PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI...

72
PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya) Skripsi OLEH ABDUL RANI 08C10404031 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2014

Transcript of PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI...

Page 1: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI

(Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya)

Skripsi

OLEH

ABDUL RANI

08C10404031

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

2014

Page 2: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI

(Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya)

SKRIPSI

ABDUL RANI

08C10404031

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh

Gelar Sarjana Pertanian

Pada Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

2014

Page 3: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI

(Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya)

Oleh : Abdul Rani

Nim : 08C10404031

Pembimbing : 1. Rahmat Pramulya, STP, MM

2. Hewi Susanti, SP

ABSTRAK

Pembinaan usahatani melalui kelompok tani tidak lain adalah sebagai

upaya percepatan sasaran. Petani yang banyak jumlahnya dan tersebar di pedesaan

yang luas, sehingga dalam pembinaan kelompok diharapkan timbulnya cakrawala

dan wawasan kebersamaan memecahkan dan merubah citra usahatani sekarang

menjadi usahatani masa depan yang cerah dan tetap tegar. Penelitian ini akan

dilaksanakan selama dua bulan yaitu mulai bulan Desember 2012 s/d Januari

2013. Lokasi penelitian di Gampong Blang Muko Kecamatan Kuala Kabupaten

Nagan Raya.

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskriptif yaitu menganalisa

data dengan cara menggambarkan data yang telah terkumpul dan menyajikannya

dalam bentuk angka-angka tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku

umum. Analisis data juga menggunakan skala likert untuk memudahkan analisis

pertanyaan yang diajukan kepada responden. Pemberian skor dimulai dari nilai

tertinggi (3) dan skor terendah (1)

Karakteristik responden dalam kategori umur berusia 40 – 60 tahun

63,33%. Karakteristik pendidikan formal dalam kategori “sedang” yaitu 43,33%,

pendidikan nonformal dalam kategori sedang, yaitu 63,3 %. Karakteristik luas

lahan dalam kategori “sedang” yaitu 50 %. Karakteristik pengalaman berusahatani

dalam kategori “tinggi” yaitu 50 %. Faktor internal persepsi anggota terhadap

peran kelompok tani sebagai kelas belajar dengan kategori “sedang” yaitu 56,6 %,

sebagai unit produksi usahatani dengan kategori “sedang” yaitu 56,6 %, sebagai

wahana kerjasama dengan kategori “sedang” yaitu 63,33 %

Kata kunci : persepsi petani terhadap kelompok tani

Page 4: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

LEMBAR PENGESAHAN

Judul skripsi : Persepsi Petani Terhadap Kelompok Tani (Studi Kasus :

Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya)

Nama : ABDUL RANI

Nim : 08C10404031

Jurusan : Agribisnis

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Rahmat Pramulya, STP, MM Hewi Susanti, SP

NIDN. 01-1710-7502 NIDN. 01-1504-8303

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Prodi Agribisnis

Universitas Teuku Umar

Diswandi Nurba, STP, MSi Yoga Nugroho, SP, MM

NIDN. 01-2804-8202

Tanggal Lulus : 20 Februari 2014

Page 5: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi dengan judul :

Persepsi Petani Terhadap Kelompok Tani (Studi Kasus : Petani Padi Sawah

di Gampong Blang Muko Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya)

Yang disusun oleh :

Nama : Abdul Rani

NIM : 08C10404031

Fakultas : Pertanian

Program Studi : Agribisnis

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 20 Februari 2014 dan

dinyatakan lulus memenuhi syarat untuk diterima.

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

1. Rahmat Pramulya, STP, MM

(Dosen Pembimbing I) ................................................

2. Hewi Susanti, SP

(Dosen Pembimbing II) ................................................

3. Meiza Aulia, SP

(Dosen Penguji I) ................................................

4. Cut Ida Fitri, SP

(Dosen Penguji II) ................................................

Alue Peunyareng, 20 Februari 2014

Ketua Prodi Studi Agribisnis

Yoga Nugroho, SP, MM

Page 6: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Abdul Rani, dilahirkan di Blang Muko Kecamatan Kuala

Kabupaten Nagan Raya pada tanggal 23 Juli 1988, anak pertama dari dua

bersaudara dari pasangan orang tua ayahanda Abdul Rafur dan Anisah.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri Blang

Muko Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya pada tahun 1994 - 2001.

Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama

Negeri 2 Simpang Peut Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya pada tahun

2001 – 2004. Pada tahun yang sama yaitu tahun 2004 – 2007 Penulis diterima di

SMA Negeri 2 Kuala Kabupaten Nagan Raya.

Untuk selanjutnya, pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan

Sarjana pada Program Studi Agribisnis, di Fakultas Pertanian, Universitas Teuku

Umar Meulaboh, Aceh Barat. Pada bulan Mei – Juni 2012 penulis mengikuti

Kuliah Kerja Nyata yang dilakukan oleh semua Fakultas yang ada di Universitas

Teuku Umar bertempat di Desa Peunia Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh

Barat. Pada bulan Agustus - September 2012 melakukan Praktek Lapang di

Gampong Blang Muko Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya. Selanjutnya

pada bulan Desember 2012 – Januari 2013 penulis melakukan penelitian Skripsi

di Gampong Blang Muko Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.

Page 7: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

berkat dan anugerah yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Serta shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Besar

Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat yang telah memperjuangkan

agama Allah SWT di muka bumi ini.

Skripsi yang berjudul “PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK

TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko Kecamatan

Kuala Kabupaten Nagan Raya)” ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari Fakultas Pertanian Universitas Teuku

Umar.

Dalam penyusunan ini penulis tidak lepas dari bantuan, dukungan,

bimbingan, nasihat dan kerjasama dari berbagai pihak. Yang terutama penulis

sampaikan kepada kedua orang tua penulis yang tidak dapat penulis ucapkan

segala jasa-jasa yang telah diberikannya. Selanjutnya dalam kesempatan ini

penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Rahmat Pramulya, STP, MM dan Ibu Hewi Susanti, SP selaku

Dosen Pembimbing, yang telah memberikan saran dan nasihat sehingga

semuanya terasa mudah dan lancar.

2. Bapak Yoga Nugroho, SP, MM selaku Kaprodi atas segala bantuannya.

3. Bapak Diswandi Nurba, S.TP, MSi selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Teuku Umar

4. Teman-teman seangkatan yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang

telah membantu memberikan masukan-masukan.

5. Semua pihak yang telah, mendoakan, menemani dan mendukung penulis

selama proses menyelesaikan skripsi ini.

Page 8: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

Demikian ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis haturkan

kepada semua orang yang telah menjadi bagian dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki ketidaksempurnaan.

Walaupun demikian, semoga tetap bermanfaat bagi semua pihak.

Meulaboh, Februari 2014

Penulis

Page 9: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................. iii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ vi

I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ....................................................................... 3

1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4

1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 5

2.1. Pengertian Persepsi ........................................................................ 5

2.2. Faktor-Faktor Pembentuk Persepsi ............................................... 5

1. Pendidikan ................................................................................. 6

2. Pengalaman ............................................................................... 6

3. Luas Penguasaan Lahan ........................................................... 7

4. Lingkungan Sosial .................................................................... 7

5. Lingkungan Ekonomi ............................................................... 7

2.3. Petani.............................................................................................. 8

2.4. Peran .............................................................................................. 9

2.5. Pengertian Kelompok Tani ........................................................... 10

III. METODE PENELITIAN ................................................................. 14

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 14

3.2. Populasi dan Sampel .................................................................... 14

3.3. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 15

3.4. Tehnik Analisis Data ................................................................... 16

3.5. Definisi Operasional Penelitian .................................................. 17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 18

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................................ 18

4.1.1. Letak dan Luas Wilayah ................................................... 18

4.1.2. Topografi dan Iklim .......................................................... 18

4.1.3. Keadaan Penduduk dan Perekonomian ............................ 19

4.2. Kelompok Tani di Gampong Blang Muko................................. 20

4.3. Tujuan, Sasaran, dan Hasil Kelompok Tani............................... 21

4.4. Karakteristik Sosial Ekonomi Anggota Kelompok Tani........... 22

4.4.1. Karakteristik Umur ........................................................... 22

4.4.2. Karakteristik Pendidikan.................................................. 23

Page 10: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

4.4.3. Karakteristik Luas Lahan ................................................. 24

4.4.4. Karakteristik Pengalaman Berusahatani ......................... 25

4.5. Faktor-Faktor yang Membentuk Persepsi Petani ..................... 26

4.5.1. Pendidikan Formal ........................................................... 26

4.5.2. Pendidikan Non Formal ................................................... 27

4.5.3. Lingkungan Sosial ............................................................ 28

4.5.4. Lingkungan Ekonomi ....................................................... 29

4.6. Persepsi Terhadap Peran Kelompok Tani ................................. 30

4.6.1. Persepsi Sebagai Kelas Belajar ....................................... 30

4.6.2. Persepsi Sebagai Unit Produksi ....................................... 32

4.6.3. Persepsi Sebagai Wahana Kerjasama ............................. 34

4.7. Pembahasan ................................................................................. 36

V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 41

5.1. Kesimpulan ............................................................................... 41

5.2. Saran ......................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 43

Page 11: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

1. Jumlah kelompok tani di Gampong Blang Muko ............................. 2

2. Indikator dan variabel persepsi petani terhadap kelompok tani ....... 17

3. Luas lahan yang berpotensi di Gampong Blang Muko Kec Kuala .. 19

4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian .................................. 19

5. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ............................................. 20

6. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur .................................... 22

7. Karakteristik Pendidikan Formal ...................................................... 23

8. Karakteristik Pendidikan Non Formal ............................................... 23

9. Karakteristik Sebaran Luas Sawah .................................................... 24

10. Karakteristik Sebaran Pengalaman Berusahatani ............................. 25

11. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Formal ................... 26

12. Distribusi Responden Berdasarakan Pendidikan Non Formal ......... 37

13. Distribusi Responden Berdasarkan Lingkungan Sosial.................... 28

14. Distribusi Responden Berdasarkan Lingkungan Ekonomi .............. 29

15. Persepsi Terhadap Peran Kelompok Tani Sebagai Kelas Belajar ... 30

16. Persepsi Terhadap Peran Kelompok Tani Sebagai Unit Produksi .. 32

17. Persepsi Terhadap Peran Kelompok Tani Sebagai Wahana Kerjasama ... 34

18. Skor Faktor-Faktor yang Membentuk Persepsi Petani ..................... 36

19. Skor Persepsi Petani Terhadap Peran Kelompok Tani ..................... 38

Page 12: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Kuesioner Persepsi Petani Terhadap Peran Kelompok Tani ................. 45

2. Rekapitulasi Nilai Persepsi Petani Terhadap peran Kelompok Tani .... 47

3. Kuesioner Faktor Eksternal persepsi Petani terhadap Kelompok Tani 48

4. Rekapitulassi Penilaian Faktor Eksternal Persepsi Petani Terhadap

Kelompok Tani......................................................................................... 50

5. Dokumentasi Penelitian ........................................................................... 51

Page 13: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat berperan dalam

menentukan tingkat perekonomian suatu negara. Di Indonesia perbankan

mempunyai peranan lebih kurang 80% dari keseluruhan sistem keuangan yang

ada. Mengingat begitu besarnya peranan perbankan di Indonesia, maka pengambil

keputusan perlu melakukan evaluasi kinerja yang memadai.

Menurut Purnomo (2006),Indikator untuk mengukur kinerja Bank yang

biasa digunakan adalah kinerja Bank secara ekonomi. Pada hakikatnya kinerja

ekonomi terdiri dari dua kinerja utama yaitu kinerja keuangan dan kinerja

efisiensi produktivitas. Efisiensi perbankan selain diukur dengan melihat

perbandingan indikator kinerja perbankan dan rasio keuangan, ada metode lain,

yaitu non parametrik dengan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA).

Berdasarkan observasi awal di Bank BRI Cabang Meulaboh untuk saat ini

Bank tersebut belum mempunyai laporan atau kajian yang jelas tentang seberapa

besar efisiensi kinerja untuk setiap kantor unit, yaitu: kantor unit Johan Pahlawan,

kantor unit Cut Nyak Dhien dan kantor unit Teuku Umarketika dibandingkan satu

sama lain. Proses penilaian kinerja yang berlaku selama ini lebih kepada bersifat

penilaian intern, sehingga disparitas efisiensi antar satu unit dengan unit yang lain

tidak tergambar dengan jelas. Penilaian kenerja seperti ini memberikan efek bias

terhadap Bank BRI Cabang Meulaboh, efek bias tersebut timbul karena penilaian

Page 14: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

2

kinerja masih dilakukan secara parsial berdasarkan persepsi dari masing-masing

unit yang ada. Padahal total efisiensi itu perlu dilihat dengan membandingkan

pencapaian setiap unit yang ada, belum lagi masalah metode yang digunakan

masih berdasarkan azas pendapat para pakar sehingga kesimpulan nilai kinerja

yang diperoleh hanya semata-mata berdasarkan perspektif dan latar belakang para

pakar tersebut. Implikasinya tingkat objektifitas kesimpulan yang diperoleh

terhadap nilai kinerja masing-masing unit sangat tergantung kepada penilaian

pakar. Oleh karena itu diperlukan metode evaluasi yang dapat mengukur kinerja

perusahaan. Salah satu cara untuk mengevaluasi kinerja tiap kantor unit cabang

adalah dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Pengukuran efisiensi

unit Bank BRI Cabang Meulaboh dalam penelitian ini akan menggunakan metode

Data Envelopment Analysis (DEA).

