PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI...
Transcript of PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI...
PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI
(Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya)
Skripsi
OLEH
ABDUL RANI
08C10404031
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2014
PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI
(Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya)
SKRIPSI
ABDUL RANI
08C10404031
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian
Pada Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2014
PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI
(Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya)
Oleh : Abdul Rani
Nim : 08C10404031
Pembimbing : 1. Rahmat Pramulya, STP, MM
2. Hewi Susanti, SP
ABSTRAK
Pembinaan usahatani melalui kelompok tani tidak lain adalah sebagai
upaya percepatan sasaran. Petani yang banyak jumlahnya dan tersebar di pedesaan
yang luas, sehingga dalam pembinaan kelompok diharapkan timbulnya cakrawala
dan wawasan kebersamaan memecahkan dan merubah citra usahatani sekarang
menjadi usahatani masa depan yang cerah dan tetap tegar. Penelitian ini akan
dilaksanakan selama dua bulan yaitu mulai bulan Desember 2012 s/d Januari
2013. Lokasi penelitian di Gampong Blang Muko Kecamatan Kuala Kabupaten
Nagan Raya.
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskriptif yaitu menganalisa
data dengan cara menggambarkan data yang telah terkumpul dan menyajikannya
dalam bentuk angka-angka tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
umum. Analisis data juga menggunakan skala likert untuk memudahkan analisis
pertanyaan yang diajukan kepada responden. Pemberian skor dimulai dari nilai
tertinggi (3) dan skor terendah (1)
Karakteristik responden dalam kategori umur berusia 40 – 60 tahun
63,33%. Karakteristik pendidikan formal dalam kategori “sedang” yaitu 43,33%,
pendidikan nonformal dalam kategori sedang, yaitu 63,3 %. Karakteristik luas
lahan dalam kategori “sedang” yaitu 50 %. Karakteristik pengalaman berusahatani
dalam kategori “tinggi” yaitu 50 %. Faktor internal persepsi anggota terhadap
peran kelompok tani sebagai kelas belajar dengan kategori “sedang” yaitu 56,6 %,
sebagai unit produksi usahatani dengan kategori “sedang” yaitu 56,6 %, sebagai
wahana kerjasama dengan kategori “sedang” yaitu 63,33 %
Kata kunci : persepsi petani terhadap kelompok tani
LEMBAR PENGESAHAN
Judul skripsi : Persepsi Petani Terhadap Kelompok Tani (Studi Kasus :
Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya)
Nama : ABDUL RANI
Nim : 08C10404031
Jurusan : Agribisnis
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Rahmat Pramulya, STP, MM Hewi Susanti, SP
NIDN. 01-1710-7502 NIDN. 01-1504-8303
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Prodi Agribisnis
Universitas Teuku Umar
Diswandi Nurba, STP, MSi Yoga Nugroho, SP, MM
NIDN. 01-2804-8202
Tanggal Lulus : 20 Februari 2014
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi dengan judul :
Persepsi Petani Terhadap Kelompok Tani (Studi Kasus : Petani Padi Sawah
di Gampong Blang Muko Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya)
Yang disusun oleh :
Nama : Abdul Rani
NIM : 08C10404031
Fakultas : Pertanian
Program Studi : Agribisnis
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 20 Februari 2014 dan
dinyatakan lulus memenuhi syarat untuk diterima.
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
1. Rahmat Pramulya, STP, MM
(Dosen Pembimbing I) ................................................
2. Hewi Susanti, SP
(Dosen Pembimbing II) ................................................
3. Meiza Aulia, SP
(Dosen Penguji I) ................................................
4. Cut Ida Fitri, SP
(Dosen Penguji II) ................................................
Alue Peunyareng, 20 Februari 2014
Ketua Prodi Studi Agribisnis
Yoga Nugroho, SP, MM
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Abdul Rani, dilahirkan di Blang Muko Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya pada tanggal 23 Juli 1988, anak pertama dari dua
bersaudara dari pasangan orang tua ayahanda Abdul Rafur dan Anisah.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri Blang
Muko Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya pada tahun 1994 - 2001.
Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 2 Simpang Peut Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya pada tahun
2001 – 2004. Pada tahun yang sama yaitu tahun 2004 – 2007 Penulis diterima di
SMA Negeri 2 Kuala Kabupaten Nagan Raya.
Untuk selanjutnya, pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan
Sarjana pada Program Studi Agribisnis, di Fakultas Pertanian, Universitas Teuku
Umar Meulaboh, Aceh Barat. Pada bulan Mei – Juni 2012 penulis mengikuti
Kuliah Kerja Nyata yang dilakukan oleh semua Fakultas yang ada di Universitas
Teuku Umar bertempat di Desa Peunia Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh
Barat. Pada bulan Agustus - September 2012 melakukan Praktek Lapang di
Gampong Blang Muko Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya. Selanjutnya
pada bulan Desember 2012 – Januari 2013 penulis melakukan penelitian Skripsi
di Gampong Blang Muko Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
berkat dan anugerah yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Serta shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat yang telah memperjuangkan
agama Allah SWT di muka bumi ini.
Skripsi yang berjudul “PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK
TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko Kecamatan
Kuala Kabupaten Nagan Raya)” ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari Fakultas Pertanian Universitas Teuku
Umar.
Dalam penyusunan ini penulis tidak lepas dari bantuan, dukungan,
bimbingan, nasihat dan kerjasama dari berbagai pihak. Yang terutama penulis
sampaikan kepada kedua orang tua penulis yang tidak dapat penulis ucapkan
segala jasa-jasa yang telah diberikannya. Selanjutnya dalam kesempatan ini
penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Rahmat Pramulya, STP, MM dan Ibu Hewi Susanti, SP selaku
Dosen Pembimbing, yang telah memberikan saran dan nasihat sehingga
semuanya terasa mudah dan lancar.
2. Bapak Yoga Nugroho, SP, MM selaku Kaprodi atas segala bantuannya.
3. Bapak Diswandi Nurba, S.TP, MSi selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Teuku Umar
4. Teman-teman seangkatan yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang
telah membantu memberikan masukan-masukan.
5. Semua pihak yang telah, mendoakan, menemani dan mendukung penulis
selama proses menyelesaikan skripsi ini.
Demikian ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis haturkan
kepada semua orang yang telah menjadi bagian dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki ketidaksempurnaan.
Walaupun demikian, semoga tetap bermanfaat bagi semua pihak.
Meulaboh, Februari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ vi
I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 5
2.1. Pengertian Persepsi ........................................................................ 5
2.2. Faktor-Faktor Pembentuk Persepsi ............................................... 5
1. Pendidikan ................................................................................. 6
2. Pengalaman ............................................................................... 6
3. Luas Penguasaan Lahan ........................................................... 7
4. Lingkungan Sosial .................................................................... 7
5. Lingkungan Ekonomi ............................................................... 7
2.3. Petani.............................................................................................. 8
2.4. Peran .............................................................................................. 9
2.5. Pengertian Kelompok Tani ........................................................... 10
III. METODE PENELITIAN ................................................................. 14
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 14
3.2. Populasi dan Sampel .................................................................... 14
3.3. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 15
3.4. Tehnik Analisis Data ................................................................... 16
3.5. Definisi Operasional Penelitian .................................................. 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 18
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................................ 18
4.1.1. Letak dan Luas Wilayah ................................................... 18
4.1.2. Topografi dan Iklim .......................................................... 18
4.1.3. Keadaan Penduduk dan Perekonomian ............................ 19
4.2. Kelompok Tani di Gampong Blang Muko................................. 20
4.3. Tujuan, Sasaran, dan Hasil Kelompok Tani............................... 21
4.4. Karakteristik Sosial Ekonomi Anggota Kelompok Tani........... 22
4.4.1. Karakteristik Umur ........................................................... 22
4.4.2. Karakteristik Pendidikan.................................................. 23
4.4.3. Karakteristik Luas Lahan ................................................. 24
4.4.4. Karakteristik Pengalaman Berusahatani ......................... 25
4.5. Faktor-Faktor yang Membentuk Persepsi Petani ..................... 26
4.5.1. Pendidikan Formal ........................................................... 26
4.5.2. Pendidikan Non Formal ................................................... 27
4.5.3. Lingkungan Sosial ............................................................ 28
4.5.4. Lingkungan Ekonomi ....................................................... 29
4.6. Persepsi Terhadap Peran Kelompok Tani ................................. 30
4.6.1. Persepsi Sebagai Kelas Belajar ....................................... 30
4.6.2. Persepsi Sebagai Unit Produksi ....................................... 32
4.6.3. Persepsi Sebagai Wahana Kerjasama ............................. 34
4.7. Pembahasan ................................................................................. 36
V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 41
5.1. Kesimpulan ............................................................................... 41
5.2. Saran ......................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 43
DAFTAR TABEL
No Tabel Halaman
1. Jumlah kelompok tani di Gampong Blang Muko ............................. 2
2. Indikator dan variabel persepsi petani terhadap kelompok tani ....... 17
3. Luas lahan yang berpotensi di Gampong Blang Muko Kec Kuala .. 19
4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian .................................. 19
5. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ............................................. 20
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur .................................... 22
7. Karakteristik Pendidikan Formal ...................................................... 23
8. Karakteristik Pendidikan Non Formal ............................................... 23
9. Karakteristik Sebaran Luas Sawah .................................................... 24
10. Karakteristik Sebaran Pengalaman Berusahatani ............................. 25
11. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Formal ................... 26
12. Distribusi Responden Berdasarakan Pendidikan Non Formal ......... 37
13. Distribusi Responden Berdasarkan Lingkungan Sosial.................... 28
14. Distribusi Responden Berdasarkan Lingkungan Ekonomi .............. 29
15. Persepsi Terhadap Peran Kelompok Tani Sebagai Kelas Belajar ... 30
16. Persepsi Terhadap Peran Kelompok Tani Sebagai Unit Produksi .. 32
17. Persepsi Terhadap Peran Kelompok Tani Sebagai Wahana Kerjasama ... 34
18. Skor Faktor-Faktor yang Membentuk Persepsi Petani ..................... 36
19. Skor Persepsi Petani Terhadap Peran Kelompok Tani ..................... 38
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Kuesioner Persepsi Petani Terhadap Peran Kelompok Tani ................. 45
2. Rekapitulasi Nilai Persepsi Petani Terhadap peran Kelompok Tani .... 47
3. Kuesioner Faktor Eksternal persepsi Petani terhadap Kelompok Tani 48
4. Rekapitulassi Penilaian Faktor Eksternal Persepsi Petani Terhadap
Kelompok Tani......................................................................................... 50
5. Dokumentasi Penelitian ........................................................................... 51
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat berperan dalam
menentukan tingkat perekonomian suatu negara. Di Indonesia perbankan
mempunyai peranan lebih kurang 80% dari keseluruhan sistem keuangan yang
ada. Mengingat begitu besarnya peranan perbankan di Indonesia, maka pengambil
keputusan perlu melakukan evaluasi kinerja yang memadai.
Menurut Purnomo (2006),Indikator untuk mengukur kinerja Bank yang
biasa digunakan adalah kinerja Bank secara ekonomi. Pada hakikatnya kinerja
ekonomi terdiri dari dua kinerja utama yaitu kinerja keuangan dan kinerja
efisiensi produktivitas. Efisiensi perbankan selain diukur dengan melihat
perbandingan indikator kinerja perbankan dan rasio keuangan, ada metode lain,
yaitu non parametrik dengan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA).
Berdasarkan observasi awal di Bank BRI Cabang Meulaboh untuk saat ini
Bank tersebut belum mempunyai laporan atau kajian yang jelas tentang seberapa
besar efisiensi kinerja untuk setiap kantor unit, yaitu: kantor unit Johan Pahlawan,
kantor unit Cut Nyak Dhien dan kantor unit Teuku Umarketika dibandingkan satu
sama lain. Proses penilaian kinerja yang berlaku selama ini lebih kepada bersifat
penilaian intern, sehingga disparitas efisiensi antar satu unit dengan unit yang lain
tidak tergambar dengan jelas. Penilaian kenerja seperti ini memberikan efek bias
terhadap Bank BRI Cabang Meulaboh, efek bias tersebut timbul karena penilaian
2
kinerja masih dilakukan secara parsial berdasarkan persepsi dari masing-masing
unit yang ada. Padahal total efisiensi itu perlu dilihat dengan membandingkan
pencapaian setiap unit yang ada, belum lagi masalah metode yang digunakan
masih berdasarkan azas pendapat para pakar sehingga kesimpulan nilai kinerja
yang diperoleh hanya semata-mata berdasarkan perspektif dan latar belakang para
pakar tersebut. Implikasinya tingkat objektifitas kesimpulan yang diperoleh
terhadap nilai kinerja masing-masing unit sangat tergantung kepada penilaian
pakar. Oleh karena itu diperlukan metode evaluasi yang dapat mengukur kinerja
perusahaan. Salah satu cara untuk mengevaluasi kinerja tiap kantor unit cabang
adalah dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Pengukuran efisiensi
unit Bank BRI Cabang Meulaboh dalam penelitian ini akan menggunakan metode
Data Envelopment Analysis (DEA).
