Post on 06-Feb-2018
38
BAB III
ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS FUNGSI
3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan
Identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan Dinas Pertanian
dan Kehutanan selengkapnya disajikan pada Tabel 3.1 sedangkan Identifikasi Isu-isu
strategis (Lingkungan eksternal) disajikan pada Tabel 3.2
Tabel 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Dinas Pertanian dan
Kehutanan Kabupaten Kulon Progo
Aspek Kajian
Capaian/ Kondisi Saat ini
Standar yang Digunakan
Faktor yang Mempengaruhi
Permasalahan Pelayanan
SKPD Internal
(Kewenangan SKPD)
Eksternal
(Di luar Kewenangan
SKPD)
1 2 3 4 5 6
Gambaran pelayanan SKPD
Terjadinya alih fungsi lahan pertanian
� UU No 41 Tahun 2009 tentang Penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
� Perda Prov DIY No 10 Th 2011 ttg Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
� pembatasan alih fungsi lahan pertanian dengan regulasi yang ada (RTRW)
� Pembinaan tentang pelestarian lahan pertanian
� Fasilitasi cetak sawah baru
Pembangunan sektor jasa,industri dan pemukiman
� Belum adanya Peraturah Daerah Kabupaten tentang Penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di Kabupaten Kulon Progo
� Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian (permukiman, industri, jasa) menyebabkan berkurangnya luas lahan dan berakibat pada penurunan luas tanam dan luas panen. Hal ini menjadi salah satu penyebab penurunan produksi pertanian.
Infrastruktur pertanian yang belum memadai
Ketersediaan infrastruktur pertanian dalam kondisi baik
Fasilitasi pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur pertanian
� Terjadinya kerusakan infrastruktur pertanian
� Swadaya masyarakat dalam pembangunan infrastruktur
� Keterbatasan dukungan dana untuk pembangunan dan pemeliharaan
� Kondisi infrastruktur yang belum memadai menyebabkan
39
Aspek Kajian
Capaian/ Kondisi Saat ini
Standar yang Digunakan
Faktor yang Mempengaruhi
Permasalahan Pelayanan
SKPD Internal
(Kewenangan SKPD)
Eksternal
(Di luar Kewenangan
SKPD)
1 2 3 4 5 6
peningkatan biaya produksi dan inefisiensi usaha tani .
Sarana pertanian yang belum memadai
Ketersediaan sarana pertanian dalam kondisi baik
Fasilitasi penyediaan sarana pertanian
Swadaya masyarakat dalam penyediaan sarana
� Keterbatasan dukungan dana untuk pengadaan
� Keterbatasan sarana menyebabkan penerapan teknologi belum sesuai rekomendasi
Keterbatasan SDM pelaksana (Petani dan petugas)
� Umur dan tingkat pendidikan petani
� Formasi petugas Dinas Pertanian dan Kehutanan
� Pembinaan dan Pendampingan Kelompok Tani
� Pelatihan Kelompok Tani
� Kaderisasi Kelompok tani melalui penumbuhan Kel Taruna Tani
� Optimasi dan penataan petugas yang ada
� Usulan rekruitmen pegawai
� Umur petani yang relatif tua
� Pendidikan petani yang relatif rendah
� Adanya pensiun dan mutasi pegawai
� Rendahnya tingkat pendidikan petani dan umur yang relatif tua menyebabkan rendahnya adopsi teknologi
� Keterbatasan petugas yang ada menyebabkan kurang optimalnya pelaksanaan pembangunan pertanian
Belum optimalnya fungsi kelembagaan tani yang ada
Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 82/permentan/ ot.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gapoktan
� Pembinaan dan pendampingan Kelompok Tani yang ada
� Koordinasi dengan SKPD terkait
Revitalisasi Kelompok Tani
Kurang optimalnya fungsi kelembagaan yang ada menyebabkan pelaksanaan kegiatan dengan kelompok tani sebagai pelaksana tidak sesuai dengan target
Penurunan kualitas sumberdaya lahan dan air
� UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
� PP Nomor 6 Tahun 2008 tentang
� Fasilitasi pembuatan bangunan konservasi tanah dan air
� Penghijauan
lingkungan
� Reklamasi
� Bencana alam
� Pencemaran lingkungan
� Penebangan pohon dengan tidak memperhatikan aspek kelestarian
Penurunan kualitas sumberdaya lahan akibat erosi, bencana alam, penggunaan pupuk kimia dan pestisida berlebihan dan
40
Aspek Kajian
Capaian/ Kondisi Saat ini
Standar yang Digunakan
Faktor yang Mempengaruhi
Permasalahan Pelayanan
SKPD Internal
(Kewenangan SKPD)
Eksternal
(Di luar Kewenangan
SKPD)
1 2 3 4 5 6
Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan
� Permenhut Nomor 70/Menhut-II/2008 tentang Pedoman Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan
lahan sawah dengan penambahan bahan Organik
� Penerapan teknologi pemupukan spesifik lokasi
pencemaran lingkungan menyebabkan penurunan produksi pertanian dan mutu produk pertanian serta menurunkan kualitas lahan dan air
Adanya Anomali iklim, bencana dan serangan OPT
� UU No 12 Th 1992 tentang Sistem Budidaya
� Pedoman antisipasi dan mitigasi bencana
� Antisipasi dan mitigasi bencana alam
� Fasilitasi pengendalian OPT
� SLPHT dan SL Iklim
� Anomali iklim
� Bencana Alam
� Serangan OPT
Adanya anomali iklim, bencana alam (banjir,kekeringan) dan serangan OPT mengakibatkan gagal panen dan penurunan produksi
Rendahnya posisi tawar petani
Harga dasar Harga Dasar Komoditas
� Fasilitasi Kelompok Usaha Bersama (KUB)
� Fasilitasi kemitraan
� Promosi produk pertanian
� Mekanisme harga pasar
� Adanya perdagangan bebas
� Kebijakan penetapan harga dasar
Rendahnya posisi tawar menyebabkan harga di tingkat petani dikendalikan oleh pedagang/ tengkulak
Adanya fluktuasi harga komoditas pertanian
Informasi harga komoditas pertanian
� Fasilitasi pembangunan gudang penyimpan hasil pertanian
� Fasilitasi pengolahan hasil pertanian
� Pengaturan Pola dan tata tanam
� Mekanisme harga pasar
� Kebijakan tunda jual
Fluktuasi harga komoditas pertanian yang disebabkan adanya panen raya dan sifat komoditas pertanian yang mudah rusak menyebabkan harga produk yang rendah
Rendahnya akses permodalan
Tercukupinya modal usaha tani
� Sosialisasi kredit program
� Fasilitasi kemitraan
Peluncuran kredit program
Rendahnya akses permodalan menyebabkan kurangnya ketersediaan modal usaha tani
Kajian terhadap Renstra SKPD Dinas Pertanian DIY serta
� Koordinasi dengan Dinas Pertanian DIY serta Dinas Kehutanan dan Perkebunan
• UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan nasional
• PP 38 Tahun
� Koordinasi antar Bidang dan Sekretariat, Seksi dan Sub bagian
� Usulan
Keterbatasan informasi mengenai proses penganggaran APBD DIY
Belum optimalnya koordinasi dan sinkronisasi proses perencanaan pembangunan sektoral dan
41
Aspek Kajian
Capaian/ Kondisi Saat ini
Standar yang Digunakan
Faktor yang Mempengaruhi
Permasalahan Pelayanan
SKPD Internal
(Kewenangan SKPD)
Eksternal
(Di luar Kewenangan
SKPD)
1 2 3 4 5 6
Dinas
Kehutanan dan Perkebunan
DIY
DIY
� Pelaporan ke Dinas Pertanian DIY serta Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY yang tepat waktu
2007 tentang Pembagian Urusan antara pemerintah , Pemerintah daerah Provinsi dan pemerintah Daerah kabupaten/ Kota
� Keputusan Kepala Dinas Pertanian DIY Nomor 2530 Tahun 2013 tentang Rencana Strategis Tahun 2012-2017 Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
• Keputusan Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY Nomor 188/4861 Tahun 2012 tentang Renstra Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY Tahun 2012-2017
program dan kegiatan melalui APBD DIY
kewilayahan
Kajian terhadap Renstra Kementerian
Pertanian dan Renstra Kementerian Kehutanan
� Koordinasi dengan Kementerian Pertanian dan Kementerian Kehutanan
� Pelaporan pelaksanaan program/kegiatan ke Kementerian Pertanian dan kementerian Kehutanan
• UU No. 25 Tahun 2004
• PP No. 8 Tahun 2008
• Renstra Kementerian Pertanian
• Renstra Kementerian Kehutanan
� Pelaksanaan Kegiatan mekanisme Tugas Pembantuan
� Kepatuhan SKPD terhadap peraturan perundangan
Informasi dan kebijakan dari pemerintah pusat
Belum optimalnya koordinasi dan sinkronisasi proses perencanaan pembangunan sektoral dan kewilayahan
42
Aspek Kajian
Capaian/ Kondisi Saat ini
Standar yang Digunakan
Faktor yang Mempengaruhi
Permasalahan Pelayanan
SKPD Internal
(Kewenangan SKPD)
Eksternal
(Di luar Kewenangan
SKPD)
1 2 3 4 5 6
Kajian terhadap RTRW
• Alih fungsi lahan pertanian
• Belum semua kawasan yang difungsikan sebagai kawasan lindung di RTRW berfungsi lindung
• UU No.26 Tahun 2006 tentang Tata Ruang
• UU No 41 Tahun 2009 tentang Penetapan LP2B
• Perda DIY No 10 Tahun 2011 tentang Perlindungan LP2B
• Perda Kulon Progo No.1 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Kulon Progo tahun 2011-2031