Menurut Hadad (2003), metode ini memiliki kelebihan yaitu tidak

membutuhkan asumsi bentuk fungsi produksi dalam membentuk frontier

produksinya, oleh karena itu kesalahan dalam spesifikasi fungsi produksi dapat

dieliminasi.Keuntungan relatif penggunaan pendekatan ini lebih besar

dibandingkan parametrik, yaitu pendekatan ini dapat mengidentifikasi unit yang

digunakan sebagai referensi sehingga dapat membantu mencari penyebab dan

jalan keluar dari ketidakefisienan yang merupakan keuntungan utama dalam

aplikasi manajerial. Karakteristik pengukuran efisiensi dengan metode DEA

memiliki konsep yang berbeda dengan efisiensi pada umumnya, pertama, efisiensi

yang diukur adalah bersifat teknis, bukan ekonomis, artinya bahwa analisis DEA

hanya memperhitungkan nilai absolut dari satu variabel. Satuan dasar yang

Page 15: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

3

mencerminkan nilai ekonomis dari tiap-tiap variabel seperti harga, berat, panjang,

isi dan lainnya tidak dipertimbangkan. Oleh karenanya dimungkinkan suatu pola

perhitungan kombinasi berbagai variabel dengan satuan yang berbeda-beda.

Kedua, nilai efisien yang dihasilkan bersifat relatif atau hanya berlaku dalam

lingkup sekumpulan Decision Making Unit (DMU) yang diperbandingkan.

Efesiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang menggambarkan

kinerja secara keseluruhan dari suatu organisasi. Kemampuan kantor unit Bank

BRI Cabang Meulaboh menghasilkan output yang maksimal dengan inputyang

ada merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efesiensi

dilakukan, unit Bank BRI Cabang Meulaboh dihadapkan pada kondisi bagaimana

mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input yang ada atau

mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output tertentu.

1.2 Rumusan Masalah

Kantor Unit Bank BRI Cabang Meulaboh adalah suatu unit kerja yang

menjalankan kegiatan operasional dalam melaksanakan berbagai fungsi

Banksebagai lembaga keuangan. Sehingga diperlukan penilaian kinerja yang

terintegrasi antar setiap unit, agar dapat memberikan gambaran yang jelas

terhadap disparitas efisiensi masing-masing unit. Dari rumusan masalah diatas

maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan input dan output di setiap kantor unit Bank BRI

Cabang Meulaboh.

2. Seberapa besar tingkat efisiensi di setiap kantor unit Bank BRI Cabang

Meulaboh.

Page 16: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

4

3. Bagaimana menentukan output yang perlu ditingkatkan agar efisiensi masing-

masing unit tercapai.

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

Adapun tujuan yang dikaji dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai

berikut:

1. Mengidentifikasi Parameter input dan output kantor unit Bank BRI Cabang

Meulabohuntuk menghasilkan efisiensi yang diinginkan.

2. Mengukur tingkat efesiensi di setiap kantor unit Bank BRI Cabang Meulaboh

secara paralel sehingga diperoleh unit yang paling efisien.

3. Menganalisis parameter output yang perlu ditingkatkan sehingga kesetaraan

masing-masing unit dapat diperoleh.

1.3.2 Manfaat

Adapun manfaat yang penulis angkat dalam tugas akhir ini adalah:

1. Menjadi salah satu indikator yang sangat penting bagi Bank BRI cabang kota

Meulaboh dalam meningkatkan kinerja berdasarkan tingkat efisiensi masing-

masing unit dibawahnya.

2. Diharapkan menjadi landasan kebijakan jangka panjang bagi Bank BRI

Cabang Meulaboh dalam proses pengambilan keputusan.

1.4 Batasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup dalam tugas akhir ini maka penelitian

dibatasi dalam beberapa hal yaitu:

Page 17: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

5

1. Penelitian dilakukan berdasarkan data di 3 kantor Bank BRI Unit Meulaboh

antara lain Kantor Unit Johan Pahlawan, Kantor Unit Cut Nyak Dhien dan

Kantor Unit Teuku Umar tahun 2012.

2. Pendekatan pemecahan masalah menggunakan metode DEA yang berbasis

input.

3. Parameter input dan output sepenuhnya memperhatikan karakteristiksumber

daya dari masing-masing kantor unit Bank.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan tugas akhir ini dilakukan dengan sistematika penulisan sebagai

berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang penulisan tugas akhir, rumusan masalah,

tujuan dan manfaat, batasan masalahdan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang mendasari penulisan tugas

akhir dan menjelaskan teori-teori Data Envelopment Analysis(DEA).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentangdeskripsi data serta metodologi yang

digunakan untuk penelitian ini.

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini merupakanpengumpulan data dan pengolahan datadi Kantor Unit

Bank BRI Cabang Meulaboh.

Page 18: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

6

BAB V ANALISIS DAN EVALUASI

Bab ini merupakan analisis penelitian data dan evaluasi hasil analisis di

Kantor Unit Bank BRI Cabang Meulaboh.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisis pembahasan masalah serta

saran yang diberikan oleh penulis bagi perusahaan.

Page 19: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

27

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Efisiensi

Menurut Sutawijaya (2009), efisiensi adalah perbandingan yang terbaik

antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-

sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai

dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata lain hubungan antara apa

yang telah diselesaikan.

Menurut Sumanth (1985), pengertian efesiensi adalah perbandingan atau

rasio dari keluaran (output) dengan masukkan (input). Efisiensi mengacu pada

bagaimana baiknya sumber daya digunakan untuk menghasilkan output.

Sedangkan efektifitas adalah derajat pencapaian tujuan dari sistem yang diukur

dengan perbandingan atau rasio dari keluaran (output actual) yang dicapai dengan

keluaran (output) standar yang diharapkan. Efisiensi merupakan penghematan

penggunaan sumber daya dalam kegiatan organisasi, dimana efisiensi pada “daya

guna”. Efisiensi dimaksudkan pemakaian sumber daya yang lebih sedikit untuk

mencapai hasil yang sama. Efisiensi merupakan ‘ukuran’ yang membandingkan

rencana penggunaan masukan (input) dengan realisasi penggunannya. Efisiensi

100% sangat sulit dicapai, tetapi efisiensi yang mendekati 100% sangat

diharapkan. Konsep ini lebih berorientasi pada input daripada output.

Menurut Hadad (2003), efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang

secara teoritis mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Kemampuan

Page 20: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

8

menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada, adalah merupakan

kinerja yang diharapkan. Saat pengukuran efisiensi dilakukan bank dihadapkan

pada kondisi bagaimana medapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat

input yang ada, atau menetukan tingkat input yang minimum dengan pencapaian

tingkat output tertentu.

2.2 Bank

Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang

perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan,

yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya.

Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank

sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan

menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas jasa yang

menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat. Kegiatan

menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat. Sedangkan

jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan

utama tersebut.

Menurut kegiatan usahanya yang mengacu pada pasal 5 UU Nomor

7/1992, jenis bank terdiri dari:

1. Bank Umum

Bank umum menurut UU Nomor 10 tahun 1998 didefinisikan sebagai

bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau

berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu

Page 21: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

9

lintas pembayaran, yang tergolong ke dalam bank umum seperti Bank BNI, Bank

BRI, Bank BTN dan lain-lain.

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat menurut UU Nomor 10 tahun 1998 didefinisikan

sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau

berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam

lalu lintas pembayaran, yang tergolong ke dalam bank BPR seperti Bank Desa,

Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Badan Kredit Desa (BKD), Badan

Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), dan/atau

lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan UU

Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dengan memenuhi persyaratan tata cara yang

ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Satu hal yang membedakan antara bank umum dengan bank perkreditan

rakyat adalah jenis simpanan masyarakat dimana bank perkreditan rakyat tidak

melakukan kegiatan simpanan dalam bentuk giro.

2.3 Konsep Efisiensi Bank

Efisiensi dalam dunia perbankan adalah salah satu parameter kinerja yang

cukup populer, banyak digunakan karena merupakan jawaban atas kesulitan-

kesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja. Sering kali, perhitungan

tingkat keuntungan menunjukkan kinerja yang baik, tidak masuk dalam kriteria

“sehat” atau berprestasi dari sisi peraturan. Sebagaimana diketahui, industri

perbankan adalah industri yang paling banyak diatur oleh peraturan-peraturan

yang sekaligus menjadi ukuran kinerja dunia perbankan.

Page 22: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

10

2.3.1 Teori Efisiensi Bank

Menurut Hadad (2003), efisiensi dalam suatu perusahaan khususnya

perbankan merupakan salah satu parameter kerja yang cukup popular untuk

mengukur kinerja bank, hal ini disebabkan efisiensi yang merupakan jawaban dari

kesulitan-kesulitan dalam perhitungan ukuran-ukuran kinerja, seperti tingkat

efisiensi teknologi, alokasi dan efisiensi total.

Secara keseluruhan efisiensi perbankan dapat di dekomposisikan dalam

efisiensi skala (scale efficiency) dan efisiensi alokasi (allocative efficiency). Bank

dikatakan efisiensi dalam skala ketika bank bersangkutan mampu beroperasi

dalam skala hasil yang konstan (constant return to scale), sedangkan efisiensi

cakupan tercapai ketika bank mampu beroperasi pada diversifikasi lokasi.

Efisiensi akan lokasi tercapai ketika bank mampu menentukan berbagai output

yang memaksimumkan keuntungan, sedangkan efisiensi teknik pada dasarnya

menyatakan hubungan antara input dan output dalam suatu proses produksi. Suatu

proses produksi dikatakan efisien apabila pengggunaan input sejumlah tertentu

dapat dihasilkan output yang maksimum.

2.3.2 Pengukuran Efisiensi Bank

Menurut Silkman (1989), terdapat tiga jenis pendekatan pengukuran

efisiensi khususnya perbankan yaitu:

1. Pendekatan rasio, yaitu pendekatan rasio dalam mengukur efisiensi dilakukan

dengan cara menghitung perbandingan output dengan input yang digunakan.

Pendekatan ini akan dinilai memiliki efisiensi yang tinggi, apabila dapat

memproduksi sejumlah output yang maksimum dengan input tertentu.

Page 23: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

11

2. Pendekatan regresi, yaitu pendekatan yang menggunakan sebuah model dari

tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat input tertentu.

Pendekatan regresi akan menghasilkan estimasi hubungan yang dapat

digunakan untuk memperoduksi tingkat output yang dihasilkan sebuah Unit

Kegiatan Ekonomi (UKE) pada tingkat input tertentu, UKE tersebut akan

dinilai efisien apabila mampu menghasilkan jumlah output lebih banyak

dibandingkan jumlah output estimasi.

3. Pendekatan frontier, pendekatan ini mempunyai dua jenis yaitu parametrik

dan non-parametrik.

2.3.3 Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi Bank

Menurut Hadad (2003), terdapat tiga pendekatan yang lazim digunakan

dalam metode parametrik dan non-parametrik untuk mendefinisikan hubungan

input dan output dalam kegiatan finalcial suatu lembaga keuangan yaitu:

1. Pendekatan Aset (Asset Approach)

Produksi aset mencerminkan fungsi primer sebuah lembaga keuangan sebagai

pencipta kredit pinjaman (loans). Pendekatan ini, output benar-benar

didefinisikan ke dalam bentuk aset.

2. Pendekatan produksi (Production Approach)

Pendekatan ini menganggap lembaga keuangan sebagai produsen dari akun

deposito (deposit account) dan kredit pinjaman (credit account), kemudian

output didefinisikan sebagai jumlah tenaga, pengeluaran modal pada aset-aset

tetap dan material lainya.

Page 24: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

12

3. Pendekatan Intermediasi (Intermediation Approach)

Pendekatan ini memandang sebuah lembaga keuangan sebagai intermediator,

yaitu merubah dan mentransfer aset-aset keuangan dari surplus unit kepada

defisit unit. Input lembaga keuangan tersebut meliputi: biaya tenaga kerja,

modal dan pembayaran bunga pada deposito, kemudian output yang diukur

dalam bentuk kredit pinjaman dan investasi keuangan. Pendekatan ini melihat

fungsi primer sebuah institusi keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman

(loans).

