ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

166
ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN TINGKAT PERTAMA PESERTA BPJS KESEHATAN DI PUSKESMAS PADANGMATINGGI KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2019 TESIS Oleh : HENI ANDIASWATY 1702011150 PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN 2019

Transcript of ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

Page 1: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN

TINGKAT PERTAMA PESERTA BPJS KESEHATAN

DI PUSKESMAS PADANGMATINGGI

KOTA PADANGSIDIMPUAN

TAHUN 2019

TESIS

Oleh :

HENI ANDIASWATY

1702011150

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

MEDAN

2019

Page 2: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN

TINGKAT PERTAMA PESERTA BPJS KESEHATAN

DI PUSKESMAS PADANGMATINGGI

KOTA PADANGSIDIMPUAN

TAHUN 2019

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memeroleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M.)

pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia

Oleh :

HENI ANDIASWATY

1702011150

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

MEDAN

2019

Page 3: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

PENGESAHAN TESIS

ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN

TINGKAT PERTAMA PESERTA BPJS KESEHATAN

DI PUSKESMAS PADANGMATINGGI

KOTA PADANGSIDIMPUAN

TAHUN 2019

Disusun dan Diajukan Oleh :

Page 4: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

Telah Diuji Pada Tanggal : 14 November 2019

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Mappeaty Nyorong, M.P.H

Anggota : 1. Dr. Anto, SKM. M.Kes., M.M.

2. Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd

3. Neni Ekowati Januariana, Ir., M.P.H.

Page 5: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Tesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar

akademik Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M.), di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia.

2. Tesis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa

bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim

penelaah/Tim penguji.

3. Dalam Tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau di

publikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantum kan

sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan Saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka

saya bersedia menerima sanksi akademik pencabutan gelar yang telah

diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang

berlaku di perguruan tinggi ini.

Medan, 14 November 2019

Yang Membuat Pernyataan,

Heni Andiaswaty

1702011150

Page 6: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

i

ABSTRACT

ANALYSIS OF REFERRAL IMPLEMENTATION OF FISRT RATE

OUTPATIENTS HEALTH INSURANCE BPJS PARTICIPANTS

IN PADANGMATINGGI HEALTH CENTRE

PADANGSIDIMPUAN IN 2019

HENI ANDIASWATY

1702011150

In the JKN era, the health centre was expected to be able to handle 155

disease diagnoses, so participants no longer needed to go directly to the hospital.

However, the high non-specialist referral rate in the Padangmatinggi Health

centre in 2018 was 663 (6.17%) in contrast to the JKN program which should be

able to maximize the function of the health centre. The availability of health

workers, medicines, health facilities at the health centre, and knowledge of the

gatekeeper concept has an important role in the implementation of referrals.

This study was qualitative research methods with a case study approach.

Data collection methods are done with in-depth interviews and observations.

The results showed that the implementation of referrals in Health centre

Padangmatinggi was still not running according to the standard, it can be seen

from the existence of referrals at their own request (APS). The availability of

health workers have met the health centre standard, but often officers on duty not

in the health centre have hampered service at the health centre. The availability of

medicines, health facilities that are still not up to standard and knowledge of the

gatekeeper concept are the causes of referral at the health centre.

It is hoped that the Padangmatinggi Community Health Centre can carry

out referrals in accordance with procedures, provide socialization to the public

about JKN especially the tiered referral system and about the gatekeeper concept,

and re-evaluate drug planning., and expected to work closely with the health

centre in equipping medical equipment and medicines.

Keywords : Referral, Health Centre, JKN

References : 9 Books, 12 Jurnals, 5 Website

The Legitimate Right By :

Helvetia Language Center

Page 7: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

ii

ABSTRAK

ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN

TINGKAT PERTAMA PESERTA BPJS KESEHATAN

DI PUSKESMAS PADANGMATINGGI KOTA

PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2019

HENI ANDIASWATY

1702011150

Dalam era JKN, puskesmas diharapkan mampu menangani 155 diagnosa

penyakit, sehingga para peserta JKN tidak perlu lagi berobat langsung ke Rumah

Sakit. Namun tingginya angka rujukan non-spesialistik di Puskesmas

Padangmatinggi pada tahun 2018 sebesar 663 (6,17%) bertolak belakang dengan

program JKN yang seharusnya mampu memaksimalkan fungsi puskesmas.

Ketersediaan tenaga kesehatan, obat-obatan, fasilitas kesehatan di puskesmas, dan

pengetahuan tentang konsep gatekeeper memiliki peranan penting dalam

pelaksanaan rujukan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

pendekatan studi kasus. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara

mendalam dan observasi.

Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan rujukan di Puskesmas

Padangmatinggi masih belum berjalan sesuai standar, hal tersebut dapat dilihat

dari terdapatnya rujukan Atas Permintaan Sendiri (APS). Ketersediaan tenaga

kesehatan sudah memenuhi standar puskesmas, tetapi seringnya petugas bertugas

di luar puskesmas mengakibatkan terhambatnya pelayanan di puskesmas.

Ketersediaan obat-obatan, fasilitas kesehatan yang masih belum sesuai standar

dan pengetahuan tentang konsep gatekeeper merupakan penyebab terjadinya

rujukan di puskesmas.

Diharapkan Puskesmas Padangmatinggi dapat menjalankan rujukan sesuai

dengan prosedur, memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang JKN

khususnya sistem rujukan berjenjang dan tentang konsep gatekeeper, dan

mengevaluasi kembali perencanaan obat. Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan

juga diharapkan bekerja sama dengan puskesmas dalam melengkapi fasilitas alat

kesehatan dan juga obat-obatan.

Kata Kunci : Rujukan, Puskesmas, JKN

Daftar Pustaka : 9 Buku, 12 Jurnal, 5 Internet

Page 8: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul

“Analisis Pelaksanaan Rujukan Pasien Rawat Jalan Tingkat Pertama

Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Padangmatinggi Kota

Padangsidimpuan Tahun 2019”.

Dalam penyusunan dan penyelesaian tesis ini penulis menyadari masih

banyak kesalahan dan kekurangannya, namun harapan penulis pembaca dapat

memperoleh manfaat dan memberi masukan untuk penelitian selanjutnya dengan

harapan penelitian ini dapat berkembang dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang

telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini, maka dengan penuh kerendahan

hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes., selaku Ketua Pembina

Yayasan Helvetia Medan

2. Iman Muhammad, SE., S.Kom., MM., M.Kes., selaku ketua Yayasan

Pendidikan dan Sosial Helvetia Medan

3. Dr. Ismail Efendi, M.Si., selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia Medan

4. Dr. Asriwati, S.Kep., Ns., S.Pd., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan

5. Dr. Anto, S.K.M., M.Kes., M.M., selaku Ketua Program Studi S2 Kesehatan

Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan sekaligus Pembimbing II yang

penuh perhatian, kesabaran dan ketelitian dalam memberi bimbingan dan

arahan terus menerus selama proses pembuatan tesis ini.

6. Dr. Mappeaty Nyorong, M.P.H., Selaku Pembimbing I yang penuh perhatian,

kesabaran dan ketelitian dalam memberi bimbingan dan arahan terus menerus

selama proses pembuatan tesis ini.

7. Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd., Selaku Penguji I dan Neni Ekowati

Januariana, Ir., M.P.H., selaku Penguji II yang telah memberikan masukan,

kritik dan saran dalam menyempurnakan tesis ini.

Page 9: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

iv

8. Para guru besar dan staf pengajar di lingkungan Program Studi Ilmu

Kesehatan Masyarakat Program Magister Fakultas Kesehatan Masyarakat

Institut Kesehatan Helvetia yang telah memberikan bimbingan dan teladan

selama penulis mengikuti pendidikan.

9. Kepala Puskesmas beserta seluruh staf yang telah mengizinkan dan turut

membantu dalam melakukan penelitian ini.

10. Teristimewa kepada kedua orang tua saya dan buat suami tercinta yang selalu

memberikan pandangan, mendukung baik moril maupun materil, mendoakan

dan selalu memotivasi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

11. Teman-teman seperjuangan di Program Studi S2 Kesehatan Masyarakat

Institut Kesehatan Helvetia Medan

12. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu proses penyusun tesis ini hingga selesai. Penulis menyadari

bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu

diharapkan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan tesis ini.

Medan, 14 November 2019

Penulis

Heni Andiaswaty

Page 10: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Heni Andiaswaty, lahir di Kota Jambi pada tanggal 20

Desember 1977, dari pasangan Bapak H. Ajat Sudrajat dan Ibu Hj. Ratna Juwita.

Penulis telah menikah dengan Tobonsyah Pulungan, S.Sos., M.M., pada tanggal

23 Juni 2003 dan sudah dikaruniai 3 orang putra putri.

Riwayat Pendidikan formal penulis dimulai SD Negeri 34 Jambi pada

Tahun 1982-1988. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 8

Jambi pada Tahun 1988-1991, dan Pendidikan berikutnya di SMA Negeri 1 Jambi

pada Tahun 1991-1994. Tahun 1995-2004 peneliti menempuh pendidikan S1

Kedokteran Umum di Universtas Jendral Ahmad Yani, Cimahi-Bandung.

Kemudian pada Tahun 2018 penulis melanjutkan pendidikan S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat di Institut Kesehatan Helvetia sampai dengan sekarang.

Page 11: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

vi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRACT .................................................................................................. i

ABSTRAK .................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................. 8

1.3. Tujuan Penelitian .............................................................. 9

1.3.1. Tujuan Umum ....................................................... 9

1.3.2. Tujuan Khusus ...................................................... 9

1.4. Manfaat Penelitian ............................................................ 10

1.4.1. Manfaat Teoritis .................................................... 10

1.4.2. Manfaat Praktis ..................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Hasil Penelitian Sebelumnya ................. 11

2.2. Telaah Teori ...................................................................... 13

2.2.1. Sistem Rujukan ..................................................... 13

2.2.2. Puskesmas ............................................................. 32

2.2.3. Jaminan Kesehatan Nasional ................................ 41

2.2.4. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ................... 42

2.3. Landasan Teori ................................................................. 43

2.4. Kerangka Pikir .................................................................. 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian .............................................................. 45

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................ 45

3.2.1. Lokasi Penelitian ..................................................... 45

3.2.2. Waktu Penelitian ..................................................... 45

3.3. Sumber Informasi (Informan) ........................................... 45

3.4. Metode Pengumpulan Data ............................................... 47

3.5. Validitas Data ................................................................... 48

3.6. Defenisi Operasional ........................................................ 49

3.7. Metode Analisa Data ........................................................ 49

Page 12: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................. 52

4.1.1. Gambaran Puskesmas Padangmatinggi ................ 42

4.1.2. Visi dan Misi Puskesmas Padangmatinggi ........... 54

4.2. Karakteristik Informan ...................................................... 55

4.3. Pelaksaan Rujukan Rawat Jalan Puskesmas

Padangmatinggi ................................................................ 55

4.3.1. Ketersediaan Tenaga Kesehatan Puskesmas

Padangmatinggi .................................................... 59

4.3.2. Ketersediaan Obat di Puskesmas Padangmatinggi

............................................................................... 62

4.3.3. Ketersediaan Fasilitas dan Sarana Kesehatan di

Puskesmas Padangmatinggi .................................. 63

4.3.4. Pengetahuan tentang Gatekeeper di Puskesmas

Padangmatinggi .................................................... 66

4.4. Keterbatasan Penelitian .................................................... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ....................................................................... 70

5.2. Saran ................................................................................. 71

5.2.1. Bagi Puskesmas Padangmatinggi ......................... 71

5.2.2. Bagi Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan ..... 72

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 73

LAMPIRAN

Page 13: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1. Alur Pelayanan Rawat Jalan di FKTP ................................... 20

2.2. Kerangka Konsep Penelitian ................................................. 44

Page 14: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

4.1. Data Kependudukan Kecamatan Padangsidimpuan Selatan . 52

4.2. Data Luas Wilayah (km2) Kecamatan Padangisdimpuan

Selatan ................................................................................... 53

4.3. Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Padangmatinggi ... 54

4.4. Karakteristik Informan .......................................................... 55

4.5. Jumlah Standar Ketenagaan Kesehatan pada Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama ................................................... 61

Page 15: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1. Lembar Persetujuan Informed Concent ...................................... 75

2. Kuesioner Penelitian .................................................................. 76

3. Pedoman Wawancara .................................................................. 78

4. Matriks Wawancara Informan .................................................... 82

5. Hasil Wawancara ........................................................................ 103

6. Hasil Observasi Fasilitas ............................................................ 123

7. Hasil Observasi Obat .................................................................. 126

8. Permohonan Pengajuan Judul Tesis ........................................... 133

9. Surat Izin Survei Awal ............................................................... 134

10. Surat Balasan Survei Awal ......................................................... 135

11. Surat Izin Penelitian ................................................................... 136

12. Lembar Bimbingan Pembimbing I ............................................. 137

13. Lembar Bimbingan Pembimbing II ............................................ 138

14. Lembar Revisi Proposal ............................................................. 140

15. Lembar Revisi Sidang Hasil ....................................................... 141

16. Lembar Revisi Tesis ................................................................... 142

17. Dokumentasi Penelitian .............................................................. 143

Page 16: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World

Health Organizatiaon (WHO) pada tahun 2014 merupakan sistem kesehatan yang

memastikan setiap warga memiliki akses yang adil terhadap pelayanan kesehatan

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang bermutu dengan biaya yang

terjangkau. Cakupan universal mengandung dua elemen inti yakni pertama akses

pelayanan kesehatan yang adil dan bermutu bagi setiap warga, dan kedua

perlindungan resiko finansial ketika warga menggunakan pelayanan kesehatan.

Dan setiap orang memiliki kewajiban untuk turut serta dalam jaminan kesehatan

sosial (1). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan pasal 5 ayat (2) menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam

memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau, dalam

pasal 30 ayat (1) menyatakan fasilitas pelayanan kesehatan menurut jenis

pelayanannya terdiri dari Pelayanan Kesehatan Perseorangan dan Pelayanan

Kesehatan Masyarakat, ayat (2) fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan terdiri dari

pelayanan kesehatan tingkat pertama, tingkat dua, dan tingkat ketiga. Upaya-

upaya kesehatan, dalam hal ini upaya kesehatan perseorangan, diselenggarakan

melalui upaya-upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan, pemulihan, dan

paliatif yang ditujukan pada perseorangan, dan dilaksanakan secara menyeluruh,

terpadu, berkesinambungan, dan didukung sistem rujukan yang berfungsi secara

mantap.

Page 17: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

2

Pada tanggal satu januari 2014 Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

mulai diberlakukan. Dalam SJSN, terdapat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

yang merupakan bentuk komitmen terhadap pelaksanaan jaminan kesehatan

masyarakat Indonesia seluruhnya. Berlakunya JKN per tanggal 1 Januari 2014,

semua program jaminan kesehatan yang pernah diberlakukan pemerintah

dialihkan ke dalam satu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS

Kesehatan). Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan)

merupakan badan penyelenggara asuransi sosial kesehatan yang mengelola Upaya

Kesehatan Perorangan (UKP) seluruh masyarakat Indonesia. BPJS Kesehatan

akan melakukan kerjasama dengan Pelaksana Pelayanan Kesehatan (PPK) di

tingkat pertama dan tingkat lanjutan. Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa

perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharan kesehatan

dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan

kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar pemerintah.

Pelayanan kesehatan yang dijamin oleh BPJS Kesehatan adalah pelayanan

kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama dan lanjutan, pelayanan gawat

darurat, pelayanan obat, alat kesehatan, pelayanan ambulance, pelayanan skrining

kesehatan (2).

Berdasarkan data BPJS Kesehatan sampai dengan bulan September 2017,

jumlah kepesertaan BPJS Kesehatan di Indonesia sebanyak 182.036.673 jiwa atau

(69,7%). Jumlah peserta BPJS PBI sebanyak 110.957.941 jiwa atau (60,89%) dan

Non PBI sebanyak 71.078.732jiwa atau (39,05%). Jumlah fasilitas kesehatan yang

bermitra dengan BPJS terdiri dari 9.840 puskesmas, 2.342 apotek, 2033 rumah

Page 18: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

3

sakit, 197Klinik Utama, 5.563 Klinik Pratama, 1.164 dokter gigi, dan 4.616 dokter

praktik. Sementara itu gambaran jumlah kepesertaan BPJS di Kota Medan setiap

tahunnya meningkat dimana tahun 2014 sebanyak 397.234 jiwa, sedangkan tahun

2015 sebanyak 535.738 jiwa. Maka kepesertaan BPJS di Kota Medan meningkat

35% atau naik sebanyak 138.504 jiwa. Jumlah peserta PBI tahun 2014 sebanyak

253.735, tahun 2015 sebanyak 253.735 jiwa, tahun 2016 sebanyak 248.984 jiwa.

Pelayanan kesehatan di Indonesia dilaksanakan secara berjenjang, dimulai

dari pelayanan kesehatan dasar oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama. Pelayanan

kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan

kesehatan tingkat pertama. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat di

berikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama,

kecuali dalam keadaan gawat darurat (3). Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

(FKTP) adalah puskesmas, klinik pratama, praktik dokter, praktik dokter gigi,

klinik pratama atau yang setara dan Rumah Sakit kelas D pratama atau yang setara

(4).

Apabila memerlukan pelayanan lanjutan oleh dokter spesialis, maka

peserta BPJS kesehatan dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua atau

fasilitas kesehatan tingkat sekunder. Rujukan ini hanya diberikan jika peserta

BPJS Kesehatan membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik, atau jika fasilitas

kesehatan primer yang ditunjuk untuk melayani peserta tersebut, tidak dapat

memberikan pelayanan kesehatan karena keterbatasan fasilitas, pelayanan, atau

tenaga medis. Jika peserta masih belum dapat tertangani di fasilitas kesehatan

tingkat kedua atau fasilitas kesehatan tingkat sekunder, maka dapat dirujuk ke

Page 19: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

4

fasilitas kesehatan tingkat tersier atau fasilitas kesehatan tingkat ketiga untuk

ditangani oleh dokter sub-spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi

kesehatan sub-spesialistik. Berdasarkan klasifikasi rumah sakit, maka RS

Umum/Khusus kelas C dan B dapat dikategorikan sebagai Pelayanan Kesehatan

Tingkat Kedua dan RS Umum/Khusus Kelas A atau RS Umum/Khusus Kelas B

yang menjadi pusat pendidikan kedokteran dapat dikatagorikan sebagai Pelayanan

Kesehatan Tingkat Ketiga (4).

Di era JKN, puskesmas diharapkan dapat menangani 155 diagnosa

penyakit sesuai dengan Kompetensi Dokter Umum yang dapat ditangani di FKTP,

sehingga para peserta JKN tidak perlu lagi berobat langsung ke rumah sakit,

karena di FKTP pun sudah bisa ditangani. Namun tidak menutup kemungkinan

pada kasus-kasus tersebut dapat langsung berobat ke rumah sakit dengan

mempertimbangkan time (lama perjalanan penyakitnya), age(usia

pasien),complication(komplikasi penyakit/tingkat kesulitan), comorbidity

(penyakit penyerta), dan condition (kondisi fasilitas kesehatan) (5).

Dalam rangka meningkatkan akses pelayanan kesehatan tingkat lanjutan,

BPJS menerapkan sistem rujukan pelayanan kesehatan yaitu penyelenggaraan

pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggungjawab

pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal yang

wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial

dan seluruh fasilitas kesehatan (4). Sistem rujukan diselenggarakan dengan tujuan

memberikan pelayanan kesehatan secara bermutu, efektif dan efisien, sehingga

tujuan pelayanan kesehatan tercapai tanpa menggunakan biaya yang mahal.

Page 20: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

5

Sistem rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang

mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara

timbal balik baik vertikal maupun horizontal. Rujukan horizontal adalah rujukan

yang dilakukan antar pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan apabila perujuk

tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien

karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang sifatnya

sementara atau menetap. Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar

pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat

pelayanan yang lebih rendah ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi atau

sebaliknya (4).

Dalam menjalankan pelayanan kesehatan fasilitas kesehatan tingkat

pertama dan tingkat lanjutan wajib melakukan sistem rujukan dengan mengacu

pada peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti terbatasnya jenis dan

jumlah obat yang sesuai dengan standar dalam Formularium Nasional (Fornas),

standar alat kesehatan yang tercantum dalam Kompendium Alat Kesehatan dan

standart pelayanan lainnya yang tercantum dalam JKN serta peserta yang ingin

mendapatkan pelayanan yang tidak sesuai dengan sistem rujukan dapat

dimasukkan dalam kategori pelayanan yang tidak sesuai dengan prosedur

sehingga tidak dapat dibayarkan oleh BPJS Kesehatan (6).

Puskesmas Padangmatinggi terletak di kecamatan Padangsidimpuan

Selatan kota Padangsidimpuan dengan jumlah penduduk di wilayah kerja

Puskesmas Padangmatinggi adalah sebesar 67.425 jiwa (7). Dalam melaksanakan

kegiatan pelayanan kesehatan, Puskesmas Padangmatinggi didukung oleh fasilitas

Page 21: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

6

meliputi gedung permanen yang terdiri dari dua lantai, lantai pertama terdapat

ruang KIA/KB, Gudang obat, poli gigi, poli anak, ruang bersalin, dan ruang rawat

inap. Lantai dua terdapat ruang laboratorium, Klinik sanitasi, SP2TP, Gudang

inventaris, dan ruang rapat. Adapun peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas

Padangmatinggi adalah alat-alat pemeriksaan fisik, alat-alat pertolongan pasien,

alat-alat suntik dan alat-alat P3K, timbangan bayi dan dewasa, satu dental set unit,

lemari pendingin, alat-alat imunisasi serta vaksin seperti BCG, DPT, POLIO, TT

dan Hepatitis (8).

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas

Padangmatinggi diperoleh data bahwa pada tahun 2018 jumlah kunjungan pasien

peserta JKN ke Puskesmas Padangmatinggi sebesar 14.857 orang dan jumlah

rujukan 3927 (26,4%), dimana jumlah rujukan non spesialistik sebesar 1061

(7,14%). Pada bulan januari sampai Juli 2019 jumlah kunjungan pasien peserta

JKN sebanyak 10.743 orang, sementara jumlah pasien yang dirujuk sebanyak

2424 (21%), dan rujukan non spesialistik sebesar 763 (7,9%) (9). Berdasarkan

peraturan BPJS No 2 Tahun 2015, target pemenuhan rasio rujukan non spesialistik

oleh FKTP sebesar 5% pada zona aman, 1% pada zona prestasi. Jumlah rujukan

non spesialistik di Puskesmas Padangmatinggi lebih dari 5% dan berada di zona

tidak aman (10).

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, alur pemberian

rujukan di Puskesmas Padangmatinggi adalah sebagai berikut, pasien yang datang

ke puskesmas mendaftarkan diri di bagian pendaftaran, lalu mendapatkan nomor

antrian. Pasien lalu dipanggil sesuai dengan nomor urutnya, setelah dipanggil

Page 22: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

7

pasien menuju poli sesuai dengan keluhannya. Pada saat pemeriksaan apabila

pasien masih dapat ditangani oleh dokter di puskesmas maka pasien akan

diberikan obat lalu pulang. Namun apabila dokter di puskesmas tidak mampu,

baik dari segi obat-obatan maupun fasilitas alat kesehatan, maka akan diberikan

surat rujukan sesuai dengan daftar rumah sakit yang ada di Puskesmas

Padangmatinggi.

Beberapa contoh jenis penyakit yang di rujuk seperti dyspepsia,

tuberculosis, DM type 2, demam typoid, dll yang merupakan penyakit yang

seharusnya dapat di tangani di puskesmas. Berdasarkan hasil wawancara dengan

beberapa petugas di Puskesmas Padangmatinggi, faktor tingginya rujukan

diakibatkan kurangnya pemahaman pasien tentang konsep gatekeeper, sehingga

masih banyak pasien yang datang ke puskesmas hanya untuk mengambil rujukan.

Apalagi dalam era JKN sekarang semua orang dari berbagai golongan, baik PBI

maupun Non-PBI tidak takut lagi untuk berobat karena lebih murah. Faktor

lainnya yang menyebabkan tingginya rujukan ialah keterlambatan stock obat-

obatan, seperti antibiotic, obat untuk THT,dll. Fasilitas kesehatan yang kurang

memadai seperti alat pemeriksa darah, alat pengeboran gigi, dll (8).

