Post on 29-Nov-2020
17
ACARA PRAKTIKUM II
ANALISIS PROKSIMAT BAHAN PAKAN TERNAK DAN BOMB KALORIMETER
2.1 Landasan Teori
Segala sesuatu yang dapat dimakan dinamakan bahan makanan. Tetapi tidak
semua yang dapat dimakan bermanfaat bagi tubuh. Komponen bahan makanan
yang dapat dicerna, diserap serta bermanfaat bagi tubuh disebut zat makanan. Ada
6 macam zat makanan yaitu air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
Kecuali air, tiap zat makanan tersebut terdiri atas berbagai macam. Misalnya
mineral tidak kurang 15 – 21 macam, vitamin terdiri dari 13 – 15 macam. Dengan
demikian analisis bahan makanan akan banyak sekali. Jika semuanya itu akan
dianalisis jelas akan makan banyak waktu, tenaga dan biaya.
Mengingat sangat kompleksnya penganalisaan bahan makanan itu orang
mencoba membuat penyederhanaan yaitu mencoba mengelompokkan zat-zat
makanan berdasar sifat fisik dan kimianya. Analisis lain yang tidak terwakili oleh
pengelompokkan itu dilakukan secara khusus. Usaha ini telah dirintis oleh para
sarjana Jerman sejak awal abad 19. Antara lain oleh Thaer pada tahun 1809.
Kemudian pada tahun 1860 oleh Henneberg dan Stohman dari Weende (nama
kota di Jerman Timur) metode Thaer disempurnakan.
Metode ini kemudian sampai sekarang dikenal dengan nama analisis
Proksimat Weende. Proksimat berarti terdekat. Artinya terdekat dalam
menggambarkan komposisi zat makanan suatu bahan makanan. Metode tersebut
sangat popular hingga kini.
Pengelompokkan zat makanan suatu bahan makanan menurut analisis
proksimat digambarkan dalam ilustrasi sebagai berikut :
18
Bahan ----- Air makanan ----- Bahan ----- Abu/ mineral Kering ----- Bahan ----- Protein Organik ----- BOTN ----- Lemak ----- Karbohidrat ----- Serat Kasar ----- BETN
Ilustrasi tersebut nampak bahwa bahan makanan terbagi ke dalam 10 zat
makanan, 5 diantaranya, yaitu bagian atas bagan pembagian tersebut, diperoleh
dengan jalan analisis dan 5 lainnya dihitung sebagai selisih.
Analisis proksimat didasarkan atas komposisi kimia dari bahan makanan,
dengan skema sebagai berikut :
Bahan Makanan
----------------------Pemanasan 105 ºC
Bahan Kering
Ekstraksi ether Kjeldhal
Lemak Nitrogen
Asam
Filtrat
Residu
Filtrat
Basa
Abu dan Serat Kasar
Pembakaran
600 ºC
Abu Serat Kasar
Analisis Proksimat Weende
19
Dengan memanaskan bahan makanan pada suhu 100 ºC, seluruh air yang
dikandung bahan makanan itu akan menguap, yang tertinggal adalah bahan
kering. Bila pemanasan dilanjutkan pada suhu 600 ºC maka seluruh bahan organik
akan menguap dan yang tertinggal adalah Abu (mineral). Selisih antara Bahan
Kering dan Abu adalah Bahan Organik.
Protein bahan makanan ditentukan dengan metode Kjeldhal. Metode ini
menganut asumsi bahwa semua Nitrogen bahan makanan berasal dari protein dan
semua protein mengandung Nitrogen sebesar 16 %. Maka protein bahan makanan
ditentukan dengan menganalisis kandungan Nitrogennya. Hasil yang diperoleh
dikalikan denngan 100/ 16 atau 6,25. Prinsip metode Kjeldahl adalah sebagai
berikut : Nitrogen bahan makanan diubah menjadi ammonium sulfat dengan jalan
memasaknya di dalam asam sulfat pekat. Kemudian setelah didinginkan
diencerkan dengan air suling, lau dibuat basa dengan menambahkan NaOH. Maka
ammonia akan dibebaskan. Amonia itu ditangkap oleh laruutan asam borat, lalu
dititar dengan asam sulfat yang telah ditentukan normalitasnya.
Bahan kering setelah dikurangi dengan N dinamakan Bahan Organik Tanpa
Nitrogen (BOTN). BOTN ada yang larut dalam pelarut organik ada yang tidak.
Fraksi yang larut dinamakan lemak sedangkan yang tidak larut dinamakan
karbohidrat.
Dalam analisi proksimat kadar lemak ditentukan dengan jalan
mengekstraksikan bahan makanan ke dalam pelarut organic (misal petroleum
ether atau hexan).
Karbohidrat terbagi menjadi 2 fraksi yaitu Serat Kasar dan Bahan Ekstrak
Tanpa Nitrogen (BETN). Serat kasar adalah karbohidrat yang tidak larut setelah
dimasak berturut-turut dalam larutan H2SO4 1,25 % mendidih selama 30 menit
dan dalam larutan NaOH 1,35 % mendidih selama 30 menit.
CARA MENYIAPKAN SAMPEL UNTUK DIANALISA
1. Semua contoh (sampel) yang akan dianalisa di Laboratorium harus
ditimbang dengan segera, baik masih segar maupun sudah kering.
2. Bila contoh terdiri dari hijauan segar, maka hijauan tersebut harus
dikeringkan lebih dahulu dengan cara menjemur di panas matahari atau
20
dimasukkan ke dalam alat pengering pada suhu 40 – 60 ºC selama 24 – 28
jam dan sesudah dingin ditimbang kembali.