� pembatasan alih fungsi lahan pertanian dengan regulasi yang ada (RTRW)
� Pembinaan tentang pelestarian lahan pertanian
� Fasilitasi cetak sawah baru
• Belum optimalnya proses legislasi RDTR
• Kondisi eksisting pemanfaatan tata ruang (industri, jasa, pemukiman)
• penegakan Perda RTRW
• Pemahaman masyarakat
� Belum adanya Perda Kabupaten tentang Penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di Kabupaten Kulon Progo
� Kawasan yang difungsikan sebagai kawasan lindung digunakan untuk kegiatan budidaya
� Adanya perbedaan definisi operasional antara RTRW dengan Produk hukum Kehutanan
Wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan agropolitan belum sesuai harapan
� Perda Kab Kulon
Progo No 1 Tahun
2012 tentang
RTRW Tahun
2012-2032 ( pasal
54 ayat (2) huruf
d: Penetapan
Kawasan Strategis
Bidang
Pertumbuhan
Ekonomi ,
Kawasan
Agropolitan yang
meliputi
Kecamatan
Kalibawang dan
Kecamatan
Temon)
� SK Bupati Kulon
Progo Nomor 222
Tahun 2002
tentang
Penetapan
Kawasan
Agropolitan
Kabupaten Kulon
Progo
(Agropolitan
fase I)
� Koordinasi lintas stake holder
� Fasilitasi kegiatan di lokasi Agropolitan
• Partisipasi masyarakat
� Lemahnya koordinasi pelaksanaan pembangunan di kawasan agropolitan
43
Tabel 3.2 Identifikasi Isu-Isu Strategis (Lingkungan Eksternal)
No Isu Strategis
Dinamika Internasional
Dinamika Nasional Dinamika
Regional/Lokal Lain-lain
1 2 3 4 5
1 Berkembangnya pasar bebas (kebijakan ekonomi makro, Asean Ecconomic Community 2015, ratifikasi petsetujuan WTO dan ACFTA) menyebabkan membanjirnya produk impor ke pasar domestik termasuk produk pertanian
� Daya saing produk pertanian menjadi kunci untuk menghadapi adanya pasar bebas
� Sertifikasi produk pertanian dan kehutanan sebagai upaya peningkatan daya saing produk
� INSW (Indonesian National Single Windows) sebagai upaya untuk promosi dan pengenalan produk pertanian dan kehutanan ke luar negeri secara terpadu
Daya saing produk pertanian masih relatif rendah karena rendahnya kualitas. Hal ini merupakan akibat belum optimalnya penerapan SOP/GAP dan GMP produk pertanian
-
2 Isu ketahanan pangan (pemenuhan kebutuhan pangan beras di tingkat keluarga)
perbaikan tata kelola Raskin untuk program bantuan pangan yang memandirikan rakyat melalui beras daerah (Rasda).
Perubahan paradigma pembangunan DIY “Among Tani Dagang Layar”
3 Terjadinya pemanasan global (Global Warming) dan peningkatan emisi karbon
Komitmen Pemerintah RI dalam KTT perubahan iklim untuk menurunkan emisi karbon dengan kegiatan vegetatif (penanaman) melalui program nasional OMOT dan OBIT.
Upaya penurunan emisi karbon melalui berbagai kegiatan/gerakan penanaman pohon
-
3.2. Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Visi, Misi, dan Program Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih dijabarkan
dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM Daerah)
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011-2016, dimana pada RPJM Daerah tersebut telah
ditetapkan visi dan misi Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, sebagai berikut:
44
Visi : Terwujudnya Kabupaten Kulon Progo yang sehat, mandiri,
berprestasi, adil, aman dan sejahtera berdasarkan iman dan
taqwa
Misi 1 : Mewujudkan sumberdaya manusia berkualitas tinggi dan berakhlak
mulia melalui peningkatan kemandirian, kompetensi, ketrampilan,
etos kerja, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan dan kualitas
keagamaan
Misi 2 : Mewujudkan peningkatan kapasitas kelembagaan dan aparatur
pemerintahan yang berorientasi pada prinsip-prinsip clean
government dan good governance
Misi 3 : Mewujudkan kemandirian ekonomi daerah yang berbasis pada
pertanian dalam arti luas, industri dan pariwisata yang berdaya saing
dan berkelanjutan bertumpu pada pemberdayaan masyarakat
Misi 4 : Meningkatkan pelayanan infrastruktur wilayah
Misi 5 : Mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara
optimal dan berkelanjutan
Misi 6 : Mewujudkan ketentraman dan ketertiban melalui kepastian
perlindungan dan penegakan hukum
Dari penjabaran visi dan misi tersebut di atas peran Dinas Pertanian dan
Kehutanan adalah mendukung dan menyukseskan terutama misi ke 3 dan misi ke 5.