Kondisi saat ini, kasus rujukan ke pelayanan kesehatan sekunder untuk

kasus-kasus yang seharusnya dapat dituntaskan di pelayanan primer masih cukup

tinggi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, sebagian

besar penyakit dengan kasus terbanyak di Indonesia termasuk dalam kriteria 4a

(dokter mampu mendiagnosa penyakit dengan baik dan mampu melalukan

penatalaksanaan secara baik dan benar) dengan menekankan pada tingkat

Page 23: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

8

kemampuan 4 (dokter mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan 144

diagnosa penyakit di puskesmas). Bila pada pasien telah terjadi komplikasi,

tingkat keparahan (severity of illness), adanya penyakit kronis lain yang sulit dan

pasien dengan daya tahan tubuh menurun, yang seluruhnya membutuhkan

penanganan lebih lanjut, maka dokter layanan primer secara cepat dan tepat harus

membuat pertimbangan dan memutuskan dilakukannya rujukan (11).

Mencermati uraian data yang dikemukakan di atas mengenai pelaksanaan

rujukan rawat jalan peserta BPJS kesehatan di Puskesmas Padangmatinggi, maka

permasalahan tersebut perlu di kaji lebih lanjut agar dapat diketahui dan

ditemukan solusi pemecahannya, sehingga pelaksanaan rujukan rawat jalan

tingkat pertama peserta BPJS Kesehatan di puskesmas dapat berjalan dengan lebih

baik sesuai dengan standar pelayanan kesehatan rujukan yang ditetapkan.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan yang dicapai dari penelitian ini

adalah untuk menganalisis bagaimana pelaksanaan Sistem Rujukan Rawat Jalan

Tingkat Pertama peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Padangmatinggi Kota

Padangsidimpuan Tahun 2019.

1.2. Rumusan Masalah

Sistem rujukan diselenggarakan dengan tujuan memberikan pelayanan

kesehatan secara bermutu, efektif, dan efisien, sehingga tujuan pelayanan

kesehatan tercapai tanpa menggunakan biaya yang mahal. Namun dalam

pelaksanaannya masih ada masyarakat yang belum tahu teknis mendapatkan

pelayanan sesuai dengan aturan BPJS Kesehatan. Pelaksanaan sistem rujukan

dalam pelayanan kesehatan saat ini kurang berjalan sebagaimana ketentuan

Page 24: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

9

semestinya. Oleh karena itu peneliti memperoleh rumusan masalah yaitu:

“bagaimana pelaksanaan rujukan pasien rawat jalan tingkat pertama peserta BPJS

kesehatan di puskesmas Padangmatinggi kota Padangsidimpuan tahun 2019?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis proses

pelaksanaan program rujukan rawat jalan tingkat pertama di puskesmas

Padangmatinggi kota Padangsidimpuan Tahun 2019.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Untuk menganalisis ketersediaan tenaga kesehatan dalam pemberian

rujukan di puskesmas Padangmatinggi

b. Untuk menganalisis ketersediaan obat pada puskesmas Padangmatinggi

sesuai dengan Formularium Nasional

c. Untuk menganalisis ketersediaan fasilitas sarana kesehatan sesuai dengan

Kompedium Alat Kesehatan pada puskesmas Padangmatinggi

d. Untuk menganalisis pengetahuan petugas maupun pasien tentang

gatekeeper

Page 25: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

10

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di

bidang kesehatan, khususnya di bidang kesehatan masyarakat yang

berkaitan dengan pelaksanaan rujukan pasien rawat jalan.

b. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah referensi dan informasi di

bidang kesehatan masyarakat khususnya yang berhubungan dengan

pelaksanaan rujukan pasien rawat jalan tingkat pertama peserta BPJS

Kesehatan di puskesmas.

1.4.2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi bagi

puskesmas Padangmatinggi untuk meningkatkan pelayanan secara optimal

agar pelayanan yang diberikan dapat terlaksana sesuai fungsi puskesmas

sebagai gatekeeper

b. Bagi BPJS Kesehatan penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan

untuk pengembangan cara dan metode pembuatan kebijakan dalam

menyempurnakan serta mengoptimalkan kualitas pelayanan bagi peserta

BPJS Kesehatan.

c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dan informasi

bagi mahasiswa yang menempuh pendidikan.

d. Penelitian ini diharapkan referensi bagi mahasiswa yang melakukan

penelitian selanjutnya dengan topik yang berhubungan dengan judul ini.

Page 26: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Hasil Penelitian Sebelumnya

1. Penelitian yang dilakukan oleh Lidia Shafiatul Umami yang berjudul

Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta BPJS

Kesehatan di Puskesmas Pandanaran dan Gunungpati Tahun 2017. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa bahwa diagnosis dan klasifikasi diagnosis

pasien yang dirujuk bervariasi. Terdapat diagnosis dengan kompetensi 4A

yang dirujuk di kedua puskesmas dengan alasan yang masih sesuai dengan

kriteria rujukan di PPK dokter di faskes primer. Masih banyak pasien yang

langsung meminta rujukan ketika datang ke puskesmas tetapi hal ini tidak

mempengaruhi pelaksanaan rujukan. Pemberi rujukan di kedua puskesmas

adalah dokter dan dokter gigi yang bertugas. Ketersediaan fasilitas alat

kesehatan di kedua puskesmas sudah sesuai dengan Permenkes nomor 75

tahun 2014. Ketersediaan obat di kedua puskesmas sudah sesuai dengan

Fornas namun keterbatasan yang ada menyebabkan kesulitan untuk dokter

dan pasien tetapi tidak mempengaruhi rujukan. Lokasi kedua puskesmas

tidak berpengaruh terhadap pelaksanaan rujukan. Hasil kesimpulan

penelitian adalah pelaksanaan rujukan di kedua puskesmas sudah sesuai

dengan PPK dokter di faskes primer. Rujukan diberikan pada pasien sesuai

dengan kriteria rujukan di PPK dokter di faskes primer (12).

Page 27: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

12

2. Penelitian yang dilakukan oleh Fauziah Abdullah Ali yang berjudul

Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Siko dan

Puskesmas Kalumata Kota Ternate Tahun 2014. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pemahaman petugas tentang kebijakan sistem

rujukan masih tergolong kurang baik, ketersediaan obat- obatan dan bahan

habis pakai dalam kategori cukup baik, ketersediaan fasilitas dan alat

kesehatan medis fasilitas pelayanan kesehatan masih minim dan

pemahaman petugas tentang fungsi Puskesmas sebagai pintu

masuk/penapis rujukan cukup baik meskipun dalam prakteknya sering

tidak mengikuti aturan yang ditetapkan (13).

3. Penelitian yang dilakukan oleh Mutia Rizqa Firdiah yang berjudul Analisis

Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama pada Peserta BPJS

Kesehatan di Puskesmas Neglasari Kota Tangerang Tahun 2017. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa penyakit terbanyak yang dirujuk adalah

penyakit hipertensi, diabetes melitus, jantung, dan kusta. Ketersediaan

dokter belum mencukupi jika dilihat dari rasio perbandingan jumlah dokter

dengan jumlah peserta terdaftar. Ketersediaan obat-obatan belum

mencukupi. Kelengkapan fasilitas alat kesehatan belum lengkap.

Pemahaman dokter sebagai gatekeeper sudah baik. Jika terdapat pasien

yang meminta untuk dirujuk, biasanya dokter akan memberikan penjelasan

kepada pasien, namun jika pasien tetap ingin dirujuk, dokter akan

menambahkan keterangan “Atas Permintaan Sendiri” pada surat rujukan.

Page 28: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

13

Saran dari penelitian ini ialah diharapkan Puskesmas Neglasari dapat

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada pasien khususnya pasien

BPJS Kesehatan dengan penambahan fasilitas alat kesehatan.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Parman yang berjudul Studi Pelaksanaan

Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) pada Peserta BPJS

Kesehatan di Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun 2016. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa implementasi aspek kebijakan sistem

rujukan belum berjalan dengan baik dilihat dari tingginya rasio rujukan

yang mencapai 16% melebihi dari standar ketetapan BPJS Kesehatan yaitu

5%, ketersediaan dokter telah memenuhi standar SDM, ketersediaan obat-

obatan belum lengkap, ketersediaan fasilitas dan alat kesehatan medis

fasilitas pelayanan kesehatan belum lengkap dan masih ada beberapa

pasien yang meminta rujukan namun masih dapat ditangani di Puskesmas

Perumnas (14).

2.2. Telaah Teori

2.2.1. Sistem Rujukan

1. Defenisi Sistem Rujukan

Sistem rujukan menurut Permenkes RI No. 001 Tahun 2012 merupakan

penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan

tanggungjawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun

horizontal. Sistem rujukan diwajibkan bagi pasien yang merupakan peserta

jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial dan pemberi pelayanan

kesehatan (3).

Page 29: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

14

Sistem rujukan pelayanan kesehatan menurut BPJS Kesehatan adalah

pemyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan

tanggungjawab pelayanan kesehatan timbal balik baik secara vertikal maupun

horizontal yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan sosial kesehatan atau

asuransi kesehatan sosial, dan seluruh fasilitas kesehatan (15).

2. Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan kesehatan

dasar yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi di Puskesmas, puskesmas

perawatan, tempat praktik perorangan, klinik pratama, klinik umum di balai /

lembaga pelayanan kesehatan dan rumah sakit pratama.

A. Cakupan Pelayanan

1. Rawat Jalan Tingkat Pertama

a. Administrasi pelayanan, meliputi biaya administrasi pendaftaran

peserta untuk berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke

fasilitas kesehatan lanjutan untuk penyakit yang tidak dapat ditangani

di fasilitas kesehatan tingkat pertama;

b. Pelayanan promotif preventif, meliputi:

1) Kegiatan penyuluhan kesehatan perorangan, penyuluhan kesehatan

perorangan meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai

pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan

sehat.

Page 30: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

15

2) Imunisasi dasar;

Pelayanan imunisasi dasar meliputi Baccile Calmett Guerin

(BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B (DPTHB), Polio,

dan Campak.

3) Keluarga berencana;

a) Pelayanan keluarga berencana meliputi konseling, kontrasepsi

dasar, vasektomi dan tubektomi bekerja sama dengan lembaga

yang membidangi keluarga berencana.

b) Penyediaan dan distribusi vaksin dan alat kontrasepsi dasar

menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan/atau pemerintah

daerah.

c) BPJS kesehatan hanya membiayai jasa pelayanan pemberian

vaksin dan alat kontrasepsi dasar yang sudah termasuk dalam

kapitalisasi kecuali untuk jasa pemasangan IUD/Implan dan

Suntik di daerah perifer.

4) Skrining kesehatan

a) Pelayanan skrining kesehatan diberikan secara perorangan dan

selektif

b) Pelayanan skrining kesehatan ditujukan untuk mendeteksi

risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan risiko penyakit

tertentu, meliputi diabetes melitus tipe-2, hipertensi, kanker

leher rahim, kanker payudara, dan penyakit lain yang

ditetapkan oleh Menteri.

Page 31: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

16

c) Pelayanan skrining kesehatan penyakit diabetes melitus tipe-2

dan hipertensi dimulai dengan analisis riwayat kesehatan, yang

dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.

d) Jika peserta teridentifikasi mempunyai risiko penyakit diabetes

meliputi tipe 2 dan hipertensi berdasarkan riwayat kesehatan

akan dilakukan penegakan diagnosa melalui pemeriksaan

penunjang diagnostik tertentu dan kemudian akan diberikan

pengobatan sesuai dengan indikasi medis.

e) Pelayanan skrining kesehatan untuk penyakit kanker leher

rahim dan kanker payudara dilakukan sesuai dengan indikasi

medis.

2. Pelayanan Gigi

a. Administrasi pelayanan, meliputi biaya administrasi pendaftaran

peserta untuk berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke

fasilitas kesehatan lanjutan untuk penyakit yang tidak dapat ditangani

di fasilitas kesehatan tingkat pertama.

b. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis

c. Premedikasi

d. Kegawatdaruratan oro – dental

e. Pencabutan gigi sulung (topical, infiltrasi)

f. Pencabutan gigi permanen tanpa penyulit

g. Obat pasca ekstraksi

h. Tumpatan komposit/GIC

i. Skeling gigi (1x dalam setahun)

Page 32: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

17

B. Prosedur

1. Ketentuan Umum

a. Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama tempat peserta terdaftar

b. Ketentuan di atas dikecualikan pada kondisi:

1) Berada di luar wilayah fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat

peserta terdaftar; atau

2) Dalam keadaan kegawatdaruratan medis.

c. Peserta dianggap berada di luar wilayah apabila peserta melakukan

kunjungan ke luar domisili karena tujuan tertentu, bukan merupakan

kegiatan yang rutin. Untuk mendapatkan pelayanan di fasilitas

kesehatan tingkat pertama tempat tujuan, maka peserta wajib

membawa surat pengantar dari Kantor BPJS Kesehatan tujuan.

d. Dalam hal peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan,

Fasilitas kesehatan tingkat pertama harus merujuk ke fasilitas

kesehatan rujukan tingkat lanjutan terdekat sesuai dengan sistem

rujukan yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

e. Peserta yang melakukan mutasi pada tanggal 1 s/d akhir bulan

berjalan, tidak dapat langsung mendapatkan pelayanan di fasilitas

kesehatan tingkat pertama yang baru sampai dengan akhir bulan

berjalan. Peserta berhak mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan

tingkat pertama yang baru di bulan berikutnya.

Page 33: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

18

f. Peserta dapat memilih untuk mutasi fasilitas kesehatan tingkat

pertama selain fasilitas kesehatan tempat peserta terdaftar setelah

jangka waktu 3 (tiga) bulan atau lebih.

g. Untuk peserta yang baru mendaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan

dan sudah membayar iuran, maka pada bulan berjalan tersebut peserta

dapat langsung mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat

pertama tempat peserta terdaftar.

2. Rawat Jalan Tingkat Pertama dan Pelayanan Gigi

a. Peserta menunjukkan kartu identitas BPJS Kesehatan (proses

administrasi)

b. Fasilitas kesehatan melakukan pengecekan keabsahan kartu peserta

c. Fasilitas kesehatan melakukan pemeriksaan kesehatan/pemberian

tindakan

d. Setelah mendapatkan pelayanan peserta menandatangani bukti

pelayanan pada lembar yang disediakan. Lembar bukti pelayanan

disediakan oleh masing-masing fasilitas kesehatan.

e. Bila diperlukan atas indikasi medis peserta akan memperoleh obat.

f. Apabila peserta membutuhkan pemeriksaan kehamilan, persalinan

dan pasca melahirkan, maka pelayanan dapat dilakukan oleh bidan

atau dokter umum.

g. Bila hasil pemeriksaan dokter ternyata peserta memerlukan

pemeriksaan ataupun tindakan spesialis/sub-spesialis sesuai dengan

indikasi medis, maka fasilitas kesehatan tingkat pertama akan

Page 34: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

19

memberikan surat rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan yang

bekerjasama dengan BPJS Kesehatan sesuai dengan sistem rujukan

yang berlaku.

h. Surat rujukan dibutuhkan untuk pertama kali pengobatan ke fasilitas

kesehatan tingkat lanjutan, dan selanjutnya selama masih dalam

perawatan dan belum dirujuk balik ke fasilitas kesehatan tingkat

pertama tidak dibutuhkan lagi surat rujukan. Dokter yang menangani

memberi surat keterangan masih dalam perawatan.

i. Fasilitas kesehatan wajib melakukan pencatatan pelayanan dan

tindakan yang telah dilakukan ke dalam Aplikasi Sistem Informasi

Manajemen yang telah disediakan BPJS Kesehatan.

j. Ketentuan khusus pelayanan pemeriksaan kehamilan (ANC) dan

pemeriksaan pasca melahirkan (PNC)

1) Peserta memeriksakan kehamilan (ANC) pada fasilitas kesehatan

tingkat pertama atau jejaringnya sesuai dengan prosedur

pemeriksaan di fasilitas kesehatan tingkat pertama

2) Pemeriksaan kehamilan (ANC) dan pemeriksaan pasca

melahirkan (PNC) diharapkan dilakukan pada satu tempat yang

sama, misalnya pemeriksaan kehamilan (ANC) dilakukan pada

bidan jejaring maka diharapkan proses persalinan dan

pemeriksaan pasca melahirkan (PNC) juga dilakukan pada bidan

jejaring tersebut. (16)

Page 35: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

20

C. Alur Pelayanan

Gambar 2.1. Alur Pelayanan Rawat Jalan di FKTP

3. Tujuan Sistem Rujukan

Tujuan umum sistem rujukan adalah meningkatkan mutu, cakupan dan

efesiensi pelayanan kesehatan secara terpadu. Tujuan umum rujukan untuk

memberikan petunjuk kepada petugas puskesmas tentang pelaksanaan rujukan

medis.

Tujuan khusus sistem rujukan adalah meningkatkan kemampuan

puskesmas dan peningkatannya dalam rangka menangani rujuk kasus berisiko

tinggi dan gawat darurat dan menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur

rujukan di wilayah kerja puskesmas (17)

Page 36: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

21

4. Manfaat Rujukan

Menurut Azwar (2010), beberapa manfaat yang akan diperoleh ditinjau

dari unsur pembentukan pelayanan kesehatan terlihat sebagai berikut:

1. Sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan

Jika ditinjau dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan kesehatan

(policy maker), manfaat yang akan diperolah antara lain membantu

penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam

peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan; memperjelas sistem

pelayanan kesehatan, karena terdapat hubungan kerja antara berbagai

sarana kesehatan yang tersedia dan memudahkan pekerjaan administrasi,

terutama pada aspek perencanaan.

2. Sudut pandang masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan

Jika ditinjau dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan

(health consumer), manfaat yang akan diperolah antara lain meringankan

biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara

berulang-ulang dan mempermudah masyarakat dalam mendapatkan

pelayanan, karena diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang sarana

pelayanan kesehatan.

3. Sudut pandang kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan

kesehatan.

Jika ditinjau dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara

pelayanan kesehatan (health provider), manfaat yang diperoleh antara lain

memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif

Page 37: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

22

lainnya seperti semangat kerja, ketekunan dan dedikasi, membantu

peningkatan pengetahuan dan keterampilan yakni melalui kerjasama yang

terjalin, memudahkan dan atau meringankan beban tugas, karena setiap

sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu. (18)

5. Syarat-syarat Pemberian Rujukan

Menurut Permenkes RI No. 001 Tahun 2012, rujukan diberikan dengan

syarat yaitu :

1. Rujukan harus mendapatkan persetujuan dari pasien atau keluarganya

2. Persetujuan diberikan setelah pasien / keluarganya mendapatkan penjelasan

dari tenaga kesehatan yang berwenang

3. Penjelasan tersebut sekurang-kurangnya meliputi:

a. Diagnosis dan terapi / tindakan medis yang diperlukan

b. Alasan dan tujuan dilakukan rujukan

c. Risiko yang dapat timbul apabila rujukan tidak dilakukan

d. Transportasi rujukan

e. Risiko atau penyakit yang dapat timbul selama dalam perjalanan

Selain itu, ada beberapa hal yang perujuk sebelum melakukan rujukan

harus perhatikan yaitu melakukan pertolongan pertama atau tindakan stabilitasi

kondisi pasien sesuai dengan indikasi medis serta sesuai dengan kemampuan

untuk tujuan keselamatan pasien selama pelaksanaan rujukan, melakukan

komunikasi dengan penerima rujukan dan memastikan bahwa penerima rujukan

dapat menerima pasien dalam hal keadaan pasien gawat darurat dan membuat

Page 38: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

23

surat pengantar rujukan untuk disampaikan kepada penerima rujukan. Penerima

rujukan berkewajiban :

1. Memberikan informasi mengenai keadaan sarana dan prasarana serta

kompetensi dan ketersediaan tenaga kesehatan

2. Memberikan pertimbangan medis atas kondisi pasien

Rujukan dianggap telah terjadi apabila pasien telah diterima oleh penerima

rujukan. Penerima rujukan bertanggung jawab untuk melakukan pelayanan

kesehatan lanjutan sejak menerima rujukan. Penerima rujukan wajib memberikan

informasi kepada perujuk mengenai perkembangan pasien setelah selesai

memberikan pelayanan. (4)

6. Tata Laksana Rujukan

Menurut Syafrudin (2009), tatalaksana rujukan diantaranya adalah internal

antar petugas di satu rumah; antara puskesmas pembantu dan puskesmas; antara

masyarakat dan puskesmas; antara satu puskesmas dan puskesmas lainnya; antara

puskesmas dan rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan kesehatan

lainnya; internal antar-bagian/unit pelayanan di dalam satu rumah sakit; antar

rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan lain dari rumah sakit.

Rujukan dapat dilakukan secara vertikal dan horizontal. Rujukan vertikal

merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan. Rujukan

vertikal dapat dilakukan dari tingkat pelayanan yang lebih rendah ke tingkat

pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya. Rujukan vertikal dapat dilakukan

apabila pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau

subspesialistik. Rujukan horizontal merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan

Page 39: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

24

dalam satu tingkatan. Rujukan horizontal dapat dilakukan apabila perujuk tidak

dapat memberikan pelayanan kesehatan sesui dengan kebutuhan pasien karena

keterbatasan fasilitas, peralatan, dan atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau

menetap. (4)

Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua pihak yang

terlibat yaitu pihak yang merujuk dan pihak yang menerima rujukan dengan

rincian beberapa prosedur sebagai berikut:

1. Prosedur Standar Merujuk Pasien

a. Prosedur Klinis

1) Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

medik.

2) Menentukan diagnosa utama dan diagnosa banding.

3) Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus.

4) Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan.

5) Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas

medis/paramedis yang berkompeten dibidangnya dan mengetahui

kondisi pasien.

6) Apabila pasien diantar dengan kendaraan puskesmas keliling atau

ambulans, agar petugas dan kendaraan tetap menunggu pasien di IGD

tujuan sampai ada kepastian pasien tersebut mendapat pelayanan dan

kesimpulan dirawat inap atau rawat jalan.

Page 40: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

25

b. Prosedur Administratif

1) Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan.

2) Membuat cacatan rekam medis pasien.

3) Memberikan informed consent (persetujuan/penolakan informed

rujukan).

4) Membuat surat rujukan pasien rangkap 2, lembar pertama dikirim ke

tempat rujukan bersama pasien yang bersangkutan. Lembar kedua

disimpan sebagai arsip. Mencatat identitas pasien pada buku registrasi

rujukan pasien.

5) Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin

komunikasi dengan tempat rujukan.

6) Pengiriman pasien sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan

administrasi yang bersangkutan.

2. Prosedur Standar Menerima Rujukan Pasien

a Prosedur Klinis

1) Segera menerima dan melakukan stabilisasi pasien rujukan.

2) Setelah stabil, meneruskan pasien keruang perawatan efektif untuk

perawatan selanjutnya atau meneruskan ke sarana kesehatan yang

lebih mampu untuk dirujuk lanjut.

3) Melakukan monitoring dan evaluasi kemajuan klinis pasien.

b Prosedur Administratif

1) Menerima, meneliti dan menandatangani surat rujukan pasien yang

telah diterima untuk ditempelkan di kartu status pasien.

Page 41: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

26

2) Apabila pasien tersebut dapat menerima kemudian membuat tanda

terima pasien sesuai aturan masing-masing sarana.

3) Mengisi hasil pemeriksaan dan pengobatan serta perawatan pada kartu

cacatan medis dan diteruskan ke tempat perawatan selanjutnya sesuai

kondisi pasien.

4) Membuat inform consent.

5) Segera memberikan informasi tentang keputusan tindakan/ perawatan

yang akan dilakukan kepada petugas dan keluarga pasien yang

mengantar.

6) Apabila tidak sanggup menangani merujuk ke RSU yang lebih mampu

dengan membuat surat rujukan rangkap 2.

7) Mencatat identitas pasien.

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Rujukan Pelayanan

Kesehatan

Andersen mendeskripsikan model sistem kesehatan merupakan suatu

model kepercayaan kesehatan yang disebut sebagai model perilaku pemanfaatan

pelayanan kesehatan (behavioral model of health service utilization). Andersen

mengelompokkan faktor determinan dalam pelayanan kesehatan ke dalam 3

kategori utama, yaitu : 1) karakteristik predisposisi, 2) karakteristik kemampuan,

dan 3)karakteristik kebutuhan.

