Post on 13-Dec-2015
description
Abstrak
Makalah ini ditulis untuk mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan
wakaf serta implementasi pengelolaan wakaf di Indonesia. Dari pembahasan
diketahui bahwa pengelolaan wakaf di Indonesia yang dilakukan secara umum oleh
Badan Wakaf Indonesia serta lembaga wakaf lainnya telah menunjukkan
perkembangan yang positif, dengan dikembangkannya wakaf uang dan wakaf
produktif, disamping kendala yang dihadapi yaitu mengenai pola pikir masyarakat
yang belum memahami sepenuhnya konsep wakaf uang dan wakaf produktif,
lembaga pengelola wakaf serta alokasi dana dari harta yang diwakafkan. Untuk itu
dibutuhkan pengembangan kapasitas sumber daya manusia, terutama dalam
profesionalisme, komitmen serta pemahaman mengenai pentingnya wakaf uang dan
produktif untuk kesejahteraan ummat.
Kata Kunci: Wakaf Uang, Wakaf Produktif, Pengelolaan.
A. Pendahuluan
Kemiskinan dan kesenjangan sosial di sebuah negara yang kaya dengan
sumber daya alam dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, seperti
Indonesia, merupakan suatu keprihatinan. Jumlah penduduk miskin terus
bertambah jumlahnya sejak mulainya krisis ekonomi sampai saat ini. Pengabaian
atau ketidakseriusan penanganan terhadap nasib dan masa depan puluhan juta
kaum dhuafa yang tersebar di seluruh tanah air merupakan sikap yang
berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap persaudaraan dan
keadilan sosial. 1 Dan sebagai tindak lanjut, diperlukan sebuah solusi yang dapat
menyelesaikan masalah tersebut.
Lembaga Keuangan Publik Islam merupakan sebuah institusi umat yang
bersifat nirlaba dan mengakomodasi kepentingan umat. Dan sebagai sebuah unit
perekonomian, lembaga tersebut tidak berorientasi pada keuntungan pribadi
akan tetapi berorientasi pada kesejahteraan umat. Karena bersifat nirlaba,
Lembaga Keuangan Publik Islami secara umum lebih dipercaya dalam
1 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2006) hal. 1
1
2
mengelola dana yang bersifat sosial (zakat, infaq, wakaf dan shadaqah) bila
dibandingkan dengan organisasi yang berorientasi laba (usaha dagang, bank dan
lainnya) jika mempunyai tingkat profesionalisme yang sama. 2
Berkaitan dengan masalah krisis dan kemiskinan di atas, lembaga
keuangan publik Islam yang banyak mengelola dana yang bersifat sosial, hadir
sebagai salah satu solusi menghadapi masalah kemiskinan yang semakin
kompleks. Dan salah satu alternatif solusi yang ditawarkan adalah mobilisasi
dan optimalisasi peran wakaf secara efektif dan profesional. Dan wakaf juga
salah satu lembaga yang dianjurkan oleh Islam sebagai sarana penyaluran rezeki. 3 Oleh karena itu, dalam pembahasan kali ini, penulis akan memaparkan
mengenai wakaf secara mendalam, serta upaya pengelolaan wakaf yang telah
dilakukan di Indonesia.
B. Pembahasan
1. Definisi dan Sejarah Wakaf Uang dan Wakaf Produktif
a. Definisi Wakaf, Wakaf Uang dan Wakaf Produktif
Menurut bahasa, wakaf berasal dari kata bahasa arab waqafa yang berarti
menahan atau berhenti di tempat. 4Dalam istilah syara’ secara umum, wakaf
adalah sejenis pemberian yang pelaksanaannya dilakukan dengan jalan
menahan (pemilikan) asal (tahbisul ashli), lalu menjadikan manfaatnya
berlaku umum. Yang dimaksud tahbisul ashli ialah menahan barang yang
diwakafkan agar tidak diwariskan, dijual, dihibahkan, digadaikan atau
sejenisnya. 5 Sedangkan cara pemanfaatannya adalah menggunakan sesuai
kehendak pemberi wakaf tanpa imbalan.
Dalam perspektif ekonomi, wakaf dapat didefinisikan sebagai pengalihan
dana (atau aset lainnya) dari keperluan konsumsi dan menginvestasikannya
ke dalam aset produktif yang menghasilkan pendapatan untuk konsumsi di
2 Duddy Roesmara Donna, Penerapan Wakaf Tunai Pada Lembaga Keuangan Publik Islami, Journal of Islamic Business and Economics, Desember 2007, Vol.1 No.1, hal. 85
3 Maya Maimunah, Peran Wakaf Tunai Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah, (Jakarta, 2011), hal. 2
4 Farid Wadjdy, Wakaf Untuk Kesejahteraan Umat, (Samarinda: BAZ Kaltim, 2007), hal. 235 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, (Jakarta: Departemen
Agama RI, 2008), hal. 1
3
masa yang akan datang baik oleh individual ataupun kelompok. 6Pada
perkembangannya, dikenal istilah wakaf uang atau wakaf tunai dan juga
wakaf produktif.