Dukungan untuk menyukseskan misi ke 3 dilaksanakan melalui program dan kegiatan
pada urusan pertanian dan kehutanan dan dukungan pada misi 5 melalui Program dan
kegiatan pada urusan kehutanan.
Faktor-faktor penghambat dan pendorong pelayanan Dinas Pertanian dan
Kehutanan terhadap pencapaian visi, misi, dan program Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah disajikan pada Tabel 3.3.
45
Tabel 3.3 Faktor Penghambat dan Pendorong Pelayanan SKPD
Terhadap Pencapaian Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Visi: Terwujudnya Kabupaten Kulon Progo yang sehat, mandiri, berprestasi, adil, aman dan sejahtera berdasarkan iman dan taqwa
No
Misi dan Program
KDH dan Wakil KDH terpilih
Permasalahan Pelayanan SKPD
Faktor
Penghambat Pendorong
1 2 3 4 5
1 Misi 3 Mewujudkan kemandirian ekonomi daerah yang berbasis pada pertanian dalam arti luas, industri dan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan bertumpu pada pemberdayaan masyarakat
� Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian (permukiman, industri, jasa) menyebabkan berkurangnya luas lahan dan berakibat pada penurunan luas tanam dan luas panen. Hal ini menyebabkan penurunan produksi pertanian
� Kondisi infrastruktur yang belum memadai menyebabkan peningkatan biaya produksi dan inefisiensi usaha tani
� Keterbatasan sarana menyebabkan penerapan teknologi belum sesuai rekomendasi
� Rendahnya tingkat pendidikan petani dan umur yang relatif tua menyebabkan rendahnya adopsi teknologi
� Keterbatasan petugas yang ada menyebabkan kurang optimalnya pelaksanaan pembangunan pertanian
� Kurang optimalnya fungsi kelembagaan yang ada menyebabkan pelaksanaan kegiatan dengan kelompok tani sebagai pelaksana tidak sesuai dengan target
� Adanya anomali iklim, bencana alam (banjir,kekeringan) dan serangan OPT mengakibatkan gagal panen dan penurunan produksi
� Rendahnya posisi tawar menyebabkan harga di tingkat petani dikendalikan oleh pedagang/ tengkulak
� Fluktuasi harga komoditas pertanian yang disebabkan adanya panen raya dan sifat komoditas pertanian yang mudah rusak menyebabkan harga produk yang rendah
� Rendahnya akses permodalan menyebabkan kurangnya ketersediaan modal usaha
� Adanya pembangunan sektor non pertanian yang cukup pesat (jasa, industri) menyebabkan berkurangnya lahan pertanian
� Keterbatasan infrastruktur dan sarana pendukung pertanian
� Sebagian besar
petani berusia lanjut dengan tingkat pendidikan rendah
� Keterbatasan SDM petugas baik kuantitatif maupun kualitatif
� Adanya anomali
iklim, bencana dan serangan OPT
� Kurang
terbukanya akses/jaringan pemasaran
� Sifat komoditas pertanian yang mudah rusak
� Keterbatasan
petani dalam hal akses modal usaha tani
� Adanya dukungan kebijakan dan komitmen Pemerintah Daerah dalam hal cetak sawah baru
� Dukungan dan komitmen Pemerintah Daerah dalam hal pembangunan infrastruktur
� Dukungan organisasi/ kelembagaan non pemerintah (LSM/HKTI/KTNA/ Asosiasi/ Koperasi Tani/Gapoktan/ Kel Tani/ P3A/GP3A)
� Pelaksanaan SL Iklim dan Pembentukan Regu Perlindungan Tanaman
� Adanya kerjasama dengan investor dan kemitraan serta promosi produk pertanian
� Kebijakan pemerintah tentang peluncuran berbagai program kredit pertanian
Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan
Program Peningkatan Mutu dan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/ Perkebunan
Program Penyediaan Sarana/Prasarana Pertanian/ Perkebunan
Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan
2 Misi 5 Mewujudkan pengelolaan
Penurunan kualitas sumberdaya lahan akibat erosi, penebangan pohon secara liar, penggunaan
� Kurangnya kesadaran masyarakat
� Telah dibentuknya Forum DAS Kabupaten Kulon
46
sumberdaya alam dan lingkungan secara optimal dan berkelanjutan
pupuk kimia berlebihan dan pencemaran lingkungan menyebabkan penurunan produksi pertanian dan mutu produk pertanian serta menurunkan kualitas lahan
terhadap pelestarian sumber daya alam
� Adanya tuntutan kebutuhan hidup (masalah ekonomi) sehingga terjadi eksploitasi sumber daya alam
Prgo � Telah dibentuknya
Pokja Mangrove dan Sempadan Pantai kabupaten Kulon Progo
� Telah disusunnya RP DAS Progo dan RP DAS Serang
� Telah disusunnya dokumen RPRHL Kabupaten Kulon Progo Tahun 2010-2014
Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
3.3. Telaahan Renstra Kementerian Pertanian, Kementerian Kehutanan, Dinas
Pertanian DIY, Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY
Pada Pemerintah pusat, Urusan Pertanian dilaksanakan oleh Kementerian
Pertanian sedangkan urusan Kehutanan dilaksanakan oleh Kementerian Kehutanan.