1. Karakteristik Predisposisi (Predisposising Characteristics)

Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap individu

mempunyai kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-

Page 42: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

27

beda. Hal ini disebabkan karena adanya cirri-ciri individu yang digolongkan

dalam 3 kelompok, yaitu :

a. Ciri-ciri demografi, seperti : jenis kelamin, umur, dan status perkawinan

b. Struktur sosial, seperti : tingkat pendidikan, pekerjaan, hobi, ras, agama, dan

sebagainya

c. Kepercayaan kesehatan (health belief), seperti keyakinan bahwa pelayanan

kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit.

2. Karakteristik Kemampuan (Enabling Characteristics)

Karakteristik kemampuan (enabling characteristics) adalah sebagai keadaan

atau kondisi yang membuat seseorang mampu untuk melakukan tindakan untuk

memenuhi kebutuhannya terhadap pelayanan kesehatan. Andersen

membaginya ke dalam 2 golongan, yaitu :

a. Sumber daya keluarga

Yang termasuk sumber daya keluarga adalah penghasilan keluarga,

keikutsertaan dalam asuransi kesehatan, kemampuan membeli jasa

pelayanan kesehatan, dan pengetahuan tentang informasi pelayanan

kesehatan yang dibutuhkan.

b. Sumber daya masyarakat

Yang termasuk sumber daya masyarakat adalah jumlah sarana pelayanan

kesehatan yang ada, jumlah tenaga kesehatan yang tersedia dalam wilayah

tersebut, rasio penduduk terhadap tenaga kesehatan, dan lokasi pemukiman

penduduk. Asumsi Andersen adalah semakin banyak sarana dan jumlah

Page 43: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

28

tenaga kesehatan maka tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan suatu

masyarakat akan semakin bertambah.

3. Karakteristik Kebutuhan (Need Characteristics)

Karakteristik kebutuhan, dalam hal ini merupakan komponen yang paling

langsung berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Andersen

menggunakan istilah kesakitan untuk mewakili kebutuhan pelayanan

kesehatan. Penilaian terhadap suatu penyakit merupakan bagian dari faktor

kebutuhan. Penilaian kebutuhan ini dapat dinilai dari dua sumber yaitu :

a. Penilaian individu (Perceived Need)

Merupakan penilaian keadaan kesehatan yang dirasakan oleh individu,

besarnya ketakutan terhadap penyakit dan hebatnya rasa sakit yang di

derita.

b. Penilaian klinik (evaluated Need)

Merupakan penilaian beratnya penyakit oleh dokter yang merawatnya. Hal

ini tercermin antara lain dari hasil pemeriksaan dan penentuan diagnosis

penyakit oleh dokter.

Zschock menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi

seseorang menggunakan pelayanan kesehatan, yaitu :

1) Status Kesehatan, Pendapatan, Pendidikan

Faktor status kesehatan mempunyai hubungan yang erat dengan

penggunaaan pelayanan kesehatan meskipun tidak selalu demikian

fenomenanya. Artinya makin tinggi status kesehatan, maka ada

kecenderungan orang tersebut banyak menggunakan pelayanan

Page 44: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

29

kesehatan. Tingkat pendapatan seseorang yang tidak memiliki

pendapatan dan biaya yang cukup akan sangat sulit mendapatkan

pelayanan kesehatan meskipun dia sangat membutuhkan pelayanan

tersebut. Akibatnya adalah tidak terdapatnya kesesuaian antara

kebutuhan dan permintaan (demand) terhadap pelayanan kesehatan.

Disamping itu, tingkat pendidikan seseorang juga akan mempengaruhi

tingkat utilisasi pelayanan kesehatan. Biasanya orang dengan tingkat

pendidikan formal yang lebih tinggi akan mempunyai tingkat

pengetahuan akan informasi tentang layanan kesehatan yang lebih baik

dan pada akhirnya akan mempengaruhi status kesehatan seseorang.

2) Faktor Konsumen dan Pemberi Pelayanan Kesehatan

Provider sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan mempunyai peranan

yang lebih besar dalam menentukan tingkat dan jenis pelayanan yang

akan dikonsumsi bila dibandingkan dengan konsumen sebagai pembeli

jasa pelayanan. Hal ini sangat menguntungkan provider melakukan

pemeriksaan dan tindakan yang sebenarnya tidak diperlukan bagi pasien.

Pada beberapa daerah yang sudah maju dan sarana pelayanan kesehatan

yang banyak, masyarakat dapat menentukan pilihan terhadap provider

yang sesuai dengan keinginan konsumen/pasien. Tetapi bagi masyarakat

dengan sarana dan fasilitas kesehatan yang terbatas maka tidak ada

pilihan kecuali menyerahkan semua keputusan tersebut kepada provider

yang ada.

Page 45: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

30

3) Kemampuan dan Penerimaan Pelayanan Kesehatan

Kemampuan membayar pelayanan kesehatan berhubungan erat dengan

tingkat pelayanan kesehatan. Pihak ketiga (perusahaan asuransi) pada

umumnya cenderung membayar pembiayaan kesehatan tertanggung

lebih besar

4) Resiko Sakit dan Lingkungan

Faktor resiko dan lingkungan juga mempengaruhi tingkat utilisasi

pelayanan kesehatan seseorang. Resiko sakit tidak akan pernah sama

pada setiap individu dan datangnya penyakit tidak terduga pada masing-

masing individu. Disamping itu, faktor lingkungan sangat

mempengaruhi status kesehatan individu maupun masyarakat.

Lingkungan hidup yang memenuhi persyarakan kesehatan memberikon

resiko sakit yang lebih rendah kepada individu dan masyarakat.

Model Andersen dan Anderson, menggolongkan model yang dilakukan

dalam penelitian utilitasi pelayanan kesehatan dalam 7 kategori

berdasarkan tipe variabel yang digunakan sebagai faktor yang

menentukan dalam utilisasi pelayanan kesehatan yaitu :

a) Model Demografi (Demographic Model)

Pada model ini, variabel-variabel yang dipakai adalah umur, seks,

status perkawinan, dan besarnya keluarga. Variabel ini digunakan

sebagai ukuran atau indikator yang mempengaruhi utilisasi pelayanan

kesehatan.

Page 46: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

31

b) Model Struktur Sosial (Social Structural Model)

Di dalam model ini, variabel yang dipakai adalah pendidikan,

pekerjaan, dan etnis. Variabel ini mencerminkan status sosial dari

individu atau keluarga dalam masyarakat, yang juga dapat

menggambarkan tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh

masyarakat itu sendiri.

c) Model Sosial Psikologis (Social Psychological Model)

Dalam model ini, variabel yang dipakai adalah pengetahuan, sikap,

dan keyakinan individu dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Variabel psikologi ini mempengaruhi individu untuk mengambil

keputusan dan bertindak dalam menggunakan pelayanan kesehatan

yang tersedia.

d) Model Sumber Keluarga (Family Resource Model)

Dalam model ini variabel yang dipakai adalah pendapatan keluarga

dan cakupan asuransi kesehatan. Variabel ini dapat mengukur

kesanggupan dari individu atau keluarga untuk memperoleh

pelayanan kesehatan. Makin komprehensif paket asuransi yang

sanggup individu beli, makin menjamin pelayanan kesehatan yang

dibutuhkan dapat dikonsumsi oleh individu.

e) Model Sumber daya Masyarakat (Community Resource Model)

Pada model ini variabel yang digunakan adalah penyediaan

pelayanan kesehatan dan sumber-sumber di dalam masyarakat. Pada

dasarnya model sumber daya masyarakat ini adalah suplai ekonomis

Page 47: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

32

yang berfokus pada ketersediaan sumber kesehatan pada masyarakat.

Artinya, makin banyak PPK yang tersedia makin tinggi aksesibilitas

masyarakat untuk menggunakan pelayanan kesehatan.

f) Model Organisasi (Organization Model)

Pada model ini variabel yang digunakan adalah pencerminan

perbedaan bentuk-bentuk sistem pelayanan kesehatan. Biasanya

variabel yang digunakan adalah :

1. Gaya praktek pengobatan (sendiri, rekanan, atau kelompok)

2. Sifat alamiah dari pelayanan tersebut (membayar langsung atau

tidak)

3. Lokasi pelayanan kesehatan (pribadi, rumah sakit, atau klinik)

4. Petugas dari pelayanan kesehatan yang pertama kali dikontak oleh

pasien (dokter, perawat, atau yang lainnya)

g) Model Sistem Kesehatan

Model ini mengintegrasikan keenam model di atas ke dalam suatu

model yang lebih sempurna, sehingga apabila dilakukan analisa

terhadap penyediaan dan utilisasi pelayanan kesehatan harus

dipertimbangkan semua faktor yang berpengaruh didalamnya.(16)

2.2.2. Puskesmas

1. Defenisi Puskesmas

Menurut Permenkes Nomor 75 Tahun 2014, puskesmas adalah Pusat

Kesehatan Masyarakat sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan

Page 48: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

33

tingkat pertama memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional,

khususnya subsistem upaya kesehatan. (1)

Menurut Permenkes RI No. 44 Tahun 2016, Puskesmas merupakan Unit

Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dinas kesehatan kabupaten/kota, sehingga

dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, akan mengacu pada kebijakan

pembangunan kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bersangkutan, yang

tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan

Rencana Lima Tahunan dinas kesehatan kabupaten/kota.(19)

Puskesmas berkewajiban menyelenggarakan pelayanan tingkat pertama

secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat

pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi:

b. Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi

(private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan

kesehatan perseorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan

pencegahan penyakit. Pelayanan perseorangan tersebut adalah rawat jalan dan

untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap;

c. Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik

(public goods) dengan tujuan utama untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan

penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut

antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan

lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga

berencana, serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya. (1)

Page 49: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

34

Jika ditinjau dari sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, maka peranan

dan kedudukan puskesmas adalah sebagai ujung tombak sistem pelayanan

kesehatan di Indonesia. Ini disebabkan karena peranan dan kedudukan

puskesmasdi Indonesia adalah amat unik. Sebagai sarana pelayanan kesehatan

terdepan di Indonesia, makapuskesmas kecuali bertanggung jawab dalam

menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat, juga bertanggung jawab

dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran (20).

2. Wilayah Kerja Puskesmas

Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari

kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan

keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan

wilayah kerja Puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah

Tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja Puskesmas ditetapkan oleh Bupati

atau Walikota, dengan saran teknis dari kepala Dinas Kesehatan Kabupaten /

Kota. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000

penduduk setiap Puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan

maka Puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih

sederhana yang disebut Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Puskesmas

di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih

merupakan “Puskesmas Pembina” yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi

Puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.

Page 50: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

35

3. Fungsi Puskesmas

Menurut Permenkes No.75 tahun 2014 tentang puskesmas, dalam

melaksanakan tugasnya yaitu melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai

tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung

terwujudnya kecamatan sehat, puskesmas menyelenggarakan fungsi :

1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya, yaitu :

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, reduksi, dan pemberdayaan

masyarakat dalam bidang kesehatan

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang

bekerjasama dengan sector terkait

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya

kesehatan berbasis masyarakat

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu,

dan cakupan pelayanan kesehatan

i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk

dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan

penyakit.

Page 51: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

36

2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya, yaitu :

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,

berkesinambungan, dan bermutu.

b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya

promotif dan preventif

c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,

keluarga, kelompok, dan masyarakat.

d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan

dan keselamatan pasien, petugas, dan pengunjung.

e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan

kerja sama inter dan antar profesi.

f. Melaksanakan rekam medis

g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses

pelayanan kesehatan.

h. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan

i. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya.

j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem

rujukan.

4. Pelayanan Puskesmas

Pelayanan puskesmas dibagi menjadi dua, yaitu puskesmas rawat jalan

dan puskesmas rawat inap.

Page 52: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

37

a. Pelayanan rawat jalan

Rawat Jalan merupakan salah satu unit kerja di puskesmas yang melayani

pasien yang berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam pelayanan, termasuk

seluruh prosedur diagnostik dan terapeutik. Pada waktu yang akan datang,

rawat jalan merupakan bagian terbesar dari pelayanan kesehatan di Puskesmas.

b. Pelayanan rawat inap

Puskesmas rawat inap adalah puskesmas yang diberi tambahan ruangan dan

fasilitas untuk menolong pasien gawat darurat, baik berupa tindakan operatif

terbatas maupun asuhan keperawatan sementara dengan kapasitas kurang lebih

10 tempat tidur.Rawat inap itu sendiri berfungsi sebagai rujukan antara yang

melayani pasien sebelum dirujuk ke institusi rujukan yang lebih mampu, atau

dipulangkan kembali ke rumah.Kemudian mendapat asuhan perawatan tindak

lanjut oleh petugas perawat kesehatan masyarakat dari puskesmas yang

bersangkutan di rumah pasien.

5. Konsep Gatekeeper

Konsep Gatekeeper menurut Panduan Praktis Gatekeeper Concept

Fasilitas kesehatan BPJS Kesehatan adalah konsep sistem pelayanan kesehatan

dimana fasilitas kesehatan tingkat pertama yang berperan sebagai pemberi

pelayanan kesehatan dasar berfungsi optimal sesuai standar kompetensinya dan

memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan medik. Puskesmas

sebagai gatekeeper berfungsi sebagai kontak pertama pasien, penapis rujukan

serta kendali mutu dan biaya.

Page 53: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

38

Fasilitas kesehatan tingkat pertama yang berfungsi optimal sebagai

gatekeeper biasanya akan memberikan iuran kualitas kesehatan yang lebih baik

kepada peserta, akan mengurangi beban negara dalam pembiayaan kesehatan

karena mampu menurunkan angka kesakitan dan mengurangi kunjungan ke

fasilitas kesehatan tingkat lanjutan serta terdistribusi lebih besar dibandingkan

dengan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan sehingga akses masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan lebih tinggi.

Puskesmas memiliki empat fungsi pokok sebagai gatekeeper yaitu :

1. Kontak pertama pelayanan (First Contact)

Fasilitas kesehatan tingkat pertama merupakan tempat pertama yang

dikunjungi peserta setiap kali mendapat masalah kesehatan.

2. Pelayanan berkelanjutan (Continuity)

Hubungan fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan peserta dapat

berlangsung secara berkelanjutan/kontinyu sehingga penanganan penyakit

dapat berjalan optimal.

3. Pelayanan paripurna (Comprehensiveness)

Fasilitas kesehatan tingkat pertama memberikan pelayanan yang komprehensif

terutama untuk pelayanan promotif dan preventif.

4. Koordinasi pelayanan (Coordination)

Fasilitas kesehatan tingkat pertama melakukan koordinasi pelayanan dengan

penyelenggara kesehatan lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan

kepada peserta sesuai kebutuhannya (Gatekeeper Concept BPJS Kesehatan).

Menurut penelitian Suhartati (2015) dapat diketahui bahwa pemahaman

Page 54: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

39

Puskesmas 5 Ilir dan Puskesmas Merdeka sebagai gatekeeper sudah cukup

baik dimana puskesmas sebagai kontak pertama dalam memberikan pelayanan

kepada pasien, puskesmas sebagai pemberi pelayanan berkelanjutan dengan

melakukan control ulang pada pasien, puskesmas sebagai pelayanan yang

paripurna memberikan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif,

dan puskesmas sebagai koordinasi pelayanan dengan melakukan koordinasi

antar FKTP, FKTL maupun dinas kesehatan. Hal tersebut sejalan dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Ali (2014) bahwa pemahaman petugas

puskesmas sebagi pintu masuk atau penapis rujukan (gatekeeper) di kota

Ternate cukup baik. (13)

6. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan dan

tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga non

kesehatan berdasarkan analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah

pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya,

karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja

(Permenkes, 2014).

Jenis tenaga kesehatan di puskesmas paling sedikit terdiri atas :

1. dokter atau dokter layanan primer;

2. dokter gigi;

3. perawat;

4. bidan;

Page 55: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

40

5. tenaga kesehatan masyarakat;

6. tenaga kesehatan lingkungan;

7. ahli teknologi laboratorium medik;

8. tenaga gizi; dan

9. tenaga kefarmasian;

Tenaga non kesehatan di puskesmas harus dapat mendukung kegiatan

ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional

lain di Puskesmas.

7. Ketersediaan Obat

Berdasarkan Permenkes No. 28 tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan

Program Jaminan Kesehatan Nasional, pengadaan obat-obatan terutama untuk

obat peserta JKN tidak terpisah dengan obat-obatan lain. Berdasarkan petunjuk

teknik JKN ketersediaan obat di puskesmas harus selalu tersedia, karena dana

kapitasi yang dibayarkan ke puskesmas 20% di dalamnya sudah termasuk biaya

pembelian obat-obatan sehingga pasien atau peserta program JKN tidak bisa

dibebankan lagi untuk membeli obat. Pelayanan obat untuk peserta JKN di

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dilakukan oleh apoteker.

Pelayanan obat untuk peserta JKN pada fasilitas kesehatan mengacu pada

daftar obat sesuai dengan standar Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/523/2015 Tentang Formularium Nasional

dan harga obat yang tercantum dalam e-katalog obat. Obat-obatan tersebut

diajukan oleh tiap Puskesmas ke Dinas Kesehatan berdasarkan pola konsumsi di

masing-masing Puskesmas. Penggunaan obat di luar dari Formularium nasional

Page 56: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

41

di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dapat digunakan apabila sesuai

dengan indikasi medis dan sesuai dengan standar pelayanan kedokteran.

8. Ketersediaan Sarana dan Fasilitas Kesehatan

Sarana dan fasilitas yang ada di pelayanan kesehatan menjadi salah satu

faktor penting dalam mendukung terselenggaranya pelayanan yang berkualitas

bagi masyarakat. Peralatan kesehatan di puskesmas harus sesuai dengan

Kemenkes No.118/Menkes/SK/IV/2014 Tentang Kompedium Alat Kesehatan,

serta memenuhi persyaratan: (a) standar mutu, keamanan, keselamatan; (b)

memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dan (c) diuji

dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan pengkalibrasi yang

berwenang. (21)

2.2.3. Jaminan Kesehatan Nasional

Kata “Jaminan” secara bahasa dapat diartikan asuransi (insurance),

peyakinan (assurance), janji (promise), dan dapat berarti pengamanan (security)

kata Jaminan yang berarti asuransi di Indonesia berakar dari proses pengumpulan

dana bersama untuk kepentingan bersama yang memiliki arti transfer resiko (22).

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia

merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Berdasarkan UU

No. 40 Tahun 2004, Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan melalui

mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib (mandatory). Seluruh

penduduk di Indonesia wajib menjadi peserta dalam program JKN. Peserta adalah

setiap orang, termasuk orang asing (WNA) yang bekerja paling singkat 6 (enam)

bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran (UU No. 24 Tahun 2011). Dengan

Page 57: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

42

tujuan agar seluruh penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi,

sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang

layak.

2.2.4. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Berdasarkan Undang-Undang RI No 24 Tahun 2011 tentang BPJS, Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum publik yang dibentuk

untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS terdiri dari BPJS

Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Jenis Jaminan Sosial yang dibawahi oleh

BPJS Kesehatan yaitu Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan

Hari Tua, Jaminan Pasien, dan Jaminan Kematian.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 tahun 2014 tentang

Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, peserta BPJS

Kesehatan dalam memperoleh pelayanan kesehatan harus sesuai dengan indikasi

medis. Fasilitas kesehatan tingkat pertama dalam pelayanan peserta BPJS

Kesehatan lebih berfokus kepada pelayanan rujukan, pelayanan medis primer,

atau dasar dan pelayanan rawat inap bagi fasilitas kesehatan yang memiliki sarana

rawat inap.

Peserta BPJS kesehatan ada 2 (dua) kelompok, yaitu :

1. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI)

Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI) adalah peserta Jaminan

Kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu yang iurannya dibayari

pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan. Peserta PBI adalah

Page 58: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

43

fakir miskin yang ditetapkan pemerintah dan diatur melalui peraturan

pemerintah.

2. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI)

Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI) yaitu masyarakat

secara umum yang mampu membayar iuran bulanan. Setiap peserta BPJS

Kesehatan mendapatkan kesehatan untuk pelayanan kesehatan yang sesuai

dengan sistem JKN.

2.3. Landasan Teori

Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan

pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab

pelayanan kesehatan secara timbal balik vertikal maupun horizontal yang wajib

dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial dan

seluruh fasilitas kesehatan. Konsep rujukan dimaksudkan agar setiap peserta

jaminan kesehatan memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat

keahlian dan sarana kesehatan yang diperlukan.

BPJS kesehatan sebagai lembaga jaminan kesehatan nasional membagi

kelompok diagnosis menjadi dua yaitu kasus spesialistik dan kasus non-

spesialistik. Kasus non-spesialistik merupakan diagnosis penyakit yang masih

dapat ditangani oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama. Namun, kondisi saat ini

yang terjadi yaitu kasus rujukan ke layanan sekunder (fasilitas kesehatan tingkat

kedua) untuk kasus-kasus yang seharusnya dapat dituntaskan di layanan primer

(fasilitas kesehatan tingkat pertama) masih cukup tinggi. Berbagai faktor

mempengaruhi diantaranya konsep gatekeeper, kompetensi tenaga kesehatan

Page 59: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

44

(sumber daya manusia), ketersediaan obat, serta sarana dan fasilitas kesehatan

yang belum mendukung (6).

2.4. Kerangka Pikir

Dari landasan teori yang dipaparkan di atas, maka penelitian ini fokus

pada sistem rujukan di wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi.

Ketersediaan

Obat Fasilitas &

Sarana Sumber Daya

Manusia (SDM)

Gatekeeper

Faskes Tingkat Pertama

Pemeriksaan

Perlu pemeriksaan lanjutan

Rujukan

Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan

Gambar 2.2. Kerangka Pikir Penelitian

Page 60: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

45

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu metode

penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau

deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif, dengan metode wawancara semi

terstruktur yaitu jenis wawancara yang sudah termasuk kategori indepth interview

yang direkam menggunakan tape recorder dimana dalam pelaksanaannya lebih

bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur (23).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Padangmatinggi Kota

Padangsidimpuan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama 2 bulan di mulai bulan Agustus

2019 sampai bulan Oktober Tahun 2019 dengan tahapan, mengumpulkan data,

pengolahan data, validasi data, analisis data, dan penyusunan akhir tesis.

3.3. Sumber Informasi (Informan)

Penentuan sampel atau informan dalam penelitian kualitatif dilakukan saat

peneliti mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung (emergent

sampling design) dengan cara dipilih secara purposive sampling yaitu peneliti

memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang

Page 61: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

46

46

diperlukan. Sampel sebagai sumber data atau sebagai informan sebaiknya yang

memenuhi kriteria sebagai berikut.

1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi,

sehingga sesuatu itu bukan sekadar diketahui, tetapi juga dihayatinya

2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada

kegiatan yang diteliti

3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk diminta informasi

4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya”

sendiri

5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga

lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber (24).

Berdasarkan kriteria tersebut, ditetapkan sebagai informan dalam

penelitian ini adalah :

1. Informan kunci (key informan) yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki

informasi pokok yang dimiliki. Adapun informan kunci dalam penelitian ini

adalah kepala puskesmas padangmatinggi

2. Informan utama yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi social.

Adapun informsan utama dalam penelitian ini adalah :

1) Dokter

2) Pengelola Obat

3) Pegawai Tata Usaha

4) Bidan

5) Perawat

6) Pasien Rujukan PBI dan NON PBI

Page 62: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

47

47

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai

sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dilakukan pada

setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen,

disekolah dengan tenaga pendidikan dan kependidikan, di rumah dengan berbagai

responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain. Bila dilihat dari

sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan

sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan

data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain,

atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik

pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan

observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi

dan gabungan keempatnya.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah :

1) Wawancara mendalam (indepth interview)

Wawancara mendalam terhadap informan dengan berpedoman pada

pedoman wawancara yang telah disiapkan seputar pelaksanaan rujukan

rawat jalan tingkat pertama peserta program BPJS Kesehatan di

puskesmas Padangmatinggi Kota Padangsidimpuan. Pada

pelaksanaannya daftar pertanyaan bisa berkembang sesuai dengan

keadaan yang terjadi.