Menurut Hadad (2003), metode ini memiliki kelebihan yaitu tidak
membutuhkan asumsi bentuk fungsi produksi dalam membentuk frontier
produksinya, oleh karena itu kesalahan dalam spesifikasi fungsi produksi dapat
dieliminasi.Keuntungan relatif penggunaan pendekatan ini lebih besar
dibandingkan parametrik, yaitu pendekatan ini dapat mengidentifikasi unit yang
digunakan sebagai referensi sehingga dapat membantu mencari penyebab dan
jalan keluar dari ketidakefisienan yang merupakan keuntungan utama dalam
aplikasi manajerial. Karakteristik pengukuran efisiensi dengan metode DEA
memiliki konsep yang berbeda dengan efisiensi pada umumnya, pertama, efisiensi
yang diukur adalah bersifat teknis, bukan ekonomis, artinya bahwa analisis DEA
hanya memperhitungkan nilai absolut dari satu variabel. Satuan dasar yang
3
mencerminkan nilai ekonomis dari tiap-tiap variabel seperti harga, berat, panjang,
isi dan lainnya tidak dipertimbangkan. Oleh karenanya dimungkinkan suatu pola
perhitungan kombinasi berbagai variabel dengan satuan yang berbeda-beda.
Kedua, nilai efisien yang dihasilkan bersifat relatif atau hanya berlaku dalam
lingkup sekumpulan Decision Making Unit (DMU) yang diperbandingkan.
Efesiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang menggambarkan
kinerja secara keseluruhan dari suatu organisasi. Kemampuan kantor unit Bank
BRI Cabang Meulaboh menghasilkan output yang maksimal dengan inputyang
ada merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efesiensi
dilakukan, unit Bank BRI Cabang Meulaboh dihadapkan pada kondisi bagaimana
mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input yang ada atau
mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output tertentu.
1.2 Rumusan Masalah
Kantor Unit Bank BRI Cabang Meulaboh adalah suatu unit kerja yang
menjalankan kegiatan operasional dalam melaksanakan berbagai fungsi
Banksebagai lembaga keuangan. Sehingga diperlukan penilaian kinerja yang
terintegrasi antar setiap unit, agar dapat memberikan gambaran yang jelas
terhadap disparitas efisiensi masing-masing unit. Dari rumusan masalah diatas
maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan input dan output di setiap kantor unit Bank BRI
Cabang Meulaboh.
2. Seberapa besar tingkat efisiensi di setiap kantor unit Bank BRI Cabang
Meulaboh.
4
3. Bagaimana menentukan output yang perlu ditingkatkan agar efisiensi masing-
masing unit tercapai.
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
Adapun tujuan yang dikaji dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi Parameter input dan output kantor unit Bank BRI Cabang
Meulabohuntuk menghasilkan efisiensi yang diinginkan.
2. Mengukur tingkat efesiensi di setiap kantor unit Bank BRI Cabang Meulaboh
secara paralel sehingga diperoleh unit yang paling efisien.
3. Menganalisis parameter output yang perlu ditingkatkan sehingga kesetaraan
masing-masing unit dapat diperoleh.
1.3.2 Manfaat
Adapun manfaat yang penulis angkat dalam tugas akhir ini adalah:
1. Menjadi salah satu indikator yang sangat penting bagi Bank BRI cabang kota
Meulaboh dalam meningkatkan kinerja berdasarkan tingkat efisiensi masing-
masing unit dibawahnya.
2. Diharapkan menjadi landasan kebijakan jangka panjang bagi Bank BRI
Cabang Meulaboh dalam proses pengambilan keputusan.
1.4 Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup dalam tugas akhir ini maka penelitian
dibatasi dalam beberapa hal yaitu:
5
1. Penelitian dilakukan berdasarkan data di 3 kantor Bank BRI Unit Meulaboh
antara lain Kantor Unit Johan Pahlawan, Kantor Unit Cut Nyak Dhien dan
Kantor Unit Teuku Umar tahun 2012.
2. Pendekatan pemecahan masalah menggunakan metode DEA yang berbasis
input.
3. Parameter input dan output sepenuhnya memperhatikan karakteristiksumber
daya dari masing-masing kantor unit Bank.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan tugas akhir ini dilakukan dengan sistematika penulisan sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang penulisan tugas akhir, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat, batasan masalahdan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang mendasari penulisan tugas
akhir dan menjelaskan teori-teori Data Envelopment Analysis(DEA).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentangdeskripsi data serta metodologi yang
digunakan untuk penelitian ini.
BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini merupakanpengumpulan data dan pengolahan datadi Kantor Unit
Bank BRI Cabang Meulaboh.
6
BAB V ANALISIS DAN EVALUASI
Bab ini merupakan analisis penelitian data dan evaluasi hasil analisis di
Kantor Unit Bank BRI Cabang Meulaboh.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisis pembahasan masalah serta
saran yang diberikan oleh penulis bagi perusahaan.
27
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Efisiensi
Menurut Sutawijaya (2009), efisiensi adalah perbandingan yang terbaik
antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-
sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai
dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata lain hubungan antara apa
yang telah diselesaikan.
Menurut Sumanth (1985), pengertian efesiensi adalah perbandingan atau
rasio dari keluaran (output) dengan masukkan (input). Efisiensi mengacu pada
bagaimana baiknya sumber daya digunakan untuk menghasilkan output.
Sedangkan efektifitas adalah derajat pencapaian tujuan dari sistem yang diukur
dengan perbandingan atau rasio dari keluaran (output actual) yang dicapai dengan
keluaran (output) standar yang diharapkan. Efisiensi merupakan penghematan
penggunaan sumber daya dalam kegiatan organisasi, dimana efisiensi pada “daya
guna”. Efisiensi dimaksudkan pemakaian sumber daya yang lebih sedikit untuk
mencapai hasil yang sama. Efisiensi merupakan ‘ukuran’ yang membandingkan
rencana penggunaan masukan (input) dengan realisasi penggunannya. Efisiensi
100% sangat sulit dicapai, tetapi efisiensi yang mendekati 100% sangat
diharapkan. Konsep ini lebih berorientasi pada input daripada output.
Menurut Hadad (2003), efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang
secara teoritis mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Kemampuan
8
menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada, adalah merupakan
kinerja yang diharapkan. Saat pengukuran efisiensi dilakukan bank dihadapkan
pada kondisi bagaimana medapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat
input yang ada, atau menetukan tingkat input yang minimum dengan pencapaian
tingkat output tertentu.
2.2 Bank
Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang
perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan,
yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya.
Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank
sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan
menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas jasa yang
menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat. Kegiatan
menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat. Sedangkan
jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan
utama tersebut.
Menurut kegiatan usahanya yang mengacu pada pasal 5 UU Nomor
7/1992, jenis bank terdiri dari:
1. Bank Umum
Bank umum menurut UU Nomor 10 tahun 1998 didefinisikan sebagai
bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
9
lintas pembayaran, yang tergolong ke dalam bank umum seperti Bank BNI, Bank
BRI, Bank BTN dan lain-lain.
2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat menurut UU Nomor 10 tahun 1998 didefinisikan
sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran, yang tergolong ke dalam bank BPR seperti Bank Desa,
Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Badan Kredit Desa (BKD), Badan
Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), dan/atau
lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan UU
Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dengan memenuhi persyaratan tata cara yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Satu hal yang membedakan antara bank umum dengan bank perkreditan
rakyat adalah jenis simpanan masyarakat dimana bank perkreditan rakyat tidak
melakukan kegiatan simpanan dalam bentuk giro.
2.3 Konsep Efisiensi Bank
Efisiensi dalam dunia perbankan adalah salah satu parameter kinerja yang
cukup populer, banyak digunakan karena merupakan jawaban atas kesulitan-
kesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja. Sering kali, perhitungan
tingkat keuntungan menunjukkan kinerja yang baik, tidak masuk dalam kriteria
“sehat” atau berprestasi dari sisi peraturan. Sebagaimana diketahui, industri
perbankan adalah industri yang paling banyak diatur oleh peraturan-peraturan
yang sekaligus menjadi ukuran kinerja dunia perbankan.
10
2.3.1 Teori Efisiensi Bank
Menurut Hadad (2003), efisiensi dalam suatu perusahaan khususnya
perbankan merupakan salah satu parameter kerja yang cukup popular untuk
mengukur kinerja bank, hal ini disebabkan efisiensi yang merupakan jawaban dari
kesulitan-kesulitan dalam perhitungan ukuran-ukuran kinerja, seperti tingkat
efisiensi teknologi, alokasi dan efisiensi total.
Secara keseluruhan efisiensi perbankan dapat di dekomposisikan dalam
efisiensi skala (scale efficiency) dan efisiensi alokasi (allocative efficiency). Bank
dikatakan efisiensi dalam skala ketika bank bersangkutan mampu beroperasi
dalam skala hasil yang konstan (constant return to scale), sedangkan efisiensi
cakupan tercapai ketika bank mampu beroperasi pada diversifikasi lokasi.
Efisiensi akan lokasi tercapai ketika bank mampu menentukan berbagai output
yang memaksimumkan keuntungan, sedangkan efisiensi teknik pada dasarnya
menyatakan hubungan antara input dan output dalam suatu proses produksi. Suatu
proses produksi dikatakan efisien apabila pengggunaan input sejumlah tertentu
dapat dihasilkan output yang maksimum.
2.3.2 Pengukuran Efisiensi Bank
Menurut Silkman (1989), terdapat tiga jenis pendekatan pengukuran
efisiensi khususnya perbankan yaitu:
1. Pendekatan rasio, yaitu pendekatan rasio dalam mengukur efisiensi dilakukan
dengan cara menghitung perbandingan output dengan input yang digunakan.
Pendekatan ini akan dinilai memiliki efisiensi yang tinggi, apabila dapat
memproduksi sejumlah output yang maksimum dengan input tertentu.
11
2. Pendekatan regresi, yaitu pendekatan yang menggunakan sebuah model dari
tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat input tertentu.
Pendekatan regresi akan menghasilkan estimasi hubungan yang dapat
digunakan untuk memperoduksi tingkat output yang dihasilkan sebuah Unit
Kegiatan Ekonomi (UKE) pada tingkat input tertentu, UKE tersebut akan
dinilai efisien apabila mampu menghasilkan jumlah output lebih banyak
dibandingkan jumlah output estimasi.
3. Pendekatan frontier, pendekatan ini mempunyai dua jenis yaitu parametrik
dan non-parametrik.
2.3.3 Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi Bank
Menurut Hadad (2003), terdapat tiga pendekatan yang lazim digunakan
dalam metode parametrik dan non-parametrik untuk mendefinisikan hubungan
input dan output dalam kegiatan finalcial suatu lembaga keuangan yaitu:
1. Pendekatan Aset (Asset Approach)
Produksi aset mencerminkan fungsi primer sebuah lembaga keuangan sebagai
pencipta kredit pinjaman (loans). Pendekatan ini, output benar-benar
didefinisikan ke dalam bentuk aset.
2. Pendekatan produksi (Production Approach)
Pendekatan ini menganggap lembaga keuangan sebagai produsen dari akun
deposito (deposit account) dan kredit pinjaman (credit account), kemudian
output didefinisikan sebagai jumlah tenaga, pengeluaran modal pada aset-aset
tetap dan material lainya.
12
3. Pendekatan Intermediasi (Intermediation Approach)
Pendekatan ini memandang sebuah lembaga keuangan sebagai intermediator,
yaitu merubah dan mentransfer aset-aset keuangan dari surplus unit kepada
defisit unit. Input lembaga keuangan tersebut meliputi: biaya tenaga kerja,
modal dan pembayaran bunga pada deposito, kemudian output yang diukur
dalam bentuk kredit pinjaman dan investasi keuangan. Pendekatan ini melihat
fungsi primer sebuah institusi keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman
(loans).
Menurut Farrell (1957), efisiensi sebuah perusahaan pada dasarnya terdiri
dari dua komponen diantaranya:
1. Technical efficiency, menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
mencapai tingkat output yang maksimum dengan menggunakan tingkat input
tertentu yang tersedia.