Mengenai wakaf uang, dapat didefinisikan bahwa wakaf uang adalah
wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, dan lembaga atau badan
hukum dalam bentuk uang tunai. 7 Sementara itu wakaf produktif adalah
wakaf yang menghasilkan nilai tambah dari barang atau uang. Pada
dasarnya, bisa jadi semua benda wakaf dapat dibilang produktif., dalam arti
bahwa benda wakaf itu menghasilkan manfaat. Namun kemudian jika dilihat
dari penggunaan manfaat tersebut, wakaf produktif dapat dibedakan menjadi
dua, pertama, wakaf langsung yaitu wakaf yang pokok barangnya digunakan
untuk mencapai tujuannya, seperti masjid, sekolah, rumah sakit, dll. Kedua,
yang kemudian disebut dengan wakaf produktif, yaitu pokok barangnya
digunakan untuk kegiatan produksi dan hasilnya diberikan sesuai dengan
tujuan wakaf. 8
b. Klasifikasi, Rukun dan Syarat Wakaf
Dalam perspektif fiqh Islam, untuk adanya wakaf harus dipenuhi oleh 4
(empat) rukun atau unsur dari wakaf tersebut, yaitu: 9
1. Adanya orang yang berwakaf (sebagai subjek wakaf) (waqif).
Bagi subyek wakaf, diisyaratkan orang yang berhak berbuat kebaikan
dengan kehendak sendiri dan tidak ada paksaan. Subyek wakaf
haruslah mereka yang berakal, tidak gila dan bodoh, keadaan tidak
mubazir. Dengan kata lain, wakif harus memenuhi syarat mempunyai
kecakapan melalui tabarru’ melepaskan hak milik tanpa imbangan
materiil.
6 Farid Wadjdy, Wakaf Untuk, hal. 257 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, (Jakarta: Departemen
Agama RI, 2008), hal. 18 Dahwan, Pengelolaan Benda Wakaf Produktif, Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, Vol IX,
No.1 Juni 2008, hal. 729 Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 59-62
4
2. Adanya benda yang diwakafkan (sebagai objek wakaf) (mauquf bih).
Harta wakaf disyaratkan merupakan harta yang mempunyai nilai,
milik wakif dan dapat tahan lama dalam penggunaannya. Selain itu,
objek wakaf harus kepunyaan yag mewakafkan. Dan yang terpenting
bahwa harta yang diwakafkan bukanlah harta yang haram atau najis. 10
3. Adanya penerima wakaf (nadzir).
Penerima wakaf adalah orang yang ahli seperti syarat bagi orang
yang berwakaf. Dan tujuan dari wakaf itu harus jelas, dan hendaklah
disebutkan dengan terang kepada siapa diwakafkan.
4. Adanya akad atau lafadh atau pernyataan penyerahan wakaf dari
tangan wakif kepada orang atau tempat berwakaf.
Pernyataan mewakafkan sesuatu dapat dilakukan dengan lisan,
tulisan atau isyarat yang dapat memberi pengertian wakaf. Hal ini
dimaksudkan agar pernyataan wakaf benar-benar dapat diketahui
dengan jelas, untuk menghindari kemungkinan terjadi persengketaan
di belakang hari.
Di samping rukun-rukun yang disebut di atas, ada pula syarat-syarat
sahnya suatu perwakafan benda atau harta seseorang. Syarat-syarat itu
adalah sebagai berikut: 11
1. Perwakafan benda tersebut tidak dibatasi untuk jangka waktu tertentu
saja.
2. Tujuannya harus jelas. Tanpa menyebutkan tujuan secara jelas maka
perwakafan tidak sah. Namun, apabila wakif menyerahkan tanahnya
pada suatu badan hukum tertentu yang sudah jelas tujuan dan
usahanya, maka wewenang untuk penentuan tujuan berada bada
badan hukum tersebut.
10 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Zakat dan Wakaf, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1988), hal. 86
11 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi, hal. 88-89
5
3. Wakaf harus segera dilaksanakan setelah ikrar wakaf dinyatakan oleh
wakif tanpa menggantungkan pelaksanaannya.
4. Wakaf yang sah wajib dilaksanakan, karena ikrar wakaf yang
dinyatakan oleh wakif berlaku seketika dan untuk selama-lamanya. 12
Mengenai klasifikasi dari wakaf, berdasarkan tujuannya wakaf dapat
dibedakan menjadi dua: 13
1. Wakaf keluarga atau wakaf ahli
Adalah wakaf yang khusus diperuntukkan bagi orang-orang tertentu,
seorang atau lebih, baik ia keluarga wakif maupun orang lain. Di
beberapa negara yang mayoritas penduduknya muslim, wakaf ahli ini
setelah berlangsung puluhan tahun lamanya, menimbulkan masalah,
terutama apabila wakaf tersebut berupa tanah pertanian. Oleh karena
itu, di beberapa negara wakaf keluarga ini kemudian dibatasi bahkan
dihapuskan.
2. Wakaf umum
Adalah wakaf yang diperuntukkan bagi kepentingan atau
kemaslahatan umum. Wakaf jenis ini jelas sifatnya sebagai lembaga
keagamaan dan lembaga sosial dalam bentuk masjid, madrasah,
pesantren dan lain sebagainya. 14
c. Status Benda Wakaf
Terdapat beberapa perbedaan pendapat mengenai status kepemilikan
wakaf apabila akadnya sudah dilaksanakan. Yaitu apakah esensi pemilikan
atas barang tersebut masih tetap berada di tangan pemilik semula, ataukah
pemilikan barang berpindah kepada pihak yang diberi wakaf, atau sudah
bukan punya pemilik sama sekali. Itulah yang disebut kehilangan pemilikan. 15
12 Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan, hal. 6213 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hal. 24414 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi, hal. 90-9115 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Paradigma Baru, hal. 7
6
Mengenai hal di atas, Maliki berpendapat bahwa esensi pemilikan atas
barang tetap berada di tangan pemiliknya semula, tetapi dia tidak
diperbolehkan menggunakannya lagi. 16Hanafi mengatakan bahwa barang
yang diwakafkan itu sudah tidak ada pemiliknya lagi, dan pendapat ini juga
pendapat paling kuat diantara beberapa pendapat di kalangan Syafi’i.
sementara Hambali mengatakan bahwa barang tersebut berpindah ke tangan
pihak yang diwakafi. 17
Selanjutnya mengenai keabadian benda wakaf, para ulama madzhab
kecuali madzhab Maliki berpendapat bahwa wakaf itu benar-benar terjadi
kecuali bila orang yang mewakafkan bermaksud mewakafkan barangnya
untuk selama-lamanya dan terus menerus. Itulah sebabnya wakaf disebut
juga sebagai shadaqah jariyyah. Jadi, apabila orang yang mewakafkan itu
membatasi waktunya untuk jangka waktu tertentu maka apa yang
dilakukannya tidak bisa disebut wakaf dalam pengertiannya yang benar. 18
d. Sejarah dan Perkembangan Wakaf
Pada dasarnya, perilaku sejenis wakaf sudah dikenal umat manusia
sebelum Islam datang. Umat manusia terlepas dari agama dan kepercayaan
yang mereka anut sesungguhnya telah mengenal beberapa bentuk praktek
pendayagunaan harta benda, yang substansinya tidak jauh berbeda dengan
wakaf dalam Islam. Hal ini disebabkan pada dasarnya, umat manusia sudah
menyembah Tuhan melalui ritual keagamaan sesuai kepercayaan mereka.
Hal inilah yang kemudian menjadi faktor pendorong bagi setiap umat
beragama untuk mendirikan bangunan peribadatannya masing-masing. 19
Dalam sejarah Islam, wakaf dikenal sejak zaman Rasulullah SAW karena
wakaf disyariatkan pada tahun kedua hijriyah. 20 Ada dua pendapat yang
berkembang di kalangan para fuqaha mengenai siapa yang pertama kali
menerapkan syari’at wakaf. Menurut sebagian pendapat ulama mengatakan
16 Hendi Suhendi, Fiqh…, hal. 24617 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Paradigma Baru, hal. 718 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Paradigma Baru, hal. 419 Fahmi Medias, Wakaf Produktif Dalam Perspektif Ekonomi Islam, Jurnal Ekonomi Islam La
Riba, Volume IV, No. 1, Juli 2010, hal. 7220 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan, hal. 4
7
bahwa yang pertama kali melaksanakan wakaf adalah Rasulullah SAW yaitu
wakaf tanah milik Nabi yang dibangun masjid. Sebagian ulama mengatakan
bahwa yang pertama kali melaksanakan syariat wakaf adalah khalifah Umar
bin Khattab. 21 Hal ini didasarkan pada Hadist yang diriwayatkan Muslim
dari Ibnu Umar:
أصاب عمر أرضا بخيبر فأتى النبي صلى الله عليه وس��لم يستأمره فيها فقال يا رسول الله إنى أصبت أرض��ا بخي��بر لم أصب م��اال ق��ط ه��و أنفس عن��دى من��ه، فم��ا ت��أمرنى؟4س��ت فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إن شئت حب أصلها وتصد4قت بها. فتصد4ق بها عمر: أنها التباع وال توهب وال ت��ورث. وتص��د4ق به��ا فى الفق��راء وفى الق��ربى وفى الرقاب وفى سبيل الله وابن السبيل والضيف الجناح على
من وليها أن يأكل منها بالمعروف و يطعم غير متول4 فيه“Bahwa Umar bin Khattab r.a memperoleh tanah di Khaibar, lalu ia
datang kepada Nabi SAW untuk meminta petunjuk mengenai tanah tersebut.
Ia berkata: “Wahai Rasulullah saya memperoleh tanah di Khaibar yang
belum pernah saya peroleh harta yang lebih baik bagiku melebihi tanah
tersebut; apa perintah engkau kepadaku mengenainya? Nabi SAW
menjawab: “Jika mau, kamu tahan pokoknya dan kamu sedekahkan
hasilnya. Ibnu Umar berkata: maka Umar menyedekahkan tanah tersebut,
dengan mensyaratkan bahwa tanah itu tidak dijual, dihibahkan dan
diwariskan. Ia menyedekahkan hasilnya pada fuqara’, kerabat, riqab,
sabilillah, ibnu sabil, dan tamu. Tidak berdosa atas orang yang
mengelolanya untuk memakan dari hasil itu secara ma’ruf dan memberi
makan kepada orang lain tanpa menjadikannya sebagai harta hak milik.”
Praktek wakaf juga berkembang luas pada masa Dinasti Umayyah dan
Dinasti Abbasiyah. Banyak orang berduyun-duyun melaksanakan wakaf, dan
wakaf tidak hanya untuk orang-orang fakir dan miskin saja, akan tetapi
menjadi modal untuk membangun lembaga pendidikan, perpustakaan dan
21 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2006), hal. 11
8
lain sebagainya. Antusiasme masyarakat pada pelaksanaan wakaf telah
menarik perhatian negara untuk mengatur pengelolaan wakaf sebagai sektor
untuk membangun solidaritas sosial dan ekonomi masyarakat. 22 Pada masa
diansti Abbasiyah terdapat lembaga wakaf yang dikenal dengan “Shadr al
wuquuf” yang mengurus administrasi dan memilih staf pengelola lembaga
wakaf. 23
Perkembangan pesat juga terjadi pada masa dinasti dan kerajaan setelah
Umayyah dan Abbasiyah, seperti pada masa Dinasti Mamluk, Dinasti
Ayyubiyyah dan masa kerajaan Turki Usmani. Pada masa dinasti Ayyubiyah
di Mesir perkembangan wakaf cukup menggembirakan, dimana hampir
semua tanah-tanah pertanian menjadi harta wakaf dan semua dikelola oleh
negara dan menjadi milik negara. 24
Begitu juga pada masa Turki Usmani. Kekuasaan yang diraih oleh Turki
Usmani mempermudah mereka untuk menerapkan syari’at Islam,
diantaranya adalah peraturan tentang perwakafan. Diantara undang-undang
yang dikeluarkan adalah peraturan tentang pembukuan pelaksanaan wakaf
yang mengatur tentang pencatatan wakaf, setifikasi wakaf, cara pengelolaan
wakaf, upaya mencapai tujuan wakaf dan melembagakan wakaf dalam upaya
realisasi wakaf dari sisi administratif dan perundang-undangan. 25
Di Indonesia, kegiatan wakaf dikenal seiring dengan perkembangan
dakwah Islam di Indonesia. Disamping melakukan dakwah Islam, para
ulama juga sekaligus memperkenalkan ajaran wakaf. Hal ini terbukti dari
banyaknya masjid-masjid yang bersejarah dibangun di atas tanah wakaf. Dan
selanjutnya, ajaran wakaf ini terus berkembang di Indonesia. 26 Pada
awalnya, pelaksanaan hukum wakaf di Indonesia masih sangat sederhana,
tidak disertai administrasi dan hanya dengan pernyataan secara lisan.
Selain itu, pada awal munculnya sistem wakaf, praktik wakaf yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat belum sepenuhnya berjalan tertib dan
22 Fahmi Medias, Wakaf Produktif, hal. 7323 Pemberdayaan Wakaf Pedoman Pengelolaan, hal. 1424 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan, hal. 17-1825 Ibid, hal. 1826 Fahmi Medias, Wakaf Produktif, hal. 73
9
efisien, eshingga dalam berbagai kasus harta wakaf tidak terpelihara
sebagaimana mestinya, terlantar atau beralih ke tangan pihak ketiga dengan
cara melawan huku. Keadaan demikian disebabkan oleh tidak hanya karena
kelalaian nazhir dalam mengelola benda wakaf, melainkan juga sikap
masyarakat yang kurang peduli dan memahami status benda wakaf yang
seharusnya dilindungi untuk kesejahteraan umum. Hingga pada akhirnya
dikeluarkan fatwa tentang wakaf oleh MUI yang kemudian melahirkan ide
pembentukan BWI (Badan Wakaf Indonesia) yang khusus mengurus dan
mengelola sistem perwakafan di Indonesia. 27
2. Tinjauan Umum Mengenai Wakaf Uang dan Wakaf Produktif
a. Landasan Syar’i dan Hukum Mengenai Wakaf
Secara umum, tidak terdapat ayat Al-Qur’an yang menerangkan konsep
wakaf secara konkrit tekstual. Wakaf termasuk infaq fi sabilillah, maka dasar
yang digunakan para ulama dalam menerangkan konsep wakaf ini
didasarkan pada keumuman ayat-ayat yang menjelaskan tentang infaq fi
sabilillah.28 Diantara ayat-ayat tersebut adalah:
29 267. Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang
Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih
yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu
sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata
terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
30
92. kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan
27 Farid Wadjdy, Wakaf Untuk, hal. 54-5528 Fahmi Medias, Wakaf Produktif, hal. 6929 QS Albaqarah:26730 QS Ali Imran: 92
10
apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah
mengetahuinya.
Selain ayat Al-Qur’an tentang wakaf diatas, di Indonesia Komisi Fatwa
Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga membolehkan wakaf. Hal ini dapat
dilihat dari fatwa yang dikeluarkan pada tanggal 11 Mei 2002. Pada fatwa
tersebut MUI merumuskan definisi tentang wakaf, yaitu: 31
“ Menekan harta yang dapat dimanfaatkan tanpa lenyap bendanya atau
pokoknya. Dengan cara tidak melakukan tindakan hukum terhadap benda
tersebut ( menjual, memberikan atau mewariskannya), untuk disalurkan
(hasilnya) pada sesuatu yang mubah (tidak) haram yang ada.”
Fatwa MUI tersebut kemudian diperkuat oleh hadirnya Undang Undang
No.41 tahun 2004 tentang wakaf yang menyebutkan bahwa wakaf tidak
hanya benda tidak bergerak, tetapi juga benda bergerak, seperti uang. Selain
itu, diatur pula kebijakan perwakafan di Indonesia, mulai dari pembentukan
nadzir sampai dengan pengelolaan harta wakaf. 32
Untuk dapat menjalankan fungsinya, Undang-Undang ini masih
memerlukan perangkat lain yaitu Peraturan Pemerintah dan Peraturan
Menteri Agama tentang Wakaf Uang yang akan menjadi juklak dalam
implementasinya, serta adanya Badan Wakaf Indonesia (BWI) yang akan
berfungsi sebagai sentral nadzir wakaf. Akhirnya, tahun 2006 terbitlah
Peraturan Pemerintah No. 42/2006 Tentang Pelaksanaan Undang Undang
Wakaf. Setelah itu pada Juli 2007 keluar Keputusan Presiden Republik
Indonesia No. 75/M yang memutuskan dan mengangkat keanggotaan BWI. 33
b. Lembaga Pengelola Wakaf
Dalam konsep wakaf, dikenal istilah nadzir, yaitu orang atau badan yang
memegang amanat untuk memelihara dan mengurus harta wakaf sebaik-
baiknya sesuai dengan wujud dan tujuannya. Nadzir wakaf berwenang
31 Kumpulan Fatwa MUI32 Departemen Agama, Peraturan Perundangan Perwakafan, Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam, 2006, hal. 933 Fahmi Medias, Wakaf Produktif, hal. 74
11
melakukan segala tindakan yang mendatangkan kebaikan bagi wakaf
bersangkutan dengan senantiasa memperhatikan syarat-syarat yang
ditentukan oleh wakif. Dan nadzir berhak mendapatkan upah dari jerih
payahnya mengurus harta wakaf selama ia melaksanakan tugasnya dengan
baik. 34
Dalam dokumen wakaf yang ditulis oleh Umar bin Khattab, ia
mengisyaratkan beberapa unsur produksi yang salah satunya adalah nadzir
(pengelola wakaf). Tidak diragukan lagi bahwa nadzir wakaf dinilai sebagai
unsur dasar dari beberapa unsur kegiatan ekonomi. Karena itu keberadaan
nadzir menjadi keharusan jika ditentukan oleh pewakaf. Bahkan sebagian
ulama berpendapat bahwa bila pewakaf mensyaratkan agar wakafnya tidak
dikelola oleh nazhir sama sekali, maka syarat ini tidak bernilai. 35
Di Indonesia, segala hal yang berkaitan dengan wakaf diatur dalam
Undang-Undang no. 41 tahun 2004, termasuk mengenai badan pengelola
wakaf, yaitu Badan Wakaf Indonesia (BWI). BWI merupakan lembaga
independen dalam melaksanakan tugas di bidang perwakafan, yaitu
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap nazhir, melakukan
pengelolaan dan pengembangan benda wakaf berskala internasional,
memberikan persetujuan atas perubahan peruntukan dan status benda wakaf,
dan memberikan saran serta pertimbangan kepada pemerintah dalam
penyusunan kebijakan di bidang perwakafan. 36
Selain Badan Wakaf Indonesia yang dibentuk langsung oleh pemerintah,
terdapat juga beberapa lembaga lain yang juga bergerak di bidang
pengelolaan dan pengembangan wakaf. Lembaga tersebut diantaranya adalah
Tabung Wakaf Indonesia, Lembaga ZISWAF, Dompet Dhuafa, Badan
Wakaf Uang Tunai DIY dan lain sebagainya.
3. Pengelolaan Wakaf Uang dan Wakaf Produktif di Indonesia
34 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi, hal. 9235 Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin Khattab, diterjemahkan oleh Asmuni
Sholihan, (Jakarta: Khalifa, 2006), hal. 9636 Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan.., hal. 123
12
Di Indonesia, wakaf pada umumnya berupa benda-benda konsumtif,
bukan barang-barang yang produktif. Ini dapat dilihat pada masjid, sekolah-
sekolah, panti asuhan, rumah sakit dan sebagainya. 37 Belakangan, wakaf
mengalami perubahan paradigma yang cukup tajam. Perubahan tersebut
terutama dalam pengelolaaan wakaf yang ditujukan sebagai instrumen
mensejahterakan muslim. Oleh karena itu, konteks yang digunakan adalah
pendekatan bisnis dan manajemen.38
Konteks ini kemudian dikenal dengan wakaf produktif. Dalam hal
pengembangan wakaf produktif, terdpat dua hal penting, yaitu pertama, asas
paradigma baru wakaf, yaitu asas keabadian manfaat, asas
pertanggungjawaban, asas profesionalitas manajemen dan asas keadilan.
Kedua, aspek paradigma baru wakaf, yaitu pembaruan pemahaman
mengenai wakaf, sistem manajemen kenazhiran serta sistem rekrutmen
wakif. 39
Disamping itu, wakaf dalam konteks kekinian memiliki tiga ciri utama,
pertama, pola manajemen wakaf harus terintegrasi, dimana dana wakaf
dapat dialokasikan untuk program-program pemberdayaan dengan segala
macam biaya yang tercakup di dalamnya. Kedua, asas kesejahteraan nazhir,
dimana pekerjaan sebagai nazhir tidak lagi diposisikan sebagai pekerja
sosial, akan tetapi juga sebagai profesional yang biasa hidup dengan layak
dari profesi tersebut. Ketiga, asas transparansi dan tanggungjawab, dimana
badan wakaf dan lembaga lainnya harus melaporkan proses pengelolaan
dana kepada umat setiap tahun.40
Wakaf produktif di Indonesia belum terlalu banyak jumlahnya. Diantara
wakaf produktif yang telah berhasil memberdayakan wakaf adalah Badan
Wakaf Universitas Islam Indonesia yang berdiri tahun 1945. Selain itu,
Badan Wakaf Pondok Modern Gontor yang dirintis sejak tahun 1926. 41
37 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi.., hal. 9638 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, ( Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2009), hal. 43239 Ibid, hal. 43340 Ibid, hal. 43341 Farid Wadjdy, Wakaf Untuk, hal. 123-124
Tingkat Penghasilan/bulan
Jumlah Muslim
Tarif Wakaf/bulanPotensi Wakaf
Uang/bulanPotensi Wakaf
Uang/tahun
Rp 500.000 4 juta Rp 5000 Rp 20 Milyar Rp 240 Milyar
Rp 1 juta - Rp 2 juta 3 juta Rp 10.000 Rp 30 Milyar Rp 360 Milyar
Rp 2 juta - Rp 5 juta 2 juta Rp 50.000 Rp 100 Milyar Rp 1.2 Triliun
Rp 5 juta - Rp 10 juta 1 juta Rp 100.000 Rp 100 Milyar Rp 1.2 Triliun
Rp 3 TriliunTOTAL
13
Selain wakaf produktif, dalam perkembangannya, di Indonesia mulai
dikenal dan dikembangkan sistem wakaf uang. Hal ini karena secara
konseptual, wakaf uang mempunyai peluang yang unik untuk menciptakan
investasi di bidang keagamaan, pendidikan dan layanan sosial. Tabungan
dari masyarakat yang memiliki penghasilan menengah ke atas dapat
dimanfaatkan, dan dari hasil yang didapatkan dapat dibelanjakan untuk
berbagai tujuan. 42
Mustafa Edwin Nasution pernah melakukan asumsi apabila jumlah
penduduk Muslim kelas menengah di Indonesia sebanyak 10 juta orang
denga penghasilan rata-rata per bulan antara Rp 500.000 sampai Rp
10.000.000, maka dibuat perhitungan sebagai berikut: 43
Jika ditilik dari tujuan dan kontribusi yang dapat diberikan oleh institusi
wakaf uang, maka keberadaan wakaf uang di Indonesia menjadi sangat
krusial. Setidaknya ada beberapa hal yang mengakibatkan pentingnya
pemberdayaan wakaf di Indonesia, yaitu: 44
a. Krisis ekonomi di akhir dekade 90-an yang menyisakan banyak
permasalahan: jumlah penduduk miskin yang meningkat, ketergantungan
akan hutang dan bantuan luar negeri, dll.
b. Kesenjangan yang tinggi antara penduduk kaya dan penduduk miskin.
c. Indonesia memiliki jumlah penduduk muslim mayoritas, sehingga wakaf
memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan.
42 Fahmi Medias, Wakaf Produktif, hal. 75-7643 Mustafa Edwin Nasution dan Uswatun Hasanah, Wakaf Uang Inovasi Finansial Islam,
Peluang dan Tantangan dalam Mewujudkan Kesejahteraan Umat (Jakarta: PKTTI-UI, 2005), hal. 43-4444 Agustianto, Wakaf Tunai Dalam Hukum Positif dan Prospek Pemberdayaan Ekonomi
Syari’ah, disampaikan pada acara studium general STAIN Kediri, Rabu, 20 September 2006
14
d. Sejumlah bencana yang terjadi, mengakibatkan terjadinya defisit APBN,
sehingga perlunya kemandirian masyarakat dalam menciptakan
publicgoods.
