Organisasi petani (yuti)
-
Upload
syahyuti-si-buyuang -
Category
Science
-
view
643 -
download
8
Transcript of Organisasi petani (yuti)
Seminar Hasil Penelitian
Kajian Peran Organisasi Petani dalam Mendukung Pembangunan Pertanian
Tim Peneliti:
Syahyuti - Sri Wahyuni - Rita N Suhaeti
Amar Kadar Zakaria - Cecep Nurasa
PSEKP Bogor, 3 Desember 20141
Latar belakang:
1. Petani “harus” berorganisasi secara formal 2. Namun, organisasi-organisasi petani tidak berkembang baik3. Penyebabnya adalah:
a.Pada sisi keilmuan: konsep dan teori berkenaan ttg “lembaga” dan “organisasi” lemah, tidak konsisten, tidak ada konsep dan teori baku. b. Kebijakan: inkosistensi konsep lembaga dan organisasi, pendekatan searah, “pemaksaan” organisasi, organisasi adalah “wakil pusat di desa”, dllc.Pada diri aparat: lemah dan keliru ttg konsep, sikap, dan metodedalam mengorganisasikan petani. d.Pada diri petani: belum mampu mengorganisasikan diri secaraefektif, “terpaksa” berorganisasi
2
Justifikasi studi:
• Kebijakan baru tentang organisasi petani:1.UU No 19-2013 tentang Pemberdayaan danPerlindungan Petani,2.UU No 16-2006 tentang Sistem PenyuluhanPertanian, Perikanan dan Kehutanan,3.UU No 17- 2012 tentang Perkoperasian (telah dibatalkan MK),4.UU No 1-2013 tentang Lembaga KeuanganMikro, dan 5.Permentan No 82-2013 tentang PedomanPembinaan Kelompok Tani dan Gapoktan.
3
Tujuan penelitian:
1. Mengidentifikasi kebijakan dan tata kelolapengorganisasian petani (terutama petani kecil) diIndonesia
2. Menganalisis permasalahan pengorganisasian petanidan mempelajari tata kelola pengorganisasian petanikecil yang berhasil mandiri di Indonesia.
3. Merumuskan kebijakan pengorganisasian petani, khususnya petani kecil, sehingga dapat memenuhi fungsi-fungsi komunikasi, pendidikan, ekonomi, serta sosial politik sekaligus.
4
Kerangka Pemikiran:
5
Fungsi yg harus dipenuhi organisasi petani:
1. Fungsi administrasi pembangunan(kepentingan proyek)
2. Fungsi komunikasi (edukasi, ekonomi)
3. Fungsi kolektifitas (belajar, skala ekonomi)
4. Fungsi partisipasi (kepentingan proyek vs peserta)
5. Fungsi perwakilan (politik).
6
Justifikasi “organisasi politik” petani:
Buku: “Konsep Strategi Induk Pembangunan Pertanian 2013 – 2045”:
• Pilar dan strategi utama: Pengembangan sumber daya insani yang kompeten dan berkarakter (insan berkualitas, modal sosial dan modal politik) pertanian
• Transformasi tatakelola pembangunan : Proses perubahan sistem pengambilan keputusan, politik dan hubungan antar institusi dalam pengelolaan sumberdaya.
• Tantangan dan Peluang: Pemanfaatan momentum gerakan desentralisasi pemerintahan, partisipasi masyarakat dan reformasi tatakelola pemerintahan untuk pengembangan sistem politik pertanian yang digerakkan oleh dan berorientasi pada petani kecil
• Bab “Arah Dan Landasan Konseptual”: Pertanian yang adil berkaitan dengan pemerataan dan keberimbangan kesempatan berusahatani, politik, dan jaminan penghidupan secara horizontal, spasial, sektoral, bidang pekerjaan, dan sosial.
7
UU 19 tahun 2013 :
• Kelembagaan petani (pasal 72-79)• Kelembagaan ekonomi petani (pasal 80-81)• Pasal 69: Pembentukan organisasi petani
dilaksanakan dengan perpaduan dari budaya, norma, nilai, dan kearifan lokal Petani.
• Pasal 70: kelembagaan petani = Kelompok Tani; Gapoktan, Asosiasi Komoditas Pertanian; dan Dewan Komoditas Pertanian Nasional.
• Pasal 71: Petani berkewajiban bergabung dan berperan aktif dalam Kelembagaan Petani.
8
Metode Penelitian
9
Metode Penelitian:
10
Nara sumber Jabar Jatim Sumbar Total
Kues 1. Aparat pemerintah 6 6 4 16
Kues 2. Organisasi petani 12 13 5 32
a.Kelompok tani 3 1 1 5
b.Gapoktan 3 7 2 12
c.Koperasi 2 1 1 6
d.Asosiasi komoditas pertanian 2 3 0 5
e.KTNA 2 2 1 5
Kues 3. Tokoh petani, tokoh pemerintah,
dll (politik lokal)
8 4 4 16
Kues 4. Tokoh petani, tokoh pemerintah,
petugas lapang, dll (sosek buruh tani)
21 22 10 53
Kues 5. RT Buruh tani 19 20 8 47
Kues 6. PPL 14 7 9 30
Total 80 72 40 195
Hasil dan Pembahasan:
11
Kinerja dan target PPL:
12
Uraian Jabar Jatim Sumbar
Jumlah petani yang sudah masuk kelompok tani (%) 48.4 54.6 55.5
Jumlah kelompok tani yang dibina (unit) 11 – 16 10-14 10 - 16
Jumlah berdasarkan kelas:
- Kelas pemula (%) 37.2 43.4 56.2
- Kelas lanjut (%) 37.2 38.6 31.2
- Kelas madya (%) 18.6 18.0 12.6
- Kelas utama (%) 7.0 0.0 0.0
Total 100.0 100.0 100.0
Target semua petani masuk kelompok tani (%) 100.0 100.0 100.0
Target semua kelompok menjadi kelas utama (%) 0.0 0.0 0.0
Jumlah petani yang sudah masuk koperasi (%) Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu
Target semua petani masuk koperasi (%) 0.0 0.0 0.0
Pembinaan terhadap organisasi petani (%):
- KT dan Gapoktan 100.0 100.0 100.0
- Koperasi 12.5 27.2 18.7
- Asosiasi petani dan KTNA 0.0 0.0 0.0
13
Karakteritik organisasi petani:
14
Kelompok tani Gapoktan Koperasi Asosiasi KTNA
Jumlah sampel 5 unit 12 unit 6 unit 5 unit 5 unit
Area kerja Level dusun dan
neighborhood
Desa Komunitas,
berbasiskan
wilayah desa,
atau komoditas
Lintas desa,
bahkan lintas
kabupaten
Desa sampai
kabupaten
Komoditas atau
bidang utama
Padi, jagung,
cabe, kambing,
domba
Padi, jagung, cabe,
kambing, domba
Susu, tebu,
simpan pinjam
Lele, jagung, cabe,
tembakau, kambing
dan domba
Non komoditas
Fungsi yang
dijalankan
selama ini
Menyalurkan
benih dan pupuk
bantuan, wadah
penyuluhan, dll
Umumnya
menjalankan
program
pemerintah (PUAP,
LDPM, dll)
Koperasi
komoditas,
menyalurkan
pupuk bersubsidi
(KUD)
Masih baru, tahap
konsolidasi
Membantu RDKK
distribusi pupuk,
advokasi,
perencanaan dan
monitoring
pembangunan
Inisiasi
pembentukan
Umumnya dari
luar, untuk
administrasi
program
Umumnya dari luar,
untuk administrasi
program
Ada
organizational
learning
Untuk komunikasi,
dan memberi
pendampingan ke
petani
Dari pemerintah
(sejak 1980 an),
mulai tumbuh
kesadaran internal
15
Kelompok tani Gapoktan Koperasi Asosiasi KTNA
Jumlah sampel 5 unit 12 unit 6 unit 5 unit 5 unit
Karakter
kepemimpinan
Lemah,
umumnya
menolak
menjadi
pengurus
Lemah,
sebagian
menolak jadi
pengurus,
sebagian mulai
senang
Cukup kuat,
ada yang guru,
pensiunan, dll
Para pedagang
pengumpul
Tokoh petani
yang vokal,
cukup pintar,
dan “bermodal”
Keanggotaan Berbasiskan
lahan dan
tempat tinggal
(Jatim)
Semua KT di
desa, ada yg
lintas desa
(Gap
Panampuang
Prima – Agam)
Petani yang
berminat
Belum tertata,
belum ada pola
Semua KTNA
di desa (1-2
orang)
Pihak pembina PPL dan dinas
sesuai
komoditas
PPL dan dinas
pertanian
Dinas koperasi
untuk
manajemen,
teknis sesuai
komoditas
Tidak ada, di
dinas
komoditas baru
sebatas
pencatatan
Relatif tidak
ada, sebagian
BP4K dan
bupati
16
17
Fungsi organisasi Bentuk relasi Peran selama ini Ke dapan
KT Gap Kop Asosiasi KTNA
1.Administrasi Atas ke bawah Ya Ya Ya Tidak Tidak Semakin
berkurang, Bansos
akan berakhir
2.Komunikasi Atas ke bawah,
horizontal
Ya Ya Ya Ya
(internal)
Ya
(internal)
Berkurang, sarana
komunikasi
berubah
3.Ekonomi Horizontal Lemah Lema
h
Lemah Ya Tidak Perlu
(BUMP=koperasi,
PT, dll)
4.Partisipasi
pembangunan
Bawah ke atas Lema
h
Lema
h
Lemah Tidak Ya Koperasi, KTNA,
asosiasi, NGO, dll
5.Representasi
politik
Bawah ke atas Tidak Tidak Tidak terbatas Ya KTNA, HKTI,
asosiasi, petani di
legislatif, “partai
petani”, dll
Peran organisasi petani: kini vs nanti
Siapa yang sebaiknya membina organisasi petani?Organisasi petani Pembina selama ini Pembina semestinya
1. Kelompok tani, KWT, Gapoktan, P3A
Kementan (Dirjend berdasarkan
subsektornya)
Kementan (integratif)
2. Koperasi pertanian Dinas koperasi Kementan, Dinas Koperasi
3. Perusahaan milik petani Tidak ada Kementan, dinas perindutrian, dinas perdagangan, dll
4. Asosiasi komoditas Dirjend bersangkutan Lintas instansi sbg supporting org.
5. Asosiasi profesi Tidak ada Badan SDM, penyuluhan, dll
6. KTNA Tidak ada Kementan, Kemendagri, dll
7. LSM Tidak ada Lintas instansi sbg supporting org.
8. Org. Komunitas lokal Tidak ada Lintas instansi sbg supporting org.
18
Rancangan organisasi petani ke depan berdasarkan level wilayah:
19
Level wilayah Jenis organisasi Organisasi saat ini Pilihan organisasi ke
depan
Dusun Organisasi individual Kelompok tani Kelompok tani, KWT,
koperasi primer
Desa Organisasi
koordinator (inter-
group organization)
Gapoktan dan
koperasi
Koperasi dan
Posluhdes sebagai
simpul relasi
Kabupaten Organization
interrelation, dan
supporting
organization
Dinas Pertanian,
Badan Penyuluhan,
KTNA (namun tidak
menjadi koordinator
seluruh organisasi
petani sekabupaten)
KTNA, Dinas
Pertanian, Bapeluh,
asosiasi Gapoktan,
asosiasi PPL
swadaya, asosiasi
komoditas, NGO, dll
Secondary organizationSecondary organization
Individual org Individual
org
Individual org
Individual org
Individual org
Individual org
Desa A Desa B
Dinas Pertanian BPP - Penyuluhan LSM, Perguruan tinggi, dll
Interrelation organization
Supporting organization
institution
institution
institution
institution
20
Rancangan organisasi petani ke depan berdasarkan fungsi-fungsi sistem agribisnis:
21
Fungsi agribisnis Kondisi eksisting Ke depan
Pelaku Tipe relasi *) Pelaku Tipe
relasi *)
1. Penyediaan benih Sebagian kecil melalui
kelompok tani (BLBU),
umumnya beli di kios
1, 2, dan 3 Benih petani (kelompok
penangkar) dan
mekanisme pasar (kios)
3 dan 1
2. Penyediaan pupuk
dan obat-obatan
Untuk pangan melalui KT
(pupuk bersubsidi)
3 dan 1 Pupuk bersubsidi melalui
KT, pupk non subsidi
melalui kios, dan pupuk
petani (KT)
3 dan 1
3. Penyediaan modal Umumnya dari modal sendiri 1 Koperasi (dengan
penyatuan usaha
permodalan masyarakat di
level desa)
3 dan 1
4.Penyediaan alsintan Menyewa traktor dan tresher 2 dan 1 Menyewa traktor dan
tresher
2 dan 1
5.Penyediaan air
irigasi
P3A dan secara mandiri 1 dan 3 Mengandalkan P3A dan
organisasi komunitas lain
3
22
Fungsi agribisnis Kondisi eksisting Ke depan
Pelaku Tipe relasi *) Pelaku Tipe relasi *)
6.Penyediaan
tenaga kerja
TK sendiri dan tetangga
1 dan 2 Dari TK keluarga sendiri dan tetangga
1 dan 2
7.Pengolahan hasil
panen
Umumnya sendiri 1 Sendiri 1
8.Pemasaran hasil
panen
Dijual secara langsung
2 KT dan koperasi 3
9.Penyediaan
informasi pasar
Mencari informasi sendiri
1 dan 2 Mencari informasi sendiri, dan Posluhdes
1 dan 2
10.Penyediaan
informasi
teknologi
Penyuluh, dari petani lain, dna mencari sendiri
2 dan 1 Penyuluh (Posluhdes), dari petani lain, dan mencari sendiri
2 dan 1
*) 1=mandiri, 2=relasi individual, 3=relasi kolektif
Syarat ntuk menciptakan ORGANISASI petani yang kuat:
1. Dari sisi teknis = penyatuan berbagai organisasi-organisasi yang kecil menjadi ckup besar hingga mencapai skala ekonomis secara manajemen dan ekonomis
2. Dari sisi struktural = hilangkan sifat ego sektoral. Merasa MEMILIKI petani.
3. Dari sisi psikologis = sikap bahwa organisasi petani adalah milik petani, memberi kesempatan kepada mereka untuk tumbuh dan berkembang (learning organization), organisasi formal adalah salah satu pilihan, tidak WAJIB,
4. Dari sisi legislasi = pelurusan konsep, konsistensi, penjelasan lebih detail, dst.
5. Jangan hanya mendirikan ORGANISASI, tapi harus membangun KELEMBAGAAN. Kelembagaan = aspek regulatif + aspek regulatif + aspek kultural kognitif + aspek keorganisasian
23
Contoh: penguatan organisasi permodalan petani di desa dengan PENYATUAN
• Pasal 4 dan 5 UU No 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro (LKM): pendirian LKM harus berbadan hukum dan mendapat izin usaha
• Bentuk badan hukum dimaksud adalah berupa Koperasi atau Perseroan Terbatas.
• Maka, formalitas LKMA-PUAP (+ 47 ribu unit) harus sudah dilakukan selambatnya 8 Januari 2015 (= dua tahun setelah diundangkannya UU LKM).
• Jika masing-masing menjadi koperasi (5-8 unit koperasi) = biaya pembuatan mahal, pendapatan jasa (keuntungan) kecil, sehingga tidak cukup menggaji manajer, staf, dll. Tidak mencapai SKALA EKONOMI, tidak SUSTAIN (Pengurus tidak dapat insentif, honor manajer hanya Rp 300 ribu per bulan)
• Jika diSATUKAN = mencapai skala ekonomi, dan lebih SUSTAIN (bisa menggaji manajer dan staf minimal Rp 3 juta / orang/bulan)
24
Penyaturan organisasi permodalan di desa:
Organisasi pengelolapermodalan
Jumlah modal (Rp )
Potensi pendapatan (+ 10 %/tahun)
Potensi pendapatan
Jika disatukan
1. LKMA-PUAP 100 juta 10 juta
+ Rp 100 juta
2. LDPM 225 juta 22,5 juta
3. LPM 50 juta 5 juta
4. Koperasi wanita 15 juta 1,5
5. KUD 300 juta 30 juta
6. koperasi pengrajin 200 juta 20 juta
Tingkat sustainabilitas
Keuntungan rendah, masing-masing tidak sustain
Mencapai skala ekonomi, SUSTAIN
25
Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan:
1. Kebijakan dan strategi pengorganisisasian petani masih menggunakan “pola lama”. Dinas Pertanian dan Bapeluh masih membatasi diri pada KT dan Gapoktan. Kedepan, mestinya koperasi, perusahaan, asosiasi, dll mesti juga dibina pemerintah.
2. Dari seluruh fungsi-fungsi agribisnis, peran organisasi petani sangat terbatas. Relasi kolektif hanya untuk pemenuhan benih dan pupuk, selebihnya merupakan “relasi individual” dan “mandiri”.
3. Dalam hal fungsi organisasi bagi petani, fungsi yang sudah berjalan baru sebatas untuk adminstrasi dan komunikasi (KT dan Gapoktan). Untuk fungsi ekonomi (koperasi) serta fungsi partisipasi dan representasi politik masih terbatas (KTNA, namun lebih pada ketokohan individual)
4. Organisasi petani masih sebatas level desa (KT, Gapoktan, koperasi primer). Ke depan, dibutuhkan organisasi petani lain yang bergerak di level “atas desa” (= KABUPATEN) sebagai supporting organization, berupa berbagai asosiasi (asosiasi komoditas, asosiasi komunitas, asosiasi organisasi, asosiasi penyuluh swadaya, NGO, koperasi sekunder, KTNA, HKTI, “Partai Petani, dll).
5. Pengembangan organisasi petani ke depan menghadapi banyak tantangan-tantangan baru. PPL belum paham ini. Maka, ke depan penyuluh mesti lebih mampu menjalankan fungsi pengembangan komunitas (community-organizing role), jangan hanya terperangkap pada urusan komoditas. PPL harus belajar prinsip-prinsip community-organizing and group management skills yang berkenaan dengan conflict resolution, negotiation, dan teknik-teknik persuasive communication.
26