2. Allocative efficiency, menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
mengoptimalkan penggunaan input dengan struktur harga dan teknologi
tertentu.
Kombinasi antara technical efficiency dan allocative efficiency akan
menjadi economic efficiency. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisien secara
ekonomi jika dapat meminimalkan biaya produksi untuk menghasilkan output
tertentu dengan tingkat teknologi yang umumnya digunakan serta harga pasar
yang berlaku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu organisasi dapat
dikatakan efisien jika output yang dihasilkan dapat ditingkat tanpa meningkatkan
input dan menurunkan output tertentu lainnya. Demikian pula suatu organisasi
13
dapat dikatakan efisien jika input dapat diturunkan tanpa menurunkan output yang
dihasilkan maupun tanpa meningkatkan input tertentu.
Menurut David (1984), efisiensi berhubungan dengan seberapa baik kita
menggunakan sumber daya yang ada untuk mendapatkan suatu hasil. Secara
matematis efisiensi merupakan rasio antara output dan input.
Namun perhitungan efisiensi diatas masih belum cukup untuk perhitungan
efisiensi suatu organisasi atau perusahaan, yang pada kenyataanya tidak hanya
melibatkan satu input dan menghasilkan satu macam output saja. Suatu organisasi
atau perusahaan sebenarnya berhubungan dengan bermcam-macam sumber daya
baik input maupun output yang berbeda.
Kenyataan seperti diatas menyebabkan kondisi ideal, yaitu suatu kondisi
dimana nilai efisiensi 1 atau 100% sangat sulit untuk dicapai. Sehingga
pengukuran efisiensi untuk perusahaan yang sejenis dapat dilakukan secara relatif.
Perusahaan sejenis berarti perusahaan yang memiliki jenis input dan output yang
sama. Sangat tidak mungkin dilakukan pengukuran efisiensi relatif antara pabrik
kelapa sawit dengan pabrik semen, yang jelas-jelas input dan outputnya sangat
berbeda. Melalui pendekatan teori efisiensi diatas maka, metode yang dapat
diterapkan untuk pemecahan masalah pengukuran efisiensi ini adalah
menggunakan metode Data Envelopment Anilysis (DEA).
2.3.4 Metode Pengukuran Efisiensi
Menurut Barger dan Humphrey (1997), metode yang umumnya digunakan
untuk mengukur efisiensi dalam institusi keuangan termasuk perbankan terdiri
dari metode parametrik dan metode non-parametrik.
14
Metode parametrik dalam pendekatannya terdapat tiga metode yang paling
sering digunakan yaitu:
1. Stochastic frontier Approach (SFA), merupakan pendekatan ekonometrik
menentukan bentuk fungsional untuk biaya, keuntungan atau hubungan
produksi diantara input, output dan faktor lingkungan serta pendekatan ini
memungkinkan untuk random error diasumsikan mengikuti distribusi standar
simetrik.
2. Thick Frontier Approach (TFA), membandingkan rata-rata efisiensi dari
kelompok perusahaan dan bukannya mengestimasi frontier.
3. Distribution Free Approach (DFA), metode ini menggunakan residual rata-rata
dari fungsi biaya yang diestimasi dengan panel data untuk membangun suatu
ukuran cost frontier efficiency. Metode ini tidak memaksakan suatu bentuk
spesifik pada distribusi dari efisiensi namun mengasumsikan bahwa terdapat
core efficiency atau efisiensi rata-rata untuk setiap perusahaaan yang besarnya
konstan dari waktu ke waktu.
Sedangkan dalam pendekatan non-parametrik terdapat dua metode yang
paling sering digunakan yaitu:
1. Data Envelopment Analysis (DEA), adalah teknik pemograman matematis
yang digunkan untuk mengevaluasi efisiensi dari suatu unit pengambilan
keputusan (unit kerja) yang bertanggung jawab menggunakan sejumlah input
untuk memperoleh suatu output yang ditargetkan.
2. Free Disposal Hull (FDH), diangggap sebagai generalisasi dari model DEA,
dimana model ini tidak mensyaratkan estimasi frontier. Metode estimasi
15
O
C
B
A
Output1 / Input1
Outp
ut2
/ I
nput2
frontier merupakan pendekatan matematika untuk menentukan best-practise
firms, yaitu perusahaan-perusahaan yang kinerjanya terletak pada frontier.
2.4 Analisis garis Frontier
Frontier Analysis merupakan ukuran efisiensi relatif. Pengukuran
dilakukan terhadap inefisiensi unit-unit yang ada dibandingkan dengan unit lain
yang dianggap paling efisien dalam set data yang ada. Hal ini memungkinkan
Frontier Analysis menghasilkan perhitungan tingkat efisiensi mencapai 100%
pada beberapa unit. Unit yang memiliki tingkat efisiensi 100% merupakan unit
yang terefisien dalam set data tertentu dan waktu tertentu. Keuntungan dari
penggunaan Frontier Analysis adalah dapat melihat sumber ketidakefisienan
dengan ukuran ‘peningkatan potensial’ dari masing-masing input atau output.
Menurut Barger dan Humphrey (1997) dalam makalah pertamanya yang
memuat mengenai teori portofolio, garis frontier adalah suatu garis permukaan
yang dihubungkan oleh titik-titik terluar dari suatu analisis grafik yang merupakan
kondisi sangat efisien yang dapat tercapai. Bagian yang ditunjukan oleh garis
tersebut disebut efficient frontier (permukaan efisien).
Analisa grafik dan garis frontier dalam DEA:
1. Grafik awal antara
dengan
………(1)
Gambar 2.1 Grafik awal efisiensi
16
C
O
B
A
Output1 / Input1
Ou
tpu
t2 /
Inp
ut2
B’
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa efisiensi maksimum akan tercapai
di sepanjang garis yang melewati titik A dan C. dalam hal ini kondisi berada pada
garis frontier. Sementara itu titik B kurang efisien dibandingkan dengan efisiensi
maksimum titik A dan titik C. semua kondisi yang berada di dalam garis frontier
dihubungkan oleh titik terluar dari suatu analisis grafik yang merupakan kondisi
sangat efisien yang dapat dicapai. Lebih jelas dapat dilihat pada gambar 2.2.
2. Grafik yang menunjukan peningkatan DMU sampai ke garis frontier
Gambar 2.2. Grafik peningkatan efisiensi dari suatu kondisi tertentu
Titik B yang diubah menjadi titik yang lebih efisien dengan cara menarik
gari dari pangkal O (0,0) yang melalui titik kondisi B menuju ke garis frontier.
Selanjutnya dapat dicapai output 1 / input 1 (efisiensi 1) dan output 2 / input 2
(efisiensi 2) yang menjadi lebih efisien (kodisi B’) dari pada keadaan awal
(kondisi B). dengan demikian dapat dihitung berapa nilai output dan input yang
harus dicapai agar suatu kondisi yang tidak efisien menjadi kondisi yang efisien.
2.5. Data Envelopment Analysis (DEA)
Menurut Charnes (1978), DEA adalah analisis pemograman yang berbasis
pada pengukuran tingkat performansi suatu efisiensi dari suatu organisasi
menggunakan Decision making Unit (DMU). Yang dimaksud dengan DMU
17
adalah suatu sumber daya dapat berupa sekolah, Bank, rumah sakit, universitas
dan lain-lain. DMU ini dapat digunakan untuk mengetahui seberapa efisien suatu
DMU digunakan dengan pemamfaatan peralatan yang ada untuk dapat
menghasilkan output yang maksimum.
Menurut Siswandi (2004), suatu perusahaan yang rasional akan selalu
berupaya untuk memaksimalkan keuntungan yang diperolehnya. Sejalan dengan
ini, perusahaan yang rasional akan selalu meningkatkan kapasitas produksinya
sampai diperoleh suatu nilai keseimbangan profit yang maksimal dalam marginal
revenue (sebagai fungsi output) masih melebihi marginal cost (sebagai fungsi
input). Sehingga perusahaan-perusahaan haruslah sensitif terhadap isu yang
berhubungan dengan “skala hasil” (yang umum disebut dengan return to scale).
Suatu perusahaan akan memiliki salah satu dari kondisi return to scale,
yaitu increasing return to scale (IRS), constant return to scale (CRS)
dan decreasing return to scale (DRS).
Menurut Hadinata (2000), DEA adalah suatu model pemograman
matematis yang digunakan untuk menghitung efisiensi relatif suatu unit
dibandingkan dengan unit-unit lain menggunakan berbagai macam input dan
output yang sejenis. DEA juga dapat juga digunakan untuk melakukan proses
bencmarking.
Kebanyakan input dari suatu organisasi berupa data yang sulit untuk
diukur performansi efisiensi. Akan tetapi akan lebih mudah mengukurnya dari
segi profit tahunan ataupun stok barang dalam organisasi tersebut. Suatu input dan
output dari suatu organisasi dapat bervariasi jumlah dan jenisnya. Hal ini dapat
diatasi dengan cara menentukan rasio dari perbandingan total ouput dengan total
18
input. Efisiensi yang ditentukan dengan metode DEA adalah suatu nilai yang
relatif dan bukan merupakan suatu nilai mutlak yang dapat diberi skor 100% dan
DMU lain yang performansinya berada dibawahnya memiliki skor yang bervariasi
yaitu antara 0%-100% sesuian perbandingan dengan DMU yang terbaik.
Istilah-istilah yang digunakan DEA adalah:
1. Input
Sesuatu yang dibutuhkan untuk kemudian diolah dan menjadi suatu produk
yang bernilai.
2. Output
Sesuatu yang dapat dihasilkan dari sejumlah input yang tersedia.
3. Unit
Sesuatu yang dinilai dan dibandingkan antara input dan output sehingga
diperoleh nilai efisiensi relative.
4. Efisiensi relatif
Efisiensi suatu unit bila dibandingkan dengan unit-unit lain yang memiliki
input dan output dengan jenis yang sama dalam treatment tertentu.
5. Bobot
Pemberian nilai untuk suatu faktor yang memberikan makna bahwa faktor
tersebut mempengaruhi efisiensi sebesar nilai bobotnya.
Dalam mengevaluasi dengan metode DEA perlu diperhatikan:
1. Kebutuhan nilai input dan output untuk masing-masing DMU
2. DMU memiliki proses yang sama, yaitu dengan menggunakan jenis input dan
output yang sama.
19
3. Mendefinisikan nilai efisiensi relatif masing-masing DMU melalui rasio
antara penjumlahan bobot output dengan penjumlahan bobot input.
4. Nilai efisiensi berkisar antar 0 dan 1
5. Nilai bobot yang diperoleh dari hasil pemograman dapat digunakan untuk
memaksimumkan nilai efisiensi relatif.
Penggunaan model matematis dalam metode DEA memiliki kekhususan
bila dibandingkan dengan penggunaan model matematis lain. Dalam hal ini model
matematis DEA digunakan untuk mengevaluasi dan menganalisa unit organisasi
atau DMU berdasarkan data dan kinerja di masa lalu untuk perencanaan pada
masa yang akan datang. Dua model matematis yang digunakan ialah:
1. Model matematis DEA-CCR Primal adalah model utama yang dipakai untuk
menghitung nilai efisiensi tiap unit DMU. Dalam DEA efisiensi (ep) sebuah
DMU didefinisikan sebagai rasio antara jumlah ouput yang diboboti dengan
jumlah input yang diboboti, yang merupakan suatu perluasan alami konsep
efisiensi.
2. Model Matematis DEA-CCR Dual adalah model pendukung untuk
menghitung efisiensi relatif suatu DMU dan mengetahui DMU yang
dijadikan acuan untuk meningkatkan nilai efisiensi DMU yang tidak efisien.
Setiap DMU memerlukan satu pemograman linier diatas, dimana model
pemograma linier untuk masing-masing DMU pada dasarnya sama. Suatu DMU
dikatakan efisien secara relatif bila efisiensi bernilai 1 (nilai efisiensi sebesar
100%). Sebaliknya nilai efisiensi kurang dari 1, maka DMU tersebut dianggap
tidak efisien.
20
Bila dalam rumus (1) nilai efisiensi diperoleh dari hasil pembagian antara
nilai output dengan nilai input, maka perbaikan nilai efisiensi dapat dilakukan
dengan cara:
1. Nilai output ditingkatkan, sementara nilai input tetap
2. Ketika nilai output tetap, maka nilai input diturunkan
3. Pada saat nilai output meningkat, secara bersamaan nilai input diturunkan
Pada metode DEA perbaikan nilai efisiensi lebih mengarah pada peningkatan nilai
output sedangkan nilai input tetap.