Menurut Farrell (1957), efisiensi sebuah perusahaan pada dasarnya terdiri

dari dua komponen diantaranya:

1. Technical efficiency, menggambarkan kemampuan perusahaan untuk

mencapai tingkat output yang maksimum dengan menggunakan tingkat input

tertentu yang tersedia.

2. Allocative efficiency, menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

mengoptimalkan penggunaan input dengan struktur harga dan teknologi

tertentu.

Kombinasi antara technical efficiency dan allocative efficiency akan

menjadi economic efficiency. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisien secara

ekonomi jika dapat meminimalkan biaya produksi untuk menghasilkan output

tertentu dengan tingkat teknologi yang umumnya digunakan serta harga pasar

yang berlaku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu organisasi dapat

dikatakan efisien jika output yang dihasilkan dapat ditingkat tanpa meningkatkan

input dan menurunkan output tertentu lainnya. Demikian pula suatu organisasi

Page 25: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

13

dapat dikatakan efisien jika input dapat diturunkan tanpa menurunkan output yang

dihasilkan maupun tanpa meningkatkan input tertentu.

Menurut David (1984), efisiensi berhubungan dengan seberapa baik kita

menggunakan sumber daya yang ada untuk mendapatkan suatu hasil. Secara

matematis efisiensi merupakan rasio antara output dan input.

Namun perhitungan efisiensi diatas masih belum cukup untuk perhitungan

efisiensi suatu organisasi atau perusahaan, yang pada kenyataanya tidak hanya

melibatkan satu input dan menghasilkan satu macam output saja. Suatu organisasi

atau perusahaan sebenarnya berhubungan dengan bermcam-macam sumber daya

baik input maupun output yang berbeda.

Kenyataan seperti diatas menyebabkan kondisi ideal, yaitu suatu kondisi

dimana nilai efisiensi 1 atau 100% sangat sulit untuk dicapai. Sehingga

pengukuran efisiensi untuk perusahaan yang sejenis dapat dilakukan secara relatif.

Perusahaan sejenis berarti perusahaan yang memiliki jenis input dan output yang

sama. Sangat tidak mungkin dilakukan pengukuran efisiensi relatif antara pabrik

kelapa sawit dengan pabrik semen, yang jelas-jelas input dan outputnya sangat

berbeda. Melalui pendekatan teori efisiensi diatas maka, metode yang dapat

diterapkan untuk pemecahan masalah pengukuran efisiensi ini adalah

menggunakan metode Data Envelopment Anilysis (DEA).

2.3.4 Metode Pengukuran Efisiensi

Menurut Barger dan Humphrey (1997), metode yang umumnya digunakan

untuk mengukur efisiensi dalam institusi keuangan termasuk perbankan terdiri

dari metode parametrik dan metode non-parametrik.

Page 26: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

14

Metode parametrik dalam pendekatannya terdapat tiga metode yang paling

sering digunakan yaitu:

1. Stochastic frontier Approach (SFA), merupakan pendekatan ekonometrik

menentukan bentuk fungsional untuk biaya, keuntungan atau hubungan

produksi diantara input, output dan faktor lingkungan serta pendekatan ini

memungkinkan untuk random error diasumsikan mengikuti distribusi standar

simetrik.

2. Thick Frontier Approach (TFA), membandingkan rata-rata efisiensi dari

kelompok perusahaan dan bukannya mengestimasi frontier.

3. Distribution Free Approach (DFA), metode ini menggunakan residual rata-rata

dari fungsi biaya yang diestimasi dengan panel data untuk membangun suatu

ukuran cost frontier efficiency. Metode ini tidak memaksakan suatu bentuk

spesifik pada distribusi dari efisiensi namun mengasumsikan bahwa terdapat

core efficiency atau efisiensi rata-rata untuk setiap perusahaaan yang besarnya

konstan dari waktu ke waktu.

Sedangkan dalam pendekatan non-parametrik terdapat dua metode yang

paling sering digunakan yaitu:

1. Data Envelopment Analysis (DEA), adalah teknik pemograman matematis

yang digunkan untuk mengevaluasi efisiensi dari suatu unit pengambilan

keputusan (unit kerja) yang bertanggung jawab menggunakan sejumlah input

untuk memperoleh suatu output yang ditargetkan.

2. Free Disposal Hull (FDH), diangggap sebagai generalisasi dari model DEA,

dimana model ini tidak mensyaratkan estimasi frontier. Metode estimasi

Page 27: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

15

O

C

B

A

Output1 / Input1

Outp

ut2

/ I

nput2

frontier merupakan pendekatan matematika untuk menentukan best-practise

firms, yaitu perusahaan-perusahaan yang kinerjanya terletak pada frontier.

2.4 Analisis garis Frontier

Frontier Analysis merupakan ukuran efisiensi relatif. Pengukuran

dilakukan terhadap inefisiensi unit-unit yang ada dibandingkan dengan unit lain

yang dianggap paling efisien dalam set data yang ada. Hal ini memungkinkan

Frontier Analysis menghasilkan perhitungan tingkat efisiensi mencapai 100%

pada beberapa unit. Unit yang memiliki tingkat efisiensi 100% merupakan unit

yang terefisien dalam set data tertentu dan waktu tertentu. Keuntungan dari

penggunaan Frontier Analysis adalah dapat melihat sumber ketidakefisienan

dengan ukuran ‘peningkatan potensial’ dari masing-masing input atau output.

Menurut Barger dan Humphrey (1997) dalam makalah pertamanya yang

memuat mengenai teori portofolio, garis frontier adalah suatu garis permukaan

yang dihubungkan oleh titik-titik terluar dari suatu analisis grafik yang merupakan

kondisi sangat efisien yang dapat tercapai. Bagian yang ditunjukan oleh garis

tersebut disebut efficient frontier (permukaan efisien).

Analisa grafik dan garis frontier dalam DEA:

1. Grafik awal antara

dengan

………(1)

Gambar 2.1 Grafik awal efisiensi

Page 28: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

16

C

O

B

A

Output1 / Input1

Ou

tpu

t2 /

Inp

ut2

B’

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa efisiensi maksimum akan tercapai

di sepanjang garis yang melewati titik A dan C. dalam hal ini kondisi berada pada

garis frontier. Sementara itu titik B kurang efisien dibandingkan dengan efisiensi

maksimum titik A dan titik C. semua kondisi yang berada di dalam garis frontier

dihubungkan oleh titik terluar dari suatu analisis grafik yang merupakan kondisi

sangat efisien yang dapat dicapai. Lebih jelas dapat dilihat pada gambar 2.2.

2. Grafik yang menunjukan peningkatan DMU sampai ke garis frontier

Gambar 2.2. Grafik peningkatan efisiensi dari suatu kondisi tertentu

Titik B yang diubah menjadi titik yang lebih efisien dengan cara menarik

gari dari pangkal O (0,0) yang melalui titik kondisi B menuju ke garis frontier.

Selanjutnya dapat dicapai output 1 / input 1 (efisiensi 1) dan output 2 / input 2

(efisiensi 2) yang menjadi lebih efisien (kodisi B’) dari pada keadaan awal

(kondisi B). dengan demikian dapat dihitung berapa nilai output dan input yang

harus dicapai agar suatu kondisi yang tidak efisien menjadi kondisi yang efisien.

2.5. Data Envelopment Analysis (DEA)

Menurut Charnes (1978), DEA adalah analisis pemograman yang berbasis

pada pengukuran tingkat performansi suatu efisiensi dari suatu organisasi

menggunakan Decision making Unit (DMU). Yang dimaksud dengan DMU

Page 29: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

17

adalah suatu sumber daya dapat berupa sekolah, Bank, rumah sakit, universitas

dan lain-lain. DMU ini dapat digunakan untuk mengetahui seberapa efisien suatu

DMU digunakan dengan pemamfaatan peralatan yang ada untuk dapat

menghasilkan output yang maksimum.

Menurut Siswandi (2004), suatu perusahaan yang rasional akan selalu

berupaya untuk memaksimalkan keuntungan yang diperolehnya. Sejalan dengan

ini, perusahaan yang rasional akan selalu meningkatkan kapasitas produksinya

sampai diperoleh suatu nilai keseimbangan profit yang maksimal dalam marginal

revenue (sebagai fungsi output) masih melebihi marginal cost (sebagai fungsi

input). Sehingga perusahaan-perusahaan haruslah sensitif terhadap isu yang

berhubungan dengan “skala hasil” (yang umum disebut dengan return to scale).

Suatu perusahaan akan memiliki salah satu dari kondisi return to scale,

yaitu increasing return to scale (IRS), constant return to scale (CRS)

dan decreasing return to scale (DRS).

Menurut Hadinata (2000), DEA adalah suatu model pemograman

matematis yang digunakan untuk menghitung efisiensi relatif suatu unit

dibandingkan dengan unit-unit lain menggunakan berbagai macam input dan

output yang sejenis. DEA juga dapat juga digunakan untuk melakukan proses

bencmarking.

Kebanyakan input dari suatu organisasi berupa data yang sulit untuk

diukur performansi efisiensi. Akan tetapi akan lebih mudah mengukurnya dari

segi profit tahunan ataupun stok barang dalam organisasi tersebut. Suatu input dan

output dari suatu organisasi dapat bervariasi jumlah dan jenisnya. Hal ini dapat

diatasi dengan cara menentukan rasio dari perbandingan total ouput dengan total

Page 30: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

18

input. Efisiensi yang ditentukan dengan metode DEA adalah suatu nilai yang

relatif dan bukan merupakan suatu nilai mutlak yang dapat diberi skor 100% dan

DMU lain yang performansinya berada dibawahnya memiliki skor yang bervariasi

yaitu antara 0%-100% sesuian perbandingan dengan DMU yang terbaik.

Istilah-istilah yang digunakan DEA adalah:

1. Input

Sesuatu yang dibutuhkan untuk kemudian diolah dan menjadi suatu produk

yang bernilai.

2. Output

Sesuatu yang dapat dihasilkan dari sejumlah input yang tersedia.

3. Unit

Sesuatu yang dinilai dan dibandingkan antara input dan output sehingga

diperoleh nilai efisiensi relative.

4. Efisiensi relatif

Efisiensi suatu unit bila dibandingkan dengan unit-unit lain yang memiliki

input dan output dengan jenis yang sama dalam treatment tertentu.

5. Bobot

Pemberian nilai untuk suatu faktor yang memberikan makna bahwa faktor

tersebut mempengaruhi efisiensi sebesar nilai bobotnya.

Dalam mengevaluasi dengan metode DEA perlu diperhatikan:

1. Kebutuhan nilai input dan output untuk masing-masing DMU

2. DMU memiliki proses yang sama, yaitu dengan menggunakan jenis input dan

output yang sama.

Page 31: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

19

3. Mendefinisikan nilai efisiensi relatif masing-masing DMU melalui rasio

antara penjumlahan bobot output dengan penjumlahan bobot input.

4. Nilai efisiensi berkisar antar 0 dan 1

5. Nilai bobot yang diperoleh dari hasil pemograman dapat digunakan untuk

memaksimumkan nilai efisiensi relatif.

Penggunaan model matematis dalam metode DEA memiliki kekhususan

bila dibandingkan dengan penggunaan model matematis lain. Dalam hal ini model

matematis DEA digunakan untuk mengevaluasi dan menganalisa unit organisasi

atau DMU berdasarkan data dan kinerja di masa lalu untuk perencanaan pada

masa yang akan datang. Dua model matematis yang digunakan ialah:

1. Model matematis DEA-CCR Primal adalah model utama yang dipakai untuk

menghitung nilai efisiensi tiap unit DMU. Dalam DEA efisiensi (ep) sebuah

DMU didefinisikan sebagai rasio antara jumlah ouput yang diboboti dengan

jumlah input yang diboboti, yang merupakan suatu perluasan alami konsep

efisiensi.

2. Model Matematis DEA-CCR Dual adalah model pendukung untuk

menghitung efisiensi relatif suatu DMU dan mengetahui DMU yang

dijadikan acuan untuk meningkatkan nilai efisiensi DMU yang tidak efisien.

Setiap DMU memerlukan satu pemograman linier diatas, dimana model

pemograma linier untuk masing-masing DMU pada dasarnya sama. Suatu DMU

dikatakan efisien secara relatif bila efisiensi bernilai 1 (nilai efisiensi sebesar

100%). Sebaliknya nilai efisiensi kurang dari 1, maka DMU tersebut dianggap

tidak efisien.

Page 32: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

20

Bila dalam rumus (1) nilai efisiensi diperoleh dari hasil pembagian antara

nilai output dengan nilai input, maka perbaikan nilai efisiensi dapat dilakukan

dengan cara:

1. Nilai output ditingkatkan, sementara nilai input tetap

2. Ketika nilai output tetap, maka nilai input diturunkan

3. Pada saat nilai output meningkat, secara bersamaan nilai input diturunkan

Pada metode DEA perbaikan nilai efisiensi lebih mengarah pada peningkatan nilai

output sedangkan nilai input tetap.

Model matematis yang diperkenalkan dengan tujuan untuk menentukan

efisiensi relatif untuk tiap DMU ke-p, dirumuskan:

………………………….….(2)

dengan syarat bahwa efisiensi semua DMU adalah:

Untuk k=1,……,n ….(3)

Yt ,………., Ys ≥ 0 …………………………(4)

Xj ,………., Xt ≥ 0 …………………………(5)

Dalam hal ini:

ep adalah efisiensi untuk DMU ke-p

s adalah jumlah pengukuran output

t adalah jumlah pengukuran input

n adalah jumlah DMU

Ojk adalah nilai output pada pengukuran output ke-i (i = 1,...,s) untuk DMU

ke-k (k = 1,…..,n)

Page 33: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

21

Ijk adalah nilai input pada pengukuran input ke-j (j = 1,….,t) untuk DMU ke-

k (k = 1,….,n)

Yi adalah bobot output per-unit pada pengukuran output ke-I (i=1,…s)

Xj adalah bobot input per-unit pada pengukuran input ke-j (j=1,…t)

Model non-linier dan fraksional diatas dapat dirubah dalam bentuk linier

programing untuk lebih memudahkan dalam perhitungan menjadi:

Fungsi tujuan

Maksimumkan ………(6)

Kendala

……………………………….....(7)

-

……………………(8)

Yi,……., Ys ≥ 0 …………………………………(9)

Xj,……..Xt ≥ 0 …………………………………(10)

Model linier diatas sebagai bentuk DEA-CCR Primal.

Selanjutnya bentuk linier programing DEA-CCR diatas dapat dibawa kedalam

bentuk DEA-CCR Dual, model dualnya sebagai berikut:

Fungsi tujuan

Maksimum h0 ……………………………(11)

Kendala

Ijp h0 – ……………………...(12)

……………………………..(13)

…………………………………………(14)

Page 34: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

22

Bobot yang diperoleh dari hasil dual dapat digunakan untuk meningkatkan DMU

yang tidak efisien menjadi efisien (100%).

2.5.1. Keunggulan dan Keterbatasan DEA

Dalam perkembangannya, metode DEA pun tentu terdapat kelebihan dan

kekurangannya, dalam konteks pengukuran efisiensi sebuah industri. Secara

singkat, berbagai keunggulan dan keterbatasan metode DEA adalah:

1. Keunggulan DEA

a. Bisa menangani banyak input dan output

b. Tidak butuh asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan output.

c. Unit Kegiatan Ekonomi dibandingkan secara langsung dengan sesamanya.

d. Dapat membentuk garis frontier fungsi efisiensi terbaik atas variabel

input-output dari setiap sampelnya.

e. Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda.

2. Keterbatasan DEA

a. Bersifat simple specific

b. Merupakan extreme point technique, kesalahan pengukuran bisa berakibat

fatal.

c. Hanya mengukur produktivitas relatif dari unit kegiatan ekonomi bukan

produktivitas absolut.

d. Uji hipótesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan.

2.6 Dicision Making Unit (DMU)

DEA adalah linear programming yang berbasis pada pengukuran tingkat

performance suatu efisiensi dari suatu organisasi dengan menggunakan Dicision

Making Unit (DMU). Istilah DMU dalam DEA dapat berupa bermacam-macam

Page 35: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

23

unit seperti bank, rumah sakit, unit dari pabrik, departemen, universitas, sekolah,

pembangkit listik, kantor polisi, kantor samsat, kantor pajak, penjara, dan apa saja

yang memiliki kesamaan karakteristik operasional (Siswadi dan Purwantoro,

2006). Ramanathan (2003) menyebutkan ada dua faktor yang mempengaruhi

dalam pemilihan DMU, yaitu :

a. DMU harus merupakan unit-unit yang homogen. Unit-unit tersebut

melakukan tugas (task) yang sama, dan memiliki objektif yang sama. Input

dan output yang mencirikan kinerja dari DMU harus identik, kecuali

berbeda hanya intensitas dan jumlah/ukurannya (magnitude). Hal ini juga

sejalan dengan pendapat Sufian (2006).

b. Hubungan antara jumlah DMU terhadap jumlah input dan output

kadangkala ditentukan berdasarkan “rule of thumb”, yaitu jumlah DMU

diharapkan lebih banyak dibandingkan jumlah input dan output dan

ukuran sampel seharusnya dua atau tiga kali lebih banyak dibandingkan

dengan jumlah keseluruhan input dan output.

Pertimbangan dalam pemilihan sampel DMU adalah jumlah dari DMU itu

sendiri. Untuk dapat membedakan secara selektif DMU yang efisien dan inefisien

maka diperlukan jumlah DMU yang lebih besar dari perkalian jumlah input dan

jumlah output. Jumlah DMU sekurang-kurangnya tiga kali lebih besar dari total

jumlah variabel input dan output. Namun pada beberapa penelitian lain mengenai

DEA terdapat pula penggunaan sampel DMU yang lebih kecil.

2.7 Pemilihan Variabel Input dan Output

Kesulitan utama dalam aplikasi DEA adalah pemilihan input dan output.

Kriteria pemilihan input dan output adalah sangat subjektif. Tidak ada aturan yang

Page 36: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

24

spesifik dalam menentukan pemilihan input dan output. Namun demikian,

beberapa petunjuk pemilihan input dan output umumnya input didefinisikan

sebagai sumber daya yang dimanfaatkan oleh DMU atau kondisi yang

mempengaruhi kinerja dari DMU, sementara output merupakan keuntungan

(benefit) yang dihasilkan sebagai hasil dari kegiatan operasi DMU.

Dalam setiap aplikasi DEA, sangatlan penting untuk menentukan input

dan output secara benar. Beberapa aturan rule of thumb dapat membantu dalam

menentukan jumlah yang ideal untuk input dan output. Umumnya, pada saat

jumlah input dan output meningkat, maka semakin banyak DMU yang akan

memperoleh tingkat efisiensi 100%, karena DMU-DMU tersebut menjadi terlalu

khusus untuk dievaluasi terhadap unit lain.

2.8 Tahapan Analisis DEA

Berikut ini tahapan-tahapan dalam analisis DEA yang telah dirangkum

dari berbagai sumber literatur :

a. Table of Efficiencies (Radial)

Analisis ini menunjukkan DMU mana yang paling efisien. Efisiensi

ditunjukkan dengan nilai optimal dari fungsi tujuan yang dikembangkan dari

linear programming. Nilai fungsi tujuan 100% berarti DMU tersebut efisien

sementara yang kurang dari 100 % berarti inefisien.

b. Table of Peer Units

Tabel ini digunakan untuk menentukan jika suatu DMU inefisien maka

akan ditunjukkan bagaimana cara mencapai tingkat efisiensi dengan melihat peer

DMU yang menjadi acuan /pedoman untuk mencapai tingkat efisiensi.

Page 37: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

25

c. Table of Target Values

Analisis ini digunakan untuk menentukan berapa persen efisiensi sudah

terjadi untuk setiap DMU baik dari setiap struktur input maupun struktur output.

Dalam tabel ini akan ditunjukkan nilai actual dan target yang harus dicapai dari

setiap input maupun setiap output. Jika besarnya nilai actual sudah sama dengan

nilai target-nya maka efisiensi untuk setiap input atau output sudah terjadi.

Sebaliknya jika nilai antara actual dengan target tidak sama maka efisiensi belum

tercapai.

Lebih lanjut mengenai prosedur yang dilakukan setelah perhitungan

efisiensi dengan DEA. Menurutnya adalah sangat penting untuk memverifikasi

hasil perhitungan efisiensi dengan menggunakan analisis sensitivitas. Dalam

beberapa kasus, output pengukuran DEA sudah cukup untuk menarik kesimpulan.

Namun beberapa kasus lainnya seringkali diperlukan analisis lebih lanjut dari

output DEA.

2.9 Penelitian Terdahulu tentang Kinerja

Pengukuran kinerja menggunakan metode DEA sudah pernah dilakukan

oleh beberapa peneliti untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.1

dibawah ini:

Page 38: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

27

Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu

No Judul Nama

Peneliti Metodologi Kesimpulan dan Saran

1.

The Efficiency of

Islamic Banking in

Malaysia : Foreign vs

Domestic Bank

Fadzlan

Sufian

(2006)

Penelitian ini menggunakan model DEA

dengan menggunakan variabel input yang

terdiri dari total simpanan, biaya tenaga kerja,

dan aset. Variabel pembiayaan dan pendapatan

operasional sebagai output selama periode

2001-2004.

Hasil penelitian ini menunjukkan secara umum

perbankan syariah di Malaysia mengalami

peningkatan selama periode pengamatan.

Penelitian ini juga menggambarkan bank asing

syariah relatif lebih efisien dibandingkan bank

domestik syariah selama tahun pengamatan.

2.

Analisis Perbandingan

Efisiensi Perbankan

Syariah Di Indonesia

Dengan Metode Data

Envelopment Analysis

(DEA)

Harjum

Muharam

dan Rizki

Pusvitasari

(2007)

Metode analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah DEA dengan

memasukkan variabel total simpanan, biaya

operasional lainnya sebagai variabel input.

Variabel outputnya meliputi: pembiayaan,

aktiva lancar dan pendapatan operasional

lainnya.

Pada tahun 2005 hanya bank BTN Syariah,

Niaga Syariah, dan Permata Syariah yang

mencapai efisiensi 100 persen, sedangkan

sembilan bank lainnya memiliki tingkat

efisiensi yang fluktuatif.

3.

Efficiency Analysis of

Conventional and

Islamic Banks in

Indonesia using Data

Envelopment Analysis

Ascarya,

Diana

Yumanita,

dan Guruh S.

Rokhimah

(2008)

Penelitian ini dianalisis dengan metode DEA.

Variabel total simpanan, biaya tenaga kerja

dan aset sebagai input. Variabel ouputnya

meliputi: pembiayaan dan pendapatan. Kedua

jenis variabel ini digunakan baik pada bank

syariah maupun konvensional.

Selama periode pengamatan tahun 2002-2006,

perbankan syariah dianggap relatif lebih

efisien dibandingkan bank konvensional.

Kinerjanya dari tahun ke tahun mengalami

kenaikan, kecuali pada tahun 2004. Hal ini

disebabkan perbankan syariah melakukan

langkah yang ekspansif. Studi ini juga

menggambarkan bahwa rata-rata efisiensi BUS

relatif lebih baik dibandingkan UUS maupun

BPRS.

Page 39: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

27

2.10 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual yang dibangun dalam penelitian ini yaitu untuk

mengukur tingkat efisiensi tiga kantor unit Bank BRI cabang Meulaboh, yaitu

kantor unit Cut Nyak Dhien, kantor unit Johan Pahlawan dan kantor unit Teuku

Umar pada periode 2011 sampai dengan 2012. Peneltian ini mengukur tingkat

efisensi dengan menggunakan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

dengan cara menetukan variabel-variabel input yang meliputi: Jumlah pegawai,

jumlah simpanan, jumlah nasabah dan jumlah biaya operasional (BOP). Adapun

variabel-variabel output yang mencakup: Jumlah kredit yang diberikan dan

jumlah income (pendapatan). Kerangka konseptual dapat dilihat pada gambar

dibawah ini:

Gambar 2.3 kerangka konseptual teoritis

3 Kantor Unit Bank BRI Cabang Meulaboh

Variabel input

3. Jumlah pegawai

4. Jumlah simpanan

5. Jumlah nasabah

6. Jumlah biaya

operasional (BOP)

Variabel output

1. Jumlah kredit yang

diberikan

2. Jumlah income

Efisiensi relatif ketiga kantor unit

Page 40: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian

3.1.1 Tempat Penelitian

Penelitian tugas akhir ini bertempat di kantor unit Bank BRI cabang

Meulaboh, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat yaitu kantor unit

Johan Pahlawan, kantor unit Cut Nyak Dhien dan kantor unit Teuku Umar.

3.1.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dapat dijelaskan pada tabel Time Line:

Tabel 3.1 Time Line Penelitian

Kegiatan

Tahun 2013

Minggu Pertama Minggu Kedua Minggu Ketiga Minggu Keempat

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Studi data keuangan

- - - - - - - - - - - - - -

Diskusi - -

- - - - - - - - - - - -

Diskusi Ide Proposal - - - -

- - - - - - - - - -

Pembuatan Proposal

- - - - - -

- - - - - - - -

Penelitian

Pengambilan Data

- - - - - - - -

- - - - -

Penelitian

Pengolahan Data

- - - - - - - - - - -

- -

Penelitian

Penyusunan Laporan - - - - - - - - - - - - - -

Page 41: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

29

3.2 Metode Penelitian

Proses pengambilan data yang dilakukan secara bertahap, tahap-tahap ini

pada dasarnya sama dengan model pelaksanaan penelitian dan dapat digunakan

sebagai kerangka utama yang kemudian dapat dikembangkan sesuai kebutuhan.

Pada tugas akhir ini penulis menggunakan data di beberapa kantor unit Bank BRI

Kota Meulaboh, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat.

Menggunakan data yang bersumber pada data laporan keuangan tahunan selama

dua tahun yaitu tahun 2011 dan 2012. Data selama dua tahun dipandang cukup

untuk digunakan dalam menentukan efisiensi relatif pada tiap kantor unit Bank

BRI Kota Meulaboh.

Metode DEA bila diartikan secara bebas berarti analisa data terbungkus.

Disebut karena bila hasil dari perhitungan efisiensi telah didapatkan, dan

kemudian diplot dalam suatu grafik dan nilai-nilai yang terluar dihubungkan,

maka akan melingkupi atau membungkus nilai-nilai tertentu. Cara pengukuran

yang digunakan dalam metode DEA adalah dengan membandingkan antara output

yang dihasilkan dengan input yang ada.

………………………

Nilai efisiensi sautu unit antara 0 sampai dengan 1

DMU dikatakan efisien jika:

1. Dari segi orientasi output

output naik saat input tetap

Efisiensi naik

output tetap saat input turun

Page 42: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

30

2. Dari segi orientasi input

input tetap saat output naik

Efisiensi naik

Input turun saat output tetap

Metode penelitian dijelaskan pada flowchart efesiensi relatif

menggunakan metode DEA, gambar 3.1 sebagai berikut::

Menentukan Faktor - Input

- Output

Pengukuran efesiensi

Mulai

Study Pustaka

Pengambilan data

Kantor Unit BRI Kota Meulaboh - Unit Johan Pahlawan - Unit Cut Nyak Dhien - Unit Teuku Umar

A

Page 43: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

31

Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian DEA di Kantor Unit BRI

Langkah-langkah Data Envelopment Analysis (DEA) yang diterapkan di

Kantor Unit Bank BRI Kota Meulaboh, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten

Aceh Barat antara lain:

1. Studi pustaka

Tahap ini melakukan kegiatan mempelajari Data Envelopment Analysis (DEA)

melalui buku pedoman kuliah dan beberapa tulisan ilmiah atau paper.

Nilai efisiensi

Unit Johan Palahalwan

Peers group unit

Nilai efisiensi Unit Teuku

Umar

Nilai efisiensi Unit Cut

Nyak Dhien

Efisiensi relatif

Analisis peningkatann

input / output

Selesai

Peers group unit

Peers group unit

A

Penentuan nilai

peningkataan input /

output

Kesimpulan

Page 44: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

32

Sehingga diperoleh landasan teori yang digunakan dalam penelitian yang

dilakukan.

2. Pengambilan data

Tahap ini yaitu pengumpulan data yang berasal dari data laporan keuangan

tahunan di kantor unit Bank BRI Kota Meulaboh.

3. Menentukan faktor

Yaitu data yang diperoleh kemudian dipisahkan menjadi faktor input dan

faktor output.

Faktor input terdiri dari:

a. Jumlah Pegawai

b. Jumlah Simpanan

c. Jumlah Biaya

d. Jumlah nasabah

Faktor output terdiri atas:

a. Jumlah kredit yang diberikan

b. Jumlah pendapatan

4. Pengukuran efisiensi

Dilakukan dengan membuat model DEA-CCR primal, super efesiensi dan

DEA-CCR dual. Setelah itu dilakukan perhitungan dengan software komputer.

5. Efisiesi relatif

Yaitu membandingkan hasil pengukuran efisiensi relatif dari tiap kantor unit

BRI Kota Meulaboh.

Page 45: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

33

6. Analisis peningkatan input / output

Yaitu untuk mengetahui penyebab ketidakefisienan dan apakah dapat

dilakukan perubahan nilai input dan output untuk meningkatkan nilai efisiensi

Bank.

7. Penentuan nilai peningkatan input / output

Yaitu menetukan perubahan nilai terhadap input / output untuk meningkatkan

efisiensi kinerja.

8. Kesimpulan

Yaitu menyimpulkan hasil dan informasi dari langkah-langkah sebelumnya

dan memberikan saran-saran sebagai masukan untuk pihak perbankan.

3.3 Metode Pengambilan Data

Pengambilan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk

memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode

pengambilan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Dalam tugas

akhir ini metode yang digunakan untuk pengambilan data antara lain:

1. Pengambilan data dengan observasi langsung.

Pengambilan data dengan observsi langsung atau dengan pengamatan

langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada

pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Pengambilan data dengan

observasi memiliki beberapa keuntungan:

a. Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencatat

hal-hal, perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut

berlaku, atau sewaktu perilaku tersebut terjadi. Dengan cara pengamatan, data

Page 46: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

34

yang langsung mengenai perilaku yang tipikal dari objek dapat dicatat segera

dan tidak menggantungkan data dari ingatan seseorang.

b. Pengamatan langsung dapat memperoleh data dari subjek baik yang tidak

dapat berkomunikasi secara verbal dan yang tidak mau berkomunikasi secara

verbal.

2. Pengambilan Data dengan Interview

Selain dari pengambilan data dengan cara pengamatan, maka penulis

juga memperoleh data dengan interview. Dalam tugas akhir ini informasi atau

keterangan diperoleh langsung dari pimpinan dan karyawan dengan cara bertatap

muka dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan

wawancara). Pengambilan data dengan interview memiliki beberapa keuntungan:

a. Bisa membangun hubungan dan memotivasi responden.

b. Bisa mengklarifikasi pertanyaan, menjernihkan keraguan, menambah

pertanyaan baru dan memperoleh data yang banyak.

3. Pengambilan Data dengan Penggunaan Dokumen

Penulis dalam tugas akhir ini juga menggunakan data dokumen

perusahaan. Pengambilan data dengan penggunaan dokumen memiliki beberapa

keuntungan sebagai berikut:

a. Dapat memberikan gambaran berbagai informasi tentang perusahaan pada

waktu yang sudah lampau (yang direkam atau didokumentasikan).

b. Dapat merekam berbagai jenis data tentang keuntungan dan kerugian

perusahaan.

Page 47: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Menurut Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

Kecamatan (BP3K) Kecamatan Kuala, jumlah kelompok tani di Gampong Blang

Muko sebanyak tiga kelompok tani, yaitu Bina Usaha, Karya Jadi dan Makmue

Beusare. Dalam penelitian ini, yang dijadikan sampel responden adalah petani

yang tergabung dalam kelompok tani yang ada di Gampong Blang Muko

Kecamatan Kuala.

4.1.1. Letak dan Luas Wilayah

Gampong Blang Muko merupakan salah satu Gampong yang berada di

wilayah Kecamatan Kuala dengan luas wilayah 10,32 Km2 yang terdiri dari tiga

dusun. Adapun batas – batas wilayahnya sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Gampong Blang Baro

Sebelah Selatan berbatasan dengan Gampong Lupe

Sebelah Timur berbatasan dengan Gampong Cot Kumbang

Sebelah Barat berbatasan dengan Krueng Nagan

4.1.2. Topografi dan Iklim

Secara geografis Gampong Blang Muko Kecamatan Kuala terletak pada

ketinggian 0 – 125 m dpl dengan suhu rata-rata 18 – 330C dengan kelembaban 60

– 98 % dan pH tanah 5,5 – 7. Sedangkan curah hujan pada umumnya merata

sepanjang tahun dengan curah hujan rata-rata 127.75 – 375.85 mm/tahun dengan

jumlah hari per bulannya 10 - 15 hari. Keadaan topografi datar sampai

bergelombang dengan kemiringan rata-rata 0 - 13 %.

Page 48: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

19

Iklim merupakan salah satu faktor alam yang sangat berperan untuk

menentukan terhadap pengembangan dan peningkatan produktifitas usahatani di

sektor pertanian terutama curah hujan, angin dan suhu udara. Luas lahan yang

berpotensi di Gampong Blang Muko Kecamatan Kuala dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas lahan yang berpotensi di Gampong Blang Muko Kecamatan Kuala

No Potensi Pertanian Luas Lahan (Ha)

1 Sawah

a. Sawah Irigasi Teknis

b. Sawah Irigasi Setengah Teknis

c. Sawah Tadah Hujan

5

30

10

2 Lahan kering

a. Tegalan

b. Perkarangan

c. Perkebunan Rakyat

d. Hutan Rakyat

e. Lain – lain

10

15

22

15

6

3 Lahan basah

a. Tambak

b. Kolam

c. Rawa – rawa

-

-

7 Sumber : BP3K Kec Kuala (2012)

4.1.3. Keadaan Penduduk dan Perekonomian

Jumlah penduduk sampai dengan akhir Desember 2012 di Gampong Blang

Muko Kecamatan Kuala sekitar 947 orang, terdiri dari 454 laki-laki dan 493

perempuan. Adapun mata pencaharian dan pendidikan penduduk di Gampong

Blang Muko disajikan dalam pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Jenis Pekerjaan Jumlah Jiwa Persentase (%)

Petani 225 65,40

Buruh 52 15,11

Tukang Bangunan 2 0,58

Pedagang 35 10,17

PNS 16 4,65

Pegawai Swasta 8 2,32

Pensiunan 6 1,74

Jumlah 344 100 Sumber : Gampong Blang Muko (2012)

Page 49: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

20

Berdasarkan Tabel 4, penduduk di Gampong Blang Muko Kecamatan

Kuala bermata pencaharian petani, yaitu mencapai 65,40 %. Oleh sebab itu, sektor

pertanian merupakan prioritas utama petani sebagai mata pencaharian.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

Belum Sekolah 27 29,34

Tamat SD 18 19,56

Tamat SLTP 15 16,30

Tamat SMU 21 22,82

Tamat Universitas 11 6,52

Total 92 100

Sumber : Gampong Blang Muko (2012)

Berdasarkan Tabel 5, penduduk di Gampong Blang Muko Kecamatan

Kuala berpendidikan tamatan SMU, yaitu mencapai 22,82 %. Dengan demikian,

daya serap masyarakat terhadap inovasi teknologi pertanian di wilayah tersebut

mudah untuk diadopsi.

4.2. Kelompok Tani di Gampong Blang Muko

Kelompok tani merupakan sekumpulan orang yang mempunyai tujuan

bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama,

mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka bagian dari kelompok

tersebut. Kelompok tani merupakan hubungan interaksi antar anggota yang

berlangsung secara anggota secara berkelanjutan untuk waktu yang relatif lama.

Setiap anggota kelompok tani pada umumnya menyadari bahwa ia

merupakan bagian dari kelompok. Dalam kelompok pada umumnya ada

kesepakatan bersama antar anggota mengenai norma-norma yang berlaku, nilai-

nilai yang dianut dan tujuan atau kepentingan yang akan dicapai. Kelompok

tani memiliki struktur dalam kelompok, dalam arti para anggota mengetahui

adanya hubungan-hubungan antar peranan, norma tugas, hak dan kewajiban

Page 50: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

21

yang semuanya tumbuh di dalam kelompok tersebut.

Kelompok tani di Gampong Blang Muko Kecamatan Kuala

pembentukannya dimulai pada tahun 1985 dengan komoditas tanaman padi

sebagai komoditi yang dikembangkan sejalan dengan program pemerintah saat itu

yakni ketahanan pangan (BIMAS). Pengembangan padi sawah menjadi komoditi

pilihan utama semenjak pemerintah Nagan Raya mengembangkan pembangunan

di sektor pertanian seperti pembangungan irigasi, saluran air dan optimalisasi

pembagian air di pintu irigasi untuk seluruh persawahan yang ada di Kecamatan

Kuala Kabupaten Nagan Raya.

Seiring perkembangan dan pertambahan jumlah penduduk yang begitu

pesat di wilayah ini, pengembangan komoditi padi di prioritaskan oleh pemerintah

terutama Dinas Pertanian dan Badan Penyuluhan Pertanian, Peternakan dan

Kehutanan (BP4K) Kabupaten Nagan Raya.

4.3. Tujuan, Sasaran, dan Hasil yang Diharapkan oleh Kelompok tani

Kelompok tani mempunyai tujuan yang terbagi menjadi tujuan jangka

pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek adalah (1)

menyangkut ekonomi masyarakat tani Gampong Blang Muko, (2) memenuhi dan

menjaga kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produksi, dan (3) memberi

kemudahan pada anggota dalam bentuk sarana produksi dan permodalan. Tujuan

jangka menengah adalah (1) pengadaan bibit yang berkualitas, dan (2)

pembenahan saluran irigasi yang berwawasan lingkungan. Tujuan jangka panjang

adalah membangun Gampong Blang Muko menjadi kawasan agrowisata.

Sasaran kelompok tani adalah mengarahkan agar masyarakat Gampong

Blang Muko mempunyai pendapatan yang layak, peningkatan produksi,

Page 51: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

22

pengadaan sarana produksi, dan permodalan sehingga masyarakat lebih sejahtera.

Dengan adanya bantuan modal diharapkan petani terlepas dari jeratan para

tengkulak, sehingga pada akhirnya dengan modal yang ada dikelola oleh

kelompok tani dan penjualan dilakukan satu pintu yaitu seksi pemasaran

kelompok. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh petani akan meningkat.

4.4. Karakteristik Sosial Ekonomi Anggota Kelompok Tani

Anggota kelompok tani yang diamati dalam penelitian ini meliputi umur,

pendidikan formal, pendidikan non formal dan luas lahan.

4.4.1. Umur

Karakteristik yang dipaparkan dalam kategori ini adalah umur yang

disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Karakteristik Umur

No Kategori Umur Kategori

Penilaian

Jumlah

Responden (n) Persentase (%)

1 < 40 tahun Rendah 5 16,66

2 40 – 60 tahun Sedang 19 63,33

3 > 60 tahun Tinggi 6 20

Total 30 100

Sumber : Olahan Data Primer (2013)

Berdasarkan Tabel 6 di atas menunjukkan hasil wawancara dengan

menggunakan kuisioner diketahui bahwa dari 30 orang petani yang menjadi

responden, sebanyak 16,66 % petani responden berusia < 40 tahun, 20 % petani

responden berusia > 60 tahun dan 63,33 % petani responden berusia 40 – 60

tahun, sehingga dapat dinyatakan bahwa kelompok tani mempunyai peluang besar

untuk berkembang karena anggotanya di dominasi oleh petani yang berumur

produktif, baik dari segi tenaga maupun pola pikir tentang perkembangan

usahatani serta mempermudah proses interaksi antar sesama anggota maupun

pengurus kelompok.

Page 52: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

23

4.4.2. Karakteristik Pendidikan

Karakteristik berikutnya adalah pendidikan, yang meliputi pendidikan

formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal dan nonformal anggota

kelompok disajikan yang pada Tabel 7.

Tabel 7. Karakteristik Pendidikan Formal

No Kategori Pendidikan

formal

Kriteria Penilaian

< 6 Tahun 9 Tahun > 9 Tahun

1 Rendah 6 - -

2 Sedang - 13 -

3 Tinggi - - 11

Persentase 20 43,33 36,66

Sumber : Olahan Data Primer (2013)

Berdasarkan Tabel 7 di atas terdapat 20 % responden berpendidikan < 6

tahun dengan kategori rendah, 43,33 % responden berpendidikan 9 tahun dengan

kategori sedang, dan 36,66 % responden berpendidikan > 9 tahun dengan kategori

tinggi. Umumnya pendidikan formal yang dimiliki oleh responden termasuk

dalam kategori sedang sehingga tidak semua inovasi baru mampu dan mau di

adopsi oleh petani responden. Pendidikan formal sangat mempengaruhi perilaku,

pola pikir, kreatifitas, dan keterampilan dalam melakukan usahataninya dan

kehidupan bermasyarakat.

Tabel 8. Karakteristik Pendidikan Non Formal

No Kategori Pendidikan

Non Formal

Kriteria Penilaian

Tidak Pernah 1 – 3 Kali > 3 Kali

1 Rendah 7 - -

2 Sedang - 19 -

3 Tinggi - - 4

Persentase 23,3 63,3 13,3

Sumber : Olahan Data Primer (2013)

Berdasarkan Tabel 8 di atas, pendidikan non formal yang dimiliki oleh 30

petani responden, yaitu 23,3 % petani responden belum pernah mengikuti

pelatihan/magang/kursus tani dan 63,3 % petani responden yang sudah mengikuti

Page 53: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

24

pelatihan/magang/kursus tani sebanyak 1 – 3 kali yang pernah diadakan oleh

dinas pertanian maupun instansi-instansi lainnya. Serta 13,3 % petani responden

sudah mengikuti pelatihan/magang/kursus tani lebih dari 3 kali. Pendidikan non

formal yang pernah mereka ikuti umumnya adalah sistem penanaman legowo dan

Pengendalian Hama Terpadu. Adapun manfaat dari pelaksanaan pendidikan

sekolah lapang atau nonformal adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan

ketrampilan petani yang sesuai dengan kebutuhan anggota kelompok tani dalam

pengembangan usahatani padi sawah.

Oleh sebab itu, pelatihan/kursus tani harus menjadi prioritas pemerintah

melalui penguatan kelompok tani dan memfasilitasi berbagai kebutuhan

masyarakat tani sehingga keberadaan lembaga kelompok tani di suatu desa

mampu memberdayakan potensi yang ada dan meningkatkan pendapatan dan

mensejahterakan petani dan keluarganya.

4.4.3. Karakteristik Luas Lahan

Luas sawah yang diusahakan adalah jumlah satuan luas lahan yang

diusahakan/digarap untuk menanam padi oleh responden yang dinyatakan dalam

hektar (ha) dan dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu : Luas, cukup luas dan

tidak luas. Satuan luas sawah yang digunakan di Gampong Blang Muko adalah

“Rante” yakni lebih kurang 25 Rante luasnya sama dengan 1 ha. Adapun luas

lahan sawah para responden dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Sebaran luas sawah (Ha) yang diusahakan petani responden

No Luas sawah

(ha)

Kategori

Penilaian

Jumlah

Responden Persentase (%)

1 < 0,5 Rendah 12 40

2 0,5 – 1,0 Sedang 15 50

3 > 1,0 Tinggi 3 10

Jumlah 30 100 Sumber : Olahan Data Primer (2013)

Page 54: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

25

Dari Tabel 9 di atas terlihat bahwa 40 % petani responden mengusahakan

sawah yang termasuk dalam kategori rendah atau tidak luas, dan 50 % petani

responden mengusahakan sawah yang termasuk dalam kategori sedang atau

cukup luas, dan 10 % petani responden mengusahakan sawah yang termasuk

dalam kategori tinggi atau luas.

4.4.4. Karakteristik Pengalaman Berusahatani

Pengalaman dalam berusaha tani sangat mempengaruhi persepsi petani

terhadap kelompok tani. adapun pengalaman usahatani responden dapat dilihat

pada Tabel 10.

Tabel 10. Sebaran Responden Berdasarkan Kategori Pengalaman Berusahatani

No Pengalaman

Usahatani (tahun)

Kategori

Penilaian

Jumlah

Responden Persentase (%)

1 < 5 tahun Rendah 5 16,66

2 5 – 10 tahun Sedang 10 33,33

3 > 10 tahun Tinggi 15 50

Jumlah 30 100

Sumber : Olahan Data Primer (2013)

Berdasarkan Tabel 10 di atas, pengalaman usahatani yang di miliki oleh

petani responden, yaitu 50 % dengan kategori tinggi, dan 33,33 % responden

mempunyai pengalaman usahatani dengan kategori sedang dan 16,66 % petani

responden mempunyai pengalaman usahatani dengan kategori rendah.

Meskipun sebagian besar anggota telah mempunyai pengalaman usahatani

di atas 10 tahun, namun anggota kelompok belum melakukan kegiatan budidaya

dengan benar. Setelah anggota bergabung dalam kelompok, terjadilah interaksi

antar sesama anggota kelompok dan penyuluh, sehingga dari interaksi ini

bertambahlah pengetahuan anggota baik secara teori maupun teknis tentang

Page 55: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

26

budidaya yang benar, sehingga anggota merasakan adanya peningkatan hasil

usahatani yang menguntungkan.

4.5. Faktor – Faktor yang membentuk Persepsi Petani

4.5.1. Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah tingkat pendidikan yang dicapai responden pada

bangku sekolah. Tingkat pendidikan yang ditempuh seseorang akan memberikan

pengetahuan yang lebih baik tentang cara berpikir, berpersepsi, dan bersikap,

karena dengan pendidikan yang dimiliki maka seseorang akan mempunyai

kemampuan yang berbeda dalam menerima informasi dibandingkan dengan

seseorang yang tidak berpendidikan. Distribusi responden berdasarkan tingkat

pendidikan formalnya dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Formal

No Kategori Pendidikan

formal

Kriteria Penilaian

< 6 Tahun 9 Tahun > 9 Tahun

1 Rendah 6 - -

2 Sedang - 13 -

3 Tinggi - - 11

Persentase 20 43,33 36,66

Sumber : Olahan Data Primer (2013)

Berdasarkan Tabel 11 di atas terdapat 20 % responden berpendidikan < 6

tahun, 43,33 % responden berpendidikan 9 tahun, dan 36,66 % responden

berpendidikan > 9 tahun. Tingkat pendidikan formal responden tersebut akan

mempengaruhi pola pikir terhadap peranan kelompok tani dan permasalahan yang

dihadapi. Kondisi responden yang sebagian besar berpendidikan formal 9 tahun

cenderung memiliki pola pikir yang sederhana dalam berkelompok tani.

Rendahnya tingkat pendidikan responden tidak terlepas dari kondisi umur

responden yang relatif tua dimana pada zaman dahulu pendidikan kurang

diperhatikan dan belum menjadi prioritas dalam kehidupan keluarga mereka.

Page 56: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

27

4.5.2. Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal merupakan pendidikan yang diperoleh responden

di luar pendidikan formal. Pendidikan non formal yang diikuti responden antara

lain adalah kegiatan penyuluhan, pelatihan dan sekolah lapang. Kegiatan ini akan

dapat membantu responden dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

baik dalam kegiatan usahatani maupun di luar usahatani. Dalam mengikuti

pendidikan non formal ini, responden banyak memperoleh pengetahuan tambahan

yang mereka butuhkan serta memperbaiki ketrampilan yang dimiliki. Semakin

banyak pendidikan non formal yang pernah diikuti responden, akan dapat

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Distribusi pendidikan non formal

yang diikuti responden dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarakan Pendidikan Non Formal

No Kategori Pendidikan

Non Formal

Kriteria Penilaian

Tidak Pernah 1 – 3 Kali > 3 Kali

1 Rendah 7 - -

2 Sedang - 19 -

3 Tinggi - - 4

Persentase 23,3 63,3 13,3

Sumber : Olahan Data Primer (2013)

Berdasarkan Tabel 12 di atas terdapat 23,3 % responden yang tidak pernah

mengikuti sekolah lapang/pelatihan kursus tani, 63,3 % responden pernah

mengikuti sekolah lapang/pelatihan 1 – 3 kali dan 13,3 % responden pernah

mengikuti sekolah lapang/pelatihan lebih dari 3 kali.

Pertemuan/kegiatan penyuluhan yang dilakukan kelompok tani sangat

penting, karena melalui pertemuan tersebut mereka dapat bertukar

pikiran/pendapat dan juga dapat memecahkan masalah yang dihadapi secara

bersama-sama. Kegiatan penyuluhan ini telah dijadwalkan secara rutin yang

dilakukan oleh kelompok tani dibawah bimbingan Petugas Penyuluh Lapang.

Page 57: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

28

4.5.3. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial merupakan lingkungan masyarakat di sekeliling

responden yang mencakup kerabat dekat, tetangga, kelompok tani dan tokoh

masyarakat yang keberadaannya dapat mendorong atau menghambat responden

dalam menjalin kerjasama dengan kelompok tani dalam rangka meningkatkan

pengetahuan, sikap dan keterampilan petani. Adapun distribusi responden

berdasarkan lingkungan sosial dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Distribusi Responden Berdasarkan Lingkungan Sosial

No Lingkungan Sosial Kategori

Penilaian

Jumlah

Responden

Persentase

(%)

1 Keberadaan kelompok tani tidak

bermanfaat bagi anggotanya

Rendah 4 13,33

2 Keberadaan kelompok tani

dimanfaatkan oleh petani untuk

memperoleh bantuan saprodi

usahatani

Sedang

9

30

3 Keberadaan kelompok tani

sangat bermanfaat sebagai wadah

belajar untuk meningkatkan

pengetahun, sikap dan

keterampilan serta bantuan

saprodi usahatani dari dinas

pertanian

Tinggi

17

56,66

Jumlah 30 100

Sumber : Olahan Data Primer (2013)

Berdasarkan Tabel 13 di atas, terdapat 13,33 % petani responden yang

beranggapan bahwa keberadaan kelompok tani tidak bermanfaat bagi anggotanya

dan termasuk dalam kategori rendah. Sebanyak 30 % responden yang

beranggapan bahwa keberadaan kelompok tani dimanfaatkan oleh petani untuk

memperoleh bantuan saprodi usahatani dan termasuk dalam kategori sedang.