Di Indonesia sendiri telah ditetepkan adanya Undang-Undang yang
mengatur tentang perwakafan, yaitu Undang-Undang No,41 tahun 2004. Dan
sebagai tindak lanjut dari undang-undang tersebut, saat ini di Indonesia
banyak perbankan syari’ah dan lembaga pengelola wakaf meluncurkan
produk dan fasilitas yang menghimpun dana wakaf uang dari masyarakat.
Seperti Baitul Mal Muamalat yang meluncurkan Waqf Uang Muamalat,
Dompet Dhuafa yang mengeluarkan Tabung Wakaf Indonesia, serta lembaga
wakaf nasional yang dikenal dengan Badan Wakaf Indonesia. 45
Sejak didirikannya, Badan Wakaf Indonesia terus berupaya
mengkampanyekan penghimpunan wakaf uang yang berskala nasional dan
internasional. Sementara wakaf uang yang bersifat lokal diserahkan kepada
lembaga wakaf yang dikelola oleh masyarakat yang sudah lama bergerak dan
aktif mengelola wakaf. Kemudian dana yang terkumpul akan digulirkan dan
diinvestasikan dalam berbagai sektor usaha yang halal dan produktif. Dan
kemudian, keuntungannya dapat dimanfaatkan untuk pemberdayaan umat
dan bangsa secara keseluruhan. 46
Saat ini, perkembangan wakaf di Indonesia semakin lama semakin
menunjukkan hal positif. Hal ini terbukti dengan semakin bertambahnya
dana wakaf yang diterima. Apalagi, saat ini untuk berwakaf di luar daerah
pun tidak perlu bersusah payah datang ke Badan Wakaf Indonesia. Karena
pada saat ini, BWI sudah memiliki jaringan yang luas dan bekerjasama
dengan bank-bank syari’ah seperti Bank Syari’ah Mandiri, Bank Muamalat,
BNI Syari’ah, BTN Syari’ah dan lain sebagainya. Dan dengan adanya
jaringan tersebut memudahkan setiap orang yang ingin berwakaf. 47
45 Fahmi Medias, Wakaf Produktif, hal. 7746 Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan.., hal. 132-13347 Ibid, hal. 143
15
Seiring dengan perkembangan lembaga pengelolaan wakaf tersebut, juga
terdapat beberapa hal yang menjadi kendala dalam upaya maksimalisasi
fungsi wakaf. Dan diantara kendala yang paling utama adalah dari segi
penghimpunan dan pengelolaan dana wakaf itu sendiri. Salah satunya yaitu
mengenai kesadaran masyarakat akan keinginannya untuk berwakaf. Hal ini
terkait pola berfikir masyarakat yang menganggap bahwa lembaga pengelola
wakaf tidak memiliki konsekuensi hukum yang mengikat pada individu
ketika mewakafkan sebagian hartanya. 48
4. Aplikasi Wakaf di Beberapa Negara
a. Arab Saudi
Pemerintahan Kerajaan Saudi Arabia membuat peraturan bagi
Majelis Tinggi Wakaf dengan ketetapan no. 574 tanggal 16 Rajab 1386
sesuai dengan Surat Keputusan Kerajaan no.35. Majelis Tinggi Wakaf
diketuai oleh Menteri Haji dan Wakaf, yakni menteri yang mengawasi
wakaf dan menguasai permasalahan perwakafan sebelum dibentuk
Majelis Tinggi Wakaf. Sementara Majelis Tinggi Wakaf mempunyai
wewenang untuk membelanjakan hasil pengembangan wakaf dan
menentukan langkah-langkah dalam mengembangkan wakaf berdasarkan
syarat yang ditentukan wakif dan manajemen wakaf. 49
Yang menarik adalah bahwa bentuk wakaf di Arab Saudi ini
bentuknya bermacam-macam. Seperti hotel, bangunan untuk penduduk,
toko, kebun, dan tempat ibadah. Dan diantara wakaf itu pula, terdapat
ketentuan khusus yang diwakafkan untuk kebutuhan kota suci Makkah
dan Madinah. Ini berarti bahwa segala manfaat yang diperoleh dari
wakaf diperuntukkan bagi pembangunan kedua kota suci itu seperti
membangun perumahan penduduk, membangun sejumlah hotel di sekitar
Masjidil Haram dan fasilitas lain yang diniatkan untuk melayani
kebutuhan jamaah haji. 50
48 Djunaidi Ahmad, Menuju Era Wakaf Produktif, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2006), hal. 749 Departemen Agama, Pedoman Pengelolaan, hal. 10750 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pengelolaan dan, hal. 23
16
b. Turki
Negara Turki memiliki sejarah panjang dalam pengelolaan wakaf,
karena sejarahnya dimulai sejak masa Utsmaniyah. Pada tahun 1925 saja,
harta wakafnya mencapai ¾ dari luas lahan produktif di Turki. Pusat
Administrasi Wakaf juga berkembang dengan baik. Dan saat ini untuk
memobilisasi sumber-sumber wakaf dan membiayai bermacam-macam
jenis proyek telah didirikan Waqf Bank and Finance Corporation.
Pengelolaan wakaf di Turki juga dikelola oleh Direktorat
Jenderal Wakaf. Dan sejauh ini, ada dua pelayanan yang diberikan oleh
Direktorat Jenderal Wakaf, yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan
pendidikan dan sosial. Selain itu, upaya komersial Dirjen Wakaf Turki
terhadap harta wakaf adalah dengan melakukan kerjasama dan investasi
di berbagai lembaga, seperti Tasdelen Healthy Water Corporation, Auqaf
Guraba Hospital, Ayden Textile dan lain-lain. 51
c. Bangladesh
Di Bangladesh, wakaf tunai menjadi sarana pendukung
kesejahteraan ekonomi masyarakat. Secara umum wakaf dikelola oleh
Social Investment Bank Ltd. (SIBL). Bank ini telah mengembangkan
Pasar Modal Sosial, dan instrumen-instrumen keuangan Islam yang telah
dikembangkan antara lain surat obligasi pembangunan perangkat wakaf,
sertifikat wakaf tunai, sertifikat wakaf keluarga, obligasi pembangunan
perangkat masjid dan lain-lain. 52
Selain itu, di Bangladesh sebagian besar pajak langsung dapat
dikonversikan sebagai bentuk tanggungjawab sosial melalui penerbitan
Sertifikat Wakaf Tunai. Sertifikat tersebut dapat menggantikan sebagian
atau seluruh pajak penghasilan untuk pembiayaan pembangunan
infrastruktur kemanusiaan dan sosial. Dalam konteks ini, Wakaf Tunai
dapat dipandang sebagai bentuk gerakan pembangunan masyarakat
dalam mengatasi masalah pendidikan, sosial dan ekonomi.
51 Departemen Agama RI, Wakaf Tunai, hal. 11352 Ibid, hal. 114
17
C. Penutup
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa wakaf yang bertujuan
untuk memberikan manfaat atau faedah harta yang diwakafkan kepada orang
yang berhak dan digunakan sesuai dengan ajaran syari’ah Islam, saat ini
dipandang sebagai salah satu solusi menyelesaikan permasalahan kemiskinan
dan kesejahteraan umat. Di Indonesia khususnya, telah didirikan berbagai
lembaga yang mengelola harta wakaf agar dapat dimanfaatkan dengan sebaik-
baiknya. Lembaga tersebut seperti Badan Wakaf Indonesia, Tabung Wakaf
Indonesia, Dompet Dhuafa dan lain sebagainya. Mengenai kendala yang
dihadapi dalam pengelolaan perwakafan di Indonesia adalah pola pikir
masyarakat yang belum memahami sepenuhnya mengenai sistem perwakafan,
fungsi serta badan hukum yang mengelola wakaf tersebut. Jadi dibutuhkan
penjelasan lebih lanjut mengenai wakaf kepada masyarakat umum untuk lebih
mengoptimalkan fungsi wakaf itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
18
Agustianto, Wakaf Tunai Dalam Hukum Positif dan Prospek Pemberdayaan Ekonomi
Syari’ah, disampaikan pada acara studium general STAIN Kediri, Rabu, 20
September 2006
Ahmad, Djunaidi. 2006. Menuju Era Wakaf Produktif, Jakarta: Mitra Abadi Press.
Ali, Mohammad Daud. 1988. Sistem Ekonomi Zakat dan Wakaf, Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Dahwan. 2008. Pengelolaan Benda Wakaf Produktif, Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama,
Vol IX, No.1 Juni.
Departemen Agama, Peraturan Perundangan Perwakafan, Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam, 2006
Direktorat Pemberdayaan Wakaf. 2006. Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan
Wakaf, Jakarta: Departemen Agama RI.
______________, 2006. Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, (Jakarta: Departemen
Agama RI.
______________, 2008. Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, (Jakarta: Departemen
Agama RI,
Donna, Duddy Roesmara. 2007. Penerapan Wakaf Tunai Pada Lembaga Keuangan
Publik Islami, Journal of Islamic Business and Economics, Desember, Vol.1 No.1
Haritsi, Jaribah bin Ahmad. 2006. Fikih Ekonomi Umar bin Khattab, diterjemahkan
oleh Asmuni Sholihan, Jakarta: Khalifa.
Maimunah, Maya. 2011. Peran Wakaf Tunai Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil dan
Menengah, Jakarta.
Medias, Fahmi. 2010. Wakaf Produktif Dalam Perspektif Ekonomi Islam, Jurnal
Ekonomi Islam La Riba, Volume IV, No. 1, Juli 2010
19
Nasution, Mustafa Edwin dan Uswatun Hasanah, 2005. Wakaf Uang Inovasi Finansial
Islam, Peluang dan Tantangan dalam Mewujudkan Kesejahteraan Umat Jakarta:
PKTTI-UI
Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Suhendi, Hendi. 2013. Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Usman, Rachmadi. 2009. Hukum Perwakafan di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika.
Wadjdy, Farid. 2007. Wakaf Untuk Kesejahteraan Umat, Samarinda: BAZ Kaltim.