AAAMAKALAH WAKAF

29
Abstrak Makalah ini ditulis untuk mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan wakaf serta implementasi pengelolaan wakaf di Indonesia. Dari pembahasan diketahui bahwa pengelolaan wakaf di Indonesia yang dilakukan secara umum oleh Badan Wakaf Indonesia serta lembaga wakaf lainnya telah menunjukkan perkembangan yang positif, dengan dikembangkannya wakaf uang dan wakaf produktif, disamping kendala yang dihadapi yaitu mengenai pola pikir masyarakat yang belum memahami sepenuhnya konsep wakaf uang dan wakaf produktif, lembaga pengelola wakaf serta alokasi dana dari harta yang diwakafkan. Untuk itu dibutuhkan pengembangan kapasitas sumber daya manusia, terutama dalam profesionalisme, komitmen serta pemahaman mengenai pentingnya wakaf uang dan produktif untuk kesejahteraan ummat. Kata Kunci: Wakaf Uang, Wakaf Produktif, Pengelolaan. A. Pendahuluan Kemiskinan dan kesenjangan sosial di sebuah negara yang kaya dengan sumber daya alam dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, seperti Indonesia, merupakan suatu keprihatinan. Jumlah penduduk miskin terus bertambah jumlahnya sejak mulainya krisis ekonomi sampai saat ini. Pengabaian atau ketidakseriusan penanganan terhadap nasib dan masa depan puluhan juta kaum dhuafa yang tersebar di seluruh tanah air merupakan sikap yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap 1

description

wakaf

Transcript of AAAMAKALAH WAKAF

Page 1: AAAMAKALAH WAKAF

Abstrak

Makalah ini ditulis untuk mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan

wakaf serta implementasi pengelolaan wakaf di Indonesia. Dari pembahasan

diketahui bahwa pengelolaan wakaf di Indonesia yang dilakukan secara umum oleh

Badan Wakaf Indonesia serta lembaga wakaf lainnya telah menunjukkan

perkembangan yang positif, dengan dikembangkannya wakaf uang dan wakaf

produktif, disamping kendala yang dihadapi yaitu mengenai pola pikir masyarakat

yang belum memahami sepenuhnya konsep wakaf uang dan wakaf produktif,

lembaga pengelola wakaf serta alokasi dana dari harta yang diwakafkan. Untuk itu

dibutuhkan pengembangan kapasitas sumber daya manusia, terutama dalam

profesionalisme, komitmen serta pemahaman mengenai pentingnya wakaf uang dan

produktif untuk kesejahteraan ummat.

Kata Kunci: Wakaf Uang, Wakaf Produktif, Pengelolaan.

A. Pendahuluan

Kemiskinan dan kesenjangan sosial di sebuah negara yang kaya dengan

sumber daya alam dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, seperti

Indonesia, merupakan suatu keprihatinan. Jumlah penduduk miskin terus

bertambah jumlahnya sejak mulainya krisis ekonomi sampai saat ini. Pengabaian

atau ketidakseriusan penanganan terhadap nasib dan masa depan puluhan juta

kaum dhuafa yang tersebar di seluruh tanah air merupakan sikap yang

berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap persaudaraan dan

keadilan sosial. 1 Dan sebagai tindak lanjut, diperlukan sebuah solusi yang dapat

menyelesaikan masalah tersebut.

Lembaga Keuangan Publik Islam merupakan sebuah institusi umat yang

bersifat nirlaba dan mengakomodasi kepentingan umat. Dan sebagai sebuah unit

perekonomian, lembaga tersebut tidak berorientasi pada keuntungan pribadi

akan tetapi berorientasi pada kesejahteraan umat. Karena bersifat nirlaba,

Lembaga Keuangan Publik Islami secara umum lebih dipercaya dalam

1 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2006) hal. 1

1

Page 2: AAAMAKALAH WAKAF

2

mengelola dana yang bersifat sosial (zakat, infaq, wakaf dan shadaqah) bila

dibandingkan dengan organisasi yang berorientasi laba (usaha dagang, bank dan

lainnya) jika mempunyai tingkat profesionalisme yang sama. 2

Berkaitan dengan masalah krisis dan kemiskinan di atas, lembaga

keuangan publik Islam yang banyak mengelola dana yang bersifat sosial, hadir

sebagai salah satu solusi menghadapi masalah kemiskinan yang semakin

kompleks. Dan salah satu alternatif solusi yang ditawarkan adalah mobilisasi

dan optimalisasi peran wakaf secara efektif dan profesional. Dan wakaf juga

salah satu lembaga yang dianjurkan oleh Islam sebagai sarana penyaluran rezeki. 3 Oleh karena itu, dalam pembahasan kali ini, penulis akan memaparkan

mengenai wakaf secara mendalam, serta upaya pengelolaan wakaf yang telah

dilakukan di Indonesia.

B. Pembahasan

1. Definisi dan Sejarah Wakaf Uang dan Wakaf Produktif

a. Definisi Wakaf, Wakaf Uang dan Wakaf Produktif

Menurut bahasa, wakaf berasal dari kata bahasa arab waqafa yang berarti

menahan atau berhenti di tempat. 4Dalam istilah syara’ secara umum, wakaf

adalah sejenis pemberian yang pelaksanaannya dilakukan dengan jalan

menahan (pemilikan) asal (tahbisul ashli), lalu menjadikan manfaatnya

berlaku umum. Yang dimaksud tahbisul ashli ialah menahan barang yang

diwakafkan agar tidak diwariskan, dijual, dihibahkan, digadaikan atau

sejenisnya. 5 Sedangkan cara pemanfaatannya adalah menggunakan sesuai

kehendak pemberi wakaf tanpa imbalan.

Dalam perspektif ekonomi, wakaf dapat didefinisikan sebagai pengalihan

dana (atau aset lainnya) dari keperluan konsumsi dan menginvestasikannya

ke dalam aset produktif yang menghasilkan pendapatan untuk konsumsi di

2 Duddy Roesmara Donna, Penerapan Wakaf Tunai Pada Lembaga Keuangan Publik Islami, Journal of Islamic Business and Economics, Desember 2007, Vol.1 No.1, hal. 85

3 Maya Maimunah, Peran Wakaf Tunai Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah, (Jakarta, 2011), hal. 2

4 Farid Wadjdy, Wakaf Untuk Kesejahteraan Umat, (Samarinda: BAZ Kaltim, 2007), hal. 235 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, (Jakarta: Departemen

Agama RI, 2008), hal. 1

Page 3: AAAMAKALAH WAKAF

3

masa yang akan datang baik oleh individual ataupun kelompok. 6Pada

perkembangannya, dikenal istilah wakaf uang atau wakaf tunai dan juga

wakaf produktif.

Mengenai wakaf uang, dapat didefinisikan bahwa wakaf uang adalah

wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, dan lembaga atau badan

hukum dalam bentuk uang tunai. 7 Sementara itu wakaf produktif adalah

wakaf yang menghasilkan nilai tambah dari barang atau uang. Pada

dasarnya, bisa jadi semua benda wakaf dapat dibilang produktif., dalam arti

bahwa benda wakaf itu menghasilkan manfaat. Namun kemudian jika dilihat

dari penggunaan manfaat tersebut, wakaf produktif dapat dibedakan menjadi

dua, pertama, wakaf langsung yaitu wakaf yang pokok barangnya digunakan

untuk mencapai tujuannya, seperti masjid, sekolah, rumah sakit, dll. Kedua,

yang kemudian disebut dengan wakaf produktif, yaitu pokok barangnya

digunakan untuk kegiatan produksi dan hasilnya diberikan sesuai dengan

tujuan wakaf. 8

b. Klasifikasi, Rukun dan Syarat Wakaf

Dalam perspektif fiqh Islam, untuk adanya wakaf harus dipenuhi oleh 4

(empat) rukun atau unsur dari wakaf tersebut, yaitu: 9

1. Adanya orang yang berwakaf (sebagai subjek wakaf) (waqif).

Bagi subyek wakaf, diisyaratkan orang yang berhak berbuat kebaikan

dengan kehendak sendiri dan tidak ada paksaan. Subyek wakaf

haruslah mereka yang berakal, tidak gila dan bodoh, keadaan tidak

mubazir. Dengan kata lain, wakif harus memenuhi syarat mempunyai

kecakapan melalui tabarru’ melepaskan hak milik tanpa imbangan

materiil.

6 Farid Wadjdy, Wakaf Untuk, hal. 257 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, (Jakarta: Departemen

Agama RI, 2008), hal. 18 Dahwan, Pengelolaan Benda Wakaf Produktif, Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, Vol IX,

No.1 Juni 2008, hal. 729 Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 59-62

Page 4: AAAMAKALAH WAKAF

4

2. Adanya benda yang diwakafkan (sebagai objek wakaf) (mauquf bih).

Harta wakaf disyaratkan merupakan harta yang mempunyai nilai,

milik wakif dan dapat tahan lama dalam penggunaannya. Selain itu,

objek wakaf harus kepunyaan yag mewakafkan. Dan yang terpenting

bahwa harta yang diwakafkan bukanlah harta yang haram atau najis. 10

3. Adanya penerima wakaf (nadzir).

Penerima wakaf adalah orang yang ahli seperti syarat bagi orang

yang berwakaf. Dan tujuan dari wakaf itu harus jelas, dan hendaklah

disebutkan dengan terang kepada siapa diwakafkan.

4. Adanya akad atau lafadh atau pernyataan penyerahan wakaf dari

tangan wakif kepada orang atau tempat berwakaf.

Pernyataan mewakafkan sesuatu dapat dilakukan dengan lisan,

tulisan atau isyarat yang dapat memberi pengertian wakaf. Hal ini

dimaksudkan agar pernyataan wakaf benar-benar dapat diketahui

dengan jelas, untuk menghindari kemungkinan terjadi persengketaan

di belakang hari.

Di samping rukun-rukun yang disebut di atas, ada pula syarat-syarat

sahnya suatu perwakafan benda atau harta seseorang. Syarat-syarat itu

adalah sebagai berikut: 11

1. Perwakafan benda tersebut tidak dibatasi untuk jangka waktu tertentu

saja.

2. Tujuannya harus jelas. Tanpa menyebutkan tujuan secara jelas maka

perwakafan tidak sah. Namun, apabila wakif menyerahkan tanahnya

pada suatu badan hukum tertentu yang sudah jelas tujuan dan

usahanya, maka wewenang untuk penentuan tujuan berada bada

badan hukum tersebut.

10 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Zakat dan Wakaf, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1988), hal. 86

11 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi, hal. 88-89

Page 5: AAAMAKALAH WAKAF

5

3. Wakaf harus segera dilaksanakan setelah ikrar wakaf dinyatakan oleh

wakif tanpa menggantungkan pelaksanaannya.

4. Wakaf yang sah wajib dilaksanakan, karena ikrar wakaf yang

dinyatakan oleh wakif berlaku seketika dan untuk selama-lamanya. 12

Mengenai klasifikasi dari wakaf, berdasarkan tujuannya wakaf dapat

dibedakan menjadi dua: 13

1. Wakaf keluarga atau wakaf ahli

Adalah wakaf yang khusus diperuntukkan bagi orang-orang tertentu,

seorang atau lebih, baik ia keluarga wakif maupun orang lain. Di

beberapa negara yang mayoritas penduduknya muslim, wakaf ahli ini

setelah berlangsung puluhan tahun lamanya, menimbulkan masalah,

terutama apabila wakaf tersebut berupa tanah pertanian. Oleh karena

itu, di beberapa negara wakaf keluarga ini kemudian dibatasi bahkan

dihapuskan.

2. Wakaf umum

Adalah wakaf yang diperuntukkan bagi kepentingan atau

kemaslahatan umum. Wakaf jenis ini jelas sifatnya sebagai lembaga

keagamaan dan lembaga sosial dalam bentuk masjid, madrasah,

pesantren dan lain sebagainya. 14

c. Status Benda Wakaf

Terdapat beberapa perbedaan pendapat mengenai status kepemilikan

wakaf apabila akadnya sudah dilaksanakan. Yaitu apakah esensi pemilikan

atas barang tersebut masih tetap berada di tangan pemilik semula, ataukah

pemilikan barang berpindah kepada pihak yang diberi wakaf, atau sudah

bukan punya pemilik sama sekali. Itulah yang disebut kehilangan pemilikan. 15

12 Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan, hal. 6213 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hal. 24414 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi, hal. 90-9115 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Paradigma Baru, hal. 7

Page 6: AAAMAKALAH WAKAF

6

Mengenai hal di atas, Maliki berpendapat bahwa esensi pemilikan atas

barang tetap berada di tangan pemiliknya semula, tetapi dia tidak

diperbolehkan menggunakannya lagi. 16Hanafi mengatakan bahwa barang

yang diwakafkan itu sudah tidak ada pemiliknya lagi, dan pendapat ini juga

pendapat paling kuat diantara beberapa pendapat di kalangan Syafi’i.

sementara Hambali mengatakan bahwa barang tersebut berpindah ke tangan

pihak yang diwakafi. 17

Selanjutnya mengenai keabadian benda wakaf, para ulama madzhab

kecuali madzhab Maliki berpendapat bahwa wakaf itu benar-benar terjadi

kecuali bila orang yang mewakafkan bermaksud mewakafkan barangnya

untuk selama-lamanya dan terus menerus. Itulah sebabnya wakaf disebut

juga sebagai shadaqah jariyyah. Jadi, apabila orang yang mewakafkan itu

membatasi waktunya untuk jangka waktu tertentu maka apa yang

dilakukannya tidak bisa disebut wakaf dalam pengertiannya yang benar. 18

d. Sejarah dan Perkembangan Wakaf

Pada dasarnya, perilaku sejenis wakaf sudah dikenal umat manusia

sebelum Islam datang. Umat manusia terlepas dari agama dan kepercayaan

yang mereka anut sesungguhnya telah mengenal beberapa bentuk praktek

pendayagunaan harta benda, yang substansinya tidak jauh berbeda dengan

wakaf dalam Islam. Hal ini disebabkan pada dasarnya, umat manusia sudah

menyembah Tuhan melalui ritual keagamaan sesuai kepercayaan mereka.

Hal inilah yang kemudian menjadi faktor pendorong bagi setiap umat

beragama untuk mendirikan bangunan peribadatannya masing-masing. 19

Dalam sejarah Islam, wakaf dikenal sejak zaman Rasulullah SAW karena

wakaf disyariatkan pada tahun kedua hijriyah. 20 Ada dua pendapat yang

berkembang di kalangan para fuqaha mengenai siapa yang pertama kali

menerapkan syari’at wakaf. Menurut sebagian pendapat ulama mengatakan

16 Hendi Suhendi, Fiqh…, hal. 24617 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Paradigma Baru, hal. 718 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Paradigma Baru, hal. 419 Fahmi Medias, Wakaf Produktif Dalam Perspektif Ekonomi Islam, Jurnal Ekonomi Islam La

Riba, Volume IV, No. 1, Juli 2010, hal. 7220 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan, hal. 4

Page 7: AAAMAKALAH WAKAF

7

bahwa yang pertama kali melaksanakan wakaf adalah Rasulullah SAW yaitu

wakaf tanah milik Nabi yang dibangun masjid. Sebagian ulama mengatakan

bahwa yang pertama kali melaksanakan syariat wakaf adalah khalifah Umar

bin Khattab. 21 Hal ini didasarkan pada Hadist yang diriwayatkan Muslim

dari Ibnu Umar:

أصاب عمر أرضا بخيبر فأتى النبي صلى الله عليه وس��لم يستأمره فيها فقال يا رسول الله إنى أصبت أرض��ا بخي��بر لم أصب م��اال ق��ط ه��و أنفس عن��دى من��ه، فم��ا ت��أمرنى؟4س��ت فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إن شئت حب أصلها وتصد4قت بها. فتصد4ق بها عمر: أنها التباع وال توهب وال ت��ورث. وتص��د4ق به��ا فى الفق��راء وفى الق��ربى وفى الرقاب وفى سبيل الله وابن السبيل والضيف الجناح على

من وليها أن يأكل منها بالمعروف و يطعم غير متول4 فيه“Bahwa Umar bin Khattab r.a memperoleh tanah di Khaibar, lalu ia

datang kepada Nabi SAW untuk meminta petunjuk mengenai tanah tersebut.

Ia berkata: “Wahai Rasulullah saya memperoleh tanah di Khaibar yang

belum pernah saya peroleh harta yang lebih baik bagiku melebihi tanah

tersebut; apa perintah engkau kepadaku mengenainya? Nabi SAW

menjawab: “Jika mau, kamu tahan pokoknya dan kamu sedekahkan

hasilnya. Ibnu Umar berkata: maka Umar menyedekahkan tanah tersebut,

dengan mensyaratkan bahwa tanah itu tidak dijual, dihibahkan dan

diwariskan. Ia menyedekahkan hasilnya pada fuqara’, kerabat, riqab,

sabilillah, ibnu sabil, dan tamu. Tidak berdosa atas orang yang

mengelolanya untuk memakan dari hasil itu secara ma’ruf dan memberi

makan kepada orang lain tanpa menjadikannya sebagai harta hak milik.”

Praktek wakaf juga berkembang luas pada masa Dinasti Umayyah dan

Dinasti Abbasiyah. Banyak orang berduyun-duyun melaksanakan wakaf, dan

wakaf tidak hanya untuk orang-orang fakir dan miskin saja, akan tetapi

menjadi modal untuk membangun lembaga pendidikan, perpustakaan dan

21 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2006), hal. 11

Page 8: AAAMAKALAH WAKAF

8

lain sebagainya. Antusiasme masyarakat pada pelaksanaan wakaf telah

menarik perhatian negara untuk mengatur pengelolaan wakaf sebagai sektor

untuk membangun solidaritas sosial dan ekonomi masyarakat. 22 Pada masa

diansti Abbasiyah terdapat lembaga wakaf yang dikenal dengan “Shadr al

wuquuf” yang mengurus administrasi dan memilih staf pengelola lembaga

wakaf. 23

Perkembangan pesat juga terjadi pada masa dinasti dan kerajaan setelah

Umayyah dan Abbasiyah, seperti pada masa Dinasti Mamluk, Dinasti

Ayyubiyyah dan masa kerajaan Turki Usmani. Pada masa dinasti Ayyubiyah

di Mesir perkembangan wakaf cukup menggembirakan, dimana hampir

semua tanah-tanah pertanian menjadi harta wakaf dan semua dikelola oleh

negara dan menjadi milik negara. 24

Begitu juga pada masa Turki Usmani. Kekuasaan yang diraih oleh Turki

Usmani mempermudah mereka untuk menerapkan syari’at Islam,

diantaranya adalah peraturan tentang perwakafan. Diantara undang-undang

yang dikeluarkan adalah peraturan tentang pembukuan pelaksanaan wakaf

yang mengatur tentang pencatatan wakaf, setifikasi wakaf, cara pengelolaan

wakaf, upaya mencapai tujuan wakaf dan melembagakan wakaf dalam upaya

realisasi wakaf dari sisi administratif dan perundang-undangan. 25

Di Indonesia, kegiatan wakaf dikenal seiring dengan perkembangan

dakwah Islam di Indonesia. Disamping melakukan dakwah Islam, para

ulama juga sekaligus memperkenalkan ajaran wakaf. Hal ini terbukti dari

banyaknya masjid-masjid yang bersejarah dibangun di atas tanah wakaf. Dan

selanjutnya, ajaran wakaf ini terus berkembang di Indonesia. 26 Pada

awalnya, pelaksanaan hukum wakaf di Indonesia masih sangat sederhana,

tidak disertai administrasi dan hanya dengan pernyataan secara lisan.

Selain itu, pada awal munculnya sistem wakaf, praktik wakaf yang

terjadi dalam kehidupan masyarakat belum sepenuhnya berjalan tertib dan

22 Fahmi Medias, Wakaf Produktif, hal. 7323 Pemberdayaan Wakaf Pedoman Pengelolaan, hal. 1424 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan, hal. 17-1825 Ibid, hal. 1826 Fahmi Medias, Wakaf Produktif, hal. 73

Page 9: AAAMAKALAH WAKAF

9

efisien, eshingga dalam berbagai kasus harta wakaf tidak terpelihara

sebagaimana mestinya, terlantar atau beralih ke tangan pihak ketiga dengan

cara melawan huku. Keadaan demikian disebabkan oleh tidak hanya karena

kelalaian nazhir dalam mengelola benda wakaf, melainkan juga sikap

masyarakat yang kurang peduli dan memahami status benda wakaf yang

seharusnya dilindungi untuk kesejahteraan umum. Hingga pada akhirnya

dikeluarkan fatwa tentang wakaf oleh MUI yang kemudian melahirkan ide

pembentukan BWI (Badan Wakaf Indonesia) yang khusus mengurus dan

mengelola sistem perwakafan di Indonesia. 27

2. Tinjauan Umum Mengenai Wakaf Uang dan Wakaf Produktif

a. Landasan Syar’i dan Hukum Mengenai Wakaf

Secara umum, tidak terdapat ayat Al-Qur’an yang menerangkan konsep

wakaf secara konkrit tekstual. Wakaf termasuk infaq fi sabilillah, maka dasar

yang digunakan para ulama dalam menerangkan konsep wakaf ini

didasarkan pada keumuman ayat-ayat yang menjelaskan tentang infaq fi

sabilillah.28 Diantara ayat-ayat tersebut adalah:

29 267. Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)

sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang

Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih

yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu

sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata

terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

30

92. kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),

sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan

27 Farid Wadjdy, Wakaf Untuk, hal. 54-5528 Fahmi Medias, Wakaf Produktif, hal. 6929 QS Albaqarah:26730 QS Ali Imran: 92

Page 10: AAAMAKALAH WAKAF

10

apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah

mengetahuinya.

Selain ayat Al-Qur’an tentang wakaf diatas, di Indonesia Komisi Fatwa

Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga membolehkan wakaf. Hal ini dapat

dilihat dari fatwa yang dikeluarkan pada tanggal 11 Mei 2002. Pada fatwa

tersebut MUI merumuskan definisi tentang wakaf, yaitu: 31

“ Menekan harta yang dapat dimanfaatkan tanpa lenyap bendanya atau

pokoknya. Dengan cara tidak melakukan tindakan hukum terhadap benda

tersebut ( menjual, memberikan atau mewariskannya), untuk disalurkan

(hasilnya) pada sesuatu yang mubah (tidak) haram yang ada.”

Fatwa MUI tersebut kemudian diperkuat oleh hadirnya Undang Undang

No.41 tahun 2004 tentang wakaf yang menyebutkan bahwa wakaf tidak

hanya benda tidak bergerak, tetapi juga benda bergerak, seperti uang. Selain

itu, diatur pula kebijakan perwakafan di Indonesia, mulai dari pembentukan

nadzir sampai dengan pengelolaan harta wakaf. 32

Untuk dapat menjalankan fungsinya, Undang-Undang ini masih

memerlukan perangkat lain yaitu Peraturan Pemerintah dan Peraturan

Menteri Agama tentang Wakaf Uang yang akan menjadi juklak dalam

implementasinya, serta adanya Badan Wakaf Indonesia (BWI) yang akan

berfungsi sebagai sentral nadzir wakaf. Akhirnya, tahun 2006 terbitlah

Peraturan Pemerintah No. 42/2006 Tentang Pelaksanaan Undang Undang

Wakaf. Setelah itu pada Juli 2007 keluar Keputusan Presiden Republik

Indonesia No. 75/M yang memutuskan dan mengangkat keanggotaan BWI. 33

b. Lembaga Pengelola Wakaf

Dalam konsep wakaf, dikenal istilah nadzir, yaitu orang atau badan yang

memegang amanat untuk memelihara dan mengurus harta wakaf sebaik-

baiknya sesuai dengan wujud dan tujuannya. Nadzir wakaf berwenang

31 Kumpulan Fatwa MUI32 Departemen Agama, Peraturan Perundangan Perwakafan, Direktorat Jenderal Bimbingan

Masyarakat Islam, 2006, hal. 933 Fahmi Medias, Wakaf Produktif, hal. 74

Page 11: AAAMAKALAH WAKAF

11

melakukan segala tindakan yang mendatangkan kebaikan bagi wakaf

bersangkutan dengan senantiasa memperhatikan syarat-syarat yang

ditentukan oleh wakif. Dan nadzir berhak mendapatkan upah dari jerih

payahnya mengurus harta wakaf selama ia melaksanakan tugasnya dengan

baik. 34

Dalam dokumen wakaf yang ditulis oleh Umar bin Khattab, ia

mengisyaratkan beberapa unsur produksi yang salah satunya adalah nadzir

(pengelola wakaf). Tidak diragukan lagi bahwa nadzir wakaf dinilai sebagai

unsur dasar dari beberapa unsur kegiatan ekonomi. Karena itu keberadaan

nadzir menjadi keharusan jika ditentukan oleh pewakaf. Bahkan sebagian

ulama berpendapat bahwa bila pewakaf mensyaratkan agar wakafnya tidak

dikelola oleh nazhir sama sekali, maka syarat ini tidak bernilai. 35

Di Indonesia, segala hal yang berkaitan dengan wakaf diatur dalam

Undang-Undang no. 41 tahun 2004, termasuk mengenai badan pengelola

wakaf, yaitu Badan Wakaf Indonesia (BWI). BWI merupakan lembaga

independen dalam melaksanakan tugas di bidang perwakafan, yaitu

melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap nazhir, melakukan

pengelolaan dan pengembangan benda wakaf berskala internasional,

memberikan persetujuan atas perubahan peruntukan dan status benda wakaf,

dan memberikan saran serta pertimbangan kepada pemerintah dalam

penyusunan kebijakan di bidang perwakafan. 36

Selain Badan Wakaf Indonesia yang dibentuk langsung oleh pemerintah,

terdapat juga beberapa lembaga lain yang juga bergerak di bidang

pengelolaan dan pengembangan wakaf. Lembaga tersebut diantaranya adalah

Tabung Wakaf Indonesia, Lembaga ZISWAF, Dompet Dhuafa, Badan

Wakaf Uang Tunai DIY dan lain sebagainya.

3. Pengelolaan Wakaf Uang dan Wakaf Produktif di Indonesia

34 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi, hal. 9235 Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin Khattab, diterjemahkan oleh Asmuni

Sholihan, (Jakarta: Khalifa, 2006), hal. 9636 Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan.., hal. 123

Page 12: AAAMAKALAH WAKAF

12

Di Indonesia, wakaf pada umumnya berupa benda-benda konsumtif,

bukan barang-barang yang produktif. Ini dapat dilihat pada masjid, sekolah-

sekolah, panti asuhan, rumah sakit dan sebagainya. 37 Belakangan, wakaf

mengalami perubahan paradigma yang cukup tajam. Perubahan tersebut

terutama dalam pengelolaaan wakaf yang ditujukan sebagai instrumen

mensejahterakan muslim. Oleh karena itu, konteks yang digunakan adalah

pendekatan bisnis dan manajemen.38

Konteks ini kemudian dikenal dengan wakaf produktif. Dalam hal

pengembangan wakaf produktif, terdpat dua hal penting, yaitu pertama, asas

paradigma baru wakaf, yaitu asas keabadian manfaat, asas

pertanggungjawaban, asas profesionalitas manajemen dan asas keadilan.

Kedua, aspek paradigma baru wakaf, yaitu pembaruan pemahaman

mengenai wakaf, sistem manajemen kenazhiran serta sistem rekrutmen

wakif. 39

Disamping itu, wakaf dalam konteks kekinian memiliki tiga ciri utama,

pertama, pola manajemen wakaf harus terintegrasi, dimana dana wakaf

dapat dialokasikan untuk program-program pemberdayaan dengan segala

macam biaya yang tercakup di dalamnya. Kedua, asas kesejahteraan nazhir,

dimana pekerjaan sebagai nazhir tidak lagi diposisikan sebagai pekerja

sosial, akan tetapi juga sebagai profesional yang biasa hidup dengan layak

dari profesi tersebut. Ketiga, asas transparansi dan tanggungjawab, dimana

badan wakaf dan lembaga lainnya harus melaporkan proses pengelolaan

dana kepada umat setiap tahun.40

Wakaf produktif di Indonesia belum terlalu banyak jumlahnya. Diantara

wakaf produktif yang telah berhasil memberdayakan wakaf adalah Badan

Wakaf Universitas Islam Indonesia yang berdiri tahun 1945. Selain itu,

Badan Wakaf Pondok Modern Gontor yang dirintis sejak tahun 1926. 41

37 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi.., hal. 9638 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, ( Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2009), hal. 43239 Ibid, hal. 43340 Ibid, hal. 43341 Farid Wadjdy, Wakaf Untuk, hal. 123-124

Page 13: AAAMAKALAH WAKAF

Tingkat Penghasilan/bulan

Jumlah Muslim

Tarif Wakaf/bulanPotensi Wakaf

Uang/bulanPotensi Wakaf

Uang/tahun

Rp 500.000 4 juta Rp 5000 Rp 20 Milyar Rp 240 Milyar

Rp 1 juta - Rp 2 juta 3 juta Rp 10.000 Rp 30 Milyar Rp 360 Milyar

Rp 2 juta - Rp 5 juta 2 juta Rp 50.000 Rp 100 Milyar Rp 1.2 Triliun

Rp 5 juta - Rp 10 juta 1 juta Rp 100.000 Rp 100 Milyar Rp 1.2 Triliun

Rp 3 TriliunTOTAL

13

Selain wakaf produktif, dalam perkembangannya, di Indonesia mulai

dikenal dan dikembangkan sistem wakaf uang. Hal ini karena secara

konseptual, wakaf uang mempunyai peluang yang unik untuk menciptakan

investasi di bidang keagamaan, pendidikan dan layanan sosial. Tabungan

dari masyarakat yang memiliki penghasilan menengah ke atas dapat

dimanfaatkan, dan dari hasil yang didapatkan dapat dibelanjakan untuk

berbagai tujuan. 42

Mustafa Edwin Nasution pernah melakukan asumsi apabila jumlah

penduduk Muslim kelas menengah di Indonesia sebanyak 10 juta orang

denga penghasilan rata-rata per bulan antara Rp 500.000 sampai Rp

10.000.000, maka dibuat perhitungan sebagai berikut: 43

Jika ditilik dari tujuan dan kontribusi yang dapat diberikan oleh institusi

wakaf uang, maka keberadaan wakaf uang di Indonesia menjadi sangat

krusial. Setidaknya ada beberapa hal yang mengakibatkan pentingnya

pemberdayaan wakaf di Indonesia, yaitu: 44

a. Krisis ekonomi di akhir dekade 90-an yang menyisakan banyak

permasalahan: jumlah penduduk miskin yang meningkat, ketergantungan

akan hutang dan bantuan luar negeri, dll.

b. Kesenjangan yang tinggi antara penduduk kaya dan penduduk miskin.

c. Indonesia memiliki jumlah penduduk muslim mayoritas, sehingga wakaf

memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan.

42 Fahmi Medias, Wakaf Produktif, hal. 75-7643 Mustafa Edwin Nasution dan Uswatun Hasanah, Wakaf Uang Inovasi Finansial Islam,

Peluang dan Tantangan dalam Mewujudkan Kesejahteraan Umat (Jakarta: PKTTI-UI, 2005), hal. 43-4444 Agustianto, Wakaf Tunai Dalam Hukum Positif dan Prospek Pemberdayaan Ekonomi

Syari’ah, disampaikan pada acara studium general STAIN Kediri, Rabu, 20 September 2006

Page 14: AAAMAKALAH WAKAF

14

d. Sejumlah bencana yang terjadi, mengakibatkan terjadinya defisit APBN,

sehingga perlunya kemandirian masyarakat dalam menciptakan

publicgoods.

Di Indonesia sendiri telah ditetepkan adanya Undang-Undang yang

mengatur tentang perwakafan, yaitu Undang-Undang No,41 tahun 2004. Dan

sebagai tindak lanjut dari undang-undang tersebut, saat ini di Indonesia

banyak perbankan syari’ah dan lembaga pengelola wakaf meluncurkan

produk dan fasilitas yang menghimpun dana wakaf uang dari masyarakat.

Seperti Baitul Mal Muamalat yang meluncurkan Waqf Uang Muamalat,

Dompet Dhuafa yang mengeluarkan Tabung Wakaf Indonesia, serta lembaga

wakaf nasional yang dikenal dengan Badan Wakaf Indonesia. 45

Sejak didirikannya, Badan Wakaf Indonesia terus berupaya

mengkampanyekan penghimpunan wakaf uang yang berskala nasional dan

internasional. Sementara wakaf uang yang bersifat lokal diserahkan kepada

lembaga wakaf yang dikelola oleh masyarakat yang sudah lama bergerak dan

aktif mengelola wakaf. Kemudian dana yang terkumpul akan digulirkan dan

diinvestasikan dalam berbagai sektor usaha yang halal dan produktif. Dan

kemudian, keuntungannya dapat dimanfaatkan untuk pemberdayaan umat

dan bangsa secara keseluruhan. 46

Saat ini, perkembangan wakaf di Indonesia semakin lama semakin

menunjukkan hal positif. Hal ini terbukti dengan semakin bertambahnya

dana wakaf yang diterima. Apalagi, saat ini untuk berwakaf di luar daerah

pun tidak perlu bersusah payah datang ke Badan Wakaf Indonesia. Karena

pada saat ini, BWI sudah memiliki jaringan yang luas dan bekerjasama

dengan bank-bank syari’ah seperti Bank Syari’ah Mandiri, Bank Muamalat,

BNI Syari’ah, BTN Syari’ah dan lain sebagainya. Dan dengan adanya

jaringan tersebut memudahkan setiap orang yang ingin berwakaf. 47

45 Fahmi Medias, Wakaf Produktif, hal. 7746 Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan.., hal. 132-13347 Ibid, hal. 143

Page 15: AAAMAKALAH WAKAF

15

Seiring dengan perkembangan lembaga pengelolaan wakaf tersebut, juga

terdapat beberapa hal yang menjadi kendala dalam upaya maksimalisasi

fungsi wakaf. Dan diantara kendala yang paling utama adalah dari segi

penghimpunan dan pengelolaan dana wakaf itu sendiri. Salah satunya yaitu

mengenai kesadaran masyarakat akan keinginannya untuk berwakaf. Hal ini

terkait pola berfikir masyarakat yang menganggap bahwa lembaga pengelola

wakaf tidak memiliki konsekuensi hukum yang mengikat pada individu

ketika mewakafkan sebagian hartanya. 48

4. Aplikasi Wakaf di Beberapa Negara

a. Arab Saudi

Pemerintahan Kerajaan Saudi Arabia membuat peraturan bagi

Majelis Tinggi Wakaf dengan ketetapan no. 574 tanggal 16 Rajab 1386

sesuai dengan Surat Keputusan Kerajaan no.35. Majelis Tinggi Wakaf

diketuai oleh Menteri Haji dan Wakaf, yakni menteri yang mengawasi

wakaf dan menguasai permasalahan perwakafan sebelum dibentuk

Majelis Tinggi Wakaf. Sementara Majelis Tinggi Wakaf mempunyai

wewenang untuk membelanjakan hasil pengembangan wakaf dan

menentukan langkah-langkah dalam mengembangkan wakaf berdasarkan

syarat yang ditentukan wakif dan manajemen wakaf. 49

Yang menarik adalah bahwa bentuk wakaf di Arab Saudi ini

bentuknya bermacam-macam. Seperti hotel, bangunan untuk penduduk,

toko, kebun, dan tempat ibadah. Dan diantara wakaf itu pula, terdapat

ketentuan khusus yang diwakafkan untuk kebutuhan kota suci Makkah

dan Madinah. Ini berarti bahwa segala manfaat yang diperoleh dari

wakaf diperuntukkan bagi pembangunan kedua kota suci itu seperti

membangun perumahan penduduk, membangun sejumlah hotel di sekitar

Masjidil Haram dan fasilitas lain yang diniatkan untuk melayani

kebutuhan jamaah haji. 50

48 Djunaidi Ahmad, Menuju Era Wakaf Produktif, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2006), hal. 749 Departemen Agama, Pedoman Pengelolaan, hal. 10750 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pengelolaan dan, hal. 23

Page 16: AAAMAKALAH WAKAF

16

b. Turki

Negara Turki memiliki sejarah panjang dalam pengelolaan wakaf,

karena sejarahnya dimulai sejak masa Utsmaniyah. Pada tahun 1925 saja,

harta wakafnya mencapai ¾ dari luas lahan produktif di Turki. Pusat

Administrasi Wakaf juga berkembang dengan baik. Dan saat ini untuk

memobilisasi sumber-sumber wakaf dan membiayai bermacam-macam

jenis proyek telah didirikan Waqf Bank and Finance Corporation.

Pengelolaan wakaf di Turki juga dikelola oleh Direktorat

Jenderal Wakaf. Dan sejauh ini, ada dua pelayanan yang diberikan oleh

Direktorat Jenderal Wakaf, yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan

pendidikan dan sosial. Selain itu, upaya komersial Dirjen Wakaf Turki

terhadap harta wakaf adalah dengan melakukan kerjasama dan investasi

di berbagai lembaga, seperti Tasdelen Healthy Water Corporation, Auqaf

Guraba Hospital, Ayden Textile dan lain-lain. 51

c. Bangladesh

Di Bangladesh, wakaf tunai menjadi sarana pendukung

kesejahteraan ekonomi masyarakat. Secara umum wakaf dikelola oleh

Social Investment Bank Ltd. (SIBL). Bank ini telah mengembangkan

Pasar Modal Sosial, dan instrumen-instrumen keuangan Islam yang telah

dikembangkan antara lain surat obligasi pembangunan perangkat wakaf,

sertifikat wakaf tunai, sertifikat wakaf keluarga, obligasi pembangunan

perangkat masjid dan lain-lain. 52

Selain itu, di Bangladesh sebagian besar pajak langsung dapat

dikonversikan sebagai bentuk tanggungjawab sosial melalui penerbitan

Sertifikat Wakaf Tunai. Sertifikat tersebut dapat menggantikan sebagian

atau seluruh pajak penghasilan untuk pembiayaan pembangunan

infrastruktur kemanusiaan dan sosial. Dalam konteks ini, Wakaf Tunai

dapat dipandang sebagai bentuk gerakan pembangunan masyarakat

dalam mengatasi masalah pendidikan, sosial dan ekonomi.

51 Departemen Agama RI, Wakaf Tunai, hal. 11352 Ibid, hal. 114

Page 17: AAAMAKALAH WAKAF

17

C. Penutup

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa wakaf yang bertujuan

untuk memberikan manfaat atau faedah harta yang diwakafkan kepada orang

yang berhak dan digunakan sesuai dengan ajaran syari’ah Islam, saat ini

dipandang sebagai salah satu solusi menyelesaikan permasalahan kemiskinan

dan kesejahteraan umat. Di Indonesia khususnya, telah didirikan berbagai

lembaga yang mengelola harta wakaf agar dapat dimanfaatkan dengan sebaik-

baiknya. Lembaga tersebut seperti Badan Wakaf Indonesia, Tabung Wakaf

Indonesia, Dompet Dhuafa dan lain sebagainya. Mengenai kendala yang

dihadapi dalam pengelolaan perwakafan di Indonesia adalah pola pikir

masyarakat yang belum memahami sepenuhnya mengenai sistem perwakafan,

fungsi serta badan hukum yang mengelola wakaf tersebut. Jadi dibutuhkan

penjelasan lebih lanjut mengenai wakaf kepada masyarakat umum untuk lebih

mengoptimalkan fungsi wakaf itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Page 18: AAAMAKALAH WAKAF

18

Agustianto, Wakaf Tunai Dalam Hukum Positif dan Prospek Pemberdayaan Ekonomi

Syari’ah, disampaikan pada acara studium general STAIN Kediri, Rabu, 20

September 2006

Ahmad, Djunaidi. 2006. Menuju Era Wakaf Produktif, Jakarta: Mitra Abadi Press.

Ali, Mohammad Daud. 1988. Sistem Ekonomi Zakat dan Wakaf, Jakarta: Universitas

Indonesia Press.

Dahwan. 2008. Pengelolaan Benda Wakaf Produktif, Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama,

Vol IX, No.1 Juni.

Departemen Agama, Peraturan Perundangan Perwakafan, Direktorat Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam, 2006

Direktorat Pemberdayaan Wakaf. 2006. Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan

Wakaf, Jakarta: Departemen Agama RI.

______________, 2006. Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, (Jakarta: Departemen

Agama RI.

______________, 2008. Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, (Jakarta: Departemen

Agama RI,

Donna, Duddy Roesmara. 2007. Penerapan Wakaf Tunai Pada Lembaga Keuangan

Publik Islami, Journal of Islamic Business and Economics, Desember, Vol.1 No.1

Haritsi, Jaribah bin Ahmad. 2006. Fikih Ekonomi Umar bin Khattab, diterjemahkan

oleh Asmuni Sholihan, Jakarta: Khalifa.

Maimunah, Maya. 2011. Peran Wakaf Tunai Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil dan

Menengah, Jakarta.

Medias, Fahmi. 2010. Wakaf Produktif Dalam Perspektif Ekonomi Islam, Jurnal

Ekonomi Islam La Riba, Volume IV, No. 1, Juli 2010

Page 19: AAAMAKALAH WAKAF

19

Nasution, Mustafa Edwin dan Uswatun Hasanah, 2005. Wakaf Uang Inovasi Finansial

Islam, Peluang dan Tantangan dalam Mewujudkan Kesejahteraan Umat Jakarta:

PKTTI-UI

Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Suhendi, Hendi. 2013. Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Usman, Rachmadi. 2009. Hukum Perwakafan di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika.

Wadjdy, Farid. 2007. Wakaf Untuk Kesejahteraan Umat, Samarinda: BAZ Kaltim.