Sebanyak 56,66 % responden beranggapan bahwa keberadaan kelompok tani

sangat bermanfaat sebagai wadah belajar untuk meningkatkan pengetahun, sikap

dan keterampilan serta bantuan saprodi usahatani dari dinas pertanian dan

Page 58: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

29

termasuk dalam kategori tinggi. Keberadaan lembaga kelompok tani di wilayah

penelitian telah mendorong sebagian besar petani untuk bergabung dalam

kelompok dengan tujuan agar memperoleh pengetahuan dalam kegiatan usahatani

dan berbagai fasilitas saprodi usahatani.

4.5.4. Lingkungan Ekonomi

Lingkungan ekonomi merupakan kekuatan-kekuatan ekonomi yang ada

dalam masyarakat yang keberadaannya dapat mendorong atau menghambat

responden dalam menjual hasil usahataninya. Peran kelompok tani sangat

berpengaruh pada tingkat harga pemasaran hasil pertanian petani. Distribusi

responden berdasarkan lingkungan ekonomi dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Distribusi Responden Berdasarkan Lingkungan Ekonomi

No Lingkungan Ekonomi Kategori

Penilaian

Jumlah

Responden

Persentase

(%)

1 Kelompok tani tidak melakukan

perannya sebagai mediator dalam kegiatan pemasaran hasil produksi anggotanya

Rendah

6

20

2 Petani memasarkan sendiri hasil produksinya dan peran kelompok tani hanya memberikan informasi harga pasar

Sedang

19

63,33

3 Kelompok tani dan anggotanya selalu

berkoordinasi tentang perkembangan pasar sehingga harga jual menguntungkan petani dan lembaganya.

Tinggi

5

16,66

Jumlah 30 100

Sumber : Olahan Data Primer (2013)

Berdasarkan Tabel 14 di atas, terdapat 20 % petani beranggapan bahwa

kelompok tani tidak melakukan perannya sebagai mediator dalam kegiatan

pemasaran hasil produksi anggotannya dan termasuk dalam kategori rendah.

Sebanyak 63,33 % petani beranggapan bahwa petani memasarkan sendiri hasil

produksinya dan kelompok tani hanya memberikan informasi harga pasar dan

Page 59: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

30

termasuk dalam kategori sedang. Sebanyak 16,66 % petani beranggapan yang

bahwa kelompok tani dan anggotanya selalu berkoordinasi tentang perkembangan

pasar sehingga harga jual menguntungkan petani dan lembaganya dan termasuk

dalam kategori tinggi.

Berdasarkan uraian di atas, lingkungan ekonomi sangat mempengaruhi

perkembangan usahatani. Peran kelompok tani untuk mensejahterakan anggotanya

di sektor usahatani akan memberikan energi positif bagi anggotanya untuk terus

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka menunjang tingkat

pendapatan usahataninya.

4.6. Persepsi Terhadap Peran Kelompok Tani

Persepsi yang dimaksud adalah interpretasi anggota kelompok terhadap

suatu obyek. Persepsi akan mempengaruhi pola interaksi anggota kelompok dalam

melakukan usahataninya secara individual maupun kelompok. Persepsi yang baik

terhadap suatu kelompok, akan menyebabkan sikap dan perilaku yang baik dari

anggota terhadap kelompoknya. Adapun karakteristik kelompok tani dan peran

kelompok tani adalah sebagai (1) kelas belajar, (2) unit produksi usahatani, dan

(3) wahana kerjasama.

4.6.1. Persepsi Terhadap Kelompok Tani Sebagai Kelas Belajar

Persepsi anggota terhadap peran kelompok tani sebagai kelas belajar

disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Persepsi Terhadap Peran Kelompok Tani Sebagai Kelas Belajar

Peranan

Kelompok

Tani

Kategori Persepsi Anggota

Terhadap Peran Kelompok

Sebagai Kelas Belajar

Jumlah

Responden

Persentase

(%)

Sebagi Kelas

Belajar

Rendah ( skor 1,00 – 1,66 ) 6 20

Sedang ( skor 1,67 – 2,33 ) 17 56,6

Tinggi ( skor 2,34 – 3,00 ) 7 23,3

Jumlah 30 100

Page 60: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

31

Sumber : Data Primer Diolah (2013)

Berdasarkan Tabel 15 di atas, persepsi anggota terhadap peran kelompok

sebagai kelas belajar dalam kategori “tinggi” sebanyak 6 responden (20 %). Jika

persepsi petani terhadap peran kelompok sebagai kelas belajar termasuk dalam

kategori tersebut, maka peran kelompok tani dianggap sebagai tempat

mengembangkan usahatani. Peranannya sebagai kelas belajar, seharusnya

kelompok tani berperan dalam berhubungan dan kerjasama dengan sesama petani

untuk mendapatkan informasi tentang usahatani (tentang bibit padi unggul,

cara/sistem penanaman serta informasi tentang pengendalian HPT). Dari hasil

pengamatan di lokasi penelitian, responden yang memperoleh kategori tinggi,

umumnya ketua kelompok tani, keluarganya dan anggota yang dekat dengan

ketua kelompok.

Persepsi anggota terhadap peran kelompok sebagai kelas belajar dalam

kategori “sedang” sebanyak 17 responden (56,6 %). Hal ini menunjukkan bahwa

petani lebih banyak belajar bukan dari kelompok, melainkan dari sesama anggota

kelompok atau dari luar kelompok. Antar sesama anggota atau pun di luar

kelompok, mereka sering bertukar pikiran untuk memecahkan masalah yang

dihadapi, saling bertukar informasi usahatani. Keberadaan kelompok tani di lokasi

penelitian masih belum sepenuhnya memberikan kontribusi yang maksimal

kepada anggotanya.

Artinya, informasi tentang pertanian yang didapat oleh anggota kelompok

tani bukan sepenuhnya dari kelompoknya, tetapi lebih banyak didapat dari teman

sekelompoknya atau di luar kelompoknya. Seperti hasil wawancara dengan salah

satu anggota kelompok tani, yang mengatakan bahwa antar anggota kelompok

Page 61: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

32

tani saling bertukar informasi dan berdiskusi dalam memecahkan masalah

usahatani, misal dalam menghadapi serangan hama penggerek batang pada

tanaman pada tanaman padi sawah.

Persepsi anggota terhadap peran kelompok sebagai kelas belajar dalam

kategori “rendah” sebanyak 7 responden (23,3 %). Jika persepsi petani terhadap

peran kelompok sebagai kelas belajar termasuk dalam kategori tersebut maka

peran kelompok tani dianggap sebagai tempat berkumpul. Artinya, ada sebagian

anggota kelompok tani yang menganggap kelompok tani hanya sebagai tempat

berkumpul dan tidak memberikan manfaat apa-apa di sektor pertanian.

Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden yang

menganggap kelompok tani hanya sebagai wadah memdapatkan bantuan dari

pemerintah untuk memperkaya sebagian pengurus kelompok tani.

4.6.2. Persepsi Terhadap Peran Kelompok Sebagai Unit Produksi Usaha Tani

Persepsi anggota terhadap peran kelompok tani sebagai unit produksi

usahatani disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Persepsi Terhadap Peran Kelompok Tani Sebagai Unit Produksi Usahatani

Peranan

Kelompok

Tani

Kategori Persepsi Anggota

Terhadap Peran Kelompok Sebagai

Unit Produksi Usahatani

Jumlah

Responden

Persentase

(%)

Sebagai Unit

Produksi

Usahatani

Rendah ( skor 1,00 – 1,66 ) 4 13,33

Sedang ( skor 1,67 – 2,33 ) 16 56,6

Tinggi ( skor 2,34 – 3,00 ) 10 23,3

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer Diolah (2013)

Berdasarkan Tabel 16 di atas, persepsi anggota terhadap peran kelompok

sebagai kelas unit produksi usahatani dalam kategori “tinggi” sebanyak 10

responden (23,3 %). Jika persepsi petani terhadap peran kelompok sebagai unit

produksi usahatani dalam kategori tersebut, maka peran kelompok tani dianggap

Page 62: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

33

sangat bermanfaat sebagai wadah untuk menambah pengetahuan dan bantuan

saprodi pertanian. Pada kategori ini, keberadaan kelompok tani dianggap oleh

beberapa responden telah berperan dalam memberikan penyuluhan dalam

kelompok tani untuk meningkatkan pengetahuan dan telah memfasilitasi segala

bentuk sarana produksi dari Dinas Pertanian Kabupaten, sehingga mereka tidak

mengalami kesulitan dalam memperoleh saprodi pertanian pada saat turun sawah.

Persepsi anggota terhadap peran kelompok sebagai kelas unit produksi

usahatani dalam kategori “sedang” sebanyak 16 responden (56,6 %). Jika persepsi

petani terhadap peran kelompok sebagai unit produksi usahatani dalam kategori

tersebut, maka peran kelompok tani dianggap bermanfaat bagi pengembangan

padi sawah. Pada kategori ini, keberadaan kelompok tani dianggap oleh sebagian

anggota belum sepenuhnya memberikan kontribusi positif dalam pengembangan

padi sawah seperti adanya intruksi dari kelompok untuk menanam padi dengan

sistem legowo, penanaman serentak, penggunaan pupuk berimbang dan lain

sebagainya. Pada kategori ini, pengurus kelompok tani tidak rutin membuat

pertemuan kelompok untuk membahas permasalah yang dihadapi oleh anggotanya

dalam usahatani serta belum maksimal mendidik petani untuk mandiri dan tidak

tergantung pada bantuan pemerintah dalam usahataninya.

Persepsi anggota terhadap peran kelompok sebagai kelas unit produksi

usahatani dalam kategori “rendah” sebanyak 4 responden (13,33 %). Jika persepsi

petani terhadap peran kelompok sebagai unit produksi usahatani dalam kategori

tersebut, maka peran kelompok tani dianggap tidak bermanfaat apa-apa. Pada

kategori ini, keberadaan kelompok tani dianggap oleh sebagian kecil anggota

tidak memberikan kontribusi apa-apa.

Page 63: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

34

Seperti hasil wawancara dengan beberapa responden yang beranggapan

mereka bergabung dengan kelompok tani hanya ikut-ikutan saja dan menganggap

bantuan sarana produksi pertanian yang didapatkannya bukan semata-mata karena

peran kelompok tani. Hasil pengamatan dengan para responden tersebut,

disimpulkan bahwa ada rasa ketidak cocokkan antara pengurus kelompok tani

dengan sebagian kecil anggotanya.

4.6.3. Persepsi Terhadap Kelompok Tani Sebagai Wahana Kerjasama

Persepsi anggota terhadap peran kelompok tani sebagai wahana kerjasama

disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17. Persepsi Terhadap Peran Kelompok Tani Sebagai Wahana Kerjasama

Peranan

Kelompok

Tani

Kategori Persepsi Anggota

Terhadap Peran Kelompok Sebagai

Wahana Kerjasama

Jumlah

Responden

Persentase

(%)

Sebagai

Wahana

Kerjasama

Rendah ( skor 1,00 – 1,66 ) 7 23,33

Sedang ( skor 1,67 – 2,33 ) 19 63,33

Tinggi ( skor 2,34 – 3,00 ) 4 13,3

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer Diolah (2013)

Berdasarkan Tabel 17 di atas, persepsi anggota terhadap peran kelompok

sebagai wahana kerjasama dalam kategori “tinggi” sebanyak 4 responden

(13,3%). Jika persepsi petani terhadap peran kelompok sebagai wahana kerjasama

dalam kategori tersebut, maka peran kelompok tani dianggap sebagai wadah

menukar informasi dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam

usahatani dan pemasaran hasil.

Pada kategori ini, keberadaan kelompok tani dianggap oleh beberapa

responden telah berperan dalam memberikan informasi penting di sektor pertanian

dan mampu mengatasi permasalahan anggotanya dalam usahatani, yaitu pengurus

kelompok tani sering mengamati aktifitas anggotanya dalam usahatani dan

Page 64: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

35

membantu memasarkan hasil panen anggotanya serta mendatangkan petugas

pertanian lapangan agar memberikan penyuluhan kepada anggotanya seperti

teknik penanaman padi, pemupukan berimbang dan pengendalian hama penyakit

pada tanaman padi.

Persepsi anggota terhadap peran kelompok sebagai wahana kerjasama

dalam kategori “sedang” sebanyak 19 responden (63,33 %). Jika persepsi petani

terhadap peran kelompok sebagai wahana kerjasama dalam kategori tersebut,

maka peran kelompok tani dianggap mengetahui informasi tentang usahatani padi

sawah dan pemasarannya. Pada kategori ini, keberadaan kelompok tani dianggap

oleh sebagian anggota belum sepenuhnya mengetahui informasi tentang budidaya

padi dengan sistem modern dan jalur tataniaga pemasaran padi yang

menguntungkan anggotanya. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa

responden anggota kelompok menyatakan bahwa pengurus tidak memfasilitasi

anggotanya dalam pemasaran hasil dan Gapoktan belum bisa mengelola

pemasaran hasil usahatani seluruh anggota kelompok ke koperasi.