Model matematis yang diperkenalkan dengan tujuan untuk menentukan
efisiensi relatif untuk tiap DMU ke-p, dirumuskan:
………………………….….(2)
dengan syarat bahwa efisiensi semua DMU adalah:
Untuk k=1,……,n ….(3)
Yt ,………., Ys ≥ 0 …………………………(4)
Xj ,………., Xt ≥ 0 …………………………(5)
Dalam hal ini:
ep adalah efisiensi untuk DMU ke-p
s adalah jumlah pengukuran output
t adalah jumlah pengukuran input
n adalah jumlah DMU
Ojk adalah nilai output pada pengukuran output ke-i (i = 1,...,s) untuk DMU
ke-k (k = 1,…..,n)
21
Ijk adalah nilai input pada pengukuran input ke-j (j = 1,….,t) untuk DMU ke-
k (k = 1,….,n)
Yi adalah bobot output per-unit pada pengukuran output ke-I (i=1,…s)
Xj adalah bobot input per-unit pada pengukuran input ke-j (j=1,…t)
Model non-linier dan fraksional diatas dapat dirubah dalam bentuk linier
programing untuk lebih memudahkan dalam perhitungan menjadi:
Fungsi tujuan
Maksimumkan ………(6)
Kendala
……………………………….....(7)
-
……………………(8)
Yi,……., Ys ≥ 0 …………………………………(9)
Xj,……..Xt ≥ 0 …………………………………(10)
Model linier diatas sebagai bentuk DEA-CCR Primal.
Selanjutnya bentuk linier programing DEA-CCR diatas dapat dibawa kedalam
bentuk DEA-CCR Dual, model dualnya sebagai berikut:
Fungsi tujuan
Maksimum h0 ……………………………(11)
Kendala
Ijp h0 – ……………………...(12)
……………………………..(13)
…………………………………………(14)
22
Bobot yang diperoleh dari hasil dual dapat digunakan untuk meningkatkan DMU
yang tidak efisien menjadi efisien (100%).
2.5.1. Keunggulan dan Keterbatasan DEA
Dalam perkembangannya, metode DEA pun tentu terdapat kelebihan dan
kekurangannya, dalam konteks pengukuran efisiensi sebuah industri. Secara
singkat, berbagai keunggulan dan keterbatasan metode DEA adalah:
1. Keunggulan DEA
a. Bisa menangani banyak input dan output
b. Tidak butuh asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan output.
c. Unit Kegiatan Ekonomi dibandingkan secara langsung dengan sesamanya.
d. Dapat membentuk garis frontier fungsi efisiensi terbaik atas variabel
input-output dari setiap sampelnya.
e. Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda.
2. Keterbatasan DEA
a. Bersifat simple specific
b. Merupakan extreme point technique, kesalahan pengukuran bisa berakibat
fatal.
c. Hanya mengukur produktivitas relatif dari unit kegiatan ekonomi bukan
produktivitas absolut.
d. Uji hipótesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan.
2.6 Dicision Making Unit (DMU)
DEA adalah linear programming yang berbasis pada pengukuran tingkat
performance suatu efisiensi dari suatu organisasi dengan menggunakan Dicision
Making Unit (DMU). Istilah DMU dalam DEA dapat berupa bermacam-macam
23
unit seperti bank, rumah sakit, unit dari pabrik, departemen, universitas, sekolah,
pembangkit listik, kantor polisi, kantor samsat, kantor pajak, penjara, dan apa saja
yang memiliki kesamaan karakteristik operasional (Siswadi dan Purwantoro,
2006). Ramanathan (2003) menyebutkan ada dua faktor yang mempengaruhi
dalam pemilihan DMU, yaitu :
a. DMU harus merupakan unit-unit yang homogen. Unit-unit tersebut
melakukan tugas (task) yang sama, dan memiliki objektif yang sama. Input
dan output yang mencirikan kinerja dari DMU harus identik, kecuali
berbeda hanya intensitas dan jumlah/ukurannya (magnitude). Hal ini juga
sejalan dengan pendapat Sufian (2006).
b. Hubungan antara jumlah DMU terhadap jumlah input dan output
kadangkala ditentukan berdasarkan “rule of thumb”, yaitu jumlah DMU
diharapkan lebih banyak dibandingkan jumlah input dan output dan
ukuran sampel seharusnya dua atau tiga kali lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah keseluruhan input dan output.
Pertimbangan dalam pemilihan sampel DMU adalah jumlah dari DMU itu
sendiri. Untuk dapat membedakan secara selektif DMU yang efisien dan inefisien
maka diperlukan jumlah DMU yang lebih besar dari perkalian jumlah input dan
jumlah output. Jumlah DMU sekurang-kurangnya tiga kali lebih besar dari total
jumlah variabel input dan output. Namun pada beberapa penelitian lain mengenai
DEA terdapat pula penggunaan sampel DMU yang lebih kecil.
2.7 Pemilihan Variabel Input dan Output
Kesulitan utama dalam aplikasi DEA adalah pemilihan input dan output.
Kriteria pemilihan input dan output adalah sangat subjektif. Tidak ada aturan yang
24
spesifik dalam menentukan pemilihan input dan output. Namun demikian,
beberapa petunjuk pemilihan input dan output umumnya input didefinisikan
sebagai sumber daya yang dimanfaatkan oleh DMU atau kondisi yang
mempengaruhi kinerja dari DMU, sementara output merupakan keuntungan
(benefit) yang dihasilkan sebagai hasil dari kegiatan operasi DMU.
Dalam setiap aplikasi DEA, sangatlan penting untuk menentukan input
dan output secara benar. Beberapa aturan rule of thumb dapat membantu dalam
menentukan jumlah yang ideal untuk input dan output. Umumnya, pada saat
jumlah input dan output meningkat, maka semakin banyak DMU yang akan
memperoleh tingkat efisiensi 100%, karena DMU-DMU tersebut menjadi terlalu
khusus untuk dievaluasi terhadap unit lain.
2.8 Tahapan Analisis DEA
Berikut ini tahapan-tahapan dalam analisis DEA yang telah dirangkum
dari berbagai sumber literatur :
a. Table of Efficiencies (Radial)
Analisis ini menunjukkan DMU mana yang paling efisien. Efisiensi
ditunjukkan dengan nilai optimal dari fungsi tujuan yang dikembangkan dari
linear programming. Nilai fungsi tujuan 100% berarti DMU tersebut efisien
sementara yang kurang dari 100 % berarti inefisien.
b. Table of Peer Units
Tabel ini digunakan untuk menentukan jika suatu DMU inefisien maka
akan ditunjukkan bagaimana cara mencapai tingkat efisiensi dengan melihat peer
DMU yang menjadi acuan /pedoman untuk mencapai tingkat efisiensi.
25
c. Table of Target Values
Analisis ini digunakan untuk menentukan berapa persen efisiensi sudah
terjadi untuk setiap DMU baik dari setiap struktur input maupun struktur output.
Dalam tabel ini akan ditunjukkan nilai actual dan target yang harus dicapai dari
setiap input maupun setiap output. Jika besarnya nilai actual sudah sama dengan
nilai target-nya maka efisiensi untuk setiap input atau output sudah terjadi.
Sebaliknya jika nilai antara actual dengan target tidak sama maka efisiensi belum
tercapai.
Lebih lanjut mengenai prosedur yang dilakukan setelah perhitungan
efisiensi dengan DEA. Menurutnya adalah sangat penting untuk memverifikasi
hasil perhitungan efisiensi dengan menggunakan analisis sensitivitas. Dalam
beberapa kasus, output pengukuran DEA sudah cukup untuk menarik kesimpulan.
Namun beberapa kasus lainnya seringkali diperlukan analisis lebih lanjut dari
output DEA.
2.9 Penelitian Terdahulu tentang Kinerja
Pengukuran kinerja menggunakan metode DEA sudah pernah dilakukan
oleh beberapa peneliti untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.1
dibawah ini:
27
Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu
No Judul Nama
Peneliti Metodologi Kesimpulan dan Saran
1.
The Efficiency of
Islamic Banking in
Malaysia : Foreign vs
Domestic Bank
Fadzlan
Sufian
(2006)
Penelitian ini menggunakan model DEA
dengan menggunakan variabel input yang
terdiri dari total simpanan, biaya tenaga kerja,
dan aset. Variabel pembiayaan dan pendapatan
operasional sebagai output selama periode
2001-2004.
Hasil penelitian ini menunjukkan secara umum
perbankan syariah di Malaysia mengalami
peningkatan selama periode pengamatan.
Penelitian ini juga menggambarkan bank asing
syariah relatif lebih efisien dibandingkan bank
domestik syariah selama tahun pengamatan.
2.
Analisis Perbandingan
Efisiensi Perbankan
Syariah Di Indonesia
Dengan Metode Data
Envelopment Analysis
(DEA)
Harjum
Muharam
dan Rizki
Pusvitasari
(2007)
Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah DEA dengan
memasukkan variabel total simpanan, biaya
operasional lainnya sebagai variabel input.
Variabel outputnya meliputi: pembiayaan,
aktiva lancar dan pendapatan operasional
lainnya.
Pada tahun 2005 hanya bank BTN Syariah,
Niaga Syariah, dan Permata Syariah yang
mencapai efisiensi 100 persen, sedangkan
sembilan bank lainnya memiliki tingkat
efisiensi yang fluktuatif.
3.
Efficiency Analysis of
Conventional and
Islamic Banks in
Indonesia using Data
Envelopment Analysis
Ascarya,
Diana
Yumanita,
dan Guruh S.
Rokhimah
(2008)
Penelitian ini dianalisis dengan metode DEA.
Variabel total simpanan, biaya tenaga kerja
dan aset sebagai input. Variabel ouputnya
meliputi: pembiayaan dan pendapatan. Kedua
jenis variabel ini digunakan baik pada bank
syariah maupun konvensional.
Selama periode pengamatan tahun 2002-2006,
perbankan syariah dianggap relatif lebih
efisien dibandingkan bank konvensional.
Kinerjanya dari tahun ke tahun mengalami
kenaikan, kecuali pada tahun 2004. Hal ini
disebabkan perbankan syariah melakukan
langkah yang ekspansif. Studi ini juga
menggambarkan bahwa rata-rata efisiensi BUS
relatif lebih baik dibandingkan UUS maupun
BPRS.
27
2.10 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual yang dibangun dalam penelitian ini yaitu untuk
mengukur tingkat efisiensi tiga kantor unit Bank BRI cabang Meulaboh, yaitu
kantor unit Cut Nyak Dhien, kantor unit Johan Pahlawan dan kantor unit Teuku
Umar pada periode 2011 sampai dengan 2012. Peneltian ini mengukur tingkat
efisensi dengan menggunakan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)
dengan cara menetukan variabel-variabel input yang meliputi: Jumlah pegawai,
jumlah simpanan, jumlah nasabah dan jumlah biaya operasional (BOP). Adapun
variabel-variabel output yang mencakup: Jumlah kredit yang diberikan dan
jumlah income (pendapatan). Kerangka konseptual dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
Gambar 2.3 kerangka konseptual teoritis
3 Kantor Unit Bank BRI Cabang Meulaboh
Variabel input
3. Jumlah pegawai
4. Jumlah simpanan
5. Jumlah nasabah
6. Jumlah biaya
operasional (BOP)
Variabel output
1. Jumlah kredit yang
diberikan
2. Jumlah income
Efisiensi relatif ketiga kantor unit
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian
3.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian tugas akhir ini bertempat di kantor unit Bank BRI cabang
Meulaboh, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat yaitu kantor unit
Johan Pahlawan, kantor unit Cut Nyak Dhien dan kantor unit Teuku Umar.
3.1.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dapat dijelaskan pada tabel Time Line:
Tabel 3.1 Time Line Penelitian
Kegiatan
Tahun 2013
Minggu Pertama Minggu Kedua Minggu Ketiga Minggu Keempat
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Studi data keuangan
- - - - - - - - - - - - - -
Diskusi - -
- - - - - - - - - - - -
Diskusi Ide Proposal - - - -
- - - - - - - - - -
Pembuatan Proposal
- - - - - -
- - - - - - - -
Penelitian
Pengambilan Data
- - - - - - - -
- - - - -
Penelitian
Pengolahan Data
- - - - - - - - - - -
- -
Penelitian
Penyusunan Laporan - - - - - - - - - - - - - -
29
3.2 Metode Penelitian
Proses pengambilan data yang dilakukan secara bertahap, tahap-tahap ini
pada dasarnya sama dengan model pelaksanaan penelitian dan dapat digunakan
sebagai kerangka utama yang kemudian dapat dikembangkan sesuai kebutuhan.
Pada tugas akhir ini penulis menggunakan data di beberapa kantor unit Bank BRI
Kota Meulaboh, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat.
Menggunakan data yang bersumber pada data laporan keuangan tahunan selama
dua tahun yaitu tahun 2011 dan 2012. Data selama dua tahun dipandang cukup
untuk digunakan dalam menentukan efisiensi relatif pada tiap kantor unit Bank
BRI Kota Meulaboh.
Metode DEA bila diartikan secara bebas berarti analisa data terbungkus.
Disebut karena bila hasil dari perhitungan efisiensi telah didapatkan, dan
kemudian diplot dalam suatu grafik dan nilai-nilai yang terluar dihubungkan,
maka akan melingkupi atau membungkus nilai-nilai tertentu. Cara pengukuran
yang digunakan dalam metode DEA adalah dengan membandingkan antara output
yang dihasilkan dengan input yang ada.
………………………
Nilai efisiensi sautu unit antara 0 sampai dengan 1
DMU dikatakan efisien jika:
1. Dari segi orientasi output
output naik saat input tetap
Efisiensi naik
output tetap saat input turun
30
2. Dari segi orientasi input
input tetap saat output naik
Efisiensi naik
Input turun saat output tetap
Metode penelitian dijelaskan pada flowchart efesiensi relatif
menggunakan metode DEA, gambar 3.1 sebagai berikut::
Menentukan Faktor - Input
- Output
Pengukuran efesiensi
Mulai
Study Pustaka
Pengambilan data
Kantor Unit BRI Kota Meulaboh - Unit Johan Pahlawan - Unit Cut Nyak Dhien - Unit Teuku Umar
A
31
Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian DEA di Kantor Unit BRI
Langkah-langkah Data Envelopment Analysis (DEA) yang diterapkan di
Kantor Unit Bank BRI Kota Meulaboh, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten
Aceh Barat antara lain:
1. Studi pustaka
Tahap ini melakukan kegiatan mempelajari Data Envelopment Analysis (DEA)
melalui buku pedoman kuliah dan beberapa tulisan ilmiah atau paper.
Nilai efisiensi
Unit Johan Palahalwan
Peers group unit
Nilai efisiensi Unit Teuku
Umar
Nilai efisiensi Unit Cut
Nyak Dhien
Efisiensi relatif
Analisis peningkatann
input / output
Selesai
Peers group unit
Peers group unit
A
Penentuan nilai
peningkataan input /
output
Kesimpulan
32
Sehingga diperoleh landasan teori yang digunakan dalam penelitian yang
dilakukan.
2. Pengambilan data
Tahap ini yaitu pengumpulan data yang berasal dari data laporan keuangan
tahunan di kantor unit Bank BRI Kota Meulaboh.
3. Menentukan faktor
Yaitu data yang diperoleh kemudian dipisahkan menjadi faktor input dan
faktor output.
Faktor input terdiri dari:
a. Jumlah Pegawai
b. Jumlah Simpanan
c. Jumlah Biaya
d. Jumlah nasabah
Faktor output terdiri atas:
a. Jumlah kredit yang diberikan
b. Jumlah pendapatan
4. Pengukuran efisiensi
Dilakukan dengan membuat model DEA-CCR primal, super efesiensi dan
DEA-CCR dual. Setelah itu dilakukan perhitungan dengan software komputer.
5. Efisiesi relatif
Yaitu membandingkan hasil pengukuran efisiensi relatif dari tiap kantor unit
BRI Kota Meulaboh.
33
6. Analisis peningkatan input / output
Yaitu untuk mengetahui penyebab ketidakefisienan dan apakah dapat
dilakukan perubahan nilai input dan output untuk meningkatkan nilai efisiensi
Bank.
7. Penentuan nilai peningkatan input / output
Yaitu menetukan perubahan nilai terhadap input / output untuk meningkatkan
efisiensi kinerja.
8. Kesimpulan
Yaitu menyimpulkan hasil dan informasi dari langkah-langkah sebelumnya
dan memberikan saran-saran sebagai masukan untuk pihak perbankan.
3.3 Metode Pengambilan Data
Pengambilan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode
pengambilan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Dalam tugas
akhir ini metode yang digunakan untuk pengambilan data antara lain:
1. Pengambilan data dengan observasi langsung.
Pengambilan data dengan observsi langsung atau dengan pengamatan
langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada
pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Pengambilan data dengan
observasi memiliki beberapa keuntungan:
a. Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencatat
hal-hal, perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut
berlaku, atau sewaktu perilaku tersebut terjadi. Dengan cara pengamatan, data
34
yang langsung mengenai perilaku yang tipikal dari objek dapat dicatat segera
dan tidak menggantungkan data dari ingatan seseorang.
b. Pengamatan langsung dapat memperoleh data dari subjek baik yang tidak
dapat berkomunikasi secara verbal dan yang tidak mau berkomunikasi secara
verbal.
2. Pengambilan Data dengan Interview
Selain dari pengambilan data dengan cara pengamatan, maka penulis
juga memperoleh data dengan interview. Dalam tugas akhir ini informasi atau
keterangan diperoleh langsung dari pimpinan dan karyawan dengan cara bertatap
muka dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan
wawancara). Pengambilan data dengan interview memiliki beberapa keuntungan:
a. Bisa membangun hubungan dan memotivasi responden.
b. Bisa mengklarifikasi pertanyaan, menjernihkan keraguan, menambah
pertanyaan baru dan memperoleh data yang banyak.
3. Pengambilan Data dengan Penggunaan Dokumen
Penulis dalam tugas akhir ini juga menggunakan data dokumen
perusahaan. Pengambilan data dengan penggunaan dokumen memiliki beberapa
keuntungan sebagai berikut:
a. Dapat memberikan gambaran berbagai informasi tentang perusahaan pada
waktu yang sudah lampau (yang direkam atau didokumentasikan).
b. Dapat merekam berbagai jenis data tentang keuntungan dan kerugian
perusahaan.
18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Menurut Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Kecamatan (BP3K) Kecamatan Kuala, jumlah kelompok tani di Gampong Blang
Muko sebanyak tiga kelompok tani, yaitu Bina Usaha, Karya Jadi dan Makmue
Beusare. Dalam penelitian ini, yang dijadikan sampel responden adalah petani
yang tergabung dalam kelompok tani yang ada di Gampong Blang Muko
Kecamatan Kuala.
4.1.1. Letak dan Luas Wilayah
Gampong Blang Muko merupakan salah satu Gampong yang berada di
wilayah Kecamatan Kuala dengan luas wilayah 10,32 Km2 yang terdiri dari tiga
dusun. Adapun batas – batas wilayahnya sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Gampong Blang Baro
Sebelah Selatan berbatasan dengan Gampong Lupe
Sebelah Timur berbatasan dengan Gampong Cot Kumbang
Sebelah Barat berbatasan dengan Krueng Nagan
4.1.2. Topografi dan Iklim
Secara geografis Gampong Blang Muko Kecamatan Kuala terletak pada
ketinggian 0 – 125 m dpl dengan suhu rata-rata 18 – 330C dengan kelembaban 60
– 98 % dan pH tanah 5,5 – 7. Sedangkan curah hujan pada umumnya merata
sepanjang tahun dengan curah hujan rata-rata 127.75 – 375.85 mm/tahun dengan
jumlah hari per bulannya 10 - 15 hari. Keadaan topografi datar sampai
bergelombang dengan kemiringan rata-rata 0 - 13 %.
19
Iklim merupakan salah satu faktor alam yang sangat berperan untuk
menentukan terhadap pengembangan dan peningkatan produktifitas usahatani di
sektor pertanian terutama curah hujan, angin dan suhu udara. Luas lahan yang
berpotensi di Gampong Blang Muko Kecamatan Kuala dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Luas lahan yang berpotensi di Gampong Blang Muko Kecamatan Kuala
No Potensi Pertanian Luas Lahan (Ha)
1 Sawah
a. Sawah Irigasi Teknis
b. Sawah Irigasi Setengah Teknis
c. Sawah Tadah Hujan
5
30
10
2 Lahan kering
a. Tegalan
b. Perkarangan
c. Perkebunan Rakyat
d. Hutan Rakyat
e. Lain – lain
10
15
22
15
6
3 Lahan basah
a. Tambak
b. Kolam
c. Rawa – rawa
-
-
7 Sumber : BP3K Kec Kuala (2012)
4.1.3. Keadaan Penduduk dan Perekonomian
Jumlah penduduk sampai dengan akhir Desember 2012 di Gampong Blang
Muko Kecamatan Kuala sekitar 947 orang, terdiri dari 454 laki-laki dan 493
perempuan. Adapun mata pencaharian dan pendidikan penduduk di Gampong
Blang Muko disajikan dalam pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Jenis Pekerjaan Jumlah Jiwa Persentase (%)
Petani 225 65,40
Buruh 52 15,11
Tukang Bangunan 2 0,58
Pedagang 35 10,17
PNS 16 4,65
Pegawai Swasta 8 2,32
Pensiunan 6 1,74
Jumlah 344 100 Sumber : Gampong Blang Muko (2012)
20
Berdasarkan Tabel 4, penduduk di Gampong Blang Muko Kecamatan
Kuala bermata pencaharian petani, yaitu mencapai 65,40 %. Oleh sebab itu, sektor
pertanian merupakan prioritas utama petani sebagai mata pencaharian.
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
Belum Sekolah 27 29,34
Tamat SD 18 19,56
Tamat SLTP 15 16,30
Tamat SMU 21 22,82
Tamat Universitas 11 6,52
Total 92 100
Sumber : Gampong Blang Muko (2012)
Berdasarkan Tabel 5, penduduk di Gampong Blang Muko Kecamatan
Kuala berpendidikan tamatan SMU, yaitu mencapai 22,82 %. Dengan demikian,
daya serap masyarakat terhadap inovasi teknologi pertanian di wilayah tersebut
mudah untuk diadopsi.
4.2. Kelompok Tani di Gampong Blang Muko
Kelompok tani merupakan sekumpulan orang yang mempunyai tujuan
bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama,
mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka bagian dari kelompok
tersebut. Kelompok tani merupakan hubungan interaksi antar anggota yang
berlangsung secara anggota secara berkelanjutan untuk waktu yang relatif lama.
Setiap anggota kelompok tani pada umumnya menyadari bahwa ia
merupakan bagian dari kelompok. Dalam kelompok pada umumnya ada
kesepakatan bersama antar anggota mengenai norma-norma yang berlaku, nilai-
nilai yang dianut dan tujuan atau kepentingan yang akan dicapai. Kelompok
tani memiliki struktur dalam kelompok, dalam arti para anggota mengetahui
adanya hubungan-hubungan antar peranan, norma tugas, hak dan kewajiban
21
yang semuanya tumbuh di dalam kelompok tersebut.
Kelompok tani di Gampong Blang Muko Kecamatan Kuala
pembentukannya dimulai pada tahun 1985 dengan komoditas tanaman padi
sebagai komoditi yang dikembangkan sejalan dengan program pemerintah saat itu
yakni ketahanan pangan (BIMAS). Pengembangan padi sawah menjadi komoditi
pilihan utama semenjak pemerintah Nagan Raya mengembangkan pembangunan
di sektor pertanian seperti pembangungan irigasi, saluran air dan optimalisasi
pembagian air di pintu irigasi untuk seluruh persawahan yang ada di Kecamatan
Kuala Kabupaten Nagan Raya.
Seiring perkembangan dan pertambahan jumlah penduduk yang begitu
pesat di wilayah ini, pengembangan komoditi padi di prioritaskan oleh pemerintah
terutama Dinas Pertanian dan Badan Penyuluhan Pertanian, Peternakan dan
Kehutanan (BP4K) Kabupaten Nagan Raya.
4.3. Tujuan, Sasaran, dan Hasil yang Diharapkan oleh Kelompok tani
Kelompok tani mempunyai tujuan yang terbagi menjadi tujuan jangka
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek adalah (1)
menyangkut ekonomi masyarakat tani Gampong Blang Muko, (2) memenuhi dan
menjaga kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produksi, dan (3) memberi
kemudahan pada anggota dalam bentuk sarana produksi dan permodalan. Tujuan
jangka menengah adalah (1) pengadaan bibit yang berkualitas, dan (2)
pembenahan saluran irigasi yang berwawasan lingkungan. Tujuan jangka panjang
adalah membangun Gampong Blang Muko menjadi kawasan agrowisata.
Sasaran kelompok tani adalah mengarahkan agar masyarakat Gampong
Blang Muko mempunyai pendapatan yang layak, peningkatan produksi,
22
pengadaan sarana produksi, dan permodalan sehingga masyarakat lebih sejahtera.
Dengan adanya bantuan modal diharapkan petani terlepas dari jeratan para
tengkulak, sehingga pada akhirnya dengan modal yang ada dikelola oleh
kelompok tani dan penjualan dilakukan satu pintu yaitu seksi pemasaran
kelompok. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh petani akan meningkat.
4.4. Karakteristik Sosial Ekonomi Anggota Kelompok Tani
Anggota kelompok tani yang diamati dalam penelitian ini meliputi umur,
pendidikan formal, pendidikan non formal dan luas lahan.
4.4.1. Umur
Karakteristik yang dipaparkan dalam kategori ini adalah umur yang
disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Karakteristik Umur
No Kategori Umur Kategori
Penilaian
Jumlah
Responden (n) Persentase (%)
1 < 40 tahun Rendah 5 16,66
2 40 – 60 tahun Sedang 19 63,33
3 > 60 tahun Tinggi 6 20
Total 30 100
Sumber : Olahan Data Primer (2013)
Berdasarkan Tabel 6 di atas menunjukkan hasil wawancara dengan
menggunakan kuisioner diketahui bahwa dari 30 orang petani yang menjadi
responden, sebanyak 16,66 % petani responden berusia < 40 tahun, 20 % petani
responden berusia > 60 tahun dan 63,33 % petani responden berusia 40 – 60
tahun, sehingga dapat dinyatakan bahwa kelompok tani mempunyai peluang besar
untuk berkembang karena anggotanya di dominasi oleh petani yang berumur
produktif, baik dari segi tenaga maupun pola pikir tentang perkembangan
usahatani serta mempermudah proses interaksi antar sesama anggota maupun
pengurus kelompok.
23
4.4.2. Karakteristik Pendidikan
Karakteristik berikutnya adalah pendidikan, yang meliputi pendidikan
formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal dan nonformal anggota
kelompok disajikan yang pada Tabel 7.
Tabel 7. Karakteristik Pendidikan Formal
No Kategori Pendidikan
formal
Kriteria Penilaian
< 6 Tahun 9 Tahun > 9 Tahun
1 Rendah 6 - -
2 Sedang - 13 -
3 Tinggi - - 11
Persentase 20 43,33 36,66
Sumber : Olahan Data Primer (2013)
Berdasarkan Tabel 7 di atas terdapat 20 % responden berpendidikan < 6
tahun dengan kategori rendah, 43,33 % responden berpendidikan 9 tahun dengan
kategori sedang, dan 36,66 % responden berpendidikan > 9 tahun dengan kategori
tinggi. Umumnya pendidikan formal yang dimiliki oleh responden termasuk
dalam kategori sedang sehingga tidak semua inovasi baru mampu dan mau di
adopsi oleh petani responden. Pendidikan formal sangat mempengaruhi perilaku,
pola pikir, kreatifitas, dan keterampilan dalam melakukan usahataninya dan
kehidupan bermasyarakat.
Tabel 8. Karakteristik Pendidikan Non Formal
No Kategori Pendidikan
Non Formal
Kriteria Penilaian
Tidak Pernah 1 – 3 Kali > 3 Kali
1 Rendah 7 - -
2 Sedang - 19 -
3 Tinggi - - 4
Persentase 23,3 63,3 13,3
Sumber : Olahan Data Primer (2013)
Berdasarkan Tabel 8 di atas, pendidikan non formal yang dimiliki oleh 30
petani responden, yaitu 23,3 % petani responden belum pernah mengikuti
pelatihan/magang/kursus tani dan 63,3 % petani responden yang sudah mengikuti
24
pelatihan/magang/kursus tani sebanyak 1 – 3 kali yang pernah diadakan oleh
dinas pertanian maupun instansi-instansi lainnya. Serta 13,3 % petani responden
sudah mengikuti pelatihan/magang/kursus tani lebih dari 3 kali. Pendidikan non
formal yang pernah mereka ikuti umumnya adalah sistem penanaman legowo dan
Pengendalian Hama Terpadu. Adapun manfaat dari pelaksanaan pendidikan
sekolah lapang atau nonformal adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan petani yang sesuai dengan kebutuhan anggota kelompok tani dalam
pengembangan usahatani padi sawah.
Oleh sebab itu, pelatihan/kursus tani harus menjadi prioritas pemerintah
melalui penguatan kelompok tani dan memfasilitasi berbagai kebutuhan
masyarakat tani sehingga keberadaan lembaga kelompok tani di suatu desa
mampu memberdayakan potensi yang ada dan meningkatkan pendapatan dan
mensejahterakan petani dan keluarganya.
4.4.3. Karakteristik Luas Lahan
Luas sawah yang diusahakan adalah jumlah satuan luas lahan yang
diusahakan/digarap untuk menanam padi oleh responden yang dinyatakan dalam
hektar (ha) dan dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu : Luas, cukup luas dan
tidak luas. Satuan luas sawah yang digunakan di Gampong Blang Muko adalah
“Rante” yakni lebih kurang 25 Rante luasnya sama dengan 1 ha. Adapun luas
lahan sawah para responden dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Sebaran luas sawah (Ha) yang diusahakan petani responden
No Luas sawah
(ha)
Kategori
Penilaian
Jumlah
Responden Persentase (%)
1 < 0,5 Rendah 12 40
2 0,5 – 1,0 Sedang 15 50
3 > 1,0 Tinggi 3 10
Jumlah 30 100 Sumber : Olahan Data Primer (2013)
25
Dari Tabel 9 di atas terlihat bahwa 40 % petani responden mengusahakan
sawah yang termasuk dalam kategori rendah atau tidak luas, dan 50 % petani
responden mengusahakan sawah yang termasuk dalam kategori sedang atau
cukup luas, dan 10 % petani responden mengusahakan sawah yang termasuk
dalam kategori tinggi atau luas.
4.4.4. Karakteristik Pengalaman Berusahatani
Pengalaman dalam berusaha tani sangat mempengaruhi persepsi petani
terhadap kelompok tani. adapun pengalaman usahatani responden dapat dilihat
pada Tabel 10.
Tabel 10. Sebaran Responden Berdasarkan Kategori Pengalaman Berusahatani
No Pengalaman
Usahatani (tahun)
Kategori
Penilaian
Jumlah
Responden Persentase (%)
1 < 5 tahun Rendah 5 16,66
2 5 – 10 tahun Sedang 10 33,33
3 > 10 tahun Tinggi 15 50
Jumlah 30 100
Sumber : Olahan Data Primer (2013)
Berdasarkan Tabel 10 di atas, pengalaman usahatani yang di miliki oleh
petani responden, yaitu 50 % dengan kategori tinggi, dan 33,33 % responden
mempunyai pengalaman usahatani dengan kategori sedang dan 16,66 % petani
responden mempunyai pengalaman usahatani dengan kategori rendah.
Meskipun sebagian besar anggota telah mempunyai pengalaman usahatani
di atas 10 tahun, namun anggota kelompok belum melakukan kegiatan budidaya
dengan benar. Setelah anggota bergabung dalam kelompok, terjadilah interaksi
antar sesama anggota kelompok dan penyuluh, sehingga dari interaksi ini
bertambahlah pengetahuan anggota baik secara teori maupun teknis tentang
26
budidaya yang benar, sehingga anggota merasakan adanya peningkatan hasil
usahatani yang menguntungkan.
4.5. Faktor – Faktor yang membentuk Persepsi Petani
4.5.1. Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah tingkat pendidikan yang dicapai responden pada
bangku sekolah. Tingkat pendidikan yang ditempuh seseorang akan memberikan
pengetahuan yang lebih baik tentang cara berpikir, berpersepsi, dan bersikap,
karena dengan pendidikan yang dimiliki maka seseorang akan mempunyai
kemampuan yang berbeda dalam menerima informasi dibandingkan dengan
seseorang yang tidak berpendidikan. Distribusi responden berdasarkan tingkat
pendidikan formalnya dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Formal
No Kategori Pendidikan
formal
Kriteria Penilaian
< 6 Tahun 9 Tahun > 9 Tahun
1 Rendah 6 - -
2 Sedang - 13 -
3 Tinggi - - 11
Persentase 20 43,33 36,66
Sumber : Olahan Data Primer (2013)
Berdasarkan Tabel 11 di atas terdapat 20 % responden berpendidikan < 6
tahun, 43,33 % responden berpendidikan 9 tahun, dan 36,66 % responden
berpendidikan > 9 tahun. Tingkat pendidikan formal responden tersebut akan
mempengaruhi pola pikir terhadap peranan kelompok tani dan permasalahan yang
dihadapi. Kondisi responden yang sebagian besar berpendidikan formal 9 tahun
cenderung memiliki pola pikir yang sederhana dalam berkelompok tani.
Rendahnya tingkat pendidikan responden tidak terlepas dari kondisi umur
responden yang relatif tua dimana pada zaman dahulu pendidikan kurang
diperhatikan dan belum menjadi prioritas dalam kehidupan keluarga mereka.
27
4.5.2. Pendidikan Non Formal
Pendidikan non formal merupakan pendidikan yang diperoleh responden
di luar pendidikan formal. Pendidikan non formal yang diikuti responden antara
lain adalah kegiatan penyuluhan, pelatihan dan sekolah lapang. Kegiatan ini akan
dapat membantu responden dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
baik dalam kegiatan usahatani maupun di luar usahatani. Dalam mengikuti
pendidikan non formal ini, responden banyak memperoleh pengetahuan tambahan
yang mereka butuhkan serta memperbaiki ketrampilan yang dimiliki. Semakin
banyak pendidikan non formal yang pernah diikuti responden, akan dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Distribusi pendidikan non formal
yang diikuti responden dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarakan Pendidikan Non Formal
No Kategori Pendidikan
Non Formal
Kriteria Penilaian
Tidak Pernah 1 – 3 Kali > 3 Kali
1 Rendah 7 - -
2 Sedang - 19 -
3 Tinggi - - 4
Persentase 23,3 63,3 13,3
Sumber : Olahan Data Primer (2013)
Berdasarkan Tabel 12 di atas terdapat 23,3 % responden yang tidak pernah
mengikuti sekolah lapang/pelatihan kursus tani, 63,3 % responden pernah
mengikuti sekolah lapang/pelatihan 1 – 3 kali dan 13,3 % responden pernah
mengikuti sekolah lapang/pelatihan lebih dari 3 kali.
Pertemuan/kegiatan penyuluhan yang dilakukan kelompok tani sangat
penting, karena melalui pertemuan tersebut mereka dapat bertukar
pikiran/pendapat dan juga dapat memecahkan masalah yang dihadapi secara
bersama-sama. Kegiatan penyuluhan ini telah dijadwalkan secara rutin yang
dilakukan oleh kelompok tani dibawah bimbingan Petugas Penyuluh Lapang.
28
4.5.3. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial merupakan lingkungan masyarakat di sekeliling
responden yang mencakup kerabat dekat, tetangga, kelompok tani dan tokoh
masyarakat yang keberadaannya dapat mendorong atau menghambat responden
dalam menjalin kerjasama dengan kelompok tani dalam rangka meningkatkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan petani. Adapun distribusi responden
berdasarkan lingkungan sosial dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Distribusi Responden Berdasarkan Lingkungan Sosial
No Lingkungan Sosial Kategori
Penilaian
Jumlah
Responden
Persentase
(%)
1 Keberadaan kelompok tani tidak
bermanfaat bagi anggotanya
Rendah 4 13,33
2 Keberadaan kelompok tani
dimanfaatkan oleh petani untuk
memperoleh bantuan saprodi
usahatani
Sedang
9
30
3 Keberadaan kelompok tani
sangat bermanfaat sebagai wadah
belajar untuk meningkatkan
pengetahun, sikap dan
keterampilan serta bantuan
saprodi usahatani dari dinas
pertanian
Tinggi
17
56,66
Jumlah 30 100
Sumber : Olahan Data Primer (2013)
Berdasarkan Tabel 13 di atas, terdapat 13,33 % petani responden yang
beranggapan bahwa keberadaan kelompok tani tidak bermanfaat bagi anggotanya
dan termasuk dalam kategori rendah. Sebanyak 30 % responden yang
beranggapan bahwa keberadaan kelompok tani dimanfaatkan oleh petani untuk
memperoleh bantuan saprodi usahatani dan termasuk dalam kategori sedang.
Sebanyak 56,66 % responden beranggapan bahwa keberadaan kelompok tani
sangat bermanfaat sebagai wadah belajar untuk meningkatkan pengetahun, sikap
dan keterampilan serta bantuan saprodi usahatani dari dinas pertanian dan
29
termasuk dalam kategori tinggi. Keberadaan lembaga kelompok tani di wilayah
penelitian telah mendorong sebagian besar petani untuk bergabung dalam
kelompok dengan tujuan agar memperoleh pengetahuan dalam kegiatan usahatani
dan berbagai fasilitas saprodi usahatani.
4.5.4. Lingkungan Ekonomi
Lingkungan ekonomi merupakan kekuatan-kekuatan ekonomi yang ada
dalam masyarakat yang keberadaannya dapat mendorong atau menghambat
responden dalam menjual hasil usahataninya. Peran kelompok tani sangat
berpengaruh pada tingkat harga pemasaran hasil pertanian petani. Distribusi
responden berdasarkan lingkungan ekonomi dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Distribusi Responden Berdasarkan Lingkungan Ekonomi
No Lingkungan Ekonomi Kategori
Penilaian
Jumlah
Responden
Persentase
(%)
1 Kelompok tani tidak melakukan
perannya sebagai mediator dalam kegiatan pemasaran hasil produksi anggotanya
Rendah
6
20
2 Petani memasarkan sendiri hasil produksinya dan peran kelompok tani hanya memberikan informasi harga pasar
Sedang
19
63,33
3 Kelompok tani dan anggotanya selalu
berkoordinasi tentang perkembangan pasar sehingga harga jual menguntungkan petani dan lembaganya.
Tinggi
5
16,66
Jumlah 30 100
Sumber : Olahan Data Primer (2013)
Berdasarkan Tabel 14 di atas, terdapat 20 % petani beranggapan bahwa
kelompok tani tidak melakukan perannya sebagai mediator dalam kegiatan
pemasaran hasil produksi anggotannya dan termasuk dalam kategori rendah.
Sebanyak 63,33 % petani beranggapan bahwa petani memasarkan sendiri hasil
produksinya dan kelompok tani hanya memberikan informasi harga pasar dan
30
termasuk dalam kategori sedang. Sebanyak 16,66 % petani beranggapan yang
bahwa kelompok tani dan anggotanya selalu berkoordinasi tentang perkembangan
pasar sehingga harga jual menguntungkan petani dan lembaganya dan termasuk
dalam kategori tinggi.
Berdasarkan uraian di atas, lingkungan ekonomi sangat mempengaruhi
perkembangan usahatani. Peran kelompok tani untuk mensejahterakan anggotanya
di sektor usahatani akan memberikan energi positif bagi anggotanya untuk terus
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka menunjang tingkat
pendapatan usahataninya.
4.6. Persepsi Terhadap Peran Kelompok Tani
Persepsi yang dimaksud adalah interpretasi anggota kelompok terhadap
suatu obyek. Persepsi akan mempengaruhi pola interaksi anggota kelompok dalam
melakukan usahataninya secara individual maupun kelompok. Persepsi yang baik
terhadap suatu kelompok, akan menyebabkan sikap dan perilaku yang baik dari
anggota terhadap kelompoknya. Adapun karakteristik kelompok tani dan peran
kelompok tani adalah sebagai (1) kelas belajar, (2) unit produksi usahatani, dan
(3) wahana kerjasama.
4.6.1. Persepsi Terhadap Kelompok Tani Sebagai Kelas Belajar
Persepsi anggota terhadap peran kelompok tani sebagai kelas belajar
disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Persepsi Terhadap Peran Kelompok Tani Sebagai Kelas Belajar
Peranan
Kelompok
Tani
Kategori Persepsi Anggota
Terhadap Peran Kelompok
Sebagai Kelas Belajar
Jumlah
Responden
Persentase
(%)
Sebagi Kelas
Belajar
Rendah ( skor 1,00 – 1,66 ) 6 20
Sedang ( skor 1,67 – 2,33 ) 17 56,6
Tinggi ( skor 2,34 – 3,00 ) 7 23,3
Jumlah 30 100
31
Sumber : Data Primer Diolah (2013)
Berdasarkan Tabel 15 di atas, persepsi anggota terhadap peran kelompok
sebagai kelas belajar dalam kategori “tinggi” sebanyak 6 responden (20 %). Jika
persepsi petani terhadap peran kelompok sebagai kelas belajar termasuk dalam
kategori tersebut, maka peran kelompok tani dianggap sebagai tempat
mengembangkan usahatani. Peranannya sebagai kelas belajar, seharusnya
kelompok tani berperan dalam berhubungan dan kerjasama dengan sesama petani
untuk mendapatkan informasi tentang usahatani (tentang bibit padi unggul,
cara/sistem penanaman serta informasi tentang pengendalian HPT). Dari hasil
pengamatan di lokasi penelitian, responden yang memperoleh kategori tinggi,
umumnya ketua kelompok tani, keluarganya dan anggota yang dekat dengan
ketua kelompok.
Persepsi anggota terhadap peran kelompok sebagai kelas belajar dalam
kategori “sedang” sebanyak 17 responden (56,6 %). Hal ini menunjukkan bahwa
petani lebih banyak belajar bukan dari kelompok, melainkan dari sesama anggota
kelompok atau dari luar kelompok. Antar sesama anggota atau pun di luar
kelompok, mereka sering bertukar pikiran untuk memecahkan masalah yang
dihadapi, saling bertukar informasi usahatani. Keberadaan kelompok tani di lokasi
penelitian masih belum sepenuhnya memberikan kontribusi yang maksimal
kepada anggotanya.
Artinya, informasi tentang pertanian yang didapat oleh anggota kelompok
tani bukan sepenuhnya dari kelompoknya, tetapi lebih banyak didapat dari teman
sekelompoknya atau di luar kelompoknya. Seperti hasil wawancara dengan salah
satu anggota kelompok tani, yang mengatakan bahwa antar anggota kelompok
32
tani saling bertukar informasi dan berdiskusi dalam memecahkan masalah
usahatani, misal dalam menghadapi serangan hama penggerek batang pada
tanaman pada tanaman padi sawah.
Persepsi anggota terhadap peran kelompok sebagai kelas belajar dalam
kategori “rendah” sebanyak 7 responden (23,3 %). Jika persepsi petani terhadap
peran kelompok sebagai kelas belajar termasuk dalam kategori tersebut maka
peran kelompok tani dianggap sebagai tempat berkumpul. Artinya, ada sebagian
anggota kelompok tani yang menganggap kelompok tani hanya sebagai tempat
berkumpul dan tidak memberikan manfaat apa-apa di sektor pertanian.
Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden yang
menganggap kelompok tani hanya sebagai wadah memdapatkan bantuan dari
pemerintah untuk memperkaya sebagian pengurus kelompok tani.
4.6.2. Persepsi Terhadap Peran Kelompok Sebagai Unit Produksi Usaha Tani
Persepsi anggota terhadap peran kelompok tani sebagai unit produksi
usahatani disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Persepsi Terhadap Peran Kelompok Tani Sebagai Unit Produksi Usahatani
Peranan
Kelompok
Tani
Kategori Persepsi Anggota
Terhadap Peran Kelompok Sebagai
Unit Produksi Usahatani
Jumlah
Responden
Persentase
(%)
Sebagai Unit
Produksi
Usahatani
Rendah ( skor 1,00 – 1,66 ) 4 13,33
Sedang ( skor 1,67 – 2,33 ) 16 56,6
Tinggi ( skor 2,34 – 3,00 ) 10 23,3
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer Diolah (2013)
Berdasarkan Tabel 16 di atas, persepsi anggota terhadap peran kelompok
sebagai kelas unit produksi usahatani dalam kategori “tinggi” sebanyak 10
responden (23,3 %). Jika persepsi petani terhadap peran kelompok sebagai unit
produksi usahatani dalam kategori tersebut, maka peran kelompok tani dianggap
33
sangat bermanfaat sebagai wadah untuk menambah pengetahuan dan bantuan
saprodi pertanian. Pada kategori ini, keberadaan kelompok tani dianggap oleh
beberapa responden telah berperan dalam memberikan penyuluhan dalam
kelompok tani untuk meningkatkan pengetahuan dan telah memfasilitasi segala
bentuk sarana produksi dari Dinas Pertanian Kabupaten, sehingga mereka tidak
mengalami kesulitan dalam memperoleh saprodi pertanian pada saat turun sawah.
Persepsi anggota terhadap peran kelompok sebagai kelas unit produksi
usahatani dalam kategori “sedang” sebanyak 16 responden (56,6 %). Jika persepsi
petani terhadap peran kelompok sebagai unit produksi usahatani dalam kategori
tersebut, maka peran kelompok tani dianggap bermanfaat bagi pengembangan
padi sawah. Pada kategori ini, keberadaan kelompok tani dianggap oleh sebagian
anggota belum sepenuhnya memberikan kontribusi positif dalam pengembangan
padi sawah seperti adanya intruksi dari kelompok untuk menanam padi dengan
sistem legowo, penanaman serentak, penggunaan pupuk berimbang dan lain
sebagainya. Pada kategori ini, pengurus kelompok tani tidak rutin membuat
pertemuan kelompok untuk membahas permasalah yang dihadapi oleh anggotanya
dalam usahatani serta belum maksimal mendidik petani untuk mandiri dan tidak
tergantung pada bantuan pemerintah dalam usahataninya.
Persepsi anggota terhadap peran kelompok sebagai kelas unit produksi
usahatani dalam kategori “rendah” sebanyak 4 responden (13,33 %). Jika persepsi
petani terhadap peran kelompok sebagai unit produksi usahatani dalam kategori
tersebut, maka peran kelompok tani dianggap tidak bermanfaat apa-apa. Pada
kategori ini, keberadaan kelompok tani dianggap oleh sebagian kecil anggota
tidak memberikan kontribusi apa-apa.
34
Seperti hasil wawancara dengan beberapa responden yang beranggapan
mereka bergabung dengan kelompok tani hanya ikut-ikutan saja dan menganggap
bantuan sarana produksi pertanian yang didapatkannya bukan semata-mata karena
peran kelompok tani. Hasil pengamatan dengan para responden tersebut,
disimpulkan bahwa ada rasa ketidak cocokkan antara pengurus kelompok tani
dengan sebagian kecil anggotanya.
4.6.3. Persepsi Terhadap Kelompok Tani Sebagai Wahana Kerjasama
Persepsi anggota terhadap peran kelompok tani sebagai wahana kerjasama
disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17. Persepsi Terhadap Peran Kelompok Tani Sebagai Wahana Kerjasama
Peranan
Kelompok
Tani
Kategori Persepsi Anggota
Terhadap Peran Kelompok Sebagai
Wahana Kerjasama
Jumlah
Responden
Persentase
(%)
Sebagai
Wahana
Kerjasama
Rendah ( skor 1,00 – 1,66 ) 7 23,33
Sedang ( skor 1,67 – 2,33 ) 19 63,33
Tinggi ( skor 2,34 – 3,00 ) 4 13,3
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer Diolah (2013)
Berdasarkan Tabel 17 di atas, persepsi anggota terhadap peran kelompok
sebagai wahana kerjasama dalam kategori “tinggi” sebanyak 4 responden
(13,3%). Jika persepsi petani terhadap peran kelompok sebagai wahana kerjasama
dalam kategori tersebut, maka peran kelompok tani dianggap sebagai wadah
menukar informasi dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam
usahatani dan pemasaran hasil.
Pada kategori ini, keberadaan kelompok tani dianggap oleh beberapa
responden telah berperan dalam memberikan informasi penting di sektor pertanian
dan mampu mengatasi permasalahan anggotanya dalam usahatani, yaitu pengurus
kelompok tani sering mengamati aktifitas anggotanya dalam usahatani dan
35
membantu memasarkan hasil panen anggotanya serta mendatangkan petugas
pertanian lapangan agar memberikan penyuluhan kepada anggotanya seperti
teknik penanaman padi, pemupukan berimbang dan pengendalian hama penyakit
pada tanaman padi.
Persepsi anggota terhadap peran kelompok sebagai wahana kerjasama
dalam kategori “sedang” sebanyak 19 responden (63,33 %). Jika persepsi petani
terhadap peran kelompok sebagai wahana kerjasama dalam kategori tersebut,
maka peran kelompok tani dianggap mengetahui informasi tentang usahatani padi
sawah dan pemasarannya. Pada kategori ini, keberadaan kelompok tani dianggap
oleh sebagian anggota belum sepenuhnya mengetahui informasi tentang budidaya
padi dengan sistem modern dan jalur tataniaga pemasaran padi yang
menguntungkan anggotanya. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa
responden anggota kelompok menyatakan bahwa pengurus tidak memfasilitasi
anggotanya dalam pemasaran hasil dan Gapoktan belum bisa mengelola
pemasaran hasil usahatani seluruh anggota kelompok ke koperasi.
Persepsi anggota terhadap peran kelompok sebagai wahana kerjasama
dalam kategori “rendah” sebanyak 7 responden (23,33 %). Jika persepsi petani
terhadap peran kelompok sebagai wahana kerjasama dalam kategori tersebut,
maka peran kelompok tani dianggap tempat sekedar tempat berkumpul para
anggota kelompok tani. Pada kategori ini, keberadaan kelompok tani dianggap
oleh sebagian anggota belum dikatakan sebagai wahana kerjasama karena ada
sebagian anggota kelompok yang tidak pernah mendapatkan solusi pemecahan
masalah yang mereka hadapi. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa
anggota kelompok tani yang mengatakan bahwa kelompok tani hanya sebagai
36
tempat berkumpul dan tidak mampu memberikan kontribusi positif bagi
anggotanya seperti belum mampu meningkatkan hasil produksi, meningkatkan
harga gabah serta tidak mampu mensejahterakan anggotanya.
4.7. Pembahasan
Skor persepsi petani menggambarkan besaran kategori pandangan petani
terhadap peran kelompok tani. Berdasarkan hasil pengolahan data primer, kategori
skor tertinggi pada masing – masing persepsi dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Skor Faktor-Faktor yang Membentuk Persepsi Petani
No Faktor yang Membentuk
Persepsi Petani
Skor
Tertinggi
Jumlah
Responden
Persentase
(%)
1 Pendidikan Formal Kategori
Sedang 13 43,33 %
2 Pendidikan Non Formal Kategori
Tinggi 19 63,33 %
3 Lingkungan Sosial Kategori
Sedang 17 56,66 %
4 Lingkungan Ekonomi Kategori
Sedang 19 63,33 %
Sumber : Olahan Data Primer (2013)
Berdasarkan Tabel 18 di atas, faktor – faktor yang membentuk persepsi
petani terhadap kelompok tani yang diamati dalam penelitian ini meliputi : (1)
pendidikan formal, (2) pendidikan non formal, (3) lingkungan sosia,l dan (4)
lingkungan ekonomi.
Dari hasil survei mayoritas faktor – faktor yang membentuk persepsi
petani terhadap peran kelompok tani adalah pendidikan formal dan termasuk
dalam kategori sedang dengan persentase mencapai 43,33 %. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa pendidikan meliputi mengajar dan mempelajari pengetahuan,
kelakuan yang pantas, dan kemampuan teknis. Semua itu terpusat pada
pengembangan keterampilan, maupun mental, moral dan estetika pertumbuhan.
37
Pendidikan dipahami untuk menjadi alat menanggulangi rintangan menuju
keberhasilan lebih besar dan memperoleh kekayaan serta status sosial. Pelajar
akan termotivasi untuk bercita-cita demi kemajuan dan perbaikan.
Pendidikan non formal juga merupakan faktor pembentuk persepsi
seseorang. Hasil penelitian, pendidikan non formal termasuk dalam kategori
tinggi dengan persentase mencapai 63,33 %. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
pendidikan non formal mengarah pada pendidikan yang bertempat di luar dari
aturan non formal bagi sekelompok orang untuk memenuhi keperluan khusus
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Faktor lingkungan sosial juga mempengaruhi pembentukan persepsi
seseorang terhadap peran suatu lembaga kelompok tani. Hasil penelitian,
lingkungan sosial termasuk dalam kategori sedang dengan persentase mencapai
56,66 %. Hal ini dapat disimpulkan bahwa lingkungan sosial yang dapat
mempengaruhi perubahan-perubahan dalam diri petani adalah kebudayaan, opini
publik, pengambilan keputusan dalam keluarga dan kekuatan lembaga sosial.
Lingkungan sosial juga dipengaruhi oleh kekuatan politik dan kekuatan
pendidikan.
Faktor terakhir dalam pembentukan persepsi adalah lingkungan ekonomi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan ekonomi termasuk dalam
kategori sedang dengan persentase mencapai 63,33 %. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa lingkungan ekonomi merupakan kekuatan ekonomi finansial yang ada di
sekitar seseorang yang terdiri dari (1) produsen dan pengaku sarana
produksi/peralatan tani (2) pedagang serta lembaga pemasaran yang lain, dan (3)
pengusaha/industri pengolahan hasil pertanian.
38
Berdasarkan hasil pengolahan data primer, maka skor persepsi petani
terhadap peran kelompok tani dapat dilihat pada Tabel 19
Tabel 19. Skor Persepsi Petani Terhadap Peran Kelompok Tani
No Persepsi Kategori Skor
Tertinggi
Jumlah
Responden
Persentase
(%)
1 Persepsi Sebagai kelas
belajar Kategori Sedang 17 56,66 %
2 Persepsi Sebagai Unit
Produksi Usahatani Kategori Sedang 16 53,33 %
3 Persepsi Sebagai
Wahana Kerjasama Kategori Sedang 19 63,33 %
Sumber : Olahan Data Primer (2013)
Berdasarkan Tabel 19 di atas, hubungan faktor internal persepsi petani
terhadap peran kelompok tani yang diamati pada penelitian ini meliputi : (1)
Persepsi Sebagai kelas belajar, (2) Persepsi Sebagai Unit Produksi Usahatani, dan
(3) Persepsi Sebagai Wahana Kerjasama.
Dari hasil survei mayoritas persepsi petani terhadap peran kelompok tani
sebagai kelas kelas belajar termasuk dalam kategori sedang dengan persentase
mencapai 56,66 %. Hal ini dapat disimpulkan bahwa, kelompok tani sebagai kelas
belajar merupakan tempat belajar atau bertukar pikiran dalam memecahkan
masalah yang dihadapi petani, saling bertukar informasi yang didapat dari sesama
anggota dalam kelompok atau dengan petani di luar kelompok. Kelompok belum
sepenuhnya bisa memfasilitasi anggota untuk selalu bertemu dan berinteraksi. Hal
ini disebabkan oleh : (1) kurangnya biaya untuk kegiatan pertemuan kelompok
tani, (2) pelatihan, kursus, serta magang juga tidak rutin dilakukan, dan (3)
ketidak hadiran penyuluh pertanian ke lapangan.
Menurut Departemen Pertanian Republik Indonesia, peran kelompok tani
sebagai kelas belajar seharusnya kelompok mampu memfasilitasi anggota untuk
39
berinterkasi secara intensif dengan penyuluhnya, dan sesama anggota dalam
kelompok dalam meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap, yang pada
akhirnya akan menumbuhkan kemandirian dalam berusahatani.
Sementara mayoritas persepsi petani terhadap peran kelompok tani sebagai
unit produksi usahatani termasuk dalam kategori sedang, yaitu dengan persentase
mencapai 53,33 %. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kelompok belum bisa secara
maksimal dalam memfasilitasi pendistribusian sarana produksi dari Dinas
Pertanian ke anggota kelompok yang sifatnya rutin dan juga merata. Kelompok
belum dapat memfasilitasi untuk pengembangan dalam pemenuhan sarana
produksi untuk kepentingan anggotanya, sehingga akhirnya anggota kelompok
berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan sarana produksinya.
Menurut Departemen Pertanian Republik Indonesia, peran kelompok tani
sebagai unit produksi usahatani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota
kelompok tani secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha
yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari
segi kuantitas, kualitas, maupun kontinuitas.
Persepsi petani terhadap peran kelompok tani sebagai wahana kerjasama
termasuk dalam kategori sedang, yaitu dengan persentase mencapai 63,33 %. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa dalam berkelompok, harus saling mengenal dan
saling percaya antar pengurus dan anggotanya atau antar sesama anggota yang
tergabung dalam kelompok. Dalam kelompok tani, anggota juga merasakan
suasana yang terbuka antar sesama anggota kelompok dan dalam pembagian
tugas/kerja. Namun kenyataannya, banyak anggota yang merasa kurang puas
terhadap kinerja pengurus kelompok tani sehingga sering muncul konflik –
40
konflik dalam kelompok seperti dugaan adanya penggelapan bantuan, pilih kasih
dalam penyaluran bantuan dan lain sebagainya.
Menurut Departemen Pertanian Republik Indonesia, peran kelompok tani
sebagai wahana kerjasama seharusnya sebagai tempat untuk memperkuat
kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani
serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usahataninya akan
lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan
gangguan.
41
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut.
1. Faktor – faktor yang membentuk persepsi petani dipengaruhi oleh pendidikan
formal dan non formal, lingkungan sosial serta lingkungan ekonomi. Rata-rata
pendidikan formal responden 9 tahun (43,33 %), pendidikan non formal
responden berupa sekolah lapang, kursus tani/magang, rata – rata mereka telah
mengikutinya pelatihannya 1 – 3 kali (63,33 %). Lingkungan sosial yang
mempengaruhi pembentukan persepsi termasuk dalam kategori sedang dengan
persentase mencapai 56,66 %. Sedangkan lingkungan ekonomi yang
mempengaruhi pembentukan persepsi termasuk dalam kategori sedang dengan
persentase mencapai 63,66 %
2. Persepsi petani terhadap peran kelompok tani sebagai kelas belajar termasuk
dalam kategori sedang dengan persentase mencapai 56,66 %, sebagai unit
produksi usahatani termasuk dalam kategori sedang dengan persentase
mencapai 53,33 %, dan sebagai wahana kerjasama termasuk dalam kategori
sedang dengan persentase mencapai 63,33 %,
5.2. Saran
1. Diharapkan adanya upaya dari Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya atau dinas – dinas terkait untuk memperbanyak
pelatihan/kursus tani yang berkaitan dengan usahatani yang tidak hanya
ditujukan kepada pengurus kelompok tani tetapi juga kepada seluruh anggota
kelompok tani.
42
2. Diharapkan adanya upaya dari penyuluh pertanian untuk dapat menjadi
fasilitator yang baik, terutama dalam upaya menumbuhkan kerjasama
kelompok tani dengan pihak – pihak yang dapat membeli hasil usaha tani dari
kelompok tani.
DAFTAR PUSTAKA
Berger, A. N, & Humphrey, d. b (1997). Efficiency of financial institutions:
International survey and directions for future research. Journal of Operational
Research
Charnes A, Cooper, W. W,. & Rhodes, E (1978). Measuring the efficiency of
decision making unit, European Journal of Operasional Research, 2, 429-444
Farell, M. J. (1957). The meansurement of Productive Efficiency. Journal of the
Royal Statical Society, Vol. 120, No. 3,253-290.
Huri, M. D. dan Indah Susilowati. 2004. “Pengukuran Efisiensi Relatif Emiten
Perbankan dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Kasus:
Bank-Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002).” Jurnal Dinamika
Pembangunan. Vol. 1, No. 2, Desember 2004, Hal. 95-107.
Muliaman D. H., Wimboh S., Dhaniel I. dan Eugenia M. 2003. “Analisis Efisiensi
Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode Non-Parametrik Data
Envelopment Analysis (DEA).” Bank Indonesia Research Paper, Jakarta: Bank
Indonesia
Muharam, H dan Rizki Pusvitasari. 2007. “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank
Syariah dengan Metode Data Envelopment Analysis (Periode tahun 2005)”.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol.2 No.3.
Poernomo, Eddy, 2006, Pengaruh Kreativitas dan Kerjasama Tim Terhadap
Kinerja Manajer Pada PT. Jesslynk Cakes Indonesia Cabang Surabaya, Adm.
Bisnis UPN Veteran Jawa Timur. Jurnal Ilmu-Ilmu Ekonomi Vol. 6 No. 2
Syakir, A. K. 2004. “Mengukur Efisiensi Intermediasi Sebelas Bank Terbesar
Indonesia Dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA).” Jurnal
Bisnis Strategi. Vol.13. Hal. 126-139, Semarang.
Saleh, Samsubar. 2000. Metode Data Envelopment Analysis.Yogyakarta: PAU-FE
UGM.
Sutawijaya, A. dan Lestari, E. P. 2009. “Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia
Pasca Krisis Ekonomi: Sebuah Studi Empiris Penerapan Model DEA.” Jurnal
Ekonomi Pembangunan. Vol. 10. No. 1. Hal 49-67.
Sumanth, D.J 1985, Productivity Engineering and Management. USA: McGraw-
Hill. Inc., USA
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan
atas undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan