WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1....

77
43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah satu lembaga yang dianjurkan dalam ajaran Islam untuk digunakan oleh seseorang sebagai sarana penyaluran rezki yang Allah berikan kepadanya adalah wakaf. Wakaf sebagai ibadah kebendaan tidak memiliki rujukan yang eksplisit dalam al-Qur’a> n; maka untuk memahami makna yang dikandung oleh wakaf tersebut, menurut Jaih Mubarak (2008: 7-10) ulama telah melakukan identifikasi untuk mencari induk kata sebagai sandaran hukumnya. Hasil identifikasi dimaksud melahirkan ragam nomenklatur wakaf yang disebut: wakaf sebagai al- khayr, wakaf sebagai s}adaqah ja>riyah, wakaf sebagai al-ah}ba>s. Nomenklatur yang disebutkan di atas; memang tidak memiliki rujukan langsung dalam al-Qur’a> n, namun banyak ayat yang mengandung perintah untuk menafkahkan sebagian harta. Perintah menafkahkan dimaksud merupakan bagian dari perintah untuk melakukan al-khayr yang secara harfiah berarti kebaikan. Salah satu ayat yang tegas memerintahkan berbuat kebaikan sebagaimana disebutkan pada surah al-Hajj (22): 77. 1 Imam Taqiyuddin (t.th: I/319) ketika menafsirkan ayat 77 pada surah al- Hajj yang mengandung ‚perintah‛ sesungguhnya perintah itu adalah perintah untuk berbuat al-khayr yang berarti perintah melakukan wakaf. Penafsiran ini utiay ayntaya iynuB 1

Transcript of WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1....

Page 1: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

43

BAB II

WAKAF DAN MANAJEMEN

A. Konsep Wakaf dalam Islam

1. Pengertian

Salah satu lembaga yang dianjurkan dalam ajaran Islam untuk digunakan oleh

seseorang sebagai sarana penyaluran rezki yang Allah berikan kepadanya adalah

wakaf. Wakaf sebagai ibadah kebendaan tidak memiliki rujukan yang eksplisit

dalam al-Qur’a>n; maka untuk memahami makna yang dikandung oleh wakaf

tersebut, menurut Jaih Mubarak (2008: 7-10) ulama telah melakukan identifikasi

untuk mencari induk kata sebagai sandaran hukumnya. Hasil identifikasi

dimaksud melahirkan ragam nomenklatur wakaf yang disebut: wakaf sebagai al-

khayr, wakaf sebagai s}adaqah ja>riyah, wakaf sebagai al-ah}ba>s.

Nomenklatur yang disebutkan di atas; memang tidak memiliki rujukan

langsung dalam al-Qur’a>n, namun banyak ayat yang mengandung perintah untuk

menafkahkan sebagian harta. Perintah menafkahkan dimaksud merupakan

bagian dari perintah untuk melakukan al-khayr yang secara harfiah berarti

kebaikan. Salah satu ayat yang tegas memerintahkan berbuat kebaikan

sebagaimana disebutkan pada surah al-Hajj (22): 77.1

Imam Taqiyuddin (t.th: I/319) ketika menafsirkan ayat 77 pada surah al-

Hajj yang mengandung ‚perintah‛ sesungguhnya perintah itu adalah perintah

untuk berbuat al-khayr yang berarti perintah melakukan wakaf. Penafsiran ini

utiay ayntaya iynuB 1

Page 2: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

44

dianggap sejalan dengan firman Allah swt yang membicarakan masalah wasiat

dalam surah al-Baqarah (2): 180 yang berbunyi:

Terjemahnya:

Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan

(tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat

untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah)

kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.

Kata al-khayr dalam ayat di atas diartikan dengan ‚berbuat baik melalui

harta benda‛, sehingga perintah melakukan al-khayr menunjukkan perintah

untuk melaksanakan ibadah bendawi. Ini memberi penegasan bahwa wakaf

sebagai konsep ibadah kebendaan sesungguhnya berakar dari kata al-khayr.2

Walaupun demikian, tidak semua ayat yang mengandung kata al-khayr dapat

dipahami sebagai perbuatan kebaikan yang berkaitan dengan kebendaan. Akan

tetapi dapat saja dimaknai sebagai bagian dari kualitas mental dan perilaku

manusia (Dahlan, 1996: 3/325). Wahbah Zuhaily (2014: 264) menjelaskan bahwa

semua jenis kebaikan termasuk akhlak yang baik. Oleh sebab itu, kata al-khayr

yang diartikan dengan kebaikan adalah bagian dari makna akhlak atau sangat

erat kaitannya dengan perbuatan dan perilaku manusia. Menafkahkan sebagian

harta (termasuk mewakafkannya) adalah jenis kebajikan yang berhubungan

dengan sesama manusia dan juga untuk mendekatkan diri kepada Allah.

2Ayat ini menegaskan bahwa jika seseorang yang telah menyadari akan datangnya kematian dan

memiliki harta yang banyak, hendaklah memberi wasiat kepada orang-orang yang ditinggalkannya dari

harta yang dimilikinya itu. Jadi kata al-khayr yang dihubungkan dengan wasiat dipahami menunjukkan

kepada sesuatu perbuatan berkenaan dengan harta benda (Shihab, 2010: I/478; Depag RI, 2009: I/266).

Page 3: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

45

Teks ayat yang terdapat dalam kedua surah tersebut di atas itu

menekankan bahwa salah satu jalan manusia mendapatkan kebahagiaan hidup

yakni dengan cara menyedekahkan sebagian harta yang dimilikinya (Ali, 1988:

80-81). Perintah berbuat baik melalui amalan harta benda termasuk di dalamnya

adalah wakaf. Harta memang sesuatu yang sangat dicintai oleh manusia, dan

hidupnya akan banyak tergantung pada kepemilikan harta. Kecintaan manusia

terhadap harta telah mengantarkannya untuk berusaha sekuat tenaga agar harta

itu diperolehnya; namun manusia akan diuji dengan harta yang dimilikinya.

Allah swt menggambarkan dalam al-Qur’a>n pada surah al-Taghabu>n (64): 15

yang artinya: ‚Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan

(bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar.‛ Kehidupan dunia bukanlah yang

hakiki, tetapi kehidupan akhiratlah yang seharusnya menjadi impian dan

dambaan manusia. Harta yang dimiliki manusia seyogyanya menjadi sarana

penting baginya mencapai kehidupan akhirat yang lebih baik. Allah juga

menegaskan ‚sungguh yang kemudian itu lebih baik dari permulaan‛ (QS. Al-

Dhuha (93): 4). Oleh karena itu, cara yang digunakan manusia agar hartanya

dapat memberikan manfaat dunia dan akhirat; adalah dengan menyedehkahkan

pada jalan Allah.

Sinonim wakaf yang lainnya adalah sedekah ja>riyah. Sedekah secara

umum dibagi menjadi dua; sedekah wajib3 dan sedekah sunnah. Sedekah sunnah

4

3Lihat: al-Qur’a >n surah al-Taubah (9): 60. Makna sedekah berarti kekuatan pada sesuatu baik

perkataan atau lainnya. Sedekah dalam ayat di atas disebut sedekah tat{awwu yang juga bermakna zakat

yaitu harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim pada waktu tertentu dan dalam jumlah tertentu

yang telah ditetapkan oleh syara’, sehingga istilah zakat fit {rah sering disebut pula dengan sedekah fitr,

sedangkan sedekah dalam ayat ini menunjukkan kepada sedaqah wajib (Depag, 2009: IV/137). 4Tujuan dianjurkannya mengeluarkan harta dalam bentuk sedekah adalah untuk menambah nilai

amalan di sisi Allah swt atas harta yang dimilikinya. Sedekah sunnah merupakan hutang Allah swt dari

Page 4: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

46

pun dibedakan menjadi dua; sedekah yang pahalanya mengalir terus walaupun

pemberinya telah meninggal dunia dan sedekah yang pahalanya tidak senantiasa

mengalir. Sedekah yang senantiasa mengalir sekalipun yang memberi telah

meninggal dunia adalah wakaf (Mubarak, 2008: 8). Pernyataan Jaih Mubarak

tersebut merupakan penekanan kembali makna sedekah ja>riyah sebagaimana

yang dijelaskan oleh Imam Taqiyuddin (t.th: I/319) yang mendasarkan hal ini

pada hadis yang di riwayatkan oleh Imam Muslim yang artinya ‚jika mati anak

Adam terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah ja>riyah, ilmu yang

dimanfaatkannya dan anak yang s{a>lih yang mendoakannya.5‛

Pemahaman sedekah ja>riyah dikonotasikan kepada wakaf, karena

memang makna yang dikandung dalam wakaf mengekalkan zatnya (tetap

zatnya) dan hasilnya yang dimanfaatkan secara terus menerus, sehingga harta

yang tidak kekal zatnya dan hanya dapat diambil manfaatnya, tidak termasuk

dalam pemahaman sedekah ja>riyah (Taqiyuddin, t.th: I/319).

Didin Hafidhuddin (2008: 159-160) yang mengutip pandangan M.A.

Mannan menyatakan bahwa dilihat dari tata cara transaksinya, wakaf dapat

dipandang sebagai salah satu bentuk amal yang mirip dengan sedekah; yang

membedakannya dalam sedekah baik substansi aset maupun hasil/manfaat yang

diperoleh dari pengelolaannya seluruhnya dipindah-tangankan kepada yang

berhak menerimanya, sedangkan wakaf yang dipindah-tangankan hanya

hasilnya/manfaatnya dan aset atau substansinya tetap dipertahankan. Harta yang

telah diwakafkan tidak boleh dipindah-tangankan kepada selain yang

hamba-Nya dengan melebihkan rahmat-Nya yaitu sebagai perangsang kepada yang berbuat kebaikan di

dalam kehidupan ini, agar manfaatnya kembali pada manusia semua (Bably, 1999: 124). 5Redaksi hadis tersebut dapat ditemukan dalam Sunan Abu Ali hadis nomor 2880. Sunan al-

Nasai fas}al ‚al-sedekah an al-mayt.‛

Page 5: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

47

dipercayakan mengelolanya. Pemindah-tanganan itu hanya berlaku pada hasil

pengelolaan aset harta wakaf.

Makna sedekah dalam Islam mempunyai arti yang sangat luas, tidak

terbatas pada pemberian sesuatu yang sifatnya materiil kepada orang-orang yang

miskin; tetapi lebih dari itu sedekah mencakup semua perbuatan kebaikan, baik

bersifat fisik maupun non fisik (Dahlan, 1996: 5/1617). Pengertian tersebut

dapat dipahami bahwa sedekah meliputi semua perbuatan kebaikan yang dapat

dilakukan oleh setiap orang dengan semata-mata mengharapkan ridha dari Allah

swt.

Selain sedekah jariyah, wakaf juga berarti al-h}abs yang jamaknya al-

ah{ba>s atau h{absan diartikan dengan ‚mencegah atau diam‛ yang dijelaskan

dalam ungkapan ‚mewakafkannya tidak menjualnya dan tidak mewariskannya

(Mushtafa, t.th: 152). Syaikh al-T{usi seperti dikutip oleh Ayatullah Muhammad

Ibrahim (2000: 29) wakaf itu menahan pokoknya dan menyalurkan manfaatnya.

Kata al-waqf dan al-ah}ba>s sama-sama berbentuk mas{dar yang artinya

‚menahan‛(Rafiq, 1998: 490). Wakaf berarti menahan harta dan memberikan

manfaatnya di jalan Allah (Sabiq, t.th: III/378).

Oleh karena itu, wakaf mempunyai padanan kata yang banyak dalam

kajian hukum Islam, bahkan selain yang telah disebutkan di atas, wakaf juga

memiliki sinonim yang lainnya yaitu: tahri>m dan sabi>l yang keduanya banyak

ditemukan dalam kajian hadis (Khosyi’ah, 2010: 16). Wahbah Zuhaily (2010:

7599) bahkan menegaskan bahwa kata wakaf, tah}bi>s dan tasbi>l mempunyai

makna yang sama; yakni menahan pada kebaikan. Makna yang dikandung dari

Page 6: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

48

semua kata tersebut adalah menahan harta yang dimiliki seseorang untuk

dipergunakan pada jalan kebaikan.

Wakaf dalam pengertian istilah di kalangan imam mazhab, terjadi

perbedaan pandangan. Akibat perbedaan itu melahirkan pengertian yang

beragam sesuai dengan mazhab yang dianut oleh para ulama itu. Al-Kabisi

(2004: 40-62) mengemukakan pandangan imam mazhab antara lain6:

Mazhab Hanafi memberi pengertian wakaf adalah menahan benda wakif

dan menyedekahkan manfaatnya untuk kebaikan. Mewakafkan harta bukan

berarti meninggalkan hak milik secara mutlak, sehingga wakif boleh saja

menarik wakafnya kembali kapan saja dikehendakinya dan boleh diperjual-

belikan. Bahkan dijelaskan bahwa jika wakif meninggal dunia, maka

kepemilikan harta yang diwakafkan itu berpindah menjadi hak ahli waris; dan

yang tidak dapat ditarik adalah wakaf yang dilakukan dengan cara wasiat

berdasarkan keputusan hakim.7

Mazhab Maliki memahami wakaf adalah memberikan manfaat sesuatu

pada batas waktu keberadaannya bersamaan tetapnya wakaf dalam kepemilikan

wakif meski hanya perkiraan. Menjadikan manfaat harta wakif baik berupa sewa

6 Selain yang dikemukakan oleh al-Kabisi, pandangan mazhab dimaksud juga dapat ditemukan

dalam berbagai kitab fiqh atau kitab yang membahas masalah waris, hibah, wasiat, dan wakaf; termasuk

di antaranya yang disusun oleh Tim El-Madani (2014: 103-110); juga dalam jurnal (misalnya) Jurnal

Awqa>f pimpinan T{ariq Abdullah (2000: 29-30); Ahmad Abuziad (2000:3-4); Abd. al-Baqy (2006: 26-27);

Zuhaily (2010b: 7599-7602); Ali Fikry (1938: II/299-306). 7Imam Abu Hanifah memandang bahwa aqad wakaf tidak mengikat dalam artian bahwa orang

yang berwakaf boleh saja mencabut wakafnya kembali. Akad dalam wakaf jadi mengikat apabila: terjadi

sengketa antara orang yang mewakafkan dan naz}ir dan hakim memutuskan bahwa wakaf itu mengikat;

(2) wakaf itu dipergunakan untuk masjid; dan (3) putusan hakim terhadap harta wakaf itu dikaitkan

dengan kematian orang yang berwakaf (Dahlan, 1996: 1905).

Page 7: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

49

atau hasilnya untuk diberikan kepada yang berhak secara berjangka waktu sesuai

kehendak wakif.8

Di kalangan mazhab Syafi’i, wakaf dipahami menahan harta yang dapat

diambil manfaatnya dengan tetap utuhnya barang dan barang tersebut hilang

kepemilikannya dari wakif, serta dimanfaatkan pada sesuatu yang dibolehkan;

atau menahan yang bisa diambil manfaatnya dengan menjaga bentuk aslinya

untuk disalurkan kepada jalan yang dibolehkan.9

Mazhab Hambali mendefinisikan wakaf adalah menahan secara mutlak

kebebasan pemilik harta dalam menjalankan hartanya yang bermanfaat dengan

tetap utuhnya harta dan memutuskan seluruh hak penguasaan terhadap harta,

sedangkan manfaat harta adalah untuk kebaikan dalam mendekatkan diri kepada

Allah.

Jumhur ulama berpendapat bahwa wakaf yaitu menahan tindakan hukum

orang yang berwakaf terhadap hartanya yang telah diwakafkan dengan tujuan

untuk dimanfaatkan bagi kepentingan umum dan kebaikan dalam rangka

mendekatkan diri pada Allah swt, sedangkan materinya tetap utuh. Lebih lanjut

jumhur berpendapat bahwa harta yang sudah diwakafkan tidak lagi menjadi

milik wakif dan akadnya bersifat mengikat dan status harta telah berubah

menjadi milik Allah swt yang dipergunakan untuk kebajikan bersama, sehingga

8Pengertian yang dikembangkan dalam mazhab Maliki memperlihatkan bahwa kepemilikan harta

tetap pada wakif dan masa berlakunya tidak untuk selama-lamanya kecuali untuk waktu tertentu menurut

keinginan wakif yang telah ditentukan sendiri (Lubis, 2010: 5, Khosyi’ah, 2010: 19). 9Pengertian wakaf di kalangan mazhab Syafi’i telah dikembangkan dengan beberapa pendapat;

yaitu: Imam Nawawi mendefinisikan wakaf ialah menahan harta yang dapat diambil manfaatnya bukan

untuk dirinya sementara benda itu tetap ada dan digunakan manfaatnya untuk kebaikan dan mendekatkan

diri kepada Allah. Al-Syarbini mendefinisikan wakaf adalah menahan harta yang bisa diambil manfaatnya

dengan menjaga keamanan benda tersebut dan memutuskan kepemilikan barang tersebut dari pemiliknya

untuk hal-hal yang dibolehkan (al-Kabisi, 2004: 40).

Page 8: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

50

wakif tidak boleh bertindak hukum terhadap harta tersebut (Dahlan, 1996: 1905;

al-Ba>qy, 2006: 27).10

Lebih lanjut al-Kabisi (2004: 61) menegaskan bahwa dari beragam

definisi yang dikemukakan di kalangan imam mazhab; pandangan Ibn Qudamah-

lah yang sangat singkat namun telah mengindikasikan kepada makna wakaf

secara menyeluruh. Pandangan dimaksud adalah ‚menahan asal dan mengalirkan

hasilnya‛. Pendapat ini bagi al-Kabisi dianggap tepat dengan alasan:

Pertama, definisi ini dikutip dari hadis Nabi Muhammad saw kepada

Umar bin Khatt}ab ra, yang maknanya ‚menahan asal dan mengalirkan hasilnya,

sebagaimana telah disebutkan di atas. Kedua, definisi tersebut tidak

diperselisihkan di kalangan para ahli. Ketiga, definisi ini hanya membatasi pada

hakikat wakaf dan tidak mengandung perincian yang dapat mencakup definisi

yang lain.

Oleh karena itu, wakaf dapat dipahami sebagai ‚penahanan harta yang

dapat diambil manfaatnya tanpa musnah seketika dan untuk penggunaan yang

mubah serta dimaksudkan untuk mendapatkan keridhaan Allah; atau wakaf

menahan harta yang mempunyai daya tahan lama dipakai dari peredaran

transaksi dengan tidak memperjual-belikannya, tidak juga mewariskannya, dan

tidak pula menghibahkannya; justru manfaatnya disedekahkan untuk

kepentingan umum; dan status benda wakaf itu beralih menjadi milik Allah

bukan lagi menjadi milik pewakif.

10

Ibrahim Mahmud Abdul Ba>qy (2006: 26-27) menyimpulkan bahwa pemaknaan wakaf di

kalangan para ahli dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni: pandangan Imam Hanafi ra, pandangan

Imam Malik, dan pandangan jumhur.

Page 9: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

51

Di Indonesia, pemaknaan wakaf lebih cenderung mengikuti definisi yang

dikemukakan dalam mazhab Syafi’i. Cerminan pengertian dimaksud dapat

ditemukan dalam tiga peraturan perundang-undangan yang berlaku; yaitu:

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977; Kompilasi Hukum Islam (KHI);

dan UU Nomor 41 Tahun 2004. Di bawah ini dikemukakan isi peraturan

tersebut.

a. PP Nomor 28 Tahun 1977 pasal (1) menjelaskan wakaf ialah:

Perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan sebagian

dari harta kekayaan yang berupa tanah milik dan melembagakannya untuk

selama-lamanya untuk kepentingan peribadatan atau keperluan umum

lainnya sesuai dengan ajaran agama Islam.

b. Kompilasi Hukum Islam pasal 215, wakaf diartikan:

Perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang

memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakannya untuk

selama-lamanya untuk kepentingan peribadatan atau keperluan umum

lainnya sesuai dengan ajaran Islam (KHI, Ps. 215).

Pemahaman wakaf berdasarkan pada pasal 1 PP Nomor 28 Tahun 1977,

masih terbatas karena yang disebutkan wakaf itu tanah milik. Jenis harta wakaf

lainnya belum disebutkan dalam peraturan itu. Namun, hal ini berbeda dengan

uraian pada pasal 215 KHI yang telah menyebutkan secara umum dengan

menggunakan kalimat sebagian dari benda miliknya yang dapat saja dari benda

tetap dan benda tidak tetap (Khosyi’ah, 2010: 18).

c. UU Nomor 41 Tahun 2004.

Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau

menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya

atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna

keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syari’ah (Psl. 1).

Pemahaman wakaf yang tercantum dalam UU ini semakin terbuka, sebab

wakaf bukan hanya semata-mata tanah milik atau harta benda tidak bergerak;

Page 10: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

52

tetapi telah mencakup seluruh jenis harta yang dapat diambil manfaatnya. Jadi

harta apa saja selama tidak menyalahi ketentuan syari’at Islam dapat dibenarkan

untuk dijadikan wakaf dan memanfaatkannya sesuai ketentuan perwakafan.

Makna wakaf yang tersirat dalam peraturan perundang-undangan yang

ada yaitu: wakaf merupakan perbuatan hukum; adanya usaha mengeluarkan

sebagian harta yang dimiliki dengan memisahkannya dari harta miliknya; adanya

sasaran atau tujuan atas harta yang telah disisipkan itu untuk kepentingan

peribadatan; perbuatan itu dilakukan dengan tidak ada batasan waktu; serta

seluruh rangkaian perbuatan tersebut tidak boleh bertentangan dengan ketentuan

ajaran agama Islam.

Perumusan pengertian yang telah dijelaskan di atas menunjukkan bahwa

wakaf sebagai salah satu perbuatan manusia yang bersifat kebendaan telah

melahirkan konsekuensi hukum serta akibat lain yang ditimbulkannya yang

memerlukan perhatian umat Islam dengan membentuk badan atau lembaga yang

dapat mempertanggung jawabkan hak dan kewajiban dari hukum wakaf tersebut.

Wakaf juga telah memberikan indikasi nilai ekonomi yang sangat besar

peranannya dalam pengembangan masyarakat. Makna yang dikandungnya

menunjukkan bahwa wakaf menjadi modal investasi masa depan perekonomian

umat, sebagaimana yang berkembang dalam sistem perbankan konvensional

seperti penanaman saham, modal, dan sebagainya.

2. Dasar Hukum

Kendatipun tidak jelas dan tegas wakaf disebutkan dalam al-Qur’a>n secara

langsung, seperti telah dikemukakan di atas; namun banyak ayat yang

memerintahkan manusia berbuat baik yang dapat menyentuh pada kebaikan

Page 11: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

53

masyarakat. Ayat-ayat yang menyinggung agar manusia berbuat baik dengan

harta yang dimilikinya, sesungguhnya di pandang oleh para ahli sebagai landasan

perwakafan (Ali, 1988: 80). Di antara ayat-ayat al-Qur’a>n yang digunakan oleh

ahli menetapkan dasar wakaf adalah surah al-Baqarah (2): 267:

Terjemahnya:

Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian

dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami

keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang

buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri

tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata

terhadapnya dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

Ayat ini ditafsirkan di kalangan ahli tafsir Indonesia bahwa orang yang

benar-benar beriman akan menafkahkan sesuatu yang baik dengan maksud

menyucikan diri dan jiwanya. Tentu yang diinfakkan adalah sesuatu yang

memberikan hasil yang baik, sehingga infak itu bukanlah sesuatu yang buruk

yang tidak disukai oleh yang menginfakkan sebagaimana yang menafkahkan

tidak akan mau menerima bila diberi dari sesuatu yang buruk (Depag, 2009:

I/404). Tafsiran ini jika dianalisis dengan memahami makna yang dikandung dari

wakaf, maka sangat tepat dijadikan dasar hukum bagi perbuatan wakaf; sebab

wakaf bagian dari sedekah umum tidak mengamanatkan untuk mengeluarkan

harta yang dimiliki itu tidak mempunyai manfaat atau buruk, akan tetapi yang

Page 12: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

54

diwakafkan haruslah harta benda yang dapat memberi manfaat bagi

masyarakat.11

Ada juga ahli tafsir yang memahami bahwa ayat ini memerintahkan

manusia untuk menafkahkan sebagian dari harta yang diperoleh; baik melalui

usaha manusia maupun yang diperoleh dari perut bumi. Praktek nafkah dalam

konteks ayat ada yang wajib dan ada bersifat anjuran (Shihab, 2010: I/700). Ayat

ini juga dapat dipahami bahwa hasil usaha manusia dapat bermacam-macam

yang pada awal Islam belum berkembang pesat tapi pada saat sekarang telah

banyak ragamnya. Misalnya dalam bidang usaha jasa; jasa dapat dibagi menjadi

jasa komersial atau jasa profit dan jasa non profit. Jasa komersial di antaranya

penerbangan, dokter umum, bank, dan lain-lain yang juga masih dapat

diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Jasa nirlaba (non-profit) misalnya

sekolah, yayasan dana bantuan, panti asuhan, perpustakaan, museum, dan lain-

lain yang memiliki karekteristik khusus, yaitu masalah yang ditanganinya lebih

luas, tercapai tidaknya tujuan tidak hanya ditentukan berdasarkan ukuran

finansial; laba perusahaan nirlaba juga seringkali tidak berkaitan dengan

pembayaran dari pelanggan, dan biasanya perusahaan jasa nirlaba dibutuhkan

untuk melayani segmen pasar yang secara ekonomis tidak layak.

Demikian juga hasil yang dikeluarkan Allah swt dari perut bumi begitu

semakin banyak jenisnya. Hal ini sangat berhubungan dengan sumber daya alam

yakni segala sesuatu yang muncul secara alami yang dapat digunakan untuk

pemenuhan kebutuhan manusia pada umumnya. Sumber daya alam mutlak

11

Perbuatan menafkahkan sesuatu yang baik dan bukan yang buruk-buruk, termasuk perbuatan

yang amat terpuji, walaupun menafkahkan itu sendiri tidaklah sesuatu yang terbaik yang dimiliki manusia

(Shihab, 2010: 1/700).

Page 13: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

55

diperlukan untuk menunjang kebutuhan manusia. Pada umumnya, sumber daya

alam berdasarkan sifatnya dapat digolongkan menjadi SDA yang dapat

diperbaharui dan SDA tak dapat diperbaharui. SDA yang dapat diperbaharui

adalah kekayaan alam yang dapat terus ada selama penggunaannya tidak

dieksploitasi berlebihan; misalnya: tumbuhan, hewan, mikroorganisme, sinar

matahari, angin, dan sebagainya. SDA tak dapat diperbaharui adalah SDA yang

jika digunakan secara terus-menerus akan habis sementara proses

pembentukannya sangat lama. Misalnya: minyak bumi, emas, besi, berbagai

bahan tambang dan sebagainya.12

Usaha apapun yang dihasilkan manusia dalam rangka mendapatkan harta

kekayaan, dianjurkan untuk mengeluarkan sebagian dalam bentuk sedekah; baik

sedekah wajib maupun yang sunnah. Jadi ayat tersebut secara tidak langsung

memerintahkan manusia mewakafkan harta yang dimilikinya.

Kemudian pada surah Ali Imran (3): 92, Allah swt juga telah

menekankan:

Terjemahnya:

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),

sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai dan apa

saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.

Kemudian surah al-Hajj (22): 77:

12

Lihat: Wikipedia Bahasa Indonesia, 2011, Sumber Daya Alam Indonesia, diunduh pada

tanggal 16 Mei 2013 dari dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_alam.

Page 14: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

56

Terjemahnya:

Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah

Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat

kemenangan.

Ketiga ayat tersebut digunakan oleh Mus}t}afa Syalabi (1957: 23) sebagai

dasar adanya wakaf dalam al-Qur’a>n; walaupun tidak secara khusus disebutkan

wakaf, namun uraian dan makna yang dikandung di dalamnya telah

menunjukkan kepada sedekah umum dan kebaikan. Jumhur ulama memahami

bahwa ayat-ayat tersebut di atas mengandung keumuman di antara cara

mendapatkan kebaikan itu dengan menginfakkan sebagian harta yang dimiliki

seseorang di antaranya melalui sarana wakaf (Dahlan, 1996: 1906). Mencari

kebaikan dalam hidup tidaklah sulit, karena kebaikan dapat saja diperoleh setiap

manusia dari harta yang dimilikinya, kekuasaan, kesempatan, dan sebagainya.

Kebaikan yang dapat saja dilakukan manusia melalui harta kekayaannya dengan

menginfakkan di jalan Allah. Infak sebaiknya yang memiliki masa waktu yang

tidak ada batasannya.

Ayat lain yang dipahami sebagai informasi awal tentang wakaf yaitu

ayat 96 surah Ali Imran.13

Ayat dimaksud menceritakan bahwa Ka’bah yang

dibangun oleh Nabiyullah Adam as yang selanjutnya dimakmurkan kembali oleh

Nabiyullah Ibrahim dan Ismail as serta dilestarikan oleh Nabiyullah Muhammad

saw ditujukan untuk dimanfaatkan bagi kepentingan agama yang dikembangkan

13

Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di

Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.

Page 15: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

57

secara terus menerus merupakan wakaf pertama yang dikenal oleh manusia dan

dalam Islam (Qah}af, 2004: 6).14

Oleh karena itu, dapat dikemukakan bahwa seluruh ayat-ayat yang

menyampaikan untuk menginfakkan sebagian harta yang dimiliki seseorang,

atau juga mengeluarkan sedekah dari harta itu, mengandung makna salah

satunya adalah bertalian dengan wakaf, sebab ayat-ayat dimaksud tidak secara

jelas menyebutkan infak itu untuk apa tujuannya, namun yang diketahui bahwa

seluruh perintah berinfak mengarahkan kepada perbuatan yang baik dan

sekaligus bernilai positif bagi yang berinfak dan orang-orang yang menerimanya.

Selain dalam al-Qur’a>n sebagai sumber adanya informasi tentang wakaf;

ada juga sumber dari hadis yang ditemukan membicarakan masalah wakaf. Hadis

yang umum membicarakan wakaf adalah hadis yang diriwayatkan dari Muslim

yang bunyinya:

ال من ثالث نقطع معهل إ ذإ مات إبن آ دإم إ صدقة جارية آ و عمل ينتفع به آ و ودل صاحل : إ

يدعو هل15.

Para ulama menafsirkan kata-kata sedekah jariyah (sedekah yang akan

terus menerus mengalirkan pahala) dalam hadis tersebut dengan wakaf

(Hafidhuddin, 2008: 161). Sikap sahabat Umar bin Khattab yang meminta

pandangan dari Rasulullah tetang harta yang dimilikinya dan menginginkan

digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt, dan akhirnya Rasulullah

14

Ka’bah adalah rumah peribatan pertama untuk manusia. Ini memberi isyarat bahwa ia telah ada

sejak manusia menginjakkan kaki di muka bumi. Kota Mekkah tempat dibangunnya Ka’bah menjadi

pusat rohani pertama yang ditetapkan bagi manusia (Shihab, 2010: II/193; Depag, 2009: II/8). Abuziad

(2000: 2) dalam pandangan yang berbeda mengemukakan bahwa wakaf yang pertama dalam Islam adalah

masjid Quba yang dibangun langsung oleh Rasulullah kemudian di susul dengan masjid Nabawi. Pendapat

ini dapat dikatakan tidak ada masalahnya karena melihat wakaf pada masa Rasulullah dan itu merupakan

masa awal perkembangan Islam. 15

Hadis tersebut dapat ditemukan dalam Shahih Muslim Juz 5 Bab Ma> Yulhiqu al-Insa>n, hadis

nomor 4310, Sunan Abu Daud Juz 2 hadis nomor 2880 bab Ma> ja’a fîh.

Page 16: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

58

perintahkan untuk ‚menahan asalnya dan menyedekahkan hasilnya‛, menurut

Imam Syafi‛i bahwa ini merupakan landasan atas kebolehan berwakaf (Syafi‛i,

t.th, 3/52-53). Riwayat tetang Umar ini dijelaskan dalam as}h}abu as-sunan seperti

dikemukakan Mus}t}afa Syalabi (1957: 23-24). Hadis lain yang diriwayatkan

Imam Bukhari, Turmuzi, dan Nasa >’i dari Us\man bin Affan ra, Rasulullah saw

bersabda ‚barang siapa yang membeli sumur raumah, maka baginya syurga (as-

Suyuti, 1930: 6/234). Hadis tersebut menjelaskan bahwa Us\man bin Affan

membeli sumur dimaksud di Madinah kemudian sumur itu diwakafkan untuk

kepentingan umum, walaupun beliau sendiri juga menggunakannya untuk

kepentingan sehari-hari.

Rasulullah saw menjanjikan bahwa yang membeli sumur raumah akan

mendapatkan pahala yang sangat besar kelak di syurga, karena itu Us\man bin

Affan membeli sumur itu dan diwakafkan bagi kepentingan kaum muslimin

(Qah}af, 2004: 7). Kasus yang sama terjadi pada Abu T{alhah yang mewakafkan

perkebunan Bairuha, padahal perkebunan itu merupakan harta yang paling

dicintainya, maka pada saat itu turunlah ayat 92 surah Ali Imran.16

Turunnya

ayat ini menjadi spirit utama bagi Abu T}alhah untuk menyedekahkan

perkebunannya dan Rasulullah menasehatinya agar menjadikan perkebunan itu

untuk keluarga dan keturunannya (Bukhari, t.th: 4/9).

Praktik wakaf telah dikenal sejak awal Islam seperti telah dijelaskan di

atas. Oleh karena itu, wakaf sebenarnya memiliki akar keislaman yang sangat

mendasar, sebab kitab suci al-Qur’a>n dan hadis banyak menyinggung masalah

16

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan

sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah

mengetahuinya.

Page 17: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

59

yang berhubungan dengan perbuatan wakaf walaupun tidak secara eksplisit.

Sumber dimaksud telah mengajarkan pentingnya menyumbang untuk berbagai

tujuan kebaikan.

Jumhur juga telah memberi alasan bahwa umat Islam sejak datangnya

Islam sampai sekarang secara terus menerus mengamalkan wakaf untuk

kebaikan dan menghalangi wakif untuk membelanjakan harta wakaf tersebut

(Prihatini, 2005: 110). Membaca perkembangan wakaf yang ada, maka dapatlah

disimpulkan bahwa wakaf memang memiliki landasan hukum yang jelas; baik

seperti yang banyak dijelaskan informasinya dalam al-Qur’a>n dan hadis, juga

dalam realitas kehidupan telah menjadi bagian dari perbuatan umat, sehingga

siapapun yang mau beramal melalui wakaf dipandang tidaklah merugi tetapi

justru memberi manfaat dunia dan akhirat.

3. Rukun Wakaf

Ditegaskan dalam Islam bahwa prinsip pemilikan harta agar harta tidak hanya

berputar atau dikuasai oleh sekelompok golongan saja (hanya berputar di

kalangan orang kaya saja) hendaknya diinfakkan atau dibelanjakan di jalan Allah

swt (QS. Al-Taubah (9): 103). Perputaran harta bukanlah ditujukan semata-mata

untuk kepentingan bisnis dan pada segelintir orang; tetapi harta yang dimiliki

manusia harus memberi nilai ekonomi bagi orang lain secara seimbang.

Akibatnya orang miskin pun akan merasakan dampak atas perputaran harta

tersebut. Jika ini yang terjadi, berarti apa yang menjadi tujuan dan prinsip

ekonomi Islam yang di antaranya membuat distribusi sumber-sumber ekonomi,

kekayaan, dan pendapatan harus berlangsung secara adil dan merata dapat

tercapai. Islam mencegah konsentrasi kekayaan berada di tangan sedikit orang

Page 18: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

60

dan menghendaki agar harta berputar dan beredar di antara seluruh bagian dalam

masyarakat (Chaudhry, 2012: 32). Perputaran harta yang hanya terjadi di

kalangan tertentu akan mengakibatkan adanya ketidak seimbangan antar

kelompok masyarakat. Sistem mendominasi, menguasai, menopoli, begitu

dengan mudah terjadi. Kondisi ini menyebabkan lahirnya sistem eksploitasi,

yang akan memberi dampak terjadinya kegoncangan sosial (Khosyi’ah, 2010:

39).

Di samping itu, karena kekayaan itu harus dinikmati oleh semua

golongan, tidak dibenarkan hanya bisa dinikmati oleh sekelompok orang saja,

maka hal seperti inilah yang menyebabkan masalah sosial. Mengatasi tidak

adanya masalah sosial yang diakibatkan dari sistem distribusi yang tidak

seimbang, maka ajaran wakaf merupakan satu dari sekian banyak ajaran yang

memberikan solusi pada pendistribusian dan pemanfaatan oleh semua kelompok

masyarakat. Namun, wakaf juga memiliki aturan tersendiri sebagai salah satu

ketentuan hukum mengenai harta milik. Ketentuan dimaksud yakni adanya

unsur-unsur terjadinya wakaf.

Pada perjalanannya, wakaf mempunyai banyak persoalan dan perbedaan

pandangan di kalangan fuqaha menyangkut unsur atau rukun yang harus

dipenuhi dalam wakaf; walaupun perbedaan itu tidaklah esensi, sebab intinya

para fuqaha tetap sepakat bahwa wakaf merupakan bagian dari ajaran Islam yang

mempunyai dimensi sosial. Sahnya wakaf para mujtahid (fuqaha) telah sepakat

Page 19: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

61

bahwa harus memenuhi rukun dan syarat tertentu.17

Mengenai jumlah rukun

telah terjadi perbedaan pendapat di kalangan fuqaha (Syalabi, 1957: 40-41).

Pengikut mazhab Hanafi mengatakan bahwa rukun wakaf itu hanya satu

yaitu shighat (al-Kabisi, 2004: 87). Shighat adalah lafaz yang menunjukkan arti

wakaf, seperti ucapan ‚kuwakafkan kepada Allah atau untuk kebajikan tanpa

menyebutkan tujuan tertentu. S}igat ini hanya pada pernyataan ija>b (pernyataan

mewakafkan harta dari wakif), adapun qabu>l (pernyataan menerima wakaf) tidak

termasuk dalam rukun bagi mazhab Hanafi dengan alasan ‚akad wakaf tidak

bersifat mengikat‛ artinya jika seseorang mengatakan ‚saya wakafkan harta saya

pada anda, maka akad itu sah dengan sendirinya dan orang yang diberi wakaf

berhak atas manfaat harta itu (Dahlan, 1996: 1906). Sementara dalam literatur

yang lain disebutkan bahwa rukun wakaf itu ada empat, yakni: wakif, mauqu>f,

mauqu>f alaihi, dan s}igat (Bajiy, 2009: 25; Syat}iri, 1989: 116). Jumhur ulama

mengatakan bahwa rukun wakaf itu ada empat sebagaimana yang telah

disebutkan (Dahlan, 1996: 1906).18

Kalangan Hanafiyah mengatakan bahwa rukun wakaf adalah shighat

(ucapan, pernyataan tegas). S}igat adalah lafaz}-lafaz} yang menunjukkan makna

wakaf, seperti: tanahku ini diwakafkan selamanya untuk orang-orang miskin,‛

dan lafaz} sejenis misalnya ‚barang ini diwakafkan untuk Allah, untuk tujuan

kebaikan, atau diwakafkan saja‛, hal ini sesuai dengan ucapan Abu Yusuf dan

17

Rukun artinya sudut, tiang penyangga yang merupakan sendi utama atau unsur pokok dalam

pembentukan suatu hal. Tanpa rukun sesuatu tidak akan tegak berdiri. Wakaf sebagai suatu lembaga

dapat berdiri tegak jika rukun yang menjadi penyangganya terpenuhi (Ali, 1988: 84-85, Prihatini, 2005:

110), sedangkan rukun dalam terminology fiqh diartikan dengan sesuatu yang dianggap menentukan

suatu disiplin tertentu dimana ia merupakan bagian integral dari disiplin itu sendiri (Khallaf, t.th: 119). 18

Rukun wakaf dalam pandangan Malikiyah seperti dikutip Ali Fikry (1938: 304-305) disebutkan

ada empat yakni: wakif, mauqu>f, mauqu>f alaih, dan s{ighat. Uraian lebih lanjut terhadap rukun dimaksud

lihat pada halaman 308 tentang ah}ka>m al-wakaf.

Page 20: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

62

dijadikan fatwa untuk masalah ‘urf. Wakaf kadang bisa terjadi secara pasti,

seperti seseorang mewasiatkan hasil dari rumah untuk orang-orang miskin

selama-lamanya atau untuk si fulan kemudian untuk orang-orang miskin selama-

lamanya. Maka rumah tersebut pasti menjadi wakaf, sebab ucapan tersebut mirip

dengan ucapan ‚jika aku meninggal, aku wakafkan rumahku untuk ini‛ (Zuhaily,

2010b: 7605).

Rukun wakaf menurut Hanafiyah adalah pernyataan yang muncul dari

orang yang mewakafkan yang menunjukkan terbentuknya wakaf. Pemahaman ini

mendasarkan bahwa makna rukun adalah bagian sesuatu yang mana sesuatu itu

tidak bisa terwujud kecuali dengan bagian itu.

Mayoritas ulama mengatakan bahwa wakaf itu mempunyai empat rukun;

yaitu orang yang mewakafkan, barang yang diwakafkan, pihak yang diberi

wakaf, dan shighat. Pertimbangannya bahwa rukun adalah sesuatu yang suatu

perkara tidak bisa sempurna kecuali dengan sesuatu itu, baik sesuatu itu bagian

dari perkara itu, maupun sesuatu itu bukan dari bagian perkara itu.

Adapun qabu>l (s{igat menerima) dari pihak yang diwakafi tidaklah

termasuk rukun wakaf menurut kalangan Hanafiyah. Mazhab Hanabilah

berpandangan s{ighat qabu>l bukan juga merupakan syarat keabsahan wakaf atau

syarat memilikinya, baik pihak yang mendapatkan wakaf itu tertentu (diketahui

identitasnya) maupun tidak. Jika sekiranya pihak yang mendapatkan wakaf

diam, dia tetap mendapatkan hasil dari wakaf. Oleh karena itu, sesuatu menjadi

wakaf hanya dengan ucapan, sebab wakaf adalah penghilangan kepemilikan yang

menyebabkan terhalangnya jual beli, hibah dan warisan terhadap suatu barang.

Page 21: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

63

Wakaf tidak memerlukan s{igat qabu>l seperti memerdekakan budak.19

S{ighat

qabu>l menurut Malikiyyah, Syafi’iyyah dan sebagian Hanabilah termasuk rukun,

jika wakaf itu untuk orang tertentu dan dia mempunyai hak, patut untuk

menerima; kalau tidak maka disyaratkan walinya yang menerima, sebagaimana

hibah dan wasiat (Zuhaily, 2010b: 7606).

Rukun wakaf yang pertama adalah orang yang mewakafkan hartanya

(wakif). Seorang wakif haruslah memenuhi syarat untuk mewakafkan hartanya,

di antaranya adalah kecakapan bertindak, telah dapat mempertimbangkan baik

buruknya perbuatan yang dilakukannya dan benar-benar pemilik harta yang

diwakafkan itu. Syarat-syarat dimaksud merupakan bagian terpenting untuk

menuju profesionalitas berwakaf.

Mengenai kecakapan bertindak dalam hukum fikih ada dua istilah yang

perlu dipahami perbedaannya yaitu bali>q dan rasyi>d. Pengertian baliq

menitikberatkan pada usia, sedang rasyi>d pada kematangan pertimbangan akal.

Kecakapan bertindak melakukan tabarru (melepaskan hak tanpa imbalan)

diperlukan kematangan pertimbangan akal seseorang (Ali, 1988: 85). Kecakapan

dimaksud berkaitan dengan kemampuan mempertimbangkan baik buruknya

perbuatan yang dilakukannya dan karena wakaf merupakan pelepasan harta

benda miliknya untuk kepentingan umum (Munawar, 2004: 135-136). Mengenai

harta yang diwakafkan harus bebas dari beban hutang pada orang lain. Jika ada

19

Budak dipahami merendahkan diri atau hamba yang dibeli dan dimiliki yang harus taat dan

tunduk dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya apapun yang dibebankan padanya. Nash al-

Qur’an tidak membolehkan perbudakan tetapi yang ada mendorong dan anjuran membebaskan budak.

Ada lima prinsip pokok dalam memperlakukan budak; berbuat baik kepada budak sebagaimana berbuat

baik kepada kedua orang tua dan sebagainya; dilarang memanggil dengan ungkapan yang menghina;

memberikan makanan, tempat tinggal yang layak sebagaimana manusia lainnya; dilarang menganiaya dan

disakiti; dan memberikan pendidikan dan pengajaran kepadanya (Dahlan, 1996: 222-223).

Page 22: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

64

hutang, maka hutangnya diangkat terlebih dahulu supaya tindakan wakif tidak

merugikan orang lain.

Berdasarkan pada keterangan itu, maka mewakafkan harta tidaklah sah

jika dilakukan oleh anak kecil, orang gila, atau orang sedang dicabut haknya, dan

bagi orang yang terpaksa berbuat. Syarat yang dimaksudkan ialah orang yang

memberikan wakaf mempunyai kuasa seutuhnya terhadap harta yang

diwakafkan ketika masih hidup (Azzam, 2010: 399).

Rukun wakaf yang kedua mauqu>f. Harta yang hendak dijadikan wakaf

harus memenuhi syarat; yaitu: a) benda yang diwakafkan harus mutaqawwi>m

dan ‘aqa>r. Maksudnya barang atau harta yang dimiliki oleh seseorang dan itu

boleh dimanfaatkan menurut syari’at Islam dalam keadaan apa pun dan barang

tidak bergerak (Munawar, 2004: 137). Walaupun masalah harta benda tidak

bergerak bukanlah satu-satunya yang harus diwakafkan, tetapi untuk zaman

sekarang telah dikembangkan menjadi benda tidak bergerak, benda bergerak

selain uang dan benda bergerak berupa uang (UU No. 41/2004 Ps. 15)20

; b) benda

yang diwakafkan harus jelas wujudnya dan batas-batasnya. Ini bertujuan untuk

menjamin kepastian hukum dan kepastian hak bagi mustahik untuk

memanfaatkan benda wakaf; dan agar dikemudian hari setelah harta itu

diwakafkan tidak menimbulkan perselisihan dan permasalahan; c) harta yang

diwakafkan itu milik sempurna si wakif. Ketika harta yang diwakafkan itu

bukan milik sempurna wakif, maka dapat melahirkan permasalahan dan yang

bersangkutan telah memanfaatkan sesuatu yang bukan haknya; d) benda yang

diwakafkan harus kekal. Wakaf telah dimasukkan sebagai salah satu amal yang

20

Harta benda yang dicantumkan dalam pasal 15 tersebut diuraikan lebih lanjut melalui PP

Nomor 42 Tahun 2006, pasal 16-27.

Page 23: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

65

disebut ‚amal ja>riyah‛, untuk mendapatkan amal ja>riyah, maka harta yang

dikeluarkan itu sebaiknya zatnya kekal. Walaupun dikalangan para ahli masih

terdapat perbedaan; ada yang mengatakan boleh dibatasi oleh waktu dan harta

itu harus kekal zatnya agar memungkinkan dapat dimafaatkan terus menerus

(Munawar, 2004: 136-139).

Harta yang diwakafkan dapat memberi manfaat dan bukan sebaliknya

yakni mendatangkan malapetaka bagi yang menerima manfaat atau yang

mengelolanya; karena itu dilarang mewakafkan manfaat sesuatu barang yang

masih dalam kepemilikan orang lain (sewa, pinjam, milik bersama, dan lain-lain)

sebab manfaat yang dimaksud berasal dari benda wakaf yang sebenarnya dimana

bisa dimanfaatkan secara terus-menerus (Azzam, 2010: 401).

Rukun wakaf yang ketiga adalah tujuan wakaf. Tujuan itu harus

tercermin yang berhak menerima hasil wakaf atau mauqu>f alaihi harus jelas

misalnya: untuk kepentingan umum (mendirikan sekolah, masjid, rumah sakit,

amal-amal sosial lainnya); untuk menolong fakir miskin, orang-orang terlantar

dengan jalan membangun panti asuhan; untuk keperluan anggota keluarga

sendiri; dan lain-lain (Ali, 1988: 86).

Tujuan wakaf yang perlu ditekankan adalah untuk mendapatkan

keridhaan Allah swt dalam rangka beribadah kepada-Nya. Wakaf merupakan

ibadah ma>liyah yang berbentuk sedekah ja>riyah. Oleh karena itu, tujuan wakaf

tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai ibadah (Ali, 1988: 87). Ibadah adalah

sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah swt, sehingga ibadah menjadi

sarana penting bagi manusia untuk melakukan hubungan dengan Tuhannya.

Pelaksanaan ibadah untuk membuktikan diri manusia sebagai hamba serta

Page 24: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

66

sekaligus untuk menegaskan keberadaan Tuhan. Manakala ibadah dilakukan

tanpa totalitas penghambaan diri kepada Tuhan, maka manusia akan jauh dari

Tuhannya. Manakala ibadah itu dilakukan sebagai manifestasi kepentingan

pribadi sebagai manusia, yakni untuk memperoleh manfaat biologis dan bukan

murni penghambaan diri secara ikhlas dan khusyuk kepada-Nya, maka

sesungguhnya itu adalah wujud antroposentrisme ibadah. Ibadah bukan hanya

tidak bisa melangitkan manusia, melainkan juga tidak punya resonansi sosial.21

Jadi tujuan wakaf haruslah sepenuhnya semata-mata untuk mendekatkan diri

kepada Allah swt.

Sebenarnya kegiatan apapun yang dilaksanakan manusia di dunia ini

adalah bentuk pengabdian kepada sang Kha>lik, hal ini disebabkan tujuan

penciptaan manusia adalah pengabdian seperti ditegaskan Allah dalam al-Qur’a>n

surah (Q.S Az\-Z|a>riya>t: 56)‛. Sejalan dengan ayat ini maka tujuan hakiki hidup

manusia adalah menyembah dan memahami Allah yang Maha Kuasa serta

mengabdi kepada-Nya. Sayyid Qutub seperti dikutip Quraish Shihab (2010:

13/110) menafsirkan bahwa manusia tidak akan berhasil dalam kehidupannya

tanpa menyadari maknanya dan meyakininya; ayat ini membuka sekian banyak

sisi dan aneka sudut dari makna dan tujuan.

Ibadah sebagai tujuan penciptaan manusia memberikan penekanan agar

manusia mengetahui batas-batas yang diwajibkan kepadanya sebagaimana

dijelaskan al-Qur’a>n tentang penciptaan manusia sebagai khalifah (QS. Al-

Baqarah: 29). Quraish Shihab (2010: 13/112) berpendapat bahwa tugas sebagai

kekhalifahan termasuk dalam makna ibadah yang pada hakikatnya mencakup

21

Lihat: Nasaruddin Umar, 2008, Hikmah Ibadah; diakses pada tanggal 10 Mei 2013 dari:

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/ 11/08/01,.

Page 25: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

67

dua hal: pertama, kemantapan makna penghambaan diri kepada Allah swt dalam

hati setiap insan. Kemantapan dimaksud yakni melahirkan perasaan sebagai

seorang hamba dan ada Tuhan yang menciptakannya. Seorang hamba harus

patuh pada yang disembah dan tidak menyembah selainnya. Kedua, mengarah

kepada Allah semata seluruh gerakan anggota tubuh manusia termasuk hati

nurani dalam setiap gerak hidupnya, melepaskan diri dari segala perasaan yang

lain dan dari segala makna selain penghambaan diri kepada Allah, dengan

demikian terlaksana makna ibadah. Tujuan hakiki dari semua anggota tubuh

eksternal dan internal serta segala fitrah yang telah dikaruniakan kepada

manusia adalah ibadah, pemahaman, dan kasih kepada Allah swt.

Pencapaian tujuan hidup manusia salah satunya dapat dilakukan dengan

berjuang di jalan Allah melalui harta milik, kemampuan dan nyawanya seperti

yang diungkapkan dalam firman-Nya: ‚Berjihadlah dengan harta bendamu dan

jiwa ragamu di jalan Allah (QS. At-Taubah (9): 41. Islam mendorong manusia

untuk mengorbankan hartanya di jalan Allah dan memberikan haknya, sehingga

dengan itu dapat saling menggunakan dan akan menjadikan manfaat yang

sempurna bagi sesama manusia (Bably, 1999: 79). Wakaf telah menjadi bagian

dari upaya mengorbankan harta yang dimiliki manusia untuk pengembangan

jihad di jalan Allah. Oleh karena itu, tujuan wakaf pada hakikatnya adalah

implementasi nilai-nilai ibadah dan sekaligus perwujudan ibadah kepada Allah

swt.

Tujuan wakaf sebenarnya merujuk pada apa yang ditetapkan oleh wakif

dalam ikrar wakaf. Namun, yang perlu untuk diketahui bahwa dalam upaya

menentukan tujuan wakaf adalah berlaku asas kebebasan kehendak dalam batas-

Page 26: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

68

batas tidak bertentangan dengan hukum syari’ah, kepentingan umum dan

kesusilaan (Anwar, 2007: 82).

Oleh karena sifatnya yang demikian itu, maka tujuan wakaf itu dapat

dimasukkan ke dalam kategori ibadah pada umumnya. Tujuan tersebut harus

merupakan hal yang mubah menurut ukuran kaidah hukum Islam. Tujuan wakaf

yang sifatnya umum itu menuntut agar pengelolaannya dilakukan dalam bentuk

badan atau organisasi (Ali, 1988: 87).

Rukun wakaf yang keempat adalah shighat. Pernyataan wakif sebagai

tanda penyerahan benda yang diwakafkan itu; ini dapat dilaksanakan secara lisan

maupun tertulis. Setelah penyerahan, maka hak wakif atas benda itu hilang

karena benda itu kembali menjadi hak mutlak Allah yang dimanfaatkan orang

lain dan pahalanya yang akan diterima oleh wakif (Ali Ali, 1988: 87). Undang-

undang Nomor 41 Tahun 2004 mengatur bahwa ‚pernyataan wakif22

harus

dilakukan di hadapan pegawai pencatat akte ikrar wakaf (PPAIW) dengan

disaksikan oleh dua orang saksi.23

Ikrar wakaf dinyatakan secara lisan atau

tulisan serta dituangkan dalam akta ikrar wakaf oleh PPAIW (Psl. 17).24

Ikrar wakaf dipandang penting karena pernyataan ikrar membawa

implikasi gugurnya kepemilikan wakif atas hartanya dan harta wakaf menjadi

22

Pernyataan kehendak dari wakif untuk mewakafkan tanah atau harta benda miliknya harus

dinyatakan secara tegas baik lisan maupun tertulis dengan redaksi ‚aku mewakafkan‛ atau ‚aku

menahan‛ atau kalimat yang semakna lainnya (Psl. 1 ayat (3) PP Nomor 28 Tahun 1977, jo. Psl 215 ayat

(3) KHI). 23

Mengenai masalah saksi dalam ikrar wakaf tidak dibicarakan dalam kitab-kitab fiqh, karena

wakaf digolongkan ke dalam aqad tabarru yakni janji untuk melepaskan hak tanpa suatu imbalan

kebendaan; pelepasan itu hanya semata-mata ditujukan kepada Allah dalam rangka beribadah kepada-Nya

(Ali, 1988: 88). Namun wakaf termasuk masalah mu’amalah yakni ada hubungannya dengan

kemaslahatan umum, maka perundang-undangan yang ada mencantumkan adanya saksi. 24

Secara teknis, ikrar wakaf diatur dalam PP Nomor 28 Tahun 1978 pasal 5 dan pasal 218

Kompilasi Hukum Islam.

Page 27: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

69

milik Allah atau milik umum yang dimanfaatkan untuk kepentingan umum.25

Konsekuensinya harta wakaf tidak boleh diwariskan, dijual dan dihibahkan

(Rafiq, 2004: 324-325).

Di Indonesia, rukun wakaf dipahami meliputi tiga unsur, yaitu: wakif,

benda yang diwakafkan dan ikrar wakaf. Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004

tentang wakaf selain menyebutkan tiga unsur dimaksud, memasukkan kembali

naz}ir, peruntukkan wakaf, dan jangka waktu wakaf. Padahal dalam doktrin

hukum Islam yang tertuang dalam kitab-kitab fikih, naz}ir tidak termasuk rukun

atau syarat wakaf; akan tetapi hukum Islam yang berlaku di Indonesia26

naz}ir

tampaknya menjadi rukun wakaf karena wakaf harus diikrarkan kepada naz}ir di

hadapan PPAIW dan naz}ir adalah menjadi pengurus wakaf tersebut (Anwar,

2007: 80-81).

Rukun wakaf yang diikuti dengan syarat pada setiap rukun merupakan

unsur-unsur penting yang tidak terpisahkan dalam proses pengelolaan wakaf.

Sukses atau tidaknya pengelolaan wakaf adalah tidak terlepas pada baiknya

perbuatan wakif, barang yang diwakafkan dan ikrar, semuanya ini harus

diregistrasikan27

sebagai bukti telah terjadi perwakafan agar tindakan dimaksud

mempunyai kekuatan hukum dan menciptakan tertib administrasi (Rafiq, 2004:

322). Tuntutan tertib administrasi yang menjadi bagian dari tata kelola

organisasi, juga secara tidak langsung diamanahkan oleh perbuatan wakaf itu

25

Penempatan wakaf dalam konteks mu’amalah menuntut adanya pernyataan lisan dan atau

tertulis yang disaksikan oleh pejabat yang berwenang serta dihadiri oleh saksi menekankan prinsip

kepastian hukum dan transparansi yang dicatat dalam dokumen resmi merupakan tuntutan modernitas

tertib administrasi (Mubarak, 2008: 45). 26

Lihat: Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 1977, tentang Perwakafan Tanah Milik,

pasal 5-6. KHI buku III pasal 218-219. 27

Al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 282 telah menjadi dasar hukum bagi transaksi mu’amalah,

walaupun ayat tersebut tidak menyebutkan adanya wakaf tetapi utang piutang yang dalam pandangan

Ahmad Rafiq (2004: 322) dapat menjadi analogi dalam pencatatan wakaf.

Page 28: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

70

sendiri. Ketika perbuatan mewakafkan telah dilakukan oleh seseorang atau

lembaga, maka sistem tertib administrasi harus dilaksanakannya.

Selain rukun dan syarat yang mengikuti rukun; wakaf memiliki syarat

yakni: ta’bi>d (untuk selamanya), tanji>z (kontan), mas}ra>f (kejelasan tempat

peruntukkannya), dan ilza>m (bersifat mengikat). Muhammad Azzam (2010: 411)

menjelaskan:

Pertama, ta’bi>d (untuk selama-lamanya). Syarat ini diwujudkan kepada

kelompok orang yang karena kondisinya secara syar’i berhak mendapatkan hak

atas harta (orang yang tidak akan pernah habis) misalnya: fakir miskin,

mujahidin, para pelajar (ibnu sabi>l). Ismail Nawawi (2012: 243) menyatakan

bahwa wakaf tidak boleh dibatasi oleh waktu tertentu, sebab penggunaan wakaf

untuk selamanya.

Kedua, tanji>z (kontan). Wakaf hendaknya dilaksanakan secara kontan

dan tidak boleh digantung dengan sesuatu; misalnya dengan ucapan: ‚saya

mewakafkan hewanku ini kepada si Zaid jika dia datang pertengahan bulan! hal

ini bertentangan dengan makna wakaf yakni penyerahan milik secara langsung.‛

Wakaf segera dilaksanakan setelah dinyatakan oleh yang mewakafkan tanpa

digantungkan pada peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang, sebab

pernyataan wakaf berakibat lepasnya hak milik bagi yang mewakafkan. Ketika

wakaf digantungkan dengan kematian, maka bukan lagi wakaf tetapi menjadi

wasiat (Nawawi, 2012: 243).

Ketiga, mas}ra>f (kejelasan tempat peruntukkan). Penyebutan harta itu

diwakafkan kepada yang menerimanya dalam akad menjadi sebab keabsahan

Page 29: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

71

wakaf; sehingga ketika tidak disebut penerimanya maka akad wakaf dikatakan

batal.

Keempat, ilza>m (bersifat mengikat). Wakaf merupakan perkara yang

wajib dilaksanakan tanpa adanya hak khiyar (membatalkan atau melangsungkan

wakaf yang telah dinyatakan), sebab pernyataan wakaf berlaku seketika dan

untuk selamanya.

4. Macam-macam Wakaf

Pembagian wakaf dapat dilihat dari beberapa sudut pandang; yaitu: berdasarkan

tujuan; batasan waktu berlakunya; penggunaan barangnya; dan pengelolaannya.

Di bawah ini dijelaskan berdasarkan sudut pandang masing-masing:

a) Macam-macam wakaf dilihat berdasarkan pada tujuannya:

Secara umum wakaf memiliki tujuan yakni untuk kebaikan; baik itu bersifat

perseorangan maupun bersifat umum yang semuanya ditujukan semata-mata

untuk mendapatkan keridhaan Allah swt dan tidak boleh bertentangan

dengan nilai-nilai ibadah pada umumnya (Ali, 1988: 87). Wakaf sebagai

lembaga keagamaan menuntun pengelolaan yang berorientasi pada nilai

humanis spiritual. Tujuan itu menekankan bahwa pelaksanaan wakaf telah

membantu pemerintah dalam merealisasikan agenda pembangunan bidang

kemasyarakatan (Qahaf, 2004: 25; Hafidhuddin, 2008: 162. Mubarak, 2008:

24)28

. Jenis wakaf ini dibagi menjadi dua; yakni wakaf khairy dan wakaf

z{urri (al-Baqy, 2006: 41-44).

28

Pembagian wakaf dilihat dari aspek tujuannya ini menurut Munzir Qahaf (2004: 161)

sebagaimana diatur dalam perundang-undangan konvesional bukan hanya terdiri atas dua macam tetapi

ditambah satu yakni wakaf gabungan (musytarak) yaitu wakaf yang tujuannya bukan hanya kepentingan

umum atau keluarga semata melainkan ditujukan untuk kedua-duanya.

Page 30: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

72

1) Wakaf khairy adalah wakaf yang tujuannya untuk kepentingan umum;

wakaf jenis ini biasa disebut dengan wakaf sosial, karena memang

hasilnya diberikan untuk dinikmati oleh kalangan masyarakat secara

umum dan tidak oleh orang-orang tertentu (Hamami, 2003: 67-68).

Wakaf ini memang sejak semula ditujukan untuk kepentingan umum dan

tidak ditujukan kepada orang-orang tertentu. Wakaf yang diperuntukan

bagi kemaslahatan, jalan kebaikan, dan semuanya untuk mendekatkan

diri kepada Allah (al-Jamal, 2007: 25). Wakaf jenis inilah yang sejalan

dengan amalan wakaf yang diharapkan pahalanya mengalir secara terus

menerus, sekalipun wakifnya telah meninggal dunia selama harta wakaf

itu masih dapat diambil manfaatnya (Nawawi, 2012: 245).

2) Wakaf z{urri yaitu wakaf yang tujuannya untuk memberi manfaat kepada

wakif, keluarga, keturunannya, dan orang-orang tertentu tanpa melihat

kaya atau miskin, sakit atau sehat, tua atau muda (Sabiq, t.th: III/378)29

.

Wakaf ini juga disebut dengan wakaf keluarga. Jenis wakaf ini

memungkinkan akan timbul masalah apabila turunan atau orang-orang

yang ditunjuk tidak ada lagi yang mampu mempergunakan benda-benda

wakaf atau juga termasuk orang-orang yang ditujukan memanfaatkan

wakaf telah meninggal semuanya (Nawawi, 2012: 244). Kedua jenis

wakaf tersebut berkembang dihampir seluruh negara yang mayoritas

penduduknya muslim, bahkan di negara yang minoritas Islamnya pun ada

praktek perwakafan seperti itu (Prihatini dkk, 2005: 116).

29

Lihat uraian tentang jenis wakaf ini pada: Syalaby, 1957: 36, Syahi>n, t.th: II/83, Baki, t.th:

265; al-Jamal (2007: 23-24); Zuhaily (2010b: 7607); dan lain-lain.

Page 31: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

73

b) Macam-macam wakaf dilihat dari aspek batasan waktunya:

1) Wakaf abadi; yaitu wakaf yang berbentuk barang yang bersifat abadi,

misalnya: tanah, bangunan, atau barang bergerak yang ditentukan oleh

wakif sebagai wakaf abadi produktif, dimana sebagian hasilnya untuk

disalurkan sesuai tujuan wakaf dan sisanya untuk biaya perawatan wakaf.

Jenis wakaf inilah yang seyogyanya diamalkan oleh kaum muslimin.

2) Wakaf sementara; yaitu apabila barang yang diwakafkan berupa barang

yang mudah rusak ketika dipergunakan tanpa memberi isyarat untuk

mengganti bagian yang rusak. Wakaf sementara juga bisa dari keinginan

wakif yang memberi batasan waktu ketika mewakafkan barangnya

(Qahaf, 2004: 162).

c) Macam-macam wakaf dilihat berdasarkan penggunaannya:

1) Wakaf langsung; yaitu wakaf yang pokok barangnya digunakan untuk

mencapai tujuan secara langsung, misalnya pembangunan masjid,

madrasah, rumah sakit, dan sebagainya; jenis ini termasuk wakaf

konsumtif; wakaf jenis ini benar-benar dirasakan manfaatnya oleh

masyarakat secara langsung.

2) Wakaf produktif; yaitu wakaf yang pokok barangnya digunakan untuk

kegiatan produksi dan hasilnya diberikan sesuai tujuan wakaf. Kegiatan

produksi dimaksud dapat menyentuh dalam bidang pertanian,

perindustrian, perdagangan, jasa, dan sebagainya yang manfaatnya bukan

pada benda wakaf tetapi dari keuntungan hasil produksi pengembangan

wakaf yang akan diberikan kepada orang-orang yang berhak. Oleh karena

Page 32: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

74

itu, perbedaan antara wakaf langsung dengan wakaf produktif adalah

pada pola manajemen dan cara pelestarian harta benda wakaf.

Konsep wakaf produktif yang dimaksudkan adalah bagaimana

wakaf mampu ditransformasikan dari sistem pengelolaan wakaf yang

secara alami menjadi pengelolaan wakaf yang profesional untuk

meningkatkan atau menambah manfaat wakaf itu (Mubarak, 2008: 17).

Wakaf jenis ini dapat dimanfaatkan sebagai instrumen investasi

yang akan berdampak lebih besar dalam sektor ekonomi. Wakaf ini lebih

memiliki visi yang jauh ke depan dalam mendorong tingkat kesejahteraan

masyarakat sebagai suatu usaha terciptanya kemaslahatan umat. Hasil

yang diperoleh dari investasi wakaf akan memiliki multiflier effect dalam

mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi di suatu negara atau lembaga

(Nawawi, 2010: 245).

d) Macam-macam wakaf dilihat berdasarkan pengelolaannya:

1) Wakaf yang dikelola oleh wakif secara langsung atau salah satu dari

keturunannya yang kategori orangnya ditentukan oleh si wakif; jenis ini

sejalan dengan wakaf yang diperuntukkan bagi keluarga semata. Macam

wakaf seperti ini hanya lebih bersifat kepentingan khusus keluarga.

Perbuatan ini dapat dibenarkan sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah

dalam al-Qur’an al-Nisa> (4) ayat 9. Jika ini yang diterapkan, maka

potensi pemanfaatan hasil wakaf tidak menyentuh kepentingan publik.

2) Wakaf yang dikelola oleh orang lain yang ditunjuk oleh si wakif

mewakili suatu jabatan atau lembaga tertentu dan hasilnya digunakan

untuk kepentingan lembaga tersebut; jenis wakaf ini juga belum

Page 33: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

75

memberikan jaminan akan distriubsi hasilnya dinikmati oleh masyarakat

umum, sebab bila lembaga yang ditunjuk itu bersifat lembaga privat,

maka hanya pemilik lembaga itulah yang akan menikmatinya.

3) Wakaf yang dikelola oleh seseorang atau lembaga yang ditunjuk oleh

hakim karena dokumen wakaf tersebut telah hilang atau rusak;

4) Wakaf yang dikelola langsung oleh pemerintah.

Di Indonesia sistem pengelolaan wakaf telah mengalami perkembangan.

Wakaf yang dikelola dengan sistem manajemen yang amanah, profesional, dan

integrated dengan bimbingan dan pengawasan dari pemerintah dan masyarakat

akan menjadi pemacu gerak perekonomian masyarakat serta menyehatkan

tatanan sosial sehingga makin mengurangi kesenjangan antara kelompok

masyarakat yang mampu dengan yang tidak mampu. Upaya pemberdayaan

wakaf harus diarahkan sebagai instrumen untuk membangun taraf kehidupan

umat terutama melalui pemberdayaan untuk kebutuhan dasar, pembiayaan

pendidikan, fasilitas pelayanan kesehatan, pemberdayaan ekonomi yang

manfaatnya tidak habis seketika di tangan mauqu>f alaihi. Sebagai jawaban dan

langkah konkrit atas kebutuhan tersebut itu, pihak Kementerian Agama RI

merespons dengan melahirkan Direktorat Pemberdayaan Wakaf. Direktorat ini

mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan dan bimbingan di bidang

pemberdayaan wakaf berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh

Direktur Jenderal. Direktorat ini terdiri atas empat sub direktorat; yaitu: a) Sub

Direktorat Inventarisasi dan Sertifikasi Wakaf; b) Sub Direktorat Penyuluhan

Wakaf; c) Sub Direktorat Pengelolaan Wakaf; dan d) Sub Direktorat Bina

Lembaga Wakaf (Djunaidi, 2006: 83-87).

Page 34: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

76

Oleh karena itu, struktur pembagian wakaf dilihat dari beberapa aspek

tersebut, memberikan gambaran bahwa wakaf memiliki nilai yang positif jika

dikelola sesuai dengan tujuannya. Selain itu, dengan dikelolanya wakaf yang

dapat dilihat dari berbagai sisi maka memungkinkan wakaf akan menjadi

lembaga besar dan juga memberi pengaruh dalam banyak bidang. Pengaruh

pembentukan infrastruktur kelembagaan dalam memberikan bantuan sosial,

ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lainnya yang tidak terikat pada pemerintah,

dapat diperoleh dari pengelolaan wakaf yang memiliki nilai ekonomis tinggi

tersebut.

5. Pengelola Wakaf (Nazir)

a) Pengertian

Nazir menurut al-Shan’ani seperti dikutip Jafril Khalil (2008: 36) adalah

orang/pihak yang berwenang untuk memelihara dan mengembangkan wakaf,

juga menyerahkan hasilnya kepada orang yang berhak. Nazir adalah

orang/sekelompok orang dan badan hukum yang diserahi tugas oleh wakif

mengelola wakaf; atau biasa disebut mutawalli yaitu orang yang mendapat

kuasa mengurus dan mengelola wakaf (Ridha, 2006: 17)30

. Nazir adalah

orang atau badan yang memegang amanat untuk memelihara dan mengurus

harta wakaf sebaik-baiknya sesuai dengan wujud dan tujuannya (Ali, 1988:

91). Jadi nazir itu sebagai penjaga, administrator, kepala atau direktur dan

yang sejenis dengan itu (al-Munawar, 2004: 151). Naz{ir disyaratkan

mempunyai akal yang sehat, dewasa, amanah, dan mempunyai kemampuan

30

Abdoerraoef (1986: 147; Ali, 1988: 91) juga menjelaskan sebagaimana yang dipahami di

kalangan fuqaha bahwa nazir yang juga disebut mutawalli adalah orang yang diserahi kekuasaan dan

kewajiban untuk mengurus dan memelihara harta wakaf. Nazir secara singkat penjaga atau pengawas

(Munawwir, 1997: 1434. Cowan (ed.), 1980: 977).

Page 35: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

77

atau kuasa untuk mengelola urusan wakaf (al-Baqy, 2006: 72). Undang-

undang Nomor 41 Tahun 2004 Pasal 1 ayat (4) menjelaskan bahwa ‚nazir

adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola

dan dikembangkan sesuai dengan peruntukkannya.

Di Indonesia, nazir diartikan dengan pengawas atau penjaga; yakni

orang yang diserahi tugas untuk mengelola wakaf. Pemahaman tersebut

dikembangkan dalam bentuk kelompok orang atau badan hukum. Pengertian

seperti ini dalam kajian fiqh berarti penguasaan terhadap harta wakaf untuk

diawasi, dijaga dengan sebaik-baiknya agar dapat memberi manfaat bagi

yang berhak menerimanya (Prihatini dkk, 2005: 116-117; Wadjdy, 2007:

159).

Oleh karena itu, nazir merupakan orang kepercayaan wakif yang

diberikan tugas untuk mengelola harta wakaf dari si wakif, agar harta

tersebut dapat memberi manfaat bagi orang lain sesuai dengan tujuan wakaf

itu. Tugas dan fungsi tersebut yang dalam UU Nomor 41 tahun 2004 dapat

dilaksanakan oleh perorangan, organisasi dan badan hukum. Ini menitipkan

amanah bahwa nazir perlu diangkat atau dipilih untuk melaksanakan tugas

mulia itu.

b) Syarat nazir

Pengangkatan nazir bertujuan agar harta wakaf tetap terjaga dan terurus

sehingga harta wakaf tidak menjadi sia-sia dan memberi manfaat bagi

kesejahteraan umat. Berfungsi tidaknya benda wakaf tergantung pada

nazirnya (Djunaidi, 2006: 48; 2006: 93). Posisi nazir sangat penting dan

strategis sebagai bagian yang tak terpisahkan bagi keberhasilan wakaf dan

Page 36: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

78

realisasi pengelolaan harta wakaf. Oleh sebab itu, untuk menjadi nazir

seseorang harus memiliki persyaratan dan kualifikasi tertentu agar dapat

mengemban amanat itu dengan sebaik-baiknya (Rafiq, 2004: 326). Syarat

yang umum yaitu: adil dan mampu. Adil adalah mengerjakan yang

diperintahkan dan menjauhkan yang dilarang menurut syari’at; dan mampu

adalah mempunyai kekuatan dan kemampuan seseorang untuk

mentas}arrufkan apa yang dijaga (Djunaidi, 2008: 51).

Nazir juga harus memiliki kemampuan. Kemampuan sebagai syarat

dimaksudkan adalah: mampu menggerakkan motivasi seluruh orang yang

menjadi tanggung jawabnya dalam mengurus harta wakaf, memberi tugas

kepada bawahan sesuai dengan kompotensi mereka dan sekaligus mampu

menempatkan orang pada posisi yang benar, memberikan reward bagi

bawahan berprestasi dan berani menghukum atau memberikan punishment

terhadap bawahan yang melanggar aturan dan mampu memberi contoh yang

baik.31

Jika nazir tidak lagi memiliki kemampuan mengelola wakaf, maka

hak pengawasan dan pengelolaannya pindah kepada hakim (Azzam, 2010:

432).

Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004, menjelaskan syarat menjadi

nazir; pertama, nazir perseorangan harus memenuhi syarat: warga Negara

Indonesia, beragama Islam, dewasa, amanah32

, mampu secara jasmani dan

rohani, dan tidak terhalang melakukan perbuatan hukum. Syarat-syarat

31

Dalam sebuah ayat disebutkan bahwa ‚Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan)

kebajikan sedangkan kamu sendiri melupakannya padahal kamu membaca al-Kitab (Taurat), maka

tidaklah kamu berpikir.‛ (QS. Al-Baqarah (2): 44). 32

Amanah adalah memelihara titipan orang dan mengembalikan kepada pemiliknya dalam bentuk

semula tanpa kurang satu pun. Artinya manusia memiliki tanggung jawab terhadap hak milik orang lain

yang dipercayakan kepadanya. Ia tidak akan mengkhianatinya karena ia yakin Allah selalu melihat apa

yang dikerjakan oleh hamba-Nya, baik yang lahir mapun yang tersembunyi.

Page 37: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

79

dimaksud jika dipenuhi oleh pengelola wakaf perseorangan, akan sangat

jarang ditemui adanya penyelewengan dalam pengelolaan; sebab dengan

disyaratkan adanya amanah secara langsung menutup pintu pelanggaran dari

wewenang sebagai pengelola.

Kedua, nazir organisasi syaratnya: terpenuhi syarat nazir

perseorangan, organisasi yang bergerak dibidang sosial, pendidikan,

kemasyarakatan dan/atau keagamaan Islam. Nazir bentuk ini akan dapat

banyak terbentuk dalam masyarakat, jika wakaf memang telah dijadikan

sumber ekonomi bagi kemajuan masyarakat.

Ketiga, nazir badan hukum memiliki syarat: terpenuhi syarat nazir

perseorangan, badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan

perundang-undangan yang berlaku, badan hukum yang bersangkutan

bergerak dibidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan/atau keagamaan

(Pasal 10).

c) Tugas dan tanggungjawab nazir

Nazir mempunyai tanggung jawab yang sangat berat karena apa yang

diterimanya merupakan amanah, sehingga perlu diatur tugas dan fungsinya

agar setiap nazir dapat menjadikan dasar dan sandaran untuk melaksanakan

amanah tersebut. Pasal 11 UU Nomor 41 Tahun 2004 menyebutkan bahwa

tugas nazir adalah: a) melakukan pengadministrasian harta benda wakaf; b)

mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan,

Page 38: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

80

fungsi dan peruntukannya; c) mengawasi dan melindungi harta benda wakaf;

d) melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia33

.

Idris Khalifah dalam hasil penelitiannya seperti dikutip Jafril Khalil

mengatakan tugas nazir adalah: 1) memelihara, mengembangkan, dan tidak

membiarkan wakaf terlantar sehingga tidak mendatangkan manfaat; 2)

membagi hasil wakaf kepada pihak-pihak yang berhak menerimanya; 3)

menginvestasikan harta wakaf; 4) bertanggung jawab atas kerusakan harta

wakaf yang disebabkan kelalaiannya dan dengan itu ia boleh diberhentikan

dari jabatannya34

. Sementara dalam mazhab Syafi’i seperti yang

diungkapkan oleh Wahbah Zuhaily (2010a: 2/362) bahwa nazir memiliki

kewajiban mengelola, menyewakan, memetik hasil wakaf dan

membagikannya pada orang yang berhak menerimanya, menjaga pangkal dan

penghasilan wakaf dengan penuh kehati-hatian.

Tugas nazir secara mutlak adalah melaksanakan pengelolaan sampai

mendapatkan keuntungan yang selanjutnya membagi kepada mustahiq,

menjaga harta pokok dan hasilnya secara teliti karena dialah yang

diamanahkan, membagi hasil wakaf kepada mustahiq sesuai dengan yang

ditetapkan oleh si wakif (Azzam, 2010: 432).

Ada dua sifat yang melekat pada nazir untuk dapat melaksanakan

tugasnya; yaitu aspek tindakannya dan aspek wewenangnya. Dilihat dari

aspek tindakannya; para ulama telah sepakat bahwa nazir sebagai wakil dari

33

PP Nomor 42 Tahun 2006 Pasal 13; PP Nomor 28 Tahun 1978 Pasal 7 yang menjelaskan

tentang kewajiban nazir. Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978 Pasal 10 juga menjelaskan

kewajiban bagi nazir. 34

Tulisannya berjudul ‚Standarisasi Nazhir Wakaf Uang Profesional‛ dalam jurnal al-Awqaf, 2008: 36)

Page 39: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

81

orang yang mewakafkan hartanya;35

karena itu, dalam tindakan nazir

hanyalah seorang wakil sesuai hukum perwakilan dan tidak boleh bertindak

sebagai pemilik. Dilihat dari aspek wewenangnya; kekuasaan seorang

manusia atas harta orang lain tidak terlepas dari dua kemungkinan; pertama,

penguasaan atas dasar hukum, dan kedua, penguasaan atas dasar tindakan

perampasan. Pengelolaan wakaf, termasuk penguasaan yang didasarkan atas

hukum. Penguasaan ini sebagai amanat dan sebagai tanggungan. Penguasaan

atas amanat adalah perwalian yang didasarkan pada hukum dan tidak ada

petunjuk yang membebankan ganti rugi kepada pemegangnya untuk

menggantinya ketika harta itu rusak; sedangkan penguasaan atas tanggungan

mewajibkan ganti rugi jika terdapat kerusakan pada harta wakaf karena nazir

sebagai perwalian yang sah atas dasar hukum.

Pengelolaan wakaf, para ulama sepakat merupakan penguasaan atas

dasar amanat yang mana si pemegang (naz}ir) adalah orang yang dipercaya

untuk mengelola harta yang berada di bawah kekuasaannya (al-Kabisi, 2004:

523). Dasar itulah, maka naz}ir berwenang melakukan segala tindakan yang

mendatangkan kebaikan bagi wakaf itu dengan senantiasa memperhatikan

syarat-syarat yang ditentukan oleh wakif (Ali, 1988: 92; Zuhaily, 2010: 361-

362). Al-Kabisi (2004: 431) selanjutnya mengemukakan bahwa hak

perwalian yang melekat pada seorang naz}ir dikelompokkan menjadi dua

35

Nazir sebagai wakil, mewakili dua kelompok; kelompok pemilik dan kelompok mustahik.

Selama wakif masih hidup, maka tindakannya harus sesuai dengan petunjuk wakif. Wakif berhak

memecat atau memberhentikan dengan sebab atau tanpa sebab. Nazir sebagai wakil dari mustahik, karena

dia bekerja untuk kepentingan mereka sesuai dengan hakikat wakaf yang membagikan manfaat darinya.

Orang yang mendapatkan hak atas manfaat harta wakaf adalah mereka yang dimaksudkan sebagai fakir

miskin dan lain sebagainya. Pengangkatan naz}ir, untuk menjaga dan membagikan harta manfaat wakaf itu

kepada yang berhak. Naz}ir adalah wakil mereka dan mengatasnamakan kepentingan mereka (al-Kabisi,

2004: 518-522).

Page 40: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

82

macam, yakni: perwalian absolut dimana hak perwalian ini ditetapkan secara

langsung oleh si wakif dengan pertimbangan bahwa harta yang diwakafkan

itu adalah miliknya; perwalian relatif yakni hak perwalian yang diberikan

atau ditetapkan karena adanya syarat tertentu, atau melalui penyerahan

perwakilan, atau juga melalui keputusan dari orang yang berhak untuk itu.

d) Hak dan kewajiban naz}ir

Naz}ir dalam melaksanakan tugasnya yang begitu berat dan mengeluarkan

energi, sangat layak dan pantas untuk mendapatkan upah dari hasil usahanya.

Ketentuan pemberian upah bagi si naz}ir tidak ada ketentuan dan batasan

besarnya, tergantung tempat dan kondisi dimana naz}ir bekerja. Al-Kabisi

(2004: 499) mengatakan bahwa para ulama telah menyebutkan banyak sekali

dalil atau dasar hukum yang digunakan untuk memberikan upah kepada

naz}ir. Adat yang sudah berlangsung sejak zaman para sahabat hingga

sekarang ialah pemberian upah kepada naz}ir yang diambil dari sebagian

keuntungan merupakan balasan atas usahanya mengurus harta wakaf.

Jelaslah bahwa naz}ir berhak menerima upah atas usaha mengelola dan

memelihara harta wakaf (Ali, 1988: 92)36

.

Oleh sebab itu, agar pengelolaan wakaf dapat berlangsung sesuai

dengan tujuan wakaf; maka sistem pemberian upah atau imbalan atas jasa

mengelolanya tidak boleh lagi dikesampingkan atau bahkan tidak

dipedulikan (Wadjdy, 2007: 167-168). Adanya pemberian upah yang layak

akan memberi dorongan bagi naz}ir untuk mengelola dengan sebaik-baiknya.

36

Nazir berhak mendapatkan upah, bahkan apabila wakif menjanjikan sebagian penghasilan

wakaf menjadi milik naz}ir, maka hal itu dibolehkan meskipun melebihi standar upah minimum. Jika

wakif tidak menyebutkan besaran upah yang menjadi hak bagi naz}ir, maka naz}ir tidak berhak mendapat

upah kecuali ada penetapan dari hakim atas masalah tersebut (Zuhaily, 2010a: 362-363).

Page 41: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

83

Di sisi lain jika pengelola wakafnya telah diberikan upah sebagaimana

layaknya bagi karyawan yang bekerja di sebuah perusahaan atau

pemerintahan, maka ini merupakan langkah maju yang memobilisasi

kemajuan pengelolaan wakaf. Akibatnya mengelola wakaf akan membuka

lapangan kerja baru bagi umat.

Terkait dengan pengelolaan wakaf, maka yang penting untuk

diperhatikan dan dilaksanakan oleh setiap yang memegang amanah sebagai

naz}ir, yaitu: wakaf adalah bagian dari amalan kebendaan yang bersifat abadi

dan ditujukan untuk kemaslahatan umat, sehingga menuntut adanya

pemahaman tentang hukum-hukum wakaf itu sendiri; pengelolaan wakaf

harus diarahkan pada peningkatan produktifitas atas harta wakaf dan bukan

yang bersifat konsumtif, sehingga harta wakaf akan selalu memberi

kemaslahatan yang seluas-luasnya; pengelola harus mempunyai pengetahuan

dan kemampuan manajerial, sehingga menjadi keterpaduan dalam

pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya sebagai naz}ir; untuk mendorong

kinerja yang baik dan bermutu pengelola wajib mendapatkan upah dan tidak

hanya dibiarkan mereka berkerja tanpa ada kepastian hidupnya, sehingga

keseriusan dan perhatiannya terhadap tugas dan tanggungjawabnya dapat

terlaksana dengan maksimal; pengelola wakaf harusnya terbentuk dalam

sebuah tim kerja yang solid, hal ini tergambar dengan adanya struktur

pengurus pengelola wakaf itu, sehingga pengelolaan yang hanya melibatkan

satu orang semata tidaklah memenuhi standar pengelolaan wakaf yang baik.

Page 42: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

84

B. Konsep Manajemen

1. Pengertian dan Perkembangannya

Kata manajemen sama halnya dengan administrasi yang berasal dari bahasa

Latin. Manajemen dari asal kata ‚manus‛ yang berarti tangan; dan ‚agere‛ yang

berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja ‚managere‛ yang

artinya menangani. Managere telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris

dalam bentuk kata kerja ‚to manage‛ yang berarti mengurus, mengatur,

melaksanakan, mengelola‛(Usman, 2010: 5).37

Kata yang awalnya kata kerja

dirubah dengan kata benda ‚management.‛ Management memiliki dua arti,

yakni sebagai kata benda yang berarti direksi atau pimpinan dan

ketatalaksanaan,38

tata pimpinan, pengelolaan (Echols, 1996: 372).

Handoko (2003: 8) yang mengutip pendapat Mary Parker mengatakan

‚manajemen adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain‛.

Louis E. Boone (1984: 4) menjelaskan bahwa manajemen adalah usaha

menggunakan orang dan sumber daya manusia lainnya untuk mencapai tujuan;

pengertian ini berlaku untuk semua jenis organisasi. Stoner (1996: 8)

berpendapat ‚manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan

penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan

organisasi yang telah ditetapkan.‛ Manajemen berarti sesuatu yang dilakukan

oleh para manajer untuk mencapai produktifitas. Handoko (2003: 10)

37

Berkaitan dengan arti manajemen seperti itu, maka dikatakan ada beberapa pertanyaan yang

muncul; yakni: apa yang diatur, mengapa harus diatur, siapa yang mengatur, bagaimana mengaturnya,

dan di mana harus diatur, sehingga manajemen itu telah menjelaskan objek pengelolaan (Athaillah, 2010:

13). 38

Tata berarti aturan (yang biasa dipakai dalam kata majemuk), kaidah aturan atau system.

Tatalaksana berarti cara mengurus atau menjalankan suatu perusahaan dan sebagainya (Depdikbud, 1995:

1014-1015).

Page 43: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

85

berkesimpulan bahwa manajemen sebagai bekerja dengan orang-orang untuk

menentukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan

pelaksanaan fungsi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia atau

kepegawaian, pengarahan dan kepemimpinan, dan pengawasan. Manajemen juga

berarti pencapaian tujuan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi yang ada dalam

manajemen.

Mamduh Hanafi (2003: 6) mengatakan bahwa ‚manajemen adalah proses

merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan untuk

mencapai tujuan organisasi dengan menggunakan sumber daya organisasi. Arti

manajemen dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses penggunaan

sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran atau juga pimpinan yang

bertanggung jawab atas jalannya perusahaan dan organisasi (Depdikbud, 1995:

623).

Daft (2006: 6) mendefinisikan bahwa manajemen adalah ‚pencapaian

tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya organisasi.

Kreitner (2005: 6) mendefinisi-kan manajemen adalah proses bekerja dengan dan

melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara yang efisien

dan etis. Sejalan dengan arti tersebut Aan Kamariah dalam Tim Dosen UPI

(2010: 87) menjelaskan bahwa manajemen merupakan kemampuan dan

keterampilan khusus yang dimiliki seseorang untuk melakukan suatu kegiatan

baik secara perorangan ataupun bersama orang lain atau melalui orang lain

dalam upaya mencapai tujuan organisasi secara produktif, efektif, dan efisien.

Page 44: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

86

Selain istilah manajemen yang ditemukan dalam bahasa Inggris atau

mungkin bahasa lainnya, ternyata manajemen ditemukan juga dalam bahasa

Arab. Manajamen dalam bahasa Arab disebut dengan ‚ida>rah‛ yang artinya tata

usaha atau administrasi (Munawwir, 1997: 432; Wadjdy, 2007: 174-175).

Manajemen adalah suatu rentetan langkah yang terpadu untuk mengembangkan

suatu organisasi sebagai suatu sistem ekonomi teknis.39

Pemahaman terhadap

manajemen yang demikian itu, sesungguhnya dalam al-Qur’an ada ungkapan

yang mempunyai kesamaan makna. Kata-kata yang sepadan dengan makna

manajemen antara lain: kata tadbi>r yang dalam bahasa al-Qur’a >n dirangkai

dengan kata al-Amru, kata al-Qur’a>n dan kata al-Qaul. Di bawah ini diuraikan

beberapa ayat yang mengandung makna manajemen:

Terjemahnya:

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan

bumi dalam enam masa, Kemudian dia bersemayam di atas 'Arsy untuk

mengatur segala urusan (QS. Yunus : 3)40

Terjemahnya:

Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Quran? kalau kiranya al-

Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan

yang banyak di dalamnya (QS. Al-Nisa: 82)

39

Pendapat ini dikemukakan oleh Ahmad Ibrahim Abu Shinn dalam bukunya ‚al-Ida>rah fi al-Isla>m yang dikutip oleh Rozalinda (2010: 26-27).

40Ayat-ayat yang juga menyebutkan kata yud}abbir al-amr dapat ditemukan pada Surah: al-Ra’d

(13): 2; al-Sajadah (32): 5; al-Na>jiyat (79): 5.

Page 45: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

87

Terjemahnya:

Maka apakah mereka tidak memperhatikan perkataan (Kami), atau

apakah Telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang

kepada nenek moyang mereka dahulu? (QS. Al-Mukminun: 68).

Kata yatad}abbaru>n berbentuk fi’il mud }a>ri (masa depan) dari kata

tad}bara, masdarnya adalah tad}abbur. Akar katanya adalah d}a-ba-ra yang berarti

belakang. Anggota bagian belakang dari seseorang (anus) disebut dubur,

sedangkan anggota kelamin bagian depannya disebut qubul. Tad}bi>r yang biasa

diartikan dengan merancang adalah memikirkan tentang akibat dari sesuatu.

Pengertian ini memberi penegasan bahwa tad}abbur adalah satu pekerjaan

merenungkan, mencermati, menghayati, memikirkan yang dilakukan seseorang

secara sungguh-sungguh tentang akibat atau kesudahan dari sesuatu hal. Lalu

kata tad}abbur dipakai juga untuk pekerjaan yang bersifat memikirkan

merenungkan suatu hal (Depag, 2009: II/220).

Perintah bertad}abbur mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan al-

Qur’a>n, baik redaksi maupun kandungannya, petunjuk maupun mukjizatnya.

Salah satu yang diperintahkan untuk diperhatikan adalah tidak adanya

pertentangan di dalamnya (Shihab, 2008: II/639). Al-Qur’a >n sebagai sumber

ajaran Islam telah menunjukkan keluasan informasinya, sehingga hal yang patut

untuk dapat diperhatikan terhadap perintah memperhatikan segala sesuatu yang

telah diciptakan Allah swt adalah system kerja dan keteraturannya.

Ungkapan memperhatikan, menghayati, dan memikirkan yang

diperintahkan Allah dalam al-Qur’a>n kepada manusia merupakan petunjuk

menuju kepada keberhasilan, sebab al-Qur’a>n yang dipedomani dalam hidup bagi

Page 46: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

88

manusia telah menunjukkan kesempurnaan yang tidak ditemukan adanya

pertentangan di dalamnya. Ini menunjukkan isyarat bahwa adanya sistem

manajemen yang begitu baik dan sempurna. Makna ayat-ayat di atas

merenungkan, menghayati, atau memandang ke depan terhadap sesuatu urusan

untuk mendapatkan hasil yang baik, jika dikaitkan dengan hakikat manajemen

maka ada beberapa prinsip dalam manajemen yang dapat dipetik dari ayat-ayat

tersebut, yakni: keadilan, amanah, pertanggung jawaban, dan komunikatif.

Keadilan berarti mempersamakan sesuatu dengan yang lain, baik dari

segi nilai maupun dari segi ukuran; sehingga sesuatu itu menjadi tidak berat

sebelah dan tidak berbeda satu sama lain. Keadilan lebih dititikberatkan pada

meletakkan sesuatu pada tempatnya (Dahlan, 1996: 25). Manajemen menuntut

sistem menempatkan sesuatu sesuai tempatnya agar apa yang menjadi target dan

tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik. Amanah secara etimologis berarti

jujur atau dapat dipercaya; dalam bahasa Indonesia amanah berarti pesan,

perintah, keterangan atau wejangan. Aby Yasha yang mengutip pendapat

Mus}t}afa al-Maraqi dan Ibn al-Araby dalam blognya menjelaskan bahwa

‚amanah itu sesuatu yang harus dipelihara dan dijaga agar sampai kepada yang

berhak memilikinya; atau segala sesuatu yang diambil dengan izin pemiliknya

untuk diambil manfaatnya41

.

Pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen

mengandung beberapa kata kunci; yaitu: ada proses yang merupakan kegiatan

yang direncanakan; ada kegiatan merencanakan, mengorganisir, mengarahkan,

mengendalikan (adanya fungsi); ada tujuan organisasi yang ingin dicapai; dan

41

Lihat: Abi Yasha, 2011, Pengertian Amanah dalam Islam, diunduh pada tanggal 20 Mei 2013,

dari: http://abyyasha.wordpress.com.

Page 47: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

89

ada sumberdaya organisasi yang digunakan untuk mencapai tujuan. Keempat

kata kunci dalam manajemen tidak diuraikan secara keseluruhan tetapi hanya

yang berhubungan dengan fungsi manajemen.

Selain manajemen, dalam mengurus organisasi atau lembaga sering juga

digunakan istilah administrasi, yang sebagian ahli memberikan arti yang sama

dengan manajemen; walaupun pandangan tersebut lebih banyak yang tidak

sependapat. Administrasi secara etimologi berasal dari bahasa Latin yang terdiri

dari dua kata, yakni: ad dan ministro. Ad artinya kepada atau intensif, dan

ministro artinya melayani. Arti administrasi berarti ‚sebagai pelayanan atau

pengabdian terhadap subyek tertentu, atau dapat diartikan juga melayani secara

intensif‛ (Athaillah, 2010:131). Uraian lain dikemukakan oleh Usman (2010: 1-

2) tidak menyebutkan ministro tetapi ‚ministrare‛ artinya melayani, membantu,

dan memenuhi. Administrare berbentuk kata kerja; sedangkan kata bendanya

administration yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi

administration yang oleh orang Indonesia membahasakannya dengan

administrasi.

Administrasi adalah suatu kegiatan atau usaha untuk membantu,

melayani, mengarahkan, mengatur semua kegiatan untuk mencapai tujuan.

Administrasi juga berarti sebagai suatu proses kegiatan yang terdapat dalam

suatu organisasi melalui kerja sama antar personal yang berhubungan dengan

pelaksanaan visi dan misi suatu institusi atau lembaga dan organisasi (Athaillah,

2010: 131).

Administrasi memiliki arti sempit dan arti luas. Arti sempit berarti

kegiatan yang berkaitan dengan ketatausahaan, pencatatan, dan pembukuan

Page 48: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

90

informasi, serta pembuatan file-file seluruh komponen organisasi. Arti luas

berarti proses kerjasama seluruh personal dalam organisasi yang erat kaitannya

dengan fungsi-fungsi manajemen dalam upaya mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Makna inilah yang menyebabkan antara administrasi dan manajemen

disamakan pengertiannya (Athaillah, 2010: 133; Usman, 2010: 4).

Berdasarkan pada pengertian di atas, maka dalam kegiatan administratif

akan terdapat unsur-unsur penting sehingga dapat berjalan dengan baik; yakni:

adanya sekelompok orang, ini menunjukkan bahwa proses administrasi mungkin

dapat terjadi jika terdapat dua atau tiga orang lebih; adanya kerjasama dari

kelompok orang dimaksud; adanya distribusi tugas di antara kelompok yang

harus dilaksanakan; pengaturan kegiatan secara bertahap dan berkesinambungan;

mempunyai sarana atau peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan

administrasi; dan adanya tujuan yang hendak dicapai oleh kegiatan administrasi

dalam organisasi tersebut. Oleh karena itu, administrasi merupakan totalitas

sistem yang terdiri atas subsistem dengan berbagai atribut yang saling berkaitan,

saling ketergantungan, saling berhubungan dan saling memengaruhi sehingga

keseluruhan adalah satu kesatuan yang utuh dan mempunyai peranan serta

tujuan tertentu.

Filosofi manajemen dan bentuk organisasi berubah dari waktu ke waktu.

Tujuannya adalah memenuhi kebutuhan-kebutuhan baru. Tempat kerja

(misalnya) saat ini sangatlah berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun

sebelumnya. Namun terdapat ide dan praktek pada masa lalu yang masih relevan

dan mungkin dapat diterapkan oleh manajemen saat ini. Sebuah studi tentang

masa lalu memberikan kontribusi terhadap pemahaman sekarang sekaligus masa

Page 49: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

91

akan datang. Belajar dari kesalahan masa lalu, untuk menciptakan kondisi yang

lebih baik pada masa depan, sehingga tidak salah lagi. Belajar dari keberhasilan

masa lalu untuk membuat masa depan lebih sukses (Daft, 2006: 54-55).

Perkembangan manajemen dan organisasi sebenarnya dilatar belakangi

oleh beberapa faktor sebelumnya, yaitu: faktor kekuatan sosial; faktor kekuatan

politik; dan faktor kekuatan ekonomi; dan sebagainya. Faktor kekuatan sosial

(misalnya) kekuatan ini dipengaruhi oleh hubungan antar orang dengan orang

lain yang membentuk apa yang dikenal sebagai kontrak sosial yang merupakan

aturan dan persepsi umum tidak tertulis mengenai hubungan antar orang dan

antar karyawan dengan manajemen (Daft, 2006: 55). Hubungan dimaksud adalah

antara generasi satu dengan generasi lain yang selalu berubah ide, sikap dan nilai

sebagai karyawan atau pekerja. Hubungan-hubungan yang terjadi itu kadang

melahirkan keinginan untuk berubah.

Kedua, faktor kekuatan politik. Mencakup asumsi dasar dari sistem

politik seperti keinginan untuk melakukan pemerintahan sendiri, hak milik,

kontrak, keadilan, dan sebagainya. Menyebarnya kapitalisme ke seluruh dunia

telah mengubah secara dramatis kondisi lingkungan bisnis. Dominasi sistem

pasar bebas dan meningkatnya ketergantungan antar negara di dunia menuntut

organisasi dan manajer untuk beroperasi dengan cara serta pola pikir yang

berbeda dan baru. Kekuatan politik lainnya yang memicu perkembangan

manajemen adalah pemberdayaan warga negara di seluruh dunia. Kekuasaan

disebarkan di antara negara-negara sehingga lahir keinginan pemberdayaan,

partisipasi, dan tanggung jawab di seluruh bidang kehidupan.

Page 50: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

92

Ketiga, faktor kekuatan ekonomi. Faktor ini merupakan ketersediaan

produksi dan distribusi sumber daya di dalam masyarakat. Kekuatan ekonomi

mempengaruhi alokasi sumber daya telah mengalami revolusi melalui teknologi

digital. Tren ekonomi yang lainnya; semakin pentingnya usaha kecil dan

menengah dan banyaknya perusahaan baru yang tumbuh dan berkembang (Daft,

2006: 56). Perkembangan teknologi dan ekonomi seperti itu, akan

mempengaruhi terhadap sistem yang dijalankan.

Praktek dan perspektif manajemen berbeda-beda terkait dengan kekuatan

sosial, politik dan ekonomi masyarakat. Tetapi pengaruh itu disebabkan oleh

faktor ide, informasi, pengetahuan, nilai dan sikap pada setiap orang yang

terlibat dalam sebuah sistem. Akibatnya sampai sekarang tidak ada suatu teori

umum atau sekumpulan hukum bagi manajemen yang dapat diterapkan untuk

semua situasi. Sebagai manajer akan menjumpai banyak pandangan tentang

manajemen dan setiap pandangan mungkin berguna untuk berbagai masalah

yang berbeda-beda (Handoko, 2003: 39).

Manajemen dengan merujuk pada makna dan arti di atas; baik secara

formal maupun empirik, sebenarnya telah mengalami perkembangan

sebagaimana perkembangan atau evolusi manusia itu sendiri. Ketika Allah swt,

mengutus Nabi Adam as ke muka bumi; sebenarnya tugas utamanya adalah

menjadi khalifah artinya seorang pemimpin yang akan berusaha untuk mengelola

bumi ini dengan petunjuk agama.42

Tugas yang harus dilaksanakan oleh Adam

(dan manusia berikutnya) bagaimana cara mengatur hubungan antar sesama

manusia atau dengan makhluk lain yang sama-sama hidup di bumi ini. Hal ini

42

Lihat: QS. Al-Baqarah (2): 30.

Page 51: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

93

dilakukan secara terus menerus melalui perjuangan untuk menyempurnakan

hidupnya yang di kemudian hari akan dimintai pertanggung jawaban (Madjid,

2008: 298-299). Oleh karena itu, ketika Adam as ditugaskan menjadi khalifah

sebenarnya telah tersirat bahwa Adam as adalah seorang manajer dalam bahasa

perkembangan kemudian.

Ilmu manajemen merupakan salah satu disiplin ilmu sosial. Ilmu yang

mempelajari seluruh gejala manusia dan eksistensinya dalam hubungannya pada

setiap aspek kehidupan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat; ilmu ini

dikelompokkan ke dalam ilmu-ilmu sosial atau ilmu non eksakta, misalnya:

ekonomi, politik, psikologi, sosiologi, hukum, administrasi, dan lain-lain.

Manajemen telah berkembang melalui beberapa tahap yang menurut

Benge (1994: 4) dibagi menjadi 5 tahap; yaitu: manajemen autoriter, manajemen

saintifik (ilmiah), manajemen hubungan manusia, manajemen berorientasikan

hasil, dan manajemen tanggung jawab sosial. Ada juga yang membagi dengan

teori manajemen klasik, aliran hubungan manusia, aliran manajemen modern,

dan kemungkinan perkembangan teori manajemen di masa mendatang.

Manajemen perspektif klasik (periode klasik). Manajemen ini muncul

sepanjang abad ke-19 dan awal abad ke-20 dimana sistem pabrik pada tahun

1800-an saat itu menimbulkan banyak tantangan.43

Mulai dari pengadaan alat-

43

Sejak tahun 1800-an terjadi kemajuan teknologi yang begitu cepat; misalnya dari kemampuan

menciptakan mesin uap, lokomotif, telegram, mobil, kapal terbang, radio, energi atom dan termasuk

penjelajahan ruang angkasa. Kondisi inilah yang memicu terjadinya revolusi industri. Revolusi ini

merupakan sebua revolusi yang bukan saja dalam teknologi, tetapi juga dalam hubungan antar manusia.

Semakin bertambah kompleksnya teknologi, orang semakin tergantung satu sama lainnya dan masalah

kerjasama menjadi kian mengganggu. Revolusi industri telah membuat organisasi-organisasi bisnis lebih

besar dan pimpinan lebih jauh. Ada dua akibat lahirnya zaman industri, pertama lebih sedikit yang dapat

dilakukan menurut kebiasaan, perencanaan yang seksama, perintah yang penuh pertimbangan dan

komunikasi yang luas. Karena tradisi dan pengalaman pribadi kurang dihargai, timbul kebutuhan yang

lebih besar akan kaidah dan peraturan; kedua memotivasi orang untuk berkerjasama menjadi semakin

rumit, orang sering kali menolak perubahan terutama bila dipaksakan, maka mereka harus diyakinkan

Page 52: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

94

alat pabrik, peng-organisasian struktur manajemen, pelatihan karyawan,

penjadwalan operasi manufaktur sampai meningkatnya ketidakpuasaan buruh

yang mengakibatkan pemogokan. Kondisi inilah yang mendorong adanya

kordinasi dan control sehingga melahirkan jenis baru sub species manusia

ekonomi yaitu manajer gaji (Daft, 2006: 57). Para manajer profesional ini mulai

mengembangkan dan menguji solusi atas sejumlah tantangan organisasi,

mengkoordinasikan, mengendalikan sejumlah besar orang serta meningkatkan

produktifitas pekerja. Di mulailah evolusi manajemen modern dengan perspektif

klasik. Periode ini dibagi menjadi tiga fase perkembangan, yaitu:

a) Manajemen ilmiah

Manajemen ini dimaksudkan adalah manajemen itu sendiri harus berubah

dan perubahan tersebut hanya dapat ditentukan melalui studi ilmiah.

Pendapat ini dikemukakan oleh Frederick Winslow Taylor (1856-1915)44

.

Taylor berpendapat bahwa keputusan yang didasarkan pada aturan patokan

umum dan tradisi digantikan dengan prosedur tepat yang dikembangkan

melalui studi seksama terhadap masing-masing situasi (Daft, 2006: 58).

Taylor merupakan bapak manajemen ilmiah45

yang mengatakan bahwa

lebih dahulu bahwa cara yang baru lebih baik. Inilah yang awalnya melahirkan pemikiran akan pentingnya

manajemen dan organisasi (Strauss & Sayles, 1996: 5-7). 44

Jauh sebelum Taylor berpendapat demikian, sebenarnya manajemen ilmiah ini telah

dikembangkan oleh dua orang tokoh; yaitu: Robert Own dan Charles Babbage. Own (1771-1858)

berpendapat bahwa pentingnya unsure manusia dalam produksi, sehingga harus ada perbaikan-perbaikan

kondisi kerja seperti pengurangan hari kerja, pembatasan anak-anak dibawah umur, membangun

perumahan yang lebih layak bagi karyawan dan sebagainya. Melalui perbaikan kondisi karyawan akan

menaikkan produksi dan keuntungan investasi yang paling menguntungkan adalah pada karyawan.

Sementara Babbage (1792-1871) berpendapat bahwa aplikasi prinsip-prinsip ilmiah pada proses kerja

akan menaikan produktifitas dan menurunkan biaya. Oleh karena itu, perlu pembagian kerja melalui

spesialisasi. Setiap orang diberi latihan keterampilan yang sesuai dengan setiap operasi pabrik (Handoko,

2003: 40-42). 45

Selain Taylor, aliran ini juga dikembangkan oleh Frank dan Lillian (1868-1924 & 1878-1972)

suami istri ini mempunyai konsep: masalah efisiensi dan seleksi, penempatan dan latihan personalia.

Henry L. Gantt (1861-1919) berpendapat bahwa kerjasama yang saling menguntungkan antara tenaga

Page 53: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

95

manajemen ilmiah adalah penerapan metode ilmiah pada studi, analisa, dan

pemecahan masalah-masalah organisasi untuk mencapai efisiensi dengan

menggunakan empat prinsip, yaitu: pertama, pengembangan metode-metode

ilmiah dalam manajemen; kedua, seleksi ilmiah untuk karyawan yang sesuai

dengan kemampuannya; ketiga, pendidikan dan pengembangan ilmiah para

karyawan; dan keempat, kerjasama yang baik antara manajemen dengan

tenaga kerja (Handoko, 2003: 43).

b) Organisasi birokrasi

Manajemen ini berkembang di tahun 1864-1920 yang dipelopori oleh Max

Weber46

. Di Eropa pada tahun itu banyak berkembang organisasi yang

dikelola secara pribadi. Pekerja setia kepada seseorang individu bukan

kepada organisasi atau misinya. Sumber daya digunakan untuk kepentingan

pribadi, bukan tujuan organisasi. Akibatnya pekerja memiliki organisasi dan

menggunakan sumber daya untuk keuntungan mereka sendiri bukan

melayani pelanggan. Bentuk organisasi seperti ini disebut ‚birokrasi‛ (Daft,

2006: 61). Weber berpendapat bahwa sebuah organisasi yang didasarkan

pada otoritas rasional akan lebih efisien dan mampu beradaptasi, sebab

kerja dengan menajemen, seleksi ilmiah tenaga kerja, system insentif (bonus) untuk merangsang

produktifitas, dan sebagainya (Handoko, 2003: 43-44). 46

Max Weber lahir di Erfurt, Jerman, 21 April 1864, berasal dari keluarga kelas menengah;

beliau seorang sosiolog besar yang ahli kebudayaan, politik, hukum, dan ekonomi. Weber

memperkenalkan di tahun 1905 sebuah tesis yang memperlihatkan kemungkinan adanya hubungan antara

ajaran agama dengan perilaku ekonomi. Weber sebenarnya hidup tatkala Eropa Barat sedang menjurus ke

arah pertumbuhan kapitalisme modern. Situasi sedemikian ini barangkali yang mendorongnya untuk

mencari sebab-sebab hubungan antar tingkah laku agama dan ekonomi, terutama di masyarakat Eropa

Barat yang mayoritas memeluk agama Protestan. Ajaran Calvinisme mewajibkan umatnya hidup

sederhana dan melarang segala bentuk kemewahan, apalagi digunakan untuk berpoya-poya. Akibat ajaran

Kalvinisme, para penganut agama ini menjadi semakin makmur karena keuntungan yang mereka

perolehnya dari hasil usaha tidak dikonsumsikan, melainkan ditanamkan kembali dalam usaha mereka.

Melalui cara seperti itulah, kapitalisme di Eropa Barat berkembang, demikian menurut Weber (Lihat: Faisal Halim, ‚Biografi Max Weber‛ diunduh pada tanggal 15 Mei 2013 dari:

http://doktorpaisal.wordpress.com).

Page 54: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

96

kelanjutannya bergantung pada struktur dan posisi formal, bukan kepada

seseorang. Organisasi bergantung pada aturan dan catatan tertulis untuk

kelanjutannya. Manajer tidak bergantung pada kepribadian mereka tetapi

kepada kekuatan legal yang tertanam dalam posisi manajemen.

c) Prinsip administrasi

Ada beberapa prinsip yang menjadi filosofi manajemen ini: kesatuan

komando, pembagian kerja, kesatuan arah, dimaksudkan bahwa aktifitas

yang serupa dalam sebuah organisasi sebaiknya digabungkan bersama

dibawah satu orang manajer, dan rantai yang menyebar artinya rantai

otoritas meluas dari atas ke bawah organisasi dan harus melibatkan setiap

karyawan, meletakkan kepentingan perseorangan dibawah kepentingan

umum, disiplin, dan sebagainya (Handoko, 2003: 46; Daft, 2006: 63).

Keseluruhan perspektif klasik sebagai pendekatan terhadap

manajemen sangatlah berguna dan memberikan keterampilan baru pada

perusahaan untuk meningkatkan produktifitas yang tinggi dan perlakuan

yang efektif terhadap karyawan. Namun model manajemen seperti di atas

masih mendatangkan masalah utamanya yang berhubungan dengan perilaku

manusia.

Hubungan manusiawi organisasi melihat pada hakikatnya yaitu

sumber daya manusia. Aliran ini memandang aliran klasik kurang lengkap

karena terlihat kurang mampu mewujudkan efisiensi produksi yang

sempurna dengan keharmonisan di tempat kerja. Manusia dalam sebuah

organisasi tidak selalu dengan mudah diramalkan perilakunya karena sering

Page 55: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

97

juga rasional. Oleh sebab itu, para manajer perlu dibantu dalam menghadapi

manusia, antara lain melalui disiplin ilmu sosiologi dan psikologi.

Aliran ini berpandangan bahwa ‚bila manajemen personalia

mendorong lebih banyak dan lebih baik dalam kerja hubungan manusiawi

dalam organisasi adalah baik‛. Bila moral dan efisiensi memburuk hubungan

manusiawi dalam organisasi adalah buruk‛. Upaya menciptakan hubungan

manusiawi yang baik manajer harus mengerti mengapa karyawan bertindak

seperti yang mereka lakukan dan faktor-faktor sosial dan psikologi apa yang

memotivasi mereka.

Kelompok penggagas aliran ini47

menyatakan bahwa rantai reaksi

emosional yang kompleks telah mempengaruhi peningkatan produktifitas.

Hubungan manusiawi di antara anggota kelompok terpilih maupun dengan

peneliti (pengawas) lebih penting dalam menentukan produktifitas daripada

perubahan-perubahan kondisi kerja. Perhatian simpatik dari pengawas yang

mereka terima telah mendorong peningkatan motivasi kerja mereka.

Daft (2006: 65) membagi aliran ini menjadi tiga macam, yaitu:

pertama, gerakan hubungan manusia dimaksud bahwa control yang benar-

benar efektif datang dari dalam individu pekerja, bukan dari kontrol ketat

yang otoriter. Karyawan bekerja lebih baik jika manajer memperlakukan

mereka secara positif. Hasil produksi karyawan akan meningkat apabila

manajer memperlakukan mereka secara positif menjadi awal revolusi dalam

perlakukan terhadap pekerja untuk meningkatkan produktifitas organisasi.

Singkatnya gerakan ini menekankan bahwa gerakan dalam pemikiran dan

47

Kelompok penggagas teori ini adalah: Hugo Munsterberg (1863-1949); lihat: Eugene J. Benge

(1994: 9-11).

Page 56: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

98

praktek manajemen yang menekankan kepuasan kebutuhan dasar para

karyawan sebagai kunci meningkatnya produktifitas pekerja (Daft, 2006: 66-

67).

Kedua, perspektif sumber daya manusia memandang bahwa pekerjaan

harus dirancang sehingga tugas tidak lagi dianggap sebagai upaya untuk

tidak menghargai atau mengurangi makna sebagai manusia, tetapi sebaliknya

memperbolehkan para pekerja untuk menggunakan potensi mereka secara

penuh.

Ketiga, ilmu perilaku manusia; ilmu ini untuk memahami perilaku

dan interaksi karyawan dalam lingkungan organisasi. Ilmu ini telah

mempengaruhi kebanyakan alat, teknik dan pendekatan yang digunakan oleh

manajer pada organisasi. Ilmu ini diterapkan untuk membantu para manajer

dalam membangun organisasi pembelajar (Daft, 2006: 71).48

Namun ternyata ilmu ini yang memahami perilaku manusia dalam

interaksinya pada lingkungan organisasi bukan satu-satunya yang

mempengaruhi produktifitas, sebab lingkungan sosial ditempat kerja

(manusia berinteraksi) hanyalah satu dari beberapa faktor yang saling

berinteraksi yang mempengaruhi produktifitas (Handoko, 2003: 52).

Aliran manajemen modern. Masa manajemen modern berkembang

melalui dua jalur yang berbeda: pertama, merupakan pengembangan dari

aliran hubungan manusiawi yang dikenal sebagai ‚perilaku organisasi‛,

48

Organisasi pembelajar adalah sebuah organisasi dimana setiap orang terlibat dalam proses

pengidentifikasian dan penyelesaian masalah, sehingga memungkinkan organisasi untuk melakukan

eksperimen terus menerus, berubah dan melakukan perbaikan sehingga menciptakan kapasitas untuk

tumbuh, belajar serta mencapai tujuan (Daft, 2006: 78).

Page 57: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

99

kedua, yang dibangun atas dasar manajemen ilmiah yang dikenal sebagai

‚aliran kuantitatif.‛

Perilaku organisasi; perkembangan aliran perilaku organisasi ditandai

dengan pandangan dan pendapat baru tentang perilaku manusia dan sistem

sosial. Prinsip aliran ini, antara lain: manajemen tidak dapat dipandang

sebagai suatu proses teknik secara ketat (peranan, prosedur dan prinsip);

manajemen harus sistematik, dan pendekatan yang digunakan harus dengan

pertimbangan secara hati-hati; organisasi sebagai suatu keseluruhan dan

pendekatan manajer individual untuk pengawasan harus sesuai dengan

situasi; pendekatan motivasional yang menghasilkan komitmen pekerja

terhadap tujuan organisasi sangat dibutuhkan.

Aliran kuantitatif; yang ditandai dengan berkembangnya team-team

riset operasi dalam pemecahan masalah-masalah industri. Aliran ini mulai

berkembang sejalan dengan semakin kompleksnya alat-alat elektronik,

transportasi, kemunikasi dan sebagainya, sehingga teknik-teknik riset

operasi menjadi semakin penting sebagai dasar rasional untuk pembuatan

keputusan. Prosedur riset operasi tersebut kemudian diformalisasikan dan

disebut aliran management science. Aliran kuantitatif ini dilakukan dengan

dua jenis pendekatan; yaitu: pendekatan sistem dan pendekatan kontigensi.

Pendekatan sistem yakni pendekatan yang bermaksud untuk

memandang organisasi sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari bagian-

bagian yang saling berhubungan. Pendekatan sistem memberi manajer cara

memandang organisasi sebagai suatu keseluruhan dan sebagai bagian dari

lingkungan eksternal yang lebih luas (Handoko, 2003: 55). Sementara teori

Page 58: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

100

manajemen modern cenderung memandang organisasi sebagai sistem terbuka

(Daft, 2006: 78) dengan dasar analisa konsepsional dan didasarkan pada data

empirik serta sifatnya sintesis dan integratif.

Pendekatan kontigensi menegaskan tugas manajer adalah

mengidentifikasikan teknik mana, pada situasi tertentu, dibawah keadaan

tertentu, dan pada waktu tertentu akan membantu pencapaian tujuan

manajemen. Perbedaan kondisi dan situasi membutuhkan aplikasi teknik

manajemen yang berbeda pula, karena tidak ada teknik prinsip dan konsep

universal yang dapat diterapkan dalam segala kondisi (Handoko, 2003: 57).

Pendekatan ini bermaksud menjembatani gap yang ada antara teori dan

praktek.

Gambaran sejarah perkembangan manajemen di atas memberikan

pemahaman bahwa pengelolaan organisasi, lembaga dan lainnya yang

didalamnya melibatkan banyak orang telah melahirkan beragam ide dan gagasan

untuk mengelola organisasi dimaksud. Setiap kondisi dan zaman akan selalu

berbeda sistem manajemennya disebabkan oleh berkembangannya pengetahuan

manusia. Kesuksesan pengelolaan organisasi dengan menggunakan manajemen

adalah tergantung bagaimana person/individu organisasi itu mampu melibatkan

sekian banyak faktor baik internal maupun eksternal yang memungkinkan

menjadi pendukung kemajuan. Oleh sebab itu, peran pengalaman dan

pengetahuan manusia sebagai subyek dan sekaligus obyek dalam manajemen

sangat menentukan pencapaian kerja pada seluruh jenis organisasi dan masa

yang dihadapi itu.

Page 59: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

101

2. Fungsi Manajemen

Di kalangan para ahli terdapat banyak pendapat berkaitan dengan fungsi

manajemen. M. Manullang (1988: 19, Hanafi, 2003: 8) menyimpulkan ada lima

fungsi manajemen itu, yakni: perencanaan, pengorganisasian, penyusunan

personalia, pengarahan dan pengawasan, inilah yang akan diuraikan:

a) Perencanaan

Perencanaan (planning) adalah penentuan serangkaian tindakan untuk

mencapai sesuatu hasil yang diinginkan (Manullang, 1988: 21). Perencanaan

juga memberi makna adanya pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan

organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur,

metode, sistem, anggaran serta standar yang dibutuhkan untuk mencapai

tujuan (Handoko, 2003: 23).

Rencana itu memungkinkan: a) organisasi bisa memperoleh dan

mengikat sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan; b) anggota

organisasi untuk melaksanakan kegiatan secara konsisten dengan tujuan dan

prosedur terpilih; c) kemajuan dapat terus dimonitor dan diukur, sehingga

tindakan korektif dapat diambil bila tingkat kemajuan memuaskan

(Handoko, 2003: 23).

Perencanaan sebagai fungsi manajemen akan menetapkan tujuan yang

ingin dicapai suatu organisasi, menetapkan peraturan dan pedoman

pelaksanaan tugas, serta yang berkaitan dengan pencapaian tujuan

organisasi. Fungsi perencanaan membantu suatu organisasi untuk

merumuskan dan mencapai sasarannya. Para manajer melalui rencana

Page 60: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

102

tersebut menyajikan garis besar yang dilakukan oleh organisasi agar

organisasi itu berhasil (Winardi, 2004: 27).

Setiap organisasi dalam bentuk apapun harus mempunyai rencana.

Perencanaan itu mempunyai empat tahap seperti dikemukakan oleh Wilson

Bangun (2008: 78-79):

1) Menetapkan tujuan. Perencanaan suatu organisasi dimulai dengan

membuat keputusan-keputusan yang menjadi kebutuhan organisasi.

Perumusan atas tujuan yang jelas, maka organisasi dapat menentukan

kebutuhan penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien.

2) Merumuskan keadaan sekarang. Ini dimaksudkan bahwa organisasi perlu

mengetahui keadaan dan sumber daya yang tersedia saat ini kemudian

menyusun rencana untuk pencapaian tujuan di waktu yang akan datang.

3) Mengidentifikasi kemudahan dan hambatan. Kemudahan yang dapat saja

mendukung program pelaksanaan perencanaan organisasi harus mampu

diidentifikasi, sehingga dengan mengetahui kemudahan itu akan dapat

dijadikan pertimbangan percepatan realisasi atas program. Selain itu,

penghambat yang kemungkinan dihadapi oleh organisasi perlu

diidentifikasi pula, sebab dengan mengetahui penghambat akan mendorong

manajemen mencari alternatif dan solusi terhadap penghambat jalannya

organisasi sampai pada tujuannya.

4) Mengembangkan rencana. Agar organisasi dapat berjalan baik dan

mendatangkan keuntungan yang besar dalam rangka pencapaian tujuannya,

maka rencana yang telah ada perlu untuk dikembangkan melalui usaha

Page 61: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

103

mencari alternatif-alternatif kegiatan pengembangan organisasi lebih besar

di masa mendatang.

Tujuan organisasi telah dimiliki, maka untuk pencapaian tujuan;

organisasi mempunyai dua macam rencana yang harus dilakukan, yaitu:

rencana strategi (renstra) dan rencana operasional (renop). Rencana

strategi adalah suatu rencana yang ditetapkan manajer dalam menentukan

sasaran organisasi secara luas. Rencana strategi berhubungan dengan

orang-orang dalam organisasi serta orang-orang diluar organisasi.

Sedangkan rencana operasional adalah suatu rencana yang berisi rincian

untuk melaksanakan rencana strategis. Sehingga rencana operasional

berkaitan dengan orang dalam suatu organisasi tertentu.

Sebuah rencana yang baik harus terpenuhi beberapa syarat, yaitu: a)

faktual atau realisitis artinya segala hal yang dirumuskan organisasi sesuai

dengan fakta dan dianggap wajar untuk dicapai; b) logis dan rasional artinya

apa yang dirumuskan dapat diterima oleh akal sehingga rencana dapat

dilaksanakan; c) fleksibel artinya rencana itu dibuat dalam kondisi yang

tidak kaku atau dapat mengikuti perubahan; d) komitmen artinya seluruh

anggota organisasi dapat secara bersama-sama mewujudkan tujuan

organisasi; dan e) komprehensif artinya menyeluruh dan mengakomodasi

aspek-aspek yang terkait dengan organisasi (Nana, 2013: 57). Lebih lanjut

dijelaskan pula bahwa rencana yang baik adalah 1) jelas visi, misi, tujuan,

dan sasaran yang akan dicapai; 2) objektif, rasional, dan menantang; 3)

mempunyai dasar tujuan pencapaian yang jelas; 4) fleksibel sesuai dengan

perubahan lingkungan; 5) dapat diimplementasikan secara nyata.

Page 62: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

104

Berdasarkan uraian di atas, maka untuk mengukur kelayakan sebuah

rencana pada setiap organisasi akan dilihat pada aspek tahapan pembuatan

rencana, syarat terpenuhinya rencana yang baik, serta adanya rencana

strategi dan rencana operasionalnya. Khusus rencana strategi, maka yang

perlu untuk dilaksanakan adalah 1) adanya penetapan tujuan tahunan; 2)

perumusan kebijakan; 3) kegiatan memotivasi pekerja (karyawan); 4) adanya

alokasi sumber daya yang meliputi: keuangan, teknologi, dan sumber daya

manusianya (Hubeis, 2008: 25-26; Noor, 2013: 124).

Oleh sebab itu, pembuatan rencana yang meliputi: visi, misi, tujuan,

dan strategi pencapaian merupakan serangkaian program yang dibuat oleh

organisasi. Visi menguraikan produk, pasar, dan teknologi yang diterapkan

oleh organisasi untuk sekian tahun ke depan. Misi merupakan tujuan atau

alasan mengapa organisasi hidup atau yang menjadi sarana untuk

menyampaikan secara ringkas keunikan organisasi dimaksud. Tujuan

merupakan hasil akhir dari aktivitas perencanaan; tujuan merumuskan apa

yang akan diselesaikan dan kapan akan diselesaikan. Sementara strategi

merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana

organisasi akan mencapai visi, misi, dan tujuannya (Noor, 2013: 126-127).

b) Pengorganisasian

Meningkatkan produktifitas kerja perlu adanya kelembagaan/keorganisasian.

Pengorganisasian (organizing) adalah penentuan sumberdaya dan kegiatan

yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi; perancangan dan

pengembangan organisasi serta kelompok kerja yang akan dapat membawa

kegiatan kearah tujuan; penugasan tanggung jawab tertentu; atau dapat

Page 63: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

105

dikatakan bahwa pengorganisasian adalah pendelegasian wewenang yang

diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya,

fungsi ini menciptakan structural formal dimana pekerjaan ditetapkan, dibagi

dan dikoordinasikan (Handoko, 2003: 24).

Kelembagaan membutuhkan penggunaan tipe dan struktur yang

tepat, sehingga untuk mencapai tujuan organisasi manajer harus mampu

menjalankan prinsip organisasi yang meliputi: kejelasan tujuan,

fungsionalisasi, pembagian tugas, penempatan yang tepat, koordinasi,

kesatuan arah, kesatuan komando, pola pengambilan keputusan (Siagian,

2010: 35-47).

Tujuan juga terlaksana apabila fungsi organisasi dapat diterapkan.

Fungsionalisasi organisasi dibagi dua: segala jenis fungsi yang

diselenggarakan oleh berbagai komponen organisasi ditempatkan dalam

wadah tertentu sehingga tidak ada fungsi yang tidak jelas wadahnya;

sebaliknya tidak ada satu pun fungsi yang bernaung di bawah lebih dari satu

wadah dalam organisasi. Penerapan fungsionalisasi ini untuk menghilangkan

dikotomi yang biasa terdapat dalam organisasi yang timbul akibat persepsi

yang tidak tepat dari satuan kerja pelaksana tugas pokok.

Prinsip fungsionalisasi untuk menghindari terjadinya duplikasi dan

tumpang tindih dalam pelaksanaan berbagai jenis kegiatan dalam organisasi

(Siagian, 2010: 38). Setelah manajer menetapkan tujuan dan menyusun

rencana atau program untuk mencapainya, maka mereka perlu merancang

dan mengembangkan suatu organisasi yang tepat agar dapat melaksanakan

berbagai program tersebut secara sukses.

Page 64: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

106

Pengorganisasian berarti pengelompokan aktivitas dalam suatu

organisasi. Suatu organisasi mempunyai banyak aktivitas untuk mencapai

tujuannya. Aktivitas itu perlu bagi ke dalam tugas sebagai bagian dari

kegiatan. Masing-masing bagian mempunyai hubungan sesuai dengan

kebutuhan dalam mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, setiap bidang

mempunyai kepentingan yang sama antara satu dengan lainnya (Bangun,

2008: 85).

Kegiatan pengorganisasian adalah proses manajerial berkelanjutan.

Untuk itu, ada empat langkah atau tahap yang dilaksanakan dalam

pengorganisasian, yaitu: pembagian kerja, departementalisasi, rentang

kendali, dan koordinasi (Bangun, 2008: 86; Nana, 2013: 80). Pembagian

kerja berarti membagi tugas lebih kecil, sehingga setiap individu dapat

memahami lebih jelas tentang pekerjaannya. Semakin terspesialisasi jenis

pekerjaan, maka semakin paham setiap individu terhadap pekerjaan.

Selanjutnya setelah terbagi tugas dalam organisasi, maka dibuat

departementalisasi yang merupakan pengelompokan aktivitas anggota

organisasi ke dalam kelompok-kelompok kegiatan yang lebih kecil yang

biasa disebut dengan bidang atau sejenis dengan itu. Pengelompokan tugas

dapat dibagi ke dalam beberapa aktivitas yaitu: a) berdasar atas fungsi; b)

berdasar atas proses; c) berdasar atas langganan; d) berdasar atas produk; dan

e) berdasar atas daerah atau wilayah (Bangun, 2008: 88). Setelah dilakukan

departementalisasi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pemetaan

berapa banyak orang yang terlibat dalam aktivitas pekerjaan. Penentuan

jumlah orang dalam pelaksanaan aktivitas organisasi melahirkan hirarki

Page 65: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

107

organisasi yaitu jenjang atau peringkat yang bertanggungjawab atas kegiatan

organisasi. Sebagai akhir dalam kegiatan pengorganisasian adalah

koordinasi. Koordinasi ialah menetapkan mekanisme untuk menyatukan

kegiatan pada suatu departemen atau bidang tertentu menjadi suatu kesatuan

yang terintegrasi dan dapat dimonitor, sehingga tujuan organisasi dapat

tercapai.

Oleh karena itu, untuk mengukur sebuah organisasi dalam

mengimplementasikan fungsi manajemen dalam bentuk pengorganisasin,

maka standar yang dapat digunakan adalah: melihat adanya pembagian kerja

bagi seluruh karyawan; adanya pengelompokan aktivitas karyawan ke dalam

unit-unit kerja yang lebih kecil; penentuan berapa banyak orang yang akan

melaksanakan kegiatan pada bidang-bidang yang telah dibentuk; serta

adanya system koordinasi antar unit atau bidang aktivitas dalam organisasi.

c) Penyusunan personalia

Penyusunan personalia adalah penarikan, latihan, pengembangan,

penempatan dan pemberian orientasi para karyawan dilingkungan kerja yang

menguntungkan dan produktif. Pelaksanaan fungsi ini, manajemen

menentukan persyaratan mental, pisik dan emosional untuk posisi jabatan

yang ada melalui analisa jabatan, deskripsi jabatan, spesifikasi jabatan,

kemudian menarik karyawan yang diperlukan dengan karakteristik

personalia tertentu. Fungsi ini mencakup kegiatan seperti pembuatan sistem

penggajian untuk pelaksanaan kerja yang efektif, penilaian karyawan untuk

Page 66: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

108

promosi49

, mutasi50

, latihan pengembangan karyawan, atau bahkan

pemecatan.

Fungsi staffing dalam manajemen termasuk bagian dari fungsi

organizing. Penyusunan personalia adalah salah satu fungsi manajemen

untuk menempatkan tenaga kerja dalam struktur organisasi. Suatu organisasi

memang pemimpin yang akan bertanggung jawab atas pengelolaan

organisasi, tetapi ini tidak berarti bahwa pemimpin bekerja sendiri untuk

mencapai tujuan organisasi; namun ia harus mampu menunjuk dan

mengangkat pegawai (karyawan) atau staf yang menjalankan sebagian tugas

organisasi (Manullang, 1988: 92). Jadi fungsi staffing yang dimulai dari

seleksi tenaga sampai pada pembinaan ketenagaan adalah bagian dalam

proses keberhasilan organisasi, sehingga fungsi ini perlu diperhatikan dalam

setiap lembaga dan organisasi.

Setiap organisasi dapat menentukan jumlah personalia yang

dibutuhkan. Namun, untuk mengetahui kebutuhan dimaksud didahului

dengan mengetahui seberapa besar kebutuhan akan tenaga kerja (jenis kerja

dan jumlah tenaga kerja). Tugas menentukan jenis tenaga kerja diperoleh

dengan melakukan analisis job pekerjaan dan analisis isi pekerjaan. Isi

pekerjaan akan memberikan informasi tentang tugas-tugas, tanggungjawab,

dan wewenang yang ada pada suatu pekerjaan (Bangun, 2008: 103-104).

49

Salah satu sumber pegawai yang penting bagi perusahaan atau lembaga adalah para pegawai

dari dalam organisasi atau lembaga itu sendiri. Ini berarti bahwa jika perusahaan atau organisasi itu

membutuhkan tenaga terhadap jabatan-jabatan lowong, maka pegawai-pegawai dari perusahaan itu yang

dipilih untuk dipromosikan pada jabatan yang lowong itu. 50

Tujuan pemindahan pegawai dari satu job ke jabatan yang lainnya bertujuan untuk memajukan

pegawai yang bersangkutan. Pemindahan ini dapat terjadi diakibatkan permintaan pegawai itu atau

karena keinginan pemimpin. Tetapi yang patut dipahami bahwa mutasi seperti itu hanyalah bertujuan

untuk memajukan pegawai. Hal ini menghindari kesalahan pemahaman yang berkembang dikalangan

organisasi pada umumnya.

Page 67: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

109

Hasil analisis jenis tenaga kerja dan isi pekerjaan melahirkan proses

penarikan dan seleksi tenaga kerja. Proses penarikan tenaga kerja disebabkan

terjadinya kekosongan dalam aktivitas kerja organisasi. Penarikan tenaga

kerja perlu memperhatikan system seleksi, agar hasil tenaga kerja yang

diperoleh memenuhi kebutuhan organisasi. Kemudian, seluruh tenaga kerja

yang ada dalam organisasi mempunyai hak untuk pengembangan dirinya.

Pengembangan tenaga kerja adalah suatu usaha untuk menambah

pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja tentang pekerjaannya. Model

pengembangan ini dapat beragam, misalnya pelatihan, kursus, pendidikan,

dan lain-lain. Selain itu, tenaga kerja yang ada dapat saja dimutasikan atau

dipindahkan dari satu unit kerja pada unit kerja lainnya; ataupun karena

sebab tertentu yang berdasarkan pertimbangan pimpinan atau system tenaga

kerja yang ada dapat diberhentikan sebagai pegawai. Pemberhentian itu

dapat saja berasal dari tenaga kerja itu sendiri, atau dari pihak organisasi.

Tetapi kata kunci lahirnya pemberhentian disebabkan oleh tidak lahirnya

produktifitas dari tenaga kerja itu (Bangun, 2008: 112-114).

d) Pengarahan

Sesudah rencana dibuat, organisasi dibentuk dan disusun personalianya,

langkah berikutnya adalah menugaskan karyawan untuk bergerak menuju

tujuan yang telah ditentukan. Fungsi pengarahan adalah untuk membuat atau

mendapatkan para karyawan melakukan apa yang diinginkan dan harus

mereka lakukan. Fungsi ini akan melibatkan kualitas, gaya, kekuasaan

Page 68: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

110

pemimpin serta kegiatan kepemimpinan. Fungsi pengarahan berkaitan

dengan orang-orang dalam organisasi51

.

Sebagai realisasi dari pengarahan, biasanya melahirkan perintah;

walaupun perintah tidak harus disamakan dengan pengarahan. Tetapi

berkaitan dengan pencapaian tujuan organisasi, maka pemimpin harus

mampu memberi pengarahan dan perintah yang tepat. Sehubungan dengan

perintah, yang perlu dipahami bahwa perintah berarti suatu instruksi resmi

dari seorang atasan atau pemimpin kepada bawahan untuk mengerjakan atau

untuk tidak melakukan sesuatu, guna merealisasi tujuan organisasi. Tujuan

utama perintah untuk mengkoordinir kegiatan bawahan agar kegiatannya

yang beraneka ragam itu terkoordinir pada suatu arah yaitu tujuan

organisasi. Ketika ada kegiatan staf yang dipandang menyimpang dari real

yang telah diprogramkan, maka fungsi pengarahan melalui perintah yakni

diarahkan kembali sesuai dengan tujuan, dan dibimbing untuk menambah

kegiatannya (Manullang, 1988: 160).

Pengarahan juga dimaksud agar pemimpin memberikan pendidikan

kepada staf pada tingkat kemajuan produktifitasnya, sehingga perintah dan

pengarahan harus berhubungan erat dengan maksud menambah pengetahuan,

wawasan staf terhadap kerja dan program organisasi yang pada akhirnya

51

Nazir atau manajer selaku pemimpin dalam organisasi memiliki peranan yang sangat penting

bagi produktifitas staf atau karyawan. Peranan tersebut bersifat interpersonal, informasional dan

pengambilan keputusan Peran pimpinan selaku manajer yang bersifat interpersonal nampak dalam tiga

bentuk: manajer selaku simbol keberadaan organisasi, manajer selaku pemimpin yang bertanggung jawab

untuk memotivasi dan memberikan arahan bagi stafnya, manajer selaku penghubung. Sedangkan sifat

informasional nampak pada sikap: manajer selaku pemantau arus informasi yang terjadi, manajer sebagai

pembagi informasi, manajer selaku juru bicara organisasi; dan sifat pengambilan keputusan nampak pada

bentuk: manajer selaku entrepreneur, manajer selaku peredam gangguan, manajer selaku pembagi sumber

daya dan dana, dan manajer selaku perunding bagi organisasi (Siagian, 2010: 66-67).

Page 69: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

111

mereka mampu melaksanakan tugas sesuai dengan bidang tugas masing-

masing tanpa selalu mendapat pengarahan.

Fungsi pengarahan melibatkan tiga teori yang secara integral

menjadi satu kesatuan, yaitu: kepemimpinan, motivasi, dan komunikasi:

Pertama, kepemimpinan akan banyak memberi pengaruh bagi

kelangsungan aktifitas dalam organisasi. Ada beberapa macam tipe

kepemimpinan yang dipandang dapat mempengaruhi karyawan yaitu

kepemimpinan kharismatik (kepemimpinan transformasional) dan

kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan transformasional suatu sikap

yang memberi motivasi kepada seluruh bawahannya atau karyawan untuk

mengerjakan lebih dari yang diharapkan semula dengan meningkatkan rasa

pentingnya bawahan dan nilai pentingnya pekerjaan. Kepemimpinan yang

demikian ini mampu membuat bawahan menyadari perspektif yang lebih

luas, sehingga kepemimpinan individu disubordinasikan terhadap

kepentingan tim (organisasi). Sementara kepemimpinan transaksional suatu

sikap dimana pemimpinan menentukan apa yang harus dikerjakan oleh

karyawan agar mereka dapat mencapai tujuan mereka sendiri atau organisasi

dan membantu karyawan agar memperoleh kepercayaan dalam mengerjakan

tugas tersebut (Hanafi, 2003: 246). Teori ini menekankan peran penting

seorang pimpinan dalam berusaha menggerakan tingkat kinerja karyawan

dari aspek kemampuan individu pimpinan tersebut. Jadi karyawan

termotivasi untuk melaksanakan kegiatan organisasi disebabkan oleh

kepribadian pimpinan.

Page 70: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

112

Kedua, motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang bertindak

atau berperilaku tertentu dan membuat seseorang memulai, melaksanakan,

dan mempertahankan kegiatan. Ada banyak macam teori motivasi yang

dapat digunakan oleh seorang pimpinan terhadap bawahannya. Teori

pendekatan tradisional, memberi motivasi melalui tawaran pemberian upah

atau gaji karena memang karyawan terdorong untuk bekerja untuk

memperoleh uang dan uang itu dijadikan memenuhi kebutuhan hidupnya.

Teori pendekatan hubungan manusiawi. Teori ini menekankan pemberian

motivasi dengan memanfaatkan potensi dan keinginan manusia untuk selalu

berinteraksi sesamanya. Teori pendekatan human resource management

(sumber daya manusia) lebih melihat bahwa karyawan mempunyai

kepentingan dan itu harus diperhitungkan oleh setiap pimpinan. Teori ini

melahirkan sistem pembagian tugas antara pimpinan dengan karyawan,

sehingga karyawan diberi tanggungjawab bekerja untuk mencapai tujuan

organisasi (Hanafi, 2003: 306-306; Bangun, 2008: 117).

Ketiga, komunikasi merupakan alat yang digunakan untuk

berinteraksi atau menyampaikan hasrat antar sesama manusia atau proses

sharing di antara pihak-pihak yang melakukan aktivitas bersama (Noor,

2013: 208). Komunikasi sebagai sarana pengarahan dalam sebuah organisasi

dapat dilakukan dengan tiga bentuk, yaitu: komunikasi dari bawah ke atas

(karyawan ke pimpinan) yaitu karyawan atau pegawai pada tingkat bawah

yang menyampaikan kehendak atau hal-hal yang berkaitan dengan organisasi

kepada pimpinan. Komunikasi ke bawah (pimpinan ke karyawan) pesan atau

pengarahan yang datangnya dari pimpinan kemudian disampaikan kepada

Page 71: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

113

seluruh pegawai yang berada di bawah pimpinan. Komunikasi lateral yaitu

komunikasi yang terjadi antar sesama anggota karyawan atau antar bidang.

Jadi penyampaian pesan itu berlaku di antara karyawan bukan dengan

pimpinan (Bangun, 2008: 221-222).

Berdasarkan uraian di atas, maka sistem pengarahan dalam sebuah

organisasi berfungsi untuk mengkomunikasikan segala hal yang berkaitan

dengan jalannya program kerja organisasi untuk mencapai tujuan.

Pengarahan ini dapat terjadi dari pimpinan kepada seluruh karyawan, antara

bidang satu dengan lainnya, serta antar sesame karyawan, atau dapat saja

informasi itu berasal dari karyawan selanjutnya disampaikan kepada

pimpinan. Jika arahan itu berasal dari pimpinan, maka tipe dan kepribadian

pimpinan itu sangat memberi pengaruh atas perilaku karyawan. Selain itu,

motivasi yang selalu diberikan kepada karyawan pun akan mempengaruhi

perubahan sikap karyawan; hal serupa berlaku pada kemampuan

mengkomunikasikan segala sesuatu di antara sesama karyawan, bidang, dan

pimpinan. Fungsi pengarahan secara singkat adalah usaha untuk memberikan

spirit bagi peningkatan kerja seluruh unsure yang terlibat dalam organisasi;

baik itu bersumber dari pimpinan kepada bawahannya maupun antar sesama

karyawan.

e) Pengawasan

Pengawasan sebagai suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang

sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi, supaya pelaksanaan

pekerjaan sesuai dengan rencana semula. Pengawasan adalah upaya yang

dilakukan seseorang diberbagai bidang yang berkaitan dengan administrasi

Page 72: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

114

dalam bentuk pengarahan kebijakan jalannya perusahaan atau organisasi

(Depdikbud, 1995: 68). Pengawasan (controlling) adalah penemuan dan

penerapan cara untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai

dengan tujuan organisasi. Ini dapat bersifat positif atau negative.

Pengawasan positif mencoba untuk mengetahui apakah tujuan organisasi

dicapai dengan efisien dan efektif. Pengawasan negative mencoba untuk

menjamin bahwa kegiatan yang tidak diinginkan atau dibutuhkan tidak

terjadi atau terjadi kembali (Handoko, 2003: 25). Richard Steers (1985: 30)

menegaskan bahwa fungsi control terdapat di seluruh jenis organisasi yang

tujuannya untuk menyediakan standar memantau dan mengevaluasi

penggunaan sumber daya.

Pengertian di atas, dapat dirumuskan yang menjadi tujuan

pengawasan adalah mengusahakan agar rencana dalam organisasi atau

perusahaan menjadi kenyataan dan terealisir dengan baik dan tepat. Jika

ditemukan ada kejanggalan atau kelemahan, maka akan dibuat tindakan

perbaikan; baik pada waktu itu atau pada waktu yang akan datang.

Ada empat macam fungsi pengawasan yang dapat diterapkan sebagai

alat evaluasi kinerja staf, yaitu: penetapan standart pelaksanaan, penentuan

ukuran pelaksanaan dan membandingkannya dengan standar yang

ditetapkan, serta pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan bila

pelaksanaan menyimpang dari standart (Hanafi, 2003: 12; Bangun, 2008:

164). Pengawasan dapat dilakukan dengan cara: peninjauan atas pribadi staf,

melalui laporan lisan, melalui laporan tertulis, dan melalui laporan kepada

hal-hal yang bersifat khusus.

Page 73: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

115

Pengawasan dianggap sangat penting dalam segala aktifitas manusia.

Islam sangat menaruh perhatian terhadap pengawasan. Ada beberapa alasan

penting perlunya pengawasan; yakni: manusia dalam kodratnya mempunyai

kecenderungan ingin bebas dalam melakukan perbuatannya dan melupakan

pengawasan dari Allah swt52

; padahal secara jelas banyak ayat yang menegaskan

bahwa Allah senantiasa mengawasi dan mengetahui perbuatan makhluknya.

Manusia pada hakikatnya memerlukan koreksi dari orang lain untuk

mengantisipasi seluruh amal perbuatannya dimana manusia diciptakan sebagai

makhluk yang lemah secara fisik dan mental dalam pengendalian diri53

. Manusia

makhluk yang selalu berbuat dosa dan salah yang selalu cenderung mengikuti

hawa nafsunya; karena itulah manusia perlu pengawasan dalam beraktifitas

(Depag, 2003: 1-6).

Secara singkat dapat dikatakan bahwa pengawasan dilaksanakan dengan

dua teknik, yaitu: pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung.

Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan

organisasi sendiri terhadap kegiatan yang sedang dikerjakan. Sedangkan

pengawasan tidak langsung adalah kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh

pimpinan atas laporan atau aduan dari bawahannya.

Metode pengawasan dapat berbentuk: pengamatan atas aktifitas

organisasi, inspeksi teratur dan langsung, laporan lisan atau tertulis, diskusi

antara pimpinan dalam organisasi, dan audit. Kesemuanya digunakan dalam

rangka menghasilkan evaluasi kinerja seluruh karyawan untuk mencapai tujuan

52

Lihat: QS. Al-Fajr (89): 14. 53

Lihat: QS. Al-Nisa (4): 28.

Page 74: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

116

organisasi. Fungsi ini juga menuntut adanya rasa tanggungjawab atas tugas yang

dipercayakan organisasi kepada setiap person atau karyawan.

3. Manajemen sumber daya manusia

Manajemen sumber daya manusia merupakan bidang strategis dari organisasi

yang dipahami sebagai pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian

balas jasa, dan pengelolaan individu anggota organisasi. Focus manajemen

sumber daya manusia yakni upaya mengelola SDM dalam dinamika interaksi

antara organisasi dengan pegawainya (Sutrisno, 2011: 5-6). Tujuan manajemen

sumber daya manusia adalah memperbaiki tingkat produktifitas, memperbaiki

kualitas kehidupan kerja, dan meyakinkan organisasi telah memenuhi

kebutuhannya. Karyawan atau pegawai yang mempunyai sumber daya manusia

dapat diketahui dengan karakteristiknya, yaitu: memiliki pengetahuan penuh

tentang tugas, tanggungjawab dan wewenangnya; memiliki pengetahuan yang

diperlukan terkait dengan pelaksanaan tugasnya; mampu melaksanakan tugas-

tugasnya; bersikaf produktif, inovatif, dan mau bekerja sama dengan orang lain

(tim).

Manajemen sumber daya manusia merupakan sumber keunggulan daya

saing dan mampu menghadapi berbagai kondisi. Sumber daya manusia akan

tetap bertahan karena memiliki kemampuan untuk merumuskan visi, misi, dan

tujuan organisasi dan bahkan mampu mengarahkan sumber-sumber daya lainnya

dalam mewujudkan visi dan tujuan organisasi (Sutrisno, 2011: 19). Untuk

merealisasikan peran sumber daya manusia dalam organisasi, maka perencanaan

sumber daya manusia, rekrutmen karyawan, pengembangan karir, produktifitas

kerja, dan sistem imbalan; merupakan kegiatan yang perlu diaplikasi oleh setiap

Page 75: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

117

organisasi. Pertama, perencanaan sumber daya manusia diawali dengan melihat

kondisi; kondisi organisasi; kebutuhan yang harus dipenuhi baik saat sekarang

maupun yang akan datang. Kondisi inilah yang nantinya menjadi dasar apakah

organisasi membutuhkan tenaga baru, pemberdayaan, dan sebagainya. Kedua,

rekrutmen pegawai; kegiatan ini tergantung pada organisasinya; dapat berupa

lamaran dari calom pegawai baik langsung maupun secara tertulis, atau

mungkin memalui serikat pekerjanya, dan sebagainya. Ketiga, pengembangan

karir; melalui pendidikan dan pelatihan. Keempat, produktifitas kerja; konsep ini

hanya akan diukur dengan rasio output hasil karya nyata dengan input yang

diterima oleh organisasi. Adapun strategi meningkatkan produktifitas adalah

adanya perbaikan terus menerus, peningkatan mutu hasil kerja, dan

pemberdayaan sumber daya manusia (Yuniarsih, 2009: 171).

4. Manajemen investasi

Teori investasi adalah proses penundaan konsumsi saat sekarang untuk dijadikan

konsumsi di masa mendatang. Investasi berarti menempatkan modal atau suatu

aset yang diharapkan memberi hasil atau meningkatkan penerimaan nilainya di

masa datang. Makna ini dapat diketahui kalau kegiatan investasi merupakan

perbuatan yang siap mengorbankan sesuatu harta yang dimiliki atau

mengorbankan konsumsi hari ini dengan tujuan akan mendapatkan hasil yang

lebih baik di kemudian hari. Jadi investasi memberikan penegasan adanya

keterlibatan antara dua orang atau lebih untuk menanamkan modal dalam sebuah

usaha dan diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi kedua pihak di masa

datang.

Page 76: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

118

Prinsip investasi berdasarkan ketentuan syari’at Islam yakni tidak

melakukan kegiatan penanaman modal pada jenis usaha yang terlarang atau yang

menghalalkan sesuatu yang telah jelas hukumnya terlarang; tidak ada perbuatan

saling menzalimi; dilakukan dengan memperhatikan keadilan distribusi; dan

transaksi atas dasar suka sama suka (Rivai, 2010: 423-424; Azizy, 2004: 191).

Sasaran investasi bermacam-macam dan apabila merujuk pada ketentuan

investasi berdasarkan syari’at antara lain: sistem mudharabah, musya>rakah,

kredit (angsuran), atau sistem sewa, dan lain-lainnya. Pertama sistem mudha>rab,

ini dapat dilakukan antara bank (misalnya) dengan nazir; maka dapat berlaku

pihak bank yang akan menjadi pemodal dan nazir sebagai pengelola atau

pemutar modal yang kedua-duanya akan membuat kesepakatan keuntungan.

Kedua sistem musya>rakah, ini berlaku sistem mencampurkan modal bersama

dalam suatu usaha sesuai perjanjian bersama, keuntungan, kerugian, resiko,

ditanggung bersama sesuai perjanjian. Ketiga sistem angsuran, ini dimaksudkan

bank (misal) sebagai pihak yang akan menyediakan kebutuhan pihak yang ingin

melakukan angsuran dengan ketentuan antara keduanya sepakat atas waktu,

biaya, dan cara angsuran. Keempat sistem sewa, ini dimaksudkan sistem

pemindahan hak guna atas sesuatu barang dalam batasan waktu tertentu melalui

pembayaran sewa tanpa diikuti pemindahan hak kepemilikan atas barang yang

dipersewakan tersebut.

Transaksi dalam sistem investasi dewasa ini telah terbuka dengan

beragam bentuknya, bagi yang mempunyai kepentingan melaksanakannya akan

diperhadapkan atas pilihannya sendiri; tetapi apapun yang diinvestasikan

harusnya selalu mempertimbangkan kehalalan dan kemaslahatan atas

Page 77: WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. …eprints.walisongo.ac.id/7076/3/085113007_Bab2.pdf43 BAB II WAKAF DAN MANAJEMEN A. Konsep Wakaf dalam Islam 1. Pengertian Salah

119

perbuatannya. Wakaf sebagai instrumen ekonomi umat sangat layak dijadikan

sebagai modal investasi, baik itu pengelolanya hanya bertindak sebagai

penerima hasil atau pengelolanya terlibat secara bersama-sama untuk

mengembangkan harta wakafnya. Ada banyak pilihan model investasi untuk

wakaf, jika pengelolanya menghendaki atas pengembangan harta wakaf secara

berkesinambungan (al-Hajiri, 2006: 45-47).

Selain manajemen sumber daya manusia dan manajemen investasi

sebagaimana dijelaskan di atas, masih terdapat macam-macam manajemen yang

dapat dilihat dari beragam sudut pandang. Athaillah (2010: 55-88) menulisnya:

ada manajemen obyektif, manajemen struktur, manajemen teknik, manajemen

personalia, dan lain-lainnya. Kesemuanya dapat diterapkan dalam pengelolaan

organisasi, tergantung pengurus organisasi yang akan memilih menggunakan

manajemen yang tepat untuk diterapkan.