3. Buah-buahan dan biji-bijian yang mempunyai kulit, lebih dahulu harus
dikupas dan bagian-bagian yang tidak dapat dipisahkan dari bagian-bagian
yang dapat dimakan ditimbang berturut-berturut dan baru dikeringkan dan
kemudian ditimbang lagi.
4. Semua bahan yang akan dianalisa harus dihaluskan terlebih dahulu dengan
gilingan dan disaring dengan saringan yang bergaris tengah satu
millimeter.
5. Semua contoh/ sampel bahan yang akan dianalisa harus diberi kode dan
arti dari kode tersebut harus dicatat di dalam buku khusus.
PENGAMBILAN SAMPEL
Sampel merupakan bagian dari suatu bahan yang diambil secra acak dari
bahan tersebut untuk selanjutnya dievaluasi. Dalam pengambilan sampel suatu
bahan harus dilakukan secra benar agar diperoleh sampel yang benar-benar
representatif, yang mampu menggambarkan keadaan bahan yang diambil
sampelnya secara tepat. Untuk tujuan tersebut maka pengambilan sampel perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Homogenitas sampel
Salah satu faktor yang menentukan tingkat represetatif sampel yang diambil
adalah homogenitas bahan yang akan diambil sampelnya. Efek ukuran dan
berat partikel sangat berpengaruh terhadap homogenitas bahan, dimana
bagian yang berukuran dan berat yang lebih besar kemungkinan akan
berpisah dengan bagian lebih kecil atau ringan (segresi). Sehingga pada
bahan yang ditumpuk atau dimuat diatas truk, bagian bahan yang mempunyai
ukuran dan berat partikel yang lebih besar terletak pada bagian bawah atau
bagian dasar dari tumpukan tersebut. Oleh karena itu sebelum bahan diambil
sampelnya harus dicampur secara merata sehingga bahan benar-benar
homogen, atau sampel diambil secara acak dari beberapa bagian baik bagian
dasar, tengah maupun bagian atas sehingga diperoleh sampel yang benar-
benar representatif. Demikian juga pada hijauan disuatu lahan, kualitas
21
hijauan pada tiap-tiap bagian lahan, kemungkinan mempunyai kualitas yang
berbeda karena adanya kemungkinan perbedaan kesuburan tanah pada lahan
tersebut. Oleh karena itu agar diperoleh sampel yang representatif,
pengambilan sampel harus dilakukan pada beberapa bagian lahan secara acak,
sehingga data yang diperoleh memberikan informasi yang benar terhadap
kualitas bahan tersebut.
2. Cara pengambilan sampel
a. Aselectif : yaitu cara pengambilan sampel yang dilakukan secara acak dari
keseluruhan bahan tanpa memperhatikan atau memisahkan bagian-bagian
dari bahan tersebut. Misalnya dalam pengambilan sampel pada rumput
gajah, sampel kita ambil dari seluruh bagian rumput gajah tersebut baik
bagian daun maupun bagian batang, kemudian dipotong-potong dan
dicampur secara merata agar diperoleh bahan yang benar-benar
homogeny, sehingga sampel yang diambil benar-benar representatif.
b. Selectif : yaitu cara pengambilan sampel yang dilakukan secara acak dari
bagian-bagian tertentu dari suatu bahan. Misalnya dalam pengambilan
sampel bagian batang dan bagian daun rumput gajah, maka sebelum
diambil sampelnya bagian-bagian tersebut harus dipisah terlebih dahulu,
baru masing-masing bagian diambil sampelnya dengan tetap
memperhatikan homogenitas bahan tersebut.
3. Jumlah sampel
Jumlah sampel yang diambil akan sangat berpengaruh terhadap tingkat
representatif sampel yang diambil. Jumlah sampel yang diambil tergantung
pada kebutuhan untuk evaluasi dan jumlah bahan yang diambil sampelnya.
Sebagai pedoman jumlah sampel yang diambil adalah 10% dari jumlah
bahan. Pada bahan yang berjumlah banyak misalnya lebih dari 100 kg,
sampel diambil 10% dari jumlah tersebut secara acak, kemudian sampel
diambil lagi 10% dari sampel yang diambil tersebut.
4. Penanganan sampel
Sanpel yang telah diambil harus segera diamankan agar tidak rusak atau
berubah sehingga mempunyai sifat yang berbeda dengan bahan dari mana
sampel tersebut diambil. Misalnya terjadinya penguapan air, pembusukan
atau tumbuhnya jamur, ketengikan dan lain-lain. Sampel yang diproleh dari
22
bahan dengan kadar air rendah (kurang dari 15%), kemungkinan terjadinya
kerusakan sampel sangat kecil sekali. Sehingga sampel dapat lansung
dimasukkan kedalam kantong plastik dan dibawa ke labolatorium untuk
dianalisis.
Sedang sampel yang diperoleh dari bahan segar misalnya hijauan atau silase,
maka kemungkinan terjadinya penguapan air besar sekali. Sehingga untuk
mengontrol penguapan air selama penganan sampel, maka sampel yang telah
diambil harus segera ditimbang, dimasukkan kedalam kantong plastik yang
kedap udara, dibawa ke labolatorium dan segera dianalisis kadar bahan
keringnya, sehingga kemungkinan terjadinya penguapan air kecil sekali dan
bahan tidak mudah rusak. Hal ini mungkin dilakukan jika lokasi pengambilan
sampel dengan labolatorium. Tetapi jika lokasi pengambilan sampel jauh dari
labolatorium maka sampel yang telah diambil segera ditimbang, dikeringkan
atau dijemur sampai beratnya konstan ditempat yang aman (diusahakan tidak
terdapat bagian sampel yang hilang), kemudian dibawa ke labolatorium untuk
dianalisis.
5. Prosesing sampel
Untuk tujuan evaluasi terutama evaluasi secara mikroskopik, kimia dan
biologi semua sampel harus digiling lebih dulu sehingga diperoleh sampel
yang halus.
Untuk menganalisis bahan pakan secra kimiawi dapat dilakukan dengan beberapa
cara. Analisis proksimat merupkan salah satu cara yang sering dilaksanakan.
Melalui analisis proksimat dapat diketahui kualitas suatu bahan pakan.
EVALUASI KUALITAS PAKAN
Terkadang sangatlah sulit untuk menentukan kualitas suatu bahan
makanan ternak jika dilakukan dengan indra, juga dalam membandingkan dua
atau lebih bahan pakan tanpa analisis baik secara fisik, khemis, maupun biologis.
Dua macam hay atau bijian seperti jagung atau kedelai mungkin terlihat mirip satu
dengan lainnya, namun yang satu mungkin mengadung bahan kering 12% dan
lainnya 18%. Sehingga analisis keduanya harus dilakukan. Analisis kimia saja
23
tidak akan cukup, percobaan dengan menggunakan ternakpun harus dilakukan
karena bahan pakan yang bernutrisi tinggi tapi mempunyai daya cerna yang
rendah adalah hanya pengisi perut saja.
Pendekatan yang sistematik untuk mengukur kualitas suatu bahan pakan
sudah dilakukan sejak tahun 1800, cara ini terus berkembang dan memungkinkan
pengukuran bermacam-macam bahan pakan yang lebih detail. Pada abad 20
isolasi dan identifikasi dari faktor-faktor pemacu pertumbuhan dan nutrisi seperti
vitamin sudah dapat dilaksanakan. Pengetahuan dasar biokimia sejajar dengan
ilmu nutrisi dapat diadopsikan untuk menganilisis dan mengevaluasi bahan pakan.
Cara-cara baru dan canggih banyak digunakan di dalam industry makanan ternak
untuk mendeteksi komponen bahan pakan dalam ukuran 10-6
Keuntungan adalah kriteria utama dari kesuksesan di dalam
pengoperasian peternakan, dan biaya pakan adalah faktor penting dalam
penentuan kesuksesan. Nilai komposisi bahan pakan dalam beberapa buku
menyajikan rataan dari sekumpulan data yang diperoleh dari beberapa hasil
analisa yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam menentukan komposisi
kimia suatu bahan pakan. Tetapi karena kmposisi kimia suatu bahan pakan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti umur tanaman, kondisi tanah, iklim dan
lain-lain, maka dalam penyusunan Pakan bahan-bahan penyusunnya harus
dianalisis agar diperoleh Pakan yang seimbang.
Analisa bahan pakan hanya akan dicapai secara baik jika pengambilan
sampel dilakukan secara benar dan representatif.
24
1. PENETAPAN KADAR BAHAN KERING UDARA (HIJAUAN SEGAR)
Alat-alat :
- Sabit
- Gunting rumput
- Timbangan
- Kantong plastik
- Kotak kertas
- Oven
Cara kerja :
- Memotong rumput, rumput yang tumbuh di dalam petak-petak dipotong
semua sedangkan rumput yang tumbuh pada bagian pinggir petak sebagai
Border Effect. Rumput dipotong dengan ketinggian 15-20 cm dari tanah.
Kemudian rumput tersebut di masukkan ke dalam kantong plastic untuk
menghindari adanya penguapan, kemudian ditimbang. Beratnya A.
- Kemudian rumput dipotong kecil-kecil sekitar 2 cm, dimasukkan kembali
ke dalam kantong plastic (berat rumput B gram).
- Kotak kertas ditimbang beratnya, masukkan rumput yang telah dipotong-
potong sebanyak 150-200 gram ke dalam kotak tersebut, beratnya C gram,
kemudian masukkan ke dalam oven dengan suhu 60-70°C selama 14 jam.
- Setelah itu dikeluarkan dan diangin-anginkan di dalam ruangan selama 2-3
jam, kemudian ditimbang. Beratnya D gram.
Perhitungan :
Kadar Bahan Kering Udara rumput :
25
2. PENETAPAN KADAR BAHAN KERING
Prinsip :
Dengan pemanasan 105°C, air yang terkandung dalam suatu bahan pakan
akan menguap seluruhnya. Bahan yang tertinggal setelah penguapan air disebut
bahan kering.
Alat-alat :
- Cawan porselin atau aldisk
- Oven 105° C
- Eksicator (silica gel biro)
- Penjepit
- Timbangan analitis
Cara Kerja :
- Cawan porselin dimasukkan dalam oven 105°C selama 1 jam.
- Cawan diambil dan dimasukkan eksicator (gunakan tang penjepit) selama
1 jam. Dalam praktikum pekerjaan ini biasanya sudah dilakukan oleh
laboran.
- Timbang cawan tersebut dengan teliti, misalnya beratnya A gram.
- Masukkan sampel ± 5 gram dalam cawan dan ditimbang kembali.
Misalnya beratnya B gram. Kemudian masukkan cawan yang berisi
sampel tersebut kedalam oven 105°C selama 4 jam.
- Cawan diambil, dimasukkan dalam eksicator selama 1 jam, kemudian
ditimbang beratnya dengan teliti, misalnya C gram. Pada waktu
mengambil cawan, gunakan tang penjepit.
Perhitungan : Kadar BK =
Keterangan :
A= berat cawan
B= berat cawan + sampel
C= berat cawan + sampel setelah dioven
BK = bahan kering
26
3. PENETAPAN KADAR BAHAN ANORGANIK (ABU)
Prinsip :
Dengan pemanasan pada 550-600°C semua bahan organik akan terbakar.
Bahan anorganik yang tidak tebakar disebut abu.
Alat- alat:
- Alumunium disk atau cawan porselin - Tanur 550-600°C - Eksikator (silica gel biro) - Penjepit - Timbangan analitis
Cara kerja :
- Ambil Al- disk dan masukkan ke dalam tanur (600°C) selama 1 jam.
- Dengan menggunakan tang penjepit Al- disk dimasukkan dalam eksikator
diamkan selama 1 jam. Dalam praktikum pekerjaan ini biasanya sudah
dilakukan oleh laboran.
- Timbang Al- disk tersebut, misal beratnya A gram. Ambil sampel kira-kira
3-5 gram masukkan dalam Aldisk dan ditimbang kembali, misal beratnya
B gram.
- Masukkan Aldisk yang berisi sampel ke dalam tanur 600°C sampai
warnanya berunah menjadi putih atau berubah menjadi abu. Tidak boleh
terdapat warna hitam (kira-kira selama 4 jam).
- Al-disk diambil dimasukkan ke dalam eksikator diamkan selama 1 jam
kemudian ditimbang dengan teliti (beratnya C gram).
Perhitungan :
Kadar Abu =
Keterangan :
Jika sampel berisi banyak protein atau lemak (daging) tidak boleh langsung dimasukkan ke dalam tanur, tetapi harus terlebih dahulu dipanaskan diatas kompor (di dalam lemari asam) sampai tidak ada uap lagi.
27
4. PENETAPAN KADAR PROTEIN KASAR
Prinsip :
Asam sulfat pekat dengan katalisator dapat memecah ikatan N organik
dalam bahan makanan menjadi ammonium sulfat, kecuali ikatan N = N; NO;
NO2. Ammonium sulftat dalam suasana basa akan melepaskan NH3 yang
kemudian disuling (destilasi). Hasil sulingan ditampung dalam beakerglas yang
berisi H2SO4 0,1 N yang telah diberi indicator campuran. Setelah selesai destilasi,
larutan penampung di titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai warna berubah.
Cara yang umum digunakan adalah cara Kjeldahl :
a. Proses destruksi (oksidasi)
Pengubahan N-protein menjadi ammonium sulfat.
Sampel dipanaskan dengan asam sulfat pekat (H2SO4) dan katalisator dapat
memecah semua ikatan N dalam bahan pakan menjadi (NH4)2SO4 kecuali
ikatan N = N, NO dan NO2. Amoniak dalam asam sulfat terdapat dalam
bentuk ammonium sulfat. CO2 dan H2O terus menguap. SO2 yang terbentuk
adalah hasil reduksi dari sebagian N asam sulfat, SO2 pun menguap.
N-organik + H2SO4 CO2 + H2O + (NH4)2SO4 + SO2
Dalam reaksi ini digunakan katalisator selenium /Hg/Cu.
Destruksi dihentikan setelah larutan berwarna hijau jernih.
b. Proses distilasi (penyulingan)
Setelah larutan menjadi jernih dan berwarna hijau labu destruksi didinginkan
kemudian dengan pengenceran 60 ml aquades larutan dimasukkan dalam labu
Erlenmeyer 300 ml.
Pengenceran dilakukan untuk mengurangi kehebatan reaksi jika larutan
ditambah alkali larutan dijadikan basa dengan menambahkan NaOH 40 %,
labu dipasang pada alat penyuling.
Hasil sulingan (uap NH3 dan air) ditangkap oleh larutan H2SO4 yang terdapat
dalam labu Erlenmeyer dan membentuk senyawa (NH4)2SO4. Senyawa ini
dalam suasana basa akan melepaskan NH3. NH3 yang dilepaskan diikat
kembali oleh H2SO4 membentuk Amonium Sulfat. Penyulingan dihentikan
28
jika semua N sudah tertangkap oleh asam sulfat dalam labu Erlenmeyer (2/3
bagian cairan dalam labu penyuling telah menguap).
2NH3 + 2H2SO4 (NH4)2SO4 + H2SO4
c. Proses Titrasi
Kelebihan H2SO4 yang digunakan untuk menangkap N dititrasi dengan
Natrium Hidroksida. Titrasi dihentikan jika larutan berubah dari ungu ke
biru kehijauan.
Alat-alat :
- Timbangan analitis
- Labu didih kjeldhal (50 ml)
- Gelas ukur 5 ml atau dispenser
- Erlenmeyer (300 ml)
- Beaker glas (300 ml)
- Alat untuk destilasi
- Pipet volume 25 ml atau dispenser
- Buret 50 ml
Bahan kimia :
- H2SO4 pekat (95 – 97 %)
- Katalisator (Seleniumgemisch, buatan Merck)
- Aquadest
- NaOH 40 %
- H2SO4 0,1 N
- Indikator (2 gram methyl red + methyl blue per liter etanol 96 %)
- NaOH 0,1 N
- Batu didih
Cara Kerja :
1. DESTRUKSI
- Timbang kertas minyak, misal berat A gram. Ambil sampel kira-kira 0,3
gram untuk bahan yang mengandung protein rendah atau 0,2 gram untuk
29
bahan yang mengandung protein tinggi, tuangkan dalam kertas minyak
dan timbang kembali, misal beratnya B gram. Masukkan sampel (tidak
dengan kertas minyak) ke dalam labu kjeldahl.
- Tambahkan 1,4 gram katalisator dan batu didih. Kemudian tambahkan 5
ml H2SO4 pekat (di dalam lemari asam) dengan menggunakan dispenser.
- Didestruksi sampai warna menjadi hijau. Biarkan menjadi dingin.
- Tambahkan 60 ml aquadest (dibagi 4 kali), kocok dan masukkan larutan
ke dalam Erlenmeyer 300 ml.
2. DESTILASI
- Ambil beaker glas 300 ml, isi dengan H2SO4 0,1 n sebanyak 25 ml dengan
menggunakan dispenser. Tambahkan 3 tetes indikator mix, warna menjadi
ungu. Kemudian letakkan beakerglas dibawah ujung alat destilasi (ujung
alat destilasi harus masuk kedalam cairan penampung, agar tidak ada NH3
yang hilang).
- Untuk destilasi, tambahkan 20 ml NaOH 40 % dalam Erlenmeyer hasil
destruksi, kemudian dengan cepat (agar tidak ada NH3 yang hilang) pasang
dalam alat destilasi.
- Selama destilasi warna tetap ungu. Destilasi selesai kalau larutan di dalam
erlenmeyer 300 ml mulai mendidih tidak lancar lagi.
3. TITRASI
- Beakerglas yang berisi hasil sulingan dititrasi dengan NaOH 0,1 n sampai
warna berubah menjadi hijau jernih. Misal jumlah NaOH untuk titrasi C
ml.
- Buat blanko, caranya sama tetapi tidak memakai sampel (Misal untuk
titrasi perlu D ml NaOH 0,1n).
Perhitungan :
Kadar PK =
Keterangan : A = berat kertas minyak B = berat kertas minyak plus sampel C = jumlah NaOH untuk titrasi sampel D = jumlah NaOH untuk titrasi blanko
30
5. PENETAPAN KADAR LEMAK KASAR
Prinsip :
Eter dipanaskan terus menerus kemudian didinginkan secara kondensasi
akan mengekstrak semua bahan-bahan yang larut dalam eter. Bahan ekstraksi
dikumpulkan dalam suatu tabung. Jika proses sudah selesai (4 jam). Eter
dikumpulkan ditempat lain dan sisa lemak kasar dikeringkan dalam oven, setelah
dingin ditimbang.
Lemak adalah sekelompok zat-zat yang tidak larut dalam air tetapi larut
dalm eter, kloroform, dan benzene. Yang termasuk dalam golongan lipida adalah
lemak, fosfatida, seterol, dll. Lemak merupakan bagian yang terpentin dari
golongan zat-zat tersebut.
Lemak mengandung C, H, dan O. dalam perbandingannya lemak lebih
banyak mengandung C dan H daripada O, misalnya C57H110O6. Lemak
memberikan 2,25 kali energy lebih banyak disbanding dengan karbohidrat jika
mengalami metabolism karena lemak mengandung unsur H lebih banyak daripada
unsur O.
Alat-alat :
- Alat ekstraksi Goldfish
- Beaker glas khusus untuk lemak
- Alat porselin atau selongsong S
- Gelas ukur
- Oven vacuum 80 ºC
- Timbangan analitis
- Eksikator
- Penjepit
Bahan Kimia :
- N-hexan
- Batu didih
31
Cara Kerja :
- Masukan beaker glas yang sudah diberi 2 -3 buah batu didih ke dalam oven
dengan suhu 105 ºC selama 1 jam.
- Ambil beakerglas dan masukkan dalam eksikator selama 1 jam. Pekerjaan ini
biasanya sudah dilakukan oleh laboran.
- Timbang kertas saring bebas abu, misal A gram. Ambil sampel kira 3 – 5
ggram taruh diatas kertas saring dan ditimbang kembali, misal beratnya B
gram. Bungkus sampel dengan menggunakan kertas saring tersebut,
kemudian masukkan sampel ke dalam alat porselin atau selongsong S.
- Ambil beakerglas khusus untuk analisa lemak dari eksikator dan ditimbang,
misal beratnya C gram. Isi beakerglas dengan 50 ml n-hexan dengan
menggunakan gelas ukur.
- Kemudian beakerglas dan alat porselin (atau selongsong S) dipasang ke alat
ekstraksi Goldfish, dan di ekstraksi selama 4 jam.
- Ambil alat porselin atau selongsong S dengan sampel dang anti dengan labu
khusus untuk mengumpulkan hexan lagi, sampai hexan dalam beakerglas
tinggal sedikit saja.
- Beakerglas yang telah berisi lemak dimasukkan ke dalam oven vacuum 80
ºC.
- Lalu dihisap udara dari oven, beakerglas di oven selama 1,5 jam.
- Beaker glas dimasukkan ke dalam eksikator selama 1 jam, dan ditimbang
dengan teliti, misal beratnya D gram.
Perhitungan :
Kadar Lemak =
32
6. PENETAPAN KADAR SERAT KASAR
Prinsip :
Serat kasar adalah suatu indikator dari daya cerna dan bulkiness dari suatu
bahan. Serat kasar merupakan senyawa yang tidak larut jika direbus berturut-turut
dalam larutan H2SO4 0,3 n selama 30 menit dan NaOH 1,5 n selama 25 menit.
Tujuan penambahan H2SO4 untuk menguraikan senyawa N dalam pakan,
penambahan NaOH untuk menguraikan/ penyabunan senyawa lemak dalam pakan
sehingga mudah larut. Sisa bahan pakan yang tidak tercerna setelah proses
perebusan kemudian ditimbang dan diabukan. Perbedaan berat residu pertama dan
berat residu setelah diabukan menunjukkan jumlah serta yang terdapat dalam
suatu bahan pakan.
Fraksi serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin. Pada ternak
ruminansia dan herbifora non ruminansia selulosa dapat dicerna melalui degradasi
microbial. Mendekati 95 % dari serat kasar adalah selulosa. Sistem ini
dikembangkan oleh Van Soest untuk mengevaluasi fraksi-fraksi dari suatu bahan
pakan yang dapat dicerna.
Alat-alat :
- Timbangan analitis
- Beaker glas khusus untuk serat kasar
- Alat untuk mendidihkan
- Cawan filtrasi (crusible) serta alat filtrasinya
- Eksikator (silica gel biro)
- Oven 140 ºC
- Tanur 550 – 600 ºC
Bahan Kimia :
- H2SO4 0,3 n - NaOH 1,5 n
- HCl 0,3 n - EDTA
- Aceton - Aquadest panas
- Pasir bersih dan batu didih
33
Cara Kerja :
- Timbang kertas minyak, misal beratnya A gram. Ambil sampel kira-kira 1
gram taruh diatas kertas minyak dan timbang kembali, misal beratnya B
gram. Tuangkan sampel (kertas minyak tidak diikutkan) dalam beaker glas
khusus untuk analisa serat kasar dan tambahkan H2SO4 0,3 n sebanyak 50 ml
dengan menggunakan gelas ukur, didihkan selam 30 menit.
- Selanjutnya dengan cepat ditambahkan 25 ml NaOH 1,5 n dan didihkan lagi
selama 25 menit tepat.
- Dengan cepat pula ditambah 0,5 gram EDTA kemudian didihkan lagi selama
5 menit tepat.
- Matikan tombol pemanas. Ambil beaker glas.
- Saring dengan cawan filtrasi yang sebelumnya sudah diisi dengan pasir.
- Bersihkan beaker glas dengan aquadest panas sesedikit mungkin sampai
semua larutan masuk ke cawan filtrasi.
- Lalu tambahkan 50 ml HCl 0,3 n diamkan 1 menit lalu dihisap dengan pom
vacuum.
- Ditambah dengan 10 ml aquadest panas (sampai 5 kali).
- Kemudian ditambahkan lagi 40 ml aceton, diamkan 1 menit lalu dihisap
sampai kering.
- Selanjutnya dioven pada t = 105 ºC selama 1,5 jam, kemudian masukkan ke
dalam eksikator selama 1 jam dan ditimbang dengan teliti (beratnya C gram).
- Setelah itu masukkan ke dalam tanur 550 – 600 ºC selama 2 jam, keluarkan
dengan tang penjepit dan masukkan kembali ke dalam eksikator, diamkan
selama 1 jam dan timbanglah dengan teliti (beratnya D gram).
Perhitungan :
Kadar Serat Kasar =
34
7. PENETAPAN KANDUNGAN ENERGI BRUTO
Energi suatu bahan dapat diketahui dengan membakar seluruh bahan
tersebut dalam bom calorimeter, panas yang dihasilkan dari proses oksidasi
disebut gross energy.
Bahan yang akan diuji ditimbang dalam bentuk kapsul (pellet) kemudian
diletakkan dalam bom yang berisi 25 -30 atm oksigen. Bom dilindungi oleh air
sebanyak 2000 g dalam selubung adiabatic. Setelah bom dan calorimeter diatur
pada posisi yang tepat dan temperature konstan, bahan yang akan diuji dibakar
melalui kawat pembakar yang dialiri listrik. Kenaikan temperature diukur dalam
keadaan adiabatic (suatu keadaan dimana tidak ada panas yang keluar dan tidak
ada panas yang masuk). Dari perubahan suhu tersebut dapat diketahui kandungan
gross energy suatu bahan.
Bom calorimeter dapat digunakan untuk mengukur gross energy dari bahan
pakan, hasil sisa bahan pakan (feses, urin dsb) dan jaringan.
Satu kalori adalah sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikan
temperature 1 ºC dari 1 g air, tepatnya dari 14,5 ke 15,5 ºC. Dari kenyataan ini
kita dapat memikirkan bagaimana cara bekerja sebuah bom calorimeter.
Kawat beraliran listrik ditempatkan (disentuhkan) pada contoh bahan yang
akan dianalisa, dengan dialiri listrik kawat akan membakar contoh bahan. Air
dituangkan disekitar bom dan ditambahkan 25 – 30 atm oksigen. Panas yang
dihasilkan dari pembakaran akan memanaskan air dan kenaikan panas ini akan
dicatat oleh thermometer.
Pembakaran yang tidak sempurna dapat disebabkan oleh :
1. Penambahan gas ke dalam bom terlalu cepat menyebabkan partikel-
partikel bahan terhambur ke luar cawan
2. Proses pemadatan bahan yang tidak sempurna
3. Contoh bahan mengandung partikel-partikel yang sulit terbakar
4. Kawat patah sebelum pembakaran berlangsung karena arus listrik terlalu
rendah/ terlalu tinggi
5. Penempatan kawat tidak menyentuh contoh bahan yang dibakar
6. Penggunaan oksigen yang tidak cukup untuk pembakaran
35
Alat-alat :
- Pelletting machine
- Perangkat bomb calorimeter
- Timbangan analitis
Cara Kerja :
1. Sampel dibuat pellet dengan berat kira-kira 1-1,5 gram. Misal beratnya A
gram.
2. Timbang kawat (7-10 cm), misal beratnya B gram.
3. Letakkan cawan pada crucible.
4. Kawat dipasang pada bomb. Hubungkan sampel dengan kawat dengan
menggunakan benang.
5. Timbang air sebanyak 2000 gram masukkan pada bucket.
6. Isi bomb dengan 5 atm O2 kemudian keluarkan dan selanjutnya diisi lagi
dengan 25-30 atm O2. Sekrup pada bomb dikencangkan. Masukkan bomb ke
dalam bucket.
7. Masukkan bucket ke dalam jaket dan ditutup
8. Periksalah pengaduk dan termometer.
9. Hubungkan dengan arus listrik.
10. Tunggu sampai suhu menjadi konstan, dan catat (T1).
11. Tekan tombol pembakaran (astilah umumnya di-bom).
12. Catat suhu terakhir setelah 7-10 menit (T2).
13. Matikan aliran listrik.
14. Buka tutup jaket dan keluarkan bom.
15. Keluarkan oksigen dari dalam bomb (minimal 1 menit).
16. Cuci bagian bomb sebelah dalam, crucible dan tempat melekatnya kawat,
dengan aquadest sehingga mencapai volume kira-kira 50 ml. Tuangkan
aquadest tersebut pada beaker glas dan tambahkan 2-3 tetes indikator.
17. Titrasi dengan NaOH 0,1 N. Timbang sisa kawat (C gram).
PERHITUNGAN : (GE dalam satuan kal/g)
36
8. PENETAPAN KADAR KALSIUM
Prinsip:
Larutan garam kalsium diendapkan dengan ammonium oxalat, sebagai ca-
oxalat. Ca-oxalat ini dilarutkan kembali dengan H2SO4 dan kemudian kadar
oxalate-nya dititrasi dengan KMnO4 standar.
Alat-alat :
- Pipet 10 ml
- Corong
- Beaker glass 250 ml
- Erlenmeyer 250 ml.
Reagentia :
- NH4OH 1:1 dan 1:50
- Ammonium oxalate jenuh
- HCl 1:3
- Larutan standard KMnO4 0,1 N
- Methyl red indicator
- H2SO4 pekat
Cara :
1. Ambil 50 ml filtrat dari penetapan SiO2 dan masukkan ke dalam beaker glass
250 ml.
2. Tambahkan filtrat tersebut dengan 2 tetes indikator methyl red dan tambah
pula NH4OH 1:1 tetes demi tetes hingga pH menjadi 5,6 yang terlihat dari
perubahan warna menjadi merah muda (orange).
3. Asamkan kembali dengan 2 tetes HCl 1:3 dan didihkan.
4. Tambah 10-20 ml Amonium oxalat jenuh dan didihkan lagi.
5. Bila ada perubahan warna menjadi kuning, tambahkan HCl 1:3 tetes demi
tetes hingga warna kembali seperti semula.
6. Biarkan endapan mengendap dan saring dengan kertas saring ke dalam
Erlenmeyer 250 ml.
7. Cuci beberapa kali dengan air panas atau NH4OH 1:50 sampai bebas asam.
37
8. Presipitat dan kertas saring tersebut dimasukkan ke dalam beaker glass 250
ml, lalu ditambah dengan 125 ml aquadest dan 5 ml H2SO4 pekat.
9. Panaskan larutan tersebut sampai 80oC dan titrasi dengan larutan KMnO4
standard 0,1 N ampai timbul warna merah muda.
10. Buat balanko dengan cara sebagai berikut:
11. Ambil 10 ml HCl pekat (sesuai dengan jumlah HCl yang dipakai pada
penetapan SiO2) lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml dan ditambah
aquadest sampai tanda batas. Ambil 50 ml larutan tersebut dan kerjakan
langkah-langkah seperti tersebut di atas.
PERHITUNGAN :
1 ml KMnO4 0,1 N = 0,0020 gram Ca = 0,0028 gram CaO
di mana:
A = Jumlah ml KMnO4 yang dipakai untuk titrasi sampel
B = Jumlah ml KMnO4 yang dipakai untuk titrasi blanko
P = Pengenceran yaitu 250 : 50
20 = berat equivalen Ca
S = berat sampel pada penetapan abu.
38
9. PENETAPAN KADAR SILIKAT Prinsip :
Semua oksida dari unsure-unsur yang terdapat dalam abu akan bereaksi
dengan HCl pekat menjadi bentuk chloride yang larut dalam air kecuali SiO2.
Alat-alat :
- Penangas air
- Erlenmeyer 250 ml
- Silica dish (cawan porselin)
- Corong
- Pipet 10 ml
- Labu ukur 250 ml
Reagentia :
- HCl pekat
- AgNO3
- Lakmus
Cara :
1. Tambahkan pada abu (dari penetapan kadar abu) kurang lebih 5 ml HCl pekat
dan panaskan di atas penangas air sampai kering.
2. Tambahkan lagi 5 ml HCl pekat, panaskkan lagi selama 2 menit di atas
penangas air.
3. Tambahkan kurang lebih 20-50 ml aquadest dan didihkan selama 5 menit
sambil diaduk dengan batang gelas.
4. Saring dalam labu ukur 250 ml dengan menggunakan kertas saring bebas abu.
5. Cuci beberapa kali dengan air panas sampai filtrat terakhir bebas dari asam,
hal ini dapat ditest dengan kertas lakmus, tambah lagi aquadest sampai tanda.
6. Filtrat tersebut disimpan untuk penetapan kalsium
7. Masukkan kertas saring ke dalam silica dish yang sudah ditimbang beratnya
(X) kemudian dipijarkan sampai putih warnanya. Didinginkan dan timbang
(Z).
Perhitungan :
Kadar Silikat = {(Z-X) : berat sampel} x 100 %
39
10. PENETAPAN KADAR CHLORIDA
Prinsip :
Garam-garam chloride diendapkan dengan AgNO3. Sisa AgNO3 yang
berlebihan dititrasi dengan KCNS dan ion ferri sebagai endikatornya. Setelah
semua ion Ag diendapkan oleh ion CNS, kemudian ion CNS akan bereaksi
dengan ion ferri terjadi ferri thiocyanat = Fe(CNS)3 yang berwarna Coklat.
