gampong Mesjid jumlah
petani 5 orang memiliki luas lahan masing-masing 1 hektar dengan total produksi
sebesar 266 Kg dalam 1 kali panen. Begitu pula di Desa Peunia setiap petani
memliki luas lahan berkisar antara 1-1,5 hektar dengan dengan total produksi
sebesar 194 Kg dalam 1 kali panen dari jumlah luas lahan 7,5 hektar. Kemudian di
Desa Simpang jumlah luas areal sebesar 7,5 hektar dan dalam 1 kali produksi
sebesar 30-60 Kg dengan total produksi sebesar 166 kg. Selanjutnya di Desa
Tanjong Bungong memiliki luas areal sebesar 4 Ha dari 4 responden, dan dalam 1
43
kali produksi petani dapat memproduksi karet 30-45 Kg per hektar dan dengan
total produksi sebesar 159 Kg. Demikin pula di Desa Putim dari 5 responden
memiliki total luas areal sebesar 5 hektar dengan total produksi 144 kg, dalam 1
kali panen mampu memproduksi 30-35 Kg per hektar. Kemudian di Desa Pasie
Jeumpa meliki total luas areal sebesar 4 hektar dari 4 responden dengan total
produksi sebesar 130 Kg , sedangkan di Desa Pungki total produksi sebesasr 191
Kg dan total luas areal sebesar 6,5 dari jumlah respnden di desa Pungki sebanyak
6 orang. Demikian di Desa Pasie Ara meliki total luas areal sebesar 3 hekta dari 3
responden dan total produksi dari setiap respondean sebesar 90 kg. Dan yang
terkhir adalah Desa Keude Tanjoeng memiliki jumlah total luas areal sebesar 4
hektar dari 3 responden dan masing-masing responden memiliki 1 hektar lahan
karet dan jumlah produksi dalam sekali panen sebesar 136 Kg dari setiap
responden. Dan dapat kita amati yang meliki jumlah produksi tertinggi adalah
Desa Gampong Mesjid dengangan total produksi sebesar 266 Kg dengan luas
areal sebeesar 7,5 hektar, dan prodksi terendah adalah Desa Pasie Ara dengan
total produksi sebesar 90 Kg per Hektar dengan total luas lahan sebesar 3 Hektar.
Selanjutnya penulis melakukan analisis statistik yang digunakan untuk
membuktikan hipotesis penelitian dalam hal ini digunakan analisa regresi linier
berganda, analisa korelasi dan uji t yang diolah melalui program komputer
statistik SPSS 17, dengan variabel dependent (Y) dan variabel independent (X)
adalah sebagai berikut :
Y = Produksi Karet
X1 = Pendidikan
X2 = Pengalaman
44
4.2. Hasil Pengujian Hipotesis
Bagian ini penulis akan membahas tentang pengaruh yang ditimbulkan
oleh Sumber Daya Petani yaitu Pendidikan, Pengalaman terhadap Produksi Karet
di Kecamatan Kaway XVI yang akan dianalisis dengan menggunakan model
analisis regresi berganda yang akan di olah melalui Program Statistik SPSS 17.
Dari hasil penelitian diperoleh hasil akhirnya sebagai berikut:
Tabel 7
Descriptive Statistics
Variabel Mean Std. Deviation Observasi (N)
produksi 1648.3256 385.51164 43
pendidikan 9.9302 2.08618 43
pengalaman 13.9535 5.79389 43
Sumber : Hasil Regresi (diolah Maret 2014)
Berdasarkan tabel 7 diatas penulis dapat menjelaskan bahwa Rata-rata
variabel Produksi tanaman karet di Kecamatan Kaway XVI adalah 1648.3 dengan
standar deviasi 385.5. Sedangkan Rata-rata Variabel Pendidikan adalah 9.97 tahun
dengan Standar deviasi 2.08618. Sedangkan Rata-rata variabel Pengalaman adalah
sebesar 13.95 tahun dengan Standar deviasi sebesar 5.79389. Sedangkan N
menyatakan jumlah observasi yaitu sebanyak 43 responden.
4.2.1. Analisis Koefesian Korelasi dan Determinasi
Pengaruh Sumber daya petani yaitu Pendidikan, dan pengalaman terhadap
produksi karet di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. dengan
menggunakan analisis ini secara kongkrit dilakukan terhadap koefisien
determinasi. Adapun koefisien determinasi dalam penelitian ini dapat diketahui
dengan penggunaan hasil perhitungan sebagai berikut :
45
Tabel 8
Hasil Koefesien Korelasi dan Determinasi
No Variabel Produksi Pendidikan Pengalaman
1 Pearson Correlation
a. Produksi
b. Pendidikan
c. Pengalaman
1000
.615
.411
.615
1.000
-.014
.311
-.014
1.000
2 Model
a. Koefesien Korelasi (R)
b. Koefesien Determinasi Adjusted
c. Koefesien Determinasi (R2)
.745
.555
.533
Sumber : Hasil Regresi (diolah Maret 2014)
Berdasarkan tabel 8 di atas peneliti dapat menjelaskan bahwa Koefesien
korelasi variabel bebas (Pendidikan dan Pengalaman) di peroleh R = 0,745 secara
positif menjelaskan terdapat hubungan yang kuat dan positif antara Pendidikan
(X1), dan Pengalaman (X2) terhadap Produksi karet (Y) dengan keeratan
hubungan 74,5 persen, dari hasil R tersebut apabila Pendidikan (X1) semakin
tinggi, dan semakin lama Pengalaman (X2) yang dimiliki petani, maka Produksi
karet juga akan mengalami peningkatan.
Berdasarkan hasil pengujian ini maka dapat diketahui pengaruh
Pendidikan (X1), dan Pengalaman (X2) terhadap Produksi karet (Y) di Kecamatan
Kaway XVI. Koefisien determinasi dalam penelitian ini dapat diketahui dengan
menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut :
Koefesien determinasi = r2 x 100%
Koefesien determinasi = (0,745)2 x 100%
Koefesien determinasi = 55,5 %
46
Berdasarkan kriteria interprestasi untuk menentukan keeratan hubungan
atau korelasi antar variabel tersebut, berikut ini diberikan nilai-nilai koefisien
korelasi sebagai patokan (Hasan 2003, h. 234) :
1. 0,9 sampai mendekati 1 menunjukkan adanya derajat hubungan yang sangat
kuat dan positif.
2. 0,7 sampai dengan 0,8 menunjukkan derajat hubungan yang kuat dan positif
3. 0,5 sampai dengan 0,6 menunjukkan derajat hubungan korelasi yang sedang.
4. 0,3 sampai dengan 0,4 menunjukkan adanya derajat korelasi yang rendah.
5. 0,1 sampai dengan 0,2 yang artinya hubungan derajat korelasi sangat rendah.
6. 0,0 tidak ada korelasi.
Berdasarkan perhitungan diatas peneliti dapat menjelaskan bahwa nilai
koefesien determinasi Adjusted bernilai 53,3 persen. Dan menghasilkan R2 (R
square) sebesar 55,5 persen. Pada penelitian ini menggunakan dua variable bebas
sehingga yang digunakan untuk menjelaskan adalah Koefisien Diterminasi
Adjusted. Hal ini berarti 53,3 persen dapat dijelaskan oleh variabel pendidikan
dan pengalaman, sedangkan sisanya sebesar 46,7 persen di pengaruhi oleh
variabel lain di luar model.
4.2.2. Uji Regresi Linier Berganda dan Uji t (Uji parsial/individual)
Uji t digunakan uf ntuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antar
variabel bebas pendidikan (X1), dan pengalaman (X2) terhadap Produksi karet (Y)
secara individual dengan tingkat kepercayaan (level of confidence 95%) yaitu :
47
Tabel 9
Hasil Regresi Nilai t-hitung
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
95.0% Confidence
Interval for B
B Std.
Error Beta
Lower
Bound
Upper
Bound
1 (Constant) 118.463 221.842 .534 .596 -329.896 566.821
Pendidikan 114.790 19.494 .621 5.888 .000 75.391 154.189
Pengalaman 27.948 7.019 .420 3.982 .000 13.762 42.134
Sumber : Hasil Regresi (diolah Maret 2014)
Berdasarkan tabel 9 di atas nilai thitung dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pendidikan (X1)
Berdasarkan tabel 7 diatas dapat terlihat bahwa untuk variabel Pendidikan
nilai thitung > ttabel (5,888 > 1,684), atau nilai signifikan lebih kecil dari α 0,05.
Yaitu 0,00 < 0,05, berarti H0 ditolak H1 diterima, sehingga secara individual
variabel pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap produksi Karet di
Kecamatan Kaway XVI. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan petani tentang karet maka akan tinggi pula tingkat produksi Karet
yang di hasilkan oleh petani.
b. Pengalaman (X2)
Dari tabel 9 di atas terlihat bahwa variabel pengalaman thitung > ttabel
(3.982 > 1,684) atau karena nilai signifikan lebih besar dari α 0,05. Yaitu 0,00 <
0,05, berarti H0 ditolak H1 diterima, sehingga secara individual variabel
Pengalaman berpengaruh secara signifikan terhadap Produksi Karet, artinya
semakin lama pengalaman petani maka sangat berpengaruh terhadap produksi
Karet yang dihasilkan oleh petani.
48
Berdasarkan hasil penelitian ini maka diperoleh persamaan regresi linear
berganda akhir estimasi sebagai berikut :
Y= a + b1 X1 + b2 X2+e
Y= 118.463 + 114.790 + 27.948
Persamaan regresi linear berganda diatas dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Konstanta
Berdasarkan persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai konstanta
sebesar 118.463, nilai konstanta ini menyatakan apabila semua variabel bebas
(Pedidikan, dan Pengalaman), maka produksi karet di Kecamatan Kaway XVI
sebesar 118.463 Kg.
b. Koefisien regresi dari variabel Pendidikan (X1)
Berdasarkan persamaan diatas, dapat dilihat bahwa nilai koefisien regresi
X1 sebesar 114.790 hal ini menyatakan bahwa apabila pendidikan terjadi
peningkatan 1 tahun, dan berpengaruh positif terhadap produksi karet. Jika setiap
petani karet memiliki pendidikan yang lebih tinggi satu tahun maka produksi karet
akan bertambah sebesar 114.790 Kg dengan asumsi variabel lain di anggap tetap.
c. Koefisien regresi dari variabel Pengalaman (X2)
Berdasarkan persamaan diatas, dapat dilihat bahwa koefesien regresi dari
X2 sebesar 27,948 hal ini menyatakan bahwa apabila berpengaruh positif terhadap
peningkatan produksi karet di Kecamatan Kaway XVI, jika pengalaman petani
karet bertambah 1 tahun maka produksi karet bertambah sebesar 27,948. dengan
asumsi variabel lain di anggap tetap.
49
Bedasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa Sumber Daya petani berpengaruh secara signifikan terhadap
produksi karet di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.
4.2.3. Uji F (Uji Simultan)
Uji F digunakan untuk menguji keberartian semua variabel bebas yaitu
Pendidikan (X1), Pengalaman (X2) secara bersama-sama terhadap variabel terikat
Produksi Karet (Y). Hasil perhitungan nilai Fhitung dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
Tabel 10
Hasil Regresi Uji F
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3464041.393 2 1732020.696 24.939 .000a
Residual 2777966.049 40 69449.151
Total 6242007.442 42
Sumber : Hasil Regresi (diolah Maret 2014)
Berdasarkan tabel 10 di atas nilai Fhitung sebesar 24.939 > Ftabel 3.2317
dikarenakan nilai probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 (derajat signifikan), yaitu
0,000 < 0,05, berarti H0 ditolak H1 diterima, maka variabel Pendidikan dan
Pengalaman secara simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap produksi Karet di kecamatan kaway XVI Kabupaten Aceh
Barat.
4.3. Pembahasan Hasil
Berdasarkan hasil output dari penelitian diatas variabel pendidikan
mempunyai hubungan secara positf yang signifikan terhadap produksi karet di
Kecamatan Kaway XVI yaitu nilai thitung > ttabel (5.888 > 1,684). pendidikan
50
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produksi Karet di Kecamatan
Kaway XVI terbukti dengan nilai signifikan yang lebih kecil dari α 0,05 yaitu
sebesar 0,000. Untuk variabel pengalaman mempunyai hubungan secara positif
yang signifikan terhadap produksi Karet di Kecamatan Kaway XVI yaitu nilai
thitung > ttabel ( 3.982> 1,684) dengan menggunakan sisi kiri, artinya apabila tingkat
pendidikan para petani semakin tinggi maka tingkat produksi karet akan baik.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan diperoleh bahwa produksi Karet
rata-rata di Kecamatan Kaway XVI adalah 30-60 kilo gram dalam 1 kali panen,.
Produksi tanaman dipengaruhi oleh luas areal tanaman karet. Semakin luas areal
tanaman karet maka semakin banyak pula jumlah produksi yang di hasilkan, faktor
pendidikan dan pengalaman bertani juga mempengaruhi peningkatan produksi
tanaman karet, semakin banyak pengetahuan dan pengalaman tentang bertani
maka hasil produksinya juga akan semakin memuaskan.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Pembuktian variabel Pendidikan, dan Pengalaman terhadap produksi Karet
di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat dilakukan pengujian secara
persial dengan uji t pada jumlah kepercayaan (level of coffidensi 95%) pada taraf
nyata (α)=0,05 yaitu :
a. Variabel pendidikan di peroleh thitung sebesar 5,888 lebih besar dari ttabel
sebesar 1,684 artinya secara partial variabel Pendidikan berpengaruh
signifikan terhadap produksi karet di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh
Barat.
b. Variabel Pengalaman di peroleh thitung sebesar 3.982 lebih besar dari ttabel
sebesar 1,684 artinya secara partial variabel Pengalaman berpengaruh
signifikan terhadap produksi karet di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh
Barat.
c. Selanjutnya nilai sebesar Fhitung 24.939 > Ftabel 3.2317, sehingga secara
keseluruhan terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan dan
pengalaman terhadap produksi karet di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten
Aceh Barat.
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa faktor pendidikan dan lama bertani atau pengalaman sangat
berpengaruh signifikan terhadap peningkatan produksi Karet di Kecamatan
Kaway XVI. Dengan asumsi semakin lama penglaman bertani maka semakin baik
pula tingkat produksi karet yang di hasilkan oleh petni itu sendiri. Begitu pula
52
dengan tingkat pendidikan petani, semakin tinggi pendidikan seseorang maka
semakinbanyak pengetahuan tentang bertani karet yang di dapat, sehingga
produksi karet juga akan meningkat.
5.2. Saran-saran
Saran yang perlu di perhatikan oleh Pemerintah Daerah yakni :
1. Perlu adanya dukungan dari Pemerintah Daerah terutama Pemerintah
Kabupaten Aceh Barat baik dukungan berupa moril dan materil.
2. Untuk meningkatkan produksi dan pendapatan Petani Karet di Kecamatan
Kaway XVI sebaiknya dilakukan pengarahan atau penyuluhan kepada para
petani karet, agar hasil produksi lebih baik dan kualitas.
3. Mengingat luasnya lahan kering/lahan kosong yang ada saat ini di Kecamatan
Kaway XVI maka dibutuhkan kebijakan pemerintah daerah untuk
mengusahakan agar lahan-lahan kosong itu dapat di manfaatkan menjadi lahan
perkebunan karet sehingga selain dapat meningkatkan produksi tanaman karet
juga berdampak terhadap peningkatan pendapatan petani dan mengurangi
angka pengangguran di Kabupaten Aceh Barat.
4. Di harapkan bagi penulis selanjutnya dapat menggunakan metode lain dalam
mengganalisis, sehingga hasilnya dapat di bandingkan dengan penelitian yang
menggunakan metode dalam skripsi ini. Serta kekurangan-kekurangan yang
lainnya dapat di perbaiki.