Page 63: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

48

48

2) Studi Dokumentasi

Hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih kredibel /

dapat dipercaya kalau didukung oleh studi dokumentasi. Pengumpulan

data yang dilakukan mengumpulkan sumber-sumber data, dokumen,

laporan, profil, dan arsip-arsip lain yang ada hubungannya dengan

rujukan rawat jalan di puskesmas Padangmatinggi Kota

Padangsidimpuan (25).

3.5. Validasi Data

Dalam penelitian ini, untuk memeriksa keabsahan data yang diperoleh,

peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi yang digunakan peneliti

yaitu triangulasi sumber, metode, dan data.

Triangulasi sumber dilakukan yaitu dengan membandingkan informasi

yang diperoleh dari informan yang berbeda yakni dokter puskesmas, staf

puskesmas, dan kepala puskesmas untuk melakukan cross check terhadap kondisi

yang sebenarnya. Triangulasi metode yang dilakukan yaitu dengan menggunakan

metode yang berbeda pada saat pengumpulan data melalui wawancara mendalam

dan telaah dokumen. Triangulasi data yang dilakukan yaitu dengan membuat

transkrip hasil dari wawancara mendalam kemudian hasil transkrip tersebut

dijadikan sebagai suatu bahan dalam pembuatan matriks atau rangkuman

wawancara mendalam. Matriks tersebut selanjutnya akan dicross check ulang

kepada informan agar data dan informasi yang diperoleh lebih abash (25).

Page 64: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

49

49

3.6. Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Operasional Cara Ukur

Sistem rujukan Penyelenggaraan pelayanan

kesehatan yang mengatur

pelimpahan tugas dan

tanggungjawab pelayanan

kesehatan secara timbal balik

baik vertikal maupun

horizontal

Wawancara mendalam

Sumber daya manusia Petugas kesehatan yang berperan

dalam pemberian rujukan online

Wawancara mendalam

Gatekeeper Pengetahuan petugas maupun

pasien tentang fungsi puskesmas

sebagai kontak pertama dan

penampis rujukan

Wawancara mendalam

Fasilitas dan sarana Merupakan alat kesehatan untuk

menunjang pelayanan kesehatan

tingkat pertama di puskesmas

Wawancara mendalam

Ketersediaan Obat Merupakan ketersediaan obat-

obatan di Puskesmas sesuai

dengan Formularium Nasional

Wawancara mendalam

3.7. Metode Analisa Data

Analisis data kualitatif dilakukan secara bersamaan dengan proses

pengumpulan data berlangsung, artinya kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan juga

selama dan sesudah pengumpulan data.

Terdapat tiga tahapan dalam menganalisis data, yaitu :

1. Reduksi data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu

maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, makin lama

peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan makin banyak, kompleks, dan rumit.

Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi

Page 65: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

50

50

data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan

demikiandata yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,

dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan

elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek

tertentu.

Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan

kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang

masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau

orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan

berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan

pengembangan teori yang signifikan.

2. Penyajian data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang

paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah

dengan teks yang bersifat naratif.

Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami

apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

dipahami tersebut. Selanjutnya disarankan, dalam melakukan display data, selain

dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matriks, network (jejaring

Page 66: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

51

51

kerja) dan chart. Bentuk-bentuk ini menghubungkan informasi yang tersusun,

sehingga memudahkan untuk melihat apa yang terjadi, dan penarikan kesimpulan.

3. Penarikan kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan

dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal, di dukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat

menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga

tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah

dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah

penelitian berada di lapangan.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan

temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi

atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap

sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau

interaktif, hipotesis atau teori (26).

Page 67: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

52

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Gambaran Puskesmas Padangmatinggi

1. Keadaan Geografi

Puskesmas Padangmatinggi merupakan Puskesmas non-perawatan yang

terletak di Padangmatinggi kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota

Padangsidimpuan, Provinsi Sumatra Utara.

Luas wilayah kecamatan Padangsidimpuan Selatan ± 843.06 Ha terdiri

dari 12 kelurahan. Wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi terdiri dari 8

kelurahan dengan 39 lingkungan, yang berbatasan dengan :

- Sebelah Utara berbatasan dengan : Kecamatan Padangsidimpuan Utara

- Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara

- Sebelah Barat berbatasan dengan : Kecamatan Angkola Selatan

- Sebelah Timur berbatasan dengan : Kecamatan Batunadua

2. Keadaan Kependudukan (Demografi)

Tabel 4.1. Data kependudukan Kecamatan Padangsidimpuan Selatan No Desa / Kelurahan Jumlah

KK Jumlah Penduduk

Laki-Laki Perempuan Total

1 Aek Tampang 2.188 4.596 4.796 9.392 2 Padangmatinggi 1.293 3.065 2.949 6.014 3 Silandit 855 1.971 2.368 4.339 4 Wek V 1.928 4.100 4.276 8.376 5 Sitamiang 748 1.636 1.662 3.298 6 Losung 1.304 2.770 2.806 5.616 7 Padangmatinggi Lestari 663 1.544 1.678 3.222 8 Sitamiang Baru 1.116 2.448 2.379 4.827

Jumlah 10.095 22.170 22.914 45.084

Page 68: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

53

53

Tabel 4.2. Data Luas Wilayah ( Km2) Kecamatan Padangsidimpuan Selatan

No Desa / Kelurahan Jumlah

Lingkungan /

Desa

Jumlah KK Luas Wilayah

(Km2)

1 Aek Tampang 9 2188 1,75

2 Padangmatinggi 3 1293 0,86

3 Silandit 3 855 3,29

4 Wek V 9 1928 0,54

5 Sitamiang 4 748 0,42

6 Losung 5 1304 1,55

7 Padangmatinggi

Lestari

2 663 0,62

8 Sitamiang Baru 4 1116 1,48

Jumlah 39 10.095 10,51

3. Sosial Budaya

Jenis pekerjaan dari masyarakat di wilayah kerja Puskesmas

Padangmatinggi sebagian besar adalah wiraswasta 55%, buruh 25%, dan pegawai

20 %.Adapun tingkat pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi

sebagian besar tamatan SLTP dan tamatan SLTA.

4. Sarana Kesehatan

Puskesmas Padangmatinggi merupakan puskesmas dengan fasilitas rawat

jalan dan Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang beroperasi selama 24 jam.Di

wilayah Puskesmas Padangmatinggi terdapat beberapa jenis sarana kesehatan

yang diharapkan dapat meningkatkan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat

yang ada di wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi.

Page 69: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

54

54

5. Ketenagaan

Tabel 4.3. Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Padangmatinggi

No Tenaga Kesehatan Jumlah Keterangan

1 Dokter Umum 4 PNS

2 Dokter Gigi 1 PNS 3 Perawat 24 PNS

4 SKM 6 PNS

5 Bidan 41 PNS

6 Ahli Gizi 1 PNS 7 Analis Kesehatan 1 PNS 8 Farmasi 1 PNS 9 Perawat Gigi 1 PNS 10 Administrasi 1 PNS

Jumlah 77

4.1.2. Visi dan Misi Puskesmas Padangmatinggi

Kebijakan pembangunan kesehatan sekarang ini adalah paradigma sehat

yaitu paradigma pembangunan kesehatan yang lebih mengutamakan upaya-upaya

promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

Paradigma sehat itu merupakan modal pembangunan kesehatan yang dalam

jangka panjang yang akan mampu mendorong masyarakat untuk bersikap dan

bertindak mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri yaitu melalui

kesadaran terhadap pentingnya upaya-upaya kesehatan yang bersifat promotif dan

preventif.

Puskesmas Padangmatinggi memiliki visi “Mewujudkan masyarakat yang

sehat produktif dan mandiri”. Adapun misi dari Puskesmas Padangmatinggi yaitu:

1. Meningkatkan kualitas SDM yang profesional

2. Meningkatkan ketersediaan sarana, peralatan, dan perbekalan kesehatan

3. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau

Page 70: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

55

55

4. Mendorong kemandirian masyarakat untuk berprilaku hidup bersih dan sehat

serta meningkatkan peran aktif masyarakat dalam upaya kesehatan

5. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektoral

6. Meningkatkan sistem informasi kesehatan Puskesmas

4.2. Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang yang terdiri dari kepala

puskesmas, dokter umum, dokter gigi, pegawai tata usaha, bidan, pengelola obat,

pengelola rujukan, serta pasien peserta JKN di Puskesmas Padangmatinggi.

Karakteristik Informan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4. Karakteristik Informan

No Jabatan Pendidikan Umur

1 Kepala Puskesmas S2 50

2 Dokter Umum S1 34

3 Dokter Gigi S1 32

4 PegawaiTata Usaha D3 38

5 Bidan Puskesmas D3 35

6 Pengelola Obat D3 30

7 Perawat S1 31

8 Pasien SMA 58

9 Pasien S1 26

10 Pasien SMA 42

4.3. Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Puskesmas Padangmatinggi

Pelaksanaan rujukan rawat jalan merupakan pelimpahan tugas oleh

puskesmas ke tingkat lanjutan dikarenakan ketidaksanggupan puskesmas

menangani pasien. Pelaksanaan rujukan dalam era JKN dilaksanakan secara

berjenjang. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan

Page 71: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

56

56

medis tingkat primer maka akan menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat

pelayanan sekunder.

Sesuai Permenkes Nomor 001 tahun 2012 tentang sistem rujukan

berjenjang, pasien tidak berhak meminta rujukan tetapi harus berdasarkan

diagnosa penyakit atau indikasi medis dari dokter pemeriksa, sesuai permenkes

tentang sistem rujukan apabila rujukan bukan berdasarkan indikasi medis dan

masih terdapat dalam 155 diagnosa berarti rumah sakit akan menolak pasien.

Berikut adalah kutipan dari wawancara dengan informan mengenai

pelaksanaan rujukan rawatjalan:

“Ya udah bagus menurut saya. Memberikan rujukan itu kan

harus sesuai dengan penyakitnya kan. Kalau perlu dirujuk, ya

kita rujuk. Kalau kita bisa tangani disini ya kita tangani, kalau

gak bisa ya kita rujuk, kayak gak ada alat, obat itu tadi ya kita

rujuk. Ada juga pasien yang minta rujuk sendiri. Ya kalau itu kita

berusaha buat nangani disini, tapi kalau gak mau juga yaudah

kita rujuk. Karna disini pun sampe mukul-mukul meja, mukul-

mukul dinding. Ada itu yang kayak gitu.”(informan1)

“lancar-lancar aja. Udah baik, tenaga kesehatannya udah cukup.

Fasilitasnya udah lumayan lah ya. Udah baik, yang bisa

ditangani disini ya di tangani, kalau gak bisa ya di rujuk. Yang

penting dia masih di wilayah kerja puskesmas padangmatinggi,

udah itu aja. Kalau dokternya, udah punya orang itu selembaran

daftar penyakitnya, udah ada itu di meja orang itu.”(informan 4)

Berdasarkan kutipan informan diatas, dapat diketahui bahwa sistem

rujukan di puskesmas berjalan sesuai prosedur. Petugas di Puskesmas

Padangmatinggi berusaha untuk menangani pasien, tetapi jika puskesmas tidak

dapatmenangani pasien tersebut dikarenakan keterbatasan puskesmas baik dari

alat maupun obat-obatan maka puskesmas akan merujuk ke rumah sakit.

Page 72: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

57

57

“Tau, mereka harus penduduk sini, punya kartu BPJS, KIS,

ASKES, iya yang dalam JKN. Kalau tidak bisa ditangani

makanya dirujuk, tapi kalau bisa ya nggak dirujuk lah. Memang

ada rujukan permintaan sendiri, makanya kita jelaskan lah sama

pasien. Kadang maksa orang itu jadi dikasi aja.” (informan7)

“Ya kita periksalah pasiennya, kalau kita masih bisa layani disini

kita layani. Kita jelaskan dulu sama pasiennya, kalau masih bisa

ditangani disini. Tapi kalau pasien ini masih bertekak, sampe

banting-banting pintu. Ya kita kasi lah. Itu gak tau BPJS itu,

Taunya puskesmas gak boleh ngerujuk kayak gitu, tapi kalau kita

yang jadi korbannya gimana? Harusnya rumah sakit lah yang

menggiring, kalau udah sampe sana, kalau bukan kompetensi

orang itu harusnya di tolak. Kan harusnya seperti itu, buktinya

gak pernah ada yang balik.” (informan2)

Kutipan diatas menyatakan bahwa petugas mengetahui syarat rujukan dan

petugas juga mengetahui daftar penyakit yang harus ditangani di puskesmas.

Namun banyaknya rujukan atas permintaan sendiri dari pasien mengakibatkan

angka rujukan di Puskesmas Padangmatinggi tinggi. Banyak pasien yang datang

ke puskesmas memaksa untuk meminta rujuk meskipun sudah diberi pengarahan

oleh petugas.Bahkan pasien memaksa hingga membuat keributan.

Menurut pernyataan informan banyaknya pasien yang meminta rujuk

diakibatkan kurangnya sosialisasi BPJS terhadap masyarakat. Informan juga

mengatakan setiap pasien yang di rujuk atas permintaan sendiri tidak ada yang

ditolak oleh pihak rumah sakit, dengan tidak kembalinya pasien untuk ditangani di

puskesmas. Penyebab lain terjadinya rujukan di Puskesmas Padangmatinggi

adalah ketersediaan fasilitas maupun obat-obatan yang kurang memadai.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Firdiah (2017) dimana

pelaksanaan pelayanan rujukan rawat jalan Puskesmas Neglasari sudah

menyesuaikan dengan petunjuk teknis yang telah ada, namun terdapat pasien yang

meminta untuk dirujuk, biasanya dokter akan memberikan penjelasan kepada

Page 73: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

58

58

pasien, namun jika pasien tetap ingin dirujuk, dokter akan menambahkan

keterangan “Atas Permintaan Sendiri” pada surat rujukan.

Pelaksanaan rujukan di Puskesmas Padangmatinggi sudah menyesesuaikan

dengan prosedur yang ada, namun masih banyaknya pasien yang meminta rujukan

Atas Permintaan Sendiri (APS) menyebabkan tingginya angka rujukan.Banyaknya

rujukan atas permintaan sendiri dikarenakan pasien kurang percaya terhadap

kemampuan puskesmas.Pasien menganggap puskesmas memiliki keterbatasan

baik dari segi ketersediaan obat-obatan, fasilitas kesehatan, dan kemampuan

tenaga kesehatan.

Sesuai Permenkes Nomor 001 tahun 2012 tentang sistem rujukan

berjenjang, pasien tidak berhak meminta rujukan tetapi harus berdasarkan

diagnosa penyakit atau indikasi medis dari dokter pemeriksa, sesuai permenkes

tentang sistem rujukan apabila di rujuk bukan berdasarkan indikasi medis dan

masih terdapat dalam 155 diagnosa berarti rumah sakit akan menolakpasien.

Menurut alur rujukan pelayanan kesehatan pasien JKN bahwa jika bukan

kasus darurat, maka pasien yang merupakan peserta BPJS harus mengunjungi

fasilitas kesehatan primer terlebih dahulu.Jika fasilitas kesehatan primer tidak

mampu menangani, maka pasien dapat dirujuk ke RS yang lebih tinggi kelasnya.

Dengan demikian, implementasi JKN mengatur bahwa rujukan berjenjang

adalah hal mutlak yang harus dilaksanakan dan dipatuhi. Jika dilaksanakan

dengan benar, maka ini akan membuat jumlah pasien di RS rujukan tertinggi

menjadi berkurang secara kuantitas.

Page 74: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

59

59

4.3.1. Ketersediaan Tenaga Kesehatan Puskesmas Padangmatinggi

Dalam menjalankan fungsinya sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama,

puskesmas Padangmatinggi memiliki jumlah tenaga kesehatan yang mencukupi.

Hal tersebut diketahui dari hasil wawancara terhadap beberapa informan di

Puskesmas Padangmatinggi. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan

infroman mengenai ketersediaan tenaga kesehatan :

“Udah cukuplah menurutku.kalau jumlah nya gak tau berapa

yang pastinya udah banyak lah” (Informan 7)

“Tenaga kesehatan di sini sudah banyak, ada sekitar 70an orang.

Udah sesuai sama standart lah. Dokter umum ada 4 disini, bidan

sama perawat juga banyak kali” (Informan 4)

Pada dasarnya jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Padangmatinggi

sudah mencukupi. Namun menurut pandangan beberapa informan lainnya, jumlah

dokter gigi masih kurang.Berikut kutipan dari informan.

“Yaaa, udah cukup lah ya. Di sini ada sekitar 70an lah. Tapi

maunya ditambahin lah dokter giginya 1 lagi. Udah kita mohon

ke Dinkes. Belum ada disini apotekernya, perawat giginya Cuma

1.” (Informan 1)

“Petugas kesehatannya? Udah lebih pun kalo diliat dari

jumlahnya, tapi dokter gigi kurang menurut saya ya. Karna kan

saya kadang juga ke sekolah-sekolah. Kan ada juga ya program

puskesmas ke sekolah, kayak penyuluhan tentang kesehatan mulut

dan gigi. Jadi disini kosong, Cuma ada perawat tapi kadang

pasien ini pun kalo sama perawat gak mau dia berobat.”

(Informan 3)

“Jumlah petugas kesehatan gak tau ntah banyak ntah gak. Pas

mau periksa kurang nyamanlah, agak jutek mukak dokternya,

cuek pulak, kurang ramah lah pokoknya ntah mungkin karna

pasien banyak kali dan cuma sikit orang itu gak tau jugak lah.”

(Informan 10)

Page 75: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

60

60

Berdasarkan kutipan informasi di atas, dapat dilihat bahwa petugas

kesehatan di Puskesmas Padangmatinggi sudah mencukupi. Namun kurangnya

dokter gigi menjadi salah satu kendala puskesmas dalam melaksanakan

pelayanannya. Petugas juga sering bertugas di luar puskesmas, sehingga posisinya

diganti sementara oleh petugas lain.

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2004 tentang kesehatan bahwa

tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan

di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk

melakukan upaya kesehatan. Keputusan pasien diberikan tindakan pelayanan

rujukan berdasarkan diagnosa yang ditetapkan tenaga medis maupun paramedik di

puskesmas. Puskesmas harus mampu memberikan pelayanan kesehatan dasar,

berfungsi optimal sesuai standar kompetensinya dan standar pelayanan medik.

Puskesmas berfungsi sebagai kontak pertama pasien, penapis rujukan untuk

kendali mutu dan biaya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah tenaga kesehatan di

Puskesmas Padangmatinggi sudah cukup, bahkan berlebih. Tetapi menurut kepala

puskesmas, bagian poli gigi kekurangan dokter gigi dalam menjalankan pelayanan

di Puskesmas Padangmatinggi. Pendapat tersebut juga didukung oleh pernyataan

dokter gigi yang mengatakan kurangnya tenaga kesehatan yaitu dokter gigi di

Puskesmas Padangmatinggi. Menurut dokter gigi di Puskesmas Padangmatinggi,

dokter gigi di puskesmas sering menjalankan pelayanan di luar puskesmas seperti

sekolah-sekolah.

Page 76: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

61

61

Selain itu terdapat pendapat dari dokter umum puskesmas Padangmatinggi

yang mengatakan kurangnya tenaga kesehatan karena mereka sering menjalankan

kegiatan di sekolah, seperti Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan juga ada

beberapa dokter sering tidak masuk dikarenakan masih dalam tugas pendidikan S-

2 sehingga pelayanan kesehatan hanya ditangani oleh 1 dokter. Ketersediaan

dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien sangatlah penting

karena merupakan salah satu tugas pokok dokter dalam memberikan pelayanan

kesehatan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 tentang

Puskesmas, standar minimal tenaga kesehatan di puskesmas kawasan perkotaan

adalah :

Tabel 4.5. Jumlah Standar Ketenagaan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan

Tingkat Pertama

No Jenis Tenaga Puskesmas Kawasan

Perkotaan Non Rawat

Inap

Puskesmas

Padangmatinggi

1. Dokter Umum 1 4

2. Dokter Gigi 1 1

3. Perawat / Perawat Gigi 5 24 / 1

4. Bidan 4 38

5. Tenaga Kesehatan

Masyarakat

2 5

6. Tenaga Kesehatan

Lingkungan

1 1

7. Ahli Teknologi

Laboratorium Medik

1 -

8. Tenaga Gizi 1 1

9. Tenaga Kefarmasian 1 1

10. Tenaga Administrasi 3 1

Jumlah 20 77

Page 77: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

62

62

Dari tabel 4.4 tersebut dapat dilihat bahwa jumlah sumber daya manusia di

Puskesmas Padangmatinggi sudah mencukupi dan melebihi standart yang telah

ditetapkan. Hal ini seharusnya dapat membuat pelayanan kesehatan di Puskesmas

Padangmatinggi menjadi lebih optimal.

Ketersediaan tenaga kesehatan di Puskesmas Padangmatinggi sudah

mencukupi dari segi kuantitas. Namun seringnya petugas melaksanakan tugas di

luar puskesmas, sehingga petugas yang lain menggantikan tugas pegawai yang

tidak ada tersebut. Sehingga petugas tidak melakukan tugasnya sesuai dengan

tupoksinya.

4.3.2. Ketersediaan Obat di Puskesmas Padangmatinggi

Hasil dari penelitian terhadap wawancara dari beberapa informan

menunjukkan ketersediaan obat-obatan di Puskesmas Padangmatinggi hampir

sesuai dengan formularium nasional. Berikut adalah kutipan dari wawancara

peneliti dengan informan mengenai ketersediaan obat.

“Kebutuhannya itu sesuai sama apa yang dokter minta lah, kalau

ada permintaan dari poli, kita minta ke dinas, setiap bulan kita

biasanya buat permohonan. Tapi memang kadang ada

keterlambatan datang dari dinasnya, jadi disini stok kosong.

Kalau gak ada obat yang diresepkan dokter, kita cari yang sama.

Kita Tanya dokter bisa diganti apa enggak. Kami gak bisa

langsung ganti-ganti aja, biasanya kami tanya ke dokternya lagi.

Kadang kitasuruh beli di luar, tapi kalau pasiennya bersedia”

(Informan 6)

Pernyataan di atas didukung oleh informan lain yang mengemukakan :

“Kalau itu sudah hampir sesuai lah, tapi belum lengkap, karna

sering juga stock kosong, karna keterlambatan stock obat.

(Informan 1)

Page 78: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

63

63

Berdasarkan hasil wawancara di atas, ketersediaan obat-obatan yang ada di

Puskesmas Padangmatinggi dalam memberikan pelayanan kesehatan sudah

terbilang cukup, pernah terjadi kekosongan obat tetapi jika obat yang dibutuhkan

pasien tidak tersedia maka akan diberikan obat yang sejenis. Namun menurut

salah satu informan menyatakan bahwa obat yang tersedia di Puskesmas

Padangmatinggi masih kurang, hal ini dapat dilihat dari pernyataan informan

sebagai berikut.

“Ada sih obat dikasi, tapi itu lah gak sembuh-sembuh juga batuk

anak saya, makanya saya datang lagi mau minta surat rujukan.

Biar berobat ke rumah sakit aja, biar bisa di cek semuanya, biar

dikasih obat yang lebih bagus.” (Informan 10)

Berdasarkan kutipan dari wawancara di atas, dapat diketahui bahwa obat

yang dibutuhkan pasien belum tersedia di Puskesmas. Berdasarkan hasil observasi

peneliti pada jumlah obat yang terdapat di Puskesmas Padangmatinggi sesuai

dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/523/2015

tentang formularium nasional dari 240 jenis obat yang menjadi standar pelayanan

kesehatan tingkat pertama hanya 153 jenis obat yang dapat dilengkapi oleh

Puskesmas Padangmatinggi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Firdiyah (2017) yang menyatakan

bahwa ketersediaan obat-obatan belum mencukupi di Puskesmas Neglasari Kota

Tangerang.

4.3.3. Ketersediaan Fasilitas dan Sarana Kesehatan di Puskesmas

Padangmatinggi

Sarana dan fasilitas yang ada di pelayanan kesehatan menjadi salah satu

faktor penting dalam mendukung terselenggaranya pelayanan yang berkualitas

bagi masyarakat. Ketersediaan fasilitas dan sarana kesehatan di pelayanan

Page 79: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

64

64

kesehatan merupakan faktor penting dalam mencapai penegakan diagnosa dan

mendukung pelayanan yang berkualitas bagi masyarakat. Peralatan kesehatan di

puskesmas harus sesuai dengan Kemenkes No.118/Menkes/SK/IV/2014 Tentang

Kompedium Alat Kesehatan, serta memenuhi persyaratan: (a) standar mutu,

keamanan, keselamatan; (b) memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan

perundang- undangan; dan (c) diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi

penguji dan pengkalibrasi yang berwenang.