Pada tingkatan Provinsi urusan pertanian dilaksanakan oleh Dinas Pertanian DIY
sedangkan urusan kehutanan dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan
DIY.
Permasalahan Pelayanan SKPD Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten
Kulon Progo berdasarkan Sasaran Renstra Kementerian Pertanian, Kementerian
Kehutanan, Dinas Pertanian DIY, Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY beserta
Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya disajikan pada
Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Permasalahan Pelayanan SKPD Dinas Pertanian dan Kehutanan
Kabupaten Kulon Progo berdasarkan Sasaran Renstra Kementerian Pertanian, Kementerian Kehutanan, Dinas Pertanian DIY, Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY
beserta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya
No
Sasaran Jangka Menengah
Permasalahan Pelayanan Dinas
Pertanian dan Kehutanan
Faktor
Penghambat Pendorong
1 2 3 4 5 A Kementerian Pertanian 1 Pencapaian
swasembada dan swasembada berkelanjutan
� Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian (permukiman, industri, jasa) menyebabkan berkurangnya luas lahan dan berakibat pada penurunan luas tanam dan luas panen. Hal ini menyebabkan penurunan produksi pertanian
� Adanya pembangunan sektor non pertanian yang cukup pesat (jasa, industri) menyebabkan berkurangnya lahan pertanian
� Adanya dukungan kebijakan dan komitmen Pemerintah Daerah dalam hal cetak sawah baru
47
No
Sasaran Jangka Menengah
Permasalahan Pelayanan Dinas
Pertanian dan Kehutanan
Faktor
Penghambat Pendorong
1 2 3 4 5 � Kondisi infrastruktur
yang belum memadai menyebabkan peningkatan biaya produksi dan inefisiensi usaha tani
� Keterbatasan sarpras menyebabkan penerapan teknologi belum sesuai rekomendasi
� Rendahnya tingkat pendidikan petani dan umur yang relatif tua menyebabkan rendahnya adopsi teknologi
� Keterbatasan petugas yang ada menyebabkan kurang optimalnya pelaksanaan pembangunan pertanian
� Kurang optimalnya fungsi kelembagaan yang ada menyebabkan pelaksanaan kegiatan dengan kelompok tani sebagai pelaksana tidak sesuai dengan target
� Adanya anomali iklim, bencana alam (banjir,kekeringan) dan serangan OPT mengakibatkan gagal panen dan penurunan produksi
� Keterbatasan
infrastruktur dan sarana prasarana pendukung pertanian
� Sebagian besar petani
berusia lanjut dengan tingkat pendidikan rendah
� Keterbatasan SDM petugas baik kuantitatif maupun kualitatif
� Adanya anomali iklim,
bencana dan serangan OPT
� Dukungan dan
komitmen Pemerintah Daerah dalam hal pembangunan infrastruktur
� Dukungan organisasi/ kelembagaan non pemerintah (LSM/HKTI/KTNA/ Asosiasi/ Koperasi Tani/Gapoktan/ Kel Tani/ P3A/GP3A)
� Pelaksanaan SL Iklim dan Pembentukan Regu Perlindungan Tanaman
2 Peningkatan Diversifikasi Pangan
Kegiatan usaha tani sebagian besar masih bersifat subsisten dengan komoditas utama berupa bahan pangan pokok (padi)
Pola pikir/anggapan belum makan kalau belum makan nasi
Adanya sosialisasi dan penggalakan konsumsi pangan lokal
3 Peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor produk pertanian
� Rendahnya posisi tawar menyebabkan harga di tingkat petani dikendalikan oleh pedagang/ tengkulak
� Fluktuasi harga komoditas pertanian yang disebabkan adanya panen raya dan sifat komoditas pertanian yang mudah rusak menyebabkan harga produk yang rendah
� Daya saing produk pertanian yang relatif rendah
� Kurang terbukanya akses/jaringan pemasaran
� Sifat komoditas pertanian yang mudah rusak
� Berkembangnya pasar bebas
� Adanya kerjasama dengan investor dan kemitraan serta promosi produk pertanian
� Sertifikasi produk pertanian
48
No
Sasaran Jangka Menengah
Permasalahan Pelayanan Dinas
Pertanian dan Kehutanan
Faktor
Penghambat Pendorong
1 2 3 4 5 4 Peningkatan
kesejahteraan petani � Rendahnya akses
permodalan menyebabkan kurangnya ketersediaan modal usaha
� Keterbatasan petani dalam hal akses modal usaha tani
� Kebijakan pemerintah tentang peluncuran berbagai program kredit pertanian
B Kementerian Kehutanan
1 Pemantapan kawasan hutan.
Koordinasi dengan pihak-pihak terkait pemantapan kawasan hutan masih kurang (Kecamatan, Desa, masyarakat sekitar kawasan)
Minimnya ketersediaan dokumen tentang batas-batas kawasan hutan
Fasilitasi dan koordinasi yang baik dengan BPKH dan Dishutbun DIY terkait pelaksanaan tata batas kawasan hutan
2 Rehabilitasi hutan dan peningkatan daya dukung daerah aliran sungai (DAS).
� Kegiatan rehabilitasi hutan dan peningkatan daya dukung DAS masih dilakukan secara sektoral
� Pelaksanaan RHL secara vegetatif belum melihat kesesuaian lahan dengan jenis tanaman hutan
� Kurangnya teknologi Silin (setelah tanam hanya dibiarkan saja)
� Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian sumber daya alam
� Adanya tuntutan kebutuhan hidup (masalah ekonomi) sehingga terjadi eksploitasi sumber daya alam
� Telah dibentuknya Forum DAS Kabupaten Kulon Prgo
� Telah dibentuknya Pokja Mangrove dan Sempadan Pantai kabupaten Kulon Progo
� Telah disusunnya RP DAS Progo dan RP DAS Serang
� Telah disusunnya dokumen RPRHL Kabupaten Kulon Progo Tahun 2010-2014
3 Pengamanan hutan dan pengendalian kebakaran hutan.
Masih adanya tindakan pencurian hasil hutan terutama kayu dari hutan negara
Minimnya personil pengamanan hutan (polisi hutan)
Adanya Skema pengelolaan hutan negara melalui HKm
4 Konservasi keanekaragaman hayati.
Kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang konservasi keanekaragaman hayati
Peraturan Perundangan tentang konservasi keanekaragaman hayati kurang tersosialisasi
� Keberadaan Wild Rescue Center (WRC) di Kabupaten Kulon Progo
� Tumbuhnya Kader Konservasi Alam (KKA)
� Koordinasi yang baik dengan BKSDA dan Dishutbun DIY
5 Revitalisasi pemanfaatan hutan dan industri kehutanan.
Industri hasil hutan yang ada pengelolaannya kurang baik dan belum memenuhi ketentuan perundangan
Kurangnya sosialisasi tentang peraturan perundangan mengenai industri kehutanan
Tumbuhnya kesadaran sertifikasi legalitas kayu
6 Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan.
Rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan hutan
Pengelolaan kawasan hutan harus melalui mekanisme perizinan
� Penerbitan IUPHKM oleh Bupati
� Pengembangan model pesanggem di hutan negara
� Fasilitasi
49
No
Sasaran Jangka Menengah
Permasalahan Pelayanan Dinas
Pertanian dan Kehutanan
Faktor
Penghambat Pendorong
1 2 3 4 5 kegiatan ekonomi produktif untuk masyarakat sekitar kawasan hutan
7 Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sektor kehutanan.
Terjadinya pemanasan global dan peningkatan emisi karbon
Penebangan kayu dengan tidak memperhatikan kaidah kelestarian
� Berkembang nya sertifikasi hutan rakyat
� Kesadaran masyarakat untuk melaksanakan penanaman pohon
� Mulai berkembang nya “Carbon Market”
C Dinas Pertanian DIY
1 Meningkatkan produksi tanaman pangan dan hortikultura
� Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian (permukiman, industri, jasa) menyebabkan berkurangnya luas lahan dan berakibat pada penurunan luas tanam dan luas panen. Hal ini menyebabkan penurunan produksi pertanian
� Kondisi infrastruktur
yang belum memadai menyebabkan peningkatan biaya produksi dan inefisiensi usaha tani
� Keterbatasan sarpras menyebabkan penerapan teknologi belum sesuai rekomendasi
� Adanya anomali iklim, bencana alam (banjir,kekeringan) dan serangan OPT mengakibatkan gagal panen dan penurunan produksi
� Adanya pembangunan sektor non pertanian yang cukup pesat (jasa, industri) menyebabkan berkurangnya lahan pertanian
� Keterbatasan
infrastruktur dan sarana prasarana pendukung pertanian
� Adanya anomali iklim,
bencana dan serangan OPT
� Adanya dukungan kebijakan dan komitmen Pemerintah Daerah dalam hal cetak sawah baru
� Dukungan dan komitmen Pemerintah Daerah dalam hal pembangunan infrastruktur
� Pelaksanaan SL Iklim dan Pembentukan Regu Perlindungan Tanaman
2 Meningkatkan kualitas SDM dan kelembagaan petani
� Rendahnya tingkat pendidikan petani dan umur yang relatif tua menyebabkan rendahnya adopsi teknologi
� Keterbatasan petugas yang ada menyebabkan kurang optimalnya pelaksanaan pembangunan pertanian
� Kurang optimalnya fungsi kelembagaan
� Sebagian besar petani berusia lanjut dengan tingkat pendidikan rendah
� Keterbatasan SDM
petugas baik kuantitatif maupun kualitatif
� Dukungan organisasi/ kelembagaan non pemerintah (LSM/HKTI/KTNA/ Asosiasi/ Koperasi Tani/Gapoktan/ Kel Tani/ P3A/GP3A)
50
No
Sasaran Jangka Menengah
Permasalahan Pelayanan Dinas
Pertanian dan Kehutanan
Faktor
Penghambat Pendorong
1 2 3 4 5 yang ada menyebabkan pelaksanaan kegiatan dengan kelompok tani sebagai pelaksana tidak sesuai dengan target
3 Meningkatkan nilai tambah produk pertanian
� Rendahnya posisi tawar menyebabkan harga di tingkat petani dikendalikan oleh pedagang/ tengkulak
� Fluktuasi harga komoditas pertanian yang disebabkan adanya panen raya dan sifat komoditas pertanian yang mudah rusak menyebabkan harga produk yang rendah
� Daya saing produk pertanian yang relatif rendah
� Kurang terbukanya akses/jaringan pemasaran
� Sifat komoditas pertanian yang mudah rusak
� Berkembangnya pasar bebas
� Adanya kerjasama dengan investor dan kemitraan serta promosi produk pertanian
� Sertifikasi produk pertanian
D Dinas Kehutanan dan perkebunan DIY
1 Memantapkan status dan fungsi hutan
Koordinasi dengan pihak-pihak terkait pemantapan kawasan hutan masih kurang (Kecamatan, Desa, masyarakat sekitar kawasan)
Minimnya ketersediaan dokumen tentang batas-batas kawasan hutan
Fasilitasi dan koordinasi yang baik dengan BPKH dan Dishutbun DIY terkait pelaksanaan tata batas kawasan hutan
2 Optimalisasi manfaat hutan secara lestari
Pemanfaatan hutan dan hasil hutan belum dilaksanakan sesuai kaidah kelestarian
� Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan hutan secara lestari
� Adanya tuntutan kebutuhan hidup (masalah ekonomi) sehingga terjadi eksploitasi sumber daya hutan.
Sertifikasi PHPL
3 Mewujudkan perlindungan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya
Kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang konservasi keanekaragaman hayati
Peraturan Perundangan tentang konservasi keanekaragaman hayati kurang tersosialisasi
� Keberadaan Wild Rescue Center (WRC) di Kabupaten Kulon Progo
� Tumbuhnya Kader Konservasi Alam (KKA)
� Koordinasi yang baik dengan BKSDA dan Dishutbun DIY
4 Mewujudkan peningkatan produktivitas, nilai tambah dan daya saing produk kehutanan dan perkebunan
Produk kehutanan dan perkebunan pengelolaannya belum menjadi prioritas
Budidaya dan penanganan pasca panen tanaman kehutanan dan perkebunan belum dilaksanakan secara
� Penetapan OVOP untuk pengembangan Gula semut
� Penumbuhan Desa kakao
51
No
Sasaran Jangka Menengah
Permasalahan Pelayanan Dinas
Pertanian dan Kehutanan
Faktor
Penghambat Pendorong
1 2 3 4 5 intensif � Penetapan
HHBK Unggulan Bambu
5 Mewujudkan peningkatan pemberdayaan petani hutan dan kebun serta kelembagaannya
Rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan hutan dan petani pekebun
� Pengelolaan kawasan hutan harus melalui mekanisme perizinan
� Perkebunan belum dianggap sebagai sub sektor prioritas di sektor pertanian
� Penerbitan IUPHKM oleh Bupati
� Pengembangan model pesanggem di hutan negara
� Fasilitasi kegiatan ekonomi produktif untuk masyarakat sekitar kawasan hutan
� Penumbuhan KUB Sub Sektor Perkebunan
6 Mewujudkan peningkatan kualitas sumberdaya manusia kehutanan dan perkebunan
� Rendahnya tingkat pendidikan petani dan umur yang relatif tua menyebabkan rendahnya adopsi teknologi
� Keterbatasan petugas yang ada menyebabkan kurang optimalnya pelaksanaan pembangunan kehutanan dan perkebunan
� Kurang optimalnya fungsi kelembagaan yang ada menyebabkan pelaksanaan kegiatan dengan kelompok tani sebagai pelaksana tidak sesuai target
� Sebagian besar petani berusia lanjut dengan tingkat pendidikan rendah
� Keterbatasan SDM
petugas baik kuantitatif maupun kualitatif
� Dukungan organisasi/ kelembagaan non pemerintah (LSM/HKTI/ KTNA/ Asosiasi/ Koperasi Tani/Gapoktan/ Kel Tani/ P3A/GP3A, KUB, WRC, KKA)
3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah
Menurut Perda Kabupaten Kulon Progo Nomot 1 Tahun 2012 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2012 – 2032, pada bab II pasal 2 disebutkan bahwa
Penataan ruang wilayah Kabupaten bertujuan mewujudkan Kabupaten sebagai basis
komoditas pertanian didukung pariwisata, pertambangan, serta industri bahari dengan
mensinergikan wilayah. Hal ini menunjukkan bahwa pertanian di Kabupaten Kulon
Progo merupakan sektor yang sangat diperhatikan, mengingat peran sektor ini yang
sampai dengan saat ini masih merupakan penyumbang Produk Domestik Regional
52
Bruto (PDRB) terbesar dibanding sektor lainnya.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012 –
2032 sebagai dokumen perencanaan yang dipedomani untuk penyusunan
perencanaan jangka menengah maupun perencanaan strategis Satuan Kerja
Perangkat Daerah di Kabupaten Kulon Progo. Dalam RTRW Kabupaten Kulon Progo
rencana penyediaan pola ruang terdiri dari Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya
yang semua nya berkait erat dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan.
Permasalahan pelayanan Dinas Pertanian dan Kehutanan berdasarkan telaahan
Rencana Tata Ruang Wilayah beserta faktor penghambat dan pendorong keberhasilan
penanganannya disajikan pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Permasalahan Pelayanan SKPD berdasarkan Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah
beserta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya
No. Rencana Tata Ruang Wilayah terkait Tugas
dan Fungsi SKPD
Permasalahan Pelayanan SKPD
Faktor
Penghambat Pendorong
1 2 3 4 5
1 Pelaksanaan kegiatan berdasarkan pola ruang RTRW di kawasan lindung dan budidaya
Kegiatan budidaya yang dilaksanakan di kawasan lindung
� Kurangnya sosialisasi Dokumen RTRW terhadap masyarakat
� Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kepatuhan aturan
� Penegakan Perda belum dilaksanakan secara optimal
Penerbitan Perda RDTR
2 Alih Fungsi lahan pertanian
Penurunan Produksi pertanian karena alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian (Industri, jasa, pemukiman)
� Belum ditetapkannya Perda LP2B
� Kebutuhan lahan untuk sektor non pertanian yang terus meningkat
Optimalisasi regulasi yang ada ( Perda RTRW)
3 Wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan agropolitan belum sesuai harapan
Lemahnya koordinasi terkait pelaksanaan pembangunan di kawasan agropolitan
Pelaksanaan kegiatan antar sektor belum terpadu
Partisipasi aktif masyarakat
3.5. Penentuan Isu-isu strategis
Kondisi atau hal yang harus diperhatikan dan dikedepankan dalam menyusun
perencanaan pembangunan pertanian untuk 5 tahun yang akan datang, yang apabila
tidak diantisipasi, akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya, dalam
53
hal tidak dimanfaatkan, akan menghilangkan peluang untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang.
Isu-isu strategis yang mempengaruhi pembangunan pertanian lima tahun
mendatang adalah :
1. Terjadinya alih fungsi lahan pertanian akibat pembangunan sektor non-
pertanian.
2. Peningkatan Kebutuhan bahan pangan karena peningkatan jumlah penduduk
dan peningkatan penggunaan bahan pangan untuk kepentingan lain (Bio
Fuel)
3. Penurunan kualitas sumber daya alam akibat kerusakan lingkungan
4. Dampak adanya gejala perubahan iklim dan pemanasan global
5. Berlakunya pasar bebas yang berakibat membanjirnya produk impor
termasuk produk pertanian ke pasar domestik.