Post on 06-Aug-2015
LAPORAN KASUS I
Pityriasis Rosea
Aldira Legika Chandra
07120040074
Pembimbing:
dr. Muljani, Sp.Kk
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit – Kelamin
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009
KASUS
IDENTITAS
Nama : F.A.H
Jenis Kelamin : laki-laki
Tanggal Lahir : 6 Maret 2004
Umur : 5 tahun
No. MR :SHLK0000336042
ANAMNESA
A. KELUHAN UTAMA
Bercak-bercak merah dan gatal di dada, perut, punggung, dan paha atas.
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Bercak-bercak merah di seluruh tubuh, tersebar di dada, perut, punggung, dan paha
atas. Bercak-bercak merah ini sudah ada sejak 1 minggu sebelum pasien datang ke poliklinik.
Bercak-bercak tersebut terasa gatal di malam hari dan semakin hari semakin banyak. Pasien
sudah memakai bedak dingin tetapi tidak sembuh, bercak-bercak merah tidak berkurang
sedikitpun. Beberapa hari sebelum timbul bercak merah di seluruh badan ini timbul, ada
sebuah bercak agak besar, kira-kira 4 cm pada punggung kiri, bercak berbentuk oval, gatal,
dengan warna merah di pinggir lebih tua dari warna di tengah.
Pasien tidak ada alergi makanan ataupun alergi obat. Badan tidak terasa nyeri
ataupun sakit, hanya gatal saja. Pasien mengaku belum pernah sakit seperti ini sebelumnya,
dan di rumah juga tidak ada yang menderita penyakit ini.
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien belum pernah menderita penyakit kulit lain.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Status Dermatologi
Letak : dada, perut, punggung, paha atas, wajah, lesi inisial di punggung sinistra.
Sifat : eritroskuama, mengikuti lipatan kulit, oval, pinggir tidak meninggi, halus.
Lesi inisial “herald patch” di punggung sinistra berbentuk oval, eritroskuama,
diameter 5cm, hanya terdapat 1 herald patch, bagian tengah
hipopigmentasi.
Mukosa : dalam batas normal.
Rambut : dalam batas normal.
Kuku : dalam batas normal.
Kelenjar limfe : tidak ditemukan pembesaran kelenjar limfe.
DIAGNOSA KERJA
Pityriasis rosea
DIAGNOSA BANDING
Tinea korporis
Digitatte dermatitis / small plaque parapsoariasis
Secondary syphillis
TERAPI
Ryvel
cetirizine HCl (anti alergi)
Syr. 60 ml, 1x1, 7 hari.
Triamcort
triamcinolone ( corticosteroid sistemik)
4 mg, 2x1/2 tab, 7 hari, pagi dan sore setelah makan.
Elocon cream
mometasone fuorate (corticosteroid)
5gr, 2x1, 7 hari, pagi dan sore setelah mandi, untuk wajah.
Diprosone cream
betamethasone dipropionate (corticosteroid)
10gr, 2x1, 7 hari, pagi dan sore setelah mandi, untuk badan.
ANALISIS DIAGNOSA
Pasien datang ke poliklinik dengan keluhan adanya bercak-bercak merah dan gatal di tubuh
sejak 1 minggu yang lalu, tersebar merata di dada, perut, punggung, dan paha bagian atas. Beberapa
bercak tersebut juga dapat dijumpai pada wajah. Pasien mengaku sebelum bercak merah itu muncul
di seluruh tempat-tempat tersebut, awalnya ada sebuah bercak merah, gatal, yang ukurannya lebih
besar, sekitar 4 cm, di punggung sebelah kiri. Bercak tersebut berbentuk oval, dengan pinggir yang
lebih merah daripada tengah. Pasien merasa lebih gatal pada malam hari. Pasien belum
mengkonsumsi obat apapun, hanya menggunakan bedak dingin saja tetapi hanya mengurangi rasa
gatal saja dan tidak mengurangi bercak-bercak tersebut, semakin hari bercak semakin banyak.
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan skuama-skuama eritema (eritroskuama) yang tersebar di
dada, perut, punggung, dan paha bagian atas, skuama halus tidak bersisik. Bentuk oval, besar kira-
kira 2 cm. Pola eritroskuama tersebut mengikuti garis-garis lipatan kulit. Terlihat jelas pola tersebut
pada daerah perut dan punggung. Bentuknya seperti pohon cemara terbalik. Terdapat juga lesi
inisial pada punggung sebelah kiri, lesi inisial itu berbentuk skuama eritema seperti bentuk yang
lainnya tetapi lebih besar, besarnya 4cm. Skuama tersebut bagian tengahnya pucat, hipopigmentasi.
Terasa gatal, tidak menonjol, dan halus. Lesi inisial inilah yang timbul pertama kali sebelum yang
lainnya muncul. Gambaran yang ditemukan pada pemeriksaan fisik dan onset penyakit ini sangat
jelas memberikan gambaran pityriasis rosea.
Gambar 1. Gambaran klinis pityriasis rosea.
Walaupun gambaran dari pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan 80% diagnosanya adalah
pityriasis rosea, kita tetap harus memikirkan kemungkinan penyakit lain, misalnya seperti tinea
korporis. Pada tinea korporis, rasa gatal yang dirasakan pasien lebih hebat dibandingkan pityriasis
rosea. Skuama-skuama tidak halus, dan tidak menunjukkan gambaran yang mengikuti lipatan tubuh
seperti pada pityriasis rosea. Untuk lebih memastikan lagi, dapat diperiksa dengan KOH.
Pemeriksaan KOH pada tinea korporis akan memberikan hasil positif, sedangkan pada pityriasis
rosea KOH negatif, karena bukan disebabkan oleh jamur.
Pityriasis rosea merupakan penyakit kulit yang penyebabnya masih belum diketahui jelas,
tetapi banyak yang mengemukakan bahwa penyebabnya adalah virus. Hal ini didasarkan pada sifat
penyakit ini yang dapat sembuh sendiri dalam 3-8 minggu (self limitting disease). Hanya diperlukan
imunitas yang baik untuk mempercepat penyembuhan. Adapun obat-obatan yang diberikan, hanya
untuk menghilangkan rasa gatal, agar tidak digaruk. Karena garukan justru akan menyebabkan
infeksi.
Keadaan tubuh pasien baik, tidak dalam keadaan demam ataupun sakit. Hanya saja, cuaca
yang tidak menentu kadang panas kadang hujan inilah yang memicu timbulnya penyakit ini karena
walaupun kondisi badan pasien sehat tetapi dengan adanya suasana lingkungan yang kurang
mendukung sebenarnya mempengaruhi kondisi imunitas tubuh, tubuh lebih rentan terkena penyakit
dalam kondisi seperti ini. Pityriasis rosea tidak ditularkan melalui orang ke orang.
Pasien tidak ada riwayat alergi makanan maupun obat-obatan sehingga ini jelas bukan
merupakan reaksi alergi. Sebelum ini, pasien tidak pernah menderita penyakit seperti sekarang ini,
orang-orang disekitar pasienpun tidak ada yang sedang sakit seperti ini. Maka penyakit pasien ini
bukan merupakan penularan dari orang lain. Sebelum ini, pasien juga belum pernah menderita
penyakit kulit lain.
Terapi pada pasien ini diberikan corticosteroid oral dan topical, sebagai anti inflamasi,
mengurangi rasa gatal, sehingga pasien tidak menggaruk-garuk badannya. Diberikan juga anti alergi
yang juga ditujukkan untuk mengurangi rasa gatal.
TEORI
DEFINISI
Pityriasis rosea adalah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, dimulai dengan
sebuah lesi inisial “Herald Patch” berbentuk eritema dan skuama halus. Kemudian disusul oleh lesi-
lesi yang lebih kecil di badan, lengan, dan paha atas yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan
biasanya menyembuh dalam 3-8 minggu.
gambar 2. herald patch
EPIDEMIOLOGI
Pityriasis rosea didapati pada semua umur, terutama antara 15-40 tahun, pada wanita dan
pria sama banyaknya.
ETIOLOGI
Etiologinya belum diketahui, demikian pula cara infeksi. Ada yang mengemukakan hipotesis
bahwa penyebabnya virus. Diperkirakan penyebabnya adalah virus herpes tipe 7.
Karena penyakit ini merupakan penyakit self limitting disease, umumnya sembuh sendiri dalam 3-8
minggu. Tidak menular dari orang ke orang.
GEJALA KLINIS
Gejala konstitusi pada umumnya tidak terdapat, sebagian penderita mengeluh gatal ringan.
Pityriasis berarti skuama halus. Penyakit dimulai dengan lesi pertama (herald patch), umumnya di
badan, solitair, berbentuk oval dan anular, diameter 3-5cm. Ruam terdiri atas eritema dan skuama
halus di pingir. Lamanya beberapa hari hingga beberapa minggu.
Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama, memberi gambaran yang khas, sama
dengan lesi pertama hanya lebih kecil, menyerupai pohon cemara terbalik. Lesi tersebut timbul
serentak atau dalam beberapa hari. Tempat predileksi pada badan, lengan atas bagian proximal dan
paha atas, sehingga seperti pakaian renang wanita jaman dahulu.
Kecuali bentuk yang lazim berupa eritroskuama, pitriasis rosea dapat juga berbentuk urtika,
vesikel, dan papul, yang lebih sering terdapat pada anak-anak.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa dan juga pemeriksaan fisik. Dari anamnesa
dapat digali keluhan-keluhan seperti adanya bercak merah yang gatal di perut, dada, paha bagian
atas, dan lengan, ada juga yang sampai ke wajah. Rasa gatal memang tidak hebat seperti gatal pada
penyakit jamur. Dapat ditanyakan juga apakah sebelumnya diawali dengan lesi inisial, berupa bercak
yang lebih besar, berbentuk oval seperti koin, mirip seperti bercak-bercak kecil lainnya di tubuh. Dari
anamnesa kita juga dapat mendiagnosa dari onset penyakitnya. Biasanya eritroskuama yang banyak
tersebut timbul 4-10 hari setelah adanya lesi inisial atau Herald Patch tersebut.
Kondisi tubuh yang sedang sakit, sedang terkena infeksi, misalnya infeksi tenggorokan,
influenza, dll, juga dapat menjadi pendukung diagnosa. Karena penyakit ini disebabkan infeksi virus
yang menyerang saat kondisi tubuh sedang tidak fit. Perlu diperkirakan juga dari kondisi lingkungan,
apakah itu musim hujan, musim panas, atau pada pergantian musim dari panas ke hujan yang juga
merupakan faktor predisposisi dari penyakit ini.
Dari pemeriksaan fisik, dapat terlihat eritroskuama pada tubuh pasien mengikuti lipatan-
lipatan tubuh. Lettaknya searah lipatan tubuh sehingga membentuk pola pohon cemara terbalik.
Pola ini dapat terlihat jelas pada punggung atau perut. Perhatikan pula herald patch pada tubuh
pasien, herald patch ini merupakan lesi yang harus ada untuk menegakkan diagnosa. Penyebaran
eritroskuama biasanya pada perut, dada, punggung, paha bagian atas, lengan bagian atas, sehingga
seperti memakai baju renang wanita jaman dahulu. Beberapa ada juga yang sampai ke wajah.
emeriksaan laboratorium dengan KOH akan memberikan hasil negatif, tidak seperti pada
tinea korporis yang akan memberikan hasil positif.
DIAGNOSIS BANDING
Tinea corporis
Penyakit ini sering disangka jamur oleh penderita, juga oleh dokter sering didiagnosis
sebagai tinea korporis. Gambaran klinisnya memang mirip tinea korporis karena terdapat eritema
dan skuama di pinggir dan bentuknya anular. Perbedaannya pada pitiriasis rosea gatalnya tidak
terlalu berat seperti pada tinea korporis, skuamanya halus sedangkan pada tinea korporis kasar.
Pada tinea sediaan KOH akan positif.
gambar 3. tinea korporis gambar 4. skuama tinea korporis
Digitate dermatitis / Small Plaque Parapsoariasis
Pada pemeriksaan fisik ditemukan lesi dikulit yang berbentuk oval, kemerahan, sedikit
menonjal, dengan besar <5cm. Gambaran lesi mirip dengan pityriasis rosea. Lesi-lesi ini membentuk
“cigarette paper appearance” yang terlihat seperti bekas jari-jari yang memeluk tubuh dari
belakangyang, mengikuti arah garis lipatan tubuh. Tidak ada lesi inisial.
gambar 5. digitata dermatitis
Secondary Syphilis
Lesi berbentuk makula dan papul-papul, besarnya 0,5-1cm, bulat atau oval, berwarna pink-
kemerahan. Lesi inisial selalu berbentuk makula, lesi-lesi berikutnya berupa papuloskuama, pustul,
ataupun seperti jerawat. Pada palpasi, papul lembut, padat. Lesi biasanya tidak simetris, tersebar di
seluruh tubuh, tetapi paling banyak dijumpai leher, kepala, telapak tangan dan telapak kaki.
Pasien yang terkena penyakit ini biasanya demam, dan ada pembesarn kelenjar getah
bening seperti di axila dan inguinal. Dapat ditemukan juga splenomegaly.
gambar 6. gambaran klinis secondary syphillis
KOMPLIKASI
Tidak ada komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh Pityriasis Rosea, selain luka karena
garukan kuku.
TERAPI
Pengobatan Umum
Pengobatan bersifat simtomatik, untuk gatalnya dapat diberikan sedativa, sedangkan
sebagai obat topikal dapat diberikan bedak asam salisilat yang dibubuhi mentol 0,5-1%.
Pasien juga dianjurkan untuk istirahat, menjaga makanan, sehingga kondisi tubuh benar-
benar baik dan sehat.
Pengobatan Khusus
A. Sistemik
a. Kortikosteroid.
Biasanya diberikan Triamcort yang berisi triamcinolone 4mg.
Digunakan sebagai anti inflamasi.
Dosis:
Dewasa : 4-8 mg/hari.
Anak dengan BB<34kg : 4-12 mg.
Penggunaan obat ini sebaiknya tidak berlebihan, cukup 7 hari saja. Penggunaan yang
berlebihan dapat mengakibatkan efek yang buruk bagi pertumbuhan anak,
kelemahan otot, osteoporosis, ulkus lambung, dan lain-lain.
b. Anti alergi
Biasanya diberikan Ryvel, yang berisi ceterizine HCl 60 ml dengan dosis 1 kali sehari.
Menghambat pelepasan histamin pada fase awal dan mengurangi migrasi sel
inflamasi. Tujuan diberikan obat ini adalah untuk mengurangi rasa gatal.
Efek samping dari obat anti alergi ini antara lain kantuk, sakit kepala, sakit lambung,
tetapi efeknya hanya sementara saja.
B. Topikal
Kortikosteroid
Biasanya digunakan Elocon dan Diprosone.
Elocon berisi mometasone fuorate, preparat 5gr, digunakan 2 kali sehari pada pagi
dan sore hari setelah mandi. Gunanya sebagai anti inflamasi.
Diprosone berisi betamethasone dipropionate, preparat tersedi dalam
10gr, digunakan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari setelah mandi.
Setelah 7 hari, obat-obat ini harus dihentikan karena terlalu lama memakai
corticosteroid dapat mengakibatkan kulit kering dan hipopigmentasi pada kulit
akibat dari proses penipisan kulit. Maka penggunannya sebaiknya hanya terfokus
pada lesi saja, tidak diratakan di seluruh bagian, penggunannya juga hanya dioles
tipis saja.
Penggunaan obat kortikosteroid topikal untuk badan dan wajah sebaiknya
dibedakan, untuk wajah cukup dengan kortikosteroid ringan.
PROGNOSIS
Prognosis baik karena penyakit sembuh spontan biasanya dalam waktu 3-8 minggu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda Adhi. Dermatosis Eritroskuamosa. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
Ke-5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.
2. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi Ke-2. Jakarta: ECG, 2005
3. Ashton Richard, Leppard Barbara. Differential Diagnosis in Dermatology. Edisi Ke-3.
Radcliffe.
4. Pityriasis Rosea http://emedicine.medscape.com/article/1107532-overview
5. Gambaran Klinis Pityriasis Rosea http://z.about.com/d/dermatology/1/6/_/5/PR1.jpg
6. Herald Patch http://emedicine.medscape.com/article/1107532-media
7. Tinea Korporis http://www.provlab.ab.ca/mycol/image/derm/tcorptver13.jpg
8. Digitate Dermatitis http://img.medscape.com/pi/emed/ckb/dermatology/1048885-
1107425-1841.jpg
9. Skuama Tinea Korporis
http://www.lib.uiowa.edu/hardin/md/pictures22/tray/TinCorp10.jpgGambaran Klinis
10. Secondary Syphillis http://www.bu.edu/cme/std/images/sec02_HSM15_420.jpg
11. Oral kortikosteroid, http://www.scribd.com/doc/13461798/Oral-Kortikosteroid
12. Cara Aman Menggunakan Kortikosteroid topikal,
http://yosefw.wordpress.com/2007/12/31/cara-aman-penggunaan-kortikosteroid-
topikal-pada-dermatitis-atopi-anak-2/