Alat-alat :
- Erlenmeyer 250 ml
- Beaker glass 250 ml
- Corong
- Pipet
Reagentia :
- Ferri sulfat
- HNO3 pekat
- NH4OH 1:19
- AgNO3 0,1 N
- KCNS 0,1 N.
Cara :
1. Ambil 3 gram sampel dan masukkan dalam Erlenmeyer 250 ml.
2. Tambahkan 50 ml larutan ferri sulfat dan dikocok baik-baik (jangan sampai
menggumpal)
3. Tambahkan 100 ml NH4OH 1:19 dan dikocok, kemudian didiamkan selama
10 menit lalu disaring.
4. Ambil 50 ml filtrate tersebut dan dimasukkan dalam beaker glass 250 ml.
5. Tambah 10 ml NHO3 pekat dan 10 ml larutan ferri sulfat (sebagai indikator).
6. Tambahkan pula 20 ml AGNO3 0,1 N sambil dikocok dan dipanaskan.
7. Dinginkan dengan air dingin.
8. Kelebihan dari AgNO3 tersebut ditritasi dengan KCNS 0,1 N sampai timbul
warna merah kecoklatan.
40
Perhitungan :
1 ml AgNO3 0,1 N = 0,00035 g Cl
Dimana :
A = jumlah ml KCNS untuk titrasi
B = normalitet KCNS
C = normalitet AgNO3
41
LEMBAR KERJA
Acara : PENETAPAN BAHAN KERING UDARA
Tanggal : _____________________
Pengamatan :
I II A =
Gr
B =
Gr
C =
Gr
D =
Gr
Perhitungan :
Pembahasan :
Mengetahui : Dosen / Asisten :
42
Acara : PENETAPAN KADAR BAHAN KERING
Tanggal : _____________________
Pengamatan :
I II Berat cawan (A) gr Gr Berat cawan plus sampel (B) gr Gr Berat cawan + sampel setelah dioven
gr gr
Perhitungan :
Pembahasan :
Mengetahui : Dosen / Asisten :
43
Acara : PENETAPAN KADAR BAHAN ANORGANIK (ABU)
Tanggal : _____________________
Pengamatan :
I II Berat cawan (A) gr gr Berat cawan plus sampel (B) gr gr Berat cawan + sampel setelah dioven
gr gr
Perhitungan :
Pembahasan :
Mengetahui : Dosen / Asisten :
44
Acara : PENETAPAN KADAR PROTEIN KASAR
Tanggal : _____________________
Pengamatan :
I II Berat cawan (A) gr gr Berat kertas + sampel (B) gr gr Jumlah titrasi sampel (C) ml ml Jumlah titrasi blanko (D) ml ml Normalitas NaOH
Perhitungan :
Pembahasan :
Mengetahui : Dosen / Asisten :
45
Acara : PENETAPAN KADAR LEMAK
Tanggal : _____________________
Pengamatan :
I II Berat kertas saring (A) gr gr Berat kertas saring + sampel (B) gr gr Berat beaker glass (C) gr gr Berat beaker glass + lemak (D) gr gr
Perhitungan :
Pembahasan :
Mengetahui : Dosen / Asisten :
46
Acara : PENETAPAN KADAR SERAT KASAR
Tanggal : _____________________
Pengamatan :
I II Berat kertas minyak (A) gr gr Berat kertas + sampel (B) gr gr Berat crucible stlh dioven (C) gr gr Berat crucible stlh ditanur (D) gr gr
Perhitungan :
Pembahasan :
Mengetahui : Dosen / Asisten :
47
Acara : PENETAPAN KADAR KALSIUM
Tanggal : _____________________
Pengamatan :
I II Berat sampel (S) gr gr Jumlah titrasi sampel (A) gr gr Jumlah titrasi blanko (B) gr gr Normalitas KMnO4
Perhitungan :
Pembahasan :
Mengetahui : Dosen / Asisten :
48
Acara : PENETAPAN KANDUNGAN ENERGI BRUTO
Tanggal : _____________________
Pengamatan :
I II Berat sampel (A) gr gr Berat kawat mula-mula (B) gr gr Berat kawat sisa (C) gr gr Suhu awal (T1) Suhu akhir (T2)
Perhitungan :
Pembahasan :
Mengetahui : Dosen / Asisten :
49
Acara : PENETAPAN KADAR SILIKAT
Tanggal : _____________________
Pengamatan :
I II Berat sampel (S) gr gr Berat silica dish (X) gr gr Berat silica dish plus isi (Z) gr gr
Perhitungan :
Pembahasan :
Mengetahui : Dosen / Asisten :
50
Acara : PENETAPAN KADAR CHLORIDA
Tanggal : _____________________
Pengamatan :
I II Berat sampel gr gr Jumlah KCNS untuk titrasi (A) gr gr Normalitas KCNS gr gr Normalitas AgNO3
Perhitungan :
Pembahasan :
Mengetahui : Dosen / Asisten :
51
Acara : PENETAPAN BETN (BAHAN EKSTRAK TANPA NITROGEN)
Tanggal : _____________________
Pengamatan :
I II Kadar Air Kadar Abu Kadar Protein Kasar Kadar Lemak Kasar Kadar Serat Kasar
BETN = 100 – (AIR + ABU + PK + LK + SK)
Perhitungan :
Pembahasan :
Mengetahui : Dosen / Asisten :