Ketersediaan fasilitas dan sarana kesehatan di Puskesmas Padangmatinggi

masih kurang memadai dan tidak sesuai dengan Kemenkes

No.118/Menkes/SK/IV/2014 Tentang Kompedium Alat Kesehatan. Hal tersebut

dapat di lihat dari hasil wawancara terhadap beberapa informan. Berikut adalah

kutipan dari wawancara dengan informan tentang ketersediaan fasilitas dan sarana

kesehatan:

“Masih ada yang kurangnya. Gak semuanya lengkap. Ada juga

alat yang rusak. Ya memang gak sesuai sama standarnya, tapi ya

kita tetap berusaha semampu kita lah.” (informan7)

“Belum sesuai lah, buktinya masih ada alat yang gak ada di

puskesmas. Ya kalau gitu kita rujuk lah, kalau gak ada alatnya.

Contohnya kalau dia sesak napas, disini gak ada oksigen ya kita

rujuk. Masa mau kita pertahankan disini.” (informan 5)

Berdasarkan kutipan diatas dapat diketahui bahwa tidak tersedianya alat

kesehatan di puskesmas mengakibatkan pasien di rujuk ke fasilitas tingkat

lanjutan. Hal tersebut juga di dukung oleh informan lain yang mengemukakan:

“Udah bisa dibilang sesuai lah ya, ada memang beberapa alat

kesehatan yang gak ada. Kita berusaha semampu kita, kalau

memang tidak bisa kita tangani karna keterbatasan kita, ya kita

rujuk.”(informan 4)

Page 80: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

65

65

“Masih kurang lah ya, belum lengkap semua, masih belum

sesuai standart lah, alat scaling gigi pun ada, tapi rusak. Jadi

gak bisa bersihkan karang gigi disini. Kalau gak ada alat ya kita

rujuk.” (informan 3)

“Masih adalah ya kurangnya, kayak alat kesehatannya disini

masih banyak yang belum ada. Ada pun nanti udah rusak. Kalau

gak ada alat buat nangani pasien terpaksa lah kita rujuk lah ya.

Itu lah salah satunya yang buat rujukan tinggi ya.” (informan 1)

Berdasarkan kutipan diatas dapat diketahui bahwa ketersediaan fasilitas

dan sarana kesehatan yang belum lengkap di Puskesmas Padangmatinggi

mengakibatkan pasien yang seharusnya ditangani di puskesmas, dirujuk ke

faslilitas tingkat lanjutan. Salah satu penyakit yang dirujuk adalah corpus

alienum, pasien dirujuk dikarenakan puskesmas tidak memiliki otoskop. Hal

tersebut merupakan salah satu penyebab tingginya angka rujukan di Puskesmas

Padangmatinggi.

Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa fasilitas sarana yang

tersedia di Puskesmas Padangmatinggi tidak lengkap dan tidak memenuhi

standar lampiran Kompedium Alat Kesehatan yang merupakan Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor 118/MENKES/SK/IV/2014. Dari 115 item yang

terdapat dalam Kompedium Puskesmas Padangmatinggi hanya memiliki 43 item

dalam melakukan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Terdapat juga alat-alat

yang ada namun mengalami kerusakan, sehingga tidak dapat digunakan sesuai

fungsinya. Beberapa alat yang tidak tersedia di puskesmas seperti otoskop, alat

scalinggigi, dan alat periksa mata. Menurut pernyataan beberapa informan,

petugas berusaha semaksimal mungkin untuk menangani pasien dengan fasilitas

yang ada, namun jika petugas kesehatan tidak mampu menangani pasien maka

petugas membuat rujukan ke tingkat lanjutan ataupun rumah sakit. Hal inilah

Page 81: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

66

66

yang akan menjadi kendala dalam pelaksanaan sistem rujukan karena dengan

adanya keterbatasan fasilitas alatkesehatan akan terganggunya proses

mendiagnosa pasien dan akan menyebabkan petugas untuk melakukan rujukan

ke rumah sakit sehingga rasio rujukan di puskesmas tersebut menjadi tinggi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ali (2014) bahwa

ketersediaan fasilitas alat kesehatan di Puskesmas Siko dan Puskesmas Kalumata

belum lengkap sehingga ketika pasien datang ke puskesmas dan ingin

mendapatkan pelayanan kesehatan, puskesmas melakukan rujukan ke fasilitas

tingkat lanjutan karena keterbatasan fasilitas alat kesehatan. Demikian juga hasil

penelitian Firdiyah (2017) Fasilitas alat kesehatan dan sarana prasarana di

Puskesmas Neglasari belum lengkap dan belum sesuai dengan Kompendium Alat

Kesehatan. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa ketersediaan alat di

puskesmas sangat mempengaruhi puskesmas dalam memberikan pelayanan.

4.3.4. Pengetahuan tentang Gatekeeper di Puskesmas Padangmatinggi

Konsep Gatekeeper adalah konsep sistem pelayanan kesehatan dimana

fasilitas kesehatan tingkat pertama yang berperan sebagai pemberi pelayanan

kesehatan dasar berfungsi optimal sesuai standar kompetensinya dan memberikan

pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan medik. Berikut adalah hasil

wawancara peneliti mengenai pengetahuan tentang gatekeeper:

“Gatekeeper? Itu apa? Oh iya tau lah kan, memang pasien itu

harus ke puskesmas dulu kan, harus di tangani dulu disini. Kita

kan UPT yakan namanya, puskesmas sebagai FKTP. Kita kan

fungsinya sebagai pelayan yakan. Tentunya kita menyiapkan

diri semampu kita. Kita ada usulan dana JKN, Rehab bangunan,

alat kesehatan, obat. Yaaa, sebagai pegawai disini saya bilang

udah baik lah ya.” (informan1)

Page 82: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

67

67

“Apa? Oh itu tau lah. Pasien memang harus di tangani di sini

dulu baru ke rumah sakit ya. Kan disini Fasilitas Kesehatan

Tingkat Pertama. Kita berusaha menangani disini, sekarang

pasiennya gimana. Mau gak dia di tangani. Ada juga pasien ini

yang Taunya Cuma ngambil rujukan aja kesini.”(informan 2)

Berdasarkan kutipan wawancara diatas dapat diketahui bahwa petugas

puskesmas mengetahui tentang gatekeeper. Menurut informan, Puskesmas

Padangmatinggi sudah mampu dan berusaha menjalankan tugas puskesmas

sebagai FKTP. Namun menurut petugas di Puskesmas Padangmatinggi, banyak

pasien yang belum mengerti tentang fungsi puskesmas, dan hanya ke puskesmas

untuk mengambil rujukan. Hal tersebut dapat diketahui dari kutipan wawancara

terhadap informan:

“Konsep apa? Gak pernah dengar. Pokoknya kalau ada apa-apa

kita kesini, ngambil rujukan lah. Karna kalau berobat ke rumah

sakit kan gak bayar lagi.”(informan 9)

“gak tau, gak pernah dengar juga. Saya Taunya ke puskesmas

berobat yang ringan-ringan aja.” (Informan 10)

Dari pernyataan informan diatas dapat diketahui bahwa informan yang

merupakan pasien tidak mengetahui konsep gatekeeper. Informan menganggap

puskesmas hanya tempat untuk berobat ringandan tempat untuk mengambil

rujukan ke rumah sakit.

Pasien menganggap puskesmas hanya sebagai tempat untuk mengambil

rujukan agar dapat berobat ke rumah sakit. Pasien menilai puskesmas tidak

memiliki alat dan tenaga kesehatan yang bagus dan lengkap untuk menangani

pasien. Selain itu pasien juga menganggap puskesmas hanya memberikan obat

secara terbatas, sedangkan pasien ingin mendapatkan obat untuk satu bulan agar

tidak perlu untuk kembali ke puskesmas. Persepsi masyarakat yang seperti itu

Page 83: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

68

68

mengakibatkan pasien ingin di rujuk ke rumah sakit yang dimana terdapat obat

yang lengkap.

Puskesmas sebagai gatekeeper berfungsi sebagai kontak pertama pasien,

penapis rujukan serta kendali mutu dan biaya. Puskesmas memiliki empat fungsi

pokok sebagai gatekeeper yaitu :

1. Fasilitas kesehatan tingkat pertama merupakan tempat pertama yang

dikunjungi peserta setiap kali mendapat masalah kesehatan.

2. Hubungan fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan peserta dapat

berlangsung secara berkelanjutan/kontinyu sehingga penanganan penyakit

dapat berjalan optimal.

3. Fasilitas kesehatan tingkat pertama memberikan pelayanan yang

komprehensif terutama untuk pelayanan promotif dan preventif.

4. Fasilitas kesehatan tingkat pertama melakukan koordinasi pelayanan

dengan penyelenggara kesehatan lainnya dalam memberikan pelayanan

kesehatan kepada peserta sesuai kebutuhannya.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa informan dapat diketahui

bahwa puskesmas mampu dan berusaha menjalankan fungsinya sebagai penapis

rujukan atau gatekeeper, namun kurangnya pengetahuan pasien tentang

gatekeeper mengakibatkan sering terjadinya rujukanAPS.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Menurut penelitian

Firdiah (2017) dapat diketahui bahwa pemahaman Puskesmas Neglasari sebagai

gatekeeper sudah cukup baik dimana puskesmas sebagai kontak pertama dalam

memberikan pelayanan kepada pasien, puskesmas sebagai pemberi pelayanan

Page 84: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

69

69

berkelanjutan dengan melakukan kontrol ulang pada pasien, puskesmas sebagai

pelayanan yang paripurna memberikan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif. Hal tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Ali (2014) bahwa pemahaman petugas puskesmas Siko dan puskesmas Kalumata

sebagai pintu masuk atau penapis rujukan (gatekeeper) di Kota Ternate cukup

baik.

4.4. Keterbatasan Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam kepada

informan yang terlibat dalam pelaksanaan rujukan di Puskesmas Padangmatinggi.

Untuk kelengkapan data, selain dengan menggunakan wawancara mendalam

digunakan juga telaah data sekunder, seperti data-data angka rujukan dan kasus

rujukan di Puskesmas. Namun peneliti menyadari akan keterbatasan dalam

melakukan penelitian, beberapa keterbatasan dalam penelitian antara lain:

1. Waktu yang cukup singkat melakukan pengumpulan data-data pendukung.

2. Penelitian ini sangat tergantung interprestasi peneliti dalam menterjemahkan

makna saat melakukan wawancara sehingga kemungkinan salah persepsi

dapat terjadi.

3. Bahasa yang digunakan oleh informan terutama pasien sulit dimengerti oleh

peneliti.

Page 85: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

70

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil peneitian dan pembahasan yang mengacu pada tujuan

penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pelayanan rujukan rawat jalan Puskesmas Padangmatinggi

sudah menyesuaikan dengan petunjuk yang telah ada. Namun masih

banyaknya rujukan Atas Permintaan Sendiri dikarenakan pasien tidak

percaya terhadap puskesmas mengakibatkan tingginya angka rujukan

non spesialistik sebesar 763 (7,9%) sehingga Puskesmas

Padangmatinggi berada di zona tidakaman.

2. Jumlah tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Padangmatinggi sudah

memenuhi standar yang mengacu pada Permenkes RI No. 75 Tahun

2014.

3. Jenis dan jumlah obat yang terdapat di Puskesmas Padangmatinggi masih

belum terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dan standart daftar obat dalam

Keputusan Menteri Kesehatan RI No.HK.02.02/MENKES/523/2015

Tentang Formularium Nasional.

4. Mengacu kepada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

118/MENKES/SK/IV/2014 Tentang Kompedium alat kesehatan,

fasilitas alat kesehatan dan sarana prasarana di Puskesmas

Padangmatinggi belum lengkap dan belum bisa untuk menangani 155

penyakit yang dibebankan kepada puskesmas dalam era JKN. Masih

Page 86: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

71

71

terdapatnya alat kesehatan yang rusak juga menghambat pelayanan

Puskesmas Padangmatinggi.

5. Puskesmas Padangmatinggi belum melaksanakan konsep gatekeeper

dengan baik, dimana dari sisi pemahaman masyarakat tentang konsep

gatekeeper masih kurang. Hal tersebut dibuktikan masih banyaknya

rujukan APS. Masih banyaknya pasien yang menganggap puskesmas

hanya bertugas untuk menangani penyakit ringan seperti flu dan batuk

saja.

5.2. Saran

5.2.1. Bagi Puskesmas Padangmatinggi

a) Diharapkan puskesmas dapat mengoptimalkan perencanaan obat dengan

baik, sehingga kekurangan obat tidak terjadi dan ketersediaan obat sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan.

b) Diharapkan pihak puskesmas dapat memberikan sosialisasi kepada

masyarakat tentang program JKN khususnya tentang sistem rujukan

berjenjang dan tentang gatekeeper, agar pasien dapat mengerti tentang

prosedur rujukan yang ada.

c) Diharapkan kepada Kepala Puskesmas untuk mengusulkan penambahan

Dokter Gigi ke Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan.

d) Diharapkan kepada Dokter Umum dan Dokter Gigi untuk tidak

meninggalkan Puskesmas pada hari kerja.

e) Diharapkan kepada pengelola obat untuk langsung melaporkan stok obat

yang tidak ada ataupun habis agar tidak menjadi kendala saat memberikan

Page 87: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

72

72

pelayanan.

f) Diharapkan kepada pasien supaya mau membaca leaflet, informasi dan

alur pelayanan serta mendengarkan penjelasan dari petugas puskesmas

tentang sistem pelayanan.

5.2.2. Bagi Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan

a) Diharapkan Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan meningkatkan

kerjasama dengan pihak puskesmas dalam melengkapi fasilitas alat

kesehatan sehingga sesuai dengan kompedium alat kesehatan.

b) Diharapkan pihak Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan dapat

berkoordinasi lebih baik lagi dengan pihak puskesmas dalam

melengkapi obat, agar tidak terjadinya kekosongan obat di puskesmas

dan sesuai dengan formularium nasional.

Page 88: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

73

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014.

Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2014.

2. BPJS Kesehatan. Panduan Praktis Rujukan Berjenjang BPJS Kesehatan.

Jakarta: BPJS Kesehatan; 2014.

3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 001. Sistem Rujukan Pelayanan

Kesehatan Perorangan. Jakarta: Peraturan Menteri Kesehatan; 2012.

4. Peraturan Menteri Kesehatan. Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan.

Jakarta: Peraturan Menteri Kesehatan; 2012.

5. Kesehatan B. Info BPJS Kesehatan Edisi XI. Info BPJS Kesehat Ed XI.

2014;XI.

6. Kesehatan B. Panduan Praktis Rujukan Program Rujuk Balik Bagi Peserta

JKN. Jakarta: BPJS Kesehatan; 2014.

7. Padangsidimpuan BK. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan [Internet].

2018. Available from: https://padangsidimpuankota.bps.go.id

8. Padangmatinggi P. Profil Kesehatan Puskesmas Padangmatinggi.

Padangsidimpuan: Puskesmas Padangmatinggi; 2018.

9. BPJS Kesehatan. Jumlah Kunjungan Pasien Peserta BPJS Kesehatan

[Internet]. Available from: https://bpjs-kesehatan.go.id

10. BPJS Kesehatan. Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Kesehatan Nomor 2 Tahun 2015. Jakarta: BPJS Kesehatan; 2015.

11. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar

2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2010.

12. Lidia Shafiatul Umami. Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat

Pertama Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas. Univ Diponegoro. 2017;

13. Ali FA. Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama

Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Siko

dan Puskesmas Kalumata Kota Ternate Tahun 2014. JIKMU. 2015;5.

14. Parman. Studi Pelaksanaan Sistem Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama

pada Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Perumnas Kota Kendari Tahun

2016. J Ilm Mhs Kesehat Masy. 2017;2.

15. BPJS Kesehatan. Dengan Rujukan Zaman Now Layanan JKN-KIS Makin

Praktis. Media Intern BPJS Kesehat [Internet]. 2018;64. Available from:

www.bpjs-kesehatan.go.id

16. BPJS Kesehatan. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan. 2014; Available

from: www.bpjs-kesehatan.go.id

17. Notoatmodjo. Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta; 2012.

18. Azwar A. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara;

2010.

19. Kementrian Kesehatan. Peraturan Mentri Kesehatan No. 44 Tahun 2016.

Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2016.

20. Peraturan Menteri Kesehatan. Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta:

Peraturan Menteri Kesehatan; 2014.

21. Karleanne Lony. Analisis Sistem Rujukan Jaminan Kesehatan Nasional

RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak. J ARSI. 2015;

Page 89: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

74

74

22. Thabrany. Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta: Raja Grafindo Persada;

2014.

23. Dahlan M.S. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. 5th ed. Jakarta:

Salemba Medika; 2011.

24. Soedigdo Sastroasmoro. Dasar-dasar Metode Penelitian Klinis. Jakarta:

Sagung Seto; 2011.

25. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metode Penelitian Klinis edisi 5.

Jakarta: Sagung Seto; 2014.

26. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Alfabeta;

2012.

Page 90: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

75

75

LEMBAR PERSETUJUAN UNTUK MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONCENT)

Saya yang bernama Heni Andiaswaty, NIM 1702011150 adalah

mahasiswa Institut Kesehatan Helvetia Medan. Saat ini saya sedang melakukan

penelitian tentang “Analisis Pelaksanaan Rujukan Pasien Rawat Jalan Tingkat

Pertama Peserta BPJS Kesehatan Pada Puskesmas Padangmatinggi Kota

Padangsidimpuan Tahun 2019 ” Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan

dalam menyelesaikan tugas akhir di Institut Kesehatan Helvetia Medan.

Untuk keperluan tersebut, saya mengharapkan kesediaan bapak dan ibu

berpartisipasi dalam penelitian ini, dimana penelitian ini tidak akan memberikan

dampak yang berbahaya. Jika bapak dan ibu bersedia, saya mohon kesediaan

bapak dan ibu untuk menjadi informan dalam peneltian saya. Jika bersedia,

silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan bapak

dan ibu .

Partisipasi bapak dan ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela dalam hal

ini akan dirahasiakan dan hanya dipergunakan dalam penelitian ini .

Padangsidimpuan, Oktober 2019

Peneliti

(Heni Andiaswaty)

Responden

___________________________

Page 91: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

76

76

KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN

TINGKAT PERTAMA PESERTA BPJS KESEHATAN DI PUSKESMAS

PADANGMATINGGI KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2019

PANDUAN UNTUK KEPALA PUSKESMAS PADANGMATINGGI

I. Identitas Informan

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Terakhir :

II. Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana pendapat bapak / ibu mengenai Puskesmas Padangmatinggi

sebagai gatekeeper?

2. Bagaimana pendapat bapak / ibu mengenai jumlah tenaga kesehatan di

Puskesmas Padangmatinggi, apakah sudah cukup? dan berapa jumlahnya

secara keseluruhan? serta apakah sesuai dengan standar Puskesmas?

3. Bagaimana menurut bapak / ibu dokter dalam membuat diagnosa penyakit,

dan rujukannya saat ini?

4. Apakah para pegawai Puskesmas Padangmatinggi mengetahui sistem

rujukan dalam era JKN?

5. Apakah menurut bapak/ibu kelengkapan fasilitas sarana kesehatan yang

ada di Puskesmas Padangmatinggi sudah sesuai dengan standar pelayanan

primer dalam era JKN?

Page 92: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

77

77

6. Apa yang bapak/ibu lakukan jika alat fasilitas kesehatan yang dibutuhkan

dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien tidak ada di

Puskesmas?

7. Apakah fasilitas kesehatan di Puskesmas saat ini sudah sesuai dengan

kompedium yang telah ditetapkan pada program JKN

8. Apakah ketersediaan obat sudah lengkap dan sesuai dengan formulasi

nasional yang telah ditetapkan?

9. Apakah yang akan dilakukan bapak/ibu jika obat yang diberikan kepada

pasien tidak ada di puskesmas?

10. Apakah bapak/ibu mengetahui daftar penyakit yang wajib ditangani

Puskesmas?

11. Apakah di puskesmas ini banyak terjadi rujukan APS?

Page 93: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

78

78

PANDUAN UNTUK DOKTER PUSKESMAS PADANGMATINGGI

I. Identitas Informan

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Terakhir :

II. Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana pendapat bapak / ibu mengenai Puskesmas Padangmatinggi

sebagai gatekeeper?

2. Bagaimana pendapat bapak / ibu mengenai jumlah tenaga kesehatan di

Puskesmas Padangmatinggi, apakah sudah cukup? dan berapa jumlahnya

secara keseluruhan? serta apakah sesuai dengan standar Puskesmas?

3. Bagaimana menurut bapak / ibu dokter dalam membuat diagnosa penyakit,

dan rujukannya saat ini?

4. Apakah para pegawai Puskesmas Padangmatinggi mengetahui sistem

rujukan dalam era JKN?

5. Apakah menurut bapak/ibu kelengkapan fasilitas sarana kesehatan yang

ada di Puskesmas Padangmatinggi sudah sesuai dengan standar pelayanan

primer dalam era JKN?

6. Apa yang bapak/ibu lakukan jika alat fasilitas kesehatan yang dibutuhkan

dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien tidak ada di

Puskesmas?

7. Apakah fasilitas kesehatan di Puskesmas saat ini sudah sesuai dengan

kompedium yang telah ditetapkan pada program JKN?

Page 94: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

79

79

8. Apakah ketersediaan obat sudah lengkap dan sesuai dengan formulasi

nasional yang telah ditetapkan ?

9. Apakah yang akan dilakukan bapak/ibu jika obat yang diberikan kepada

pasien tidak ada di puskesmas ?

10. Apakah bapak/ibu mengetahui daftar penyakit yang wajib ditangani

Puskesmas ?

11. Apakah di puskesmas ini banyak terjadi rujukan APS ?

Page 95: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

80

80

PANDUAN UNTUK PEGAWAI TATA USAHA PUSKESMAS

PADANGMATINGGI

I. Identitas Informan

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Terakhir :

II. Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana pendapat bapak / ibu mengenai jumlah tenaga kesehatan di

Puskesmas Padangmatinggi, apakah sudah cukup? dan berapa jumlahnya

secara keseluruhan? serta apakah sesuai dengan standar puskesmas ?

2. Bagaimana pendapat bapak / ibu tentang kemampuan Puskesmas

Padangmatinggi dalam memberikan pelayanan kesehatan dalam era JKN ?

3. Bagaimana menurut bapak / ibu kesiapan petugas terutama dokter atau

tenaga medis dalam mendiagnosa penyakit, tindakan rujukan sesuai

dengan standar JKN ?

4. Apakah para pegawai Puskesmas Padangmatinggi mengetahui sistem

rujukan dalam era JKN ?

5. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana Puskesmas Padangmatinggi

dalam mendiagnosis penyakit dalam era JKN ?

6. Apa menurut bapak/ibu kelengkapan fasilitas sarana kesehatan yang ada di

Puskesmas sudah sesuai dengan standar pelayanan primer JKN ?

Page 96: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

81

81

7. Apa yang bapak/ibu akan lakukan jika alat fasilitas kesehatan yang

dibutuhkan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien tidak

ada di Puskesmas ?

8. Apakah bapak/ibu mengerti yang dimaksud dengan kompedium alat

kesehatan dan apa gunanya ?

9. Apakah ketersediaan obat dalam melayani pasien sudah sesuai dengan

formulasi nasional yang telah ditetapkan ?

10. Apakah yang akan dilakukan bapak/ibu jika obat yang diberikan kepada

pasien tidak ada di Puskesmas ?

11. Apakah di puskesmas ini banyak terjadi rujukan APS?

Page 97: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

82

MATRIX WAWANCARA PENELITI DENGAN INFORMAN (KEPALA PUSKESMAS, DOKTER, DOKTER

GIGI, PEGAWAI TATA USAHA, BIDAN, PENGELOLA OBAT, PERAWAT)

Pertanyaan Jawaban Informan Kesimpulan

1. Puskesmas

Padangmatinggi Sebagai

Gatekeeper

Informan 1

Gatekeeper? Tau, puskesmas kan memang sebagai

fasilitas kesehatan tingkat pertama. Jadi pasien

kita tangani dulu disini, seandainya pasien

membutuhkan pengobatan spesialistik ataupun

kurangnya fasilitas kesehatan di puskesmas ini

maka akan kita rujuk.

Informan 2

Kita memang sebagai gatekeeper. Pasien harus

ditangani di sini lebih dulu baru ke rumah sakit.

Kan disini fasilitas kesehatan tingkat pertama.

Kita berusaha menangani disini.

Informan 3

Oh itu taulah, pasien memang harus ditangani

disini lebih dulu baru ke rumah sakit ya. Kan

disini FKTP. Kita berusaha menangani disini,

sekarang pasiennya gimana, mau gak dia

ditangani. Ada juga pasien ini yang taunya Cuma

ambil rujukan kesini.

Puskesmas Padangmatinggi sudah mampu

dan berusaha menjalankan tugas puskesmas

sebagai FKTP. Namun menurut petugas di

Puskesmas Padangmatinggi, banyak pasien

yang belum mengerti tentang fungsi

puskesmas,dan hanya ke puskesmas untuk

mengambil rujukan.

Page 98: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

Informan 4

Udah bagus kok di sini. Semua petugas kesehatan

udah tau kalau peran puskesmas itu ya sebagai

gatekeeper. Jadi kita berusaha menangani pasien

di sini lebih dulu, jika perlu rujukan baru kita

rujuk.

Informan 5

Hmm, yang bisa kita tangani di sini kita tangani

kok, jadi ya menurut saya udah bagus.

Informan 6

Udah tau lah ya kita kalau puskesmas itu

berfungsi sebagai gatekeeper. Puskesmas itu kan

FKTP.

Informan 7

Gatekeeper ? saya bilang udah baik yang pasti

kami berusahalah menangani disini.

2. Jumlah Tenaga Kesehatan

di Puskesmas

Padangmatinggi dan sudah

sesuai standar atau belum.

Informan 1

Ya, udah cukup lah ya. Disini ada sekitar 70an

lah. Tapi maunya ditambahin lah dokter giginya 1

lagi. Udah kita mohon ke Dinkes. Belum ada

disini apotekernya, perawat giginya Cuma 1.

Ketersediaan tenaga kesehatan di

Puskesmas Padangmatinggi sudah

mencukupi dari segi kuantitas. Namun

seringnya petugas melaksanakan tugas di

luar puskesmas, sehingga petugas yang lain

menggantikan tugas pegawai yang tidak ada

tersebut. Sehingga petugas tidak melakukan

tugasnya sesuai dengan tupoksinya.

Page 99: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

Informan 2

Mencukupi gimana? Udah banyak kali pun,

kalausesuai standart, ohh yang dari Kemenkes ya

?kalau dokter umum 2 udah cukup, udah lebih lah,

dokter umum ada 4 disini. Cuma kendala nya

kadang ada beberapa dokter sering gak masuk

karna masih tugas pendidikan S-2. Jadi pasien

Cuma ditangani sama satu dokter aja.

Informan 3

Petugas kesehatannya? Udah lebih pun kalo diliat

dari jumlahnya, tapi dokter gigi kurang menurut

saya ya. Karna kan saya kadang juga ke sekolah-

sekolah. Kan ada juga ya program puskesmas ke

sekolah, kayak penyuluhan tentang kesehatan

mulut dan gigi. Jadi disini kosong, Cuma ada

perawat tapi kadang pasien ini pun kalo sama

perawat gak mau dia berobat.

Informan 4

Tenaga kesehatan disini sudah cukup, ada sekitar

70an orang. Udah sesuai sama standart lah. Dokter

umum ada 4 disini, bidan sama perawat juga

banyak kali.

Informan 5

Udah cukup lah, jumlahnya kurang tau berapa.

Bisa dibilang sudah sesuai standar, karna banyak

petugas disini.

Page 100: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

Informan 6

Udah mencukupi lah, udah banyak pun petugas

disini.

Informan 7

Udah cukuplah menurutku, kalau jumlah nya gak

tau berapa yang pastinya udah banyak lah.

3. Kemampuan Puskesmas

Padangmatinggi dalam

memberikan pelayanan

kesehatan dalam era JKN

Informan 1

Ya udah bagus menurut saya. Memberikan

rujukan itu kan harus sesuai dengan penyakitnya

kan. Kalau perlu dirujuk, ya kita rujuk. Kalau kita

bisa tangani disini ya kita tangani, kalau gak bisa

ya kita rujuk, kayak gak ada alat, obat itu tadi ya

kita rujuk.

Informan 2

Ya udah bagus menurut saya. Memberikan

rujukan itu kan harus sesuai dengan penyakitnya

kan. Kalau perlu dirujuk, ya kita rujuk. Kalau kita

bisa tangani disini ya kita tangani, kalau gak bisa

ya kita rujuk, kayak gak ada alat, obat itu tadi ya

kita rujuk.

Informan 3

Ya, kalau masih bisa ditangani disini ya kita

tangani, kadang terkendala di alat, kalau gak ada

alat ya kita rujuk.

Sistem rujukan di puskesmas berjalan

sesuai prosedur. Petugas di Puskesmas

Padangmatinggi berusaha untuk menangani

pasien, tetapi jika puskesmas tidak

dapatmenangani pasien tersebut dikarenakan

keterbatasan puskesmas baik dari alat

maupun obat-obatan maka puskesmas akan

merujuk ke rumah sakit.

Page 101: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

Informan 4

Udah baik, yang bisa ditangani disini ya ditangani,

kalau gak bisa ya di rujuk

Informan 5

Menurut saya sudah baik. Kalau gak bisa

ditangani baru dirujuk.

Informan 6

Udah tau sih dokter disini jenis penyakit /

diagnosa yang bisa dilaksanakan di puskesmas,

kalau memang butuh spesialistik baru mereka

rujuk.

Informan 7

Kemampuan dokternya udah bisa dibilang

baguslah, sesuai kemampuan dokter umum, pasti

udah tau penyakit-penyakit yang bisa ditangani

disini.

4. Pegawai puskesmas

mengetahui sistem rujukan

dalam era JKN

Informan 1

Sudah tau.

Informan 2

Sudah tau

Informan 3

Udah tau si...

Pegawai Puskesmas Padangmatinggi sudah

mengetahui sistem rujukan dalam era JKN.

Page 102: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

Informan 4

Udah tau kok

Informan 5

Sudah.

Informan 6

Udah tau lah.

Informan 7

Udah tau.

5. Kelengkapan fasilitas

sarana kesehatan sudah

sesuai dengan standart

pelayanan

Informan 1

Masih ada lah ya kurangnya, kayak alat

kesehatannya disini masih banyak yang belum

ada. Ada pun nanti udah rusak.

Kalau menurut saya kayaknya masih belum sesuai

standart lah ya. Masih banyak yang kurangnya.

Informan 2

Sudah bisa dibilang mencukupilah. Kompedium

itu apa? Oh standartnya, itu bisa ditanya ke TU aja

lah ya, kan mereka lebih tau. Ke bagian inventaris

nanti.

Fasilitas sarana yang tersedia di Puskesmas

Padangmatinggi tidak lengkap dan tidak

memenuhi standar lampiran Kompedium

Alat Kesehatan yang merupakan Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor

118/MENKES/SK/IV/2014. Terdapat juga

alat-alat yang ada namun mengalami

kerusakan, sehingga tidak dapat digunakan

sesuai fungsinya.Beberapa alat yang tidak

tersedia di puskesmas seperti otoskop, alat

scaling gigi,dan alat periksa mata.

Page 103: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

Informan 3

Masih kurang lah ya, belum lengkap semua, masih

belum sesuai standartlah. Alat scaling gigi pun

ada, tapi rusak.

Informan 4

Udah bisa dibilang sesuai lah ya, ada memang

beberapa alat kesehatan yang gak ada, kalau

pemeriksaan alat THT kita gak ada, alat kesehatan

gigi juga ada yang rusak.

Informan 5

Belum sesuai lah, buktinya masih ada alat yang

gak ada di Puskesmas. Kompedium apa? Oh

standartnya itu? Belum lah ya.

Informan 6

Ada beberapa alat yang gak bisa digunakan lagi,

makanya kadang kendalanya disitu.

Informan 7

Masih ada kurangnya, gak semuanya lengkap, ada

juga alat yang rusak, ya memang gak sesuai sama

standartnya.

Kalau dibandingkan sama daftarnya ya gak sesuai

lah, ada beberapa alat kesehatan yang gak

lengkap.

Page 104: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

6. Apa yang dilakukan jika

alat fasilitas kesehatan

yang dibutuhkan dalam

memberikan pelayanan

kesehatan kepada pasien

tidak ada di Puskesmas

Informan 1

Kalau gak ada alat buat nangani pasien terpaksa

lah kita rujuk lah ya.

Informan 2

Kalau gak lengkap alat buat meriksanya ya kita

rujuk. Kayak mata disini gk lengkap alatnya ya

kita rujuk.

Informan 3

Ya, itu tadi. Kalau gak ada ya kita rujuk

Informan 4

Kalau gak ada biasanya dirujuk.

Informan 5

Ya kalau gitu kita rujuk lah. Kalau gak ada

alatnya. Contohnya kalau dia sesak napas, disini

gak ada oksigen ya kita rujuk. Masa mau kita

pertahankan disini.

Informan 6

Kalau alat fasilitas kesehatannya tidak ada ya kita

rujuk.

Informan 7

Kita berusaha dulu ntah pake alat yang ada, kalau

memang harus dirujuk ya kita rujuk.

Petugas berusaha semaksimal mungkin

untuk menangani pasien dengan fasilitas

yang ada, namun jika petugas kesehatan

tidak mampu menangani pasien maka

petugas membuat rujukan ke tingkat

lanjutan atau pun rumah sakit. Hal inilah

yang akan menjadi kendala dalam

pelaksanaan sistem rujukan karena dengan

adanya keterbatasan fasilitas alat kesehatan

akan terganggunya proses mendiagnosa

pasien dan akan menyebabkan petugas

untuk melakukan rujukan ke rumah sakit

sehingga rasio rujukan di puskesmas

tersebut menjadi tinggi.

Page 105: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

7. Ketersediaan obat sudah

lengkap dan sesuai

formularium nasional yang

telah ditetapkan

Informan

Kalau itu sudah hampir sesuai lah, karna sering

juga stock kosong, karna keterlambatan stock

obat, kayak dulu itu susah karna e-katalog itu.

Informan 2

Belum lengkap menurut saya. Kalau itu gak tau

lah ya, langsung aja tanyakan ke bagian obat

Informan 3

Belum sesuai lah ya, kayak obat cabut gigi anak-

anak gak ada.

Informan 4

Belum semua ada, ada daftarnya memang tapi

kadang gak masuk ke puskesmas

Informan 5

Formularium itu apa? Kadang masih ada obat

yang kosong. Gak semua obat lah lengkap disini.

Informan 6

Kebutuhannya itu sesuai sama apa yang dokter

minta lah, kalau ada permintaan dari poli, kita

minta ke dinas, setiap bulan biasanya kita buat

permohonan. Tapi memang kadang ada

keterlambatan datang dari dinasnya, jadi disini

stocknya kosong.

Ketersediaan obat-obatan yang ada di

Puskesmas Padangmatinggi dalam

memberikan pelayanan kesehatan sudah

terbilang cukup.

Page 106: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

Masih belum lengkap lah. Formularium nasional

itu gimana? Gak ada pulak daftarnya sama kita.

Ada beberapa yang gak ada, berarti belum sesuai

sama formularium nasional itu lah ya

Informan 7

Kalau obat udah lengkap lah, mungkin gak ada itu

karna udah habis, jadi nunggu stock lagi kan.

8. Yang akan dilakukan jika

obat yang dibutuhkan

pasien tidak ada di

Puskesmas

Informan 1

Biasanya dikasih yang mendekati, yang hampir

sama gitu ya. Karna kita seharusnya tidak boleh

nyuruh pasien beli obat diluar.

Informan 2

kita seharusnya gak bisa nyuruh pasien beli obat.

Kadang kita kan gak tau ya dinas ini gimana, kita

udah buat permintaan sesuai dengan kebutuhan

tapi kalau gak ada juga ya mau gimana lagi. Itu

udah urusan bagian obat lah, gak mungkin kita

urusi itu disini aja udah banyak yang mau diurus,

ngadapi yang marah-marah tadi lah. Karna

memang kan gak semua itu sesuai sama keinginan

kita.

Informan 3

Kalau gak ada, mau gimana lagi. Gak mungkin

juga kita rujuk. Kalau mau pasiennya beli sendiri

lah.

Pernah terjadi kekosongan obat tetapi jika

obat yang dibutuhkan pasien tidak tersedia

maka akan diberikan obat yang sejenis.

Page 107: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

Informan 4

Kalau gak ada, biasanya di ganti ke obat yang

sama fungsinya, kita bilang dulu ke dokter lah.

Karna seharusnya pasien gak boleh disuruh beli

obat sendiri.

Informan 5

Biasanya kita ganti sama yang sejenis, kalau gak

ada juga? Yaudah suruh pasien beli, itupun kalau

dia mau. Tapi jaranglah kami nyuruh pasien beli.

Informan 6

Kalau gak ada obat yang diresepkan dokter, kita

cari yang sama. Biasanya pasien kita tanya dulu

mau diresepkan obat dari luar atau gak dan kita

tanya dokter bisa diganti enggak. Kami gak bisa

langsung ganti-ganti aja

Informan 7

Biasanya diganti sama yang hampir menyerupai

obat sebelumnya. Ditanya dulu dokter, kalau

dokter bilang ganti ya ganti. Kalau udah gak ada

lagi? Ya mau gimana lagi, gak mungkin kita suruh

dia beli, tapi kadang ada pasien yang bersedia beli

sendiri.

Page 108: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

9. Petugas kesehatan

mengetahui daftar

penyakit yang wajib

ditangani di Puskesmas

Informan 1

Tau lah ya, ada sekitar 155 penyakit lah ya itu

sekarang.

Informan 2

Iya udah tau, yang tidak bisa ditangani disini harus

dirujuk. Sekarang kalo gak salah udah 155

diagnosa ya.

Informan 3

Udah tau si, ada 155 diagnosa.

Informan 4

Udah tau kok.

Informan 5

Udah tau lah..

Informan 6

Saya si kurang tau apa aja, Cuma dokter disini

udah tau

Informan 7

Dokter pasti udah tau penyakit-penyakit yang bisa

ditangani disini.

Petugas sudah mengetahui daftar penyakit

yang harus ditangani di puskesmas.

Page 109: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

10. Di Puskesmas banyak

terjadi rujukan APS

Informan 1

Ada juga pasien yang minta rujuk sendiri. Ya

kalau itu kita berusaha buat nangani disini, tapi

kalau gak mau juga yaudah kita rujuk. Karna

disini pun sampe mukul-mukul meja, mukul-

mukul dinding. Ada itu yang kayak gitu.

Informan 2

Rujukan APS? Banyak lah, kalau kita kasih

pengarahan, tapi masih bertekak juga, sampe

banting-banting pintu. Ya kita kasih lah. Itu gak

tau BPJS itu, taunya puskesmas gak boleh

ngerujuk kayak gitu.

Informan 3

Rujukan APS? Kita biasanya kasih pengarahan

sama pasiennya, karna gak mungkin kita rujuk

kalau masih bisa ditangani di Puskesmas. Tapi ada

juga pasiennya yang ngamuk-ngamuk, yaudah kita

kasih aja lah.

Informan 4

Banyak juga, tapi tetap kita kasi pengarahan sama

pasien tapi kalau dia tetap bersikeras yaudah kita

kasi aja.

Banyaknya rujukan atas permintaan sendiri

dari pasien mengakibatkan tingginya angka

rujukan di Puskesmas Padangmatinggi.

Banyak pasien yang datang ke puskesmas

memaksa untuk meminta rujuk meskipun

sudah diberi pengarahan oleh petugas.

Bahkan pasien memaksa hingga membuat

keributan.

Page 110: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

Informan 5

APS? Pernah lah, sering pun. Tapi kalau masih

bisa kita tangani disini, kalau gak kita kasih rujuk.

Misalnya ibu hamil yang mau USG liat jenis

kelamin, liat posisi, buat apa itu, bidan disini pun

bisa taunya posisi itu, jadi itu gak kami kasih di

rujuk. Kecuali kalau ada pendarahan, hipertensi,

itu baru kami kasi rujuk. Tapi kalau bersikeras

juga dia mau ke RS sampe marah-marah suaminya

kami kasi aja gitu rujukannya.

Informan 6

Banyak si di sini rujukan APS, karena ya mereka

sering maksa-maksa gitu.

Informan 7

Memang ada rujukan permintaan sendiri, makanya

kita jelaskanlah sama pasien. Kadang maksa orang

itu jadi dikasi aja.

Page 111: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

MATRIX WAWANCARA PENELITI DENGAN INFORMAN (PASIEN)

Pertanyaan Jawaban Informan Kesimpulan

1. Alasan informan memilih

Puskesmas

Padangmatinggi sebagai

fasilitas kesehatan tingkat

pertama

Informan 8 (Pasien 1)

Karna saya kan tinggal deket sini, di

Padangmatinggi. Saya kesini mau ambil rujukan,

mau berobat ke RS.

Informan 9 (Pasien 2)

Kesini mau cek kandungan karna tinggalnya deket

sini.

Informan 10 (Pasien 3)

Karna rumah saya memang deket dari Puskesmas

ini. Di kartu BPJS juga ditulis FKTP nya ya di

Puskesmas Padangmatinggi ini.

Berdasarkan hasil wawancara maka dapat

disimpulkan bahwa pasien berobat ke

Puskesmas Padangmatinggi karna deket dari

rumah pasien.

2. Informan mengetahui

tentang program JKN

Informan 8

Tau lah, saya kan berobat ke sini dan ambil

rujukan ke sini ya karna program JKN juga.

Berobat pakai kartu JKN gak bayar lah pokoknya.

Informan (pasien) sudah mengetahui

program pelayanan kesehatan JKN.

Page 112: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

Informan 9

Program JKN ya? Tau lah, yang kita berobat jadi

gratis itu karna pake kartu BPJS si biasa kami

bilangnya.

Informan 10

Tau, sebelum minta rujukan ke Rumah Sakit, ke

Puskesmas dulu, trus kalau berobat pakai kartu

JKN ini gratis, gak bayar lagi.

3. Pelayana kesehatan dan

pelayanan rujukan di

Puskesmas

Padangmatinggi

Informan 8

Ya.. udah bagus lah, saya diperiksa pake stetoskop

tadi, trus di tensi. Baru ditanya mau dirujuk

kemana. Saya minta rujukan karna saya harus

minum obat terus. Di puskesmas ini kan

menyediakan obat Cuma 3 hari, makanya saya ke

Rumah Sakit untuk ngambil obat sebulan.

Pelayanan kesehatan di puskesmas

berjalan sesuai prosedur. Petugas di

Puskesmas Padangmatinggi berusaha untuk

menangani pasien, tetapi jika puskesmas

tidak dapatmenangani pasien tersebut

dikarenakan keterbatasan puskesmas baik

dari alat maupun obat-obatan maka

puskesmas akan merujuk ke rumah sakit.

Page 113: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

Informan 9

Bagus kok, tadi di sini sebenarnya udah diperiksa

sama dokternya. Cuma maunya ke bagian

spesialis. Di puskesmas kan gak ada spesialis.

Maklumlah anak pertama jadinya dijaga kali.

Informan 10

Gak tau juga pokoknya saya maunya di rumah

sakit, karna gak lengkap kurasa alat-alat di sini.

4. Konsep Gatekeeper Informan 8

Konsep apa? Gak tau, tapi memang ke puskesmas

kalau ada apa-apa.

Informan 9

Konsep apa? Gak pernah denger. Pokoknya kalau

ada apa-apa kita kesini, ngambil rujukan lah.

Karna kalau berobat ke Rumah Sakit gak bayar

lagi.

Pegawai Puskesmas Padangmatinggi sudah

mengetahui sistem rujukan dalam era JKN.

Page 114: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

Informan 10

Gak tau, gak pernah denger juga, saya taunya ke

puskesmas berobat yang ringan-ringan aja.

5. Rujukan yang diberikan

atas petunjuk petugas

puskesmas

Informan 8

Tadi di periksa dulu sama dokternya, trus saya

bilang mau dirujuk karna saya harus minum obat

terus sedangkan di puskesmas Cuma menyediakan

obat untuk 3 hari.

Informan 9

Ya, minta rujukan sendiri sih karna pengen ngecek

kandungan ke bagian spesialis.

Informan 10

Saya minta rujukan sendiri, walaupun anak saya

Cuma batuk pilek aja, tapi saya maunya anak saya

cek di rumah sakit. Karna batuknya gak sembuh-

sembuh. Biar bisa di cek darah pokoknya di cek la

semuanya, makanya saya mau ambil rujukan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan

informan maka dapat diketahui bahwa

rujukan dilakukan atas permintaan sendiri.

Page 115: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

6. Periksa laboratorium Informan 8

Gak pernah

Informan 9

Gak pernah

Informan 10

Periksa labor disini? Gak tau juga. Pokoknya saya

mau di rumah sakit karna gak lengkap kurasa alat-

alat di sini.

Pasien tidak pernah periksa di laboratorium

Puskesmas

7. Yang dilakukan

puskesmas

Padangmatinggi jika alat

fasilitas kesehatan yang

dibutuhkan dalam

memberikan pelayanan

kesehatan kepada pasien

tidak ada di puskesmas.

Informan 8

Kalau gak ada alat dirujuklah, jadi gimana mau

orang itu ngobati pasien kalau gak ada alatnya.

Informan 9

Kurang tau juga, gak pernah nanya pulak. Tapi

kayaknya di rujuk la sama puskesmas, kan gak ada

alat gimana mereka mau periksa.

Jika alat yang dibutuhkan pasien tidak ada di

puskesmas maka pasien akan di rujuk.

Page 116: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

Informan 10

Kayaknya dirujuk lah kalau gak ada alat.

8. Puskesmas memiliki

ketersediaan sarana dan

prasarana dalam tindakan

lanjutan atau rujukan.

Informan 8

Kayaknya ketersediaan sarana dan prasarana

puskesmas udah lumayan lah. Saya gak tau

detailnya.

Informan 9

Ketersediaan sarana dan prasarana kalau menurut

saya udah baguslah, fasilitasnya juga, namanya

untuk puskesmas ya udah bisalah.

Informan 10

Ketersediaan sarana dan prasarana di puskesmas

ini uda lumayanlah, tapi mungkin gak selengkap

rumah sakit.

Berdasarkan pernyataan informan,

ketersediaan sarana dan prasarana

puskesmas sudah lumayan dan sesuai

standart puskesmas.

9. Pernah disuruh untuk

membeli obat di Apotik

Informan 8

Tidak pernah karna saya ngambil obatnya ke

rumah sakit kan.

Pasien tidak pernah disuruh membeli obat

di Apotik.

Page 117: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

Informan 9

Gak pernah.

Informan 10

Gak pernah, ada sih oabt dikasi tapi itulah gak

sembuh-sembuh juga batuk anak saya.

10. Yang dilakukan

puskesmas jika obat yang

diberikan kepada pasien

tidak ada di puskesmas

Informan 8

Dirujuklah, kayak saya ini minta rujukan buat

ngambil obat sebulan.

Informan 9

Kurang tau, gak pernah minta obat kan saya minta

rujukan kesini.

Informan 10

Kurang tau, tapi kalau seperti saya, obat yang

dikasi ada tapi gak sembuh juga batuk anak saya,

makanya saya datang lagi mau minta surat

rujukan. Biar berobat ke rumah sakit aja biar bisa

di cek semuanya, biar dikasih obat yang lebih

bagus.

Jika obat yang dibutuhkan pasien tidak

tersedia maka pasien di rujuk.

Page 118: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

103

HASIL WAWANCARA

A. Hasil Wawancara Tentang Pelaksanaan Rujukan di Puskesmas

Padangmatinggi

Informan Pernyataan

Informan 1 Ya udah bagus menurut saya. Memberikan rujukan

itu kan harus sesuai dengan penyakitnya kan. Kalau

perlu dirujuk, ya kita rujuk. Kalau kita bisa tangani

disini ya kita tangani, kalau gak bisa ya kita rujuk,

kayak gak ada alat, obat itu tadi ya kita rujuk. Ada

juga pasien yang minta rujuk sendiri. Ya kalau itu

kita berusaha buat nangani disini, tapi kalau gak

mau juga yaudah kita rujuk. Karna disini pun sampe

mukul-mukul meja, mukul-mukul dinding. Ada itu

yang kayak gitu.