Persepsi anggota terhadap peran kelompok sebagai wahana kerjasama

dalam kategori “rendah” sebanyak 7 responden (23,33 %). Jika persepsi petani

terhadap peran kelompok sebagai wahana kerjasama dalam kategori tersebut,

maka peran kelompok tani dianggap tempat sekedar tempat berkumpul para

anggota kelompok tani. Pada kategori ini, keberadaan kelompok tani dianggap

oleh sebagian anggota belum dikatakan sebagai wahana kerjasama karena ada

sebagian anggota kelompok yang tidak pernah mendapatkan solusi pemecahan

masalah yang mereka hadapi. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa

anggota kelompok tani yang mengatakan bahwa kelompok tani hanya sebagai

Page 65: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

36

tempat berkumpul dan tidak mampu memberikan kontribusi positif bagi

anggotanya seperti belum mampu meningkatkan hasil produksi, meningkatkan

harga gabah serta tidak mampu mensejahterakan anggotanya.

4.7. Pembahasan

Skor persepsi petani menggambarkan besaran kategori pandangan petani

terhadap peran kelompok tani. Berdasarkan hasil pengolahan data primer, kategori

skor tertinggi pada masing – masing persepsi dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Skor Faktor-Faktor yang Membentuk Persepsi Petani

No Faktor yang Membentuk

Persepsi Petani

Skor

Tertinggi

Jumlah

Responden

Persentase

(%)

1 Pendidikan Formal Kategori

Sedang 13 43,33 %

2 Pendidikan Non Formal Kategori

Tinggi 19 63,33 %

3 Lingkungan Sosial Kategori

Sedang 17 56,66 %

4 Lingkungan Ekonomi Kategori

Sedang 19 63,33 %

Sumber : Olahan Data Primer (2013)

Berdasarkan Tabel 18 di atas, faktor – faktor yang membentuk persepsi

petani terhadap kelompok tani yang diamati dalam penelitian ini meliputi : (1)

pendidikan formal, (2) pendidikan non formal, (3) lingkungan sosia,l dan (4)

lingkungan ekonomi.

Dari hasil survei mayoritas faktor – faktor yang membentuk persepsi

petani terhadap peran kelompok tani adalah pendidikan formal dan termasuk

dalam kategori sedang dengan persentase mencapai 43,33 %. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa pendidikan meliputi mengajar dan mempelajari pengetahuan,

kelakuan yang pantas, dan kemampuan teknis. Semua itu terpusat pada

pengembangan keterampilan, maupun mental, moral dan estetika pertumbuhan.

Page 66: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

37

Pendidikan dipahami untuk menjadi alat menanggulangi rintangan menuju

keberhasilan lebih besar dan memperoleh kekayaan serta status sosial. Pelajar

akan termotivasi untuk bercita-cita demi kemajuan dan perbaikan.

Pendidikan non formal juga merupakan faktor pembentuk persepsi

seseorang. Hasil penelitian, pendidikan non formal termasuk dalam kategori

tinggi dengan persentase mencapai 63,33 %. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

pendidikan non formal mengarah pada pendidikan yang bertempat di luar dari

aturan non formal bagi sekelompok orang untuk memenuhi keperluan khusus

untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Faktor lingkungan sosial juga mempengaruhi pembentukan persepsi

seseorang terhadap peran suatu lembaga kelompok tani. Hasil penelitian,

lingkungan sosial termasuk dalam kategori sedang dengan persentase mencapai

56,66 %. Hal ini dapat disimpulkan bahwa lingkungan sosial yang dapat

mempengaruhi perubahan-perubahan dalam diri petani adalah kebudayaan, opini

publik, pengambilan keputusan dalam keluarga dan kekuatan lembaga sosial.

Lingkungan sosial juga dipengaruhi oleh kekuatan politik dan kekuatan

pendidikan.

Faktor terakhir dalam pembentukan persepsi adalah lingkungan ekonomi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan ekonomi termasuk dalam

kategori sedang dengan persentase mencapai 63,33 %. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa lingkungan ekonomi merupakan kekuatan ekonomi finansial yang ada di

sekitar seseorang yang terdiri dari (1) produsen dan pengaku sarana

produksi/peralatan tani (2) pedagang serta lembaga pemasaran yang lain, dan (3)

pengusaha/industri pengolahan hasil pertanian.

Page 67: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

38

Berdasarkan hasil pengolahan data primer, maka skor persepsi petani

terhadap peran kelompok tani dapat dilihat pada Tabel 19

Tabel 19. Skor Persepsi Petani Terhadap Peran Kelompok Tani

No Persepsi Kategori Skor

Tertinggi

Jumlah

Responden

Persentase

(%)

1 Persepsi Sebagai kelas

belajar Kategori Sedang 17 56,66 %

2 Persepsi Sebagai Unit

Produksi Usahatani Kategori Sedang 16 53,33 %

3 Persepsi Sebagai

Wahana Kerjasama Kategori Sedang 19 63,33 %

Sumber : Olahan Data Primer (2013)

Berdasarkan Tabel 19 di atas, hubungan faktor internal persepsi petani

terhadap peran kelompok tani yang diamati pada penelitian ini meliputi : (1)

Persepsi Sebagai kelas belajar, (2) Persepsi Sebagai Unit Produksi Usahatani, dan

(3) Persepsi Sebagai Wahana Kerjasama.

Dari hasil survei mayoritas persepsi petani terhadap peran kelompok tani

sebagai kelas kelas belajar termasuk dalam kategori sedang dengan persentase

mencapai 56,66 %. Hal ini dapat disimpulkan bahwa, kelompok tani sebagai kelas

belajar merupakan tempat belajar atau bertukar pikiran dalam memecahkan

masalah yang dihadapi petani, saling bertukar informasi yang didapat dari sesama

anggota dalam kelompok atau dengan petani di luar kelompok. Kelompok belum

sepenuhnya bisa memfasilitasi anggota untuk selalu bertemu dan berinteraksi. Hal

ini disebabkan oleh : (1) kurangnya biaya untuk kegiatan pertemuan kelompok

tani, (2) pelatihan, kursus, serta magang juga tidak rutin dilakukan, dan (3)

ketidak hadiran penyuluh pertanian ke lapangan.

Menurut Departemen Pertanian Republik Indonesia, peran kelompok tani

sebagai kelas belajar seharusnya kelompok mampu memfasilitasi anggota untuk

Page 68: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

39

berinterkasi secara intensif dengan penyuluhnya, dan sesama anggota dalam

kelompok dalam meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap, yang pada

akhirnya akan menumbuhkan kemandirian dalam berusahatani.

Sementara mayoritas persepsi petani terhadap peran kelompok tani sebagai

unit produksi usahatani termasuk dalam kategori sedang, yaitu dengan persentase

mencapai 53,33 %. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kelompok belum bisa secara

maksimal dalam memfasilitasi pendistribusian sarana produksi dari Dinas

Pertanian ke anggota kelompok yang sifatnya rutin dan juga merata. Kelompok

belum dapat memfasilitasi untuk pengembangan dalam pemenuhan sarana

produksi untuk kepentingan anggotanya, sehingga akhirnya anggota kelompok

berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan sarana produksinya.

Menurut Departemen Pertanian Republik Indonesia, peran kelompok tani

sebagai unit produksi usahatani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota

kelompok tani secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha

yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari

segi kuantitas, kualitas, maupun kontinuitas.

Persepsi petani terhadap peran kelompok tani sebagai wahana kerjasama

termasuk dalam kategori sedang, yaitu dengan persentase mencapai 63,33 %. Hal

ini dapat disimpulkan bahwa dalam berkelompok, harus saling mengenal dan

saling percaya antar pengurus dan anggotanya atau antar sesama anggota yang

tergabung dalam kelompok. Dalam kelompok tani, anggota juga merasakan

suasana yang terbuka antar sesama anggota kelompok dan dalam pembagian

tugas/kerja. Namun kenyataannya, banyak anggota yang merasa kurang puas

terhadap kinerja pengurus kelompok tani sehingga sering muncul konflik –

Page 69: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

40

konflik dalam kelompok seperti dugaan adanya penggelapan bantuan, pilih kasih

dalam penyaluran bantuan dan lain sebagainya.

Menurut Departemen Pertanian Republik Indonesia, peran kelompok tani

sebagai wahana kerjasama seharusnya sebagai tempat untuk memperkuat

kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani

serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usahataninya akan

lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan

gangguan.

Page 70: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

41

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai

berikut.

1. Faktor – faktor yang membentuk persepsi petani dipengaruhi oleh pendidikan

formal dan non formal, lingkungan sosial serta lingkungan ekonomi. Rata-rata

pendidikan formal responden 9 tahun (43,33 %), pendidikan non formal

responden berupa sekolah lapang, kursus tani/magang, rata – rata mereka telah

mengikutinya pelatihannya 1 – 3 kali (63,33 %). Lingkungan sosial yang

mempengaruhi pembentukan persepsi termasuk dalam kategori sedang dengan

persentase mencapai 56,66 %. Sedangkan lingkungan ekonomi yang

mempengaruhi pembentukan persepsi termasuk dalam kategori sedang dengan

persentase mencapai 63,66 %

2. Persepsi petani terhadap peran kelompok tani sebagai kelas belajar termasuk

dalam kategori sedang dengan persentase mencapai 56,66 %, sebagai unit

produksi usahatani termasuk dalam kategori sedang dengan persentase

mencapai 53,33 %, dan sebagai wahana kerjasama termasuk dalam kategori

sedang dengan persentase mencapai 63,33 %,

5.2. Saran

1. Diharapkan adanya upaya dari Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kuala

Kabupaten Nagan Raya atau dinas – dinas terkait untuk memperbanyak

pelatihan/kursus tani yang berkaitan dengan usahatani yang tidak hanya

ditujukan kepada pengurus kelompok tani tetapi juga kepada seluruh anggota

kelompok tani.

Page 71: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

42

2. Diharapkan adanya upaya dari penyuluh pertanian untuk dapat menjadi

fasilitator yang baik, terutama dalam upaya menumbuhkan kerjasama

kelompok tani dengan pihak – pihak yang dapat membeli hasil usaha tani dari

kelompok tani.

Page 72: PERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus ...repository.utu.ac.id/324/1/I-V.pdfPERSEPSI PETANI TERHADAP KELOMPOK TANI (Studi Kasus : Petani Padi Sawah di Gampong Blang Muko

DAFTAR PUSTAKA

Berger, A. N, & Humphrey, d. b (1997). Efficiency of financial institutions:

International survey and directions for future research. Journal of Operational

Research

Charnes A, Cooper, W. W,. & Rhodes, E (1978). Measuring the efficiency of

decision making unit, European Journal of Operasional Research, 2, 429-444

Farell, M. J. (1957). The meansurement of Productive Efficiency. Journal of the

Royal Statical Society, Vol. 120, No. 3,253-290.

Huri, M. D. dan Indah Susilowati. 2004. “Pengukuran Efisiensi Relatif Emiten

Perbankan dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Kasus:

Bank-Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002).” Jurnal Dinamika

Pembangunan. Vol. 1, No. 2, Desember 2004, Hal. 95-107.

Muliaman D. H., Wimboh S., Dhaniel I. dan Eugenia M. 2003. “Analisis Efisiensi

Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode Non-Parametrik Data

Envelopment Analysis (DEA).” Bank Indonesia Research Paper, Jakarta: Bank

Indonesia

Muharam, H dan Rizki Pusvitasari. 2007. “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank

Syariah dengan Metode Data Envelopment Analysis (Periode tahun 2005)”.

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol.2 No.3.

Poernomo, Eddy, 2006, Pengaruh Kreativitas dan Kerjasama Tim Terhadap

Kinerja Manajer Pada PT. Jesslynk Cakes Indonesia Cabang Surabaya, Adm.

Bisnis UPN Veteran Jawa Timur. Jurnal Ilmu-Ilmu Ekonomi Vol. 6 No. 2

Syakir, A. K. 2004. “Mengukur Efisiensi Intermediasi Sebelas Bank Terbesar

Indonesia Dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA).” Jurnal

Bisnis Strategi. Vol.13. Hal. 126-139, Semarang.

Saleh, Samsubar. 2000. Metode Data Envelopment Analysis.Yogyakarta: PAU-FE

UGM.

Sutawijaya, A. dan Lestari, E. P. 2009. “Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia

Pasca Krisis Ekonomi: Sebuah Studi Empiris Penerapan Model DEA.” Jurnal

Ekonomi Pembangunan. Vol. 10. No. 1. Hal 49-67.

Sumanth, D.J 1985, Productivity Engineering and Management. USA: McGraw-

Hill. Inc., USA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan

atas undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan