Post on 30-Nov-2021
ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN
TINGKAT PERTAMA PESERTA BPJS KESEHATAN
DI PUSKESMAS PADANGMATINGGI
KOTA PADANGSIDIMPUAN
TAHUN 2019
TESIS
Oleh :
HENI ANDIASWATY
1702011150
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN
TINGKAT PERTAMA PESERTA BPJS KESEHATAN
DI PUSKESMAS PADANGMATINGGI
KOTA PADANGSIDIMPUAN
TAHUN 2019
TESIS
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memeroleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M.)
pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia
Oleh :
HENI ANDIASWATY
1702011150
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
PENGESAHAN TESIS
ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN
TINGKAT PERTAMA PESERTA BPJS KESEHATAN
DI PUSKESMAS PADANGMATINGGI
KOTA PADANGSIDIMPUAN
TAHUN 2019
Disusun dan Diajukan Oleh :
Telah Diuji Pada Tanggal : 14 November 2019
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Mappeaty Nyorong, M.P.H
Anggota : 1. Dr. Anto, SKM. M.Kes., M.M.
2. Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd
3. Neni Ekowati Januariana, Ir., M.P.H.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Tesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M.), di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia.
2. Tesis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim
penelaah/Tim penguji.
3. Dalam Tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau di
publikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantum kan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan Saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku di perguruan tinggi ini.
Medan, 14 November 2019
Yang Membuat Pernyataan,
Heni Andiaswaty
1702011150
i
ABSTRACT
ANALYSIS OF REFERRAL IMPLEMENTATION OF FISRT RATE
OUTPATIENTS HEALTH INSURANCE BPJS PARTICIPANTS
IN PADANGMATINGGI HEALTH CENTRE
PADANGSIDIMPUAN IN 2019
HENI ANDIASWATY
1702011150
In the JKN era, the health centre was expected to be able to handle 155
disease diagnoses, so participants no longer needed to go directly to the hospital.
However, the high non-specialist referral rate in the Padangmatinggi Health
centre in 2018 was 663 (6.17%) in contrast to the JKN program which should be
able to maximize the function of the health centre. The availability of health
workers, medicines, health facilities at the health centre, and knowledge of the
gatekeeper concept has an important role in the implementation of referrals.
This study was qualitative research methods with a case study approach.
Data collection methods are done with in-depth interviews and observations.
The results showed that the implementation of referrals in Health centre
Padangmatinggi was still not running according to the standard, it can be seen
from the existence of referrals at their own request (APS). The availability of
health workers have met the health centre standard, but often officers on duty not
in the health centre have hampered service at the health centre. The availability of
medicines, health facilities that are still not up to standard and knowledge of the
gatekeeper concept are the causes of referral at the health centre.
It is hoped that the Padangmatinggi Community Health Centre can carry
out referrals in accordance with procedures, provide socialization to the public
about JKN especially the tiered referral system and about the gatekeeper concept,
and re-evaluate drug planning., and expected to work closely with the health
centre in equipping medical equipment and medicines.
Keywords : Referral, Health Centre, JKN
References : 9 Books, 12 Jurnals, 5 Website
The Legitimate Right By :
Helvetia Language Center
ii
ABSTRAK
ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN
TINGKAT PERTAMA PESERTA BPJS KESEHATAN
DI PUSKESMAS PADANGMATINGGI KOTA
PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2019
HENI ANDIASWATY
1702011150
Dalam era JKN, puskesmas diharapkan mampu menangani 155 diagnosa
penyakit, sehingga para peserta JKN tidak perlu lagi berobat langsung ke Rumah
Sakit. Namun tingginya angka rujukan non-spesialistik di Puskesmas
Padangmatinggi pada tahun 2018 sebesar 663 (6,17%) bertolak belakang dengan
program JKN yang seharusnya mampu memaksimalkan fungsi puskesmas.
Ketersediaan tenaga kesehatan, obat-obatan, fasilitas kesehatan di puskesmas, dan
pengetahuan tentang konsep gatekeeper memiliki peranan penting dalam
pelaksanaan rujukan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
mendalam dan observasi.
Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan rujukan di Puskesmas
Padangmatinggi masih belum berjalan sesuai standar, hal tersebut dapat dilihat
dari terdapatnya rujukan Atas Permintaan Sendiri (APS). Ketersediaan tenaga
kesehatan sudah memenuhi standar puskesmas, tetapi seringnya petugas bertugas
di luar puskesmas mengakibatkan terhambatnya pelayanan di puskesmas.
Ketersediaan obat-obatan, fasilitas kesehatan yang masih belum sesuai standar
dan pengetahuan tentang konsep gatekeeper merupakan penyebab terjadinya
rujukan di puskesmas.
Diharapkan Puskesmas Padangmatinggi dapat menjalankan rujukan sesuai
dengan prosedur, memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang JKN
khususnya sistem rujukan berjenjang dan tentang konsep gatekeeper, dan
mengevaluasi kembali perencanaan obat. Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan
juga diharapkan bekerja sama dengan puskesmas dalam melengkapi fasilitas alat
kesehatan dan juga obat-obatan.
Kata Kunci : Rujukan, Puskesmas, JKN
Daftar Pustaka : 9 Buku, 12 Jurnal, 5 Internet
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul
“Analisis Pelaksanaan Rujukan Pasien Rawat Jalan Tingkat Pertama
Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Padangmatinggi Kota
Padangsidimpuan Tahun 2019”.
Dalam penyusunan dan penyelesaian tesis ini penulis menyadari masih
banyak kesalahan dan kekurangannya, namun harapan penulis pembaca dapat
memperoleh manfaat dan memberi masukan untuk penelitian selanjutnya dengan
harapan penelitian ini dapat berkembang dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini, maka dengan penuh kerendahan
hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes., selaku Ketua Pembina
Yayasan Helvetia Medan
2. Iman Muhammad, SE., S.Kom., MM., M.Kes., selaku ketua Yayasan
Pendidikan dan Sosial Helvetia Medan
3. Dr. Ismail Efendi, M.Si., selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia Medan
4. Dr. Asriwati, S.Kep., Ns., S.Pd., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan
5. Dr. Anto, S.K.M., M.Kes., M.M., selaku Ketua Program Studi S2 Kesehatan
Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan sekaligus Pembimbing II yang
penuh perhatian, kesabaran dan ketelitian dalam memberi bimbingan dan
arahan terus menerus selama proses pembuatan tesis ini.
6. Dr. Mappeaty Nyorong, M.P.H., Selaku Pembimbing I yang penuh perhatian,
kesabaran dan ketelitian dalam memberi bimbingan dan arahan terus menerus
selama proses pembuatan tesis ini.
7. Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd., Selaku Penguji I dan Neni Ekowati
Januariana, Ir., M.P.H., selaku Penguji II yang telah memberikan masukan,
kritik dan saran dalam menyempurnakan tesis ini.
iv
8. Para guru besar dan staf pengajar di lingkungan Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Program Magister Fakultas Kesehatan Masyarakat
Institut Kesehatan Helvetia yang telah memberikan bimbingan dan teladan
selama penulis mengikuti pendidikan.
9. Kepala Puskesmas beserta seluruh staf yang telah mengizinkan dan turut
membantu dalam melakukan penelitian ini.
10. Teristimewa kepada kedua orang tua saya dan buat suami tercinta yang selalu
memberikan pandangan, mendukung baik moril maupun materil, mendoakan
dan selalu memotivasi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
11. Teman-teman seperjuangan di Program Studi S2 Kesehatan Masyarakat
Institut Kesehatan Helvetia Medan
12. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu proses penyusun tesis ini hingga selesai. Penulis menyadari
bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu
diharapkan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan tesis ini.
Medan, 14 November 2019
Penulis
Heni Andiaswaty
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Heni Andiaswaty, lahir di Kota Jambi pada tanggal 20
Desember 1977, dari pasangan Bapak H. Ajat Sudrajat dan Ibu Hj. Ratna Juwita.
Penulis telah menikah dengan Tobonsyah Pulungan, S.Sos., M.M., pada tanggal
23 Juni 2003 dan sudah dikaruniai 3 orang putra putri.
Riwayat Pendidikan formal penulis dimulai SD Negeri 34 Jambi pada
Tahun 1982-1988. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 8
Jambi pada Tahun 1988-1991, dan Pendidikan berikutnya di SMA Negeri 1 Jambi
pada Tahun 1991-1994. Tahun 1995-2004 peneliti menempuh pendidikan S1
Kedokteran Umum di Universtas Jendral Ahmad Yani, Cimahi-Bandung.
Kemudian pada Tahun 2018 penulis melanjutkan pendidikan S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat di Institut Kesehatan Helvetia sampai dengan sekarang.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRACT .................................................................................................. i
ABSTRAK .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................. 8
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................. 9
1.3.1. Tujuan Umum ....................................................... 9
1.3.2. Tujuan Khusus ...................................................... 9
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................ 10
1.4.1. Manfaat Teoritis .................................................... 10
1.4.2. Manfaat Praktis ..................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Hasil Penelitian Sebelumnya ................. 11
2.2. Telaah Teori ...................................................................... 13
2.2.1. Sistem Rujukan ..................................................... 13
2.2.2. Puskesmas ............................................................. 32
2.2.3. Jaminan Kesehatan Nasional ................................ 41
2.2.4. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ................... 42
2.3. Landasan Teori ................................................................. 43
2.4. Kerangka Pikir .................................................................. 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian .............................................................. 45
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................ 45
3.2.1. Lokasi Penelitian ..................................................... 45
3.2.2. Waktu Penelitian ..................................................... 45
3.3. Sumber Informasi (Informan) ........................................... 45
3.4. Metode Pengumpulan Data ............................................... 47
3.5. Validitas Data ................................................................... 48
3.6. Defenisi Operasional ........................................................ 49
3.7. Metode Analisa Data ........................................................ 49
vii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................. 52
4.1.1. Gambaran Puskesmas Padangmatinggi ................ 42
4.1.2. Visi dan Misi Puskesmas Padangmatinggi ........... 54
4.2. Karakteristik Informan ...................................................... 55
4.3. Pelaksaan Rujukan Rawat Jalan Puskesmas
Padangmatinggi ................................................................ 55
4.3.1. Ketersediaan Tenaga Kesehatan Puskesmas
Padangmatinggi .................................................... 59
4.3.2. Ketersediaan Obat di Puskesmas Padangmatinggi
............................................................................... 62
4.3.3. Ketersediaan Fasilitas dan Sarana Kesehatan di
Puskesmas Padangmatinggi .................................. 63
4.3.4. Pengetahuan tentang Gatekeeper di Puskesmas
Padangmatinggi .................................................... 66
4.4. Keterbatasan Penelitian .................................................... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ....................................................................... 70
5.2. Saran ................................................................................. 71
5.2.1. Bagi Puskesmas Padangmatinggi ......................... 71
5.2.2. Bagi Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan ..... 72
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 73
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
2.1. Alur Pelayanan Rawat Jalan di FKTP ................................... 20
2.2. Kerangka Konsep Penelitian ................................................. 44
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
4.1. Data Kependudukan Kecamatan Padangsidimpuan Selatan . 52
4.2. Data Luas Wilayah (km2) Kecamatan Padangisdimpuan
Selatan ................................................................................... 53
4.3. Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Padangmatinggi ... 54
4.4. Karakteristik Informan .......................................................... 55
4.5. Jumlah Standar Ketenagaan Kesehatan pada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama ................................................... 61
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
1. Lembar Persetujuan Informed Concent ...................................... 75
2. Kuesioner Penelitian .................................................................. 76
3. Pedoman Wawancara .................................................................. 78
4. Matriks Wawancara Informan .................................................... 82
5. Hasil Wawancara ........................................................................ 103
6. Hasil Observasi Fasilitas ............................................................ 123
7. Hasil Observasi Obat .................................................................. 126
8. Permohonan Pengajuan Judul Tesis ........................................... 133
9. Surat Izin Survei Awal ............................................................... 134
10. Surat Balasan Survei Awal ......................................................... 135
11. Surat Izin Penelitian ................................................................... 136
12. Lembar Bimbingan Pembimbing I ............................................. 137
13. Lembar Bimbingan Pembimbing II ............................................ 138
14. Lembar Revisi Proposal ............................................................. 140
15. Lembar Revisi Sidang Hasil ....................................................... 141
16. Lembar Revisi Tesis ................................................................... 142
17. Dokumentasi Penelitian .............................................................. 143
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World
Health Organizatiaon (WHO) pada tahun 2014 merupakan sistem kesehatan yang
memastikan setiap warga memiliki akses yang adil terhadap pelayanan kesehatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang bermutu dengan biaya yang
terjangkau. Cakupan universal mengandung dua elemen inti yakni pertama akses
pelayanan kesehatan yang adil dan bermutu bagi setiap warga, dan kedua
perlindungan resiko finansial ketika warga menggunakan pelayanan kesehatan.
Dan setiap orang memiliki kewajiban untuk turut serta dalam jaminan kesehatan
sosial (1). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan pasal 5 ayat (2) menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau, dalam
pasal 30 ayat (1) menyatakan fasilitas pelayanan kesehatan menurut jenis
pelayanannya terdiri dari Pelayanan Kesehatan Perseorangan dan Pelayanan
Kesehatan Masyarakat, ayat (2) fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan terdiri dari
pelayanan kesehatan tingkat pertama, tingkat dua, dan tingkat ketiga. Upaya-
upaya kesehatan, dalam hal ini upaya kesehatan perseorangan, diselenggarakan
melalui upaya-upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan, pemulihan, dan
paliatif yang ditujukan pada perseorangan, dan dilaksanakan secara menyeluruh,
terpadu, berkesinambungan, dan didukung sistem rujukan yang berfungsi secara
mantap.
2
Pada tanggal satu januari 2014 Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
mulai diberlakukan. Dalam SJSN, terdapat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
yang merupakan bentuk komitmen terhadap pelaksanaan jaminan kesehatan
masyarakat Indonesia seluruhnya. Berlakunya JKN per tanggal 1 Januari 2014,
semua program jaminan kesehatan yang pernah diberlakukan pemerintah
dialihkan ke dalam satu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS
Kesehatan). Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan)
merupakan badan penyelenggara asuransi sosial kesehatan yang mengelola Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP) seluruh masyarakat Indonesia. BPJS Kesehatan
akan melakukan kerjasama dengan Pelaksana Pelayanan Kesehatan (PPK) di
tingkat pertama dan tingkat lanjutan. Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa
perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharan kesehatan
dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan
kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar pemerintah.
Pelayanan kesehatan yang dijamin oleh BPJS Kesehatan adalah pelayanan
kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama dan lanjutan, pelayanan gawat
darurat, pelayanan obat, alat kesehatan, pelayanan ambulance, pelayanan skrining
kesehatan (2).
Berdasarkan data BPJS Kesehatan sampai dengan bulan September 2017,
jumlah kepesertaan BPJS Kesehatan di Indonesia sebanyak 182.036.673 jiwa atau
(69,7%). Jumlah peserta BPJS PBI sebanyak 110.957.941 jiwa atau (60,89%) dan
Non PBI sebanyak 71.078.732jiwa atau (39,05%). Jumlah fasilitas kesehatan yang
bermitra dengan BPJS terdiri dari 9.840 puskesmas, 2.342 apotek, 2033 rumah
3
sakit, 197Klinik Utama, 5.563 Klinik Pratama, 1.164 dokter gigi, dan 4.616 dokter
praktik. Sementara itu gambaran jumlah kepesertaan BPJS di Kota Medan setiap
tahunnya meningkat dimana tahun 2014 sebanyak 397.234 jiwa, sedangkan tahun
2015 sebanyak 535.738 jiwa. Maka kepesertaan BPJS di Kota Medan meningkat
35% atau naik sebanyak 138.504 jiwa. Jumlah peserta PBI tahun 2014 sebanyak
253.735, tahun 2015 sebanyak 253.735 jiwa, tahun 2016 sebanyak 248.984 jiwa.
Pelayanan kesehatan di Indonesia dilaksanakan secara berjenjang, dimulai
dari pelayanan kesehatan dasar oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama. Pelayanan
kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan
kesehatan tingkat pertama. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat di
berikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama,
kecuali dalam keadaan gawat darurat (3). Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP) adalah puskesmas, klinik pratama, praktik dokter, praktik dokter gigi,
klinik pratama atau yang setara dan Rumah Sakit kelas D pratama atau yang setara
(4).
Apabila memerlukan pelayanan lanjutan oleh dokter spesialis, maka
peserta BPJS kesehatan dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua atau
fasilitas kesehatan tingkat sekunder. Rujukan ini hanya diberikan jika peserta
BPJS Kesehatan membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik, atau jika fasilitas
kesehatan primer yang ditunjuk untuk melayani peserta tersebut, tidak dapat
memberikan pelayanan kesehatan karena keterbatasan fasilitas, pelayanan, atau
tenaga medis. Jika peserta masih belum dapat tertangani di fasilitas kesehatan
tingkat kedua atau fasilitas kesehatan tingkat sekunder, maka dapat dirujuk ke
4
fasilitas kesehatan tingkat tersier atau fasilitas kesehatan tingkat ketiga untuk
ditangani oleh dokter sub-spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi
kesehatan sub-spesialistik. Berdasarkan klasifikasi rumah sakit, maka RS
Umum/Khusus kelas C dan B dapat dikategorikan sebagai Pelayanan Kesehatan
Tingkat Kedua dan RS Umum/Khusus Kelas A atau RS Umum/Khusus Kelas B
yang menjadi pusat pendidikan kedokteran dapat dikatagorikan sebagai Pelayanan
Kesehatan Tingkat Ketiga (4).
Di era JKN, puskesmas diharapkan dapat menangani 155 diagnosa
penyakit sesuai dengan Kompetensi Dokter Umum yang dapat ditangani di FKTP,
sehingga para peserta JKN tidak perlu lagi berobat langsung ke rumah sakit,
karena di FKTP pun sudah bisa ditangani. Namun tidak menutup kemungkinan
pada kasus-kasus tersebut dapat langsung berobat ke rumah sakit dengan
mempertimbangkan time (lama perjalanan penyakitnya), age(usia
pasien),complication(komplikasi penyakit/tingkat kesulitan), comorbidity
(penyakit penyerta), dan condition (kondisi fasilitas kesehatan) (5).
Dalam rangka meningkatkan akses pelayanan kesehatan tingkat lanjutan,
BPJS menerapkan sistem rujukan pelayanan kesehatan yaitu penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggungjawab
pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal yang
wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial
dan seluruh fasilitas kesehatan (4). Sistem rujukan diselenggarakan dengan tujuan
memberikan pelayanan kesehatan secara bermutu, efektif dan efisien, sehingga
tujuan pelayanan kesehatan tercapai tanpa menggunakan biaya yang mahal.
5
Sistem rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara
timbal balik baik vertikal maupun horizontal. Rujukan horizontal adalah rujukan
yang dilakukan antar pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan apabila perujuk
tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang sifatnya
sementara atau menetap. Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar
pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat
pelayanan yang lebih rendah ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi atau
sebaliknya (4).
Dalam menjalankan pelayanan kesehatan fasilitas kesehatan tingkat
pertama dan tingkat lanjutan wajib melakukan sistem rujukan dengan mengacu
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti terbatasnya jenis dan
jumlah obat yang sesuai dengan standar dalam Formularium Nasional (Fornas),
standar alat kesehatan yang tercantum dalam Kompendium Alat Kesehatan dan
standart pelayanan lainnya yang tercantum dalam JKN serta peserta yang ingin
mendapatkan pelayanan yang tidak sesuai dengan sistem rujukan dapat
dimasukkan dalam kategori pelayanan yang tidak sesuai dengan prosedur
sehingga tidak dapat dibayarkan oleh BPJS Kesehatan (6).
Puskesmas Padangmatinggi terletak di kecamatan Padangsidimpuan
Selatan kota Padangsidimpuan dengan jumlah penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Padangmatinggi adalah sebesar 67.425 jiwa (7). Dalam melaksanakan
kegiatan pelayanan kesehatan, Puskesmas Padangmatinggi didukung oleh fasilitas
6
meliputi gedung permanen yang terdiri dari dua lantai, lantai pertama terdapat
ruang KIA/KB, Gudang obat, poli gigi, poli anak, ruang bersalin, dan ruang rawat
inap. Lantai dua terdapat ruang laboratorium, Klinik sanitasi, SP2TP, Gudang
inventaris, dan ruang rapat. Adapun peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas
Padangmatinggi adalah alat-alat pemeriksaan fisik, alat-alat pertolongan pasien,
alat-alat suntik dan alat-alat P3K, timbangan bayi dan dewasa, satu dental set unit,
lemari pendingin, alat-alat imunisasi serta vaksin seperti BCG, DPT, POLIO, TT
dan Hepatitis (8).
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas
Padangmatinggi diperoleh data bahwa pada tahun 2018 jumlah kunjungan pasien
peserta JKN ke Puskesmas Padangmatinggi sebesar 14.857 orang dan jumlah
rujukan 3927 (26,4%), dimana jumlah rujukan non spesialistik sebesar 1061
(7,14%). Pada bulan januari sampai Juli 2019 jumlah kunjungan pasien peserta
JKN sebanyak 10.743 orang, sementara jumlah pasien yang dirujuk sebanyak
2424 (21%), dan rujukan non spesialistik sebesar 763 (7,9%) (9). Berdasarkan
peraturan BPJS No 2 Tahun 2015, target pemenuhan rasio rujukan non spesialistik
oleh FKTP sebesar 5% pada zona aman, 1% pada zona prestasi. Jumlah rujukan
non spesialistik di Puskesmas Padangmatinggi lebih dari 5% dan berada di zona
tidak aman (10).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, alur pemberian
rujukan di Puskesmas Padangmatinggi adalah sebagai berikut, pasien yang datang
ke puskesmas mendaftarkan diri di bagian pendaftaran, lalu mendapatkan nomor
antrian. Pasien lalu dipanggil sesuai dengan nomor urutnya, setelah dipanggil
7
pasien menuju poli sesuai dengan keluhannya. Pada saat pemeriksaan apabila
pasien masih dapat ditangani oleh dokter di puskesmas maka pasien akan
diberikan obat lalu pulang. Namun apabila dokter di puskesmas tidak mampu,
baik dari segi obat-obatan maupun fasilitas alat kesehatan, maka akan diberikan
surat rujukan sesuai dengan daftar rumah sakit yang ada di Puskesmas
Padangmatinggi.
Beberapa contoh jenis penyakit yang di rujuk seperti dyspepsia,
tuberculosis, DM type 2, demam typoid, dll yang merupakan penyakit yang
seharusnya dapat di tangani di puskesmas. Berdasarkan hasil wawancara dengan
beberapa petugas di Puskesmas Padangmatinggi, faktor tingginya rujukan
diakibatkan kurangnya pemahaman pasien tentang konsep gatekeeper, sehingga
masih banyak pasien yang datang ke puskesmas hanya untuk mengambil rujukan.
Apalagi dalam era JKN sekarang semua orang dari berbagai golongan, baik PBI
maupun Non-PBI tidak takut lagi untuk berobat karena lebih murah. Faktor
lainnya yang menyebabkan tingginya rujukan ialah keterlambatan stock obat-
obatan, seperti antibiotic, obat untuk THT,dll. Fasilitas kesehatan yang kurang
memadai seperti alat pemeriksa darah, alat pengeboran gigi, dll (8).
Kondisi saat ini, kasus rujukan ke pelayanan kesehatan sekunder untuk
kasus-kasus yang seharusnya dapat dituntaskan di pelayanan primer masih cukup
tinggi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, sebagian
besar penyakit dengan kasus terbanyak di Indonesia termasuk dalam kriteria 4a
(dokter mampu mendiagnosa penyakit dengan baik dan mampu melalukan
penatalaksanaan secara baik dan benar) dengan menekankan pada tingkat
8
kemampuan 4 (dokter mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan 144
diagnosa penyakit di puskesmas). Bila pada pasien telah terjadi komplikasi,
tingkat keparahan (severity of illness), adanya penyakit kronis lain yang sulit dan
pasien dengan daya tahan tubuh menurun, yang seluruhnya membutuhkan
penanganan lebih lanjut, maka dokter layanan primer secara cepat dan tepat harus
membuat pertimbangan dan memutuskan dilakukannya rujukan (11).
Mencermati uraian data yang dikemukakan di atas mengenai pelaksanaan
rujukan rawat jalan peserta BPJS kesehatan di Puskesmas Padangmatinggi, maka
permasalahan tersebut perlu di kaji lebih lanjut agar dapat diketahui dan
ditemukan solusi pemecahannya, sehingga pelaksanaan rujukan rawat jalan
tingkat pertama peserta BPJS Kesehatan di puskesmas dapat berjalan dengan lebih
baik sesuai dengan standar pelayanan kesehatan rujukan yang ditetapkan.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan yang dicapai dari penelitian ini
adalah untuk menganalisis bagaimana pelaksanaan Sistem Rujukan Rawat Jalan
Tingkat Pertama peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Padangmatinggi Kota
Padangsidimpuan Tahun 2019.
1.2. Rumusan Masalah
Sistem rujukan diselenggarakan dengan tujuan memberikan pelayanan
kesehatan secara bermutu, efektif, dan efisien, sehingga tujuan pelayanan
kesehatan tercapai tanpa menggunakan biaya yang mahal. Namun dalam
pelaksanaannya masih ada masyarakat yang belum tahu teknis mendapatkan
pelayanan sesuai dengan aturan BPJS Kesehatan. Pelaksanaan sistem rujukan
dalam pelayanan kesehatan saat ini kurang berjalan sebagaimana ketentuan
9
semestinya. Oleh karena itu peneliti memperoleh rumusan masalah yaitu:
“bagaimana pelaksanaan rujukan pasien rawat jalan tingkat pertama peserta BPJS
kesehatan di puskesmas Padangmatinggi kota Padangsidimpuan tahun 2019?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis proses
pelaksanaan program rujukan rawat jalan tingkat pertama di puskesmas
Padangmatinggi kota Padangsidimpuan Tahun 2019.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a. Untuk menganalisis ketersediaan tenaga kesehatan dalam pemberian
rujukan di puskesmas Padangmatinggi
b. Untuk menganalisis ketersediaan obat pada puskesmas Padangmatinggi
sesuai dengan Formularium Nasional
c. Untuk menganalisis ketersediaan fasilitas sarana kesehatan sesuai dengan
Kompedium Alat Kesehatan pada puskesmas Padangmatinggi
d. Untuk menganalisis pengetahuan petugas maupun pasien tentang
gatekeeper
10
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di
bidang kesehatan, khususnya di bidang kesehatan masyarakat yang
berkaitan dengan pelaksanaan rujukan pasien rawat jalan.
b. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah referensi dan informasi di
bidang kesehatan masyarakat khususnya yang berhubungan dengan
pelaksanaan rujukan pasien rawat jalan tingkat pertama peserta BPJS
Kesehatan di puskesmas.
1.4.2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi bagi
puskesmas Padangmatinggi untuk meningkatkan pelayanan secara optimal
agar pelayanan yang diberikan dapat terlaksana sesuai fungsi puskesmas
sebagai gatekeeper
b. Bagi BPJS Kesehatan penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan
untuk pengembangan cara dan metode pembuatan kebijakan dalam
menyempurnakan serta mengoptimalkan kualitas pelayanan bagi peserta
BPJS Kesehatan.
c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dan informasi
bagi mahasiswa yang menempuh pendidikan.
d. Penelitian ini diharapkan referensi bagi mahasiswa yang melakukan
penelitian selanjutnya dengan topik yang berhubungan dengan judul ini.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Hasil Penelitian Sebelumnya
1. Penelitian yang dilakukan oleh Lidia Shafiatul Umami yang berjudul
Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta BPJS
Kesehatan di Puskesmas Pandanaran dan Gunungpati Tahun 2017. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa bahwa diagnosis dan klasifikasi diagnosis
pasien yang dirujuk bervariasi. Terdapat diagnosis dengan kompetensi 4A
yang dirujuk di kedua puskesmas dengan alasan yang masih sesuai dengan
kriteria rujukan di PPK dokter di faskes primer. Masih banyak pasien yang
langsung meminta rujukan ketika datang ke puskesmas tetapi hal ini tidak
mempengaruhi pelaksanaan rujukan. Pemberi rujukan di kedua puskesmas
adalah dokter dan dokter gigi yang bertugas. Ketersediaan fasilitas alat
kesehatan di kedua puskesmas sudah sesuai dengan Permenkes nomor 75
tahun 2014. Ketersediaan obat di kedua puskesmas sudah sesuai dengan
Fornas namun keterbatasan yang ada menyebabkan kesulitan untuk dokter
dan pasien tetapi tidak mempengaruhi rujukan. Lokasi kedua puskesmas
tidak berpengaruh terhadap pelaksanaan rujukan. Hasil kesimpulan
penelitian adalah pelaksanaan rujukan di kedua puskesmas sudah sesuai
dengan PPK dokter di faskes primer. Rujukan diberikan pada pasien sesuai
dengan kriteria rujukan di PPK dokter di faskes primer (12).
12
2. Penelitian yang dilakukan oleh Fauziah Abdullah Ali yang berjudul
Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta
Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Siko dan
Puskesmas Kalumata Kota Ternate Tahun 2014. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemahaman petugas tentang kebijakan sistem
rujukan masih tergolong kurang baik, ketersediaan obat- obatan dan bahan
habis pakai dalam kategori cukup baik, ketersediaan fasilitas dan alat
kesehatan medis fasilitas pelayanan kesehatan masih minim dan
pemahaman petugas tentang fungsi Puskesmas sebagai pintu
masuk/penapis rujukan cukup baik meskipun dalam prakteknya sering
tidak mengikuti aturan yang ditetapkan (13).
3. Penelitian yang dilakukan oleh Mutia Rizqa Firdiah yang berjudul Analisis
Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama pada Peserta BPJS
Kesehatan di Puskesmas Neglasari Kota Tangerang Tahun 2017. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penyakit terbanyak yang dirujuk adalah
penyakit hipertensi, diabetes melitus, jantung, dan kusta. Ketersediaan
dokter belum mencukupi jika dilihat dari rasio perbandingan jumlah dokter
dengan jumlah peserta terdaftar. Ketersediaan obat-obatan belum
mencukupi. Kelengkapan fasilitas alat kesehatan belum lengkap.
Pemahaman dokter sebagai gatekeeper sudah baik. Jika terdapat pasien
yang meminta untuk dirujuk, biasanya dokter akan memberikan penjelasan
kepada pasien, namun jika pasien tetap ingin dirujuk, dokter akan
menambahkan keterangan “Atas Permintaan Sendiri” pada surat rujukan.
13
Saran dari penelitian ini ialah diharapkan Puskesmas Neglasari dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada pasien khususnya pasien
BPJS Kesehatan dengan penambahan fasilitas alat kesehatan.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Parman yang berjudul Studi Pelaksanaan
Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) pada Peserta BPJS
Kesehatan di Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun 2016. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa implementasi aspek kebijakan sistem
rujukan belum berjalan dengan baik dilihat dari tingginya rasio rujukan
yang mencapai 16% melebihi dari standar ketetapan BPJS Kesehatan yaitu
5%, ketersediaan dokter telah memenuhi standar SDM, ketersediaan obat-
obatan belum lengkap, ketersediaan fasilitas dan alat kesehatan medis
fasilitas pelayanan kesehatan belum lengkap dan masih ada beberapa
pasien yang meminta rujukan namun masih dapat ditangani di Puskesmas
Perumnas (14).
2.2. Telaah Teori
2.2.1. Sistem Rujukan
1. Defenisi Sistem Rujukan
Sistem rujukan menurut Permenkes RI No. 001 Tahun 2012 merupakan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan
tanggungjawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun
horizontal. Sistem rujukan diwajibkan bagi pasien yang merupakan peserta
jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial dan pemberi pelayanan
kesehatan (3).
14
Sistem rujukan pelayanan kesehatan menurut BPJS Kesehatan adalah
pemyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan
tanggungjawab pelayanan kesehatan timbal balik baik secara vertikal maupun
horizontal yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan sosial kesehatan atau
asuransi kesehatan sosial, dan seluruh fasilitas kesehatan (15).
2. Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan kesehatan
dasar yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi di Puskesmas, puskesmas
perawatan, tempat praktik perorangan, klinik pratama, klinik umum di balai /
lembaga pelayanan kesehatan dan rumah sakit pratama.
A. Cakupan Pelayanan
1. Rawat Jalan Tingkat Pertama
a. Administrasi pelayanan, meliputi biaya administrasi pendaftaran
peserta untuk berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke
fasilitas kesehatan lanjutan untuk penyakit yang tidak dapat ditangani
di fasilitas kesehatan tingkat pertama;
b. Pelayanan promotif preventif, meliputi:
1) Kegiatan penyuluhan kesehatan perorangan, penyuluhan kesehatan
perorangan meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai
pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan
sehat.
15
2) Imunisasi dasar;
Pelayanan imunisasi dasar meliputi Baccile Calmett Guerin
(BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B (DPTHB), Polio,
dan Campak.
3) Keluarga berencana;
a) Pelayanan keluarga berencana meliputi konseling, kontrasepsi
dasar, vasektomi dan tubektomi bekerja sama dengan lembaga
yang membidangi keluarga berencana.
b) Penyediaan dan distribusi vaksin dan alat kontrasepsi dasar
menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan/atau pemerintah
daerah.
c) BPJS kesehatan hanya membiayai jasa pelayanan pemberian
vaksin dan alat kontrasepsi dasar yang sudah termasuk dalam
kapitalisasi kecuali untuk jasa pemasangan IUD/Implan dan
Suntik di daerah perifer.
4) Skrining kesehatan
a) Pelayanan skrining kesehatan diberikan secara perorangan dan
selektif
b) Pelayanan skrining kesehatan ditujukan untuk mendeteksi
risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan risiko penyakit
tertentu, meliputi diabetes melitus tipe-2, hipertensi, kanker
leher rahim, kanker payudara, dan penyakit lain yang
ditetapkan oleh Menteri.
16
c) Pelayanan skrining kesehatan penyakit diabetes melitus tipe-2
dan hipertensi dimulai dengan analisis riwayat kesehatan, yang
dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.
d) Jika peserta teridentifikasi mempunyai risiko penyakit diabetes
meliputi tipe 2 dan hipertensi berdasarkan riwayat kesehatan
akan dilakukan penegakan diagnosa melalui pemeriksaan
penunjang diagnostik tertentu dan kemudian akan diberikan
pengobatan sesuai dengan indikasi medis.
e) Pelayanan skrining kesehatan untuk penyakit kanker leher
rahim dan kanker payudara dilakukan sesuai dengan indikasi
medis.
2. Pelayanan Gigi
a. Administrasi pelayanan, meliputi biaya administrasi pendaftaran
peserta untuk berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke
fasilitas kesehatan lanjutan untuk penyakit yang tidak dapat ditangani
di fasilitas kesehatan tingkat pertama.
b. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis
c. Premedikasi
d. Kegawatdaruratan oro – dental
e. Pencabutan gigi sulung (topical, infiltrasi)
f. Pencabutan gigi permanen tanpa penyulit
g. Obat pasca ekstraksi
h. Tumpatan komposit/GIC
i. Skeling gigi (1x dalam setahun)
17
B. Prosedur
1. Ketentuan Umum
a. Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama tempat peserta terdaftar
b. Ketentuan di atas dikecualikan pada kondisi:
1) Berada di luar wilayah fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat
peserta terdaftar; atau
2) Dalam keadaan kegawatdaruratan medis.
c. Peserta dianggap berada di luar wilayah apabila peserta melakukan
kunjungan ke luar domisili karena tujuan tertentu, bukan merupakan
kegiatan yang rutin. Untuk mendapatkan pelayanan di fasilitas
kesehatan tingkat pertama tempat tujuan, maka peserta wajib
membawa surat pengantar dari Kantor BPJS Kesehatan tujuan.
d. Dalam hal peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan,
Fasilitas kesehatan tingkat pertama harus merujuk ke fasilitas
kesehatan rujukan tingkat lanjutan terdekat sesuai dengan sistem
rujukan yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
e. Peserta yang melakukan mutasi pada tanggal 1 s/d akhir bulan
berjalan, tidak dapat langsung mendapatkan pelayanan di fasilitas
kesehatan tingkat pertama yang baru sampai dengan akhir bulan
berjalan. Peserta berhak mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan
tingkat pertama yang baru di bulan berikutnya.
18
f. Peserta dapat memilih untuk mutasi fasilitas kesehatan tingkat
pertama selain fasilitas kesehatan tempat peserta terdaftar setelah
jangka waktu 3 (tiga) bulan atau lebih.
g. Untuk peserta yang baru mendaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan
dan sudah membayar iuran, maka pada bulan berjalan tersebut peserta
dapat langsung mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat
pertama tempat peserta terdaftar.
2. Rawat Jalan Tingkat Pertama dan Pelayanan Gigi
a. Peserta menunjukkan kartu identitas BPJS Kesehatan (proses
administrasi)
b. Fasilitas kesehatan melakukan pengecekan keabsahan kartu peserta
c. Fasilitas kesehatan melakukan pemeriksaan kesehatan/pemberian
tindakan
d. Setelah mendapatkan pelayanan peserta menandatangani bukti
pelayanan pada lembar yang disediakan. Lembar bukti pelayanan
disediakan oleh masing-masing fasilitas kesehatan.
e. Bila diperlukan atas indikasi medis peserta akan memperoleh obat.
f. Apabila peserta membutuhkan pemeriksaan kehamilan, persalinan
dan pasca melahirkan, maka pelayanan dapat dilakukan oleh bidan
atau dokter umum.
g. Bila hasil pemeriksaan dokter ternyata peserta memerlukan
pemeriksaan ataupun tindakan spesialis/sub-spesialis sesuai dengan
indikasi medis, maka fasilitas kesehatan tingkat pertama akan
19
memberikan surat rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan sesuai dengan sistem rujukan
yang berlaku.
h. Surat rujukan dibutuhkan untuk pertama kali pengobatan ke fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan, dan selanjutnya selama masih dalam
perawatan dan belum dirujuk balik ke fasilitas kesehatan tingkat
pertama tidak dibutuhkan lagi surat rujukan. Dokter yang menangani
memberi surat keterangan masih dalam perawatan.
i. Fasilitas kesehatan wajib melakukan pencatatan pelayanan dan
tindakan yang telah dilakukan ke dalam Aplikasi Sistem Informasi
Manajemen yang telah disediakan BPJS Kesehatan.
j. Ketentuan khusus pelayanan pemeriksaan kehamilan (ANC) dan
pemeriksaan pasca melahirkan (PNC)
1) Peserta memeriksakan kehamilan (ANC) pada fasilitas kesehatan
tingkat pertama atau jejaringnya sesuai dengan prosedur
pemeriksaan di fasilitas kesehatan tingkat pertama
2) Pemeriksaan kehamilan (ANC) dan pemeriksaan pasca
melahirkan (PNC) diharapkan dilakukan pada satu tempat yang
sama, misalnya pemeriksaan kehamilan (ANC) dilakukan pada
bidan jejaring maka diharapkan proses persalinan dan
pemeriksaan pasca melahirkan (PNC) juga dilakukan pada bidan
jejaring tersebut. (16)
20
C. Alur Pelayanan
Gambar 2.1. Alur Pelayanan Rawat Jalan di FKTP
3. Tujuan Sistem Rujukan
Tujuan umum sistem rujukan adalah meningkatkan mutu, cakupan dan
efesiensi pelayanan kesehatan secara terpadu. Tujuan umum rujukan untuk
memberikan petunjuk kepada petugas puskesmas tentang pelaksanaan rujukan
medis.
Tujuan khusus sistem rujukan adalah meningkatkan kemampuan
puskesmas dan peningkatannya dalam rangka menangani rujuk kasus berisiko
tinggi dan gawat darurat dan menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur
rujukan di wilayah kerja puskesmas (17)
21
4. Manfaat Rujukan
Menurut Azwar (2010), beberapa manfaat yang akan diperoleh ditinjau
dari unsur pembentukan pelayanan kesehatan terlihat sebagai berikut:
1. Sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan
Jika ditinjau dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan kesehatan
(policy maker), manfaat yang akan diperolah antara lain membantu
penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam
peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan; memperjelas sistem
pelayanan kesehatan, karena terdapat hubungan kerja antara berbagai
sarana kesehatan yang tersedia dan memudahkan pekerjaan administrasi,
terutama pada aspek perencanaan.
2. Sudut pandang masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan
Jika ditinjau dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan
(health consumer), manfaat yang akan diperolah antara lain meringankan
biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara
berulang-ulang dan mempermudah masyarakat dalam mendapatkan
pelayanan, karena diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang sarana
pelayanan kesehatan.
3. Sudut pandang kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan.
Jika ditinjau dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara
pelayanan kesehatan (health provider), manfaat yang diperoleh antara lain
memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif
22
lainnya seperti semangat kerja, ketekunan dan dedikasi, membantu
peningkatan pengetahuan dan keterampilan yakni melalui kerjasama yang
terjalin, memudahkan dan atau meringankan beban tugas, karena setiap
sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu. (18)
5. Syarat-syarat Pemberian Rujukan
Menurut Permenkes RI No. 001 Tahun 2012, rujukan diberikan dengan
syarat yaitu :
1. Rujukan harus mendapatkan persetujuan dari pasien atau keluarganya
2. Persetujuan diberikan setelah pasien / keluarganya mendapatkan penjelasan
dari tenaga kesehatan yang berwenang
3. Penjelasan tersebut sekurang-kurangnya meliputi:
a. Diagnosis dan terapi / tindakan medis yang diperlukan
b. Alasan dan tujuan dilakukan rujukan
c. Risiko yang dapat timbul apabila rujukan tidak dilakukan
d. Transportasi rujukan
e. Risiko atau penyakit yang dapat timbul selama dalam perjalanan
Selain itu, ada beberapa hal yang perujuk sebelum melakukan rujukan
harus perhatikan yaitu melakukan pertolongan pertama atau tindakan stabilitasi
kondisi pasien sesuai dengan indikasi medis serta sesuai dengan kemampuan
untuk tujuan keselamatan pasien selama pelaksanaan rujukan, melakukan
komunikasi dengan penerima rujukan dan memastikan bahwa penerima rujukan
dapat menerima pasien dalam hal keadaan pasien gawat darurat dan membuat
23
surat pengantar rujukan untuk disampaikan kepada penerima rujukan. Penerima
rujukan berkewajiban :
1. Memberikan informasi mengenai keadaan sarana dan prasarana serta
kompetensi dan ketersediaan tenaga kesehatan
2. Memberikan pertimbangan medis atas kondisi pasien
Rujukan dianggap telah terjadi apabila pasien telah diterima oleh penerima
rujukan. Penerima rujukan bertanggung jawab untuk melakukan pelayanan
kesehatan lanjutan sejak menerima rujukan. Penerima rujukan wajib memberikan
informasi kepada perujuk mengenai perkembangan pasien setelah selesai
memberikan pelayanan. (4)
6. Tata Laksana Rujukan
Menurut Syafrudin (2009), tatalaksana rujukan diantaranya adalah internal
antar petugas di satu rumah; antara puskesmas pembantu dan puskesmas; antara
masyarakat dan puskesmas; antara satu puskesmas dan puskesmas lainnya; antara
puskesmas dan rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya; internal antar-bagian/unit pelayanan di dalam satu rumah sakit; antar
rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan lain dari rumah sakit.
Rujukan dapat dilakukan secara vertikal dan horizontal. Rujukan vertikal
merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan. Rujukan
vertikal dapat dilakukan dari tingkat pelayanan yang lebih rendah ke tingkat
pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya. Rujukan vertikal dapat dilakukan
apabila pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau
subspesialistik. Rujukan horizontal merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan
24
dalam satu tingkatan. Rujukan horizontal dapat dilakukan apabila perujuk tidak
dapat memberikan pelayanan kesehatan sesui dengan kebutuhan pasien karena
keterbatasan fasilitas, peralatan, dan atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau
menetap. (4)
Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua pihak yang
terlibat yaitu pihak yang merujuk dan pihak yang menerima rujukan dengan
rincian beberapa prosedur sebagai berikut:
1. Prosedur Standar Merujuk Pasien
a. Prosedur Klinis
1) Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
medik.
2) Menentukan diagnosa utama dan diagnosa banding.
3) Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus.
4) Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan.
5) Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas
medis/paramedis yang berkompeten dibidangnya dan mengetahui
kondisi pasien.
6) Apabila pasien diantar dengan kendaraan puskesmas keliling atau
ambulans, agar petugas dan kendaraan tetap menunggu pasien di IGD
tujuan sampai ada kepastian pasien tersebut mendapat pelayanan dan
kesimpulan dirawat inap atau rawat jalan.
25
b. Prosedur Administratif
1) Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan.
2) Membuat cacatan rekam medis pasien.
3) Memberikan informed consent (persetujuan/penolakan informed
rujukan).
4) Membuat surat rujukan pasien rangkap 2, lembar pertama dikirim ke
tempat rujukan bersama pasien yang bersangkutan. Lembar kedua
disimpan sebagai arsip. Mencatat identitas pasien pada buku registrasi
rujukan pasien.
5) Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin
komunikasi dengan tempat rujukan.
6) Pengiriman pasien sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan
administrasi yang bersangkutan.
2. Prosedur Standar Menerima Rujukan Pasien
a Prosedur Klinis
1) Segera menerima dan melakukan stabilisasi pasien rujukan.
2) Setelah stabil, meneruskan pasien keruang perawatan efektif untuk
perawatan selanjutnya atau meneruskan ke sarana kesehatan yang
lebih mampu untuk dirujuk lanjut.
3) Melakukan monitoring dan evaluasi kemajuan klinis pasien.
b Prosedur Administratif
1) Menerima, meneliti dan menandatangani surat rujukan pasien yang
telah diterima untuk ditempelkan di kartu status pasien.
26
2) Apabila pasien tersebut dapat menerima kemudian membuat tanda
terima pasien sesuai aturan masing-masing sarana.
3) Mengisi hasil pemeriksaan dan pengobatan serta perawatan pada kartu
cacatan medis dan diteruskan ke tempat perawatan selanjutnya sesuai
kondisi pasien.
4) Membuat inform consent.
5) Segera memberikan informasi tentang keputusan tindakan/ perawatan
yang akan dilakukan kepada petugas dan keluarga pasien yang
mengantar.
6) Apabila tidak sanggup menangani merujuk ke RSU yang lebih mampu
dengan membuat surat rujukan rangkap 2.
7) Mencatat identitas pasien.
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Rujukan Pelayanan
Kesehatan
Andersen mendeskripsikan model sistem kesehatan merupakan suatu
model kepercayaan kesehatan yang disebut sebagai model perilaku pemanfaatan
pelayanan kesehatan (behavioral model of health service utilization). Andersen
mengelompokkan faktor determinan dalam pelayanan kesehatan ke dalam 3
kategori utama, yaitu : 1) karakteristik predisposisi, 2) karakteristik kemampuan,
dan 3)karakteristik kebutuhan.
1. Karakteristik Predisposisi (Predisposising Characteristics)
Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap individu
mempunyai kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-
27
beda. Hal ini disebabkan karena adanya cirri-ciri individu yang digolongkan
dalam 3 kelompok, yaitu :
a. Ciri-ciri demografi, seperti : jenis kelamin, umur, dan status perkawinan
b. Struktur sosial, seperti : tingkat pendidikan, pekerjaan, hobi, ras, agama, dan
sebagainya
c. Kepercayaan kesehatan (health belief), seperti keyakinan bahwa pelayanan
kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit.
2. Karakteristik Kemampuan (Enabling Characteristics)
Karakteristik kemampuan (enabling characteristics) adalah sebagai keadaan
atau kondisi yang membuat seseorang mampu untuk melakukan tindakan untuk
memenuhi kebutuhannya terhadap pelayanan kesehatan. Andersen
membaginya ke dalam 2 golongan, yaitu :
a. Sumber daya keluarga
Yang termasuk sumber daya keluarga adalah penghasilan keluarga,
keikutsertaan dalam asuransi kesehatan, kemampuan membeli jasa
pelayanan kesehatan, dan pengetahuan tentang informasi pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan.
b. Sumber daya masyarakat
Yang termasuk sumber daya masyarakat adalah jumlah sarana pelayanan
kesehatan yang ada, jumlah tenaga kesehatan yang tersedia dalam wilayah
tersebut, rasio penduduk terhadap tenaga kesehatan, dan lokasi pemukiman
penduduk. Asumsi Andersen adalah semakin banyak sarana dan jumlah
28
tenaga kesehatan maka tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan suatu
masyarakat akan semakin bertambah.
3. Karakteristik Kebutuhan (Need Characteristics)
Karakteristik kebutuhan, dalam hal ini merupakan komponen yang paling
langsung berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Andersen
menggunakan istilah kesakitan untuk mewakili kebutuhan pelayanan
kesehatan. Penilaian terhadap suatu penyakit merupakan bagian dari faktor
kebutuhan. Penilaian kebutuhan ini dapat dinilai dari dua sumber yaitu :
a. Penilaian individu (Perceived Need)
Merupakan penilaian keadaan kesehatan yang dirasakan oleh individu,
besarnya ketakutan terhadap penyakit dan hebatnya rasa sakit yang di
derita.
b. Penilaian klinik (evaluated Need)
Merupakan penilaian beratnya penyakit oleh dokter yang merawatnya. Hal
ini tercermin antara lain dari hasil pemeriksaan dan penentuan diagnosis
penyakit oleh dokter.
Zschock menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi
seseorang menggunakan pelayanan kesehatan, yaitu :
1) Status Kesehatan, Pendapatan, Pendidikan
Faktor status kesehatan mempunyai hubungan yang erat dengan
penggunaaan pelayanan kesehatan meskipun tidak selalu demikian
fenomenanya. Artinya makin tinggi status kesehatan, maka ada
kecenderungan orang tersebut banyak menggunakan pelayanan
29
kesehatan. Tingkat pendapatan seseorang yang tidak memiliki
pendapatan dan biaya yang cukup akan sangat sulit mendapatkan
pelayanan kesehatan meskipun dia sangat membutuhkan pelayanan
tersebut. Akibatnya adalah tidak terdapatnya kesesuaian antara
kebutuhan dan permintaan (demand) terhadap pelayanan kesehatan.
Disamping itu, tingkat pendidikan seseorang juga akan mempengaruhi
tingkat utilisasi pelayanan kesehatan. Biasanya orang dengan tingkat
pendidikan formal yang lebih tinggi akan mempunyai tingkat
pengetahuan akan informasi tentang layanan kesehatan yang lebih baik
dan pada akhirnya akan mempengaruhi status kesehatan seseorang.
2) Faktor Konsumen dan Pemberi Pelayanan Kesehatan
Provider sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan mempunyai peranan
yang lebih besar dalam menentukan tingkat dan jenis pelayanan yang
akan dikonsumsi bila dibandingkan dengan konsumen sebagai pembeli
jasa pelayanan. Hal ini sangat menguntungkan provider melakukan
pemeriksaan dan tindakan yang sebenarnya tidak diperlukan bagi pasien.
Pada beberapa daerah yang sudah maju dan sarana pelayanan kesehatan
yang banyak, masyarakat dapat menentukan pilihan terhadap provider
yang sesuai dengan keinginan konsumen/pasien. Tetapi bagi masyarakat
dengan sarana dan fasilitas kesehatan yang terbatas maka tidak ada
pilihan kecuali menyerahkan semua keputusan tersebut kepada provider
yang ada.
30
3) Kemampuan dan Penerimaan Pelayanan Kesehatan
Kemampuan membayar pelayanan kesehatan berhubungan erat dengan
tingkat pelayanan kesehatan. Pihak ketiga (perusahaan asuransi) pada
umumnya cenderung membayar pembiayaan kesehatan tertanggung
lebih besar
4) Resiko Sakit dan Lingkungan
Faktor resiko dan lingkungan juga mempengaruhi tingkat utilisasi
pelayanan kesehatan seseorang. Resiko sakit tidak akan pernah sama
pada setiap individu dan datangnya penyakit tidak terduga pada masing-
masing individu. Disamping itu, faktor lingkungan sangat
mempengaruhi status kesehatan individu maupun masyarakat.
Lingkungan hidup yang memenuhi persyarakan kesehatan memberikon
resiko sakit yang lebih rendah kepada individu dan masyarakat.
Model Andersen dan Anderson, menggolongkan model yang dilakukan
dalam penelitian utilitasi pelayanan kesehatan dalam 7 kategori
berdasarkan tipe variabel yang digunakan sebagai faktor yang
menentukan dalam utilisasi pelayanan kesehatan yaitu :
a) Model Demografi (Demographic Model)
Pada model ini, variabel-variabel yang dipakai adalah umur, seks,
status perkawinan, dan besarnya keluarga. Variabel ini digunakan
sebagai ukuran atau indikator yang mempengaruhi utilisasi pelayanan
kesehatan.
31
b) Model Struktur Sosial (Social Structural Model)
Di dalam model ini, variabel yang dipakai adalah pendidikan,
pekerjaan, dan etnis. Variabel ini mencerminkan status sosial dari
individu atau keluarga dalam masyarakat, yang juga dapat
menggambarkan tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh
masyarakat itu sendiri.
c) Model Sosial Psikologis (Social Psychological Model)
Dalam model ini, variabel yang dipakai adalah pengetahuan, sikap,
dan keyakinan individu dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Variabel psikologi ini mempengaruhi individu untuk mengambil
keputusan dan bertindak dalam menggunakan pelayanan kesehatan
yang tersedia.
d) Model Sumber Keluarga (Family Resource Model)
Dalam model ini variabel yang dipakai adalah pendapatan keluarga
dan cakupan asuransi kesehatan. Variabel ini dapat mengukur
kesanggupan dari individu atau keluarga untuk memperoleh
pelayanan kesehatan. Makin komprehensif paket asuransi yang
sanggup individu beli, makin menjamin pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dapat dikonsumsi oleh individu.
e) Model Sumber daya Masyarakat (Community Resource Model)
Pada model ini variabel yang digunakan adalah penyediaan
pelayanan kesehatan dan sumber-sumber di dalam masyarakat. Pada
dasarnya model sumber daya masyarakat ini adalah suplai ekonomis
32
yang berfokus pada ketersediaan sumber kesehatan pada masyarakat.
Artinya, makin banyak PPK yang tersedia makin tinggi aksesibilitas
masyarakat untuk menggunakan pelayanan kesehatan.
f) Model Organisasi (Organization Model)
Pada model ini variabel yang digunakan adalah pencerminan
perbedaan bentuk-bentuk sistem pelayanan kesehatan. Biasanya
variabel yang digunakan adalah :
1. Gaya praktek pengobatan (sendiri, rekanan, atau kelompok)
2. Sifat alamiah dari pelayanan tersebut (membayar langsung atau
tidak)
3. Lokasi pelayanan kesehatan (pribadi, rumah sakit, atau klinik)
4. Petugas dari pelayanan kesehatan yang pertama kali dikontak oleh
pasien (dokter, perawat, atau yang lainnya)
g) Model Sistem Kesehatan
Model ini mengintegrasikan keenam model di atas ke dalam suatu
model yang lebih sempurna, sehingga apabila dilakukan analisa
terhadap penyediaan dan utilisasi pelayanan kesehatan harus
dipertimbangkan semua faktor yang berpengaruh didalamnya.(16)
2.2.2. Puskesmas
1. Defenisi Puskesmas
Menurut Permenkes Nomor 75 Tahun 2014, puskesmas adalah Pusat
Kesehatan Masyarakat sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan
33
tingkat pertama memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional,
khususnya subsistem upaya kesehatan. (1)
Menurut Permenkes RI No. 44 Tahun 2016, Puskesmas merupakan Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dinas kesehatan kabupaten/kota, sehingga
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, akan mengacu pada kebijakan
pembangunan kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bersangkutan, yang
tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan
Rencana Lima Tahunan dinas kesehatan kabupaten/kota.(19)
Puskesmas berkewajiban menyelenggarakan pelayanan tingkat pertama
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi:
b. Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi
(private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan
kesehatan perseorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Pelayanan perseorangan tersebut adalah rawat jalan dan
untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap;
c. Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik
(public goods) dengan tujuan utama untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut
antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan
lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga
berencana, serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya. (1)
34
Jika ditinjau dari sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, maka peranan
dan kedudukan puskesmas adalah sebagai ujung tombak sistem pelayanan
kesehatan di Indonesia. Ini disebabkan karena peranan dan kedudukan
puskesmasdi Indonesia adalah amat unik. Sebagai sarana pelayanan kesehatan
terdepan di Indonesia, makapuskesmas kecuali bertanggung jawab dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat, juga bertanggung jawab
dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran (20).
2. Wilayah Kerja Puskesmas
Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan
keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan
wilayah kerja Puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah
Tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja Puskesmas ditetapkan oleh Bupati
atau Walikota, dengan saran teknis dari kepala Dinas Kesehatan Kabupaten /
Kota. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000
penduduk setiap Puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan
maka Puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih
sederhana yang disebut Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Puskesmas
di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih
merupakan “Puskesmas Pembina” yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi
Puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.
35
3. Fungsi Puskesmas
Menurut Permenkes No.75 tahun 2014 tentang puskesmas, dalam
melaksanakan tugasnya yaitu melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung
terwujudnya kecamatan sehat, puskesmas menyelenggarakan fungsi :
1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya, yaitu :
a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, reduksi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sector terkait
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu,
dan cakupan pelayanan kesehatan
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan
penyakit.
36
2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya, yaitu :
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan, dan bermutu.
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif
c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat.
d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan
dan keselamatan pasien, petugas, dan pengunjung.
e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan
kerja sama inter dan antar profesi.
f. Melaksanakan rekam medis
g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses
pelayanan kesehatan.
h. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan
i. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya.
j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem
rujukan.
4. Pelayanan Puskesmas
Pelayanan puskesmas dibagi menjadi dua, yaitu puskesmas rawat jalan
dan puskesmas rawat inap.
37
a. Pelayanan rawat jalan
Rawat Jalan merupakan salah satu unit kerja di puskesmas yang melayani
pasien yang berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam pelayanan, termasuk
seluruh prosedur diagnostik dan terapeutik. Pada waktu yang akan datang,
rawat jalan merupakan bagian terbesar dari pelayanan kesehatan di Puskesmas.
b. Pelayanan rawat inap
Puskesmas rawat inap adalah puskesmas yang diberi tambahan ruangan dan
fasilitas untuk menolong pasien gawat darurat, baik berupa tindakan operatif
terbatas maupun asuhan keperawatan sementara dengan kapasitas kurang lebih
10 tempat tidur.Rawat inap itu sendiri berfungsi sebagai rujukan antara yang
melayani pasien sebelum dirujuk ke institusi rujukan yang lebih mampu, atau
dipulangkan kembali ke rumah.Kemudian mendapat asuhan perawatan tindak
lanjut oleh petugas perawat kesehatan masyarakat dari puskesmas yang
bersangkutan di rumah pasien.
5. Konsep Gatekeeper
Konsep Gatekeeper menurut Panduan Praktis Gatekeeper Concept
Fasilitas kesehatan BPJS Kesehatan adalah konsep sistem pelayanan kesehatan
dimana fasilitas kesehatan tingkat pertama yang berperan sebagai pemberi
pelayanan kesehatan dasar berfungsi optimal sesuai standar kompetensinya dan
memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan medik. Puskesmas
sebagai gatekeeper berfungsi sebagai kontak pertama pasien, penapis rujukan
serta kendali mutu dan biaya.
38
Fasilitas kesehatan tingkat pertama yang berfungsi optimal sebagai
gatekeeper biasanya akan memberikan iuran kualitas kesehatan yang lebih baik
kepada peserta, akan mengurangi beban negara dalam pembiayaan kesehatan
karena mampu menurunkan angka kesakitan dan mengurangi kunjungan ke
fasilitas kesehatan tingkat lanjutan serta terdistribusi lebih besar dibandingkan
dengan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan sehingga akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan lebih tinggi.
Puskesmas memiliki empat fungsi pokok sebagai gatekeeper yaitu :
1. Kontak pertama pelayanan (First Contact)
Fasilitas kesehatan tingkat pertama merupakan tempat pertama yang
dikunjungi peserta setiap kali mendapat masalah kesehatan.
2. Pelayanan berkelanjutan (Continuity)
Hubungan fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan peserta dapat
berlangsung secara berkelanjutan/kontinyu sehingga penanganan penyakit
dapat berjalan optimal.
3. Pelayanan paripurna (Comprehensiveness)
Fasilitas kesehatan tingkat pertama memberikan pelayanan yang komprehensif
terutama untuk pelayanan promotif dan preventif.
4. Koordinasi pelayanan (Coordination)
Fasilitas kesehatan tingkat pertama melakukan koordinasi pelayanan dengan
penyelenggara kesehatan lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada peserta sesuai kebutuhannya (Gatekeeper Concept BPJS Kesehatan).
Menurut penelitian Suhartati (2015) dapat diketahui bahwa pemahaman
39
Puskesmas 5 Ilir dan Puskesmas Merdeka sebagai gatekeeper sudah cukup
baik dimana puskesmas sebagai kontak pertama dalam memberikan pelayanan
kepada pasien, puskesmas sebagai pemberi pelayanan berkelanjutan dengan
melakukan control ulang pada pasien, puskesmas sebagai pelayanan yang
paripurna memberikan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif,
dan puskesmas sebagai koordinasi pelayanan dengan melakukan koordinasi
antar FKTP, FKTL maupun dinas kesehatan. Hal tersebut sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ali (2014) bahwa pemahaman petugas
puskesmas sebagi pintu masuk atau penapis rujukan (gatekeeper) di kota
Ternate cukup baik. (13)
6. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan dan
tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga non
kesehatan berdasarkan analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah
pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya,
karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja
(Permenkes, 2014).
Jenis tenaga kesehatan di puskesmas paling sedikit terdiri atas :
1. dokter atau dokter layanan primer;
2. dokter gigi;
3. perawat;
4. bidan;
40
5. tenaga kesehatan masyarakat;
6. tenaga kesehatan lingkungan;
7. ahli teknologi laboratorium medik;
8. tenaga gizi; dan
9. tenaga kefarmasian;
Tenaga non kesehatan di puskesmas harus dapat mendukung kegiatan
ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional
lain di Puskesmas.
7. Ketersediaan Obat
Berdasarkan Permenkes No. 28 tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan
Program Jaminan Kesehatan Nasional, pengadaan obat-obatan terutama untuk
obat peserta JKN tidak terpisah dengan obat-obatan lain. Berdasarkan petunjuk
teknik JKN ketersediaan obat di puskesmas harus selalu tersedia, karena dana
kapitasi yang dibayarkan ke puskesmas 20% di dalamnya sudah termasuk biaya
pembelian obat-obatan sehingga pasien atau peserta program JKN tidak bisa
dibebankan lagi untuk membeli obat. Pelayanan obat untuk peserta JKN di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dilakukan oleh apoteker.
Pelayanan obat untuk peserta JKN pada fasilitas kesehatan mengacu pada
daftar obat sesuai dengan standar Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/523/2015 Tentang Formularium Nasional
dan harga obat yang tercantum dalam e-katalog obat. Obat-obatan tersebut
diajukan oleh tiap Puskesmas ke Dinas Kesehatan berdasarkan pola konsumsi di
masing-masing Puskesmas. Penggunaan obat di luar dari Formularium nasional
41
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dapat digunakan apabila sesuai
dengan indikasi medis dan sesuai dengan standar pelayanan kedokteran.
8. Ketersediaan Sarana dan Fasilitas Kesehatan
Sarana dan fasilitas yang ada di pelayanan kesehatan menjadi salah satu
faktor penting dalam mendukung terselenggaranya pelayanan yang berkualitas
bagi masyarakat. Peralatan kesehatan di puskesmas harus sesuai dengan
Kemenkes No.118/Menkes/SK/IV/2014 Tentang Kompedium Alat Kesehatan,
serta memenuhi persyaratan: (a) standar mutu, keamanan, keselamatan; (b)
memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dan (c) diuji
dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan pengkalibrasi yang
berwenang. (21)
2.2.3. Jaminan Kesehatan Nasional
Kata “Jaminan” secara bahasa dapat diartikan asuransi (insurance),
peyakinan (assurance), janji (promise), dan dapat berarti pengamanan (security)
kata Jaminan yang berarti asuransi di Indonesia berakar dari proses pengumpulan
dana bersama untuk kepentingan bersama yang memiliki arti transfer resiko (22).
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia
merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Berdasarkan UU
No. 40 Tahun 2004, Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan melalui
mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib (mandatory). Seluruh
penduduk di Indonesia wajib menjadi peserta dalam program JKN. Peserta adalah
setiap orang, termasuk orang asing (WNA) yang bekerja paling singkat 6 (enam)
bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran (UU No. 24 Tahun 2011). Dengan
42
tujuan agar seluruh penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi,
sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang
layak.
2.2.4. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Berdasarkan Undang-Undang RI No 24 Tahun 2011 tentang BPJS, Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum publik yang dibentuk
untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS terdiri dari BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Jenis Jaminan Sosial yang dibawahi oleh
BPJS Kesehatan yaitu Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan
Hari Tua, Jaminan Pasien, dan Jaminan Kematian.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 tahun 2014 tentang
Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, peserta BPJS
Kesehatan dalam memperoleh pelayanan kesehatan harus sesuai dengan indikasi
medis. Fasilitas kesehatan tingkat pertama dalam pelayanan peserta BPJS
Kesehatan lebih berfokus kepada pelayanan rujukan, pelayanan medis primer,
atau dasar dan pelayanan rawat inap bagi fasilitas kesehatan yang memiliki sarana
rawat inap.
Peserta BPJS kesehatan ada 2 (dua) kelompok, yaitu :
1. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI)
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI) adalah peserta Jaminan
Kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu yang iurannya dibayari
pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan. Peserta PBI adalah
43
fakir miskin yang ditetapkan pemerintah dan diatur melalui peraturan
pemerintah.
2. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI)
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI) yaitu masyarakat
secara umum yang mampu membayar iuran bulanan. Setiap peserta BPJS
Kesehatan mendapatkan kesehatan untuk pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan sistem JKN.
2.3. Landasan Teori
Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab
pelayanan kesehatan secara timbal balik vertikal maupun horizontal yang wajib
dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial dan
seluruh fasilitas kesehatan. Konsep rujukan dimaksudkan agar setiap peserta
jaminan kesehatan memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat
keahlian dan sarana kesehatan yang diperlukan.
BPJS kesehatan sebagai lembaga jaminan kesehatan nasional membagi
kelompok diagnosis menjadi dua yaitu kasus spesialistik dan kasus non-
spesialistik. Kasus non-spesialistik merupakan diagnosis penyakit yang masih
dapat ditangani oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama. Namun, kondisi saat ini
yang terjadi yaitu kasus rujukan ke layanan sekunder (fasilitas kesehatan tingkat
kedua) untuk kasus-kasus yang seharusnya dapat dituntaskan di layanan primer
(fasilitas kesehatan tingkat pertama) masih cukup tinggi. Berbagai faktor
mempengaruhi diantaranya konsep gatekeeper, kompetensi tenaga kesehatan
44
(sumber daya manusia), ketersediaan obat, serta sarana dan fasilitas kesehatan
yang belum mendukung (6).
2.4. Kerangka Pikir
Dari landasan teori yang dipaparkan di atas, maka penelitian ini fokus
pada sistem rujukan di wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi.
Ketersediaan
Obat Fasilitas &
Sarana Sumber Daya
Manusia (SDM)
Gatekeeper
Faskes Tingkat Pertama
Pemeriksaan
Perlu pemeriksaan lanjutan
Rujukan
Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
Gambar 2.2. Kerangka Pikir Penelitian
45
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau
deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif, dengan metode wawancara semi
terstruktur yaitu jenis wawancara yang sudah termasuk kategori indepth interview
yang direkam menggunakan tape recorder dimana dalam pelaksanaannya lebih
bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur (23).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Padangmatinggi Kota
Padangsidimpuan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 2 bulan di mulai bulan Agustus
2019 sampai bulan Oktober Tahun 2019 dengan tahapan, mengumpulkan data,
pengolahan data, validasi data, analisis data, dan penyusunan akhir tesis.
3.3. Sumber Informasi (Informan)
Penentuan sampel atau informan dalam penelitian kualitatif dilakukan saat
peneliti mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung (emergent
sampling design) dengan cara dipilih secara purposive sampling yaitu peneliti
memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang
46
46
diperlukan. Sampel sebagai sumber data atau sebagai informan sebaiknya yang
memenuhi kriteria sebagai berikut.
1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi,
sehingga sesuatu itu bukan sekadar diketahui, tetapi juga dihayatinya
2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada
kegiatan yang diteliti
3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk diminta informasi
4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya”
sendiri
5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga
lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber (24).
Berdasarkan kriteria tersebut, ditetapkan sebagai informan dalam
penelitian ini adalah :
1. Informan kunci (key informan) yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki
informasi pokok yang dimiliki. Adapun informan kunci dalam penelitian ini
adalah kepala puskesmas padangmatinggi
2. Informan utama yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi social.
Adapun informsan utama dalam penelitian ini adalah :
1) Dokter
2) Pengelola Obat
3) Pegawai Tata Usaha
4) Bidan
5) Perawat
6) Pasien Rujukan PBI dan NON PBI
47
47
3.4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai
sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dilakukan pada
setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen,
disekolah dengan tenaga pendidikan dan kependidikan, di rumah dengan berbagai
responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain. Bila dilihat dari
sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan
sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain,
atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik
pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan
observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi
dan gabungan keempatnya.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah :
1) Wawancara mendalam (indepth interview)
Wawancara mendalam terhadap informan dengan berpedoman pada
pedoman wawancara yang telah disiapkan seputar pelaksanaan rujukan
rawat jalan tingkat pertama peserta program BPJS Kesehatan di
puskesmas Padangmatinggi Kota Padangsidimpuan. Pada
pelaksanaannya daftar pertanyaan bisa berkembang sesuai dengan
keadaan yang terjadi.
48
48
2) Studi Dokumentasi
Hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih kredibel /
dapat dipercaya kalau didukung oleh studi dokumentasi. Pengumpulan
data yang dilakukan mengumpulkan sumber-sumber data, dokumen,
laporan, profil, dan arsip-arsip lain yang ada hubungannya dengan
rujukan rawat jalan di puskesmas Padangmatinggi Kota
Padangsidimpuan (25).
3.5. Validasi Data
Dalam penelitian ini, untuk memeriksa keabsahan data yang diperoleh,
peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi yang digunakan peneliti
yaitu triangulasi sumber, metode, dan data.
Triangulasi sumber dilakukan yaitu dengan membandingkan informasi
yang diperoleh dari informan yang berbeda yakni dokter puskesmas, staf
puskesmas, dan kepala puskesmas untuk melakukan cross check terhadap kondisi
yang sebenarnya. Triangulasi metode yang dilakukan yaitu dengan menggunakan
metode yang berbeda pada saat pengumpulan data melalui wawancara mendalam
dan telaah dokumen. Triangulasi data yang dilakukan yaitu dengan membuat
transkrip hasil dari wawancara mendalam kemudian hasil transkrip tersebut
dijadikan sebagai suatu bahan dalam pembuatan matriks atau rangkuman
wawancara mendalam. Matriks tersebut selanjutnya akan dicross check ulang
kepada informan agar data dan informasi yang diperoleh lebih abash (25).
49
49
3.6. Defenisi Operasional
Variabel Defenisi Operasional Cara Ukur
Sistem rujukan Penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas dan
tanggungjawab pelayanan
kesehatan secara timbal balik
baik vertikal maupun
horizontal
Wawancara mendalam
Sumber daya manusia Petugas kesehatan yang berperan
dalam pemberian rujukan online
Wawancara mendalam
Gatekeeper Pengetahuan petugas maupun
pasien tentang fungsi puskesmas
sebagai kontak pertama dan
penampis rujukan
Wawancara mendalam
Fasilitas dan sarana Merupakan alat kesehatan untuk
menunjang pelayanan kesehatan
tingkat pertama di puskesmas
Wawancara mendalam
Ketersediaan Obat Merupakan ketersediaan obat-
obatan di Puskesmas sesuai
dengan Formularium Nasional
Wawancara mendalam
3.7. Metode Analisa Data
Analisis data kualitatif dilakukan secara bersamaan dengan proses
pengumpulan data berlangsung, artinya kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan juga
selama dan sesudah pengumpulan data.
Terdapat tiga tahapan dalam menganalisis data, yaitu :
1. Reduksi data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, makin lama
peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan makin banyak, kompleks, dan rumit.
Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi
50
50
data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan
demikiandata yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan
elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek
tertentu.
Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan
kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang
masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau
orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan
berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan
pengembangan teori yang signifikan.
2. Penyajian data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif.
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami
apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami tersebut. Selanjutnya disarankan, dalam melakukan display data, selain
dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matriks, network (jejaring
51
51
kerja) dan chart. Bentuk-bentuk ini menghubungkan informasi yang tersusun,
sehingga memudahkan untuk melihat apa yang terjadi, dan penarikan kesimpulan.
3. Penarikan kesimpulan
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan
dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, di dukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga
tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah
dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah
penelitian berada di lapangan.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi
atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap
sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau
interaktif, hipotesis atau teori (26).
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Gambaran Puskesmas Padangmatinggi
1. Keadaan Geografi
Puskesmas Padangmatinggi merupakan Puskesmas non-perawatan yang
terletak di Padangmatinggi kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota
Padangsidimpuan, Provinsi Sumatra Utara.
Luas wilayah kecamatan Padangsidimpuan Selatan ± 843.06 Ha terdiri
dari 12 kelurahan. Wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi terdiri dari 8
kelurahan dengan 39 lingkungan, yang berbatasan dengan :
- Sebelah Utara berbatasan dengan : Kecamatan Padangsidimpuan Utara
- Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara
- Sebelah Barat berbatasan dengan : Kecamatan Angkola Selatan
- Sebelah Timur berbatasan dengan : Kecamatan Batunadua
2. Keadaan Kependudukan (Demografi)
Tabel 4.1. Data kependudukan Kecamatan Padangsidimpuan Selatan No Desa / Kelurahan Jumlah
KK Jumlah Penduduk
Laki-Laki Perempuan Total
1 Aek Tampang 2.188 4.596 4.796 9.392 2 Padangmatinggi 1.293 3.065 2.949 6.014 3 Silandit 855 1.971 2.368 4.339 4 Wek V 1.928 4.100 4.276 8.376 5 Sitamiang 748 1.636 1.662 3.298 6 Losung 1.304 2.770 2.806 5.616 7 Padangmatinggi Lestari 663 1.544 1.678 3.222 8 Sitamiang Baru 1.116 2.448 2.379 4.827
Jumlah 10.095 22.170 22.914 45.084
53
53
Tabel 4.2. Data Luas Wilayah ( Km2) Kecamatan Padangsidimpuan Selatan
No Desa / Kelurahan Jumlah
Lingkungan /
Desa
Jumlah KK Luas Wilayah
(Km2)
1 Aek Tampang 9 2188 1,75
2 Padangmatinggi 3 1293 0,86
3 Silandit 3 855 3,29
4 Wek V 9 1928 0,54
5 Sitamiang 4 748 0,42
6 Losung 5 1304 1,55
7 Padangmatinggi
Lestari
2 663 0,62
8 Sitamiang Baru 4 1116 1,48
Jumlah 39 10.095 10,51
3. Sosial Budaya
Jenis pekerjaan dari masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Padangmatinggi sebagian besar adalah wiraswasta 55%, buruh 25%, dan pegawai
20 %.Adapun tingkat pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi
sebagian besar tamatan SLTP dan tamatan SLTA.
4. Sarana Kesehatan
Puskesmas Padangmatinggi merupakan puskesmas dengan fasilitas rawat
jalan dan Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang beroperasi selama 24 jam.Di
wilayah Puskesmas Padangmatinggi terdapat beberapa jenis sarana kesehatan
yang diharapkan dapat meningkatkan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat
yang ada di wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi.
54
54
5. Ketenagaan
Tabel 4.3. Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Padangmatinggi
No Tenaga Kesehatan Jumlah Keterangan
1 Dokter Umum 4 PNS
2 Dokter Gigi 1 PNS 3 Perawat 24 PNS
4 SKM 6 PNS
5 Bidan 41 PNS
6 Ahli Gizi 1 PNS 7 Analis Kesehatan 1 PNS 8 Farmasi 1 PNS 9 Perawat Gigi 1 PNS 10 Administrasi 1 PNS
Jumlah 77
4.1.2. Visi dan Misi Puskesmas Padangmatinggi
Kebijakan pembangunan kesehatan sekarang ini adalah paradigma sehat
yaitu paradigma pembangunan kesehatan yang lebih mengutamakan upaya-upaya
promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Paradigma sehat itu merupakan modal pembangunan kesehatan yang dalam
jangka panjang yang akan mampu mendorong masyarakat untuk bersikap dan
bertindak mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri yaitu melalui
kesadaran terhadap pentingnya upaya-upaya kesehatan yang bersifat promotif dan
preventif.
Puskesmas Padangmatinggi memiliki visi “Mewujudkan masyarakat yang
sehat produktif dan mandiri”. Adapun misi dari Puskesmas Padangmatinggi yaitu:
1. Meningkatkan kualitas SDM yang profesional
2. Meningkatkan ketersediaan sarana, peralatan, dan perbekalan kesehatan
3. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau
55
55
4. Mendorong kemandirian masyarakat untuk berprilaku hidup bersih dan sehat
serta meningkatkan peran aktif masyarakat dalam upaya kesehatan
5. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektoral
6. Meningkatkan sistem informasi kesehatan Puskesmas
4.2. Karakteristik Informan
Informan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang yang terdiri dari kepala
puskesmas, dokter umum, dokter gigi, pegawai tata usaha, bidan, pengelola obat,
pengelola rujukan, serta pasien peserta JKN di Puskesmas Padangmatinggi.
Karakteristik Informan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4. Karakteristik Informan
No Jabatan Pendidikan Umur
1 Kepala Puskesmas S2 50
2 Dokter Umum S1 34
3 Dokter Gigi S1 32
4 PegawaiTata Usaha D3 38
5 Bidan Puskesmas D3 35
6 Pengelola Obat D3 30
7 Perawat S1 31
8 Pasien SMA 58
9 Pasien S1 26
10 Pasien SMA 42
4.3. Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Puskesmas Padangmatinggi
Pelaksanaan rujukan rawat jalan merupakan pelimpahan tugas oleh
puskesmas ke tingkat lanjutan dikarenakan ketidaksanggupan puskesmas
menangani pasien. Pelaksanaan rujukan dalam era JKN dilaksanakan secara
berjenjang. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan
56
56
medis tingkat primer maka akan menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat
pelayanan sekunder.
Sesuai Permenkes Nomor 001 tahun 2012 tentang sistem rujukan
berjenjang, pasien tidak berhak meminta rujukan tetapi harus berdasarkan
diagnosa penyakit atau indikasi medis dari dokter pemeriksa, sesuai permenkes
tentang sistem rujukan apabila rujukan bukan berdasarkan indikasi medis dan
masih terdapat dalam 155 diagnosa berarti rumah sakit akan menolak pasien.
Berikut adalah kutipan dari wawancara dengan informan mengenai
pelaksanaan rujukan rawatjalan:
“Ya udah bagus menurut saya. Memberikan rujukan itu kan
harus sesuai dengan penyakitnya kan. Kalau perlu dirujuk, ya
kita rujuk. Kalau kita bisa tangani disini ya kita tangani, kalau
gak bisa ya kita rujuk, kayak gak ada alat, obat itu tadi ya kita
rujuk. Ada juga pasien yang minta rujuk sendiri. Ya kalau itu kita
berusaha buat nangani disini, tapi kalau gak mau juga yaudah
kita rujuk. Karna disini pun sampe mukul-mukul meja, mukul-
mukul dinding. Ada itu yang kayak gitu.”(informan1)
“lancar-lancar aja. Udah baik, tenaga kesehatannya udah cukup.
Fasilitasnya udah lumayan lah ya. Udah baik, yang bisa
ditangani disini ya di tangani, kalau gak bisa ya di rujuk. Yang
penting dia masih di wilayah kerja puskesmas padangmatinggi,
udah itu aja. Kalau dokternya, udah punya orang itu selembaran
daftar penyakitnya, udah ada itu di meja orang itu.”(informan 4)
Berdasarkan kutipan informan diatas, dapat diketahui bahwa sistem
rujukan di puskesmas berjalan sesuai prosedur. Petugas di Puskesmas
Padangmatinggi berusaha untuk menangani pasien, tetapi jika puskesmas tidak
dapatmenangani pasien tersebut dikarenakan keterbatasan puskesmas baik dari
alat maupun obat-obatan maka puskesmas akan merujuk ke rumah sakit.
57
57
“Tau, mereka harus penduduk sini, punya kartu BPJS, KIS,
ASKES, iya yang dalam JKN. Kalau tidak bisa ditangani
makanya dirujuk, tapi kalau bisa ya nggak dirujuk lah. Memang
ada rujukan permintaan sendiri, makanya kita jelaskan lah sama
pasien. Kadang maksa orang itu jadi dikasi aja.” (informan7)
“Ya kita periksalah pasiennya, kalau kita masih bisa layani disini
kita layani. Kita jelaskan dulu sama pasiennya, kalau masih bisa
ditangani disini. Tapi kalau pasien ini masih bertekak, sampe
banting-banting pintu. Ya kita kasi lah. Itu gak tau BPJS itu,
Taunya puskesmas gak boleh ngerujuk kayak gitu, tapi kalau kita
yang jadi korbannya gimana? Harusnya rumah sakit lah yang
menggiring, kalau udah sampe sana, kalau bukan kompetensi
orang itu harusnya di tolak. Kan harusnya seperti itu, buktinya
gak pernah ada yang balik.” (informan2)
Kutipan diatas menyatakan bahwa petugas mengetahui syarat rujukan dan
petugas juga mengetahui daftar penyakit yang harus ditangani di puskesmas.
Namun banyaknya rujukan atas permintaan sendiri dari pasien mengakibatkan
angka rujukan di Puskesmas Padangmatinggi tinggi. Banyak pasien yang datang
ke puskesmas memaksa untuk meminta rujuk meskipun sudah diberi pengarahan
oleh petugas.Bahkan pasien memaksa hingga membuat keributan.
Menurut pernyataan informan banyaknya pasien yang meminta rujuk
diakibatkan kurangnya sosialisasi BPJS terhadap masyarakat. Informan juga
mengatakan setiap pasien yang di rujuk atas permintaan sendiri tidak ada yang
ditolak oleh pihak rumah sakit, dengan tidak kembalinya pasien untuk ditangani di
puskesmas. Penyebab lain terjadinya rujukan di Puskesmas Padangmatinggi
adalah ketersediaan fasilitas maupun obat-obatan yang kurang memadai.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Firdiah (2017) dimana
pelaksanaan pelayanan rujukan rawat jalan Puskesmas Neglasari sudah
menyesuaikan dengan petunjuk teknis yang telah ada, namun terdapat pasien yang
meminta untuk dirujuk, biasanya dokter akan memberikan penjelasan kepada
58
58
pasien, namun jika pasien tetap ingin dirujuk, dokter akan menambahkan
keterangan “Atas Permintaan Sendiri” pada surat rujukan.
Pelaksanaan rujukan di Puskesmas Padangmatinggi sudah menyesesuaikan
dengan prosedur yang ada, namun masih banyaknya pasien yang meminta rujukan
Atas Permintaan Sendiri (APS) menyebabkan tingginya angka rujukan.Banyaknya
rujukan atas permintaan sendiri dikarenakan pasien kurang percaya terhadap
kemampuan puskesmas.Pasien menganggap puskesmas memiliki keterbatasan
baik dari segi ketersediaan obat-obatan, fasilitas kesehatan, dan kemampuan
tenaga kesehatan.
Sesuai Permenkes Nomor 001 tahun 2012 tentang sistem rujukan
berjenjang, pasien tidak berhak meminta rujukan tetapi harus berdasarkan
diagnosa penyakit atau indikasi medis dari dokter pemeriksa, sesuai permenkes
tentang sistem rujukan apabila di rujuk bukan berdasarkan indikasi medis dan
masih terdapat dalam 155 diagnosa berarti rumah sakit akan menolakpasien.
Menurut alur rujukan pelayanan kesehatan pasien JKN bahwa jika bukan
kasus darurat, maka pasien yang merupakan peserta BPJS harus mengunjungi
fasilitas kesehatan primer terlebih dahulu.Jika fasilitas kesehatan primer tidak
mampu menangani, maka pasien dapat dirujuk ke RS yang lebih tinggi kelasnya.
Dengan demikian, implementasi JKN mengatur bahwa rujukan berjenjang
adalah hal mutlak yang harus dilaksanakan dan dipatuhi. Jika dilaksanakan
dengan benar, maka ini akan membuat jumlah pasien di RS rujukan tertinggi
menjadi berkurang secara kuantitas.
59
59
4.3.1. Ketersediaan Tenaga Kesehatan Puskesmas Padangmatinggi
Dalam menjalankan fungsinya sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama,
puskesmas Padangmatinggi memiliki jumlah tenaga kesehatan yang mencukupi.
Hal tersebut diketahui dari hasil wawancara terhadap beberapa informan di
Puskesmas Padangmatinggi. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan
infroman mengenai ketersediaan tenaga kesehatan :
“Udah cukuplah menurutku.kalau jumlah nya gak tau berapa
yang pastinya udah banyak lah” (Informan 7)
“Tenaga kesehatan di sini sudah banyak, ada sekitar 70an orang.
Udah sesuai sama standart lah. Dokter umum ada 4 disini, bidan
sama perawat juga banyak kali” (Informan 4)
Pada dasarnya jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Padangmatinggi
sudah mencukupi. Namun menurut pandangan beberapa informan lainnya, jumlah
dokter gigi masih kurang.Berikut kutipan dari informan.
“Yaaa, udah cukup lah ya. Di sini ada sekitar 70an lah. Tapi
maunya ditambahin lah dokter giginya 1 lagi. Udah kita mohon
ke Dinkes. Belum ada disini apotekernya, perawat giginya Cuma
1.” (Informan 1)
“Petugas kesehatannya? Udah lebih pun kalo diliat dari
jumlahnya, tapi dokter gigi kurang menurut saya ya. Karna kan
saya kadang juga ke sekolah-sekolah. Kan ada juga ya program
puskesmas ke sekolah, kayak penyuluhan tentang kesehatan mulut
dan gigi. Jadi disini kosong, Cuma ada perawat tapi kadang
pasien ini pun kalo sama perawat gak mau dia berobat.”
(Informan 3)
“Jumlah petugas kesehatan gak tau ntah banyak ntah gak. Pas
mau periksa kurang nyamanlah, agak jutek mukak dokternya,
cuek pulak, kurang ramah lah pokoknya ntah mungkin karna
pasien banyak kali dan cuma sikit orang itu gak tau jugak lah.”
(Informan 10)
60
60
Berdasarkan kutipan informasi di atas, dapat dilihat bahwa petugas
kesehatan di Puskesmas Padangmatinggi sudah mencukupi. Namun kurangnya
dokter gigi menjadi salah satu kendala puskesmas dalam melaksanakan
pelayanannya. Petugas juga sering bertugas di luar puskesmas, sehingga posisinya
diganti sementara oleh petugas lain.
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2004 tentang kesehatan bahwa
tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan
di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan. Keputusan pasien diberikan tindakan pelayanan
rujukan berdasarkan diagnosa yang ditetapkan tenaga medis maupun paramedik di
puskesmas. Puskesmas harus mampu memberikan pelayanan kesehatan dasar,
berfungsi optimal sesuai standar kompetensinya dan standar pelayanan medik.
Puskesmas berfungsi sebagai kontak pertama pasien, penapis rujukan untuk
kendali mutu dan biaya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah tenaga kesehatan di
Puskesmas Padangmatinggi sudah cukup, bahkan berlebih. Tetapi menurut kepala
puskesmas, bagian poli gigi kekurangan dokter gigi dalam menjalankan pelayanan
di Puskesmas Padangmatinggi. Pendapat tersebut juga didukung oleh pernyataan
dokter gigi yang mengatakan kurangnya tenaga kesehatan yaitu dokter gigi di
Puskesmas Padangmatinggi. Menurut dokter gigi di Puskesmas Padangmatinggi,
dokter gigi di puskesmas sering menjalankan pelayanan di luar puskesmas seperti
sekolah-sekolah.
61
61
Selain itu terdapat pendapat dari dokter umum puskesmas Padangmatinggi
yang mengatakan kurangnya tenaga kesehatan karena mereka sering menjalankan
kegiatan di sekolah, seperti Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan juga ada
beberapa dokter sering tidak masuk dikarenakan masih dalam tugas pendidikan S-
2 sehingga pelayanan kesehatan hanya ditangani oleh 1 dokter. Ketersediaan
dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien sangatlah penting
karena merupakan salah satu tugas pokok dokter dalam memberikan pelayanan
kesehatan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 tentang
Puskesmas, standar minimal tenaga kesehatan di puskesmas kawasan perkotaan
adalah :
Tabel 4.5. Jumlah Standar Ketenagaan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama
No Jenis Tenaga Puskesmas Kawasan
Perkotaan Non Rawat
Inap
Puskesmas
Padangmatinggi
1. Dokter Umum 1 4
2. Dokter Gigi 1 1
3. Perawat / Perawat Gigi 5 24 / 1
4. Bidan 4 38
5. Tenaga Kesehatan
Masyarakat
2 5
6. Tenaga Kesehatan
Lingkungan
1 1
7. Ahli Teknologi
Laboratorium Medik
1 -
8. Tenaga Gizi 1 1
9. Tenaga Kefarmasian 1 1
10. Tenaga Administrasi 3 1
Jumlah 20 77
62
62
Dari tabel 4.4 tersebut dapat dilihat bahwa jumlah sumber daya manusia di
Puskesmas Padangmatinggi sudah mencukupi dan melebihi standart yang telah
ditetapkan. Hal ini seharusnya dapat membuat pelayanan kesehatan di Puskesmas
Padangmatinggi menjadi lebih optimal.
Ketersediaan tenaga kesehatan di Puskesmas Padangmatinggi sudah
mencukupi dari segi kuantitas. Namun seringnya petugas melaksanakan tugas di
luar puskesmas, sehingga petugas yang lain menggantikan tugas pegawai yang
tidak ada tersebut. Sehingga petugas tidak melakukan tugasnya sesuai dengan
tupoksinya.
4.3.2. Ketersediaan Obat di Puskesmas Padangmatinggi
Hasil dari penelitian terhadap wawancara dari beberapa informan
menunjukkan ketersediaan obat-obatan di Puskesmas Padangmatinggi hampir
sesuai dengan formularium nasional. Berikut adalah kutipan dari wawancara
peneliti dengan informan mengenai ketersediaan obat.
“Kebutuhannya itu sesuai sama apa yang dokter minta lah, kalau
ada permintaan dari poli, kita minta ke dinas, setiap bulan kita
biasanya buat permohonan. Tapi memang kadang ada
keterlambatan datang dari dinasnya, jadi disini stok kosong.
Kalau gak ada obat yang diresepkan dokter, kita cari yang sama.
Kita Tanya dokter bisa diganti apa enggak. Kami gak bisa
langsung ganti-ganti aja, biasanya kami tanya ke dokternya lagi.
Kadang kitasuruh beli di luar, tapi kalau pasiennya bersedia”
(Informan 6)
Pernyataan di atas didukung oleh informan lain yang mengemukakan :
“Kalau itu sudah hampir sesuai lah, tapi belum lengkap, karna
sering juga stock kosong, karna keterlambatan stock obat.
(Informan 1)
63
63
Berdasarkan hasil wawancara di atas, ketersediaan obat-obatan yang ada di
Puskesmas Padangmatinggi dalam memberikan pelayanan kesehatan sudah
terbilang cukup, pernah terjadi kekosongan obat tetapi jika obat yang dibutuhkan
pasien tidak tersedia maka akan diberikan obat yang sejenis. Namun menurut
salah satu informan menyatakan bahwa obat yang tersedia di Puskesmas
Padangmatinggi masih kurang, hal ini dapat dilihat dari pernyataan informan
sebagai berikut.
“Ada sih obat dikasi, tapi itu lah gak sembuh-sembuh juga batuk
anak saya, makanya saya datang lagi mau minta surat rujukan.
Biar berobat ke rumah sakit aja, biar bisa di cek semuanya, biar
dikasih obat yang lebih bagus.” (Informan 10)
Berdasarkan kutipan dari wawancara di atas, dapat diketahui bahwa obat
yang dibutuhkan pasien belum tersedia di Puskesmas. Berdasarkan hasil observasi
peneliti pada jumlah obat yang terdapat di Puskesmas Padangmatinggi sesuai
dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/523/2015
tentang formularium nasional dari 240 jenis obat yang menjadi standar pelayanan
kesehatan tingkat pertama hanya 153 jenis obat yang dapat dilengkapi oleh
Puskesmas Padangmatinggi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Firdiyah (2017) yang menyatakan
bahwa ketersediaan obat-obatan belum mencukupi di Puskesmas Neglasari Kota
Tangerang.
4.3.3. Ketersediaan Fasilitas dan Sarana Kesehatan di Puskesmas
Padangmatinggi
Sarana dan fasilitas yang ada di pelayanan kesehatan menjadi salah satu
faktor penting dalam mendukung terselenggaranya pelayanan yang berkualitas
bagi masyarakat. Ketersediaan fasilitas dan sarana kesehatan di pelayanan
64
64
kesehatan merupakan faktor penting dalam mencapai penegakan diagnosa dan
mendukung pelayanan yang berkualitas bagi masyarakat. Peralatan kesehatan di
puskesmas harus sesuai dengan Kemenkes No.118/Menkes/SK/IV/2014 Tentang
Kompedium Alat Kesehatan, serta memenuhi persyaratan: (a) standar mutu,
keamanan, keselamatan; (b) memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan
perundang- undangan; dan (c) diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi
penguji dan pengkalibrasi yang berwenang.
Ketersediaan fasilitas dan sarana kesehatan di Puskesmas Padangmatinggi
masih kurang memadai dan tidak sesuai dengan Kemenkes
No.118/Menkes/SK/IV/2014 Tentang Kompedium Alat Kesehatan. Hal tersebut
dapat di lihat dari hasil wawancara terhadap beberapa informan. Berikut adalah
kutipan dari wawancara dengan informan tentang ketersediaan fasilitas dan sarana
kesehatan:
“Masih ada yang kurangnya. Gak semuanya lengkap. Ada juga
alat yang rusak. Ya memang gak sesuai sama standarnya, tapi ya
kita tetap berusaha semampu kita lah.” (informan7)
“Belum sesuai lah, buktinya masih ada alat yang gak ada di
puskesmas. Ya kalau gitu kita rujuk lah, kalau gak ada alatnya.
Contohnya kalau dia sesak napas, disini gak ada oksigen ya kita
rujuk. Masa mau kita pertahankan disini.” (informan 5)
Berdasarkan kutipan diatas dapat diketahui bahwa tidak tersedianya alat
kesehatan di puskesmas mengakibatkan pasien di rujuk ke fasilitas tingkat
lanjutan. Hal tersebut juga di dukung oleh informan lain yang mengemukakan:
“Udah bisa dibilang sesuai lah ya, ada memang beberapa alat
kesehatan yang gak ada. Kita berusaha semampu kita, kalau
memang tidak bisa kita tangani karna keterbatasan kita, ya kita
rujuk.”(informan 4)
65
65
“Masih kurang lah ya, belum lengkap semua, masih belum
sesuai standart lah, alat scaling gigi pun ada, tapi rusak. Jadi
gak bisa bersihkan karang gigi disini. Kalau gak ada alat ya kita
rujuk.” (informan 3)
“Masih adalah ya kurangnya, kayak alat kesehatannya disini
masih banyak yang belum ada. Ada pun nanti udah rusak. Kalau
gak ada alat buat nangani pasien terpaksa lah kita rujuk lah ya.
Itu lah salah satunya yang buat rujukan tinggi ya.” (informan 1)
Berdasarkan kutipan diatas dapat diketahui bahwa ketersediaan fasilitas
dan sarana kesehatan yang belum lengkap di Puskesmas Padangmatinggi
mengakibatkan pasien yang seharusnya ditangani di puskesmas, dirujuk ke
faslilitas tingkat lanjutan. Salah satu penyakit yang dirujuk adalah corpus
alienum, pasien dirujuk dikarenakan puskesmas tidak memiliki otoskop. Hal
tersebut merupakan salah satu penyebab tingginya angka rujukan di Puskesmas
Padangmatinggi.
Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa fasilitas sarana yang
tersedia di Puskesmas Padangmatinggi tidak lengkap dan tidak memenuhi
standar lampiran Kompedium Alat Kesehatan yang merupakan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 118/MENKES/SK/IV/2014. Dari 115 item yang
terdapat dalam Kompedium Puskesmas Padangmatinggi hanya memiliki 43 item
dalam melakukan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Terdapat juga alat-alat
yang ada namun mengalami kerusakan, sehingga tidak dapat digunakan sesuai
fungsinya. Beberapa alat yang tidak tersedia di puskesmas seperti otoskop, alat
scalinggigi, dan alat periksa mata. Menurut pernyataan beberapa informan,
petugas berusaha semaksimal mungkin untuk menangani pasien dengan fasilitas
yang ada, namun jika petugas kesehatan tidak mampu menangani pasien maka
petugas membuat rujukan ke tingkat lanjutan ataupun rumah sakit. Hal inilah
66
66
yang akan menjadi kendala dalam pelaksanaan sistem rujukan karena dengan
adanya keterbatasan fasilitas alatkesehatan akan terganggunya proses
mendiagnosa pasien dan akan menyebabkan petugas untuk melakukan rujukan
ke rumah sakit sehingga rasio rujukan di puskesmas tersebut menjadi tinggi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ali (2014) bahwa
ketersediaan fasilitas alat kesehatan di Puskesmas Siko dan Puskesmas Kalumata
belum lengkap sehingga ketika pasien datang ke puskesmas dan ingin
mendapatkan pelayanan kesehatan, puskesmas melakukan rujukan ke fasilitas
tingkat lanjutan karena keterbatasan fasilitas alat kesehatan. Demikian juga hasil
penelitian Firdiyah (2017) Fasilitas alat kesehatan dan sarana prasarana di
Puskesmas Neglasari belum lengkap dan belum sesuai dengan Kompendium Alat
Kesehatan. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa ketersediaan alat di
puskesmas sangat mempengaruhi puskesmas dalam memberikan pelayanan.
4.3.4. Pengetahuan tentang Gatekeeper di Puskesmas Padangmatinggi
Konsep Gatekeeper adalah konsep sistem pelayanan kesehatan dimana
fasilitas kesehatan tingkat pertama yang berperan sebagai pemberi pelayanan
kesehatan dasar berfungsi optimal sesuai standar kompetensinya dan memberikan
pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan medik. Berikut adalah hasil
wawancara peneliti mengenai pengetahuan tentang gatekeeper:
“Gatekeeper? Itu apa? Oh iya tau lah kan, memang pasien itu
harus ke puskesmas dulu kan, harus di tangani dulu disini. Kita
kan UPT yakan namanya, puskesmas sebagai FKTP. Kita kan
fungsinya sebagai pelayan yakan. Tentunya kita menyiapkan
diri semampu kita. Kita ada usulan dana JKN, Rehab bangunan,
alat kesehatan, obat. Yaaa, sebagai pegawai disini saya bilang
udah baik lah ya.” (informan1)
67
67
“Apa? Oh itu tau lah. Pasien memang harus di tangani di sini
dulu baru ke rumah sakit ya. Kan disini Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama. Kita berusaha menangani disini, sekarang
pasiennya gimana. Mau gak dia di tangani. Ada juga pasien ini
yang Taunya Cuma ngambil rujukan aja kesini.”(informan 2)
Berdasarkan kutipan wawancara diatas dapat diketahui bahwa petugas
puskesmas mengetahui tentang gatekeeper. Menurut informan, Puskesmas
Padangmatinggi sudah mampu dan berusaha menjalankan tugas puskesmas
sebagai FKTP. Namun menurut petugas di Puskesmas Padangmatinggi, banyak
pasien yang belum mengerti tentang fungsi puskesmas, dan hanya ke puskesmas
untuk mengambil rujukan. Hal tersebut dapat diketahui dari kutipan wawancara
terhadap informan:
“Konsep apa? Gak pernah dengar. Pokoknya kalau ada apa-apa
kita kesini, ngambil rujukan lah. Karna kalau berobat ke rumah
sakit kan gak bayar lagi.”(informan 9)
“gak tau, gak pernah dengar juga. Saya Taunya ke puskesmas
berobat yang ringan-ringan aja.” (Informan 10)
Dari pernyataan informan diatas dapat diketahui bahwa informan yang
merupakan pasien tidak mengetahui konsep gatekeeper. Informan menganggap
puskesmas hanya tempat untuk berobat ringandan tempat untuk mengambil
rujukan ke rumah sakit.
Pasien menganggap puskesmas hanya sebagai tempat untuk mengambil
rujukan agar dapat berobat ke rumah sakit. Pasien menilai puskesmas tidak
memiliki alat dan tenaga kesehatan yang bagus dan lengkap untuk menangani
pasien. Selain itu pasien juga menganggap puskesmas hanya memberikan obat
secara terbatas, sedangkan pasien ingin mendapatkan obat untuk satu bulan agar
tidak perlu untuk kembali ke puskesmas. Persepsi masyarakat yang seperti itu
68
68
mengakibatkan pasien ingin di rujuk ke rumah sakit yang dimana terdapat obat
yang lengkap.
Puskesmas sebagai gatekeeper berfungsi sebagai kontak pertama pasien,
penapis rujukan serta kendali mutu dan biaya. Puskesmas memiliki empat fungsi
pokok sebagai gatekeeper yaitu :
1. Fasilitas kesehatan tingkat pertama merupakan tempat pertama yang
dikunjungi peserta setiap kali mendapat masalah kesehatan.
2. Hubungan fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan peserta dapat
berlangsung secara berkelanjutan/kontinyu sehingga penanganan penyakit
dapat berjalan optimal.
3. Fasilitas kesehatan tingkat pertama memberikan pelayanan yang
komprehensif terutama untuk pelayanan promotif dan preventif.
4. Fasilitas kesehatan tingkat pertama melakukan koordinasi pelayanan
dengan penyelenggara kesehatan lainnya dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada peserta sesuai kebutuhannya.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa informan dapat diketahui
bahwa puskesmas mampu dan berusaha menjalankan fungsinya sebagai penapis
rujukan atau gatekeeper, namun kurangnya pengetahuan pasien tentang
gatekeeper mengakibatkan sering terjadinya rujukanAPS.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Menurut penelitian
Firdiah (2017) dapat diketahui bahwa pemahaman Puskesmas Neglasari sebagai
gatekeeper sudah cukup baik dimana puskesmas sebagai kontak pertama dalam
memberikan pelayanan kepada pasien, puskesmas sebagai pemberi pelayanan
69
69
berkelanjutan dengan melakukan kontrol ulang pada pasien, puskesmas sebagai
pelayanan yang paripurna memberikan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Hal tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ali (2014) bahwa pemahaman petugas puskesmas Siko dan puskesmas Kalumata
sebagai pintu masuk atau penapis rujukan (gatekeeper) di Kota Ternate cukup
baik.
4.4. Keterbatasan Penelitian
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam kepada
informan yang terlibat dalam pelaksanaan rujukan di Puskesmas Padangmatinggi.
Untuk kelengkapan data, selain dengan menggunakan wawancara mendalam
digunakan juga telaah data sekunder, seperti data-data angka rujukan dan kasus
rujukan di Puskesmas. Namun peneliti menyadari akan keterbatasan dalam
melakukan penelitian, beberapa keterbatasan dalam penelitian antara lain:
1. Waktu yang cukup singkat melakukan pengumpulan data-data pendukung.
2. Penelitian ini sangat tergantung interprestasi peneliti dalam menterjemahkan
makna saat melakukan wawancara sehingga kemungkinan salah persepsi
dapat terjadi.
3. Bahasa yang digunakan oleh informan terutama pasien sulit dimengerti oleh
peneliti.
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil peneitian dan pembahasan yang mengacu pada tujuan
penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pelayanan rujukan rawat jalan Puskesmas Padangmatinggi
sudah menyesuaikan dengan petunjuk yang telah ada. Namun masih
banyaknya rujukan Atas Permintaan Sendiri dikarenakan pasien tidak
percaya terhadap puskesmas mengakibatkan tingginya angka rujukan
non spesialistik sebesar 763 (7,9%) sehingga Puskesmas
Padangmatinggi berada di zona tidakaman.
2. Jumlah tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Padangmatinggi sudah
memenuhi standar yang mengacu pada Permenkes RI No. 75 Tahun
2014.
3. Jenis dan jumlah obat yang terdapat di Puskesmas Padangmatinggi masih
belum terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dan standart daftar obat dalam
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.HK.02.02/MENKES/523/2015
Tentang Formularium Nasional.
4. Mengacu kepada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
118/MENKES/SK/IV/2014 Tentang Kompedium alat kesehatan,
fasilitas alat kesehatan dan sarana prasarana di Puskesmas
Padangmatinggi belum lengkap dan belum bisa untuk menangani 155
penyakit yang dibebankan kepada puskesmas dalam era JKN. Masih
71
71
terdapatnya alat kesehatan yang rusak juga menghambat pelayanan
Puskesmas Padangmatinggi.
5. Puskesmas Padangmatinggi belum melaksanakan konsep gatekeeper
dengan baik, dimana dari sisi pemahaman masyarakat tentang konsep
gatekeeper masih kurang. Hal tersebut dibuktikan masih banyaknya
rujukan APS. Masih banyaknya pasien yang menganggap puskesmas
hanya bertugas untuk menangani penyakit ringan seperti flu dan batuk
saja.
5.2. Saran
5.2.1. Bagi Puskesmas Padangmatinggi
a) Diharapkan puskesmas dapat mengoptimalkan perencanaan obat dengan
baik, sehingga kekurangan obat tidak terjadi dan ketersediaan obat sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.
b) Diharapkan pihak puskesmas dapat memberikan sosialisasi kepada
masyarakat tentang program JKN khususnya tentang sistem rujukan
berjenjang dan tentang gatekeeper, agar pasien dapat mengerti tentang
prosedur rujukan yang ada.
c) Diharapkan kepada Kepala Puskesmas untuk mengusulkan penambahan
Dokter Gigi ke Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan.
d) Diharapkan kepada Dokter Umum dan Dokter Gigi untuk tidak
meninggalkan Puskesmas pada hari kerja.
e) Diharapkan kepada pengelola obat untuk langsung melaporkan stok obat
yang tidak ada ataupun habis agar tidak menjadi kendala saat memberikan
72
72
pelayanan.
f) Diharapkan kepada pasien supaya mau membaca leaflet, informasi dan
alur pelayanan serta mendengarkan penjelasan dari petugas puskesmas
tentang sistem pelayanan.
5.2.2. Bagi Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan
a) Diharapkan Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan meningkatkan
kerjasama dengan pihak puskesmas dalam melengkapi fasilitas alat
kesehatan sehingga sesuai dengan kompedium alat kesehatan.
b) Diharapkan pihak Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan dapat
berkoordinasi lebih baik lagi dengan pihak puskesmas dalam
melengkapi obat, agar tidak terjadinya kekosongan obat di puskesmas
dan sesuai dengan formularium nasional.
73
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementrian Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2014.
2. BPJS Kesehatan. Panduan Praktis Rujukan Berjenjang BPJS Kesehatan.
Jakarta: BPJS Kesehatan; 2014.
3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 001. Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perorangan. Jakarta: Peraturan Menteri Kesehatan; 2012.
4. Peraturan Menteri Kesehatan. Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan.
Jakarta: Peraturan Menteri Kesehatan; 2012.
5. Kesehatan B. Info BPJS Kesehatan Edisi XI. Info BPJS Kesehat Ed XI.
2014;XI.
6. Kesehatan B. Panduan Praktis Rujukan Program Rujuk Balik Bagi Peserta
JKN. Jakarta: BPJS Kesehatan; 2014.
7. Padangsidimpuan BK. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan [Internet].
2018. Available from: https://padangsidimpuankota.bps.go.id
8. Padangmatinggi P. Profil Kesehatan Puskesmas Padangmatinggi.
Padangsidimpuan: Puskesmas Padangmatinggi; 2018.
9. BPJS Kesehatan. Jumlah Kunjungan Pasien Peserta BPJS Kesehatan
[Internet]. Available from: https://bpjs-kesehatan.go.id
10. BPJS Kesehatan. Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan Nomor 2 Tahun 2015. Jakarta: BPJS Kesehatan; 2015.
11. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2010.
12. Lidia Shafiatul Umami. Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat
Pertama Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas. Univ Diponegoro. 2017;
13. Ali FA. Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama
Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Siko
dan Puskesmas Kalumata Kota Ternate Tahun 2014. JIKMU. 2015;5.
14. Parman. Studi Pelaksanaan Sistem Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama
pada Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun
2016. J Ilm Mhs Kesehat Masy. 2017;2.
15. BPJS Kesehatan. Dengan Rujukan Zaman Now Layanan JKN-KIS Makin
Praktis. Media Intern BPJS Kesehat [Internet]. 2018;64. Available from:
www.bpjs-kesehatan.go.id
16. BPJS Kesehatan. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan. 2014; Available
from: www.bpjs-kesehatan.go.id
17. Notoatmodjo. Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta; 2012.
18. Azwar A. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara;
2010.
19. Kementrian Kesehatan. Peraturan Mentri Kesehatan No. 44 Tahun 2016.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2016.
20. Peraturan Menteri Kesehatan. Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Peraturan Menteri Kesehatan; 2014.
21. Karleanne Lony. Analisis Sistem Rujukan Jaminan Kesehatan Nasional
RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak. J ARSI. 2015;
74
74
22. Thabrany. Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta: Raja Grafindo Persada;
2014.
23. Dahlan M.S. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. 5th ed. Jakarta:
Salemba Medika; 2011.
24. Soedigdo Sastroasmoro. Dasar-dasar Metode Penelitian Klinis. Jakarta:
Sagung Seto; 2011.
25. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metode Penelitian Klinis edisi 5.
Jakarta: Sagung Seto; 2014.
26. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Alfabeta;
2012.
75
75
LEMBAR PERSETUJUAN UNTUK MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONCENT)
Saya yang bernama Heni Andiaswaty, NIM 1702011150 adalah
mahasiswa Institut Kesehatan Helvetia Medan. Saat ini saya sedang melakukan
penelitian tentang “Analisis Pelaksanaan Rujukan Pasien Rawat Jalan Tingkat
Pertama Peserta BPJS Kesehatan Pada Puskesmas Padangmatinggi Kota
Padangsidimpuan Tahun 2019 ” Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan
dalam menyelesaikan tugas akhir di Institut Kesehatan Helvetia Medan.
Untuk keperluan tersebut, saya mengharapkan kesediaan bapak dan ibu
berpartisipasi dalam penelitian ini, dimana penelitian ini tidak akan memberikan
dampak yang berbahaya. Jika bapak dan ibu bersedia, saya mohon kesediaan
bapak dan ibu untuk menjadi informan dalam peneltian saya. Jika bersedia,
silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan bapak
dan ibu .
Partisipasi bapak dan ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela dalam hal
ini akan dirahasiakan dan hanya dipergunakan dalam penelitian ini .
Padangsidimpuan, Oktober 2019
Peneliti
(Heni Andiaswaty)
Responden
___________________________
76
76
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN
TINGKAT PERTAMA PESERTA BPJS KESEHATAN DI PUSKESMAS
PADANGMATINGGI KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2019
PANDUAN UNTUK KEPALA PUSKESMAS PADANGMATINGGI
I. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
II. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana pendapat bapak / ibu mengenai Puskesmas Padangmatinggi
sebagai gatekeeper?
2. Bagaimana pendapat bapak / ibu mengenai jumlah tenaga kesehatan di
Puskesmas Padangmatinggi, apakah sudah cukup? dan berapa jumlahnya
secara keseluruhan? serta apakah sesuai dengan standar Puskesmas?
3. Bagaimana menurut bapak / ibu dokter dalam membuat diagnosa penyakit,
dan rujukannya saat ini?
4. Apakah para pegawai Puskesmas Padangmatinggi mengetahui sistem
rujukan dalam era JKN?
5. Apakah menurut bapak/ibu kelengkapan fasilitas sarana kesehatan yang
ada di Puskesmas Padangmatinggi sudah sesuai dengan standar pelayanan
primer dalam era JKN?
77
77
6. Apa yang bapak/ibu lakukan jika alat fasilitas kesehatan yang dibutuhkan
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien tidak ada di
Puskesmas?
7. Apakah fasilitas kesehatan di Puskesmas saat ini sudah sesuai dengan
kompedium yang telah ditetapkan pada program JKN
8. Apakah ketersediaan obat sudah lengkap dan sesuai dengan formulasi
nasional yang telah ditetapkan?
9. Apakah yang akan dilakukan bapak/ibu jika obat yang diberikan kepada
pasien tidak ada di puskesmas?
10. Apakah bapak/ibu mengetahui daftar penyakit yang wajib ditangani
Puskesmas?
11. Apakah di puskesmas ini banyak terjadi rujukan APS?
78
78
PANDUAN UNTUK DOKTER PUSKESMAS PADANGMATINGGI
I. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
II. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana pendapat bapak / ibu mengenai Puskesmas Padangmatinggi
sebagai gatekeeper?
2. Bagaimana pendapat bapak / ibu mengenai jumlah tenaga kesehatan di
Puskesmas Padangmatinggi, apakah sudah cukup? dan berapa jumlahnya
secara keseluruhan? serta apakah sesuai dengan standar Puskesmas?
3. Bagaimana menurut bapak / ibu dokter dalam membuat diagnosa penyakit,
dan rujukannya saat ini?
4. Apakah para pegawai Puskesmas Padangmatinggi mengetahui sistem
rujukan dalam era JKN?
5. Apakah menurut bapak/ibu kelengkapan fasilitas sarana kesehatan yang
ada di Puskesmas Padangmatinggi sudah sesuai dengan standar pelayanan
primer dalam era JKN?
6. Apa yang bapak/ibu lakukan jika alat fasilitas kesehatan yang dibutuhkan
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien tidak ada di
Puskesmas?
7. Apakah fasilitas kesehatan di Puskesmas saat ini sudah sesuai dengan
kompedium yang telah ditetapkan pada program JKN?
79
79
8. Apakah ketersediaan obat sudah lengkap dan sesuai dengan formulasi
nasional yang telah ditetapkan ?
9. Apakah yang akan dilakukan bapak/ibu jika obat yang diberikan kepada
pasien tidak ada di puskesmas ?
10. Apakah bapak/ibu mengetahui daftar penyakit yang wajib ditangani
Puskesmas ?
11. Apakah di puskesmas ini banyak terjadi rujukan APS ?
80
80
PANDUAN UNTUK PEGAWAI TATA USAHA PUSKESMAS
PADANGMATINGGI
I. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
II. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana pendapat bapak / ibu mengenai jumlah tenaga kesehatan di
Puskesmas Padangmatinggi, apakah sudah cukup? dan berapa jumlahnya
secara keseluruhan? serta apakah sesuai dengan standar puskesmas ?
2. Bagaimana pendapat bapak / ibu tentang kemampuan Puskesmas
Padangmatinggi dalam memberikan pelayanan kesehatan dalam era JKN ?
3. Bagaimana menurut bapak / ibu kesiapan petugas terutama dokter atau
tenaga medis dalam mendiagnosa penyakit, tindakan rujukan sesuai
dengan standar JKN ?
4. Apakah para pegawai Puskesmas Padangmatinggi mengetahui sistem
rujukan dalam era JKN ?
5. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana Puskesmas Padangmatinggi
dalam mendiagnosis penyakit dalam era JKN ?
6. Apa menurut bapak/ibu kelengkapan fasilitas sarana kesehatan yang ada di
Puskesmas sudah sesuai dengan standar pelayanan primer JKN ?
81
81
7. Apa yang bapak/ibu akan lakukan jika alat fasilitas kesehatan yang
dibutuhkan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien tidak
ada di Puskesmas ?
8. Apakah bapak/ibu mengerti yang dimaksud dengan kompedium alat
kesehatan dan apa gunanya ?
9. Apakah ketersediaan obat dalam melayani pasien sudah sesuai dengan
formulasi nasional yang telah ditetapkan ?
10. Apakah yang akan dilakukan bapak/ibu jika obat yang diberikan kepada
pasien tidak ada di Puskesmas ?
11. Apakah di puskesmas ini banyak terjadi rujukan APS?
82
MATRIX WAWANCARA PENELITI DENGAN INFORMAN (KEPALA PUSKESMAS, DOKTER, DOKTER
GIGI, PEGAWAI TATA USAHA, BIDAN, PENGELOLA OBAT, PERAWAT)
Pertanyaan Jawaban Informan Kesimpulan
1. Puskesmas
Padangmatinggi Sebagai
Gatekeeper
Informan 1
Gatekeeper? Tau, puskesmas kan memang sebagai
fasilitas kesehatan tingkat pertama. Jadi pasien
kita tangani dulu disini, seandainya pasien
membutuhkan pengobatan spesialistik ataupun
kurangnya fasilitas kesehatan di puskesmas ini
maka akan kita rujuk.
Informan 2
Kita memang sebagai gatekeeper. Pasien harus
ditangani di sini lebih dulu baru ke rumah sakit.
Kan disini fasilitas kesehatan tingkat pertama.
Kita berusaha menangani disini.
Informan 3
Oh itu taulah, pasien memang harus ditangani
disini lebih dulu baru ke rumah sakit ya. Kan
disini FKTP. Kita berusaha menangani disini,
sekarang pasiennya gimana, mau gak dia
ditangani. Ada juga pasien ini yang taunya Cuma
ambil rujukan kesini.
Puskesmas Padangmatinggi sudah mampu
dan berusaha menjalankan tugas puskesmas
sebagai FKTP. Namun menurut petugas di
Puskesmas Padangmatinggi, banyak pasien
yang belum mengerti tentang fungsi
puskesmas,dan hanya ke puskesmas untuk
mengambil rujukan.
Informan 4
Udah bagus kok di sini. Semua petugas kesehatan
udah tau kalau peran puskesmas itu ya sebagai
gatekeeper. Jadi kita berusaha menangani pasien
di sini lebih dulu, jika perlu rujukan baru kita
rujuk.
Informan 5
Hmm, yang bisa kita tangani di sini kita tangani
kok, jadi ya menurut saya udah bagus.
Informan 6
Udah tau lah ya kita kalau puskesmas itu
berfungsi sebagai gatekeeper. Puskesmas itu kan
FKTP.
Informan 7
Gatekeeper ? saya bilang udah baik yang pasti
kami berusahalah menangani disini.
2. Jumlah Tenaga Kesehatan
di Puskesmas
Padangmatinggi dan sudah
sesuai standar atau belum.
Informan 1
Ya, udah cukup lah ya. Disini ada sekitar 70an
lah. Tapi maunya ditambahin lah dokter giginya 1
lagi. Udah kita mohon ke Dinkes. Belum ada
disini apotekernya, perawat giginya Cuma 1.
Ketersediaan tenaga kesehatan di
Puskesmas Padangmatinggi sudah
mencukupi dari segi kuantitas. Namun
seringnya petugas melaksanakan tugas di
luar puskesmas, sehingga petugas yang lain
menggantikan tugas pegawai yang tidak ada
tersebut. Sehingga petugas tidak melakukan
tugasnya sesuai dengan tupoksinya.
Informan 2
Mencukupi gimana? Udah banyak kali pun,
kalausesuai standart, ohh yang dari Kemenkes ya
?kalau dokter umum 2 udah cukup, udah lebih lah,
dokter umum ada 4 disini. Cuma kendala nya
kadang ada beberapa dokter sering gak masuk
karna masih tugas pendidikan S-2. Jadi pasien
Cuma ditangani sama satu dokter aja.
Informan 3
Petugas kesehatannya? Udah lebih pun kalo diliat
dari jumlahnya, tapi dokter gigi kurang menurut
saya ya. Karna kan saya kadang juga ke sekolah-
sekolah. Kan ada juga ya program puskesmas ke
sekolah, kayak penyuluhan tentang kesehatan
mulut dan gigi. Jadi disini kosong, Cuma ada
perawat tapi kadang pasien ini pun kalo sama
perawat gak mau dia berobat.
Informan 4
Tenaga kesehatan disini sudah cukup, ada sekitar
70an orang. Udah sesuai sama standart lah. Dokter
umum ada 4 disini, bidan sama perawat juga
banyak kali.
Informan 5
Udah cukup lah, jumlahnya kurang tau berapa.
Bisa dibilang sudah sesuai standar, karna banyak
petugas disini.
Informan 6
Udah mencukupi lah, udah banyak pun petugas
disini.
Informan 7
Udah cukuplah menurutku, kalau jumlah nya gak
tau berapa yang pastinya udah banyak lah.
3. Kemampuan Puskesmas
Padangmatinggi dalam
memberikan pelayanan
kesehatan dalam era JKN
Informan 1
Ya udah bagus menurut saya. Memberikan
rujukan itu kan harus sesuai dengan penyakitnya
kan. Kalau perlu dirujuk, ya kita rujuk. Kalau kita
bisa tangani disini ya kita tangani, kalau gak bisa
ya kita rujuk, kayak gak ada alat, obat itu tadi ya
kita rujuk.
Informan 2
Ya udah bagus menurut saya. Memberikan
rujukan itu kan harus sesuai dengan penyakitnya
kan. Kalau perlu dirujuk, ya kita rujuk. Kalau kita
bisa tangani disini ya kita tangani, kalau gak bisa
ya kita rujuk, kayak gak ada alat, obat itu tadi ya
kita rujuk.
Informan 3
Ya, kalau masih bisa ditangani disini ya kita
tangani, kadang terkendala di alat, kalau gak ada
alat ya kita rujuk.
Sistem rujukan di puskesmas berjalan
sesuai prosedur. Petugas di Puskesmas
Padangmatinggi berusaha untuk menangani
pasien, tetapi jika puskesmas tidak
dapatmenangani pasien tersebut dikarenakan
keterbatasan puskesmas baik dari alat
maupun obat-obatan maka puskesmas akan
merujuk ke rumah sakit.
Informan 4
Udah baik, yang bisa ditangani disini ya ditangani,
kalau gak bisa ya di rujuk
Informan 5
Menurut saya sudah baik. Kalau gak bisa
ditangani baru dirujuk.
Informan 6
Udah tau sih dokter disini jenis penyakit /
diagnosa yang bisa dilaksanakan di puskesmas,
kalau memang butuh spesialistik baru mereka
rujuk.
Informan 7
Kemampuan dokternya udah bisa dibilang
baguslah, sesuai kemampuan dokter umum, pasti
udah tau penyakit-penyakit yang bisa ditangani
disini.
4. Pegawai puskesmas
mengetahui sistem rujukan
dalam era JKN
Informan 1
Sudah tau.
Informan 2
Sudah tau
Informan 3
Udah tau si...
Pegawai Puskesmas Padangmatinggi sudah
mengetahui sistem rujukan dalam era JKN.
Informan 4
Udah tau kok
Informan 5
Sudah.
Informan 6
Udah tau lah.
Informan 7
Udah tau.
5. Kelengkapan fasilitas
sarana kesehatan sudah
sesuai dengan standart
pelayanan
Informan 1
Masih ada lah ya kurangnya, kayak alat
kesehatannya disini masih banyak yang belum
ada. Ada pun nanti udah rusak.
Kalau menurut saya kayaknya masih belum sesuai
standart lah ya. Masih banyak yang kurangnya.
Informan 2
Sudah bisa dibilang mencukupilah. Kompedium
itu apa? Oh standartnya, itu bisa ditanya ke TU aja
lah ya, kan mereka lebih tau. Ke bagian inventaris
nanti.
Fasilitas sarana yang tersedia di Puskesmas
Padangmatinggi tidak lengkap dan tidak
memenuhi standar lampiran Kompedium
Alat Kesehatan yang merupakan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor
118/MENKES/SK/IV/2014. Terdapat juga
alat-alat yang ada namun mengalami
kerusakan, sehingga tidak dapat digunakan
sesuai fungsinya.Beberapa alat yang tidak
tersedia di puskesmas seperti otoskop, alat
scaling gigi,dan alat periksa mata.
Informan 3
Masih kurang lah ya, belum lengkap semua, masih
belum sesuai standartlah. Alat scaling gigi pun
ada, tapi rusak.
Informan 4
Udah bisa dibilang sesuai lah ya, ada memang
beberapa alat kesehatan yang gak ada, kalau
pemeriksaan alat THT kita gak ada, alat kesehatan
gigi juga ada yang rusak.
Informan 5
Belum sesuai lah, buktinya masih ada alat yang
gak ada di Puskesmas. Kompedium apa? Oh
standartnya itu? Belum lah ya.
Informan 6
Ada beberapa alat yang gak bisa digunakan lagi,
makanya kadang kendalanya disitu.
Informan 7
Masih ada kurangnya, gak semuanya lengkap, ada
juga alat yang rusak, ya memang gak sesuai sama
standartnya.
Kalau dibandingkan sama daftarnya ya gak sesuai
lah, ada beberapa alat kesehatan yang gak
lengkap.
6. Apa yang dilakukan jika
alat fasilitas kesehatan
yang dibutuhkan dalam
memberikan pelayanan
kesehatan kepada pasien
tidak ada di Puskesmas
Informan 1
Kalau gak ada alat buat nangani pasien terpaksa
lah kita rujuk lah ya.
Informan 2
Kalau gak lengkap alat buat meriksanya ya kita
rujuk. Kayak mata disini gk lengkap alatnya ya
kita rujuk.
Informan 3
Ya, itu tadi. Kalau gak ada ya kita rujuk
Informan 4
Kalau gak ada biasanya dirujuk.
Informan 5
Ya kalau gitu kita rujuk lah. Kalau gak ada
alatnya. Contohnya kalau dia sesak napas, disini
gak ada oksigen ya kita rujuk. Masa mau kita
pertahankan disini.
Informan 6
Kalau alat fasilitas kesehatannya tidak ada ya kita
rujuk.
Informan 7
Kita berusaha dulu ntah pake alat yang ada, kalau
memang harus dirujuk ya kita rujuk.
Petugas berusaha semaksimal mungkin
untuk menangani pasien dengan fasilitas
yang ada, namun jika petugas kesehatan
tidak mampu menangani pasien maka
petugas membuat rujukan ke tingkat
lanjutan atau pun rumah sakit. Hal inilah
yang akan menjadi kendala dalam
pelaksanaan sistem rujukan karena dengan
adanya keterbatasan fasilitas alat kesehatan
akan terganggunya proses mendiagnosa
pasien dan akan menyebabkan petugas
untuk melakukan rujukan ke rumah sakit
sehingga rasio rujukan di puskesmas
tersebut menjadi tinggi.
7. Ketersediaan obat sudah
lengkap dan sesuai
formularium nasional yang
telah ditetapkan
Informan
Kalau itu sudah hampir sesuai lah, karna sering
juga stock kosong, karna keterlambatan stock
obat, kayak dulu itu susah karna e-katalog itu.
Informan 2
Belum lengkap menurut saya. Kalau itu gak tau
lah ya, langsung aja tanyakan ke bagian obat
Informan 3
Belum sesuai lah ya, kayak obat cabut gigi anak-
anak gak ada.
Informan 4
Belum semua ada, ada daftarnya memang tapi
kadang gak masuk ke puskesmas
Informan 5
Formularium itu apa? Kadang masih ada obat
yang kosong. Gak semua obat lah lengkap disini.
Informan 6
Kebutuhannya itu sesuai sama apa yang dokter
minta lah, kalau ada permintaan dari poli, kita
minta ke dinas, setiap bulan biasanya kita buat
permohonan. Tapi memang kadang ada
keterlambatan datang dari dinasnya, jadi disini
stocknya kosong.
Ketersediaan obat-obatan yang ada di
Puskesmas Padangmatinggi dalam
memberikan pelayanan kesehatan sudah
terbilang cukup.
Masih belum lengkap lah. Formularium nasional
itu gimana? Gak ada pulak daftarnya sama kita.
Ada beberapa yang gak ada, berarti belum sesuai
sama formularium nasional itu lah ya
Informan 7
Kalau obat udah lengkap lah, mungkin gak ada itu
karna udah habis, jadi nunggu stock lagi kan.
8. Yang akan dilakukan jika
obat yang dibutuhkan
pasien tidak ada di
Puskesmas
Informan 1
Biasanya dikasih yang mendekati, yang hampir
sama gitu ya. Karna kita seharusnya tidak boleh
nyuruh pasien beli obat diluar.
Informan 2
kita seharusnya gak bisa nyuruh pasien beli obat.
Kadang kita kan gak tau ya dinas ini gimana, kita
udah buat permintaan sesuai dengan kebutuhan
tapi kalau gak ada juga ya mau gimana lagi. Itu
udah urusan bagian obat lah, gak mungkin kita
urusi itu disini aja udah banyak yang mau diurus,
ngadapi yang marah-marah tadi lah. Karna
memang kan gak semua itu sesuai sama keinginan
kita.
Informan 3
Kalau gak ada, mau gimana lagi. Gak mungkin
juga kita rujuk. Kalau mau pasiennya beli sendiri
lah.
Pernah terjadi kekosongan obat tetapi jika
obat yang dibutuhkan pasien tidak tersedia
maka akan diberikan obat yang sejenis.
Informan 4
Kalau gak ada, biasanya di ganti ke obat yang
sama fungsinya, kita bilang dulu ke dokter lah.
Karna seharusnya pasien gak boleh disuruh beli
obat sendiri.
Informan 5
Biasanya kita ganti sama yang sejenis, kalau gak
ada juga? Yaudah suruh pasien beli, itupun kalau
dia mau. Tapi jaranglah kami nyuruh pasien beli.
Informan 6
Kalau gak ada obat yang diresepkan dokter, kita
cari yang sama. Biasanya pasien kita tanya dulu
mau diresepkan obat dari luar atau gak dan kita
tanya dokter bisa diganti enggak. Kami gak bisa
langsung ganti-ganti aja
Informan 7
Biasanya diganti sama yang hampir menyerupai
obat sebelumnya. Ditanya dulu dokter, kalau
dokter bilang ganti ya ganti. Kalau udah gak ada
lagi? Ya mau gimana lagi, gak mungkin kita suruh
dia beli, tapi kadang ada pasien yang bersedia beli
sendiri.
9. Petugas kesehatan
mengetahui daftar
penyakit yang wajib
ditangani di Puskesmas
Informan 1
Tau lah ya, ada sekitar 155 penyakit lah ya itu
sekarang.
Informan 2
Iya udah tau, yang tidak bisa ditangani disini harus
dirujuk. Sekarang kalo gak salah udah 155
diagnosa ya.
Informan 3
Udah tau si, ada 155 diagnosa.
Informan 4
Udah tau kok.
Informan 5
Udah tau lah..
Informan 6
Saya si kurang tau apa aja, Cuma dokter disini
udah tau
Informan 7
Dokter pasti udah tau penyakit-penyakit yang bisa
ditangani disini.
Petugas sudah mengetahui daftar penyakit
yang harus ditangani di puskesmas.
10. Di Puskesmas banyak
terjadi rujukan APS
Informan 1
Ada juga pasien yang minta rujuk sendiri. Ya
kalau itu kita berusaha buat nangani disini, tapi
kalau gak mau juga yaudah kita rujuk. Karna
disini pun sampe mukul-mukul meja, mukul-
mukul dinding. Ada itu yang kayak gitu.
Informan 2
Rujukan APS? Banyak lah, kalau kita kasih
pengarahan, tapi masih bertekak juga, sampe
banting-banting pintu. Ya kita kasih lah. Itu gak
tau BPJS itu, taunya puskesmas gak boleh
ngerujuk kayak gitu.
Informan 3
Rujukan APS? Kita biasanya kasih pengarahan
sama pasiennya, karna gak mungkin kita rujuk
kalau masih bisa ditangani di Puskesmas. Tapi ada
juga pasiennya yang ngamuk-ngamuk, yaudah kita
kasih aja lah.
Informan 4
Banyak juga, tapi tetap kita kasi pengarahan sama
pasien tapi kalau dia tetap bersikeras yaudah kita
kasi aja.
Banyaknya rujukan atas permintaan sendiri
dari pasien mengakibatkan tingginya angka
rujukan di Puskesmas Padangmatinggi.
Banyak pasien yang datang ke puskesmas
memaksa untuk meminta rujuk meskipun
sudah diberi pengarahan oleh petugas.
Bahkan pasien memaksa hingga membuat
keributan.
Informan 5
APS? Pernah lah, sering pun. Tapi kalau masih
bisa kita tangani disini, kalau gak kita kasih rujuk.
Misalnya ibu hamil yang mau USG liat jenis
kelamin, liat posisi, buat apa itu, bidan disini pun
bisa taunya posisi itu, jadi itu gak kami kasih di
rujuk. Kecuali kalau ada pendarahan, hipertensi,
itu baru kami kasi rujuk. Tapi kalau bersikeras
juga dia mau ke RS sampe marah-marah suaminya
kami kasi aja gitu rujukannya.
Informan 6
Banyak si di sini rujukan APS, karena ya mereka
sering maksa-maksa gitu.
Informan 7
Memang ada rujukan permintaan sendiri, makanya
kita jelaskanlah sama pasien. Kadang maksa orang
itu jadi dikasi aja.
MATRIX WAWANCARA PENELITI DENGAN INFORMAN (PASIEN)
Pertanyaan Jawaban Informan Kesimpulan
1. Alasan informan memilih
Puskesmas
Padangmatinggi sebagai
fasilitas kesehatan tingkat
pertama
Informan 8 (Pasien 1)
Karna saya kan tinggal deket sini, di
Padangmatinggi. Saya kesini mau ambil rujukan,
mau berobat ke RS.
Informan 9 (Pasien 2)
Kesini mau cek kandungan karna tinggalnya deket
sini.
Informan 10 (Pasien 3)
Karna rumah saya memang deket dari Puskesmas
ini. Di kartu BPJS juga ditulis FKTP nya ya di
Puskesmas Padangmatinggi ini.
Berdasarkan hasil wawancara maka dapat
disimpulkan bahwa pasien berobat ke
Puskesmas Padangmatinggi karna deket dari
rumah pasien.
2. Informan mengetahui
tentang program JKN
Informan 8
Tau lah, saya kan berobat ke sini dan ambil
rujukan ke sini ya karna program JKN juga.
Berobat pakai kartu JKN gak bayar lah pokoknya.
Informan (pasien) sudah mengetahui
program pelayanan kesehatan JKN.
Informan 9
Program JKN ya? Tau lah, yang kita berobat jadi
gratis itu karna pake kartu BPJS si biasa kami
bilangnya.
Informan 10
Tau, sebelum minta rujukan ke Rumah Sakit, ke
Puskesmas dulu, trus kalau berobat pakai kartu
JKN ini gratis, gak bayar lagi.
3. Pelayana kesehatan dan
pelayanan rujukan di
Puskesmas
Padangmatinggi
Informan 8
Ya.. udah bagus lah, saya diperiksa pake stetoskop
tadi, trus di tensi. Baru ditanya mau dirujuk
kemana. Saya minta rujukan karna saya harus
minum obat terus. Di puskesmas ini kan
menyediakan obat Cuma 3 hari, makanya saya ke
Rumah Sakit untuk ngambil obat sebulan.
Pelayanan kesehatan di puskesmas
berjalan sesuai prosedur. Petugas di
Puskesmas Padangmatinggi berusaha untuk
menangani pasien, tetapi jika puskesmas
tidak dapatmenangani pasien tersebut
dikarenakan keterbatasan puskesmas baik
dari alat maupun obat-obatan maka
puskesmas akan merujuk ke rumah sakit.
Informan 9
Bagus kok, tadi di sini sebenarnya udah diperiksa
sama dokternya. Cuma maunya ke bagian
spesialis. Di puskesmas kan gak ada spesialis.
Maklumlah anak pertama jadinya dijaga kali.
Informan 10
Gak tau juga pokoknya saya maunya di rumah
sakit, karna gak lengkap kurasa alat-alat di sini.
4. Konsep Gatekeeper Informan 8
Konsep apa? Gak tau, tapi memang ke puskesmas
kalau ada apa-apa.
Informan 9
Konsep apa? Gak pernah denger. Pokoknya kalau
ada apa-apa kita kesini, ngambil rujukan lah.
Karna kalau berobat ke Rumah Sakit gak bayar
lagi.
Pegawai Puskesmas Padangmatinggi sudah
mengetahui sistem rujukan dalam era JKN.
Informan 10
Gak tau, gak pernah denger juga, saya taunya ke
puskesmas berobat yang ringan-ringan aja.
5. Rujukan yang diberikan
atas petunjuk petugas
puskesmas
Informan 8
Tadi di periksa dulu sama dokternya, trus saya
bilang mau dirujuk karna saya harus minum obat
terus sedangkan di puskesmas Cuma menyediakan
obat untuk 3 hari.
Informan 9
Ya, minta rujukan sendiri sih karna pengen ngecek
kandungan ke bagian spesialis.
Informan 10
Saya minta rujukan sendiri, walaupun anak saya
Cuma batuk pilek aja, tapi saya maunya anak saya
cek di rumah sakit. Karna batuknya gak sembuh-
sembuh. Biar bisa di cek darah pokoknya di cek la
semuanya, makanya saya mau ambil rujukan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
informan maka dapat diketahui bahwa
rujukan dilakukan atas permintaan sendiri.
6. Periksa laboratorium Informan 8
Gak pernah
Informan 9
Gak pernah
Informan 10
Periksa labor disini? Gak tau juga. Pokoknya saya
mau di rumah sakit karna gak lengkap kurasa alat-
alat di sini.
Pasien tidak pernah periksa di laboratorium
Puskesmas
7. Yang dilakukan
puskesmas
Padangmatinggi jika alat
fasilitas kesehatan yang
dibutuhkan dalam
memberikan pelayanan
kesehatan kepada pasien
tidak ada di puskesmas.
Informan 8
Kalau gak ada alat dirujuklah, jadi gimana mau
orang itu ngobati pasien kalau gak ada alatnya.
Informan 9
Kurang tau juga, gak pernah nanya pulak. Tapi
kayaknya di rujuk la sama puskesmas, kan gak ada
alat gimana mereka mau periksa.
Jika alat yang dibutuhkan pasien tidak ada di
puskesmas maka pasien akan di rujuk.
Informan 10
Kayaknya dirujuk lah kalau gak ada alat.
8. Puskesmas memiliki
ketersediaan sarana dan
prasarana dalam tindakan
lanjutan atau rujukan.
Informan 8
Kayaknya ketersediaan sarana dan prasarana
puskesmas udah lumayan lah. Saya gak tau
detailnya.
Informan 9
Ketersediaan sarana dan prasarana kalau menurut
saya udah baguslah, fasilitasnya juga, namanya
untuk puskesmas ya udah bisalah.
Informan 10
Ketersediaan sarana dan prasarana di puskesmas
ini uda lumayanlah, tapi mungkin gak selengkap
rumah sakit.
Berdasarkan pernyataan informan,
ketersediaan sarana dan prasarana
puskesmas sudah lumayan dan sesuai
standart puskesmas.
9. Pernah disuruh untuk
membeli obat di Apotik
Informan 8
Tidak pernah karna saya ngambil obatnya ke
rumah sakit kan.
Pasien tidak pernah disuruh membeli obat
di Apotik.
Informan 9
Gak pernah.
Informan 10
Gak pernah, ada sih oabt dikasi tapi itulah gak
sembuh-sembuh juga batuk anak saya.
10. Yang dilakukan
puskesmas jika obat yang
diberikan kepada pasien
tidak ada di puskesmas
Informan 8
Dirujuklah, kayak saya ini minta rujukan buat
ngambil obat sebulan.
Informan 9
Kurang tau, gak pernah minta obat kan saya minta
rujukan kesini.
Informan 10
Kurang tau, tapi kalau seperti saya, obat yang
dikasi ada tapi gak sembuh juga batuk anak saya,
makanya saya datang lagi mau minta surat
rujukan. Biar berobat ke rumah sakit aja biar bisa
di cek semuanya, biar dikasih obat yang lebih
bagus.
Jika obat yang dibutuhkan pasien tidak
tersedia maka pasien di rujuk.
103
HASIL WAWANCARA
A. Hasil Wawancara Tentang Pelaksanaan Rujukan di Puskesmas
Padangmatinggi
Informan Pernyataan
Informan 1 Ya udah bagus menurut saya. Memberikan rujukan
itu kan harus sesuai dengan penyakitnya kan. Kalau
perlu dirujuk, ya kita rujuk. Kalau kita bisa tangani
disini ya kita tangani, kalau gak bisa ya kita rujuk,
kayak gak ada alat, obat itu tadi ya kita rujuk. Ada
juga pasien yang minta rujuk sendiri. Ya kalau itu
kita berusaha buat nangani disini, tapi kalau gak
mau juga yaudah kita rujuk. Karna disini pun sampe
mukul-mukul meja, mukul-mukul dinding. Ada itu
yang kayak gitu.
Tau lah ya, ada sekitar 155 penyakit lah ya itu
sekarang. Ya cuma itu lah kendalanya ya, kayak
obat, alat kesehatan.
Informan 2 Ya kita periksa lah pasiennya, kalau kita masih bisa
layani disini kita layani. Kan rujukan itu ada dua
kan, rujukan spesialistik dan non spesialistik. Kalau
dia yang spesialistik ya kita rujuklah. Ya kita
periksa lah pasiennya, kalau kita masih bisa layani
disini kita layani.
Syaratnya? Iya udah tau, yang tidak bisa ditangani
disini harus dirujuk. Sekarang kalo gak salah udah
155 diagnosa ya.
Kita jelaskan dulu sama pasiennya, kalau masih
bisa ditangani disini. Tapi kalau pasien ini masih
bertekak, yaudah lah kita rujuk aja. Rujukan
APS? Banyak lah, kalau kita kasih pengarahan, tapi
masih bertekak juga, sampe banting-banting pintu.
104
Ya kita kasih lah. Itu gak tau BPJS itu, taunya
puskesmas gak boleh ngerujuk kayak gitu, tapi
kalau kita yang jadi korbannya gimana?
Harusnya rumah sakit lah yang menggiring, kalau
udah sampe sana, kalau bukan kompetensi orang itu
harusnya ditolak. Kan harusnya seperti itu, buktinya
gak pernah ada yang balik.
Informan 3 Udah tau lah ya. Yang gak bisa ditangani disini ya
dirujuk lah ya.
Rujukan APS? Kita biasanya kasih pengarahan
sama pasiennya, karna gak mungkin kita rujuk
kalau masih bisa di tangani di puskesmas. Tapi ada
juga pasien yang ngamuk-ngamuk, yaudah kita
kasih aja lah
Informan 4 Lancar-lancar aja. Udah baik, tenaga kesehatannya
udah cukup. Fasilitasnya udah lumayan lah ya.
Udah baik, yang bisa ditangani disini ya ditangani,
kalau gak bisa ya di rujuk. Tau, yang penting dia
masih di rayon Padangmatinggi, udah itu aja. Kalau
dokternya, udah punya orang itu selembaran daftar
penyakitnya, udah ada itu di meja orang itu.
Informan 5 Menurut saya sudah baik. Tau, harus ada kartu
BPJS trus memang rayon disini. Kalau gak bisa
ditangani baru dirujuk. APS? Pernah lah, sering
pun. Tapi kalau masih bisa kita tangani disini, kalau
gak kita kasih rujuk. Misalnya ibu hamil yang mau
USG liat jenis kelamin, liat posisi, buat apa itu,
bidan disini pun bisa taunya posisi itu, jadi itu gak
kami kasih di rujuk. Kecuali kalau ada pendarahan,
hipertensi, itu baru kami kasi rujuk. Tapi kalau
105
bersikeras juga dia mau ke RS sampe marah-marah
suaminya kami kasi aja gitu rujukannya.
Informan 6 Udah sesuai. Tau, yang penting harus peserta BPJS,
yang tinggalnya di wilayah kerja puskesmas
Padangmatinggi. Trus, yang gak bisa ditangani
disini makanya dirujuk.
Informan 7 Sudah baik, kita tangani yang masih bisa kita
tangani. Kemampuan dokternya udah bisa dibilang
bagus lah, sesuai kemampuan dokter umum. Pasti
uda tau penyakit-penyakit yang bisa ditangani,
mereka kan punya daftar-daftar penyakit yang bisa
di tangani disini.
Tau, mereka harus penduduk sini, punya kartu
BPJS, KIS, iya yang dalam JKN. Kalau tidak bisa
ditangani makanya dirujuk, tapi kalau bisa ya nggak
dirujuk lah. Memang ada rujuka permintaan sendiri,
makanya kita jelaskan lah sama pasien. Kadang
maksa orang itu jadi dikasi aja.
Informan 8 Ya udah bagus lah. Karna saya tinggal kan deket
sini, di padangmatinggi. Saya kesini mau ngambil
rujukan, mau berobat ke rumah sakit. Periksa lab
?enggak pernah, saya di periksa pake stetoskop itu
aja, trus di tensi. Baru di tanya mau dirujuk kemana.
Saya minta rujukan, karna saya harus minum obat
terus. Di puskesmas ini kan nyediakan obat cuma
untuk tiga hari, makanya saya ke rumah sakit untuk
ngambil obat sebulan
Informan 9 Kesini mau ngecek kandungan karna tinggalnya
deket sini, saya mau minta rujukan. Tapi disini
sebenernya udah diperiksa sama dokternya. Cuma
106
maunya ke bagian spesialis, di puskemas kan gak
ada spesialis. Maklumlah ini anak pertama jadinya
dijaga kali.
Informan 10 Walaupun anak saya cuma batuk, pilek aja, tapi
saya maunya anak saya cek di rs karna batuknya
gak sembuh-sembuh. Biar bisa cek darah pokoknya
di cek la semuanya, makanya saya mau ambil
rujukan. Lab disini? Gak tau juga pokoknya saya
maunya dirumah sakit karna gak lengkap kurasa
alat-alat disini
B. Hasil Wawancara Ketersediaan Tenaga Kesehatan di Puskesmas
Padangmatinggi
Informan Pernyataan
Informan 1 Ya, udah cukup lah ya. Disini ada sekitar 70an lah.
Tapi maunya ditambahin lah dokter giginya 1 lagi.
Udah kita mohon ke Dinkes. Belum ada disini
apotekernya, perawat giginya Cuma 1.
Informan 2 Mencukupi gimana? Udah banyak kali pun,
kalausesuai standart, ohh yang dari Kemenkes ya
?kalau dokter umum 2 udah cukup, udah lebih lah,
dokter umum ada 4 disini. Cuma kendala nya
kadang ada beberapa dokter sering gak masuk karna
masih tugas pendidikan S-2. Jadi pasien Cuma
ditangani sama satu dokter aja.
Informan 3 Petugas kesehatannya? Udah lebih pun kalo diliat
dari jumlahnya, tapi dokter gigi kurang menurut
saya ya. Karna kan saya kadang juga ke sekolah-
sekolah. Kan ada juga ya program puskesmas ke
sekolah, kayak penyuluhan tentang kesehatan mulut
dan gigi. Jadi disini kosong, Cuma ada perawat tapi
107
kadang pasien ini pun kalo sama perawat gak mau
dia berobat.
Informan 4 Tenaga kesehatan disini sudah cukup, ada sekitar
70an orang. Udah sesuai sama standart lah. Dokter
umum ada 4 disini, bidan sama perawat juga
banyak kali.
Informan 5 Udah cukup lah, jumlahnya kurang tau berapa. Bisa
dibilang sudah sesuai standar, karna banyak petugas
disini.
Informan 6 Udah mencukupi lah, udah banyak pun petugas
disini. Kalau ditanya kami udah bagus lah
pelayanannya.
Informan 7 Udah cukuplah menurutku, kalau jumlah nya gak
tau berapa yang pastinya udah banyak lah.
Informan 8 Kurang tau ntah berapa jumlah dokternya ataupun
tenaga kesehatan lainnya, Cuma asal kesini minta
rujukan ada dokter yang meriksa.
Informan 9 Cukup lah kayaknya dokternya, asal mau minta
rujukan kesini ada dokternya kok. Dokternya juga
bilang gak usah dirujuk periksa disini aja udah
cukup gitu kan, tapi saya maunya periksa di rs, ya
karna saya mau di USG.
Informan 10 Jumlah petugas kesehatan gak tau ntah banyak ntah
gak. Pas mau periksa kurang nyamanlah, agak jutek
mukak dokternya, cuek pulak, kurang ramah lah
pokoknya ntah mungkin karna pasien banyak kali
dan cuma sikit orang itu gak tau jugak lah.
108
C. Hasil Wawancara Ketersediaan Obat-obatan di Puskesmas
Padangmatinggi
Informan Pernyataan
Informan 1 Kalau itu sudah hampir sesuai lah, karna sering juga
stock kosong, karna keterlambatan stock obat,
kayak dulu itu susah karna e-katalog itu. Kalau
obatnya tidak ada? Biasanya dikasih yang
mendekati, yang hampir sama gitu ya. Karna kita
seharusnya tidak boleh nyuruh pasien beli obat
diluar.
Informan 2 Belum lengkap menurut saya. Kalau itu gak tau lah
ya, langsung aja tanyakan ke bagian obat. Kalau itu
tanggung jawab bagian obat ya. Pokoknya kalau
dokter uda sesuai protabnya ya itu urusan bagian
obat. Karna kita seharusnya gak bisa nyuruh pasien
beli obat. Kadang kita kan gak tau ya dinas ini
gimana, kita udah buat permintaan sesuai dengan
kebutuhan tapi kalau gak ada juga ya mau gimana
lagi. Itu udah urusan bagian obat lah, gak mungkin
kita urusi itu disini aja udah banyak yang mau
diurus, ngadapi yang marah-marah tadi lah. Karna
memang kan gak semua itu sesuai sama keinginan
kita.
Informan 3 Belum sesuai lah ya, kayak obat cabut gigi anak-
anak gak ada.
Kalau gak ada, mau gimana lagi. Gak mungkin juga
kita rujuk. Kalau mau pasiennya beli sendiri lah.
Informan 4 Belum semua ada, ada daftarnya memang tapi
kadang gak masuk ke puskesmas. Kalau gak ada,
biasanya di ganti ke obat yang sama fungsinya, kita
bilang dulu ke dokter lah. Karna seharusnya pasien
gak boleh disuruh beli obat sendiri.
109
Informan 5 Formularium itu apa? Kadang masih ada obat yang
kosong. Gak semua obat lah lengkap disini.
Biasanya kita ganti sama yang sejenis, kalau gak
ada juga? Yaudah suruh pasien beli, itupun kalau
dia mau. Tapi jaranglah kami nyuruh pasien beli.
Informan 6 Kebutuhannya itu sesuai sama apa yang dokter
minta lah, kalau ada permintaan dari poli, kita minta
ke dinas, setiap bulan biasanya kita buat
permohonan. Tapi memang kadang ada
keterlambatan datang dari dinasnya, jadi disini
stocknya kosong.
Masih belum lengkap lah. Formularium nasional itu
gimana? Gak ada pulak daftarnya sama kita. Ada
beberapa yang gak ada, berarti belum sesuai sama
formularium nasional itu lah ya. Kalau gak ada obat
yang diresepkan dokter, kita cari yang sama. Kita
tanya dokter bisa diganti enggak. Kami gak bisa
langsung ganti-ganti aja, biasanya kami tanya ke
dokternya lagi. Kadang kita suruh beli, tapi kalau
pasiennya bersedia. Karna seharusnya kita gak
boleh nyuruh pasien beli obat sendiri.
Informan 7 Kalau obat udah lengkap lah, mungkin gak ada itu
karna udah habis, jadi nunggu stock lagi kan.
Biasanya diganti sama yang hampir menyerupai
obat sebelumnya. Ditanya dulu dokter, kalau dokter
bilang ganti ya ganti. Kalau udah gak ada lagi? Ya
mau gimana lagi, gak mungkin kita suruh dia beli,
tapi kadang ada pasien yang bersedia beli sendiri.
Informan 8 Saya minta rujukan, karna itu tadi saya harus
minum obat terus. Di puskesmas ini kan nyediakan
110
obatnya Cuma untuk tiga hari, makanya saya ke
rumah sakit ngambi obat untuk sebulan. Tidak
pernah, karna saya ngambil obatnya ke rumah sakit
kan. Dirujuk lah, kayak saya ini minta rujukan buat
ngambil obat sebulan.
Informan 9 Kurang tau, gak pernah minta obat. Kan saya minta
rujukan kesini.
Informan 10 Ada sih obat dikasi, tapi itu lah gak sembuh-
sembuh juga batuk anak saya, makanya saya datang
lagi mau minta surat rujukan. Biar berobat ke
rumah sakit aja, biar bisa di cek semuanya, biar
dikasih obat yang lebih bagus.
D. Hasil Wawancara Ketersediaan Fasilitas Sarana Kesehatan di Puskesmas
Padangmatinggi
Informan Pernyataan
Informan 1 Masih ada lah ya kurangnya, kayak alat
kesehatannya disini masih banyak yang belum ada.
Ada pun nanti udah rusak.
Kalau menurut saya kayaknya masih belum sesuai
standart lah ya. Masih banyak yang kurangnya.
Kompedium itu yang dalam permenkes itu kan ya.
Ya itu banyak harus ada ini, harus ada itu. Banyak
itu.
Kalau gak ada alat buat nangani pasien terpaksa lah
kita rujuk lah ya.
Informan 2 Sudah bisa dibilang mencukupilah. Kompedium itu
apa? Oh standartnya, itu bisa ditanya ke TU aja lah
ya, kan mereka lebih tau. Ke bagian inventaris
nanti. Kalau gak lengkap alat buat meriksanya ya
kita rujuk. Kayak mata disini gk lengkap alatnya ya
kita rujuk.
111
Informan 3 Masih kurang lah ya, belum lengkap semua, masih
belum sesuai standart lah, alat scaling gigi pun ada,
tapi rusak. Jadi gak bisa bersihkan karang gigi
disini. Kalau gak ada alat ya kita rujuk.
Informan 4 Udah bisa dibilang sesuai lah ya, ada memang
beberapa alat kesehatan yang gak ada, kalau
pemeriksaan alat THT kita gak ada, alat kesehatan
gigi juga ada yang rusak. Kalau gak ada biasanya
dirujuk. Apa itu kompedium? Oh itu tanya
inventaris aja.
Informan 5 Belum sesuai lah, buktinya masih ada alat yang gak
ada di Puskesmas. Kompedium apa? Oh
standartnya itu? Belum lah ya. Ya kalau gitu kita
rujuk lah. Kalau gak ada alatnya. Contohnya kalau
dia sesak napas, disini gak ada oksigen ya kita
rujuk. Masa mau kita pertahankan disini.
Informan 6 Udah cukup lah, sesuia standart Puskesmas. Apa?
Kompedium? Tanya aja ke bagian inventaris, biar
lebih jelas. Nati takut salah-salah pula, kami Cuma
tau bagian obat aja lah.
Informan 7 Masih ada kurangnya. Gak semuanya lengkap. Ada
juga alat yang rusak. Ya memang gak sesuai sama
sutandartnya, tapi ya kita tetap berusaha semampu
kita lah. Kalau gak ada? Kita berusaha dulu, ntah
pake alat yang ada, kalau memang harus dirujuk ya
kita rujuk. Apa itu? Oh itu daftarnya, jadi pusesmas
harus punya itu ya. Kalau dibandingkan sama daftar
tadi, ya gak sesuai lah. Ada beberapa alat kesehatan
yang gak lengkap.
112
Informan 8 Udah lumayan lah, saya gak tau detailnya. Kalau
gak ada alat dirujuk lah, jadi gimana mau orang itu
ngobati pasien kalau gak ada alatnya.
Informan 9 Kalau menurut saya uda baguslah. Fasilitasnya
juga, namanya untuk puskesmas ya udah bisalah.
Informan 10 Udah lumayan lah, tapi mungkin gak selengkap
rumah sakit.
E. Hasil Wawancara Pengetahuan Tentang Gatekeeper di Puskesmas
Padangmatinggi
Informan Pernyataan
Informan 1 Gatekeeper? Tau, memang pasien itu harus ke
puskesmas dulu kan, harus ditangani dulu disini.
Puskesmas kan sebagai FKTP. Jadi kita kan
fungsinya sebagai pelayanan ya kan. Tentunya kita
menyiapkan diri semampu kita. Kita ada usulan
dana JKN, rehab bangunan, alat kesehatan, obat.
Yaa, sebagai pegawai disini saya bilang udah baik
lah ya.
Informan 2 Apa? Oh itu tau lah. Pasien memang harus
ditangani di sini lebih dulu baru ke rumah sakit ya.
Kan disini fasilitas kesehatan tingkat pertama. Kita
berusaha menangani disini, sekarang pasiennya
gimana. Mau gak dia ditangani. Ada juga pasien ini
yang Taunya Cuma ngambil rujukan aja kesini.
Informan 3 Gatekeeper? Ya udah bagus lah kalau menurut saya.
Kalau saya bilang gak bagus kan itu udah salah.
Informan 4 Gatekeeper? Apa itu? Oh tau lah, memang harus ke
Puskesmas dulu pasiennya.
Udah baik, yang bisa ditangani disini ya ditangani,
kalau gak bisa ya dirujuk.
113
Informan 5 Sebagai apa? Ya udah bagus lah, yang bisa kita
tangani disini ya kita tangani, kalau tidak baru
dirujuk.
Informan 6 Tau, harus ada kartu bpjs trus memang rayon sini.
Kalau gak bisa ditangani baru kita rujuk.
Informan 7 Apa gatekeeper? Saya bilang udah baik, nyatanya
tinggi rujukan disini. Yang pasti kami berusahalah
menangani disini, kalau memang gak bisa kami
tangani, ya dirujuk. Kadang pasien ini bandel juga,
gak mau dia kontrol disini maunya minta rujukan
aja langsung.
Informan 8 Konsep apa? Gak tau, tapi memang ke puskesmas
kalau ada apa-apa.
Informan 9 Konsep apa? Gak pernah denger. Pokoknya kalau
ada apa-apa kita kesini, ngambil rujukan lah. Karna
kalau berobat ke rumah sakit kan gak bayar lagi.
Informan 10 Gak tau, gak pernah denger juga. Saya taunya ke
puskesmas berobat yang ringan-ringan aja.
F. Hasil Wawancara Tentang Pelaksanaan Rujukan di Puskesmas
Sadabuan
Informan Pernyataan
Informan 1 Sistem rujukan di puskesmas ini saya rasa sudah
sesuai dengan peraturan JKN ini, system rujukan di
puskesmas dilakukan secara berjenjang dari fasilitas
tingkat pertama ke fasilitas tingkat lanjutan dan jika
ada pasien yang membutuhkan tindakan spesialis
maka akan diberi rujukan. Untuk pelaksanaan
rujukan sudah sesuai dengan peraturan petunjuk
teknis dari BPJS tentang pelaksanaan rujukan di
puskesmas.
114
Informan 2 Menurut saya sudah sesuai dengan alur 155 jenis
penyakit yang harus ditangani di puskesmas. Untuk
pasien yang jenis penyakit masuk dalam 155 jenis
penyakit dan menderita komplikasi maka saya akan
memberikan rujukan dan untuk pasien yang tidak
bisa ditangani di puskesmas maka akan langsung
dirujuk.
Informan 3 Alur rujukan di puskesmas sadabuan udah sesuai
aturan yang berlaku menurut saya.
Informan 4 Menurut saya persyaratan untuk tindakan lanjutan
sepanjang hal itu tidak bisa ditangani maka pasien
akan dirujuk ke rumah sakit tetapi terlebih dahulu
tergantung kepada kondisi penyakit dan keadaan
pasien itu sendiri, dokter juga sudah paham dengan
155 jenis penyakit yang ditangani di puskesmas.
Kalau menurut saya puskesmas ini sudah
menjalankan prosedur, sudah sesuai peraturan yang
diberikan BPJS. Banyaknya pasien yang dirujuk itu
diakibatkan oleh kondisi komplikasi oleh pasien
dan kondisi gawat darurat.
Informan 5 Menurut saya udah baik lah disini. Udah sesuai alur
rujukan dari BPJS Kesehatan.
Informan 6 Bagus kok di sini. Pasien yang butuh pengobatan
spesialistik ya kita rujuk. Puskesmas kan gak ada ya
dokter spesialisnya.
Informan 7 Kalau alat kesehatan yang dibutuhkan pasien tidak
tersedia di puskesmas ya biasanya pasien kita rujuk.
Informan 8 Saya kesini mau minta rujukan. Sebelumnya saya
sudah berulang kali berobat di puskesmas ini, tapi
tidak kunjung sembuh. Sehingga saya dirujuk ke
rumah sakit.
115
Informan 9 Pelayanan kesehatan yang saya dapatkan di
puskesmas ini baik, saya datang untuk berobat.
Keluhan saya kepada dokter karena penyakit saya
ini kepala saya sakit dan disertai dengan sesak
didada melihat kondisi saya dokter memberi saya
rujukan supaya mendapatkan pelayanan yang lebih
itensif dengan pergi ke dokter spesialis.
Informan 10 Sebelumnya saya sudah berulang kali berobat di
puskesmas ini, tapi tidak kunjung sembuh. Mungkin
obatnya kurang bervariasi, makanya saya dirujuk ke
rumah sakit.
G. Hasil Wawancara Ketersediaan Tenaga Kesehatan di Puskesmas
Sadabuan
Informan Pernyataan
Informan 1 Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Sadabuan
sudah cukup dan sesuai dengan standar, yang saya
lihat juga semua petugas disini mampu dalam
memberikan pelayanan, bila pasiennya bisa
ditangani maka akan ditangani di puskesmas ini
sesuai dengan aturan yang berlaku dari JKN dan
jika tidak bisa maka akan dirujuk.
Informan 2 Tenaga kesehatan yang saya lihat di puskesmas
Sadabuan sudah bagus, tidak ada kendala. Jumlah
tenaga kesehatan disini juga sudah cukup. Kami
harus mengetahui alur yang semestinya di era JKN.
Kami juga mengetahui di era JKN memang ada
daftar nama-nama penyakit yang harus ditanggani
di puskesmas jumlahnya 155 jenis penyakit. Siapa
saja yang bisa dirujuk dan siapa saja yang tidak bisa
di rujuk. Bagaimana sistem rujukan berjenjang
116
yaitu pasien yang tidak bisa kami tanggani di
puskesmas kami beri rujukan ke fasilitas kesehatan
sekunder atau tersier tentunya harus sesuai dengan
alur yang benar. Kecuali seperti kasus
kegawatdaruratan, dan bila mereka membutuhkan
perawatan spesialis tentu dirujuk atau keterbatasan
fasilitas di puskesmas maka akan di rujuk
Informan 3 Tenaga kesehatan udah sesuai standart, malah bisa
dibilang udah lebih.
Informan 4 Jumlah tenaga kesehatan di puskesmas Sadabuan
sudah cukup dan sesuai standart, yang saya lihat
juga semua petugas disini sudah mampu dalam
memberikan pelayanan, bila pasiennya bisa
ditangani maka akan ditangani di puskesmas ini dan
jika tidak bisa maka akan dirujuk.
Informan 5 Tenaga kesehatan disini sudah sesuai standart yang
berlaku, petugas sudah memiliki kemampuan dalam
memberikan pelayanan kesehatan.
Informan 6 Udah cukup, udah banyak petugas dan
pelayanannya juga udah bagus.
Informan 7 Udah cukuplah, kami yang perawat aja udah
melebihi standart puskesmas.
Informan 8 Saya datang berobat ke puskesmas ini karena di
kartu BPJS saya terdaftar di puskesmas ini. Jadi
kalau saya datang dan memberikan kartu BPJS saya
petugas kesehatan sudah mengerti dengan hal ini.
Pelayanan yang dapatkan disini baik serta
petugasnya juga ramah dalam memberikan
pelayanan.
117
Informan 9 Saya terdaftarnya di puskesmas ini jika hendak
berobat dan mendapatkan fasilitas kesehatan seperti
yang tertera dalam kartu BPJS saya dan para
petugas juga sudah mengetahui akan hal tersebut,
serta pelayanan yang diberikan di sini sudah cukup
bagus.
Informan 10 Saya datang berobat ke puskesmas ini karena rumah
saya dekat dengan puskesmas ini dan semua
penduduk yang tinggal dekat dengan puskesmas ini
terdaftarnya di puskesmas ini, dan pelayanannya
juga bagus.
H. Hasil Wawancara Ketersediaan Obat-obatan di Puskesmas Sadabuan
Informan Pernyataan
Informan 1 Kalau perencanaan obat di puskesmas ini dananya
ada 2 yaitu dari pemerintah daerah dan BPJS, kalau
dari dana pemerintah daerah perencanaannya
pertahunan dan kalau dari BPJS per tiga bulan
sekali, kebutuhan obat disini bisa dibilang tinggi
karena banyak pasien yang berobat disini dan
pernah terjadi kekosongan obat. Jika obat yang
dibutuhkan pasien sedang tidak ada maka akan
diganti dengan obat yang memiliki komposisi yang
sama, tetapi jika ada pasien yang membutuhkan
obat dan obat tersebut tidak ada dan tidak bisa
diganti maka akan di berikan pengertian kepada
pasien kalau pasien mau beli obat diluar akan
dibuatkan resep oleh dokter yang sedang bertugas.
Informan 2 Kalau obat disini bisa dibilang udah cukup tapi
terkadang ada beberapa jenis obat yang tidak
tersedia. Jika obat yang akan diberikan sedang tidak
118
tersedia, maka saya akan menanyakan kepada
pasien apakah mereka mau membeli obat di luar
atau tidak. Jika mereka tidak bersedia maka obat
sejenis yang akan diberikan.
Informan 3 Belum sesuai lah ya, kayak obat cabut gigi anak-
anak gak ada.
Kalau gak ada, mau gimana lagi. Gak mungkin juga
kita rujuk. Kalau mau pasiennya beli sendiri lah.
Informan 4 Menurut saya obat di sini masih belum lengkap
karena masih ada obat yang tidak tersedia di
puskesmas, kalau sedang tidak tersedia maka
pengelola obat yang akan mengurus obatnya atau
pasien akan diberikan rujukan, kalau saya rasa
belum sesuai standart formularium nasional karena
hal tersebut maka masih ada obat yang tidak
tersedia.
Informan 5 Formularium ya? Kadang masih ada obat yang gak
ada, kadang obat kosong karna stock obat lagi
habis.
Informan 6 Masih ada lah beberapa obat yang kosong, jadi
kalau berdasarkan formularium nasional saya rasa
belum lengkap. Biasanya kami kasi saran ke pasien
untuk beli obat di luar, itu jika apabila pasiennya
bersedia sih.
Informan 7 Saya rasa obatnya udah lumayan lengkap lah.
Jarang lah pasien kami beli obat di luar. Kalau obat
yang dibutuhkan pasien tidak tersedia biasanya
diganti dengan obat yang komposisinya sama.
Informan 8 Sejauh ini saya berobat obat yang saya butuhkan
ada di puskesmas ini dan selama saya berobat di
119
sini tidak pernah disuruh beli obat di luar oleh
petugas yang ada di sini.
Informan 9 Tidak pernah disuruh beli obat di luar karena obat
yang saya butuhkan ada tersedia tetapi jika obatnya
tidak ada maka saya akan beli di luar.
Informan 10 Saya belum pernah di suruh beli obat karena
obatnya ada si sini yang saya butuhkan. Tetapi jika
obat yang saya butuhkan tidak ada di puskesmas ini
maka akan saya beli di luar agar keadaan saya cepat
pulih seperti biasanya.
I. Hasil Wawancara Ketersediaan Fasilitas Sarana Kesehatan di Puskesmas
Sadabuan
Informan Pernyataan
Informan 1 Ketersediaan sarana dan fasilitas kesehatan
sebenarnya sudah bagus dan sesuai dengan penyakit
yang bisa ditangani di fasilias kesehatan tingkat
pertama, dan ada juga memang alat yang rusak dan
akan segera diperbaiki supaya dapat dipakai
kembali alat kesehatan yang sedang rusak tersebut.
Informan 2 Menurut saya untuk sarana dan prasarananya yang
ada di puskesmas ini saya rasa sudah lengkap sejak
adanya JKN dalam memberikan pelayanan
kesehatan, tapi masih ada beberapa peralatan
kesehatan yang sudah rusak tapi kami sudah lapor
kebagian peralatan dan sedang dalam perbaikan.
Informan 3 Menurut saya puskesmas ini sudah sesuai dengan
kompedium. Tapi jika pasien yang datang
membutuhkan alat yang tidak ada di puskesmas
maka akan dirujuk pasiennya.
120
Informan 4 Untuk kelengkapan fasilitas sarana yang ada di
puskesmas saya rasa masih belum cukup lengkap
karena masih ada beberapa alat kesehatan belum
tersedia dan ada alat kesehatan yang rusak.
Informan 5 Menurut saya peralatan sudah mencukupi, namun
memang kalau dilihat dari Permenkes no. 75
peralatan masih ada yang kurang, jika fasilitas alat
kesehatan yang dibutuhkan pasien tidak ada di
puskesmas maka akan diberikan pemahaman
kepada pasien dan apabila pasien tidak dapat
ditangani di puskesmas maka akan dirujuk.
Informan 6 Sudah sesuai standart lah menurut saya, kita juga
bisa menangani pasien di puskesmas ini.
Informan 7 Ada juga sih alat yang rusak di puskesmas ini. Jadi
kalau pasiennya gak bisa ditangani karna alat tidak
ada atau rusak, pasien kita rujuk.
Informan 8 Kalau lokasi sudah baik di puskesmas ini, kalau
alat-alat tidak tersedia untuk pasien yang hendak
berobat maka akan dirujuk.
Informan 9 Saya rasa jika alat tidak lengkap maka akan dirujuk
oleh petugas kesehatan dan saya akan langsung
meminta rujukan bila fasilitas tidak tersedia.
Informan 10 Bila alat tidak ada di puskesmas jelas tidak dapat
ditangani di puskesmas, maka akan diberikan
rujukan oleh petugas kesehatan. Petugas tidak akan
membiarkan pasien yang datang untuk berobat tidak
mendapatkan pelayanan jika alat tidak tersedia di
puskesmas.
121
J. Hasil Wawancara Pengetahuan Tentang Gatekeeper di Puskesmas
Sadabuan
Informan Pernyataan
Informan 1 Gatekeeper? Tau, puskesmas kan memang sebagai
fasilitas kesehatan tingkat pertama. Jadi pasien kita
tangani dulu disini, seandainya pasien
membutuhkan pengobatan spesialistik ataupun
kurangnya fasilitas kesehatan di puskesmas ini
maka akan kita rujuk.
Informan 2 Kita memang sebagai gatekeeper. Pasien harus
ditangani di sini lebih dulu baru ke rumah sakit.
Kan disini fasilitas kesehatan tingkat pertama. Kita
berusaha menangani disini.
Informan 3 Menuru saya petugas disini udah tau lah kalo
puskesmas berperan sebagai gatekeeper.
Informan 4 Udah bagus kok di sini. Semua petugas kesehatan
udah tau kalau peran puskesmas itu ya sebagai
gatekeepr. Jadi kita berusaha menangani pasien di
sini lebih dulu, jika perlu rujukan baru kita rujuk.
Informan 5 Hmm, yang bisa kita tangani di sini kita tangani
kok, jadi ya menurut saya udah bagus.
Informan 6 Sudah baik lah di sini. Semua petugas kesehatan di
puskesmas ini berusaha dulu menangani pasien di
puskesmas ini. Kalau memang butuh di rujuk, baru
kita kasi rujukan.
Informan 7 Gatekeeper ya? Udah baguslah menurut saya,
puskesmas sadabuan udah mengetahui perannya
sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama.
Informan 8 Konsep apa tadi? Gatekeeper? Kurang ngerti saya.
Pokoknya kalau mau minta rujukan ke rumah sakit
ya ngambilnya ke puskesmas ini.
122
Informan 9 Pokoknya saya berobat disini, rumah saya dekat
dari sini, di kartu BPJS saya juga rayon nya ke
puskesmas ini.
Informan 10 Taunya ya kalau mau berobat ke rumah sakit
prosesnya dari puskesmas dulu. Setelah puskesmas
kasi surat rujukan baru bisa ke rumah sakit.
123
HASIL OBSERVASI FASILITAS
Hasil Observasi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 118/MENKES/SK/IV/2014 Tentang Kompedium Alat Kesehatan
di Puskesmas Padangmatinggi
Kompedium Alat Kesehatan Ketersediaan di Puskesmas
Padangmatinggi
A. Alat Kesehatan Elektromedik
1. Anaesthesia Vaporizer
2. Apnea Monitor
3. Argon Surgical Laser
4. Aspirator
5. Audiometer
6. Autotransfusion Unit
7. Automatic Sphygmomanometer
8. Blood Pressure Monitor, Invasive
9. Blood/Solution Warmer
10. Capnometer (CO2 Monitor)
11. Cardiac Resuscitator
12. Co2 Surgical Laser
13. Cryosurgical Unit
14. Defibrilator
15. Dental Unit
16. Diathermy/Shortwave
17. Electrosurgical Unit (ESU)
18. Elektrokardiograf (EKG)
19. Heart Lung Bypass Unit
20. Hemodialysis Unit
21. Hospital Bed
22. Hypo/Hyperthermia Units
23. Infusion Pump
24. Baby Incubator
25. Intra Aortic Balloon Pump
26. Laparoscopy
27. Mammography Unit
28. Anaesthesia Machine
29. Mobile C-Arms X-Ray
30. Mobile X-Ray Unit
31. Oxygen Analyzer
32. Pacemaker External, Non Invasive
33. Phototherapy Unit
34. Portable Ventilator
35. Pressure Transducers
36. Pulse Oxymeter
37. Radiant Warmer
✓
✓
✓
✓
124
Kompedium Alat Kesehatan Ketersediaan di Puskesmas
Padangmatinggi
38. Radiographic/Fluoroscopic Unit
39. Smoke Evacuator
40. Traction Unit
41. Transcutaneous Co2 Monitor
42. Transcutaneous Oxygen (O2) Monitor
43. Ultrasound Scanner (USG Diagnostik)
44. X-Ray Unit General Purpose
45. Electroencephalograph (Eeg)
46. Lampu Periksa Halogen
47. Sterilisator Kering
48. Ekstraktor Vakum Manual
49. Pocket Fetal Hearth Rate Monitor (Doppler)
✓
✓
✓
✓
B. Alat Kesehatan Non Elektromedik
1. Blood Bag
2. Blood Transfusion Set
3. Cat Gut (Benang Bedah)
4. Dental Cement
5. Disposable Syringe
6. Auto Disable Disposable Syringe
7. Hypodermic Syringe With Reuse
Prevention Feature
8. Foley Catheter
9. Glass Ionomer Cement
10. Gutta Percha
11. Impression Material
12. Infusion Set
13. Instrumen Bedah
14. Iv Catheter
15. Kapas Berlemak
16. Kapas Pembalut/Absorben
17. Kasa Hidrofil
18. Kasa Hidrofil Terdeteksi Sinar-X
19. Kasa Pembalut
20. Kasa Pembalut Elastis
21. Kondom
22. Manual Hospital Bed
23. Masker Bedah
24. Masker Oksigen
25. Pembalut Gips
26. Plester
27. Pulmonary Resuscitator
28. Sarung Tangan Bedah
29. Silk Suture (Benang Bedah Sutera)
✓
✓
✓
✓
✓
✓
✓
✓
✓
✓
✓
✓
✓
✓
✓
✓
✓
✓
✓
125
Kompedium Alat Kesehatan Ketersediaan di Puskesmas
Padangmatinggi
30. Stethoscope Manual
31. Tensimeter Manual Dengan Air Raksa
32. Tensimeter Manual Dengan Jarum
33. Urine Bag
34. Wing Needle
35. Termometer Raksa
36. Timbangan Bayi
37. Timbangan Injak Dewasa
38. Stand Infus
39. Tabung Oksigen + Regulator
40. Tempat Tidur Periksa
41. Tempat Tidur Persalinan
✓
✓
✓
✓
✓
✓
✓
✓
✓
✓
✓
✓
C. Produk Diagnostik in Vitro
1. Automated Blood Grouping Analyzer
2. Bilirubin Test System
3. Blood Gas/Ph/Chemistry Point of Care
4. Cholesterol Test Strip ✓ 5. Clinical Chemistry Analyzer
6. C-Reactive Protein Reagent (CRP)
7. Creatine Kinase Reagent
8. Creatine Reagent
9. Diff Diluent
10. Glucose Analyzer
11. Glucose Test Strip ✓
12. Hematology Control
13. Hematology Point of Care Analyzer
14. Hiv Combi ✓
15. Immunoassay Analyzer
16. Tes Hepatitis B (Hbsab Rapid Test)
17. Tes Kehamilan Cepat (Pregnancy
Rapid Test)
✓
18. Tes Masa Subur (Luteinizing Hormone
Test System)
19. Toxo Igg Ii Assay
20. Uji Mycobacterium Tuberculosis –
Igg/Igm
21. Uric Acid Reagent
22. Uric Acid Test Strip ✓
23. Urinalysis Reagent Strips
24. Whole Blood Coagulation Analyzer
25. Reagensia In Vitro untuk Pewarna
Biologi
126
HASIL OBSERVASI OBAT
Hasil Observasi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.02.02/MENKES/523/2015 Tentang Formularium Nasional
KELAS
TERAPI SUB KELAS TERAPI/NAMA GENERIK
KETERSEDIAAN
DI PUSKESMAS
1. ANALGESIK, ANTIPIRETIK, ANTIINFLAMASI NON STEROID,
ANTIPIRAI
1. Kodein ✓ 2. Asam mefenamat ✓ 3. Ibuprofe ✓
4. Natrium dikolofenak ✓
5. Parasetamol ✓
6. Tramadolol
7. Alopurinol ✓
8. Probenesid
2. ANESTIK
1. Etil klorida ✓
2. Lidokain ✓
3. Ketamin
4. Oksigen ✓
5. Atropin ✓
6. Diazepam ✓
3. ANTIALERGI DAN OBAT UNTUK ANAFILAKSIS
1. Deksametason ✓
2. Difenhidramin
3. Epinefrin (adrenalin) ✓
4. Clorfeniramin ✓
5. Loratadin
4. ANTIDOT DAN OBAT UNTUK KERACUNAN
1. Atropin ✓
2. Kalisum glukonat
3. Natrium bikarbonat ✓
4. Natrium tiosulfat
5. Karbon adsorben
6. Magnesium sulfat ✓
5. ANTIEPILEPSI-ANTIKONVULSI
1. Adiazepam
2. Fenitoin na
3. Fenobarbital ✓
4. Karbamazepin ✓
5. Magnesium sulfat ✓
6. Valproat
127
6. ANTIINFEKSI
1. Albendazol ✓
2. Mebendazol ✓
3. Pirantel pamoat ✓
4. Prazikuantel
5. Dietikarbamazin
6. Prazikuantel
7. Amoksisilin ✓
8. Ampisilin ✓
9. Benzatin penisilin
10. Fenoksimetil penisilin (penisilin v)
11. Proakain benzilpenisilin
12. Doksisiklin ✓
13. Tetrasiklin ✓
14. Kloramfenikol ✓
15. Kotrimoksazole (dewasa kombinasi) ✓
16. Trimetropin ✓
17. Kotrimoksazol forte kombinasi ✓
18. Eritromisin
19. Siprofloksasin
20. Metronidazol ✓
21. Depson
22. Klofazimin, micronized
23. Rifampisin ✓
24. Etambutol ✓
25. Isoniazid ✓
26. Pirazinamid ✓
27. Steptomisin
28. Kombinasi: panduan dalam bentuk
kombinasi dosis tepat (KDT/FDC) untuk
dewasa 4 KDT (FDC)
✓
29. Kombinasi: panduan dalam bentuk
kombinasi dosis tepat (KDT/FDC) untuk
dewasa 2 KDT (FDC)
✓
30. Kombinasi: panduan dalam bentuk
kombinasi dosis tetap (KDT/FDC) untuk
anak 3 KDT (FDC)
✓
31. Kombinasi: panduan dalam bentuk
kombinasi dosis tetap (KDT/FDC) untuk
anak 2 KDT (FDC)
✓
32. Kombinasi: panduan dalam bentuk paket
kombipak untuk dewasa. Kombipak II
✓
33. Kombinasi: panduan dalam bentuk
kombipak untuk dewasa. Kombipak III
✓
128
34. Kombinasi: panduan dalam bentuk paket
kombipak untuk anak. Kombipak A
✓
35. Kombinasi: panduan dalam bentuk paket
kombipak untuk anak. Kombipak B
✓
36. Metenamin mandelat (heksamin mandelat) ✓
37. Nitrofurantoin ✓
38. Griseufulvin (micronized) ✓
39. Ketokonazol ✓
40. Nisatatin ✓
41. Metronidazol ✓
42. Doksisiklin ✓
43. Antimalaria kombinasi
44. Artemether
45. Artesunat
46. Artesunat tab 50mg
47. Kombinasi (kombipak)
48. Kuini ✓
49. Primakuin
50. Asiklovir ✓
51. Zidovudin
7. ANTIMIGREN
1. Propanolol ✓
2. Ergotamin
8. ANTIPARKINSON
1. Kombinasi (benserazid, levodopa)
2. Triheksifenidil
9. OBAT YANG MEMPENGARUHI DARAH
1. Asam folat ✓
2. Ferro sulfat ✓
3. Kombinasi (asam sulfat, ferro sulfat) ✓
4. Sianokobalamin (vit B12) ✓
5. Fitomenadion (vit K1) ✓
10. MATA DAN KULIT
1. Fluoresein
2. Tuberkulin
3. Hidrogen peroksida
4. Klorheksidin
5. Povidon iodin
11. ANTISEPTIK DAN DESINFEKTAN
1. Etanol 70% ✓
2. Paraformaldehid
12. OBAT DAN BAHAN UNTUK GIGI
1. Eugenol ✓
2. Formokresol ✓
129
3. Gutta percha dan paper points
4. Kalsium hidroksida ✓
5. Klorfenol kamfer mentol (chkm)
6. Klorheksidin
7. Natrium hipoklorit
8. Pasta pengisi saluran akar ✓
9. Nistatin ✓
10. Fluor ✓
11. Bahan tumpatan sementara ✓
12. Glass ionomer art (atraumatic restorative
treatment)
✓
13. Komposit resin
14. Anestetik lokal gigi kombinasi: lidokain hcl
2% + epinefrin 1:80.000
✓
15. Articulating paper
16. Etil klorida ✓
17. Ferrakrilum
18. Lidokain ✓
19. Pasta devitalisasi (non arsen) ✓
20. Pasta surgical ginggival pack
13. DIURETIK
1. Furosemid ✓
2. Spironokalton
3. Hidroklorotiazid
14. HORMON, OBAT ENDOKRIN, DAN KONTRASEPSI
1. Glibenklamid ✓
2. Glimepirid ✓
3. Glipizid
4. Metfomin ✓
5. Kombinasi: levonorgestrel 150 mcg,
etinilestradiol 30 mcg
6. Medroksi progesteron asetat
7. Coppoer t ✓
8. Etonogestrel
9. Levonorgestrel ✓
10. Lugol
11. Propiltiourasil
12. Hidrokortison ✓
13. Prednison ✓
14. Deksametason ✓
15. Linestrenol
15. OBAT KARDIOVASKULER
1. Atenolol
2. Diltiazem hcl
130
3. Gliseril trinitrat ✓
4. Isosorbid dinitrat ✓
16. ANTIARITMIA
1. Digoksin ✓
2. Diltiazem
3. Propranolol ✓
17. ANTIHIPERTENSI
1. Amlodipin ✓
2. Atenolol
3. Hidroklorotiazid
4. Kaptopril ✓
5. Kortalidon
6. Nifedipin ✓
7. Propanolol
18. ANTIAGREGASI PLATELET
1. Asam asetilsalisilat (asetosal) ✓
2. Diagoksin ✓
3. Furosemid ✓
4. Kaptopril ✓
5. Epinefrin ✓
6. Norepinefrin
7. Simvastin ✓
19. OBAT TOPIKAL UNTUK KULIT
1. Kloramfenikol ✓
2. Perak sulfadiazin
3. Antifungsi, kombinasi: asam benzoat, asalm
silisilat
✓
4. Mikonazol ✓
5. Nistatin ✓
6. Betametason ✓
7. Hidrokortison ✓
8. Kalamin
9. Permetrin
10. Saep 2-4 kombinasi ✓
11. Asam silisilat ✓
12. Caltar
13. Bedak salisil ✓
20. LARUTAN ELEKTROLIT, NUTRISI, DAN LAIN-LAIN
1. Garam orait kombinasi ✓
2. Natrium bikarbonat ✓
3. Zinc ✓
4. Air untuk injeksi ✓
5. Tetrasiklin ✓
6. Kloramfenikol ✓
131
7. Betametason ✓
8. Olopatadin
9. Metilergometrin ✓
10. Oksitosin ✓
11. Diazepam ✓
12. Amitriptilin ✓
13. Haloperidol ✓
14. Klopromazin ✓
21. OBAT UNTUK SALURAN CERNA
1. Antasida ✓
2. Omeprazol ✓
3. Ranitidin ✓
4. Dimenhidrinat
5. Domperodon ✓
6. Klorpromazin
7. Metoklopramid ✓
8. Antihemoroid, kombinasi
9. Antropin ✓
10. Hiosina butilbromida
11. Atapulgit ✓
12. Garam oralit, kombinasi ✓
13. Zinc ✓
14. Kombinasi: koalin, pektin ✓
15. Bisakodil
16. Gliserin
17. Aminofilin ✓
18. Deksametason ✓
19. Epinefrin ✓
20. Salbutamol ✓
21. Teofilin ✓
22. Terbutain
23. Kombinasi : salmeterol, flutikason
24. Kodein
22. OBAT UNTUK PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS
1. Ipratropium bromida
2. Kombinasi: piratrobium br, salbutamol
23. OBAT YANG MEMPENGARUHI SISTEM IMUN
1. Heaptitits b imuglobulin (human)
2. Human tetanus imunoglobulin
3. Serum anti bisa ular
4. Serum antidifteri (a.d.s)
5. Serum antirabies
6. Serum antitetanus (a.t.s)
132
7. Tetanus toxoid ✓
24. VAKSIN
1. Vaksin bcg ✓
2. Vaksin campak ✓
3. Vaksin kombinasi dpt + hepatitis b ✓
4. Vaksin jerap diferi tetanus (dt) ✓
5. Vaksi jerap diferi tetanus pertusis (dpt) ✓
6. Vaksin jerap tetanus (tetanus adsorbed
toxoid)
✓
7. Vaksin polio ✓
8. Vaksin rabies, untuk manusia ✓
25. OBAT UNTUK THT
1. Hidrogen peroksida
2. Karbogliserin
3. Lidokain ✓
4. Oksimetazolin
26. VITAMIN DAN MINERAL
1. Asam askorbat (vitamin c) ✓
2. Ergokalsiferol (vitamin d2)
3. Ferro fumarat
4. Ferro sulfat ✓
5. Kalsium glukonat ✓
6. Kalsium karbonat ✓
7. Kalsium laktat (kalk) ✓
8. Kombinasi: ferro sulfat 200 mg, asam folat
0,25 mg
✓
9. Nikotanamid ✓
10. Piridoksin (vitamin b6) ✓
11. Retino (vitamin a) ✓
12. Sianokobalamin (vitamin b12) ✓
13. Tiamin (vitamin b1) ✓
14. Vitamin b komploks
133
Permohonan Pengajuan Judul Tesis
134
Surat Izin Survei Awal
135
Surat Balasan Survei Awal
136
Surat Izin Penelitian
137
Lembar Bimbingan Pembimbing I
138
Lembar Bimbingan Pembimbing II
139
140
Lembar Revisi Proposal
141
Lembar Revisi Sidang Hasil
142
Lembar Revisi Tesis
143
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1. Peneliti melakukan wawancana dengan Kepala Puskesmas
144
Gambar 2. Peneliti melakukan wawancana dengan Dokter Puskesmas
145
Gambar 3. Peneliti melakukan wawancana dengan Pegawai Tata Usaha
146
Gambar 4. Peneliti melakukan wawancana dengan Bidan Puskesmas
147
Gambar 5. Peneliti melakukan wawancana dengan Pengelola Obat
148
Gambar 6. Peneliti melakukan wawancana dengan Perawat
149
Gambar 7. Peneliti melakukan wawancana dengan Pasien
150
Gambar 8. Peneliti melakukan wawancana dengan Pasien
151
Gambar 9. Peneliti melakukan wawancana dengan Pasien