Tau lah ya, ada sekitar 155 penyakit lah ya itu

sekarang. Ya cuma itu lah kendalanya ya, kayak

obat, alat kesehatan.

Informan 2 Ya kita periksa lah pasiennya, kalau kita masih bisa

layani disini kita layani. Kan rujukan itu ada dua

kan, rujukan spesialistik dan non spesialistik. Kalau

dia yang spesialistik ya kita rujuklah. Ya kita

periksa lah pasiennya, kalau kita masih bisa layani

disini kita layani.

Syaratnya? Iya udah tau, yang tidak bisa ditangani

disini harus dirujuk. Sekarang kalo gak salah udah

155 diagnosa ya.

Kita jelaskan dulu sama pasiennya, kalau masih

bisa ditangani disini. Tapi kalau pasien ini masih

bertekak, yaudah lah kita rujuk aja. Rujukan

APS? Banyak lah, kalau kita kasih pengarahan, tapi

masih bertekak juga, sampe banting-banting pintu.

Page 119: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

104

Ya kita kasih lah. Itu gak tau BPJS itu, taunya

puskesmas gak boleh ngerujuk kayak gitu, tapi

kalau kita yang jadi korbannya gimana?

Harusnya rumah sakit lah yang menggiring, kalau

udah sampe sana, kalau bukan kompetensi orang itu

harusnya ditolak. Kan harusnya seperti itu, buktinya

gak pernah ada yang balik.

Informan 3 Udah tau lah ya. Yang gak bisa ditangani disini ya

dirujuk lah ya.

Rujukan APS? Kita biasanya kasih pengarahan

sama pasiennya, karna gak mungkin kita rujuk

kalau masih bisa di tangani di puskesmas. Tapi ada

juga pasien yang ngamuk-ngamuk, yaudah kita

kasih aja lah

Informan 4 Lancar-lancar aja. Udah baik, tenaga kesehatannya

udah cukup. Fasilitasnya udah lumayan lah ya.

Udah baik, yang bisa ditangani disini ya ditangani,

kalau gak bisa ya di rujuk. Tau, yang penting dia

masih di rayon Padangmatinggi, udah itu aja. Kalau

dokternya, udah punya orang itu selembaran daftar

penyakitnya, udah ada itu di meja orang itu.

Informan 5 Menurut saya sudah baik. Tau, harus ada kartu

BPJS trus memang rayon disini. Kalau gak bisa

ditangani baru dirujuk. APS? Pernah lah, sering

pun. Tapi kalau masih bisa kita tangani disini, kalau

gak kita kasih rujuk. Misalnya ibu hamil yang mau

USG liat jenis kelamin, liat posisi, buat apa itu,

bidan disini pun bisa taunya posisi itu, jadi itu gak

kami kasih di rujuk. Kecuali kalau ada pendarahan,

hipertensi, itu baru kami kasi rujuk. Tapi kalau

Page 120: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

105

bersikeras juga dia mau ke RS sampe marah-marah

suaminya kami kasi aja gitu rujukannya.

Informan 6 Udah sesuai. Tau, yang penting harus peserta BPJS,

yang tinggalnya di wilayah kerja puskesmas

Padangmatinggi. Trus, yang gak bisa ditangani

disini makanya dirujuk.

Informan 7 Sudah baik, kita tangani yang masih bisa kita

tangani. Kemampuan dokternya udah bisa dibilang

bagus lah, sesuai kemampuan dokter umum. Pasti

uda tau penyakit-penyakit yang bisa ditangani,

mereka kan punya daftar-daftar penyakit yang bisa

di tangani disini.

Tau, mereka harus penduduk sini, punya kartu

BPJS, KIS, iya yang dalam JKN. Kalau tidak bisa

ditangani makanya dirujuk, tapi kalau bisa ya nggak

dirujuk lah. Memang ada rujuka permintaan sendiri,

makanya kita jelaskan lah sama pasien. Kadang

maksa orang itu jadi dikasi aja.

Informan 8 Ya udah bagus lah. Karna saya tinggal kan deket

sini, di padangmatinggi. Saya kesini mau ngambil

rujukan, mau berobat ke rumah sakit. Periksa lab

?enggak pernah, saya di periksa pake stetoskop itu

aja, trus di tensi. Baru di tanya mau dirujuk kemana.

Saya minta rujukan, karna saya harus minum obat

terus. Di puskesmas ini kan nyediakan obat cuma

untuk tiga hari, makanya saya ke rumah sakit untuk

ngambil obat sebulan

Informan 9 Kesini mau ngecek kandungan karna tinggalnya

deket sini, saya mau minta rujukan. Tapi disini

sebenernya udah diperiksa sama dokternya. Cuma

Page 121: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

106

maunya ke bagian spesialis, di puskemas kan gak

ada spesialis. Maklumlah ini anak pertama jadinya

dijaga kali.

Informan 10 Walaupun anak saya cuma batuk, pilek aja, tapi

saya maunya anak saya cek di rs karna batuknya

gak sembuh-sembuh. Biar bisa cek darah pokoknya

di cek la semuanya, makanya saya mau ambil

rujukan. Lab disini? Gak tau juga pokoknya saya

maunya dirumah sakit karna gak lengkap kurasa

alat-alat disini

B. Hasil Wawancara Ketersediaan Tenaga Kesehatan di Puskesmas

Padangmatinggi

Informan Pernyataan

Informan 1 Ya, udah cukup lah ya. Disini ada sekitar 70an lah.

Tapi maunya ditambahin lah dokter giginya 1 lagi.

Udah kita mohon ke Dinkes. Belum ada disini

apotekernya, perawat giginya Cuma 1.

Informan 2 Mencukupi gimana? Udah banyak kali pun,

kalausesuai standart, ohh yang dari Kemenkes ya

?kalau dokter umum 2 udah cukup, udah lebih lah,

dokter umum ada 4 disini. Cuma kendala nya

kadang ada beberapa dokter sering gak masuk karna

masih tugas pendidikan S-2. Jadi pasien Cuma

ditangani sama satu dokter aja.

Informan 3 Petugas kesehatannya? Udah lebih pun kalo diliat

dari jumlahnya, tapi dokter gigi kurang menurut

saya ya. Karna kan saya kadang juga ke sekolah-

sekolah. Kan ada juga ya program puskesmas ke

sekolah, kayak penyuluhan tentang kesehatan mulut

dan gigi. Jadi disini kosong, Cuma ada perawat tapi

Page 122: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

107

kadang pasien ini pun kalo sama perawat gak mau

dia berobat.

Informan 4 Tenaga kesehatan disini sudah cukup, ada sekitar

70an orang. Udah sesuai sama standart lah. Dokter

umum ada 4 disini, bidan sama perawat juga

banyak kali.

Informan 5 Udah cukup lah, jumlahnya kurang tau berapa. Bisa

dibilang sudah sesuai standar, karna banyak petugas

disini.

Informan 6 Udah mencukupi lah, udah banyak pun petugas

disini. Kalau ditanya kami udah bagus lah

pelayanannya.

Informan 7 Udah cukuplah menurutku, kalau jumlah nya gak

tau berapa yang pastinya udah banyak lah.

Informan 8 Kurang tau ntah berapa jumlah dokternya ataupun

tenaga kesehatan lainnya, Cuma asal kesini minta

rujukan ada dokter yang meriksa.

Informan 9 Cukup lah kayaknya dokternya, asal mau minta

rujukan kesini ada dokternya kok. Dokternya juga

bilang gak usah dirujuk periksa disini aja udah

cukup gitu kan, tapi saya maunya periksa di rs, ya

karna saya mau di USG.

Informan 10 Jumlah petugas kesehatan gak tau ntah banyak ntah

gak. Pas mau periksa kurang nyamanlah, agak jutek

mukak dokternya, cuek pulak, kurang ramah lah

pokoknya ntah mungkin karna pasien banyak kali

dan cuma sikit orang itu gak tau jugak lah.

Page 123: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

108

C. Hasil Wawancara Ketersediaan Obat-obatan di Puskesmas

Padangmatinggi

Informan Pernyataan

Informan 1 Kalau itu sudah hampir sesuai lah, karna sering juga

stock kosong, karna keterlambatan stock obat,

kayak dulu itu susah karna e-katalog itu. Kalau

obatnya tidak ada? Biasanya dikasih yang

mendekati, yang hampir sama gitu ya. Karna kita

seharusnya tidak boleh nyuruh pasien beli obat

diluar.

Informan 2 Belum lengkap menurut saya. Kalau itu gak tau lah

ya, langsung aja tanyakan ke bagian obat. Kalau itu

tanggung jawab bagian obat ya. Pokoknya kalau

dokter uda sesuai protabnya ya itu urusan bagian

obat. Karna kita seharusnya gak bisa nyuruh pasien

beli obat. Kadang kita kan gak tau ya dinas ini

gimana, kita udah buat permintaan sesuai dengan

kebutuhan tapi kalau gak ada juga ya mau gimana

lagi. Itu udah urusan bagian obat lah, gak mungkin

kita urusi itu disini aja udah banyak yang mau

diurus, ngadapi yang marah-marah tadi lah. Karna

memang kan gak semua itu sesuai sama keinginan

kita.

Informan 3 Belum sesuai lah ya, kayak obat cabut gigi anak-

anak gak ada.

Kalau gak ada, mau gimana lagi. Gak mungkin juga

kita rujuk. Kalau mau pasiennya beli sendiri lah.

Informan 4 Belum semua ada, ada daftarnya memang tapi

kadang gak masuk ke puskesmas. Kalau gak ada,

biasanya di ganti ke obat yang sama fungsinya, kita

bilang dulu ke dokter lah. Karna seharusnya pasien

gak boleh disuruh beli obat sendiri.

Page 124: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

109

Informan 5 Formularium itu apa? Kadang masih ada obat yang

kosong. Gak semua obat lah lengkap disini.

Biasanya kita ganti sama yang sejenis, kalau gak

ada juga? Yaudah suruh pasien beli, itupun kalau

dia mau. Tapi jaranglah kami nyuruh pasien beli.

Informan 6 Kebutuhannya itu sesuai sama apa yang dokter

minta lah, kalau ada permintaan dari poli, kita minta

ke dinas, setiap bulan biasanya kita buat

permohonan. Tapi memang kadang ada

keterlambatan datang dari dinasnya, jadi disini

stocknya kosong.

Masih belum lengkap lah. Formularium nasional itu

gimana? Gak ada pulak daftarnya sama kita. Ada

beberapa yang gak ada, berarti belum sesuai sama

formularium nasional itu lah ya. Kalau gak ada obat

yang diresepkan dokter, kita cari yang sama. Kita

tanya dokter bisa diganti enggak. Kami gak bisa

langsung ganti-ganti aja, biasanya kami tanya ke

dokternya lagi. Kadang kita suruh beli, tapi kalau

pasiennya bersedia. Karna seharusnya kita gak

boleh nyuruh pasien beli obat sendiri.

Informan 7 Kalau obat udah lengkap lah, mungkin gak ada itu

karna udah habis, jadi nunggu stock lagi kan.

Biasanya diganti sama yang hampir menyerupai

obat sebelumnya. Ditanya dulu dokter, kalau dokter

bilang ganti ya ganti. Kalau udah gak ada lagi? Ya

mau gimana lagi, gak mungkin kita suruh dia beli,

tapi kadang ada pasien yang bersedia beli sendiri.

Informan 8 Saya minta rujukan, karna itu tadi saya harus

minum obat terus. Di puskesmas ini kan nyediakan

Page 125: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

110

obatnya Cuma untuk tiga hari, makanya saya ke

rumah sakit ngambi obat untuk sebulan. Tidak

pernah, karna saya ngambil obatnya ke rumah sakit

kan. Dirujuk lah, kayak saya ini minta rujukan buat

ngambil obat sebulan.

Informan 9 Kurang tau, gak pernah minta obat. Kan saya minta

rujukan kesini.

Informan 10 Ada sih obat dikasi, tapi itu lah gak sembuh-

sembuh juga batuk anak saya, makanya saya datang

lagi mau minta surat rujukan. Biar berobat ke

rumah sakit aja, biar bisa di cek semuanya, biar

dikasih obat yang lebih bagus.

D. Hasil Wawancara Ketersediaan Fasilitas Sarana Kesehatan di Puskesmas

Padangmatinggi

Informan Pernyataan

Informan 1 Masih ada lah ya kurangnya, kayak alat

kesehatannya disini masih banyak yang belum ada.

Ada pun nanti udah rusak.

Kalau menurut saya kayaknya masih belum sesuai

standart lah ya. Masih banyak yang kurangnya.

Kompedium itu yang dalam permenkes itu kan ya.

Ya itu banyak harus ada ini, harus ada itu. Banyak

itu.

Kalau gak ada alat buat nangani pasien terpaksa lah

kita rujuk lah ya.

Informan 2 Sudah bisa dibilang mencukupilah. Kompedium itu

apa? Oh standartnya, itu bisa ditanya ke TU aja lah

ya, kan mereka lebih tau. Ke bagian inventaris

nanti. Kalau gak lengkap alat buat meriksanya ya

kita rujuk. Kayak mata disini gk lengkap alatnya ya

kita rujuk.

Page 126: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

111

Informan 3 Masih kurang lah ya, belum lengkap semua, masih

belum sesuai standart lah, alat scaling gigi pun ada,

tapi rusak. Jadi gak bisa bersihkan karang gigi

disini. Kalau gak ada alat ya kita rujuk.

Informan 4 Udah bisa dibilang sesuai lah ya, ada memang

beberapa alat kesehatan yang gak ada, kalau

pemeriksaan alat THT kita gak ada, alat kesehatan

gigi juga ada yang rusak. Kalau gak ada biasanya

dirujuk. Apa itu kompedium? Oh itu tanya

inventaris aja.

Informan 5 Belum sesuai lah, buktinya masih ada alat yang gak

ada di Puskesmas. Kompedium apa? Oh

standartnya itu? Belum lah ya. Ya kalau gitu kita

rujuk lah. Kalau gak ada alatnya. Contohnya kalau

dia sesak napas, disini gak ada oksigen ya kita

rujuk. Masa mau kita pertahankan disini.

Informan 6 Udah cukup lah, sesuia standart Puskesmas. Apa?

Kompedium? Tanya aja ke bagian inventaris, biar

lebih jelas. Nati takut salah-salah pula, kami Cuma

tau bagian obat aja lah.

Informan 7 Masih ada kurangnya. Gak semuanya lengkap. Ada

juga alat yang rusak. Ya memang gak sesuai sama

sutandartnya, tapi ya kita tetap berusaha semampu

kita lah. Kalau gak ada? Kita berusaha dulu, ntah

pake alat yang ada, kalau memang harus dirujuk ya

kita rujuk. Apa itu? Oh itu daftarnya, jadi pusesmas

harus punya itu ya. Kalau dibandingkan sama daftar

tadi, ya gak sesuai lah. Ada beberapa alat kesehatan

yang gak lengkap.

Page 127: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

112

Informan 8 Udah lumayan lah, saya gak tau detailnya. Kalau

gak ada alat dirujuk lah, jadi gimana mau orang itu

ngobati pasien kalau gak ada alatnya.

Informan 9 Kalau menurut saya uda baguslah. Fasilitasnya

juga, namanya untuk puskesmas ya udah bisalah.

Informan 10 Udah lumayan lah, tapi mungkin gak selengkap

rumah sakit.

E. Hasil Wawancara Pengetahuan Tentang Gatekeeper di Puskesmas

Padangmatinggi

Informan Pernyataan

Informan 1 Gatekeeper? Tau, memang pasien itu harus ke

puskesmas dulu kan, harus ditangani dulu disini.

Puskesmas kan sebagai FKTP. Jadi kita kan

fungsinya sebagai pelayanan ya kan. Tentunya kita

menyiapkan diri semampu kita. Kita ada usulan

dana JKN, rehab bangunan, alat kesehatan, obat.

Yaa, sebagai pegawai disini saya bilang udah baik

lah ya.

Informan 2 Apa? Oh itu tau lah. Pasien memang harus

ditangani di sini lebih dulu baru ke rumah sakit ya.

Kan disini fasilitas kesehatan tingkat pertama. Kita

berusaha menangani disini, sekarang pasiennya

gimana. Mau gak dia ditangani. Ada juga pasien ini

yang Taunya Cuma ngambil rujukan aja kesini.

Informan 3 Gatekeeper? Ya udah bagus lah kalau menurut saya.

Kalau saya bilang gak bagus kan itu udah salah.

Informan 4 Gatekeeper? Apa itu? Oh tau lah, memang harus ke

Puskesmas dulu pasiennya.

Udah baik, yang bisa ditangani disini ya ditangani,

kalau gak bisa ya dirujuk.

Page 128: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

113

Informan 5 Sebagai apa? Ya udah bagus lah, yang bisa kita

tangani disini ya kita tangani, kalau tidak baru

dirujuk.

Informan 6 Tau, harus ada kartu bpjs trus memang rayon sini.

Kalau gak bisa ditangani baru kita rujuk.

Informan 7 Apa gatekeeper? Saya bilang udah baik, nyatanya

tinggi rujukan disini. Yang pasti kami berusahalah

menangani disini, kalau memang gak bisa kami

tangani, ya dirujuk. Kadang pasien ini bandel juga,

gak mau dia kontrol disini maunya minta rujukan

aja langsung.

Informan 8 Konsep apa? Gak tau, tapi memang ke puskesmas

kalau ada apa-apa.

Informan 9 Konsep apa? Gak pernah denger. Pokoknya kalau

ada apa-apa kita kesini, ngambil rujukan lah. Karna

kalau berobat ke rumah sakit kan gak bayar lagi.

Informan 10 Gak tau, gak pernah denger juga. Saya taunya ke

puskesmas berobat yang ringan-ringan aja.

F. Hasil Wawancara Tentang Pelaksanaan Rujukan di Puskesmas

Sadabuan

Informan Pernyataan

Informan 1 Sistem rujukan di puskesmas ini saya rasa sudah

sesuai dengan peraturan JKN ini, system rujukan di

puskesmas dilakukan secara berjenjang dari fasilitas

tingkat pertama ke fasilitas tingkat lanjutan dan jika

ada pasien yang membutuhkan tindakan spesialis

maka akan diberi rujukan. Untuk pelaksanaan

rujukan sudah sesuai dengan peraturan petunjuk

teknis dari BPJS tentang pelaksanaan rujukan di

puskesmas.

Page 129: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

114

Informan 2 Menurut saya sudah sesuai dengan alur 155 jenis

penyakit yang harus ditangani di puskesmas. Untuk

pasien yang jenis penyakit masuk dalam 155 jenis

penyakit dan menderita komplikasi maka saya akan

memberikan rujukan dan untuk pasien yang tidak

bisa ditangani di puskesmas maka akan langsung

dirujuk.

Informan 3 Alur rujukan di puskesmas sadabuan udah sesuai

aturan yang berlaku menurut saya.

Informan 4 Menurut saya persyaratan untuk tindakan lanjutan

sepanjang hal itu tidak bisa ditangani maka pasien

akan dirujuk ke rumah sakit tetapi terlebih dahulu

tergantung kepada kondisi penyakit dan keadaan

pasien itu sendiri, dokter juga sudah paham dengan

155 jenis penyakit yang ditangani di puskesmas.

Kalau menurut saya puskesmas ini sudah

menjalankan prosedur, sudah sesuai peraturan yang

diberikan BPJS. Banyaknya pasien yang dirujuk itu

diakibatkan oleh kondisi komplikasi oleh pasien

dan kondisi gawat darurat.

Informan 5 Menurut saya udah baik lah disini. Udah sesuai alur

rujukan dari BPJS Kesehatan.

Informan 6 Bagus kok di sini. Pasien yang butuh pengobatan

spesialistik ya kita rujuk. Puskesmas kan gak ada ya

dokter spesialisnya.

Informan 7 Kalau alat kesehatan yang dibutuhkan pasien tidak

tersedia di puskesmas ya biasanya pasien kita rujuk.

Informan 8 Saya kesini mau minta rujukan. Sebelumnya saya

sudah berulang kali berobat di puskesmas ini, tapi

tidak kunjung sembuh. Sehingga saya dirujuk ke

rumah sakit.

Page 130: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

115

Informan 9 Pelayanan kesehatan yang saya dapatkan di

puskesmas ini baik, saya datang untuk berobat.

Keluhan saya kepada dokter karena penyakit saya

ini kepala saya sakit dan disertai dengan sesak

didada melihat kondisi saya dokter memberi saya

rujukan supaya mendapatkan pelayanan yang lebih

itensif dengan pergi ke dokter spesialis.

Informan 10 Sebelumnya saya sudah berulang kali berobat di

puskesmas ini, tapi tidak kunjung sembuh. Mungkin

obatnya kurang bervariasi, makanya saya dirujuk ke

rumah sakit.

G. Hasil Wawancara Ketersediaan Tenaga Kesehatan di Puskesmas

Sadabuan

Informan Pernyataan

Informan 1 Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Sadabuan

sudah cukup dan sesuai dengan standar, yang saya

lihat juga semua petugas disini mampu dalam

memberikan pelayanan, bila pasiennya bisa

ditangani maka akan ditangani di puskesmas ini

sesuai dengan aturan yang berlaku dari JKN dan

jika tidak bisa maka akan dirujuk.

Informan 2 Tenaga kesehatan yang saya lihat di puskesmas

Sadabuan sudah bagus, tidak ada kendala. Jumlah

tenaga kesehatan disini juga sudah cukup. Kami

harus mengetahui alur yang semestinya di era JKN.

Kami juga mengetahui di era JKN memang ada

daftar nama-nama penyakit yang harus ditanggani

di puskesmas jumlahnya 155 jenis penyakit. Siapa

saja yang bisa dirujuk dan siapa saja yang tidak bisa

di rujuk. Bagaimana sistem rujukan berjenjang

Page 131: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

116

yaitu pasien yang tidak bisa kami tanggani di

puskesmas kami beri rujukan ke fasilitas kesehatan

sekunder atau tersier tentunya harus sesuai dengan

alur yang benar. Kecuali seperti kasus

kegawatdaruratan, dan bila mereka membutuhkan

perawatan spesialis tentu dirujuk atau keterbatasan

fasilitas di puskesmas maka akan di rujuk

Informan 3 Tenaga kesehatan udah sesuai standart, malah bisa

dibilang udah lebih.

Informan 4 Jumlah tenaga kesehatan di puskesmas Sadabuan

sudah cukup dan sesuai standart, yang saya lihat

juga semua petugas disini sudah mampu dalam

memberikan pelayanan, bila pasiennya bisa

ditangani maka akan ditangani di puskesmas ini dan

jika tidak bisa maka akan dirujuk.

Informan 5 Tenaga kesehatan disini sudah sesuai standart yang

berlaku, petugas sudah memiliki kemampuan dalam

memberikan pelayanan kesehatan.

Informan 6 Udah cukup, udah banyak petugas dan

pelayanannya juga udah bagus.

Informan 7 Udah cukuplah, kami yang perawat aja udah

melebihi standart puskesmas.

Informan 8 Saya datang berobat ke puskesmas ini karena di

kartu BPJS saya terdaftar di puskesmas ini. Jadi

kalau saya datang dan memberikan kartu BPJS saya

petugas kesehatan sudah mengerti dengan hal ini.

Pelayanan yang dapatkan disini baik serta

petugasnya juga ramah dalam memberikan

pelayanan.

Page 132: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

117

Informan 9 Saya terdaftarnya di puskesmas ini jika hendak

berobat dan mendapatkan fasilitas kesehatan seperti

yang tertera dalam kartu BPJS saya dan para

petugas juga sudah mengetahui akan hal tersebut,

serta pelayanan yang diberikan di sini sudah cukup

bagus.

Informan 10 Saya datang berobat ke puskesmas ini karena rumah

saya dekat dengan puskesmas ini dan semua

penduduk yang tinggal dekat dengan puskesmas ini

terdaftarnya di puskesmas ini, dan pelayanannya

juga bagus.

H. Hasil Wawancara Ketersediaan Obat-obatan di Puskesmas Sadabuan

Informan Pernyataan

Informan 1 Kalau perencanaan obat di puskesmas ini dananya

ada 2 yaitu dari pemerintah daerah dan BPJS, kalau

dari dana pemerintah daerah perencanaannya

pertahunan dan kalau dari BPJS per tiga bulan

sekali, kebutuhan obat disini bisa dibilang tinggi

karena banyak pasien yang berobat disini dan

pernah terjadi kekosongan obat. Jika obat yang

dibutuhkan pasien sedang tidak ada maka akan

diganti dengan obat yang memiliki komposisi yang

sama, tetapi jika ada pasien yang membutuhkan

obat dan obat tersebut tidak ada dan tidak bisa

diganti maka akan di berikan pengertian kepada

pasien kalau pasien mau beli obat diluar akan

dibuatkan resep oleh dokter yang sedang bertugas.

Informan 2 Kalau obat disini bisa dibilang udah cukup tapi

terkadang ada beberapa jenis obat yang tidak

tersedia. Jika obat yang akan diberikan sedang tidak

Page 133: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

118

tersedia, maka saya akan menanyakan kepada

pasien apakah mereka mau membeli obat di luar

atau tidak. Jika mereka tidak bersedia maka obat

sejenis yang akan diberikan.

Informan 3 Belum sesuai lah ya, kayak obat cabut gigi anak-

anak gak ada.

Kalau gak ada, mau gimana lagi. Gak mungkin juga

kita rujuk. Kalau mau pasiennya beli sendiri lah.

Informan 4 Menurut saya obat di sini masih belum lengkap

karena masih ada obat yang tidak tersedia di

puskesmas, kalau sedang tidak tersedia maka

pengelola obat yang akan mengurus obatnya atau

pasien akan diberikan rujukan, kalau saya rasa

belum sesuai standart formularium nasional karena

hal tersebut maka masih ada obat yang tidak

tersedia.

Informan 5 Formularium ya? Kadang masih ada obat yang gak

ada, kadang obat kosong karna stock obat lagi

habis.

Informan 6 Masih ada lah beberapa obat yang kosong, jadi

kalau berdasarkan formularium nasional saya rasa

belum lengkap. Biasanya kami kasi saran ke pasien

untuk beli obat di luar, itu jika apabila pasiennya

bersedia sih.

Informan 7 Saya rasa obatnya udah lumayan lengkap lah.

Jarang lah pasien kami beli obat di luar. Kalau obat

yang dibutuhkan pasien tidak tersedia biasanya

diganti dengan obat yang komposisinya sama.

Informan 8 Sejauh ini saya berobat obat yang saya butuhkan

ada di puskesmas ini dan selama saya berobat di

Page 134: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

119

sini tidak pernah disuruh beli obat di luar oleh

petugas yang ada di sini.

Informan 9 Tidak pernah disuruh beli obat di luar karena obat

yang saya butuhkan ada tersedia tetapi jika obatnya

tidak ada maka saya akan beli di luar.

Informan 10 Saya belum pernah di suruh beli obat karena

obatnya ada si sini yang saya butuhkan. Tetapi jika

obat yang saya butuhkan tidak ada di puskesmas ini

maka akan saya beli di luar agar keadaan saya cepat

pulih seperti biasanya.

I. Hasil Wawancara Ketersediaan Fasilitas Sarana Kesehatan di Puskesmas

Sadabuan

Informan Pernyataan

Informan 1 Ketersediaan sarana dan fasilitas kesehatan

sebenarnya sudah bagus dan sesuai dengan penyakit

yang bisa ditangani di fasilias kesehatan tingkat

pertama, dan ada juga memang alat yang rusak dan

akan segera diperbaiki supaya dapat dipakai

kembali alat kesehatan yang sedang rusak tersebut.

Informan 2 Menurut saya untuk sarana dan prasarananya yang

ada di puskesmas ini saya rasa sudah lengkap sejak

adanya JKN dalam memberikan pelayanan

kesehatan, tapi masih ada beberapa peralatan

kesehatan yang sudah rusak tapi kami sudah lapor

kebagian peralatan dan sedang dalam perbaikan.

Informan 3 Menurut saya puskesmas ini sudah sesuai dengan

kompedium. Tapi jika pasien yang datang

membutuhkan alat yang tidak ada di puskesmas

maka akan dirujuk pasiennya.

Page 135: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

120

Informan 4 Untuk kelengkapan fasilitas sarana yang ada di

puskesmas saya rasa masih belum cukup lengkap

karena masih ada beberapa alat kesehatan belum

tersedia dan ada alat kesehatan yang rusak.

Informan 5 Menurut saya peralatan sudah mencukupi, namun

memang kalau dilihat dari Permenkes no. 75

peralatan masih ada yang kurang, jika fasilitas alat

kesehatan yang dibutuhkan pasien tidak ada di

puskesmas maka akan diberikan pemahaman

kepada pasien dan apabila pasien tidak dapat

ditangani di puskesmas maka akan dirujuk.

Informan 6 Sudah sesuai standart lah menurut saya, kita juga

bisa menangani pasien di puskesmas ini.

Informan 7 Ada juga sih alat yang rusak di puskesmas ini. Jadi

kalau pasiennya gak bisa ditangani karna alat tidak

ada atau rusak, pasien kita rujuk.

Informan 8 Kalau lokasi sudah baik di puskesmas ini, kalau

alat-alat tidak tersedia untuk pasien yang hendak

berobat maka akan dirujuk.

Informan 9 Saya rasa jika alat tidak lengkap maka akan dirujuk

oleh petugas kesehatan dan saya akan langsung

meminta rujukan bila fasilitas tidak tersedia.

Informan 10 Bila alat tidak ada di puskesmas jelas tidak dapat

ditangani di puskesmas, maka akan diberikan

rujukan oleh petugas kesehatan. Petugas tidak akan

membiarkan pasien yang datang untuk berobat tidak

mendapatkan pelayanan jika alat tidak tersedia di

puskesmas.

Page 136: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

121

J. Hasil Wawancara Pengetahuan Tentang Gatekeeper di Puskesmas

Sadabuan

Informan Pernyataan

Informan 1 Gatekeeper? Tau, puskesmas kan memang sebagai

fasilitas kesehatan tingkat pertama. Jadi pasien kita

tangani dulu disini, seandainya pasien

membutuhkan pengobatan spesialistik ataupun

kurangnya fasilitas kesehatan di puskesmas ini

maka akan kita rujuk.

Informan 2 Kita memang sebagai gatekeeper. Pasien harus

ditangani di sini lebih dulu baru ke rumah sakit.

Kan disini fasilitas kesehatan tingkat pertama. Kita

berusaha menangani disini.

Informan 3 Menuru saya petugas disini udah tau lah kalo

puskesmas berperan sebagai gatekeeper.

Informan 4 Udah bagus kok di sini. Semua petugas kesehatan

udah tau kalau peran puskesmas itu ya sebagai

gatekeepr. Jadi kita berusaha menangani pasien di

sini lebih dulu, jika perlu rujukan baru kita rujuk.

Informan 5 Hmm, yang bisa kita tangani di sini kita tangani

kok, jadi ya menurut saya udah bagus.

Informan 6 Sudah baik lah di sini. Semua petugas kesehatan di

puskesmas ini berusaha dulu menangani pasien di

puskesmas ini. Kalau memang butuh di rujuk, baru

kita kasi rujukan.

Informan 7 Gatekeeper ya? Udah baguslah menurut saya,

puskesmas sadabuan udah mengetahui perannya

sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama.

Informan 8 Konsep apa tadi? Gatekeeper? Kurang ngerti saya.

Pokoknya kalau mau minta rujukan ke rumah sakit

ya ngambilnya ke puskesmas ini.

Page 137: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

122

Informan 9 Pokoknya saya berobat disini, rumah saya dekat

dari sini, di kartu BPJS saya juga rayon nya ke

puskesmas ini.

Informan 10 Taunya ya kalau mau berobat ke rumah sakit

prosesnya dari puskesmas dulu. Setelah puskesmas

kasi surat rujukan baru bisa ke rumah sakit.

Page 138: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

123

HASIL OBSERVASI FASILITAS

Hasil Observasi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 118/MENKES/SK/IV/2014 Tentang Kompedium Alat Kesehatan

di Puskesmas Padangmatinggi

Kompedium Alat Kesehatan Ketersediaan di Puskesmas

Padangmatinggi

A. Alat Kesehatan Elektromedik

1. Anaesthesia Vaporizer

2. Apnea Monitor

3. Argon Surgical Laser

4. Aspirator

5. Audiometer

6. Autotransfusion Unit

7. Automatic Sphygmomanometer

8. Blood Pressure Monitor, Invasive

9. Blood/Solution Warmer

10. Capnometer (CO2 Monitor)

11. Cardiac Resuscitator

12. Co2 Surgical Laser

13. Cryosurgical Unit

14. Defibrilator

15. Dental Unit

16. Diathermy/Shortwave

17. Electrosurgical Unit (ESU)

18. Elektrokardiograf (EKG)

19. Heart Lung Bypass Unit

20. Hemodialysis Unit

21. Hospital Bed

22. Hypo/Hyperthermia Units

23. Infusion Pump

24. Baby Incubator

25. Intra Aortic Balloon Pump

26. Laparoscopy

27. Mammography Unit

28. Anaesthesia Machine

29. Mobile C-Arms X-Ray

30. Mobile X-Ray Unit

31. Oxygen Analyzer

32. Pacemaker External, Non Invasive

33. Phototherapy Unit

34. Portable Ventilator

35. Pressure Transducers

36. Pulse Oxymeter

37. Radiant Warmer

Page 139: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

124

Kompedium Alat Kesehatan Ketersediaan di Puskesmas

Padangmatinggi

38. Radiographic/Fluoroscopic Unit

39. Smoke Evacuator

40. Traction Unit

41. Transcutaneous Co2 Monitor

42. Transcutaneous Oxygen (O2) Monitor

43. Ultrasound Scanner (USG Diagnostik)

44. X-Ray Unit General Purpose

45. Electroencephalograph (Eeg)

46. Lampu Periksa Halogen

47. Sterilisator Kering

48. Ekstraktor Vakum Manual

49. Pocket Fetal Hearth Rate Monitor (Doppler)

B. Alat Kesehatan Non Elektromedik

1. Blood Bag

2. Blood Transfusion Set

3. Cat Gut (Benang Bedah)

4. Dental Cement

5. Disposable Syringe

6. Auto Disable Disposable Syringe

7. Hypodermic Syringe With Reuse

Prevention Feature

8. Foley Catheter

9. Glass Ionomer Cement

10. Gutta Percha

11. Impression Material

12. Infusion Set

13. Instrumen Bedah

14. Iv Catheter

15. Kapas Berlemak

16. Kapas Pembalut/Absorben

17. Kasa Hidrofil

18. Kasa Hidrofil Terdeteksi Sinar-X

19. Kasa Pembalut

20. Kasa Pembalut Elastis

21. Kondom

22. Manual Hospital Bed

23. Masker Bedah

24. Masker Oksigen

25. Pembalut Gips

26. Plester

27. Pulmonary Resuscitator

28. Sarung Tangan Bedah

29. Silk Suture (Benang Bedah Sutera)

Page 140: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

125

Kompedium Alat Kesehatan Ketersediaan di Puskesmas

Padangmatinggi

30. Stethoscope Manual

31. Tensimeter Manual Dengan Air Raksa

32. Tensimeter Manual Dengan Jarum

33. Urine Bag

34. Wing Needle

35. Termometer Raksa

36. Timbangan Bayi

37. Timbangan Injak Dewasa

38. Stand Infus

39. Tabung Oksigen + Regulator

40. Tempat Tidur Periksa

41. Tempat Tidur Persalinan

C. Produk Diagnostik in Vitro

1. Automated Blood Grouping Analyzer

2. Bilirubin Test System

3. Blood Gas/Ph/Chemistry Point of Care

4. Cholesterol Test Strip ✓ 5. Clinical Chemistry Analyzer

6. C-Reactive Protein Reagent (CRP)

7. Creatine Kinase Reagent

8. Creatine Reagent

9. Diff Diluent

10. Glucose Analyzer

11. Glucose Test Strip ✓

12. Hematology Control

13. Hematology Point of Care Analyzer

14. Hiv Combi ✓

15. Immunoassay Analyzer

16. Tes Hepatitis B (Hbsab Rapid Test)

17. Tes Kehamilan Cepat (Pregnancy

Rapid Test)

18. Tes Masa Subur (Luteinizing Hormone

Test System)

19. Toxo Igg Ii Assay

20. Uji Mycobacterium Tuberculosis –

Igg/Igm

21. Uric Acid Reagent

22. Uric Acid Test Strip ✓

23. Urinalysis Reagent Strips

24. Whole Blood Coagulation Analyzer

25. Reagensia In Vitro untuk Pewarna

Biologi

Page 141: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

126

HASIL OBSERVASI OBAT

Hasil Observasi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor HK.02.02/MENKES/523/2015 Tentang Formularium Nasional

KELAS

TERAPI SUB KELAS TERAPI/NAMA GENERIK

KETERSEDIAAN

DI PUSKESMAS

1. ANALGESIK, ANTIPIRETIK, ANTIINFLAMASI NON STEROID,

ANTIPIRAI

1. Kodein ✓ 2. Asam mefenamat ✓ 3. Ibuprofe ✓

4. Natrium dikolofenak ✓

5. Parasetamol ✓

6. Tramadolol

7. Alopurinol ✓

8. Probenesid

2. ANESTIK

1. Etil klorida ✓

2. Lidokain ✓

3. Ketamin

4. Oksigen ✓

5. Atropin ✓

6. Diazepam ✓

3. ANTIALERGI DAN OBAT UNTUK ANAFILAKSIS

1. Deksametason ✓

2. Difenhidramin

3. Epinefrin (adrenalin) ✓

4. Clorfeniramin ✓

5. Loratadin

4. ANTIDOT DAN OBAT UNTUK KERACUNAN

1. Atropin ✓

2. Kalisum glukonat

3. Natrium bikarbonat ✓

4. Natrium tiosulfat

5. Karbon adsorben

6. Magnesium sulfat ✓

5. ANTIEPILEPSI-ANTIKONVULSI

1. Adiazepam

2. Fenitoin na

3. Fenobarbital ✓

4. Karbamazepin ✓

5. Magnesium sulfat ✓

6. Valproat

Page 142: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

127

6. ANTIINFEKSI

1. Albendazol ✓

2. Mebendazol ✓

3. Pirantel pamoat ✓

4. Prazikuantel

5. Dietikarbamazin

6. Prazikuantel

7. Amoksisilin ✓

8. Ampisilin ✓

9. Benzatin penisilin

10. Fenoksimetil penisilin (penisilin v)

11. Proakain benzilpenisilin

12. Doksisiklin ✓

13. Tetrasiklin ✓

14. Kloramfenikol ✓

15. Kotrimoksazole (dewasa kombinasi) ✓

16. Trimetropin ✓

17. Kotrimoksazol forte kombinasi ✓

18. Eritromisin

19. Siprofloksasin

20. Metronidazol ✓

21. Depson

22. Klofazimin, micronized

23. Rifampisin ✓

24. Etambutol ✓

25. Isoniazid ✓

26. Pirazinamid ✓

27. Steptomisin

28. Kombinasi: panduan dalam bentuk

kombinasi dosis tepat (KDT/FDC) untuk

dewasa 4 KDT (FDC)

29. Kombinasi: panduan dalam bentuk

kombinasi dosis tepat (KDT/FDC) untuk

dewasa 2 KDT (FDC)

30. Kombinasi: panduan dalam bentuk

kombinasi dosis tetap (KDT/FDC) untuk

anak 3 KDT (FDC)

31. Kombinasi: panduan dalam bentuk

kombinasi dosis tetap (KDT/FDC) untuk

anak 2 KDT (FDC)

32. Kombinasi: panduan dalam bentuk paket

kombipak untuk dewasa. Kombipak II

33. Kombinasi: panduan dalam bentuk

kombipak untuk dewasa. Kombipak III

Page 143: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

128

34. Kombinasi: panduan dalam bentuk paket

kombipak untuk anak. Kombipak A

35. Kombinasi: panduan dalam bentuk paket

kombipak untuk anak. Kombipak B

36. Metenamin mandelat (heksamin mandelat) ✓

37. Nitrofurantoin ✓

38. Griseufulvin (micronized) ✓

39. Ketokonazol ✓

40. Nisatatin ✓

41. Metronidazol ✓

42. Doksisiklin ✓

43. Antimalaria kombinasi

44. Artemether

45. Artesunat

46. Artesunat tab 50mg

47. Kombinasi (kombipak)

48. Kuini ✓

49. Primakuin

50. Asiklovir ✓

51. Zidovudin

7. ANTIMIGREN

1. Propanolol ✓

2. Ergotamin

8. ANTIPARKINSON

1. Kombinasi (benserazid, levodopa)

2. Triheksifenidil

9. OBAT YANG MEMPENGARUHI DARAH

1. Asam folat ✓

2. Ferro sulfat ✓

3. Kombinasi (asam sulfat, ferro sulfat) ✓

4. Sianokobalamin (vit B12) ✓

5. Fitomenadion (vit K1) ✓

10. MATA DAN KULIT

1. Fluoresein

2. Tuberkulin

3. Hidrogen peroksida

4. Klorheksidin

5. Povidon iodin

11. ANTISEPTIK DAN DESINFEKTAN

1. Etanol 70% ✓

2. Paraformaldehid

12. OBAT DAN BAHAN UNTUK GIGI

1. Eugenol ✓

2. Formokresol ✓

Page 144: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

129

3. Gutta percha dan paper points

4. Kalsium hidroksida ✓

5. Klorfenol kamfer mentol (chkm)

6. Klorheksidin

7. Natrium hipoklorit

8. Pasta pengisi saluran akar ✓

9. Nistatin ✓

10. Fluor ✓

11. Bahan tumpatan sementara ✓

12. Glass ionomer art (atraumatic restorative

treatment)

13. Komposit resin

14. Anestetik lokal gigi kombinasi: lidokain hcl

2% + epinefrin 1:80.000

15. Articulating paper

16. Etil klorida ✓

17. Ferrakrilum

18. Lidokain ✓

19. Pasta devitalisasi (non arsen) ✓

20. Pasta surgical ginggival pack

13. DIURETIK

1. Furosemid ✓

2. Spironokalton

3. Hidroklorotiazid

14. HORMON, OBAT ENDOKRIN, DAN KONTRASEPSI

1. Glibenklamid ✓

2. Glimepirid ✓

3. Glipizid

4. Metfomin ✓

5. Kombinasi: levonorgestrel 150 mcg,

etinilestradiol 30 mcg

6. Medroksi progesteron asetat

7. Coppoer t ✓

8. Etonogestrel

9. Levonorgestrel ✓

10. Lugol

11. Propiltiourasil

12. Hidrokortison ✓

13. Prednison ✓

14. Deksametason ✓

15. Linestrenol

15. OBAT KARDIOVASKULER

1. Atenolol

2. Diltiazem hcl

Page 145: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

130

3. Gliseril trinitrat ✓

4. Isosorbid dinitrat ✓

16. ANTIARITMIA

1. Digoksin ✓

2. Diltiazem

3. Propranolol ✓

17. ANTIHIPERTENSI

1. Amlodipin ✓

2. Atenolol

3. Hidroklorotiazid

4. Kaptopril ✓

5. Kortalidon

6. Nifedipin ✓

7. Propanolol

18. ANTIAGREGASI PLATELET

1. Asam asetilsalisilat (asetosal) ✓

2. Diagoksin ✓

3. Furosemid ✓

4. Kaptopril ✓

5. Epinefrin ✓

6. Norepinefrin

7. Simvastin ✓

19. OBAT TOPIKAL UNTUK KULIT

1. Kloramfenikol ✓

2. Perak sulfadiazin

3. Antifungsi, kombinasi: asam benzoat, asalm

silisilat

4. Mikonazol ✓

5. Nistatin ✓

6. Betametason ✓

7. Hidrokortison ✓

8. Kalamin

9. Permetrin

10. Saep 2-4 kombinasi ✓

11. Asam silisilat ✓

12. Caltar

13. Bedak salisil ✓

20. LARUTAN ELEKTROLIT, NUTRISI, DAN LAIN-LAIN

1. Garam orait kombinasi ✓

2. Natrium bikarbonat ✓

3. Zinc ✓

4. Air untuk injeksi ✓

5. Tetrasiklin ✓

6. Kloramfenikol ✓

Page 146: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

131

7. Betametason ✓

8. Olopatadin

9. Metilergometrin ✓

10. Oksitosin ✓

11. Diazepam ✓

12. Amitriptilin ✓

13. Haloperidol ✓

14. Klopromazin ✓

21. OBAT UNTUK SALURAN CERNA

1. Antasida ✓

2. Omeprazol ✓

3. Ranitidin ✓

4. Dimenhidrinat

5. Domperodon ✓

6. Klorpromazin

7. Metoklopramid ✓

8. Antihemoroid, kombinasi

9. Antropin ✓

10. Hiosina butilbromida

11. Atapulgit ✓

12. Garam oralit, kombinasi ✓

13. Zinc ✓

14. Kombinasi: koalin, pektin ✓

15. Bisakodil

16. Gliserin

17. Aminofilin ✓

18. Deksametason ✓

19. Epinefrin ✓

20. Salbutamol ✓

21. Teofilin ✓

22. Terbutain

23. Kombinasi : salmeterol, flutikason

24. Kodein

22. OBAT UNTUK PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS

1. Ipratropium bromida

2. Kombinasi: piratrobium br, salbutamol

23. OBAT YANG MEMPENGARUHI SISTEM IMUN

1. Heaptitits b imuglobulin (human)

2. Human tetanus imunoglobulin

3. Serum anti bisa ular

4. Serum antidifteri (a.d.s)

5. Serum antirabies

6. Serum antitetanus (a.t.s)

Page 147: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

132

7. Tetanus toxoid ✓

24. VAKSIN

1. Vaksin bcg ✓

2. Vaksin campak ✓

3. Vaksin kombinasi dpt + hepatitis b ✓

4. Vaksin jerap diferi tetanus (dt) ✓

5. Vaksi jerap diferi tetanus pertusis (dpt) ✓

6. Vaksin jerap tetanus (tetanus adsorbed

toxoid)

7. Vaksin polio ✓

8. Vaksin rabies, untuk manusia ✓

25. OBAT UNTUK THT

1. Hidrogen peroksida

2. Karbogliserin

3. Lidokain ✓

4. Oksimetazolin

26. VITAMIN DAN MINERAL

1. Asam askorbat (vitamin c) ✓

2. Ergokalsiferol (vitamin d2)

3. Ferro fumarat

4. Ferro sulfat ✓

5. Kalsium glukonat ✓

6. Kalsium karbonat ✓

7. Kalsium laktat (kalk) ✓

8. Kombinasi: ferro sulfat 200 mg, asam folat

0,25 mg

9. Nikotanamid ✓

10. Piridoksin (vitamin b6) ✓

11. Retino (vitamin a) ✓

12. Sianokobalamin (vitamin b12) ✓

13. Tiamin (vitamin b1) ✓

14. Vitamin b komploks

Page 148: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

133

Permohonan Pengajuan Judul Tesis

Page 149: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

134

Surat Izin Survei Awal

Page 150: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

135

Surat Balasan Survei Awal

Page 151: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

136

Surat Izin Penelitian

Page 152: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

137

Lembar Bimbingan Pembimbing I

Page 153: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

138

Lembar Bimbingan Pembimbing II

Page 154: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

139

Page 155: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

140

Lembar Revisi Proposal

Page 156: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

141

Lembar Revisi Sidang Hasil

Page 157: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

142

Lembar Revisi Tesis

Page 158: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

143

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1. Peneliti melakukan wawancana dengan Kepala Puskesmas

Page 159: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

144

Gambar 2. Peneliti melakukan wawancana dengan Dokter Puskesmas

Page 160: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

145

Gambar 3. Peneliti melakukan wawancana dengan Pegawai Tata Usaha

Page 161: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

146

Gambar 4. Peneliti melakukan wawancana dengan Bidan Puskesmas

Page 162: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

147

Gambar 5. Peneliti melakukan wawancana dengan Pengelola Obat

Page 163: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

148

Gambar 6. Peneliti melakukan wawancana dengan Perawat

Page 164: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

149

Gambar 7. Peneliti melakukan wawancana dengan Pasien

Page 165: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

150

Gambar 8. Peneliti melakukan wawancana dengan Pasien

Page 166: ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PASIEN RAWAT JALAN …

151

Gambar 9. Peneliti melakukan wawancana dengan Pasien